Prosiding
Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 2017 UIN Raden Intan Lampung 6 Mei 2017
PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK KELAS V MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI 4 BANDAR LAMPUNG Nurul Hidayah1, Sri Latifah2, Mayza Putri Adha3 1 UIN Raden Intan,
[email protected] 2,3 UIN Raden Intan Abstract The aim of this reaserch are to know the quality of Student Activity Sheet (LKS) of mathematics learning with scientific approach of class V elementary / SD / MI to know the student response to LKS of mathematics learning with scientific approach of class V elementary / . This research is adapted from research and development (R & D) method that Borg & Gall presented. Stages in this study consist of potential and problems, information, initial product design, design validation, design revisions, and final product. The result of this development is teaching material in the form of Student Activity Sheet (LKS) of Mathematics Learning with scientific approach of Class V SD / MI on Fractional Material. Product Validation is done by 4 lecturers and 2 teachers. Assessment is given using questionnaires to answer the quality of mathematics LKS to determine the feasibility of the product. Validation was done 2 times and responded by students of class V MIN 4 Bandar Lampung in trial. The final result of the LKS assessment of mathematics learning with scientific approach is: the assessment of the material expert gives the final average score of 94.67% is categorized as very reasonable, the assessment of media expert gives the final average score 88.00% is highly categorized, and the teacher scoring MI average 90.40% Categorized very feasible The results of product trials show the average akir attractiveness of students on very decent category with 87.20% percentage and can be concluded. Student Activity Sheet (LKS) mathematics with scientific approach class V fractional material developed can be used as teaching materials. Keywords: Development, Student Worksheet, Scientific Approach. Abstrak Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk (1) mengetahui kualitas Lembar kegiatan Siswa (LKS) pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik materi pecahan kelas V SD/MI, (2) mengetahui respon siswa terhadap LKS pembelajaran Matematika dengan pendekatan saintifik materi pecahan kelas V SD/MI. Penelitian ini mengadaptasi dari metode research and development (R&D) yang dikemukan oleh Borg & Gall. Tahapan dalam penelitian ini terdiri dari potensi dan masalah, mengumpulkan informasi, desain produk awal, validasi desain, revisi desain, dan produk akhir. Hasil pengembangan ini adalah bahan ajar dalam bentuk Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Pembelajaran Matematika dengan pendekatan saintifik Kelas V SD/MI pada Materi Pecahan. Validasi Produk dilakukan oleh 4 dosen dan 2 guru. Penilaian diberikan dengan menggunakan angket untuk menguji kualitas LKS matematika untuk mengetahui kelayakan produk. Validasi dilakukan sebanyak 2 kali dan direspon oleh siswa kelas V MIN 4 Bandar Lampung dalam uji coba. Hasil akhir penilaian LKS pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik yaitu: penilaian ahli materi memberikan skor rata-rata akhir 94.67% dikategorikan sangat layak, penilaian ahli media memberikan skor rata-rata akhir 88.00% dikategorikan sangat layak, dan penilaian guru MI 221
p-ISSN: 2579-941X e-ISSN: 2579-9444
