Suplemen Bahan Ajar: Pengembangan Pendidikan IPS
UNIT 3 PENGEMBANGAN MATERI IPS Pendahuluan Para mahasiswa sekalian, tentu Anda masih ingat bahan ajar pada Unit 3 utama yakni Pengembangan Materi IPS. Pada unit pengayaan ini, Anda akan diajak mengkaji dan memperdalam penguasaan dalam pengorganisasian materi pembelajaran IPS, terutama pengembangan materi pembelajaran IPS yang lebih menekankan pada aspek afektif, yakni sikap, nilai, dan perilaku.
Materi
pembelajaran IPS yang bermuansa afektif ini dipandang belum banyak dimanfaatkan oleh para guru karena pembelajaran lebih berorientasi pada aspek kognitif(content oriented) dengan materi yang bersifat formal (formal content). Padahal materi pembelajaran IPS perlu memanfaatkan aspek informal (informal content) serta nuansa kontekstual. Oleh karena itu, uraian pada unit pengayaan ini akan lebih banyak menyajikancontoh-contoh dan latihan dalam mengembangkan materi pembelajaran IPS. Berdasarkan hasil pengamatan di sekolah dan pengalaman dalam pelatihan profesi guru ditemukan bahwa pada umumnya guru hanya menggunakan buku teks mata pelajaran dalam mempersiapkan pembelajaran IPS. Sangat langka guru yang memanfaatkan materi yang diperoleh dari kehidupan siswa serta lingkungannya. Padahal, materi pembelajaran yang diperoleh dari respon dan lingkungan peserta didik sangat penting bagi kehidupan peserta didik untuk masa kini dan masa yang akan datang. Materi yang bersifat informal dari lingkungan peserta didik lebih ampuh dalam mengasah kepekaan sosial peserta didik. Kompetensi yang diharapkan setelah Anda mempelajari materi ini, sbb.: 1. Mampu mengembangkan materi pembelajaran IPS di SD/MIyang diperoleh dari lingkungan terdekat peserta didik (kontekstual). 2. Mampu mengembangkan satu kompetensi dasar menjadi materi pembelajaran yang inovatif dan sesuai dengan tingkat perkembangan usia peserta didik. 41
Suplemen Bahan Ajar: Pengembangan Pendidikan IPS
Sub Unit 3.1
Uraian Materi Pengembangan Media Pembelajaran sebagai Materi IPS Tentu Anda sudah memahami tugas pokok guru seperti yang uraikan padaUnit 3 utama. Anda pun tentu masih ingat bahwa guru hendaknya memiliki kemampuan untuk mengorganisasikan dan mengemas media pembelajaran sebagai materi IPS sehingga dapat memenuhi kebutuhan para peserta didik. Banyak keluhan yang dilontarkan oleh siswa, orang tua, dan pemerhati pendidikan bahwa pembelajaran IPS lebih menekankan pada hapalan, tidak menantang, bersifat konseptual dan/atau deduktif.
Tentu saja kondisi ini tidak diharapkan.
Oleh karena itu, perlu ada perubahan dalam mengemas materi pembelajaran dan pelaksanaannya sehingga peserta didik merasa senang belajar (enjoyable). Pembelajaran hendaknya semakin bermakna dan dapat memberikan pengaruh positif bagi peserta didik saat kini maupun dimasa yang akan datang. Pada unit pengayaan ini, Anda akan diajak untuk berlatih dalam mengembangkan/
mengemas
media
pembelajaran
sebagai
materi
IPS.
