PENGEMBANGAN MATERI PEMBELAJARAN MENGARANG NARASI DENGAN MEDIA GAMBAR BERSERI PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR DI KLATEN Ummu Hany Almasitoh1* Anna Febrianty Setianingtyas, S.Psi. M.Si2*
Abstract: This research studies the development of a learning that begins with an analysis of student needs on the themes of the narrative concocted by media beamed images. On the basis of the themes of the narrative concocted by media beamed images, then prepared learning modules that are integrated in the learning of narrative writing as a result of the development of teaching materials fabricated narrative. Then the learning module is tested on students SDN 2 Barenglor and SDN 3 Karanganom, Klaten to determine the feasibility and acceptability of students and teachers at school. The research data collection techniques using non test. Non engineering tests performed by (1) observation, (2) teacher and student interviews conducted outside of school hours, (3) the questionnaire, (4) documentation. Techniques of data analysis in this study is the observation tabulated, and the results of questionnaires and interviews were identified, classified and presented as argumentative. This study uses the foundation Education Unit Level Curriculum (SBC) 2006 current so as not to give rise to new problems in achieving the target of research. However, because it is more focused on the learning aspect of the development of ideas, keruntutan thought, sharpness of thought, precision of argument, scientific development, paragraph development, development discourse, accuracy of language diversity, as well as spelling and Grammar truth, then learning more emphasis on the affective domain, the cognitive, and psychomotor. The problem in this study is “how is the development of learning materials making up the narrative with media beamed images in Class V Elementary School?” The results indicate that students feel a sense of fun, interesting, easy to understand and very helpful when writing a narrative essay using the media beamed images and choosing environmental topics, technology and life at sea as a theme of the narrative concocted by media beamed images. So also benefited greatly from the teacher media beamed images when providing materials to write a narrative essay. Product obtained ie compose narrative learning modules using media beamed images in class V Elementary School students. Keywords: development research, narrative writing, media beamed images, materials development model
PENDAHULUAN Azis (1996) menyatakan bahwa pelajaran Bahasa Indonesia selama ini sangat kurang melatih anak dalam keterampilan menggunakan bahasa untuk berkomunikasi. Siswa lebih banyak diberi 1 2
pengetahuan dan aturan-aturan tata bahasa tanpa pernah tahu mengaitkannya dalam latihan-latihan menulis dan berbicara. Siswa lebih banyak diberi bekal pengetahuan bahasa daripada dilatih menggunakan bahasa. Akibatnya, setelah mereka
Ketua Peneliti, Universitas Widya Dharma, Klaten Anggota Peneliti, Universitas Widya Dharma, Klaten
Magistra No. 86 Th. XXV Desember 2013 ISSN 0215-9511
23
Pengembangan Materi Pembelajaran Mengarang Narasi dengan ....
lulus, mereka tetap tidak mampu menggunakan Bahasa Indonesia untuk berkomunikasi, baik untuk
bersahaja tetapi merupakan keharusan dalam upaya mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan (Bower
komunikasi tulis maupun lisan. Menurut Sayuti (2007), dalam realitas pembelajaran menulis di sekolah dasar atau sekolah menengah masih banyak dijumpai model strategi pembelajaran yang
& Hilgrad, 1981). Di samping mampu menggunakan alat-alat yang tersedia, guru juga dituntut untuk dapat mengembangkan keterampilan membuat media
konvensional. Maksudnya adalah guru maupun sekolah masih cenderung untuk menjadikan suatu metode atau strategi pembelajaran itu sebagai sesuatu
pembelajaran yang akan digunakannya apabila media tersebut belum tersedia. Untuk itu guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pembelajaran (Hamalik, 2008).
yang baku, sehingga guru maupun sekolah cenderung tidak kreatif dan inovatif, karena terkekang oleh satu
Kepala Dinas Pendidikan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Madya (2009) mengatakan
model strategi pembelajaran saja, terutama ditemukan di sekolah-sekolah yang tidak memiliki fasilitas
bahwa para guru harus benar-benar memikirkan cara dan metode yang efektif dan efisien untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang telah digariskan. Lebih lanjut dikatakan bahwa tidak hanya prestasi atau nilai yang baik yang dapat dicapai oleh setiap siswa, tetapi juga cara agar setiap individu dapat merasakan proses dari pendidikan yang bermakna. Diyakini bahwa dengan proses yang baik maka akan memberikan hasil belajar yang baik pula. Khususnya bagi guru Bahasa Indonesia sekolah dasar, ada pekerjaan rumah berat yang harus dirumuskan bersama, agar siswa benar-benar dapat memaknai bahasa Indonesia yang baik dan benar sebagai bahasa komunikasi sehari-hari baik formal maupun nonformal.
pendukung yang memadai. Lebih lanjut dikatakan bahwa sekitar 60 % sekolah dasar hanya menggunakan buku paket pelajaran sebagai satusatunya panduan dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Namun demikian, tidak dipungkiri juga bahwa banyak sekolah sudah menerapkan berbagai strategi pembelajaran yang dianggap efektif. Pada kenyataannya justru dengan keanekaragaman model tersebut semakin mendorong guru atau sekolah untuk sekedar mencari mana yang terbaik. Jadi, guru maupun sekolah masih terpola untuk menjadikan satu model strategi pembelajaran sebagai sesuatu patokan yang baku dan kaku, bukan sebagai sarana untuk peningkatan variasi pembelajaran dan sarana kreatif guru maupun sekolah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan
Oleh karena itu sarana dan prasarana pendidikan perlu ditingkatkan untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Dengan demikian perlu usaha untuk meningkatkan, mengefektifkan dan lebih
dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar. Para guru dituntut agar mampu menggunakan alat-alat yang disediakan oleh sekolah, dan tidak
mendayagunakan penggunaan cara atau teknik-teknik pembelajaran siswa sebagai bagian integral dalam proses belajar mengajar. Dalam proses belajar mengajar bidang studi Bahasa Indonesia dibutuhkan
tertutup kemungkinan bahwa alat-alat tersebut sesuai dengan perkembangan tuntutan zaman. Guru sekurang-kurangnya dapat menggunakan alat yang murah dan efisien yang meskipun sederhana dan
adanya komunikasi antara guru dan siswa dan siswa dengan siswa (Purwanto, 1997). Komunikasi hendaknya bersifat interaktif edukatif dan timbal balik yang harus dicapai oleh guru dan siswa (Sayuti, 2007).
24
Magistra No. 86 Th. XXV Desember 2013 ISSN 0215-9511
Pengembangan Materi Pembelajaran Mengarang Narasi dengan ....
Tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar adalah untuk melatih siswa agar
sedangkan guru berdiri di depan kelas menjelaskan materi pelajaran (Sayuti, 2007). Dengan keadaan
mempunyai kemampuan dan keterampilan dalam hal membaca, menulis, berbicara dan menyimak. Keempat aspek pembelajaran tersebut, dalam pembelajaran hendaknya dilakukan secara terpadu
seperti di atas tidak ada lagi suasana yang menyenangkan, siswa tidak diberikan kesempatan untuk mengembangkan kemampuannya sesuai dengan
dengan pendekatan proses dan pendekatan hasil (Budiyanto, 2009). Salah satu keterampilan yang selama ini dituntut untuk dapat dikuasai dengan baik
kompetensi yang dimilikinya. Kegiatan pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis karangan narasi adalah dengan menggunakan suatu pendekatan pembelajaran yaitu pendekatan
adalah keterampilan menulis. Pembelajaran menulis kalimat di SD yang selama ini dilakukan oleh guru
proses yang dijadikan salah satu acuan dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Salah
pada umumnya hanya menggunakan pendekatan hasil. Hal ini berakibat minat dan kemampuan siswa dalam
satu keterampilan menulis yang diberikan kepada siswa adalah keterampilan mengarang.
bidang menulis kalimat tidak dapat berkembang secara optimal, bahkan cenderung menghambat bakat, minat dan kemampuan siswa dalam bidang menulis (Zuchdi & Budiasih, 2001).
Keterampilan mengarang adalah suatu kegiatan yang melibatkan berbagai macam keterampilan, di antaranya adalah kemampuan menyusun pikiran dan perasaan dengan menggunakan kata-kata dalam bentuk kalimat yang tepat, serta menyusunnya dalam suatu paragraf (Tarigan, 1992). Menurut Kumara (2002), pengajaran mengarang dapat dipandang sebagai suatu tantangan karena guru harus berupaya keras agar pelajaran mengarang menjadi menarik, menghibur, tidak menjemukan dan sekaligus dapat digunakan sebagai metode latihan logika berbahasa, berfikir kritis serta dapat meningkatkan penalaran. Mengarang merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan mengarang ini maka penulis haruslah terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa dan kosakata. Keterampilan mengarang ini tidak akan datang secara otomatis, melainkan harus melalui latihan dan praktik yang
Standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia kelas V sekolah dasar untuk keterampilan menulis adalah siswa dapat melakukan berbagai jenis kegiatan menulis untuk mengungkapkan pikiran, perasaan dan informasi dalam bentuk karangan sederhana, petunjuk, surat, pengumuman, dialog, formulir, teks pidato, laporan, ringkasan, serta berbagai karya sastra untuk anak berbentuk cerita, puisi, dan pantun (Depdiknas, 2006). Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SD yang harus dilatihkan oleh guru kepada siswa. Untuk itu guru harus dapat memberikan motivasi agar siswa tidak merasa bosan dalam pelajaran mengarang. Akan tetapi masih terdapat beberapa guru dalam memberikan pembelajaran menulis lebih banyak teori daripada melatih keterampilannya. Selain itu guru dalam menyampaikan pembelajaran masih menggunakan metode atau pendekatan yang kurang bervariasi, sehingga yang terjadi di kelas adalah siswa tidak aktif
Magistra No. 86 Th. XXV Desember 2013 ISSN 0215-9511
banyak dan teratur (Sayuti, 2007). Keterampilan menulis dalam kurikulum Sekolah Dasar Tahun 2004 memperoleh perhatian yang lebih besar dari pemerintah karena dalam upaya mempersiapkan pembelajar ke dalam praktik menulis karena menulis merupakan keterampilan tersulit di
25
Pengembangan Materi Pembelajaran Mengarang Narasi dengan ....
antara empat keterampilan berbahasa. Kemampuan menulis terutama di sekolah dasar belum optimal, tidak semua siswa dapat melakukannya. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya: (1) faktor kesulitan siswa dalam mengekspresikan ide, gagasan, pikirannya dalam sebuah kalimat yang baik, kemudian menyusunnya dalam paragraf; (2) penyampaian materi pelajaran dengan menggunakan metode ceramah yang kurang efektif yang mengakibatkan komunikasi satu arah; (3) kurang adanya media pendidikan yang mampu menarik minat belajar siswa dan merangsang daya kreativitas siswa (Sudjito & Hasan, 2005). Berdasarkan penelitian pemerhati pendidikan dari Inggris Witson (2009) menyatakan bahwa sekitar 50 persen murid SD kelas V & VI di enam propinsi binaan “PEQIP” (Primary Education Quality Improvement Project/Proyek Peningkatan Kualitas Pendidikan Dasar) di Indonesia, tidak bisa mengarang. Hal tersebut disebabkan selama ini siswa-siswa lebih banyak mendapat pelajaran menghafal daripada latihan praktek termasuk mengarang. Penyebab lainnya adalah siswa merasa kesulitan akan topik yang diberikan oleh guru. Ketika dihadapkan pada sebuah topik yang tidak dikenalnya, siswa akan bingung untuk mengekspresikannya dalam karangan, akibatnya siswa tidak dapat melanjutkan kegiatan mengarang. Siswa merasa kesulitan dalam pelajaran mengarang, bahkan kegiatan mengarang tersebut
bahwa khusus tentang kemampuan menulis ini, hambatan utama yang seringkali dialami adalah sulitnya penuangan ide berupa penulisan kata pertama untuk mengawali tulisan. Kadang kala dalam menulis selalu muncul pertanyaan: apa yang akan ditulis, bagaimana menuliskannya, dan pantaskah disebut sebuah tulisan Meskipun sebenarnya ide itu bisa didapatkan dari mana saja, misalnya dari pengalaman diri sendiri; dari cerita orang lain; peristiwa alam; ataupun dari khayalan, menulis tetap dianggap tidak mudah (Davis, 1997). Kesulitan dalam menuangkan ide ternyata juga sering dialami oleh siswa sekolah dasar. Padahal berdasarkan aspek keterampilan berbahasa Indonesia, keterampilan menulis merupakan salah satu kompetensi berbahasa yang harus dimiliki oleh setiap siswa selain keterampilan membaca, mendengarkan, dan berbicara (Purwanto, 1997). Proses belajar mengajar yang selama ini masih banyak dijumpai menggunakan pendekatan tradisional merupakan salah satu faktor penghambat kreativitas mengarang. Guru sebagai penentu proses pembelajaran siswa secara pasif hanya menerima rumus atau kaidah. Pada umumnya pendekatan tradisional tidak membangkitkan kreativitas siswa sehingga siswa mengalami kesulitan. Permasalahan tentang kreativitas mengarang ini sebenarnya bisa dilatih dan dijadikan sebuah keterampilan dengan cara membiasakan diri berlatih mengarang. Untuk itu,
dirasakan sebagai suatu beban yang berat.
