Pengembangan Media Cerita Bergambar Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Dengan Model Value Clarification Technique (VCT) Eni Fariyatul Fahyuni Dosen Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Jl. Majapahit, 666 B Sidoarjo Telp. 031-8945444; Fax. 031-8949333; e-mail:
[email protected]
Abstract: islamic education studies at the elementary school is part of the learning that directs and delivers students have a noble character. Student needs to accept a certain code of behavior, parental commands etc. Picture storybook more meaningful, that teacher could deliver values education material and instill the values of good character in students easily. The implementation of the technique was performed by clarifying and internalizing the values and characters that suits with the subject matter using questions and answers techniques; contextual kids stories; case analysis; and group discussion to practice cooperation, mutual respect and understanding of others. Media of picture storybook at islamic education studies are feasible and effective use design research and development Techniques validation peoduct performed by materials experts, media experts and learning experts, and conducted limited trials to the students. The final product has different characteristics from other media of picture storybooks, they are delivery of content with simple language and clear with colored animated images, design presentation emphasizes the cartoons, there is a summary of the material and matter. Keywords: media of picture storybook, Islamic education studies, value clarification technique.
LATAR BELAKANG Di dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Salah satu mata pelajaran yang diajarkan di tingkat SD/MI kabupaten Sidoarjo adalah PAI atau pendidikan agama Islam yang terbagi atas empat mata pelajaran dengan karakteristik berbeda-beda, diantaranya al-Qur’an-Hadis, menekankan pada kemampuan baca tulis yang baik dan benar, memahami makna secara tekstual dan kontekstual, serta mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Aspek Akidah menekankan pada kemampuan memahami dan mempertahankan keyakinan/keimanan yang benar serta menghayati dan mengamalkan nilai-nilai al-Asma’ al-Husna. Aspek Akhlak menekankan pembiasaan untuk melaksanakan akhlak terpuji dan menjauhi akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari. Aspek Fikih menekankan pada kemampuan cara melaksanakan ibadah dan muamalah yang benar dan baik. Aspek Sejarah Kebudayaan Islam menekankan pada kemampuan mengambil Ibrah dari peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek dan seni, dan lain-lain untuk mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam (Permenag No. 912 Tahun 2013). Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan yang sangat cepat di segala bidang, terutama di bidang pendidikan. Di bidang pendidikan, lembaga dituntut meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas melalui perubahan paradigma pembelajaran yang bersifat teacher centered (berpusat pada guru) menjadi student centered (berpusat pada siswa). Slameto (2010) menyatakan dalam proses pembelajaran guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam berpikir maupun berbuat. Aktivitas yang dilakukan siswa dalam proses pembelajaran tersebut akan meninggalkan kesan. Oleh karena itu, siswa tidak akan menghilangkan kesan tersebut begitu saja, tetapi dipikirkan, diolah, kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk yang berbeda. Pentingnya penanaman nilai dilatarbelakangi oleh kondisi bangsa Indonesia saat ini, menurut Atmadja (2011) telah mengalami krisis moralitas yang berlanjut pada adanya demoralisasi dan kegagalan sistem pendidikan yang ada dalam mengwujudkan siswa yang berkarakter. Dari paparan tersebut pendidikan nilai hendaknya ditanamkan sejak dini untuk menyiapkan peserta didik menjadi pribadipribadi yang mandiri. Pribadi mandiri adalah pribadi yang secara mandiri mampu
