Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah IX Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
ISSN 1410-6086
PENGEMBANGAN METODE DRASTIC UNTUK ANALISIS TINGKAT KERENTANAN (VULNERABILITY) PENCEMARAN AIRTANAH CALON LOKASI LANDFILL TENORM Moekhamad Alfiyan P2STPFRZR-BAPETEN ABSTRAK PENGEMBANGAN METODE DRASTIC UNTUK ANALISIS TINGKAT KERENTANAN (VULNERABILITY) PENCEMARAN AIRTANAH CALON LOKASI LANDFILL TENORM. Landfill merupakan salahsatu tindakan intervensi terhadap TENORM yang dihasilkan oleh industri minyak dan gas bumi di Indonesia Pemilihan landfill berpotensi menimbulkan pencemaran terhadap airtanah apabila fitur hidrogeologi dari lokasi landfill dan disain fasilitas landfill tidak mendukung. Tujuan dari makalah ini untuk mengetahui tingkat kerentanan pencemaran airtanah calon lokasi landfill TENORM yang berasal dari industri minyak dan gas menggunakan metode DRASTIC. Penyusunan makalah melalui identifikasi parameter hidrogeologi, inventarisasi pustaka terkait, penentuan tingkat kerentanan dan analisis hasil. Diperoleh hasil bahwa nilai indeks tingkat kerentanan pencemaran airtanah calon lokasi landfill adalah 128 dan termasuk kelas sedang. Parameter yang memberikan kontiribusi signifikan terhadap nilai tersebut adalah: kedalamanan muka airtanah, curah hujan, media akifer dan konduktifitas hidrolik. Untuk meminimalisasi terjadinya pencamaran, beberapa tindakan yang dapat dilakukan antara lain: pembuatan saluran air hujan, penutup dan dasar landfill terbuat dari material yang kedap air, kondisi limbah masif dan penanaman vegetasi. Dapat disimpulkan bahwa metode DRASTIC dapat digunakan sebagai alat bantu dalam menentukan lokasi dan disain fasilitas landfill TENORM yang sesuai dengan jenis TENORM, kondisi meteorologi dan hidrogeologi sekitar lokasi landfill. Kata Kunci: Landfill TENORM, DRASTIC, Air tanah ABSTRACT THE DEVELOPTMENT OF DRASTIC METHODE FOR VULNERRABILITY OF GROUND WATER POLLUTION AT TENORM LANDFILL LOCATION. Landfill is one of intervention action for TENORM from oil and gas industry in Indonesia. Landfill selection can cause ofr groundwater if the hydrogeology feature of landfill site and design of the facility are not suitable. Objective of this paper is to know the groundwater contamination of originally oil and gas industry TENORM landfill site proposed by using DRASTIC method. This paper contain identifi of hydrogeology parameter, related literatures collecting, determination of index and result analysis. The result, the value of vulnerability index of the landfill site is 128. The value is medium class. Parameter that give significant impact to the value include depth, rainfall, aquifer media and hydraulic conductivity. Pollution event can be minimized, some act can be taken, i.e: using water sewerage, cover and base of the landfill made from impermiable materials, waste is massive and vegetation plant. The conclusion that DRASTIC method can be used as supporting tool to determine site and design of the TENORM landfill appropriate with type of the TENORM and hydrogeology and meteorology of the site. Key Words: TENORM Landfill, DRASTIC, Groundwater
PENDAHULUAN Industri minyak dan gas bumi yang banyak beroperasi di Indonesia merupakan salah satu industri strategis pendonor devisa negara yang eksistensinya cukup bermakna dalam mendukung pembangunan nasional. Kegiatan industri minyak dan gas tersebut berpotensi menghasilkan TENORM, yaitu radionuklida alam yang terbawa sebagai material ikutan sehingga mengalami peningkatan paparan dibandingkan di tempat asalnya. Radionuklida alam tersebut berasal dari deret uranium dan thorium yang mempunyai umur paro sangat panjang dan bersifat sebagai sumber radiasi internal.
