PULAU TUNDA SEBAGAI DAERAH TUJUAN WISATA BAHARI KABUPATEN SERANG Skripsi
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Konsentrasi Humas Program Studi Ilmu Komunikasi
Oleh Asri Sulistian NIM 6662120761
FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA SERANG, AGUSTUS 2016
Semua yang ada di langit dan yang ada di bumi selalu meminta kepada-Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan. {Ar-Rahman, 55:29} Persiapan saja tidak cukup untuk tujuan besar, maka tambahkan disiplin, konsistensi, pengorbanan dan senyum termanis untuk akhir yang sempurna -Asri Sulistian-
“Aku persembahkan Skripsi ini untuk
Orang Tuaku
tersayang, Adik-Adiku yang sangat membanggakan
dan
Orang-Orang yang membuatku tersenyum, bersemangat dan mengajariku arti bahagia”
ABSTRAK Asri Sulistian NIM 120761. Skripsi. Pulau Tunda sebagai Daerah Tujuan Wisata Bahari Kabupaten Serang. Pembimbing I: Iman Mukhroman., M.Si dan Pembimbing II: Ronny Yudhi Septa., M.Si
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Pulau Tunda sebagai daerah tujuan wisata bahari Kabupaten Serang yang ditinjau dengan menggunakan analisis SWOT. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara, observasi, studi dokumentasi, dan focus group discussion. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa Pulau Tunda sebagai objek wisata bahari Kabupaten Serang memiliki kekuatan berupa keindahan bawah laut yang berbeda dengan daerah pulau lain di Kabupaten Serang, selain itu Pulau Tunda pun memiliki peluang yang cukup besar dari segi lokasi yang strategis dan tidak jauh dari pusat kota. Namun Pulau Tunda memiliki kelemahan berupa kualitas sumberdaya manusia dan sadar wisata yang rendah serta permasalahan sampah yang berada di pesisir Pulau Tunda. Sementara itu tantangan yang dihadapi Pulau Tunda adalah kelestarian taman bawah laut yang dapat terancam ketika banyaknya wisatawan yang datang dan melakukan kegiatan wisata. Kata Kunci : SWOT, wisata bahari, Pulau Tunda
vi
ABSTRACT Asri Sulistian NIM 120761. Mini Thesis. Tunda Island as a Marine Tourism Destination In Serang District. Advisor I: Iman Mukhroman., M.Si and Advisor II: Ronny Yudhi Septa., M.Si This study was conducted to determine the Tunda Island as a maritime tourism destination Serang regency were reviewed by using SWOT analysis. This study uses qualitative research methods with data collection techniques such as interviews, observation, documentation studies, and focus group discussion. Results of research conducted shows that the Island Tunda as a maritime tourist attraction Serang District has the power in the form of underwater beauty of different regions island other in Serang regency, besides Island Tunda also have a big opportunity in terms of strategic location and not far from the center city. But Tunda Island has a weakness in the form of human resource and tourism awareness is low and the waste problem which is on the coast of the island Snooze. While the challenges facing the Tunda Island is the preservation of underwater parks that can be threatened when many tourists who come and tourism activities. Keywords: SWOT, Marine Tourism, Pulau Tunda
vii
KATA PENGANTAR Alhamdulillahirobbil‟allamin, puji syukur tercurahkan kepada Allah SWT yang memberikan saya kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Sholawat beserta salam senantiasa terucapkan kepada manusia biasa yang diberikan anugerah sebagai pembawa cahaya baginda Rosulallah Muhammad SAW. Skripsi ini berjudul Pulau Tunda Sebagai Daerah Tujuan Wisata Bahari Kabupaten Serang. Penelitian ini dilakukan sebagai pemenuhan atas syarat kelulusan yang ditetapkan oleh jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Tema besar dalam penelitian ini adalah komunikasi pemasaran pariwisata. Secara garis besar skripsi ini mencoba untuk mengetahui potensi Pulau Tunda sebagai daerah tujuan wisata yang ditinjau dengan menggunakan analisis SWOT. Penelitian ini menggunakan metodologi penelitian kualitatif, dengan teknik pengumpulan data wawancara, observasi, focus group discussion dan studi dokumentasi. Selesainya skripsi ini tentu bukan hanya kerja keras yang dilakukan penulis namun ada banyak bantuan-bantuan yang penulis dapatkan selama proses penyusunan skripsi ini, maka dari itu dari dalam lubuk hati dengan penuh kasih penulis sampaikan rasa terima kasih yang tak terucapkan kepada : 1. Bapak Prof.H.Sholeh Hidayat.,M.Pd selaku Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. 2. Bapak Dr.Agus Sjafari.,M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. 3. Ibu Dr.Rahmi Winangsih.,M.Si Selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi Fisip Untirta, terima kasih atas motivasi yang berikan selama ini.
