ISSN 1978-2365
Ketenagalistrikan Dan Energi Terbarukan Vol. 11 No. 2 Desember 2012 : 151 - 158
PERANCANGAN BILAH TURBIN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN (PLT-ANGIN) KAPASITAS 100 KW MENGGUNAKAN STUDI AERODINAMIKA DESIGN OF WIND ENERGY TURBINE BLADE OF 100 KW USING AERODYNAMICS STUDY Arfie Ikhsan Firmansyah, Zulkarnain Puslitbangtek Ketenagalistrikan Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Jl. Ciledug Raya Kav. 109, Telp. (021) 7203530, Cipulir Keb. Lama, Jakarta Selatan
[email protected],
[email protected]
ABSTRAK Pemanfaatan energi baru terbarukan (renewable) bisa menjadi salah satu solusi keterbatasan energi fosil. Angin merupakan salah satu sumber energi baru terbarukan dengan ketersediaan yang tak terbatas untuk dimanfaatkan sebagai PLT-Angin. Salah satu bagian dari PLT-Angin adalah bilah turbin, dimana bilah turbin mengonversikan energi kinetik dari angin menjadi energi mekanik untuk memutar generator dan menghasilkan energi listrik. Bilah turbin yang efisien dan efektif secara aerodinamika dibutuhkan untuk menghasilkan daya maksimal PLT-Angin. Penelitian pada perancangan bilah turbin dilakukan dengan pendekatan studi aerodinamika. Uji aerodinamika bilah turbin menggunakan metode simulasi Computational Fluid Dynamics (CFD). Hasil penelitian dari perancangan bilah turbin ini didapatkan rancangan bilah turbin dengan efisiensi rotor 30,6%. Kata kunci: Bilah turbin, aerodinamika, CFD
ABSTRACT Renewable energy is used to solve the limitation of non-renewable energy. Wind energy is renewable energy used to generate electricity. One of the components of wind power plant is turbine blade that converts kinetic energy from wind to mechanic energy. Mechanic energy turns the generator to produce electricity. Aerodynamic turbine blade has an important factor to make high performance of wind power plant. Turbine blade with aerodynamics approach is designed in this research. Simulation Computational Fluid Dynamics (CFD) is used to have experiment data aerodynamics of turbine blade. The result is a turbine blade blue print design with the rotor efficiency of 30.6%. Keywords: turbine blade, aerodynamics, CFD
Diterima redaksi : 21 September 2012, dinyatakan layak muat : 17 Desember 2012
151
Ketenagalistrikan Dan Energi Terbarukan Ketenagalistrikan Dan Energi Terbarukan Vol. 11 No. 2 Desember 2012 : 151 - 158 Vol. 11 No. 2 Desember 2012 : 151 - 158
1. PENDAHULUAN
angin
(wind
tunnel),
tetapi
pengujian
1.1 Latar Belakang
terowongan angin membutuhkan waktu yang
Saat ini sebagian besar energi listrik
lama dan biaya yang tidak sedikit. Oleh karena
yang digunakan Indonesia berasal dari energi
itu dibutuhkan metode yang lebih efisien.
fosil, yaitu bahan bakar minyak, gas, dan batu
Computational
bara. Energi fosil merupakan energi tak
merupakan salah satu metode simulasi yang
terbarukan
bisa
(non-renewable)
yang
digunakan
Fluid
Dynamic
untuk
menguji
(CFD)
kinerja
ketersediannya mulai terbatas. Pemanfaatan
aerodinamika bilah turbin. Di beberapa kasus,
energi
metode ini valid dan reliabel untuk analisis
baru
terbarukan
(renewable)
bisa
menjadi salah satu solusi pemecah keterbatasan
aerodinamika bilah turbin[4].
energi fosil.
1.2 Tujuan
Energi angin merupakan salah satu energi baru terbarukan. Ketersediaan yang tak terbatas merupakan salah satu alasan kuat untuk memanfaatkan energi angin di Indonesia.
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
mendapatkan rancangan bilah turbin PLTAngin kapasitas 100 kW yang optimal secara aerodinamika.
