Dinamika Kesehatan, Vol. 8 No. 1, Juli 2017
Revani Hardika Pengembangan Model………
PENGEMBANGAN MODEL BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KEPUASAN KERJA DAN KINERJA PERAWAT DI RUMAH SAKIT ISLAM BANJARMASIN
Revani Hardika
STIKES YARSI PONTIANAK *Korespondensi Penulis. Telp. : 085245279999, E-mail :
[email protected]
ABSTRAK
Latar Belakang : Tinggi rendahnya budaya organisasi dilihat dari kepuasan kerja dan kinerja anggota Rumah Sakit terhadap nilai dan keyakinan dari pimpinan dan kesemua lapisan karyawan. Untuk membangun kepuasan dan kinerja yang tinggi diperlukan dukungan suatu budaya organisasi yang positif. Tujuan : Menganalisis pengembangan model budaya organisasi terhadap kepuasan kerja dan kinerja perawat. Metode : Penelitian kuantitatif dan kualitatif, desain deskriptif analitik, dengan pendekatan cross sectional dan FGD. Variabel yang digunakan adalah budaya organisasi sebagai variabel independen, kepuasan kerja dan kinerja sebagai variabel dependen. Sampel 79 responden. Teknis analisis regresi logistik. Hasil : Analisis univariat menunjukan umur responden 29,28 tahun. Hasil bivariat hubungan antara inisitif individu dengan kinerja yaitu nilai p= 0,000 (<0,05). Hubungan toleransi terhadap tindakan beresiko dengan kinerja nilai p= 0,002 (<0,05). Hubunga integrasi dengan kinerja nilai p= 0,572 (>0,05). Hubungan kontrol dengan kinerja nilai p= 0,000 (<0,05). Hasil analisis multivariat ternyata yang berhubungan bermakna dengan kinerjaadalah inisiatif, kontrol dan toleransi. Variabel yang paling berpengaruh dilihat dari nilai expected B yang signifikan adalah variabel kontrol. Simpulan : Tidak ada pengaruh antara budaya organisasi terhadap kepuasan kerja perawat, namun budaya organisasi berpengaruh terhadap kinerja perawat.
Kata Kunci : Budaya organisasi, Kepuasan kerja, Kinerja perawat, dan Rumah Sakit.
164
Dinamika Kesehatan, Vol. 8 No. 1, Juli 2017
Revani Hardika Pengembangan Model……… bukan dengan apakah para karyawan menyukai
PENDAHULUAN
budaya atau tidak. Pemahaman atas budaya organisasi
Budaya
organisasi
terdiri
dari
merupakan sarana terbaik bagi rumah sakit
karakteristik yang harus di ukur yang meliputi
untuk dapat memahami sumber daya manusia
inisiatif individu, toleransi terhadap tindakan
dari berbagai profesi di dalam rumah sakit
beresiko, arah integrasi, dukungan, manajemen,
karena budaya organisasi merupakan ketentuan
kontrol, identitas, sistem imbalan, toleransi
aturan dan norma yang tidak tertulis yang
terhadap konflik dan pola - pola komunikasi
menjadi standar perilaku yang dapat diterima
(Mangkunegara, 2006, Ndraha, 2005, dan
dengan baik oleh anggota organisasi (Sunarto,
Suwarto, 2009).
2004).
Budaya organisasi juga dapat menjadi Carlis (2009) melihat fenomena yang
instrumen keunggulan kompetitif yang utama,
ada di rumah sakit di Kabupaten Aceh ternyata
yaitu bila budaya organisasi mendukung
dijumpai bahwa nilai-nilai budaya yang pernah
strategi organisasi, dan bila budaya organisasi
ada sedikit demi sedikit mulai hilang. Hal ini
dapat menjawab atau mengatasi tantangan
dapat dilihat nilai senioritas yaitu pemahaman
lingkungan dengan cepat dan tepat.
staf
terhadap
budaya
organisasi
dalam
Salah
satu
organisasi
yang
hubungan saling menghormati antara staf.
membutuhkan keunggulan kompetitif adalah
Berdasarkan fenomena tersebut pembentukan
rumah
budaya organisasi yang baik akan memberikan
organisasi dapat dilihat dari kepuasan kerja
implikasi pada kepemimpinan di rumha sakit,
anggota rumah sakit terhadap nilai-nilai dan
pengelolaan
berbagai
keyakinan dari pimpinan hingga kesemua
kelompok agar dapat dimanfaatkan untuk
lapisan karyawan. Dan untuk membangun
mencapai tujuan organisasi.
kepuasan yang tinggi diperlukan dukungan
potensi-potensi
Menurut
Robbins
dari
(2003)
budaya
organisasi merupakan sistem makna bersama yang
dianut
oleh
anggota-anggota
sakit.
Tinggi
rendahnya
budaya
suatu budaya organisasi rumah sakit yang positif. Menurut
yang
Mas’ud
(dalam
Meliana,
membedakan suatu organisasi dari organisasi
2012), salah satu indikator dalam upaya
lain. Sistem makna bersama ini, bila diamati
organisasi yang baik adalah menciptakan rasa
dengan lebih seksama, merupakan seperangkat
aman
karakteristik utama yang dihargai oleh suatu
menyebabkan kepuasan kerja karyawan dan
organisasi. Budaya organisasi berkaitan dengan
komitmen organisasi akan semakin meningkat.
bagaimana
karyawan
dengan
pekerjaan.
Hal
ini
akan
mempersepsikan
Seperti yang dikemukakan seorang ahl
karakteristik dari suatu budaya organisasi,
Ardana (2008), bahwa suatu budaya organisasi yang kuat dan telah berakar akan dapat 165
Dinamika Kesehatan, Vol. 8 No. 1, Juli 2017
Revani Hardika Pengembangan Model………
memberikan kontribusi yang cukup signifikan
individualisme/kolektivisme, jarak kekuasaan,
bagi anggota organisasi terutama pada sikap
menghindari
dan
feminitas/maskulinitas.
perilaku
anggota-anggota
organisasi
khususnya pada kepuasan kerja karyawan.
ketidakpastian
dan
Di Indonesia juga terdapat beberapa
Robbins dan Judge (2008), mengatakan
penelitian yang menunjukan budaya organisasi
bahwa budaya organisasi memiliki keterkaitan
berpengaruh terhadap kepuasan kerja, yaitu
yang erat dengan kepuasan kerja. Apabila
penelitian Manik (2009) yang menjelaskan
persepsi karyawan terhadap budaya dalam
bahwa
suatu organisasi baik, maka karyawan akan
hubungan dengan kepuasan kerja. Rosita
merasa
(2005) juga menambahkan bahwa budaya
puas
Sebaliknya,
terhadap
apabila
pekerjaannya.
persepsi
budaya
organisasi
mempunyai
karyawan
organisasi berpengaruh terhadap kepuasan
terhadap budaya dalam suatu organisasi tidak
kerja. Hal ini menunjukan bahwa dengan
baik, maka karyawan cenderung tidak puas
adanya budaya organisasi yang baik maka akan
terhadap pekerjaannya.
mengakibatkan kepuasan kerja staf terpenuhi.
