BAHAN AJAR CETAK SUPLEMEN
ISBN:
PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SD Yayuk Mardiati Imam Muchtar Sumarjono Arief Rijadi Ign.Suhanto
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL 2010
KATA PENGANTAR
Mata pelajaran Pendidikan kewarganegaraan (PKn) mempunyai fungsi sebagai sarana untuk membentuk peserta didik menjadi warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya, berkomitmen setia kepada bangsa dan negara Indonesia dengan merefleksikan diri sebagai warga negara yang cerdas, terampil dan berkharakter sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD 1945. Tujuan mata Pelajaran PKn antara lain, agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut : 1. Berfikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu–isu kewarganegaraan. 2. Berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab dan bertindak secara cerdas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. 3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan kepribadian bangsa Indonesia agar dapat hidup sejajar dengan bangsa-bangsa lain. 4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi ditengah-tengah arus globalisasi. Suplemen pengembangan PKn SD ini dimaksudkan untuk melengkapi bahan ajar cetak yang sudah ada. Di dalam suplemen ini dikembangkan model-model, strategi, metode-metode dan pendekatan-pendekatan dalam rangka pembelajaran PKn SD yang akan membantu guru dalam menuangkan kreativitasnya di depan kelas sebagai fasilitator. Pengembangan suplemen PKn SD ini didasarkan atas prinsip-prinsip Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM). Prinsip-prinsip ini diharapkan dapat mempermudah daya serap materi mata pelajaran PKn terutama dalam penilaian ranah afektif, kognitif dan psikomotor secara simultan, terutama peserta didik pada kelas rendah yang baru belajar membaca dan menulis. Pada kelas tinggi kreativitas dalam pembelajaran lebih ditingkatkan lagi. Namun konsekuensinya guru sebagai motivator dan fasilitator harus kreatif, inisiatif, dan konsen terhadap peserta didik. Tanpa hal ini pembelajaran PKn yang kita inginkan tidak akan tercapai secara optimal.
Jember, Juli 2010
Tim Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………….
i
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………..
ii
TINJAUAN UMUM SUPLEMEN.……………………………………………………..
iv
UNIT 1 : PARADIGMA BARU PKn …………………..……………………………
1
1.1 Pendahuluan …………………………………………………………..
1
1.2 Pemikiran Rasional ……………………………………………………
3
1.3 Lingkungan Kelas Demokratis (Democratic Classroom) …….………
6
1.4 Karakteristik PKn ……………………………………………..………
9
1.5 Struktur Keilmuan PKn SD/MI .……………………………………
10
1.6 Pengembangan Pembelajaran PKn yang Demokratis Melalui Media Audiovisual ……………………………………………………….…... 11 Latihan ……………………………………………………….…………….. 13 Rangkuman …………………………………………………..…………….. 14 Tes formatif 1 ………………………………………………….…………...
15
Daftar Pustaka ………………………………………………..…………….
17
Glosarium ………………………………………………………………….
18
UNIT 2 : MODEL-MODEL PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PKn ….......... 21 2.1 Pendahuluan …………………………………………..………………
21
2.2 Model Pengembangan Pembelajaran PKn ..……………………….….
22
2.2.1 Model Pembelajaran PKn SD di Kelas Rendah …………………….
22
2.2.1.1 Model Pembelajaran PAIKEM PKn SD ………………………….
23
2.2.1.2 Model Pembelajaran Talking Stick ……………………….….……
24
2.2.2 Model Pengembangan Pembelajaran PKn di Kelas Tinggi………….
25
2.2.2.1 Model Pembelajaran Cooperative Learning: Think-Pair-Share …..
26
2.2.2.2 Model Pembelajaran Berbasis Portofolio ………………………….
29
Latihan …………………………………..…………………………………
32
Rangkuman ……………………………….………………………………..
33
Tes formatif 2 ……………………………………….……………………...
34
Daftar Pustaka ……………………………………………………………... 37 Glosarium …………………………………………………………….......... ii
38
UNIT 3 : PENGEMBANGAN PERANGKAT PENILAIAN MATA PELAJARAN PKn ……………………………………………………………..................
41
3.1 Pendahuluan …………………..……………………………………… 41 3.2 Prinsip-prinsip Penilaian PKn ………………..……….………………. 43 3.3 Teknik Penilaian Afekif untuk PKn………..……….………………… 44 3.4 Penilaian Portofolio ……………………………..….…………………. 49 3.5 Pengembangan Penilaian Ranah Tiga Domain .....................................
51
Latihan ……………………………………………………………………... 59 Rangkuman ………………………………………………………………… 60 Tes formatif 3 ………………………………………………………………. 61 Daftar Pustaka ……………………………………………………………… 63 Glosarium …………………………………………………………………..
64
UNIT 4 : PENGEMBANGAN SILABUS DAN RPP SERTA PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN PKn SD …………………………………….
67
4.1 Pendahuluan …………………………………………………………... 67 4.2 Komponen-Komponen RPP …………………………………………....
67
4.3 Prinsip-Prinsip Penyusunan RPP ………..…………………………........
68
4.4 Pelaksanaan Pembelajaran ………..…………………………...............
69
4.5 Latihan …………………………………………………………...........
78
4.6 Rangkuman ……………………………………………………............
79
4.7 Tes formatif 4 ……………………………………………………......... 80 4.8 Daftar Pustaka ……………………………………………………........ 82 4.9 Glosarium ……………………………………………………..............
iii
83
TINJAUAN UMUM SUPLEMEN Suplemen buku Pengembangaan Pembelajaan PKn SD terdiri dari 4 Unit, yaitu membahas Paradigma baru PKn SD, model–model pembelajaran PKn pada kelas rendah dan kelas tinggi, pengembangan perangkat penilaian serta pengembangan silabus dan RPP sesuai dalam KTSP. Unit 1 membahas paradigma buru, tugas, dan tujuan pembelajaran PKn terkait dengan suasana era globalisasi. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa sebagai bangsa tentunya kita menjadi bagian dari bangsa-bangsa lain di dunia, sehingga harus dapat hidup berdampingan secara damai dengan berlandaskan budaya Indonesia. Unit ini juga membahas pemikiran rasional yang harus kita miliki dan dipakai sebagai pedoman pengembangan pembelajaran PKn serta bagaimana kita menemukan konsep-konsep kelas demokratis. Mengingat kharakteristik dan struktur keilmuan PKn berbeda dengan mata pelajaran yang lain, maka dalam suplemen ini diuraikan juga pengelolaan instrument pengukuran ranah afektif, serta bagaimana mengembangkan pembelajaran PKn SD kelas tinggi yang demokratis berbantuan media audio visual. Unit 2 menjelaskan model-model pembelajaran yang tepat untuk mata pelajaran SD kelas rendah dan kelas tinggi agar materi pembelajaran dapat diterima secara optimal dengan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM). Pembelajaran PKn SD dengan pendekatan tematik (pada kelas rengah) dengan model atau pendekatan tongkat bergilir/berbicara (talking stick), permainan (games), model pembelajaran
cooperatif
learning
dengan
Pendekatan
Think-Pair-Share,
model
pembelajaran dengan pendekatan analisis nilai dan model pembelajaran berbasis portofolio. Unit 3, merupakan bagian dari perangkat penilaian pelajaran PKn, terutama dalam pengembangan penilaian afektif dan penilaian berbasis tiga domain. Penilaian ranah afektif ini terdiri atas lima instrumen yang diukur dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, agama dan estetika yaitu 1.Sikap 2. minat 3. Konsep diri 4. Nilai dan 5. Moral. Ketiga instrumen yang terakhir inilah yang membedakan dengan mata pelajaran lain. Unit 4, sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam proses pembelajaran terutama dalam hubungannya dengan interaksi antara guru dan peserta didik, yaitu pengembangan silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Di dalam unit ini juga dijelaskan contoh pengembangan silabus dan RPP PKn SD kelas rendah dan kelas tinggi dengan pengembangan model, pendekatan yang berbeda-beda agar pelaksanaan pembelajaran dapat diserap oleh peserta didik secara maksimal. iv
Unit 1 PARADIGMA BARU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
Sumarjono Imam Muchtar 1.1 Pendahuluan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan bidang studi yang bersifat multifaset dengan konteks lintas bidang keilmuan. Secara filsafat keilmuan PKn memiliki ontology pokok ilmu politik khususnya konsep political democracy untuk aspek duties and rights of citizen (Chreshore:1886). Dari ontologi pokok inilah kemudian berkembang konsep Civics yang secara harafiah (dalam bahasa Latin) adalah civicus yang artinya warga negara pada zaman Yunani kuno. Berawal dari pengertian itulah kemudian berkembang dan secara akademis diakui sebagai embrionya civic education. Di Indonesia civic education ini diadaptasi menjadi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Secara epistemologis, PKn sebagai suatu bidang keilmuan merupakan pengembangan dari salah satu dari lima tradisi social studies yakni citizenship transmission (Barr, Barrt, dan Shermis:1978). Tradisi social studies mengalami perkembangan pesat sehingga kini telah menjadi suatu body of knowledge yang memiliki paradigma sistemik berisi tiga domain citizenship education yaitu: domain akademis, kurikuler, dan sosial kultural (Winataputra:2001) PKn secara pragmatik memiliki visi socio-pedagogis untuk mendidik warganegara yang demokratis dalam konteks yang lebih luas, antara lain mencakup konteks pendidikan formal dan non-formal. Sedangkan secara umum PKn memiliki visi formal-pedagogis untuk mendidik warganegara yang demokratis dalam konteks pendidikan formal. Di Indonesia PKn memiliki visi formal-pedagogis, yakni sebagai mata pelajaran sosial dalam dunia persekolahan dan perguruan tinggi yang berfungsi sebagai wahana untuk mendidik warganegara Indonesia yang Pancasilais. Seiring dengan perkembangan kehidupan demokrasi di Indonesia, yaitu lahirnya masa reformasi, para pemikir kurikulum di Indonesia, khususnya ahli-ahli PKn mengadakan pembaharuan terhadap muatan dan substansi kurikulum PKn. Pengkajian para prkar PKn berhasil merumuskan suatu kesepakatan yang kemudian terkenal dengan istilah paradigma baru PKn. Dalam paradigma baru PKn dijelaskan, Paradigma Baru PKn-SD
1
bahwa PKn merupakan bidang kajian ilmiah dan program pendidikan di sekolah dan diterima sebagai wahana utama esensial pendidikan demokrasi di Indonesia yang dilaksanakan melalui: 1) Civic Intelligence, yaitu kecerdasan dan daya nalar warga negara baik dalam dimensi spiritual, rasional, emosional, maupun sosial; 2) Civic Responsibility, yaitu kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga negara yang bertanggung jawab; dan 3) Civic Participation, yaitu kemampuan berpartisipasi warga negara atas dasar tanggungjawabnya, baik secara individual, sosial, maupun sebagai pemimpin hari depan. Muatan-muatan materi PKn dengan paradigma baru tersebut kemudian dijabarkan ke dalam berbagai Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar sebagai bagian dari Standar Isi PKn yang termuat dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi. Secara garis besar, dimensi pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge) yang tercakup dalam mata pelajaran PKn meliputi politik, hukum dan moral. Dengan demikian, mata pelajaran PKn merupakan bidang kajian disiplin. Secara lebih rinci, materi pengetahuan kewarganegaraan meliputi pengetahuan tentang hak dan tanggung jawab negara, hak asasi manusia, perinsip-perinsip dan proses demokrasi, lembaga pemerintahan dan non-pemerintah, identitas nasional, pemerintahan berdasar hukum (rule of law) dan peradilan yang bebas dan tidak memihak, serta nilai-nilai dan normanorma dalam masyarakat. Keterampilan kewarganegaraan (civic skills) meliputi keterampilan intelektual (intelectual skills) dan keterampilan berpartisipasi (participatory skills) dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Contoh keterampilan intelektual misalnya keterampilan dalam merespon berbagai persoalan politik, seperti perlu atau tidaknya kampanye secara masal. Contoh keterampilan berpartisipasi misalnya keterampilan menggunakan hak dan kewajibannya di bidang hukum, seperti perlu atau tidaknya melapor kepada polisi jika mengetahui tindak kejahatan di masyarakat. Watak
/karakter
kewarganegaraan
(civic
despositions)
sesungguhnya
merupakan dimensi yang paling substantif dan esensial dalam mata pelajaran PKn. Dimensi watak/karakter kewarganegaraan dapat dipandang sebagai ”muara” dari kedua dimensi sebelumnya dengan memperhatikan visi, misi, tujuan, dan karakteristik mata pelajaran PKn. Ciri khas PKn ditandai dengan pemberian penekanan pada Paradigma Baru PKn-SD
2
dimensi watak, karakter, sikap, dan hal-hal lain yang bersifat afektif. Jadi pembelajaran PKn diharapkan mampu memberi pengetahuan kepada warganegara bidang politik, hukum, dan moral sebagai bekal dalam kehidupan bermasyaarakat, berbangsa, dan bernegara. Selanjutnya warga negara di harapkan memiliki keterampilan secara intelektual dan partisipatif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Pada akhirnya, pengetahuan dan keterampilan itu akan membentuk suatu watak atau karakter yang mapan, sehingga menjadi sikap dan kebiasaan hidup sehari-hari. Watak, karakter, dan sikap atau kebiasaan hidup seharihari yang mencerminkan warga negara yang baik itu misalnya sikap religius, toleran, jujur, adil, demoktaris, menghargai perbedaan, menghormati hukum, menghormati hak orang lain, memiliki kebangsaan yang kuat, memiliki rasa kesetiakawanan sosial dan lain-lain.
1.2 Pemikiran Rasional Kurikulum
Tingkat
Satuan
Pendidikan
Tahun
2006
mengakomodir
kecenderungan globalisasi dalam tujuan mata pelajaran PKn yaitu mengembangkan kemampuan: 1) Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan; 2) berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti korupsi; 3) berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain di dunia; 4) berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Dalam proses pembelajaran, PKn hendaknya menjadi “subjek pembelajaran yang kuat” (powerful learning area) yang ditandai oleh pengalaman belajar kontekstual dengan ciri-ciri: bermakna (meaningful), terintegrasi (integrated), berbasis nilai (value-based), menantang (challenging), dan mengaktifkan (activating) (Budimansyah, 2008b:182). Konsep paradigma baru PKn muncul setelah era reformasi di mana masyarakat Indonesia tidak hanya memerlukan teori tentang konsep demokrasi, tetapi menghendaki institusi yang mampu memelihara proses demokrasi. Paradigma baru berasal dari bahasa Inggris new paradigm yang secara harafiah berarti pola atau model baru. Menurut Udin, dkk.. interpretasi paradigma baru dalam konteks PKn berarti suatu model atau kerangka berfikir yang digunakan dalam proses kewarganegaraan di Paradigma Baru PKn-SD
3
Indonesia. Selanjutnya dinyatakan bahwa untuk mengembangkan karakter warga Negara yang demokratis PKn dengan paradigma baru mempunyai tiga tugas pokok, yaitu: 1) mengembangkan kecerdasan warga Negara (civic intelligence); 2) membina tanggung jawab warga negara (civic responsibility); dan 3) mendorong partisipasi warga Negara (civic participation) Perlu kita ketahui bahwa ketiga konsep tugas pokok PKn tersebut diadopsi dari Amerika yang sudah mapan demokrasinya. Proses adopsi tersebut disebut making connection, yaitu kemampuan berfikir yang secara simultan mengubah pola pikir menjadi lebih baik dengan tetap memelihara identitas termasuk budaya sndiri (Mardiati, 2007). Oleh karena itu, dalam implementasinya tetap harus kita sesuaikan dengan konteks Indonesia. Contoh proses making connection yang berhasil adalah Jepang.
Bangsa
Jepang
memiliki
kemampuan
menggunakan
kesempatan
mengimplementasikan ilmu pengetahuan dan teknologi barat tanpa menghilangkan identitas budaya sendiri. Indonesia sebagai salah satu anggota Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) perlu mendukung pencapaian tujuan Millenium Development Goals (MDGs), khususnya untuk meningkatkan kualitas pendidikan, termasuk pendidikan yang demokratis (democratic citizenship education). Nilai-nilai demokrasi dalam paradigma baru dalam PKn merupakan konsep yang abstrak. Karena demokrasi bersifat abstrak, maka para siswa SD sering kesulitan memahami dan merefleksikan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian timbul pertanyaan, bagaimana guru dapat mengimplementaskan teori demokrasi dan menggabungkan ketrampilannya demokrasi ke dalam praktek? Dalam suplemen bahan ajar Paradigma baru PKn SD Anda akan dikenalkan model pembelajaran “menciptakan suasana kelas demokratis “ (creating democratic classroom environment). Landasan pemikiran rasional pentingnya PKn dipersekolahan sebagaimana tercantum dalam Standar Isi mata pelajaran PKn tahun 2006 adalah sbb: 1. Pendidikan Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan NKRI sebagai negara kebangsaan yang modern yang pembentukannya didasarkan pada semangat kebangsaan dalam kebinekaan (risalah Sidang BPUPKI dan PPKI 29 Mei s.d 19 Agustus 1945, Sekretariat Negara, 1992).
Paradigma Baru PKn-SD
4
2. Komitmen yang kuat dan konsisten terhadap prinsip dan semangat kebangsaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang berdasarkan pada Pancasila dan UUD 1945 3. Negara Kesatuan republik Indonesia adalah negara yang berdasarkan Pancasila seperti yang termuat dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV 4. Pancasila dan UUD 1945 perlu ditanamkan kepada seluruh komponen bangsa Indonesia, khususnya generasi muda sebagai penerus bangsa, mengingat sejarah telah membuktikan berbagai peristiwa telah mengancam persatuan dan kesatuan. 5. Pada masa depan tidak terulang lagi adanya sistem pemerintahan otoriter yang mengekang HAM warga negara untuk menjalankan demokrasi dengan kebebasan yang bertanggung jawab. Kehidupan ini dapat dimulai di keluarga, sekolah dan masyarakat untuk membentuk masa depan yang cerah (diolah dari Puskur, Balitbang Depdiknas, 2003) Terkait dengan pemikiran rasional tersebut, maka mata pelajaran PKn di sekolah memiliki peran dan tanggung jawab yang sentral. Paradigma baru PKn memuat aspek-aspek materi pembelajaran sebagaimana tercantum dalam Standar Isi tahun 2006 sbb: 1. Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: hidup rukun dalam perbedaan, cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda, keutuhan negara kesatuan Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap negara kesatuan Republik Indonesia, keterbukaan dan jaminan keadilan 2. Norma, hukum dan peraturan, meliputi: tertib dalam kehidupan keluarga, tata tertib di sekolah, norma yang berlaku di masyarakat, peraturan-peraturan daerah, normanorma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sistim hukum dan peradilan nasional, hukum dan peradilan internasional 3. Hak asasi manusia meliputi: hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban anggota masyarakat, instrumen nasional dan internasional HAM, pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM 4. Kebutuhan warga negara meliputi: hidup gotong royong, harga diri sebagai warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri, persamaan kedudukan warga negara
Paradigma Baru PKn-SD
5
5. konstitusi negara meliputi: proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di indonesia, hubungan dasar negara dengan konstitusi 6. Kekuasan dan Politik, meliputi: pemerintahan desa dan kecamatan, pemerintahan daerah dan otonomi pemerintah pusat, demokrasi dan sistem politik, budaya politik, budaya demokrasi menuju masyarakat madani, sistem pemerintahan, pers dalam masyarakat demokrasi 7. Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka 8. Globalisasi meliputi: globalisasi di lingkungannya, politik luar negeri Indonesia di era globalisasi, dampak globalisasi, hubungan internasional dan organisasi internasional, dan mengevaluasi globalisasi.
