PENGEMBANGAN KOTA BANJAR SEBAGAI DAERAH TUJUAN WISATA Nedi Sunaedi1 (nedipedil@yahoo.com) Irfan Pratama2 (irfanpratama255@yahoo.co.id)
Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi Tasikmalaya
ABSTRACT Irfan Pratama. 2014. Banjar City Development as a Tourist Destination Areas. Geography Education Study Program. Faculty of Teacher Training and Education. Siliwangi University. The Background of this study is the potential for tourism development Banjar City which seeks to develop as a tourist destination. Tourism Banjar City now increased with the construction Waterpark, Situ Mustika, Swamp website Onom/Pulomajeti. The existence adds to the attraction of tourism mainstay object in Banjar City. Waterpark which is traversed by traffic Parunglesang South of Java, both four wheel and two wheel and Railways. Similarly Situ Mustika, Swamp website Onom/Pulomajeti who frequently traveled four wheel and two wheel. The Problem that will be examined in this study is what are the tourism potential that can be used as a tourist destination in Banjar City and what the efforts which made in the development of Banjar City as a tourist destination. The research method used is descriptive research methods, data collection techniques used are observation, interviews, documentation studies and questionnaires to visitors, community and managers. Population and sample of 76 people including visitors, community, and managers. The sample in this study using quota sampling, the sampling technique by defining a certain amount as a target to be met in the sampling of the population. Results of research conducted shows that the state of precipitation including to climatic conditions in Banjar City with a Q value of 29,54% which is included in the climate type of type B and wet climate. Soil fertility levels in Banjar City are generally classified as moderate (good) with soil texture mostly smooth with alufial soil types except the District of Langensari, in addition to having various types of soil alufial also podsonik yellow red soil, although not affect the level of fertility. Land conditions in Banjar City can be categorized quite extensive, therefore the potential for development can still be done. For tourism development efforts one can be done by doing the promotion of tourism, because of the efforts in the promotion of tourism still not optimal or have not been successful. So that the optimal way of doing promotion will be known to many by the public. Tourist attraction that is not yet fully complete, therefore it needs to be improved further development, because the appeal can attract visitors to come to the locations of tourist sites. With good road acces to every attraction in Banjar City can be visited easily either using public transport or private vehicles. This is because by the road conditions are good and easy to acces.
1 2
Pembimbing Penulis
A. Latar Belakang Sektor pariwisata sebagai kegiatan perekonomian telah menjadi andalan potensial dan prioritas pengembangan bagi sejumlah Negara, terlebih baik negara berkembang seperti Indonesia yang memiliki potensi wilayah yang luas dengan daya tarik wisata yang cukup besar, banyaknya keindahan alam, aneka warisan sejarah budaya, dan kehidupan wisata (etnik). Pariwisata merupakan sektor yang unik dan berdimensi jamak, unik karena di dalam mengadakan perjalanan orang mencari kesenangan yang sifatnya sangat subyektif dan tidak punya ukuran baku. Akibatnya apa yang ditawarkan dalam pariwisata sangat variatif adanya, baik dilihat dari jenis, harga, maupun kualitas. Berdimensi jamak, karena pariwisata menjadi kajian berbagi bidang bidang ilmu. (Cooper, 1993 dalam purwani, 2005) mengemukakan bahwa pariwisata berkembang dalam sejumlah ilmu diantaranya ekonomi, geografi, sosiologi, antropologi, psikologi, hukum, dan politik, pertanian, ekologi, dan pendidikan. Sebagaimana disebutkan dalam UU No.10 Tahun 2009 bahwa: “Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah” (pasal 1). Usaha mengembangkan suatu daerah tujuan wisata harus memperhatikan berbagai faktor yang berpengaruh terhadap keberadaan suatu daerah tujuan wisata. Faktor-faktor itu terkait lima unsur pokok yang harus ada dalam suatu daerah tujuan wisata, yang meliputi objek dan daya tarik wisata, prasarana wisata, tata laksana atau infrastruktur serta kondisi dari masyarakat atau lingkungan (Suwantoro dalam Ruju Trisnawati 2005:2). Dalam usaha pelaksanaan program pemerintah tentang peraturan pelaksanaan Undang-undang Otonomi Daerah, setiap pemerintah daerah selalu berbenah diri dalam banyak sektor hal ini dilakukan supaya pemerinntah daerah siap mengatur pemerintahnya sendiri secara mandiri. Salah satunya adalah di Kota Banjar yang ingin memajukan daerahnya dari sektor pariwisata karena pariwisata ini merupakan sumber pendapatan yang potensial. Pengembangan Kota Wisata akan menjadi prospek yang menjanjikan dimasa yang akan datang untuk dikembangkan di Indonesia dengan berbagai alasan yang rasional dan dapat dipertanggungjawabkan baik secara ilmiah maupun non ilmiah. Kecenderungan bahwa kota cenderung menjadi pusat perhatian pembangunan termasuk
juga
pembangunan
sektor
pariwisata.