Beberapa studi telah membuktikan
Penelitian lainnya oleh Widagdo (2006) juga
bahwa budaya organisasi berpengaruh terhadap
menunjukan bahwa kinerja di Perjan RSAB
kepuasan kerja. Hasil penelitian Dina Aryanti
Harapan Kita Jakarta dipengaruhi oleh budaya
dan Diah Arruum (2011), di dapatkan bahwa
organisasi dan dimensi atau karakteristik
budaya organisasi kurang baik 54,1% dan
budaya organisasi yang mempengaruhi disana
kepuasan kerja tidak puas 60,7 % hal ini
adalah
menunjukan bahwa ada hubungan budaya
toleransi
organisasi dengan kepuasan kerja perawat
pembelajaran, dukungan dari manajer dan pola
pelaksana di Rumah Sakit Bhayangkara Medan
komunikasi.
artinya semakin baik budaya organisasi di
inisiatif
individu,
terhadap
Menurut
kebersamaan,
konflik,
Septiadi,
(2008)
kontrol,
dalam
rumah sakit maka kepuasan kerja akan semakin
Rusmilawati dkk (2010) mengatakan bahwa
meningkat.
data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
Penelitian lain dari Rose, Kumar,
untuk wilayah Asia Tenggara pada tahun 2010
Abdullah dan Ling (2008) pada perusahaan
menunjukkan bahwa sekitar 35% pengguna
Multinasional MNCs di 4 (empat) negara
jasa pelayanan merasa puas terhadap pelayanan
(Amerika, Eropa, Jepang, dan Malaysia) hasil
yang diberikan dan 55% menyatakan tidak
keseluruhan bahwa perusahaan Multinasional
puas. Penelitian Wirawan tentang tingkat
MNCs
Eropa, Jepang dan
kepuasan pasien rawat inap terhadap asuhan
Malaysia memiliki hubungan yang signifikan
keperawatan disebuah rumah sakit di Jawa
terhadap empat dimensi budaya organisasi
Timur, diperoleh informasi hanya 17% dari
terhadap budaya organisasi yang diteliti yaitu
semua pasien rawat inap mengatakan puas
di
Amerika,
166
Dinamika Kesehatan, Vol. 8 No. 1, Juli 2017
Revani Hardika Pengembangan Model………
terhadap pelayanan yang diterima sedangkan
pada faktor organisasi yaitu adanya variabel
85% mengatakan tidak puas (Suanti, 2005
kontrol dan supervisi.
dalam Khamidah, et all, 2015). Penyebab
Rumah Sakit Islam Banjarmasin sesuai
terjadinya
ketidakpuasan
dengan keputusan Menteri Kesehatan Nomor :
pasien dipengaruhi oleh banyak faktor antara
. 673/P.Kes.1.0/72 pada tanggal 15 Agustus
lain yang berhubungan dengan kualitas produk
1979 Rumah Sakit Islam Banjarmasin resmi
dan jasa, harga, emosional, kinerja, estetika,
menjadi Rumah Sakit Swasta kelas C yang
karakteristik
mempunyai fungsi yaitu meningkatkan derajat
penduduk,
pelayanan
lokasi,
fasilitas, komunikasi, suasana, desain visual
kesehatan
(Nursalam, 2015). Kepuasan pasien tidak lepas
suku, agama, ras, aliran serta membentuk
dari kinerja yang dilakukan oleh perawat dalam
mental spiritual yang islami.
memberikan
asuhan
keperawatan.
Kinerja
masyarakat
tanpa
membedakan
Visi Rumah Sakit Islam Banjarmasin
perawat terdiri dari pengkajian, diagnosa
ialah
keperawatan, rencana tindakan keperawatan,
Banjarmasin
tindakan keperawatan, evaluasi dan catatan
professional, bermutu dan menjadi pilihan serta
keperawatan yang dipengaruhi oleh tiga faktor,
kebanggaan masyarakat.
yaitu faktor individu, faktor psikologi dan faktor
organisasi.
yang
sebagai
Rumah
Sakit Sakit
Islam yang
Berdasarkan data perbandingan antara target dan realisasi kinerja Rumah Sakit Islam
dikemukakan oleh Ilyas (2002), bahwa ada tiga
Banjarmasin tahun 2008-2010 menunjukan
kelompok variabel yang mempengaruhi kinerja
belum tercapainya realisasi kerja dan adanya
yaitu variabel individu, variabel organisasi dan
penurunan drastis jumlah pelayanan rawat inap
psikologis.
hal ini menunjukan kinerja Rumah Sakit Islam yang
sama
Rumah
juga
Faktor-faktor
Hal
mewujudkan
mempengaruhi
Banjarmasin belum mencapai target yang
kinerja perawat menurut Gibson (1997) dalam
ditetapkan oleh Rumah Sakit. Rumah Sakit
Nursalam (2015) diantaranya faktor individu
sebagai
meliputi (kemampuan dan ketrampilan, latar
memberikan pelayanan prima kepada pasien.
belakang,
Hasil
demografi),
faktor
organisasi
agen
pengamatan
perubahan
diharapkan
menunjukan
bahwa
meliputi (sumber daya, imbalan, struktur,
kepuasan kerja masih rendah. Hal tersebut
desain pekerjaan serta gaya kepemimpinan)
berdasarkan hasil wawancara tidak terstruktur
dan faktor psikologis yaitu persepsi, sikap,
dengan kepala bidang keperawatan dan 8
kepribadian, belajar dan motivasi. Ilyas (2002)
pegawai di Rumah Sakit Islam Banjarmasin
dalam Cecep (2013) juga menyatakan tiga
disebabkan
faktor tersebut yang merupakan faktor yang
pengetahuan dan kompetensi pegawai terhadap
mempengaruhi kinerja. Perbedaannya terdapat
pekerjaannya, kurangnya kontrol dari pimpinan
oleh
kurangnya
tingkat
dan beberapa karakteristik budaya organisasi 167
Dinamika Kesehatan, Vol. 8 No. 1, Juli 2017
Revani Hardika Pengembangan Model………
yang belum berkembang di Rumah Sakit Islam
sejauh mana para pegawai dianjurkan untuk
Banjarmasin.
bertindak
Melihat beberapa karakteristik budaya
agresif,
inovatif
menggambil resiko,
berani
tindakan beresiko di
organisasi menjadi penyebab realisasi kepuasan
Rumah
yang belum mencapai target di Rumah Sakit
dilakukan oleh setiap pegawai, tindakan yang
Islam Banjarmasin, maka berdasarkan PP No
beresiko hanya mungkin di lakukan oleh para
42
pemimpin
tahun
2004
mengenai
etika
dalam
Sakit
dan
Islam
Banjarmasin
organisasi
dalam
jarang
mengambil
beroranisasi, seharusnya etika berorganisasi
keputusan. Tindakan yang dilakukan para
pegawai negri sipil membangun etos kerja
pegawai
untuk
Banjarmasin adalah tindakan pelaksanaan tugas
meningkatkan
kinerja
organisasi,
dalam
unit lain yang terkait dalam rangka mencapai
berdasarkan ketentuan dan peraturan yang
tujuan,
berlaku
dalam
susun
Islam
yang
kompetensi
di
Sakit
menjalin kerja sama secara kooperatif dengan
memiliki
telah
Rumah
sehingga
sedemikian
diharuskan
rupa
untuk
pelaksanaan tugas, menggembangkan secara
melaksanakannya tanpa •ya toleransi. 3)
kreatif dan inovatif dalam peningkatan kinerja
integrasi yaitu tingakat sejauh mana unit-unit
organisasi dan berorientasi pada upaya kualitas
dalam organisasi didorong untuk bekerja
kerja.