Berbagai mode proses dari rangkaian kegiatan industri minyak dan gas bumi berpotensi mendeposit TENORM dalam berbagai fase limbah dengan kuantitas dan konsentrasi aktivitas radionuklida yang beragam. Landfill atau lahan urug merupakan salahsatu opsi tindakan intervensi TENORM, yang direkomendasikan oleh IAEA kepada negara anggota dalam mengatasi permasalahan TENORM. Pada hakikatnya landfill bukanlah cara yang paling tepat dalam menyelesaikan masalah limbah atas berbagai pertimbangan, terutama kuantitas yang sangat besar dari TENORM, 225
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah IX Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
maka landfill adalah cara yang dapat diterima untuk kondisi saat ini. Landfill telah dikenal oleh masyarakat dunia sebagai sarana pembuangan akhir limbah domestik dan B3 (bahan berbahaya dan beracun). Permasalahan lingkungan terkait dengan sistem landfill telah banyak ditimbulkan oleh landfill limbah domestik, terutama landfill dengan sistem open dumping. Landfill yang merupakan sistem pembuangan limbah di atas atau di bawah permukaan tanah berpotensi menimbulkan bau, vektor penyakit dan pencemaran airtanah akibat berbagai peristiwa alam yang menyertai, karakteristik lokasi dan sifat limbah. Untuk mengantisipasi masalah pencemaran airtanah oleh fasilitas landfill TENORM, maka sebelum pengoperasiannya perlu dilakukan penyelidikan dan analisis lokasi landfill, yang hasilnya digunakan sebagai landasan dalam menentukan disain landfill yang kompatibel dengan kondisi meteorologi dan hidrogeologi sekitarnya. Dalam rangka menghadapi tantangan pengawasan TENORM di Indonesia yang diwujudkan dengan diberlakukannya Perka BAPETEN No.9 tahun 2009 tentang Intervensi Terhadap Paparan yang berasal dari Technologically Enhanced Naturally Occurring Radioactive Material, terkhusus untuk mengetahui tingkat kerentanan pencemaran airtanah suatu calon lokasi landfill TENORM menggunakan metode DRASTIC yang telah dikembangkan oleh US-EPA dan banyak diadopsi oleh negara lain, maka disusunlah makalah ini. Dengan teridentifikasinya tingkat kerentanan (vulnerability) terjadinya pencemaran airtanah tersebut maka diharapkan pilihan landfill dapat menjamin terpeliharanya fungsi airtanah setempat. Makalah ini diharapkan pula dapat membantu Badan Pengawas Tenaga Nuklir dalam melakukan evaluasi kelayakan calon tapak landfill yang diajukan oleh penghasil TENORM yang mengambil pilihan landfill sebagai opsi penyelesaian intervensi TENORM yang dihasilkannya. Teori Transport Kontaminan Dalam Tanah Dan Airtanah Airtanah merupakan bagian dari siklus hidrologi, dan didefinisikan sebagai air yang berada di bawah permukaan tanah pada zone 226
ISSN 1410-6086
jenuh air dengan tekanan hidrostatis sama atau lebih besar daripada tekanan udara. Keterdapatan airtanah dipengaruhi oleh perkembangan dan sifat-sifat geologi, kondisi batas formasi, iklim, aktivitas manusia dan lingkungan[1]. Kontaminan yang berada dalam tanah selalu dalam kondisi dinamis, yaitu berinteraksi dengan partikel tanah atau mengalami transformasi hingga mencapai keseimbangan. Selain itu, larutan tanah dan airtanah dapat bergerak sesuai dengan energi yang dimilikinya, ke arah dimana energinya lebih rendah. Dengan adanya pergerakan massa air tersebut, maka kontaminan yang berada dalam air ikut bergerak. Peristiwa penting yang terlibat dalam transport kontaminan di tanah dan airtanah, antara lain: adveksi, dispersi hidrodinamika dan retardasi. Transport karena adveksi merupakan proses fisik dimana air sebegai medium bergerak sambil membawa kontaminan yang berada di dalamnya. Sedangkan transport karena proses dispersi hidrodinamika merupakan transport atau perpindahan massa akibat difusi kontaminan, karena gradien konsentrasi yang mengakibatkan gerak brown serta mekanisme dispersi. Retardasi merupakan fenomena yang menunjukkan perubahan jumlah dari kontaminan selama terjadi proses transport akibat reaksi antara kontaminan dengan media tanah, yang memberikan efek seolah-olah gerakan kontaminan menjadi terhambat. Tidak semua proses perubahan konsentrasi kontaminan yang terjadi dalam tanah dan airtanah dapat didekati dengan anggapan terjadinya keseimbangan. Seperti pada kasus transformasi oleh aktivitas mikrobiologis atau peluruhan material radioaktif. Pengaruh reaksi kinetis selain dalam hal perlambatan laju front kontaminan juga pada waktu tercapainya puncak konsentrasi kontaminan disuatu titik yang ditinjau[2].