berpikir, menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru, melihat permasalahan serta menemukan pemecahan yang bernalar dan lebih dapat dipertanggungjawabkan. Guru dalam peranannya harus mampu menjadi sosok teladan. Guru yang tidak berakhlak mulia tentunya tidak mungkin bisa sukses dalam mengimplementasikan pendidikan nilai di sekolah. Makna nilai atau akhlak mulia dalam pendidikan Islam adalah akhlak yang sesuai dengan ajaran Islam, seperti yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw, sehingga dapat menjadikan cerminan positif untuk menjadi manusia seutuhnya. Menurut Hamdani (2013) hakikatnya pendidikan merupakan proses dan kreativitas pembentukan sistem nilai yang menitikberatkan pada pembentukan akhlak karimah pada diri individu. Proses pembelajaran semacam ini, hanya dapat dilaksanakan seorang pendidik melalui inovasi pembelajaran, yaitu mendesain pembelajaran yang efektif dengan mempertimbangkan dan menggunakan berbagai hal secara optimal, seperti memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi pelajaran, menciptakan media yang menarik dan memanfaatkan potensi peserta didik sehingga dapat dilibatkan dalam proses pembelajaran. Minat timbul jika peserta didik tertarik akan sesuatu yang dibutuhkan atau yang dipelajari bermakna bagi dirinya (Ginting, 2005). Program pembelajaran menggunakan media cerita bergambar pada mata pelajaran pendidikan agama Islam dengan model value clarification technique merupakan upaya efektif untuk meningkatkan daya tarik pembelajaran. Dengan memperhatikan kompleksitas proses belajar, maka ketepatan pemilihan media dan metode pembelajaran akan berpengaruh terhadap minat baca dan karakter Islami peserta didik. Persoalan yang akan diungkap dalam penelitian ini adalah apakah media cerita bergambar pada mata pelajaran PAI dengan model value clarification technique yang dikembangkan layak digunakan pada siswa sekolah dasar?
METODE PENELITIAN Akhir-akhir ini telah berkembang penelitian-penelitian yang arahnya adalah untuk menghasilkan suatu produk tertentu, mengkaji sesuatu dengan mengikuti alur berjalannya periode waktu, mempelajari suatu proses terjadinya atau berlangsungnya suatu peristiwa, keadaan dan objek tertentu. Penelitian yang diarahkan untuk
menghasilkan produk, desain dan proses seperti ini diidentifikasi sebagai suatu penelitian pengembangan. Meredith, D. Gall. Joyce P. Gall & Walter R. Borg (2003) menggambarkan penelitian pengembangan sebagai proses analisis kebutuhan, menentukan materi apa yang harus dikuasai peserta didik, mendesain materi untuk mencapai tujuan pembelajaran, menguji coba dan mendesain atau merivisi ulang produk dalam kaitan dengan masukan dan validasi dari tim ahli serta kaitannya dengan hasil yang diperoleh selama pembelajaran berlangsung. Gambar 2. Desain Pengembangan Model Dick dan Carey Conduct instructional analysis pembelajaran Assess needs to identity goals
Write performance objectives
Revisi instruction
Develop assessment instrument
Develop instructional strategy
Develop and select instructional materials
Analyze learner context
Design and conduct formative evaluation of intruction
Source: adapted from figure 3.1 on pp. 2-3 in Dick, W.,Carey. L., & Carey. J.O. The Systematic Design of instruction (5th.ed) 2001. Copyright 2001. Reprinted by permission by Allyn & Bacon
Design and conduct summative evaluation
HASIL DAN PEMBAHASAN Pembelajaran yang dilaksanakan di tingkat sekolah dasar menggunakan media cerita bergambar pada mata pelajaran pendidikan agama Islam dengan model value clarification technique pada pertemuan pertama, diantaranya meliputi: siswa diminta membaca media cerita bergambar yang sudah disediakan, selanjutnya guru dan siswa mendiskusikan hasil bacaan tentang kisah teladan “Siti Mashitoh”. Sesuai dengan perencanaan, materi yang disajikan pada pertemuan pertama melalui metode ceramah dan demontrasi. Guru memulai pelajaran dengan berdoa dipimpin oleh ketua kelas, kemudian guru memberikan apersepsi dengan memberikan