skor rata-rata 90.40% dikategorikan sangat layak. Hasil uji coba produk menunjukan rata-rata akir kemenarikan siswa pada kategori sangat layak dengan persentase 87.20% dan dapat disimpulkan bahwa siswa merespon positif produk LKS. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) matematika dengan pendekatan saintifik kelas V materi pecahan yang dikembangankan dapat dijadikan sebagai bahan ajar. Kata Kunci: Pengembangan, LKS Pembelajaran Matematika, Pendektan Saintifik. PENDAHULUAN Sumber belajar adalah semua sumber baik berupa data, orang atau benda yang dapat digunakan untuk memberi kemudahan belajar bagi siswa. Sesungguhnya sumber belajar itu banyak jenisnya. Adapun sumber belajar itu meliputi pesan (message), orang (people), bahan (materials/software), teknik (technique), dan lingkungan (setting) (Bambang Warsita, 2008: 209). Bahan yang dimaksud disini merupakan bahan ajar yang dikelompokkan menjadi 4 jenis. Dengan demikian, guru diharapkan untuk mengembangkan bahan ajar sebagai salah satu sumber belajar. Menurut Ahmad Sudrajat (2016), bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun sistematis baik tertulis maupun tidak, sehingga tercipta lingkungan/suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar. Dalam PP nomor 19 tahun 2005 pasal 20, diisyaratkan bahwa guru diharapkan mengembangkan materi pembelajaran, yang kemudian dipertegas melalui Peraturan Pendidikan Nasional (Pemdiknas) Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses, yang antara lain mengatur tentang perencanaan proses pembelajaran yang mensyaratkan sebagai guru pada satuan pendidikan untuk mengembangkan Rencana Pelaksana Pembelajaran (RPP). Salah satu elemen dalam RPP adalah sumber belajar. Dengan demikian, guru diharapkan untuk mengembangkan bahan ajar sebagai salah satu sumber belajar. Terkait dengan pengembangan bahan ajar sebagai salah satu upaya inovatif dan kreatif dibidang pendidikan, banyak hal yang sesungguhnya yang mempengaruhi kualitas suatu program pendidikan diantaranya seperti kualitas siswa, kualitas guru, kualitas dan ketersediaannya bahan ajar, kurikulum, fasilitas dan sarana, pengelolaan dan sebagainya. Sebagai salah satu komponen dalam pendidikan, bahan ajar dalam berbagai jenisnya merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap mutu pendidikan. Beberapa teori belajar yang mendukung dalam pengembangan bahan ajar. Bruner mengusulkan teori free discovery learning bahwa proses beajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu aturan (termasuk konsep, teori, definisi dan sebagainya) melalui contoh-contoh yang menggambarkan (mewakili) aturan yang menjadi sumbernya (Yuberti, 2012: 28). Implikasinya dalam pembelajaran guru harus mampu menciptakan keadaan siswa yang mampu untuk belajar sendiri. Artinya guru tidak sepenuhnya mengajarkan suatu bahan ajar kepada siswa, tetapi guru dapat membangun siswa yang mampu belajar dan terlibat aktif dalam belajar dengan memberikan waktu yang cukup untuk menemukan ide-ide dengan menggunakan pola berpikir formal. Disinilah diperlukan kreativitas guru. Guru harus memiliki kreativitas dalam pembelajaran yang mampu membuat siswa belajar secara aktif dengan cara pengembangan bahan ajar diharapkan dapat membantu membangun kemampuan belajar siswa secara aktif. Pengembangan bahan ajar adalah pengembangan seperangkat materi yang disusun secara sistematis baik tertulis maupun tidak sehingga tercipta lingkungan/suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar (Diknas, 2008). 222
Prosiding
Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 2017 UIN Raden Intan Lampung 6 Mei 2017
Bahan ajar menurut jenisnya dibedakan menjadi 4 jenis, salah satunya bahan ajar cetak seperti Lembar Kerja Siswa (LKS). LKS dapat diartikan sebagai unit pembelajaran berbentuk cetak. Lembar kegiatan siswa (students work sheet) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa (Daryanto, 2014: 175). LKS merupakan bahan ajar berbasis cetakan yang berisi materi digunakan dalam pembelajaran dengan tujuan mempermudah siswa agar menciptakan pembelajaran secara mandiri. Berdasarkan observasi di MIN 4 Bandar Lampung dan hasil wawancara dengan guru matematika kelas V, guru kesulitan dalam pembelajaran dikarenakan kurang aktifnya siswa sehingga belum tercapainya Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Terutama kurangnya pemahaman siswa pada materi pecahan, hal ini diketahui dari nilai hasil ulangan harian siswa. Dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) sarana dan prasarana yang digunakan belum terlalu mendukung