Tenorm Dalam Industri Minyak Dan Gas Bumi Sejumlah besar data tentang konsentrasi aktivitas radionuklida dalam TENORM yang berasal dari industri minyak dan gas bumi telah dikumpulkan, namun demikian pelaporannya masih terbatas. Beberapa laporan mengenai konsentrasi radionuklida
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah IX Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
dalam TENORM yang telah diterbitkan menyebutkan bahwa konsentrasi aktivitas Ra-226, Ra-228 dan Ra-224 dalam kerak dan lumpur berkisar 0,1 Bq/gram sampai 15.000 Bq/gram. Pada umumnya, konsentrasi aktivitas isotop radium dalam lumpur lebih kecil dibandingkan dalam kerak. Sedangkan konsentrasi aktivitas Pb210 dalam kerak lebih kecil dibandingkan dalam lumpur namun demikian nilainya bisa mencapai 1000 Bq/gram dalam endapan timbal dan lumpur. Meskipun isotop thorium tidak bermigrasi dari reservoir akan tetapi Th-228 dapat dihasilkan dari peluruhan Ra228 setelah berakhirnya proses pengendapan. Sebagai akibatnya, apabila kerak mengandung Ra-228 maka konsentrasi aktivitas Th-228 meningkat 150 % dari konsentrasi aktivitas Ra-228 yang tersisa. TENORM dalam industri minyak dan gas menyebabkan paparan eksternal selama produksi sehingga terjadi akumulasi radionuklida pemancar gamma, dan paparan internal terhadap pekerja atau pun orang lain khususnya selama pekerjaan perawatan, pengangkutan limbah dan peralatan terkontaminasi, dekontaminasi peralatan, pengolahan dan penyimpanan limbah. Situasi paparan tersebut juga mungkin terjadi selama kegiatan penutupan fasilitas produksi minyak dan gas, serta segala hal yang berhubungan dengan pengelolaan limbah[3].
ISSN 1410-6086
Landfill Tenorm Landfill merupakan penempatan limbah TENORM seperti tanah atau peralatan terkontaminasi yang wadah nya sesuai ditempatkan dalam fasilitas landfill. Jenis disposal ini digunakan apabila tidak ada pemanfaatan lain di lokasi landfill, terjaminnya fasilitas dari intrusi oleh manusia dan ketersediaan fasilitas. Fasilitas landfill memiliki sistem penghalang linier dan penutup. Sistem linier, pada umumnya merupakan tanah liat yang kompak atau kombinasinya dengan material sintetik. Sistem penutup merupakan tanah liat kompak dan sub soil. Landfill dapat pula dilengkapi dengan sistem pengelolaan gas dan lindi. Kualitas sistem penutup sangat menentukan dalam memitigasi paparan radiasi dari bawah tanah dan paparan gas radon. Pemantauan terhadap air permukaan dan airtanah diperlukan pada tahap operasional dan pasca operasional untuk mengetahui keterpaduan antara TENORM dengan fasilitas landfill. Fasilitas landfill harus dirancang sedemikian rupa sehingga paparan radiasi terhadap pekerja dan penduduk sekitar dapat diminimalis. Paparan radiasi yang ditimbulkan dapat berasal dari iradiasi dari lapisan tanah, inhalasi partikulat, inhalasi gas radon dan airtanah[4].
