EFEK DEFLEKSI PADA SUDU TURBIN ANGIN TERHADAP KELUARAN DAYA Sulistyo Atmadl'. Ahmad Jamaludin Fltroh" * Peneliii Pusat Teknologi Dlrgantara Terapan . LA PAN ">Penelltl Teknlk Penerbangan ITB
ABSTRACT The type of material u s e d in the fabrication of wind turbine blade is a very important factor so t h a t it will not exceed the allowable m a x i m u m deflection. An analysis is conducted to study this deflection effect to t h a t power o u t p u t a n d as case study, a 7.6 m blade of 10 kW LPN 10000 E turbine is used. Several assumption as s u c h as deflection d u e to wind speed at perpendicular to local plane blade, effective diameter blade a n d direction of aerodynamic at aerofoil plane local blade are considered. The distribution of blade deflection along the twisted s p a n is a s s u m e d uniform. Calculation is performed for the polynomial order of 2,3 a n d 4, with variety of deflection of 0.2 m, 0.5 m, 1 m a n d 1.5 m. For design wind speed of 9 m / s it w a s found t h a t for 0.5 deflection, t h e losses of 6%, 9% and 12% for blade shape polynomial order 2,3 and 4 consequtively are produced; whereas for 1.5 m deflection, losses are 46%, 5 3 % and 5 6 % for t h e s a m e polynomial shape. If a maximum loss of 10% is taken, then the m a x allowable deflection is 0.5 m. ABSTRAK Dalam pembuatan sudu turbin angin, perlu diperhatikan material yang digunakan, agar defleksi yang terjadi tidak melebihi batas toleransi yang ditentukan. Untuk itu dilakukan analisis efek defleksi pada s u d u turbin angin t e r h a d a p keluaran daya u n t u k mengetahui berapa toleransi defleksi s u d u akibat angin. Sebagai contoh k a s u s , digunakan s u d u dengan diameter 7,6 m dan daya 10 kW dari turbin angin LPN 10000 E, dengan b a t a s a n d a n asumsi bahwa yang diperhitungkan adalah efek defleksi terhadap kecepatan angin p a d a penampang lokal s u d u dalam arah normal, diameter efektif s u d u d a n arah gaya-gaya aerodinamika p a d a aerofoil sebagai penampang lokal sudu, serta selama s u d u terdefleksi distribusi s u d u t puntir sepanjang s p a n tidak berubah. Perhitungan dilakukan u n t u k bentuk defleksi fungsi polinomial pangkat 2,3 d a n 4, serta besar defleksi 0,2 m, 0,5 m,l m dan 1,5 m. Sebagai hasil u n t u k kecepatan angin 9 m / d e t sebagai kecepatan rencana, m a k a diperoleh u n t u k defleksi 0,5 m losses yang terjadi 6%,9%,12% ber t u r u t - t u r u t u n t u k kelengkungan s u d u fungsi pangkat 2,3 d a n 4. Sedangkan u n t u k defleksi 1,5 m losses yang terjadi 46%, 5 3 % , 5 6 % berturutturut u n t u k kelengkungan s u d u fungsi pangkat 2,3 dan 4. bila di ambil batasan m a k s i m u n losses sekitar 10%, m a k a toleransi defleksi yang diijinkan hanya 0,5 m. Kata kunci :DeJleksi, Sudu, Turbin angin, Keluaran daya, Rugi-rugi 1
PENDAHULUAN
Analisis efek defleksi sudu terhadap prestasi sebuah turbin angin ini dilakukan, terutama u n t u k mengetahui daya yang hilang (power losses) akibat s u d u yang terdefleksi. Hal ini k a r e n a b a h a n s u d u yang k u r a n g rigid, dapat diketahui seberapa penting kekakuan s u d u diper8
lukan, yang m e r u p a k a n masukan u n t u k proses pembuatan sudu. 1.1 Data Sudu Untuk analisis efek defleksi ini digunakan sudu dengan spesifikasi u m u m sebagai berikut • Aerofoil p e n a m p a n g s u d u
• Eppler 66-1014
