1
Pengembangan Model Generator Angin Tipe Phasor untuk Keluaran Daya dengan Kapasitas 5-15 kW Hanugroho Sasmita Aji, Ardyono Piyadi, dan Sidarjanto Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail:
[email protected],
[email protected] Abstrak— Energi angin mempunyai potensi besar sebagai sumber energi terbarukan. Potensi ini sudah mulai dimaksimalkan dengan pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB). Doubly Fed Induction Generator (DFIG) adalah salah satu jenis PLTB yang banyak dikembangkan karena mempunyai kelebihan yaitu mampu mengatur daya aktif dan reaktif generator, produksi energi yang lebih efisien, dan mempunyai konverter yang lebih murah. Namun setiap daerah mempunyai karakteristik yang berbeda-beda baik dari segi kecepatan dan kestabilan angin. Pada tugas akhir ini dilakukan pengembangan model DFIG untuk daerah dengan kecepatan angin rendah. Pemodelan yang dilakukan meliputi menentukan ukuran turbin dan parameter generator yang tepat. Kemudian dilakukan pengujian dengan berbagai kecepatan angin konstan. Selain itu juga dilakukan pengujian untuk mendapatkan daya keluaran relatif konstan meskipun kecepatan angin berfluktuatif, yaitu dengan memberikan referensi daya konstan. Hasil dari simulasi model ini menunjukkan bahwa model ini mampu mengeluarkan daya mulai dari angin kecepatan 2 m per detik dan akan mencapai daya rating pada kecepatan 5,8 m per detik dengan keluaran daya sebesar 14,27 kW. Selanjutnya DFIG diuji menggunakan referensi daya konstan dengan memberi masukan gabungan kecepatan angin acak rata-rata 2,9 m dan 3,5 m per detik. Hasilnya DFIG mampu mengeluarkan daya konstan sebesar 2,9 kW selama 90 detik. Kata Kunci—DFIG, generator angin, pemodelan, turbin
I. PENDAHULUAN Peningkatan kebutuhan energi listrik dan isu pemanasan global telah menarik perhatian dunia untuk mengembangkan pembangkit listrik yang efisien dan ramah lingkungan. Telah diperkirakan bahwa kekuatan matahari total yang diterima oleh bumi adalah sekitar 1,8×1011 MW. Dari jumlah ini masukan surya, hanya 2% (yaitu 3,6×109 MW) diubah menjadi energi angin dan sekitar 35% dari energi angin didisipasikan di atmosfer pada ketinggian 1000 m dari permukaan bumi . Oleh karena itu, tenaga angin yang tersedia yang dapat dikonversi menjadi bentuk energi lainnya adalah sekitar 1,26×109 MW. Karena nilai ini merupakan 20 kali tingkat konsumsi energi global saat ini. Dengan demikian energi angin pada prinsipnya dapat memenuhi seluruh kebutuhan energi dunia[1]. Variable speed wind turbine (VST) jenis doubly fed induction generator (DFIG) merupakan salah satu tipe pembangkit listrik tenaga angin yang statornya terhubung langsung ke jaringan. Sedangkan terminal rotornya juga terhubung dengan jaringan melalui variable frequency
AC/DC/AC converter (VFC) dan transformator. DFIG memiliki beberapa kelebihan, di antaranya adalah mampu mengontrol daya aktif dan reaktif generator, menghasilkan energi secara efisien, meningkatkan kualitas daya, dan meningkatkan performansi dinamik saat terjadi gangguan seperti penurunan tegangan dan hubung singkat [2]. Kondisi angin di setiap daerah berbeda-beda tergantung dari kondisi alamnya. Relief premukaan bumi, ketinggian, dan kelembaban udara menentukan kondisi angin disetiap daerah. Indonesia mempunyai kecepatan rata-rata angin rendah. Untuk itu diperlukan desain model PLTB untuk angin kecepatan rendah sehingga memudahkan untuk penelitian. Daya keluaran yang dihasilkan oleh DFIG tergantung dari referensi daya yang digunakan. DFIG menggunakan maximum power point tracking (MPPT) untuk menghasilkan daya referensi sehingga keluaran daya juga berfluktuatif mengikuti perubahan kecepatan angin. Pada tugas akhir ini juga dilakukan penelitian mengatur daya keluaran dengan mengatur nilai referensi daya. Meskipun untuk menghasilkan daya keluaran yang selalu konstan sangat sulit didapatkan, namun untuk menghasilkan daya keluaran yang relatif konstan pada selang waktu tertentu masih dimungkinkan. II. DOUBLY FED INDUCTION GENERATOR A. Turbin Angin Turbin Angin adalah sistem konversi energi