ISSN: 2355-5106
Vol. 3, No. 1, MARET 2016
PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA POKOK BAHASAN GARIS SINGGUNG LINGKARAN UNTUK SMP KELAS VIII Dwi Hidayanti1, Tri Hapsari Utami2, Abdul Qohar3 1
Pendidikan Matematika, Pascasarjana, Universitas Negeri Malang Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang 3 Pendidikan Matematika, Pascasarjana, Universitas Negeri Malang
2
[email protected] Abstrak Salah satu bahan ajar yang dapat digunakan untuk membuat pembelajaran menjadi bermakna dan siswa aktif dalam pembelajaran adalah menggunakan Lembar Kegiatan Siswa (LKS). LKS harus disusun agar dapat membantu siswa dalam membangun suatu konsep. Salah satu cara dalam menyusun Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang dapat membantu siswa dalam membangun suatu konsep adalah menggunakan pendekatan saintifik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dengan pendekatan saintifik pada pokok bahasan garis singgung lingkaran yang valid dan praktis. Model pengembangan yang digunakan dalam menyusun LKS menggunakan model pengembangan Thiagarajan, S., Semmel, D. S. and Semmel M. I. (1974) yang terkenal dengan istilah model 4D. Model pengembangan 4D ini terdiri dari empat tahapan yaitu tahap pendefinisian (define), tahap perancangan (design), tahap pengembangan (develop), dan tahap penyebaran (disseminate). Namun pengembang memodifikasi model tersebut menjadi 3D, sehingga tahap penyebaran (disseminate) tidak dilakukan oleh pengembang karena keterbatasan tenaga dan biaya. Berdasarkan analisis pengembangan didapatkan hasil bahwa LKS yang dikembangkan dinyatakan valid yaitu dengan skor 3,54 dan praktis dengan skor 3,26. Meskipun demikian, sebagai penyempurnaan bahan ajar, pengembang tetap melakukan revisi berdasarkan saran dan komentar yang diberikan oleh validator dan subjek ujicoba. Kata kunci: Lembar Kegiatan Siswa (LKS), Pendekatan Saintifik, Garis Singgung Lingkaran Abstract One of the teaching material to make the learning meaningful and also makes student become to active in the learning is using a student’s worksheet. The students’ worksheet must be arranged in order to assist students in developing a concept. One of the ways in develop the students’ worksheet use scientific aprroach. The objective of this research was developing student’s worksheet using scientific approach on tangent line of circle with valid and practice criteria. The model of developing this research using the model of Thiagarajan, Semmel, and Semmel (1974) was called 4D. There were four steps of 4D’s model, namely define, design, develop, and disseminate. However, the developer has inadequacy of cost and energy, then the developer modify the model by omitting the last step, that is disseminate. Therefore the 4D’s model to be 3D’s model. Based on the expert appraisal and developmental testing that is analyzed in 4th chapter, we have (1) the score of validation is 3,54, it means valid, (2) the score of practical is 3,26, it means practice. So that, the worksheet is valid and practice. Even though the worksheet is valid and practice, the developer do some revision base on the suggestion of the expert and the subject. Keywords: Students’ Worksheet, Scientific Approach, Tangent Line of Circle JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN CITRA BAKTI I 42
ISSN: 2355-5106
Vol. 3, No. 1, MARET 2016
PENDAHULUAN Salah satu materi dalam pembelajaran matematika adalah garis singgung lingkaran. Materi ini sangat penting karena berkaitan dengan materi-materi lain di matermatika dan kehidupan sehari-hari (Paloloang, 2014). Materi ini dipelajari di tingkat SMP sampai SMA. Di tingkat SMP, berdasarkan kurikulum KTSP materi ini dipelajari di kelas VIII semester genap. Pada tingkat SMP pokok bahasan dipelajari dari garis singgung lingkaran ini adalah pengenalan terhadap garis singgung lingkaran dan menghitung panjang garis singgung lingkaran. Sedangkan di tingkat SMA lebih mempelajari menentukan persamaan garis singgungnya. Namun sayangnya materi ini pada kurikulum 2013 pada tingkat SMP tidak disertakan dalam kompetensi dasar. Sedangkan di tingkat SMA materi garis singgung ini tetap ada dalam kompetensi khususnya pada materi lingkaran. Peneliti tidak setuju dengan keputusan pemerintah pada kurikulum 2013 ini yang tidak menyertakan materi garis singgung lingkaran di tingkat SMP. Alasannya adalah jika siswa tidak mempelajari materi ini di tingkat SMP, nantinya siswa akan kesulitan saat memperlajari di tingkat SMA karena siswa belum mengenal tentang garis singgung lingkaran, sehingga juga akan menyulitkan guru. Oleh