PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI UNTUK WANITA
(Imam Suyudi) FIK Universitas Negeri Makassar ABSTRAK Kurikulum pendidikan jasmani sebagai program pendidikan yang telah direncanakan secara sistematis, kurikulum pendidikan jasmani mengembang peranan yang sangat penting bagi pendidikan siswi wanita selanjutnya. Apabila analisis sifat dari masyarakat dan kebudayaan, dengan sekolah sebagai institusi sosial dalam melaksanakan operasinya, maka dapat ditentukan paling tidak ada tiga peranan kurikulum pendidikan jasmani untuk wanita yang sangat penting, (1) Peranan konservatif, yakni bagaimana mentransmisikan dan menafsirkan warisan sosial pada generasi muda. Dengan demikian, sekolah sebagai suatu lembaga sosial dapat mempengaruhi dan membina tingkah laku siswinya sesuai dengan berbagai nilai sosial yang ada dalam masyarakat, sejalan dengan peranan pendidikan sebagai suatu proses sosial, (2) Peranan kritis atau evaluatif, yakni sekolah menilai dan memilih berbagai unsur kebudayaan yang akan diwariskan dan turut aktif berpartisipasi dalam kontrol sosial dan memberi penekanan pada unsur berpikir kritis serta nilai-nilai sosial yang tidak sesuai lagi dengan keadaan di masa mendatang dihilangkan, serta diadakan modifikasi dan perbaikan dan (3) Peranan kreatif, yakni kurikulum berperan dalam melakukan berbagai kegiatan kreatif dan konstruktif, dalam artian menciptakan dan menyusun suatu hal yang baru sesuai dengan kebutuhan masyarakat di masa sekarang dan masa mendatang.
Kata Kunci : Kurikulum, pendidikan jasmani, wanita.
DEVELOPMENT of PHYSICAL EDUCATION CURRICULUM FOR WOMAN
(Imam Suyudi) FIK State University Makassar ABSTRACT Physical education Curriculum as [the] education program that has been planned systematically, physical education curriculum expands of vital importance role for education of woman schoolgirl hereinafter. If analyse characteristic from society and culture, with school as [the] social institution in executing its operation, then can be determined at least there is three role of physical education curriculums for of vital importance woman, (1) Conservative Role, namely how transmissions and interpret social heritage at the rising generation. That is, school as a social institute can influence and construct its schoolgirl behaviour in accordance with various of existing social values in society, in line with education role as a social process, (2) Critical or evaluative Role, namely value school and select various of culture elementary bodies that will endow and partake active participate in socio control and give emphasis at elementary body will think critical and next and inappropriate social values with situation in [the] future eliminated, and performed modification and repair and (3) Creative Role, namely curriculum plays a part in conduct various of creative and constructive activities, in create and is compiling a new matter to the needs of society in time now and [the] future.
Keyword : Curriculum, physical education, woman.
PENDAHULUAN Pada zaman sekarang pendidikan adalah modal utama bagi semua insane baik pria maupun wanita, sebab usaha pendidikan adalah usaha untuk meletakkan dasar pengetahuan kepada peserta didik. Oleh karena itu maka kegiatan pendidikan perlu semakin ditingkatkan mutu dan kualitasnya, serta perlu ditingkatkan sarana dan prasarana utamanya yang berkaitan dengan
pembinaan
keolahragaan
agar
proses
pendidikannya
dapat
berlangsung dengan baik dan lancar. Olahraga merupakan suatu kegiatan jasmani atau kegiatan fisik berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian pelakunya, selain itu olahraga adalah usaha untuk mendorong, membangkitkan, pengembangan dan membina kekuatan jasmani dan rohani. Mengingat begitu sangat pentingnya kegiatan olahraga maka pemerintah memasukkan kegiatan olahraga di sekolah mulai dari Taman Kanak-kanak sampai di Perguruan Tinggi. Olahraga melalui tinjauan antropologis mengungkapkan tentang kelebihan manusia dan menempatkannya sebagai makhluk yang sempurna. Rusli Lautan (1988:4) mengungkapkan di dalam bukunya bahwa “ Gerak manusia terwujud dalam pola atau struktur yang lebih luas. Gerak pada manusia tidak sekedar aktifitas jasmani tanpa sadar, tetapi lebih banyak di dasarkan pada tujuan yang dicapai. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka olahraga dapat dikaji melalui dimensi biologis, psikis dan sosial budaya. Hal ini menjadikan olahraga moderen memiliki wilayah kegiatan yang sangat luas. Perhatian pada olahraga di Indonesia tertuju pada berbagai kegiatan antara lain olahraga kompetitif, olahraga profesional, olahraga rekreatif dan olahraga pendidikan. Melalui uraian tersebut maka kegiatan olahraga merupakan aktivitas fisik untuk meragakan keterampilan gerak dengan tujuan tertentu.
