TINGKAT KESEGARAN JASMANI SISWA SMP KOTA MAKASSAR SULAWESI SELATAN (Analisis kontribusi terhadap hasil belajar melalui Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)
Imam Suyudi Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Makassar
ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar nilai kontribusi tingkat kesegaran jasmani siswa SMP Kota Makassar terhadap hasil belajar melalui kurikulum tingkat satuan pendidikan. Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif korelasional. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Kota Makassar Sulawesi Selatan dengan jumlah sampel penelitian 120 orang siswa yang dipilih secara simple random sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis korelasi dan regresi dengan program komputer SPSS versi 16.00. Bertolak dari hasil analisis data, maka penelitian ini menyimpulkan bahwa: (1) Nilai kontribusi antara tingkat kesegaran jasmani siswa SMP Kota Makassar terhadap hasil belajar melalui kurikulum tingkat satuan pendidikan, sebesar r hitung (rho) = 0.604 (P < 0,05), dengan determinasinya sebesar 0.3648, artinya 36.48% tingkat kebugaran jasmani menentukan nilai
hasil belajar siswa SMP Kota Makassar Sulawesi Selatan.
Keypoints : Tingkat, Kesegaran Jasmani, dan hasil belajar.
PENDAHULUAN Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah pengembangan kurikulum yang bertitik tolak kebutuhan setiap satuan pendidikan sebagai pengguna kurikulum. KTSP memungkinkan setiap daerah atau satuan pendidikan
untuk
mengembangkan
dan
menyusun
silabus
sendiri
berdasarkan kondisi satuan pendidikan atau daerah masing-masing dengan memperhatikan letak georafis, mutu pendidikan di daerah tersebut, peralatan pendidikan, perbedaan sumber daya dan pola pikir. KTSP yang di dalamnya terdapat silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) setiap mata pelajaran harus tetap mengacu pada standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditentukan secara nasional oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Pendidikan jasmani adalah bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan. Dalam proses pembelajaran, pendidikan jasmani didesain
untuk
meningkatkan
kesegaran
jasmani,
mengembangkan
keterampilan motorik, pengetahuan dan prilaku hidup aktif, dan sikap sportif melalui kegiatan jasmani. Lingkungan belajar diatur secara seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah yang meliputi; jasmani, psikomotorik, kognitif, dan afektif. Pendidikan jasmani juga mengembangkan aspek kesehatan, keterampilan berpikir kritis, stabilitas emosional, keterampilan sosial, penalaran dan tindakan moral melalui
aktivitas jasmani serta pembiasaan pola hidup sehat yang dapat merangsang pertumbuhan dan perkembangan fisik yang seimbang. Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani, guru diharapkan mengajarkan berbagai keterampilan gerak dasar, teknik, dan strategi permainan berbagai cabang olahraga, internalisasi nilai-nilai (sportivitas, jujur, dan kerjasama) dan pembiasaan pola hidup sehat. Disadari bahwa untuk mencapai tingkat kesegaran jasmani yang lebih baik dibutuhkan aktivitas olahraga secara teratur dan berkesinambungan termasuk pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah. Pembelajaran pendidikan jasmani akan memberikan dampak positif terhadap respon-respon muscular atau perototan siswa yang diekpresikan melalui kemampuan
teknik
gerakan
olahraga
sehingga
akan
meningkatkan
kemampuan kardiovaskuler. Agar pembelajaran pendidikan jasmani lebih bermakna dan efektif dapat meningkatkan kesegaran jasmani siswa, maka pembelajaran harus berpedoman pada teori-teori serta prinsip-prinsip pembelajaran yang sistematis dan metodis. Guru senantiasa dituntut untuk mengembangkan kreativitas dengan persiapan mengajar yang mantap dengan menyusun silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan kondisi sekolah seperti keadaan sarana prasarana dan sumber daya lainnya yang menunjang pembelajaran pendidikan jasmani. Dalam silabus dan RPP
tersebut, pembelajaran disusun secara sistematis dengan alokasi waktu yang diatur oleh guru. Persiapan-persiapan
mengajar
yang
dilakukan
guru
sebelum
pembelajaran pendidikan jasmani dilaksanakan merupakan langkah yang ditempuh agar waktu yang tersedia dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien untuk merangsang reaksi-rekasi motorik siswa selama pembelajaran berlangsung. Hal ini penting karena tingkat kesegaran jasmani siswa diharapkan dapat dicapai setelah pencapaian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada setiap kompetensi dasar setelah mengikuti pembelajaran. KTSP dianjurkan untuk dikembangkan sesuai keadaan dan kondisi daerah, satuan pendidikan (sekolah) dan peserta didik. KTSP pendidikan jasmani terdiri dari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dilulusi siswa sesuai dengan KKM yang telah ditentukan oleh guru berdasarkan hasil analisis kompetensi dasar dan indikator-indikator yang menunjang kompetensi dasar. KTSP menghendaki bahwa hasil belajar setiap siswa harus mencapai KKM sehingga kurikulum ini dilengkapi dengan program remedial dan pengayaan. Siswa yang tidak mencapai KKM diberikan remedial, sedangkan siswa yang telah mencapai KKM diberikan pengayaan. Standar isi kurikulum untuk mata pelajaran pendidikan jasmani, secara khusus di dalamnya tercantum standar kompetensi dan kompetensi dasar
