DIKTAT KULIAH PENGEMBANGAN TANAH MEKANIK (PTM) & ALATALAT BERAT
BAGIAN VII BIAYA ALAT – ALAT BERAT
OLEH
FILIYANTI TETA ATETA BANGUN, ST., M.Eng. NIP. 19690626 199503 2 002
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN OKTOBER 2009 Filiyanti Teta Ateta Bangun : Pengembangan Tanah Mekanik (PTM) & Alat-Alat Berat : Biaya Alat-Alat Berat, 2009
KATA PENGANTAR Pengembangan Tanah Mekanik dan Alat‐Alat Berat (PTM & AB) merupakan mata kuliah pada Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara (USU) Medan. Mengingat buku mengenai PTM & AB memang sangat jarang, dan yang ada hingga saat ini hanya satu yakni dalam edisi Bahasa Inggris, dan selebihnya, mahasiswa serta dosen mencari bahan‐ bahan pendukung materi kuliah melalui Internet, sehingga untuk itu penulis sebagai dosen mata kuliah PTM & AB mencoba menulis diktat ini. Diktat PTM & AB ini dibuat berseri yakni Bagian I s/d Bagian VII, sementara Bagian IV dan V digabungkan karena cakupan materinya tidak luas. Adapun ke‐7 bagian diktat PTM & AB yang disusun penulis adalah sbb.: Pengenalan Umum (Bagian I), Alat‐Alat Gusur (Bagian II), Alat‐ Alat Gali (Bagian III), Grader dan Compactor (Bagian IV dan V), Truk (Bagian VI), Biaya Alat‐Alat Berat (Bagian VII). Diktat PTM & AB Bagian I s/d VII ini ditulis sesuai dengan kurikulum dan silabus yang ditetapkan pada Departemen Teknik Sipil, oleh karena itu diharapkan diktat PTM & AB Bagian I s/d Bagian VII ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan dan menyelesaikan masalah‐masalah yang dihadapi dalam perkuliahan terkait. Dalam penulisan ke‐7 bagian diktat PTM & AB ini, setiap modul (bagian) dilengkapi dengan contoh‐contoh soal yang telah diselesaikan penulis maupun soal‐soal latihan yang dikerjakan mahasiswa, dengan maksud agar mahasiswa dapat langsung mengaplikasikan teori yang mereka peroleh di kelas. Semoga ke‐2 seri diktat PTM & AB ini dapat bermanfaat bagi para pembaca khususnya mahasiswa. Penulis akan dengan senang hati menerima masukan yang bersifat membangun untuk penyempurnaan isi dari ke‐7 seri diktat PTM & AB ini. Terimakasih.
Medan, Oktober 2009
Penulis,
Filiyanti Teta Ateta Bangun, S.T., M.Eng.
Filiyanti Teta Ateta Bangun : Pengembangan Tanah Mekanik (PTM) & Alat-Alat Berat : Biaya Alat-Alat Berat, 2009
DAFTAR ISI Kata Pengantar…………………………………………………………...………………………………...……………………..…i Daftar Isi …………………………………………………………………...…………………………………………………………ii VII. Biaya Alat‐Alat Berat.......................................................................................................................................1 VII.1. Umum................................................................................................................................................................1 VII.2. Owning Cost....................................................................................................................................................1 VII.3. Operating Cost…………………………………………………....……………...………………………………………..3 VII.4. Biaya Sewa………………..…….........................................................................................................................5 VII.5. Daftar Pustaka……...…………………………………………………………………………......................................6