Tabel 1. Konsentrasi Aktivitas TENORM dalam Minyak, Gas dan Hasil Samping[7] Nuklida
Minyak Mentah Bq/gram
U-238
Gas Alam Bq/m3
Produk air Bq/L
Kerak Bq/gram
Lumpur Bq/gram
0,000 000 1–0,01
0,0003–0,1
0,001–0.5
0,005–0,01
Ra-226
0,0001–0,04
0,002–1200
0,1–15 000
0,05–800
Po-210
0–0,01
0,02–1.5
0,004–160
0,05–190
0,02–75
0,1–1300
0,0003–0,001
0,001–0.002
0,002–0.01
Ra-228
0,3–180
0,05–2800
0,5–50
Ra-224
0,5–40
0,002–0,08
Pb-210
0,005–0,02
Rn-222
5–200 000
Th-232
0,000 03–0,002
227
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah IX Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Metode Drastic Banyak metode yang digunakan untuk analisis kerentanan (vulnerability) airtanah terhadap pencemaran, yaitu metode HCS (hydrological complex and setting method); metode sistem parametrik (parametric system method) yang terdiri atas; metode MS (matrix system), RS (rating system), dan PCSM (point count system models) yang sering pula disebut sebagai metode pembobotan dan penilaian (parameter weighting and rating method); serta model hubungan analogi dan numeric (analogical relations and numerical)[5]. Metode DRASTIC merupakan salah satu teknik dari PCSM, dikembangkan oleh US-EPA yang merupakan bagian dari SIA (Surface impoundment assesment). SIA digunakan untuk mengevaluasi pengaruh penggenangan limbah cair (impoundment pond) baik dari industri maupun domestik (misalnya tangki septik, pond atau lagoon) terhadap akifer di Amerika serikat. Metode DRASTIC merupakan singkatan dari tujuh faktor yang dianggap penting dalam evaluasi akifer dan airtanah. Singkatan tersebut adalah: D = kedalaman (Depth) air tanah R = laju pengisian kembali (Recharge rate) akifer/curah hujan A = media akifer (Aquifer media) S = media tanah (Soil media)
ISSN 1410-6086
T = kemiringan (Topography) I = dampak terhadap zone (Impact of the vadose zone) C = konduktifitas hidrolik (Hydraulic conductivity)
vadose akifer
Indeks DRASTIC untuk suatu area dihitung dengan persamaan berikut: DrDw+RrRw+ArAw+SrSw+TrTw+ IrIw+CrCw………………………………………………….(1) Subskrip r dalam persamaan di atas menunjukkan peringkat nilai untuk masingmasing faktor dalam area yang ditinjau sedangkan subskrip w menunjukkan peringkat nilai kepentingan untuk masingmasing faktor. Semakin tinggi nilai indeks DRASTIC maka semakin rentan tanah dan air tanah terhadap potensi pencemaran[2]. Terdapat dua model yang dikembangkan untuk evaluasi kerentanan suatu akifer, yaitu model generik dan model pestisida. Model generik berlaku untuk kontaminan terlarut secara umum, sedangkan model pestisida merupakan pengembangan dari model generik untuk pestisida. Nilai untuk kepentingan faktor (dengan subskrip w) dapat dilihat dalam Tabel 2. Nilai pembobotan atau rating untuk masing-masing faktor (dengan subskrip r) berkisar 1 sampai dengan 10 dan disajikan dalam Tabel 3.
