LAPORAN HASIL PENELITIAN TERAPAN TAHUN ANGGARAN 2014
PENGEMBANGAN MODEL PELATIHAN KEPEMIMPINAN PENGURUS ORGANISASI KEPEMUDAAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Ketua penelitian: Drs. Hiryanto, M.Si Anggota Penelitian: Lutfi Wibawa, S.Pd, M.Pd Drs. Al. Setyo Rohadi, M.Kes
Dibiayai oleh DIPA BLU Universitas Negeri Yogyakarta No: SP DIPA 023-04.2. 189946/2014 Tanggal 05 Desember 2013. Berdasarkan surat perjanjian (kontrak) Pelaksanaan Penelitian Nomor: 07e/UN34.11/Kontrak-PEP/KU/2014 tanggal 14 April 2014
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TAHUN 2014
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN HASIL PENELITIAN TERAPAN 1. Judul Penelitian
2. Ketua Peneliti a. Nama Lengkap b. Jabatan c. Jurusan d. Telpon rumah/kantor/HP e. Faximili 3. Tema Payung Penelitian 4. Bidang Keilmuan/Penelitian 5. Tim Peneliti
:Pengembangan Model Pelatihan Kepemimpinan Pengurus Organisasi Kepemudaan di Daerah Istimewa Yogyakarta : Drs. Hiryanto, M.Si : Lektor Kepala : Pendidikan Luar Sekolah : 08156853559 : Pendidikan Luar Sekolah : Pendidikan Kepemudaan
NO NAMA, GELAR NIP BIDANG KEAHLIAN 1 Lutfi Wibawa, S.Pd, M.Pd 197808212008011006 Pendidikan Kepemudaan 2 Al. Setyo Rohadi, Drs, M.Kes 195407031984031001 Kesejahteraan Sosial 6. Mahasiswa yang terlibat NO NAMA MAHASISWA NIM PRODI 1 Fitri Badriyah 10102244034 PLS 2 Deasy Wiji Wulandari 10102241028 PLS 3 Wahyu Tri Trisnani 10102244010 PLS 7. Lokasi Penelitian : Daerah Istimewa Yogyakarta 8. Waktu Penelitian : 6 bulan 9. Dana Yang diusulkan : Rp. 20.000.000,00 (Dua Puluh Juta Rupiah) Yogyakarta, 14 Oktober 2014 Mengetahui Ketua Jurusan/Program Studi PLS
Peneliti
Dr. Sujarwo, M.Pd NIP.19691030 20012 1 001
Drs. Hiryanto, M.Si NIP. 19650617 199303 1002 Mengetahui Dekan FIP UNY
Dr. Haryanto, M.Pd NIP.19600902 198702 1 002
PENGEMBANGAN MODEL PELATIHAN KEPEMIMPINAN BAGI PENGURUS ORGANISASI KEPEMUDAAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Hiryanto, Lutfi Wibawa, Al Setya Rohadi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Merumuskan peta konsep tentang kebutuhan pelatihan kepemimpinan pengurus organisasi kepemudaan di Daerah Istimewa Yogyakarta 2) Melakukan kegiatan pengembangan model pelatihan kepemimpinan pengurus organisasi kepemudaan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Metode penelitian yang dipergunakan adalah penelitian dan Pengembangan (R & D) model Borg and Gall yang dimodifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1). Kebutuhan pelatihan kepemimpinan pengurus organisasi kepemudaan di Daerah Istimewa Yogyakarta
Dapat di rumuskan sebagai berikut: 1. Kebutuhan pelatihan
keorganisasian, 2. Kebutuhan pelatihan Instruktur, 3. Pelatihan Kader inti dan Instruktur. 2). Pengembangan model pelatihan kepemimpinan pengurus organisasi kepemudaan di Daerah Istimewa Yogyakarta dapat di rumuskan sebagai berikut : Model pelatihan diselenggarakan oleh organisasi kepemudaan mulai dari orientasi organisasi kepemudaan,
Latihan
Kepemimpinan Tingkat I, Suplemen 1, untuk organisasi kepemudaan tingkat kabupaten/kota, sedangkan untuk tingkat propinsi terdiri dari Latihan Kepemimpinan Tingkat II, suplemen 2, sedangkan untuk tingkat pusat, terdiri dari: Latihan Kepemimpinan Tingkat III, penyegaran, dan pelatihan instruktur dan pelatihan kader inti.
Kata kunci: Model Pelatihan Kepemimpinan, Organisasi Kepemudaan
iii
KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdullilah kami panjatkan kehadlirat Allah SWT karena atas ijin-NYa sehingga kegiatan penelitian yang berjudul Pengembangan Model Pelatihan kepemimpinan bagi Pengurus Organisasi Kepemudaan di DIY hingga penyusunan laporan akhir ini dapat terselesaikan walaupun masih banyak kekurangan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kebutuhan pelatihan kepemimpinan sekaligus mencari model pelatihan kepemimpinan bagi organisasi kepemudaan yang tepat. Terselesainya kegiatan penelitian ini tidak terlepas dari berbagai bantuan dari berbagai pihak baik secara pemikiran, tenaga maupun pendanaan. Oleh karena itu dalam kesempatan ini kami tim peneliti dari jurusan Pendidikan Luar Sekolah FIP UNY menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat: 1. Dekan dan Wakil Dekan I FIP UNYyang telah berkenan menyetujui usulan dan memberi dukungan dana sehingga semua kegiatan dapat berjalan lancar. 2. Tim Reviewer proposal penelitian maupun hasil penelitian yang telah memberikan masukan guna penyempurnaan proposal maupun hasil penelitian 3. Para pengurus dan anggota KNPI DIY yang telah berkenan meluangkan waktunya untuk mengisi instrument penelitian juga terlibat dalam Fokus Group Discussion (FGD) guna memberi masukan dalam pengembangan model pelatihan kepemimpinan. 4. Kolega dosen prodi PLS yang selalu memberikan masukan serta semangatnya lewat diskusi maupun candaan sehingga bisa melakukan penelitian 5. Anggota tim (Al. Setyo Rohadi, M.Kes dan Lutfi Wibawa, M.Pd) yang telah menyempatkan waktunya untuk bersama-sama melaksanakan kegiatan penelitian ini hingga selesai disela-sela kesibukannya. 6. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah membantu sehingga kegiatan penelitian ini dari awal hingga akhir dapat berjalan lancar Dengan iringan doa semoga semua yang diberikan memberikan manfaat bagi pengembangan generasi muda yang nantinya akan meneruskan kepemimpinan bangsa serta menjadi amal ibadah yang mendatangkan rahmat dari Allah SWT. Amin. Yogyakarta, 14 Oktober 2014
Tim Peneliti
iii
DAFTAR ISI
Halaman Judul Halaman Pengesahan Abstrak Kata Pengantar Daftar Isi
.................................................................................... .................................................................................... .................................................................................... ................................................................................... ...................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian
……………………………………………… ……………………………………………… ……………………………………………… ………………………………………………
i ii iii iv v
1 3 4 4
BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori ………………......................................................... 1. Kajian tentang Kepemudaan ……………………………. 2. Organisasi Kepemudaan ……………………………. 3. Kajian tentang Kepemimpinan …………………………… 4. Kajian tentang pelatihan …………………………………… 5. Model-model pelatihan …………………………………… B. Peta Jalan Kegiatan Penelitian/Roadmap Penelitian ...................... C. Fokus Utama Penelitian ..........................................................
5 5 7 7 13 14 24 25
BAB III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian…….............................................................. B. Lokasi Penelitian….......................................................................... C. Subjek Penelitian............................................................................ D. Metode Pengumpulan Data............................................................. E. Analisis Data…………………………………………………… F. Alur Penelitian…………………………………………………….
26 27 27 27 27 27
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Pengalaman Pengurus Organisasi Pemuda Mengikuti Pelatihan Kepemimpinan …………………………………… 29 2. Pengalaman Pengurus Organisasi Pemuda Mengikuti Beberapa Pelatihan dengan Materi Yang Beragam……………………… 32 3. Pengalaman Pengurus Organisasi Pemuda Menyelenggarakan Pelatihan………………………………… 34
v
4. Model Pelatihan Kepemimpinan bagi Pengurus Organisasi Kepemudaan............................................................................... 5. Temuan Kusus Pada Organisasi KNPI ……………………….. BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ………..……………………………………… B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
vi
36 41
42
Hiryanto dkk BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Proses pendidikan kepemimpinan sudah sewajarnya menempati prioritas utama dalam pembangunan kemasyarakatanan. Seluruh lembaga dan elemen yang ada harus memainkan peranan itu, termasuk dalam hal ini organisasi kepemudaan. Pemimpin bangsa bukan hasil olah individual, hasil penentuan diri dan pilihan bebas setiap orang. Pemimpin bangsa adalah kombinasi antara potensi alamiah, penentuan diri, dan pendidikan kepemimpinan yang diterima dari masyarakat termasuk melalui organisasi kepemudaan. Pada tahapan selanjutnya proses regenerasi kepemimpinan bangsa akan senantiasa berjalan. Pemuda menjadi tumpuan utama, bagi keberlangungan regenarasi kepemimpinan. Kondisi ini menuntut pemuda untuk senantiasa mendidik diri, agar lebih baik dan siap menerima peran dan tanggungjawab. Pemuda memerlukan situasi yang lengkap agar kematangan kepemimpinan dalam dirinya dapat teroptimalkan. Tongkat estafet pembangunan karekter bangsa dan negera ini akan terus berganti dari masa ke masa, seiring dengan pergantian generasi. Oleh sebab itu, dibutuh sosok generasi yang tangguh dan ulet untuk mengemban amanah besar ini. Pemuda, dengan segala kelebihan dan keistimewaannya sangat diharapkan untuk dapat mewujudkan cita-cita nasional menuju bangsa yang bermartabat dan berdaulat secara utuh. Tentunya pemuda yang dimaksud adalah merekamereka yang mempunyai jiwa nasionalisme, patriotisme serta didukung dengan komitmen moral yang kokoh. Semangat juang pemuda pada tahun 1928 yang dideklarasikan sebagai sumpah pemuda dapat menjadi titik tolak memacu semangat untuk melangkah. Disaat kondisi bangsa seperti saat ini peranan generasi muda sebagai pilar penggerak, pengawal jalannya reformasi, dan pembangunan sangat diharapkan. Dengan organisasi dan jaringannya yang luas, pemuda dapat memainkan peran yang lebih besar untuk mengawal jalannya reformasi dan pembangunan. Permasalahan yang dihadapi saat ini, justru banyak generasi muda atau pemuda yang mengalami disorientasi, dislokasi, dan terlibat pada kepentingan politik praktis. Seharusnya melalui generasi muda terlahir inspirasi untuk mengatasi berbagai kondisi dan permasalahan yang yang ada. Generasi muda yang Laporan Penelitian 2014
Page 1
Hiryanto dkk
mendominasi populasi penduduk Indonesia saat ini, mesti mengambil peran sentral dalam berbagai bidang untuk membangun bangsa dan Negara. Sudah Saatnya pemuda menempatkan diri sebagai agen sekaligus pemimpin perubahan.
Pemuda harus memperjuangkan cita-cita bangsa melalui perjuangannya. Generasi muda yang relatif bersih dari berbagai kepentingan akan menjadi asset yang potensial dan mahal dimasa depan. Saatnya pemuda memimpin perubahan. Pemuda yang tergabung dalam berbagai Organisasi Kemasyarakatan, pemuda yang memiliki persyaratan awal untuk memimpin perubahan. Mereka memahami dengan baik kondisi daerahnya dari berbagai sudut pandang. Kemudian proses kaderisasi formal, informal dalam organisasi, serta interaksi yang kuat dengan berbagai lapisan sosial. Pemuda seharusnya bersatu dalam kepentingan yang sama (common interest) untuk suatu kemajuan dan perubahan. Tidak ada yang bisa menghalangi perubahan yang diusung oleh kekuatan generasi muda, sepanjang moral dan semangat juang tidak luntur. Namun bersatunya pemuda dalam satu perjuangan bukanlah persoalan mudah. Dibutuhkan syarat minimal agar pemuda dapat berkumpul dalam satu kepentingan. Pertama, moral perjuangan harus terpenuhi, yakni terbebas dari kepentingan pribadi atau kepentingan kelompok. Kedua, kesamaan agenda perjuangan secara umum. Ketiga, terlepasnya unsur-unsur primordialisme dalam perjuangan bersama yang sensitive dalam kebersamaan. Pemuda menjadi aktor untuk terwujudnya demokrasi politik dan ekonomi yang sebenarnya. Tidak dapat dihindari bahwa politik dan ekonomi masih menjadi bidang eksklusif bagi sebagian orang, termasuk generasi muda. Pemuda harus menyadari , bahwa sumber daya (resource) negeri ini merupakani aset yang harus dipertahankan supaya tidak terjebak dalam konspirasi ekonomi kapitalis. Pemuda harus dapat memainkan perannya sebagai kelompok penekan (pressure group) agar kebijakan-kebijakan strategis pemerintah betul-betul bermanfaat bagi kepentingan bangsa. Pemuda selain harus menanggung beban dan tanggungjawab yang besar, juga dihadapkan dengan bebrbagai persoalan internal yang pelik dan rumit, seperti yang di sampaikan oleh (Agus Komarudin:2011), ada beberapa indikasi sebagai penyebab masalah dikalangan pemuda hari ini: 1. 2. 3.
Masih relatif rendahnya tingkat pendidikan pemuda; Masih relatif tingginya tingkat pengangguran pemuda; Masih relatif rentan terhadap perilaku menyimpang di kalangan pemuda (narkoba, sex bebas, pornoaksi, pornografi, dll);
Laporan Penelitian 2014
Page 2
Hiryanto dkk 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Adanya kecenderungan aktivitas pemuda lebih banyak di kota dari pada di desa; Adanya kecenderungan munculnya perilaku kekerasan di sebagian kalangan pemuda; Adanya kecenderungan sikap acuh tak acuh terhadap masalah moral dan akhlaq mulia di sebagian kalangan pemuda; Adanya kecenderungan meredupnya nasionalisme di sebagian kalangan pemuda; Masih terbatasnya prasarana dan sarana pembangunan kepemudaan; Belum maksimalnya koordinasi 21 Kementerian dan Lembaga yang mempunyai program kepemudaan.
Persoalan ini memberikan dampak yang besar bagi perkembangan kemampuan dan kemandirian pemuda. Untuk menyelesaikan perlu keterlibatan semua pihak, sehingga pemuda tidak dibiarkan sendiri berkutat dengan persoalannya sendiri, sementara pada sisi lain pemuda sudah di tuntut untuk segera mengemban tugas sebagai abdi masyarakat. Untuk menyelesaikan persoalan ini, peran organisasi-organisasi kepemudan sangatlah penting yaitu sebagai organisasi yang melakukan pendidikan keorganisasian, kepemimpinan baik untuk anggota, pengurus dan masyarakat. Organisasi Kepemudaan (OKP) salah satu peran sentralnya adalah melakukan pendidikan kepemimpinan pemuda untuk disiapkan menjadi pemimpin-pemimpin dalam masyarakat. Dalam kenyataan latihan kepemimpinan yang dilaksanakan selama ini cenderung top down sehingga tidak mengakar pada kebutuhan para pengurus organisasi kepemudaan, akibatnya organisasi kepemudaan tidak berkembang, atas dasar pemikiran tersebut dibutuhkan adanya model pelatihan kepemimpinan bagi pengurus organisasi kepemudaan atas dasar hasil penelitian. Suatu model pelatihan dianggap efektif manakala mampu dilandasi kurikulum, pendekatan dan strategi yang sesuai dengan kebutuhan belajar sasaran didik dan permasalahanpermasalahan yang terjadi di tengah-tengah nya. Untuk itu diperlukanpersyaratan khusus dalam membangun sebuah model pelatihan yang efektif dan efesien.
B. Rumusan Masalah Terkait dengan hal tersebut diatas, ada tiga masalah penting yang menjadi fokus penelitian, yaitu : 1. Bagaimanakah kebutuhan pelatihan kepemimpinan pengurus organisasi kepemudaan di Daerah Istimewa Yogyakarta ?. 2. Bagaimanakah pengembangan model pelatihan kepemimpinan pengurus organisasi kepemudaan di Daerah Istimewa Yogyakarta ?.