Filiyanti Teta Ateta Bangun : Pengembangan Tanah Mekanik (PTM) & Alat-Alat Berat : Biaya Alat-Alat Berat, 2009
DIKTAT KULIAH PENGEMBANGAN TANAH MEKANIK (PTM) & ALATALAT BERAT
BAGIAN VII BIAYA ALAT – ALAT BERAT OLEH FILIYANTI TETA ATETA BANGUN, ST., M.Eng. NIP. 19690626 199503 2 002
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN OKTOBER 2009
Filiyanti Teta Ateta Bangun : Pengembangan Tanah Mekanik (PTM) & Alat-Alat Berat : Biaya Alat-Alat Berat, 2009
VII. BIAYA ALATALAT BERAT VII.1. UMUM Dalam pekerjaan‐pekerjaan yang besar seperti pekerjaan konstruksi, pekerjaan transportasi dan pekerjaan bendungan, selalu digunakan alat‐alat berat. Untuk operasi dengan alat‐alat berat harus dipertimbangkan biayabiaya yang disediakan untuk penggunaan alat, waktu yang harus diselesaikan, keuntungan yang diperoleh dan pertimbangan lainnya. Biaya untuk alat berat dapat dihitung dengan prakiraan‐prakiraan yang dapat dipertanggungjawabkan. Biaya tersebut meliputi Owning Cost (biaya kepemilikan) dan Operating Cost (biaya operasi) yang sering disebut sebagai O & O cost (Owning and Operating Cost). Owning Cost secara pasti sangat sulit ditentukan karena dipengaruhi oleh umur ekonomis alat yang tidak dapat diramalkan dengan tepat, suku bunga, pajak dan asuransi, yang setiap waktu dapat berubah‐ubah besarnya. Operating Cost besarnya dipengaruhi oleh pemakaian bahan bakar, minyak pelumas untuk mesin dan hidrolis, umur ban, reparasi dan pemeliharaan, penggantian suku cadang khusus dan upah operator. Pada bab‐bab berikut akan diuraikan beberapa hal yang berhubungan untuk menghitung biaya –biaya yang dikeluarkan untuk penggunaan alat berat.
VII.2. OWNING COST Owning cost ialah biaya kepemilikan alat yang harus diperhitungkan selama alat yang bersangkutan dioperasikan, apabila alat tersebut milik sendiri. Biaya ini harus diperhitungkan karena alat semakin lama akan berkurang hasil produksinya, bahkan pada waktu tertentu alat sudah tidak dapat berproduksi lagi, hal ini disebut sebagai depresiasi. Nilai depresiasi ditentukan oleh harga beli alat waktu didatangkan beserta perlengkapannya, prakiraan umur ekonomis alat, nilai residu alat (nilai jual pada akhir umur ekonomis) dan nilai reproduksi alat. Untuk menentukan nilai depresiasi alat dalam satuan waktu tertentu ada beberapa metode seperti berikut ini. 1. Straight Line Method Straight Line method ialah metode untuk menentukan nilai depresiasi alat tiap tahun‐nya sama besar atau sering disebut dengan metode Garis Lurus. Pada metode ini nilai depresiasi tiap tahunnya diperoleh dengan membagi nilai reproduksi dengan Umur Ekonomis alat. Contoh 71 : Harga beli alat : Rp. 100.000.000,‐ Umur ekonomis : 5 tahun Niali residu : Rp. 20.000.000,‐ Nilai Reproduksi = Rp. 100.000.000,‐ = Rp. 20.000.000,‐ (‐) = Rp. 80.000.000,‐ Rp.80.000.000,− Depresiasi = = Rp.16.000.000,− pertahun 5 Metode ini sangat sesuai digunakan apabila alat bekerja kontinu setiap tahun, misalnya dapat diperkirakan bekerja selama 2000 jam pertahunnya. 2. Reducing Charge Method Reducing Charge Method adalah metode untuk menentukan jumlah depresiasi yang menurun atau berkurang jumlahnya untuk setiap tahunnya. Pertimbangan cara ini ialah semakin tua alat semakin menurun produksinya. Metode ini dibedakan dalam dua metode lagi ialah sebagai berikut : Filiyanti Teta Ateta Bangun : Pengembangan Tanah Mekanik (PTM) & Alat-Alat Berat : Biaya Alat-Alat Berat, 2009