Tabel 2. Nilai Kepentingan untuk masing-masing faktor DRASTIC [7] Nilai atau bobot kepentingan
Faktor
Model Generik
Model pestisida
Kedalaman (Depth) air tanah
5
5
Laju pengisian kembali (recharge rate) /curah hujan
4
4
Media akifer
3
3
Media tanah (soil media)
2
5
Kemiringan (topography)
1
3
Dampak terhadap zone vadose (impact of the vadose zone)
5
4
Konduktifitas conductivity)
3
2
228
hidrolik
akifer
(hydraulic
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah IX Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
ISSN 1410-6086
Tabel 3. Kisaran Nilai Pembobotan Parameter Kerentanan [7]
No
Parameter Kerentanan
Nilai Pembobotan
No
Kisaran Kedalaman (m)
Parameter Kerentanan
Nilai Pembobotan
Kemiringan (%)
1
0-1,5
10
1
0-2
10
2
1,5-4,5
9
2
2-6
9
3
4,5-9,0
7
3
6-12
5
4
9,0-15,0
5
4
12-18
3
5
15,0-22,5
3
5
>18
1
6
22,5-30,0
3
7
>30
1
Curah Hujan (mm/thn)
Material Zona tak jenuh 1
Lanau/lempung
1
2
Shale
3
1
0-1500
2
3
Batu gamping
6
2
1500-2000
4
4
Batu pasir
6
3
2000-2500
6
5
Bedded limestone, batu pasir, shale
6
4
2500-3000
8
6
Shale dan kerikil dengan lanau dan lempung cukup
6
5
>3000
10
7
Pasir dan kerikil
7
8
Batuan metamorf beku
8
Media Akifer 1
Massive shale
2
9
Basal
9
2
Batuan metamorf
3
10
Batu gamping karst
10
3
Batuan metamorf mengalami pelapukan
4
4
Glacial till
6
5
Bedded sandstone, lapisan batu kapur dan shale saling bergantian
6
6
Batuan pasir masif
7
Konduktifitas hidrolik (m/hari) 1
0-0,86
1
2
0,86-2,59
2
6
3
2,59-6,05
4
Pasir dan kerikil
8
4
6,05-8,64
6
8
Basalt
9
5
8,64-17.18
8
9
Karst, bautan kapur
10
6
>17,18
10
Soil Media 1
Tipis atau tidak ada (top soil)
10
2
Kerikil
10
3
Pasir
9
4
Tanah Liat yang mengembang/menyusut
7
5
Lempung berpasir (sandy loam)
6
6
Lempung (loam)
5
7
Lempung berdebu (silty loam)
4
8
Lempung berliat (clay loam)
3
9
Tanah liat yang tidak menyusut/mengembang
1
229
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah IX Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
ISSN 1410-6086
Nilai pembobotan kedalaman airtanah menjadi penting karena menyangkut ketebalan atau jarak yang harus ditempuh kontaminan sebelum mencapai airtanah. Jarak tersebut juga menentukan lamanya waktu kontak antara tanah dan kontaminan.
menjadikan airtanah tidak rentan terkontaminasi. Topografi mengindikasikan apakah suatu kontaminan akan mengalami limpasan (runoff) atau tertahan di permukaan tanah untuk mengalami infiltrasi menjadi airtanah.
Laju pengisian kembali adalah jumlah airhujan dan air buatan yang mengalami infiltrasi kemudian perkolasi dan akhirnya menjadi airtanah. Dengan demikian, parameter ini mempengaruhi perkolasi dan transport kontaminan menuju zone airtanah dan juga mempengaruhi peningkatan muka airtanah. Pertimbangan utama dalam menentukan bobot laju pengisian air tanah adalah reaktivitas tanah dan transport kontaminan. Bila media kurang reaktif, maka kontaminan mudah bergerak sehingga bobot relatif semakin tinggi.
Parameter dampak dari zone vadose yaitu pengaruh dari zone di atas muka airtanah. Parameter tersebut menentukan bergerak atau tidaknya kontaminan menuju akifer.