1.3 Lingkungan Kelas Demokratis (Democratic Classroom) Realitas di lapangan menunjukkan bahwa, pembelajaran PKn di Indonesia hingga saat ini masih didominasi sistem konvensional, sehingga penerapan pembelajaran yang berorientasi pada konsep “contextualized multiple intelligence” masih jauh dari harapan. Masalah serius yang kita hadapi adalah, sebagian besar siswa “tidak dapat menghubungkan apa yang telah mereka pelajari dengan aplikasi pengetahuan dalam kehidupannya saat ini dan di kemudian hari”. Artinya pembelajaran tidak memberikan makna bagi siswa dalam memecahkan permasalahan kewarganegaraan yang terjadi dalam kehidupannya. Pembelajaran belum mampu mengembangkan civic knowledge, civic skills dan civic desposition secara komprehensif. Hal ini disebabkan oleh pembelajaran PKn belum mengkaitkan materi dengan realita kehidupan siswa, tidak kontekstual, lebih banyak memberikan kemampuan untuk menghapal, bukan untuk berpikir kreatif, kritis, dan analitis, bahkan menimbulkan sikap apatis siswa dan menganggap remeh serta kurang menarik (Surachmad dalam Kompas, 2003). Setiap aspek proses pembelajaran PKn di Indonesia masih banyak kelemahan, bahkan secara agregat menjadi kontraproduktif terhadap pengembangan diri dan kemampuan intelektual siswa. Suryadi (2006:27) mengidentifikasi ciri-ciri sistem belajar konvensional meliputi adanya kelas yang tertutup dalam sekolah dab lingkungannya, seting ruangan yang statis dan penuh formalitas, guru menjadi satuParadigma Baru PKn-SD
6
satunya sumber ilmu dan papan tulis sebagai sarana utama dalam proses transfer of knowledge, situasi dan suasana belajar yang diupayakan hening untuk mendapatkan konsentrasi belajar maksimal, menggunakan buku wajib yang cenderung menjadi satusatunya yang syah sebagai referensi di kelas, dan adanya model ujian dengan soal-soal pilihan ganda (multiple choice) yang hasilnya digunakan untuk ukuran kemampuan siswa. Somantri (2001:245) mempertegas bahwa kurang bermaknanya PKn bagi siswa dikarenakan masih dominannya penerapan metode pembelajaran konvensional seperti ground covering technique, indoktrinasi, dan narrative technique dalam pembelajaran PKn sehari-hari. Sementara itu, Budimansyah (2008:18) menyoroti penyebab masalah tersebut secara lebih luas meliputi: pertama, proses pembelajaran dan penilaian PKn lebih menekankan pada dampak instruksional (instructional effects) yang terbatas pada penguasaan materi (content mastery) atau hanya menekankan pada dimensi kognitifnya saja. Pengembangan dimensi-dimensi lainnya (afektif dan psikomotorik) dan pemerolehan dampak pengiring (nurturant effects) sebagai “hidden curriculum” belum mendapat perhatian sebagaimana mestinya. Kedua, Pengelolaan kelas belum mampu menciptakan suasana kondusif dan produktif untuk memberikan pengalaman belajar kepada siswa melalui pelibatannya secara proaktif dan interaktif, baik dalam proses pembelajaran di kelas maupun di luar kelas (intra dan ekstra kurikuler). Hal ini berakibat pada miskinnya pengalaman belajar yang bermakna (meaningful learning) untuk mengembangkan kehidupan dan perilaku siswa. Ketiga, penggunaan alokasi waktu yang tercantum dalam Struktur Kurikulum Pendidikan dijabarkan secara kaku dan konvensional sebagai jam pelajaran tatap muka terjadwal sehingga kegiatan pembelajaran PKn dengan cara tatap muka di kelas menjadi sangat dominan. Hal itu mengakibatkan guru tidak dapat berimprovisasi secara kreatif untuk melakukan aktivitas lainnya selain dari pembelajaran rutin tatap muka yang terjadwal dengan ketat. Keempat, pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler sebagai wahana sosio-pedagogis untuk mendapatkan “hands-on experience” juga belum memberikan kontribusi yang signifikan untuk menyeimbangkan antara penguasaan teori dan praktek pembiasaan perilaku dan keterampilan dalam berkehidupan yang demokratis dan sadar hukum. Pemecahan masalah kekurangbermaknaan PKn tersebut pelu merubah materi pembelajaran PKn tidak hanya berisi hapalan saja, tetapi harus dipadukan dengan Paradigma Baru PKn-SD
7
kehidupan nyata dalam masyarakat dengan ditopang oleh proses pembelajaran yang dapat mengembangkan contextualized multiple intelligence. Hal ini senada dengan pendapat Somantri (2001:313) bahwa PKn akan lebih bermakna apabila pengetahuan fungsional (functional knowledge) dan masalah-masalah kemasyarakatan memperkaya konsep-konsep dasar PKn, dan dikembangkan dialog kreatif dalam pembelajaran. Dengan demikian pembelajaran PKn dapat mengembangkan seluruh potensi siswa. Menurut Djahiri (dalam Budimansyah dan Syaifullah, 2006:3), potensi diri yang harus dikembangkan ini meliputi potensi daya pikir/intelektual, daya afektual dan psikomotor yang terkait dengan konteks life cycles manusia, aspek kehidupannya, dan sumber norma acuannya yang berlaku di masyarakat. Proses pembelajaran PKn di persekolahan diperlukan guru inkuiri. Guru inkuiri menurut A. Kosasih Djahiri (1985: 7-8) mempunyai ciri-ciri sebagai perencana, pelaksana pengajaran, fasilitator, administrator, evaluator, rewarder, manajer, pengarah dan pemberi keputusan. Selanjutnya dikatakan pula, bahwa guru yang baik adalah guru yang mau melihat dan menyerap perasaan peserta didiknya, mempunyai pengertian tinggi atas hal tersebut, percaya peserta didik memiliki kemampuan, mampu berperan sebagai fasilitator (pemberi kemudahan, kelancaran-keberhasilan) dan mampu melaksanakan peran sebagai guru inkuiri. Di dalam kelas guru bisa menciptakan suasana demokratis karena secara alami siswa kooperatip, selalu ingin tahu, dan berkemauan belajar serta mempunyai hak untuk membuat keputusan sendiri tentang belajar mereka. Disamping itu, siswa mempunyai hak dan kewajiban untuk berpartisipasi di dunia sekitarnya. Siwa bisa belajar pelajaran yang bernilai baik ketrampilan hidup maupun akademis melalui partisipasi demokratis. Menurut Emma E. Holmes (1991) kelas demokratis mencerminkan nilai-nilai sebagai layaknya masyarakat demokratis yaitu; hak-hak (rights), tanggung jawab (responsibilities), serta menghargai diri sendiri dan orang lain(self-respect dan respect for others). Di dalam lingkungan kelas demokratis, siswa mempunyai hak untuk dididik atau diberi pengajaran dengan baik dan meraih kesuksesan. Dalam hal ini siswa menggunakan kesempatan untuk berpartisipasi dalam hidup kelompok dan berkomunikasi dengan yang lainnya. Disamping itu, guru diharapkan bisa menciptakan situasi yang memenuhi hak-hak siswa seperti merasa aman disekolah, dihargai, didengar, diberi privacy, dilibatkan dalam membuat keputusan menurut tingkatannya, dan diperlakukan dengan adil (Apple dan Beane 1995). Paradigma Baru PKn-SD
8
Larson (1999) secara implisit berpendapat bahwa komunitas kelas demokratis ditandai dengan sifat-sifat seperti saling percaya dan saling menghargai satu sama, secara pribadi merasa aman, dan mempunyai tujuan yang sama untuk menggali isu secara bersama. Dalam suasana saling percaya dan saling menghargai inilah, siswa yang terlibat dalam suatu diskusi kelompok, misalnya, akan mempunyai perasaan yang baik terhadap siswa lainnya dan berkemauan mengikuti peraturan berdiskusi, seperti mendengarkan, menghargai hak-hak teman dalam berbagai gagasan dan pendapat. Menciptakan suatu kelas yang aman dan menghargai berbagi pendapat dan gagasan baru sangat penting, sehingga siswa merasa yakin bahwa komentar-komentar yang disampaikan selama diskusi dihargai dan tidak akan digunakan untuk memusuhinya di luar kelas. Dewey (1948) menekankan bahwa dalam kelas demokratis perkembangan setiap siswa dihargai dan dibantu untuk merealisasikan baik potensi intelektual, artistik, maupun pribadinya. Selain hak-hak tersebut di atas, siswa akan belajar bahwa mereka mempunyai tanggung jawab (responsibilities) yang harus mereka kerjakan dalam kehidupan sekolah, seperti mengerjakan tugas proyek ataupun tugas lainnya. Dalam kelas demokratis, konsep kebebasan (freedom) siswa akan mengutarakan pendapatnya sesuai dengan peraturan yang sudah dibuat dalam diskusi kelompok sangat penting, karena siswa harus mengekspresikan pendapatnya. Begitu pula dengan penanaman konsep persamaan (equality) yang merupakan aspek atau nilai penting dalam kelas demokratis, sebab setiap siswa adalah unik tetapi sama haknya, sehingga harus diberi kesempatan belajar maksimal dan sama, termasuk memperoleh semua akses berbagai program di sekolahnya. Selain itu, siswa diberi kesempatan untuk dilibatkan dalam membuat keputusan (decision making). Hal ini bisa dilakukan misalnya guru mengkaji materi dan membantu siswa dalam memutuskan aspek yang mana yang paling berguna bagi pengorganisasian karyanya.
1.4 Karakteristik PKn PKn mengalami perubahan dari waktu ke waktu mulai dari Civics yang materinya menuju kepada warga negara yang baik saja, Pendidikan Moral Pancasila (PMP), Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan (PPKn) yang materinya berupa nila-nilai dari sila-sila Pancasila dan Eka Prasetia Panca Karsa. Pada era reformasi diubah menjadi PKn yang ruang lingkup muatannya berisi tentang kebebasan bertanggung jawab, tata negara, persatuan dan kesatuan bangsa, hak asasi manusia, Paradigma Baru PKn-SD
9
norma dan peraturan, konstitusi negara, kebutuhan warga negara, kekuasaan dan politik, Pancasila sebagai idiologi terbuka, dan globalisasi. Guru PKn diwajibkan memiliki kompetensi guru mata pelajaran PKn sebagai berikut: memahami materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran PKn. Guru harus memahami subtansi PKn yang meliputi pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), nilai dan sikap kewargagenaraan (civic desposition), dan ketrampilan kewarganegaraan (civic skill); serta mampu menunjukkan manfaat mata pelajaran PKn (Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional no 16 tahun 2007).
1.5 Struktur Keilmuan PKn SD /MI PKn sebagai salah satu mata pelajaran yang ada dalam standar isi tahun 2006 diberikan mulai dari TK sampai Sekolah Menengah Atas Umum dan kejuruan. Hal ini tertuang secara jelas dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2006 tanggal 23 Mei 2006 tentang standar Isi. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) menyatakan bahwa kurikulum untuk jenis Pendidikan Umum, kejuruan dan khusus pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas: 1. kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia; 2. kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian; 3. kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi 4. kelompok mata pelajaran estetika; 5. kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga dan kesehatan Kurikulum SD/MI memuat delapan mata pelajaran, muatan lokal dan pengembangan
diri.
Muatan
lokal
merupakan
kegiatan
kurikuler
untuk
mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah. Substansi mata mata pelajaran IPA dan IPS SD/MI merupakan IPA terpadu dan IPS terpadu, pembelajaran pada kelas rendah dilaksanakan melalui pendekatan tematik termasuk PKn, sedangkan kelas tinggi dilaksanakan melalui pendekatan mata pelajaran. Alokasi waktu satu jam pembelajaran 35 menit. Cakupan kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian adalah: peningkatan kesadaran, dan wawasan peserta didik akan status hak dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta peningkatan kualitas dirinya sebagai manusia. Kesadaran dan wawasan kebangsaan, jiwa dan patriotisme, bela negara, penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia, kemajemukan bangsa, Paradigma Baru PKn-SD
10
pelestarian lingkungan hidup, gender, demokrasi, tanggung jawab sosial, ketaatan pada hukum, membayar pajak, dan sikap serta perilaku anti korupsi, kolusi dan nepotisme. Struktur kurikulum SD /MI dapat dijelaskan pada table berikut:
Komponen A. Mata Pelajaran
Kelas dan Alokasi Waktu I
1. Pendidikan Agama
II
III
T
2. Pendidikan Kewarganegaraan
3 2
E
3. Bahasa Indonesia
5
M
4. Matematika 5. Ilmu pengetahuan Alam
4 3
T
7. Seni Budaya dan Ke-trampilan 8. Pendidikan Jasmani, Olah raga dan Kesehatan
4 4
I
B. Muatan Lokal
2
K
C. Pengembangan diri Jumlah
5
A
6. Ilmu Pengetahuan Sosial
26
27
IV, V, dan VI
2*) 28
32
*) ekuivalen 2 jam pembelajaran
1.6 Pengembangan Pembelajaran PKn yang Demokratis Melalui Media Audio Visual
Media pembelajaran. Merupakan media perpaduan antara software dan hardware (Sadiman dkk, 1986 6-7). Media ini menurut Anderson (1987) dibagi atas dua kategori, yaitu: 1) Alat bantu pembelajaran (instruktional media) adalah perlengkapan atau alat untuk membantu guru dalam memperjelas materi (pesan) yang akan disampaikan yang disebut juga alat bantu mengajar (teaching aids), misalnya OHP, slide, peta, gambar, poster, model, grafik, flip chard, lingkungan dan bendabenda sebenarnya; 2) Media pembelajaran, yaitu media yang memungkinkan terjadinya interaksi antara karya seorang pengembang mata pelajaran (program pembelajaran) dengan peserta didik Contoh: televisi, film, CAI, modul, dan program audio. Gagne dan Briggs (1975) mengatakan, bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri Paradigma Baru PKn-SD
11
dari buku, tape recorder, kaset, video kamera, video recorder, film, slide (gambar bingkai), foto, gambar, grafik, televisi dan komputer. Sedangkan Kempt & Dalton (1985) mengelompokkan media menjadi delapan jenis, yaitu: 1) media cetakan; 2) media panjang; 3) overhead transparancies; 4) rekaman audiotape; 5) seri slide dan filmtrips; 6) penyajian multi – image; 7) rekaman video dan film hidup, dan 8) komputer, Media Teknologi Mutakhir. Merupakan media yang menggunakan teknologi mutakhir dan berbasis telekomunikasi seperti: telekonferen dan kuliah jarak jauh dan berbasis mikroprosesor (Computer assisted instruction, permainan komputer, sistem tutor intelejen, interaktif, hypermedia dan compact (video) disc. Media Audio. Merupakan media yang menampilkan materi pembelajaran dalam bentuk sesuatu yang dapat didengar oleh telinga. Media audio dibedakan menjadi Media audio bukan elektronik (yang tidak menggunakan tenaga listrik, misalnya peralatan musik akuistik seperti gitar, gamelan dalam seni musik) dan media audio elektronik yang menggunakan alat-alat listrik, misalnya amplifier, radio, tape recorder, CD player). Media Audio visual. Media yang menampilkan materi pembelajaran dalam bentuk sesuatu yang dapat didengar oleh telinga dan dilihat oleh mata, gambar diam tetap maupun bergerak, seperti slide proyektor yang dipadukan dengan tape recorder, televisi, film strip proyektor, video player, DVD player, dan computer. Materi-materi PKn di SD pada ddasarnya bersifat abstrak, seperti hal-hal yang berkenaan dengan nilai-nilai demokrasi, Hak Asasi Manusia, globalisasi, norma, hukum, dan sebagainya. Mengingat materi-materinya bersifat abstrak, maka proses pembelajaran PKn dengan cara mendemonstrasikan nilai-nilai demokrasi, seperti kebebasan (freedom), hak-hak (rights), persamaan (equality), tanggung jawab (responsibility), dan menghargai (respect) melalui suara dan penglihatan (audio visual) sangat penting. Penggunaan media pembelajaran yang baik, tidak hanya disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan berpikir siswa tetapi juga bagaimana media pembelajaran dapat menstimulasi intelektual dan sikap siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Gardner (1993) dalam teori belajar multiple intellegent yang membuktikan bahwa ilmu pengetahuan dalam tingkat perkembangan tertentu, termasuk ditingkat spatial atau visual tetap bersatu dalam suatu susunan yang utuh. Untuk itu intelegensi bisa dilatih dan dikembangkan dengan mempelajari banyak hal melalui cara yang sesuai. Paradigma Baru PKn-SD
12
Pembelajaran PKn SD yang demokratis akan menggunakan media audio visual. Tujuan penggunaan media audio visual untuk membantu siswa SD memahami konsep dan nilai-nilai PKn yang abstrak secara visual, karena tingkat perkembangan baik ranah kognitif dan ranah afeksi (cognitive and affective domains) anak SD, utamanya di kelas rendah belum bisa dijelaskan melalui bahasa tulis secara baik. Latihan: 1.
Apakah yang dimaksud dengan paradigma baru PKn?
2.
Mengapa paradigma baru muncul setelah ada era reformasi?
3.
Mengapa Jepang dapat mempertahankan budayanya di tengah-tengah globalisasi?
4.
Bagaimanakah cara mempertahankan budaya kita pada saat kita mendapat tekanan pengaruh globalisasasi?
5.
Apakah yang dimaksud dengan pemikiran rasional dalam pembelajaran PKn? berikan contohnya!
6.
Apakah ciri-ciri negara demokrasi? Bagaimana tentang Indonesia!
7.
Bagaimanakah langkah-langkah cara menerapkan kelas demokratis itu?
8.
Apakah ciri-ciri pembeelajaran PKn SD?
9.
Mengapa pendekatan tematik diterapkan di kelas rendah?
10. Berikan alasan pentingnya media visual dan audio visual dalam pembelajaran di tingkat SD?
Paradigma Baru PKn-SD
13
Rangkuman 1. Paradigma baru PKn merupakan dinamika pemikiran perkembangan PKn dikarenakan oleh perubahan di segala bidang akibat cepatnya perkembangan Iptek dan Globalisasi. Paradigma baru PKn muncul setelah adanya era reformasi, sehingga diperlukan model baru dalam kerangka berfikir untuk mengembangkan karakter warga negara yang demokratis meliputi civic intelligence, civic responsibility dan civic participation yang diadopsi dan disesuaikan dengan kondisi kepribadian Indonesia sebagai making connection. 2. Pemikiran rasional pentingnya PKn dengan harapan: Pendidikan Indonesia memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan NKRI dan nasionalisme Konsisten terhadap Pancasila yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV dan UUD 1945 dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Demokrasi yang bertanggung jawab 3. Guru diharapkan dapat menerapkan kelas demokratis (democratic classroom). 4. Karakteristik PKn berisi materi kebebasan bertanggung jawab, tatanegara, persatuan dan kesatuan bangsa, HAM, norma dan peraturan, konstitusi negara, kebutuhan warga negara, kekuasaan dan politik, Pancasila sebagai idiologi terbuka, serta globalisasi sehingga guru harus memahami materi, struktur, konsep dan pola keilmuan PKn 5. Struktur keilmuan PKn pada pendidikan dasar dan menengah merupakan salah satu bagian dari 5 (lima) kelompok mata pelajaran. 6. PKn SD dilaksanakan melalui pendekatan tematik untuk kelas rendah dan pendekatan mata pelajaran untuk kelas tinggi. PKn mencakup peningkatan kesadaran, dan wawasan peserta didik akan status hak dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta peningkatan kualitas dirinya sebagai manusia. 7. Struktur Kompetensi PKn meliputi standar kompetensi dan kompetensi dasar yang suudah ditentukan dalam kurikulum sedangkan indicator-indikatornya perlu dikembangkan oleh guru sendiri
Paradigma Baru PKn-SD
14
Tes Formatif 1. Pilihlah satu jawaban yang Anda anggap paling tepat dengan memberi tanda (X) ! 1. Civic responsibility dalam pembelajaran Pendidikan kewarganegaraan yang nyata dalam kehidupan sehari-hari adalah hal berikut … a. Meningkatkan kecerdasan warga negara khususnya generasi mudanya b. Mendidik kesadaran warga negara akan hak dan kewajiban serta tanggung jawabnya sebagai warga negara c. Memberikan bekal agar nantinya ia akan aktif berpartisipasi sebagai warga negara dalam kehidupan politik d. Keaktifan warga negara secara dalam mengemban masa depan secara individu e. Memberikan jiwa dan semangat nasionalisme warga negara 2. Dalam negara hukum seperti Negara Kesatuan Republik Indonesia, maka salah satunya adalah adanya Keadilan, perlindungan HAM, kejujuran, kebebasan, tangung jawab yang merupakan … a. Nilai nilai demokrasi b. Bentuk – bentuk demokrasi c. Macam – macam demokrasi d. Ciri – ciri demokrasi e. Isi demokrasi 3. Pancasila dan UUD 1945 perlu ditanamkan kepada seluruh komponen bangsa Indonesia khususnya generasi muda harapan bangsa. Ungkapan ini merupakan salah satu dari… a. Pemikiran rasional b. Tujuan pendidikan Kewarganegaraan c. Cita–cita bangsa Indonesia d. Tujuan bangsa Indonesia e. Makna pembangunan nasiional 4. Perhatikan hal-hal berikut: 1. Era reformasi memberikan harapan yang akan dapat memelihara demokrasi 2. Untuk mengembangkan tugas civic intelligence, civic responsibility dan civic participation 3. Proses making connection yang berhasil seperti di Jepang yang dapat mengimplementasikan pengetahuan barat tanpa menghilangkan budayanya Paradigma Baru PKn-SD
15
4. Indonesia mendukung PBB dalam millennium Goals (MDGs) 5. Perkembangan kelompok-kelompok ekonomi yang berdasar pada kepentingan masing- masing regional. Pernyataan tersebut diatas yang memberikan semangat munculnya paradigma baru dalam pembelajaran PKn adalah nomor: a. 1, 2, dan 5 b.