dengan cara yang terkoordinasi, integrasi di Berdasarkan
tidak
beberapa unit kerja yang ada di Rumah Sakit
terstruktur tersebut juga menyatakan bahwa
Islam Banjarmasin belum terkoordinasi dengan
beberapa karakteristik budaya organisasi di
baik. Hal ini disebabkan kurangnya komunikasi
Rumah Sakit Islam Banjarmasin yang belum
yang efektif antara pegawai di satu unit kerja
berkembang, yaitu : 1) Inisiatif individu yaitu
dengan unit kerja lain, sehingga memyebabkan
tingkat
beberapa masalah timbul karena hal tersebut.
tanggung
wawancara
jawab,
kebebasan
dan
iEE• ng dipunyai individu, inisiatif
4)
individu pada pegawai Rumah Sakit Islam
pengawasan langsung yang digunakan untuk
Banjarmasin
mengawasi
sangat
sulit
untuk
muncul
kontrol
yaitu
dan
jumlah
peraturan
mengendalikan
dan
perilaku
kepermukaan dengan kata lain pegawai belum
pegawai, kontrol atau pengawasan yang ada di
mengemukakan pendapat atai ide-ide dalam
Rumah
pelaksanaan tugas dan fungsinya. Hal ini
optimal.
dikarenakan Rumah Sakit Islam Banjarmasin
kurangnya
memiliki aturan-aturan yang mengharuskan
menyebabkan
pegawai yang ada di dalamnya, melaksanakan
pekerjaan secara maksimal.
tugas
dan
fungsinya
sebagimana
Sakit
Islam
Beberapa
Banjarmasin pegawai
pengawasan pegawai
belum
mengatakan
oleh
pimpinan
belum
melakukan
yang
Dari permasalahan yang ada maka
diajarkan oleh para senior-senior mereka. 2)
peneliti ingin melakukan penelitian mengenai “
toleransi terhadap tindakan beresiko yaitu
Pengembangan Budaya Organisasi Terhadap 168
Dinamika Kesehatan, Vol. 8 No. 1, Juli 2017 Kepuasan Kerja Dan Kinerja Perawat Rumah
Revani Hardika Pengembangan Model……… HASIL PENELITIAN
Sakit Islam Banjarmasin”. Hasil penelitian tentang pengembangan model budaya organisasi terhadap kepuasan
METODE
dan kinerja perawat di Rumah Sakit Islam Penelitian ini menggunakan metode
Banjarmasin. Pelaksanaan penelitian di Rumah
penelitian kuantitatif dan kualitatif dengan
Sakit Islam Banjarmasin dilaksanakan bulan
desain deskriptif analitik dan menggunakan
Januari 2017. Hasil penelitian selanjutnya
pendekatan Potong lintang /cross sectional dan
diolah sesuai dengan rencana analisis data.
FGD untuk menganalisis pengembangan model
Hasil penelitian dijabarkan terdiri atas 3 bagian
budaya organisasi terhadap kepuasan kerja dan
yaitu
kinerja
multivariat.
perawat
di
Rumah
Sakit
Islam
Banjarmasin.
univariat,
bivariat
dan
Analisis dilakukan sesuai dengan data
Populasi dalam penelitian ini adalah perawat
analisis
pelaksana
Rumah
Banjarmasin berjumlah 118
Sakit
Islam
orang. Sampel
yang didapatkan dari responden meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan dan masa kerja. Uraian analisis univariat
yang dilakukan
dari penelitian ini berjumlah 79. Tehnik
terhadap karakteristik perawat adalah sebagai
sampling yang digunakan dalam penelitian ini
berikut:
adalah purposive sampling dan total sampling. Penelitian dilaksanakan pada bulan
Karekteristik umur perawat dan masa kerja perawat yaitu:
Desember 2016 s.d Januari 2017. Pengambilan data dilakukan minggu ketiga sampai dengan
(n=79) Variabel n
Mean Median SD
minggu ketiga bulan Januari 2016. Pengolahan Data
menggunakan
Editing,
Coding,
Processing, Cleaning.. Analisis
yang
Usia
Masa
dilakukan
meliputi
kerja
Min-
Maks CI 22–
28,12-
53
30,44
79 29,28 27,00
5,171
79 5,95
5,496 1–31
5,00
95%
4,727,18
analisis univariat, bivariat dan multivariat. Variabel penelitian yang dideskripsikan dengan
Hasil rata-rata umur responden penelitian ini
data numerik /central tedency. Bivariat dengan
adalah 29,28 tahun (95% CI 28,12-30,44),
sperman rank dan multivariat dengan regresi
dengan umur paling muda yaitu 22 tahun dan
logistik.
umur paling tua yaitu 53 tahun. Rata-rata masa kerja perawat yaitu 5,95 tahun (95% CI 4,727,18), dengan pengalaman masa kerja paling rendah satu tahun dan paling lama 31 tahun.
169
Dinamika Kesehatan, Vol. 8 No. 1, Juli 2017 Karekteristik
jenis
kelamin
perawat
Revani Hardika Pengembangan Model………
dan
pendidikan yaitu:
Hasil analisis hubungan antara toleransi terhadap tindakan beresiko dengan kepuasan
(n=79)
kerja
perawat
di
Rumah
Sakit
Islam
Banjarmasin, terlihat bahwa toleransi terhadap Variabel
Jumlah
(%)
tindakan beresiko dan kepuasan kerjanya yang
Jenis Kelamin
rendah dan tidak puas 35,4%. Analisa kategori
Laki-laki
29
36,7
toleransi terhadap tindakan beresiko dengan
Perempuan
50
63,3
kepuasan kerja perawat di Rumah Sakit Islam
79
100
Banjarmasin menunjukan hasil yaitu nilai p=
DIII
54
68,4
ada
S1
5
6,3
tindakan beresiko dengan kepuasan kerja
Ners
20
25,3
perawat di Rumah Sakit Islam Banjarmasin.
79
100
Pendidikan
0,360 (>0,05). Hasil tersebut menunjukan tidak hubungan
antara
toleransi
terhadap
Hasil analisis hubungan antara integrasi dengan kepuasan kerja perawat di Rumah Sakit
Hasil didapatkan karakteristik jenis kelamin
responden
paling
banyak
Islam Banjarmasin, terlihat bahwa integrasi
pada
yang kepuasan kerjanya tidak puas 26,6%.
penelitian ini adalah perempuan yaitu 63,3%.