Pendidikan dasar merupakan pondasi untuk pendidikan selanjutnya dan pembangunan nasional. Aset suatu bangsa tidak terletak pada sumber daya alam yang melimpah, tetapi terletak pada sumber daya manusia yang berkualitas. Peningkatan sumber daya manusia Indonesia sebagai kekayaan yang kekal dan investasi untuk mencapai kemajuan bangsa. Di dalam undang-undang No. 2 / 1989 Pasal 3 dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka mewujudkan tujuan Nasional. Peningkatan mutu pendidikan dasar berlaku menyeluruh, termasuk di dalamnya adalah pendidikan jasmani. Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan jasmani. Salah satu faktor yang amat menentukan adalah kemampuan guru. Sebagaimana kita ketahui bahwa jumlah guru pendidikan jasmani di SD sangat terbatas, sehingga pengajaran pendidikan jasmani sebagian besar masih ditangani oleh guru kelas. Kita menyadari bahwa bekal untuk meningkatkan pendidikan jasmani di SD meliputi aspek materi, metode / cara penyajian, sarana dan prasarana serta pengelolaan proses belajar mengajar. Pendidikan
jasmani
sebagai
komponen
pendidikan
secara
keseluruhan telah di sadari oleh banyak kalangan. Namun, dalam pelaksanaannya pengajaran pendidikan jasmani berjalan belum efektif seperti yang diharapkan. Pembelajaran pendidikan jasmani cenderung tradisional. Model pembelajaran pendidikan jasmani tidak harus berpusat pada guru tetapi pada murid. Orientasi pembelajarannya harus disesuaikan dengan perkembangan anak, isi dan urutan materi serta cara penyampaian harus disesuaikan sehingga menarik dan menyenangkan, sasaran pembelajaran ditujukan bukan
hanya
mengembangkan
keterampilan
olahraga,
tetapi
pada
perkembangan pribadi anak seutuhnya. Konsep dasar pendidikan jasmani dan model pengajaran pendidikan jasmani yang efektif perlu dipahami oleh mereka yang hendak mengajar pendidikan jasmani. Menurut Oemar Hamalik (2008:3) kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh murid untuk memperoleh ijazah. Kurikulum yang telah di susun untuk diterapkan kepada murid sebagai perwujudannya diharapkan kelak akan menjadi pion-pion terdepan yang akan menjawab tantangan pendidikan di masa yang akan datang. Sebelum membicarakan tentang pengembangan kurikulum pendidikan jasmani untuk wanita, terlebih dahulu kita perlu memahami apa yang dimaksud dengan kurikulum. Setiap orang, kelompok masyarakat, atau bahkan ahli pendidikan dapat mempunyai penafsiran yang berbeda tentang pengertian kurikulum. Berdasarkan studi yang telah dilakukan oleh banyak ahli, menurut Oemar Hamalik (2008:3) bahwa pengertian kurikulum dapat ditinjau dari dua sisi yang berbeda, yakni menurut pandangan lama dan pandangan baru. Banyak orang yang menganggap kurikulum berkaitan dengan bahan ajar atau buku-buku pelajaran yang harus dimiliki anak didik, sehingga perubahan kurikulum identik dengan perubahan buku pelajaran. Persoalan kurikulum bukan hanya persoalan buku ajar akan tetapi banyak persoalan lainnya termasuk persoalan arah dan tujuan pendidikan, persoalan materi pelajaran, serta persoalan-persoalan lainnya yang terkait dengan hal itu. Istilah kurikulum digunakan pertama kali pada dunia olahraga pada zaman Yunani Kuno yang berasal dari kata curir dan curere. Pada waktu itu kurikulum diartikan sebagai jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari. Orang mengistilahkannya dengan tempat berpacu atau tempat berlari dari mulai start sampai finish.