1, 3 dan 5
c.
2, 3 dan 5
d.
3, 4 dan 5
e.
1, 2, 3, dan 4
5. Perhatikan hal-hal tentan pernyataan berikut: 1. Inisiator pembelajaran yang aktif 2. Perencana pembelajaran dan pelaksana pengajaran 3. Fasilitator, administrator, evaluator 4. Rewarder dan pemberi arahan termasuk keputusan 5. Dominan dalam mengejar target kurikulum Seorang guru dalam melakukan pembelajaran pada kelas yang demokratis menurut A. Kosasih Djahiri (1985) seharusnya melakukan hal-hal pada nomor… a. 1, 2 dan 3 b.
1, 3 dan 4
c.
1, 3 dan 5
d.
2, 3 dan 4
e.
2, 3 dan 5
Paradigma Baru PKn-SD
16
Daftar Pustaka Apple, Michael W. dan Beane, James. (1995). Democratic Schools. U.S.A. Association for Supervision and Curriculum Development. Arcaro, Jerome S. (Terj. 2005) . Pendidikan berbasis Mutu, Prinsip – Prinsip Perumusan dan tata Langkah Penerapan, (Quality in Education: An Implementation Handbook) Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Asmstrong, Thomas. (2000). Multiple Intelligence in the Classroom, (terj.) Sekolah Para Juara, menerapkan Multiple Intelligences di Dunia Pendidikan (2004),, Bandung: Kaifa . Dewey, John. (1948). Reconstruction in Philosophy. Boston. Beacon Press. Gardner, Howard. (1983). Frames of Mind: Theory of Multiple Intelligences. New York:Basic Books. Ginting, Abdorrakhman (2008), Esensi Praktis Belajar & Pembelajaran, Bandung, Humaniora Holmes, Emma E. (1991). Democracy in Elementary School Classes. Social Education Research. Larson, Bruce. (1999). Influences on Social Studies Teachers’ Use of Classroom Discussion. The Social Studies (May/June). Mardiati, Yayuk. (2008). Integrating Indonesian Literature Into Social Studies Teaching and Learning. International and Cultural Conference of Aceh 2008. The University of Hawaii at Manoa. U.S.A. Muchtar, Imam; Suhanto, Ign; Djoko Lesmono, A (2010). Kamus menjadi Guru Profesional, FKIP- Universitas Jember. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia no 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk satuan Pendidikan dasar dan menengah, PT. Binatama Raya, Jakarta Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia no 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk satuan Pendidikan Dasar dab menengah, PT. Binatama Raya, Jakarta Sekretariat Jenderal MPR RI (2006), Panduan Pemasyarakatan Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, Sekjen MPR-RI, Jakarta Sekretariat Negara Republik Indonesia (1992), Risalah Sidang BPUPKI dan PPKI 29 Mei UU No 12 tahun 2006 (2006) tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia, Pustaka Yustisia, Yogyakarta.
Paradigma Baru PKn-SD
17
Glosarium Globalisasi: Keadaan yang menggambarkan bahwa kita tidak bisa mengisolasi diri terhadap apa yang sedang terjadi di tempat lain di dunia (Joseph Stiglitz); penguatan hubungan seluruh dunia yang jauh dari lingkungan sebagaimana jalan yang bercabang dibentuk dari peristiwa yang menjadi beberapa mil jauhnya, dan sebaliknya (Anthony Giddens). Kelas demokratis: kelas yang mencerminkan nilai-nilai sebagai layaknya masyarakat demokratis yaitu; hak-hak (rights), tanggung jawab (responsibilities), serta menghargai diri sendiri dan orang lain (self-respect dan respect for others,. Emma E. Holmes (1991). Kompetensi dasar: kemampuan minimal dalam mata pelajaran yang harus dimiliki oleh lulusan; kemampuan minimum yang harus dapat dilakukan atau ditampilkan oleh siswa untuk standar kompetensi tertentu dari suatu mata pelajaran ; penjabaran standar kompetensi peserta didik yang cakupan materinya lebih sempit dibanding dengan standar peserta didik; merupakan sejumlah kemampuan yang harus dimiliki peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan untuk menyusun indikator kompetensi, dan materi pokok. Standar kompetensi: kemampuan yang dapat dilakukan atau ditampilkan untuk suatu mata pelajaran; kompetensi dalam mata pelajaran tertentu yang harus dimiliki peserta didik; kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan dalam suatu mata pelajaran; kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap tingkat dan/atau semester; standar kompetensi terdiri atas sejumlah kompetensi dasar sebagai acuan baku yang harus dicapai dan berlaku secara nasional. Pemikiran rasional: pemikiran yang berdasarkan pada akal sehat Pendidikan: Proses pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik me-nyangkut daya pikir, atau daya intelektual, maupun daya emosional atau perasaan yang diarahkan kepada tabiat manusia dan kepada sesamanya (John Dewey). Media Audio visual: media yang menampilkan materi pembelajaran dalam bentuk sesuatu yang dapat didengar oleh telinga dan dilihat oleh mata manusia, gambar juga dapat tetap maupun bergerak, seperti slide proyektor yang dipadukan dengan tape recorder, televisi, film strip proyektor, video player, DVD player dan computer. Warga negara: warga suatu negara yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang – undangan (UU No 12 tahun 2006) Kewarganegaraan: segala hal ihwal yang berhubungan dengan warga negara (UU No 12 tahun 2006)
Paradigma Baru PKn-SD
18
Umpan Balik : Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif yang terdapat di bagian akhir materi unit ini. Bandingkan jawaban Anda dengan Kunci jawaban yang tersedia untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi subunit ini. Interpretasi tingkat penguasaan yang Anda capai adalah dengan rumus: Jumlah soal benar ________________ X 100% Jumlah soal Jawaban Anda 90 % - 100 % sesuai dengan kunci jawaban = baik sekali Jawaban Anda 80 % - 89 % sesuai dengan kunci jawaban = baik Jawaban Anda 70 % - 79 % sesuai dengan kunci jawaban = cukup Jawaban Anda < 70 % yang sesuai dengan kunci jawaban = kurang
Apabila tingkat penguasaan Anda mencapai 80 % ke atas, berarti Anda telah mencapai kompetensi yang diharapkan pada subunit ini dengan baik. Anda dapat meneruskan dengan materi subunit selanjutnya. Namun sebaliknya, apabila tingkat penguasaan Anda terhadap materi ini masih di bawah 80 %, Anda perlu mengulang kembali materi subunit ini, terutama bagian yang belum Anda kuasai
Paradigma Baru PKn-SD
19
Kunci Jawaban Tes Formatif 1:
1. b 2. a 3. a 4. e 5. d
Paradigma Baru PKn-SD
20
Unit 2 MODEL-MODEL PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
Yayuk Mardiati Ign. Suhanto 2.1 Pendahuluan Para mahasiswa BPJJ yang kami banggakan pada Unit 2 ini Anda akan diajak membahas tentang pelaksanaan proses belajar dan pembelajaran PKn, terutama yang terkait dengan penggunaan metode/pendekatan, media, dan penilaian menarik untuk didiskusikan. Pada kesempatan ini Anda diajak mencermati, mengkritisi dan mendiskusikan dengan teman, tutor atau siapapun yang berkepentingan untuk upaya peningkatan kualitas pembelajaran PKn. Setelah selesai mencermati, mengkritisi dan mendiskusikan baagian ini, diharapkan Anda dapat menguasai model-model pembelajaran PKn. Secara khusus, diharpkan mampu: 1 Menjelaskan konsep model pembelajaran PKn 2 Menguraikan model pembelajaran PKn di kelas rendah 3 Mencermati contoh-contoh model pembelajaran PKn di kelas rendah 4 Mengembangkan model pembelajaran PKn di kelas tinggi 5 Menerapkan model pembelajaran PKn di kelas tinggi Modul ini membahas kegiatan-kegiatan belajar sebagai berikut: 1) Model Pembelajaran PKn di Kelas Rendah; 2) Model Pembelajaran PKn di kelas tinggi. Untuk membantu Anda menguasai sekaligus mempraktekkan materi sebagaimana tercantum dalam tujuan di atas, maka dalam bahan ajar ini uraikan materi sesuai dengan topik dalam kegiatan belajar. Selain itu, diberikan soal-soal latihan dan tugas-tugas yang harus Anda kerjakan; Rangkuman materi dan soal-soal formatif. Sedangkan untuk mengukur tingkat keberhasilan belajar dan penguasaan materi modul ini, Anda diajak mengerjakan soal-soal formatif. Model-model Pengembangan Pembelajaran PKn-SD
21
Agar Anda dapat berhasil dengan baik dalam mempelajari bahan ajar ini bacalah dan ikuti petunjuk di bawah ini secara seksama: a. Bacalah secara kritis bagian pendahuluan modul ini agar Anda benar-benar memahami apa, untuk apa, dan bagaimana mempelajari bahan ajar ini, b. Cermati uraian materi ddan temukan kata-kata kunci yang Anda anggap penting, bila perlu Anda cari arti dan maknanya dalam kamus atau glosarium dalam vahan ajar ini, c. Pahami setiap pengertian yang terdapat dalam bahan ajar ini sesuai dengan kemampuan sendiri dan diskusi dengan sesama mahasiswa, guru, dan orang lain yang mempunyai perhatian terhadap pelaksanaan pembelajaran PKn. d. Mantapkan penguasaan Anda melalui kegiatan simulasi dengan mengaplikasikan materi yang dibahas dalam bahan ajar ini. 2.2 Model Pengembangan Pembelajaran PKn Istilah atau konsep tentang model tentunya tidak asing baggi kita. Model sering diartikan sebagai pola, contoh, acuan, atau ragam dari sesuatu pruduk tertentu. Sedangkan yang kaitan dengan pembelajaran, istilah model dapat diartikan sebagai kerangka konseptual suatu tipe atau desain yang digunakan pedoman untuk melakukan kegiatan pembelajaran; deskripsi atau analogi yang berguna bagi proses visualisasi yang tidak dapat diamati; sistem asumsi-asumsi, data-data dan referensireferensi yang digunakan menggambarkan obyek peristiwa secara sistematik; desain yang disederhanakan dari suatu sistem kerja, realitas yang disederhanakan; deskripsi dari sistem yang mungkin/imajiner dan penyajian yang diperkecil dapat menjelaskan dan menunjukkan sifat-sifat aslinya. 2.2.1 Model Pembelajaran PKn SD di Kelas Rendah Berkenaan dengan pelaksanaan model pembelajaran di persekolahan, pemerintah melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 41 tahun 2007 tentang standar proses telah mengubah paradigma proses pendidikan, yaitu dari pengajaran (teaching) ke pembelajaran (learning). Perubahan menggambarkan proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar lebih menekankan pada pemberdayaan peserta didik. Upaya memberdayakan siswa pada jenjang pendidikan dasar, khususnya kelas rendah, baik yang menyangkut ranah kognisi, afeksi, dan Model-model Pengembangan Pembelajaran PKn-SD
22
psikomotor memerlukan model pembelajaran Aktif, Inspiratif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM). 2.2.1.1 Model Pembelajaran PAIKEM PKn SD Sesuai dengan karakter siswa kelas rendah (yaitu kelas 1, 2, dan 3), penerapan model pendekatan pembelajaran PAIKEM dipandang lebih tepat. Penerapan model pendekatan PAIKEM diharapkan dapat mendukung penyajian materi-materi ajar yang bersifat tematik, yaitu bagaimana guru mengkaitkan materi PKn dengan materimateri lain yang mempunyai tema sama, sehingga lebih menarik perhatian siswa. Berdasarkan uraian tersebut, timbul pertanyaan mengapa pendekatan tematik dipandang sesuai dengan siswa kelas rendah? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, ada sejumlah alasan yang dapat dikemukakan, yaitu di lihat dari perkembangan psikologis sebagaimana dikemukakan oleh Piaget, bahwa siswa SD ada dalam rentang usia 6 s.d 12 tahun. Pada rentang usia ini anak berada pada tingkat “operasi konkrit” (concrete operation) dan awal dari “operasi formal” (formal operation) yang ditandai dengan mulai berkembangnya abstraksi dalam pemikiran. Dilihat dari lingkungan kehidupannya, seorang anak SD kelas rendah masih dominan berada dalam lingkungan rumah dan lingkungan sekitar termasuk sekolah. Berdasarkan alasan-alasan itulah, maka Hanna berpendapat atau berteori bahwa pendekatan ini dkatakan sebagai expanding environment. Salah satu teknik dalam mengimplementasikan pendekatan tematik pada pembelajaran PKn dapat menggunakan model jaringan tema (webbing). Gambar berikut merupakan contoh “Pohon Keluarga” sebagai tema sentral materi PKn. Matematika: Menyebutkan berapa orang yang tinggal dalam keluarga.
PKn: Pohon Keluarga Menyebutkan menyebutkan jumlah anggota keluarga misalnya saudara kandung/angkat/tiri dalam keluarga.
Penjas:
Pentingnya kegiatan olah raga/menari/main catur bersama keluarga untuk kesehatan phisik dan mental.
voices.mysanantonio.com Model-model Pengembangan Pembelajaran PKn-SD
Bahasa Indonesia: Menulis cerita tentang kegiatan keluarga. Membaca cerita tentang sebuah keluarga.
IPA: Membandingkan jumlah antara keluarga siswa satu dengan keluarga siswa lainnya.
23
Pada praktiknya teknik webbing dapat dikembangkan menjadi dua model, yaitu: 1) Web relationship, yaitu terjadi keterkaitan saling berhubungan dalam jaringan yang komplek (Web relationship): Contoh: Standar kompetensi : Menampilkan nilai-nilai Pancasila Kompetensi dasar
: -Mengenal nilai kejujuran dalam kehidupan sehari-hari -Melaksanakan perilaku jujur dalam kegiatan sehari–hari
Kelas
: II (Dua)
Semester
: 2 (dua)
Jenjang pendidikan : SD Tema kejujuran sebagai tema sentral ini berhubungan dengan nilai–nilai dalam sila–sila Pancasila yang lain (double) seperti ketaatan, kesetiaan, keadilan, kemanusiaan, kesetiakawanan sosial dan lain-lain. Misalnya, dalam “koperasi Kejujuran “ yang dibuka untuk peserta didik sebagai pembelinya, koperasi tersebut menjual alat-alat keperluan peserta didik seperti buku, pensil, bolpoin, penggaris, tip-ex, buku gambar dan lain-lain. Dalam koperasi tidak ada yang menjaga atau sebagai penjualnya. Bagi pembeli yang masuk koperasi harap absen sebagai pengunjung. Barang-barang yang sudah diberi label harga dapat dibeli dengan uang pas yang dimasukkan dalam kaleng. Dari hasil penjualan dan absen pengunjung yang masuk guru PKn dapat mengetahui nilai-nilai kejujuran, ketaatan, kesetiaan, keadilan, kemanusiaan, kesetiakawanan sosial. 2) Web connected, yaitu model keterhubungan, dimana materi yang ada dalam mata pelajaran PKn temannya dijumpai dalam mata pelajaran lain.
2.2.1.2 Model Pembelajaran Talking Stick Selain pendekatan tematik, pendekatan lain yang dapat digunakan di kelas rendah adalah pendekatan permainan tongkat berbicara/bergilir (talking stick). Model pembelajaran talking stick ini diadopsi dari tradisi orang Indian (native American) yaitu menggunakan tongkat untuk berceritera atau mengijinkan setiap peserta berbicara pada pertemuan antarsuku (Locust, 1998). Strategi ini kemudian
Model-model Pengembangan Pembelajaran PKn-SD
24
dipakai guru untuk pendekatan dalam proses belajar mengajar pada hampir semua pelajaran termasuk IPS dan PKn. Tujuan pendekatan model talking stick, selain menciptakan PAIKEM, juga mendidik siswa untuk berlatih berdemokrasi dalam suasana kelas yang demokratis. Saat pembelajaran berlangsung, siswa dilatih menghargai nilai-nilai persamaan hak (equality), misalnya ketika seorang siswa memegang tongkat, maka ia akan diberi kesempatan (opportunity) untuk berbicara mengeluarkan pendapat. Selain itu siswa juga dilatih untuk bisa berbuat adil, yaitu dengan cara bergantian (take turn) dalam menjawab pertanyaan. Semua nilai tersebut merupakan bagian dari nilai-nilai dan semangat demokrasi yang sangat diperlukan dalam masyarakat Indonesia. Langkah-langkah aplikasi pembelajaran PKn dengan model talking stick dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Sebelum memulai pelaksanaan proses pembelajaran, guru terlebih dahulu menyiapkan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran sesuai dengan Kompetensi Dasar yang akan diajarkan. 2) Guru
menayangkan
atau
membacakan
cerita
rakyat
(folklore)
atau
membacakan/mempelajari tema-tema, misalnya tema lingkungan rumah dan lingkungan sekolah sesuai kompetensi dasar yang akan diberikan. 3) Guru menyediakan sebuah tongkat sebagai alat untuk menunjuk siswa, yaitu ketika tongkat diedarkan secara estafet hingga ada tanda berhenti, bagi siswa yang memegang atau membawa tongkat, maka yang bersangkutan harus menjawab pertanyaan dengan baik dan benar.
2.2.2 Model Pengembangan Pembelajaran PKn di Kelas Tinggi Model pembelajaran di kelas tinggi merupakan model pembelajaran yang gunakan dalam proses pembelajaran kelas IV sampai dengan VI. Model ini dimaksudkan agar peserta didik dapat menyerap materi pembelajaran, baik ranah kognitif, psikomotor, dan afektif secara optimal, sebab siswa kelas tinggi pada dasarnya sudah pandai berkomunikasi baik melalui membaca, menulis, maupun berdiskusi. Model pembelajaran PKn yang demokratis pada siswa kelas tinggi menekankan pendekatan berdiskusi menggunakan strategi cooperative learning tipe think-pair-share.
