PENGEMBANGAN NILAI-NILAI KARAKTER DALAM AKTIVITAS BELAJAR MENGGUNAKAN MEDIA PEMBELAJARAN “Pecango“ Martina Lona Jusita1 Abstrak Dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam proses kegiatan pembelajaran yang dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Pemahaman materi peninggalanpeninggalan sejarah kerajaan yang bercorak Hindu dan Buddha terlalu sulit jika hanya mengandalkan transfer ilmu dari guru kepada siswa. Terkesan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di tingkat SMP kurang optimal yang menyebabkan proses pembelajaran menjadi menjemukan sekaligus membosankan. Selain itu, penanaman nilai-nilai karakter belum nampak dalam proses pembelajaran. Dengan demikian perlu dikembangkan nilai-nilai karakter dalam aktivitas belajar dengan menggunakan media pembelajaran tertentu. Mengingat Kabupaten Malang memiliki warisan berupa candi bercorak Hindu-Buddha yang menyimpan filosofi luhur berkaitan dengan nilai-nilai karakter yang terpahat pada panel-panelnya, maka disusun media pembelajaran “Pecango“ yang dapat membantu proses belajar dan akhirnya dapat mengembangkan nilai-nilai karakter dalam aktivitas belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) siswa. Kata kunci:Nilai-nilai karakter, Aktivitas belajar, Media pembelajaran “Pecango“
Abstract In learning of Social Sciences (IPS) character education can be integrated in the process of learning activities associated with the context of everyday life. Understanding of the material relics of history patterned kingdom of Hindu and Buddha too difficult if you rely on the transfer of knowledge from teacher to student. Impressed learning Social Science (IPS) at junior level that causes less optimal learning process becomes drab as well boring. In addition, cultivation of character values do not appear in the learning process. Thus the need to develop character values in learning activities by using certain learning media. Given Malang has a legacy of temples patterned Hindu-Buddhist saves philosophies sublime related to the values of the characters inscribed on the panels, then compiled instructional media "Pecango" that can help the learning process and can eventually develop character values in activity studying Social Science (IPS) students. Keywords: Character values, Learning activities, Instructional media "Pecango"
1
SMP Negeri 2 Ngantang Kabupaten Malang,
[email protected]
Jurnal Teori dan Praksis Pembelajaran IPS| 32
Vol.1 No.1 April 2016, ISSN 2503 - 1201 malan nyata dalam kehidupan siswa sehari-
1. PENDAHULUAN Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 berdasarkan
Undang-Undang
No.
20
hari dalam masyarakat. Tujuan
pendidikan
karakter
adalah
Tahun 2003 menyebutkan bahwa Pen-
meningkatkan mutu penyelenggaraan dan
didikan
hasil
Nasional
berfungsi
bangkan kemampuan
mengem-
pendidikan
di
sekolah
melalui
dan membentuk
pembentukan karakter peserta didik secara
karakter serta peradaban bangsa yang
utuh, terpadu, dan seimbang sesuai standar
bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kelulusan. Pada dasarnya tujuan pendi-
kehidupan bangsa. Pendidikan Nasional
dikan karakter adalah mendorong lahirnya
bertujuan untuk mengembangkan potensi
anak-anak yang baik atau insan kamil.
peserta didik agar menjadi manusia yang
Tumbuh dan berkembangnya karakter
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
yang baik akan mendorong peserta didik
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
tumbuh dengan kapasitas dan komitmen
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
untuk melakukan berbagai hal terbaik dan
negara yang demokratis dan bertanggung
melakukan segalanya dengan benar serta
jawab. Hal tersebut berkaitan dengan
memiliki tujuan hidup.
pembentukan
karakter
peserta
didik
melalui pendidikan.
Sasaran utama pendidikan karakter adalah seluruh peserta didik sebagai
Pendidikan karakter merupakan sistem
prioritas utama. Namun demikian, warga
penanaman nilai-nilai karakter kepada
sekolah lainnya meliputi kepala sekolah,
warga sekolah meliputi komponen penge-
wakil kepala sekolah, guru, pegawai tata
tahuan, kesadaran, kemauan, dan tindakan
usaha, laboran, teknisi, pustakawan, dan
untuk
penjaga keamanan sekolah harus menjadi
melaksanakan
nilai-nilai
yang
dimaksud.