viii
4. Bapak Darwis Sagita.,M.Si Selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Komunikasi Fisip Untirta, terima kasih atas motivasi yang berikan selama ini. 5. Bapak Iman Mukhroman.,M.Si selaku dosen pembimbing skripsi I, terima kasih atas bimbingan, motivasi dan semangat yang diberikan hingga selesainya skripsi ini. 6. Bapak Ronny Yudhi Septa Priatna.,M.Si selaku dosen pembimbing skripsi II sekaligus penguji skripsi, terima kasih atas bimbingan, motivasi dan semangat yang diberikan hingga selesainya skripsi ini. 7. Naniek Afrilla Framanik, M.Si dan Neka Fitriyah., M.Si selaku penguji skripsi, terimaksih atas saran dan arahan untuk perbaikan hasil skripsi ini. 8. Bapak Ari Pandu Witantra.,S.Sos selaku dosen pembimbing akademik terimakasih atas bimbingan yang diberikan selama ini. 9. Ibu Nurprapti Wahyu Widyastuti M.Si, Naniek Afrilla Framanik, M.Si dan Dr.Rahmi Winangsih, M.Si selaku salah satu yang menjadi inspirasi dalam penelitian ini, terima kasih untuk karya yang menginspirasi. 10. Dosen Ilmu Komunikasi Fisip Untirta, terima kasih atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis. Semoga ilmu ini senantiasa dapat bermanfaat. 11. Muktiyono dan Iis Damayanti selaku orang tua penulis, Sugianto selaku bapak kandung penulis, terima kasih atas doa, dukungan dan pengajaran hidup yang selama ini diberikan. Ugi Sugian, U.Maya Zazqia, Umar Said, Triyana Rahmawati sebagai adik-adikku yang selalu membuatku bangga dan seluruh keluarga besarku. 12. Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga. Dinas Kelautan, Perikanan, Energi dan Sumber daya Mineral. Pemerintah Desa Pulau Tunda. Travel Wisata Bahari Pulau Tunda, Travel Tundive, Karang Taruna Pulau Tunda, Novia, Pephit, Hilda Yunike, Ida Yanti,S.Ikom, Ramdhan yang telah bersedia menjadi narasumber dalam skripsi ini. 13. Bojak-bojak: Ardi Purwadi, Dian Lestari, Eko Prayogo S.Ikom, Nina Prasetyaningsih, Rachel Mutia Nurdalilah Simatupang, Raudhatul Jannah, Yohana Arta Ully selaku sahabat sekaligus keluarga baru di kampus Untirta terimakasih atas tawa canda dan semangat yang kalian berikan. 14. Jasmine girl: Andi Natoya Nuraisyah, Annisa Asriani S.Pd, Astri widyanti, Iin Samsiah Nurfajria, Intan Putri Suciani, Mutiara Dwi Setianingsih, Ranita Dahlan, Siti Mulyana S.Pd, Yusi Intan terimakasih untuk kehangatan keluarga yang kalian berikan selama ini. 15. Kakak Istiqoma Ridloti, Kakak Iden Salman, Irma Yanuaristi, Arya Dwi Cahyo, Erlin Pratiwiningtias, Abdul Nashir, Bayu Teja Kusuma, Hari Agustian, Revandhika, terima kasih untuk motivasi dan dukungan yang diberikan. 16. Teman-Teman KKM: Teguh Kurniawan S.Pd, Sucia Kartika S.E, Novi Mugianti S.E, Aprizal Haryadi S.E, Dona Mahardika S.E, Muhammad
ix
S.E, Raudhatul Jannah, Isah Kholisah, terima kasih untuk semua kenangan indah dan pengalaman menyenangkan yang begitu berkesan. 17. Dede Irma, Benny Prayoga Sopian, Eneng Gustiani, Firda Yuandara, Tiffani Aspa, Khalida Putri Pertiwi, Lia Purnamasari, Jamaludin, terimakasih untuk doa dan motivasi yang kalian berikan. 18. FoSMaI Fisip Untirta terima kasih untuk pengajaran dan ilmu serta doa yang selama ini diberikan. 19. Himakom 2014-2015 terimakasih untuk pengalaman yang berkesan 20. Rekan-rekan mahasiswa Ilmu Komunikasi angkatan 2012 yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih untuk masa-masa menyenangkan yang penuh kesan. 21. Firman Hakiki, Husaini Bayusagara S.Pd, Nana Suharna S.E, Bapak Gunawan, terima kasih atas waktu, tempat, dan bantuan yang diberikan selama proses pencarian data skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Atas segala kekurangan yang menjadi kelemahan dalam skripsi penulis akan sangat berterima kasih jika ada yang berkenan untuk memberikan kritik dan saran guna perbaikan pada kesempatan lain.
Hormat Saya, Asri Sulistian
x