Energi angin dapat dijadikan penggerak mula untuk memutar turbin, dimana energi mekanik yang
dihasilkan
turbin
digunakan
untuk
memutar generator untuk menghasilkan energi listrik [1][2]. Besar energi listrik yang dihasilkan PLTAngin bilah
2. METODOLOGI Perancangan bilah turbin PLT-Angin kapasitas 100 kW, dilakukan dengan alur penelitian, sebagai berikut :
sangat dipengaruhi oleh unjuk kerja turbin
(rotor)
untuk
menghasilkan
putaran[1]. Putaran bilah turbin menghasilkan torsi untuk memutar generator. Putaran dan torsi pada bilah turbin dipengaruhi oleh aerodinamika bilah turbin dan kecepatan angin. Unjuk kerja bilah turbin PLT-Angin dapat ditingkatkan
dengan
memperhitungkan
karakteristik aliran fluida yang menyentuh permukaan
bilah
turbin
(aerodynamics
analysis) [3].
Berdasarkan pernyataan di atas perlu dilakukan perancangan bilah turbin yang efisien secara aerodinamika. Aerodinamika bilah turbin dapat diuji dengan terowongan
Gambar 1 : Diagram alir perancangan
Diterima 152 redaksi : 21 September 2012, dinyatakan layak muat : 17 Desember 2012
Bilah Turbin Pembangkit Listrik Tenaga Angin (PLT-Angin) KetenagalistrikanPerancangan Dan Energi Terbarukan Kapasitas Vol. 11 No. 2 Desember 2012 : 151 100 - 158KW Menggungakan Studi Aerodinamika
2.1 Perancangan Bilah Turbin a. Penentuan luas permukaan (swept area) Penentuan luas permukaan bilah turbin
- Tiap penampang
mempunyai jarak r
terhadap sumbu rotor. Local speed ratio (λr) dapat dihitung dengan persamaan berikut: (λr) = λ . r R
(swept area) PLT-Angin 100 kW digunakan persamaan Hukum Betz [1], sebagai berikut :
(3)
P = 0.5αρπr2 v3 (1) dimana P adalah daya rotor (kW), α adalah efisiensi rotor (0,25 s.d 0,30)(1), ρ adalah berat jenis udara (kg/ m3), r adalah jari-jari bilah
Gambar 2 : Penentuan Sudut Inklanasi
turbin (m) dan v adalah kecepatan angin (m/s).
- Nilai local speed ratio di atas dipergunakan
b. Penentuan jumlah bilah turbin Jumlah bilah turbin (B) dipengaruhi oleh perbandingan putaran geometri bilah turbin dengan kecepatan angin atau dikenal dengan nilai tip speed ratio (λ) desain, yang diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut [1]:
dalam persamaan berikut untuk mendapatkan sudut inklanasi (Ф) untuk tiap penampang bilah turbin. Ф = 2 arctg 1 3 λr (4) - Nilai chord (c) untuk tiap penampang diperoleh dengan persamaan berikut:
λ = 2. π. R. n 60.V (2) dimana R adalah radius turbin angin, N adalah putaran rotor dan V adalah kecepatan angin. Tabel 1 : Jumlah bilah turbin berdasarkan tip speed ratio[5] Λ B 1 6 – 20 2 4 – 12 3 3–6 4 2–4 5–8 2–3 8 – 15 1–2 c. Penentuan profil blade Profil yang dipergunakan adalah profil NACA 632415, profil ini umum dipergunakan pada turbin angin. d. Perhitungan Chord dan Blade Setting Perhitungan chord dan penempatan bilah
c = 8 . π. r (1- cos Ф) B. cl (5) dimana B adalah jumlah bilah turbin dan cl adalah coefficient lift. - Dengan
persamaan
berikut,
didapatkan
blade setting dengan sudut β untuk tiap penampang bilah turbin. β=Ф–α (6) dimana α adalah sudut serang. 2.2 Analisis aerodinamika menggunakan simulasi CFD Data potensi angin yang digunakan berasal
dari
P3TKEBT
di
laporan lokasi
pengukuran Desa
angin
Tamanjaya-
(blade setting) dilakukan dengan beberapa
Sukabumi dari tanggal 29 Januari-14 Desember
langkah sebagai berikut [5]:
2008
- Membagi bilah turbin menjadi beberapa
ditentukan parameter perancangan sebagai
bagian yang sepadan.