model dalam mengembangkan karakter
Dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan
masing-masing. Hendaknya mereka seba-
Sosial (IPS) pendidikan karakter dapat
gai pendidik karakter yang harus berperan
diintegrasikan dalam proses kegiatan pem-
menjadi model insan berkarakter. Ketela-
belajaran yang dikaitkan dengan konteks
danan menjadi ciri utama meliputi ing
kehidupan sehari-hari. Dengan demikian,
ngarsa sung tuladha (di depan sebagai
pembelajaran nilai-nilai karakter tidak
teladan atau memberi contoh), ing madya
hanya
tetapi
mangun karsa (di tengah-tengah mem-
menyentuh pada internalisasi dan penga-
bangun prakarsa dan bekerja sama), tut
pada
tataran
kognitif,
Jurnal Teori dan Praksis Pembelajaran IPS| 33
Vol.1 No.1 April 2016, ISSN 2503 - 1201 wuri handayani (dari belakang memberi
peserta didik mengenal, menyadari atau
daya semangat dan dorongan).
peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai
Pengembangan
karakter
hendaknya
serta menjadikannya perilaku.
membawa peserta didik ke pengenalan
Proses pembelajaran pada hakekatnya
nilai secara kognitif, penghayatan nilai
untuk mengembangkan aktivitas belajar
secara afektif, sampai akhirnya pada
siswa melalui berbagai interaksi dan
pengamalan nilai secara nyata. Untuk
pengalaman belajar. Seringkali guru tidak
mengembangkan peserta didik menjadi
sadar
insan yang berkarakter tangguh, terdapat
pembelajaran yang justru menghambat
banyak nilai yang perlu ditanamkan.
aktivitas belajar dengan lebih menekankan
Penanaman semua karakter pada peserta
aspek
dengan
kognitif
melakukan
sehingga
kegiatan
kemampuan
didik merupakan hal yang sangat berat.
mental yang dipelajari sebagian besar
Untuk itu, penanaman nilai-nilai karakter
berpusat pada bahan pengetahuan dan
mata pelajaran lebih memfokuskan pada
ingatan. Dalam situasi demikian, biasanya
nilai-nilai utama yang sesuai dengan
siswa dituntut untuk menerima hal-hal
karakteristik
yang dianggap penting oleh guru dan
mata
pelajaran
yang
bersangkutan. Nilai-nilai karakter mata pelajaran IPS (Direktorat Pembinaan SMP, 2010)
kreatif,
(Mulyasa, 2008) mengemukakan hal-hal
kerja
keras,
yang perlu dilakukan oleh guru, di
nasionalis, berpikir logis, dan menghargai
antaranya: 1) mengembangkan rasa per-
keberagaman.
caya diri siswa dan mengurangi rasa takut,
kerja
jujur,
Agar siswa lebih aktif dalam belajarnya
kritis,
inovatif,
meliputi
menghafalnya.
sama,
Pendidikan karakter secara terintegrasi
2) memberikan kesempatan kepada seluruh
di dalam proses pembelajaran adalah
siswa untuk berkomunikasi ilmiah secara
pengenalan nilai-nilai,
fasilitasi diper-
bebas terarah, 3) melibatkan siswa dalam
olehnya kesadaran akan pentingnya nilai-
menentukan tujuan belajar dan evalu-
nilai, dan pengintegrasian nilai-nilai ke
asinya, 4) memberikan pengawasan yang
dalam tingkah laku peserta didik sehari-
tidak terlalu ketat dan tidak otoriter, dan 5)
hari melalui proses pembelajaran baik yang
melibatkan siswa secara aktif dalam proses
berlangsung di dalam maupun di luar
pembelajaran secara menyeluruh.
kelas.
Dengan
demikian,
kegiatan
Aktivitas mengarah pada kegiatan yang
pembelajaran selain untuk menjadikan
memiliki tujuan tertentu (Rooijakkers,
Jurnal Teori dan Praksis Pembelajaran IPS| 34
Vol.1 No.1 April 2016, ISSN 2503 - 1201 1993) yang akhirnya dapat mencapai
tentang suatu peristiwa; dan (5) meng-
aktivitas belajar pada tahap selanjutnya
hemat waktu.
adalah
reproduksi
menemukan
Pemahaman materi peninggalan-pening-
kembali informasi baru yang pernah
galan sejarah kerajaan yang bercorak
diterima
mengem-
Hindu dan Buddha sebagai objek material
bangkan secara lebih mendalam dan
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
bermakna.