semangat dan motivasi kepada siswa. Setelah apersepsi, guru menjelaskan materi tentang kisah teladan dari seorang “Siti Mashitoh”. Guru menanyakan pada siswa tentang beberapa contoh kesabaran dan keteguhan iman dari seorang pelayan kerajaan Fir’aun bernama “Siti Mashitoh”. Kemudian guru mengklarifikasi nilai-nilai yang termuat di dalamnya seperti kesabaran dalam menghadapi ujian, keteguhan dan ketaatannya dalam beribadah kepada Allah Swt. Metode yang digunakan guru pada pertemuan pertama ini mampu menunjukkan keaktifan mereka melalui pertanyaanpertanyaan yang diberikan guru. Pada pertemuan kedua metode yang digunakan guru adalah setelah membaca media cerita bergambar, siswa berdiskusi dengan teman semeja, setiap kelompok menyampaikan nilai-nilai beserta pertanyaan kritis yang terkait dengan nilai dalam sikap kesabaran dan keteguhan keimanan dari seorang “Siti Mashitoh”. Kemudian masing-masing siswa menanggapi pertanyaan terhadap nilai dari sikap yang dicontohkan dalam cerita, setelah itu setiap kelompok teman semeja mencoba merangkum pendapat bersama dan mengutarakan pilihan-pilihan nilai beserta alasannya. Siswa berlatih untuk mendengarkan, menyimak penjelasan dan contoh yang disampaikan guru. Siswa mempunyai kebebasan memilih alternatif nilai yang di sampaikan dengan disertai alasannya. Peran guru sebagai fasilitator, memberikan pertanyaan kritis terhadap pendapat siswa tanpa memaksa. Metode yang diterapkan dapat memberikan siswa kesempatan untuk berpendapat dan menanggapi nilai-nilai yang ditemukan dalam cerita”. Penyampaian materi tentang sikap teguh keimanan dan kesabarannya seorang “Siti Mashitoh” dalam menghadapi ujian hidup akan mempermudah siswa dalam memahami materi dan juga siswa belajar mengkaitkan materi dalam kehidupan sehari-hari. Setelah diskusi siswa selesai, guru menunjuk perwakilan siswa untuk merangkum jawabannya. Beberapa hasil diskusi siswa menunjukkan bahwa kesabaran dan keteguhan iman kepada Allah Swt adalah sikap terpuji yang harus dimiliki oleh setiap muslim. Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk memutuskan alternatif jawaban menurut mereka mana yang baik dan yang tidak baik dan apa yang harus kita lakukan. Di akhir proses pembelajaran guru mengklarifikasi nilai-nilai yang diputuskan siswa, serta memberikan keputusan nilai
moral yang baik agar siswa dapat menerapkan dalam perilaku sehari-hari seperti saling menghormati, menghargai dan saling membantu satu sama lain. Proses pembelajaran PAI menggunakan media cerita bergambar dengan model value clarification technique berupa metode diskusi kelompok yang dipadukan dengan contoh keteladanan dari seorang “Siti Mashitoh”. Tujuannya meningkatkan keimanan kepada Allah Swt, Melalui pendekatan metode ini, siswa sudah berani mengungkapkan gagasan, pendapat, maupun perasaannya. Dengan cara ini siswa belajar menentukan nilai hidup secara benar dan jujur. Peningkatan perilaku ditunjukkan siswa saat menyelesaikan tugas dengan sungguh-sungguh dan mengumpulkan tugas tepat waktu, melaksanakan tugas piket sesuai jadwal yang ditetapkan, meminjamkan peralatan tulis pada teman yang membutuhkan, berani mengutarakan jawaban di depan teman-temannya, siswa tidak lagi malu untuk bertanya kepada guru. Media cerita bergambar sebagai media pembelajaran merupakan alat yang berfungsi untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Dalam konteks ini pembelajaran menunjuk pada sebuah proses komunikasi antara pebelajar dan sumber belajar. Media cerita bergambar memiliki sifat sederhana, jelas, mudah untuk dipahami oleh siswa (Novianti & Syaichudin, 2010). Nilai edukatif dalam proses belajar mengajar tidak diragukan lagi, menurut Sudjana dan Rivai (2002) menyatakan media cerita bergambar dalam proses belajar mengajar dapat meningkatkan minat belajar dan menimbulkan apresiasi bagi pembacanya. Mitchell (2003) mengatakan, “Picture storybooks are books in which the picture and text are tightly intertwined. Neither the pictures nor the words are selfsufficient; they need each other to tell the story”. Pernyataan tersebut memiliki makna bahwa buku cerita bergambar adalah buku yang di dalamnya terdapat gambar dan kata-kata, di mana gambar dan kata-kata tersebut tidak berdiri sendiri-sendiri, melainkan saling bergantung agar menjadi sebuah kesatuan cerita.