Parameter media akifer menunjukan kekompakkan dan ketidakkompakkan batuan yang menyimpan airtanah. Akifer didefinisikan sebagai formasi batuan yang dapat menghasilkan air dalam kuantitas cukup. Atenuasi kontaminan di akifer bergantung jumlah dan kehalusan butiran. Pada umumnya ukuran butiran yang besar mengakibatkan permeabilitas yang tinggi dan kapasitas atenuasi rendah sehingga berdampak meningkatnya potensi pencemaran. Pada umumnya, pencemaran tanah sangat dipengaruhi oleh jenis dan jumlah tanah liat (clay), potensi mengembang dan menyusut dari tanah, serta ukuran butiran. Karakteristik dari tanah mempengaruhi laju infiltrasi, dipersi dan proses terhadap kontaminan. Sifat tanah penutup mempengaruhi pergerakan kontaminan di permukaan dan bawah permukaan. Adanya ukuran butiran halus, seperti liat, peat, lanau dan kandungan bahan organik dalam tanah penutup dapat menurunkan permeabilitas intrinsik dan retardasi atau mencegah pergerakan kontaminan melalui proses fisika-kimia (sorpsi, pertukaran ion, oksidasi dan biodegradasi). Topografi menunjukkan kemiringan dari suatu area. Area dengan kemiringan kecil cenderung menampung air untuk jangka waktu yang lama. Kondisi ini menyebabkan peningkatan infiltrasi atau pengisian air serta meningkatkan mobilitas kontaminan. Area dengan kemiringan curam memperbesar terjadinya runoff dan menurunkan terjadinya infiltrasi sehingga 230
Konduktifitas hidrolik adalah kemampuan akifer untuk mengalirkan air yang bergantung permeabilitas intrinsik dari material dan tingkat kejenuhannya. Kedua faktor tersebut mengendalikan perpindahan dan dispersi kontaminan dari titik injeksi dalam zone jenuh. Pada umumnya, konduktifitas hidrolik diukur dari data pumping test . Nilai dari indeks DRASTIC bervariasi dari 23-226 untuk model generik dan 26 256 untuk model pestisida, nilai tersebut dikelompokan menjadi empat kelas, bersesuaian dengan tingkat kerentanan pencemaran. Tabel 4. Kriteria tingkat kerentanan pencemaran [7] Tingkat Kerentanan
Indeks DRASTIC
Rendah
1-100
Sedang
100-140
Tinggi
141-200
Sangat Tinggi
>200
METODE Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah analsis data sekunder dengan tahapan identifikasi parameter meteorologi dan hidrogeologi yang dibutuhkan untuk perhitungan metode DRASTIC, antara lain: kedalaman airtanah, curah hujan, tekstur tanah, jenis media akifer, topografi, jenis material penyusunan zone vadose dan konduktifitas hidrolik. Tahap selanjutnya adalah inventarisasi pustaka terkait yaitu terutama yang makah sejenis sebagai bahan pertimbangan. Tahap akhir dari penyusunan makalah penentuan tingkat kerentanan dan analisis hasil.