tentang aktivitas pengembangan untuk meningkatkan dan memelihara kesegaran jasmani. Standar kompetensi ini tendiri dari kompetensi dasar; (1) melakukan berbagai latihan fisik untuk meningkatkan dan memelihara kebugaran jasmani; (2) melakukan tes dan pengukuran kesegaran jasmani; dan (3) mengolah dan menginterpretasikan hasil tes dan pengukuran kebugaran jasmani. Standar kompetensi lainnya mencakup permainan dan olahraga, aktivitas senam, aktivitas ritmik, akuatik, dan outdoor education. Standar kompetensi dan kompetensi dasar tersebut diwajibkan bagi siswa untuk mencapai KKM, sehingga sangat memungkinkan ketercapaian tujuan pembelajaran yaitu adanya peningkatan kesegaran jasmani siswa. Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah : (1). Seberapa besar kontribusi tingkat kesegaran jasmani siswa SMP Kota Makassar terhadap hasil belajar dalam pelaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan. Apabila hasil yang dicapai dalam penelitian ini cukup terandalkan, maka kegunaan yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini sebagai berikut: (1). Merupakan sumbangan informasi yang berarti kepada penentu kebijakan tentang pelaksanaan pendidikan jasmani pada tingkat SMP terutama dalam menyesuaikan KTSP dengan kondisi daerah. (2). Berguna bagi guru pendidikan jasmani dalam mengembangkan indikator-indikator pada setiap
kompetensi dasar dalam standar isi kurikulum pendidikan jasmani agar tingkat kesegaran jasmani siswa dapat meningkat secara efektif. (3). Dapat dijadikan
pedoman
untuk
melakukan
perbaikan-perbaikan
dalam
pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah. (4). Berguna bagi guru pendidikan jasmani dalam mengikuti perkembangan dan perubahan di bidang pendidikan dan kurikulum terutama KTSP yang saat ini telah diberlakukan. (5). Menjadi bahan pertimbangan bagi kepala sekolah agar aktif mengutus guru pendidikan jasmani untuk mengikuti diklat baik yang dilaksanakan dinas pendidikan kota, tingkat propinsi maupun pada Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan agar KTSP dapat lebih dipahami. (6). Dapat menjadi bahan acuan bagi penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih besar sehingga implementasi pelaksanaan KTSP pendidikan jasmani dapat diketahui secara lebih akurat. Bertolak dari manfaat penelitian yang merupakan manifestasi dari rumusan masalah yang telah dirumuskan, maka ada beberapa hal yang dapat dijadikan rencana kebijakan untuk mendukung dalam hal peningkatan kesegaran jasmani siswa, yakni : (1). Meningkatkan kualitas guru pendidikan jasmani melalui berbagai macam kegiatan, seperti : workshop, seminar, Sport Day atau hari olahraga setiap Minggunya. (3). Menggalakkan kegiatankegiatan olahraga disekolah melalui kegiatan ekstrakurikuler. (4). Menambah tempat - tempat untuk kawasan berolahraga dengan memanfaatkan taman -
taman kota. (5). Menyediakan sarana dan fasilitas berolahraga untuk masyarakat umum secara gratis, seperti pemanfaatan mal – mal atau pusatpusat perbelanjaan menjadi wisata belanja sekaligus berolahraga.
TINAJAUAN PUSTAKA 1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Kurikulum tingkat satuan pendidikan sebagai perwujudan dari kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dan komite sekolah di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan Kabupaten/Kota untuk
pendidikan
dasar
dan
provinsi
untuk
pendidikan
menengah
berpedoman pada Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan serta panduan penyusunan kurikulum yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Penyusunan KTSP khusus dikoordinasi dan disupervisi oleh dinas pendidikan provinsi, dan berpedoman pada standar isi dan standar kompetensi lulusan serta panduan penyusunan kurikulum yang disusun oleh BSNP. KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip; (1) berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya;
(2)
beragam
dan
terpadu;
(3)
tanggap
terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni; (4) relevan dengan kebutuhan kehidupan; (5) menyeluruh dan berkesinambungan; (6) belajar
sepanjang hayat; dan (7) seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah. Wuest dan Lombardo (1995) dalam Nugruho dan Sundawan (2003: 2)
menyatakan
bahwa
“beberapa
model
pendekatan
yang
sering
dipergunakan dalam penyusunan kurikulum adalah; (1) kurikulum berbasis aktivitas; (2) kurikulum berbasis konsep; dan (3) kurikulum berbasis kompetensi.” Penggunaan KTSP menuntut siswa untuk memenuhi standar kompetensi melalui penguasaan kompetensi dasar. Implikasi dari KTSP adalah muatan kurikulum dikembangkan secara bertahap mulai dari visi dan misi sekolah, muatan kurikulum, silabus dan RPP. Silabus dan RPP dijabarkan dari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan oleh BSNP. Standar kompetensi dan kompetensi dasar tersebut diuraikan menjadi indikator yang dilengkapi dengan materi pokok, penetapan alokasi waktu dan sumber referensi yang digunakan untuk setiap materi pembelajaran. Dalam kurikulum pendidikan jasmani menurut Nugruho dan Sundawan (2003: 6) harus mencakup materi; (1) kesadaran akan tubuh dan gerakan, keterampilan motorik dasar; (2) kebugaran jasmani, aktivitas jasmani, seperti permainan, gerakan ritmik, aquatik (bila memungkinkan), dan senam; (3) aktivitas pengkondisian tubuh, modifikasi permainan dan olahraga; (4) olahraga perorangan, berpasangan, dan tim; (5) keterampilan hidup mandiri di alam terbuka; dan (6) gaya hidup aktif dan sikap sportif.