Pendapat lain yang dikemukakan oleh Sutherland and Arbuthnot dalam Owen & Nowel (2001) sebagai berikut. “….A picture storybook as one having a “structured, if minimal plot that “really tell a story”. Sutherland and Arbuthnot (1984) note that the illustrations in picture storybooks are just s important as text. According to Sutherland and Arbuthnot (1991), picture storybooks share the following characteristic: (1). They are brief and straightforward, (2). They contain a limited number of concepts, (3). They contain concepts that children and comprehend, (4). They are writtwn in a style that is direct and simple, (5). They include illustrations that complement the text” Pendapat di atas mengandung makna bahwa buku cerita bergambar memiliki alur yang benar-benar bercerita, ilustrasi dalam buku cerita bergambar memiliki peran yang sama pentingnya dengan teksnya. Beberapa karakteristik buku ceirta bergambar menurut Sutherland antara lain adalah: (1) buku cerita bergambar bersifat ringkas dan langsung; (2) buku cerita bergambar berisi konsep-konsep yang berseri; (3) konsep yang ditulis dapat difahami oleh anak-anak; (4) gaya penulisannya sederhana; (5) terdapat ilustrasi yang melengkapi teks. Rothlein dan Meinbach (1991) mengemukakan bahwa a picture storybooks conveys its message through illustrations and written text; both elements are equally important to the story. Ungkapan ini mengandung pengertian bahwa buku cerita bergambar adalah buku yang memuat pesan melalui ilustrasi yang berupa gambar dan tulisan. Gambar dan tulisan tersebut merupakan kesatuan. Menurut Sudjana & Rivai (2002) penggunaan media cerita bergambar dalam pembelajaran dapat menciptakan minat peserta didik, mengefektifkan proses belajar mengajar dan dapat meningkatkan kemampuan membaca serta menimbulkan apresiasi positif dari bacaan komik. Gambar yang disajikan berbentuk kartun, hal ini dikarenakan gambar kartun disukai oleh anak-anak. Fungsi gambar sebagai ilustrasi dari cerita yang disajikan yang sesuai dengan materi yang dibahas, sedangkan materi pendidikan agama Islam disajikan melalui percakapan dari tokoh-tokoh dalam cerita. Secara teoritis berdasarkan aspek perkembangannya, seorang anak dapat belajar dengan sebaik-baiknya apabila kebutuhan fisiknya dipenuhi dan mereka merasa aman dan nyaman secara psikologis. Selain itu, hal lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa anak membangun pengetahuannya sendiri, anak belajar
melalui interaksi sosial dengan orang dewasa dan anak-anak lainnya, anak belajar melalui bermain, minat anak dan rasa keingintahuannya dan memotivasinya untuk belajar sambil bermain, serta terdapat variasi individual dalam perkembangan dan belajar (Nurani, 2010).
ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah berupa data kuantitatif dan kualitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode pencatatan dokumen, kuesioner, dan tes tertulis. Mengacu pada metode, maka instrumen yang digunakan adalah lembar pencatatan dokumen, kuesioner, dan tes. Data yang diperoleh tersebut kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif, deskriptif kuantitatif dan analisis statistik inferensial (uji-t). Penyimpulan dari keberhasilan penelitian pengembangan ini dilihat dari segi validitas, secara keseluruhan penilaian validator dikatakan baik, jika rata-rata nilai validator berada pada rentang 3,00 sampai 4,00. Segi efektifitas adalah 1). Siswa yang mendapat nilai ≥ 71 berjumlah lebih dari atau sama dengan 75% dari jumlah siswa di kelas. 2) Siswa yang aktif dalam pembelajaran ≥ 75% dari jumlah siswa yang di kelas. 3) Siswa yang mempuyai minat mengikuti pelajaran ≥ 75% dari jumlah siswa yang ada di kelas. Segi Kepraktisan jika 1). siswa mempunyai respon positf ≥ 85% dari jumlah siswa dikelas 2). guru memiliki respon positif dengan memberi jawaban “ya” 80% dari jumlah pernyataan pada lembar angket respon guru. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Mayer (2009) dalam teori kognitif multimedia learning, bahwa siswa yang belajar dengan kata-kata dan gambar-gambar bisa menghasilkan 89% lebih banyak solusi kreatif dalam tes transfer dibandingkan belajar dengan kata-kata saja. Saat kata-kata disajikan sebagai narasi, saluran auditori bisa digunakan untuk pemrosesan kata-kata. Pada saat yang sama, saluran visual bisa digunakan untuk pemrosesan gambar-gambar. Dengan cara ini, bebannya jadi berimbang diantara dua saluran sehingga tidak ada satu saluran yang kelebihan beban. Gambar-gambar masuk melalui mata (diproses disaluran pictorial) dan kata-kata terucapkan masuk lewat telinga (diproses disaluran verbal).
KESIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa produk yang dihasilkan dari penelitian pengembangan ini dilihat dari segi kelayakan produk, secara keseluruhan penilaian ahli media sebesar 3,67 atau berada pada level 94% tergolong sangat baik. Ahli materi PAI sebesar 3,73 atau berada pada level 96% tergolong sangat baik dan mudah dipahami siswa. Dari segi efektifitas melalui uji eksperimen didapatkan data: 1) siswa pada mata pelajaran PAI yang mendapat nilai ≥ 85 berjumlah lebih dari atau sama dengan 80% dari jumlah siswa di kelas. 2) siswa yang aktif bertanya dan berdiskusi dengan guru maupun teman sebangkunya dalam pembelajaran PAI adalah sebesar 86% dari jumlah siswa yang di kelas, dan 3) siswa yang mempuyai minat mengikuti pelajaran IPA dengan media cerita bergambar model VCT adalah sebesar 92% dari jumlah siswa yang ada di kelas. Dari segi kepraktisan bahwa data: 1) siswa mempunyai respon positif terhadap pembelajaran PAI dengan menggunakan media cerita bergambar model VCT adalah sebesar 94% dari jumlah siswa dikelas 2) guru memiliki respon positif pada pembelajaran PAI dengan menggunakan media cerita bergambar model VCT adalah sebesar 86% dari jumlah pernyataan pada lembar angket respon guru. Dengan
demikian
dapat
disimpulkan
bahwa
pembelajaran
dengan
menggunakan media cerita bergambar model VCT (value clarrification technique) sesungguhnya dapat meningkatkan minat peserta didik, merangsang motivasi dan ketertarikan siswa terhadap suatu pokok bahasan yang dianggap sulit menjadi mudah dimengerti,
merangsang
aktivitas
diskusi,
membangun
pemahamanan
serta
memperpanjang daya ingat siswa. Pembelajaran PAI dengan media cerita bergambar model VCT ini, siswa sudah mulai berani mengungkapkan gagasan, pendapat, maupun perasaannya. Dengan cara ini siswa belajar menentukan nilai hidup secara benar dan jujur. Peningkatan perilaku ditunjukkan siswa saat menyelesaikan tugas dengan sungguh-sungguh dan mengumpulkan tugas tepat waktu, melaksanakan tugas piket sesuai jadwal yang ditetapkan, meminjamkan peralatan tulis pada teman yang membutuhkan, berani mengutarakan jawaban di depan teman-temannya, siswa tidak lagi malu untuk bertanya dan mengeluarkan ide atau gagasannya kepada teman dan gurunya.