Kemampuan mengembangkan materi mencakup kemampuan menghimpun informasi (locating and gathering information)sebagai tahap awal dalam mengorganisasian materi pembelajaran. Kemampuan guru dalam mengemas materi pembelajaran yang kontekstual hendaknya memperhatikan potensi peserta didik atau respon siswa. Dengan demikian, pengembangan materi bersifat induktif, yakni mulai dari dunia dan kebutuhan siswa. Jauh sebelum kelahiran mata pelajaran IPS di Indonesia, Leppert (1963) mengemukakan bahwa program pengajaran IPS hendaklah memberikan kesempatan kepada sekolah (siswa) untuk menemukan dan menggunakan beragam jenis sumber informasi, seperti membaca buku sumber, menyajikan media audiovisual, dan sumber-sumber yang diperoleh dari lingkungan masyarakat. 42
Suplemen Bahan Ajar: Pengembangan Pendidikan IPS
Gambar: sumber belajar tercetak (buku)
Sumber-sumber tertulis baik yang berupa fiksi maupun faktual, jika diilustrasikan dengan baik, dapat diperkenalkan untuk membantu siswa memperluas wawasan, mengemukakan konsep baru, dan memperluas serta memperdalam pemahaman mereka. Sebelum anak-anak menggunakan sumber informasi, seperti buku, majalah, ensiklopedia, dan katalog kartu, mereka perlu mengetahui susunan alpabet agar dapat menemukan lokasi tempat buku di perpustakaan. Peserta didik di SD/MI hendaknya telah diperkenalkan bagaimana mengumpulkan informasi selain dari buku teks, seperti surat kabar, majalah, dan referensi tambahan yang menunjang, peta dan atlas. Demikian pula, informasi yang ada di masyarakat, bahan-bahan audiovisual, film, bioskop, radio, televisi, catatan harian, VCD, dan sebagainya. Dari sejumlah jenis sumber materi pembelajaran di atas, maka apabila diklasifikasikan sumber utama materi pembelajaran IPS meliputi: (1) bahan-bahan bacaan (reading materials), (2) sumber masyarakat (community), (3) sumbersumber bukan bacaan (non-reading materials). Bagaimana mengorganisasikan dan mengemas materi yang berasal dari berbagai sumber tersebut dan bagaimana menggunakan atau memanfaatkan materi tersebut, merupakan pertanyaan yang akan memandu uraian pembahasan dalam kegiatan belajar di bawah ini. Pertama, penggunaan bahan bacaan sebagai sumber informasi meliputi: buku, perpustakaan, majalah (periodicals), dan publikasi pemerintah. Buku merupakan sarana dasar untuk belajar bagaimana menemukan dan mengumpulkan informasi. Para siswa dapat membaca dan menganalisis buku teks dan bukubuku lainnya untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan, memeriksa kebenaran 43
Suplemen Bahan Ajar: Pengembangan Pendidikan IPS
informasi, memperoleh pengertian tentang unit studi, membuat pilihan dan keputusan yang lebih cerdas, dan memecahkan masalah. Namun, karena isi buku disusun lebih cenderung menggunakan pendekatan struktural dan disiplin ilmu maka isi materi buku umumnya bersifat konseptual dan teoritis. Tidak terlalu banyak materi yang dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran yang bersifat afektif. Namun, apabila para peserta didik telah mahir dalam menggunakan buku sebagai sumber bacaan, maka peserta didik dapat dengan mudah mendapatkan informasi lain dan menghubungkannya dengan realita kehidupan. Kedua, materi pembelajaran yang terkait dengan kehidupan masyarakat mencakup: file sumber masyarakat, hasil wawancara dan pembicara tamu, catatan perjalanan lapangan, dan laporan survey masyarakat.
Masyarakat di kawasan
tertentu merupakan laboratorium berharga yang memberikan pengalaman kepada siswa dalam mendapatkan informasi tentang lembaga-lembaga sosial, politik, dan ekonomi. Selain itu, materi tentang kehidupan masyarakat ini memberikan makna bagi kehidupan kelompok dan kontribusi penting untuk mengidentifikasi dan memahami kesamaan dan perbedaan dalam budaya. Beberapa peristiwa berupa gambar/foto yang dapat dikemas menjadi materi pembelajaran antara lain:
Gambar: Foto Gunung Merapi meletus dan dampaknya bagi tumbuhan
Gambar: Gunung Merapi dalam lukisan di Belanda 44
Suplemen Bahan Ajar: Pengembangan Pendidikan IPS
Pemanfaatan masalah sosial dan kejadian alam secara efisien dan efektif sebagai laboratorium proses belajar mengajar dalam memperoleh informasi berkaitan dengan unit kajian dalam IPS.
File
instrumen baik bagi guru maupun siswa.
Di lingkungan sekolah yang belum
sumber masyarakat menjadi
mengembangkan file sumber masyarakat, guru IPS perlu mempunyai file sendiri dan melibatkan siswa dalam kegiatan.