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah IX Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis dan perhitungan semua parameter DRASTIC, diperoleh indeks kerentanan DRASTIC dari calon lokasi landfill TENORM yang berada di Kalimantan Timur adalah 128 sehingga dapat diketahui bahwa tingkat kerentanan pencemaran terhadap airtanah di calon lokasi landfill termasuk kelas sedang. Pengaruh masing-masing parameter terhadap tingkat kerentanan pencemaran tersebut dapat dijelaskan berikut. Jenis akifer lokasi studi berdasarkan kedalaman muka airtanah dibedakan menjadi akifer dangkal dan dalam. Akifer dangkal berkedudukan antara 1,0 - 20 meter di bawah muka tanah setempat (mbmt), fluktuasi muka airtanah antara 1,0 - 3,5 m sedangkan Akifer dalam berada pada kedudukan antara 25 - 250 mbmt, MAS sekitar 3,8 - 29 mbmt, mutu airtanah dalam umumnya mengandung besi dengan konsentrasi diatas ambang batas yang disarankan untuk air minum. Dalam perhitungan DRASTIC ini, kedalaman air ditetapkan pada nilai < 9 m sebagai nilai kedalaman airtanah yang rasional banyak terdapat diwilayah Indonesia. Kedalaman airtanah akan berpengaruh terhadap lama waktu yang dibutuhkan oleh kontaminan untuk mencapai muka airtanah. Untuk menurunkan potensi tingkat pencemaran airtanah, maka direkomendasikan tapak yang digunakan sebagai calon lokasi landfill TENORM adalalah tapak dengan kondisi airtanah dalam, yaitu pada kisaran kedalaman antara 25 - 300 mbmt. Media penyusun akifer oleh endapan aluvial (yang terdiri dari kerikil, pasir, lempung dan lumpur), batu pasir yang berselingan dengan batu lempung lanau, batu gamping koral lempungan, batu lumpur koral, dan batu lumpur berkarbon, serpih dengan sisipan napal dan batu bara. Sistem aliran airtanah melalui ruang antar butir dan gabungan antara celahan dan ruang antar butir. Jenisnya terdiri atas akifer tidak tertekan (unconfined aquifer) atau akifer dangkal (shallow aquifer) dan akifer tertekan (confined aquifer) atau akifer dalam (deep aquifer). Dengan kualitas akifer yang didominasi oleh material pasir dan kerikil akan berdampak pada tingginya konduktivitas hidrolik sehingga meningkatkan mobilitas kontaminan (efek dispersi mekanis). Confined aquifer
ISSN 1410-6086
merupakan jenis media akifer yang sesuai untuk lanfill karena memiliki nila ciri konduktifitas hidrolik yang rendah yang dipengaruhi oleh luas permukaan antar butir. Curah hujan di lokasi studi pada kisaran 2500-3000 mm/tahun yang termasuk kategori tinggi (>2000 mm/tahun) dan merupakan ciri meteorologis Indonesia. Tingkat curah hujan yang tinggi berpengaruh sangat signifikan terhadap kerentanan pencemaran airtanah. Kondisi alam ini sulit untuk diminimalisasi kejadiannya, namun dapat dikendalikan dampaknya, antara lain dengan membuat saluran air hujan di sekitar lokasi landfill sehingga tidak terjadi retensi surface runoff yang selanjutnya mengalami infiltrasi dan perkolasi sebelum mencapai muka airtanah. Penutup landfill dibuat dari bahan yang impermiable untuk meniadakan presipitasi airhujan melalui pori-pori. Untuk mengatasi fluktuasi infiltrasi air hujan dan terjadinya kondisi jenuh air dari tanah maka dapat pula dibudidayakan vegetasi disekitar area. Landfill TENORM dirancang sedemikanrupa sehingga limbah yang dilandfill dalam kondisi masif (tidak berongga) dengan cara pemadatan yang bertujuan mempersempit atau meniadakan celah antar butir sehingga menghambat pergerakan kontaminan, baik pada arah lateral maupun horizontal. Kemiringan lahan di lokasi landfill berdasarkan luas lahannya, dibedakan menjadi: 0 - 2 % = 6.976 Ha, 2, 2% - 15 % = 5.709 Ha, 15% - 40 % = 12.394 Ha dan > 40 % = 18.171 Ha. Dari data diatas menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah calon lokasi landfill mempunyai kelas lereng > 40 %, yakni seluas 18.171 Ha. Tingkat kemiringan/lereng