Laporan Penelitian 2014
Page 3
Hiryanto dkk
C. Tujuan Penelitian Penelitian pengembangan models pelatihan kepemimpinan pengurus organisasi kepemudaan di Daerah Istimewa Yogyakarta ini, di landasi dengan tujuan khusus sebagai berikut 1. Merumuskan
peta konsep tentang kebutuhan pelatihan kepemimpinan pengurus
organisasi kepemudaan di Daerah Istimewa Yogyakarta. 2. Melakukan kegiatan pengembangan model pelatihan kepemimpinan pengurus organisasi kepemudaan di Daerah Istimewa Yogyakarta.
D. Manfaat Penelitian Proses penelitian pengembangan ini menghasilkan beberapa temuan dan inovasi yang bermanfaat antara lain: 1. Dihasilkanya modul pembelajaran mahasiswa tentang model pelatihan kepemimpinan bagi kelompok organisasi kepemudaan pada matakuliah pendidikan kepemudaan, pada jenjang S-1 di jurusan Pendidikan Luar Sekolah. 2. Model pelatihan yang tepat digunakan untuk peningkatan kepemimpinan pengurus organisasi kepemudaan 3. Hasil penelitian yang dipublikasikan pada jurnal nasional terakreditasi, misalnya : Cakrawala Pendidikan (LPM-UNY).
Laporan Penelitian 2014
Page 4
Hiryanto, dkk
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori 1. Kajian Tentang Kepemudaan Makna pemuda, secara harfiah, kamus Websters, Princeton mengartikan bahwa youth yang diterjemahkan sebagai pemuda memiliki definisi: (1) a young person, (2) the time of life between childhood and maturity, (3) early maturity.Sementara itu, International Youth Year yang diselenggarakan tahun 1985, mendefinisikan penduduk berusia 15-24 tahun sebagai kelompok pemuda. Sedangkan dalam kerangka usia, WHO menggolongkan usia 10 – 24 tahun sebagai young people, sedangkan remaja atau adolescence dalam golongan usia 10 -19 tahun. Sedangkan menurut UU Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan dikatakan bahwa pemuda adalah warga negara Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan danperkembangan yang berusia 16 (enam belas) sampai 30 (tiga puluh) tahun. Berdasarkan pada pengertia di atas dapat dikatakan bahwa pemuda identik dengan sebagai sosok individu yang berusia produktif dan mempunyai karakter khas yang spesifik yaitu revolusioner, optimis, berpikiran maju, memiliki moralitas. Perbaikan suatu umat tidak akan terwujud kecuali dengan perbaikan individu, yang dalam hal ini adalah pemuda. Perbaikan individu (pemuda) tidak akan sukses kecuali dengan perbaikan jiwa. Perbaikan jiwa tidak akan berhasil kecuali dengan pendidikan dan pembinaan. Yang dimaksud dengan pembinaan adalah membangun dan mengisi akal dengan ilmu yang berguna, mengarahkan hati lewat do’a, serta memompa dan menggiatkan jiwa lewat instropeksi diri. Syakir Ali Salim AD berpendapat, pemuda Islam merupakan tumpuan umat, penerus dan penyempurna misi risalah Ilahiah. Perbaikan pemuda berarti adalah perbaikan umat. Oleh karena itu, eksistensinya sangat menentukan di dalam masyarakat.Beberapa ulama menggolongkan peranan pemuda seperti di bawah ini : 1. Pemuda sebagai Generasi Penerus Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun pahala amal mereka. (QS. Ath-Thur : 21) 2. Pemuda sebagai Generasi Pengganti Laporan Penelitian 2014
Page 5
Hiryanto, dkk
Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintainya (QS. Al-Maidah : 54) 3. Pemuda Sebagai Generasi Pembaharu (Reformer) Ingatlah ketika ia (Ibrahim-pen) berkata kepada bapaknya : wahai bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong sedikitpun (QS. Maryam : 42). Perbedaan jarak dan waktu bukan alasan bagi kita untuk menjadi generasi yang lemah. Contoh saja Yahya Ayyash, Imad Aqil, Izzudin Al Qasam, dan pemuda-pemuda Palestina lainnya, berkat ketangguhan, kesungguhan dan kedekatannya dengan Allah menjadikan mereka seorang mujahid muda Begitu juga dengan pemuda lainnya di berbagai tempat dan zaman. (Forum Ikhwan LDSI At-Tarbawi Periode 2008-2009).
Secara umum terdapat dua sudut pandang yang membuat posisi pemuda strategis dan istimewa: kualitatif dan kuantitatif. Secara kualitatif, pemuda memiliki idealisme yang murni, dinamis, kreatif, inovatif, dan memiliki energi yang besar bagi perubahan sosial. Idealisme yang dimaksud adalah hal-hal yang secara ideal mesti diperjuangkan oleh para pemuda, bukan untuk kepentingan diri dan kelompoknya, tetapi untuk kepentingan luas demi kemajuan masyarakat, bangsa dan negara. Secara kuantitatif, terlihat bahwa jumlah penduduk Indonesia saat ini lebih dari 210 juta orang. Menurut data terakhir Depdiknas jumlah tersebut, apabila kelompok yang dikategorikan generasi muda atau yang berusia diantara 15-35 tahun, diperkirakan berjumlah lebih dari 78-90 juta jiwa atau 37-40 persen dari jumlah penduduk seluruhnya. Dan kalau kriterianya 15-45 tahun tentu jumlahnya lebih besar lagi. Sebagian besar dari kelompok usia ini adalah tenaga kerja produktif yang mengisi berbagai bidang kehidupan. Karenanya bisa dipahami mengapa pemuda berpeluang menempati posisi penting dan strategis, sebagai pelaku-pelaku pembangunan maupun sebagai generasi penerus untuk berkiprah di masa depan. Pemuda memiliki kelebihan yang secara substansial terkait dengan idealismenya yang masih murni, dan sepanjang sejarahnya terbukti telah memiliki posisi dan peran yang strategis dalam menetukan arah sejarah bangsa. Dalam bidang politik, pemuda telah menujukkan sumbanganya turut mendorong proses demokratisasi bangsa. Tugas berat kini adalah mendorong terwujudnya agenda-agenda reformasi dan demokratisasi bangsa.
Laporan Penelitian 2014
Page 6
Hiryanto, dkk 2.
Organisasi Kepemudaan Menurut UU nomor 40 tahun 2009, organisasi kepemudaan adalah wadah pengembangan
potensi pemuda, dimana dalam pasal 40 dijelaskan bahwa:
(1) Organisasi kepemudaan
dibentuk oleh pemuda.,(2) Organisasi kepemudaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dibentuk berdasarkan kesamaan asas, agama, ideologi, minat dan bakat, atau kepentingan, yang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (3) Organisasi kepemudaan juga dapat dibentuk dalam ruang lingkup kepelajaran dan kemahasiswaan. (4) Organisasi kepemudaan berfungsi untuk mendukung kepentingan nasional, memberdayakan potensi, serta mengembangkan kepemimpinan, kewirausahaan, dan kepeloporan. Di pasal 43 selanjutnya dijelaskan bahwa Organisasi kepemudaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 sekurang-kurangnya memiliki:a. keanggotaan; b. kepengurusan; c. tata laksana kesekretariatan dan keuangan; dan d. anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. Dalam penjelasan UU dikatakan bahwa organisasi kepemudaan terdiri dari
1)
“organisasi kepemudaan berbentuk struktural” adalah organisasi kepemudaan yang terikat dengan struktur organisasi sesuai dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga organisasi atau sejenisnya. 2). organisasi kepemudaan yang berbentuk nonstruktural” adalah organisasi kepemudaan yang tidak terikat dengan struktur organisasi, misalnya, kelompok diskusi, kelompok pecinta alam, serta kelompok minat dan bakat. 3) organisasi kepemudaan berjenjang” adalah organisasi kepemudaan yang memiliki jenjang kepengurusan mulai dari tingkat nasional sampai tingkat terendah yang ada di bawahnya. Dan 4) “organisasi pemuda yang tidak berjenjang” adalah organisasi kepemudaan yang tidak memiliki jenjang kepengurusan, misalnya organisasi yang hanya ada pada tingkat nasional atau tingkat daerah.
3.
Kajian Tentang Kepemimpinan Istilah kepemimpinan lahir sebagai suatu konsekuensi logis dari perilaku dan budaya
manusia yang terlahir sebagai individu yang memiliki ketergantungan sosial (zoon politicon) yang sangat tinggi dalam memenuhi berbagai kebutuhannya (homo sapiens). Dalam bahasa Indonesia “pemimpin” sering disebut penghulu, pemuka, pelopor, pembina, panutan, pembimbing, pengurus, penggerak, ketua, kepala, penuntun, raja, tua-tua, dan sebagainya. Pemimpin, kepemimpinan, dan memimpin pada mulanya berasal dari kata dasar yang sama “pimpin”. Namun demikian ketiganya digunakan dalam konteks yang berbeda. Laporan Penelitian 2014
Page 7
Hiryanto, dkk
Pemimpin adalah suatu peran dalam sistem tertentu; karenanya seseorang dalam peran formal belum tentu memiliki ketrampilan kepemimpinan dan belum tentu mampu memimpin. Adapun istilah Kepemimpinan pada dasarnya berhubungan dengan ketrampilan, kecakapan, dan tingkat pengaruh yang dimiliki seseorang; oleh sebab itu kepemimpinan bisa dimiliki oleh orang yang bukan “pemimpin”. Sedangkan istilah Memimpin digunakan dalam konteks hasil penggunaan peran seseorang berkaitan dengan kemampuannya mempengaruhi orang lain dengan berbagai cara. Ramlan Surbakti (1999:134), menjelaskan bahwa kepemimpinan menjadi bagian dari kekuasaan, tetapi tidak untuk sebaliknya. Mirip dengan kekuasaan, kepemimpinan merupakan suatu hubungan antara pihak yang memiliki pengaruh dan orang yang di pengaruhi, dan juga merupakan kemampuan menggunakan sumber pengaruh secara efektif. Berbeda dengan kekuasaan yang terdiri atas banyak jenis sumber pengaruh, kepemimpinan lebih menekankan pada kemampuan menggunakan persuasi untuk mempengaruhi pengikut. Selain itu, tidak seperti kekuasaan yang belum tentu menggunakan pengaruh untuk kepentingan bersama antara pemilik kekuasaan dan dan yang di kuasai, kepemimpinan merupakan upaya untuk melaksanakan suatu tujan yang menjadi kepentingan bersama pemimpin maupun para pengikut. Oleh karena itu kepemimpinan politik juga berbeda dengan elit politik, karena seperti dikemukakan oleh Pareto, elit ialah orang-orang yang memiliki nilai-nilai yang paling dinilai tinggi dalam masyarakat, seperti prestise, kekayaan, ataupun kewenangan. Sebutan politik dalam kepemimpinan politik menunjukan kepemimpinan berlangsung dalam suprasetruktur politik (lembaga-lembaga pemerintahan), dan yang berlangsung dalam infrastruktur politik (partai politik dan organisasi kemasyarakatan). Oleh karena itu pemimpin politik juga berbeda dengan kepala suatu instansi pemerintahan karena yang terakhir ini lebih menggunakan kewenagan dalam mempengaruhi bawahannya. Pemimpin politik lebih menggunkan hubungan-hubungan informal dan personal dalam menggerakkan pengikutnya untuk mencapai tujuan. Akan tetapi orang yang secara formal menjadi elit politik atau kepala suatu instansi dapat saja memainkan peranan sebagai pemimpin politik kalau memenuhi karakteristik kepemimpinan tersebut. Penyelenggara politik dan pemerintahan yang sukses biasanya orang
Laporan Penelitian 2014
Page 8
Hiryanto, dkk
yang dapat menggunkan berbagai tipe penggunaan sumber pengaruh sesuai dengan konteks dan jenis permasalahannya. Triantoro Safaria (2007:19-20) menjelaskan bahwa kepemimpinan bukan sesuatu yang kita miliki, tetapi sesuatu yang kita berikan secara tulus dari dalam hati, jiwa dan pikiran kita untuk kemajuan orang lain dan organisasi. Pemimpin hanya bias menemukan di dalam diri mereka sendiri kekuatan untuk membuat makna kepemimpinan menjadi hidup, semangat juang, visi, kepercayaan diri, toleransi terhadap ketidakpastian dan paradoks, intuisi, empati, keberanian dan integritas hanya bias muncul di dalam diri seorang pemimpin. Pemimpin harus mampu nyatukan seluruh jiwa, hati, dan pikiran mereka untuk kemajuan orang lain, melalui penghargaan, kepercayaan, kemauan untuk mendengarkan, dan kepekaan hati nurani, maka seorang pemimpin akan dihargai. Pemimpin yang baik harus menjadi manusia pembelajar, yang senantiasa belajar dari kehidupannya, lingkungan sekitarnya, dan orang lain, tidak pandang apakah orang tersebut merupakan bawahannya atau atasannya. Untuk menjadi seorang pemimpin yang berkualitas, dituntut untuk menggembleng dirinya, senantiasa membuka wawasan, memperdalam pengetahuannya, dan mencari pengalaman yang luas. Lebih lanjut dalam kaitannya dengan peminpin politik Ruslan (2000:113) menjelaskan, pemimpin politik, mereka memiliki karakteristik kepemimpinan yang mampu mengarahkan dan mampu mempengaruhi orang lain. Sejarah politik berbagai masyarakat pada umumnya menandaskan bahwa tidak mungkin di lakukan suatu perubahan tanpa adanya kepemimpinan yang kapabel dan berbakat. Kepemimpinan merupakan salah satu keharusan bagi sebuah perubahan atau revolusi. Pemimpin politik adalah orang yang memiliki pandangan, ideologi khusus, dan insting kepemimpinan sehingga mampu mengendalikan massa di saat krisis, baik ketika melawan penjajah asing maupun ketika penguasa yang otoriter, atau kedua-duanya secara bersamaan. Mereka memiliki kekuatan berpikir, kesadaran, dan kemampuan berorasi, berdiskusi, menulis dan seterusnya, yang mampu menyebabkan bangkitnya kesadaran politik Senada sengan itu Akbar Tandjung (2007:338) menjelaskan bahwa : …, kelembagaan politik yang kuat saja belum mencukupi (insufficient) untuk bertahan hidup, karena selain faktor kelembagaan masih ada factor lain yang sangat menentukan dalam kasus Partai Golkar yaitu faktor kepemimpinan organisasi. Sebagaimana di katakana oleh Panebianco, peranan para pemimpin di butuhkan terutama dalam memberikan arah dan pedoman nilai-nilai yang akan diterapkan partai politik dalam
Laporan Penelitian 2014
Page 9
Hiryanto, dkk
mengembangkan organisasinya, terutama ketika dihadapkan pada lingkungan baru. Karena itu apabila partai politik ingin bertahan hidup dan berperan dalam suatu system politik yang sedang berubah, faktor kelembagaan yang kuat dan kepemimpinan yang mampu melakukan perubahan internal sejalan dengan perubahan eksternal menjadi hal penting yang harus dimiliki.Semua itu sangat membutuhkan kepemimpinan yang visioner, teguh (firm), dan konsisten. Kajian mengenai kepemimpinan termasuk kajian yang multi dimensi, aneka teori telah
dihasilkan dari kajian ini. Teori yang paling tua adalah The Trait Theory atau yang biasa disebut Teori Pembawaan. Teori ini berkembang pada tahun 1940-an dengan memusatkan pada karakteristik pribadi seorang pemimpin, meliputi : bakat-bakat pembawaan, ciri-ciri pemimpin, faktor fisik, kepribadian, kecerdasan, dan ketrampilan berkomunikasi. Tetapi pada akhirnya teori ini ditinggalkan, karena tidak banyak ciri konklusif yang dapat membedakan antara pemimpin dan bukan pemimpin. Dengan surutnya minat pada Teori Pembawaan, muncul lagi Teori Perilaku, yang lebih dikenal dengan Behaviorist Theories. Teori ini lebih terfokus kepada tindakan-tindakan yang dilakukan pemimpin daripada memperhatikan atribut yang melekat pada diri seorang pemimpin. Dari teori inilah lahirnya konsep tentang Managerial Grid oleh Robert Blake dan Hane Mouton. Dengan Managerial Grid mereka mencoba menjelaskan bahwa ada satu gaya kepemimpinan yang terbaik sebagai hasil kombinasi dua faktor, produksi dan orang, yaitu Manajemen Grid. Manajemen Grid merupakan satu dari empat gaya kepemimpinan yang lain, yaitu : Manajemen Tim, Manajemen Tengah jalan, Manajemen yang kurang, dan Manajemen Tugas. Pada masa berikutnya teori di atas dianggap tidak lagi relevan dengan sikon zaman. Timbullah pendekatan Situational Theory yang dikemukakan oleh Harsey dan Blanchard. Mereka mengatakan bahwa pembawaan yang harus dimiliki seorang pemimpin adalah berbedabeda, tergantung dari situasi yang sedang dihadapi. Pendekatan ini menjadi trend pada tahun 1950-an. Teori yang paling kontemporer adalah teori Jalan Tujuan, Path-Goal Teory. Menurut teori ini nilai strategis dan efektivitas seorang pemimpin didasarkan pada kemampuannya dalam menimbulkan kepuasan dan motivasi para anggota dengan penerapan reward and punisment. Perkembangan teori-teori di atas sesungguhnya adalah sebuah proses pencarian
Laporan Penelitian 2014
Page 10
Hiryanto, dkk
formulasi sistem kepemimpinan yang aktual dan tepat untuk diterapkan pada zamannya. Atau dengan kata lain sebuah upaya pencarian sistem kepemimpinan yang efektif dan strategis. Kepemimpinan strategis adalah kepemimpinan yang berprinsip. Prinsip-prinsip tersebut menurut Stephen R. Covey dalam Principle Centered Leadership terdiri dari : 1). Belajar terus menerus, mereka membaca, berlatih, dan mendengarkan masukan; 2). Berorientasi pada pelayanan, mereka melihat hidup sebagai suatu misi dan tidak hanya sebagai suatu karir; 3). Memancarkan energi positif, mereka optimistis, positif, dan modern; 4). Mempercayai orang lain, mereka tidak tidak berekasi berlebihan pada perilaku negatif, kritik dan kelemahan; 5). Hidup seimbang, mereka memperhatian keseimbangan jasmani dan rohani, antara yang tradisionil dan yang modern; 6). Melihat hidup sebagai petualangan, mereka menghargai hidup di luar kenyamanan; 7). Sinergistik, mereka memilih untuk memfokuskan diri pada kepentingan orang lain dan mampu membina energi-energi yang dimiliki organisasi; dan 8). Melaksanakan pembaharuan diri, mereka memiliki karakter yang kuat dan sehat, serta berdisiplin tinggi. Atas dasar prinsip-prinsip itulah maka kepemimpinan strategis menuntut hal-hal sebagai berikut : 1). Kelompok bekerja sesuai dengan prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang dipegang kelompok; 2). Masing-masing anggota kelompok memiliki kualitas dan nilai-nilai tertentu yang memberikan kontribusi pada berfungsinya mekanisme kelompok secara efektif. Dalam ajaran Islam, pemegang fungsi kepemimpinan disebut Imam dan istilah kepemimpinan disebut Imamah. Sedangkan penyebutan istilah pemimpinan negara, dalam sejarah kebudayaan Islam menggunakan istilah yang beraneka ragam, seperti : khalifah, amir, sultan, dan wali. Dalam pada itu perkataan “wali” dalam arti pemimpin masih segar hingga hari ini, sering kita jumpai istilah : wali kota, wali negeri, wali songo, dan sebagainya. Mengenai perlunya ada pemimpin ditandaskan Rasulullah SAW: “Apabila berangkat tiga orang dalam perjalanan, maka hendaklah mereka mengangkat salah seorang diantaranya menjadi pemimpin” (HR.Abu Dawud). Beberapa ayat al-Qur’an yang berkaitan dengan eksistensi pemimpin diantaranya adalah : Q.S. Al-Baqarah : 124, Al-Anbiya : 72-73, Shad : 26, Al-An’am : 165. Dalam ajaran Islam, seorang pemimpin dituntut mampu menampilkan kepribadian yang ber-akhlaqul karomah (memiliki moralitas yang baik), Qona’ah (sederhana), dan Istiqomah (konsisten/tidak ambivalen). Suri Tauladan Kepemimpinan Nabi Muhammad S.A.W adalah : 1.