Pengelompokan dan pengorganisasian
sumber dari masyarakat antara lain: bisnis, komunikasi, budaya, pemerintahan, sejarah, perindustrian, transportasi, rekreasi dan permainan. Gambar: Anak-anak sedang bermain
Gambar: Foto alat transportasi darat, laut dan udara 45
Suplemen Bahan Ajar: Pengembangan Pendidikan IPS
Selain perolehan materi pembelajaran melalui sumber di atas, para siswa dapat dibelajarkan pula melalui pelatihan mewawancarai narasumber dan hasilnya dilaporkan kepada seluruh kelas.Atau guru dan siswa secara bersama mendatangkan narasumber
ke kelas untuk
mendiskusikan suatu tema,
menunjukkan keahlian atau menunjukkan bahan-bahan IPS yang tidak pernah diperoleh di sekolah.Namun, apabila narasumber itu tidak dapat hadir di kelas maka beberapa siswa dapat mewawancarainya dan mencatatnya bahkan dapat dibantu dengan alat rekaman.Catatan ini dapat digunakan sebagai laporan di kelas untuk
memberikan
pengalaman
kontak
langsung
dengan
orang
yang
diwawancarainya. Ketiga, bahan-bahan bukan bacaan namun dapat dijadikan sebagai sumber informasi. Bahan-bahan ini meliputi: (1) gambar,filmstrips, dan slides; (2) peta, grafik, dan poster; (3) rekaman, radio, dan televisi.
Gambar: Foto surat kabar, kehidupan di desa, poster, dan peta Peta, grafik, dan poster merupakan bahan-bahan sumber informasi yang menunjukkan hubungan antara fakta dan ide serta perbandingannya tentang data orang, uang, atau jarak tempat, dalam bentuk visual sehingga sumber informasi akan bermakna bagi siswa. Garis waktu dapat membantu siswa memahami urutan peristiwa dan dapat mempermudah pengembangan perspektif sejarah. Peta dapat menunjukkan cara dari sejumlah peristiwa dapat memberi kontribusi terhadap 46
Suplemen Bahan Ajar: Pengembangan Pendidikan IPS
peristiwa yang lebih luas. Misalnya, berapa besar impor dari negara-negara lain berkontribusi terhadap pengadaan pangan di negara kita.
LATIHAN: Pengembangan materi pembelajaran untuk anak SD/MI sangat penting mengingat anak usia SD belum mampu berpikir abstrak/konseptual. Bagaimana upaya guru dalam mengembangkan/mengemas materi pembelajaran IPS sehingga proses pembelajaran menyenangkan? Panduan jawaban latihan: Mengingat karakteristik siswa SD/MI belum mampu berpikir abstrak dan rasional, maka guru perlu mempersiapkan media pembelajaran IPS yang menarik dan sesuai dengan karakteristik dan tingkat kemampuan berpikir anak usia SD/MI. Untuk lebih memahami topik berikutnya, sebaiknya anda mengamati dan memahami video pembelajaran berikut ini !
47
Suplemen Bahan Ajar: Pengembangan Pendidikan IPS
Sub Unit 3.2
Uraian Materi Pengembangan Materi Pembelajaran IPS Afektif Pada Sub Unit 1 di atas, Anda telah mendapatkan pemahaman tentang pengembangan media untuk materi IPS.
Berikut ini Anda akan diajak
mengembangkan materi pembelajaran IPS yang bernuansa afektif agar peserta didik memiliki kepekaan sosial. Topik ini perlu dibahas mengingat pembelajaran IPS selama ini belum banyak menyentuh aspek afektif yang dapat menumbuhkan kepekaan sosial pada peserta didik. Apa kepekaan sosial itu? Secara harfiah, istilah ‘kepekaan’ (sensitivity) berasal dari kata ‘peka’ (sensitive) yang berarti mudah merasa atau mudah terangsang, atau suatu kondisi seseorang yang mudah bereaksi terhadap suatu keadaan.