Model-model Pengembangan Pembelajaran PKn-SD
25
2.2.2.1 Model Pembelajaran Cooperative Learning: Think-Pair-Share Pendekatan pembelajaran ini pertama kali dikembangkan oleh Lyman (1981) dari Universitas Maryland, Amerika Serikat. Pembelajaran Cooperative Learning: Think-Pair-Share
merupakan
model
pembelajaran
dengan
cara
siswa
dikelompokkan menjadi beberapa grup diskusi dalam kelas. Pembentukan ini berujuan untuk meningkatkan partisipasi aktip siswa dalam mengekspresikan berbagai gagasan, curahan pendapat; menerima masukan yang imergen; dan menciptakan suasana saling menghargai. Shepardson (1996) dan Kagan (1994) menyatakan bahwa aktivitas belajar kooperatip bertujuan untuk membangun akuntabilitas individu dalam masingmasing kelompok. Diskusi dalam cooperative learning: think-pair-share bertujuan memberikan kesempatan atau waktu berpikir (think time) kepada masing-masing anggota kelompok mengekspresikan berbagai gagasan dan curahan pendapatnya. Hasssil diskusi kelompok kemudian disampaikan dalam diskusi antarkelompok (pair), sehingga siswa dapat membandingkan antara gagasan kelompok satu dan lainnya. Dengan demikian siswa dapat merasakan situasi diskusi dan menilai pendapat kelompok dari beberapa sudut pandang, serta dapat menemukan beberapa alternatif pemikiran. Perbedaan pendapat dalam proses diskusi juga dapat merangsang tumbuhnya gagasan dan pemikiran-pemikira kritis peserta. Proses diskusi memerlukan ketrampilan mendengarkan dan mengekspresikan gagasan, kritik dan menghormati harga diri atau martabat manusia (Shepardson 1996). Sebagai aktifitas akhir dari pendekatan ini adalah berbagi (share) hasil diskusi dari masing-masing kelompok kelas. Berikut ini adalah langkah-langkah strategi cooperative learning: think-pair-share: 1) Guru membagi kelas ke dalam 4-6 kelompok kecil, disesuaikan dengan rasio kelas. 2) Guru memberitahu nama Team pada masing-masing kelompok, misalnya Team Mawar, Team Melati, Team Kenanga, Team Kamboja. Masing-masing kelompok bersifat heterogen yang akan terlibat aktip mendiskusikan suatu topik atau tema pelajaran terkait dengan kompetensi dasar. 3) Guru memberi arahan kepada masing-masing kelompok agar memilih salah satu siswa sebagai ketua Team sekaligus sebagai moderator dan bertanggung jawab atas kelompoknya. Model-model Pengembangan Pembelajaran PKn-SD
26
4) Guru memberitahu masing-masing kelompok supaya memilih salah satu siswa sebagai notulis yang bertanggung jawab mencatat jawaban anggota dari masing-masing kelompok. 5) Guru memberitahu bahwa tiap-tiap anggota Team setidak-tidaknya harus memberi kontribusi satu ide berdasarkan pertanyaan yang diberikan guru. 6) Guru memberitahu siswa bahwa melalui diskusi kelompok kecil siswa akan membandingkan pandangan atau gagasan dengan kelompok lain (pair). 7) Guru memberitahu untuk berbagi hasil diskusi keseluruh kelas (share) melalui notulis yang sudah dipilih masing-masing kelompok. 8) Selama proses diskusi guru membimbing siswa tentang pentingnya memelihara kerja sama, konsep pemimpin, serta pentingnya peran serta akuntabilitas individu atas keberhasilan kelompoknya. Gambar berikut merupakan contoh model pembelajaran cooperative learning: think-pair-share yang diadopsi dari Bridges Across Borders Southeast Asia: Community Legal Advisor Educator Manual, oleh Lasky, Otto, dan Morrish (editor). 2002. Open Society Institute.
Gambar diadopsi dari Bridges Across Borders Southeast Asia Cooperative Learning disebut juga berlajar dari kerjasama, yaitu pembelajaran dengan bekerjasama untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan menggunakan seperangkat intruksiatau perintah-perintah pada kelompok kecil, sehingga siswa dapat menjalin kerjasama untuk memaksimalkan kerja setiap kelompok.
Prinsip
model
pembelajaran
ini
untuk
menciptakan
saling
ketergantungan positif antarsiswa untuk mencapai tujuan dengan berpedoman bahwa tujuan akan tercapai jika keberhasilan diraih oleh setiap. Kerja sama (cooperative learning), sebagai Strategi Pembelajaran yang menekankan pada bentuk pendekatan proses kerja sama dalam suatu kelompok Model-model Pengembangan Pembelajaran PKn-SD
27
yang terdiri atas 3-5 siswa untuk mempelajari suatu materi pembelajaran tertentu atau khusus hingga tuntas. Peserta didik didorong untuk bekerja sama secara maksimal sesuai dengan keadaan heterogenitas kelompoknya. Bagi siswa yang cepat belajarnya membantu temannya lambat belajarnya, karena dalam pendekatan ini keberhasilan individu menjadi keberhasilan kelompok, atau sebaliknya, kegagalan individu merupakan kegagalan kelompoknya juga. Model kerja sama dapat berbentuk mengerjakan tugas-tugas dari guru, sekolah atau memberikan motivasi. Menurut Slavin (dalam Abrani dan Chamber, 1996), kerja sama meliputi tiga perspektif, sebagai berikut. 1) Perspektif motivasi, yaitu penghargaan yang diberikan kepada kelompok memungkinkan setiap anggota kelompok akan saling membantu. 2) Perspektif sosial, artinya melalui kerja sama setiap siswa akan saling membantu dalam belajar, karena mereka menginginkan semua anggota kelompok memperoleh keberhasilan. Bekerjasecara tim dengan mengevaluasi kekurangankekurangan dan kelebihan-kelebihan sendiri oleh kelompok merupakan iklim yang baik, karena setiap kelompok ingin semuanya berhasil. 3) Perspektif perkembangan kognitif, artinya dengan adanya interaksi antaranggota kelompok mendorong setiap peserta didik bersaha memahami dan mencari informasi untuk menambah pengetahuan kognitifnya dalam kelas dan kelompoknya. Siswa yang cerdas dan kurang cerdas dicampur secara seimbang dalam suatu kelompok, sehingga keberhasilan individu akan ditentukan oleh kelompoknya atas dasar saling merima dan memberi, membantu dan mengisi (elaborasi kognitif). Pendekatan lain yang dapat diterapkan di kelas tinggi adalah Praktik Belajar PKn Berbasis Portofolio. Portofolio merupakan kumpulan hasil karya seorang siswa. Sejumlah hasil karya seorang siswa yang sengaja dikumpulkan untuk digunakan sebagai bukti prestasinya; perkembangan siswa dalam kemampuan berfikir; pemahaman siswa atas materi pokok; kemampuan siswa dalam mengungkapkan gagasan dan sikap siswa terhadap mata pelajaran tertentu; dan laporan singkat yang dibuat seorang siswa setelaah melaksanakan kegiatan. Portofolio dapat dibedakan menjadi beberapa jenis sebagai berikut: 1) Portofolio kerja: berupa hasil proses kerja mandiri atau sekelompok siswa dimulai dari draf, pekerjaan yang belum selesai, pekerjaan terbaik. Hasil karya Model-model Pengembangan Pembelajaran PKn-SD
28
menjadi bahan diskusi antara peserta didik dan guru untuk mengetaui kemajuan dan membantu siswa merefleksi kemajuan belajar diri sendiri atau kelompok. 2) Portofolio dokumen: berupa koleksi hasil dan proses kerja peserta didik yang khusus dipakai dalam penilaian dan diseleksi dengan mendokumentasikan hasil karya terbaik siswa. 3) Portofolio penampilan/pertunjukan: berupa pekerjaan peserta didik yang sudah selesai tidak mencakup proses kerja, untuk seleksi, sertifikasi, penilaian kelas dan harus harus bersifat valid dan reliabel.
2.2.2.2 Model Pembelajaran Berbasis Portofolio Pengembangkan model pembelajaran berbasis portofolio untuk pembelajaran PKn. Model ini secara adaptif menerapkan konsep dan prinsip pedagogis Problem Solving dan Project (Dewey, 1920) inquiry-oriented citizenship transmission (Barr, Barth, dan Shermis, 1978), dan social involvement (Newmann, 1977) yang bersifat fasilitatif, empirik, dan simulatif. 1) Kompetensi Nilai yang dikembangkan peserta didik mampu melaksanakan nilainilai yang terkandung dalam hak, kewajiban, dan tanggung jawab sebagai anggota masyarakat. Nilai-nilai yang dimaksud antara lain peka, tanggap, terbuka,
demokratis,
kooperatif,
kompetetif
untuk
kebaikan,
empatik,
argumentatif, dan prospektif dalam konteks kehidupan bermasyarakat atas dasar keyakinan yang didukung oleh pemahaman dan pengenalannya secara utuh, dalam praksis kehidupan sehari-hari di lingkungannya. 2) Sintaksmatik Model ini mempunyai urutan langkah kegiatan pembelajaran sebagai berikut. Langkah 1. Pendahuluan Kegiatan pada langkah pertama ini guru membuka pelajaran dan memberi ilustrasi mengenai nilai-nilai sebagai hak, kewajiban, dan tanggung jawab anggota masyarakat. Misalnya peka, tanggap, terbuka, demokratis, kooperatif, kompetetif untuk kebaikan, empatik, argumentatif, dan prospektif dalam konteks kehidupan bermasyarakat dengan memberi ilustrasi empirik mengenai berbagai isu dan trend dalam kehidupan masyarakat saat ini, khsusunya dalam proses pembangunan masyarakat. Kegiatan selanjutnya, guru mengajak siswa merenungkan sebuah Model-model Pengembangan Pembelajaran PKn-SD
29
pertanyaan, Bagaimana seharusnya kita sebagai anggota masyarakat memahami dan menjalankan nilai, konsep dan prinsip kehidupan bermasyarakat yang baik dalam konteks pembangunan masyarakat Indonesia? Langkah 2. Kegiatan Inti Strategi instruksional yang digunakan dalam model ini pada prinsipnya mengacu strategi inquiry learning, discovery learning, problem solving learning, research-oriented learning yang dikemas dalam model Project ala John Dewey, yaitu menggunakan langkah-langkah sebagai berikut. 1) Mengidentifikasi masalah kebijakan publik dalam masyarakat. 2) Memilih suatu masalah yang akan dikaji siswa. 3) Mengumpulkan informasi yang terkait pada masalah yang telah dipilih. 4) Mengembangkan portofolio kelas 5) Menyajikan portofolio 6) Melakukan refleksi pengalaman belajar Kegiatan harus dilakukan dengan mengorganisasikan kelas ke dalam 2 kelompok besar beranggotakan sekitar 20 orang, kemudian masing-masing dibagi lagi menjadi empat sub kelompok kecil masing-masing terdiri atas 3-5 orang. Setiap kelompok ditugasi menjawaban pertanyaan yang telah ditentukan sebelumnya dengan cara studi kepustakaan, mengamati masyarakat sekitar, dan bertanya kepada nara sumber. Informasi yang telah diperoleh dari berbagai sumber tersebut kemudian didiskusikan dalam kelompok kecil. Setelah masing-masing kelompok kecil menyelesaikan tugasnya, kesimpulan hasil diskusi kelompok kecil tersebut ditulis dalam buku kerja siswa masing-masing dan selembar kertas manila atau karton hingga siap dipajang di depan kelas dan didiskusikan pada pertemuan tatap muka di kelas. Melalui berbagai kegiatan belajar inilah siswa mengembangkan berbagai keterampilan seperti: membaca, mendengar pendapat orang lain, mencatat, bertanya, menjelaskan, memilih, merumuskan, menimbang, mengkaji, merancang perwajahan, menyepakati, memilih pimpinan, membagi tugas, menarik perhatian, berargumentasi, dan membuat laporan dalam bentuk portofolio Portofolio adalah tampilan visual yang disusun secara sistimatis, cerminan proses berfikir berdasarkan data-data yang relevan, dan secara utuh melukiskan
Model-model Pengembangan Pembelajaran PKn-SD
30
pengalaman belajar terpadu yang dialami siswa sebagai suatu kesatuan dalam kelas (integrated learning experiences). Portofolio terbagi dalam dua bagian, yakni Portofolio Tampilan dan Portofolio Dokumentasi. Portofolio Tampilan berbentuk papan empat muka berlipat yang secara berurutan menyajikan:
1) Rangkuman permasalahan yang dikaji 2) Berbagai alternatif kebijakan pemecahan masalah 3) Usulan kebijakan untuk memecahkan masalah 4) Pengembangan rencana kerja/tindakan Sedangkan Portofolio Dokumentasi dikemas dalam Map Ordner atau sejenisnya yang disusun secara sistematis mengikuti urutan Portofolio Tampilan. Portofolio Tampilan dan Dokumentasi disajikan dalam suatu simulasi Public Hearing atau dengar pendapat yang menghadirkan pejabat setempat yang terkait dengan masalah portofolio tersebut. Acara dengar pendapat dapat dilakukan di masing-masing kelas atau dalam suatu acara Show Case atau gelar kemampuan bersama dalam suatu acara sekolah, misalnya pada akhir semester. Bila dikehendaki arena show case tersebut dapat pula dijadikan arena contest atau kompetisi untuk memilih kelas portofolio terbaik selanjutnya dikirim ke dalam Show Case and Contest” antarsekolah dalam lingkungan kabupaten/kota atau untuk acara regional propinsi atau nasional. Semua itu antara lain bertujuan untuk saling berbagi ide dan pengalam belajar antar young citizens yang secara psikososial dan sosiokultural dapat menumbuhkembangkan ethos demokrasi dalam konteks harmony in diversity. Setelah acara dengar pendapat, dengan difasilitasi guru diadakan kegiatan refleksi. Tujuannya, baik secara individual maupun bersama merenungkan dan mengendapkan dampak kegiatan proses belajar bagi perkembangan pribadi siswa. Langkah 3. Penutup Kegiatan penutup dilakukan sepuluh menit sebelum pertemuan tatap muka usai. Guru memberi penegasan dan penguatan (debriefing) terhadap nilai yang secara implisit melekat dalam pertanyaan triger, yakni nilai-nilai yang terkandung dalam hak, kewajiban, dan tanggung jawab sebagai anggota masyarakat, seperti peka, tanggap, terbuka, demokratis, kooperatif, kompetetif untuk kebaikan, empatik, argumentatif, dan prospektif dalam konteks kehidupan bermasyarakat atas dasar keyakinan yang didukung oleh pemahaman dan pengenalannya secara utuh dalam praksis kehidupan sehari-hari di lingkungannya.
Model-model Pengembangan Pembelajaran PKn-SD
31
Latihan: Setelah Anda mencermati dan mengkritisi uraian kegiatan belajar di atas, selanjutnya kerjakan soal-soal latihan di bawah ini, baik secara mandiri atau diskusi:
1. Apakah yang dimaksudkan dengan pendekatan tematik? 2. Sebutkan macam-macam pendekatan tematik dalam mata pelajaran SD? 3. Berikan contoh model cooperative learning dengan think-pair-share! 4. Apakah kelebihan pendekatan Praktik Belajar PKn berbasis portofolio?
Refleksikan hasil jawaban Anda dengaan perhatikan rambu-rambu jawaban di bawah ini! 1. Perencanaan dan pelaksanaan proses belajar pembelajaran dengan menggunakan tema sentral materi PKn dengan didukung oleh materi pelajaran lainnya. 2. Pendekatan tematik dengan teknik webbing 3. Lihat kembali uraian dan contoh pada bagian atas 4. Kelebihannya menarik dan mengembangkan semua kompetensi yang dimiliki siswa, baik kognitif, afaktif maupun psikomotor.
Model-model Pengembangan Pembelajaran PKn-SD
32
Rangkuman: Setelah Anda mencocokkan jawaban di atas, cermati dan kritisi rangkuman di bawah ini, agar dapat mengambil intisari materi yang telah dibahas. 1. Pendekatan tematik di terapkan pada SD dan SLB dengan tiga model, yaitu model integratif, berhubungan dalam jaringan komplek, dan keterkaitan saling tumpang tindih. 2. Strategi materi pokok bertitik tolak pada tema tertentu sebagai stimulus 3. Pendekatan tematik integrated, web relationship, dan keterhubungan (connected) digabungkan dengan pendekatan talking stick atau games paling sesuai untuk dilaksanakan di kelas rendah. 4. Pendekatan tematik dengan model cooperative Learning yang digabungkan dengan pendekatan think-pair-share atau pendekatan portofolio paling sesuai untuk dilaksanakan di kelas tinggi.