karena itu peneliti tetap ingin meneliti pada materi ini dengan menggunakan kompetensi dasar pada kurikulum KTSP dan meninjau materi ini dengan kurikulum 2013. Meskipun materi ini sangat penting, namun masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami materi ini (Paloloang, 2014; Noviyanti dkk, 2013). Hal tersebut juga didukung dengan hasil penelitian awal yang dilakukan oleh peneliti dengan melakukan wawancara terhadap delapan siswa SMPN 2 Malang kelas IX yang telah mempelajari materi garis singgung lingkaran. Hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa tujuh siswa diantaranya mengalami kesulitan saat menyelesaikan soal menentukan panjang segmen garis singgung lingkaran dan satu siswa tidak mengalami kesulitan. Tujuh siswa tersebut mengatakan bahwa mereka mengalami kesulitan karena mereka tidak hafal rumus saat menyelesaikan soal menentukan panjang segmen garis singgung lingkaran. Mereka mengatakan bahwa mereka tidak mengahafal rumus karena tidak memahami konsep garis singgung lingkaran. Jadi bisa disimpulkan bahwa tujuh siswa tersebut hanya menghafal rumus tanpa memahami konsep garis singgung lingkaran, sehingga mereka kesulitan saat mengerjakan soal menentukan panjang garis singgung lingkaran. Sedangkan satu siswa diantaranya tidak mengalami kesulitan saat mengerjakan soal menentukan panjang garis singgung lingkaran, karena siswa tersebut memahami konsep garis singgung lingkaran. Dari informasi di atas terlihat bahwa masih banyak siswa yang belajar matematika cenderung menghafalkan rumus dan tidak memahami konsep. Padahal mengerjakan soalsoal matematika akan lebih mudah jika memahami konsepnya karena siswa akan memahami permasalahan yang ada dalam soal sehingga mereka mengerti apa yang harus mereka lakukan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Dengan demikian, dengan JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN CITRA BAKTI I 43
ISSN: 2355-5106
Vol. 3, No. 1, MARET 2016
memahami konsep, siswa akan menyelesaikan soal dengan mudah meskipun ketika soalsoal yang diberikan nonrutin. Oleh karena itu, hendaknya bahan ajar dan metode pembelajaran yang digunakan guru dalam pembelajaran dapat membangun konsep matematika siswa, sehingga siswa dapat membangun pemahamannya sendiri. Konstruktivisme
merupakan
teori
belajar
yang
mendeskripsikan
proses
pengkonstruksian pengetahuan (Major & Mangope, 2012). Teori ini merupakan salah satu teori belajar modern dan salah satu aliran yang berasal dari teori belajar kognitif . Tokohtokoh pendidik penggagas pendekatan konstruktivistik dalam pembelajaran diantaranya adalah Jean Peaget, Len Vigotsky, John Dewey, dan Maria Montessori (Pribadi, 2009:158). Dalam perspektif konstruktivisme, pengetahuan dibangun sendiri oleh individu melalui interaksi dengan lingkungan, sehingga membuat siswa aktif dalam pembelajaran, siswa cenderung dapat mengontrol konsep matematika dan berpikir matematis. Dengan demikian, teori konstruktivisme ini dapat diterapkan pada pembelajaran matematika karena siswa akan aktif membangun konsep secara mandiri. Salah satu pendekatan pembelajaran yang menerapkan teori konstruksivisme adalah pendekatan saintifik. Para ahli meyakini bahwa dengan pendekatan saintifik ini siswa akan lebih aktif mengonstruk pengetahuan dan keterampilannya, selain itu juga dapat mendorong siswa untuk melakukan penyelidikan guna menemukan fakta-fakta dari suatu fenomena atau kejadian (Bintari dkk, 2014). Pendekatan saintifik merupakan pendekatan yang digunakan dalam kurikulum 2013. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang diterapkan sekarang ini di Indonesia. Pada kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pendagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmia/pendekatan saintifik (Permendikbud, 2013). Menurut Permendikbud (2013) pada pendekatan ilmiah atau pendekatan saintifik ini peserta didik akan melakukan lima kegiatan utama dalam pembelajaran, yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan. Dengan lima kegiatan tersebut pembelajaran sudah menyentuh tiga ranah, yaitu : sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang mana hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi (Permendikbud, 2013). Kelima kegiatan utama tersebut diuraikan sebagai berikut. a. Mengamati, yakni guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca (tanpa atau dengan alat). b. Menanya, yakni guru membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk bertanya informasi yang tidak dipahami dari apa yang sudah diamati atau pertanyaan untuk mendapat informasi tambahan tentang apa yang diamati.
JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN CITRA BAKTI I 44
ISSN: 2355-5106
Vol. 3, No. 1, MARET 2016
c. Mengumpulkan informasi, yakni menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Informasi juga dapat dikumpulkan dari kegiatan mengamati dan menanya. d. Mengasosiasi, yakni mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. e. Mengkomunikasikan, yakni peserta didik menyampaikan hasil pengamatan kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Terkait dengan pembelajaran yang menerapkan teori konstruksitfisme, salah satu bahan ajar yang dapat digunakan untuk mengaktifkan siswa dalam memahami dan membangun konsep adalah dengan Lembar Kegiatan Siswa (LKS). Lembar Kegiatan Siswa (LKS) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa, LKS ini dapat berupa petunjuk atau langkah-langkah untuk menyelesaikan masalah terkait kompetensi dasar yang akan dicapai (Depdiknas, 2008:13). Sedangkan menurut Prastowo (2012:204), LKS merupakan salah satu bahan ajar cetak yang berisi materi, ringkasan dan petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan oleh peserta didik untuk mencapai kompetensi dasar yang disajikan. Disisi lain menurut Lestari (2013:6) dan Dhany & Salmah (2013) mengemukakan bahwa LKS lembar kerja siswa merupakan merupakan materi ajar yang sudah dikemas sedemikian rupa sehingga siswa diharapkan dapat materi ajar tersebut secara mandiri. Sejalan dengan Lestari, menurut Dhoruri dkk (2011) LKS adalah materi pembelajaran yang dapat meningkatkan kompetensi siswa dalam menganalisis dan menyelesaikan masalah secara mandiri, sehingga dengan adanya LKS dapat meminimalisasi ketergantungan siswa guru dan dapat meningkatkan kebutuhan siswa terhadap informasi. Dari beberapa pendapat mengacu pada pendapat yang kemukakan oleh Prastowo Lembar Kegiatan Siswa (LKS) adalah bahan ajar cetak berupa lembaran kertas yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk- petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan oleh peserta didik, yang mengacu pada kompetensi dasar yang harus dicapai. Akan tetapi, fokus dari LKS ini bukan pada ringkasan materi, melainkan fokus pada kegiatankegiatan yang harus dikerjakan oleh siswa untuk memahami materi dan membangun konsep. Namun, berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti terhadap sekolah-sekolah SMP yang ada di kota Malang, Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang biasa digunakan dalam pembelajaran kebanyakan adalah dengan jenis Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang berfungsi sebagai penuntun belajar dan penguatan, yang berisi ringkasan materi dan soal latihan. LKS ini disusun oleh MGMP kota Malang. Karena LKS yang digunakan memiliki karakteristik demikian, maka LKS tersebut belum bisa memfasilitasi siswa untuk membangun pemahamannya secara mandiri.
JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN CITRA BAKTI I 45
ISSN: 2355-5106
Vol. 3, No. 1, MARET 2016
Dari beberapa uraian di atas, maka peneliti engembang ingin mengembangkan suatu bahan ajar berupa Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang valid dan praktis serta dapat membantu siswa membangun pemahamannya sendiri tentang konsep materi garis singgung lingkaran. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) tersebut disusun sesuai dengan pendekatan saintifik yang sesuai dengan pembelajaran pada kurikulum 2013. Meskipun pada kurikulum 2013 materi ini tidak ada, namun tidak menutup kemungkinan terjadi perubahan kurikulum yang berlaku di Indonesia karena kurikulum di Indonesia terus berkembang. Selain itu LKS yang akan dihasilkan nanti juga masih dapat memberikan kontribusi pada pembelajaran yang masih menerapkan kurikulum KTSP karena masih banyak sekolah di Indonesia yang masih menerapkan kurikulum KTSP. Berdasarkan uraian tersebut, maka susunan LKS dengan pendekatan saintifik ini disusun sesuai dengan lima langkah-langkah kegiatan pada pendekatan saintifik, yakni mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dna mengkomunikasikan. Selain itu pada isi LKS nanti dirancang untuk dapat diterapkan pada pembelajaran dengan model discovery learning. Hal tersebut dikarenakan menurut Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses, model