untuk pemahaman siswa hanya sedikit yang mampu memahami, karena setiap siswa mempunyai tingkat kemampuan pemahaman berbeda-beda. Kemudian tidak adanya alat peraga yang digunakan dalam proses pembelajaran serta pemakaian sumber belajar menoton hanya sebatas buku paket yang diperoleh dari pemerintah saja. Pada kurikulum 2013 ini guru menggunakan buku paket yang diintegrasikan dengan mata pelajaran lain, bahan ajar pembelajaran matematika hanya menggunakan buku paket Kurikulum 2013 dan ditunjang buku paket KTSP belum membantu dalam proses pembelajaran. penggunaan bahan ajar pembelajaran matematika juga masih belum melibatkan keaktifan siswa sepenuhnya, yaitu hanya sebagian siswa yang aktif dalam proses pembelajaran. siswa yang tidak terlibat penuh tersebut menunjukkan bahwa pendekatan pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered approaches). Dengan karakter tersebut, buku kurang dapat memfasilitas siswa untuk melakukan pembelajaran secara mandiri. LKS merupakan salah satu bahan ajar berbentuk cetakan. LKS berfungsi sebagai media belajar mandiri yaitu pembelajaran berpusat pada siswa (student centered). Students centered learning menekankan pada aktivitas siswa, siswa dibebaskan untuk beraktivitas sesuai dengan jalur-jalur yang sudah ditetapkan. Guna mencapai tujuan pendidikan, kurikulum memiliki karakteristik yang tidak statis. Maksudnya keberadaan kurikulum mengalami perkembangan sesuai dengan keadaan masyarakat yang dinamis dan terbuka. Sejalan dengan karakteristik kurikulum yang dinamis, maka bahan ajar pun perlu disesuaikan dengan kebutuhan yang akan disampaikan pada siswa, berarti memberi peluang pada kurikulum agar tetap eksis, terutama pada pengembangan bahan ajar berisi materi yang menyesuaikan dengan kurikulum. Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah (Scientific Approach) (Abdul Majid, 2014: 211). Pendekatan ilmiah meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan menyimpulkan. Sementara penggunaan bahan ajar yang dalam pembelajaran matematika kurang dapat memenuhi kebutuhan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran matematika secara optimal. Misalnya ketika siswa membutuhkan pengantar pemahaman materi yang memerlukan penalaran, tetapi bahan ajar tidak menyediakan ilustrasi dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan permasalahan-permasalahan di atas menunjukkan diperlukan pengembangan bahan ajar modul pembelajaran matematika materi pecahan. Pengembangan bahan ajar ini menggunakan pendekatan saintifik (Scientific Approach). Maka, untuk memudahkan pembelajaran matematika yang diharapkan membantu siswa menjadi aktif dalam pembelajaran matematika peneliti berinisiatif membuat pengembangan bahan ajar modul pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik kelas V MI materi pecahan.
223
p-ISSN: 2579-941X e-ISSN: 2579-9444
Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana kualitas LKS pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik yang dikembangkan? 2. Bagaimana respon siswa terhadap LKS pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik yang dikembangkan? Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan pada penelitian ini adalah: 1. Mengetahui kualitas LKS pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik. 2. Mengetahui respon siswa terhadap LKS pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik. Kajian Teori 1. Pengembangan Bahan Ajar LKS a. Pengembangan Bahan Ajar Menurut Ahmad Sudrajat (2016), bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun sistematis baik tertulis maupun tidak, sehingga tercipta lingkungan/suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan, informasi, alat dan teks yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar (Abdul Majid, 2013: 173). Bahan ajar yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan yang tidak tertulis. Dengan demikian, bentuk bahan ajar paling tidak dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu: 1) Bahan ajar cetak (printed) antara lain handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, model/market. 2) Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, compact disk audio. 3) Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video, compact disk, film. 4) Bahan ajar interaktif (interactive teaching material) seperti compact disk interaktif. b. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Lembar Kegiatan Siswa (student work sheet) adalah lembar-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik (Abdul Majid, 2013: 176). Lembar kegitan biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Suatu tugas yang diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas kompetensi dasar yang akan dicapainya. Lembar kegiatan dapat digunakan untuk mata pelajaran apa saja. Tugas-tugas sebuah lembar kegiatan tidak akan dapat dikerjakan oleh peserta didik secara baik apabila tidak dilengkapi dengan buku lain atau referensi lain yang terkait dengan materi tugasnya. c. Langkah Penyusunan LKS Lembar kegiatan berisi petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Tugas-tugas yang diberikan kepada siswa dapat berupa teori dan atau praktik. Melakukan analisis kurikulum; SK, KD, indikator dan materi pembelajaran. Menyusun peta kebutuhan LKS. Menentukan judul LKS. Menulis LKS. 224
Prosiding
Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 2017 UIN Raden Intan Lampung 6 Mei 2017
Menentukan alat penilaian. 2. Pembelajaran Matematika Menurut Winkel, pembelajaran adalah seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar siswa, dengan memperhitungkan kejadian-kejadian ekstrim yang berperan terhadap rangkaian kejadian-kejadian intern yang berlangsung dialami siswa (Abdul Majid, 2014: 109). Menurut Johnson dan Myklebust, matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berfikir (Mulyono Abdurrahman, 2003: 251). Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah proses yang sengaja dirancang tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan yang memungkinkan siswa melaksanakan kegiatan belajar matematika, dan untuk mengembangkan keterampilan serta kemampuan siswa untuk berfikir logis dan kritis dalam menyelesaikan masalah tentang bilangan dalam kehidupan sehari-hari. 3. Pendekatan Saintifik Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan ilmiah dalam pembelajaran. Pendekatan ilmiah (Scientific Approach) dikenal dengan pendekatan saintifik. Pendekatan ilmiah diyakini sebagai titian emas perkembangan dan perkembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan (Dirman dan Cicih, 2014: 118). Dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuan lebih mengedepankan penalaran induktif (inductive reasoning). Penalaran induktif merupakan penalaran yang memandang fenomena atau situasi spesifik untuk kemudian menarik kesimpulan secara keseluruhan. Sejatinya, penalaran induktif menempatkan bukti-bukti spesifik dan detail untuk kemudian merumuskan simpulan umum. Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (Scientific Approach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata pelajaran (Dirman dan Cicih, 2014: 123). METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan. Metode penelitian dan pengembangan atau dalam bahasa Inggrisnya Research and Development adalah penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiono, 2010: 407). Untuk dapat menghasilkan produk tertentu digunakan penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan untuk menguji keefektifan produk tersebut supaya berfungsi di masyarakat luas, maka diperlukan penelitian untuk menguji keefektifan produk tersebut. Jenis produk yang dihasilkan dalam pengembangan ini adalah bahan ajar berupa LKS pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik. Produk yang dihasilkan ini akan diuji kelayakannya terlebih dahulu. Untuk menguji layak atau tidaknya, awalnya LKS ini akan divalidasi terlebih dahulu untuk melihat kevalidan dan kepraktisannya apabila digunakan sebagai bahan ajar. Setelah LKS dikatakan valid, modul diberikan ke siswa untuk melihat keefektifannya. LKS yang sudah terbukti valid, praktis, dan efektif dapat dikatakan layak untuk digunakan sebagai bahan ajar di sekolah. 1. Desain Produk Desain produk dari LKS pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik kelas V SD/MI materi pecahan terdiri dari 3 bagian yaitu pendahuluan, inti, dan penutup. 225