Model-model Pengembangan Pembelajaran PKn-SD
33
Tes Formatif 2 Setelah anda mengambil intisari uraian di atas, sekarang kerjakan soal-soal formatif di bawah ini dengan cara memberi tanda silang (X) pada alternatif jawaban yang tepat! 1. Model pendekatan tematik yang terjadi bila materinya serupa atau dalam suatu tema materinya berbeda saling tumpang tindih keterhubungan, dinamakan… a. Overlapping b. Web relationship c. Integrated d. Connected e. Thematic problem
2. Pendekatan talking stick disebut tongkat berbicara, karena… a. Tongkatnya dapat berbicara b. Yang mendapat giliran tongkat harus berbicara menjawab pertanyaan c. Tongkat sebagai sarana pembelajaran d. Tongkat dipakai bergilir yang terakhir mengajukan pertanyaan e. Yang memegang tongkat harus berceritera
3. Dalam pendekatan games cara yang digunakan salah satunya adalah dengan menerka yang disebut… a. Information gab b. Guessing c. Search d. Matching e. Exchange
4. Cooperative learning, artinya … a. Belajar dari kerja sama b. Belajar kelompok c. Belajar individu d. Belajar perorangan Model-model Pengembangan Pembelajaran PKn-SD
34
e. Belajar jarak jauh
5. Penghargaan yang diberikan kepada kelompok memungkinkan setiap kelompok akan saling membantu dalam cooperative Learning merupakan perspektif… a. Sosial b. Motivasi c. Perkembangan kognitif d. Elaborasi kognitif e. Elaborasi afektif
6. Think-pair-share urutannya adalah… a. Menulis ide-memperbandingkan ide– memberitahu ide b. Memperbandingkan ide-menulis ide-memberitahu ide c. Memberitahu ide-menulis ide-memperbandingkan ide d. Menulis ide-memberitahu ide-memperbandingkan ide e. Memperbandingkan ide-memberitahu ide-menulis ide
7. Tingkatan autonomous terdapat pada perkembangan moral anak pada usia… a. Pra sekolah b. 4-8 tahun c. 8-12 tahun d. 12-14 tahun e. 15-18 tahun
8. Model pengembangan pembelajaran cooperative learning, Games dan analisis nilai dikembangkan pada kelas tinggi, karena… a. Sudah lebih mahir membaca, menulis, komunikasi, mengenal bilangan, berdiskusi. b. Mampu membuat karya sendiri c. Fisiknya sudah besar d. Dapat dibantu oleh orang lain e. Dapat dibantu oleh guru
Model-model Pengembangan Pembelajaran PKn-SD
35
9. Portofolio dokumen berupa … a. Koleksi hasil karya yang terbaik b. Koleksi yang dipertunjukkan c. Koleksi bantuan teman-temannya d. Koleksi mandiri e. Koleksi yang belum selesai. 10. Seandainya Anda sebagai seorang guru PKn SD/Mi mengetahui bahwa dalam proses pembelajaran nantinya digarapkan peserta didik berhasil menjawab dan mengerjakan pertanyaan-pertanyaan yang disediakan, sedangkan yang lainnya juga melakukan pembelajaran sehingga ada saling ketergantungan positif antar peserta didik untuk mencapai tujuan ketuntasan belajar dengan berpedoman: bahwa tujuan akan tercapai apabila rekan-rekan siswa yang lain juga berhasil. Maka model pendekatan yang terbaik adalah... a. Cooperative learning think –pair-share b. Value clarification technicque c. Role playing d. Talking stick e. Contextual Teaching Learning
Model-model Pengembangan Pembelajaran PKn-SD
36
Daftar Pustaka Buchori, Muchtar. (1994). Spektrum Problematika Pendidikan di Indonesia, Yogyakarta, Tiara Wacana Yogya. DePorter, Bobbi, dan Hernarki, M. (1999, 2002). Quantum Learning, Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan Bandung: Kaifa. DePorter, Bobbi. dkk (2001). Quantum Teaching orchestracting student succes (Mempraktekkan Quantum Teaching Di ruang-ruang Kelas), Bandung: Kaifa. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1997), Pengelolaan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dalam Pendidikan Sistem Ganda, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.(1993). Kurikulum 1994 Pendidikan dasar (landasan dan Pengembangan,(Keputusan Menteri Pendidikan damn Kebudayaan RI No 660/U/1993) Tentang Kurikulum Pendidikan Dasar, Joice & Weil.M (1980), Model Of Theaching, Engelwood Cliffs, NewJersey, Prentice Hall Inc. Joni Raka.T (1990), Cara Belajar Siswa Aktif CBSA, Artikulasi, Konseptual, Jabaran Operasional, dan Verivikasi Empirik, Pusat Penelitian IKIP Malang Kagan, Spencer. (1994). Cooperative Learning: Kagan Cooperative Learning. California. San Juan Capistrano. Locust, C. (1998). dalam http://www.acaciart.com/stories/archieves.html Lyman, Frank. (1981). Cooperative Learning: Think-Pair-Share http://www.eazhull. org.uk/nlc/think,_pair,_share.htm
dalam
Meier, Dave.(2003). Learning Accelerated Handbook (terj). Panduan Kreatif dan efektif Merancang Program Pendidikan dan Pelatihan, Bandung, Kaifa-PT Mizan Pustaka. Muchtar, Imam; Suhanto, Ign; Djoko Lesmono, A (2010). Kamus menjadi Guru Profesional, FKIP-Universitas Jember. Slavin, Robert E. (1990). Cooperative Learning: Theory, Research, and Practice. New Jersey. Prentice Hall Inc. Suparlan, Dasim Budimansyah, Danny Meirawan (2008), PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan, Bandung, Genesindo. Suparno, Paul dkk. (ed. 1999), Pendidikan Dasar demokratis, Suatu usulan untuk Reformasi Pendidikan Dasar di Indonesia, Yogyakarta, Universitas Sanata Dharma. Widharyanto, B dkk ed. (2003). Student Active Learning, Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Model-model Pengembangan Pembelajaran PKn-SD
37
Glosarium: Analisis nilai, model pembelajaran dan sebagai pendekatan: merupakan model pembelajaran yang menekankan pada esensi kompleksitas pemikiran tertinggi dalam pendidikan moral PKn. Kerja sama, (Cooperative Learning), sebagai model dalam Strategi Pembelajaran: merupakan Bentuk pendekatan yang menekankan kepada proses kerja sama dalam suatu kelompok yang dapat terdiri dari 3 sampai 5 orang siswa Model: pola (contoh, acuan, ragam, dan sebagainya) dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan. Model-model pembelajaran: Kerangka konseptual yang dipergunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan atau pembelajaran. Pendekatan pembelajaran (by teaching style): salah satu cara yang dipergunakan untuk mengatasi keberagaman siswa dalam pengelolaan peserta didik. Pendekatan tematik: merupakan strategi pembelajaran dengan pengembangan materi pokok yang bertitik tolak dari sebuah tema. Permainan/games, model pembelajaran: model/metode pembelajaran permainan/games dapat dilaksanakan dan menjadi efektif, bermakna, dan tetap menyenangkan apabila dikembangkan dengan prinsip-prinsip. (Mier, Dave, 2000, the accelerated Learning: 205 Mier menyebutnya sebagai metode pembelajaran). Portofolio: kumpulan hasil karya seseorang siswa yang terseleksi sesuai dengan kepentingannya Strategi pembelajaran: pola pembelajaran dari proses kegiatan belajar mengajar Talking Stick, model pembelajaran: model pembelajaran dengan mengaktifkan peserta didik melalui permainan. Think-Pair-Share, sebagai pendekatan pembelajaran: untuk melatih peserta didik menguasai materi pembelajaran dengan bertukar pikiran dengan kelompok lain.
Model-model Pengembangan Pembelajaran PKn-SD
38
Umpan Balik : Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif yang terdapat di bagian akhir materi unit ini. Bandingkan jawaban Anda dengan Kunci jawaban yang tersedia untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi subunit ini. Interpretasi tingkat penguasaan yang Anda capai adalah dengan rumus: Jumlah soal benar ________________ X 100% Jumlah soal Jawaban Anda 90 % - 100 % sesuai dengan kunci jawaban = baik sekali Jawaban Anda 80 % - 89 % sesuai dengan kunci jawaban = baik Jawaban Anda 70 % - 79 % sesuai dengan kunci jawaban = cukup Jawaban Anda < 70 % yang sesuai dengan kunci jawaban = kurang
Apabila tingkat penguasaan Anda mencapai 80 % ke atas, berarti Anda telah mencapai kompetensi yang diharapkan pada subunit ini dengan baik. Anda dapat meneruskan dengan materi subunit selanjutnya. Namun sebaliknya, apabila tingkat penguasaan Anda terhadap materi ini masih di bawah 80 %, Anda perlu mengulang kembali materi subunit ini, terutama bagian yang belum Anda kuasai
Model-model Pengembangan Pembelajaran PKn-SD
39
Kunci Jawaban Formatif: 1. a 2. b 3. b 4. a 5. d 6. a 7. c 8. a 9. a 10. a
Model-model Pengembangan Pembelajaran PKn-SD
40
Unit 3 PENGEMBANGAN PERANGKAT PENILAIAN MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
Imam Muchtar Ign. Suhanto 3.1 Pendahuluan Para mahasiswa yang kami banggakan pada Unit 3 ini Anda akan diajak membahas
tentang
penilaian
(assessment)
dan
pengukuran
(instrument).
Pengukuran dan penilaian mempunyai pengertian yang berbeda. Pengukuran merupakan proses penetapan angka bagi suatu gejala menurut aturan tertentu. Bagi seorang guru pengukuran berarti mengukur kemampuan peserta didik dengan menggunakan alat-alat penilaian yang ada, baik itu dengan teknik tes (tertulis, lisan, perbuatan) dan non-tes (skala sikap, check list, quesioner, catatan harian, dan portofolio) (Rumiati, 2007). Pengukuran juga dapat diartikan sebagai salah satu ketrampilan yang terdapat dalam pendekatan ketrampilan proses. Pengukuran sangat penting dalam kerja ilmiah sebagai dasar pembanding. Misalnya membandingkan luas, kecepatan, suhu, volume dan sebagainya, sehingga guru dapat melatih peserta didik agar terampil mengukur dan membanding-bandingkan satu benda dengan benda lainnya. Semakin tinggi tingkat sekolah dan peserta didik semakin rumit tugas-tugas pengukuran harus diajar kepada siswa (S.Belen, 1995). Penilaian atau assessment adalah kegiatan membandingkan hasil pengukuran (skor), sifat suatu obyek dengan acuan yang relevan, sehingga diperoleh suatu kualitas yang bersifat kuantitatif (Masidjo, Ign, 2005:hal 149). Penentuan baik-buruk dan atau benar-salah tentang sesuatu hal. Oleh karena itu, agar mudah dipahami dan menentukan penilaian maka perlu menggunakan skala bobot dengan menggunakan simbol angka berskala 1 s.d 4, 0 s/d 10 atau 10 s/d 100. Deskripsi nilai bobot tersebut adalah sebagai berikut: 1 = sangat kurang; 2 = kurang; 3 = baik; 4 = sangat baik; 9 = Pengembangan Perangkat Penilaian PKn-SD
41
sangat baik baik;10 = istimewa. Pembobotan dapat menggunakan simbol huruf sebagai berikut: A = sangat baik, B = baik, C = cukup, D = kurang, E = sangat kurang. Dibandingkan dengan simbul hurur, simbol angka lebih praktis, karena lebih mudah untuk dihitung, sedangkan huruf lebih fleksibel untuk menilai ranah sikap afektif. Metode pengukuran ini dapat digunakan untuk menentukan mutu unjuk kerja individu; pernyataan berdasarkan sejumlah fakta untuk menjelaskan karakteristik seseorang atau suatu karakteristik; penafsiran data hasil pengukuran; proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Penilaian terdiri dari: 1) Penilaian kelas (KTSP): suatu kegiatan guru yang terkait dengan pengambilan keputusan tentang pencapaian kompetensi atau hasil belajar peserta didik yang mengikuti pembelajaran tententu. Untuk itu diperlukan data sebagai informasi falid untuk dasar pengambilan keputusan. Penentuan keputusan terkait dengan tingkat keberhasil siswa dalam mencapai suatu kompetensi. Langkah-langkah proses pengambilan keputusan dilakukan sesuai dengan urutan sebagai berikut: perencanaan, penyusunan alat penilaian, pengumpulan informasi melalui sejumlah bukti yang menunjukkan pencapaian hasil belajar peserta didik, dan dilakukan melalui unjuk kerja (performance), penilaian sikap, penilaian tertulis, penilaian proyek, penilaian produk, melalui portofolio, dan penilaian diri. 2) Penilaian nyata (Authentic Assessment): asas dalam pembelajaran Kontekstual (CTL). Asas pembelajaran konvensional yang sering dilakukan oleh guru dengan melihat aspek perkembangan intelektual siswa. Tes digunakan untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran. 3) Penilaian sikap KTSP: merupakan perasaan suka atau tidak suka siswa dalam merespon suatau obyek. Sikap meliputi ranah afektif, kognitif, dan konatif. Ranah afektif
merupakan perasaan atau penilaian seseorang terhadap sesuatu obyek;
Komponen kognitif, merupakan kepercayaan, dan keyakinan seseorang mengenai obyek. Sedangkan komponen konatif, sebagai kecenderungan seseorang dalam berperilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan obyek yang dihadapi sikap. Terdapat lima obyek sikap yang perlu dinilai yaitu: (1) sikap terhadap materi pelajaran; (2) sikap terhadap guru/pengajar; (3) sikap terhadap proses pembelajaran; (4) sikap berkaitan dengan nilai atau norma yang
Pengembangan Perangkat Penilaian PKn-SD
42
berhubungan dengan materi pelajaran; dan (5) sikap yang kaitan dengan kompetensi afektif lintas kurikulum yang relevan dengan mata pelajaran. Instrumen sikap dan minat terhadap mata pelajaran, langkah-langkahnya adalah: 1) Pilih ranah afektif yang akan dinilai, misalnya sikap dan minat (untuk bidang studi PKn ada 5 ditambah tiga konsep diri, empat nilai, dan lima moral. 2) Ditentukan indikator sikap: misalnya senang, susah, bersungut-sungut, menolak, daan menerima. Contoh minat misalnya: kehadiran di kelas, frekuaansi bertanya, tepat waktu dalam mengumpulkan tugas, dan kerapian buku catatan. 3) Pilih tipe skala yang digunakan misalnya skala Likert dengan empat skala, misalnya dari sangat senang, senang, kurang senang dan tidak senang. 4) Telaah instrumen oleh teman sejawat (yang mengajar satu bidang studi sama) 5) Perbaiki instrumen. 6) Siapkan inventori laporan diri. 7) Tentukan skor inventori, dan 8) Buat hasil analisis. Inventori adalah skala minat dan skala sikap. Skor untuk masing-masing sikap di atas dapat berupa angka, akan tetapi pada tahap akhir skor tersebut dirata-ratakan dan dikonversikan ke dalam bentuk kualitatif. Skala penilaian dibuat dengan rentangan 1 s.d 5 (1 = sangat kurang; 2 = kurang; 3 = cukup, 4 = baik dan 5 = sangat baik). Sedangkan terhadap minat siswa dapat menggunakan skala bertingkat dengan rentangan 1 s.d 4 tergantung arah pernyataan jawaban. Selalu (SL), Sering (SR), Jarang (JR), dan tidak pernah (TP). Misalnya instrumen minat terdiri atas 10 butir. Jika rentangan yang dipakai 1 s.d 4, maka skor terendah adalah 10 dan skor tertinggi adalah 40. Jika dibagi 4 kategori, maka skala 10 – 16 = tidak berminat, 17 – 24 = kurang berminat, 24 – 33 berminat dan 33 – 40 sangat berminat.
3.2 Prinsip-Prinsip Penilaian PKn Prinsip penilaian PKn mengacu pada penilaian pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP, 2007), yaitu: 1) Valid dan reliabel, artinya penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur. Pengembangan Perangkat Penilaian PKn-SD
43
2) Obyektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi suyektifitas penilai. 3) Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat – istiadat, status sosial ekonomi, dan gender. 4) Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini penilaian benar-benar dijadikan dasar untuk memperbaiki proses pembelajaran. Jika hasil penilaian menunjukkan banyak peserta didik yang gagal, sementara instrumen yang digunakan sudah memenuhi syarat, maka besar kemungkian proses pembelajarannya kurang baik. 5) Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan. Oleh karena itu pendidik menginformasikan prosedur dan kriteria penilaian kepada peserta didik. 6) Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik. 7) Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara terencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku. Oleh karena itu, penilaian dirancang dan dilakukan dengan mengikuti prosedur dan prinsip-prinsip yang ditetapkan. 8) Beracuan Kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan. Oleh karena itu, instrumen penilaian disusun dengan merujuk pada kompetensi (SKL, SK, dan KD). 9) Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya.
3.3 Teknik Penilaian Afektif untuk PKn Teknik penilaian PKn dapat digunakan oleh pendidik berupa. Tes tertulis, observasi, penugasan, tes lesan,penilaian portofolio, jurnal, penilaian diri, dan penilaian antar teman. Teknik penilaian afektif bidang studi PKn dilakukan dalam bentuk sikap berupa teknik penilaian yang dapat dilakukan melalui observasi perilaku. Kegiatan penilaian dapat dilakukan melalui buku catatan harian tentang kejadiankejadian yang dilakukan peserta didik selama di sekolah (format penilaian mencakup no, hari, tanggal, nama, dan kejadian). Bentuk format penilaian sikap dalam praktek Pengembangan Perangkat Penilaian PKn-SD
44
mata pelajaran meliputi: no, nama siswa, kelas, dan indikator, misalnya (1) bekerja sama, (2) berinisiatif, (3) penuh perhatian, (4) bekerja sistematis). Nilai dan keterangan diberi skor maksimum = 20 dengan ketentuan sangat baik = A; baik = B, Cukup = C, kurang = D, dan sangat kurang = E. Lembar pengamatan (kolompok mata pelajaran Agama, PKn, Estetika, Jasmani) sikap yang diamati dalam kolom (no/deskripsi perilaku awal/dikripsi perubahan/capaian) dengan ketentuan ST = perubahan sangat tinggi, T = perubahan tinggi, R = perubahan rendah; SR = perubahan sangat rendah. Informasi deskripsi diperoleh melalui pertanyaan langsung laporan pribadi dan catatan harian. sedangkan minat dan yang lain dapat diperoleh dari kuesioner. Langkah-langkah pengembangan alat penilaian afektif PKn. Ada lima instrumen yang diukur dalam ranah afektif mata pelajaran PKn, Agama dan Estetika yaitu: (1) sikap, (2) minat, (3) konsep diri, (4) nilai, dan (5) moral. Berikut ini contoh matrik kisi-kisi instrumen afektif.
Contoh: Matrik Kisi-kisi Instrumen Afektif Matrik Kisi-kisi Instrumen Afektif No
Indikator
A 1
Sikap Senang bekerja sama dalam membahas materi pelajaran dan sikap terhadap materi pelajaran, Senang berinisiasi/sikap kepada guru Penuh perhatian inte-raksi/sikap terhadap proses pembelajaran. Senang Bekerja sistematis/Sikap berkaitan dengan nilai atau norma yang berhubungan dengan materi pelajar-an. Senang mempelajari pelajaran lain/Sikap berhubungan dengan kompetensi afektif lintas kurikulum yang relevan dengan mata pelajaran. Minat Mempunyai buku
2 3 4
5
B 6
Pengembangan Perangkat Penilaian PKn-SD
Jml Butir
Pertanyaan-pertanyaan
Skala Likert
1
Saya senang bekerjasama dengan teman
1
Saya selalu berinisiatif, saya selalu aktif dikelas Selalu bertanya kepada guru kalau kesulitan Ringkasan pelajaran selalu saya tulis dengan rapi
1 1
1
Saya senang terhadap pelajaran lain, atau saya tidak membeda-bedakan pelajaran lain Thurstone
1
Saya selalu membeli buku pelajaran ini 45
7
Sering bertanya dalam membaca buku Memiliki catatan pelajaran/coretan penting
1
9
Berusaha memahami pe-lajaran
1
10
Sering mengerjakan LKS
1
C 11
Konsep Diri Memilih pelajaran yang mudah dipahami Memiliki kecepatan memahami mata pelajaran Menunjukkan mata pelajaran yang dirasa sulit Mengukur kelemahan dan kekuatan fisik
8
12 13 14
1
Thurstone 1 1 1 1
15
Mampu menyelesaikan hasil dengan baik
1
D 16
Nilai Memiliki keyakinan akan sekolah Memiliki keyakinan akan keberhasilan diri sendiri Menunjukkan keyakinan atas kemampuan guru
1 1
19
Senang pada pelajaran tertentu
1
20
Berkeyakinan sekolah dapat merubah prestasi peserta didik
1
E 21 22
Moral Selalu menepati janji Peduli terhadap orang lain atau teman
1 1
23
Memiliki kejujuran
1
24
Komitmen dalam menyelesaikan tugas Menghargai teman/orang lain.
1
17 18
25
Pengembangan Perangkat Penilaian PKn-SD
Buku yang saya miliki selalu saya baca Coretan-coretan penting selalu saya buat agar mudah dipelajari Saya selalu mendengarkan saat teman presentasi Saya selalu mengerjakan soal-soal dalam LKS
1 1
Saya tidak senang pada pelajaran tertentu Pelajaran yang disampaikan mudah saya pahami Pelajaran matematika sulit Saya tidak pernah mengan-tuk sampai akhir pelajaran Soal-soal yang saya kerjakan banyak yang benar Thurstone Sekolah mempunyai fasilitas yang lengkap Saya percaya kalau belajar ulangan pasti baik Guru mata pelajaran ini professional dalam bidangnya Saya senang pada pelajaran IPS Saja Sekolah dapat mengupayakan untuk menaikkan prestasi peserta didik Thurstone
1
Saya selalu menepati janji Saya akan membantu teman yang mengalami kesulitan belajar Saya tidak pernah berbuat curang Saya selalu menyelesaikan tugas tepat pada waktunya Saya selalu menghargai pendapat orang lain
46
Penilaian ranah afektif ini dapat menggunakan kuesioner, observasi atau pengamatan, pertanyaan langsung dari laporan pribadi dan catatan harian guru atau peserta didik yang ditunjuk dalam proses pembelajaran seperti notulen diskusi. Indikator-indikator ranah afektif dapat dibuat atas kesepakatan guru-guru sebidang studi atau mata pelajaran sejenis. Untuk mata pelajaran PKn dan Agama menggunakan lima instrumen ranah afektif di atas, sedangkan mata pelajaran lainnya menggunakan dua instrumen saja yaitu sikap dan minat. Adapun skala yang digunakan dapat berupa skala Likert atau Thurstone yang sudah dimodifikasi menjadi empat pilihan saja.
Contoh Lembar Pengamatan/Observasi:
Lembar Pengamatan/Observasi Nama
:
Kelas/No absen : Yang diamati
No
: Sikap (komponen afektif nomor 1)
perilaku
1
Deskripsi perilaku awal
2
Deskripsi perubahan
3
Pencapaian
ST
T
R
SR
Keterangan: ST = Sangat tinggi T = Tinggi R = Rendah SR = Sangat rendah
Capaian tujuan pembelajaran untuk diolah dalam daftar nilai afektif sangat perlukan. Berikut ini adalah contoh Format Lembar Kuesioner Peinlaian Afektif.