Laporan Penelitian 2014
Page 11
Hiryanto, dkk
Siddiq artinya jujur, benar, berintegritas tinggi dan terjaga dari kesalahan, 2. Fathonah artinya jerdas, memiliki intelektualitas tinggi dan proffesional, 3. Amanah artinya dapat dipercaya, memiliki legitimasi dan akuntabel, 4.Tabligh artinya senantiasa menyammpaikan risalah kebenaran, tidak pernah menyembunyikan apa yang wajib disampaikan, dan komunikatif. Bhre Tandes (2007:15), menguraikan bahwa bagi Gajah Mada, seorang pemimpin harus memnuhi kriteria tertentu yaitu : a.
b. c.
d.
e.
f.
Abhikamika: Pemimpin harus tampil simpatik, berorientasi kebawah, dan mengutamakan kepentingan rakyat banyak daripada kepentingan pribadi atau golongan. Prajna: Pemimpin harus bersikap arif dan bijaksana menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan agama, serta dapat dijadikan panutan masyarakat. Utsaha: pemimpin harus produktif, berinisiatif, kreatif, dan inovatif(pelopor Pembaharuan), serta rela mengabdi tanpa pamrih untuk kesejahteraan rakyat( semua stakeholder). Atmasampat: Pemimpin mempunyai kepribadian, berintegrasi tinggi, moral yang luhur serta obyektif, dan mempunyai wawasan yang jauh ke masa depan untuk kemajuan bangsanya ( organisasi yang dipimpinnya). Sakya Samanta: Pemimpin sebagai fungsi control mampu mengawsi bawahannya secara efektif, efisien, produktif, dan berani menindak secara adil yang bersalah tanpa pilih kasih. Aksuda Parisaka: Pemimpin harus akomodatif, mampu memadukan perbedaan dengan permusyawaratan, pandai berdeplomasi, serta menyerap aspirasi bawahan dan rakyatnya (semua stakeholder).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan sesungguhnya letak strategis seorang pemimpin dan kepemimpinan terletak pada kepribadian dan kecerdasan akal budinya. Karena inti dari kepemimpinan adalah pengambilan keputusan, keputusan yang menentukan hajat hidup orang banyak. Oleh sebab itu inti dari pengambilan keputusan adalah hubungan antar manusia. Dan hubungan antar manusia ini harus dilandasi oleh enam prinsip pokok yang meliputi : persamaan (musawah), persaudaraan (ukhuwah), cinta kasih (mahabbah), kedamaian (salim), tolong menolong (ta’awun), dan toleransi (tasamuh). Kepemimpinan selain bersumber dari pembawaan naluri manusia, tetapi juga berasal dari proses pendidikan sepanjang hayat baik secara formal, informal, maupun nonformal, termasuk dalam hal ini lembaga politik memainkan peran yang sangat signifikan bagi proses pendidikan kepemimpinan.
Laporan Penelitian 2014
Page 12
Hiryanto, dkk 4.
Kajian Tentang Pelatihan Menurut Gomes (2003:197), “Pelatihan adalah setiap usaha untuk memperbaiki prestasi
kerja pada suatu pekerjaan tertentu yang sedang menjadi tanggung jawabnya”. Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana (1995:223), tujuan pelatihan merupakan konsep yang luas, tujuan yang luas tersebut tidak akan membingungkan bila dibuatkan sasaran pelatihan yang lebih spesifik dandapat diukur. Tujuan pelatihan adalah untuk meningkatkan kualitas dan produktifitas organisasi secara keseluruhan sehingga organisasi menjadi lebih kompetitif. Moekijat (1993 : 2), menjelaskan tujuan umum pelatihan sebagai berikut : 1) untuk mengembangkan keahlian sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan lebih cepat dan lebih efektif, 2) untuk mengembangkan pengetahuan sehingga pekerjaan dapat diselesaikan secara rasional, 3) untuk mengembangkan sikap, sehingga menimbulkan kerja sama dengan teman-teman dan pimpinan. Robinson dalam M. Saleh Marzuki (1992 : 28), mengemukakan manfaat pelatihan sebagai berikut : 1) pelatihan sebagai alat untuk memperbaiki penampilan kemampuan individu atau kelompok dengan harapan memperbaiki performance organisasi ... ; 2) keterampilan tertentu diajarkan agar karyawan dapat melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan standar yang diinginkan …3) pelatihan juga dapat memperbaiki sikapsikap terhadap pekerjaan, terhadap pimpinan atau karyawan ... ; dan 4) manfaat lain daripada pelatihan adalah memperbaiki standar keselamatan. Komponen-komponen tersebut sebagaimana dijelaskan oleh Sudjana (2000:277), adalah sebagai berikut : 1) Komponen masukan saran (Instrumental input) Meliputi keseluruhan sumber dan fasilitas yang termasuk dalamnya adalah tujuan, program, kurikulum, pendidikan, atau pelatih, tenaga kependidikan lainnya, tenaga pengelola program, sarana belajar, media, fasilitas serta biaya. 2) Masukan mentah dalamnya termasuk, peserta didik pelatihan dengan karakteristik yang dimiliki, termasuk ciri-ciri yang berhubungan dengan faktor internal dan faktor eksternal. 3) Masukan Lingkungan adalah faktor lingkungan yang menunjang berjalannya program pelatihan yang meliputi lingkungan keluarga, sosial serta lingkungan alam. 4) Proses Dalam pelatihan pada prinsipnya ada kegiatan proses pembelajaran baik teori maupun praktek, bertujuan meningkatkan dan mengembangkan kompetensi atau kemampuan akademik, sosial dan pribadi dibidang pengetahuan, keterampilan dan sikap, serta bermanfaat bagi peserta pelatihan dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. 5) Hasil (Out Put) Keluaran atau hasil yaitu kuantitas lulusan yang disertai kualitas perubahan sikap atau tingkah laku. Laporan Penelitian 2014
Page 13
Hiryanto, dkk
6) Masukan lain (other input) Masukan ini meliputi dana atau modal, lapangan kerja, informasi, alat dan fasilitas, pemasaran, paguyuban peserta didik, latihan lanjutan dan bantuan eksternal. 7) Pengaruh (Impact) Pengaruh merupakan hasil yang dicapai oleh peserta didik dan lulusan. Komponen ini meliputi : a). Perubahan taraf hidup, b). Kegiatan pembelajaran orang lain atau mengikutsertakan orang lain dalam memanfaatkan hasil belajar/pelatihan yang telah dimilikinya, c). Peningkatan partisipasi dalam kegiatan sosial dan pembangunan masyarakat baik berupa partisipasi sebuah pemikiran, tenaga, harta benda dan dana. Sondang P. Siagian (1994 :190) prinsip-prinsip belajar (learning principles) yang
efektif adalah yang memiliki kesesuaian antara metode dengan gaya belajar peserta pelatihan dan tipe-tipe pekerjaan yang membutuhkan. Pada dasarnya prinsip belajar yang layak dipertimbangkan untuk diterapkan berkisar lima hal yaitu partisipasi, reputasi, relevansi, pengalihan, dan umpan balik. Sondang P. Siagian (1994:202) menegaskan proses transformasi dinyatakan berlangsung dengan baik apabila terjadi paling sedikit dua hal yaitu peningkatan kemampuan dalam melaksanakan tugas dan perubahan perilaku yang tercermin pada sikap, disiplin dan etos kerja. 5. Model-model Pelatihan Dalam pelaksanaan pelatihan banyak model yang dapat dipergunakan , salah satu model yang dapat dikembangkan adalah Model latihan lainnya dikembangkan oleh Centre for International Education (CIE) University of Massachusetts. Model latihan Sembilan Langkah. Urutan langkah model ini adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi kebutuhan, sumber-sumber, dan kemungkinan hambatan. 2. Merumuskan tujuan umum dan tujuan khusus latihan. 3. Menyusun dan mengembangkan alat penilaian awal (pre-test) dan alat penilaian akhir (post-test) peserta latihan 4. Menyusun urutan kegiatan latihan dan mengembangkan bahan belajar. 5. Melatih para pelatih dan staf program latihan. 6. Melakukan penilaian awal terhadap peserta latihan. Laporan Penelitian 2014
Page 14
Hiryanto, dkk
7. Melaksanakan program latihan. 8. Melakukan penilaian akhir terhadap peserta latihan. 9. Melakukan penilaian program latihan dan memberikan umpan balik. Umpan balik dari hasil evaluasi program dapat digunakan untuk kesembilan langkah tersebut di atas Model Sembilan Langkah tersebut pernah diterapkan dalam beberapa program latihan di Indonesia. Perkembangan pelatihan Pelatihan sebagai sebuah konsep program yang bertujuan
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan seseorang (sasaran didik), berkembang sangat pesat dan modern. Perkembangan model pelatihan (capacity building, empowering, training dll) saat ini tidak hanya terjadi pada dunia usaha, akan tetapi pada lembagalembaga profesional tertentu model pelatihan berkembang pesat sesuai dengan kebutuhan belajar, proses belajar (proses edukatif), assessment, sasaran, dan tantangan lainnya (dunia global dll.). Model pelatihan pada awalnya berkembang pada dunia usaha terutama melalui magang tradisional, dalam sebuah magang tradisional kegiatan belajar membelajarkan dilakukan oleh seorang warga belajar (sasaran didik) dan seorang sumber belajar (tutor), maka dalam perkembangan selanjutnya interaksi edukatif yang terjadi tidak hanya melalui perorangan akan tetapi terjadi melalui kelompok warga belajar (sasaran didik, sasaran pelatihan) yang memiliki kebutuhan dan tujuan belajar yang sama dengan seorang, dua orang, atau lebih pelatih (sumber belajar, trainers). Salah satu konsep mengapa model pelatihan dibangun adalah sangat bergantung pada kondisi itu (warga belajar, sasaran didik dan pelatih/tutor). Hal tersebut sangat beralasan karena kebutuhan dan tujuan pelatihan (Allison Rosset, 1987) dapat tercapai apabila warga belajar, tutor saling memahami, menghargai, pengertian dan saling membelajarkan satu dengan lainnya. (Djudju Sudjana, 1993: 12). Dalam dunia usaha model pelatihan (Training) dibangun atas dasar kebutuhan peningkatan
produksi,
memperluas
pemasaran,
dan
kemampuan
perusahaan
dalam
memantapkan pengelolaan unit usaha itu sendiri. Interaksi edukatif yang terjadi pada model pelatihan itu adalah adanya interaksi edukatif antara tiga kelompok orang dalam kegiatan belajar nya. Kelompok pertama, adalah orang-orang yang telah memiliki keahlian dalam bidang usaha. Merekalah yang menguasai pengetahuan dan keterampilan untuk meningkatkan Laporan Penelitian 2014
Page 15
Hiryanto, dkk
produksi, pengadaan bahan Baku, dan pemilikan Dana. Kelompok kedua, yakni orang-orang yang telah memiliki keahlian sebagaimana keahlian kelompok pertama. Keahlian itu mereka peroleh dengan belajar dari kelompok pertama, namun mereka tidak memiliki modal usaha. Kelompok ketiga adalah orang-orang yang belum memiliki keahlian sebagaimana keahlian yang telah dimiliki oleh orang pertama dan kedua. Orang-orang yang termasuk pada kelompok ketiga ini sedang belajar dari kelompok pertama dan atau kelompok kedua pada saat mereka bekerja di perusahaan. Dengan kata lain mereka belajar sambil bekerja. (Djudju Sudjana, 1993:13) Kondisi dan perkembangan interaksi edukatif tersebut terjadi pada abad pertengahan, ketika dunia industri mulai berkembang. (Abad pertengahan sampai awal abad ke-19) Sejak masa rintisan sampai masa sekarang latihan terus tumbuh dan berkembang, Latihan dilakukan oleh berbagai lembaga pemerintah, badan-badan swasta, dan organisasi kemasyarakatan lainnya. Lembaga-lembaga pemerintah baik yang berstatus departemen maupun nondepartemen, menyelenggarakan pelatihan dalam berbagai bidang terutama yang berhubungan dengan tugasnya, latihan tersebut di antaranya bertujuan meningkatkan kemampuan staf dan petugas dalam lingkungan mereka masing-masing. (BP3K, 1973). Beberapa kategori dan model pelatihan yang dilakukan lembaga pemerintah departemen dan non-departemen di antaranya adalah dalam bentuk: pre-service training (pra jabatan), inservice training (latihan dalam jabatan) dan social service training (latihan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat). Pelatihan-pelatihan tersebut di antaranya berdasar pada konsep kebutuhan jabatan dan atau self-actualisation. Perkembangan pelatihan sehingga melahirkan model-model pelatihan yang sederhana sampai pada model pelatihan yang kompleks sangat bergantung pada budaya manusia (masyarakat itu sendiri). Terutama yang berkaitan dengan dunia pendidikan (belajar), usaha, manajemen, teknologi, masyarakat dll.). Suatu model pelatihan dianggap efektif manakala mampu dilandasi kurikulum, pendekatan dan strategi yang sesuai dengan kebutuhan belajar sasaran didik dan permasalahan-permasalahan yang terjadi di tengah-tengah nya. Untuk itu diperlukan persyaratan khusus dalam membangun sebuah model pelatihan yang efektif dan efesien. Persyaratan tersebut diantaranya adalah kebutuhan belajar peserta pelatihan (sasaran didik, warga belajar dll.) istilah tersebut dalam dunia pendidikan luar sekolah dikenal dengan TNA (Training Needs Assessment), SMA (Subject Matter Analysis) dan ATD (Approaches to
Laporan Penelitian 2014
Page 16
Hiryanto, dkk