McAshan dalam Mulyasa (2003: 45) menyatakan bahwa “kompetensi dasar diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan prilaku-prilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya.” Standar isi kurikulum pendidikan jasmani yang disyaratkan dalam KTSP menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan kompetensi dasar dengan standar performance tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh siswa. Kurikulum ini mencakup sejumlah kompetensi yang dinyatakan sedemikian rupa sehingga pencapaiannya dapat diamati dalam bentuk prilaku atau keterampilan gerak sebagai kriteria keberhasilan. Kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh kemampuan sekolah dalam mengelola proses pembelajaran, terutama proses pembelajaran dalam kelompok kelas. “Guru perlu diberi otonomi dan diharapkan mampu menyiapkan silabus, memilih strategi pembelajaran, dan penilaiannya sesuai dengan kondisi dan potensi siswa dan lingkungan masing-masing” (Mardapi, 2003: 9). KTSP adalah pengembangan konsep belajar tuntas (mastery learning) dan belajar sebagai penguasaan (learning for mastery). KTSP menghendaki penilaian berbasis kompetensi dasar yang berdasarkan pada acuan kriteria. Pembelajaran menekankan pada kegiatan individu untuk menguasai kompetensi dasar yang dipersyaratkan. Peserta didik dapat dinilai
kompetensinya
kapan
saja
apabila
mereka
telah
siap
dan
dalam
pembelajaran siswa dapat maju sesuai dengan kecepatan dan kemampuan masing-masing.
2. Pelaksanaan pendidikan jasmani di SMP Proses pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah diutamakan pada penguasaan teknik gerakan dasar dan perkembangan motorik siswa dari waktu ke waktu. Penyajian materi ajar harus memperhatikan perbedaan individu/heterogenitas siswa, baik horizontal (perbedaan dalam kelas itu sendiri) maupun vertikal (perbedaan tingkat kelas ataupun jenjang sekolah). Hal tersebut dimaksudkan agar siswa dapat mengikuti kegiatan yang berupa gerakan-gerakan teknik dasar olahraga karena sesuai dengan keterbatasan kemampuannya dan perkembangan motoriknya. Dalam proses pengajaran olahraga di sekolah, setiap bagian teknik gerakan diajarkan secara bertahap mulai dari yang sederhana sampai pada teknik dasar olahraga yang kompleks. Semua petunjuk metode pengajaran yang digunakan tidak lepas dari bagaimana membantu siswa untuk mencapai tujuan pendidikan jasmani di sekolah. Metode mengajar yang digunakan perlu bervariasi untuk menarik perhatian siswa sepenuhnya. Faktor-faktor yang dapat mengalihkan perhatian pada saat pelajaran pendidikan jasmani menurut Bailey (2001: 80) adalah; “(1) Speaking; (2) Handling equepment; (3)
Being distracted by events elsewhere in the area; (4) Excitement caused by previous or corning activity.” Dalam proses pembelajaran, posisi guru memiliki struktur yang lebih moderat. “Guru biasanya membuat keseimbangan dan keserasian antara peranan guru dan peranan siswa”(Husdarta dan Yudha, 2000: 37). Aktivitas pembelajaran yang paling menonjol ada pada siswa. Guru cenderung berperan sebagai fasilitator dan motivator agar siswa mau belajar. “Mengajar adalah adanya upaya guru dalam memberi rangsangan, bimbingan, pengarahan,
dan
dorongan
kepada
siswa
agar
terjadi
proses
belajar”(Husdarta dan Yudha, 2000: 3). Guru yang efektif dalam pelaksanaan pendidikan jasmani di sekolah adalah: Guru yang menemukan cara, dan selalu berusaha agar anak didiknya terlibat secara tepat dalam suatu mata pelajaran, dengan persentase waktu belajar akademis yang tinggi, dan pelajaran berjalan tanpa menggunakan teknik yang memaksa, negatif, atau hukuman (Soemosasmito,1988: 199). Kelas yang diatur secara formal, tetapi tidak melibatkan siswa sebagai subyek sekaligus obyek dalam pengajaran, dianggap sebagai pengajaran yang tidak efektif. Ada lima variabel yang memperlihatkan keajegan hubungan belajar dengan pencapaian kompetensi dasar yaitu “(1) kejelasan dalam penyampaian, (2) kegairahan mengajar, (3) ragam kegiatan, (4) prilaku siswa dalam melaksanakan tugas dan kecekatannya, dan (5) kandungan bahan pelajaran yang dapat diliput oleh siswa”(Rosenshine dan Frust dalam