Kecenderungan
tersebut
dilatarbelakangi oleh faktor sosial demografi penduduk kota jauh lebih mudah
menerima isu-isu terkini yang terkait modernisasi dan pemberdayaan ekonomi karena memang kaum terpelajar lebih dominan berada di daerah perkotaan. Sementara jika dilihat dari trend pertumbuhan wilayah, ada kecenderungan jumlah kota semakin meningkat dari masa ke masa, namun perdesaan semakin menyempit karena arus modernisasi dan konversi perdesaan menjadi daerah perkotaan baru Pariwisata Kota Banjar sekarang bertambah dengan dibangunnya Waterpark, Situ Mustika, dan situs Rawa Onom/Pulaumajeti. Keberadaan objek wisata tersebut semakin menambah objek andalan pariwisata Kota Banjar. Waterpark yang berada di Parunglesang dilalui oleh lalu lintas Jalur Selatan Jawa, baik itu roda empat dan roda dua maupun Kereta Api. Begitu pula Situ Mustika, situs Rawa Onom/Pulaumajeti yang sering dilalui roda empat dan roda dua. Sebagai penunjang sarana wisata terdapat juga jasa akomodasi berupa : 1. 9 buah berupa hotel dan penginapan dengan kapasitas kamar 159 buah dan tempat tidur sebanyak 305 buah 2. 1 buah Rest Area 3. Stasiun kereta api kelas 1. 4. Terminal bus berdekatan dengan Objek Wisata Waterpark.
B. Tujuan Penelitian Berdasarkan dari latar belakang dan permasalahan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai adalah 1. Untuk mengetahui potensi wisata yang dapat dijadikan sebagai daerah tujuan wisata di Kota Banjar. 2. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan dalam pengembangan Kota Banjar sebagai daerah tujuan wisata.
C. Metode Penelitian Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Dalam pengertian yang luas metode penelitian mempunyai arti sebagai proses, prinsipprinsip dan prosedur yang dipakai untuk mendekati persoalan dalam mencari jawaban.
D. Variable Penelitian Variabel dalam penelitian adalah objek-objek atau fokus yang akan diteliti. Menurut Rafi‟I Suryatna (1983:8) bahwa variabel merupakan ukuran sifat atau cirri khas yang dimiliki oleh suatu anggota kelompok atau suatu set yang berbeda yang dimiliki oleh kelompok atau set yang lain. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Potensi Pariwisata Kota Banjar Wisata Kota: a. Waterpark Wisata Alam: a. Situ Mustika Wisata cagar budaya: a. Situs Rawa Onom atau Pulomajeti 2. Upaya-upaya pengembangan Kota Banjar sebagai daerah tujuan wisata a. Pengembangan sarana prasarana b. Promosi kepariwisataan c. Meningkatkan daya tarik d. Aksesibilitas E. Teknik Pengumpulan Data 1.
Observasi
2.
Wawancara
3.
Studi Dokumentasi
4.
Studi Literatur
F. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah pedoman yang digunakan dalam kegiatan penelitian, supaya penelitian yang dilakukan terarah. Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah: 1.
Observasi Observasi adalah penelitian yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan, baik langsung maupun tidak langsung menggunakan teknik.
2.
Wawancara Wawancara merupakan salah satu cara teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan tanya jawab, baik langsung maupun tidak langsung dengan sumber data. Dalam penelitian ini penulis mengadakan wawancara langsung dengan pengelola serta pengunjung dan masyarakat
G. Populasi dan Sampel 1.
Populasi Populasi adalah keseluruhan gejala, individu, kasus, dan masalah yang akan diteliti, yang ada di daerah penelitian (Sumaatmadja, Nursid 1988:2). Menurut pengertian populasi
diatas, maka yang menjadi populasi adalah pengunjung,
masyarakat, dan pengelola. 2.