Training and Development). (Allison Rossett and Joseph W.Arwady, 1987). 2. Pelatihan berdasar pada kebutuhan (Training Needs Assessment) Kebutuhan pelatihan sangat berkaitan erat dengan kebutuhan belajar, kebutuhan belajar diartikan dengan kesenjangan kemampuan di antara kemampuan yang telah dimiliki dengan kemampuan yang dituntut, atau dipersyaratkan dalam kehidupan sasaran didik (peserta pelatihan). Kemampuan tersebut menyangkut kemampuan pengetahuan, sikap, nilai, dan tingkah laku sesuai dengan aspek yang menjadi konteks perhatian. Apabila kita sedang berbicara dalam kaitannya dengan peserta pelatihan (sasaran), maka kebutuhan peserta pelatihan (sasaran) tersebut sangat berkaitan dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang berlaku pada kehidupannya atau pada dunia kerjanya. Kebutuhan belajar pada peserta pelatihan (sasaran) (manusia) dapat berkembang, bertambah dan berkurang, bahkan dapat secara berkelanjutan dan berganti-ganti. Terpenuhi nya suatu kebutuhan, dapat menjadi potensi untuk melahirkan kebutuhan baru yang kedudukannya lebih tinggi. Apabila peserta pelatihan (sasaran) telah memperoleh kemampuan membaca (sebagai kebutuhan dasar), kemudian dia menilai kemampuan membaca dirinya, setelah tahu bahwa dia mampu, dia akan berlanjut untuk mengetahui secara mendalam isi buku yang ditemuinya. Begitu pula apabila peserta pelatihan (sasaran) telah memahami pengetahuan dasar, maka secara langsung akan melakukan self-assessment dan hasil assessment tersebut akan menjadi modal untuk mengetahui pengetahuan yang lebih tinggi di atasnya. Akan tetapi di balik itu kebutuhan akan berubah bertambah dan berkurang, hal ini diakibatkan oleh keterbatasan peserta pelatihan (sasaran) dalam memandang penting atau tidaknya pengetahuan untuk diri sendiri, serta kemauan dan kemampuan dalam memahami diri. Oleh karena itu kebutuhan belajar yang tumbuh dalam diri menuntut adanya program belajar yang dapat memenuhinya. Begitu pula keaneka ragaman kebutuhan belajar yang dirasakan menuntut adanya program belajar yang lebih aktif dan beraneka ragam pula. Sehingga usaha penetapan kebutuhan belajar perlu ada usaha untuk melakukan identifikasinya (approaches to training and development dan need assessment). Beberapa
teknik
TNA
yang
dapat
dikenali
diantaranya
adalah
:
interviewing, Observing, working with groups, and writing questioners and surveys. Ada Laporan Penelitian 2014
Page 17
Hiryanto, dkk
beberapa model dalam melakukan identifikasi kebutuhan belajar : 1) model induktif, 2) model deduktif, 3) model klasik. a. Model-model training yang berdasar kepada kebutuhan pelatihan (training
need assessment). 1. Model Induktif Pendekatan yang digunakan dalam model Induktif menekankan pada usaha yang dilakukan dari pihak yang terdekat, langsung, dan bagian-bagian ke arah pihak yang luas, dan menyeluruh. Oleh karena itu, melalui pendekatan ini diusahakan secara langsung pada kemampuan
yang
telah
dimiliki
setiap
Sasaran
didik
(pelatihan),
kemudian
membandingkannya dengan kemampuan yang diharapkan atau harus dimiliki sesuai dengan tuntutan yang datang kepada dirinya. Model ini digunakan untuk mengidentifikasi jenis kebutuhan belajar yang bersifat kebutuhan terasa (felt needs) atau kebutuhan belajar dalam pelatihan yang dirasakan langsung oleh peserta pelatihan. Pelaksanaan identifikasinya pun harus dilakukan secara langsung kepada peserta pelatihan itu sendiri. Untuk itu, model pendekatan ini digunakan bagi peserta pelatihan yang sudah ada (hadir menjadi peserta pelatihan). Keuntungan Model induktif ini adalah dapat diperoleh informasi yang langsung, dan tepat mengenai jenis kebutuhan Peserta pelatihan, sehingga memudahkan kepada tutor (pelatih) untuk memilih materi pelatihan (belajar) yang sesuai dengan kebutuhan tersebut. Namun kerugiannya, dalam menetapkan materi pendidikan yang bersifat menyeluruh, dan umum untuk peserta pelatihan yang banyak dan luas akan membutuhkan waktu, dana, dan tenaga yang banyak. Karena setiap peserta pelatihan yang mempunyai kecenderungan ingin atau harus belajar dimintai informasinya mengenai kebutuhan pelatihan (belajar) yang diinginkan. Pengukuran kemampuan peserta pelatihan Pengelompokan kemampuan dalam kawasan program pelatihan Membandingkan kemampuan peserta dengan materi pelatihan (belajar) Menetapkan kesenjangan kemampuan, keterampilan Mengembangkan proses pelatihan (belajar) Melaksanakan Pelatihan (Pembelajaran) Penelitian Pelaksanaan pengukuran (assessment) kemampuan yang telah dimiliki calon peserta pelatihan disesuaikan dengan kondisi calon itu sendiri. Apabila calon sudah bisa membaca dan Laporan Penelitian 2014
Page 18
Hiryanto, dkk
menulis, maka identifikasi dapat dilakukan melalui kegiatan pemberian angket, atau juga bisa melalui wawancara, dengan pokok-pokok pertanyaan diantaranya (contoh) : Kemampuan apa yang diinginkan untuk dipelajari pada kesempatan sekarang? atau Ingin belajar apa sekarang? Juga dapat dilakukan melalui pengajuan daftar isian atau kartu kebutuhan belajar. Calon peserta menjawab dan mengisi kuesioner pada bagian yang sudah disediakan. Begitu pula, apabila peserta pelatihan diberi kartu Kebutuhan Belajar, maka peserta pelatihan (sasaran) tinggal menuliskan jenis kemampuan yang ingin dipelajarinya pada kartu, yang telah disediakan. Setelah memperoleh sejumlah kebutuhan belajar baik dari satu atau beberapa peserta, maka pelatih, tutor perlu menetapkan prioritas kebutuhan belajar. Penetapan prioritas ini dapat dilakukan tutor bersama-sama peserta pelatihan, atau dilakukannya sendiri yang kemudian diinformasikan lebih lanjut kepada peserta yang didasarkan kepada hasil jenis kebutuhan belajar yang diperoleh. Teknik yang digunakan untuk penetapan ini dapat dilakukan melalui diskusi, atau curah. pendapat, atau pasar data. Pengajuan prioritas dari setiap peserta pelatihan dibarengi dengan alasan-alasannya. Namun demikian, pada akhirnya penetapan prioritas ini perlu disesuaikan dengan berbagai macam kemungkinan dari segi bahan belajar, sumber belajar, waktu, serta sarana penunjang lainnya. Apabila tutor/pelatih sudah memperoleh penetapan prioritas, maka tutor/pelatih bertugas untuk mengembangkan materi pelatihan, serta menyelenggarakan proses pelatihan. 2. Model Deduktif Pendekatan pada model ini dilakukan secara deduktif, dalam, pengertian bahwa identifikasi kebutuhan pelatihan dilakukan secara umum, dengan sasaran yang luas. Apabila akan menetapkan kebutuhan pelatihan (belajar) untuk peserta pelatihan yang memiliki karakteristik yang sama, maka pelaksanaan identifikasinya dilakukan pengajuan pertimbangan kepada semua peserta pelatihan (sasaran). Hasil identifikasi diduga dibutuhkan untuk keseluruhan peserta pelatihan (sasaran) yang mempunyai ciri-ciri yang sama. Hasil identifikasi macam ini digunakan dalam menyusun materi pelatihan (belajar) yang bersifat massal dan menyeluruh. Hal ini sebagaimana telah dilakukan dalam menetapkan kebutuhan pelatihan minimal untuk peserta pelatihan dengan sasaran tertentu
Laporan Penelitian 2014
Page 19
Hiryanto, dkk
seperti melihat latar belakang pendidikan, usia, atau jabatan dll. Kemudian dikembangkan ke proses pembelajaran dalam pelatihan yang lebih khusus. Keuntungan dari tipe ini adalah bahwa hasil identifikasi dapat diperoleh dari sasaran yang luas, sehingga ada kecenderungan penyelesaiannya menggunakan harga yang murah, dan relatif lebih efesien dibanding dengan tipe induktif karena informasi kebutuhan belajar yang diperoleh dapat digunakan untuk penyelenggaraan proses belajar dalam pelatihan secara umum. Namun demikian, model ini mempunyai kelemahan dari segi efektifitasnya, karena belum tentu semua peserta pelatihan (sasaran) diduga memiliki karakteristik yang sama akan memanfaatkan, dan membutuhkan hasil identifikasi tersebut. Hal ini didasarkan atas kenyataan bahwa keanekaragaman peserta pelatihan (sasaran) cenderung memiliki minat dan kebutuhan belajar yang berbeda. Kebutuhan belajar hasil identifikasi model deduktif termasuk jenis kebutuhan terduga (expected needs), dalam pengertian bahwa peserta pelatihan (sasaran) pada umumnya diduga membutuhkan jenis kebutuhan belajar tersebut. Hal menarik bahwa, pernyataan jenis kebutuhan bisa tidak diungkapkan oleh diri peserta pelatihan (sasaran) secara langsung, akan tetapi oleh pihak lain yang diduga memahami tentang kondisi peserta pelatihan (sasaran). Oleh karena itu, mengapa banyak terjadi "Drop out dalam pelatihan", atau kebosanan belajar, tidak adanya motivasi, malas, karena ada kecenderungan bahan belajar yang dipelajarinya dalam pelatihan kurang sesuai dengan kebutuhan belajar yang dirasakannya. Langkah-langkah identifikasi kebutuhan belajar dalam pelatihan model ini adalah sebagaimana terdapat dalam flow chart di bawah ini. Identifikasi pada model ini dilakukan secara massal kepada tiga pihak sasaran, yaitu: (1). Keluarga peserta pelatihan atau anggota masyarakat lain yang berkepentingan dengan pelatihan (pendidikan). (2). Pelaksana dan Pengelola Pelatihan: Kepala, penyelenggara, pelatih (tutor) dll. Sasaran ini memiliki pengalaman tentang wujud penyelenggaraan pelatihan yang telah diselenggarakan serta berbagai hal yang berkaitan dengan aspek-aspek kegiatan pelatihan. (3). Peserta pelatihan, untuk setiap jenis materi pembelajaran yang akan dikembangkan di kelas, sasaran ini ditetapkan untuk mencocokan keinginan dan kemampuan pelatih (tutor) dalam mengembangkan proses dan materi pelatihan (pembelajaran).
Laporan Penelitian 2014
Page 20
Hiryanto, dkk
b. Model-model Pelatihan berdasar pada Proses dan Materi Latihan. Subject Matter Analysis (SMA). Ada beberapa model latihan yang dikembangkan para ahli yang disesuaikan dengan
pendekatan, strategi serta materi latihan, Model-model pelatihan tersebut sebenarnya sudah lama dikembangkan, namun sampai saat ini model-model tersebut masih tetap dipergunakan namun demikian proses dan langkah-langkahnya disesuaikan dengan perkembangan kemampuan sasaran pelatihan, masalah-masalah yang perlu dipecahkan, kebutuhan kurikulum dan metodelogi pelatihan itu sendiri. Pelatihan-pelatihan tersebut diantaranya adalah : Model latihan keterampilan kerja (Skill training for the job) model latihan ini dikembangkan oleh Louis Genci (1966). Model ini mencakup empat langkah yang harus ditempuh dalam penyelenggaraan pelatihan. Langkah pertama, mengkaji alasan dan menetapkan program latihan. Kegiatan lainnya mencakup identifikasi kebutuhan, penentuan tujuan latihan, analisis isi latihan, dan pengorganisasian program latihan. Kedua, merancang tahapan pelaksanaan latihan. Kegiatannya mencakup penentuan pertemuan-pertemuan formal dan informal selama latihan ( training sessions ), dan pemahaman terhadap masalah-masalah pada peserta latihan. Ketiga, memilih sajian yang efektif. Kegiatannya mencakup pemilihan dan penentuan jenisjenis sajian, pengkondisian lingkungan termasuk di dalamnya penggunaan sarana belajar dan alat bantu, dan penentuan media komunikasi. Keempat, melaksanakan dan menilai hasil latihan. Kegiatannya meliputi transformasi pengetahuan dan keterampilan dan nilai berdasarkan program latihan, serta evaluasi tentang perubahan tingkah laku peserta setelah mengikuti program latihan. Otto dan Glaser (1970 ) dalam bukunya yang berjudul “ The Management of Training: A Handbook for Training and Development Personnel”, yang dikutip oleh mengemukakan Model Pengembangan Strategi Latihan. Model ini terdiri atas lima langkah. Pertama, menganalisis masalah latihan. Kedua, merumuskan dan mengembangkan tujuantujuan latihan. Ketiga, memilih bahan latihan, media belajar, metode dan teknik latihan. Keempat, menyusun kurikulum dan unit, mata latihan, dan topik latihan. Kelima, menilai hasil latihan. Parker mengembangkan Model Rancang Bangunan Latihan dan Evaluasi (Training Design and Evaluation Model) sebagaimana dimuat Craig dalam buku Laporan Penelitian 2014
Page 21
Hiryanto, dkk “Training
and
Development
Handbook:
A
Guide
to
Human
Resource
Development”(1976: 19-2). Model ini terdiri atas tujuh tahapan kegiatan. Ketujuh tahapan kegiatan itu adalah menganalisis
kebutuhan-kebutuhan
latihan,
mengembangkan
tujuan-tujuan
latihan,
merancang kurikulum latihan, merancang dan memilih latihan, merancang pendekatan evaluasi latihan, melaksanakan program latihan, dan mengukur hasil latihan. Tahapantahapan tersebut merupakan kegiatan berangkai dan berurutan. Crone dan Hunter (1980), dalam buku “From the Field-Tested Participatory Activities for Trainers”, memaparkan model pelaksanaan latihan yang terdiri atas empat langkah (Model empat langkah). Langkah pertama adalah mempersiapkan kelompok belajar. Ke dalam langkah ini termasuk upaya menggali harapan warga belajar terhadap program latihan, pembinaan keakraban dan kerjasama di antara mereka, pembagian sub-sub kelompok. Langkah kedua ialah mengidentifikasi kebutuhan belajar dan analisis tujuan latihan. Kegiatannya mencakup pengumpulan informasi tentang kebutuhan belajar para warga belajar dari para warga belajar, dan dari masyarakat dan lembaga terkait dengan tugas atau aktivitas warga belajar. Analisis tujuan latihan didasarkan atas kebutuhan belajar tersebut. Langkah ketiga adalah memilih dan mengembangkan metode serta bahan belajar. Kegiatan ini mencakup analisis model tingkah laku yang sedang dan akan ditampilkan oleh warga belajar, menentukan bahan belajar dan tahapan pembelajaran, serta memilih teknikteknik pembelajaran. Langkah Keempat yaitu menilai pelaksanaan dan hasil latihan. Termasuk ke dalam kegiatan ini adalah menentukan strategi evaluasi terhadap proses dan perolehan latihan. Langkah-langkah tersebut saling berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya. Parker (1976) mengembangkan model latihan yang dapat dinamai Model Tujuh Langkah (The Seven-step Model). Model ini mencakup langkah-langkah sebagai berikut. Pertama adalah melaksanakan identifikasi dan analisis kebutuhan latihan. Kedua ialah merumuskan dan mengembangkan tujuan-tujuan latihan. Ketiga, merancang kurikulum latihan. Keempat, Memilih dan mengembangkan metode latihan. Kelima, menentukan pendekatan evaluasi latihan. Keenam, melaksanakan program latihan. Ketujuh, melakukan pengukuran hasil latihan.