Soemosasmito, 1988: 121). Banyak elemen dari instruksi yang efektif juga terdapat pada penjelasan seperti yang berhubungan dengan pemahaman, kejelasan, dan ringkasnya suatu penjelasan. Perrott, 1982 (dalam Bailey, 2001: 82) memberi tiga elemen utama yang dapat mempengaruhi keefektifan penjelasan, yaitu; “(1) continuity; (2) simplicity; (3) explicitness.” Kemampuan dalam memberikan demonstrasi yang jelas dan cocok adalah keahlian yang mendasar dalam pelajaran pendidikan jasmani. Siswa memerlukan
informasi
visual
dalam
pembelajaran
terutama
untuk
mengetahui model gerakan yang dipelajari. Pembelajaran pendidikan jasmani melibatkan sejumlah presentasi informasi visual-pola, bentuk, arah sudut, kecepatan, gerakan, dan lain-lain sehingga penggunaan demonstrasi yang efektif bersamaan dengan penjelasan menjadi sangat penting. Prinsip dasar keterlibatan guru dan siswa dalam pelaksanaan pendidikan jasmani di sekolah yaitu: (1) Bahwa pengajar mengusahakan semaksimal mungkin sejumlah proporsi dan tipe kesempatan belajar. (2) Bahwa kita belajar dengan baik melalui pemusatan perhatian pada latihan gerak dan pengetahuan, atau dengan keterampilan psikomotor yang menggunakan pengalaman nyata; atau (3) Dengan mengamati pihak lain menampilkan keterampilannya; dan (4) Kerugian yang diperoleh, apabila latihan keterampilan pada tingkat kesukaran yang mengakibatkan tingkat kegagalan yang tinggi, yang melebihi 10 persen (Soemosasmito, 1988: 146). Pengajaran
pendidikan
jasmani
yang
efektif
berarti
susunan
pengajaran yang memaksimalkan jumlah waktu dalam latihan bagi setiap
siswa pada tingkat tertentu, adanya keyakinan terwujudnya perkembangan yang berkelanjutan dari keterampilan yang sesuai, serta jumlah kegagalan yang minimal.
3. Kesegaran jasmani Menurut Sajoto (1988: 43) bahwa “kesegaran jasmani adalah kemampuan seseorang menyelesaikan tugas sehari-hari dengan tanpa mengalami kelelahan berarti, dengan pengeluaran energi yang cukup besar, guna memenuhi kebutuhan geraknya dan menikmati waktu luang serta untuk memenuhi keperluan darurat bila sewaktu-waktu diperlukan.” Menurut Sajoto (1988: 43) bahwa untuk mengetahui tingkat kesegaran jasmani seseorang, maka yang perlu diukur adalah hal-hal yang menyangkut: (1). Kesegaran cardiovascular (cardiovascular fitness). (2). Kesegaran kekuatan otot (strenght fitness). (3) Kesegaran keseimbangan tubuh (body composition/body weight fitness). (4). Kesegaran kelentukan (flexibility fitness). Menurut Cureton yang dikemukakan oleh Adams (1991: 231) mengidentifikasikan tiga komponen kesegaran jasmani yaitu; “(1) physique; (2) organic efficiency, and (3) motor fitness.” Physique mencakup keseimbangan antara tinggi badan dan berat badan. Organic efficiency mencakup cardiovaskular endurance dan cardiorespiratory endurance. Motor
fitness mencakup “agility, power, muscular strength, muscular endurance, flexibility, speed , balance”(Adams, 1991: 232). Untuk mengetahui komponen lain, maka yang perlu diukur adalah komponen motor fitness (Sajoto, 1988: 43-44) yang terdiri dari; (1) koordinasi (coordination); (2) keseimbangan (balance); (3) kecepatan (speed); (4) kelincahan (agility); dan (5) daya ledak (power). “Kesegaran kardiovaskular adalah keadaan di mana jantung seseorang mampu bekerja dengan mengatasi beban berat selama suatu kerja tertentu, yang sering pula disebut kesegaran aerobik” (Sajoto, 1988: 44). Kesegaran aerobik sebenarnya melibatkan organ-organ lain seperti paru-paru dan peredaran darah yaitu jumlah kerja maksimal yang dapat dilakukan seseorang secara terus menerus dengan melibatkan kelompok otot besar seperti otot-otot kaki, lengan dan lainnya, serta tergantung pada kemampuan menggunakan oksigen secara efisien. Kesegaran jasmani seperti ini disebut daya tahan sirkulatorirespiratori
(circulatory-respiratory
endurance),
atau
cardiovascular
endurance.