perlu ditemukan metode mengarang yang tepat dan
Menulis bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Kadang orang bisa dengan mudah untuk berbicara, tetapi tidak bisa menulis kembali apa yang
praktik mengarang berdasarkan metode tersebut (Budiyanto, 2009).
dibicarakan. Sebaliknya, ada orang yang pandai menulis, tetapi tidak bisa membicarakan tulisannya. Namun, ada juga orang yang pandai berbicara dan menulis (Berninger, dkk, 1997). Lebih lanjut dikatakan
26
Guru dalam menyampaikan materi pelajaran hendaknya menggunakan media pendidikan yang menarik dan membantu pemahaman siswa. Selama ini guru terkesan dalam menyampaikan materi pelajaran lebih senang dengan menggunakan metode
Magistra No. 86 Th. XXV Desember 2013 ISSN 0215-9511
Pengembangan Materi Pembelajaran Mengarang Narasi dengan ....
ceramah yang kurang menarik bagi siswa (Budiyanto, 2009). Terkait dengan hal tersebut, agar kegiatan
yaitu siswa mampu menulis karangan secara runtut berdasarkan alur cerita. Menurut Sutedjo (2009),
belajar-mengajar tidak monoton dan siswa dapat berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia, baik secara lisan maupun tulisan, diperlukan media dalam proses pembelajaran. Salah satunya dengan media
suatu media dapat dipilih sebagai penunjang pembelajaran apabila media tersebut memberikan daya tarik yang tinggi dari para siswa, selain itu juga
gambar karena dengan adanya media dapat memacu imajinasi dan keterampilan siswa dalam menuangkan gagasan. Pernyataan ini sejalan dengan hasil penelitian yang diungkapkan oleh Small, Lovett dan Scher (1993) yang menyatakan bahwa gambar dapat membantu ingatan anak dalam proses pemaparan, dan penelitian Brown (1987) yang mengungkapkan bahwa nilai guna gambar mempunyai sejarah implikasi bagi pengajaran, antara lain dapat merangsang minat dan perhatian siswa. Menurut Richard dan Rodgers (2001) bahwa dalam proses pembelajaran bahasa senantiasa diusahakan terciptanya metode atau cara-cara baru dalam menyampaikan materi pelajaran dengan tujuan agar siswa tidak mengalami kebosanan dan agar materi pelajaran yang disampaikan benar-benar dapat dikuasai siswa. Jika guru atau instruktur berhasil menemukan suatu cara atau metode yang efektif dan menarik maka masalah buruknya kualitas karangan siswa lambat laun akan teratasi (Berninger, dkk, 1997).
sebaiknya tidak memerlukan biaya yang mahal dan tidak memerlukan banyak waktu dalam proses pembelajaran. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah penelitian ini adalah “bagaimanakah pengembangan materi pembelajaran mengarang narasi dengan menggunakan media gambar berseri pada siswa kelas V Sekolah Dasar?”
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan materi pembelajaran mengarang narasi dengan media gambar berseri pada siswa kelas V Sekolah Dasar di Klaten.
Manfaat Penelitian 1.
Untuk meningkatkan kemampuan mengarang, dewasa ini telah banyak media pendidikan yang diterapkan sebagai media pengajaran dalam proses belajar mengajar di sekolah, salah satu pilihannya
Dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk menentukan arah strategis dalam pemilihan dan pemanfaatan media pengajaran mengarang narasi secara tepat, khususnya bagi siswa sekolah dasar kelas V.
2.
Dapat menjadi bahan kajian atau diskusi dalam
adalah dengan menggunakan media gambar berseri (Musfiroh, 2005). Media gambar berseri dianggap memiliki daya tarik yang tinggi bagi siswa kelas V
3.
Sekolah Dasar. Media ini sangat baik apabila digunakan untuk pelajaran menulis atau mengarang karena sesuai dengan salah satu butir Program Pengajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum Pendidikan Dasar 2007 GBPP kelas V Sekolah Dasar
Magistra No. 86 Th. XXV Desember 2013 ISSN 0215-9511
upaya mencari strategi pembelajaran keterampilan mengarang yang efektif dan efisien. Dapat memberikan informasi pada guru dalam menyajikan materi mengarang dengan media yang variatif. 4.
Dapat menjadi masukan bagi siswa dalam memberi panduan bagi mereka dalam belajar khususnya dalam meningkatkan kemampuannya dalam hal mengarang narasi.
27
Pengembangan Materi Pembelajaran Mengarang Narasi dengan ....
Target Luaran yang Dicapai Target luaran yang dicapai penelitian ini yaitu modul pembelajaran mengarang narasi menggunakan media gambar berseri pada siswa kelas V Sekolah Dasar di Klaten. TINJAUAN PUSTAKA Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) merupakan kriteria penting dalam pelaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Hal ini tertuang dalam Permendiknas No.22/2006 tentang Standar Isi. SK dan KD menjadi dasar dan pegangan bagi guru ketika menyusun silabus, merancang dan menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. Uraian SK dan KD mata pelajaran bahasa Indonesia untuk jenjang pendidikan SD kelas V Semester 1 dipetakan sebagai berikut. Tabel Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (Nurcholis dan Mafrukhi, 2007) Standar Kompetensi Kompetensi Dasar SK DAN KD BERKAITAN DENGAN KETERAMPILAN BERBAHASA Menulis
1.1 Menulis karangan berdasarkan pengalaman dengan memperhatikan pilihan kata dan penggunaan ejaan.
Mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi dan pengalaman secara tertulis dalam bentuk karangan, surat undangan dan dialog tertulis
1.2 Menulis surat undangan (ulang tahun, acara agama, kegiatan sekolah, kenaikan kelas, dan lain-lain) dengan kalimat efektif dan memperhatikan penggunaan ejaan.
Daya Serap dan Komponen Pembelajaran Salah satu tolak ukur meningkatnya kualitas pembelajaran adalah semakin tingginya daya serap siswa terhadap materi pembelajaran yang dipelajari siswa. Semakin tinggi daya serap siswa berarti akan semakin tinggi tingkat kompetensi siswa yang dicapai. Hal ini dapat dicapai jika pengalaman belajar siswa memperoleh peluang seluas-luasnya untuk melakukan aktivitas belajar agar daya serap siswa semakin baik. Ada beberapa kiat pembelajaran yang dapat meningkatkan daya serap siswa. Hasil penelitian Peter Sheal, 1989 (dalam Pranowo, 2010) menyimpulkan
28
bahwa kita belajar 10% dari apa yang kita baca, 20% dari apa yang kita dengar, 30% dari apa yang kita lihat, 50 % dari apa yang kita lihat dan dengar, 70% dari apa yang kita katakan, dan 90% dari apa yang kita katakan dan lakukan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, mestinya guru menghindari kegiatan pengajaran dengan memberi ceramah, dan memperbanyak pemberian kesempatan kepada siswa untuk melakukan sesuatu dan melaporkannya. Agar siswa dapat mencapai kompetensi maksimal, guru dapat melakukan berbagai usaha dalam proses belajar-mengajar dengan memanfaatkan
Magistra No. 86 Th. XXV Desember 2013 ISSN 0215-9511
Pengembangan Materi Pembelajaran Mengarang Narasi dengan ....
berbagai metode, teknik, prosedur, dan media untuk menunjang proses belajar-mengajar antara guru
dalam pembelajaran. Peranan guru sangat penting
dengan siswa melalui materi.
dalam pembelajaran, karena kurikulum apa pun yang
Pembelajaran pada dasarnya adalah interaksi guru dengan siswa yang berfokus pada pengembangan
digunakan, kunci keberhasilan pembelajaran di kelas
kompetensi siswa. Agar interaksi guru siswa dapat mengembangkan kompetensi siswa, dibutuhkan
KBK memberi porsi lebih besar kepada siswa dalam
materi pembelajaran. Namun, karena proses pembelajaran pada dasarnya adalah transformasi ilmu
memberi porsi adalah guru, bukan siswa.
pengetahuan dan teknologi dengan alat materi pembelajaran, guru harus dapat menemukan kiat agar
dan media pembelajaran, semuanya ditentukan oleh
kompetensi siswa benar-benar dapat berkembang secara maksimal. Oleh karena itu, guru perlu dibantu dengan berbagai metode, teknik, strategi, dan media pembelajaran agar interaksi guru siswa dapat berjalan efektif. Komponen-komponen itulah yang disebut dengan istilah komponen pembelajaran.
menentukan tindakan siswa. Asumsi bahwa siswa
Komponen pembelajaran pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu (a) komponen pokok meliputi guru, materi, dan siswa, dan (b) komponen penunjang meliputi metode, teknik, strategi, dan media pembelajaran. Hubungan masing-masing komponen tersebut mengarah ke pencapaian kompetensi belajar siswa. Bila digambarkan secara skematis, hubungan komponen tersebut adalah sebagai berikut.
Guru merupakan salah satu komponen pokok
ada di tangan guru. Kurikulum yang dikenal dengan proses belajar-mengajar, harus diingat bahwa yang Penentuan materi, metode, teknik, prosedur, guru. Efek dari sikap guru itulah yang dapat adalah subjek, bukan objek dalam proses pembelajaran adalah asumsi guru, bukan asumsi siswa. Kompetensi yang akan dikembangkan adalah kompetensi siswa. Namun, harus diingat bahwa jenis kompetensi mana yang akan dikembangkan dan kapan akan dikembangkan, yang menentukan adalah guru. Bila guru berperan sebagai fasilitator dalam proses belajar-mengajar, peran itu pun diambil atas inisiatif guru, bukan karena perintah siswa. Berdasarkan argumen di atas, peran guru tetap penting dalam proses belajar-mengajar. Pembelajaran yang berfokus kepada siswa adalah pembelajaran atas nama siswa tetapi dilakukan oleh guru untuk memberi peran lebih besar kepada siswa. Kegiatan inovatif,
Prosedur Metode
kreatif, eksploratif yang dilakukan oleh siswa adalah
Guru Siswa
kegiatan yang diciptakan oleh guru agar dilakukan
IBM
Media
Kompetensi Siswa
oleh siswa. Baru setelah siswa cukup mahir melakukan aktivitas yang diciptakan guru, siswa dapat
Materi
mengembangkan kreativitasnya untuk belajar mandiri.