Laporan Penelitian 2014
Page 22
Hiryanto, dkk
Langkah-langkah hendaknya dilakukan secara berurutan. Namun, hasil langkah
ketujuh, yaitu pengukuran hasil latihan, dapat digunakan sebagai masukan bagi langkah kedua, yaitu untuk mengembangkan tujuan-tujuan latihan atau langkah pertama, yaitu untuk mengidentifikasi dan menganalisis kebutuhan-kebutuhan latihan. Model latihan lainnya dikembangkan oleh Centre for International Education (CIE) University of Massachusetts. Model latihan Sembilan Langkah. Urutan langkah model ini adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi kebutuhan, sumber-sumber, dan kemungkinan hambatan. 2. Merumuskan tujuan umum dan tujuan khusus latihan. 3. Menyusun dan mengembangkan alat penilaian awal (pre-test) dan alat penilaian akhir (post-test) peserta latihan 4. Menyususn urutan kegiatan latihan dan mengembangkan bahan belajar. 5. Melatih para pelatih dan staf program latihan. 6. Melakukan penilaian awal terhadap peserta latihan. 7. Melaksanakan program latihan. 8. Melakukan penilaian akhir terhadap peserta latihan. 9. Melakukan penilaian program latihan dan memberikan umpan balik. Umpan balik dari hasil evaluasi program dapat digunakan untuk kesembilan langkah tersebut di atas. Model Sembilan Langkah tersebut pernah diterapkan dalam beberapa program latihan di Indonesia. Model Latihan Partisipatif (Participatory Training Model). Model latihan ini mencakup 10 langkah kegiatan berurutan yang dapat digambarkan sebagai berikut. Model pelatihan ini sebenarnya merupakan pembaharuan (inovasi) dari modelmodel yang telah diuraikan terdahulu. Model pembelajaran partisipatif sebenarnya menekankan pada proses pembelajaran, di mana kegiatan belajar dalam pelatihan dibangun atas dasar partisipasi aktif (keikut sertaan) peserta pelatihan dalam semua aspek kegiatan pelatihan, mulai dari kegiatan merencanakan, melaksanakan, sampai pada tahap menilai kegiatan pembelajaran dalam pelatihan. Upaya yang dilakukan pelatih pada prinsipnya lebih ditekankan pada motivasi dan melibatkan kegiatan peserta. Intensitas hubungan yang harus dibangun dalam model pelatihan ini seperti digambarkan sebagai berikut : Hubungan antara peranan sumber belajar (pelatih) Dengan peserta Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa pada awal kegiatan pelatihan intensitas peranan pelatih adalah tinggi : Peranan ini ditampilkan dalam membantu peserta dengan menyajikan informasi mengenai bahan ajar (bahan latihan) dan dengan melakukan motivasi dan bimbingan kepada peserta. Intensitas kegiatan pelatih Laporan Penelitian 2014
Page 23
Hiryanto, dkk
(sumber) makin lama makin menurun sehingga perannya lebih diarahkan untuk memantau dan memberikan umpan balik terhadap kegiatan pelatihan dan sebaliknya kegiatan peserta pada awal kegiatan rendah, kegiatan awal ini digunakan hanya untuk menerima bahan pelatihan, informasi, petunjuk, bahan-bahan, langkahlangkah kegiatan dll. Kemudian partisipasi warga makin lama makin menaik tinggi dan aktif membangun suasana pelatihan yang lebih bermakna. Langkah Kegiatan Model Latihan Partisipatif Beberapa teknik yang dapat dipergunakan dalam model pelatihan ini adalah : 1) Teknik dalam tahap pembinaan keakraban : teknik diad, teknik pembentukan kelompok kecil, teknik pembinaan belajar berkelompok, teknik bujur sangkar terpecah (brken square), 2) Teknik yang dipergunakan pada tahap identifikasi : curah pendapat, dan wawancara, 3) Teknik dalam tahap perumusan tujuan : teknik Delphi dan diskusi kelompok (round table discussion), 4) Teknik pada tahap penyusunan program adalah : teknik pemilihan cepat (Q-short technique) dan teknik perancangan program, 5) Teknik yang dapat dipergunakan dalam proses pelatihan : Simulasi, studi kasus, cerita pemula diskusi (discussion starter story), Buzz group, pemecahan masalah kritis, forum, role play, magang, kunjungan lapangan, dll. 6)Teknik yang dapat dipergunakan dalam penilaian proses pelatihan, hasil dan pengaruh kegiatan : respon terinci, cawan ikan (fish bowl technique), dan pengajuan pendapat tertulis
B. Peta Jalan Kegiatan Penelitian/Roadmap Penelitian Berbagai studi terdahulu yang sudah dilakukan diantaranya yang utama adalah : 1. Penelitian yang di lakukan oleh Bunga, S. (2011). Kepemimpinan dan profesionalisme kompetensi untuk melayani pemuda. Layanan Perpustakaan Young Adult, 9 (2), 10. Penelitian ini menguraikan tentang, kompetensi dimulai dengan kepemimpinan dan profesionalisme? Karena kepemimpinan dan
profesionalisme
adalah
kunci
untuk
menyediakan layanan terbaik untuk remaja. Menurut analisis statistik yang dilakukan oleh Megan Mustafoff dan Lauren Teffeau dari University of IllinoisUrbana Champaign, Sekitar setengah (51,9 persen) dari seluruh perpustakaan telah setidaknya satu pustakawan FTE (penuh waktu setara) yang didedikasikan untuk layanan YA. . . sama, 62,2 persen perpustakaan memiliki setidaknya satu orang staf YA, baik pustakawan atau paraprofessional. Laporan Penelitian 2014
Page 24
Hiryanto, dkk
2. Penelitian yang di lakukan oleh Fertman, CI, & van Linden, J., A. (1999). Pendidikan karakter: Unsur penting untuk pembangunan pemuda kepemimpinan. Asosiasi Nasional Sekolah Menengah Principals.NASSP Bulletin, 83 (609), 9-15. Penelitian ini membahas bagaimana
pendidikan
karakter
adalah
unsur
penting
dalam
kepemimpinan
pemuda pembangunan di kalangan remaja. Mereka juga mendefinisikan dan membahas transformasional dan transaksional kepemimpinan kualitas. 3. Penelitian yang di lakukan oleh Fertman, CI, & van Linden, J., A. (1999). Pendidikan karakter untuk mengembangkan kepemimpinan pemuda. The Digest Pendidikan, 65 (4), 11-16. Penelitian ini mengkaji tentang apa artinya menjadi seorang pemimpin dan menjelaskan
bagaimana
pendidik
dapat
menekankan
transformasional kepemimpinan kualitas untuk siswa mereka untuk membantu mereka mengembangkan karakter.
C. Fokus utama penelitian yang diusulkan ini ada tiga hal : a. Melakukan eksplorasi, identifikasi kebutuhan, dan pemahaman kebutuhan pelatihan kepemimpinan bagi organisasi-organisasi kepemudaan di DIY. b. Mengembangkan
model
pelatihan
kepemimpinan
bagi
organisasi-organisasi
kepemudaan yang sudah tervalidasi secara luas. c. Mengembangkan bahan ajar berupa Modul Kuliah untuk mata kuliah Pendidikan Kepemudaan pada jenjang S1 Jurusan Pendidikan Luar sekolah.
Laporan Penelitian 2014
Page 25
Hiryanto, dkk
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian dan pengembangan (Research and Development) dari Borg and Gall seperti yang dikemukakan oleh Nana Syaodih Sukmadinata, 2009). Adapun model pengembangan yang digunakan adalah model prosedural yaitu model penelitian pengembangan yang bersifat deskriptif dengan mengikuti langkah-langkah untuk menghasilkan suatu produk. Borg and Gall mengemukakan sepuluh langkah alur pengembangan, dalam penelitian pengembangan yaitu : 1) Melakukan penelitian pendahuluan, dengan kegiatan pengukuran kebutuhan, studi literatur, dan penelitian awal. 2) Merencanakan perencanaan, meliputi menyusun rencana penelitian yang terdiri dari kemampuan yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian, merumuskan tujuan, menentukan desain, dan pengujian dalam lingkup terbatas. 3) Menciptakan produk awal, yang berupa model awal atau model tentatif. 4) Melakukan uji coba awal dalam kelompok kecil. 5) Melakukan revisi hasil uji coba awal untuk menghasilkan draf model I. 6) Melakukan uji coba dilapangan yang lebih besar (lapangan utama). 7) Melakukan revisi dari hasil uji coba lapangan utama. 8) Melaksanakan uji pelaksanaan lapangan terhadap pengguna. 9) Revisi produk/model akhir. 10) Melakukan desiminasi dan implementasi produk/model. Sepuluh langkah yang dikembangkan oleh Borg dan Gall, dalam penelitian ini tidak dilakukan semua, dikarenakan karena keterbatasan dana dan waktu hanya sampai pada langkah ke lima, yakni identifikasi kebutuhan pelatihan melalui pengumpulan data dengan angket terbuka, dilanjutkan setelah analisis, dilanjutkan dengan FGD untuk mencoba format pelatihan kepemimpinan yang sesuai dengan kebutuhan.
Laporan Penelitian 2014
Page 26
Hiryanto, dkk
B. Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Daerah Istimewa Yogyakarta, khususnya pada organisasi kepemudaan yang tergabung dalam KNPI (Komite Nasional Pemuda Indonesia). C. Subyek Penelitian Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah para pengurus organisasi kepemudaan yang ada di DIY yang tergabung dalam Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) yang memiliki ciri-ciri tertentu, yang dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling dengan ciri-ciri telah lama berkecimpung dalam organisasi kepemudaan dan berstatus sebagai pengurus inti sehingga mampu memberikan informasi yang tepat. D. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini angket terbuka yang berisi tentang pengalaman organisasi kepemudaan dalam melakukan pelatihan serta data mengenai kebutuhan pelatihan dan model pelatihan yang tepat bagi pengurus organisasi kepemudaan baik secara subtansi maupun cara pelaksanaan pelatihan. Data tersebut diambil dengan menggunakan metode angket dilanjutkan dengan Focus Group Discussion (FGD) terhadap subyek penelitian. E. Analisis Data Data yang diperoleh
akan dianalisis dengan metode analisis data kuantitatif dan
kualitatif. Dengan menggunakan dua macam teknis analisis data tersebut, diharapkan kesimpulan yang didapatkan menjadi lebih lengkap dan komprehensif. F. Alur Penelitian Alur penelitian dalam penelitian ini dilakukan dengan mengacu pada langkah-langkah penelitian pengembangan menurut Borg and Gall tetapi dimodifikasi sebagaimana terlihat dalam gambar berikut:
Laporan Penelitian 2014
Page 27
Hiryanto, dkk
MODEL PELATIHAN KEPEMIMPINAN ORGANISASI KEPEMUDAAN
IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PELATIHAN KEPEMIMPINAN
KAJIAN PUSTAKA
PENYUSUNAN DRAF MODEL
FGD DENGAN PENGURUS OKP
DRAF MODUL PERKULIAHAN KEPEMUDAAN
DRAFF MODEL HASIL VERIFIKASI
Gambar 1 : Bagan Alur Penelitian Berdasarkan alur penelitian di atas, dalam penelitian ini hanya sampai pada tahap uji coba II pada kelompok besar melalui FGD selanjutnya dibuatkan buku panduan kepemudaan.
Laporan Penelitian 2014
Page 28
Hiryato, dkk
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian Pengembangan model pelatihan kepemimpinan bagi pengurus organisasi kepemudaan di Daerah Istimewa Yogyakarta ini di awali dengan mendiskripsikan kebutuhan pelatihan dan dilanjutkan dengan pengembangan model. Bagian ini akan disampaikan data hasil penelitian secara terinci dan berurutan. 1.
Pengalaman Pengurus Organisasi Pemuda Mengikuti Pelatihan Kepemimpinan Pengurus organisasi di Daerah Istimewa Yogyakarta secara umum telah mengikuti
berbagai macam pelatihan kepemiminan diantaranya: Pertama, pelatihan kepemimpinan tingkat dasar meliputi: Group study mahasiswa (Perencanaan, organisasi, problem solving), DPD Golkar DIY (Pancasila dan UUD 1945, Kepemimpinan Lokal, Pembinaan Karakter Bangsa, Keorganisasian), FKPPI Kota Yogyakarta, KNPI DPD II Yogyakartya (Manajemen organisasi, tipe-tipe kepemimpinan, kepemimpinan pancasila), HMI Cabang Fak. Hukum UII (Daar-dasar Organisasi, Dasar-dasar Kepemimpinan, Ideologi Negara), GMNI (Keorganisasian, Dasar Negara/Ideologi Pancasila, Wawasan Nusantara, Kepemimpinan), GSMP (Dasar-Dasar Organisasi, Dasar-Dasar Kepemimpinan), GMNI (Pancasila/UUD 45/GBHN, Ideologi bernegara, Wawasan Kebangsaan), OSIS MA Ma’arif dan PR IPPNU (Managemen Organisasi dan ke-IPPNU-an), HMI dan BPO (Kepemimpinan, Organisasi dan Management Konflik), GP Anshor dan Kesbanglinmas DIY (Pelatihan Kepemimpinan Dasar, Baris Berbaris, Wawasan Kebangsaan, Dasar – Dasar Organisasi), PC IPPNU Banyumas (Ke-IPPNU-an, Aswaja, Keorganisasian), PW IPPNU DIY (Management Organisasi), BPO (Pelatihan Pemuda Berbisnis). Kedua, Pelatihan kepemimpinan tingkat lanjut meliputi: Group study mahasiswa pembaharuan (management, kapita slekta I), Kemahasiswaan (Dasar Kepemimpinan, Tipe-tipe Kepemimpinan), SDA No.1 (Kepemimpinan, Kepemimpinan Organisasi, Problem Polving, Sifat-sifat massa), DEMA ( Kepemimpinan Layur, Wawasan Almamater, NKK), GMNI (Kepemimpinan Pemuda/MKS, management Op, management konflik), BPO DIY (Menjadikan pemimpin yang berkarakter), HMI cab. Kudus (LK II dan Management Organisasi), GP Anshor
Laporan Penelitian 2014
Page 29
Hiryato, dkk
dan Kesbanglinmas DIY
(Pelatihan Kepemimpinan Lanjutan, Wawasan Kebangsaan,
Kerukunan Umat Beragama, Negosiator konflik), BPO DIY (Kepemimpinan Berbasis Pemuda). Ketiga, pelatihan kepemimpinan tingkat madya meliputi : KNPI (Kapita slekta II, Managemen konflik, kepemimpinan), Kantor Kementrian Pemuda Ri (Pancasila-UUD 45 P-4, Sistem kepemimpinan pemuda, waasan kebangsaan, kebijakan pemerintah memajuakan organisasi kepemudaan), KNPI pusat (strategi konsolidasi dan block target, menyusun strategi komprehensif/integral kreatif, debat public, strategi politik nasional), GMNI (AD/ART Organisasi, Ideologi Organisasi, Program Organisasi), GP Anshor dan Kesbanglinmas DIY (Pelatihan Kememimpinan Nasional, Wawasan Kebangsaan, Pemetaan Konflik Daerah, Jenis dan Ragam Konflik). Secara detail pengalaman pengurus organisasi pemuda mengikuti pelatihan kepemimpinan dapat di lihat pada tabel 1. Tabel 1. Pengalaman Pengurus Organisasi Pemuda Mengikuti Pelatihan Kepemimpinan
Materi Pelatihan 1. Pelatihan kepemimpinan tingkat dasar.