Circulatory adalah hal yang berhubungan dengan peredaran
darah, respiratory dengan pernapasan dan cardio atau cardiac berarti jantung. Kesegaran kardiovaskular dapat ditentukan dengan VO 2Max yaitu daya aerobik maksimal atau “maximal oxygen uptake”(Pyke, 1980: 46). “The maximal oxygen uptake (VO2Max) of athlete is a factor closely associated
with potential for endurance event”(Pyke, 1980: 47). Makin besar kapasitas aerobik, makin besar pula kemampuan untuk menahan beban kerja dalam waktu yang lama dan akan lebih cepat pula pulih kesegarannya. Volume oksigen maksimal merupakan salah satu faktor penting untuk menunjang prestasi atlet, terutama pada atlet dari cabang olahraga yang banyak memerlukan daya tahan. Menurut Sajoto (1988: 44) bahwa “melalui latihan teratur, denyut jantung saat istirahat menjadi lebih lambat dan rata-rata mereka yang berlatih dengan teratur, denyut jantungnya menjadi 50 – 60 kali setiap menit.” Hal ini mempunyai dampak positif, di mana mereka akan mampu melakukan kerja yang lebih berat lagi. Latihan untuk meningkatkan kesegaran kardiovaskular adalah latihan pada tingkat aerobik, artinya suplai O2 masih cukup untuk meladeni intensitas latihan yang dilakukan. Salah satu faktor yang turut menentukan pencapaian kapasitas aerobik maksimal adalah kemampuan transportasi oksigen ke dalam otot untuk digunakan meresintesa ATP yang diperlukan dalam kerja. “Muscular contraction can only proceed via the breakdown of adenosin triphosphate (ATP), which is an energy rich molecule in short supply in the human body”(Adams, 1991:81). Latihan-latihan untuk mengembangkan kesegaran kardiovaskular adalah latihan-latihan yang berlangsung untuk waktu yang lama, misalnya lari
jarak jauh, renang jarak jauh, cross-country, fartlek, interval training, atau bentuk latihan yang dapat memaksa tubuh untuk bekerja dalam waktu yang lama (lebih dari enam menit). “The runners VO2 max increased dramatically with the initiation of training at 40 km per week and continued to improve when their training was increased to 80 km per week”(Wilmore, et al., 1988: 147). Sistem latihan yang populer dan dapat menjamin peningkatan kesegaran kardiovarkular (VO2Max) yaitu fartlek dan interval training. Jika siswa memiliki tingkat kesegaran jasmani yang baik, maka siswa tersebut akan memiliki tingkat daya tahan konsentrasi yang lama, dan kompetensi-kompetensi dasar mata pelajaran yang tercantum dalam standar isi yang disyaratkan dalam KTSP pada setiap tingkat satuan pendidikan SMP mampu dilulusi siswa, dalam hal ini siswa telah mencapai atau melampaui KKM yang telah ditentukan oleh guru, berarti siswa telah memiliki berbagai kompetensi sesuai kompetensi dasar dalam kurikulum sehingga hasil belajar akan lebih baik.
METODE PENELITIAN Variabel-variabel yang terlibat terdiri variabel bebas yaitu tingkat kesegaran jasmani siswa. Variabel terikat yaitu pelaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan berupa hasil belajar. Penelitian ini adalah jenis penelitian ex post facto dengan menggunakan analisis statistik deskriptif dan analisis statistik parametrik
untuk mengetahui gambaran tingkat kesegaran jasmani siswa, serta kontribusinya terhadap pelaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan berupa hasil belajar. Penelitian ini dilaksanakan di Kota Makassar Sulawesi Selatan. Penelitian dilaksanakan pada SMP yang berada di Kota Makassar dengan memilih satu SMP mewakili masing-masing wilayah yakni ; barat, timur, selatan, dan utara. Sehingga populasi penelitian adalah siswa SMP Kota Makassar. Jumlah siswa SMP yang dipilih untuk dijadikan sampel sebanyak 30 orang siswa untuk masing-masing wilayah sekolah. Teknik penentuan sampel adalah simple random sampling pada siswa yang menjadi subyek belajar pada SMP tersebut. Siswa yang dipilih adalah refresentatif dapat mewakili siswa SMP dalam wilayahnya. Sehingga jumlah keseluruhan sampel sebanyak 120 orang siswa. Data yang perlu dikumpulkan adalah data pelaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan dalam pembelajaran melalui angket dan data tes kesegaran jasmani siswa melalui tes lari 50/60 meter, tes pull up 60 detik, sit up 60 detik, lompat tegak (vertical jump), dan lari 800/1000 meter. Hasil penelitian ini akan diuji berdasarkan data empirik yang diperoleh dilapangan. Data yang terkumpul tersebut selanjutnya akan di analisis dengan menggunakan teknik statistik yang sesuai jenis statistik yang
digunakan dalam penelitian ini, yaitu meliputi statistik deskriptif untuk mendapatkan gambaran umum data penelitian seperti nilai rata-rata, standar deviasi, varians, data maksimal, dan data minimal. Statistik inferensial untuk menguji hipotesis penelitian yaitu dengan menggunakan teknik korelasi Pearson product moment. Juga dilakukan pengujian persyaratan analisis yaitu uji normalitas data dengan menggunakan Kolmogorov Smirnov. Seluruh rangkaian analisis data statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan program pengolahan data penelitian yang sudah paten yaitu program komputer SPSS Versi 16.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bagian ini akan dikemukakan penyajian hasil analisis data dan pembahasan. Penyajian hasil analisis data meliputi analisis statistik deskriptif dan inferensial. Kemudian dilakukan pembahasan hasil analisis dan kaitannya dengan teori yang mendasari penelitian ini untuk memberi interepretasi dari hasil analisis data. A. Penyajian Hasil Analisis Data Data empiris yang diperoleh di lapangan melalui hasil tes dan pengukuran yang terdiri atas : Tingkat Kesegaran Jasmani siswa SMP Kota Makassar dan Hasil belajar dengan melalui pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), selanjutnya akan dianalisis dengan teknik statistik deskriptif dan statistik inferensial.