Analisa kategori integrasi dengan kepuasan
Mayoritas responden di Rumah Sakit Islam
kerja
Banajrmasin dengan tingkat pendidikan DIII
Banjarmasin menunjukan hasil yaitu nilai p=
keperawatan yaitu 68,4%.
0,538 (>0,05). Hasil tersebut menunjukan tidak
Hubungan antara budaya organisasi dan
perawat
di
Rumah
Sakit
Islam
ada hubungan antara integrasi dengan kepuasan
kepuasan kerja perawat di Rumah Sakit Islam
kerja
Banjarmasin. Hasil penelitian yaitu :
Banjarmasin.
perawat
di
Rumah
Sakit
Islam
Hasil analisis hubungan antara inisitif
Hasil analisis hubungan antara kontrol
individu dengan kepuasan kerja perawat di
dengan kepuasan kerja perawat di Rumah Sakit
Rumah Sakit Islam Banjarmasin, terlihat
Islam Banjarmasin, terlihat bahwa kontrol yang
bahwa inisiatif individu yang kurang baik dan
kurang baik dan kepuasan kerjanya tidak puas
memiliki kepuasan kerjanya tidak puas 40,5%.
48,1%.
Analisa kategori inisitif individu dengan
kepuasan kerja perawat di Rumah Sakit Islam
kepuasan kerja perawat di Rumah Sakit Islam
Banjarmasin menunjukan hasil yaitu nilai p=
Banjarmasin menunjukan hasil yaitu nilai p=
0,580 (>0,05). Hasil tersebut menunjukan tidak
0,391 (>0,05). Hasil tersebut menunjukan tidak
ada hubungan antara kontol dengan kepuasan
ada hubungan antara inisitif individu dengan
kerja
kepuasan kerja perawat di Rumah Sakit Islam
Banjarmasin.
Analisa
perawat
kategori
di
kontrol
Rumah
Sakit
dengan
Islam
Banjarmasin. 170
Dinamika Kesehatan, Vol. 8 No. 1, Juli 2017
Revani Hardika Pengembangan Model………
Hasil analisis hubungan antara inisitif
tindakan beresiko yang kurang baik memiliki
individu dengan kinerja perawat di rumah sakit
peluang kinerja yang tidak puas baik 7 kali
islam banjarmasin, terlihat bahwa inisiatif
dibandingkan dengan responden kinerja yang
individu yang kurang dan kinerjanya tidak puas
puas.
67,1%.
Analisa
kategori
inisitif individu
Hasil analisis hubungan antara integrasi
dengan kinerja perawat di Rumah Sakit Islam
dengan kinerja perawat di Rumah Sakit Islam
Banjarmasin menunjukan hasil yaitu nilai p=
Banjarmasin, terlihat bahwa integrasi yang
0,000 (<0,05). Hasil tersebut menunjukan ada
kinerjanya tidak puas 44,3%. Analisa kategori
hubungan antara inisitif individu dengan
integrasi dengan kinerja perawat di rumah sakit
kinerja
Islam
islam banjarmasin menunjukan hasil yaitu nilai
hubungan
p= 0,572 (>0,05). Hasil tersebut menunjukan
antara inisiatif individu dengan kinerja perawat
tidak ada hubungan antara integrasi dengan
di Rumah Sakit Islam Banjarmasin didapatkan
kinerja
nilai OR=13,59 artinya responden dengan
Banjarmasin.
perawat
Banjarmasin.
di
Rumah
Analisis
Sakit
keeratan
perawat
di
Rumah
Sakit
Islam
kategori inisiatif individu kurang baik memiliki
Hasil analisis hubungan antara kontrol
peluang kinerja yang tidak puas baik 14 kali
dengan kinerja perawat di Rumah Sakit Islam
dibandingkan dengan responden kinerja yang
Banjarmasin, terlihat bahwa kontrol yang
puas yang memiliki inisiatif baik.
kinerjanya kurang baik terlihat tidak puas
Hasil analisis hubungan antara toleransi
79,9%. Analisa kategori kontrol dengan kinerja
terhadap tindakan beresiko dengan kinerja
perawat di Rumah Sakit Islam Banjarmasin
perawat di Rumah Sakit Islam Banjarmasin,
menunjukan hasil yaitu nilai p= 0,000 (<0,05).
terlihat bahwa toleransi terhadap tindakan
Hasil tersebut menunjukan ada hubungan
beresiko dan kinerjanya tidak puas 57,0%
antara kontol dengan kinerja perawat di Rumah
Analisa
Sakit Islam Banjarmasin. Analisis keeratan
yang
rendah
kategori
toleransi
terhadap tindakan beresiko dengan kinerja
hubungan
perawat di Rumah Sakit Islam Banjarmasin
perawat di Rumah Sakit Islam Banjarmasin
menunjukan hasil yaitu nilai p= 0,002 (<0,05).
didapatkan nilai OR=24,5 artinya responden
Hasil tersebut menunjukan ada hubungan
dengan kontrol yang kurang baik memiliki
antara toleransi terhadap tindakan beresiko
peluang kinerja yang tidak puas baik 24 kali
dengan kinerja perawat di Rumah Sakit Islam
dibandingkan dengan responden kinerja yang
Banjarmasin.
puas.
Analisis
keeratan
hubungan
antara
kontrol
dengan
kinerja
antara toleransi terhadap tindakan beresiko
Hasil Seleksi Antara Variabel Kepuasan
dengan kinerja perawat di Rumah Sakit Islam
dan Kinerja Perawat Pemilihan variabel yang
Banjarmasin
akan dilakukan uji multivariate menggunakan
didapatkan nilai OR=7,143
artinya responden dengan toleransi terhadap
uji
regresi
logistic
berganda
dengan 171
Dinamika Kesehatan, Vol. 8 No. 1, Juli 2017
Revani Hardika Pengembangan Model………
menggunakan uji backward likelihood ratio.
(OR) dari inisiatif individu adalah 8,479,
Analisis pengolahan data variabel kandidat
artinya perawat yang memiliki inisiatif baik
yaitu :
akan dapat meningkatkan kinerja 8,479 kali Hasil seleksi Kandidat Multivariat
dibandikan
dengan
perawat
mempunnyai inisiatif. Varibael
yang
tidak
Hasil analisis model
multivariat variabel kontrol didapatkan nilai
P value
OR 8,538 yang artinya varibel kontrol yang
Kepuasan Inisiatif Individu
0,271
baik memilki pengaruh terhadapa kinerja 8,538
Toleransi terhadap
0,254
kali lebih besar dari kontrol yang kurang baik.
resiko
0,400
Hasil analisis model multivariate varibel
Integrasi
0,377
toleransi diperoleh hasil OR 6,496 yang artinya toleransi yang baik meningkatkan kinerja
Kontrol
perawat 6,496 kali dibandingkan toleransi yang
Kinerja
buruk.
Inisiatif Individu
0,000
Toleransi terhadap
0,006
Variabel yang paling berpengaaruh
resiko
0,575
terhadap variabel dependen, dilihat dari nilai
Integrasi
0,000
expected B (exp B) yang signifikan. Semakin besar nilai exp B, semakin besar berpengaruh
Kontrol
terhadap variabel yang dianalisis. Berdasarkan Berdasarkan tabel diatas, didapatkan hasil
hasli
variabel inisatif individu, toleransi terhadap
variabel yang paling berhubungan adalah
resiko, dan variabel kontrol pada kategori
variabel kontrol.
kinerja
masuk
pada
analisis
permodelan
multivariate
didapatkan
multivariat.