Laporan Penelitian 2014
Organisasipenyelenggaranya dan Jenis Pelatihan 1. Group study mahasiswa (Perencanaan, organisasi, problem solving) 2. DPD Golkar DIY (Pancasila dan UUD 1945, Kepemimpinan Lokal, Pembinaan Karakter Bangsa, Keorganisasian) 3. FKPPI Kota Yogyakarta, KNPI DPD II Yogyakartya (Manajemen organisasi, tipe-tipe kepemimpinan, kepemimpinan pancasila) 4. HMI Cabang Fak. Hukum UII (Daar-dasar Organisasi, Dasardasar Kepemimpinan, Ideologi Negara) 5. GMNI (Keorganisasian, Dasar Negara/Ideologi Pancasila, Wawasan Nusantara, Kepemimpinan) 6. GSMP (Dasar-Dasar Organisasi, Dasar-Dasar Kepemimpinan) 7. GMNI (Pancasila/UUD 45/GBHN, Ideologi bernegara, Wawasan Kebangsaan) 8. OSIS MA Ma’arif dan PR IPPNU (Managemen Organisasi dan ke-IPPNU-an) 9. HMI dan BPO (Kepemimpinan, Organisasi dan Management Konflik) 10. GP Anshor dan Kesbanglinmas DIY (Pelatihan Kepemimpinan Dasar, Baris Berbaris, Wawasan Kebangsaan, Dasar – Dasar Organisasi) 11. PC IPPNU Banyumas (Ke-IPPNU-an, Aswaja, Page 30
Hiryato, dkk
2. Pelatihan kepemimpinan tingkat lanjut.
3. Pelatihan kepemimpinan tingkat madya.
Keorganisasian) 12. PW IPPNU DIY (Management Organisasi) 13. BPO (Pelatihan Pemuda Berbisnis) 1.
Group study mahasiswa pembaharuan (management, kapita slekta I) 2. Kemahasiswaan (Dasar Kepemimpinan, Tipe-tipe Kepemimpinan) 3. SDA No.1 (Kepemimpinan, Kepemimpinan Organisasi, Problem Polving, Sifat-sifat massa) 4. DEMA ( Kepemimpinan Layur, Wawasan Almamater, NKK) 5. GMNI (Kepemimpinan Pemuda/MKS, management Op, management konflik) 6. BPO DIY (Menjadikan pemimpin yang berkarakter) 7. HMI cab. Kudus (LK II dan Management Organisasi) 8. GP Anshor dan Kesbanglinmas DIY (Pelatihan Kepemimpinan Lanjutan, Wawasan Kebangsaan, Kerukunan Umat Beragama, Negosiator konflik) 9. PW IPPNU DIY 10. BPO DIY (Kepemimpinan Berbasis Pemuda) 1. KNPI (Kapita slekta II, Managemen konflik, kepemimpinan) 2. Kantor Kementrian Pemuda Ri (Pancasila-UUD 45 P-4, Sistem kepemimpinan pemuda, waasan kebangsaan, kebijakan pemerintah memajuakan organisasi kepemudaan) 3. KNPI pusat (strategi konsolidasi dan block target, menyusun strategi komprehensif/integral kreatif, debat public, strategi politik nasional) 4. GMNI (AD/ART Organisasi, Ideologi Organisasi, Program Organisasi) 5. GP Anshor dan Kesbanglinmas DIY (Pelatihan Kememimpinan Nasional, Wawasan Kebangsaan, Pemetaan Konflik Daerah, Jenis dan Ragam Konflik)
Hasil penelitian secara nyata menunjukkan pengalaman pengurus organisasi dalam keikutsertaan pelatihan kepemimpinan menunjukkan geragaman, secara garis besar dalam di golongkan pada tiga tiga tingkatan, yaitu pelatihan kepemimpinan tingkat dasar, pelatihan kepemimpinan tingkat lanjut dan latihan kepemimpinan tingkat madya.
Laporan Penelitian 2014
Page 31
Hiryato, dkk 2.
Pengalaman Pengurus Organisasi Pemuda Mengikuti Beberapa Pelatihan dengan Materi Yang Beragam Pengurus organisasi kepemudaan mempunya pengalaman yang cukup beragam dalam
keterlibatan sebagai peserta pelatihan dengan materi yang beranekka ragam. Jenis-jenis pelatihan tersebut dapat di uraikan sebagai berikut : Pelatihan AMT (achievement motivation training) dengan penyelenggara pelatihan LPPM Jakarta, STT Kulit Yogyakarta, Tempat Raja (PG Madukismo), DPP KNPI, DEMA, BEM-J PBA UIN Sunan Kalijaga, HMI, Kesbanglinmas DIY, FKUB DIY, PW IPPNU DIY. Pelatihan Manajemen Organisasi dengan penyelenggara pelatihan LPPM Jakarta, Senat Mahasiswa IKIP Sanata Dharma, GSMP DIY, FKPPI DIY, DEMA UGM, Yayasan YKPN (AMD YKPN), GMNI, PW IPPNU DIY, HMI dan Portal, GP Anshor, KNPI DIY, Dikpora dan KNPI Sleman, UNDP dan UGM, Kemenpora. Pelatihan Komunikasi Efektif dengan penyelenggara pelatihan PMI cabang DIY, FKPPI Kota Yogyakarta, Fisipol UGM, AMP YKPN, Yayasan ABISHEKA, HMI, BPO DIY, Kemenpora RI, BEM FT UGM. Pelatihan Dasar-dasar Organisasi dengan penyelenggara pelatihan AMPI DIY, KNPI kota Yogyakarta, Tempat Raja, GSMP, AMP YKPN, GMNI, PW IPPNU DIY, HMI, KNPI DIY dan DPP KNPI, Kemenpora RI, BEM FT UGM, PW IPPNU DIY, Peradah. Pelatihan Manajemen Masa dengan penyelenggara pelatihan AMPI DIY, DPD Kota Yogyakarta, DPD Soksi DIY, Golkar Kota, SOKSI dan AMPI, KNPI, HMI, BEM FT UGM, UNDP dan UGM. Pelatihan Menjadi Pembicara Yang Baik dengan penyelenggara pelatihan DPD Golkar DIY, FKPPI DIY, Yayasan ABHI SEKA Yogya, KNPI dan PGM DIY, HMI, BPO DIY, FKUB DIY, FPLM, USD. Pelatihan Manajemen Waktu dengan penyelenggara pelatihan LPPM Jakarta, DPD KNPI DIY, DInas Tempat Kerja, HMI, BEM FT UGM, UNDP. Pelatihan Kesekretariatan dengan penyelenggara pelatihan LPPM Jakarta, DPD KNPI DIY, DInas Tempat Kerja, OSIS MA Ma’arif 07 dan PW IPPNU DIY, HMI, Kemenpora RI, PC IPPNU Sleman, PW IPPNU DIY. Pelatihan Berfikir Kreatif dan Inovatif dengan penyelenggara pelatihan LPPM Jakarta, Depdikpora DIY . Bina Analisa DIY Dinas Pariwisata, Psikologi UINIS, GMNI, PWNU DIY, Kesbanglinmas DIY, Humas Dynamic. Secara detail pengalaman pengurus organisasi pemuda mengikuti pelatihan dengan materi yang beragam dapat di lihat pada tabel 2.
Laporan Penelitian 2014
Page 32
Hiryato, dkk
Tabel 2.
Pengalaman Pengurus Organisasi Pemuda Mengikuti Pelatihan Dengan Materi Yang Beragam No
Nama Pelatihan
Penyelenggara
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kewirausahaan Pemberdayaan Masyarakat Pemeberdayaan Pemuda Efektivitas Kerja Budidaya Jamur Peningkatan partisipasi pol.dalam pemilu Peran KPU, Pem dan masyarakat dalam pemilu Optimalisasi peran ormas dalam kegiatan nasional Pendidikan karakter dan wawasn masa depan Politik uang dalam pemilu
DEPT. Perdagangan RI DEPT. SOSIAL Karang Taruna Dekranasda DIY PKK DIY KESBANGLINMAS DIY KESBANGLINMAS KESBANGLINMAS DIY KESBANGLINMAS Sleman Forum ormas dan lsm sleman
11 12 13 14 15 16 17 18
Peran Muhammadiyah – nkri Peran N.U dalam NKRI Wawasan kebangsaan Pemuda Pelopor Kepemimpinan Tongkat Dasar Peran Pemuda Masa Transisi1999 Sistem Komputerisasi 1990 P4
19
Pembina Peraturan Pemuda tingkat nasional
20 21 22 21 23 24 25 26 27 28 29 30
TFK Managemen Proyek Total Quality Management Diklat ADUM Kader Penggerak Masyarakat P4 Wawasan Kebangsaan Pemuda Pelopor Kader Kesehatan Penyuluhan Pembangunan Pemberdayaan Perempuan Kesehatan Reproduksi Remaja Bahasa Inggris
31 32 33
Kepemimpinan Pemuda Latihan Kader I Wirausaha
Forum ormas dan lsm sleman Forum ormas dan lsm sleman Keluarga besar marhaenisme Karang Taryna DIY KNPI DIY KNPI DIY KNPI DIY BP 7 Provinsi dan DPD KNPI DIY Menmud urusan Pemuda dan BP 7 Pusat Pemprov DIY Diklat Provinsi DIY Diklat Provinsi DIY DEMA BP 7 DIY dan PUsat Lembawas dan DPP KNPI KNPI dan BKKBN DIY DINKES DIY PGM – DIKBUD DIY BPPM DIY Sekda DIY UKM Bahasa UIN Sunan Kalijaga dan NTC Yogyakarta BPO DIY HM BPO – Kemenpora
Laporan Penelitian 2014
Page 33
Hiryato, dkk 34 35 36 37 38
Management Konflik Mediasi Konflik Kuliah Umum Keistimewaan Pengusaha Santri Rescue Bencana
39 40 41 42 43
Pemilu Tanggap Bencana Budaya Setempat Tanggap Darurat Anak dan Lansia Penulisan Karya Ilmiyah HRD
Kemenag RI Kemenag RI KNPI DIY dan UCY HIPSI DIY Satkorwil Banser DIY KNPI kota Yogyakarta Bawaslu Forum PRB Forum PRB UGM dan STND Human Powersindo
dan
Hasil penelitian menunjukkan jenis-jenis pelatihan sebagai suplemen kemampuan kepemimpinan bagi pengus sangat beragam pula, yang secara umum dapat di kelompokkan kedalam beberapa jenis pelatihan, di antaranya : Pelatihan AMT (achievement motivation training), Pelatihan Manajemen Organisasi, Pelatihan Komunikasi Efektif, Pelatihan Dasardasar Organisasi, Pelatihan Manajemen Masa, Pelatihan Manajemen Waktu, Pelatihan Kesekretariatan, Pelatihan Jurnalistik , Pelatihan Kewirausahaan, Pelatihan Membangun Tim, Pelatihan Personal Effectiveness and Awareness, Pelatihan Manajemen Negosiasi, Pelatihan Manajemen Konflik, Pelatihan Soft Skills. Secara lengkap dapat di lihat pada lampiran 1. Pelatihan Karakteristik Pemimpin Dalam Budaya Jawa, Pelatihan Memahami Sejarah Yogyakarta, Pelatihan Keistimewaan Yogyakarta, Pelatihan Wawasan Nusantara, Pelatihan Kepemimpinan Efektif, Pelatihan Ketahanan Nasional, Pelatihan Wawasan Kebangsaan, Pelatihan Outbond Training, Pelatihan Sejarah dan Perkembangan KNPI, Pelatihan Sejarah dan Perkembangan KNPI, Pelatihan Manajemen Rapat, Pelatihan Self introduction/Pengenalandiri, Pelatihan TFT (Training For Trainer), Pelatihan Tentang Otonomi Daerah, Pelatihan Ketahanan Terhadap Bencana, Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat, Pelatihan Menjadi Fasilitator,
3.
Pengalaman Pengurus Organisasi Pemuda Menyelenggarakan Pelatihan Hasil penelitian menunjukkan sangat beragammnya pengalaman pengurus dalam
menyelenggarakan kegiatan pelatihan dengan materi yang beragam, beberapa jenis pelatihan tersebut dapat teridentifikasi sebagai berikut. Diklat progam pengembangan masyarakat tingkat Kecamatan Organisasi pusat Pusat pertumbuhan, Pelatihan efektivitas kerja dan produksi, Pelatihan Keskretariatan, PELATIHAN KESELAMATAN KERJA, Pelatihan pengenalan jati diri, Managemen konflik, Perjuangan politik calon anggota paremen di era transisi, Selamatkan Laporan Penelitian 2014
Page 34
Hiryato, dkk
moral anak bangsa, Membumingkan kembali nilai pancasila, Implementasi nilai pancasila dalam kebernegaraan, Kongres mahasiswa STTNAS DIY, Pelatihan Dasar Kepemimpinan, Pelatihan Pemuda Pelopor, Latihan Dasar kepemimpinan untuk Pemuda sewilayah Kelurahan, Management Massa, Kaderisasi KB tingkat Desa, Pemuda Penggerak Potensi Daerah, Outbond dan Training, Motivational Leadership. Keragaman pengalaman menyelenggarakan pelatihan ini dapat di lihat pada tabel 3. Tabel 3.
Keragaman Pengalaman Pengurus Organisasi Kepemudaan Menyelenggarakan Pelatihan No
Nama Pelatihan
1.
Diklat progam pengembangan masyarakat 1999 tingkat Kecamatan Organisasi pusat Pusat pertumbuhan
2.
Pelatihan efektivitas kerja dan produksi
1999
PT. BUDI MAKMUR
3.
Pelatihan Keskretariatan
1980
DPD KNPI
4.
PELATIHAN KESELAMATAN KERJA
1985
DPD APINDO DIY
5.
Pelatihan pengenalan jati diri
1995
6.
Managemen konflik
2001
7.
Perjuangan politik calon anggota paremen 2014 di era transisi Selamatkan moral anak bangsa 2000 Membumingkan kembali nilai pancasila 2012
2013 1988 1999 2006 1990 2007
Yayasan pelita jiwa sejahtera FISIPOL UGM (Pemerintah) Forum ormas dan lsm sleman PKS DIY Forum ormas dan lsm sleman Forum ormas dan lsm sleman STTNAS DIY KNPI Kota DIY KNPI DPD Kota DIY Depdikpora DIY Ditsospol DIY LPMK
1990 1998 1990
Organisasi Kemahasiswaan Universitas BRKBN
8. 9. 10.
17.
Implementasi nilai pancasila dalam kebernegaraan Kongres mahasiswa STTNAS DIY Pelatihan Dasar Kepemimpinan Pelatihan Pemuda Pelopor Pelatihan AMT Pemuda Pelopor Latihan Dasar kepemimpinan untuk Pemuda sewilayah Kelurahan Management Massa
18.
Kaderisasi KB tingkat Desa
11. 12. 13. 14. 15. 16.
Laporan Penelitian 2014
Tahun
2011
Organisasi Kepemudaan Penyelenggara PEMDA DIY & P3D
Page 35
Hiryato, dkk 19. 20.
Ketrampilan Industri Pemuda Pelopor
21.
Pemuda Penggerak Potensi Daerah
22.
Pendidikan Kader Dasar
1995 1994 1996 1999 2000 2005
23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31.