Statistik deskriptif dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran umum data
penelitian
setiap
variabel.
Sedangkan
statistik
inferensial
dimaksudkan untuk menguji hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini. Namun sebelum dilakukan analisis untuk menguji hipotesis dilakukan
dilakukan
pengujian
persyaratan
analisis
dengan
uji
normalitas data. 1. Analisis deskriptif Analisis
data
deskriptif
dimaksudkan
untuk
mendapatkan
gambaran umum data penelitian. Analisis deskriptif dilakukan terhadap data Tingkat Kesegaran Jasmani siswa SMP Kota Makassar dan Hasil belajar dengan melalui pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Analisis deskriptif meliputi; total nilai, rata-rata, standar deviasi, varians, maksimal dan minimum. Dari nilai-nilai statistik ini diharapkan dapat memberi gambaran umum tentang keadaan data Tingkat Kesegaran Jasmani siswa SMP Kota Makassar dan Hasil belajar dengan melalui pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Data Tingkat Kesegaran Jasmani siswa SMP Kota Makassar di peroleh melalui tes sit up 60 detik, pull up 60 detik, loncat tegak, lari 50 / 60 meter, dan lari 800 / 1000 meter, sedangkan untuk nilai hasil belajar melalui pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di peroleh melalui nilai rapor semester genap tahun ajaran
2009/2010. Keseluruhan variabel tersebut di atas mengacu pada tes pengukuran yang telah baku. Hasil analisis deskriptif setiap variabel penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Hasil analisis deskriptif Tingkat Kesegaran Jasmani siswa SMP Kota Makassar dan Hasil belajar dengan melalui pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). RATA2 RAPOR
KESEGARAN JASMANI
Valid
120
120
Missing
0
0
Mean
78.6900
19.1500
Std. Error of Mean
.47242
.32981
Median
79.0500
19.0000
N
a
Mode
75.00
18.00
Std. Deviation
5.17509
3.61289
Variance
26.782
13.053
Range
26.50
17.00
Minimum
62.00
8.00
Maximum
88.50
25.00
Sum
9442.80
2298.00
Dari tabel 1 di atas yang merupakan gambaran data Tingkat Kesegaran Jasmani siswa SMP Kota Makassar dan Hasil belajar dengan melalui pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dapat dikemukakan sebagai berikut : 1. Tingkat kesegaran jasmani siswa SMP Kota Makassar, diperoleh total nilai 2298.00, rata-rata 19.1500, standar deviasi 3.61289 data minimal 8.00, data maksimal 25.00 rentang 17.00.
2. Nilai rata-rata rapor semester genap, diperoleh total nilai 9442.80, rata-rata 78.6900, standar deviasi 5.17509, data minimal 62.00, data maksimal 88.50, rentang 26.50. Hasil analisis data deskriptif tersebut di atas baru merupakan gambaran umum Tingkat Kesegaran Jasmani siswa SMP Kota Makassar dan Hasil belajar dengan melalui pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Data tersebut di atas belum menggambarkan bagaimana keterkaitan atau saling hubungan serta seberapa besar kontribusinya antara variabel penelitian tersebut. Untuk membuktikan apakah ada hubungan dan kontribusi yang signifikan antara variabel bebas yaitu Tingkat Kesegaran Jasmani siswa SMP Kota Makassar sebagai variabel bebas dan Hasil belajar dengan melalui pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai variabel terikat, maka diperlukan pengujian lebih lanjut yaitu dengan uji korelasi dan regresi.
2. Pengujian normalitas data Salah satu asumsi yang harus dipenuhi agar statistik parametrik dapat digunakan dalam penelitian adalah data harus mengikuti sebaran normal. Untuk mengetahui sebaran data Tingkat Kesegaran Jasmani
siswa SMP Kota Makassar dan Hasil belajar dengan melalui pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), maka dilakukan uji normalitas data, dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Rangkuman hasil uji normalitas data Tingkat Kesegaran Jasmani siswa SMP Kota Makassar dan Hasil belajar dengan melalui pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Variabel
N
Absolute Positive Negative K-S Z
KJ
120
0.102
0.065
- 0.102
Rata2
120
0.080
0.051
- 0.080
As.Sig.
Ket.