Apabila dikaitkan
dengan kondisi sosial (kemasyarakatan) maka istilahnya menjadi kepekaan sosial (social sensitivity), ialah kondisi seseorang yang mudah bereaksi terhadap masalah-masalah kemasyarakatan. Terdapat sejumlah masalah kemasyarakatan yang diharapkan akan menjadi bagian perhatian setiap siswa dan/atau warga negara dan warga masyarakat sehingga perlu dikembangkan sejak mereka berada di bangku sekolah. Pengertian kepekaan sosial seperti di atas tampaknya ada kaitannya dengan istilah kesadaran sosial (social awareness), ialah kemampuan siswa menjadi paham (informed about) dan peka (sensitive) terhadap aspek-aspek politik, sosial dan ekonomi di masyarakatnya. Campbell (1989) menganjurkan agar setiap guru dapat mengembangkan kesadaran sosial bagi para siswanya sejak dini, yakni pada tingkat pendidikan dasar.Pengembangan dan pemeliharaan kesadaran sosial sangatlah penting karena secara ekonomi pendidikan dirancang untuk mendukung 48
Suplemen Bahan Ajar: Pengembangan Pendidikan IPS
pembangunan masyarakat yang produktif.
Sedangkan dari sudut konsep
demokrasi, sekolah sebagai salah satu agen perubahan hendaknya membantu para siswa untuk berpartisipasi dengan cara memahami masyarakatnya, mengkritik dan memberi sumbangan terhadap perubahan sosial.
Namun diakui bahwa tidak
semua siswa peduli dan memiliki kesadaran terhadap persoalan-persoalan kemasyarakatan dan politik.Dalam konteks pendidikan di persekolahan inilah setiap guru hendaknya mendorong para siswanya, melalui pengembangan strategi pembelajaran, agar menjadi siswa dan/atau warga masyarakat yang punya kepekaan sosial dalam era globalisasi dan perubahan sosial yang begitu cepat. Secara teoritis, kepekaan sosial maupun kesadaran sosial akan terjadi apabila adanya pengalaman individu pada masa lampau.
Pengamalan belajar
individu pada hakekatnya adalah hasil dari interaksi antara pribadi individu dengan lingkungannya.Bandura (1977) mengemukakan dalam teori belajar sosial “Social
Learning
Theories”
bahwa
seseorang
mengontrol
lingkungan
menggunakan pengalaman tindakannya pada masa lalu.Perilaku seseorang tidaklah ditentukan hanya oleh lingkungan atau otonomi individu semata. Menurut teori belajar sosial, misalnya, Bandura menyatakan bahwa anak-anak akan mengubah perilakunya dalam situasi karena terdapat kebutuhan
untuk
melakukan sesuatu, apabila mereka mempunyai keterampilan untuk melakukan sesuatu dan cukup motivasi untuk melakukannya. Perubahan akan terjadi karena adanya kesadaran terhadap akibat dari tindakan melakukan perubahan tersebut. Dengan berdasarkan pada teori belajar sosial dari Bandura ini maka dapat disimpulkan
bahwa
kesadaran
sosial
maupun
kepekaan
sosial
dapat
dikembangkan, dipelajari atau dibelajarkan kepada para siswa. Bagaimana cara mengembangkan kepekaan sosial untuk mengantisipasi, mempersiapkan dan sekaligus mengadakan perubahan sosial? Sebagaimana telah dinyatakan di atas bahwa kepekaan sosial adalah kondisi seseorang yang mudah merasa, terangsang dan bereaksi terhadap hal-hal kemasyarakatan. Agar kondisi ini dapat terjadi pada siswa maka dalam proses 49
Suplemen Bahan Ajar: Pengembangan Pendidikan IPS
pembelajaran perlu diperkenalkan konsep-konsep, norma, prinsip, nilai maupun masalah-masalah sosial yang erat dengan kehidupan para siswa.
Terdapat
sejumlah masalah sosial yang perlu ada pemecahan segera, seperti kemiskinan, kebodohan, pengangguran, kejahatan, korupsi, kolusi, suap, pungli dan sebagainya.Bagaimana caranya agar para siswa memiliki kepekaan terhadap masalah-masalah tersebut sebagai persiapan untuk memasuki dunia kehidupan masyarakat yang sebenarnya? Inilah pertanyaan yang perlu dan akan dibahas dalam kegiatan belajar ini.