1.2 Batasan Masalah dan Asumsi Untuk menganalisis efek defleksi sudu terhadap prestasi turbin angin secara keseluruhan, terlebih dahulu h a r u s diketahui b e n t u k defleksi s u d u tersebut p a d a saat sedang berputar. Namun u n t u k mengetahui profil defleksi s u d u secara langsung m e r u p a k a n hal yang sangat sulit. Cara yang paling mungkin dilakukan adalah memotret atau mengambil gambar turbin angin p a d a saat sedang beroperasi dari sisi samping. Cara lainnya yang lebih sederharia adalah m e n g a s u m s i k a n b e n t u k defleksi s u d u turbin angin tersebut. Berikut ini adalah batasan masalah d a n a s u m s i yang a k a n digunakan : • Yang a k a n diperhitungkan adalah efek defleksi terhadap, ° Kecepatan angin p a d a penampang lokal s u d u dalam a r a h normal. ° Diameter efektif s u d u ° Arah gaya-gaya aerodinamika p a d a aerofoil sebagai penampang lokal sudu • Selama sudu terdefleksi, distribusi sudut puntir sepanjang s p a n s u d u tidak berubah. • Data generator yang didapat bahwa generator tersebut hanya mampu menghasilkan daya sebesar 10 kW pada 350 RPM dan mempunyai starting torsion sekitar 10 Nm. Sedangkan u n t u k analisis kali ini diperlukan d a t a generator yang meliputi h u b u n g a n a n t a r a RPM dan torsi a t a u RPM d a n daya. Oleh karena itu, rnaka diasumsikan bahwa hubungan antara RPM dan torsi merupakan fungsi kuadratik sehingga h u b u n g a n a n t a r a RPM d a n daya m e r u p a k a n polinomial pangkat 3. • Bentuk lengkungan akibat defleksi sudu m e r u p a k a n fungsi polinomial pangkat 2, pangkat 3, d a n p a n g k a t 4. 2
METODA ANALISIS
2 . 1 Pendahuluan Dalam memproduksi s u d u turbin angin, s u d u yang dihasilkan h a r u s kaku {rigid). Hal ini dikarenakan s e m u a teori
.
dan perhitungan tentang swirl machine p a d a u m u m n y a d a n s u d u turbin angin pada khususnya dibangun dengan asumsi bahwa a r a h aliran angin tegak lurus terhadap penampang lokal s u d u . Apabila s u d u terdefleksi p a d a s a a t berputar, m a k a efek yang ditimbulkan a n t a r a lain, kecepatan angin dalam a r a h normal di setiap penampang s u d u menjadi berkurang, diameter efektif s u d u menjadi lebih kecil daripada diameter semula, perubahan arah gaya-gaya aerodinamika d a n distribusi s u d u t p u n t i r sepanjang sudu juga akan berubah.
angin dalam a r a h normal. Oleh s e b a b itu, semakin besar s u d u t defleksi s u d u maka kecepatan angin dalam arah normal j u g a semakin berkurang d a n secara langsung menyebabkan daya keluaran juga berkurang. 2.3 Efek Defleksi Sudu Diameter Efektif Defleksi menyebabkan menjadi lebih semula, seperti
Terhadap
s u d u p a d a turbin angin diameter efektif s u d u kecil daripada diameter p a d a Gambar 2-2.
2 . 2 Efek Defleksi Sudu Terhadap Kecepatan Lokal Sudu turbin angin dirancang tegak lurus terhadap a r a h kecepatan angin. Apabila s u d u mengalami defleksi, m a k a kecepatan angin dalam arah normal akan berkurang, seperti p a d a Gambar 2 - 1 .
Gambar 2-2: Sketsa diameter efektif Berkurangnya diameter efektif menyebabkan luas frontal yang terkena terpaan angin j u g a berkurang. Hal tersebut secara tidak langsung menyebabkan energi angin yang dapat diserap oleh turbin angin j u g a a k a n berkurang. Gambar 2 - 1 : Sketsa s u d u t defleksi d a n a r a h kecepatan angin Keterangan: V = kecepatan angin V n = kecepatan angin dalam arah normal © = s u d u t defleksi Berdasarkan G a m b a r 2-1 di atas, m a k a dapat dilihat b a h w a kecepatan angin mengenai s u d u dengan s u d u t tertentu. Kecepatan angin tersebut akan diuraikan menjadi 2 komponen arah, yaitu kecepatan dalam a r a h normal d a n kecepatan angin dalam a r a h sejajar perm u k a a n s u d u . Yang berkontribusi terhadap penghasil daya adalah kecepatan 10
2 . 4 Efek Defleksi Sudu Terhadap Perubahan Arah Gaya Aerodinamika Penampang s u d u turbin angin adalah aerofoil. Karena adanya kecepatan angin d a n kecepatan p u t a r sudu, m a k a aerofoil memperoleh kecepatan relatif yang m e r u p a k a n penjumlahan kedua kecepatan tersebut dengan arah yang saling tegak lurus. Dengan geometri aerofoil tertentu, m a k a kecepatan relatif tersebut akan membangkitkan gaya angkat dan gaya h a m b a t Arah gaya angkat tegak lurus terhadap a r a h kecepatan relatif, sedangkan a r a h gaya h a m b a t searah dengan a r a h kecepatan relatif, seperti pada Gambar 2-3.