Sampel Sampel adalah bagian dari populasi (cuplikan atau contoh) yang mewakili populasi yang bersangkutan (Nursid Sumaatmaja, 1981:112). Peneliti mengambil sampel bersifat Quota Sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan cara menetapkan jumlah tertentu sebagai target yang harus dipenuhi dalam pengambilan sampel dari populasi (khususnya yang tidak terhingga atau tidak jelas).
H. Hasil Penelitian 1.
Deskripsi Kota Banjar Secara geografis Kota Banjar terletak diantara 108°28‟00” - 108°40‟00” Bujur Timur dan 07°19„30” - 07°26‟30” Lintang Selatan (berdasarkan Peta Rupa Bumi Bakosurtanal). Kota Banjar adalah salah satu kota yang berada di Provinsi Jawa Barat dengan ketinggian antara 20 sampai dengan 500 meter di atas permukaan laut serta beriklim tropis. Batas wilayah Kota Banjar berdasarkan letak administrasi mempunyai batas-batas sebagai berikut: Sebelah Utara
: Kecamatan Cisaga Kabupaten Ciamis
Sebelah Timur
: Kecamatan Lakbok Kabupaten Ciamis dan Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap
Sebelah Selatan
: Kecamatan Lakbok dan Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis
Sebelah Barat
: Kecamatan Cimaragas dan Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis
Luas wilayah Kota Banjar berdasarkan penjelasan Undang-Undang nomor 27 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kota Banjar di Provinsi Jawa Barat adalah kurang lebih 113,49 km2 atau 11.349 hektar. Sementara berdasarkan pengukuran pada peta rupa Bumi Bakosurtanal tahun 2003, luas wilayah Kota Banjar adalah 131,972 km 2 atau 13.197,23 hektar. 2.
Deskripsi Tentang Objek Wisata Kota Banjar a.
Waterpark Waterpark adalah sebuah objek wisata kota di Kota Banjar dan salah satu wisata kota terbesar di Priangan Timur. Objek wisata yang terletak di Kelurahan Parunglesang Kecamatan Banjar Kota Banjar ini memiliki wahana yang cukup lengkap seperti kolam arus, kolam renang, tempat karaoke dan fasilitas lainnya. Bahkan waterpark juga terkenal dengan dua wahananya yang cukup ekstrim, yaitu wahana Superbowl dan Boomerang. Dua wahana itu disebut-sebut hanya ada di Kota Banjar dan di Bali. Lokasi Waterpark berada pada koordinat: 7022‟7”S - 108o32‟5”E. Dibangun di awal tahun 2009 di atas seluas 3,5 Ha. Pembangunan proyek ini gambaran keseriusan dari pemerintah Kota Banjar untuk mewujudkan pembuatan sarana rekreasi wisata air di Kota Banjar agar dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat baik masyarakat Kota Banjar maupun dari luar Kota Banjar. Harga tiket masuk Waterpark yaitu untuk (weekend) Dewasa Rp 17.000 Anak-anak Rp 15.000, sedangkan untuk (weekday) Dewasa Rp 12.000 Anak-anak Rp 10.000. Waterpark dikelola oleh tim yang ditunjuk oleh Banjar berdasarkan peraturan Walikota Banjar Nomor: 655/Kpts.16Huk/2010, yaitu oleh Dinas Perhubungan Komunikasi Informatika dan Banjar, selama kurang lebih 1 (satu) tahun 5 bulan (lima bulan) sampai dengan terbentuknya Waterpark menjadi perusahaan daerah dengan terbitnya peraturan daerah Nomor : 12 Tahun 2010, dan pada tanggal 1 juni 2011 Banjar Waterpark resmi menjadi Perusahaan Daerah Banjar Waterpark.