Sedangkan varibel kepuasan (inisatif individu,
PEMBAHASAN
toleransi terhadap resiko, integrase dan variabel kontrol) dan kinerja (integrasi) tidak masuk
Karakteristik perawat berdasarkan umur
dalam analisis multivariat karena nilai p value
adalah sebagaimana yang tergambar hasil rata-
lebih dari 0,25.
rata umur responden penelitian ini adalah 29,28
Setelah
dilakukan
seleksi
kandidat
tahun (95% CI 28,12-30,44), dengan umur
uji
paling muda yaitu 22 tahun dan umur paling
model
tua yaitu 53 tahun. Menurut peneliti, umur
multivariat. Hasil analisis multivariat ternyata
responden dalam penelitian ini adalah rata-rata
variabel yang berhubungan bermakna dengan
masih
kinerja perawat adalah inisiatif, kontrol dan
mempengaruhi kemampuan perawatan selama
toleransi. Hasil analisis didapatkan odd ratio
melaksanakan prosedur tindakan. Pernyataan
analisis
multivariate
multivariate
untuk
maka
dilakukan
mendapatkan
berusia
muda.
Usia
muda
dapat
172
Dinamika Kesehatan, Vol. 8 No. 1, Juli 2017
Revani Hardika Pengembangan Model………
ini diperkuat juga dengan hasil penelitian
rata 17,3 tahun dan didukung oleh penelitian
Anugrahini yang menyatakan bahwa perawat
yang dilakukan oleh Rusmiati (2006), Riyadi
yang berusia rata-rata 34,4, tahun akan kurang
(2007), Nomiko (2007) dan Muzaputri (2008)
patuh
tindakan,
yang hasilnya menunjukkan bahwa tidak ada
sedangkan perawat yang berusia 40,3 tahun
hubungan antara lama kerja dengan kinerja
akan patuh terhadap pedoman tindakan yang
perawat. Menurut Siagian (2005) kepuasan
ditetapkan.
dengan
kerja relatif tinggi pada permulaan bekerja
kedewasaan dan maturitas seseorang, semakin
menurun secara berangsur-angsur setelah 5-8
meningkatnya umur maka sikap kedewasaan
tahun
akan
meningkat setelah 20 tahun. Sopiah (2008)
dalam
melaksanakan
Umur
berkembang
berkaitan
sehingga
meningkatkan
pelaksanaan suatu tindakan.
dan
selanjutnya
kepuasan
kerja
juga menyatakan bahwa belum ada bukti yang
Karakteristik masa kerja yang ada di
menunjukkan bahwa semakin lama seseorang
Rumah Sakit Islam Banjarmasin yaitu rata-rata
bekerja, tingkat produktivitasnya akan semakin
masa kerja perawat yaitu 5,95 tahun (95% CI
meningkat
4,72-7,18), dengan pengalaman masa kerja
Karakteristik perawat berdasarkan jenis
paling rendah yaitu 1 tahun dan paling lama
kelamin adalah didapatkan karakteristik jenis
bekerja adalah 31 tahun. Masa kerja adalah
kelamin
lamanya perawat bekerja dimulai sejak perawat
penelitian ini adalah perempuan yaitu 63,3%.
resmi diangkat sebagai karyawan Rumah Sakit.
Tidak ada pengaruh jenis kelamin antara laki-
Pengalaman (masa kerja) biasanya dikaitkan
laki dan perempuan terhadap kepuasan kerja.
dengan
Penelitian menurut Suroso (2011) menyatakan
waktu
mulai
bekerja
dimana
responden
seseorang. Semakin lama masa kerja, maka
seorang ibu dalam keluarga, kemungkinan akan
kecakapan akan lebih baik karena sudah
memiliki naluri keibuan yang bermanfaat
menyesuaikan
pekerjaannya.
dalam membentuk perilaku caring dalam
Menurut peneliti, masa kerja kurang maka
proses pemberian asuhan keperawatan dan
pengalaman
melakukan
menciptakan kepuasan kerja. Robbins (2006)
tindakan keperawatan kepada pasien juga
dalam teorinya menyatakan bahwa tidak ada
kurang optimal, khususnya pada tindakan-
perbedaan kemampuan antara pria dan wanita
tindakan
dengan
dalam memecahkan masalah, keterampilan
penjagaan mutu
analisis, dorongan kompetitif, sosialitas dan
pelayanan keperawatan. Hal ini diperkuat hasil
kemampuan belajar. Teori ini dibuktikan oleh
penelitian Anugrahini yang menyatakan bahwa
Aminuddin (2002) dan Muzaputri (2008) yang
perawat
menerapkan
menemukan tidak ada perbedaan kinerja antara
keselamatan pasien jika pada masa kerja rata-
perawat pria dan perawat wanita. Adanya
perawat
yang
keselamatan
berhubungan
pasien
yang
dalam
dan
patuh
dalam
yang
pada
bahwa
dengan
wanita
banyak
pengalaman kerja juga ikut menentukan kinerja
diri
perawat
paling
merupakan
173
Dinamika Kesehatan, Vol. 8 No. 1, Juli 2017 hubungan
yang
negatif
antara
tingkat
pendidikan dengan kepuasan terhadap gaji
Revani Hardika Pengembangan Model……… memiliki keterampilan dalam melaksanakan prosedur tindakan.
disebabkan perbedaan harapan. Klien dan
Hasil menunjukkan bahwa inisiatif
Mahe mengatakan bahwa pekerja dengan
individu dengan kepuasan kerjanya tidak puas
tingkat pendidikan yang lebih tinggi berharap
sebesar 40,5. Hasil uji analisis menunjukkan
dapat berpenghasilan lebih tinggi di perusahaan
tidak ada hubungan antara inisiatif individu
/ pekerjaan lain. Tingkat pendidikan lebih
dengan kepuasan kerja perawat, di dapatkan
tinggi pada umumnya menyebabkan seseorang
nilai dengan p value 0,391. Hal ini sejalan
lebih mampu dan bersedia menerima posisi dan
dengan
tanggung jawabnya (Gibson, Ivancevich &
menunjukan
Donelly (1996) dalam Kurniadi (2013).
kemampuan
Karakteristik
perawat
berdasarkan
Penelitian bahwa
Christensen(2002) staf
yang
membuat
berpartisipasi
pada
pilihan
dan
yang
lebih
akhirnya
akan
tingkat
tingkat pendidikan. Mayoritas responden di
bertanggung
Rumah Sakit
menimbulkan perasaan bahagia pada diri staf
Islam
Banajrmasin dengan
jawab
tingkat pendidikan DIII keperawatan yaitu
tersebut
68,4%.
berpikiran positif terhadap lingkungannya.