Teknik
Siswa adalah manusia yang belajar. Ke mana arah siswa belajar ditentukan oleh guru. Namun harus
Gambar 1 Bagan Komponen Pembelajaran, Pranowo, 2010
diakui bahwa siswa adalah pribadi yang memiliki potensi bawaan dan pengalaman akibat pergaulan dengan lingkungan. Siswa bukan kertas kosong, juga
Magistra No. 86 Th. XXV Desember 2013 ISSN 0215-9511
29
Pengembangan Materi Pembelajaran Mengarang Narasi dengan ....
bukan saja memiliki potensi bawaan, tetapi siswa telah
tidak terbatas, penelitian ini membatasi satu SK saja
memiliki rumusan konsep-konsep kebenaran menurut
yaitu menulis.
asumsinya sendiri (pandangan konstruktifisme). Oleh
Aspek menulis dibatasi pada KD menulis
karena itu, siswa harus diberi kesempatan untuk
karangan berdasarkan pengalaman dengan
menggali potensi bawaan menjadi kegiatan nyata dan
memperhatikan pilihan kata dan penggunaan ejaan,
memperluas pengalaman untuk membentuk
khususnya karangan narasi. Pembelajaran ini
kepribadiannya. Dengan demikian, tugas guru adalah
difokuskan pada penerapan media pembelajaran
“memicu pemantik” yang ada dalam diri siswa agar
“gambar berseri.”
siswa dapat menggerakkan potensinya sehingga lamakelamaan siswa akan dapat bergerak sendiri tanpa
Dari keterampilan berbahasa tersebut, agar lebih terfokus, yaitu pengembangan materi
harus dibantu oleh guru. Semakin cepat siswa diberi
pembelajaran mengarang narasi dengan media gambar
kesempatan lebih banyak akan semakin cepat pula
berseri. Penelitian ini lakukan pada Kelas V, Semester
potensi siswa dapat bergerak menjadi kegiatan sehingga dapat semakin cepat mandiri. Asumsi terakhir inilah yang sekarang sedang populer dalam dunia pendidikan sejak KBK dikembangkan. Asumsi bahwa materi pembelajaran merupakan alat untuk mengembangkan kompetensi harus disusun dan dibelajarkan kepada siswa mengikuti indikator-indikator pencapaian kompetensi dasar tertentu. Dengan kata lain, materi pembelajaran dikembangkan berdasarkan indikator, dan indikator merupakan penanda-penanda kompetensi dasar. Bila seluruh kompetensi dasar dapat dikembangkan dengan baik, berarti setelah siswa selesai belajar akan memiliki standar kompetensi tertentu.
1, SDN 2 Barenglor dan SDN 3 Karanganom, Klaten. Untuk mengembangkan kompetensi apapun, pembelajaran pasti menggunakan materi pembelajaran. Sebagai dasar pembelajaran, pengembangan materi harus disusun sebaik mungkin agar mempermudah siswa dalam belajar. Ketika berbicara mengenai materi pelajaran, yang dipikirkan oleh seorang ahli dengan seorang pelaksana selalu berbeda. Seorang ahli selalu berpikir ketika ingin menjadikan seseorang pandai, yang terpikir dalam benaknya adalah “materi seperti apa yang harus dipelajari?”. Materi ajar sebenarnya dapat dikelompokkan menjadi tiga macam. Pertama, materi yang secara umum sudah diketahui oleh semua orang yang pernah belajar bidang itu (materi yang sudah
Proses Pembelajaran di Kelas
mapan). Materi kelompok ini biasanya menjadi dasar
Berdasarkan KTSP 2006, pembelajaran bahasa
bagi seseorang yang ingin belajar sesuatu lebih lanjut.
dan sastra Indonesia di sekolah dikelompokkan
Jika materi ini diberikan kepada mahasiswa, biasanya
menjadi 4 keterampilan, yaitu (a) menyimak, (b)
berupa ilmu pengantar. Kedua, materi yang sudah
berbicara, (c) membaca, dan (d) menulis. Dari
menjadi perbincangan umum masyarakat tetapi secara
keempat keterampilan tersebut, tiga keterampilan
akademis belum dapat diterima sebagai kebenaran
berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, dan menulis
yang mapan (belum menjadi dalil, rumus, kaidah, atau
dioptimalkan pembelajarannya. Meskipun demikian,
teori). Ketiga, materi yang masih menjadi isyu hangat
karena cakupan masing-masing keterampilan hampir
di dalam masyarakat berkaitan dengan bidang ilmu
30
Magistra No. 86 Th. XXV Desember 2013 ISSN 0215-9511
Pengembangan Materi Pembelajaran Mengarang Narasi dengan ....
tertentu tetapi belum diformulasikan secara jelas
materi yang memang sudah mapan dan sudah diterima
karena masih menjadi perbincangan di dalam
kebenarannya oleh masyarakat.
masyarakat. Materi seperti ini biasanya masih berupa
Materi pembelajaran untuk tingkat SD
potongan-potongan peristiwa yang satu sama lain
diklasifikasikan atas dasar domain pendidikan, yaitu
belum tersambung menjadi kesatuan karena memang
domain kognitif, afektif, dan psikomotorik. Materi
masih menjadi isyu. Pertanyaannya, bagi siswa SD
pembelajaran domain kognitif secara terperinci dapat
kira-kira materi manakah yang harus diberikan.
dibagi menjadi empat jenis, yaitu: fakta, konsep,
Kurikulum SD, meskipun secara formal telah menggunakan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan
prinsip dan prosedur (Reigeluth, 1987). 1.
Materi jenis fakta adalah materi berupa nama-
Pendidikan) yang disusun oleh sekolah, faktanya tidak
nama objek, nama tempat, nama orang, lambang,
demikian. Setiap sekolah memang dibebaskan
peristiwa sejarah, nama bagian atau komponen
membuat kurikulum sendiri-sendiri. Pemerintah
suatu benda, dan lain sebagainya.
hanya memberikan model kurikulum untuk setiap
2.
mata pelajaran. Setiap sekolah dapat bekerja sama dengan sekolah lain untuk menyusun KTSP. Bahkan bagi sekolah yang belum mampu dapat memanfaatkan
hakikat, inti isi. 3.
sekolah tidak mudah, akibatnya setiap sekolah menjiplak model KTSP yang diberikan oleh BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan).
Materi jenis prinsip berupa dalil, rumus, postulat adagium, paradigma, teorema.
KTSP sekolah lain terdekat yang sudah mampu menyusun. Karena mengembangkan KTSP di setiap
Materi konsep berupa pengertian, definisi,
4.
Materi jenis prosedur berupa langkah-langkah mengerjakan sesuatu secara urut, misalnya langkah-langkah menelpon, cara-cara pembuatan telur asin atau cara-cara pembuatan bel listrik.
Di sisi lain, SD masih diwajibkan untuk
Sementara itu, materi pembelajaran domain
mengikuti Ujian Nasional. Artinya, materi yang
afektif meliputi: pemberian respon, penerimaan
diberikan harus relatif sama antara sekolah satu
(apresisasi), internalisasi, dan penilaian. Sedangkan
dengan sekolah lain. Dengan demikian, tidak ada
materi pembelajaran domain motorik terdiri atas
sekolah yang dapat memberikan materi pelajaran
gerakan awal, semi rutin, dan rutin. Di samping itu,
secara bebas dan berkreasi menurut kemampuan guru
penataan materi pembelajaran yang disajikan di dalam
masing-masing.
kelas harus memiliki sistem klasifikasi yang jelas. Penataan materi tersebut dapat diatur sebagai berikut.
Berdasarkan dua alasan di atas, sekolah SD tidak mungkin memberikan materi yang secara akademis belum dapat diterima sebagai kebenaran yang mapan (belum menjadi dalil, rumus, kaidah, atau teori). Apa lagi materi yang masih menjadi isu dan belum diformulasikan secara jelas karena masih menjadi perbincangan di dalam masyarakat. Pilihan yang mungkin dilakukan adalah membelajarkan
Magistra No. 86 Th. XXV Desember 2013 ISSN 0215-9511
31
Pengembangan Materi Pembelajaran Mengarang Narasi dengan ....
Tabel 2.2 Prinsip Pengembangan Materi No.
1.
Jenis Materi
Pengertian dan Contoh
Fakta
Menyebutkan kapan, berapa, nama, dan di mana. Misalnya: Negara RI merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945; Seminggu ada 7 hari; Ibu kota Negara RI Jakarta; Ujung Pandang terletak di Sulawesi Selatan.
2.
Konsep
Definisi, identifikasi, klasifikasi, ciri-ciri khusus.Contoh:Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat yang terdiri atas dua klosa atau lebih, yang salah satu klosanya berupa klosa induk dan yang lain berupa klosa anak. Ciriciri kalimat majemuk bertingkat yaitu ......
3.
4.
Prinsip
Prosedur
Penerapan dalil, hukum, atau rumus. Misalnya: Suatu kalimat disebut sebagai kalimat lengkap jika mengandung unsur S/P/O/K. Bagan arus atau bagan alur (flowchart), algoritma, langkahlangkah mengerjakan sesuatu secara urut.
Materi pembelajaran pada dasarnya adalah bahan ajar. Bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud dapat berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis.
32
Atas dasar pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis baik tertulis maupun tidak sehingga tercipta lingkungan/suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar. Wujud bahan ajar dapat berupa (a) cetakan, seperti hand out, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, (b) tayangan audio visual seperti: video/film,VCD, (c) materi simakan, seperti radio, kaset, CD audio, PH, (c) foto, gambar, model/maket, tabel, atau (d) multi media, seperti CD interaktif, computer Based, Internet (Pranowo, 2010). Penyusunan materi pembelajaran pada dasarnya bertolak pada Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), serta cakupan materi dalam mata pelajaran tertentu sesuai dengan jenjang pendidikan. Sebagai contoh, perhatikan tahap-tahap di bawah ini: SK
: Siswa memahami hakikat menulis sebagai salah satu aspek keterampilan berbahasa.
KD
: Siswa mampu melakukan kegiatan menulis karangan.
Indikator : indikator adalah kegiatan yang dapat dijadikan penanda bahwa Kompetensi Dasar yang ingin dicapai sudah dilakukan oleh siswa dalam proses belajar. Atas dasar SK, KD, dan indikator di atas, kemudian materi pembelajaran menulis karangan diidentifikasi sebagai berikut: a.
Pengertian dan ruang lingkup menulis karangan narasi
b.
Tahap-tahap menulis karangan narasi
c.
Praktek memahami karangan narasi
Magistra No. 86 Th. XXV Desember 2013 ISSN 0215-9511
Pengembangan Materi Pembelajaran Mengarang Narasi dengan ....
Setelah materi ajar dipetakan, langkah selanjutnya adalah menentukan alur penyusunan
kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan
materi ajar. Alur penyusunan materi ajar dapat dilihat di bawah ini.
maupun tulisan serta mencintai bahasa Indonesia dan menjadikannya sebagai sarana untuk memperluas wawasan. Menurut kerangka dasar dan struktur kurikulum untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah,
SK
KD
Kegiatan Pembelajaran
Indikator
Materi Pembelajaran
Sumber Belajar
Pembelajaran Keterampilan Menulis Menurut Tarigan (1985) dan Elliot (1981) keterampilan menyimak dan berbicara dipelajari sebelum memasuki sekolah, sedangkan keterampilan membaca dan menulis pada umumnya didapatkan setelah mereka memasuki sekolah formal, sedangkan keterampilan membaca dan menulis para siswa SD pada umumnya memiliki kualitas yang hampir sama karena diajarkan secara formal dengan cara yang hampir sama. Menulis sendiri merupakan salah satu aspek dari keterampilan berbahasa yang berupa kegiatan dalam melahirkan pikiran atau gagasan (seperti mengarang, membuat surat) dalam bentuk tulisan (Moeliono, 1994). Natia (1994) mengartikan menulis sebagai proses berpikir untuk mengembangkan gagasan atau pikiran secara logis dan sistematis dalam bentuk tulisan. Tarigan (1992) menyatakan bahwa menulis ialah melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik tersebut. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia bertujuan untuk menjadikan peserta didik memiliki
Magistra No. 86 Th. XXV Desember 2013 ISSN 0215-9511
2006, ada empat jenis standar kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa kelas V dalam pelajaran Bahasa Indonesia, yaitu kompetensi dalam mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Dalam penelitian ini, peneliti lebih mengkhususkan pada penguasaan keterampilan menulis siswa, khususnya keterampilan menulis karangan narasi. Narasi Berdasarkan bentuk karangan, Sudjito dan Hasan (2005) membuat klasifikasinya sebagai berikut: 1) Eksposisi, yang mencakup definisi dan analisis; 2) Deskripsi, yang mencakup deskripsi literer; 3) Narasi, mencakup urutan waktu, motif, konflik, titik pandangan dan pusat minat; 4) Argumentasi, yang mencakup induksi dan deduksi. Glynn, dkk (1982) membuat klasifikasi atas tulisan kreatif yang memberi penekanan pada ekspresi diri pribadi dan tulisan ekspositori yang rnencakup penulisan surat, laporan, resensi buku dan rencana penelitian. Tarigan (1992) mengungkapkan pendapat yang berbeda dengan membuat klasifikasi jenis karangan sebagai berikut: eksposisi, narasi, persuasi, argumen dan deskripsi. Ragam karangan yang menjadi titik perhatian peneliti adalah narasi. Berikut akan dipaparkan beberapa pendapat mengenai pengertian narasi. Keraf (2007) mengungkapkan bahwa narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa sehingga tampak seolah-olah pembaca melihat atau mengalami sendiri peristiwa itu. Hal yang perlu mendapat perhatian dalam narasi
33
Pengembangan Materi Pembelajaran Mengarang Narasi dengan ....