Murray Print (1993) mengungkapkan bahwa kurikulum meliputi : (1) planned learning experiences; (2) offered within an educational institution/program; (3) represented as a document; and (4) includes experiences resulting from implementing that document. Print memandang bahwa sebuah kurikulum meliputi perencanaan pengalaman belajar, program sebuah lembaga pendidikan yang diwujudkan dalam sebuah dokumen serta hasil dari implementasi dokumen yang telah disusun. Pendapat tersebut sejalan dengan Ali, M (1984) pengertian kurikulum dikategorikan kedalam tiga pengertian, yaitu (1) kurikulum sebagai rencana belajar peserta didik (2) kurikulum sebagai rencana pembelajaran, dan (3) kurikulum sebagai pengalaman belajar yang diperoleh peserta didik. Dari penelusuran konsep, pada dasarnya kurikulum memiliki tiga dimensi pengertian, yakni kurikulum sebagai mata pelajaran, kurikulum sebagai pengalaman
belajar
dan
kurikulum
sebagai
perencanaan
program
pembelajaran. Saylor, Alexander & Lewis (1981) mengartikan kurikulum sebagai sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik, merupakan konsep kurikulum yang sampai saat ini banyak mewarnai teori-teori dan praktik pendidikan. Pengertian lain tentang kurikulum diungkapkan dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan digunakan dalam Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 yang merumuskan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, materi/isi atau bahan pelajaran serta metode cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan. Menurut Wina Sanjaya (2008:9-10) kurikulum dapat diartikan sebagai sebuah dokumen perencanaan yang berisi tentang tujuan yang harus
dicapai, isi materi dan pengalaman belajar yang harus dilakukan siswa, strategi dan cara yang dapat dikembangkan, evaluasi yang dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang pencapaian tujuan, serta implementasi dari dokumen yang dirancang dalam bentuk nyata. Oemar Hamalik (2007:10) mengemukakan bahwa kurikulum adalah program pendidikan yang disediakan oleh lembaga pendidikan (sekolah) bagi siswa. Berdasarkan program tersebut siswa melakukan berbagai kegiatan belajar, sehingga mendorong perkembangan dan pertumbuhannya sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, dengan program kurikuler tersebut, sekolah/lembaga pendidikan menyediakan lingkungan pendidikan bagi siswa untuk berkembang. Pengembangan membutuhkan
kurikulum
pertimbangan
dan
pendidikan
jasmani
untuk
wanita
keputusan
dengan
memperhatikan
beberapa aspek yang mempengaruhinya, yang saling berkaitan satu sama lain dan bahkan ada semacam persaingan untuk lebih dominan di antara satu dengan lainnya. Khusus di sekolah dasar menyangkut dengan materi, menurut Samsudin (2008:119) bahwa materi kelas 1 (satu) sampai kelas 3 (tiga) meliputi kesadaran akan tubuh dan gerakan, kecakapan gerak dasar, gerakan ritmis, permainan, akuatik (olahraga air) bila memungkinkan senam kebugaran
jasmani
dan
pembentukan
sikap
dan
perilaku.
Lanjut
dikemukakan bahwa untuk kelas 4 (empat) sampai kelas 6 (enam) adalah aktivitas pembentukan tubuh, permainan dan modifikasi olahraga, kecakapan hidup di alam bebas, dan kecakapan hidup personal (kebugaran jasmani serta pembentukan sikap dan perilaku). Pada murid umur 6 sampai 9 tahun tersebut wanita cenderung meminati organ kewanitaannya dan menjadi sangat tertarik pada orang tua yang berjenis kelamin berlawanan, pada akhir stadium ini anak wanita akan
mendekati ibunya kembali dan mengidentifikasikan dirinya dengan ibunya. Bila dalam fase ini berkembang dengan baik, maka akan tumbuh inisiatifnya dengan baik pula. Sedangkan pada umur 9 sampai dengan umur 13 tahun tersebut memasuki tahap laten, saat ini aktifitas seksual nampak seakanakan menghilang. Anak lebih suka melakukan aktivitas-aktivitas lain yang tidak bersifat seks (proses sosialisasi), misalnya bermain. Pada stadium ini sekolah merupakan pengalaman yang penting bagi anak, anak mulai melepaskan diri dengan orang tua dan mendekat pada gurunya. Disini guru merupakan figur identifikasinya, anak wanita bersaing menghasilkan sesuatu dan ingin mendapat pengakuan dari hasil jerih payahnya. Bila keadaan tidak berkembang dengan semestinya maka akan timbul rasa rendah diri. Masa anak sekolah (Childschool period) usia 6 sampai dengan 12 tahun pada masa ini pertumbuhan badan akan sangat cepat. Dalam hal pertumbuhan badan, perlu kita ingat kaidah umum yang menyatakan bahwa anak-anak akan tumbuh menurut ukuran tinggi badannya lebih dahulu, baru diikuti pertumbuhan melebarnya ; dan tidak ada jenis latihan yang akan dapat mempengaruhi tinggi badan mereka. Otot-otot yang besar akan tumbuh lebih dahulu dari pada otot-otot yang kecil. Pada akhir masa ini mulai terlihat perbedaan perkembangan fisik dan fisiologik anak wanita dan pria. Selain adanya perbedaan pada sistim reproduksinya, secara anatomik dan fisiologik wanita juga berbeda dari pria dalam beberapa hal lainnya. Pada umumnya, wanita mempunyai ukuran tulang yang lebih kecil dan tentu saja ukuran luas permukaan sendi yang lebih kecil pula. Pria mempunyai tungkai yang lebih panjang, sebesar 56% dari tinggi badan dibandingkan 51% pada wanita. Struktur tulang yang lebih berat, lebih besar dan lebih kasar memberikan keuntungan struktural, maupun mekanikal dalam aktifitas cabang olahraga tertentu.