p-ISSN: 2579-941X e-ISSN: 2579-9444
2. Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam (Sugiono, 2010: 194). b. Kuisioner (Angket) Kuisioner/Angket adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis pula oleh responden. Angket ini digunakan untuk mengetahui tanggapan responden terhadap pertanyaan yang diajukan. Dengan angket ini responden mudah memberikan jawaban karena alternatif jawaban sudah disediakan dan membutuhkan waktu singkat dalam menjawabnya (Sugiono, 2010: 199). c. Observasi Nasution menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan (Sugiono, 2010: 310). Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil utama dari penelitian pengembangan ini adalah LKS pembelajaran matematika SD/MI dengan pendekatan saintifik pokok bahasan pecahan. Penelitian pengembangan ini dilakukan dengan mengadaptasi metode Brog and Gall yang dilakukan dari tahap 1 hingga tahap 6. Hasil penilaian para ahli (validator) yaitu meliputi ahli materi, ahli media, dan pendidik (guru mata pelajaran matematika). Tanggapan atau respon dilakukan terhadap siswa MIN 4 Bandar Lampung kelas V, dengan memberikan lembar tanggapan/respon terhadap kelayakan LKS Matematika dengan pendekatan saintifik. 1. Validasi Produk Awal Aspek-aspek yang menjadi bahan penilaian para validator pada LKS terdiri dari 4 komponen yaitu materi, penyajian, bahasa, grafika. Validator terdiri dari ahli materi, ahli media, guru matematika dengan tujuan untuk mengetahui kelayakan media pembelajaran sebelum divalidasi kepada siswa. Penilaian dilakukan dengan menggunakan skala Likert dengan penilaian 1 sampai 5, nilai 5 sangat tinggi dan 1 sangat rendah. Data hasil perhitungan kemudian dikategorikan berdasarkan lima tingkatan yang telah ditetapkan sebelumnya, yaitu 0% sampai dengan 20% dikategorikan sangat kurang baik, 21% sampai dengan 40% dikategorikan kurang baik, 41% sampai dengan 60% dikategorikan cukup baik, 61% sampai dengan 80% dikategorikan baik, 81% sampai dengan 100% dikategorikan sangat baik. Tabel 1. Hasil Validasi Ahli Materi Tahap Awal dan Akhir ∑X Per Aspek Skor % Kategori Aspek Skor Penilaian Awal Akhir Maks Awal akhir Awal Akhir Sangat Materi 75 97 100 75.00% 97.00% Layak Layak Sangat Bahasa 37 45 50 74.00% 90.00% Layak Layak Awal Jumlah 112 Akhir Total 142 226
Prosiding
Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 2017 UIN Raden Intan Lampung 6 Mei 2017
Skor Maksimal Awal Persentase Akhir Awal Kriteria Akhir
150 74.67% 94.67% Layak Sangat Layak
1. Ahli Materi dan Ahli Media Validasi produk dilakukan oleh 4 dosen ahli, 2 ahli materi dan 2 ahli media. Pada penilaian ahli materi terdapat 2 aspek, yaitu aspek materi dan bahasa. Validasi ahli materi tahap awal memperoleh skor rata-rata 74.67%. pada aspek materi tahap awal memperoleh 75.00% dengan kategori layak, dikarenakan dalam materi angka belum ditulis dengan equation, tulisan dalam materi belum menarik begitupun cover belum menarik ayat pada pengantar materi diberi penjelasan. Setelah direvisi penilaian pada aspek materi memperoleh 97.00%, dikarenakan dalam materi angka sudah ditulis dengan equation, tulisan dalam materi sudah menarik begitupun cover sudah menarik, ayat pada pengantar materi sudah diberi penjelasan. Sedangkan pada penilaian aspek bahasa pada tahap awal memperoleh 74.00%, dengan kategori layak dikarenakan kalimat dalam materi belum sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) gunakanlah bahasa yang sederhana dan format daftar pustaka belum benar. Setelah direvisi, penilaian pada aspek bahasa memperoleh 90.00%, dikarenakan kalimat dalam materi sudah sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) dan