Konferensi Nasional Teknik Sipil 8 (KoNTekS8) Institut Teknologi Nasional - Bandung, 16 - 18 Oktober 2014
DETEKSI KERENTANAN AIRTANAH PADA PERTAMBANGAN NIKEL KABUPATEN MOROWALI Andi Rusdin1, Zeffitni2, Yassir Arafat3 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Tadulako, Jl. Soekarno Hatta Km. 09 Palu Email:
[email protected];
[email protected] 2 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Tadulako, Jl. Soekarno Hatta Km. 09 Palu Email:
[email protected] 3 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Tadulako, Jl. Soekarno Hatta Km. 09 Palu Email:
[email protected] 1
ABSTRAK Kabupaten Morowali adalah salah satu dari empat kabupaten yang memiliki cadangan nikel yang besar di Pulau Sulawesi. Pada 2011, Pemerintah telah menetapkan Master Plan Percepatan Pembangunan Indonesia (MP3I) 2011-2025. Salah satu dari 22 Kegiatan Ekonomi Utama yang ditetapkan adalah Pertambangan Nikel. Kabupaten Morowali adalah salah satu lokasi penting. Kegiatan penambangan bijih nikel di Kabupaten Morowali, menghasilkan air limbah yang dibuang ke sumber air atau badan air permukaan. Deteksi kerentanan airtanah pada pertambangan nikel sangat penting untuk bisa mengetahui lebih awal kemungkinan terjadinya pencemaran airtanah akibat buangan air limbah pada aktivitas tambang nikel. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi airtanah yang rentan terhadap pencemaran nikel. Penelitian ini masih merupakan penelitian awal untuk mendeteksi kemungkinan kerentanan airtanah terhadap air limbah nikel, sehingga metode penelitian yang digunakan adalah analisis hidrokimia, untuk mengukur parameter – parameter pH, TSS, Cu, Cd, Zn, pb, Ni, Cr, Fe, dan cobalt dan mengacu pada Standar Mutu Kualitas Air, Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010. Penarikan sampel penelitian dengan metode random sampling. Hasil penelitian menunjukan bahwa airtanah di area pertambangan nikel belum rentan terhadap pencemaran, namun hal ini perlu diantisipasi kemungkinan adanya tracer polutan pada jangka panjang. Kata kunci: nikel, air tanah, kerentanan.
1.
PENDAHULUAN
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 09 Tahun 2006 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan / atau Kegiatan Pertambangan Bijih Nikel dinyatakan bahwa usaha dan/atau kegiatan pertambangan bijih nikel adalah serangkaian kegiatan penambangan dan kegiatan pengolahan bijih nikel menjadi produk setengah jadi atau logam nikel dan meliputi juga kegiatan penutupan tambang. Pada kegiatan penambangan dan pengolahan bijih nikel akan menimbulkan produk air limbah yang dibuang ke sumber air atau badan air. Selanjutnya Undang – Undang No 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah jo PP No 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom, maka kewenangan pengelolaan airtanah lebih banyak dilakukan dan menjadi wewenang daerah. Kebijakan pengelolaan airtanah pada prinsipnya seharusnya tidak merubah dari pengelolaan sebelumnya yaitu tetap memperhatikan aspek kelestarian dan perlindungan sumber daya airtanah, pengendalian dan pemulihan kerusakan lingkungan. Selanjutnya berdasarkan pasal 63 Undang-undang No.7 tahun 2004, tentang Sumber Daya Air bahwa pelaksanaan pembangunan sarana dan prasarana sumber daya air harus berdasarkan norma, standar, pedoman dan manual (NSPM). Kabupaten Morowali adalah salah satu dari empat kabupaten yang memiliki cadangan nikel yang besar di Pulau Sulawesi. Pada 2011, Pemerintah telah menetapkan Master Plan Percepatan Pembangunan Indonesia (MP3I) 2011-2025 (Anonymous, 2011). Salah satu dari 22 Kegiatan Ekonomi Utama yang ditetapkan adalah pertambangan nikel. Kabupaten Morowali adalah salah satu lokasi penting. Kegiatan penambangan bijih nikel di Kabupaten Morowali, jelas menghasilkan air limbah yang dibuang ke sumber air atau badan air permukaan. Penelitian ini mencoba untuk mendeteksi kerentanan airtanah akibat buangan air limbah pada produksi bijih nikel.