[6]
. Berdasarkan laporan tersebut di atas,
berikut :
Diterima redaksi : 21 September 2012, dinyatakan layak muat : 17 Desember 2012
153
Ketenagalistrikan Dan Energi Terbarukan Ketenagalistrikan Dan Energi Terbarukan Vol. 11 No. 2 Desember 2012 : 151 - 158 Vol. 11 No. 2 Desember 2012 : 151 - 158
Tabel 2 : Parameter perancangan bilah turbin Rated Capacity 100 kW Cut-in wind speed 2.5 m/s Cut-off wind speed 21 m/s Rated wind speed 12 m/s Jumlah rotor 3 Tip Speed Ratio (TSR) 6.5
Kondisi Batas Dinding Kondisi Batas Masukan (Inlet) Kondisi Batas Keluaran (Outlet) Kondisi Batas Simetri Komputasi mesh dalam simulasi CFD digunakan
sebagai
batasan
analisis
Metode uji unjuk kerja bilah turbin secara
mengunakan
aerodinamika dilakukan dengan simulasi CFD.
simulasi. Ukuran mesh yang digunakan adalah
Model yang digunakan aliran viskos turbulen
minimum gap size 0,3 m dan minimum wall
tiga
thickness 0,1 m.
dimensi
berbasis
pendekatan
Finite
(7)
perhitungan
numerik
pada
Volume . Metode ini dilakukan untuk berbagai
Perhitungan analisis aerodinamika bilah
kondisi aliran seperti kecepatan angin, putaran
turbin PLT-Angin 100 KW mengunakan
rotor dan efisiensi bilah turbin. Diagram alir
bantuan
simulasi CFD pada Gambar 3. :
Flowmerics. Hasil perhitungan yang didapatkan
perangkat
lunak
(software)
adalah nilai torsi, daya rotor dan Coefficient of Performance (CP). Perancangan dan simulasi CFD bilah turbin dilakukan di Pusat Penelitian dan PengembanganTeknologi
Ketenagalistrikan
Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi
(P3TKEBTKE),
produksi
bilah
turbin
Jakarta. dilakukan
Dirgantara Indonesia (DI), Bandung.
Proses di
PT.
Durasi
ini 12 bulan mulai dari bulan Januari s.d Desember 2009. Gambar 3 : Diagram alir simulasi CFD Faktor
utama
untuk
mendapatkan
solusi yang efisien pada analisis aerodinamika menggunakan metode simulasi
CFD adalah
penentuan kondisi batas, kondisi awal yang sesuai dan metode diskretisasi. Persamaan navier-stokes
digunakan
pada
aerodinamika
dengan
kondisi
tertentu(4).Beberapa
jenis
analisis
kondisi
batas batas
(boundary condition) yang umum digunakan dalam metode simulasi CFD meliputi (7):
3. HASIL DAN PEMBAHASAN Penentuan luas permukaan bilah turbin (swept area) PLT-Angin 100 kW dimaksudkan untuk merencanakan dimensi bilah turbin, dimensi mempengaruhi daya yang dihasilkan bilah turbin. Perhitungan luas permukaan bilah turbin menggunakan persamaan (1), maka dihasilkan jari-jari bilah turbin (R) 10,75 m dan luas permukaan (A) 19,25 m2. Jumlah bilah turbin digunakan pada PLT-Angin ditentukan berdasarkan nilai tip
Diterima 154 redaksi : 21 September 2012, dinyatakan layak muat : 17 Desember 2012
Perancangan Bilah Turbin Pembangkit Listrik Tenaga Angin (PLT-Angin) Ketenagalistrikan Dan Energi Terbarukan Kapasitas Vol. 11 No. 2 Desember 2012 : 151 -100 158KW Menggungakan Studi Aerodinamika
speed ratio (λ) (persamaan 2), maka didapatkan nilai λ sebesar 6,5. Berdasarkan Tabel 1, maka didapatkan jumlah bilah turbin yang sesuai adalah tiga buah. Profil airfoil bilah turbin PLT-Angin 100 kW digunakan adalah profil NACA 632415 (Gambar 3). Profil airfoil ini efektif dipergunakan pada turbin angin dengan radius bilah lebih besar dari 10 m. Geometri
bilah
turbin
memiliki
keunikan, dimana bilah turbin merupakan gabungan
antara
beberapa
airfoil
yang
membentuknya(1). Hal ini dikarenakan bilah turbin tidak memiliki ukuran yang seragam dari ujung (tip) dan pangkal (root). Oleh karena itu diperlukan beberapa kerangka (spar) airfoil untuk membentuk geometri bilah turbin.