angin untuk menghasilkan energi listrik dengan proses pengubahan energi angin menjadi putaran mekanis rotor dan selanjutnya menjadi energi listrik melalui sebuah generator. Cara kerja dari turbin angin ini dengan menangkap angin menggunakan dua atau tiga buah bilah sudu yang di disain seperti sayap pesawat terbang. Bilah sudu yang digunakan berfungsi seperti sayap pesawat udara. Ketika angin bertiup melaluli bilah tersebut, maka akan timbul udara bertekanan rendah pada bagian bawah sudu, tekanan udara yang rendah akan menarik sudu untuk bergerak ke area tersebut. Gaya yang ditimbulkan dinamakan gaya angkat. Besarnya gaya angkat ini biasanya lebih kuat dari tekanan pada sisi depan bilah, atau yang biasa disebut gaya tarik. Kombinasi antara gaya angkat dan tarik menyebabkan rotor berputar seperti propeller dan memutar generator. Daya angin total yang melewati turbin adalah: (1)
2 Dengan P adalah daya angin, A adalah luas area penangkapan angin (m2), dan v adalah kecepatan angin. Dari persamaan (1) dapat diketahui bahwa daya yang dihasilkan oleh angin dipengaruhi kecepatan dan area penangkapan angin. Namun daya tersebut tidak dapat diserap secara penuh oleh turbin angin. Penyerapan daya oleh turbin angin tergantung pada factor koefisien turbin yang dipengaruhi oleh desain turbin [3]. Sehingga daya mekanik yang dihasilkan oleh turbin angin mengikuti persaman berikut: (2) Dengan Pm adalah keluaran daya mekanik turbin (watt), cp adalah koefisien performansi turbin angin yang terdiri dari (tip speed ratio dari rotor blade tip speed terhadap kecepatan angin) dan (sudut angguk blade (derajat)), adalah kerapatan udara (kg/m3), A adalah daerah sapuan turbine (m2), dan v adalah kecepatan angin (m/s) [4]. Nilai angin yang dapat terekstrak menjadi energi mekanik dalam bentuk putaran rotor disebut sebagai koefisien performnasi turbin angin, cp. Nilai dari cp maksimal adalah 59,6%. Tip speed ratio, , pada turbin angin ditunjukkan oleh persamaan (3) berikut: (3) Dengan adalah kecepatan rotor (pada gearbox sisi kecepatan rendah), rr adalah jari-jari rotor-plane, dan v adalah kecepatan angin. Persamaan (3) menunjukkan bahwa tip speed ratio dipengaruhi oleh besar jari-jari rotor-plane. Semakin besar jari-jari rotor-plane, semakin besar pula tip ratio yang dimiliki oleh suatu turbin angin. Begitu juga sebaliknya, semakin kecil jari-jari rotor-plane, semakin kecil pula tip speed ratio yang dimiliki oleh turbin angin tersebut [5]. B. Mesin Induksi Mesin ini bekerja berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik. Secara umum mesin induksi terdiri dari dua bagian utama yaitu rotor dan stator. Rotor adalah bagian dari mesin induksi yang berputar. Sedangkan stator adalah bagian dari mesin induksi yang diam. Pada bagian stator, daya elektris bekerja. Sedangkan daya mekanik akan bekerja pada sisi rotor. Berdasarkan jenis rotornya, mesin induksi dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu rotor gelung (wound rotor)dan rotor sangkar (squirrel cage rotor). Kelebihan mesin induksi dengan rotor gelung adalah dapat dihubungkan dengan komponen tambahan dari luar misalnya tahanan luar atau komponen penguat arus. Sedangkan mesin dengan rotor sangkar terdiri dari batang-batang konduktor yang terhubung singkat pada kedua ujungnya. Mesin induksi dapat beroperasi sebagai generator induksi. Pada operasi ini mesin induksi dapat mengubah energy gerak menjadi energi listrik. Ini sama halnya dengan generator sinkron namun generator induksi memiliki beberapa kelebihan yaitu, pertama generator induksi tetap dapat menghasilkan tegangan dengan kecepatan putar yang berubah-ubah.. Ketika kecepatan putar rotor mesin induksi lebih tinggi dari kecepatan medan putar stator, maka slip menjadi negatif dan
mesin induksi bekerja sebagai generator induksi. Perbedaan kecepatan medan putar tersebut disebut dengan slip. Pada kurva karakteristik motor induksi terlihat bahwa suatu mesin induksi akan berfungsi sebagai motor ketika slip bernilai negatif (1>s>0). Dan berfungsi sebagai generator ketika slip bernilai negatif (0>s>1).