bahasa yang sederhana dan format daftar pustaka sudah sesuai. Sehingga pada validasi tahap akhir diperoleh skor rata-rata 94.67% dikategorikan sangat layak. Kemudian pada validasi ahli media dilakukan oleh 2 ahli, pada penilaian ahli media terdapat 2 aspek yaitu aspek penyajian dan grafika. Validasi ahli media tahap awal diperoleh skor rata-rata 70.00% dengan kriteria layak. Aspek penyajian memperoleh persentase 68.00% dinyatakan dalam kategori layak, dikarenakan petunjuk pada penggunaan LKS menggunakan bahasa yang terlalu puitis untuk anak SD/MI, pada penghantar materi sebaiknya menggunakan ayat yang bersangkutan dengan materi pecahan, indikator dan tujuan pembelajaran belum diberi nomor urut hanya menggunakan simbol, contoh dan latihan soal terlalu besar hasilnya. Setelah diperbaiki, penilaian pada aspek penyajian memperoleh 88.00%, dikarenakan petunjuk pada penggunaan LKS sudah menggunakan bahasa untuk anak SD/MI yang sederhana, pada penghantar materi sudah menggunakan ayat yang bersangkutan dengan materi pecahan, indikator dan tujuan pembelajaran sudah diberi nomor urut hanya menggunakan simbol, contoh dan latihan soal sudah diperbaiki. Pada aspek grafika memperoleh persentase 72.00% dinyatakan dalam kategori layak, dikarenakan gambar dalam pengantar materi belum jelas. Setelah diperbaiki aspek grafika memperoleh 88.00%, dikarenakan gambar dalam penghantar materi sudah jelas. Sehingga diperoleh skor rata-rata akhir 88.00% dengan kriteria sangat layak. 2. Penilaian Guru dan Respon Siswa Penilaian guru pada tabel 4.5 terdapat 4 aspek, yaitu aspek materi, bahasa, penyajian, dan grafika. Hasil penilaian pada spek materi yaitu 92.00%, dikarenakan isi materi, indikator, tujuan yang digunakan sudah sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Penilaian pada aspek penyajian yaitu 92.00%, dikarenakan materi sudah disajikan runtur dan disajikan dengan sederhana serta jelas. Penilaian pada spek bahasa 90.00%, dikarenakan bahasa yang digunakan sederhana yang mudah dipahami siswa SD/MI. Penilaian pada spek grafika memperoleh 86.00%, dikarenakan tampilan media dan kualitas tampilan warna yang dipakai dalam LKS menarik, teks, gambar, serta animasi tampak jelas. Data respon siswa diambil dari 227
p-ISSN: 2579-941X e-ISSN: 2579-9444
pengisian angket, dengan perolehan persentase 81.17% pada aspek materi dan 96.88% pada aspek ketertarikan. (Abdurrahman & Mulyono, 2003; Abdurrahman & Mulyono, 2003) SIMPULAN DAN SARAN Hasil akhir penilaian LKS pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik yaitu: penilaian ahli materi memberikan skor rata-rata akhir 94.67% dikategorikan sangat layak, penilaian ahli media memberikan skor rata-rata akhir 88.00% dikategorikan sangat layak, dan penilaian guru MI skor rata-rata 90.40% dikategorikan sangat layak. Hasil uji coba produk menunjukan rata-rata akir kemenarikan siswa pada kategori sangat layak dengan persentase 87.20% dan dapat disimpulkan bahwa siswa merespon positif produk LKS. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) matematika dengan pendekatan saintifik kelas V materi pecahan yang dikembangankan dapat dijadikan sebagai bahan ajar. DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman, M. (2003). Pendidikan Bagi Anak Kesulitan Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Cicih Juarsih, D. (2014). Pengembangan Kurikulum. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Daryanto, & Dwicahyono, A. (2014). Pengembangan Perangkat Pembelajaran . Yogyakarta: PT. Gaya Media. Diknas. (2008). Sosialisasi KTSP Majid, A. (2013). Perencanaan Pembelajara., Bandung: PT Rosdakarya. _____, (2014). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT Rosdakarya. _____, (2014). Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: PT Rosdakarya. Sugiyono, (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung Alfabeta. Yuberti; Mujib; Netriwati. (2012). Teori Belajar dan Pembelajaran. Bandar Lampung: Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Intan Lampung.
228