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL........................................................................................... i LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................... ii LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................ iii LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...................................................................... v ABSTRAK .......................................................................................................... vi ABSTRACT ........................................................................................................ vii KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiv DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang ................................................................................................ 1 1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 7 1.3 Identifikasi Masalah ........................................................................................ 8 1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................................ 8 1.5 Manfaat penelitian ........................................................................................... 8 1.5.1 Manfaat Teoritis ..................................................................................... 9 1.5.2 Manfaat Praktis ...................................................................................... 9 BAB 2 KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR 2.1 Kajian Teori ................................................................................................. 10 2.1.1 Komunikasi Pemasaran ........................................................................ 10 xi
2.1.2 Pariwisata ............................................................................................. 11 2.1.3 Komunikasi dan Brand ....................................................................... 13 2.1.4 Analisis SWOT .................................................................................... 17 2.2 Kerangka Berfikir ......................................................................................... 19 2.3 Penelitian Terdahulu ..................................................................................... 21 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ......................................................................................... 29 3.2 Paradigma Penelitian ..................................................................................... 31 3.3 Metode Pengumpulan data ............................................................................ 32 3.3.1 Wawancara Mendalam ......................................................................... 32 3.3.2 Observasi .............................................................................................. 33 3.3.3 Studi Dokumentasi ............................................................................... 34 3.3.4 Focus Group Discussion ...................................................................... 34 3.4 Narasumber Penelitian .................................................................................. 35 3.5 Fokus penelitian ............................................................................................ 36 3.6 Teknik Analisis Data .................................................................................... 37 3.6.1 Pengecekan Keabsahan Data................................................................ 37 3.6 Tempat Penelitian.......................................................................................... 39 3.7 Waktu Penelitian ........................................................................................... 39 BAB IV ANALISIS DAN HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian............................................................................ 40 4.2 Analisis Data Penelitian ................................................................................ 44 4.2.1 Analisis SWOT .................................................................................... 46 4.2.1.1 Kekuatan / Strength Pulau Tunda ............................................ 47 4.2.1.2 Kelemahan / Weakness Pulau Tunda ....................................... 50 4.2.1.3 Peluang / Opportunities Pulau Tunda ...................................... 55 4.2.1.4 Tantangan / Threats Pulau Tunda ............................................ 56 xii