Tingkat
pendidikan
merupakan
pengalaman yang berfungsi mengembangkan kemampuan
dan
kualitas
serta
pada
memiliki
mengakibatkan
staf
akan
Hasil terlihat bahwa toleransi terhadap
kepribadian
tindakan beresiko yang kepuasan kerjanya
seseorang, dimana semakin tinggi tingkat
tidak puas 35,4%. Analisa kategori toleransi
pendidikan semakin besar untuk memanfaatkan
terhadap tindakan beresiko dengan kepuasan
pengetahuan dan ketrampilan (Siagian, 2001).
kerja perawat menunjukan hasil yaitu nilai p=
Adanya hubungan yang negatif antara tingkat
0,360 (>0,05). Hasil tersebut menunjukan tidak
pendidikan dengan kepuasan terhadap gaji
ada
disebabkan perbedaan harapan. Klien dan
tindakan beresiko dengan kepuasan kerja
Mahe mengatakan bahwa pekerja dengan
perawat di Rumah Sakit Islam Banjarmasin.
tingkat pendidikan yang lebih tinggi berharap
Hal ini sejalan dengan teori robbins (2002)
dapat berpenghasilan lebih tinggi di perusahaan
pada umumnya individu lebih menyukai
/ pekerjaan lain. Tingkat pendidikan lebih
pekerjaan
tinggi pada umumnya menyebabkan seseorang
menggunakan keterampilan dan kemampuan
lebih mampu dan bersedia menerima posisi dan
serta memberi beragam tugas, kebebasan dan
tanggung jawabnya (Gibson, Ivancevich &
feedback tentang seberapa baik pekerjaannya.
hubungan
yang
antara
toleransi
memberi
terhadap
peluang
untuk
Donelly (1996) dalam Kurniadi (2013). Analisa
Hasil analisis hubungan antara integrasi
peneliti, perawat dengan pendidikan DIII
dengan kepuasan kerja. Hasil terlihat bahwa
Keperawatan mempunyai tugas pokok sebagai
integrasi yang kepuasan kerjanya tidak puas
perawat
26,6%. Didapatkan hasil yaitu nilai p= 0,538
vokasi
sehingga
dituntut
untuk
174
Dinamika Kesehatan, Vol. 8 No. 1, Juli 2017
Revani Hardika Pengembangan Model………
(>0,05). Hasil tersebut menunjukan tidak ada
nilai OR=13,59. Analisis peneliti artinya
hubungan antara integrasi dengan kepuasan
responden dengan kategori inisiatif individu
kerja
Islam
kurang baik memiliki peluang kinerja yang
Banjarmasin. Hasil ini senada dengan hasil
tidak puas baik 14 kali dibandingkan dengan
penelitian dari Lok dan Crawford (1999)
responden kinerja yang puas. Penelitian ini
menyatakan bahwa hubungan sesama pekerja
senada
dan lingkungan kerja yang baik akan membuat
sebelumnya yaitu, Pertumbuhan pribadi setiap
perawat pada Rumah Sakit merasa puas dan
individu adalah suatu pengalaman dalam diri
akan
untuk
perawat
di
bekerja
Rumah
dengan
Sakit
baik
dan
akan
berkomitmen pada Rumah Sakit tersebut.
dengan
konsep
mengembangkan
dan
penelitian
kesanggupan
dan
memaksimalkan potensi keahlian (Gibson, 1989 dalam Melsyana, 2012) serta hasil
Hasil analisis hubungan antara kontrol
penelitian Firmansyah (2009) menunjukkan
dengan kepuasan kerja. Hasil terlihat bahwa
bahwa ada hubungan antara sumber daya dan
kontrol yang kepuasan kerjanya tidak puas
inisiatif individu manusia dengan kinerja
48,1%. Didapatkan hasil yaitu nilai p= 0,580
perawat
(>0,05). Hasil tersebut menunjukan tidak ada
keperawatan.
dalam
melaksanakan
asuhan
hubungan antara kontol dengan kepuasan kerja perawat di rumah Sakit Islam Banjarmasin.
Hasil
analisis
Senada dengan penelitian yang dilakukan oleh
terhadap tindakan beresiko dengan kinerja
Chiun-Lo dan Ramayah (2011), dari penelitian
perawat. Hasil terlihat bahwa toleransi terhadap
ini didapatkan temuan bahwa dengan dilakukan
tindakan beresiko yang kinerjanya tidak puas
mentoring yang baik pada pekerjaan itu sendiri,
57,0%. Didapatkan hasil yaitu nilai p= 0,002
promosi, supervisi pimpinan, dan kelompok
(<0,05).
kerja akan menimbulkan kepuasan kerja dan
hubungan antara toleransi terhadap tindakan
kepercayaan diri kepada karyawan tersebut.
beresiko dengan kinerja perawat di Rumah
Hasil
hubungan
tersebut
antara
toleransi
menunjukan
ada
Hasil analisis hubungan antara inisitif
Sakit Islam Banjarmasin. Analisis keeratan
individu dengan kinerja. Hasil terlihat bahwa
hubungan antara toleransi terhadap tindakan
inisiatif individu yang kinerjanya tidak puas
beresiko dengan kinerja perawat di Rumah
67,1%. Didapatkan hasil yaitu nilai p= 0,000
Sakit Islam Banjarmasin didapatkan nilai
(<0,05).
ada
OR=7,143. Analisis peneliti artinya responden
hubungan antara inisitif individu dengan
dengan toleransi terhadap tindakan beresiko
kinerja
Islam
yang kurang baik memiliki peluang kinerja
hubungan
yang tidak puas baik 7 kali dibandingkan
antara inisiatif individu dengan kinerja perawat
dengan responden kinerja yang puas. Hal ini
di Rumah Sakit Islam Banjarmasin didapatkan
sejalan dengan konsep Mattew (2007, dalam
Hasil
perawat
Banjarmasin.
tersebut
di
Analisis
menunjukan
Rumah
Sakit
keeratan
175
Dinamika Kesehatan, Vol. 8 No. 1, Juli 2017
Revani Hardika Pengembangan Model………
Riani,2011) mendefinisikan inovasi sebagai
puas. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
berupa mencari cara untuk melakukan sesuatu
Mua, dkk (2011) menyimpulkan bahwa ada
dengan lebih baik dari pada sebelumnya dan
pengaruh kontrol dan supervisi klinik terhadap
Hasil riset Rizal (2011) menekankan ada
kinerja perawat di Rumah Sakit Wilayah Palu.
pengaruh yang signifikan antara kreativitas dan
Gibson
inovasi
perbedaannya ada pada faktor organisasi
terhadap
motivasi
dan
kinerja
karyawan.
(1997)
dalam
Nursalam
(2015),
menurut Ilyas (2001) dimana dalam model
Hasil analisis hubungan antara integrasi dengan kinerja perawat. Hasil terlihat bahwa
teori
kinerja
ini
menambahkan
variabel
supervisi dan kontrol.
integrasi yang kinerjanya tidak puas 44,3%.