s (s r ) / s r
120 f P
(4) (5)
Dimana, S
= Slip r = kecepatan putar rotor (rpm) s = kecepatan putar stator (rpm) f = frekuensi sumber (Hz) P = jumlah kutub Persamaan (4) merupakan persamaan yang menjelaskan hubungan ns dan nr. Slip akan bernilai negatif ketika kecepatan putar rotor lebih besar dari pada kecepatan stator. Dan Persamaan (5) menunjukkan bahwa untuk mendapatkan nilai putaran stator (ns) yang diinginkan, perlu ditentukan berapa jumlah pole (P) dan frekuensi (f) yang bekerja pada mesin yang akan digunakan sebagai generator. Dengan demikian dapat ditentukan batas kecepatan putar pada rotor. C. Doubly Fed Induction Generator Variable speed wind turbine (VST) dengan doubly fed induction generator (DFIG) merupakan salah satu dari tipe pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB). PLTB tipe ini, DFIG, memiliki rotor yang terhubung kepada jaringan melalui variable frequency AC/DC/AC converter (VFC) dan stator yang terhubung ke jaringan secara langsung. DFIG memiliki beberapa kelebihan, di antaranya adalah mampu mengontrol daya aktif dan reaktif generator, menghasilkan energi secara efisien, meningkatkan kualitas daya, dan meningkatkan performansi dinamik saat terjadi gangguan seperti penurunan tegangan dan hubung singkat [2]. VFC dengan IGBT switchnya pada DFIG merupakan peralatan yang sangat sensitif saat terjadi gangguan transien pada jaringan. Konverter sisi rotor akan terblok ketika VFC trip untuk memproteksi rangkaian rotor dari arus lebih ketika terjadi gangguan sehingga DFIG terlepas dari sistem tenaga listrik [2] DFIG merupakan generator induksi dengan dua jenis keluaran (fed) yang digunakan pada PLTB kecepatan variable. Berbeda dengan yang konvensional, singly-fed induction generator, daya elektris DFIG tidak bergantung pada kecepatan. Sehingga dimungkinkan untuk merealisasikan generator angin kecepatan variable dengan menentukan kecepatan mekanik pada kecepatan angin dan meningkatkan operasi turbin pada titik optimal secara aerodinamik untuk rating kecepatan angin tertentu [6]. Pada konsep DFIG, generator induksi dihubungkan dengan jala-jala pada terminal stator, sedangkan rotor generator induksi dihubungkan dengan jala-jala melalui partial-load variable frequency AC/DC/AC converter (VFC) [2],[3],[7]. Sebagaimana yang ditunjukkan oleh Gambar 1.