Namun sebagai jawaban sementara dapatlah
dinyatakan disini bahwa para siswa perlu dibelajarkan dan dilatih kepekaannya sejak mereka berada di lembaga persekolahan. Asumsi dasar sesuai dengan teori belajar sosial dari Bandura (1977) menyatakan bahwa Perilaku individu yang berbeda-beda dapat dipelajari melalui proses pengkondisian kelas, pengkondisian peran perilaku (simulasi) dan belajar melalui pengamatan. Misalnya, seorang anak laki-laki berperilaku sebagai lakilaki sedangkan anak perempuan berperilaku sebagai perempuan karena orang tuanya menunjukkan perilaku seperti tersebut dan dapat pula mereka belajar dari pengamatan melalui perilaku teman-temannya atau melihat siaran program TV. Singkatnya, kepekaan dan kesadaran pun bukan hal yang tidak mungkin untuk dipelajari dan dibelajarkan. Mari kita perhatikan gambar foto berikut ini. Apa perasaan Anda ketika melihat gambar-gambar/foto berikut ini?
50
Suplemen Bahan Ajar: Pengembangan Pendidikan IPS
Adakah tersirat rasa keprihatinan sehingga muncul keinginan untuk mengulurkan tangan atau membantu korban Merapi? Bagaimana mengembangkan strategi keterampilan kepekaan sosial dilakukan dalam proses pembelajaran? Tentu anda masih ingat bahwa kepekaan sosial itu tidak muncul dari lingkungan semata atau dari individu secara otonom.Kepekaan sosial muncul karena ada pengalaman individu dari waktu sebelumnya. Oleh karena itu, upaya yang dapat dilakukan oleh guru adalah mengklarifikasi pengalaman tersebut dan mengembangkannya di kelas melalui rekonstruksi dengan melibatkan siswa dalam aktivitas sosial dan proses pembelajaran. Dengan kata lain, kepekaan sosial akan dapat terjadi apabila setiap guru dalam proses belajar mengajar selalu melibatkan semua siswa dalam aktivitas pembelajaran di kelas maupun di luar sekolah secara terencana dan terprogram. Jarolimek dan Parker (1993) mengemukakan sejumlah aktivitas dalam pembelajaran IPS di kelas yang melibatkan siswa agar mereka memiliki kepekaan sosial seperti melalui pendidikan seni, drama, musik, bahkan olah raga. Aktivitas 51
Suplemen Bahan Ajar: Pengembangan Pendidikan IPS
kelas yang melibatkan siswa ini pada gilirannya akan memberi kontribusi terhadap pencapaian tujuan IPS antara lain: menarik perhatian siswa, mengembangkan sejumlah kemampuan berpikir, memberikan arah dan tujuan belajar, membantu menerapkan temuan hasil penelitian, melakukan sosialisasi program, memberikan kesempatan berpikir, merencanakan kegiatan, berbagi rasa, bekerja dan menilai, serta kemampuan lain yang dapat melatih kepekaan sosial. Apa dan bagaimana aktivitas pembelajaran yang melibatkan siswa itu? Pada hakekatnya setiap anak menyukai benda mainan atau benda model dari suatu bangunan. Misalnya, banyak anak ketika bermain di pantai, membuat rumah-rumahan atau istana; mereka membuat model pesawat, perahu, mobil, dan benda idola lainnya. Aktivitas yang melibatkan aspek sensory motorik seperti ini sangat mendukung dalam mengembangkan kreativitas anak-anak.Aktivitas ini memberi kesempatan yang luas untuk berkreasi, berpikir, berbuat sesuai dengan keinginannya dan bekerja menggunakan alat yang ada.
Model aktivitas seperti
ini akan lebih berhasil guna apabila di lakukan dalam proses pembelajaran secara terprogram dan terencana, khususnya di dalam kelas IPS. Ada sejumlah kriteria yang dapat menjadi masukan dan pertimbangan guru IPS dalam memilih aktivitas untuk pembelajaran di kelas, a.l. kegiatan itu hendaknya: (1) bermanfaat untuk mencapai tujuan IPS; (2) dapat mengungkap, memperkaya, dan memperluas wawasan dan arti konsep penting; (3) menuntut siswa berpikir dan merencanakan sesuatu secara seksama; (4) sesuai dengan kemampuan siswa; (5) waktu dan tenaga yang dihabiskan dapat diimbangi oleh hasil belajar yang diperoleh; dan (6) bahan-bahan yang diperlukan tersedia. Berdasarkan kriteria ini, guru dan siswa dapat merundingkan kegiatan apa yang akan dilakukan di dalam kelas IPS tersebut. Untuk memperoleh hasil dari aktivitas yang memiliki kriteria di atas, ada sejumlah langkah yang hendaknya dilakukan bersama-sama antara guru dan siswa, seperti: (1) membahas tujuan kegiatan termasuk alasannya sehingga semua siswa memahami betul apa yang akan dicapai; (2) merencanakan metode atau 52
Suplemen Bahan Ajar: Pengembangan Pendidikan IPS
langkah-langkah kegiatan; (3) merencanakan cara kerja termasuk tata tertib selama bekerja yang harus dipatuhi; dan (4) menyediakan waktu yang cukup untuk membuat rencana pembelajaran, tugas yang akan dilakukan siswa, dan model penilaian.