b. Situ Mustika Situ Mustika adalah suatu situ yang merupakan bagian dari Wana Wisata Situ Mustika dan terletak di Kelurahan Karangpanimbal, Kecamatan Purwaharja, Kota Banjar, Jawa Barat. Kawasan Wana Situ Mustika Memiliki luas total 8,5 Ha dengan luas situ 3,5 Ha dan luas daratan 5 Ha berupa hutan lindung. Situ Mustika merupakan danau buuatan yang mendapatkan input air dari mata air Gunung Babakan. Situ Mustika juga dimanfaatkan oleh
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari. Secara geografis, Situ Mustika berada pada 07o21‟45,42” LS dan 108o32‟43,68” dan 108o32‟49,67” BT. Situ Mustika terletak pada jalur selatan trans Jawa dengan lalu lintas yang cukup ramai. Secara aksesibilitas, kawasan ini dapat dicapai dari tiga arah dengan rincian sebagai berikut: a. Dari Kota Ciamis menggunakan jalan raya Ciamis-Banjar dengan waktu tempuh sekitar 30 menit (±30 km) b. Dari arah Jawa Tengah menggunakan jalan raya CilacapCiamis dengan waktu tempuh sekitar 30 menit dari Majenang (±30 km) c. Dari arah Pangandaran dapat ditempuh melalui jalan raya Pangandaran-Ciamis, di Kota Banjar melalui jalan Jendral Soewarto sebelum tiba di Parungsari. Waktu tempuh BanjarPangandaran sekitar 2,5 jam yaitu (±66 km) Kawasan Situ Mustika pada umumnya berbukit dan sebagian kecil landai. Kawasan Situ Mustika terletak pada ketinggian 45 m di atas permukaan laut dengan curah hujan 3000 mm/tahun. Suhu rata-rata di kawasan Situ Mustika berkisar antara 22oC sampai 28oC. Kedalaman perairan Situ Mustika berkisar antara 20,0 – 198,0 cm, sehingga contoh air diambil dari permukaan dan dari dekat dasar. Kondisi kualitas air dipengaruhi oleh kegiatan yang dilakukan disekitar Situ Mustika. Kualitas air di Situ Mustika umumnya dalam kondisi kurang baik bagi kegiatan wisata karena beberapa parameternya di luar baku mutu yang diperbolehkan berdasarkan PP No 82 tahun 2001 kelas II untuk kegiatan wisata. Parameter yang berada di luar baku mutu adalah TSS, DO, dan BOD. Kawasan Situ Mustika merupakan kawasan hutan lindung yang didominasi oleh tiga jenis pohon, yaitu pohon jati (Tectona grandis), mahoni (Swietenia mahagoni), dan pinus (Pinus mercusii). Pohon-pohon tersebut yang hidup di kawasan hutan lindung yang sangat terjaga ini memberikan nuansa lami, menambah nilai estetika kawasan Situ Mustika, dan memiliki nilai ekonomis tinggi. Hal tersebut yang menyebabkan kawasan Situ Mustika dijadikan sebagai tempat kegiatan outbond yang rutin dilakukan setiap tahun oleh para pelajar dan pecinta alam.
Salah satu kegiatan wisata yang menjadi daya tarik Situ Mustika adalah memancing. Faktor pendukung utama dalam kegiatan memancing adalah ikan. Jenis-jenis ikan yang hidup di Situ Mustika terdiri dari mujair, mas, dan tawes. Kelimpahan ikan di Situ Mustika merupakan salah satu daya tarik wisata yang berpotensi dikembangkan kegiatan wisata memancing. Namun, kegiatan memancing ini harus memperhatikan kelestarian dengan memanfaatkan
sumberdaya
sesuai
daya
dukung
kawasan
sehingga
ekosistemnya tetap terjaga. c.
Rawa Onom/Pulomajeti Petilasan Pulomajeti yang di Dusun Siluman Kecamatan Purawaharja Kota Banjar, merupakan bangunan semacam makam dengan tiga undakan. Pada puncaknya terdapat dua pasang nisan berbentuk persegi panjang setinggi 60 cm. Menurut legenda, Pulomajeti adalah suatu kerajaan bersejarah yang diperintah oleh Prabu Selang Kuning Anom. Legenda setempat menceritakan bahwa Prabu Selang Kuning memerintah kerajaan dengan sebuah cincin bertuah. Untuk meneruskan pemerintahan, dia mewariskan cincin tersebut kepada anaknya. Konon cincin itu adalah cincin Ampal Fatullah yang terakhir dimiliki oleh Syech Syarief Hidayatullah. Sebutan Onom, siluman dan Pulomajeti di daerah Purwaharja ini selalu dikaitkan dengan kisah mistik, kesan angker dan menyeramkan. Bagi sebagian Ciamis maupun Banjar, cerita soal Onom dan Pulomajeti adalah bagian dari sejarah daerah mereka. Maka tidak heran cerita soal Onom diwariskan secara turun temurun dan sering terangkat ke permukaan. Onom dipercaya sebagai makhluk halus/siluman, yang tidak saja dapat dipanggil jika diperlukan, tetapi juga mampu memberikan bantuan dan sumber kekuatan bagi yang memanggilnya. Konon, bila warga yang suatu saat mendapatkan kesulitan atau marabahaya, Onom akan tiba seketika asal dipanggil, sehingga yang bersangkutan akan terhindar dari marabahaya yang sedang mengancamnya. Sisa-sisa kepercayaan terhadap Onom kini masih berkembang disebagian kecil masyarakat, terutama yang tinggal disekitar pusat kekuatan Onom, yakni Pulomajeti. Juru kunci Pulomajeti, Abah Pirno (78) tahun, mengatakan, orang yang datang ketempat ini tidak diperbolehkan mengeluarkan kata-kata yang sompral/seenaknya.