Tabel 3 : Ukuran airfoil tiap bagian bilah turbin Pena mpa ng
r
λr
Ф
c
β
1 2 3 4 5 6 7
1,55 3,13 4,70 6,28 7,85 9,43 10.75
0,65 1,31 1,97 2,63 3,29 3,95 4,61
37,98 24,90 17,94 13,88 11,27 9,47 8,16
2.99 2,65 2,08 1,67 1,38 1,17 1,01
32,28 19,2 12,24 8,18 5,57 3.77 2.46
Pembuatan geometri bilah turbin PLT-Angin 100 kW (Gambar 4) dilakukan menggunakan alat bantu perangkat lunak Catia V5R18 dengan skala gambar 1:1. Hal ini dilakukan untuk memudahkan analisis aerodinamika, sehingga nilai yang didapatkan mendekati sebenarnya. Berdasarkan perhitungan di atas maka didapatkan spesifikasi bilah turbin, sebagai berikut : Tabel 4 : Spesifikasi rancangan bilah turbin
Gambar 4 : Penempatan airfoil Pada Gambar 4, rancangan bilah turbin dibagi menjadi tujuh bagian. Jarak antar bagian airfoil (r) 1,5 m. Hal ini dimaksudkan untuk
Parameter Rasio Panjang chord, root dan tip (mm) Ketebalan NACA/root (mm) Luas Permukaan (m2) Panjang blade (m) Jenis NACA Simulasi
Dimensi Bilah turbin 1200 : 540 220 19,25 10,75 NACA 632415
aerodinamika
dilakukan
memudahkan perhitungan sudut inklanasi (Ф),
menggunakan CFD. Model aliran fluida yang
panjang chord (C) dan blade setting (β), serta
digunakan adalah viskos turbulen tiga dimensi
memudahkan penempatan kerangka (spar)
berbasis pendekatan Finite Volume. Analisis
airfoil pada saat produksi. Asumsi perancangan
dilakukan untuk berbagai kondisi kecepatan
bilah turbin memiliki koefisien angkat (cl) 0,92
angin, dan putaran rotor. Parameter-parameter
dan sudut serang (α) persamaan
5,7
0
Berdasarkan
(3) (4), (5) dan (6), maka
didapatkan ukuran tiap airfoil pembentuk bilah turbin sebagai berikut :
rancangan seperti torsi, daya rotor dan efisiensi bilah
turbin
disajikan
dalam
analisis
aerodinamika ini. Langkah pertama dalam analisis CFD, adalah pembuatan komputasi mesh, komputasi mesh dibuat dengan bantuan perangkat lunak
Diterima redaksi : 21 September 2012, dinyatakan layak muat : 17 Desember 2012
155
Ketenagalistrikan Dan Energi Terbarukan Ketenagalistrikan Dan Energi Terbarukan Vol. 11 No. 2 Desember 2012 : 151 - 158 Vol. 11 No. 2 Desember 2012 : 151 - 158
EFD Flowmeric. Ukuran mesh yang digunakan
Pada Gambar 6, terlihat aliran fluida
adalah minimum gap size 0,3 m dan minimum
menyentuh bilah turbin, warna pada bilah
wall thickness 0,1 m.
turbin merupakan perbedaan tekanan pada permukaan bilah turbin diakibatkan kecepatan angin. Hal tersebut mengakibatkan gaya angkat (fl) bilah turbin pada permukaan berwarna merah lebih besar, sehingga bilah turbin
Gambar 5 : Komputasi Mesh
berputar searah jarum jam. Putaran dari bilah
Geometri komputasi mesh harus dibuat
turbin tersebut menghasilkan daya mekanik
diseluruh
bagian
geometri
yang
akan
yang dibutuhkan generator.
disimulasikan(7). Warna hijau pada Gambar 5,
Putaran pada bilah turbin diasumsikan
merupakan komputasi mesh, geometri mesh
saat melakukan simulasi, hal tersebut dilakukan
berbentuk kubus dimana aliran fluida akan
untuk memberikan nilai awal melakukan
mengalir, rusuk kubus menjadi batasan fluida
simulasi CFD menggunakan perangkat lunak
yang
dibuat
EFD flowmeric. Pada Gambar 7 (a), terlihat
sebanyak 195.315 buah menyelimuti diseluruh
putaran dibutuhkan untuk menaikkan torsi pada
bagian bilah turbin. Hal ini dimaksudkan untuk
kecepatan angin 12 m/s (rated wind speed),
mendapatkan nilai yang valid pada tiap bagian
Kenaikan torsi tersebut menunjukkan pada saat
geometri bilah turbin. Jumlah Komputasi mesh
bilah turbin berputar membutuhkan gaya putar
juga digunakan sebagai batasan perhitungan
yang besar untuk menghasilkan torsi. Torsi ini
numerik.
dibutuhkan untuk mengimbangi gaya berat dari
mengalir.