Pengembangan Perangkat Penilaian PKn-SD
47
Kuesioner Penilaian Afektif Nama Responden
:
Kelas/nomor absen
:
Yang ditanyakan
: Sikap dan minat (komponen afektif no 1 dan 2)
No
Pertanyaan - pertanyaan
SS
S
TS
STS
Sikap 1
Saya senang bekerjasama dengan teman
2
Saya selalu berinisiatif atau Saya selalu aktif dikelas
3
Selalu bertanya kepada guru kalau kesulitan
4
Ringkasan pelajaran selalu saya tulis dengan rapi
5
Saya senang terhadap pelajaran lain, atau Saya tidak membeda-bedakan pelajar-an lain Minat
6
Saya selalu membeli buku pelajaran ini Buku yang saya miliki selalu saya baca Coretan – coretan penting selalu saya buat agar mudah dipelajari Saya
selalu
mendengarkan
sewaktu
teman
presentasi Saya selalu mengerjakan soal-soal di LKS dst
Keterangan: SS = Sangat tinggi S
= Tinggi
TS = Rendah STS = Sangat rendah Apabila diperlukan pada setiap indikator dibedakan bobotnya, maka dapat pula kolom ditambahkan bobot nilai sehingga nilai akhir merupakan penjumlahan dari skor dikali bobot nilainya (indikatornya 1 s.d 25) Pengembangan Perangkat Penilaian PKn-SD
48
No
Nama
Mata Pelajaran
: PKn
Kelas
: IV c
Nama Guru
: Drs. Ainul Yakin, M.Pd
Sikap 1
2
3
Minat 4
5
6
7
8
9
K.Diri 10
11
12
13
Nilai 14
15
16
17
18
Moral 19
20
21
22
23
24
25
Skor /N
Bobot
4
5
3
4
4
3
4
5
4
3
4
5
4
3
4
5
4
3
4
5
4
3
4
5
4
100
1
3
3
3
4
2
3
3
3
3
4
4
4
3
3
3
3
4
4
4
4
3
3
2
4
4
333
Anto
B
2
Bagus
4
4
4
3
3
2
3
3
3
3
4
3
3
4
2
3
3
3
3
3
4
4
4
4
3
328 B
3
Cipluk
4
4
4
3
3
4
4
4
4
4
3
3
4
3
4
4
4
3
4
3
4
4
4
4
3
368 A
4
Denok
4
4
3
2
2
3
3
3
3
2
4
4
3
3
3
3
4
4
4
4
4
3
3
2
2
318 B
5
Endik
3
3
3
3
2
3
2
3
4
2
3
2
3
3
3
2
2
2
3
2
3
3
3
2
2
262 C
dstnya
Skala skor: Sangat baik (A)
: 349 - 400
Baik (B)
: 168- 348
Cukup (C)
: 187- 267
Kurang (D)
: 106 - 186
Sangat kurang (E)
: 25 - 105
N = nilai akhir
3.4 Penilaian portofolio Portofolio adalah kumpulan hasil karya; sejumlah hasil karya yang sengaja dikumpulkan sebagai bukti prestasi siswa; perkembangan kemampuan berfikir siswa; pemahaman atas materi pokok; kemampuan mengungkapkan gagasan dan sikap siswa terhadap mata pelajaran tertentu; laporan singkat yang dibuat siswa setelah melaksanakan kegiatan.; salah satu alat ukur penilaian kelas; kumpulan dokumen hasil karya beserta catatan perkembangan belajar siswa yang disusun secara sistematis; hasil Pengembangan Perangkat Penilaian PKn-SD
49
karya siswa sebagai bukti pencapaian suatu kompetensi. Hasil kerja tersebut susun dalam bentuk portofolio. Tujuan Portofolio: (1) menghargai perkembangan peserta didik; (2) digunakan sebagai dokumentasi dalam proses pembelajaran; (3) merefleksikan kesanggupan mengambil risiko dan melakukan eksperimen; (4) merefleksikan kemampuan diri; (5) membantu murid merumuskan tujuan; (6) dapat memberikan informasi kemajuan murid kepada orang tua dan guru; (8) membina dan mempercapat partumbuhan positif konsep diri peserta didik; dan (9) meningkatkan efektivitas proses pembelajaran. Data Penilaian Portofolio KTSP, adalah nilai berasal dari hasil pengumpulan informasi aktifitas siswa selama pembelajaran berlangsung. Komponen penilaian portofolio meliputi: (1) catatan guru; (2) hasil pekerjaan peserta didik; dan (3) profil perkembangan peserta didik. Hasil penilaian terhadap sikap peserta didik dalam melakukan kegiatan portofolio. pemberian skor hasil pekerjaan didasarkan pada komponen berikut: (1) rangkuman portofolio; (2) dokumentasi berkas/data dalam folder; (3) perkembangan dokumen; (4) ringkasan setiap dokumen; (5) presentasi; (6) penilaian kinerrja siswa mengacu pada kriteria dalam persen (%) aatau dengan menggunakan skala 0 – 10 atau 0 – 100. Penskoran dilakukan berdasarkan kegiatan unjuk kerja. Skor pencapaian peserta didik dapat diubah ke dalam skor berskala 0 – 10 atau 1 – 100 dengan rumus jumlah skor pencapaian dibagi skor maksimum dikali 10 atau 100. Sehingga akan diperoleh skor peserta didik berdasarkan portofolio masingmasing. Penilaian portofolio bermanfaat untuk: (1) memberikan gambaran utuh tentang kemampuan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan siswa; (2) memberikan gambaran kemampuan kerja siswa secara riil dibuktikan dalam bentuk dokumen asli yang berisi sekumpulan karya siswa; (3) mendorong siswa mencapai prestassi kerja lebih baik dan sempurna; (4) menumbuhkan motivasi belajar, karena proses pembelajaran diberikan reinforcement, sehingga kelebihan dan kekurangan belajar dapat diketahui; (5) mendorong keterlibatan orang tua secara aktif dalam proses belajaran anak. Prinsip-prinsip penilaian Portofolio meliputi: (1) saling percaya antara yang dinilai (siswa) dengan penilai (guru); (2) keterbukaan, dalam arti guru dalam mengkritik dan menilai dengan argumentasi yang tepat, iklim belajar menyenangkan (3) menjaga kerahasiaan dokumen (evidence) sebelum dipublikasikan agar sisswa tidak merasa direndahkan atau dipermalukan; (4) evidence portofolio menjadi milik Pengembangan Perangkat Penilaian PKn-SD
50
bersama sehingga semua merasa ikut memiliki dan merawat secara baik agar dapat digunakan setiaap saat; (5) menciptakan kepuasan bagi guru dan siswa manakala kompetensi tercapai; (6) meningkatkan kualitas
proses pembelajaran dan proses
berfikir siswa; (7) memberikan kesempatan luas kepada peserta didik untuk melakukan refleksi terhadap apa yang telah mereka peroleh; (8) berorientasi pada proses dan hasil secara seimbang sesuai dengan aspek perkembangan peserta didik; (9) wahana penyimpanan hasil karya murid sekaligus sebagei sumber infirmasi bagi guru dan murid; (10) sebagai kontrol perkembangan tanggung jawab peserta didik dalam pembelajaran, memperluas wawasan belajar, pembaharuan, pengayaan proses pembelajaran; dan berkonsentrassi penekanan pada pengembangan wawasan peserta didik dalam proses pembelajaran. Format penilaian portofolio dibuat oleh guru sesuai dengan kepentingan masing-masing. Formatnya berisi dua hal pokok, yaitu: kriteria untuk proses belajar dan kriteria untuk hasil belajar. Format I, yaittu Penilaian portofolio proses belajar peserta didik berisi: (1) Aspek yang dinilai motivasi belajar, (2) Identitas Peserta didik (nama, tanggal penilaian, dan mata pelajaran). Kriteria penilaian mrnggunakan skor 1 s.d 5 terdiri atas penilaian keantusiasan dalam kegiatan diskusi, keseriusan dalam menyelesaikan tugas (pada kriteria 1 – 5). Pengisiannya dengan cara memberi tanda chek list () pada criteria nilai.Format II, model penilaian portofolio hasil belajar peserta didik berisi: (A) Kompetensi dasar memuat kemampuan menampilkan pola dan ciri kenampakan dan budaya pada berbagai peta dan citra media; (B) Identitas siswa, memuat (a) Tanggal penilaian mata pelajaran geografi, (b) Indikator (kriteria 15), yaitu: membedakan peta dengan media citra, (c) Membuat peta berdasarkan hasil pengukuran jarak dan arah, (d)S melakukan klasifikasi data tabulasi dan membuat simbul dan seterusnya. Komentar orang tua (kiri bawah) dan komentar guru (kanan bawah)
3.5 Pengembangan Penilaian Ranah Tiga Domein Pengembangan penilaian hasil pembelajaran PKn berbasis tiga, yaitu: (A) domein kognitif, (P) psikomotor, dan (K) afeksi. Berikut ini adalah Diagram Ven yang menggambarkan ranah tiga domein yang saling tumpang-tindih (interseksi) dalam pengembangan penilaian pembelajaran PKn. Semakin besar/menyatu interseksi atau irisan ranah A, P, K maka keberhasilan pembelajaran PKn semakin baik. Pengembangan Perangkat Penilaian PKn-SD
51
Gambar: interseksi A, P, K Model ini dapat dilakukan guru dalam penilaian hasil pembelajaran Materi pembelajaran PKn secara bersama-sama di dalam kegiatan belajar mengajar. Penilaian yang baik dilakukan secara seimbang. Penilaian hasil pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah dengan menggunakan berbagai teknik penilaian sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Teknik penilaian dapat berupa tes tertulis, observasi, tes praktek, dan penugasan perseorangan (pasal 22 ayat (1) dan (2) PP no 19 tahun 2005 tentang SNP) dan dalam bentuk lainnya seperti penilaian untuk psikomotor dalam bentuk unjuk kerja. Ranah Kognitif dan Psikomotor, kita gunakan teori Bloom, sedangkan untuk Afektif dalam taksonomi Krathwohl (1961) yang sudah disempurnakan. Ranah Kognitif
berkaitan
dengan
kemampuan
berfikir,
kemampuan
memperoleh
pengetahuan, pengenalan, pemahaman, konseptualisasi, penentuan, dan penalaran, diuraikan dalam kata kerja operasional yang meliputi enam aspek sebagai berikut: 1) Pengetahuan (C1), meliputi kata kerja mengutip, menyebutkan, menjodohkan, menggarisbawahi, menjelaskan, menggambar, menghitung; mengidentifikasi, mendaftar, menunjukkan, memberi label, memberi indek, memasangkan, menamai, menandai, membaca, menyadari, menghafal, meniru, mencatat, mengulang, mereproduksi,
meninjau; memilih,
menyatakan; mempelajari,
mentabulasi,
memberi kode. 2) Pemahaman (C2), meliputi memperkirakan, menjelaskan, mengkategorikan, mencirikan, mengasosiasikan, membandingkan, menghitung, mengkontraskan, Pengembangan Perangkat Penilaian PKn-SD
52
mengubah,
mempertahankan,
mendiskusikan, mempolakan,
menggali,
menguraikan,
mencontohkan,
memperluas,
menjalin,
membedakan,
menerangkan,
menyimpulkan,
mengemukakan,
meramalkan,
merangkum,
menjabarkan. 3) Penerapan (C3), meliputi menugaskan, mengurutkan, menentukan, menerapkan, menyesuaikan, mengkalkulasikan, memodifikasi, mengklasifikasi, menghitung, membangun, membiasakan, mencegah, menggambarkan, menggunakan, menilai, melatih, menggali, mengemukakan, mengadaptasi, menyelidiki, mengoperasikan, mempersoalkan, mengkonsepsikan, melaksanakan, meramalkan, memproduksi, memproses, mengaitkan, menyusun, mensimulasikan, memecahkan, melakukan, mentabulasi, menemukan, menyediakan, menghasilkan, melengkapi. 4) Analisis (C4), meliputi: memisahkan, membagi, menunjukkan hubungan antara, menerima,
menganalisis,
mendiagnosis,
mengaudit,
menyeleksi,
mengorelasikan, membagankan,
memecah,
memerinci,
merasionalkan, menyimpulkan,
menegaskan,
menominasikan,
menguji,
mendiagramkan,
mencerahkan,
menemukan,
mnelaah,
mendeteksi,
menjelajah,
memaksimalkan,
memerintahkan, mengedit, mengaitkan, memilih, mengukur, melatih, mentrasfer 5) Sintesis (C5), meliputi mengabtraksi, merangkaikan, membuat, mengatur, menganimasi, mengumpulkan, mengkategorikan, mengkode, mengkombinasikan, menyusun kembali, mengarang, membangun, menanggulangi, menghubungkan, menciptakan, mengkreasikan, mengoreksi, merancang, merencanakan, mendekte, meningkatkan, menggeneralisasi,
memperjelas,
memfasilitasi,
menggabungkan,
membentuk,
memadukan,
membatasi,
merumuskan, mereparasi,
menampilkan, menyiapkan, mereproduksi, merangkum, dan merekonstruksi. 6) Penilaian (C6), meliputi membandingkan, menyimpulkan, menilai, mengarahkan, mengkritik, menimbang, memutuskan, memisahkan, memprediksi, memperjelas, menugaskan; menafsirkan, mempertahankan, memerinci, mengukur, merangkum, membuktikan, mendukung, memvasilitasi, mengetes, memilih, memproyeksikan, menafsirkan, mempertahankan, memerinci, mengukur, merangkum, membuktikan, mendukung, memvasilitasi, mengetes, memilih, memproyek. (Bandingkan dengan pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan Evaluasi, dalam Harsanto Ratno, 2007)
Pengembangan Perangkat Penilaian PKn-SD
53
Ranah psikomotor, adalah aspek yang berkaitan dengan kemampuan melakukan pekerjaan dengan melibatkan anggota badan dan atau kemampuan yang berkaitan dengan gerak fisik. Ranah psikomotor terdiri atas empat aspek sebagai berikut: 1) Peniruan, meliputi mengaktifkan, menyesuaikan, menggabungkan, melamar, mengatur, mengumpulkan, menimbang, memperkecil, membangun, mengubah, membersihkan, memposisikan, mengkonstruksi. 2) Manipulasi, meliputi mengoreksi, mendemontrasikan, merancang, memilah, melatih, memperbaiki, mengidentifikasikan, mengisi, menempatkan, membuat, mema-nipulasi, mereparasi, mencampur, 3) Artikulasi, meliputi mengalihkan, menggantikan, memutar, mengirim, memindahkan, mendorong, menarik, memproduksi, mencampur, mengoperasikan, mengemas, membungkus. 4) Pengalamiahan, meliputi mengalihkan, mempertajam, membentuk, memadankan, menggunakan,
memulai,
menyetir,
menjeniskan,
menempel,
mensketsa,
melonggarkan, menimbang. Ranah/aspek yang berkaitan dengan ketrampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman tertentu. (bandingkan dengan gerakan reflek, gerakan dasar, gerakan persepsi, gerakan kemampuan fisik, gerakan terampil dan gerakan indah dan kreatif, Harsanto Ratno, 2007) Ranah/aspek afektif, berkaitan dengan perasaan emosi, minat, sikap derajat penerimaan
atau
penolakan
terhadap
suatu
obyek
menurut
tingkatannya
dikelompokkan dalam taksonomi Krathwohl (1961) yang telah diubah oleh beberapa pakar pendidikan seperti Albert Bandura dan RH Walter (1964) diuraikan ke dalam kata kerja kunci sebagai berikut: 1) Penerimaan/menerima/Receiving (A1), peserta didik mempunyai keinginan untuk memperhatikan suatu fenomena stimulus, seperti musik, gambar, film, buku, kelas. Berkaitan dengan hal tersebut guru bertugas mengarahkan perhatian peserta didik pada fenomena yang menjadi obyek pembelajaran afektif, misalnya mendorong siswa agar senang membaca buku, bekerjasama dan sebagainya sehingga menjadi kebiasaan positif. Kata-kata kerja kuncinya meliputi memilih, mempertanyakan,
mengikuti,
memberi,
Pengembangan Perangkat Penilaian PKn-SD
menganut,
mematuhi,
meminati, 54
menyatakan,
dapat
menangkap,
mau
mendengarkan,
mengemukakan,
mengidentifikasi dan lain-lain. 2) Partisipasi/menanggapi/responding (A2), berupa perilaku partisipasi aktif peserta didik yang ditunjukkan pada reaksi responsif, keinginan dan kepuasan memrespon terhadap sesuatu. Partisipasi merupakan minat yang ditampilkan atau dapat dilihat dari respon seperti senang membaca buku, bertanya, membantu teman, akan kebersihan,
kerapian.
mengantisipasi,
Kata-kata
melibatkan
mengompromikan,
diri,
menyenangi,
kerja
kunci
antarablain
menghayati,
menjawab,
membantu,
mengajukan,
menyambut,
mendukung,
menyetujui,
menampilkan, melaporkan, memilih, mengatakan, memilah, menolak/menyangkal, menerima/mengakui. 3) Menentukan sikap/menilai/valuing (A3), merupakan akifitas menilai atau menghargai dalam arti memberikan nilai atau penghargaan terhadap sesuatu objek, apabila kegiatan itu tidak dilaksanakan maka akan menibulkan penyesalan atau kerugian. Menentukan sikap berarti melibatkan penentuan nilai, keyakinan atau sikap yang menunjukkan internalisasi dan komitmen dengan rentangan mulai dari menerima suatu nilai sampai pada komitmen. Menentukan sikap berarti pula dapat memberikan penilaian benar atau salah, setuju atau tidak setuju terhadap proses belajar mengajar, sehingga siswa tidak hanya menerima saja tetapi mampu menilai konsep atau fenomena yang terdapat dalam objek pembelajaran tertentu. Hasil dari tingkat valuing ini berkaitan erat dengan perilaku yang konsisten dan stabil sehingga nilai dikenal secara jelas dalam bentuk menentukan sikap dan apresiasi. Kata-kata kerja kuncinya meliputi mempertanyakan, mengkaji, menyatakan penilaian, berpendapat, memilih, memutuskan, mempertimbangkan, mengasumsi, menyakini, melengkapi, meyakinkan, memprakarsai, mengimani, menggabungkan, memperjelas, mengusulkan, menekankan, dan menyumbang. 4) Organisasi/mengelola/organizing (A4), adalah keterkaitan nilai satu dengan nilai yang lain, konflik antarnilai dapat diselesaikan dengan baik, dan mulai membangun nilai internal yang konsisten, hasilnya berupa konseptualisasi nilai atau organisasi sistem nilai. Misalkan pemahaman tentang pandangan hidup bangsa. Kata-kata kerja kuncinya meliputi mengklarifikasi, menggambarkan mendemonstrasikan, menyatakan posisi/tanggapannya, menganut, mengubah, menata, mengklasifikasi,
Pengembangan Perangkat Penilaian PKn-SD
55
mengkombinasikan,
mempertahankan,
membangun,
membentuk
pendapat,
memadukan, mengelola, menegosiasi, dan merembuk . 5) Pembentukan
pola
hidup/menghayati/characterization
(A5),
merupakan
characterization nilai. bahwa peserta didik mempunyai sistem nilai berdasarkan perilaku selama waktu tertentu hingga terbentuk pola hidup. Hasil pembelajaran tingkat tertinggi dari afektif ini adalah terbentuknya kepribadian, emosi. Kata- kata kerja kuncinya meliputi mencintai, meyakini, mempertahankan, meragukan, menolak sesuatu, mengubah perilaku, berbuat sesuai akhlak mulia, mempengaruhi, mendengarkan, mengkualifikasi, melayani, menunjukkan, membuktikan, dan memecahkan (bandingkan dengan penerimaan, responsi, menghayati nilai, mengorganisasi, menjadi karakter, dalam Harsanto Ratno, 2007), Aspek afektif berkaitan dengan perasaan, nilai, sikap dan minat perilaku peserta didik dilihat dari tingkah laku, seperti perhatian terhadap pelajaran, etika dan moral yang dapat meningkatkan kedisiplinan dalam mengikuti pelajaran di sekolah. Sebagai pedoman dalam penilaian afektif digunakan lima komponen karakteristik ranah afektif, yaitu sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral (lihat penilaian ranah afektif).