Dengan adanya aturan yang disepakati bersama, maka setiap
siswa akan merasa terlibat dalam penyelenggaraan kegiatan, bertanggung jawab dan menjaga serta menghormati aturan tersebut. Hal ini penting agar kegiatan dapat dilakukan secara tertib dan tujuan dapat tercapai sesuai target yang telah ditetapkan. Bagaimana musik dapat meningkatkan kepekaan sosial bagi para siswa? Menurut ahli Studi Sosial, Jarolimek dan Parker (1993), kegiatan musik memberikan kontribusi yang cukup penting bagi pembelajaran IPS.
Melalui
bahasa musik yang bersifat universal, siswa dapat memperluas komunikasi dengan orang-orang yang berlainan ras dan berbudaya dari bangsa lain baik pada masa lampau maupun masa kini.
Bermacam jenis nyanyian dan musik ada
hubungannya dengan sejarah perjuangan dan budaya bangsa kita. Seperti apa jenis musik dan nyanyian berkaitan dengan kondisi masyarakat yang ada pada masa itu. Misalnya, lagu “Halo-Halo Bandung” terkesan mengandung semangat yang membara karena diciptakan untuk melukiskan dan membangkitkan semangat masyarakat Bandung pada saat itu.Ekspresi musik merupakan pengalaman emosional dari rasa seseorang sehingga musik dapat memberikan inspirasi bagi semangat patriotisme, cinta tanah air, loyalitas, dan kesetiaan kepada bangsa dan negara.Oleh karena itu, pemerintah kita seringkali menggunakan musik dan nyanyian dalam membangun semangat solidaritas sebagai bangsa. Bagaimana dan mengapa mengintegrasikan musik di dalam kelas? Pemanfaatan musik dan nyanyian dalam proses pembelajaran di kelas selama ini, pada umumnya dilakukan melalui mata pelajaran Seni Suara dan atau Musik.
Masih sangat langka mata pelajaran lain memanfaatkan nyanyian dan
musik sebagai media dalam pembelajarannya.
Padahal, nyanyian dan musik
merupakan media yang sangat ampuh untuk melatih kepekaan siswa terhadap 53
Suplemen Bahan Ajar: Pengembangan Pendidikan IPS
masalah-masalah sosial yang ada disekelilingnya. Jarolimek dan Parker (1993), mengemukakan bahan pembelajaran IPS yang cukup efektif dalam mengungkap dan atau melatih perasaan siswa meliputi: nyanyian, ekspresi yang berirama (membaca puisi, sajak), dan mendengarkan musik atau mengapresiasi. Pertama, nyanyian bagi para guru IPS sudah selayaknya berusaha mencari jenis nyanyian yang dapat melatih kepekaan siswa terhadap apa yang telah dilakukan oleh para pahlawan ketika merebut dan mempertahankan kemerdekaan Negara RI.
Nampaknya, tidaklah cukup mengajarkan sejarah perjuangan itu
hanya dengan ceramah.Lagu-lagu perjuangan perlu dinyanyian sehingga guru perlu memilih lagu yang relevan dengan materi atau peristiwa sejarah tersebut. Tentu saja guru IPS perlu pula menghayati setiap lagu-lagu perjuangan, misalnya lagu ‘Sepasang Mata Bola’, lagu ‘Syukur’, lagu ‘Maju Tak Gentar’, dan lain-lain, kapan dan dalam suasana apa lagu-lagu tersebut disenandungkan. Nyanyian merupakan suatu pengalaman yang dapat memperluas apresiasi siswa dimana pun.Oleh karena itu, apabila guru sedang membahas tentang kehidupan suatu masyarakat di suatu daerah (Sulawesi Selatan, misalnya) maka guru mengajak siswa untuk menyanyikan lagu yang berasal dari daerah tersebut (lagu ‘Angin Mamiri’, misalnya).