adalah perbuatan atau tindakan dan waktu (rangkaian waktu), rangkaian waktu inilah yang nantinya menjadi
bahasa tulis secara menarik dan mengena untuk disampaikan kepada pembaca sehingga mudah
pembeda antara narasi dan deskripsi atau dengan kata lain, narasi adalah suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah tindak tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi
dipahami tepat seperti yang dimaksudkan oleh pengarang.
dalam satu kesatuan waktu. Menurut Suminto (2007) narasi adalah jenis paparan yang biasa digunakan oleh para penulis untuk menceritakan tentang rangkaian
Definisi yang dapat diambil dari uraian di atas adalah keterampilan mengarang narasi merupakan keterampilan seseorang dalam mengungkapkan gagasannya dalam bentuk karangan yang menceritakan suatu kejadian
kejadian atau peristiwa yang berkembang melalui waktu. Secara singkat, narasi adalah paparan suatu proses. Ciri utama dari karangan narasi adalah gerak atau perubahan keadaan suatu waktu menjadi keadaan yang lain pada waktu berikutnya melalui peristiwaperistiwa yang berangkai selain ciri utama tersebut, narasi juga memiliki suatu karakteristik, yakni hampir semua isi di dalamnya menceritakan manusia (Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1993). Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa narasi adalah suatu karangan yang menceritakan suatu kejadian dengan urutan waktu. Keterampilan Mengarang Narasi Hakim (1971) dan Cameron, dkk (1995) menyatakan bahwa kemampuan mengarang narasi berarti kemampuan menggunakan bahasa untuk menyatakan isi hati dan buah pikiran secara menarik yang mengena pada pembaca. Widyamartaya (1993) menyatakan bahwa kemampuan mengarang adalah kemampuan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami tepat seperti yang dimaksudkan oleh pengarang. Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan mengarang adalah kemampuan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan isi hati melalui
34
Telah dijelaskan mengenai pengertian keterampilan mengarang dan ragam tulisan narasi.
dengan suatu urutan waktu tertentu. Kemampuan menulis karangan narasi merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang harus dikuasai siswa. Karangan narasi merupakan jenis karangan yang berupa runtutan peristiwa yang terjadi dalam satu rangkaian waktu dengan maksud menceritakan dan menggambarkan sejelas-jelasnya peristiwa yang terjadi (Calkins, 1986). Dengan menulis karangan narasi, diharapkan siswa tidak hanya dapat mengembangkan kemampuan membuat karangan namun juga diperlukan kecermatan untuk membuat argumen, memiliki kemampuan untuk menuangkan ide atau gagasan dengan cara membuat karangan yang menarik untuk dibaca (Tarigan, 1985). Secara khusus, standar kompetensi menulis yang ingin dicapai pada pengajaran bahasa Indonesia untuk kelas V sekolah dasar adalah mampu mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan dalam berbagai ragam tulisan melalui menyusun karangan, menulis surat pribadi, meringkas isi buku bacaan, membuat poster, dan menulis catatan dalam buku harian menulis kartu pos serta menulis prosa sederhana dan puisi (Depdiknas, 2003). Untuk menguasai kemampuan mengarang narasi seperti yang telah diungkapkan di atas, maka dapat dirumuskan tujuan pengajaran mengarang di sekolah, yaitu agar para siswa:
Magistra No. 86 Th. XXV Desember 2013 ISSN 0215-9511
Pengembangan Materi Pembelajaran Mengarang Narasi dengan ....
1.
Mampu memilih ragam Bahasa Indonesia sesuai dengan konteks komunikasi;
2.
Terampil mencari, menemukan, dan memilih gagasan atau topik yang cukup terbatas dan menarik untuk dikembangkan menjadi karangan yang logis dan sistematis;
3.
Terampil mengembangkan gagasan atau topik dan menyusunnya menjadi karangan yang dapat dipertanggungjawabkan;
4.
Terampil mengungkapkan gagasan atau topik yang telah dikembangkan dan disusun sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia (Asmara, 1979; Natia, 1994).
Berdasarkan beberapa pendapat tentang pengertian, tujuan, dan teknik penyusunan karangan dapat diambil suatu kesimpulan bahwa kemampuan mengarang meliputi beberapa aspek kemampuan sebagai berikut: 1.
Kemampuan mengemukakan gagasan berupa gagasan yang kreatif berdasarkan informasi yang relevan.
2.
Kemampuan mengorganisasikan karangan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku, ekspresi pikiran dan ide dikembangkan dengan runtut dan lancar.
3.
Kemampuan menyampaikan gagasan ke dalam bahasa yang komunikatif dan memenuhi kaidahkaidah bahasa yang meliputi: (1) penyusunan paragraf yang padu dan harmonis, (2) pemakaian kalimat efektif, dan (3) pemakaian ejaan yang tepat.
4.
Kemampuan menyampaikan karangan dengan memperhatikan tujuan yang ingin disampaikan dan siapa yang akan menjadi pembaca tulisan tersebut dengan memperhatikan ragam bahasa dan kosakata yang tepat untuk hal-hal tersebut di atas.
Magistra No. 86 Th. XXV Desember 2013 ISSN 0215-9511
5.
Kemampuan membuat judul karangan yang singkat, jelas, sesuai dengan isi karangan, dan mampu menarik perhatian pembaca.
Media Pembelajaran Agar materi pembelajaran dapat diserap oleh siswa sebanyak-banyaknya, guru harus melakukan berbagai usaha. Usaha yang dilakukan oleh guru antara lain (a) memberi porsi belajar kepada siswa lebih banyak, (b) mempersiapkan materi pembelajaran secara rinci sebelumnya, (c) mempersipkan teknik dan strategi tertentu, (d) mempersiapkan media dan alat pembelajaran tertentu, (e) menciptakan suasana di kelas yang kondusif untuk belajar siswa dan sebagainya. Dari sekian banyak usaha itu, makalah ini hanya akan membicarakan salah satu saja yaitu mempersiapkan media pembelajaran di kelas. Agar pembelajaran dapat berjalan secara efektif, media pembelajaran tidak cukup hanya menggunakan papan tulis yang dipakai untuk menulis oleh guru. Media pembelajaran tidak cukup hanya dengan menggunakan buku teks. Guru harus kreatif mengembangkan berbagai macam media yang memungkinkan dapat membantu dan mempermudah siswa belajar. Media pembelajaran adalah alat pelajaran yang telah diisi program pembelajaran. Misalnya, tape recorder yang dipergunakan untuk memutar kaset pembacaan puisi ketika seorang guru sedang membelajarkan siswa membaca puisi dengan intonasi yang benar. Tetapi, jika tape recorder dipakai sebagai alat visualisasi yang ditunjukkan kepada siswa “seperti apa tape recorder itu”, benda tersebut sebagai alat pelajaran. Jadi, alat pelajaran adalah “perangkat kerasnya”, sedangkan media adalah “perangkat lunaknya” (program yang disusun untuk membawa pesan agar pesan sampai pada tujuan).
35
Pengembangan Materi Pembelajaran Mengarang Narasi dengan ....
Ada juga yang berpendapat bahwa media adalah pembawa pesan yang berasal dari sumber pesan kepada penerima pesan (Mukti, 2001, dalam Pranowo 2010). Materi pembelajaran yang dipersiapkan oleh guru adalah pesan yang akan disampaikan kepada siswa. Jika materi tersebut hanya disampaikan secara lisan melalui ceramah atau secara tertulis dalam bentuk teks, siswa sering sulit menangkap isinya. Oleh karena itu, materi tersebut diwadahi menggunakan media yang memungkinkan siswa dapat menyerap dengan mudah. Berdasarkan uraian di atas, makalah ini akan membahas bagaimana memilih atau mengembangkan media agar dapat
pembelajaran lain dapat mengefektifkan proses belajar siswa. Kontribusi pemanfaatan media pembelajaran antara lain: a.
topik yang harus dimediakan untuk diajarkan. b.
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan informasi dalam materi pembelajaran dari sumber informasi (guru) kepada penerima informasi (siswa) sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat siswa dan pada akhirnya dapat menjadikan siswa melakukan kegiatan belajar. Media, dalam konteks pembelajaran mengacu pada bahanbahan yang bersifat visual, auditif, audio-visual, multimedia, gambar yang digunakan saat proses belajar dalam rangka pengembangan kompetensi siswa. Pembelajaran menggunakan media yang diintegrasikan dengan berbagai komponen
36
Penyampaian materi dapat dapat diperjelas dengan media sehingga materi yang diberikan lebih mudah dipahami.
c.
Pembelajaran dapat lebih menarik.
d.
Proses belajar dapat lebih interaktif ketika menerapkan teori-teori atau konsep-konsep.
e.
Waktu penyampaian materi dapat lebih dioptimalkan.
f.
Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan. Keberagaman penyampaian konsep, teori, dan latihan-latihan dapat lebih variatif dan efektif sehingga akan berpengaruh pada aspek-aspek lain secara keseluruhan.
g.
Pembelajaran dapat dilakukan lebih fleksibel dalam hal waktu dan tempat.
h.
Sikap individu terhadap hal-hal yang dipelajari dan proses belajar tersebut dapat ditingkatkan
mendukung pengembangan kompetensi dasar siswa. Agar media pembelajaran dapat efektif, ada banyak syarat yang harus diperhatikan dalam pemilihan media, yaitu (a) harus sesuai dengan kompetensi dasar yang ingin dikembangkan, (b) harus sesuai dengan karakteristik siswa, (c) harus disesuaikan dengan alokasi waktu yang tersedia, (d) harus disesuaikan dengan ketersediaan sumber, (e) harus disesuaikan dengan ketersediaan dana, tenaga, dan fasilitas, dan (f) harus dipertimbangkan keluwesan, kepraktisan, dan daya tahan media.
Topik pembelajaran dapat diseleksi dan diorganisasikan secara tertata karena dengan adanya media guru dapat mempertimbangkan
Media Gambar Berseri Menurut Rianto (1987), media gambar adalah salah satu jenis media bahasa yang memungkinkan terjadinya komunikasi yang diekspresikan lewat tanda dan simbol. Adapun batasan yang lebih lengkap adalah seperti yang dinyatakan oleh Sadiman (2008) yaitu media adalah alat visual yang penting, mudah didapat dan memberikan penggambaran visual yang konkret.
Magistra No. 86 Th. XXV Desember 2013 ISSN 0215-9511
Pengembangan Materi Pembelajaran Mengarang Narasi dengan ....
Jenis media gambar meliputi gambar atau foto, sketsa, grafik, poster, komik, kartu, diagram dan peta. Di antara media pendidikan, gambar adalah media yang paling umum, yang dapat dimengerti, dan dapat dinikmati semua orang. Salah satu jenis media gambar adalah media gambar berseri. Menurut Soeparno (1988), media ini biasa juga disebut “flow chart”, wujudnya berupa kertas atau karton lebar yang berisikan beberapa buah gambar. Gambar-gambar itu
Pendekatan Psikologi Teori Perkembangan Bahasa 1.