Ukuran untuk penilaian ranah afektif. 1. Sikap (Afsi), Sikap (Attitude), merupakan aspek kompetensi berupa perasaan atau reaksi terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar. Misalnya, perasaan senang atau tidak senang terhadap aturan baru, reaksi terhadap diberlakukannya kurikulum baru (Gordon, 1988). Sikap merupakan kecenderungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka terhadap suatu objek. Penampilan kecenderungan akan sesuatu, penghayatan/citra, cita rasa, emosi dan feeling, kemauan, nilai dan keyakinan sebagai tingkat yang paling tinggi, (Kosasih, 1980); suatu prediksi yang dipelajari untuk merespon secara positif atau negatif terhadap objek, situasi, konsep atau orang (Fisbein dan Ajzen, 1975) Sikap dapat dibentuk melalui mengamati dan menirukan sesuatu yang positif dengan penguatan menerima informasi secara verbal. Penilaian sikap dilakukan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap mata pelajaran tertentu, kondisi pembelajaran, pendidik. 2. Minat (Afmi) Pengembangan Perangkat Penilaian PKn-SD
56
Minat merupakan kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu (KBBI, 1990: 583). Aspek kompetensi, berupa kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu tindakan atau perbuatan. Misalnya, minat untuk mempelajari dan memperdalam materi pelajaran. (Gordon, 1988). Minat berkaitan erat dengan motivasi, karena minat dan motivasi (by interest) sebagai salah satu faktor pembeda keberagaman pengelolaan peserta didik. Oleh karena itu, cara pengelolaannya peserta didik hendaknya memberi keleluasaan untuk berkreasi sesuai dengan minat dan motivasi belajar dalam berbagai kompetensi, sehingga dapat memicu keberhasilan belajar berikutnya secara mandiri dan optimal. Berkaitan dengan hal itu, maka peran guru yang terpenting adalah bagaimana membangkitkan minat belajar siswa (cukup beragam) terhadap mata pelajaran yang diajarnya. Keragaman karakteristik siswa hendaknya dimaknai sebagai perbedaan yang disebabkan oleh isi (content), minat dan motivasi siswa (by interest), kecepatan tahapan belajar (by pace), tingkatan kemampuan (by level), reaksi yang diberikan siswa (by respon), siklus cara belajar dan berfikir (circular sequence), waktu (time) dan pendekatan pembelajaran (by teaching style).
3. Konsep diri (Afkod) Konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan oleh seseorang terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimiliki. Target konsep diri adalah orang, sekolah atau lembaga lain yang arahnya bisa positif maupun negatif mulai dari rendah sampai tinggi. Konsep diri berfungsi untuk menentukan jenjang karier peserta didik; mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri; memilih karir peserta didik; dan memberi motivasi belajar yang tepat.
4. Nilai (Afni) Nilai (value) merupakan perwujudan dari afektif yang terdapat dalam diri seseorang dan merupakan suatu sistem yang di dalamnya mengandung nilai keagamaan, sosial budaya, ekonomi, hukum, etika. Misalnya, keadilan, keberpihakan, kebenaran kepalsuan, kejujuran, kebohongan, kesejahteraan, dan sebagainya dan merupakan keyakinan yang dianggap baik dan yang dianggap buruk (Rokeach, 1968). Target nilai berupa sikap dan perilaku yang mengarah pada positif atau negatif yang berintensitas rendah atau tinggi, tergantung pada situasi.
Pengembangan Perangkat Penilaian PKn-SD
57
5. Moral (Afmo) Moral berhubungan dengan perasaan salah atau benar terhadap kebahagiaan orang lain, dan dapat dikaitkan dengan keyakinan seseorang timbul akibat tuntutan dari luar/masyarakat/kehidupan dalam kehidupan nyata. Misalnya, tindakan berbuat dosa dan perbuatan mendapakan pahala. Jadi, moral berkaitan dengan prinsip, nilai, dan keyakinan seorang misalnya kejujuran, integritas, keadilan, kebebasan. Pengajaran nilai/moral menghendaki lahirnya generasi muda yang memiliki bekal moral dan nilai yang baku dan positif sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara, yaitu moral dan nilai-nilai Pancasila yang disalurkan melalui mata pelajaran PKn pada tingkat satuan pendidikan dasar sampai menengah, bahkan pendidikan tinggi. Pembelajaran ketiga ranah (domain) tersebut dapat dilakukan oleh guru mata pelajaran secara terpadu melalui
kegiatan
pembelajaran
dengan
model,
pendekatan
maupun
strategi
pembelajaran yang dipilih oleh guru.
Pengembangan Perangkat Penilaian PKn-SD
58
Latihan Jawablah pertanyaan berikut! 1. Bagaimanakan bentuk skala Penilaian afektif yang dikembangkan oleh Likert dan Thurstone? 2. Indikator – indikator apakah yang digunakan untuk penilaian ranah afektif PKn? 3. Mengapa pemberian bobot pada setia soal lebih baik dari pada tidak diberi bobot dalam penilaian afektif? 4. Bagaimanakah menentukan nilai akhir dengan pemberian bobot nilai? 5. Urutkan langkah penilaian portofolio! 6. Meliputi aspek kemampuan apa ranah psikomotor?, tunjukkan kata –kata kerja yang digunakan! 7. Meliputi kemampuan apa saja ranah kognitif.?, tunjukkan kata – kata kerja yang digunakan! 8. Meliputi kemampuan apa saja ranah afektif.?, tunjukkan kata – kata kerja yang digunakan! 9. Apakah yang dimaksidkan dengan aspek minat (Afmi)? 10. Apakah yang dimaksudkan aspek moral (Afmo)?
Pengembangan Perangkat Penilaian PKn-SD
59
Rangkuman 1. Penilaian ranah affektif mempunyai teknik penilaian yang berbeda dengan ranah kognitif dan psikomotor 2. Ada lima instrument yang diukur dalam ranah afektif PKn, yaitu sikap, minat, konsep diri dan moral. 3. Kisi-kisi instrument afektif berbentuk matrik diperlukan dalam penilaian ranah afektif. 4. Alat yang digunakan untuk penilaian ranah afektif adalah kuesioner dan observasi. 5. Indikator – indikator ranah afektif dibuat atas kesepakatan guru – guru mata pelajaran PKn. 6. Penilaian portofolio merupakan penilaian hasil kerja peserta didik. 7. Penilaian ranah tiga domein meliputi ranah afektif, kognitif dan psikomotor dilakukan secara terpadu dalam materi tertentu di PKn, semakin menyatu interseksinya maka semakin baik. 8. Penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. 9. Instrumen untuk mengamati penilaian unjuk kerja berupa check list (daftar cek) dan skala penilaian. 10. Ranah afektif berkaitan dengan emosi, minat, sikap derajat penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu obyek dikelompokkan dalam bentuk taksonomi dengan ciri – ciri pada kata kerja kunci.
Pengembangan Perangkat Penilaian PKn-SD
60
Tes Formatif 3. Pilihlah salah satu jawaban yang Anda anggap paling tepat! 1.
Perhatikan pernyataan berikut: “ Dalam PKn penilaian ranah afektif menduduki fungsi sentral, karena semakin tinnggi nilai afektif, maka akan menyebabkan ranah yang lain akan menjadi semakin maksimal juga”
Pernyataan tersebut menurut Anda, adalah … a. Setuju, karena semakin tinggi nilai ranah afektif maka dengan sendirinya nilai kognitif dan psikomotor akan semakin maksimal. b. Setuju, karena ketiga ranah afektif, kognitif dan psikomotor saling berhubungan. c. Tidak setuju, karena penilaian ranah afektiflah yang paling penting dalam PKn d. Tidak setuju, karena ranah afektif belum tentu mempengaruhi ranah yang lain e. Tidak setuju, karena ranah kognitiflah yang paling penting penting dalam PKn
2. Dibawah ini yang merupakan instrument ranah afektif yang dinilai dalam mata pelajaran PKn… a. Keadilan, kejujuran, sikap dan minat b. Keseimbangan antara hak dan kewajiban dalam kelas c. Keberanian dalam menjawab pertanyaan – pertanyaan d. Kreatifitas, semangat dan motivasi belajar e. Sikap, minat, konsep diri, nilai dan moral
3. Alat alat dibawah ini sebagai penilaian: 1. Kuesioner 2. Observasi 3.Tes lisan 4.Tes tertulis Maka yang paling sesuai digunakan untuk penilaian ranah afektif adalah nomor… a. 1 dan 2 b. 1 dan 3 c. 1 dan 4 d. 2 dan 4 e. 3 dan 4
Pengembangan Perangkat Penilaian PKn-SD
61
4.Indikator – indikator ranah afektif sebaiknya dibuat oleh… a. Guru mata pelajaran sendiri b. Guru kelas c. Kesepakatan guru mata pelajaran di sekolah d. Kepala sekolah e. KKG 5.Perhatikan hal-hal berikut tentang penilaian portofolio: 1. Memerlukan waktu yang banyak dan kerja keras guru 2.Mau belajar kalau ada guru 3.Merubah mentalitet guru sulit, terutama agar merubah cara mengajar klasikal menjadi individual 4.Memerlukan waktu yang lama untuk merubah cara pandang guru, orang tua, masyarakat 5.Dapat mengukur semua ranah baik itu kognitif, afektif maupun psikomotor Pernyataan yang menunjukkan kelemahan penilaian portofolio adalah nomor: a. 1, 2 dan 5 b. 3, 4 dan 5 c. 1, 3 dan 5 d. 2, 3 dan 5 e. 1, 2, 3 dan 4
Pengembangan Perangkat Penilaian PKn-SD
62
Daftar Pustaka Departemen Pendidikan Nasional, Dirjen Dikdasmen. (2004) Pola Induk Pengembangan Sistem Penilaian, Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional (2007), Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran Kewarganegaraan dan Kepribadian, Badan Standar Nasional Pendidikan, Jakarta. Likerts, Rensis ( 1932). “ A Technique for the measurement of Attitudes” Archives of Psichology. 140.1-55. Masidjo, Ign. (1995). Penilaian Pencapaian hasil Belajar Siswa di Sekolah, Yogyakarta, Kanisius. Masidjo, Ign. (2007). Bahan Pelatihan, Penilaian Prestasi Belajar Siswa Dalam Aspek Afektif suatu Mata Pelajaran Dengan Alat Ukur Non Tes Yang berkualitas pada Era KTSP, Yogyakarta, Bina Dharma Mulia Muchtar, Imam. (2010). Penilaian Ranah Afektif Dengan Strategi, beberapa pendekatan VCT dan Metode pembelajarannya, FKIP- Universitas Jember. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional no 20 tahun 2007, tentang Standar Penilaian Pendidikan. Ruminiati. (2007). Bahan Ajar Cetak Pengembangan PKn SD, DirJen Dikti Depdiknas, Jakarta Thorndike, Robert,L, & Hagen, Elizabeth.P (1977). Measurement and evaluation in psychology and education, New York: John Wiley & Son.
Pengembangan Perangkat Penilaian PKn-SD
63
Glosarium Penilaian Hasil Pembelajaran: penilaian hasil pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan mene-ngah dengan menggunakan berbagai teknik penilaian sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai, teknik dapat berupa tes tertulis, observasi, tes praktek, dan penugasan perseorangan (pasal 22 ayat (1) dan (2) PP no 19 tahun 2005 tentang SNP.) Penilaian Portofolio KTSP: Penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menun-jukkan perkembangan kemampuan peserta didik dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh peserta didik, hasil tes (bukan nilai atau bentuk informasi lain) yang terkait dengan kompetensi tertentu dalam satu mata pelajaran. Penilaian portofolio pada dasarnya menilai karya-karya siswa secara individu pada satu periode untuk suatu mata pelajaran, hasil karya tersebut dikumpulkan dan dinilai oleh guru dan peserta didik dapat menilai perkembangan kemampuan peserta didik dan terus melakukan per-baikan seperti: karangan, puisi, surat, komposisi musik, gambar, foto, catatan perkembangan pekerjaan. Penilaian tertulis KTSP: penilaian yang dilakukan secara tertulis kepada peserta didik dalam bentuk tulisan. Bentuk soal tes tertulis meliputi 2 macam, yaitu 1. Memilih jawaban (pilihan ganda, benarsalah, dan menjodohkan) 2. Mensuplai jawaban (satu jawaban atau melengkapi jawaban, jawaban singkat/pendek dan uraian). Ranah Afektif/aspek afektif: aspek yang berkaitan dengan perasaan emosi, minat, sikap derajat penerimaan atau penolakan terhadap suatu obyek. Ranah Kognitif: aspek kognitif, aspek yang berkaitan dengan kemampuan berfikir, kemampuan memperoleh pengetahuan, pengenalan, pemahaman, konseptualisasi, penentuan dan penalaran. Ranah psikomotor: aspek yang berkaitan dengan kemampuan melakukan pekerjaan dengan melibatkan anggota badan, kemampuan yang berkaitan dengan gerak fisik.
Pengembangan Perangkat Penilaian PKn-SD
64
Umpan Balik : Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif yang terdapat di bagian akhir materi unit ini. Bandingkan jawaban Anda dengan Kunci jawaban yang tersedia untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi subunit ini. Interpretasi tingkat penguasaan yang Anda capai adalah dengan rumus: Jumlah soal benar ________________ X 100% Jumlah soal Jawaban Anda 90 % - 100 % sesuai dengan kunci jawaban = baik sekali Jawaban Anda 80 % - 89 % sesuai dengan kunci jawaban = baik Jawaban Anda 70 % - 79 % sesuai dengan kunci jawaban = cukup Jawaban Anda < 70 % yang sesuai dengan kunci jawaban = kurang
Apabila tingkat penguasaan Anda mencapai 80 % ke atas, berarti Anda telah mencapai kompetensi yang diharapkan pada subunit ini dengan baik. Anda dapat meneruskan dengan materi subunit selanjutnya. Namun sebaliknya, apabila tingkat penguasaan Anda terhadap materi ini masih di bawah 80 %, Anda perlu mengulang kembali materi subunit ini, terutama bagian yang belum Anda kuasai
Pengembangan Perangkat Penilaian PKn-SD
65
Kunci Tes Formatif 3 1. a 2. e 3. a 4. c 5. e
Pengembangan Perangkat Penilaian PKn-SD
66
Unit 4 PENGEMBANGAN SILABUS DAN RPP SERTA APLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Arief Rijadi Imam Muchtar 4.1 Pendahuluan Para mahasiswa yang berbahagia, selamat bertemu dalam pembelajaran PKn pada Unit 4. Pada bagian ini Saudara akan diajak membahas tentang Silabus dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Menurut Permendiknas no 41 tahun 2007 tentang Standar Proses untuk satuan pendidikan Dasar dan Menengah, silabus merupakan rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD), materi pokok pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan penjabaran SK dan KD ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Selanjutnya silabus dikembangkan dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Menurut Permendiknas no 41 tahun 2007 tentang Standar Proses untuk satuan pendidikan Dasar dan Menengah, RPP dalam KTSP dirancang guru untuk pengembangan pembelajaran mata pelajaran tertentu yang tercantum dalam kurikulum.
4.2 Komponen-Komponen RPP Komponen RPP secara rinci mencakup: (A) Identitas RPP, meliputi: 1) Mata Pelajaran; 2) Kelas/Semester; 3) Pertemuan ke …; 4) Alokasi Waktu … x 35 menit; 5) Standar Kompetensi (SK); 6) Kompetensi Dasar; dan 7) Indikator. (B) Isi; mencakup: I) Tujuan Pembelajaran; II) Materi Ajar; III) Metode Pengajaran; IV) Langkahlangkah Pembelajaran (terdiri atas (a) Kegiatan awal, (b) Kegiatan inti, (c) Kegiatan akhir); V) Sumber Belajar; dan VI) Penilaian meliputi: jenis tagihan, bentuk instrumen, ulangan harian, kerja praktek, tugas mandiri performan. Tes lisan dan lainPengembangan Silabus dan RPP PKn-SD
67
lain; (C) Pengesahan di posisi kanan bawah memuat nama kota, tanggal, tandatangan guru bidang studi, nama lengkap, dan NIP. Posisi kiri bawah memuat mengetahui Kepala Sekolah, nama kepala sekolah, dan NIP. RPP dirancang untuk 1–2 kali pertemuan, sattu kali pertemuan bisa 1 x 35 menit atau 2 x 35 menit (1 JP di jenjang pendidikan SD setara dengan 35 menit, di jenjang pendidikan SLTP setara dengan 40 menit, dan di jenjang pendidikan SMA/MA setara dengan 45 menit). RPP merupakan bagian dari perencanaan proses pembelajaran dan sekurang-kurangnya memuat tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar.
4.3 Prinsip-Prinsip Penyusunan RPP 1) Memperhatikan perbedaan individu peserta didik RPP disusun dengan memperhatikan perbedaan jenis kelamin, kemampuan awal, tingkat intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar. Latar belakang budaya, norma, nilai dan/atau lingkungan peserta didik. 2) Mendorong partisipasi aktif peserta didik Proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada aktifitas peserta didik untuk mendorong motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, kemandirian, dan semangat belajar 3) Mengembangkan budaya membaca dan menulis Proses pembelajaran dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekpresi dalam berbagai bentuk tulisan. 4) Memberikan umpan baik dan tindak lanjut RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remidi. 5) Keterkaitan dan keterpaduan RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun dengan mengakomodasikan pembelajaran tematik, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya. 6) Menetapkan teknologi informasi dan komunikasi Pengembangan Silabus dan RPP PKn-SD
68
RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah.
4.4 Pelaksanaan Pembelajaran Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran unjuk kerja guru di kelas harus mencerminkan kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
1) Kegiatan Pendahuluan Dalam kegiatan pendahuluan guru: [1] Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran; [2] Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari; [3] Mejelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai; [4] Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan silabus;
2) Kegiatan Inti Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran unuk mencapai KD dilakukan dengan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, dan memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian siswa sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Pengggunaan metode dalam kegiatan ini disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran yang meliputi proses eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. [1] Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi, guru: a. Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber; b. Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain; Pengembangan Silabus dan RPP PKn-SD
69
c. Memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya; d. Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; e. Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio atau lapangan.
[2] Elaborasi Dalam kegiatan elaborasi, guru: a. Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna; b. Memfasiilitasi peserta didik melalui pemberan tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memnculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis; c. Memberi kesempatan untuk berfikir, menganalisis, menyelesaikan masalah. Dan bertindak tanpa rasa takut; d. Memfasilitasi
peserta
didik
dalam
pemvbelajaran
kooperatif
dan
kolaboratif; e. Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar; f. Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang diilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok; g. Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikanrelasi; kerja individual maupun kelompok; h. Memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festifal, serta produk yang diihasilkan; i.
Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.
[3] Konfirmasi Dalam kegiatan konfirmasi, guru: a. Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik; b. Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber; Pengembangan Silabus dan RPP PKn-SD
70
c. Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan; d. Memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompensi dasar meliputi; [a] Berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar; [b] Membantu menyelesaikan masalah; [c] Memberi acuan agar siswa dapat menilai sendiri hasil eksplorasi; [d] Memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh; [e] Memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif.