Outbond dan Training Pendidikan Kader Lanjutan Pelatihan Kerukunan Umat Beragama Outbond dan Training Ormas beragama Outbond dan Training Pendidikan Kader Lanjutan Wawasan Kebangsaan Kuliah Umum Keistimewaan Motivational Leadership
2005 2007 2008 2009 2009 2011 2013 2014 2011
Perindustrian KNPI - BKKBN DIY DPP – KNPI PC GP Anshor kota Yogyakarta KNPI kota Yogyakarta PC GP Anshor FKUB DIY FKUB DIY KNPI kota Yogyakarta PW GP Anshor FPKUB DIY KNPI DIY DPP Peradah DIY
4. Model Pelatihan Kepemimpinan bagi Pengurus Organisasi Kepemudaan Pendidikan kepemimpinan dalam tubuh KNPI diperlukan sebagai amanat oerganisasi seperti tertuang dalam Anggaran Dasar KNPI pasal 3 ayat 2 dan pasal 7 ayat 2. Yang berbunyi sebagai berikut: 1. Pasal 3 ayat 2 : KNPI memiliki tujuan sebagai berikut : 2. Terciptanya pemuda Indonesia yang memiliki kemampuan intelektual, berakhlak mulia, dan memiliki keahlian professional, dalam rangka menjamin kesinambungan Pembangunan Nasional. 2. Pasal 7 ayat 2 : KNPI Memiliki fungsi, sebagai berikut : 2. Sebagai laboratorium kader pemuda Indonesia dalam rangka mengembangkan potensi pemuda yang berwawasan kebangsaan, mandiri dan bertanggungjawab, guna terjaminnya proses regenerasi kesinambungan masa depan bangsa. Kelangsungan organisasi merupakan cita-cita dan harapan yang paling mendasar bagi setiap orang yang berkecimpung dan mengabdikan dirinya untuk organisasi tersebut. Tugas mulia dan sangat berat yang di emban KNPI memerlukan daya dukung yang besar pula. Salah satu daya dukung itu adalah senantiasa tersedianya sumberdaya kader yang potensial dan unggul, sehingga sudah menjadi keharusan KNPI untuk menyelenggarakan proses pendidikan kader yang terencana dan tersusun secara rapi serta di lakukan di stiap jenjang kepengurasan dari pusat sampai kecamatan. Oleh sebab itu diperlukan rumusan pendidikan kader tersebut dengan cermat dan teliti, berikut hasil forum group discution (FGD) rancangan pendidikan Laporan Penelitian 2014
Page 36
Hiryato, dkk
kepemimpinan pengurus organisasi kepemudaan di Daerah Istimewa Yogyakarta yang tergabung dalam organisasi KNPI (Kominte Nasional Pemuda Indonesia), yang secara umum dapat di terapkan di dalam masing organisasi kepemudaan, dengan materi yang dapat di kembangkan sesuai dengan karakteristik masing-masing organisasi. Secara terinci dapat di lihat pada tabel 4. Tabel 4. Model Pelatihan Kepemimpinan pada Organisasi Kepemudaan
No Penyelenggara 1
2
Nama Kegiatan
Organisasi Tingkat Orientasi Organisasi
Materi 1. Pengenalan Organisasi
Kabupaten/Kota
Kepemudaan
Kepemudaan
Organisasi Tingkat
Latihan Kepemimpinan
1. Keorganisasian
Kabupaten/Kota
Tingkat I
2. Kepemimpinan I 3. Manajemen kegiatan 4. Outbound training I 5. Membangun Tim 6. Ideologi I ( idelogi negara, wawasan nusantara, nasionalisme) 7. Pengenalan diri/ Self introduction 8. dll
3
Organisasi Tingkat Kabupaten/Kota,
Supplement/suplemen I
1. Pelatihan AMT (achievement motivation training)
Provinsi,
2. Pelatihan Komunikasi Efektif.
Pusat,Regional,
3. Pelatihan Menjadi Pembicara Yang
lembaga lain
Baik 4. Pelatihan Manajemen Waktu 5. Pelatihan Kesekretariatan 6. Pelatihan Jurnalistik 7. Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat 8. Keikut sertaan sebagai panitia
Laporan Penelitian 2014
Page 37
Hiryato, dkk
kegiatan 9. Delegasi, DLL
4
Organisasi Tingkat
Latihan Kepemimpinan
1. Kepemimpinan II
Provinsi
Tingkat II
2. Dinamika Kelompok 3. Manajemen Konflik I 4. Komunikasi Masa 5. Teknik Negosiasi I 6. Analisis Masalah Sosial I 7. Outbound training II 8. Ideologi II ( idelogi negara, wawasan nusantara, nasionalisme) 9. Dinamika Politik Lokal 10. Pengembangan Organisasi I 11. Dll
5
6
Organisasi Tingkat
Supplement/suplemen II
1. Pelatihan Manajemen Masa
Kabupaten/Kota,
2. Pelatihan Soft Skills
Provinsi,
3. TFT
Pusat,Regional,
4. Pelatihan Menjadi Fasilitator
lembaga lain
5. Delegasi, Dll
Organisasi Tingkat
Latihan Kepemimpinan
Pusat/Regional
Tingkat III
1. Ideologi III ( idelogi negara, wawasan nusantara, nasionalisme). 2. Kepemimpinan III. 3. Teknik Negosiasi II 4. Manajemen Konflik II 5. Pengembangan Organisasi II, 6. Outbound training III 7. Dinamika Politik Nasional dan Internasional 8. Analisis Masalah Sosial II 9. Dll
7
Regional/Pusat
Laporan Penelitian 2014
Penyegaran
1. Isu-Isu Terkini Page 38
Hiryato, dkk 8
Regional/Pusat
Pelatihan Instruktur
1. TFT 2. Pendidikan Orang Dewasa 3. Tehnik Fasilitasi 4. Outbound Training 5. Dll
9
Kewenangan Pusat
Kader Inti
Kreteria Kader Inti Organisasi : 1. Mengikuti Latihan Kepemimpinan tingkat I,II,III. 2. DST
Penjelasan Umum
1. Orientasi Organisasi, Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang komprehensip terkait dengan peran, tugas, fungsi Organisasi. Target peserta yang mengikuti kegiatan ini adalah pemuda umumnya dan pemuda utusan dari OKP yang ada. Kegiatan orientasi Organisasi di selenggarakan oleh pengurus di tingkat kabupaten / kota. 2. Latihan Kepemimpinan Tingkat I, Kegiatan ini bertujuan memberikan bekal dasar kepemimpinan kepada kader pada level I atau tingkat I. Materi di susun dan disesuaikan dengan kemampuan kader yang harus dimiliki sebagai kader pemula. Latihan kepemimpinan tingkat I ini di selenggarakan oleh pengurus Organisasi Tingkat Kabupaten/Kota. Peserta adalah kader yang telah mengikuti kegiatan orientasi Organisasi yang di selenggarakan oleh pengurus. 3. Supplement/suplemen I, Kegiatan ini bertujuan untuk menambah kemampuan pada diri kader tingkat I dengan berbagai macam keahlian yang menjadi penyokong jati diri kader Organisasi. Kegiatan ini di upayakan di selenggarakan oleh internal Organisasi baik oleh pengurus pusat maupun pengurus wilayah, akan tetapi tidak menutup kemungkinan pengurus mendelegasikan kader untuk mengikuti berbagai macam kegiatan tersebut yang di selenggarakan oleh fihak luar organisasi. 4. Latihan Kepemimpinan Tingkat II, Kegiatan ini bertujuan memberikan bekal kepemimpinan kepada kader pada level II atau tingkat II. Materi di susun dan disesuaikan Laporan Penelitian 2014
Page 39
Hiryato, dkk
dengan kemampuan kader yang harus dimiliki sebagai kader tingkat II. Latihan kepemimpinan tingkat II ini di selenggarakan oleh pengurus Organisasi Tingkat Provinsi. Peserta adalah kader yang telah mengikuti kegiatan Latihan Kepemimpinan Tingkat I yang di selenggarakan oleh pengurus.
5. Supplement/suplemen II, Kegiatan ini bertujuan untuk menambah kemampuan pada diri kader tingkat II dengan berbagai macam keahlian yang menjadi penyokong jati diri kader Organisasi. Kegiatan ini di upayakan di selenggarakan oleh internal Organisasi baik oleh pengurus pusat maupun pengurus wilayah, akan tetapi tidak menutup kemungkinan pengurus mendelegasikan kader untuk mengikuti berbagai macam kegiatan tersebut yang di selenggarakan oleh fihak luar organisasi. 6. Latihan Kepemimpinan Tingkat III, Kegiatan ini bertujuan memberikan bekal kepemimpinan kepada kader pada level III atau tingkat III. Materi di susun dan disesuaikan dengan kemampuan kader yang harus dimiliki sebagai kader tingkat III. Latihan kepemimpinan tingkat III ini di selenggarakan oleh pengurus Organisasi Tingkat Pusat atau regional. Peserta adalah kader yang telah mengikuti kegiatan Latihan Kepemimpinan Tingkat II yang di selenggarakan oleh pengurus. Latihan Kepemimpinan Tingkat III ini di rancang untuk menghasilkan kader inti Organisasi. 7. Penyegaran, Kegiatan penyegaran ini bertujuan untuk memberikan updating perkembangan-perkembangan baru terkait dengan Ke- Organisasi -an dan isu-isu kekiian terkait dengan perkembangan persoalan bangsa dan negara. Kegiatan ini di selenggarakan oleh pengurus regional/pusat yang diikuti oleh kader inti. 8. Pelatihan Instruktur, Kegiatan ini bertujuan untuk membekali calon Instruktur yang lulusan dari kegiatan ini menjadi kader Instruktur Organisasi, kegiatan ini di selenggarakan oleh pengurus regional/pusat. Kegiatan ini hanya di ikuti oleh kader inti Organisasi. 9. Kader Inti, kader ini adalah kader yang telah mengikuti proses kaderisasi yang di selenggarakan oleh Organisasi dari pusat sampai daerah. Pada perkembangan selanjutnya akan di rumuskan kreteria kader inti Organisasi, baik kader inti daerah, kader inti provinsi, kader inti pusat.
Laporan Penelitian 2014
Page 40
Hiryato, dkk
5. Temuan Khusus Pada Organisasi Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) DIY Sistem pelatihan kepemimpinan pada KNPI di Daerah Istimewa Yogyakarta selama ini dijalankan pada masing-masing oerganisasi kader berasal. Artinya pengurus organisasi KNPI merupakan representasi atau perwakilan dari organisasi-organisasi kepemudaan yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Pengaruh positif dari kondisi ini adalah pengurus organisasi KNPI di jalankan orang-orang yang sudah matang dari segi pengamalaman berorganisasi. Pengaruh negatif dari kondisi ini KNPI Daerah Istimewa Yogyakarta tidak memiliki kader atau pengurus yang murni hasil pendidikan dan pelatihan KNPI sendiri, sehingga rasa kebermilikan dan keKNPI-an dari kader dalam kategori rendah. Kondisi ini terekam dari hasil wawancara kepada responden dan kesimpulan Forum Group Discution yang telah di selenggarakan dengan melibatkan responden. Mencermati kondisi yang demikian, beberapa masukkan dari responden bisa di sampaikan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : a. KNPI seyogyanya memeliki alur dan mekanisme kaderisasi kepemimpinan secara mandiri sehingga memiliki kader internal. b. Materi pelatihan kaderisasi kepemimpinan internal KNPI seyogyanya mencirikan organisasi KNPI. c. KNPI dalam menyelenggarakan pelatihan kepemimpinan tingkat lanjut dapat mengadopsi materi-materi yang biasa di sampaikan dalam pelatihan-pelatihan yang di selenggarakan oleh LEMHAMNAS RI.
Laporan Penelitian 2014
Page 41
Hiryanto, dkk
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan pada hasil dan pembahasan pada bagian sebelumnya, berikut disampaiakan beberapa kesimpulan penelitian, yaitu sebagai berikut: 1. Kebutuhan pelatihan kepemimpinan pengurus organisasi kepemudaan di Daerah Istimewa Yogyakarta Dapat di rumuskan sebagai berikut: 1. Kebutuhan pelatihan keorganisasian, 2. Kebutuhan pelatihan Instruktur, 3. Pelatihan Kader inti dan Instruktur. 2. Pengembangan model pelatihan kepemimpinan pengurus organisasi kepemudaan di Daerah Istimewa Yogyakarta dapat di rumuskan sebagai berikut : Model pelatihan diselenggarakan oleh organisasi kepemudaan mulai dari orientasi organisasi kepemudaan,
Latihan Kepemimpinan Tingkat I, Suplemen 1, untuk organisasi
kepemudaan tingkat kabupaten/kota, sedangkan untuk tingkat propinsi terdiri dari Latihan Kepemimpinan Tingkat II, suplemen 2,sedangkan untuk tingkat pusat, terdiri dari. Latihan Kepemimpinan Tingkat III, penyegaran, Pelatihan Instruktur dan kader inti B. Saran Mencermati hasil dan kesimpulan, berikut di sampaikan berapa masukkan dan saran sebagai berikut : 1. KNPI seyogyanya memiliki alur dan mekanisme kaderisasi kepemimpinan secara mandiri sehingga memiliki kader internal. 2. Materi pelatihan kaderisasi kepemimpinan internal KNPI seyogyanya mencirikan organisasi KNPI. 3. KNPI dalam menyelenggarakan pelatihan kepemimpinan tingkat lanjut dapat mengadopsi materi-materi yang biasa di sampaikan dalam pelatihan-pelatihan yang di selenggarakan oleh LEMHAMNAS RI.
Laporan Penelitian 2014
Page 42
Daftar Pustaka Agus Komarudin, Strategi Pelayanan Kepemudaan, Makalah disampaikan pada Rapat Koordinasi Bidang Kepemudaan Sekretariat Daerah Pemprov Sumatera Barat, (Padang, 27 Juli 2011) Gomes, Faustinc C. (2003). Manajemen Sumber Daya Manusia. Diakses dari http://ekonomi.kompasiana.com/manajemen/2011/05/26/pelatihan-dan pengembangansumber-daya-manusia/ pada tanggal 14 januari 2012, jam 23.30 WIB. Lexy, J. Moleong (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Cetakan Ke-27. Bandung : Remaja Rosda Karya Lucy Yosita, Kepemimpinan Pemuda Indonesia, Apakah Akar Permasalahannya? (Pemenang Hiburan 3 dalam Lomba Menulis Esai Kepemudaan, memperingati Hari Sumpah Pemuda ke-78, 28 Oktober 2006, yang diadakan oleh Menpora bekerjasama dengan Forum Lingkar Pena (FLP)) h. 1 M. Saleh Marzuki (1992).Strategi dan Model Pelatihan : Suatu Pengetahuan Dasar Bagi Instruktur Dan Pengelola Lembaga Latihan, Kursus . Diakses dari http://infointermedia.com/tujuan-dan-manfaatpelatihan pada tanggal 15 januari 2012 jam 09.00 WIB. Moekijat (1993). Latihan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Diakses dari http://infointermedia.com/tujuan-dan-manfaat-pelatihan pada tanggal 14 januari 2012, jam 03.30 WIB Mustafa Kamil. (2010). Model pendidikan dan Pelatihan (konsep dan Aplikasi). Bandung: Penerbit Alfabeta. Suparna. 2005. Manajemen Pelatihan. Malang: Penerbit Elang Mas UU No 40 tahun 2009, tentang Kepemudaan
LAMPIRAN
REKAP DATA PENELITIAN
A Pengalaman Mengikuti Pelatihan Kepemimpinan 1. Pelatihan kepemimpinan tingkat dasar.
Sudah IIIII
Belum I
IIIII IIIII I
2. Pelatihan kepemimpinan tingkat lanjut.
IIIII IIIII II
IIIII
Organisasipenyelenggaranya 1. Group study mahasiswa (Perencanaan, organisasi, problem solving) 2. DPD Golkar DIY (Pancasila dan UUD 1945, Kepemimpinan Lokal, Pembinaan Karakter Bangsa, Keorganisasian) 3. FKPPI Kota Yogyakarta, KNPI DPD II Yogyakartya (Manajemen organisasi, tipetipe kepemimpinan, kepemimpinan pancasila) 4. HMI Cabang Fak. Hukum UII (Daar-dasar Organisasi, Dasar-dasar Kepemimpinan, Ideologi Negara) 5. GMNI (Keorganisasian, Dasar Negara/Ideologi Pancasila, Wawasan Nusantara, Kepemimpinan) 6. GSMP (Dasar-Dasar Organisasi, DasarDasar Kepemimpinan) 7. GMNI (Pancasila/UUD 45/GBHN, Ideologi bernegara, Wawasan Kebangsaan) 8. OSIS MA Ma’arif dan PR IPPNU (Managemen Organisasi dan ke-IPPNU-an) 9. HMI dan BPO (Kepemimpinan, Organisasi dan Management Konflik) 10. GP Anshor dan Kesbanglinmas DIY (Pelatihan Kepemimpinan Dasar, Baris Berbaris, Wawasan Kebangsaan, Dasar – Dasar Organisasi) 11. PC IPPNU Banyumas (Ke-IPPNU-an, Aswaja, Keorganisasian) 12. PW IPPNU DIY (Management Organisasi) 13. BPO (Pelatihan Pemuda Berbisnis) 1. Group study mahasiswa pembaharuan (management, kapita slekta I) 2. Kemahasiswaan (Dasar Kepemimpinan, Tipe-tipe Kepemimpinan) 3. SDA No.1 (Kepemimpinan, Kepemimpinan Organisasi, Problem Polving, Sifat-sifat massa)