3 (15) (16) Konverter AC/DC/AC Qs
Ps AC
Tm ωr
Dengan s adalah slip generator
L
Cgrid
Crotor
(17)
AC
DC
Tem ωs Rotor
Pm Stator Generator Induksi
Pr
Pgc
Qr
Qgc
Jaringan Tiga Fasa
Gambar 1 Turbin angin kecepatan variable dengan doubly fed induction generator (DFIG). Keterangan: Pm : Daya mekanik yang ditangkap oleh wind turbine dan disalurkan menuju rotor Ps : Output daya listrik stator Pr : Output daya listrik rotor Pgc : Output daya listrik Cgrid Qs : Output daya reaktif stator Qr : Output daya reaktif rotor Qgc : Output daya reaktif Cgrid Tm : Torsi mekanik yang diberikan pada rotor. Tem : Torsi elektromagnetik yang diberikan pada rotor oleh generator ωr : Kecepatan putaran rotor ωs : Kecepatan sinkron, atau kecepatan putaran fluks magnetik pada sela udara (air gap) generator. Kecepatan ini sebanding dengan frekuensi tegangan jala-jala dan jumpah kutub generator. J : Kombinasi koefisien inersia rotor dan wind turbine Output daya mekanik dan daya listrik stator diperoleh dari persamaan berikut: (6) (7) Persamaan mekanik pada generator tanpa rugi-rugi:
Secara umum nilai slip berada di antara 0 dan 1, sehingga nilai Pr adalah sebagian dari nilai Ps. Karena Tm bernilai positif pada saat pembangkitan daya dan ωs bernilai positif dan tetap pada frekuensi jala-jala konstan, maka Pr merupakan fungsi dari slip. Pr bernilai positif ketika kecepatan putaran rotor lebih besar daripada kecepatan sinkron atau slip negatif dan Pr bernilai negatif ketika kecepatan putaran rotor lebih kecil daripada kecepatan sinkron atau slip positif. Pada kecepatan operasi supersinkron, kecepatan rotor di atas kecepatan sinkron, Pr dikirimkan menuju DC bus capasitor dan menaikkan tegangan DC. Pada kecepatan operasi subsinkron, kecepatan rotor di bawah kecepatan sinkron, Pr diambil dari DC bus capasitor dan tegangan DC akan turun. III. PEMODELAN SISTEM A. Pemodelan Turbin Pemodelan turbin dilakukan dengan menggunakan persamaan (2). Kemudian persamaan tersebut dibagi dengan kecepatan angin untuk mendapatkan nilai torsi mekanik seperti ditunjukkan pada persamaan. Salah satu nilai yang berpengaruh pada pemodelan turbin adalah menentukan parameter konstanta waktu inersia (inertia time constant). Konstanta waktu insersia sangat berpengaruh pada kestablian transien dan starting turbin. Namun pada berbagai simulasi dan makalah ditunjukkan langsung bagaimana mendapatkan nilai ini. Sebagian besar hanya menunjukkan estimasi nilai ini. Tidak ada rumus khusus untuk mendapatkan nilai konstanta waktu inersia. Hal ini dikarenakan nilai ini tergantung dari konstruksi dan pembuatan turbin angin. Namun nilai empiris dari konstanta ini dapat dicari. Hal pertama yang dilakukan adalah menentukan diameter turbin. Panjang sudu dapat diperoleh dengan memodifikasi persamaan (2) menjadi persamaan (18) berikut ini.
(8) D= Pada keadaan steady-state, saat kecepatan rotor adalah tetap,
(18)
Setelah menentukan diameter turbin selanjutnya dapat ditentukan nila dari panjang turbin dengan persamaan (19). (9) (10) (11)
Dengan memasukkan persamaan (6) dan (7) pada persamaan (11): (12) (13) (14)
L=
(19)
Nilai dari keceparan putar poros turbin dapat ditentukan dengan persamaan (20). =
(20)
Massa dari turbin dapat ditentukan dengan rumus empiris persamaan (21). M = kM
(21)
4 Ada beberapa makalah yang memberikan nilai konstanta massa, kM, dan α yang berbeda-beda. Tabel 1. Nilai kM dan α beberapa rumus empiris massa turbin. kM
α
2,95
2,13
1,6
2,3
1,5
2,34
0,619
2,63
Dari panjang turbin dan massa sudu bisa didapatkana nilai dari inersia turbin, J, yaitu dengan persamaan 22. J= kJM
(22)
Dan dari persamaan (21) dan (22) akan didapatkan persamaan untuk menentukan konstanta waktu inersia berikut ini:
H=zJ
(23)
= 3,24 s
H= 3×11231×
B. Pemodelan DFIG Pemodelan generator induksi dibagi menjadi dua bagian yaitu pemodelan mekanik dan pemodelan elektris. Pada model Generator induksi yang digunakan dalam Tugas Akhir ini, bagian elektris Generator induksi dinyatakan dengan model state space orde 4. Seluruh parameter dan variable elektris dinyatakan terhadap stator [6]. Model mekanik Generator induksi dimodelkan dalam ruang keadaan (state space) orde dua dengan output berupa sudut rotor dan kecepatan sudut rotor. Persamaan matematika model mekanik Generator induksi adalah [6]:
(24) (25) Berikut ini merupakan penurunan persamaan matematis sumbu d-q pada mesin induksi: Persamaan pada sumbu q: (26)
Dengan H adalah konstanta waktu inersia, z adalah jumlah sudu, J adalah inersia turbin, Ω kecepatan putar poros turbin dan P adalah daya nominal turbin. Dengan menggunakan persamaan (18) sampai persamaan (3.6) dapat ditentukan model turbin angin yang digunakan pada sistem ini. Spesifikasi turbin angin yang diinginkan adalah: Daya nominal : 15 kW Kecepatan angin nominal : 5 m/detik Tips speed ratio :4 Cp : 0,45
(27) (28) (29) (30) Persamaan pada sumbu d: (31) (32) (33)
Dengan perhitungan menggunakan persamaan (18) samapi persamaan (23) diperoleh perhitunga sebagai berikut:
(34) (35)
D=
= 23,544 meter.