(IPS) terlalu sulit jika hanya mengandalkan
dari
atau
guru
dengan
Gagne (1977) mengemukakan bahwa
transfer ilmu dari guru kepada siswa.
pembelajaran mengarah pada perubahan
Terkesan pembelajaran Ilmu Pengetahuan
yang terjadi pada kemampuan seseorang
Sosial (IPS) di tingkat SMP kurang
dalam hal ini siswa setelah belajar secara
optimal
terus menerus, bukan semata disebabkan
pembelajaran menjadi menjemukan seka-
proses pertumbuhan saja. Perlu diingat
ligus membosankan. Selain itu, penanaman
bahwa siswa memiliki kemampuan yang
nilai-nilai karakter belum nampak dalam
berbeda dalam menerima pesan-pesan
proses pembelajaran.
yang
menyebabkan
proses
pembelajaran. Oleh karenanya diperlukan
Untuk memahami pesan-pesan pembe-
media yang berfungsi sebagai perantara
lajaran berupa materi peninggalan-pening-
dalam menyamakan persepsi.
galan sejarah kerajaan yang bercorak
Winkel
(1999)
menyatakan
bahwa
Hindu dan Buddha idealnya adalah secara
media pengajaran sebagai sarana nonper-
langsung
mendatangi
sonal yang digunakan oleh tenaga pengajar
khususnya peninggalan kerajaan bercorak
yang memegang peranan dalam proses
Hindu
belajar mengajar untuk mencapai tujuan
Kabupaten Malang terdapat peninggalan
instruksional.
sejarah yang dimaksud berupa candi berco-
dan
objek
sekaligus
sejarah
Buddha.
Di
Secara umum manfaat media pembe-
rak Hindu dan Buddha yaitu Candi Jago
lajaran (Arsyad, 2002) adalah dapat: (1)
yang berada di Kecamatan Tumpang
memperjelas
Kabupaten Malang. Lokasinya yang relatif
penyajian
informasi;
(2)
meningkatkan dan mengarahkan perhatian
jauh
siswa; (3) mengatasi keterbatasan indra,
sehingga menyulitkan untuk datang secara
ruang,
langsung sekaligus memunculkan beberapa
dan
kesamaan
waktu; pengalaman
(4)
memberikan
kepada
siswa
dari
SMP
Negeri
2
Ngantang
kendala seperti waktu, biaya, dan tenaga ketika harus membawa serta seluruh siswa.
Jurnal Teori dan Praksis Pembelajaran IPS| 35
Vol.1 No.1 April 2016, ISSN 2503 - 1201 Guru harus mampu menyiasati kendala
Penelitian dilakukan selama tiga bulan.
yang ada sekaligus mampu menghadirkan
Pengumpulan
objek yang dimaksud di hadapan siswa
menggunakan (1) angket pengembangan
saat melakukan pembelajaran di kelas.
nilai-nilai
Media pembelajaran sebagai solusi untuk
observasi aktivitas belajar.
mengatasi berbagai kendala yang ada.
data
karakter,
penelitian
dan
(2)
dengan
lembar
Prosedur penelitian meliputi: (1) tahap
Relief yang terpahat pada dinding Candi
pratindakan, dan (2) tahap pelaksanaan
Jago mengandung cerita bercorak Hindu
tindakan yang terdiri dari tiga siklus.
dan Buddha. Salah satunya adalah Cerita
Setiap
Tantri yang mengandung nilai-nilai karak-
(plan), pelaksanaan (action), observasi
ter serta menarik jika disajikan di dalam
(observation), dan refleksi hasil tindakan
kelas khususnya jika dihubungkan dengan
(reflection).
pengembangan nilai-nilai karakter. Dengan
siklus
dilakukan
perencanaan
Selengkapnya langkah-langkah kegiatan
demikian sangatlah tepat jika media yang
adalah
tahap
awal
dimulai
dengan
dikembangkan dengan membuat model
menyiapkan instrumen penelitian, Rencana
panel-panel beserta relief yang terpahat
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), mem-
pada Candi Jago.
buat media pembelajaran “Pencago“. Selanjutnya pelaksanaan pembelajaran pada materi peninggalan-peninggalan kerajaan
2. METODE Penelitian
ini
penelitian
bercorak Hindu-Buddha dengan menggu-
tindakan kelas, karena peneliti hanya
nakan media pembelajaran “Pencago“
berusaha untuk memahami apa yang terjadi
sekaligus melakukan kegiatan pengamatan
sambil
proses
dan dokumentasi data-data yang berkaitan
(dalam
dengan pengembangan nilai-nilai karakter
berpar-
dan aktivitas belajar IPS siswa selama
tisipasi langsung dalam penelitian mulai
proses pembelajaran berlangsung. Guru
tahap awal hingga akhir.
menjelaskan materi kemudian siswa secara
terlibat
perbaikan
dalam
dan
Wiriaatmadja,
termasuk
sebuah
perubahan
2005).