3) Kegiatan Penutup. Dalam kegiatan penutup, guru: a. Bersama-sama
dengan
peserta
didik
dan/atau
sendiri
membuat
rangkuman/kesimpulan pelajaran; b. Melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram; c. Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran; d. Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remidi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok dengan hasil belajar peserta didik; Contoh Pengembangan Silabus PKn Aplikasi Desain Model, Strategi, dan Media Pembelajaran PKn SD dapat diberikan contoh sebagai berikut: Contoh Silabus SILABUS Mata Pelajaran Kelas Semester Standar Kompetensi
: Pendidikan Kewarganegaraan : VI (enam) :1 : 1. Menghargai nilai – nilai juang dalam proses perumusan
Pengembangan Silabus dan RPP PKn-SD
71
Alokasi waktu Model Pembelajaran Pendekatan Kompetensi dasar 1.1 Mendeskripsikan nilainilai juang dalam proses perumusan Pancasila sebagai dasar Negara
Pancasila sebagai Dasar Negara : 2 x 35 menit : Cooperative Learning : Think-Pair-Share
Indikator 1.1 Menceritakan sejarah lahirnya Pancasila
Materi Kegiatan pembelajaran pembelajaran Perumusan Langkah-langkah Pancasila pembelajaran: sebagai Dasar A. Kegiatan awal Negara
1.2 Memahami kedudukan Pancasila bagi bangsa Indonesia 1.3 Meneladani nilai-nilai juang para tokoh yang berperan dalam proses perumusan Pancasila sebagai dasar Negara dalam kehidupan sehari-hari
1. Guru menyiapkan pembagian kelompok pasangan dua-dua (sebangku) agar mudah dan lebih baik 2. Guru memberitahukan materi pokok pada buku paket dan Lambang negara burung Garuda Pancasila dan UUD 1945 sebagai stimulus yang dibahas sesuai de-ngan kompetensi dasarnya
Penilaian Non tes: performance tes (tugas, pembagian kelompok/ individu, portofolio, skala afeksi
Alokasi Waktu 2 x 35’
Gambar lambang Negara burung Garuda Pancasila
Tes tertulis (Uraian, atau pilihan ganda mencakup tiga domein)
UUD 1945 Risalah Sidang BPUPKI dan PPKI 29 Mei s.d 19 Agustus 1945, Sekretariat Negara RI,1992
B. Kegiatan Inti 1. Guru memberikan pertanyaanertanyaan tertulis untuk peserta didik dan didiskusikan dengan teman sebangku 1.1 Pada saat apa Pancasila dibahas sebagai dasar Negara? 1.2 Siapa sajakah yang meng-usulkan rumusan Pancasila dasar Negara itu? 1.3 Bagaimanakah usulan rumusan dasar Negara menurut ke tiga orang pengusul itu pada saat bersidang? 1.4 Sikap yang bagaimanakah
Pengembangan Silabus dan RPP PKn-SD
Sumber Belajar Buku yang relevan untuk SD kelas VI
72
seharusnya kamu miliki terhadap pemikir- pemikir lahirnya Pancasila Dasar Negara? 1.5 Bagaimanakah tata urutan Pancasila yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 alinea empat? 1.6 Mengapa Pembukaan UUD 1945 tidak dapat diubah oleh siapapun termasuk MPR hasil Pemilihan Umum? 1.7 Apakah arti lambang pada dada burung Garuda Pancasila 2. Hasil diskusi dengan teman sebangku ditulis untuk didisusikan dengan bertukar pasangan dengan yang lain sampai guru memberikan tanda pertukaran pasangan dalam diskusi dihentikan. 3. Hasil jawaban diterangkan oleh beberapa peserta didik secara acak 4. Guru memberikan bantuan, menyempurnakan jawaban yang sudah ada. C. Kegiatan akhir/ Penutup 1. Kesimpulan materi 2. Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remidi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok dengan hasil belajar peserta didik.
Pengembangan Silabus dan RPP PKn-SD
73
Contoh Pengembangan RPP Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Nama Sekolah
: SDN ....
Mata Pelajaran
: Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas
: VI (enam)
Semester
: 1 (satu)
Jenjang sekolah : SD Alokasi waktu
: 2 x 35 menit
A.Standar Kompetensi
1. Menghargai nilai-nilai juang dalam proses perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara
B.Kompetensi Dasar
1.1. Mendeskripsikan nilai- nilai juang dalam proses perumusan Pancasila sebagai dasar Negara
C.Indikator
1.1. Menceriterakan sejarah lahirnya Pancasila 1.2. Memahami kedudukan Pancasila bagi bangsa Indonesia 1.3. Meneladani nilai-nilai juang para tokoh yang berperan dalam proses perumusan Pancasila sebagai dasar Negara dalam kehidupan sehari-hari
D. Materi Pembelajaran
Perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara
E.Tujuan Pembelajaran
Siswa mampu menghayati Nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara
Pendekatan Pembelajaran Cooperative Learning dengan Pendekatan Think-PairShare
Pengembangan Silabus dan RPP PKn-SD
74
F. Langkah-langkah Pembelajaran: Pertemuan : ke 1 I. Pendahuluan / Kegiatan Awal (5 menit) 1. Persiapan-persiapan dari guru: 1.1 Guru menyiapkan pembagian kelompok pasangan dua-dua (sebangku) lebih baik 1.2 Guru memberitahukan materi pokok pada buku paket dan lambang negara burung Garuda Pancasila, UUD 1945 sebagai stimulus yang dibahas sesuai dengan kompetensi dasarnya II. Kegiatan inti/pembelajaran (50 menit) 1. Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan tertulis untuk peserta didik dan didiskusikan dengan teman sebangku 1.1 Pada saat apa Pancasila dibahas sebagai dasar Negara? 1.2 Siapa saja-kah yang mengusulkan rumusan Pancasila dasar Negara itu? 1.3 Bagaimanakah usulan ru-musan dasar Negara menurut ke tiga orang pengusul itu pada saat bersidang? 1.4 Sikap yang bagaimanakah seharusnya kamu miliki terhadap pemikir-pemikir lahirnya Pancasila Dasar Negara? 1.5 Bagaimanakah tata urutan Pancasila yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV (empat)? 1.6 Mengapa Pembukaan UUD 1945 tidak dapat diubah oleh siapapun termasuk MPR hasil Pemilihan Umum? 1.7 Apakah arti lambang pada dada burung Garuda Pancasila lambing sila ke … bunyinya … 2. Hasil diskusi dengan teman sebangku ditulis untuk didiskusikan dengan bertukar pasangan dengan yang lain sampai guru memberikan tanda pertukaran pasangan dalam diskusi dihentikan. Pengembangan Silabus dan RPP PKn-SD
75
3. Hasil jawaban diterangkan oleh beberapa peserta didik secara acak 4. Guru memberikan bantuan, menyempurnakan jawaban yang sudah ada. III. Kegiatan Penutup (15 menit) 1. Siswa menyimpulkan isi pembahasan yang telah mereka kaji 2. Refleksi dikaitkan dengan kehidupan nyata 1) Guru mengadakan post test kepada beberapa siswa secara sampling untuk mengetahui ketercapaian indikator. 2) Setiap individu mempersiapkan bahan kajian untuk pertemuan berikutnya 3) Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remidi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok dengan hasil belajar peserta didik.
G. Sumber Belajar /Bahan/Alat: 1. Stimulus: buku paket dan lambang negara burung Garuda Pancasila, UUD 1945 2. Lembar Penilaian Afektif (sikap, minat, konsep diri, nilai dan moral) 3. OHP/LCD 4. Buku: Paket Kewarganegaraan SD Kelas VI H. Penilaian Indikator
Penilaian
pencapaian
Teknik
Bentuk Instrumen
Instrumen
Kompetensi*) kerja (dalam Tes 1. Tes uraian.
1.Uraian 7 soal
sejarah lahirnya
Tulis.(dalam
2.Klasifikasikan
Pancasila
bentuk kognitif) 3. Tes afektif
rumusan usulan
Tes unjuk kerja
Pancasila
1.1Menceriterakan
1.
2. 1.2. Memahami kedudukan
2. Tes identifikasi
bentuk Psikomotor)
Pancasila bagi bangsa Indonesia 1.3. Meneladani
Pengembangan Silabus dan RPP PKn-SD
76
nilai-nilai juang para tokoh yang berperan dalam proses perumusan Pancasila sebagai dasar Negara dalam kehidupan seharihari *) Indikator pencapaian kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
Jenis Tagihan: 1. Tugas idividu 2. Ulangan Bentuk Tagihan: 1. Laporan kerja individu 2. Uraian berstruktur Soal/instrumen: 1. Pada saat apa Pancasila dibahas sebagai dasar Negara? 2. Siapa sajakah yang mengusulkan rumusan Pancasila dasar Negara itu? 3. Bagaimanakah usulan rumusan dasar Negara menurut ke tiga orang pengusul itu pada saat bersidang di BPUPKI? 4. Sikap yang bagaimanakah seharusnya kamu miliki terhadap pemikir-pemikir lahirnya Pancasila Dasar Negara? 5. Bagaimanakah tata urutan Pancasila yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV? 6. Mengapa Pembukaan UUD 1945 tidak dapat diubah oleh siapapun termasuk MPR hasil Pemilihan Umum? 7. Apakah arti identifikasi lambang pada dada burung Garuda Pancasila lambang sila ke … bunyinya…
Pengembangan Silabus dan RPP PKn-SD
77
rovicky.wordpress.com Tes Identifikasi: Klasifikasikan rumusan usulan Pancasila yang ada pada waktu Sidang I BPUPKI tanggal 29 Mei 1945 s.d. 1 Juni 1945 serta yang ada pada saat Sidang PPKI tanggal 18 Agustus 1945 !
Jember, 27 Juli 2010 Mengetahui:
Penyusun:
Kepala Sekolah SDN ...
Guru Bidang Studi PKn
Stempel sekolah
(Drs. Lono Suwiantoro, M.Pd.)
Pengembangan Silabus dan RPP PKn-SD
(Loeis Anggia Murni, S.Pd.)
78
Latihan: Jawablah pertanyaan berikut ! 1. Apakah yang dimaksudkan dengan silabus? 2. Apakah perbedaan antara silabus dan RPP? 3. Mengapa setiap jenjang pedidikan perlu ada silabus? 4. Mengapa RPP sebaiknya dibuat minimal dua jam pelajaran dan maksimal emapt jam pelajaran? 5. Sebaiknya berapakah jumlah RPP dalam satu KD? Berikan alasannya! 6. Bolehkah RPP dibuat sama oleh guru mata pelajaran dalam KKG? Berikan alasannya! 7. Sebutkan Format yang terdapat dalam Silabus secara urut? 8. Sebutkan Format yang terdapat dalam RPP secara urut? 9. Apakah yang disebut dengan kegiatan pembelajaran dalam silabus?
Pengembangan Silabus dan RPP PKn-SD
79
Rangkuman 1. Dalam melaksanakan pembelajaran seorang guru harus membuat silabus yang disusun berdasarkan Standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang disampaikan kepada peserta didik, Silabus ini merupakan penjabaran Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi dasar (KD) ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian; susunan teratur materi pokok mata pelajaran tertentu pada kelas/semester tertentu. 2. Format Silabus terdiri dari: standar kompetensi (SK), Kompetensi Dasar, materi pokok pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu dan sumber/bahan/alat belajar 3. Dalam menyusun RPP seorang guru harus melihat Silabus, karena RPP merupakan rencana pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh seorang guru untuk mengembangkan suatu mata pelajaran tertentu yang ada dalam kurikulum. 4. Komponen yang ada dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah: A. Identitas RPP meliputi: 1. Mata pelajaran.2. Kelas/semester 3. Pertemuan ke … 4. Alokasi waktu … x 35 menit. 5. Standar kompetensi (SK).6 Kompetensi dasar 7 Indikator . B. Isi I. Tujuan pembelajaran II. Materi ajar. III. Metode Pengajaran IV langkah-Langkah pembelajaran (a. Kegiatan awal, b. kegiatan inti c. Kegiatan akhir V. Sumber belajar. VI. Penilaian: jenis tagihan, bentuk instrumen, ulangan harian, kerja praktek, tugas mandiri performan. Tes lisan dan lain-lain. C. Pengesahan ditandatangani oleh guru mata pelajaran dengan kota, tanggal, nama lengkap di sebelah kanan bawah. Dan mengetahui Kepala Sekolah, nama kepala sekolah di sebelah kiri bawah. 5. Satu (1) RPP sebaiknya dibuat oleh guru dalam satu Kompetensi Dasar tertentu dan waktu yang digunakan minimal 2 Jp (Jam pelajaran) maksimal 4 Jp (Jam Pelajaran)
Pengembangan Silabus dan RPP PKn-SD
80
Tes formatif 4. Pilihlah salah satu jawaban yang Anda anggap paling tepat ! 1. Bagian Pengesahan pada RPP ditandatangani oleh… a. Guru mata pelajaran yang bersangkutan b. Ketua Kelompok Kerja Guru c. Kepala sekolah d. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/kota e. Kepala sekolah dan Wakil Kepala Sekolah 2. Penilaian portofolio pada RPP merupakan… a. Seluruh hasil kegiatan peserta didik yang dikumpulkan untuk dijadikan bahan penilaian akhir. b. Sebagian hasil kegiatan peserta didik yang dikumpulkan untuk dijadikan bahan penilaian akhir c. Satu hasil kegiatan peserta didik yang dikumpulkan untuk dijadikan bahan penilaian akhir. d. Beberapa hasil kegiatan peserta didik yang dikumpulkan untuk dijadikan bahan penilaian akhir. e. Dua bendel hasil kegiatan peserta didik yang dikumpulkan untuk dijadikan bahan penilaian akhir. 3. Stimulus dalam Silabus terdapat dalam format kolom... a. Penilaian b. Kompetensi dasar c. Indikator-indikator d. Kegiatan pembelajaran e. Materi pembelajaran
Pengembangan Silabus dan RPP PKn-SD
81
4. Keistimewaan yang Anda temukan setelah melaksanakan RPP yang menggunakan model cooperative learning dengan Think-Pair-share, adalah… a. Peserta didik dapat menyerap materi pembelajaran baik itu kognitif, psikomotor dan afektif secara optimal mengingat mereka ini sudah lebih mahir dalam berkomunikasi baik melalui membaca, menulis, maupun berdiskusi, disamping itu pada kelas ini model pembelajaran PKn yang demokratis menekankan pendekatan berdiskusi. b. Peserta didik akan menikmati pembelajaran yang menarik dan menyenangkan karena mereka akan dapat bekerja secara individu tanpa dipengaruhi oleh temantemannya yang seusia c. Peserta didik tidak dibeda-bedakan menurut kecerdasannya, dan tidak terkotakkotak dalam kelas heterogen, meskipun mereka dapat bekerja secara individual dan tidak mengganggu teman-temannya yang sebangku atau sekelompok d. Peserta didik dapat bebas mengemukakan pendapatnya tidak dipengaruhi oleh teman-temannya yang ada dalam kelas homogen, kebebasan berpendapat merupakan salah satu ciri dalam kelas demokratis e. Peserta didik dapat melihat kemampuannya sendiri jika dihubungkan dengan teman-temannya yang lain. 5. Dalam kegiatan eksplorasi, yang kita temukan adalah guru ... a. Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugastugas tertentu yang bermakna; b. Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis. c. Memberi kesempatan untuk berfikir, menganalisis, menyelesaikan masalah. Dan bertindak tanpa rasa takut. d. Memfasilitasi peserta didik dalam pemvbelajaran kooperatif dan kolaboratif; e. Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber.
Pengembangan Silabus dan RPP PKn-SD
82
Daftar Pustaka
Adnan Warsito. (2007). Model Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk kelas 4 SD/MI, Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, Solo Departemen Pendidikan Nasional, Dirjen Dikdasmen. (2004). Pedoman Umum Pengembangan Silabus Berbasis Kompetensi: Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Model Silabus setiap Mata Pelajaran (dilengkapi RPP, KTSP dan Panduan Pengembangan Program Penilaian Kelas, Jakarta, P.T Binatama Raya. Harsanto, Radno. (2007). Pengelolaan Kelas yang Dinamis, Paradigma baru Pembelajaran menuju Kompetensi Siswa, Yogyakarta: Kanisius. Muchtar, Imam; Suhanto, Ign; Djoko Lesmono, A. (2010). Kamus Menjadi Guru Profesional, FKIP-Universitas Jember. Permendiknas no 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Permendiknas no 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan. Permendiknas No 41 tahun 2007 tentang standar proses. untuk Satuan Pendidikan dasar dan menengah, BSNP.
Pengembangan Silabus dan RPP PKn-SD
83
Glosarium Indikator KTSP:
ukuran karakteristik,
ciri-ciri pembuatan
atau proses
yang
berkontribusi/menunjukkan ketercapaian suatu kompetensi dasar. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kara kerja operasional yang
dapat
diukur
seperti
mengidentifikasi,
menghitung,
membedakan,
menyimpulkan, menceriterakan kembali, mempraktekkan, mendemons-trasikan dan mendeskripsikan dan lain – lain, indikator dalam KTSP dikembangkan oleh guru dengan memperhatikan perkembangan dan kemampuan peserta didik. Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran
(RPP)
merupakan
rencana
pelaksanaan
pembelajaran yang dilakukan oleh seorang guru untuk mengembangkan suatu mata pelajaran tertentu yang ada dalam kurikulum. Silabus merupakan penjabaran Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi dasar (KD) ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian; susunan teratur materi pokok mata pelajaran tertentu pada kelas/semester tertentu
Pengembangan Silabus dan RPP PKn-SD
84
Umpan Balik : Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif yang terdapat di bagian akhir materi unit ini. Bandingkan jawaban Anda dengan Kunci jawaban yang tersedia untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi subunit ini. Interpretasi tingkat penguasaan yang Anda capai adalah dengan rumus: Jumlah soal benar ________________ X 100% Jumlah soal Jawaban Anda 90 % - 100 % sesuai dengan kunci jawaban = baik sekali Jawaban Anda 80 % - 89 % sesuai dengan kunci jawaban = baik Jawaban Anda 70 % - 79 % sesuai dengan kunci jawaban = cukup Jawaban Anda < 70 % yang sesuai dengan kunci jawaban = kurang
Apabila tingkat penguasaan Anda mencapai 80 % ke atas, berarti Anda telah mencapai kompetensi yang diharapkan pada subunit ini dengan baik. Anda dapat meneruskan dengan materi subunit selanjutnya. Namun sebaliknya, apabila tingkat penguasaan Anda terhadap materi ini masih di bawah 80 %, Anda perlu mengulang kembali materi subunit ini, terutama bagian yang belum Anda kuasai
Pengembangan Silabus dan RPP PKn-SD
85
Kunci Jawaban Tes Formatif 4 1. c 2. a 3. d 4. a 5. e
Pengembangan Silabus dan RPP PKn-SD
86
Glosarium
Analisis nilai, model pembelajaran dan sebagai pendekatan: merupakan model pembelajaran yang menekankan pada esensi kompleksitas pemikiran tertinggi dalam pendidikan moral PKn. Kerja sama, (Cooperative Learning), sebagai model dalam Strategi Pembelajaran: merupakan Bentuk pendekatan yang menekankan kepada proses kerja sama dalam suatu kelompok yang dapat terdiri dari 3 sampai 5 orang siswa Model: pola (contoh, acuan, ragam, dan sebagainya) dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan. Model-model pembelajaran: Kerangka konseptual yang dipergunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan atau pembelajaran. Pendekatan pembelajaran (by teaching style): salah satu cara yang dipergunakan untuk mengatasi keberagaman siswa dalam pengelolaan peserta didik. Pendekatan tematik: merupakan strategi pembelajaran dengan pengembangan materi pokok yang bertitik tolak dari sebuah tema. Permainan/games, model pembelajaran: model/metode pembelajaran permainan/games dapat dilaksanakan dan menjadi efektif, bermakna, dan tetap menyenangkan apabila dikembangkan dengan prinsip-prinsip. (Mier, Dave, 2000, the accelerated Learning: 205 Mier menyebutnya sebagai metode pembelajaran). Portofolio: kumpulan hasil karya seseorang siswa yang terseleksi sesuai dengan kepentingannya Strategi pembelajaran: pola pembelajaran dari proses kegiatan belajar mengajar Talking Stick, model pembelajaran: model pembelajaran dengan mengaktifkan peserta didik melalui permainan. Think-Pair-Share, sebagai pendekatan pembelajaran: untuk melatih peserta didik menguasai materi pembelajaran dengan bertukar pikiran dengan kelompok lain.