Komputasi
Kerapatan
mesh
jumlah
mesh
mempengaruhi ketepatan hasil simulasi (7).
bilah turbin dan gaya gesek fluida (udara). Nilai torsi mengakibatkan bilah turbin berputar, dan bertambah putaran sampai pada suatu titik tertentu nilai gaya sentrifugal meningkat pada bilah
turbin
yang
mengakibatkan
tidak
diperlukan lagi nilai torsi yang besar. Gambar 6 (a) : Distribusi tekanan fluida pada V = 10 m/s, n = 67 rpm
Nilai maksimum torsi terjadi 63 rpm dan torsi mulai turun pada 70 rpm, hal ini terjadi karena tingginya putaran membuat gaya gesek fluida besar sedangkan gaya yang dibutuhkan bilah turbin berputar tetap. Hal tersebut yang mengakibatkan torsi yang dihasilkan bilah turbin turun.
Gambar 6 (b) : Visualisasi aliran fluida pada V = 12 m/s, n = 75 rpm Diterima 156 redaksi : 21 September 2012, dinyatakan layak muat : 17 Desember 2012
Ketenagalistrikan Dan Energi Terbarukan Perancangan Bilah Turbin Pembangkit Listrik Tenaga Angin (PLT-Angin) Vol. 11 No. 2 Desember 2012 : 151 - 100 158 KW Menggungakan Studi Aerodinamika Kapasitas
Pada Gambar 8, merupakan koefisien performa (CP) yang dihasilkan bilah turbin pada rated wind speed putaran tertentu. Nilai CP yang dihasilkan merupakan perbandingan nilai daya bilah turbin ideal (teoritis) dengan Gambar 7 (a) : Putaran vs torsi bilah turbin pada kecepatan angin 12 m/s
daya bilah turbin hasil simulasi. Nilai CP maksimal pada kecepatan angin ini sebesar 0,306 atau memilki efisiensi 30,6 % pada 75 rpm dan Torsi sebesar 15.327 N.m. Nilai CP pada turbin angin menggunakan tiga buah bilah adalah 0,3(1), maka rancangan
Gambar 7 (b) : Putaran vs daya bilah turbin pada kecepatan 12 m/s
bilah turbin dapat digunakan untuk produksi. Hasil simulasi pada masing-masing kecepatan
Pada gambar 7 (b), daya bilah turbin
angin dapat dilihat pada Gambar 9.
maksimal pada kecepatan angin 12 m/s terjadi pada putaran bilah turbin 75 rpm dengan daya sebesar
120,618
watt.
Persamaan
yang
digunakan untuk menghitung daya rotor (1) : P = . (7) Dimana P adalah daya rotor (watt), adalah torsi (n.m) dan adalah putaran rotor (rad/s). Nilai daya bilah turbin tidak berbanding
putaran bilah turbin juga berpengaruh pada
Gambar 9 : Hasil Simulasi aerodinamika bilah turbin Validasi hasil simulasi dilakukan
daya
dengan
lurus dengan nilai torsi, hal ini dikarenakan
rotor
yang dihasilkan.
persamaan daya, daya
Berdasarkan
menggunakan
hasil
pengujian
merupakan hasil kali
terowongan angin dengan menggunakan nilai
torsi dengan putaran. Daya yang dihasilkan
koefisien lift (cl). Perubahan sudut serang
bilah turbin rancangan sesuai dengan parameter
mengakibatkan muka benda yang berinteraksi
rancangan yaitu menghasilkan 100 kW pada
dengan fluida semangkin besar sehingga gaya
rated wind speed.