SDA - 9
Konferensi Nasional Teknik Sipil 8 (KoNTekS8) Institut Teknologi Nasional - Bandung, 16 - 18 Oktober 2014
2.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Nikel dan Potensi Nikel di Kabupaten Morowali Nikel adalah unsur kimia metalik dalam tabel periodik yang memiliki simbol Ni dan nomor atom 28. Nikel mempunyai sifat tahan karat. Dalam keadaan murni, nikel bersifat lembek, tetapi jika dipadukan dengan besi, krom, dan logam lainnya, dapat membentuk baja tahan karat yang keras.Perpaduan nikel, krom dan besi menghasilkan baja tahan karat (stainless steel) yang banyak diaplikasikan pada peralatan dapur (sendok, dan peralatan memasak), ornamen-ornamen rumah dan gedung, serta komponen industri. Potensi sektor pertambangan di Kabupaten Morowali dengan jenis bahan galian, sebagai berikut: Golongan A (bahan galian strategis) Seperti : Minyak Bumi, Nikel dan Batu Bara Golongan B ( bahan galian vital) Seperti : Kromit dan Besi Golongan C (bahan galian non strategis dan vital) Seperti : Lempung, Batu Giok (Jade), Talk dan Marmer Jenis bahan tambang / galian yang telah dikelola tahun 2002 antara lain: Minyak Bumi dan Gas Alam di Kec. Bungku Utara Nikel (126.375 Ha) di Kec. Bungku Tengah dan Kec. Bungku Selatan Chromit (1.233 Ha) di Kec. Bungku Tengah Marmer (1.540 Ha) di Kec. Lembo, Kec. Mori Atas dan Kec. Petasia Luas sebaran areal yang mempunyai potensi untuk pengembangan bahan galian nikel dan mineral pengikut lainnya ((DMP) di Kabupaten Morowali adalah 385.304,69 yang tersebar di 12 Kecamatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel berikut. Tabel 1. Sebaran Bahan Galian Mineral di Kabupaten Morowali Kecamatan Luas (Ha) Bahodopi 18.432,65 Bumi Raya 641,97 Bungku Barat 13.316,50 Bungku Selatan 7.483,84 Bungku Tengah 55.299,10 Bungku Utara 90.267,58 Sumber: BPS Morowali, 2013
Kecamatan Lembo Mamosalato Menui Petasia Soyo Jaya Witaponda
Luas (Ha) 18.101,12 57.626,43 743,12 37.524,38 25.340,70 60.527,29
2.2. Kerentanan Airtanah dan Cekungan Airtanah Konsep kerentanan airtanah didasarkan pada asumsi bahwa lingkungan fisik telah menyebabkan penurunan proteksi terhadap airtanah yang ditandai dengan masuknya kontaminan. Proses infiltrasi dari permukaan tanah menyebabkan ikut terbawanya kontaminan, namun disamping itu secara alami proses perkolasi juga ikut mempengaruhi pada zona tidak jenuh (unsaturated).
Gambar 1. Kualitas Air dan Kontaminan Airtanah (Vrba dan Zoporozee, 1994)
SDA - 10
Konferensi Nasional Teknik Sipil 8 (KoNTekS8) Institut Teknologi Nasional - Bandung, 16 - 18 Oktober 2014
Vrba dan Zoporozee, (1994) menyatakan bahwa airtanah merupakan suatu keadaan yang menunjukan sistem airtanah yang sangat sensitif akibat dari kegiatan manusia atau kondisi alami. Kerentanan airtanah ditentukan oleh beberapa faktor hidrogeologi, yaitu karakterisik akuifer, kondisi tanah dan material geologi.Untuk menggambarkan kerentanan airtanah dapat dilakukan melalui pemetaan yang menunjukan secara spesifik tata guna lahan dan kontaminan yang bersifat spasial temporal. Johnston (1988) menambahkan bahwa kerentanan yang ditandai dengan masuknya kontaminan pada akuifer berasal dari kontaminan permukaan yang dikontrol oleh sistem aliran airtanah, kondisi hidrogeologi, dan iklim. Vrba dan Zoporozee, (1994). menyatakan bahwa kerentanan sangat tergantung pada waktu. Kerentanan airtanah akibat aktivitas manusia, telah merubah lingkungan fisik, zona jenuh dan tidak jenuh dari suatu sistem akuifer dan tergantung dari abilitas dan inabilitas dari proses alami dan kegiatan manusia. Kerentanan yang terjadi pada akuifer dimungkinkan oleh perkolasi dan difusi kontaminan dari permukaan tanah menembus muka airtanah di bawah kondisi alami. Olmer dan Reza (1974) menyatakan bahwa kerentanan airtanah ditentukan oleh kondisi alami dan tidak hanya tergantung dari sumber polusi, tapi juga permeabilitas, gradien hidraulik dan kecepatan dari aliran airtanah. Vrana (1984) berpendapat bahwa kerentanan pada akuifer merupakan suatu kondisi kompleks dari permukaan dan bawah permukaan tanah yang mempengaruhi perpindahan kontaminan ke dalam akuifer pada suatu cekungan airtanah. Air hujan yang meresap ke bawah permukaan tanah dalam bentuk penelusan maupun peresapan, dalam perjalanannya membawa unsur-unsur kimia. Komposisi kimia airtanah ini memberikan beberapa pengaruh terhadap berbagai kegiatan pemanfaatannya seperti pertanian, industri maupun domestik. Komposisi zat terlarut dalam air tanah dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) kelompok: 1. Unsur utama (major constituents), dengan kandungan 1,0-1000 mg/l, yakni: natrium, kalsium, magnesium, bikarbonat, sulfat, klorida, silika. 