1.113
.000
Normal
0.872
.000
Normal
Berdasarkan tabel 2 di atas menunjukkan bahwa dari hasil pengujian normalitas data dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov menunjukkan hasil sebagai berikut : 1. Tingkat kesegaran jasmani; diperoleh nilai Kolmogorov Smirnov hitung (KS-Z) = 0.000 < 0.05, maka dapat dikatakan bahwa data Tingkat kesegaran jasmani siswa SMP Kota Makassar mengikuti sebaran normal atau berdistribusi normal. 2. Rata-rata rapor; diperoleh nilai Kolmogorov Smirnov hitung
(KS-Z)
= 0.000 < 0.05, maka dapat dikatakan bahwa data rata-rata nilai rapor siswa SMP Kota Makassar mengikuti sebaran normal atau berdistribusi normal.
1. Uji korelasi tunggal antara tingkat kesegaran jasmani dengan hasil belajar melalui pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Pengujian korelasi dimaksudkan untuk menjawab permasalahan yang dikemukakan dalam penelitian ini dan untuk kepentingan pengujian hipotesis. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini menyangkut korelasi tunggal masing-masing variabel antara tingkat kesegaran jasmani siswa SMP Kota Makassar dengan hasil belajar melalui pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Untuk mengetahui keeratan hubungan antara tingkat kesegaran jasmani siswa SMP Kota Makassar dengan hasil belajar melalui pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan analisis yaitu pengujian normalitas data untuk menentukan jenis analisis statistik yang akan digunakan dalam pengolahan data selanjutnya. Jika ternyata semua data variabel berdistribusi normal, maka analisis yang akan digunakan adalah statistik parametrik. Akan tetapi jika ternyata tidak semua data penelitian mengikuti sebaran normal, maka akan digunakan statistik nonparametrik. Berdasarkan hasil pengujian normalitas data, diperoleh hasil bahwa semua data berdistribusi normal sehingga untuk pengujian
hipotesis digunakan statistik parametrik yaitu korelasi Product-Moment dari Pearson. a. Korelasi antara tingkat kesegaran jasmani siswa SMP Kota Makassar dengan hasil belajar melalui pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Untuk mengetahui keeratan hubungan antara tingkat kesegaran jasmani siswa SMP Kota Makassar dengan hasil belajar melalui pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dilakukan analisis korelasi Pearson. Rangkuman hasil analisisnya dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Rangkuman hasil analisis korelasi tingkat kesegaran jasmani siswa SMP Kota Makassar dengan hasil belajar melalui pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Variabel TKJ (X)
ρ
P
Keterangan
0.604
0.000
Signifikan
HSB (Y) Berdasarkan tabel 3 di atas dilihat bahwa dari hasil perhitungan korelasi Pearson, diperoleh nilaikorelasi hitung (r) = 0.604 (P < 0.05), berarti H0 ditolak dan H1 diterima pada taraf kepercayaan 5%. Dari hasil analisis data dengan menggunakan uji korelasi Pearson, diperoleh nilai korelasi hitung (r) = 0.604 (P < 0.05), ini berarti bawah ada hubungan yang signifikan antara tingkat kesegaran jasmani
siswa SMP Kota Makassar dengan hasil belajar melalui pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), di mana setiap peningkatan tingkat kesegaran jasmani siswa SMP Kota Makassar akan diikuti pula dengan hasil belajar melalui pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). B. Pembahasan Hasil Analisis Hasil analisis data melalui teknik statistik diperlukan pembahasan teoritis berdasarkan teori-teori dan kerangka berpikir yang mendasari penelitian ini. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa ada kontribusi yang signifikan antara tingkat kesegaran jasmani siswa SMP Kota Makassar dengan hasil belajar melalui pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebesar 0.604. Serta tingkat kesegaran jasmani siswa SMP Kota Makassar mempengaruhi hasil belajar dengan melalui uji determinasi sebesar 0.3648, artinya 36.48% tingkat kebugaran jasmani menentukan nilai hasil belajar siswa. Apabila hasil penelitian ini dikaitkan dengan teori dan kerangka pikir yang mendasarinya, pada dasarnya hasil penelitian ini mendukung dan memperkuat teori yang sudah ada. Pada dasarnya unsur tingkat kesegaran jasmani siswa SMP Kota Makassar berperan sangat penting dalam meningkatkan hasil belajar melalui pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dimana dengan tingkat kebugaran
yang dimiliki dengan kategori baik membuat para siswa sangat tekun dan tertarik untuk mengikuti pelajaran di sekolah, hal ini disebabkan karena kandungan dari pada KTSP itu sendiri sangat sejalan dengan keinginan siswa, dimana orientasi pembelajarannya merujuk kepada suatu hal yang mengedepankan muatan-muatan lokal yang di susun sedemikian rupa hingga proses pembelajaran lebih menarik. Artinya tingkat kesegaran jasmani siswa Kota Makassar turut menentukan atau mempengaruhi nilai rata-rata rapor dari semua mata pelajaran pada semester genap sebesar 36.48%. Hal ini sangat sejalan dengan landasan teori yang ada, bahwa dengan tingkat kesegaran jasmani siswa baik, maka akan sangat membantu siswa tersebut dalam proses pembelajarannya. Dimana siswa tersebut tidak mudah lelah dan senantiasa memiliki tingkat konsentrasi yang tinggi. Pada bagian ini akan dikemukakan kesimpulan penelitian sebagai tujuan akhir dari suatu penelitian