Dengan demikian, siswa akan lebih banyak kesempatan
untuk belajar tentang budaya melalui nyanyian. Kedua, ungkapan perasaan secara berirama atau dengan gerak tarian. Dengan cara ini guru IPS berusaha untuk menghilangkan ketegangan siswa karena kehidupan kelas yang terlalu formal, kaku, dan mungkin tidak ramah. Para siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan perasaan, unek-unek, atau keinginannya dengan cara menampilkan karyanya berupa puisi yang langsung dibacakan di depan kelas.
Mereka diberi kebebasan untuk berekspresi bahkan bila
memungkinkan dengan menarikan tarian daerahnya. Ketiga, mendengarkan musik dan nyanyian atau mengapresiasi merupakan peran siswa sebagai konsumen.
Peran ini tetap penting karena akan melatih
perasaan siswa sendiri. Bimbo pernah menyatakan bahwa sejak kecil, anak-anak 54
Suplemen Bahan Ajar: Pengembangan Pendidikan IPS
perlu diperkenalkan dengan seni agar perasaannya dapat tumbuh.Mendengarkan musik merupakan pengalaman imajinatif dari anak.
Guru dapat membantu
mereka dalam mempelajari jiwa musik dan nyanyian. Bagaimana keterkaitan antara jenis musik dan nyanyian dengan budaya dan kondisi masyarakat dimana musik itu ada atau diciptakan. Selain melalui nyanyian, musik, dan sekaligus mendengarkan atau mengapresiasi, ada cara lain melatih kepekaan sosial para siswa, ialah melalui seni lukis. Cara demikian, secara luas dilakukan oleh beberapa guru IPS di sekolah sesuai dengan topik yang sedang dibahas oleh guru bersama siswa. Atau ketika para siswa diajak belajar ke luar kelas, seperti mengadakan perjalanan ke tempat pertanian, pelabuhan udara, kebun binatang, kantor pos, pegunungan, dan tempat lainnya yang memberikan inspirasi untuk menuangkan perasaannya pada kanvas. Misalnya, siswa dapat melukiskan kondisi lingkungan hidup yang telah tercemar oleh polusi, kemudian ia lukis dan dipajang di kelas atau di laboratorium IPS yang ada di sekolah. Dengan perantaraan media cat dan kanvas, para siswa mungkin dapat membuat simbol dari pengalamannya, mengungkapkan pemikiran-pemikiran, atau mengkomunikasikan perasaan yang tidak dapat disampaikan melalui bahasa lisan. Bagi anak yang berada di tingkat pendidikan dasar, gambar atau lukisan dapat mengungkapkan cerita secara lengkap sesuai dengan pengetahuan yang ada pada anak tersebut. Latihan: 1. Apa yang harus dilakukan oleh guru IPS dan bagaimana melatih kepekaan sosial peserta didik? 2. Coba anda klarifikasi jenis kegiatan kenegaraan dan kegiatan kemasyarakatan lainnya yang biasa menggunakan musik atau nyanyian
55
Suplemen Bahan Ajar: Pengembangan Pendidikan IPS
Panduan jawaban latihan: 1. Guru IPS dapat memanfaatkan musik dalam proses pembelajarannya sebagai media untuk membangkitkan kepekaan siswa. Hal ini dapat dilakukan melalui beberapa proses a.l. menyanyikan lagu, mengekspresikan irama dalam lagu tersebut, mendengarkan musik dan nyanyian, dan menciptakan lagu dengan alat musik.
Melalui cara demikian, para siswa akan semakin peka dalam
menghadapi masalah-masalah sosial. 2. Dalam kegiatan kenegaraan seperti upacara resmi kenegaraan dan kegiatan resmi lainnya selalu dikumandangkan nyanyian lagu kebangsaan.