pembelajaran yang diutamakan dalam implementasi Kurikulum 2013 adalah model pembelajaran Inkuiri (Inquiry Based Learning), model pembelajaran Discovery (Discovery Learning), model pembelajaran berbasis projek (Project Based Learning), dan model pembelajaran berbasis permasalahan (Problem Based Learning). Oleh karena itu, peneliti memilih model pembelajaran Discovery sebagai acuan peneliti dalam mengembangkan LKS. Model pembelajaran penemuan terbimbing (Discovery Learning) adalah proses belajar yang di dalamnya tidak disajikan suatu konsep dalam bentuk jadi (final), tetapi siswa dituntut untuk mengorganisasi sendiri cara belajarnya dalam menemukan konsep (Maulana, 2014). Langkah-langkah dari pembelajaran ini adalah memberi stimulus, mengidentifikasi masalah, mengumpulkan data, mengolah data, memferifikasi, dan menyimpulkan. Melalui lima kegiatan utama pada pendekatan saintifik tersebut dirancang untuk melakukan langkahlangkah kegiatan pada pembelajaran dengan model pembelajaran penemuan terbimbing, sehingga siswa dapat menemukan dan membangun konsep dengan mandiri. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dengan pendekatan saintifik ini diharapkan dapat menjadi pilihan alternatif para pendidik sebagai bahan ajar pada materi garis singgung lingkaran, dapat memfasilitasi siswa untuk belajar secara langsung dalam mendapatkan pengetahuan dan keterampilan pada materi garis singgung lingkaran melalui kegiatan mengamati,
menanya,
mengumpulkan
informasi,
mengolah
informasi,
dan
mengkomunikasikan. Dengan demikian diharapkan siswa bisa aktif dalam membangun pemahamannya tentang konsep garis singgung lingkaran secara mandiri.
JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN CITRA BAKTI I 46
ISSN: 2355-5106
Vol. 3, No. 1, MARET 2016
METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian pengembangan yang produknya berupa Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dengan pendekatan saintifik pada pokok bahasan garis singgung lingkaran. Model pengembangan yang digunakan dalam penggembangan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) ini adalah model pengembangan Thiagarajan., Semmel and Semmel (1974) yang terkenal dengan istilah model 4D. Model pengembangan 4D ini terdiri dari empat tahapan
yaitu
tahap
pendefinisian
(define),
tahap
perancangan
(design),
tahap
pengembangan (develop), dan tahap penyebaran (disseminate) (Hobri, 2010:12). Namun pengembang memodifikasi model tersebut menjadi 3D, sehingga tahap penyebaran (disseminate) tidak dilakukan oleh pengembang karena keterbatasan tenaga dan biaya. Pada tahap define, peneliti melakukan kegiatan yang meliputi: (a) analisis awal dan akhir
dengan
tujuan
untuk
menetapkan
masalah
dasar
yang
diperlukan
dalam
pengembangan; (b) analisis pebelajar/siswa, yaitu menelaah karakteristik siswa; (c) analisis konsep, yaitu untuk mengidentifikasi, merinci dan menyusun secara sistematis konsepkonsep yang relevan yang akan diajarkan berdasarkan analisis awal-akhir; (d) analisis tugas, yaitu
pengidentifikasian
keterampilan-keterampilan
utama
yang
diperlukan
dalam
pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum; (e) spesifiksi tujuan pembelajaran, yaitu untuk mengkonversi tujuan dari analisis tugas dan analisis konsep menjadi tujuan pembelajaran khusus, yang dinyatakan dengan tingkah laku. Pada tahap design, peneliti melakukan kegiatan yang meliputi: (a) pemilihan media, yaitu untuk menentukan media yang tepat untuk menyajikan materi pembelajaran; (b) pemilihan format, yaitu untuk merancang isi, pemilihan strategi pembelajaran, dan sumber belajar; (c) perancangan awal, yaitu untuk merancang seluruh kegiatan yang harus dilakukan sebelum uji coba dilaksanakan. Sedangkan pada tahap develop peneliti melakukan kegiatan yang meliputi: (a) Uji coba lapangan sebelum penilaian para ahli, yaitu untuk memperoleh masukan langsung dari lapangan terhadap bahasa yang digunakan dalam Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dan isi dari Lembar Kegiatan Siswa (LKS); (b) penilaian para ahli, yaiut untuk memvalidasi LKS; (c) uji coba lapangan, yaitu untuk memperoleh masukan langsung dari lapangan terhadap perangkat pembelajaran yang telah direvisi dari para ahli. Pada pengembangan ini, produk yang telah