yang dikemukakan
berdasarkan hasil analisis data dan pembahasannya. Dari kesimpulan penelitian ini akan dikemukakan beberapa saran sebagai rekomendasi bagi penerapan dan pengembangan hasil penelitian. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasannya, maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut : (1). Ada kontribusi yang signifikan antara tingkat kesegaran jasmani siswa SMP Kota
Makassar dengan hasil belajar melalui pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), di mana setiap peningkatan tingkat kesegaran jasmani siswa SMP Kota Makassar maka akan diikuti pula dengan hasil belajar yang baik melalui pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Berdasarkan hasil analisis data dan kesimpulan penelitian ini, maka dapat disarankan atau direkomendasikan beberapa hal : (1). Tingkat kebugaran sangat tergantung oleh sarana dan prasarana yang dimiliki
oleh
sekolah,
utamanya
sarana-sarana
yang
sifat
penggunaannya multi fungsi, sehingga siswa dapat menggunakannya secara bersama-sama. Hal ini sangat tegantung kepada kebijakan pihak sekolah tentang penggunaan dana-dana yang terlibat dalam pembiayaan disekolah seperti penggunaan dana BOS, dana gratis dan lain-lain. Serta tidak terlepas dengan dukungan instansi terkait yakni pemerintah kota dalam hal ini Dinas Pendidikan Kota Makassar, agar kiranya dapat lebih meningkatkan pengadaan sarana dan prasarana olahraga disetiap SMP di Kota Makassar. Penyediaan sarana-sarana untuk olahraga kemasyarakatan dalam
membantu
menunjang
peningkatan
kebugaran
jasmani
masyarakat secara umum, utamanya pemanfaatan taman-taman sudut
kota sebagai wahana berolahraga sambil bermain yang tersedia secara gratis dan on time, seperti wahana refleksi, jalan, jogging, jalur bersepeda, lintasan jalan yang berpasir dan berbatu, serta dilengkapi dengan sarana-sarana bermain seperti ayunan, tongkang-tongkang, panjatan dan lain-lain. Hal ini akan lebih maksimal dengan keterlibatan instansi yang terkait yakni Dinas Tata Ruang dan Bangunan Kota Makassar, agar taman-taman kota ditata ulang dengan menambahkan sarana-sarana
olahraga
didalamnya
untuk
dimanfaatkan
oleh
masyarakat umum, sebagai wahana untuk meningkatkan kesegaran jasmaninya. Dengan
menjamurnya
pusat-pusat
perbelanjaan
di
Kota
Makassar, juga dapat dimanfaatkan sebagai salah satu sarana yang dapat
membantu
meningkatkan
taraf
kebugaran
masyarakat.
Utamanya dengan penyediaan wahana-wahana bermain bagi anakanak yang lebih edukatif dan rekreatif seperti penyediaan kegiatankegiatan permainan yang dapat melatih konsentrasi, kreatifitas, ketangkasan, kecerdasan dan lain-lain dengan pelayanan secara gratis, sehingga pusat-pusat perbelanjaan seperti mal-mal dapat bersifat multi fungsi, yakni selain sebagai sarana perbelanjaan juga sebagai tempat rekreatif yang edukatif. Maka untuk membuat orang
lebih menarik mengunjungi mall-mall yang berada di Kota Makassar, untuk melengkapi sarananya berbagai aktivitas fisik yang dapat dinikmati oleh masyarakat umum secara GRATIS. Kepada para guru olahraga hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan acuan dalam mengajar. Sehingga proses pembelajaran itu dapat berjalan dengan baik dan menarik serta dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan hasil yang maksimal. DAFTAR PUSTAKA
Adams, William C. 1991. Foundations of Physical Education, Exercise,and Sport Sciences. Fhiladelphia, London: Lea & Febiger Bailey, Richard. 2001. Teaching Phisical Education. Glasgow: Great Britain by Bell & Bain Ltd Husdarta; Saputra, Yudha M. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas, Dirjen Dikdasmen Mardapi, Djemari. 2003. Pedoman Umum Pengembangan Silabus Berbasis Kompetensi SMA. Jakarta: Dirjen Dikdasmen Mulyasa, E. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya Nugruho, Setyo; Sundawan, Wawan. 2003. Pola Induk Pengembangan Silabus Berbasis Kemampuan Dasar Sekolah Menengah Umum (SMU), Pedoman Khusus, Model 3, Pendidikan Jasmani. Jakarta: Dirjen Dikdasmen. Direktorat Pendidikan Menengah Umum
Pyke, Frank S. 1980. Towards Better Coaching; The Art and Science of Coaching. Canberra: Australian Government Publishing Service Sajoto, Mochamad. 1988. Pembinaan Kondisi Fisik dalam Olahraga. Jakarta: Dirjen Dikti P2LPTK Soemosasmito, Soenardi. 1988. Dasar, Proses dan Efektifitas Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani. Jakarta: Dirjen Dikti, P2LPTK Sudjana. 1996. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito Sugiyono. 1997. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta Wilmore, J.H., Costill, D.L. 1988. Training for Sport and Activity. Dubuque, Iowa: Wm.C. Brown Publisher