Hasil analisis multivariate, ternyata
Didapatkan hasil yaitu nilai p= 0,572 (>0,05).
variabel yang berhubungan bermakna dengan
Hasil tersebut menunjukan tidak ada hubungan
kinerja perawat adalah inisiatif, kontrol dan
antara integrasi dengan kinerja perawat di
toleransi. Hasil analisis didapatkan odd ratio
rumah sakit islam banjarmasin. Hal ini senada
(OR) dari inisiatif individu adalah 8,479,
dengan hasil penelitian yang disampaikan oleh
artinya perawat yang memiliki inisiatif baik
Mulyono,
akan dapat meningkatkan kinerja 8,479 kali
dkk
(2013)
dimana
hasil
penelitiannya memperlihatkan pvalue: 0,946
dibandikan
dengan
perawat
yang
tidak
(p>0,05) , hal ini berarti bahwa H1 ditolak dan
mempunnyai inisiatif. hasil analisis model
H0 diterima atau tidak terdapat hubungan
multivariate variabel kontrol didapatkan nilai
antara integrasi kepemimpinan dengan kinerja
OR 8,538 yang artinya varibel kontrol yang
perawat di Rumah Sakit Tingkat III Ambon.
baik memilki pengaruh terhadapa kinerja 8,538
Hasil analisis hubungan antara kontrol
kali lebih besar dari kontrol yang kurang baik.
dengan kinerja perawat. Hasil terlihat bahwa
Hasil analisis model multivariate varibel
kontrol yang kinerjanya kurang baik terlihat
toleransi diperoleh hasil OR 6,496 yang artinya
tidak puas 79,9%. Didapatkan hasil yaitu nilai
toleransi yang baik meningkatkan kinerja
p= 0,000 (<0,05). Hasil tersebut menunjukan
perawat 6,496 kali dibandingkan toleransi yang
ada hubungan antara kontol dengan kinerja
buruk. Variabel yang paling berpengaruh
perawat di rumah sakit islam banjarmasin.
terhadap variabel dependen, dilihat dari nilai
Analisis keeratan hubungan antara kontrol
expected B (exp B) yang signifikan. Semakin
dengan kinerja perawat di Rumah Sakit Islam
besar nilai exp B, semakin besar berpengaruh
Banjarmasin
OR=24,5.
terhadap variabel yang dianalisis. Berdasarkan
Analisis peneliti artinya responden dengan
hasli pemmodelan multivariate didapatkan
kontrol yang kurang baik memiliki peluang
variabel yang paling berhubungan adalah
kinerja
variabel kontrol.
yang
didapatkan
tidak
puas
nilai
baik
24
kali
dibandingkan dengan responden kinerja yang 176
Dinamika Kesehatan, Vol. 8 No. 1, Juli 2017
Revani Hardika Pengembangan Model……… variabel
Hasil FGD
dependen
yaitu
kepuasan
kerja
perawat, dan untuk variabel independen budaya Hasil proses Focus Grup Discussion
organisasi (inisiatif individu, toleransi terhadap
(FGD) atau Diskusi Kelompok Terarah (DKT)
tindakan beresiko dan kontrol) berpengaruh
serta observasi dengan menggunakan catatan
terhadap variabel dependen yaitu kinerja
lapangan selama proses pengambilan data
perawat. Hanya variabel independen integrasi
ditemukan beberapa tema tema esensial dari
yang tidak berpengaruh terhadap variabel
kata kunci yang selanjutnya dideskripsikan
dependen kinerja perawat di Rumah Sakit
oleh peneliti dalam bentuk naratif.
Islam Banjarmasin.
Berdasarkan hasil FGD dan wawancara yang dilakukan peneliti telah
mengidentifikasi
SARAN
adanya faktor yang sangat berpengaruh dalam
Budaya
Organisasi
mempunyai
pelaksanaan karakteristik budaya organisasi
pengaruh positif terhadap Kinerja karyawan.
dan beberapa tema yang berkaitan dengan
Berdasarkan hal tersebut penting bagi Rumah
tujuan penelitian tema-tema tersebut terdiri dari
Sakit
karakteristik kontrol terhadap kinerja perawat
meningkatkan budaya organisasi karyawan
yang nantinya akan peneliti buat modul untuk
dengan cara pimpinan perusahaan bekerja
pedoman
budaya
keras untuk membuat karyawannya selalu
organisasi karateristik kontrol dari Robbins
bahagia, seperti pimpinan dapat menjaga
terhadap kinerja perawat di Rumah Sakit Islam
perasaan dalam memerintah ditempat kerja,
Banjarmasin.
memberikan
dalam
pengembangan
Islam
Banjarmasi
teladan
atau
untuk
mampu
contoh
agar
karyawan patuh terhadap peraturan–peraturan SIMPULAN
di Rumah Sakit dan selalu mengingatkan visi dan misi Rumah Sakit kepada perawat,
Dari analisis yang telah dilakukan serta
sehingga paryawan merasa bangga ketika
hasil pembahasan pada bagin sebelumnya
Rumah Sakit mencapai tujuannya, pimpinan
maka dapat dibuat kesimpulan bahwa sebagian
Rumah Sakit
besar umur berusia dewasa madya, ditinjau dari
perawat dengan cara adil sehingga perawat
jenis kelamin diketahui responden perempuan
dapat bekerja sama dalam menyelesaikan
lebih banyak dari pada laki-laki, dengan tingkat
pekerjaannya dan dengan cara tersebut akan
pendidikan DIII dan masa kerja lama.
tercipta rasa kekeluargaan yang baik antara
Dari hasil analisis variabel independen
juga dapat memperlakukan
perawat satu dengan perawat yang lain.
budaya organisasi yaitu (inisiatif individu,
Rumah Sakit Islam Banjarmasin perlu
toleransi terhadap tindakan beresiko, integrasi
untuk mampu meningkatkan kepuasan kerja
dan kontrol) tidak berpengaruh terhadap
perawat misalnya, dengan cara memberikan 177
Dinamika Kesehatan, Vol. 8 No. 1, Juli 2017 otonomi atau kebebasan kepada perawat untuk
Revani Hardika Pengembangan Model……… Dahlan,
M.
S.
(2014).
Statistik
Untuk
melakukan pekerjaan dengan caranya sendiri,
Kedokteran dan Kesehatan: Deskriptif,
mempromosikan perawat yang berprestasi dan
Bivariat,
pengambilan kebijaksanaan selalu melibatkan
Aplikasi Menggunakan SPSS.
perawat, memberi kebebasan kepada perawat
Epidemologi Indonesia.
untuk
berpendapat
pekerjaannya,
tetap
demi memberikan
kemajuan evaluasi
dan
Multivariat,
Dilengkapi Jakarta:
Davis B. D. (2000). Caring for people in pain. London: Routhledge.
kepada perawat terhadap hasil kerjanya secara
Dina, A. & Diah, A (2011) Jurnal Budaya
berkala dan hasil kerja tersebut dapat dijadikan
Organisasi Dan Kepuasan Kerja Perawat
sebagai acuan terhadap kinerjanya.
Di Rumah Sakit Bhayangkara. Medan. Gibson, James L, dkk. (1997). Organisasi :
DAFTAR PUSTAKA
Perilaku, Struktur, Proses. Jilid 1 Edisi
Arikunto. S. (2010). Manajemen Penelitian.