dikembangkan oleh pengembang akan diuji tingkat kevalidan dan kepraktisan., sehingga instrumen yang digunakna adalah lembar validasi LKS dan angket respon siswa. Menurut Nieven (1999) dalam Plomp (2010) kriteria umum dari produk yang dihasilkan berkualitas apabila memenuhi kriteria efektif, praktis, dan efektif. Namun karena keterbatasan peneliti akan tenaga dan waktu maka peneliti hanya ingin memenuhi kriteria valid dan praktis. Uji kevalidan dilakukan bertujuan untuk menilai kesesuaian produk yang dikembangkan dengan kriteria Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dan sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai dalam pembelajaran. Uji kepraktisan dilakukan untuk menilai tingkat kemudahan siswa dalam menggunakan Lembar Kegiatan Siswa (LKS). JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN CITRA BAKTI I 47
ISSN: 2355-5106
Vol. 3, No. 1, MARET 2016
Uji kevalidan menggunakan lembar validasi dan dilakukan oleh satu dosen matematika dan dua guru matematika yang telah berpengalaman minimal lima tahun. Pada uji kepraktisan menggunakan angket respon siswa yang telah diplilih sebagai subjek uji coba yaitu sembilan siswa SMPN 2 Malang kelas VIII yang belum menempuh materi garis singgung lingkaran. Lembar validasi dianalisis dengan menggunakan teknik analisis nilai rata-rata yang diadaptasi dari Hobri dan dimodifikasi berdasarkan skala yang digunakan oleh pengembang. Data yang digunakan dalam validasi LKS berupa data kuantitatif dengan 4 skala, yaitu skala 1 : tidak setuju, skala 2 : kurang setuju, skala 3 : setuju, dan skala 4 : sangat setuju. Untuk mengetahui nilai rata-rata total aspek penilaian kevalidan LKS , pengembang mengadaptasi dari Hobri (2010:52) dan dimodifikasi menjadi beberapa langkah, diantaranya yaitu 1.
melakukan rekapitulasi data penilaian kevalidan model ke dalam tabel yang meliputi: indikator (Ii), aspek ( ), dan nilai kevalidan (Va )
2.
menentukan rata-rata nilai hasil validasi semua validator untuk setiap indikator dengan rumus
dengan
adalah data nilai vakidator ke-j terhadap indikator ke-i, n adalah banyaknya
validator. Hasil yang diperoleh kemudian ditulis pada kolom dalam tabel yang sesuai 3. menentukan rerata nilai untuk setiap aspek dengan rumus
dengan
adalah rerata nilai untuk aspek ke-i,
adalah rerata untuk aspek ke-j, m
adalah banyaknya indikator dalam aspek ke-i.Hasil yang diperoleh kemudian ditulis pada kolom tabel yang sesuai 4. nilai kevalidan
dengan
atau niai rerata total dari rerata nilai
adalah nilai rerata total untuk semua aspek ,
adalah rerata nilai untuk
aspek ke-i, n adalah banyaknya aspek. Hasil yang diperoleh kemudian ditulis pada kolom dalam tabel yang sesuai Selanjutnya nilai
atau nilai rata-rata total ini dirujuk pada interval penentuan
tingkat kevalidan LKS sebagai berikut.
JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN CITRA BAKTI I 48
ISSN: 2355-5106
Vol. 3, No. 1, MARET 2016
Tabel 1. Kriteria Penilaian Hasil Validasi Interval
Kriteria Kevalidan tidak valid
Keterangan revisi total
kurang valid
revisi sebagian
cukup valid
revisi sebagian
valid
tidak perlu revisi
sangat valid (Diadaptasi dengan dimodifikasi dari Hobri, 2010:53) Keterangan :
tidak perlu revisi
adalah nilai penentuan tingkat kevalidan LKS
Angket siswa juga dianalisis dengan menggunakan teknik analisis nilai rata-rata yang diadaptasi dari Hobri dan dimodifikasi berdasarkan skala yang digunakan oleh pengembang. Data yang digunakan dalam penilaian kepraktisan LKS ini berupa data kuantitatif dengan 4 skala, yaitu skala 1 : tidak setuju, skala 2 : kurang setuju, skala 3 : setuju, dan skala 4 : sangat setuju. Untuk mengetahui nilai rata-rata total aspek penilaian kepraktisan LKS pengembang juga mengadaptasi dari Hobri (2010:54) dan memodifikasinya menjadi beberapa langkah yaitu: 1.
melakukan rekapitulasi data penilaian kevalidan model ke dalam tabel yang meliputi: indikator (Ii), dan nilai S
2.
menentukan rata-rata nilai dari semua subyek uji coba untuk setiap indikator dengan rumus
dengan
adalah nilai dari responden ke-j terhadap indikator ke-i, dan n adalah
banyaknya subyek uji coba 3.
menetukan nilai rata-rata kepraktisan ( ) dengan rumus
dengan
adalah rata-rata indikator ke-i dan m adalah banyaknya indikator.