= 11,31 meter.
L= =
= 1,699 rad/s = 16,223 rpm.
Dengan kecepatan putaran nominal rotor generator 1500 rpm maka rasio gearbox yang digunakan adalah: ngb =
= 92,46
Dari panjang sudu tersebut kemudian diestimasikan massa dari sudu dan dengan menggunakan persamaan (21) diperoleh nilai rata-rata massa sudu sebesar 435,92 kg. Sedangkan inersia dari sudu adalah: J=0,2×435,92×11,312 = 11231 kg.m2 Kemudian konstanta waktu inersia diperoleh dengan persamaan (23) sebagai beriktut:
(36) Tabel 2. Definisi parameter generator induksi pada DFIG Parameter Vds, ids V'dr, i'dr ϕqs, ϕds ϕ'qr, ϕ'dr ωm Θm P ωr Θr Te Tm J H F
Definisi Arus dan tegangan stator sumbu d Arus dan tegangan rotor sumbu d Fluks sumbu q dan d stator Fluks sumbu q dan d rotor Kecepatan sudut rotor Posisi sudut rotor Jumlah pasang kutub Kecepatan sudut elektris (ωm x p) Posisi sudut elektris rotor (Θm x p) Torsi elektromagnetik Torsi mekanik poros Koefisien inersia beban dan rotor Konstanta inersia beban dan rotor. Koefisien gesek beban dan rotor
5 C. Pemodelan untuk keluaran daya konstan Fluktuasi daya yang dibangkitkan oleh DFIG bergantung pada daya referensi yang dibangkitkan oleh MPPT pada regulator daya. Sehingga untuk mendapatkan daya keluaran DFIG yang konstan, perlu merubah nilai dari daya referensi menjadi konstan pula. Untuk itu dilakukan perubahan strategi untuk medapatkan daya referensi dari yang sebelumnya menggunakan MPPT dirubah menjadi menggunakan referensi daya konstan. Model regulator daya dengan menggunakan MPPT. Selanjutnya masukan daya referensi diganti dengan referensi daya konstan menggunakan blok sumber Pref_konstan.
B. Simulasi dengan kecepatan angin acak Pada simulasi dengan menggunakan angin akcak, model DFIG diberi masukan angin dengan keceparan rata 4,2 m per detik selama 100 detik. Masukan angin ditunjukkan pada gambar 4.1 berikut ini.
Gambar 3 Kecepatan angin acak. Dari masukan angin tersebut didapatkan keularan daya seperti pada Gambar 4.2 berikut ini
Gambar 2. Kurva karakteristik daya turbin.
Pada skema daya referensi menggunakan MPPT seperti gambar 3.15, Pref adalah keluaran daya mekanik yang nilainya mengikuti kurva karakteristik penjajakan. Rugi-rugi daya pada bagian ini sudah mencakup kerugian daya listrik maupun mekanik. Sedangkan pada skema daya referensi menggunakan Pelect_ref konstan sebagai referensi seperti Gambar 2. Daya referensi didapatkan dari nilai rata-rata daya referensi optimal, Pelect_opt, dari MPPT dengan sudah memperhitungkan rugi-rugi daya elektrik. Nilai rata-rata tersebut dihitung dengan persamaan dari[8] berikut: Gambar 4 Daya Keluaran dengan kecepatan angin acak.
Pelect_ref = IV.