a. Declining Balance Method, ialah metode untuk menentukan jumlah depresiasi dari tahun ke tahun adalah sebesar prosentase tertentu dari nilai buku alat pada tahun yang bersangkutan. Besarnya prosentase dapat dihitung berdasarkan harga beli, nilai residu dan umur ekonomis alat. Nilai buku adalah harga beli alat dikurangi depresiasi yang telah diperhitungkan. Contoh 72 : Harga beli alat : Rp. 30.000.000,‐ Depresiasi per tahun : 40% dari nilai buku Umur ekonomis alat : 5 tahun Nilai Residu : Rp. 4.000.000,‐ Harga beli alat = Rp.30.000.000,‐ Depresiasi tahun ke 1 = 40% x Rp.30.000.000,‐ = Rp.12.000.000,‐ Nilai buku tahun ke 2 = Rp.18.000.000,‐ Depresiasi tahun ke 2 = 40% x Rp.18.000.000,‐ = Rp.7.200.000,‐ Nilai buku tahun ke 3 = Rp. 10.800.000,‐ Seterusnya lihat tabel VII‐1. Tabel VII1. Depresiasi dengan Metode Declining Balance Method Tahun Ke 1 2 3 4 51) 52)
Depresiasi % 40 40 40 40 40 ‐
Depresiasi (Rp.) 12.000.000 7.200.000 4.320.000 2.592.000 1.555.200 ‐
Nilai Buku (Rp.) 30.000.000 18.000.000 10.800.000 6.480.000 3.888.000 4.000.000
Dari Tabel VII‐1 dapat dilihat nilai buku tidak lagi mengalami depresiasi setelah mencapai nilai residu yang telah diperkirakan pada contoh diatas sebesar Rp. 4.000.000,, sehingga nilai buku yang digunakan adalah nilai buku pada tahun ke 52), untuk kasus yang lain mungkin berlaku pada nilai buku tahun ke 51). b. Sum of the Year’s Digit Method, ialah metode untuk menentukan besarnya depresiasi tiap tahun berdasar pada jumlah angka‐angka tahun dari umur ekonomis alat yang bersangkutan sebagai koefisien pembagi, dan bedasar pada sisa umur ekonomis dari alat. Contoh 73 : Harga beli alat : Rp. 100.000.000,‐ Prakiraan umur ekonomis : 5 tahun Nilai residu : Rp. 25.000.000,‐ Berdasar umur ekonomis, jumlah angka‐angka tahun adalah : 1 + 2 + 3 + 4 + 5 = 15 Nilai reproduksi = Rp. 100.000.000 (‐) Rp. 25.000.000 = Rp. 75.000.000 Besar Depresiasi dari tahun ke tahun dihitung seperti pada Tabel VII‐2.
Filiyanti Teta Ateta Bangun : Pengembangan Tanah Mekanik (PTM) & Alat-Alat Berat : Biaya Alat-Alat Berat, 2009
Tabel VII2. Depresiasi Berdasar Nilai Angka Tahun Tahun Ke
Rasio Depresiasi
Nilai Reproduksi (Rp.)
Depresiasi (Rp.)
Nilai buku (Rp.)
0 1 2 3 4 5
0 5/15 4/15 3/15 2/15 1/15
75.000.000 75.000.000 75.000.000 75.000.000 75.000.000 75.000.000
0 25.000.000 20.000.000 15.000.000 10.000.000 5.000.000
100.000.000 75.000.000 55.000.000 40.000.000 30.000.000 25.000.000
Pada Tabel VII‐2 terlihat nilai buku pada tahun ke‐5 pada akhir umur ekonomis alat yang besarnya Rp. 25.000.000,‐ sesuai dengan prakiraan nilai residu. Untuk menghitung Owning Cost, di samping menentukan depresiasi harus juga diperhitungkan suku bunga, pajak, asuransi dan biaya penyimpanan. Cara menentukan besarnya suku bunga , pajak dan asuransi tiap‐tiap negara berbeda‐beda, tergantung di negara mana alat tersebut digunakan. Nilai rata‐rata untuk suku bunga, pajak dan asuransi per tahun didasarkan pada nilai rata‐ rata alat selama umur ekonomis. Untuk menghitung dengan mudah dapat digunakan