Gambar 2-3: Sketsa gaya aerodinamika pada penampang sudu Proyeksi gaya angkat terhadap arah p u t a r a n adalah m e r u p a k a n s u m b e r daya turbin angin, sedangkan proyeksi gaya h a m b a t terhadap arah p u t a r a n adalah m e r u p a k a n s u m b e r losses daya turbin angin. Apabila s u d u terdefleksi, maka gaya angkat d a n gaya h a m b a t efektifnya adalah (2-1) (2-2) Berdasarkan penjelasan di atas, maka defleksi s u d u menyebabkan gaya angkat d a n gaya h a m b a t efektif menjadi berkurang. Pengurangan ini secara tidak langsung dapat mengurangi daya keluaran turbin angin. 2.5 Efek Defleksi Sudu Terhadap Distribusi Sudut Puntir Penampang s u d u secara u m u m berbentuk aerofoil u n t u k m e n d a p a t k a n rasio gaya angkat terhadap gaya h a m b a t yang cukup baik. Pada u m u m n y a aerofoil yang digunakan mempunyai posisi pusat m a s s a kurang dari setengah chord dihitung dari leading edge. Oleh karena itu, sudu yang terdefleksi dapat menyebabkan perubahan distribusi s u d u t puntir. Sudut puntir di setiap penampang akan menjadi semakin besar dibandingkan geometri awal.
Bagian s u d u yang mempunyai s u d u t defleksi yang lebih besar adalah bagian s u d u di daerah ujung (tip). Pada daerah ujung s u d u terjadi beban defleksi yang lebih besar. Hal ini dikarenakan pada daerah ujung s u d u memperoleh beban aerodinamika yang lebih besar, ditambah pula dengan geometri sudu yang semakin mengecil dari pangkal hingga ujung sudu. Semakin besar beban aerodinamika dan semakin kecil geometri, m a k a perubahan s u d u t puntir j u g a semakin besar. Dengan k a t a lain, daerah di ujung sudu akan mengalami p e r u b a h a n s u d u t puntir yang lebih besar. Di lain pihak, daerah ujung sudu merupakan kontributor terbesar dalam penghasil daya sehingga apabila daerah ujung s u d u mengalami perubahan s u d u t puntir yang lebih besar, m a k a p e r u b a h a n prestasi turbin angin j u g a semakin besar. Kesimpulannya adalah p e r u b a h a n s u d u t puntir akibat sudu yang terdefleksi sangat mempengaruhi kinerja turbin angin.
3 ANALISIS DAN HASIL PERHITUNGAN EFEK DEFLEKSI SUDU Secara u m u m pengurangan daya keluaran turbin angin pertama kali disebabkan oleh kecepatan angin dan kekuatan struktur s u d u . Keduanya mempengaruhi bentuk lengkungan sudu saat terdefleksi. Bentuk lengkungan sudu menyebabkan diameter efektif sudu menjadi lebih kecil dibandingkan diameter awal. Pengurangan diameter efektif ini menyebabkan pengurangan energi angin yang dapat diserap oleh turbin angin. Selain itu lengkungan sudu akibat defleksi menghasilkan distribusi s u d u t defleksi di setiap penampang sudu. Adanya sudut defleksi di setiap penampang s u d u menyebabkan pengurangan kecepatan normal dalam arah normal di setiap penampang sudu, k h u s u s n y a pada daerah di ujung sudu. Pengurangan kecepatan angin dalam arah normal yang dirasakan oleh tiap penampang s u d u menyebabkan p u t a r a n sudu dan p u t a r a n generator menjadi berkurang sehingga pada akhirnya daya yang dihasilkan j u g a berkurang. 11
3.1 Geometri Lengkungan S u d u yang terdefleksi s u d a h pasti a k a n berbentuk s e b u a h kurva atau lengkungan. Permasalahannya adalah bagaimana b e n t u k lengkungan tersebut, a p a k a h m e r u p a k a n s e b u a h fungsi polinomial, fungsi logaritma, fungsi tertentu lainnya, atau fungsi tak tentu. Untuk hal tersebut diperlukan analisis struktur yang lebih mendalam u n t u k mengetahuinya. Seperti yang telah dijelaskan pada bab I, dalam analisis ini b e n t u k lengkungan d i a s u m s i k a n m e r u p a k a n fungsi polinomial pangkat 2, p a n g k a t 3, dan pangkat 4. Defleksi a k a n divariasikan antara 0.2, 0.5, 1.0, dan 1.5 m. Gambar 3-1 merupakan plot lengkungan pada defleksi 1.5 m.