angkat meningkat, meningkatnya gaya angkat berbanding lurus perubahan koefisien lift (cl). Tabel 5 : Hasil uji terowongan angin berbagai jenis NACA(8) CL (a=0) Clmax (Re=3e+6) Stall character
Gambar 8 : Putaran vs CP bilah turbin pada kecepatan angin 12 m/s
Cd (a=0) Cd (Cl=1.0) Cl/Cd (Cl=1.0)
Cmac (CL=0)
4415 632-415 642-215 652-415 747A415 0.4 0.3 0.15 0.34 0.2 1.42 1.51 1.41 1.45 1.32 gradual gradual gradual gradual gradual agak sensitif thd Re 0.0072 0.006 0.0045 0.006 0.0068 0.008 0.008 0.0122 0.011 0.0102 116.28 117.65 83.33 90.91 98.04
-0.09
Diterima redaksi : 21 September 2012, dinyatakan layak muat : 17 Desember 2012
-0.09
-0.03
-0.06
-0.03
157
Ketenagalistrikan Dan Energi Terbarukan Ketenagalistrikan Dan Energi Terbarukan Vol. 11 No. 2 Desember 2012 : 151 - 158 Vol. 11 No. 2 Desember 2012 : 151 - 158
Hasil
simulasi
aerodinamika
didapatkan
efisiensi bilah turbin sebesar 30,6% pada rated wind speed yaitu pada kecepatan angin 12 m/s dengan putaran bilah turbin 75 rpm. Bilah turbin rancangan telah dibuat cetak Gambar 10 : Coefisien lift (Cl) vs sudut serang (alpha) Naca 63415 re = 1e6(9) Hal tersebut di atas juga terlihat pada hasil simulasi CFD menggunakan parameter
birunya (blue print design) dan telah selesai diproduksi serta terpasang pada PLT-Angin Desa Tamanjaya-Sukabumi. DAFTAR ACUAN
pengujian yang sama dengan uji terowongan [1]. Burton, T., Sharpe, D., Jenkins, N dan angin menggunakan perangkat lunak flomeric Bossanyi, E. 2001. Wind Energy Handbook. (Gambar 11), selain memiliki tren garis yang Chichester, John Wiley & Sons, Ltd. sama, nilai koefisien lift simulasi ekuivalen [2]. Sterzinger,G et al. 2004. Wind Turbine dengan hasil uji terowongan angin Tabel 6 dan Development: Location of Manufacturing gambar 12 yaitu sebesar 0,3 pada α = 0 pada re Activity. Report. REPP Washinton DC = 1e6. Sudut serang yang digunakan pada [3]. Stiesdal, H. 1999.The Wind Turbine rancangan bilah turbin adalah 5.70 dengan cl= Components& Operation. Brande, Energy 0.92. Nilai cl pada rancangan berdasarkan [4]. Chao, D.D. dan van Dam, C.P.2008. CFD simulasi menggunakan flowmeric. Analysis of Rotating Two-Bladed Flatback Wind Turbine Rotor. Oak Ridge, DOE USA
[5]. Manwell, J. et al,. 2002. Wind Energy Explained
:
Theory.
Design
and
Application. John Wiley and Sons, Ltd. Gambar 11 :Hasil simulasi nilai koefisien lift Hasil rancangan bilah turbin telah [6]. Tim Peneliti Energi Angin. 2008. Kajian PLT- Angin Di Indonesia Bagian Timur. dibuat cetak birunya (blue print design) dan telah
selesai
diproduksi
PT.
Dirgantara
Laporan.P3TKEBT-DESDM, Jakarta.
Indonesia, Bandung.
[7]. Versteeg , HK dan Malalasekera,W. 1995.
4. KESIMPULAN
An Introduction to : Computational Fluid
Pada penelitian perancangan bilah turbin pembangkit listrik tenaga angin kapasitas 100 kw
dihasilkan
beberapa
kesimpulan
Hasil yang didapatkan dari perancangan adalah dimensi bilah turbin PLT-Angin yang unjuk
[8]. Tim Pengembang Kincir angin. 2009. Laporan Pembuatan Kincir Angin. Laporan produksi. PT.DI: Bandung
diantaranya :
memiliki
Dynamic. New York, Longman Group Ltd
kerja
optimal
secara
[9]. Airfoil tools, 2012. NACA 63-415 Airfoil. Tersedia : http://airfoiltools.com/airfoil/details?airfoil =n63415-il. Diakses 26 November 2012.
aerodinamika. Diterima redaksi : 21 September 2012, dinyatakan layak muat : 17 Desember 2012 158