Teori Perkembangan Bahasa Menurut Vygotsky Teori Vygotsky menarik banyak perhatian
karena teorinya mengandung pandangan bahwa pengetahuan dipengaruhi oleh situasi dan bersifat kolaboratif. Artinya, pengetahuan didistribusikan di antara orang dan lingkungan (Fischer, 1982). Hal ini
dirangkai penyusunanya secara berurutan berdasarkan peristiwa yang terjadi sehingga merupakan suat
menunjukkan bahwa memperoleh pengetahuan dapat dicapai dengan baik melalui interaksi dengan orang
rangkaian gambar yang membentuk cerita. Biasanya setiap gambar diberi nomor urut sesuai dengan urutan
lain dalam kegiatan bersama. Ia mengungkapkan pandangannya bahwa anak-anak memulai
jalan cerita.
pengetahuan berpikirnya dari peran aktif dunia di sekitarnya. Pengalaman sosial berperan sebagai dasar perkembangan kognitif. Keunikan dari teori Vygotsky adalah membantu kita dalam memahami beraneka macam budaya dalam pengaruhnya dengan kemampuan kognitif. Teori Vygotsky menunjukan harapan yang besar terhadap variabel perkembangan tergantung pada masyarakat dan pengalaman budaya yang dimiliki seorang anak.
Guru dapat menyampaikan pelajaran dengan menggunakan media gambar sebagai pendukung. Penggunaan media gambar dapat membantu siswa untuk memusatkan perhatian terhadap materi yang disampaikan. Media gambar dapat berupa gambar berseri maupun gambar lepas. Gambar berseri merupakan sejumlah gambar yang menggambarkan suasana yang sedang diceritakan dan menunjukkan adanya kesinambungan antara gambar yang satu dengan lainnya, sedangkan gambar lepas merupakan gambar yang nienunjukkan situasi ataupun tokoh dalam cerita yang dipilih untuk menggambarkan situasi-situasi tertentu, antara gambar satu dengan lainnya tidak menunjukkan kesinambungan (Musfiroh, 2005). Sesuai penjelasan di atas, dapat disimpulkan pengertian media gambar berseri adalah media pembelajaran yang digunakan oleh guru yang berupa gambar datar yang mengandung cerita, dengan urutan tertentu sehingga antara satu gambar dengan gambar yang lain memiliki hubungan cerita dan membentuk satu kesatuan.
Magistra No. 86 Th. XXV Desember 2013 ISSN 0215-9511
Sebagai contoh, aktivitas membaca, menulis dan kemampuan matematika seorang anak yang sekolah pada lingkungan terpelajar akan menghasilkan kapasitas kognitif yang berbeda dengan mereka yang sekolah di lingkungan yang bukan terpelajar. Meskipun Vygotsky menyatakan peran bermacam- macam simbol sistem (seperti lukisan, peta, dll) dalam perkembangan proses kognitif yang lebih tinggi, ia menempatkan bahasa sebagai bagian yang paling penting (Bjorklund, 2005). Kaitannya dengan penggunaan media gambar berseri dalam meningkatkan keterampilan mengarang siswa dapat dijelaskan bahwa media tersebut dapat menjadi petunjuk atau panduan bagi siswa dalam mengembangkan imajinasinya mengenai suatu hal.
37
Pengembangan Materi Pembelajaran Mengarang Narasi dengan ....
Menurut Vygotsky proses perkembangan bahasa juga ditentukan oleh lamanya latihan yang disodorkan oleh
Piaget (Santrock, 2007) mengidentifikasikan tahapan perkembangan intelektual yang dilalui anak yaitu: (a)
latihan, dalam hal ini guru memberikan stimulus berupa media gambar berseri sebagai panduan bagi siswa untuk menuangkan keterampilan menulis dalam bentuk suatu karangan (Fenton, 1967).
tahap sensorik motor usia 0-2 tahun, (b) tahap operasional usia 2-6 tahun, (c) tahap opersional kongkrit usia 7-12 tahun, (d) tahap operasional formal usia 12 tahun ke atas. Berdasarkan uraian di atas,
2.
Karakteristik Siswa Kelas V Sekolah Dasar
Menurut Piaget (Santrock, 2004) mengemukakan bahwa anak umur 7-11 tahun termasuk dalam tahap operasional konkret, yaitu kemampuan berfikir secara logis meningkat. Anak mampu mengklasifikasikan, memilih, dan mengorganisir fakta untuk menyelesaikan masalah. Mereka mulai mengerti situasi yang berbeda secara simultan. Masa usia sekolah dasar sebagai masa kanakkanak akhir yang berlangsung dari usia enam tahun hingga kira-kira usia sebelas tahun atau dua belas tahun. Karakteristik utama siswa sekolah dasar adalah mereka menampilkan perbedaan-perbedaan individual dalam banyak segi dan bidang, di antaranya, perbedaan dalam intelegensi, kemampuan dalam kognitif dan bahasa, perkembangan kepribadian dan perkembangan fisik anak (Bloom, 1976). Ekblad (1990) mengatakan bahwa anak usia sekolah dasar tertarik terhadap pencapaian hasil belajar. Mereka mengembangkan rasa percaya dirinya terhadap kemampuan dan pencapaian yang baik dan relevan. Meskipun anak-anak membutuhkan keseimbangan antara perasaan dan kemampuan dengan kenyataan yang dapat mereka raih, namun perasaan akan kegagalan atau ketidakcakapan dapat memaksa mereka berperasaan negatif terhadap dirinya sendiri, sehingga menghambat mereka dalam belajar.
38
siswa sekolah dasar berada pada tahap operasional kongkrit, pada tahap ini anak mengembangkan pemikiran logis, masih sangat terikat pada fakta-fakta perseptual, artinya anak mampu berfikir logis, tetapi masih terbatas pada objek-objek kongkrit, dan mampu melakukan konservasi. Bertitik tolak pada perkembangan intelektual dan psikososial siswa sekolah dasar, hal ini menunjukkan bahwa mereka mempunyai karakteristik sendiri, di mana dalam proses berfikirnya, mereka belum dapat dipisahkan dari dunia konkret atau halhal yang faktual, sedangkan perkembangan psikososial anak usia sekolah dasar masih berpijak pada prinsip yang sama di mana mereka tidak dapat dipisahkan dari hal-hal yang dapat diamati, karena mereka sudah diharapkan pada dunia pengetahuan (Bloom, 1976). Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik siswa SD kelas V (usia 11-13 tahun) anak sedang memasuki fase perkembangan yang dinamakan fase operasional konkret yaitu kemampuan berfikir logis meningkat namun pikiran anak terbatas pada obyek-obyek yang mereka jumpai dari pengalaman langsung. Untuk membantu pemahaman akan sesuatu maka diperlukan sebuah media dan dalam dunia pendidikan dikenal dengan media pembelajaran untuk membantu pemahaman siswa akan materi yang disampaikan.
Magistra No. 86 Th. XXV Desember 2013 ISSN 0215-9511
Pengembangan Materi Pembelajaran Mengarang Narasi dengan ....
b.
Kerangka Berpikir
Pengembangan materi pembelajaran mengarang narasi
Kemudian peneliti di hari yang sama memberikan angket yang berisi materi topik-topik mengarang narasi yang sudah disediakan oleh peneliti agar
Menulis karangan narasi menggunakan media gambar berseri
dipilih oleh siswa untuk mengetahui topik-topik yang diminati dalam mengarang narasi dengan media gambar berseri. Hal ini disertakan juga tindakan obervasi.
METODE PENELITIAN
c.
Jenis penelitian Penelitian ini tergolong jenis penelitian pengembangan pembelajaran (learning development research) yang mengembangkan materi pembelajaran mengarang narasi dengan media gambar berseri pada
Setelah itu, hasil pengembangan materi tersebut kemudian diuji coba di sekolah untuk mengetahui kelayakan dan keberterimaan siswa dan guru di sekolah. Hal ini disertakan juga tindakan obervasi.
d.
kelas V sekolah dasar.
Setelah data sudah terkumpul, kemudian peneliti melakukan analisis data yaitu diidentifikasi, diklasifikasi dan dipaparkan secara argumentatif.
Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah siswa kelas V SDN Barenglor 2, Klaten dan SDN Karanganom 3, Klaten.
Teknik Analisis Data Data yang sudah terkumpul kemudian dianalisis dengan langkah sebagai berikut:
Teknik Pengumpulan Data
a.
Hasil observasi ditabulasi
Teknik pengumpulan data penelitian ini menggunakan teknik non tes. Teknik Non tes dilakukan melalui (1) observasi, (2) wawancara guru dan siswa yang dilakukan di luar jam pelajaran, (3) angket, (4) dokumentasi.
b.
Hasil angket diidentifikasi, diklasifikasi dan dipaparkan secara argumentatif
c.
Hasil wawancara dengan guru diidentifikasi, diklasifikasi, dan dipaparkan secara argumentatif
d.
Hasil wawancara dengan siswa diidentifikasi, diklasifikasi, dan dipaparkan secara argumentatif
Prosedur Penelitian Pada penelitian ini prosedur penelitian adalah sebagai berikut:
HASIL DAN PEMBAHASAN
a.
Deskripsi Data
Setelah ditentukan dua sekolah dasar yang akan menjadi tempat dilaksanakannya penelitian dan memperoleh izin dari pihak sekolah, peneliti melakukan wawancara terhadap guru bahasa Indonesia dan siswa kelas V mengenai materi pembelajaran mengarang narasi.
Magistra No. 86 Th. XXV Desember 2013 ISSN 0215-9511
Penelitian ini dipakai sebagai dasar untuk mengembangkan materi pembelajaran mengarang narasi dengan media gambar berseri. Hal ini dilakukan karena ada beberapa sekolah di Klaten yang belum menerapkan media gambar berseri sebagai acuan
39
Pengembangan Materi Pembelajaran Mengarang Narasi dengan ....
untuk memudahkan dalam menulis karangan narasi. Sebenarnya ada beberapa penelitian yang sudah
Berdasarkan hasil analisis data tersebut, kemudian dipadu dengan kajian kepustakaan yang
mencari keefektifan penggunaan media gambar berseri dalam mengarang narasi, hanya saja belum diekspilisitkan ke dalam rencana pelaksanaan pembelajaran dan secara teoritis ada beberapa
berkaitan dengan teori pembelajaran bahasa dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006 untuk mengembangkan materi pembelajaran
alternatif media yang memungkinkan untuk memberikan pembelajaran mengarang narasi di sekolah dengan berbagai kelemahan dan
mengarang narasi dengan media gambar berseri. Hasil pengembangan materi tersebut kemudian diuji coba di sekolah untuk mengetahui kelayaan dan keberterimaan siswa dan guru di sekolah.
kelebihannya. Selain itu berdasarkan hasil diagnosis pembelajaran bahasa Indonesia siswa di SD yang dijadikan subjek penelitian, kondisi pembelajaran di sekolah tersebut masih tergolong tradisional, antara lain (a) materi yang diajarkan kepada siswa belum variatif, (b) metode pembelajaran masih tradisional, (c) media pembelajaran juga masih konvensional (papan tulis), (d) penerapan media gambar berseri dalam pembelajaran belum banyak dimanfaatkan oleh guru, (e) penerapan metode pembelajaran yang kreatif dan inovatif juga belum banyak dikembangkan, (f) kemampuan guru dalam berkreasi untuk membuat media maupun merancang metode yang mampu membelajarkan siswa masih terbatas. Berdasarkan berbagai kondisi yang ada, peneliti berusaha memperbaiki kondisi yang ada.
Persepsi Siswa Mengenai Proses Belajar Mengarang Narasi Pertanyaan utama yang berkaitan dengan persepsi siswa adalah “bagaimanakah proses belajar mengarang narasi?” Ada 8 butir pernyataan yang diedarkan kepada 72 siswa pada 2 SDN di Klaten. Delapan butir pertanyaan tersebut, setelah ditabulasi dapat dideskripsikan sebagai berikut: 1.