Gambar 3-4: Distribusi s u d u t defleksi dengan kelengkungan polinomial pangkat 4
Gambar 3 - 1 : Bentuk lengkungan sebagai fungsi polinomial Distribusi s u d u t defleksi di sepanjang sudu u n t u k variasi besar defleksi dan bentuk lengkungan yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 3-2, Gambar 3-3 d a n Gambar 3-4.
3.2 Efek Kecepatan Angin dan Kekuatan Struktur Terhadap Bentuk Lengkungan Bentuk s u d u memanjang dari pangkal (hub) hingga ujung (tip). Semakin ke ujung, kecepatan tangensial yang dirasakan oleh penampang s u d u semakin besar. Dengan kecepatan angin yang sudah pasti konstan di setiap penampang sudu, m a k a kecepatan relatif yang merupakan penjumlahan a n t a r a kecepatan angin dan kecepatan tangensial j u g a semakin besar di daerah ujung s u d u . Semakin besar kecepatan relatif yang dirasakan oleh penampang sudu, m a k a semakin besar gaya aerodinamika yang dihasilkan. Hal tersebut sesuai dengan p e r s a m a a n b e r i k u t : (3-1) (3-2)
Berdasarkan kedua p e r s a m a a n tersebut, m a k a besar gaya aerodinamika dipengaruhi CI, Cd, V r , d a n chord. Harga CI dan Cd sangat dipengaruhi oleh sudut serang. Berdasarkan kedua p e r s a m a a n di alas, dapat dilihat bahwa semakin besar chord, m a k a gaya aerodinamika yang dibangkitkan juga semakin besar. Oleh karena itu, u n t u k mengurangi beban momen yang h a r u s ditahan oleh struktur pada pangkal s u d u , serta distribusi gaya yang seragam, m a k a distribusi panjang chord dibuat mengecil dari pangkal hingga ujung s u d u . Kerugian u t a m a distribusi chord seperti ini adalah kemungkinan s u d u mengalami defleksi p a d a d a e r a h ujung s u d u semakin besar, k h u s u s n y a pada kcccpatan angin yang sangat besar. 3.3 Efek Bentuk Lengkungan Defleksi T e r h a d a p Kecepatan Angin Arab Normal Distribusi chord, distribusi s u d u t puntir, tebal s u d u , s t r u k t u r sudu, d a n jenis material m e r u p a k a n faktor u t a m a yang m e n e n t u k a n b e n t u k lengkungan defleksi. Semakin kecil chord p a d a daerah ujung sudu, m a k a semakin besar defleksi pada ujung s u d u d a n semakin besar pula s u d u t defleksinya. Panjang chord pada d a e r a h pangkal s u d u tidak mempengaruhi bentuk lengkungan defleksi, melainkan sebagai syarat kekuatan struktur saja. Semakin kecil s u d u t puntir p a d a daerah ujung s u d u , m a k a semakin besar defleksi p a d a d a e r a h ujung s u d u k a r e n a hampir tegak lurus t e r h a d a p kecepatan angin. S u d u t puntir pada daerah pangkal sudu tidak mempengaruhi bentuk lengkungan. Semakin besar s u d u t puntir pada daerah ujung sudu, maka kekuatan struktur p e n a h a n momen pada pangkal sudu juga semakin besar. Tebal sudu sudah pasti mempengaruhi bentuk lengkungan defleksi. Semakin tipis s u d u , m a k a semakin besar defleksinya. Pada bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa sudu yang digunakan mempunyai chord yang semakin ke ujung semakin