RANGKUMAN Dalam proses pembelajaran IPS, guru hendaklah memberikan kesempatan kepada sekolah (siswa) untuk menemukan dan menggunakan beragam jenis sumber informasi dalam proses pengambilan keputusan. Dari sejumlah jenis sumber informasi tersebut, maka apabila diklasifikasikan sumber utama informasi meliputi: (1) bahan-bahan bacaan (reading materials), (2) sumber masyarakat (community), (3) sumber-sumber bukan bacaan (nonreading materials). Kepekaan sosial dapat terjadi apabila setiap guru dalam proses belajar mengajar selalu melibatkan semua siswa dalam aktivitas pembelajaran di kelas maupun di luar sekolah secara terencana dan terprogram. Aktivitas kelas yang melibatkan siswa ini pada gilirannya akan memberi kontribusi terhadap pencapaian tujuan IPS antara lain: menarik perhatian siswa, mengembangkan sejumlah kemampuan berpikir, memberikan arah dan tujuan belajar, membantu menerapkan temuan hasil penelitian, melakukan sosialisasi program, memberikan kesempatan berpikir, merencanakan kegiatan, berbagi rasa, bekerja dan menilai, serta kemampuan lain yang dapat melatih kepekaan sosial. Strategi untuk melatih kepekaan sosial siswa, selain melalui musik dan seni lukis, bentuk kesenian lain seperti nyanyian, ekspresi yang berirama (membaca puisi, sajak), dan sekaligus mendengarkan musik atau mengapresiasi perlu dibelajarkan dan dilatihkan. 56
Suplemen Bahan Ajar: Pengembangan Pendidikan IPS
Tes Formatif
Lingkarilah salah satu kemungkinan jawaban pada setiap butir pertanyaan yang menurut Anda paling tepat. 1. Informasi dari masyarakat untuk pembuatan media pembelajaran yang berkaitan dengan masalah rendahnya produktivitas barang dapat diperoleh dari organisasi: a. kebudayaan b. transportasi c. perindustrian d. sejarah
2. Istilah kepekaan sosial dalam IPS menunjukkan adanya ciri dalam diri siswa sbb. : a. mudah marah b. mudah bereaksi terhadap suatu keadaan c. cepat tertarik d. mudah tergoda
3. Tahap awal munculnya kepekaan sosial pada diri anak adalah adanya pengetahuan siap dalam dirinya yang dikemukakan oleh Campbell dengan istilah: a. pengetahuan sosial b. sikap sosial c. Keterampilan sosial d. kesadaran sosial
57
Suplemen Bahan Ajar: Pengembangan Pendidikan IPS
4. Dalam teori belajar “Social Learning Theories” dari Bandura, kemampuan seseorang mengontrol lingkungannya menggunakan: a. pengetahuan dari sekolah b. pengetahuan dari gurunya c. pengalaman tindakan masa lalu d. pengalaman tindakan masa kini 5. Dalam teori belajar Bandura, anak-anak akan mengubah perilakunya apabila ada..... kecuali : a. kebutuhan untuk melakukan sesuatu b. mempunyai Keterampilan c. cukup motivasi d. dorongan teman
GLOSARIUM
Kepekaan: berasal dari kata “peka” (sensitive) ialah mudah merasa atau mudah terangsang, atau suatu kondisi seseorang yang mudah bereaksi terhadap suatu keadaan. Kepekaan sosial (social sensitivity): ialah kondisi seseorang yang mudah bereaksi terhadap masalah-masalah kemasyarakatan. Kesadaran sosial (social awareness): ialah kemampuan siswa menjadi paham (informed about) dan peka (sensitive) terhadap aspek-aspek politik, sosial dan ekonomi di masyarakatnya.
58
Suplemen Bahan Ajar: Pengembangan Pendidikan IPS
DAFTAR PUSTAKA
Leppert, Ella C. (1963). Locating and Gathering Information.in Carpenter, Helen (Ed.) Skill Development in Social Studies. Washington: NCSS.
Welton, David A & Mallan, John T. (1988) Children and Their World, Strategies for Teaching Social Studies (3rd ed.). Boston, Dallas: Houghton Mifflin Company.
Jarolimek, John & Parker, Walter C. (1993).Sosial Studies in Elementary School. (9th ed.). New York: Macmillan Publishing Company.
Welton, David A & Mallan, John T. (1988) Children and Their World, Strategies for Teaching Social Studies (3rd ed.). Boston, Dallas: Houghton Mifflin Company.
59