Ketika ada pernyataan bahwa “Ketika guru menyampaikan materi pelajaran mengarang narasi menggunakan metode ceramah.” Jawaban siswa ternyata relatif tinggi yang menjawab selalu: 59,72%, tidak pernah: 4,16%, kadangkadang: 37,5%, dan tidak tahu: 0%. Melihat jawaban siswa seperti itu menunjukkan bahwa guru belum menerapkan penggunaan media yang
Hasil Penelitian Analisis hasil penelitian terdiri atas 5 (lima) macam data, yaitu (a) angket persepsi siswa terhadap proses belajar mengarang narasi; (b) angket pilihan siswa terhadap topik-topik mengarang narasi; (c) observasi terhadap proses belajar-mengajar di kelas; (d) hasil wawancara dengan guru dan siswa; (e) angket persepsi siswa dan guru terhadap kelayakan dan keberterimaan modul pembelajaran karangan narasi dengan media gambar berseri.
40
Persepsi siswa terhadap metode belajar mengarang narasi
memudahkan siswa dalam mengarang narasi. 2.
Persepsi siswa terhadap materi pelajaran Persepsi siswa terhadap materi pelajaran, siswa mengatakan bahwa “materi pelajaran bahasa Indonesia yang diajarkan di kelas selalu difokuskan pada masalah bahasa dan sastra”, tetapi isinya berkaitan dengan penggunaan media gambar berseri untuk mengarang narasi, ternyata
Magistra No. 86 Th. XXV Desember 2013 ISSN 0215-9511
Pengembangan Materi Pembelajaran Mengarang Narasi dengan ....
jawaban siswa juga menyebar, yaitu siswa yang menjawab selalu: 26,4%, tidak pernah: 6,9%,
6,9%, tidak pernah: 37,5%, kadang-kadang: 29,2%, dan tidak tahu: 26,4%. Melihat jawaban
kadang-kadang: 51,4%, dan tidak tahu: 23,6%. Hal ini menunjukkan adanya kecenderungan bahwa penggunaan media gambar berseri untuk mengarang narasi belum terstruktur dalam
siswa bahwa guru Bahasa Indonesia sudah memahami materi karangan narasi. 6.
pelajaran bahasa Indonesia. 3.
Persepsi siswa terhadap keterkaitan materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari, siswa
Persepsi terhadap fokus materi pelajaran
menyatakan selalu: 25,7%, tidak pernah: 19,4%, kadang-kadang: 38,8%, dan tidak tahu:
Ketika ada pernyataan “Ketika mengajarkan bahasa Indonesia, guru saya mengutamakan penguasaan materi pelajaran pada siswa”, jawaban siswa ternyata relatif tinggi, yaitu siswa yang menjawab selalu: 82%, tidak pernah: 2,8%, kadang-kadang: 12,5%, dan tidak tahu: 2,8%. Melihat jawaban siswa bahwa guru bahasa Indonesia kebanyakan sudah serius ketika melakukan proses belajar-mengajar. 4.
5.
9,7%. Persepsi siswa seperti itu menunjukkan kecenderungan bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia sudah mengaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Barang kali hal inilah yang dimaksud dengan pembelajaran kontekstual oleh guru. 7.
Persepsi siswa terhadap pemahaman guru mengenai materi Ketika ada pernyataan “Guru Bahasa Indonesia saya terkesan tidak memiliki pemahaman mengenai mengarang narasi”, jawaban siswa ternyata, yang menjawab selalu:
Magistra No. 86 Th. XXV Desember 2013 ISSN 0215-9511
Persepsi siswa terhadap proses pembelajaran Ketika ada pernyataan “Guru Bahasa Indonesia dalam memberikan pelajaran menulis lebih banyak teori daripada melatih keterampilan”, jawaban siswa ternyata, yang menjawab selalu: 38,8%, tidak pernah: 15,3%, kadang-kadang: 41,7,%, dan tidak tahu: 4,2%. Persepsi siswa seperti itu menunjukkan bahwa guru belum menerapkan secara eksplisit aspek psikomotorik siswa.
Persepsi siswa terhadap penggunaan media yang menarik Ketika ada pernyataan “Ketika mengajarkan bahasa Indonesia, guru saya menggunakan media pembelajaran yang menarik dalam membantu pemahaman siswa”, jawaban siswa ternyata, yang menjawab selalu: 42%, tidak pernah: 6,9%, kadang-kadang: 48,6%, dan tidak tahu: 0%. Melihat jawaban siswa bahwa guru Bahasa Indonesia ternyata belum menerapkan secara eksplisit penggunaan media yang menarik untuk mengarang narasi.
Persepsi siswa terhadap keterkaitan materi dengan kehidupan sehari-hari siswa
8.
Persepsi siswa terhadap kepedulian siswa mengenai materi pembelajaran Ketika ada pernyataan “Sikap siswa acuh jika mengalami kesulitan dalam memahami materi pembelajaran”, jawaban siswa ternyata, yang menjawab selalu: 30,5%, tidak pernah: 27,8%, kadang-kadang: 19,5%, dan tidak tahu: 22,2%. Persepsi siswa seperti itu menunjukkan bahwa guru belum menerapkan secara eksplisit aspek afektif siswa.
41
Pengembangan Materi Pembelajaran Mengarang Narasi dengan ....
Tugas utama guru Bahasa Indonesia memang mengajarkan bahasa dan sastra Indonesia sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006. Namun, isi materi akan lebih fungsional jika diterapkan dengan media yang sesuai sehingga memudahkan siswa dalam memahami materi.
Hasil Observasi terhadap Proses BelajarMengajar di Kelas Hasil observasi kelas terhadap guru di 2 sekolah dapat dideskripsikan sebagai berikut. 1.
Sebenarnya, observasi hanya ingin difokuskan pada materi yang diajarkan oleh guru. Namun, peneliti terlebih dahulu ingin melihat dokumen persiapan guru dalam bentuk RPP. Dari
Berdasarkan persepsi siswa terhadap pelajaran bahasa Indonesia, sikap guru bahasa Indonesia ternyata belum menggembirakan ketika menyampaikan materi.
guru yang diobservasi, sebagian besar guru sudah membuat RPP yang sesuai dengan materi yang
Persepsi siswa mengenai topik yang sesuai karangan narasi dengan media gambar berseri Topik-topik yang sesuai karangan narasi dengan media gambar berseri dan dipilih oleh siswa untuk dijadikan topik dalam pembelajaran dengan jawaban di atas 80% setuju adalah sebagai berikut: 1.
Lingkungan
2.
Kehidupan di Laut
3.
Teknologi
Dari 10 topik yang ditawarkan, ternyata terdapat 3 topik yang banyak dipilih oleh siswa berkaitan dengan menulis karangan narasi dengan media gambar berseri. Hal ini membuktikan bahwa siswa sebagai generasi muda sebenarnya masih memiliki idealisme. Agar idealisme siswa tidak luntur, pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah hendaknya mengakomodasi topik-topik yang disetujui siswa untuk diangkat menjadi materi pelajaran.
Rencana Pelaksanan Pembelajaran
akan diajarkan, namun media gambar berseri belum dilakukan secara eksplisit dan tertuang dalam RPP. 2.
Materi Pembelajaran Materi pelajaran yang diajarkan oleh guru bersumber pada buku teks. Guru tidak melakukan pemilihan materi sesuai dengan kompetensi yang dikembangkan. Ketika mengajar, guru mengurutkan materi seperti yang terdapat di dalam buku teks. Apapun isi yang terdapat di dalam buku teks, materi itulah yang diajarkan kepada siswa. Materi yang terdapat di dalam buku teks tidak ada satu bab pun yang membahas penggunaan media gambar berseri untuk menulis karangan narasi. Begitu juga, buku teks tidak disertai dengan refleksi sehingga siswa tidak pernah memiliki kesempatan untuk bercermin apakah materi yang dipelajari sudah benar-benar terserap apa belum.
42
Magistra No. 86 Th. XXV Desember 2013 ISSN 0215-9511
Pengembangan Materi Pembelajaran Mengarang Narasi dengan ....
3.
Sumber Rujukan Sumber rujukan yang digunakan oleh guru
Hasil Analisis Wawancara dengan Guru dan Siswa 1.
adalah buku teks dan Lembar Kerja Siswa. Dari guru yang diobservasi, semuanya menyebutkan
Penggunaan media gambar berseri di salah satu sekolah tempat penelitian sudah pernah
buku teks sebagai acuan utama. Hanya ada beberapa guru ketika ditanya menggunakan
dilakukan saat menulis karangan narasi namun belum dilakukan secara eksplisit dan tertuang dalam RPP. Sedangkan salah satunya belum menerapkan penggunaan media gambar berseri
rujukan buku lain, seperti buku menulis, buku membaca, tata bahasa, dan kamus. 4.
Aktivitas siswa selama proses pembelajaran mengarang narasi Ketika peneliti melakukan uji coba kepada siswa untuk menulis karangan narasi tanpa gambar berseri maupun dengan gambar berseri, sangat terlihat berbeda. Ketika siswa disuruh menulis karangan narasi tanpa gambar berseri siswa terlihat kesulitan dan tidak semangat mengerjakannya hal ini dilihat dari hasil karya tulisannya yang relatif sedikit, ada beberapa siswa yang mencontek temannya atau mengganggu kerja temannya, dan sering banyak bertanya. Namun sebaliknya, ketika disuruh menulis karangan narasi dengan gambar berseri siswa semangat dan serius mengerjakannya, bahkan ada beberapa siswa yang mengatakan bahwa dengan gambar berseri lebih menarik dan mudah menulis karangan. Alur gambar yang dicantumkan sangat memudahkan siswa berapresiasi. Hal ini memperjelas bahwa media gambar berseri sangat diterima dan layak bagi siswa dalam menulis karangan narasi.
Magistra No. 86 Th. XXV Desember 2013 ISSN 0215-9511
Wawancara dengan Guru
pada menulis karangan narasi. Dengan adanya penelitian mengenai pengembangan materi pembelajaran mengarang narasi dengan media gambar berseri, guru merasa terbantu dan dapat dengan mudah mengarahkan siswa dalam membuat kerangka karangan yang akan memudahkan siswa untuk langkah selanjutnya. Penggunaan strategi gambar berseri ini juga agar siswa terbiasa dan terlatih dalam menginterpretasikan sebuah gambar. 2.
Wawancara dengan Siswa Menurut siswa-siswi penggunaan media gambar berseri adalah mudah dipahami dan merasa terbantu dalam menemukan, mengembangkan dan memadukan gagasan menjadi karangan, hal ini yang dirasakan siswa sukar sekali dilakukan. Selain itu siswa merasa senang karena gambar-gambar yang disediakan disertai warna-warna yang bagus dan menarik sehingga merasakan suasana dan aktivitas yang menyenangkan, yang menimbulkan antusiasme dalam belajar dan menumbuhkan usaha untuk menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya (mengarang).
43
Pengembangan Materi Pembelajaran Mengarang Narasi dengan ....
Persepsi Siswa terhadap Kelayakan dan Keberterimaan Media Gambar Berseri pada
Ketika ada pernyataan “ketika menulis karangan
Dari hasil analisis data dapat diketahui bahwa siswa menunjukkan rasa senang, menarik, mudah dipahami dan sangat terbantu ketika menulis karangan
narasi dengan media gambar berseri saya merasa mudah mengerjakannya”, jawaban siswa
narasi dengan menggunakan media gambar berseri. Begitupula guru sangat terbantu dengan modul
ternyata, yang menjawab sangat setuju: 37,5%, setuju: 59,7%, kurang setuju: 4,2%, dan tidak setuju: 0%.
pembelajaran mengarang narasi dengan media gambar berseri. Guru guru merasa terbantu dan dapat dengan
Menulis Karangan Narasi a.
b.
PEMBAHASAN
Ketika ada pernyataan “dengan media gambar berseri saya terbantu menyelesaikan menulis karangan narasi”, jawaban siswa ternyata, yang menjawab sangat setuju: 38,8%, setuju: 41,7%, kurang setuju: 15,3%, dan tidak setuju: 4,2%.
c.