kecil. Apabila menggunakan aerofoil yang sama di setiap p e n a m p a n g s u d u , m a k a tebal s u d u a k a n semakin tipis dari pangkal hingga ujung s u d u sehingga defleksi yang terjadi juga a k a n semakin besar. Berdasarkan s e m u a analisis di alas, disimpulkan b a h w a p e n e n t u a n bentuk lengkungan akibat defleksi s u d u sangat suliL Oleh k a r e n a itu diasumsikan bahwa bentuk lengkungan merupakan fungsi polinomial. Dalam analisis kali ini diambil contoh fungsi polinomial pangkat 2, 3, dan pangkat 4. Bentuk lengkungan sebagai fungsi poli-nomial tersebut telah digambarkan dengan Gambar 3 - 1 . Berdasarkan G a m b a r 3-1 d a p a t dilihat bahwa semakin tinggi polinomial, maka dengan defleksi tip s u d u yang s a m a a k a n menghasilkan s u d u t defleksi yang semakin besar, k h u s u s n y a pada daerah ujung s u d u . Semakin ke ujung [tip], maka sudut defleksinya juga semakin besar (Gambar 3-2 sampai dengan 3-4) Dari ketiga gambar tersebut dapat dilihat bahwa p a d a d a e r a h pangkal s u d u s u d u t defleksinya sangat kecil. Namun pada daerah di ujung s u d u s u d u t defleksinya sangat besar, b a h k a n dapat mencapai 60 derajat. Berdasarkan Gambar 2 - 1 , maka dapat dilihat bahwa semakin besar sudut defleksi, m a k a semakin kecil kecepatan arah normal yang dirasakan oleh pen a m p a n g s u d u k h u s u s n y a pada daerah di ujung sudu. Dengan kata lain, semakin tinggi polinomial sebagai bentuk lengkungan, atau semakin besar lengkungan pada daerah tip menyebabkan kecepatan angin arah normal yang dirasakan oleh penampang d a e r a h ujung s u d u juga semakin kecil. 3 . 4 Efek Kecepatan Angin Arah Normal Terhadap Daya Keluaran Kecepatan angin arah normal yang dirasakan oleh penampang s u d u sangat mempengaruhi prestasi turbin angin. Berdasarkan distribusi kecepatan angin dalam arah normal sepanjang s u d u pada Gambar 3-9 sampai dengan Gambar 3-11 d a n G a m b a r 3-14 s a m p a i dengan 13
Gambar 3-16 dapat dilihat bahwa kecepatan arah normal p a d a ftp dapat berkurang hingga mencapai 50 persen. Dengan distribusi s u d u t puntir yang tidak berubah sepanjang span sudu, m a k a semakin kecil kecepatan angin dalam a r a h normal menyebabkan putaran s u d u turbin angin m e n u r u n . Putaran sudu sebanding dengan putaran generator sehingga daya yang dihasilkan j u g a a k a n lebih kecil. Di lain pihak, semakin kecil kecepatan angin a r a h normal yang dir a s a k a n oleh p e n a m p a n g s u d u , m a k a semakin kecil kecepatan relatifnya. Berd a s a r k a n p e r s a m a a n (3-1) d a n (3-2), terlihat secara u m u m kecepatan relatif mempunyai p e n g a r u h secara kuadratik terhadap gaya aerodinamika yang dibangkitkan. Sebagai contoh apabila kecepatan angin dalam a r a h normal menjadi setengah dari kecepatan angin semula, m a k a gaya aerodinamika yang dibangkitkan menjadi sekitar seperdelapan dari harga semula. Gaya-gaya aerodinamika dalam arah tangensial atau a r a h p u t a r a n m e r u p a k a n s u m b e r penggerak turbin angin. Perkalian antara gaya-gaya tersebut dengan p u t a r a n s u d u m e r u p a k a n torsi penggerak generator. Daya keluaran turbin angin didapat dari perkalian a n t a r a torsi dan p u t a r a n generator. Dalam hal ini p u t a r a n generator s a m a dengan p u t a r a n sudu. B e r d a s a r k a n hasil perhitungan yang disajikan dalam Tabel 3-1 sampai dengan Tabel 3-3 dapat dilihat b a h w a p a d a defleksi sebesar 1.5 m p a d a ujung s u d u mengakibatkan losses daya sekitar 50 %. H u b u n g a n a n t a r a besar defleksi p a d a ujung s u d u d a n losses daya tidak linier sehingga defleksi s u d u menjadi sensitif terdapat daya keluaran turbin angin. 3.5Efek Diameter Daya Keluaran