(37) HASIL SIMULASI DAN ANALISIS
A. Simulasi dengan kecepatan angin konstan Dari simulasi didapatkan hasil bahwa DFIG mampu mengeluarkan daya mulai pada kecepatan 2 m per detik. Dengan daya sebesar0,109 kW dengan kecepatan rotor 0,701 pu. Daya rating baru didapatkan jika mendapat masukan angin 5,8 m per detik dengan daya keluaran14,2708 kW dengan kecepatan rotor 1,21725 pu. Dan DFIG harus dihentikan operasinya pada kecepatan angin diatas 11,9 m per detik. Pada kecepatan angin ini kecepatan rotor berada jauh di atas batas yaitu sebesar 1,5 pu.
Hasil simulasi dengan masukan angin dengan kecepatan angin acak tersebut menunjukkan bahwa daya keluaran dari DFIG juga berfluktuatif mengikuti perubahan angin. Hal ini karena DFIG menggunakan MPPT sehingga daya yang dikeluarkan oleh DFIG adalah daya angin optimum setiap waktu. C. Simulasi dengan referensi daya konstan Gambar 5 manunjukkan masukan angin untuk percobaan referensi daya konstan selama 200 detik. Untuk mendapatkan daya keluaran konstan, daya referensi yang digunakan adalah 97% dari daya referensi rata-rata keluaran dari MPPT seperti ditunjukkan pada gambar 6.
6 Dengan referensi daya konstan tersebut, dihasilkan daya keluaran konstan sebesar 2,9 kW selama 90 detik, daya keluaran konstan sebesar 3,9 kW selama 30 detik seperti ditunjukkan pada gambar 7.
2. 3.
menghasilkan daya adalah 2 m per detik. Kecepatan angin maksimum yang diijinkan pada model ini adala 11,9 m per detik. Konstanta waktu inersia pada pemodelan ini dihitung dengan menggunakan rumus empiris. Simulasi dengan masukan angin acak dengan daya referensi konstan dihasilkan data sebagai berikut: Daya konstan terlama : 2,9 kW Waktu daya konstan : 90 detik Daya referensi : 0.17406 pu DAFTAR PUSTAKA
[1]
Tong, Wei. Wind Power Generation and Wind Turbine design. Kollmorgen Corp, USA, 2010.
[2]
Wei Qiao, Ganesh K. Venayagamoorthy, and Ronald G. Harley, “Design of Optimal PI Controllers for Doubly Fed Induction Generators Driven by Wind Turbines Using Particle Swarm Optimization”, International Joint Conference on Neural Networks, IEEE, 2006
[3]
Dedy Kurniawan, “Pengaturan Daya Pada Doubly Fed Induction Generator Menggunakan Type-2 Fuzzy Pi Controller”, Tugas Akhir, Teknik Elektro ITS, Surabaya, 2010
[4]
C. Batlle, A. D`oria, E. Fossas, C. Gaviria, and R. Gri˜n´o, "A backto-back converter for an electrical machine application", Technical University of Catalonia, 2004
[5]
Rifad Mubarak Bamatraf, “Desain Kontrol Optimal Power System Stabilizer (Pss) Dan Flexible AC Transmission System (Facts) Menggunakan Craziness Particle Swarm Optimization (CRPSO) Pada Sistem Interkoneksi Jawa Bali 500 KV”, Tugas Akhir, Teknik Elektro ITS, Surabaya, 2009
[6]
Vladislav Akhmatov, "Variable-Speed Wind Turbines with DoublyFed Induction Generators, Part I: Modelling in Dynamic Simulation Tools," Wind Engineering Volume 26, No. 2, 2002
[7]
Wei Qiao,” Dynamic Modeling and Control of Doubly Fed Induction Generators Driven by Wind Turbines”, IEEE, 2009
[8]
Sidarjanto, Studi Tentang Penggunaan Referensi Daya Listrik Konstan Pada Morel Phasor Doubly Fed Induction Generator. Tesis, Teknik Elektro ITS, Surabaya. 2011.
Gambar 5. Kecepata angin
Gambar 6. Daya referensi 0,174099 pu.
Gambar 7. Daya keluaran DFIG. V. KESIMPULAN 1.
Daya maksimal model DFIG ini adalahl 14,27 kW yaitu pada saat mendapatkan masukan angin lebih dari 5,8 m per detik. Sedangkan kecepatan angin minimal untuk