3.
Potensi Pariwisata Kota Banjar Potensi pada hakikatnya adalah kemampuan, kekuatan dan daya yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan. Objek wisata Kota Banjar merupakan objek wisata yang memiliki berbagai macam potensi wisata diantaranya wisata kota, wisata alam dan wisata cagar budaya. Dalam pengembangan objek wisata Kota Banjar terlebih dahulu harus diketahui potensi dan upaya-upaya yang dilakukan dalam pengembangannya.
4.
Upaya-upaya yang Dilakukan Dalam Pengembangan Kota Banjar Sebagai Daerah Tujuan Wisata Upaya-upaya yang dilakukan dalam pengembangan Kota Banjar sebagai daerah tujuan wisata adalah pengembangan sarana dan prasarana, karena kondisi dilapangan ada yang menunjukkan masih kurangnya sarana dan prasarana untuk pengembangan wisata
ini. Selanjutnya
mengenai
promosi
kepariwisataan,
meningkatkan daya tarik dan aksesibilitas.
I.
Simpulan dan Saran 1.
Simpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang “Pengembangan Kota Banjar Sebagai Daerah tujuan Wisata”, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: a. Potensi wisata yang dapat dijadikan sebagai daerah tujuan wisata di Kota Banjar adalah wisata kota, wisata alam dan wisata cagar budaya. Wisata kota diantaranya Waterpark dan wisata alam adalah Situ Mustika, sedangkan wisata cagar budaya adalah situs Rawa Onom/Pulomajeti. Keberadaan tiga potensi wisata tersebut sangat menunjang dalam pengembangan Kota Banjar sebagai daerah tujuan wisata. Waterpark merupakan salah satu objek wisata air di Kota Banjar yang mempunyai fasilitas yang cukup lengkap di dukung dengan beberapa wahana-wahana hiburan yang terdapat didalamnya. Pembangunan proyek ini gambaran keseriusan dari pemerintah Kota Banjar untuk mewujudkan pembuatan sarana rekreasi wisata air di Kota Banjar agar dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat baik masyarakat Kota Banjar maupun dari luar Kota Banjar. Situ Mustika merupakan salah satu wisata alam juga yang terdapat di Kota Banjar. Situ Mustika merupakan danau buatan yang mendapatkan input air dari mata air Gunung Babakan. Situ Mustika juga dimanfaatkan oleh masyarakat
untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari. Kawasan Wana Situ Mustika Memiliki luas total 8,5 Ha dengan luas situ 3,5 Ha dan luas daratan 5 Ha berupa hutan lindung. Kawasan Situ Mustika merupakan kawasan hutan lindung yang didominasi oleh tiga jenis pohon, yaitu pohon jati (Tectona grandis), mahoni (Swietenia mahagoni), dan pinus (Pinus mercusii). Pohon-pohon tersebut yang hidup di kawasan hutan lindung yang sangat terjaga ini memberikan nuansa alami, menambah nilai estetika kawasan Situ Mustika, dan memiliki nilai ekonomis tinggi. Hal tersebut yang menyebabkan kawasan Situ Mustika dijadikan sebagai tempat kegiatan outbond yang rutin dilakukan setiap tahun oleh para pelajar dan pecinta alam Serta
wisata
cagar
budaya
yang
dimiliki
adalah
situs
Rawa
Onom/Pulomajeti yang merupakan sebuah petilasan situs dari kerajaan Onom dan sangat dipercayai mempunyai unsur kekuatan magis terutama dalam ilmu kebatinan. Juru kunci Pulomajeti, Abah Pirno (78) tahun, mengatakan, orang yang datang ketempat ini tidak diperbolehkan mengeluarkan kata-kata yang sompral/seenaknya. b. Upaya-upaya yang dilakukan dalam pengembangan Kota Banjar sebagai daerah tujuan wisata adalah pengembangan sarana dan prasarana, karena kondisi dilapangan ada yang menunjukkan masih kurangnya sarana dan prasarana untuk pengembangan wisata ini. Selanjutnya mengenai promosi kepariwisataan, meningkatkan daya tarik dan aksesibilitas. 2.