Tulang pria yang lebih panjang berfungsi sebagai pengumpil (lever) yang lebih panjang pula, sehingga akan memberikan kekuatan yang lebih besar pada olahraga yang memerlukan pukulan, hantaman atau tendangan. Wanita mempunyai bahu yang lebih sempit, namun pinggulnya lebih lebar dan lebih miring, sedangkan lututnya lebih menekuk ke dalam (valgus). Oleh karena pinggul wanita lebih lebar dan tungkai yang lebih pendek, wanita mempunyai titik berat badan (center of gravity) yang sedikit lebih rendah, yaitu 56,1% dari tinggi badan total, dibandingkan 56,7% pada pria. Hal ini memberi keuntungan bagi wanita dalam cabang olahraga yang memerlukan keseimbangan. Antara wanita dan pria juga terdapat perbedaan dalam kebugaran jasmaninya, yang antara lain meliputi unsur-unsur : No
Unsur Fisik
1
Daya tahan (Endurance)
2
Kekuatan otot (Muscle strength)
3
Kecepatan (Speed)
4
Ketangkasan (agility)
5
Kelenturan (Flexibility)
6
Keseimbangan (Balance)
7
Kecepatan reaksi (Reaction time)
Perbedaan Sampai pada usia pubertas tidak terdapat perbedaan daya tahan kardiovaskuler wanita dan pria. Setelah usia tersebut nilai pada wanita lebih rendah 15 - 25% daripada pria. Perbedaan kekuatan belum terdapat pada masa anakanak dan baru terjadi mulai masa pubertas. Berbagai penilaian menunjukkan bahwa kekuatan otot rata-rata pada wanita dewasa adalah 2/3 (60 – 70%) daripada pria dewasa. Rekor olahraga dalam lari dan renang memperlihatkan bahwa wanita mempunyai kecepatan 85% dari pria. Perbedaan ini mungkin akibat perbedaan kekuatan otot yang mempengaruhi gerak melawan tahanan. Anak pria memperlihatkan ketangkasan sedikit lebih baik dari pada wanita, sebelum mereka mencapai usia pubertas. Setelah usia pubertas, perbedaan tampak lebih menyolok. Pada umumnya wanita mempunyai keunggulan dalam hal kelenturan dibandingkan dengan pria. Keseimbangan wanita lebih baik daripada pria, oleh karena titik berat badan wanita yang lebih sedikit rendah daripada wanita. Pria mempunyai waktu reaksi lebih baik daripada wanita.
Pengembangan kurikulum pendidikan jasmani memiliki beberapa landasan, menurut Rusli Lutan, dkk. (2002:17) bahwa landasan ilmiah yang diperoleh dari hasil penelitian, disamping landasan sosial, berkenaan dengan pandangan, bagaimana hasil belajar dalam pendidikan jasmani dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat meliputi pembekalan sifat kepribadian sebagai
warga
masyarakat
baik,
transformasi
nilai,
dan
penyiapan
vokasional. Bagaimana bentuk kurikulum pendidikan jasmani untuk wanita yang paling ideal, sungguh sukar untuk dijawab. Sebab, pada akhirnya, kurikulum pendidikan jasmani untuk wanita itu merupakan buah hasil kesepakatan antara berbagai pihak, meliputi para pembuat kebijakan, ilmuan di bidang olahraga, dan para praktisi di lapangan, seperti guru, pelatih, dan pembina olahraga pada umumnya. Pemahaman terhadap model ini sangat penting agar pihak-pihak pengelola kurikulum, terutama di tingkat sekolah, dapat bekerja sama dalam pengembangan dan implementasinya. Menurut
Crum
dalam
bukunya
Rusli
Lutan
dkk.