Selanjutnya nilai
atau nilai rata-rata total ini dirujuk pada interval penentuan tingkat
kepraktisan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) sebagai berikut.
JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN CITRA BAKTI I 49
ISSN: 2355-5106
Vol. 3, No. 1, MARET 2016
Tabel 2. Kriteria Penilaian Hasil Kepraktisan Interval
Kriteria Kepraktisan Sangat rendah
Keterangan revisi total
rendah
revisi sebagian
sedang
revisi sebagian
tinggi
tidak perlu revisi
sangat tinggi (Diadaptasi dengan dimodifikasi dari Hobri, 2010:54) Keterangan :
tidak perlu revisi
adalah nilai penentuan tingkat kepraktisan LKS
Revisi dilakukan jika hasil skor validasi belum memenuhi kriteria kevalidan. Revisi juga dilakukan berdasarkan saran dan komentar dari para validator dan subjek uji coba, sehingga Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang dihasilkan mendekati kesempuranaan. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dari pengembangan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yaitu LKS yang memuat halaman identitas (memuat judul LKS dan satuan pendidikan), halaman orientasi (memuat standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, dan tujuan pembelajaran), mari mengingat (materi prasyarat), LKS utama (memuat LKS 1, LKS 2, LKS 3, LKS 4 dengan pendekatan saintifik), latihan (memuat empat soal untuk memantapkan pemahaman materi yang dibahas dalam kompetensi), dan daftar pustaka. Pada bagian “Mari mengingat” siswa diingatkan kembali materi tentang kedudukan antar garis, garis sumbu, Phytagoras, kelilling lingkaran, dan panjang busur lingkaran. Sedangkan pada LKS utama siswa akan membangun konsep mengenai: (1) pada LKS 1, menentukan garis singgung lingkaran beserta sifat-sifatnya, (2) pada LKS 2, menghitung panjang segmen garis singgung lingkaran, (3)pada LKS 3, menghitung panjang segmen garis singgung persekutuan luar dari dua lingkaran, (4) pada LKS 4, menghitung panjang segmen garis singgung persekutuan dalam dari dua lingkaran. Pada LKS utama ini siswa akan melakukan lima kegiatan utama, yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan. Berikut disajikan hasil analisis uji kevalidan dan kepraktisan oleh validator dan subjek uji coba. Tabel 3. Analisis Hasil Uji Kevalidan No.
Aspek yang dinilai
1. 2. 3. 4.
Kelayakan Isi Kebahasaan Tampilan Pendekatan saintifik
Skor kevalidan 4 3 3,49 3,66
Kriteria kevalidan Sangat Valid Valid Valid Valid
Keterangan Tidak perlu revisi Tidak perlu revisi Tidak perlu revisi Tidak perlu revisi
Secara keseluruhan aspek terhadap LKS yang telah dikembangkan, diperoleh skor kevalidan sebesar 3,54 dan berada pada kriteria kevalidan valid. Sehingga dapat JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN CITRA BAKTI I 50
ISSN: 2355-5106
Vol. 3, No. 1, MARET 2016
disimpulkan bahwa Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang telah dikembangkan valid dan tidak perlu
revisi.
Namun,
untuk
kesempurnaan Lembar
Kegiatan
Siswa
(LKS)
yang
dikembangkan, pengembang melakukan revisi berdasarkan saran dan komentar para validator. Tabel 4. Analisis Hasil Uji Kepraktisan No 1 2 3 4
5 6
Pertanyaan Jenis dan ukuran huruf mudah dibaca Bahasa yang digunakan mudah dipahami dan komunikatif Informasi, perintah, dan pertanyaan jelas dan mudah dipahami Susunan kegiatan dalam LKS memudahkan Anda untuk memahami konsep pada materi garis singgung lingkaran Soal latihan yang diberikan sesuai dengan materi yang sudah dipelajari Tampilan LKS menarik
Rata-rata Skor Pengisian Angket 3,56 3 2,89 3,33 3,33 3,44
Secara keseluruhan diperoleh skor kepraktisan rata-rata dari sembilan siswa adalah sebesar 3,26. Hal ini berarti Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang dikembangkan termasuk dalam kriteria kepraktisan yang tinggi dan tidak perlu revisi. Sehingga dengan demikian Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang dikembangkan praktis dan mudah digunakan dalam pembelajaran.