Saran Dalam penelitian mengenai, “Pengembangan Kota Banjar Sebagai Daerah Tujuan Wisata”, maka penulis mengemukakan saran-saran sebagai berikut: a. Potensi wisata yang berada di daerah penelitian yang potensial secara lokasi wisata kota, wisata alam dan wisata cagar budaya, terutama dalam hal pengembangan objek wisata, pemerintah harus lebih optimal dalam melakukan pengembangan wisata di Kota Banjar salah satunya dengan cara melakukan promosi kepariwisataan, karena dengan cara tersebut potensi wisata yang ada di Kota Banjar dapat diketahui oleh masyarakat luas. b. Mengingat ada sarana dan prasarana yang belum lengkap, sebaiknya pemerintah harus cepat bertindak langsung dalam melengkapi pengembangan sarana dan prasarana yang kurang memadai supaya para pengunjung dapat berkunjung lebih lama di lokasi objek wisata tersebut.
c. Untuk menarik minat wisatawan atau pengunjung yang datang ke suatu lokasi objek wisata Kota Banjar, pemerintah dan DINAS PARIWISATA Kota Banjar perlu meningkatkan daya tarik yang lebih banyak lagi supaya dapat menarik minat wisatawan untuk berkunjung. d. Bagi penelitian yang selanjutnya, diharapkan meneliti hal-hal yang belum terungkap dalam skripsi ini dan diharapkan lebih selektif dalam permasalahan yang berhubungan dengan pengembangan pariwisata
DAFTAR PUSTAKA
Bemelen, R. W. Van. 1949. The Geology Indonesia. Tha Hague Martinus Fandeli, Chafid. 1995, Dasar-Dasar Manajemen Kepariwisataan Alam. Yogyakarta : Liberty Offset Makalam, Noviendi. 1996. Geografi Pariwisata. Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung. Bandung. Marpaung, Happy. 2000. Pengetahuan Kepariwisataan. Bandung: Alfabeta. Musanef. (1996). Manajemen Usaha Pariwisata di Indonesia. Jakarta: PT. Toko Gunung Agung. Pendit, S Nyoman. (1990). Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta: PT. Pradnya Paramita. Pitana, I G, Gayatri, PG. (2005). Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta. Penerbit Andi. Rafi‟i, Suryatna. (1983). Metode Statistik Analisis.Bandung: Bina Cipta. Santoso, Apik Budi. 2002. Pengembangan Potensi Objek Wisata Kawasan Nusa Kambangan Kabupaten Cilacap. Tesis. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada. Santosa, Setyanto P., 2002. Pengembangan Pariwisata Indonesia. Jakarta. Penerbit PT. Gria Media Utama Sihite, Richard. 2000. Tourism Industry. Surabaya: SIC Sujali. 1989. Geografi Pariwisata dan Kepariwisataan. Yogyakarta. Fakultas Geografi UGM: Sumaatmadja, Nursid. 1988. Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisa Keruangan. Bandung: Alumni. Sumaatmadja, Nursid. 1981. Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisa Keruangan. Bandung: Tarsito. Surakhmad, Winarno. 1994. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito Suwantoro, Gamal. 1997. Dasar-dasar Pariwisata. Yogyakarta. Andi Sya, Ahman. 2005. Geowisata Kabupaten Tasikmalaya. Garut: CV. Gajah Poleng. Trisnawati, Ruju, 2005. Pemetaan Lokasi Pariwisata Masjid Demak Di Kota Demak Dengan Pendekatan Sistem Informasi Geografis (SIG). Fakultas Geografi UNNES.
Wardiyanto, 2011. Perencanaa dan Pengembangan Pariwisata. Bandung: CV. Lubuk Agung. Wisantisari, Purwani. 2005. Penyajian Informasi Pariwisata di Kabupaten Tegal Berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG). Skripsi. Semarang: Jurusan Geografi FIS Universitas
Negeri
Semarang.
[Online].
Tersedia:
http://www.scribd.com/doc/50091657/22/F-Metode-Analisis-Data [27 September 2012] Yoeti, A Oka. 1996. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Angkasa. Yoeti, A Oka. 2008. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Jakarta: PT. Percetakan Penebar Swadaya.