2. Unsur sekunder (secondary constituents), dengan kandungan 0,01-10 mg/l, yakni besi, strountium, kalium, kabornat, nitrat, florida, boron. 3. Unsur minor (minor constituents), dengan kandungan 0,0001-0,1 mg/l, yakni atimon, aluminium, arsen, barium, brom, cadmium, krom, kobalt, tembaga, germanium, jodium, timbal, litium, mangan, molibdiunum, nikel, fosfat, rubidium, selenium, titanium, uranium, vanadium, seng. Unsur langka (trace constituents), dengan kandungan biasanya kurang dari 0,001 mg/l, yakni berilium, bismut, cerium, cesium, galium, emas, indium, lanthanum, niobium, platina, radium, ruthenium, scandium, perak, thalium, tharium, timah, tungsten, yttrium, zirkon.
3.
METODE ANALISIS DATA
Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan sebaran titik potensi airtanah di Cekungan Poso Kabupaten Morowali di Propinsi Sulawesi Tengah. Populasi daerah penelitian tidak homogen secara sempurna, dimana agihan keruangan potensi airtanah yang tidak merata karena adanya variasi litologi, stratigrafi, struktur geologi dan kondisi geomorfologi. Atas pertimbangan tersebut maka sampel dalam penelitian ini dibagi atas sampel area dan sampel point. Sampel area dalam penelitian ini pada semua lokasi pertambangan bijih nikel di Kabupaten Morowali. Sampel point ditujukan untuk pengambilan data kualitas airtanah bebas dan data pemboran. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sampling secara langsung, dengan menggunakan teknik purposive random sampling. Penentuan kualitas airtanah, melalui perhitungan parameter – parameter: 1. Evaluasi hidrokimia untuk mendapatkan informasi tentang sifat kimiawi airtanah, ion dominan dan asal usul (genesis) airtanah. 2. Evaluasi bakteriologi untuk mengetahui kandungan bakteri patogen dan coli di dalam airtanah, dengan tujuan untuk mendeteksi polusi biologi terhadap airtanah serta menguji kelayakan penggunaannya untuk keperluan air minum. 3. Penentuan mutu airtanah didasarkan pada Standar Mutu Kualitas Air, Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010.
4.
HASIL PENELITIAN
Kabupaten Morowali dibentuk pada tahun 1999. Seiring penetapan daerah administrasi baru, eksploitasi sumber daya alam kian laju, + 183 Izin Usaha Pertambangan (IUP) Nikel telah dikeluarkan. Dokumen MP3I mencatat saat ini sebanyak 37,7 trilyun diinvestasikan untuk keseluruhan penambangan nikel di Morowali. Banyaknya izin pertambangan di Kabupaten Morowali telah menciptakan kawasan degradasi ekologi di kawasan Teluk Tomori-Teluk Tolo, dan pemukiman penduduk di sekitarnya. Sebaran potensi pertambangan khusus nikel meliputi Kecamatan Bungku Tengah,
SDA - 11
Konferensi Nasional Teknik Sipil 8 (KoNTekS8) Institut Teknologi Nasional - Bandung, 16 - 18 Oktober 2014
Bungku Selatan, Bungku Barat, Bahodopi, Soyo Jaya dan Kecamatan Petasia. Secara administratif luas wilayah Kabupaten Morowali, + 15.490,12 Km2 dan terbagi dalam 14 kecamatan, 230 desa dan 10 kelurahan. Kabupaten Morowali merupakan daerah tropis memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Tahun 2009 curah hujan rata-rata yang tercatat di Stasiun Beteleme terendah berkisar 2.280 mm, dan tertinggi 3.513 mm. Berdasarkan klasifikasi Schmidt-Fergusson wilayah Morowali tergolong iklim A atau sangat basah dengan suhu udara rata-rata bulanan berkisar antara 25,80 oC sampai 28,40 oC. Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010 oleh BPS, jumlah Penduduk Kabupaten Morowali mencapai 206.189 jiwa.