Ketika ada pernyataan “media gambar berseri yang dipaparkan sesuai dengan temanya”, jawaban siswa ternyata, yang menjawab sangat setuju: 27,8%, setuju: 30,5%, kurang setuju: 19,5%, dan tidak setuju: 22,2%.
d.
Ketika ada pernyataan “gambar berseri yang dipaparkan menarik sehingga saya antusias mengerjakan karangan narasi”, jawaban siswa ternyata, yang menjawab sangat setuju: 26,4%, setuju: 51,4%, kurang setuju: 23,6%, dan tidak setuju: 6,9%.
Berdasarkan keterangan di atas bahwa siswa menunjukkan rasa senang, menarik, mudah dipahami dan sangat terbantu ketika menulis karangan narasi dengan menggunakan media gambar berseri. Hal ini berarti bahwa penggunaan strategi pengurutan gambar berseri dalam pelajaran mengarang layak dan diterima oleh siswa guna meningkatkan keterampilan siswa ketika menulis karangan narasi.
mudah mengarahkan siswa dalam membuat kerangka karangan yang akan memudahkan siswa untuk langkah selanjutnya. Penggunaan strategi gambar berseri ini juga agar siswa terbiasa dan terlatih dalam menginterpretasikan sebuah gambar. Hal ini berarti bahwa penggunaan strategi pengurutan gambar berseri dalam pelajaran mengarang layak dan diterima oleh siswa dan guru dalam meningkatkan keterampilan siswa. Temuan ini telah mendukung penemuan Baradja (1986), Tjokrosujoso (1993) dan Muhibin (2003) bahwa strategi mengajar sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Richard dan Rodgers (2001) yang menyatakan bahwa dalam pembelajaran bahasa senantiasa diusahakan terciptanya metode atau cara-cara baru dalam menyampaikan materi pelajaran dengan tujuan agar siswa tidak mengalami kebosanan dan agar materi yang disampaikan benar-benar dapat dikuasai siswa. Kesulitan siswa akan tema karangan yang belum dikenalnya akan teratasi dengan melihat rangkaian gambar yang berbentuk cerita. Dengan melihat gambar berseri maka siswa akan lebih mudah mengembangkan idenya secara berurutan sesuai alur cerita sehingga secara otomatis kemampuan mengarangnya meningkat menjadi lebih baik. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Small, dkk (1993) yang menyatakan bahwa gambar dapat membantu ingatan anak dalam proses
44
Magistra No. 86 Th. XXV Desember 2013 ISSN 0215-9511
Pengembangan Materi Pembelajaran Mengarang Narasi dengan ....
pemaparan, dan penelitian Brown (1977) yang mengungkapkan bahwa nilai guna media gambar mempunyai sejumlah implikasi bagi pengajaran, antara lain dapat merangsang minat dan perhatian siswa, serta penelitian Berninger, dkk (1997) yang menyatakan bahwa salah satu cara untuk dapat memecahkan masalah rendahnya kualitas karangan siswa adalah dengan mencari metode baru yang menarik yang dapat merangsang siswa untuk berlatih membuat karangan, misalnya dengan mencontoh sebuah komik atau cerita bergambar. Keikutsertaan siswa dalam proses pembelajaran sangat dilibatkan dalam proses belajar mengarang dengan media gambar berseri tersebut, hal ini akan berpengaruh positif terhadap hasil belajar yang dicapai siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Joni (1990), yang menyatakan bahwa semakin besar keterlibatan siswa dalam proses belajar-mengajar, maka semakin baik pula hasil belajar yang diperoleh. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Jones dan Christensen (1999) yang menyatakan bahwa kemampuan menulis siswa sangat tergantung dari tanggapan dan keterlibatan siswa terhadap pelajaran tersebut, jika tanggapan siswa baik dan keterlibatannya tinggi terhadap proses menemukan gagasan dalam mengarang tersebut maka akan menghasilkan nilai yang baik, begitu juga sebaliknya. Berbeda ketika siswa tidak mendapatkan pengajaran menulis dengan media gambar berseri, siswa terlihat kesulitan dalam mengembangkan ide yang dimilikinya berdasarkan tema karangan yang diberikan oleh guru. Siswa merasa bingung ketika disuruh mengarang. Apabila keadaan sudah demikian, maka proses mengarangpun terhenti, siswa merasa kegiatan mengarang merupakan suatu beban yang berat. Penilaian kemampuan mengarang siswa yang berupa hasil karangan menjadi rendah karena siswa
Magistra No. 86 Th. XXV Desember 2013 ISSN 0215-9511
melakukan kegiatan mengarang secara apa adanya. Apabila siswa sudah merasa bosan karena kesulitan dalam mengembangkan ide maka ia akan berhenti dan mengumpulkan langsung hasil karangan tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai yang diperoleh siswa pada kelompok kontrol yang tidak menggunakan media gambar berseri secara garis besar nilainya lebih rendah. Analisis ini sejalan dengan hasil penelitian dari Fischer (1982) yang menyatakan bahwa perkembangan kognitif anak termasuk kemampuan berbahasa sangat tergantung dari stimulus yang diberikan lingkungannya, serta penelitian dari Berninger, dkk (1997) yang mengungkapkan bahwa masalah sulitnya melatih anak memiliki kualitas karangan yang baik tidak akan terpecahkan apabila tidak segera diusahakan terciptanya cara atau metode yang menarik dari para instruktur. Siswa kelas V sekolah dasar berada pada kisaran usia antara 10 sampai 12 tahun, menurut Piaget (De Haven, 1988) usia tersebut termasuk dalam tahap periode operasional-konkret. Pada periode ini anak sudah mampu memfokuskan perhatian pada berbagai gambaran atau dimensi situasi yang terjadi di sekitarnya secara simultan dan menghubungkan berbagai peristiwa yang terjadi secara komprehensif. Anak juga sudah mampu menggambarkan proses terjadinya suatu peristiwa secara kronologis. Kemampuan ini memungkinkan anak untuk berfikir secara fleksibel, misalnya mengatur kembali, mengkombinasikan kembali, manipulasi dan menghubungkan kembali segala peristiwa yang terjadi di sekitarnya. Ungkapan-ungkapan yang dikemukakan anak pada periode ini sudah berorientasi sosial. Menurut Owens (1996) anak-anak pada usia ini juga telah menyadari pentingnya membuat ekspresi bahasa yang nalar dan benar, lebih-lebih dalam bahasa tulis,
45
Pengembangan Materi Pembelajaran Mengarang Narasi dengan ....
agar apa yang dikemukakannya dapat dipahami oleh pendengar atau pembacanya. Dengan memberikan tantangan dan kesempatan untuk memperkaya dan membentuk imajinasi mental, maka kemampuan bahasa anak akan mengalami perkembangan yang sangat pesat. Kaitannya dengan penggunaan gambar berseri adalah gambar berseri dianggap mampu untuk merangsang imajinasi siswa dalam menyusun sebuah karangan narasi dengan lebih terarah dan bermakna.
dengan diberikannya stimulus yang baik pula (Ceci, 1996), pendekatan keterampilan proses telah mampu meningkatkan kemampuan kognitif peringkat tinggi (Masykur, 1986). Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Di Vesta dan Peverly (1984) yang menyatakan bahwa gambar yang berurutan dapat membantu terciptanya pemahaman dan pola berfikir yang baik tentang suatu hal. Ketika proses belajar-mengajar tidak
Dalam penelitian ini, menggunakan metode mengarang dengan penggunaan gambar berseri
menggunakan media pengajaran yang dapat membantu guru dalam mengarahkan siswa untuk
menurut penulis sangat membantu guru dalam mengarahkan siswa untuk menemukan gagasan dan mengembangkannya menjadi karangan. Guru dapat dengan mudah mengarahkan siswa dalam membuat kerangka karangan yang akan memudahkan siswa untuk langkah selanjutnya. Dari pihak siswa, siswa merasakan suasana dan aktivitas yang menyenangkan, yang menimbulkan antusiasme dalam belajar sehingga menumbuhkan usaha untuk menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya (mengarang). Biasanya siswa akan merasa senang apabila mendapatkan sesuatu yang baru yang tidak biasa, dalam hal ini berupa petunjuk mengarang menggunakan gambar berseri, apalagi jika gambar berseri tersebut dibuat semenarik mungkin dengan warna-warna yang bagus.
menemukan, mengorganisasikan, mengembangkan dan menuliskan gagasan menjadi karangan, guru harus
Selain itu, dalam kegiatan mengarang dengan strategi pengurutan gambar berseri ini maka aspek kognitif siswa akan terbantu, karena dengan adanya gambar seri yang kemudian harus diurutkan siswa
lebih banyak memberikan penjelasan, sehingga siswa tidak banyak terlibat dalam kegiatan belajar-mengajar yang menyebabkan rendahnya aktivitas siswa dalam belajar. Hal ini menguatkan pendapat Woolfolk (1998) dan Harjanto (2005) yang mengungkapkan bahwa dalam proses pembelajaran siswa pada dasarnya akan merasa senang jika terlibat langsung dalam menemukan suatu gagasan, tidak hanya sekedar mendengarkan ceramah dan mengerjakan tugas. Akibat dari hal tersebut di atas, siswa kurang berminat terhadap pelajaran yang diberikan. Siswa tidak berusaha untuk membuat karangan dengan sebaik-baiknya, sehingga tes akhir membuat karangan dikerjakan tidak dengan sepenuh hati, sehingga menyebabkan terjadinya penurunan nilai. Analisis ini sejalan dengan hasil penelitian dari Gernsbachler, Varner dan Faust (1990) yang menyatakan bahwa
merasa terbantu dalam menemukan, mengembangkan dan memadukan gagasan menjadi karangan, hal ini yang dirasakan siswa sukar sekali dilakukan. Ini sesuai
dalam pelajaran bahasa, sangat diperlukan rasa ketertarikan yang tinggi dari para siswa, jika sejak
dengan penemuan penelitian yang menyatakan bahwa gambar turut membantu kapasitas kognitif anak (Small, dkk, 1993), perkembangan kognitif dan intelektual anak akan semakin berkembang baik
dipastikan bahwa tidak akan diperoleh hasil yang maksimal.
46
awal siswa merasa tidak tertarik maka dapat
Magistra No. 86 Th. XXV Desember 2013 ISSN 0215-9511
Pengembangan Materi Pembelajaran Mengarang Narasi dengan ....
Tak dapat dipungkiri bahwa proses menuangkan buah pikiran melibatkan perkembangan
menggunakan berbagai macam stimulus yang menarik. Pengajaran mengarang dengan
kognitif. Piaget dan Vygotsky (dalam Gilliam & Johnson, 1992) menekankan pentingnya anak dapat mengkaitkan konteks alamiah dengan dunia tulismenulis. Kemampuan menulis juga berhubungan
menggunakan gambar berseri diharapkan dapat mengajak siswa untuk lebih menyenangi kegiatan mengarang dan mengembangkan kemampuan
dengan kemampuan abstraksi konseptual, di samping penguasaan keterampilan tingkat rendah seperti mengeja dan automatisasi tulisan tangan, dan keterampilan tingkat tinggi seperti strategi pemecahan masalah dan manipulasi berfikir abstrak (Forrester,
tersebut, sejalan dengan penelitian Stevens, Slavis dan Farnish (1991) yang menyatakan bahwa metode yang menarik akan memberikan makna yang mendalam bagi siswa dalam suatu proses pembelajaran, secara otomatis tentu saja akan berpengaruh positif terhadap prestasi siswa.