rumus yang didasarkan pada nilai depresiasi dengan metode garis lurus berikut. P(n + 1) + S (n − 1) P= 2n Keterangan : P = biaya rata‐rata yang dikeluarkan per‐tahun P = harga beli alat S = salvage value (nilai residu) n = prakiraan umur ekonomis alat = 50 tahun Contoh 74 : Harga beli alat : Rp. 100.000.000,‐ Nilai residu : Rp. 25.000.000,‐ Umur ekonomis : 5 tahun (2000 jam pertahun) Misalnya suku bunga : 15% Pajak : 2,5% Asuransi dll : 2,5% Total annual rates : 20% Rp.100.000.000(5 + 1) + Rp.25.000.000(5 − 1) P= 2(50) P = Rp. 70.000.000,‐ per tahun atau P = Rp. 35.000,‐ per jam Sehingga suku bunga, pajak dan asuransi dihitung : Rp. 35.000,‐ x 20% = Rp. 7.000,‐ per jam
VII.3. OPERATING COST Operating Cost atau biaya operasi alat yang dikeluarkan selama alat tersebut digunakan. Biaya operasi ini meliputi bahan bakar, minyak pellumas atau minyak hidrolis, penggantian ban, perbaikan atau pemeliharaan, penggantian suku cadang khusus, misalnya mata pisau pada dozer dan gaji operator. Filiyanti Teta Ateta Bangun : Pengembangan Tanah Mekanik (PTM) & Alat-Alat Berat : Biaya Alat-Alat Berat, 2009
1. Bahan Bakar Untuk konsumsi bahan bakar alat tergantung dari besar kecilnya daya mesin yang digunakan disamping kondisi medan yang ringan atau berat juga menentukan. Pabrik pembuat alat biasanya memberikan prakiraan konsumsi bahan bakar sesuai daya mesin alat yang dinyatakan dalam liter/jam atau galon/jam. Apabila tidak ada prakiraan konsumsi bahan bakar dapat digunakan pendekatan berikut : a. 0,06 galon/jam untuk mesin dengan bahan bakar bensin b. 0,04 galon/jam untuk mesin dengan bahan bakar solar/disel Perlu diperhatikan bahwa selama pengoperasian alat, mesin tidak selalu bekerja 100%. Misalnya pada alat gali, pemakaian tenaga mesin 100% hanya pada waktu menggali dan mengangkat tanah saja, sedang pada waktu bucket kosong mesin tidak menggunakan tenaga penuh. Efisiensi kerja operator dalam satu jam kerja juga tidak penuh 100%, misalnya hanya 50 menit/jam saja, hal ini disebut dengan Operating Factor, yang semakin besar operating factornya makin besar pula tenaga mesin bekerja. 2. Minyak Pelumas Kebutuhan minyak pelumas dan minyak hidrolis tergantung pada besarnya bak karter (crank case) dan lamanya periode penggantian minyak pelumas, biasanya antara 100 sampai 200 jam pemakaian. Untuk kebutuhan minyak pelumas, minyak hidrolis, gemuk (grease) dan filter biasanya pabrik pembuat memberikan prakiraan yang dinyatakan dalam liter/jam atau gallon/jam tergantung kondisi medan kerjanya. Kondisi medan kerja dibedakan dalam tiga keadaan yaitu : a. Ringan : gerakan‐gerakan teratur dan banyak istirahat, tidak membawa muatan penuh, b. Sedang : gerakan‐gerakan teratur muatan tidak penuh, c. Berat : bekerja terus menerus dengan tenaga mesin penuh (operating factor besar). Apabila dari pabrik tidak memberikan prakiraan konsumsi minyak pelumas, maka dapat diprakirakan sebagai berikut : q = (mahasiswa) Keterangan : q = Kebutuhan minyak pelumas (galon/jam) HP = Daya mesin (HP atau Daya Kuda) C = Kapasitas bak karter (galon) T = Waktu pemakaian 3. Biaya Ban Biaya ban bergantung dari harga ban di tempat alat yang bersangkutan dioperasikan dan prakiraan umur ban menurut pengalaman, atau menurut rekomendasi pabrik pembuatnya. Besarnya biaya penggantian ban ditentukan sebagai berikut : -