Peneliti
Subjek penelitian adalah siswa kelas
berkelompok
melalui
dengan
VII-A SMP Negeri 2 Ngantang Kabupaten
menggunakan
Malang
2014/2015
“Pecango“ mendeskripsikan masing-ma-
sejumlah 35 orang. Jumlah siswa perem-
sing tokoh dan nilai-nilai karakter yang
puan 17 dan laki-laki sejumlah 16 orang.
terkandung di dalam panel. Karena jumlah
Tahun
Pelajaran
media
diskusi
pembelajaran
Jurnal Teori dan Praksis Pembelajaran IPS| 36
Vol.1 No.1 April 2016, ISSN 2503 - 1201 kelompok ada 5 sedangkan “Pecango“ ada
Setelah
menggunakan “Pecango“
media
9; untuk itu ketika menggunakan media
belajaran
pembelajaran secara bergantian dengan
peningkatan nilai-nilai karakter kategori
cara setelah menyelesaikan satu atau dua
tinggi mengalami kenaikan dari 7 orang
media
dengan
(21, 21%) pada observasi awal menjadi 16
hingga
akhirnya
orang (48, 48%) dan pada Siklus II
diamati.
Demikian
mengalami peningkatan sejumlah 23 orang
seluruh
(69, 70%). Pada Siklus III sejumlah 30
langsung
ditukarkan
kelompok
lainnya
seluruhnya
dapat
seterusnya
sampai
kelompok
menyelesaikan
untuk
seluruh
akhirnya
pengamatan
“Pecango“
.
pada
pem-
Siklus
I
orang (90, 91%) memiliki kategori tinggi.
Kegiatan
Aktivitas belajar pada Siklus I dalam
selanjutnya adalah masing-masing kelom-
kategori cukup dengan rerata 45, 45% yang
pok mempresentasikan hasil diskusinya
menunjukkan aktivitas belajar. Pada Siklus
dan kelompok lain memperhatikan serta
II aktivitas
menanggapi hasil diskusi kelompok yang
kategori baik yakni 66, 67% menunjukkan
tampil. Terakhir adalah melakukan refleksi
aktivitas
untuk melihat hasil pelaksanaan pembe-
belajar pada Siklus III meningkat dalam
lajaran yang dapat dijadikan bahan untuk
kategori sangat baik yang menunjukkan
merencanakan
peningkatan
tindakan
pada
siklus
belajar meningkat
belajar;
sedangkan
secara
berikutnya.
dengan rerata 81, 82%.
3. HASIL
4. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil rekaman observasi
Hasil
penelitian
aktivitas
signifikan
pada
dalam
yakni
Siklus
pendahuluan nilai-nilai karakter kategori
menunjukkan
tinggi hanya 21, 21%(7 orang) sedangkan
karakter
78, 79% (26 orang) menunjukkan nilai-
peningkatan sekaligus siswa mendapatkan
nilai karakter dalam kategori rendah.
pengalaman baru dengan mengamati relief
Sedangkan aktivitas belajar dalam kategori
yang terpahat pada panel candi secara
kurang dengan rerata 36, 63% yang
nyata. Sejumlah 16 orang menunjukkan
menunjukkan
nilai-nilai karakter dalam kategori tinggi.
aktivitas
belajar
dan
sejumlah 63, 37% dari seluruh siswa tidak menunjukkan aktivitas belajar.
pengembangan
I
siswa
mulai
nilai-nilai
menunjukkan
Kenyataan tersebut berdampak pada aktivitas belajar siswa yang ditandai dengan adanya peningkatan jumlah siswa
Jurnal Teori dan Praksis Pembelajaran IPS| 37
Vol.1 No.1 April 2016, ISSN 2503 - 1201 yang
menunjukkan
dibandingkan
dengan
aktivitas observasi
belajar awal.