1996). Sejumlah penelitian yang dilakukan oleh Appleebee (1990) menunjukkan bahwa kualitas tulisan anak akan bertambah baik seiring dengan meningkatnya usia. Salah satu faktor penyebabnya adalah, dengan bertambahnya usia bertambah pula pengetahuan yang diperlukan anak untuk dapat menulis dengan baik. Seperti telah kita ketahui, pengetahuan mengarang tersebut meliputi pengetahuan tentang topik, gaya penulisan, sasaran pembaca, dan tata bahasa yang baik. Walaupun peningkatan kemampuan mengarang seiring dengan meningkatnya usia, tetapi kemampuan mengarang tersebut hendaknya sudah diasah sedari kecil, agar kualitas mengarang meningkat. Secara psikologis jika mengarang dilakukan dengan suasana yang menyenangkan maka siswa akan menikmati kegiatan mengarang tersebut, salah satunya adalah dengan memberikan
strategi
mengarang
dengan
menggunakan gambar berseri. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Crone & Whitehurst (1999) dan Ekblad (1990) yang menyatakan bahwa faktor usia sangat berpengaruh terhadap kualitas tulisan siswa, selain itu juga sangat diperlukan adanya latihan yang terus menerus diberikan, akan lebih baik terutama dengan
Magistra No. 86 Th. XXV Desember 2013 ISSN 0215-9511
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil yang diperoleh pada penelitian ini bahwa topik yang diminati dalam mengarang narasi dengan media gambar berseri adalah tema lingkungan, teknologi dan keindahan di laut. Selanjutnya persepsi dan hasil wawancara dengan siswa dan guru mengenai penggunaan media gambar berseri dalam mengarang narasi menunjukkan sikap senang, menarik dan mudah dipahami dan sangat terbantu. Begitu juga guru sangat terbantu dengan adanya media gambar berseri ketika memberikan materi menulis karangan narasi. Saran Berdasarkan hasil yang dicapai pada penelitian ini, menunjukkan bahwa penggunaan media gambar berseri dalam mengarang narasi mudah dipahami oleh siswa, maka penulis menyampaikan beberapa saran baik untuk penerapan maupun untuk penelitian selanjutnya.
47
Pengembangan Materi Pembelajaran Mengarang Narasi dengan ....
1.
Bagi Pendidik Penggunaan modul pembelajaran mengarang narasi dengan media gambar berseri dapat disosialisasikan di kalangan guru bahasa Indonesia agar terbiasa menggunakan media ini untuk memberikan kemudahan bagi siswa ketikamengarang narasi. Penggunaan strategi gambar berseri ini juga agar siswa terbiasa dan terlatih dalam menginterpretasikan sebuah gambar. Penggunaan strategi ini dapat dilaksanakan secara lebih intensif dalam kegiatan mengarang, mulai dari menceritakan isi sebuah gambar, dan kemudian beberapa gambar, barulah kemudian pada langkah-langkah pengurutan yang lebih kompleks.
2.
Bagi Siswa
Siswa diharapkan agar tidak lagi menganggap bahwa mengarang adalah suatu pelajaran yang membosankan, karena dengan menggunakan media gambar berseri merupakan salah satu alternatif bagi siswa dalam menemukan sesuatu yang baru untuk mengembangkan imajinasinya tentang suatu tema. 3.
Bagi Peneliti
Penelitian ini baru meneliti analisis kebutuhan siswa mengenai tema-tema mengarang narasi dengan media gambar berseri dan melihat sejauhmana persepsi siswa dan guru terhadap kelayakan dan keberterimaan materi pembelajaran mengarang narasi dengan media gambar berseri. Untuk penelitian yang akan datang dapat diteliti keefektifan media gambar berseri dalam meningkatkan kemampuan mengarang narasi pada siswa kelas V Sekolah Dasar di Klaten.
DAFTAR PUSTAKA Appleebee, A. (1990). The Childs Concept of Story. Chicago: University of Chicago Press. Asmara, A. (1979). Ilmu Mengarang. Yogyakarta: CV. Nur Cahaya Azis, Furqanul. (1996). Pengajaran Bahasa Komunikatif Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Baradja, M.F. (1986). Masalah Pengajaran Bahasa Inggris di SMP dan SMA. Makalah Seminar. Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni IKIP Malang. Berninger, U.W., Vaughan, K.B., Abbot, R.D., Abbott, S.P., Kogan, L.W., Brooks, A., Reed, E., & Graham. (1997). Treatment of handwriting problems in beginning writers: transfer from handwriting to composition. Journal of Educational Psychology, 89, 652-666. Bjorklund, D.F. (2005). Children’s Thinking, Cognitive Development and Individual Differences. Bloom, et al. (1976). Taxonomy of educational objectives: the classification of educational goals. New York: McKay. Bower, H & Hilgrad, R. (1981). Theories of Learning. London: Pretince Hall. Brown, H.D. (1987). Principles of Language Learning and Teaching. (2nd ed.) Engelwood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall. Budiyanto. (2009). Bahasa Indonesia Menjawab Tantangan. Balai Bahasa Jawa Tengah. Calkins, L.M. (1986). The Art of Teaching Writing. New Hampshire, Illinois: Hinemann.
48
Magistra No. 86 Th. XXV Desember 2013 ISSN 0215-9511
Pengembangan Materi Pembelajaran Mengarang Narasi dengan ....
Cameron, C.A., Lee, K., Webster.S., Munro, K., Hunt, A. K., & Linton, M. (1995). Text cohesion in children’s narrative writing. Journal of Applied Psycholingistics, 16, 257-269. Ceci, S.J. (1996). On Intelligence A Biocological Treatise on Intellectual Development. Cambridge, Massachussetts: Harvard University Press. Crone, D.A. & Whitehurst, G.J. (1999). Age and schooling effects on emergent literacy and early reading skills. Journal of Educational Psychology, 91, 604-614. Davis, R.S. (1997). Comics ; A Multi Dimensional Teaching in Integrated-Skill Classes. Nagoyama University: Japan. http://www.esl-lab.com/ research/comics.htm Depdiknas. (2003). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional. Depdiknas. (2006). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk SD/MI. Jakarta: BNSP. Depdiknas. (2003). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk SD/MI. Jakarta: BNSP. De Haven, E.P. (1988). Teaching and Learning. The Language Arts. Eugene, Oregon: Harper Collins Publishers. Di Vesta, F.J. & Peverly, S.T. (1984). The effects of encoding variability, processing activity, and rule examples sequenses on the transfer of conceptual rules. Journal of Education Psychology, 76, 108 – 119.
Ekblad, S. (1990). The Children’s behavior questionnaire for completion by parent’s and teachers in sample. Journal of Child Psychology and Psychiatry, 31, 775-791. Elliot, A.J. (1981). Child Language. Sydney: Cambridge University Press. Fenton, E. (1967). The New Social Studies. New York: Rinehart and Winston Inc. Fischer, K.W. (1982). A Theory of cognitive developmental: the control and construction of hierarchies of skills. Journal of Experimental Psychology, 87, 545-600. Forrester, M.A. (1996). Psychology of Language. A Critical Introduction. London: Sage Publications. Gernsbacher, M.A., Varner, K.R. & Faust, M.E. (1990). Investigating differences in general comprehension skill. Journal of Experimental Psychology: Learning, Memory and Cognition, 16, 430-445. Gilliam, R.B. & Johnson, J.R. (1992). Spoken and written language relationships in language learning impaired and normal achieving schoolage children. Journal of Speech and Hearing Research, 35, 1303-1315. Glynn, S.M., Britton, B.K., Mutk, K.D., & Dogan, N. (1982). Writing and revising persuasive documents: cognitive demands. Journal of Educational Psychology, 74, 557 – 567. Hakim, A.A. (1971). Teknik Mengarang. Yogyakarta: Yayasan Kanisius. Hamalik, O. (2008). Kurikulum & Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara Harjanto. (2005). Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Magistra No. 86 Th. XXV Desember 2013 ISSN 0215-9511
49
Pengembangan Materi Pembelajaran Mengarang Narasi dengan ....
Jones, D. & Christensen, C.A. (1999). Relationship between automaticity in handwriting and students
Pranowo. (2010). Pengembangan Model Pendidikan Anti Korupsi Terintegrasi dengan Pembelajaran
ability to generate written text. Journal of Educational Psychology, 91, 44-49.
bahasa Indonesia. Hasil Penelitian, belum dipublikasi.
Joni, R. (1990). Cara Belajar Siswa Aktif: Implikasinya Terhadap Sistem Pengajaran.
Purwanto, M. Ngalim. (1997). Metodologi
Jakarta: P3G Depdikbud. Kumara, Amitya. (2002). Kualitas Ekspresi Tulis Siswa Sekolah Dasar. Disertasi. Yogyakarta, Universitas Gadjah Mada.
Pengajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Rosda Jayaputra. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. (1983). Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan. Jakarta: PN Balai Pustaka.
Keraf, Gorys. (2007). Argumentasi dan Narasi. Jakarta: PT Gramedia.
Reigeluth, Charles M. (1987). Instructional theories in action: lessons illustrating selected theories
Madya, Suwarsih, Kedaulatan Rakyat, edisi 26 Juli (2009). Tantangan dan Strategi dalam Pendidikan.
and models. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates Publisers.
Masykur, K. (1986). Pengaruh Kegiatan Belajar Fisika Unit Suhu dan Kalor Melalui Pendekatan Keterampilan Proses Terhadap Hasil Belajar dan Sikap Mahasiswa Jurusan pendidikan Fisika FPMIPA IKIP Malang. Tesis. Jakarta. Fakultas Pascasarjana IKIP Jakarta.
Rianto, Andre. (1987). Peranan Metode Visual dalam Pendidikan. Yogyakarta: Yayasan Kanisius. Richard, Jack. C. & Rodgers, Theodore. S. (2001). Approaches & Methods in Language Teaching. New York: Cambridge University Press.
Moeliono, Anton. M. (1994). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Sadiman, A.S. (2008). Metode Pendidikan, Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Muhibin, Syah. (2003). Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Santrock, JW. (2004). Life-Span Development. 9 th ed. New York: McGraw-Hill.
Musfiroh, Tadzkiroatun. (2005). Metode Gambar untuk Perkembangan Anak. Yogyakarta: Navila.
Santrock. JW. (2007). Psikologi Pendidikan. (Terjemahan Tri Wibowo BS). Jakarta: Prenada Media Group.
Natia, I.K. (1994). Bimbingan Mengarang. Surabaya: Penerbit Arloka.
Sayuti, S.A. (2007). Pengajaran Bahasa Indonesia
Nurcholis, Hanif & Mafrukhi. (2007). Saya senang Berbahasa Indonesia (Sasebi). Jakarta: Erlangga.
di SD. Makalah disampaikan dalam kuliah Pascasarjana: Pengajaran Bahasa di SD, di
Owens, R.E. (1996). Language Development. Boston:
Universitas Negeri Yogyakarta.
Allyn and Bacon.
50
Small, M.Y., Lovett, S.B., & Scher, M.S. (1993). Pictures facilitate children’s recall of unillustrated expository prose. Journal of Educational Psychology, 85, 520 – 528.
Magistra No. 86 Th. XXV Desember 2013 ISSN 0215-9511
Pengembangan Materi Pembelajaran Mengarang Narasi dengan ....
Soeparno. (1988). Media Pengajaran Bahasa. Klaten: PT. Intan Pariwara.
Tarigan, H. G. (1985). Menulis: sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Sudjito dan Hasan, M. (2005). Keterampilan Menulis
Tjokrosujoso, 1993. Penelitian tentang Pengajaran
Paragraf. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Suminto. (2007). Metode Pengajaran Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Andi Offset. Sutedjo. Tempo, edisi 20 Desember (2009). Melestarikan Bahasa Indonesia di Negara Sendiri. Stevens, R.J., Slavis R.E., & Farnish, A.M. (1991). The Effects of cooperative learning and direct instruction in reading comprehension strategies on main idea identification. Journal of Educational Psychology, 83, 8 – 16. Tarigan, H. G. (1992). Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Magistra No. 86 Th. XXV Desember 2013 ISSN 0215-9511
Bahasa Inggris di SMTA Negeri se-eks Karisidenan Malang. Laporan penelitian. Pusat Penelitian IKIP Malang. Widyamartaya, A. (1993). Seni Menuangkan Gagasan. Yogyakarta: Kanisius. Witson, Stuart. Republika. Edisi 09 Maret 2009. Keterampilan Teori dan Praktek dalam Bahasa Indonesia. Woolfolk, A.E. (1988). Educational Psychology. Boston: Allyn and Bacon. Zuchdi, D & Budiasih. (2001). Pendidikan Bahasa dan Sastra di Kelas Rendah. Yogyakarta: PAS.
51