Efektif
Terhadap
Pengurangan diameter efektif p a d a u m u m n y a mengurangi daya keluaran turbin angin, terlepas dari b e n t u k s u d u , 14
kecepatan putar, kecepatan angin, d a n sebagainya. Hal tersebut sesuai d e n g a n teori momentum yang menganggap sudus u d u swirl machine sebagai s e b u a h disc. Semakin kecil diameter efektif t u r b i n angin, m a k a semakin kecil p u l a energi yang dapat diserap oleh turbin angin. 3 . 6 Perhitungan Daya dan Losses Pada Kecepatan Angin 9 m / s Dipilih kecepatan angin 9 m / s k a r e n a merupakan kecepatan angin p a d a kondisi on design Analisis efek s u d u yang terdefleksi p a d a kecepatan angin 9 m / s m e r u p a k a n analisis p a d a kondisi desain. Dengan k a t a lain, p a d a bagian ini a k a n dilihat perbandingan daya d a n efisiensi turbin angin ketika beroperasi p a d a kondisi desain dengan s u d u rigid d a n s u d u yang terdefleksi. Hasil perhitungan disajikan dalam Tabel 3-1 s.d 3-3 d a n Gambar 3-5 s.d 3-8. Tabel 3-1: HASIL PERHITUNGAN PADA LENGKUNGAN POLINOMIAL PANGKAT 2
15
3 . 3 Perhitungan Daya Pada Kecepatan Angin 4 m / s Kecepatan angin rata-rata di Indonesia adalah berkisar a n t a r a 4 m / s 6 m / s . Hanya pada saat-saat tertentu saja kecepatan angin bisa mencapai 10 m / s a t a u lebih. Oleh k a r e n a itu perlu dil a k u k a n j u g a perhitungan efek defleksi p a d a kecepatan angin 4 m / s yang kemungkinan merupakan kecepatan yang paling dominan, dengan hasil seperti p a d a T a b e l 3-4 s.d Tabel 3-6. Tabel 3-4: HASIL PERHITUNGAN PADA LENGKUNGAN POLINOMIAL PANGKAT 2
Hasil dalam b e n t u k tabel di a t a s juga dapat disajikan dalam bentuk seperti pada Gambar 3-12 dan Gambar 3-13. 16
Gambar 3-16: Distribusi kecepatan normal pada lengkungan pangkat 4 Dari kurva di a t a s d a p a t dilihat bahwa semakin tinggi polinomial bentuk lengkungan, m a k a semakin kecil kecepatan angin dalam a r a h normal p a d a daerah ujung s u d u . 4
• Bentuk lengkungan s u d u akibat terdefleksi sangat mempengaruhi losses daya keluaran. • Besarnya kerugian daya tidak linier terhadap besarnya defleksi. • Dengan diameter awal sebesar 7.6 m d a n defleksi p a d a ujung s u d u sebesar 1.5 m, m a k a turbin angin mengalarni kerugian daya sekitar 50 %. • J i k a losses daya m a k s i m u m yang diharapkan tidak lebih dari 10 % maka defleksi p a d a ujung s u d u tidak boleh lebih dari 0,5 m. • Untuk memperoleh ketelitian hasil yang lebih baik, perlu dilakukan analisis s t r u k t u r lanjut u n t u k mengetahui bentuk lengkungan sudu dan perubahan distribusi s u d u t puntir.
KESIMPULAN DAN SARAN
Analisis efek defleksi s u d u turbin angin ini m e n g g u n a k a n contoh k a s u s turbin angin LPN 10000 E, n a m u n u n t u k turbin-turbin yang lain perlu j u g a dilakukan analisis yang s a m a agar dalam pembuatannya d a p a t memperoleh s u d u yang optimum p a d a d a e r a h kecepatan rencana. Kesimpulan d a n s a r a n yang dapat ditarik dari analisis ini adalah:
DAFTAR RUJUKAN Anderson, John D., Jr., 1985. Fundamentals of Aerodynamics, Mc. Grawhill company, Singapore. Abbot, Ira H., Von Doenhoff, Albert E., 1959. Theory of wing section, Dover Publications, inc, New York. Kuethe, Arnold M., Chow, Chuen yen, Foundations of Aerodynamics:Bases of Aerodynamic Design, J o h n Wiley & Sons.Inc, New York.
17