Kedelapan. Terjemahan Jakarta : Bina
Jakarta: Rineke Cipta.
Rupa Aksara.
Bertolino, Truxillo,& Fraccarolly. (2011) Age as moderator of the relationship of proactive
personality
FKUI, Jakarta.
traning
Hall, Richard H. (2006). Tujuan dan Efektivitas
motivation, perceived career development
dalam Implementasi Manajemen Stratejik:
from traning, and traning behavioral
Kebijakan dan Proses (A. Usman editor)
intentions.
Amara Books, Yogyakarta.
Journal
of
with
Gillies, (1996). Manajemen Keperawatan.
Organizational
Behavior. Volume 32.Pages 248-263. Bijaya, A. (2006). Pengaruh budaya organisasi
Hastono, S. P. (2007). Analisis data kesehatan. Jakarta: FKM UI.
terhadap kinerja peerawat di ruang rawat
Ivancevich, MJ., Konopaske, R., Matteson, T.
inap rumah sakit dr. H. Marzoeki Mahdi
M. (2005). Perilaku dan Manajemen
Bogor. Tesis Program Magister Ilmu
Organisasi.
Keperawatan FIK UI.
Penerbit: Erlangga.
Edisi
Ketujuh.
Jakarta:
Christensen. (2012) An exploration of industry,
Kemenkeu RI. (2006). Organisasi dan Tata
culture and revenue. Di buka pada tanggal
Kerja Kantor Wilayah DJKN dan KPKNL.
5 Juli 2012. Dibuka melalui: www.
Jakarta.
Findarticle.com.
Kreitner, R. & Kinicki. (2010). Organizational
Dahlan, M. S. (2009). Besar sampel dan cara pengambilan sampel: Dalam penelitian kedokteran
dan
Salemba Medika.
kesehatan.
Jakarta:
Behavior. New York : Mc Graw-Hill Higher education. Luthan, F. S. (1998). Organizational Bahavior. Sevent edition. Singapore: Mc Graw-Hill.
178
Dinamika Kesehatan, Vol. 8 No. 1, Juli 2017 Marquis,
B.L.
&
Huston,
Kepemimpinan
C.J
dan
Revani Hardika Pengembangan Model………
(2010).
Rizal, Y. (2001). Pengaruh budaya organisasi
manajemen
terhadap motivasi kerja karyawan kantor
keperawatan: teori & aplikasi. Edisi 4.
direksi
Jakarta: EGC.
Lampung. Universitas Brawijaya Malang.
Mangkunegara, P.A.A.A. (2010). Evaluasi Kinerja SDM. Bandung: PT. Refika. Muzaputri, G. (2008). Hubungan karakteristik individu dan faktor organisasi dengan
PTP
Nusantara
VII
Bandar
Tesis Program Magister Manajemen. Riani,
A.
(2011).
Budaya
organisasi.
Yogyakarta: Graha Ilmu. Robbins, S. P. (2002). Perilaku Organisasi :
kinerja perawat di RSUD Langsa Nangroe
Konsep,
Aceh Darussalam. Tesis Program Magister
Kedelapan, Jilid 2, Alih Bahasa Hadyana
Ilmu Keperawatan FIK UI.
Pujaatmaka
Notoadmodjo,
S.
(2003).
Metodologi
Penelitian Kesehatan . Jakarta: Rineke Cipta.
kontroversi,
dan
aplikasi,
Benyamin
Edisi
Molan,
Prenhallindo, Jakarta. Robbins, S. P. (2003). Perilaku Organisasi Konsep, kontroversi dan Aplikasi . Edisi
Notoadmodjo,
S.
(2009)
.Pengembangan
Sumber Daya Manusia . Jakarta:PT. Rineke Cipta.
Robbins S. (2005). Prinsip-prinsip perilaku organisasi. Edisi kelima. (Terj. Halida dan
Nursalam, (2011). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.
D. Sartika) Jakarta: Erlangga. (Buku asli 2002). Robbins, S. P. (2007). Management. (ninth ed).
Nursalam, (2014). Manajemen keperawatan aplikasi
Ke-7. Jakarta: Prenhalindo.
dalam
praktik
keperawatan
United States: Person Education Inc. Robbins S. & Judge, T.
(2008). Perilaku
profesional. Edisi 3. Jakarta: Salemba
organisasi. (Terj. D. Angelica, R. Cahyani,
Medika.
dan A. Rosyid) Edisi 12. Jakarta: Salemba
Nursalam, (2015). Manajemen keperawatan aplikasi
dalam
praktik
keperawatan
Empat (Buku asli tahun 2007). Robbins S. & Judge, T.
(2015). Perilaku
profesional. Edisi 5. Jakarta: Salemba
organisasi. (Terj. Ratna Saraswati dan
Medika.
Febriella Sirait ) Edisi 16. Jakarta:
Ricardo,
Ronald
&
Jolly,
J.
(2003).
Salemba Empat (Buku asli tahun 2008).
Organization culture and teams. Academy
Rodwell, John J., Rene K., & Mark A. (1998).
of management journal. Volume 13. Page
The relationship among work related
245.
perceptions integral role of comunication.
Rivai, V. (2009). Manajemen sumber daya manusia untuk perusahaan dari teori ke
Employess” Journal of management. Vol 20.
praktek. Jakarta: Rajawali Pers. 179
Dinamika Kesehatan, Vol. 8 No. 1, Juli 2017
Revani Hardika Pengembangan Model………
Sabri, L (2005). Statistik Kesehatan. Jakarta: Salemba Empat. Sastroasmoro, Sudigdo dan Sofyan Ismail (ed.).
2008)
Dasar-dasar
Metodelogi
Peneelitian Klinis (edisi 3). Sagung Sento. Jakarta. Sastroasmoro, Sudigdo dan Sofyan Ismail (ed.).
2011)
Dasar-dasar
Metodelogi
Peneelitian Klinis (edisi 4). Sagung Sento. Jakarta. Siagiaan, P.S. (2010). Manajemen sumber daya manusia. Jakarta: Bumi Aksara. Sugiyono.
(2003).
Metode
Penelitian
Administrasi. Alfabeta. Bandung. Sulistyo, H. (2009). Pengaruh Kepemimpinan spiritual
dan
komunikasi
organisasi
terhadap kinerja karyawan. Jurnal ekonomi & bisnis (Ekobis). Volume 6. Hal. 21-28. Sully, P & Dallas, J. (2005). Essential communication skill for nursing. USA: Philadelphia st Louis Sidney Toronto: Elsevier Mosby. Sunarto. (2003). Teori organisasi. Yogyakarta: Amus Mahendro Total Design. Sunarto.
(2004).
Manajemen
Karyawan.
Yogyakarta: Amus Mahendro. Sugiono. (2010). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sopiah.
(2009).
Perilaku
organisasional.
Yogyakarta: Andi Offset. Wibowo, S. (2010). Budaya organisasi: Sebuah kebutuhan untuk meningkatkan kinerja jangka panjang. Wibowo (2010). Manajemen Kinerja. Edisi Ketiga. Jakarta: Rajawali Press. 180