Gambar 2. Lokasi Tambang Nikel di Kabupaten Morowali (BPS Morowali, 2013) Kabupaten Morowali secara hidrogeologi termasuk pada Cekungan Poso dan merupakan salah satu cekungan geologi dengan akuifer produktif pembawa air, (Pusat Lingkungan Geologi (2007). Permasalahan airtanah sebagai salah satu sumber air bersih, merupakan permasalahan yang sangat urgen di Kabupaten Morowali Propinsi Sulawesi Tengah mengingat Kabupaten ini merupakan daerah pertambangan, khususnya pertambangan bijih nikel.
Gambar 3. Lokasi Tambang Nikel di Kecamatan Bahodopi (BPS Morowali, 2013) Pemantauan kualitas airdilaksanakan dengan melakukan sampling pada lokasi pengendapan hasil pembuangan limbah pencuciannikel, yang sudah mengendap dan membentuk sedimen pont, yaitu di area: Cindy SP, Melati SP, Houling SP, Disposal II SP dan Jetty SP. Pengambilan sampel dilakukan secara manual sampling dan diuji di laboratorium. Hasil uji laboratorium seperti pada Tabel 2.
SDA - 12
Konferensi Nasional Teknik Sipil 8 (KoNTekS8) Institut Teknologi Nasional - Bandung, 16 - 18 Oktober 2014
Gambar 4. Pengambilan Sampel Air Limbah Nikel (Survei Lapangan, Mei 2014) Tabel 2. Hasil Uji Kualitas Kimia Air Lokasi Tambang Nikel
Sumber: Hasil Analisis Laboratorium, 2014
5.
KESIMPULAN
Penelitian ini masih penelitian awal dari Penelitian MP3EI tahun I, yaitu untuk mendeteksi kerentanan airtanah terhadap limbah nikel. Dengan demikian hasil penelitian hanya berdasarkan uji laboratorium terhadap unsur kimia tertentu, belum sampai tahap pemetaan kerentanan. Hasil penelitian menunjukan bahwa beberapa sumber – sumber air, baik air permukaan dan airtanah di lingkungan permukiman penduduk, masih berada pada kondisi aman.
UCAPAN TERIMA KASIH Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih pada Direktorat Pendidikan Tinggi, Simlitabmas Dikti yang telah membiayai Penelitian ini melalui Skim MP3EI tahun 2014, topik Nikel untuk koridor Sulawesi.
DAFTAR PUSTAKA Anonymous. (1999). Undang–Undang Republik Indonesia No 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah. Presiden Republik Indonesia. Menteri Negara Sekretaris Negara. Anonymous. (2000). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom. Presiden Republik Indonesia. Sekretaris Negara Republik Indonesia. Anonymous. (2004). Undang-Undang Republik Indonesia No.7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air. Presiden Republik Indonesia. Sekretaris Negara Republik Indonesia. Anonymous. (2006). Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 9 Tahun 2006 Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan / atau Kegiatan Pertambangan Bijih Nikel. Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia. Anonymous. (2010) Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Anonymous (2011). Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 32 Tahun 2011 Tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 201 1-2025. Presiden Republik Indonesia. Badan Pusat Statistik. (2013). Kabupaten Morowali dalam Angka. Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Tengah. Departemen Kesehatan. (2010). Standar Kualitas Air Minum. Departemen Kesehatan. Republik Indonesia. Jakarta. Johntson, R.H. (1988). “Factors Affecting Groundwater Quality”. National Water Summary 1986. Hydrologic Event and Groundwater Quality. U.S. Geological Survey Water Supply Paper 2325,p.71-86.
SDA - 13
Konferensi Nasional Teknik Sipil 8 (KoNTekS8) Institut Teknologi Nasional - Bandung, 16 - 18 Oktober 2014
Olmer M, and Reza B. (1974). “Methodical Principles of Maps for Protection of Groundwater in Bohemia and Moravia”. Scale 1:200.000. Intl. Assoc. Hydrogeologist, Memolres, Tome X, Congres de Montpeller, 1 Communication. P, 105-107. Pusat Lingkungan Geologi. (2007). Kumpulan Panduan Teknis Pengelolaan Airtanah. Pusat Lingkungan Geologi. Bandung. Vrba, J and Zoporozee, A. (1994). Guidebook of Mapping Groundwater Vulnerability. International Contributions to Hydrogeology. Volume. 16. Vrana, M. (1984). Methodology for Construction of Groundwater Protection Maps. (Lecture for Unesco/UNEP Project PLCE-3/29, Moscow, Sept.1981) Published in Hydrogeological Principles of Groundwater Protection, E.A. Kozlovsky. Editor in Chief, Unesco/UNEP, Moskow, vol.1, p.147-149.
SDA - 14