3. Pelatihan kepemimpinan tingkat madya.
IIIII
IIIII
II
IIIII
4. DEMA ( Kepemimpinan Layur, Wawasan Almamater, NKK) 5. GMNI (Kepemimpinan Pemuda/MKS, management Op, management konflik) 6. BPO DIY (Menjadikan pemimpin yang berkarakter) 7. HMI cab. Kudus (LK II dan Management Organisasi) 8. GP Anshor dan Kesbanglinmas DIY (Pelatihan Kepemimpinan Lanjutan, Wawasan Kebangsaan, Kerukunan Umat Beragama, Negosiator konflik) 9. PW IPPNU DIY 10.BPO DIY (Kepemimpinan Berbasis Pemuda) 1. KNPI (Kapita slekta II, Managemen konflik, kepemimpinan) 2. Kantor Kementrian Pemuda Ri (PancasilaUUD 45 P-4, Sistem kepemimpinan pemuda, waasan kebangsaan, kebijakan pemerintah memajuakan organisasi kepemudaan) 3. KNPI pusat (strategi konsolidasi dan block target, menyusun strategi komprehensif/integral kreatif, debat public, strategi politik nasional) 4. GMNI (AD/ART Organisasi, Ideologi Organisasi, Program Organisasi) 5. GP Anshor dan Kesbanglinmas DIY (Pelatihan Kememimpinan Nasional, Wawasan Kebangsaan, Pemetaan Konflik Daerah, Jenis dan Ragam Konflik)
B. Pengalaman Mengikuti Beberapa Pelatihan dengan Materi Yang Beragam Sudah 1. Pelatihan AMT (achievement motivation training)
Belum
IIIII
IIIII
IIIII
II
Penyelenggara LPPM Jakarta, STT Kulit Yogyakarta, Tempat Raja (PG Madukismo), DPP KNPI, DEMA, BEM-J PBA UIN Sunan Kalijaga, HMI, Kesbanglinmas DIY, FKUB DIY, PW IPPNU DIY,
2. Pelatihan Manajemen Organisasi
IIIII
II
IIIII IIIII
3. Pelatihan Komunikasi Efektif.
IIIII
IIIII
IIIII
II
4. Pelatihan Dasar-dasar Organisasi
IIIII
II
IIIII IIIII
5. Pelatihan Manajemen Masa
IIIII
IIIII
IIIII
LPPM Jakarta, Senat Mahasiswa IKIP Sanata Dharma, GSMP DIY, FKPPI DIY, DEMA UGM, Yayasan YKPN (AMD YKPN), GMNI, PW IPPNU DIY, HMI dan Portal, GP Anshor, KNPI DIY, Dikpora dan KNPI Sleman, UNDP dan UGM, Kemenpora, PMI cabang DIY, FKPPI Kota Yogyakarta, Fisipol UGM, AMP YKPN, Yayasan ABISHEKA, HMI, BPO DIY, Kemenpora RI, BEM FT UGM, AMPI DIY, KNPI kota Yogyakarta, Tempat Raja, GSMP, AMP YKPN, GMNI, PW IPPNU DIY, HMI, KNPI DIY dan DPP KNPI, Kemenpora RI, BEM FT UGM, PW IPPNU DIY, Peradah, AMPI DIY, DPD Kota Yogyakarta, DPD Soksi DIY, Golkar Kota, SOKSI dan AMPI, KNPI, HMI, BEM FT UGM, UNDP dan UGM,
II 6. Pelatihan Menjadi Pembicara Yang Baik
IIIII
IIIII
IIIII
I
7. Pelatihan Manajemen Waktu 8. Pelatihan Kesekretariata n
IIIII
IIIII
IIII
III
IIIII
IIIII
IIIII
I
DPD Golkar DIY, FKPPI DIY, Yayasan ABHI SEKA Yogya, KNPI dan PGM DIY, HMI, BPO DIY, FKUB DIY, FPLM, USD,
I
I
LPPM Jakarta, DPD KNPI DIY, DInas Tempat Kerja, HMI, BEM FT UGM, UNDP LPPM Jakarta, DPD KNPI DIY, DInas Tempat Kerja, OSIS MA Ma’arif 07 dan PW IPPNU DIY, HMI, Kemenpora RI, PC IPPNU Sleman, PW IPPNU DIY,
Lanjutan Pengalaman Mengikuti Beberapa Pelatihan dengan Materi Yang Beragam
1. Pelatihan Berfikir Kreatif dan Inovatif
Sudah
Belum
Penyelenggara
IIIII
IIIII
LPPM Jakarta
IIIII
I
Depdikpora DIY Org.
I
Org. Bina Analisa DIY Dinas Pariwisata Psikologi UINIS GMNI PWNU DIY Kesbanglinmas DIY Humas Dynamic 2. Pelatihan Jurnalistik.
IIIII
IIIII
PWI DIY
II
IIIII
Bernas Yogyakarta 2000 OSIS MA Ma’arif 07 PWNU DIY PT. Kedaulatan Rakyak UGM
3. Pelatihan Kewirausahaan.
IIIII
III
Disperindakop DIY
IIIII
Deperdag dan Koperasi
IIII
Dinas
Pariwisata
Kota
DIY DPD Organda DIY AMP YKPN Dinas Tempat Kerja PGM – DIKBUD DIY FE UGM BPO PWNU kota Yogyakarta
PWNU DIY UMY 4. Pelatihan Membangun Tim
IIIII
IIII
Group Study Mahasiswa
IIIII
Pembaharuan, STT Kulit
III
Yogyakarta SOKSI GSMP DPD KNPI DIY FKPPI DIY PGM – DIKBUD DIY Kemenpora RI FPKUB DIY Forum PRB Peradah
5. Pelatihan Personal and Awareness
Effectiveness IIII
IIIII
LPPM Jakarta
IIIII
WIPI
III 6. Pelatihan Manajemen Negosiasi ..
(Wanita
Industri
Pariwisata Indonesia)
IIIII
IIIII
LPPM Jakarta
IIIII
II
KPU Sleman KNPI DIY Dinas Tempat Kerja HMI Kesbanglinmas DIY Kemenag DIY Forum PRB
7. Pelatihan Manajemen Konflik.
IIIII
IIIII
KNPI,
IIIII
II
Fakultas Bhasa dan seni UNY Forum ORMAS dan LSM Sleman BP 7
DPRD DIY PGM – DIKBUD DIY HMI Kemenag Pusat UNDP dan UGM 8. Pelatihan Soft Skills
IIIII
IIIII
Biro Bina Mental Pemda
III
IIII
Kel. Muslim Fak.Hukum UGM,
Kanwil
DEPDIKBUD DIY Dinas Tempat Kerja BEM-J PBA UIN Sunan Kalijaga BNN OSM Team
Lanjutan B
Pengalaman Mengikuti Beberapa Pelatihan dengan Materi Yang Beragam Sudah 1. Pelatihan Karakteristik Pemimpin Dalam Budaya Jawa
IIIII
Belum III
Penyelenggara Puro PAKUALAMAN RW 06
IIIII
Yadara Babarsari
IIII
Dinas Kebudayaan DIY Kantor bekerja sama dengan Pemda DIY PEMDA DIY IKPMD DIY Sekretariat
Nagari
Keraton
Ngayogyakarta DPD KNPI DIY UGM 2. Pelatihan Memahami IIIII Sejarah Yogyakarta IIIII
II
Pemda DIY, FBS UNY, KESBANGLINMAS
IIIII
Sleman Universitas
Sanata
Dharma
Yogyakarta Fak. Sos-bud UGM DPRD kota Yogya Kraton Region dengan KNPI DIY Dinas Pariwisata DIY DPD KNPI DIY KNPI DIY Kepatihan DIY Dinas Pariwisata dan Budaya DIY 3. Pelatihan Keistimewaan
IIIII
II
Pemda DIY
Yogyakarta.
IIIII
FISIPOL UGM
IIIII
KNPI DIY Kantor dan PEmda DIY Kraton Dinas Pariwisata DIY DPD KNPI DIY
4. Pelatihan Nusantara
BP7 Pusat, KNPI
Wawasan IIIII IIIII
Kesbanglinmas DIY
IIIII
Senat
I
Mahasiswa
USD/IKIP
USD BP 7 DIY BP 7 kota Yogyakarta Kemenpora RI Program PKBN BPO DIY GP Anshor Kesbanglinmas DIY DPD KNPI Sleman
5. Pelatihan Kepemimpinan Efektif
IIIII
IIIII
KNPI, AMPI
IIIII
BANWASLU
II
Senat Mahasiswa USD DEWAN (DIY) BPO DIY Kemenpora BPO Kesbanglinmas DIY FKUB DIY BEM FT UGM Peradah
22.Pelatihan Nasional
Ketahanan IIIII IIIII IIII
III
BP7 Pusat, DPP KNPI Badan
koordinasi
pendapatan
stabilisatas Nasional JATENGDIY
KNPI Pusat BP 7 Provinsi BPO DIY Kemenpora RI Kemenpora – BPO Kemenpora DIY Kemenag RI 23.Pelatihan Kebangsaan
Wawasan IIIII
II
BP7 Pusat, KNPI pusat Pusat study pendidikan IKA-
IIIII IIIII
UNY,
Keluarga
besar
marhaenisme KBM DIY KNPI Pusat BP 7 Provinsi DIY BPO DIY Kemenpora RI Kemenpora – BPO GP Anshor KNPI DIY DPD KNPI Sleman 24.Pelatihan Training
Outbond IIIII IIII
IIIII
Karang Taruna DIY
III
BKM Patangpuluhan DEWAN (koa Yogyakarta) AMP YKPN dan tempat kerja PW IPPNU DIY GP Anshor KNPI DIY DPD KNPI Sleman Peradah
Lanjutan B. Pengalaman Mengikuti Beberapa Pelatihan dengan Materi Yang Beragam Sudah Penyelenggara 25. Pelatihan Sejarah dan Perkembangan KNPI
IIIII IIIII IIII
III
26.Pelatihan Manajemen Rapat
IIIII II
IIIII IIIII
27. Pelatihan Self introduction/Pengenalandiri.
IIIII II
IIIII IIIII
28. Pelatihan TFT (Training For Trainer).
IIIII I
IIIII IIIII I
29.Pelatihan Tentang Otonomi Daerah
IIIII IIIII
IIIII II
30.Pelatihan Ketahanan Terhadap IIIII Bencana I
IIIII IIIII
DPP KNPI KNPI DPD Tk II Kota Yogyakarta Setda DIY DPP DIY BPO DIY KNPI DIY DPD KNPI Sleman DPD KNPI DIY DPP AMPI DIY FKPPI Gema MKGR DIY HMI Kesbanglinmas DIy PWNU DIY PC IPPNU Sleman LPPM Jakarta KNPI DIY Psikologi UGM Kesbanglinmas DIY Kemenpora DIY PC IPPNU Sleman LPPM Jakarta Dinas Pendidikan dan Pemuda DIY DPP KNPI DIY FPLM PW IPNU DIY FISIPOL UGM DPRD DIY Kantor dan Pemda DIY Pemda DIY DEWAN/PEMDA DIY PWNU DIY Kemenpora – BPO Kemenag Kota Yogyakarta LPBI DIY KNPI – BPPD Kesbanglinmas DIY Satkorwil Banser DIY
31.Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat
IIIII IIIII III
IIII
32.Pelatihan Menjadi Fasilitator
IIIII II
IIIII IIIII
OSM Team Forum PRB SOS desa Taruna DINSOS BK3S DIY Karang Taruna DIY DPD KNPI DIY Pemda DIY Kemendagri Kemenpora – BPO PWNU DIY PP GP Anshor BPPM DIY KKN PPM UGM SOS Desa Taruna DINSOS FISIPOL UGM BKM DIY PW IPPNU DIY Kesbanglinmas DIY Kemenag RI Al FDR SOS Desa Taruna
Pengalaman Mengikuti Beberapa Pelatihan dengan Materi Yang Beragam Nama Pelatihan
Penyelenggara
Kewirausahaan Pemberdayaan Masyarakat Pemeberdayaan Pemuda Efektivitas Kerja Budidaya Jamur Peningkatan partisipasi pol.dalam pemilu Peran KPU, Pem dan masyarakat dalam pemilu Optimalisasi peran ormas dalam kegiatan nasional Pendidikan karakter dan wawasn masa depan Politik uang dalam pemilu
DEPT. Perdagangan RI DEPT. SOSIAL Karang Taruna Dekranasda DIY PKK DIY KESBANGLINMAS DIY KESBANGLINMAS KESBANGLINMAS DIY KESBANGLINMAS Sleman Forum ormas dan lsm sleman
Peran Muhammadiyah – nkri Peran N.U dalam NKRI Wawasan kebangsaan Pemuda Pelopor Kepemimpinan Tongkat Dasar Peran Pemuda Masa Transisi1999 Sistem Komputerisasi 1990 P4
Forum ormas dan lsm sleman Forum ormas dan lsm sleman Keluarga besar marhaenisme Karang Taryna DIY KNPI DIY KNPI DIY KNPI DIY BP 7 Provinsi dan DPD KNPI DIY Menmud urusan Pemuda dan BP 7 Pusat Pemprov DIY Diklat Provinsi DIY Diklat Provinsi DIY DEMA BP 7 DIY dan PUsat Lembawas dan DPP KNPI KNPI dan BKKBN DIY DINKES DIY PGM – DIKBUD DIY BPPM DIY Sekda DIY UKM Bahasa UIN Sunan Kalijaga dan NTC Yogyakarta BPO DIY HM BPO – Kemenpora
Pembina Peraturan Pemuda tingkat nasional TFK Managemen Proyek Total Quality Management Diklat ADUM Kader Penggerak Masyarakat P4 Wawasan Kebangsaan Pemuda Pelopor Kader Kesehatan Penyuluhan Pembangunan Pemberdayaan Perempuan Kesehatan Reproduksi Remaja Bahasa Inggris
Kepemimpinan Pemuda Latihan Kader I Wirausaha
Management Konflik Mediasi Konflik Kuliah Umum Keistimewaan Pengusaha Santri Rescue Bencana
Kemenag RI Kemenag RI KNPI DIY dan UCY HIPSI DIY Satkorwil Banser DIY dan KNPI kota Yogyakarta Bawaslu Forum PRB Forum PRB UGM dan STND Human Powersindo
Pemilu Tanggap Bencana Budaya Setempat Tanggap Darurat Anak dan Lansia Penulisan Karya Ilmiyah HRD
C. Pengalaman Menyelenggarakan Pelatihan No Nama Pelatihan
Tahun
Organisasi Penyelenggara
1.
Diklat progam pengembangan 1999 masyarakat tingkat Kecamatan Organisasi pusat Pusat pertumbuhan
PEMDA DIY & P3D
2.
Pelatihan produksi
PT. BUDI MAKMUR
3.
Pelatihan Keskretariatan
4. 5.
PELATIHAN KESELAMATAN 1985 KERJA Pelatihan pengenalan jati diri 1995
6.
Managemen konflik
7.
Perjuangan politik calon anggota 2014 paremen di era transisi Selamatkan moral anak bangsa 2000 Membumingkan kembali nilai 2012 pancasila
8. 9.
efektivitas
kerja
dan 1999
1980
2001
DPD KNPI DPD APINDO DIY Yayasan pelita jiwa sejahtera FISIPOL UGM (Pemerintah) Forum ormas dan lsm sleman PKS DIY Forum ormas dan lsm sleman
10. 11. 12. 13. 14. 15.
16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31.
Implementasi nilai pancasila dalam kebernegaraan Kongres mahasiswa STTNAS DIY Pelatihan Dasar Kepemimpinan Pelatihan Pemuda Pelopor Pelatihan AMT Pemuda Pelopor
2011
2013 1988 1999 2006 1990 dan 1993 Latihan Dasar kepemimpinan untuk 2007 Pemuda sewilayah Kelurahan Management Massa 1990 1998 Kaderisasi KB tingkat Desa 1990 Ketrampilan Industri 1995 Pemuda Pelopor 1994 1996 Pemuda Penggerak Potensi Daerah 1999 2000 Pendidikan Kader Dasar 2005 Outbond dan Training Pendidikan Kader Lanjutan Pelatihan Kerukunan Umat Beragama Outbond dan Training Ormas beragama Outbond dan Training Pendidikan Kader Lanjutan Wawasan Kebangsaan Kuliah Umum Keistimewaan Motivational Leadership
Forum ormas dan sleman STTNAS DIY KNPI Kota DIY KNPI DPD Kota DIY Depdikpora DIY Ditsospol DIY
lsm
LPMK Organisasi Kemahasiswaan Universitas BRKBN Perindustrian KNPI - BKKBN DIY DPP – KNPI
2005 2007 2008 2009
PC GP Anshor kota Yogyakarta KNPI kota Yogyakarta PC GP Anshor FKUB DIY FKUB DIY
2009 2011 2013 2014 2011
KNPI kota Yogyakarta PW GP Anshor FPKUB DIY KNPI DIY DPP Peradah DIY