Biaya Perbaikan/Pemeliharaan Untuk menjaga kondisi alat agar dapat bekerja normal dan baik perlu adanya pemeliharaan, penggantian suku cadang dengan yang baru. Faktor yang mempengaruhi besarnya biaya perbaikan alat adalah kondisi pemakaian alat, kecakapan operator dan adanya perawatan yang memadai. Besarnya faktor untuk menentukan biaya perbaikan dan pemeliharaan biasanya sudah ada rekomendasi dari pabrik pembuat alat, yang besarnya tergantung dari kondisi pemakaiannya dan ditentukan sebagai berikut :
Filiyanti Teta Ateta Bangun : Pengembangan Tanah Mekanik (PTM) & Alat-Alat Berat : Biaya Alat-Alat Berat, 2009
• Penggantian Suku Cadang Khusus Suku cadang khusus yang dimaksud adalah bajak, ujung mata pisau pada bulldozer dan alatalat khusus lainnya yang kerusakannya lebih cepat dibanding suku cadang yang lain, waktu kerusakannya tidak tertentu, tergantung pemakaian dan medan kerja. Untuk menghitung biaya suku cadang khusus ini tidak termasuk dalam pos perbaikan dan pemeliharaan tetapi dihitung dalam pos tersendiri. 4. Gaji Operator Untuk menentukan gaji atau upah operator faktor yang mempengaruhi ialah kecakapan dan pengalaman operator, kemampuan pemilik alat serta kondisi sosial negara yang bersangkutan.
VII.4. BIAYA SEWA Berdasar analisis‐analisis yang diuraikan di atas, Departemen Pekerjaan Umum mengeluarkan buku Pedoman Tata Cara Penggunaan Peralatan, yang menyangkut juga besarnya nilai sewa alat‐alat berat yang dipengaruhi oleh umur ekonomis alat dan penetapan tarif sewa sesuai umur alat yang bersangkutan. Dari buku Pedoman Tata Cara Penggunaan Peralatan ada beberapa tabel yang dapat digunakan, salah satunya seperti Tabel VII‐3. Contoh 75 : Cara pemakaian Tabel VII‐3. Bulldozer Caterpillar D4‐D, harga beli Rp. 53.000.000,‐ Umur ekonomis 5 tahun (5 x 2000 = 10.000 jam) Jumlah biaya pemeliharaan selama umur ekonomis 90%. Dari Tabel VII‐3 dapat diketahui, - Pada tahun sewa ke 1, faktor pengali 252,00 - Pada tahun sewa ke 2, faktor pengali 231,00 - Pada tahun sewa ke 3, faktor pengali 214,00 - Pada tahun sewa ke 4, faktor pengali 201,00 - Pada tahun sewa ke 5, faktor pengali 193,00 Untuk menghitung besarnya biaya sewa perjam digunakan rumus berikut : Biaya sewa = (mahasiswa) Sehingga biaya sewa pada : (mahasiswa) - tahun ke 1 = - tahun ke 2 = - tahun ke 3 = Biaya sewa tersebut diatas belum termasuk biaya untuk bahan bakar, minyak pelumas dan minyak hidrolis, penggantian ban, biaya untuk suku cadang khusus dan upah operator. Tabel VII3. DAFTAR FAKTOR PENGALI TARIF SEWA PERALATAN PER JAM PEMELIHARAAN TK.III dan TK.IV OLEH DEPT.PU (PERBAIKAN DALAM POS KONSTRUKSI) (mahasiswa)
Filiyanti Teta Ateta Bangun : Pengembangan Tanah Mekanik (PTM) & Alat-Alat Berat : Biaya Alat-Alat Berat, 2009
VII.5. DAFTAR PUSTAKA 1. Handbook of Caterpillar (the Internet downloaded, 2009); 2. Handbook of Komatsu (the Internet downloaded, 2009); 3. Peurifoy, P.E., Ledbetter, W.B., Schexnayder, C.J., Construction Planning, Equipment, And Methods,The McGraw‐Hill Companies, Inc., NY, 2007.
Filiyanti Teta Ateta Bangun : Pengembangan Tanah Mekanik (PTM) & Alat-Alat Berat : Biaya Alat-Alat Berat, 2009