tanah diatas 40% inilah merupakan keuntungan bagi suatu fasilitas landfill TENORM karena dapat mengurangi peluang terjadi surface runoff sehingga meminimalkan infiltrasi ke dalam permukaan tanah. Jenis tanah di calon lokasi landfill dibedakan menjadi alluvial, terdiri dari material pasir, lempung dan lumpur yang terbentuk dalam lingkungan sungai dan pantai. Pada jenis tanah alluvial ini tersedia minimal cukup unsur hara yang berguna bagi tumbuh-tumbuhan, namun sebagian besar tanah ini dipengaruhi oleh unsur bahan induk sehingga menjadikan kurang subur bagi lahan pertanian. Podsolik merah kuning, jenis tanah ini menempati persentase 231
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah IX Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
terbesar, yaitu: sekitar 80%, keadaan tekstur tanah liat, porositas jelek dan mudah larut bersama air. Tanah pasir, sekitar 15%, tanah pasir ini mengandung kuarsa, lempung serta serpih dengan sisipan napal dan batu bara, berwarna kecoklatan agak kelabu, porositas baik, rapuh dan tingkat erosi sangat tinggi. Dominasi tekstur liat memberikan keuntungan untuk disain fasilitas landfill TENORM, mineral liat umumnya bermuatan negatif dan mempunyai kereaktivitasan yang tinggi sehingga mampu mensorpsi ion-ion di sekitarnya. Jenis liat yang terkandung diperkirakan dari jenis kaolinit yang diindikasikan dengan porositas jelek. Dominasi mineral liat juga berpengaruh terhadap perlambatan mobilitas kontaminan. Konduktifitas hidrolik dari akifer calon lokasi landfill TENORM termasuk kategori cepat (> 3m/hari)[6], dengan nilai 1,555 m/hari 95,04 m/hari. Nilai konduktifitas hirdolik tersebut relefan dengan jenis media akifer yang didominasi oleh materiaL pasir. Untuk membatasi pergerakan tanah dari dasar lanfill menuju airtanah maka lapisan dasar landfill TENORM dikondisikan terbuat material yang bersifat impermiable (tidak meloloskan air). Dengan diketahuinya tingkat kerentanan tapak tersebut yang termasuk dalam kategori sedang, maka Badan Pengawas hendaknya bersikap lebih ketat dalam memberikan izin tapak tersebut sebagai tapak landfill TENORM. Artinya, perhatian juga ditujukan pada disain TENORM dan fasilitas Landfil. Disain TENORM, mencakup berbagai proses yang menjamin TENORM pada kondisi statis, misalnya dengan proses solidifikasi. Sedangkan disain falitas landfill yang dimaksud, mencakup berbagai pemasangan/pembangungan komponen fasilitas yang menghambat pergerakan TENORM ke lingkungan sekitar, misalnya penghalang buatan.
232
ISSN 1410-6086
KESIMPULAN 1.
2.
Tingkat kerentanan pencemaran airtanah dari suatu calon lokasi landfill TENORM termasuk kategori sedang dengan indeks DRASTIC=128. Parameter yang memberikan pengaruh paling signifikant terhadap tingkat kerentanan tersebut adalah kedalaman airtanah, curah hujan, media akifer, dan konduktifitas hidrolik. Metode DRASTIC dapat digunakan sebagai alat bantu dalam menentukan lokasi dan disain fasilitas landfill TENORM yang sesuai dengan jenis TENORM dan kondisi hidrogeologi sekitar lokasi landfill.
DAFTAR PUSTAKA 1. APPELO, Groundwater and Pollution, AA Balkena, Netherlands, 1996 2. NOTODARMODJO,S, Pencemaran Tanah dan Airtanah, ITB, 2005 3. IAEA, SRS-34, Radiation Protection and the Management of Radioactive Waste in the Oil and Gas Industry, Vienna, 2003 4. NORM Waste Management Technical 5. Committee, Technical Report on the Management of Naturally Occuring Radioactive Material (NORM) in Waste, February, 2005 6. WIDYASTUTI, dkk, Pengembangan Metode DRASTIC untuk Prediksi Kerentanan Airtanah Bebas Terhadap Pencemaran di Sleman, Majalah Geografi UGM, Yogyakarta, 2006 7. SURIPIN, Pelestarian Sumber Daya Tanah Dan Air, Andi Offset, Yogyakarta, 2001 8. ALLER, dkk, DRASTIC: A Standardized System for Evaluating Groundwater Pollution Potential Using Hydrogeologic Setting, USEPA, 1987.