(2002:57)
mengemukakan bahwa, model kurikulum pendidikan jasmani ada 5 (lima) yakni; (1) model kurikulum yang berorientasi pada pelatihan fisik-biologis, (2) model kurikulum yang berorientasi pada pendidikan; pendidikan melalui gerak, (3) model kurikulum yang berorientasi pada pendidikan gerak, (4) model kurikulum sosialisasi dan pelestarian cabang dan kultur olahraga, dan (5) model kurikulum kritik-konstruktif. Sedangkan menurut Rusly Ahmad (1989:124) mengemukakan 7 (tujuh) model kurikulum pendidikan jasmani yakni, (1) model pendidikan perkembangan, (2) model pendidikan jasmani humanistik, (3) model fitnes, (4) model pendidikan gerak, (5) model studi kinesiologi, (6) model pendidikan permainan, dan (7) model purpose process curriculum frmework dari Jewett dan Bain
Akan tetapi, untuk jenjang sekolah dasar sangat cocok diterapkan model pendidikan gerak dan model pendidikan melalui gerak. Sesuai dengan taraf pertumbuhan dan perkembangannya, maka pengenalan cabang olahraga untuk siswa SD, khususnya ketika menginjak usia kelas 5 dan 6 yakni berupa modifikasi cabang olahraga. PENUTUP Berdasarkan dengan uraian di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan yang
dapat
menjadi
rekomendasi
dalam
pengembangan
kurikulum
pendidikan jasmani di sekolah dasar kedepan bahwa sudah harus lebih memperhatikan, pengembangannya
mempertimbangkan berorientasi
atau
kepada
lebih
pendekatan
memprioritaskan perbedaan
jenis
kelamin, karakteristik pertumbuhan dan perkembangannya masing-masing, serta model dan metode pembelajarannya. Sesuai
dengan
kesimpulan
tersebut,
disarankan
agar
dalam
penyusunan dan penentuan kurikulum pendidikan jasmani khususnya di sekolah dasar, haruslah senantiasa melibatkan berbagai pihak yang berkompoten
seperti ahli olahraga,
ahli
kurikulum,
psikolog,
dokter
kesehatan, serta ahli-ahli yang berkaitan langsung dengan ilmunya, agar nantinya kurikulum yang dihasilkan benar-benar sesuai dengan objek yakni murid SD yang berumur antara 6 sampai 13 tahun. Sehingga dengan sendirinya akan membantu melahirkan sumber daya manusia yang dari usia tersebut siap untuk mengawal pembangunan negeri ini sampai mencapai tujuan yang telah ditentukan. Daftar Pustaka Ahmad, Rusly. 1989. Perencanaan dan Desain Kurikulum dalam Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdikbud. Ali, M. 1984. Pengembangan Kurikulum. Bandung: Sinar Baru.
Dakir. 2004. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Gagne, Robert M. 1988. Prinsip-Prinsip Belajar Untuk Pengajaran (Essential of Learning for Intstruction) Alih bahasa Abdillah Hanafi dan Abdul Manan. Surabaya: Usaha Nasional. Hamalik, Oemar. 2008. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. -----------------------. 1990. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. -----------------------. 2007. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Lutan, Rusli., dkk. 2002. Supervisi Pendidikan Jasmani (Konsep dan Praktik). Jakarta: Depdiknas. McNeil, John D. 1990. Curriculum a Comprehensive Introduction, Fourth Edition, London, England, Foresman/Littlem Brown Higher Education. A Division & Illionois. Munir, M.IT. 2008. Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Alfabeta. Nasution, S. 1995. Didaktik Asas-Asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Print, Murray. 1993. Curriculum Development and Design. Sydney: Allen and Unwin. Lutan, Rusli., dkk. 2002. Supervisi Pendidikan Jasmani, Konsep dan Praktik. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Sagala, Syaiful. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Samsudin. 2008. Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan SD/MI. Jakarta: Litera Prenada Media Group.
dan
Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran (Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Saylor, J.G., Alexander, W.M., dan A.J. Lewis. 1981. Curriculum Planning for Better Teaching and Learning. New York: Holt Renehart and Winston. Sriyono, dkk. 1992. Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Suryosubroto, B. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineka Cipta. ----------, 1993. Metodik Khusus Pengajaran Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdikbud. Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.