Namun, untuk menghasilkan Lembar
Kegiatan Siswa
(LKS)
yang
dikembangkan lebih mudah digunakan, pengembang melakukan revisi berdasarkan analisis hasil pekerjaan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) oleh subyek uji coba. Meskipun hasilnya pengembangan LKS ini valid dan praktis, namun peneliti tetap melakukan revisi berdasarkan saran dan komentar dari para validator dan subjek uji coba, sehingga Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang dihasilkan mendekati kesempuranaan. Revisi yang dilakukan oleh peneliti berdasarkan saran dari validator adalah sebagai berikut. 1.
Memperbaiki kalimat pada LKS 1 nomor 10
Gambar 1. LKS 1 Nomor 10 Sebelum Revisi
JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN CITRA BAKTI I 51
ISSN: 2355-5106
Vol. 3, No. 1, MARET 2016
Gambar 2. LKS 1 Nomor 10 Setelah Revisi
2.
Memperbaiki kalimat pada LKS 4 nomor 9
Gambar 3. LKS 4 Nomor 9 Sebelum Revisi
Gambar 4. LKS 4 Nomor 9 Setelah Revisi
3.
Melengkapi gambar pada Lembar Kegiatan Siswa (LKS) 2 nomor 11
Gambar 5. LKS 2 Nomor 11 Sebelum Revisi
JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN CITRA BAKTI I 52
ISSN: 2355-5106
Vol. 3, No. 1, MARET 2016
Gambar 6. LKS 2 Nomor 11 Setelah Revisi
Sedangkan revisi dari hasil uji coba adalah sebagai memperbaiki kalimat pada LKS 3 nomor 5 langkah ke-6.
Gambar 7. LKS 3 Nomor 5 Sebelum Revisi
Gambar 8. LKS 3 Nomor 5 Setelah Revisi Berdasarkan hasil yang telah diuraikan di atas, Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang dikembangkan sesuai dengan ciri-ciri pembelajaran dengan pendekatan saintifik yang mana dapat memfasilitasi siswa agar memiliki kompetensi (sikap, pengetahuan, dan keterampilan). Ciri-ciri tersebut diantaranya yaitu: 1.
pembelajaran diarahkan untuk mendorong siswa mencari tahu dari berbagai sumber belajar, dengan melakukan observasi, bukan diberi tahu
2.
pembelajaran diarahkan untuk mampu merumuskan masalah (menanya), bukan hanya menyelesaikan masalah (menjawab)
3.
pembelajaran diarahkan untuk melatih berpikir analitis (pengambilan keputusan) bukan berpikir mekanistis (rutin)
4.
pembelajaran menekankan pentingnya Kegiatansama dan kolaborasi dalam menyelesaikan masalah (Kemendikbud, 2013:203). Selain itu, melalui lima kegiatan belajar pada Lembar Kegiatan Siswa (LKS), siswa
dapat belajar secara langsung untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan atau yang disebut instructional effect. Dengan demikian, siswa dapat membangun pemahaman garis JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN CITRA BAKTI I 53
ISSN: 2355-5106
Vol. 3, No. 1, MARET 2016
singgung lingkaran secara mandiri. Sehingga Lembar Kegiatan Siswa (LKS) ini menjadi solusi dari permasalahan yang telah diuraikan pada pendahuluan. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dapat disimpulkan bahwa LKS yang dikembangkan telah memenuhi struktur LKS secara umum, yaitu memuat judul LKS, petunjuk belajar, kompetensi yang akan dicapai, informasi pendukung, dan tugastugas. Berdasarkan hasil analisis peneliti
yang meliputi analisis uji kevalidan dan
kepraktisan, maka dapat disimpulkan bahwa LKS yang dikembangkan telah memenuhi kriteria valid dan praktis. Sehingga LKS yang dikembangkan layak dijadikan alternatif bahan ajar matematika pada pokok bahasan garis singgung lingkaran. Kelebihan dari LKS yang dikembangkan adalah (1) melalui lima kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan siswa dapat mengembangkan kreativitas, mengembangkan kemampuan merumuskan pertanyaan untuk berfikir
kritis,
mengembangkan
sikap
teliti
dan
jujur,
meningkatkan
kemampuan
berkomunikasi dan menghargai pendapat orang lain; (2) LKS dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa dalam memahami konsep garis singgung lingkaran; (3)LKS diduga dapat memperdalam dan memperluas pemahaman siswa; (4) LKS memiliki desain menarik. Sedangkan kekurangan LKS adalah terdapat kesalahan, yaitu kesimpulan yang diberikan secara tertutup pada LKS diletakkan sebelum siswa melakukan aktivitas mengolah informasi yaitu pada aktivitas mengumpulkan informasi, sehingga tidak sesuai dengan prosedur pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti, maka saran yang direkomendasi, yaitu : (1) pengembangan LKS dengan pendekatan saintifik masih mengacu pada kurikulum 2006, untuk selanjutnya sebaiknya kompetensi yang digunakan mengacu pada kurikulum 2013, (2) LKS yang dikembangkan dapat memperdalam dan memperluas pemahaman siswa masih bersifat dugaan dari pengembang, sehingga diharapkan terdapat pengembangan berikutnya untuk melakukan uji keefektifan pada LKS untuk membuktikan pernyataan pengembang (3) pokok bahasan pada LKS ini hanya terbatas pada materi garis singgung lingkaran, diharapkan ada pengembangan LKS yang lebih lanjut pada materi lain, sehingga memperkaya alternatif guru dan sumber belajar siswa (4) uji coba LKS ini terbatas pada kelompok kecil dengan sembilan siswa yang terbagi dalam tiga kelompok, sehingga kemungkinan didapatkan hasil yang berbeda. Oleh karena itu, diharapkan bagi pengembang yang lain untuk melakukan uji coba LKS yang dikembangkan pada kelompok besar untuk mendapatkan hasil yang lebih meyakinkan.
JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN CITRA BAKTI I 54
ISSN: 2355-5106
Vol. 3, No. 1, MARET 2016
DAFTAR PUSTAKA Bintari, N L G R P., Sudiana I N., & Putrayasa I D. 2014. Pembelajaran Bahasa Indonesia Berdasarkan Pendekatan Saintifik (Problem Based Learning) sesuai Kurikulum 2013 di Kleas VII SMP Negeri 2 Amlapura. E-journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia.. Vol(3). Diakses dari http://pasca.undiksha.ac.id/ejournal/index.php/jurnal_bahasa/article/viewFile/1185/924. Depdiknas. 2008. Pedoman Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Depdiknas Dhani, A & Salmah, U. 2011 The Development of Students Worksheet Using PMRI Approach On Materials Of Rectangle And Square For The VII Grade Students Of Junior High School. Dalam Konferensi Internasional. Diselenggarakan oleh Universitas Sriwijaya, Palembang, 22-23 April 2013. Diakses dari http://eprints.unsri.ac.id/2402/1/P1_Achmad_D_1.pdf. Dhoruri, A., Rosnawat, R., dan Wijaya, A. M F B. 2011. Developing mathematics-Students Worksheet Based On Realistic Approach For Junior High School In Bilingual Program. Dalam Seminar Internasional dan konferensi nasional pendidikan matematika ke-4 Buliding the Nation Character through Humanistic Mathematics Education. Diselenggarakan oleh Universitas Negeri Yogyakarta, 21-23 July 2011. Diakses dari http://eprints.uny.ac.id/1367/1/P%20-%2050.pdf Hobri, H. 2010. Metodologi Penelitian Pengembangan. Mangli : Pena Salsabila. Kemendikbud. 2012. Dokumen Kurikulum 2013. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Kemendikbud. 2013. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 81A Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum Pedoman Umum Pembelajaran. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Kemendikbud. 2013. Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Lestari, I. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Kompetensi Sesuai dengan Kuriklum Tingkat Satuan Pendidikan. Padang: Akademia Permata. Noviyanti, S. 2013. Penerapan Pembelajaran Missouri Mathematics Project pada Pencapaian Kemampuan Komunikasi Lisan Matematis Siswa Kelas VIII. Unnes Journal of Mathematics Education. 2(2): 48-54. Diakses dari http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/unjme. Major, T E & Mangope, B. 2012. The Constructivist Theory in Mathematics: The Case of Botswana Primary Schools. International Review of Social Sciences and Humanities. 3(2): 139-147. Diakses dari http://irssh.com/yahoo_site_admin/assets/docs/15_IRSSH-155V3N2.202200518.pdf. Maulana, L. 2014. Analisis Penerapan Model Pembelajaran Matematika pada Kurikulum 2013 di SMP Laksamana Martadinata Medan. Diakses dari http://sumut.kemenag.go.id/. Paloloang, M F B. 2014. Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Hasil Belajarsiswa pada Materi Panjang Garis Singgung Persekutuan Dua Lingkaran di Kelas VIII SMP Negeri 19 Palu. Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako. 2(1): 67-77. Diakses dari http://download.portalgaruda.org/article. Plomp, T & Nieveen, N. 2010. An Introduction to Educational Design Research. Enschede: Axis Media-ontwerpers. JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN CITRA BAKTI I 55
ISSN: 2355-5106
Vol. 3, No. 1, MARET 2016
Prastowo, A. 2012. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Jogjakarta: Diva Press. Pribadi, B A. 2009. Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta : Dian Rakyat.
JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN CITRA BAKTI I 56