DAFTAR PUSTKA Atmadja, Nengah B. (2011). “Local Genius dan Kearifan Lokal sebagai Modal Budaya dalam Pendidikan Karakter”. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional. Senat Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Ganesha. Singaraja 26 November 2011. Cynthia B. Leshin, Joellyn Pollock, and Charles M. Reigeluth. (1992). Intructional Design Strategies and Tactics. New Jersey: Printed in the United States of America. Djahiri, Achmad Kosasih (1985). Strategi Pengajaran Afektif-Nilai Moral VCT dan Games dalam VCT. Bandung: PMKM IKIP Bandung. Ekasari Dyah Kartika. (2013) Pengaruh Value Clarification Technique (teknik klarifikasi nilai) Terhadap Materi Perilaku Harga Diri Pada Mata Pelajaran PKN Siswa Tunarungu Kelas III SLB Siti Hajar Sidoarjo. Jurnal Pendidikan Khusus. Josephine Oliha, and Vivian I. Audu (2015). Effectiveness of Value Clarification and SelfManangement Techniques in Reducing Droput Tendency Among Secondary Schools Students in Edo State. European Journal of Educational and Development Psychology. Vol.3, No.1, pp.1-13, March 2015. Published by European Centre for Research Training and Development UK (www.eajournals.org). Kementerian Pendidikan Nasional. (2010). Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajaran berdasarkan Nilai-nilai Budaya untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional, Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum dan Perbukuan.
Ginting, V. (2005). Penguatan Membaca,Fasilitas Lingkungan Sekolah dan Keterampilan Dasar Membaca Bahasa Indonesia serta Minat Baca Murid, Jurnal Pendidikan Penabur. Elmubarok, Z. (2008). Membumikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta. Jarvis. M. (2009). Teori-teori Psikologi. (SPA-Teamwork). Bandung: Nusa Media. Lickonna. T. (1992). Education for Character, How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility. New York: Bantam Books. Mayer,E.R. (2009). Multimedia learning (prinsip-prinsip dan aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar McCloud, Scott (2008). Memahami media cerita bergambar (terj. S. Kinanti). Jakarta KPG (Kepustakaan Populer Gramedia). Meredith, D. Gall, Joyyce P. Gall & Walter R. Borg.(2003) Education Research. An Introduction (seventh edition). United States of America. Micheal M. van Wyk. (2011). The Use of Cartoons as a Teaching Tool to Enhance Student Learning in Economics Education. J Soc Sci, 26(2): 117-130 (2011) Mitchell, Diana. 2003. Children’s Literature an Imitation to the Word. Michigan State University. MS. Gumelar. (2011). Comic Making. Jakarta : PT. Indeks Novianti, R. D, & Syaichudin, M. 2010. Pengembangan Media Media cerita bergambar Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Pemahaman Bentuk Soal Cerita Bab Pecahan Pada Siswa Kelas V SD N Ngembung, Jurnal Teknologi Pendidikan, 10(1):74-85. Nur’aini, F. (2010). Membentuk karakter anak dengan dongeng. Surakarta: Indiparent Olaniyi, S. 2007. The Use of Educational Cartoons and Comics in Enhancing Creativity in Primary School Pupils in Ile-ife, Osun State, Nigeria. Journal of Applied Sciences Research, 3(10): 913-920.
Rothlein, Liz & Meinbach, Anita Meyer. (1995). Literature Connection Using Children’s Book in the Classroom. London: Foresman and company. Sadiman, A. (1986). Media pendidikan, pengertian, pengembangan dan pemanfaatan. Jakarta: CV Rajawali. Setyosari, Punaji. (2012). Metode penelitian pendidikan dan pengembangan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group