disebabkan
ketua
menggerakkan
kelompok
dapat
anggotanya
Sejumlah 15 orang menunjukkan aktivitas
menganalisis
belajar dan sisanya sejumlah 18 tidak
terpahat pada panel candi serta mampu
menunjukkan aktivitas belajar. Terlihat
memotivasi
masing-masing anggota kelompok kurang
permasalahan yang muncul saat anggota
bekerja sama; sehingga terkesan kurang
kelompok
menyatu. Dengan demikian ketika harus
mengenai
menganalisis panel-panel candi; kerjasama
karakter yang terpahat pada panel candi.
yang
Secara
seharusnya
terjalin
baik
untuk
menentukan nilai-nilai yang termuat dalam panel candi atau ketika menentukan satu
nilai-nilai
saat
karakter
sekaligus
memecahkan
mempertahankan hasil
interpretasi
keseluruhan
yang
aktivitas
pendapat nilai-nilai
belajar
menunjukkan kategori baik. Siklus
III
nilai-nilai
karakter
dan
kesepakatan hasil diskusi sama sekali
aktivitas belajar menunjukkan peningkatan
belum muncul.
secara
signifikan.
Nilai-nilai
karakter
Pada Siklus II peningkatan nilai-nilai
tinggi sejumlah 30 orang (90, 91%) serta
karakter dijumpaipada siswa sejumlah 23
ditandai adanya seluruh nilai-nilai karakter
orang (69, 70%) menunjukkan kategori
muncul yang berhubungan dengan jujur,
nilai-nilai
Nilai-nilai
kritis, kreatif, inovatif, kerja keras, peduli
karakter yang berhubungan dengan jujur,
sosial, berjiwa sosial, berpikir logis, peduli
kritis,
keras,
lingkungan, dan menghargai keberagaman.
nasionalis, peduli sosial, berjiwa sosial,
Peningkatan aktivitas belajar terjadi
dan berpikir logis sudah muncul. Nilai
pada siswa yang semula sudah baik
karakter yang berhubungan dengan peduli
meningkat pada kategori sangat baik serta
lingkungan dan menghargai keberagaman
menunjukkan besaran 81, 82%. Sebagian
belum muncul.
besar siswa saling mendukung dalam
karakter
kreatif,
tinggi.
inovatif,
kerja
Aktivitas belajar siswa menunjukkan peningkatan karena anggota kelompok
kegiatan pembelajaran serta saling mengisi kekurangan lainnya.
terlihat saling mengisi serta aktivitas pembelajaran lebih hidup. Sejumlah 22
5. PENUTUP
orang siswa menunjuk-kan aktivitas belajar
Berdasarkan
dan
hanya
10
orang
yang
tidak
menunjukkan aktivitas belajar. Hal tersebut
pembahasan
penelitian
membuktikan bahwa penggunaan media pembelajaran
“Pecango“
mampu
Jurnal Teori dan Praksis Pembelajaran IPS| 38
Vol.1 No.1 April 2016, ISSN 2503 - 1201 mengembangkan nilai-nilai karakter dalam aktivitas belajar siswa. Terbukti dari masing-masing peningkatan
siklus
secara
menunjukkan
signifikan
dalam
[7] Wiriaatmadja, R. 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas untuk Meningkatkan Kinerja Gurudan Dosen. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
pengembangan nilai-nilai karakter siswa sekaligus aktivitas belajarnya. Nilai-nilai karakter pada Siklus I yang semula hanya 16 orang dalam kategori tinggi meningkat menjadi 23 orang pada Siklus II dan akhirnya pada Siklus III mencapai 30 orang dalam kategori tinggi. Seiring dengan peningkatan nilai-nilai karakter
aktivitas
belajar
mengalami
peningkatan pula dari kategori cukup pada Siklus I meningkat menjadi kategori baik pada Siklus II dan akhirnya mencapai kategori sangat baik pada Siklus III. 6. DAFTAR PUSTAKA [1] Arsyad, A. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. [2] Direktorat Pembinaan SMP. 2010. Pendidikan Karakter Di Sekolah Menengah Pertama. [3] Gagne, R. 1977. The Condition of Learning. Third Edition. Canada: Holt, RineHart and Winston. [4] Mulyasa, E. 2008. Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. [5] Rooijakkers. 1993. Mengajar Dengan Sukses. Jakarta: PT. Grasindo [6] Winkel. 1999. Psikologi Pengajaran. Cetakan kelima. Jakarta: PT Grasindo.
Jurnal Teori dan Praksis Pembelajaran IPS| 39