4.2.2 Identifikasi Potensi Pulau Tunda ......................................................... 59 4.3 Pembahasan ................................................................................................... 69 4.4.1 SWOT Pulau Tunda ............................................................................. 70 4.4.2 Potensi Pulau Tunda sebagai Objek Wisata Bahari ............................. 74 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ....................................................................................................... 80 5.2 Saran .............................................................................................................. 81 5.2.1 Saran Praktis ........................................................................................ 81 5.2.2 Saran Teoritis ....................................................................................... 82 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 84 LAMPIRAN ........................................................................................................ 87 RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. 153
xiii
DAFTAR TABEL Hamalan 1. Tabel 2.1 Tabel Penelitian Terdahulu ..................................................... 36 2. Tabel 3.1 Waktu Penelitian .................................................................... 47
xiv
DARFTAR GAMBAR Halaman 1. Gambar 2.1 Model Komunikasi Pemasaran..................................................... 11 2. Gambar 2.2 Kerangka Berfikir ......................................................................... 20 3. Gambar 4.1 Sistem Informasi Pariwisata Kabupaten Serang .......................... 50 4. Gambar 4.2 Sampah di Pesisir Pulau Tunda .................................................... 54 5. Gambar 4.4 Terumbu Karang .......................................................................... 63 6. Gambar 4.4 Ikan Karang .................................................................................. 64 7. Gambar 4.5 Kapal Penyeberangan Reguler ..................................................... 66 8. Gambar 4.6 Kapal Sewa untuk Wisatawan ...................................................... 66 9. Gambar 4.7 Jalan Desa ..................................................................................... 67 10. Gambar 4.8 Villa di Bagian Barat .................................................................... 68 11. Gambar 4.9 Matrik Analisis SWOT................................................................. 70
xv
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Pedoman Wawancara .............................................................................. 87 2. Pedoman Observasi ................................................................................. 90 3. Surat Ijin Penelitian ................................................................................. 91 4. Surat Pernyataan Kesediaan Menjadi Narasumber ................................. 94 5. Catatan Observasi.................................................................................... 104 6. Tranaskip Wawancara ............................................................................. 106 7. Notulensi Diskusi .................................................................................... 144 8. Artikel Terkait Penelitian ........................................................................ 150 9. Catatan Bimbingan .................................................................................. 152 10. Riwayat Hidup Peneliti ........................................................................... 154
xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pariwisata secara sederhana diartikan sebagai kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok ke suatu tempat untuk tujuan bersenangsenang. Pandangan lain mengartikan pariwisata sebagai kegiatan jasa (trade a service), di mana jasa dijadikan sebagai produk yang dipasarkan, seperti jasa penginapan, jasa angkut, jasa makanan dan hiburan, termasuk jasa pengenalan budaya dan tradisi masyarakat. Pariwisata sebagai sebuah industri mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat, meningkatkan standar hidup serta memberikan dorongan kepada sektor-sektor produktif lain untuk terus berkembang. Pariwisata di Indonesia menjadi salah satu dari empat sektor penyumbang devisa terbesar yang mencapai 10 miliar dolar AS (Kompas, 28 Oktober 2015). Jumlah ini dapat terus ditingkatkan dengan melakukan pengelolahan pariwisata yang konsisten dan bersifat integratif antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah dan pelaku usaha. Di tengah lesunya perkembangan sektor produktif seperti manufaktur, perdagangan, dan lainnya yang disebabkan oleh krisis ekonomi global yang saat ini sedang dialami oleh hampir seluruh negara berkembang, mengembangkan sektor pariwisata dapat menjadi alternatif pemecahan masalah yang terjadi. Eksistensi pariwisata dapat dikatakan stabil bahkan cenderung meningkat, karena semakin lama kegiatan pariwisata menjadi
1
2
kebutuhan bagi kehidupan masyarakat modern. Seseorang tidak lagi berwisata untuk bersenang-senang tetapi juga untuk melepaskan diri dari rutinitas keseharian, mencari inspirasi, menambah pengetahuan serta motif lain yang menjadikan pariwisata semakin berkembang. Indonesia memiliki banyak daerah yang potensial untuk mengembangkan pariwisata. Bali merupakan contoh daerah yang sejak lama konsisten mengembangkan daerahnya melalui pariwisata. Sejak jaman pemerintahan Belanda wisata Bali sudah dikenal terutama mengenai keindahan panorama alam yang ditawarkannya. Selepas itu di masa awal kemerdekaan, wisata Bali pun menjadi icon untuk menarik perhatian warga negara lain untuk berkunjung ke Indonesia dan hingga kini pemerintah Bali menjadikan pariwisata sebagai penggerak perekonomian daerah. Sektor usaha pariwisata yang meliputi penyedia akomodasi, makan dan minum menyumbangkan lebih dari 20% dari total PDRB Provinsi Bali sejak tahun 2014 pada triwulan ke II hingga tahun 2015 pada triwulan ke II (Data BPS Provinsi Bali Agustus 2015). Selain Bali, Provinsi Banten merupakan daerah yang juga potensial untuk mengembangkan pariwisata. Keindahan alam, budaya hingga peninggalan sejarah yang terdapat di Provinsi Banten dapat dijadikan modal awal untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat Banten melalui pengembangan pariwisata. Pemikiran mengenai pengembangan sektor pariwisata untuk Provinsi Banten pun disampaikan oleh Hj. Rano Karno dalam sebuah pemberitaan yang dimuat oleh media nasional surat kabar Tempo Pada Oktober 2015 yang menyampaikan
3
bahwa revitalisasi sektor pariwisata merupakan upaya dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat Provinsi Banten. “Revitalisasi sektor pariwisata dilakukan karena Banten memiliki sekitar 526 objek pariwisata potensial. Dengan meningkatkan jumlah wisatawan sudah barang tentu akan memberikan dampak ekonomis yang sangat signifikan dalam waktu dekat. Komitmen Pemprov Banten dalam mengembangkan industri pariwisata salah satunya adalah “ menjual” Banten keluar.” Tempo, 15 Oktober 2015 hal. 3 Berdasarkan peraturan daerah No.9 tahun 2005 tentang rencana induk pengembangan pariwisata Provinsi Banten, pengembangan wisata di Banten terbagi menjadi tiga bagian wilayah pengembangan pariwisata. Pertama, wilayah pengembangan pariwisata A dengan satuan kawasan pengembangan pariwisata melingkupi Tangerang, Pantai Utara dan Serang. Kedua, wilayah pengembangan pariwisata B dengan satuan kawasan pengembangan pariwisata melingkupi Cilegon, Pantai Barat, dan Ujung Kulon. Tiga, wilayah pengembangan pariwisata C dengan satuan kawasan pengembangan pariwisata melingkupi Banten Tengah dan Pantai Selatan. Saat ini salah satu yang menjadi prioritas pengembangan kepariwisataan di Provinsi Banten terdapat wilayah Kabupaten Serang, yang sebagian besar berupa pengembangan pariwisata berjenis pariwisata bahari. Pariwisata bahari adalah kegiatan wisata yang berkaitan langsung dengan sumber daya kelautan, baik di atas permukaan laut maupun kegiatan yang dilakukan di bawah permukaan laut. Kabupaten Serang memang memiliki keindahan bahari yang dapat diperhitungkan, contohnya adalah kawasan wisata bahari Pantai Anyer yang sudah terkenal sejak lama menjadi tujuan wisata saat berlibur, kawasan wisata bahari Pulau Sangiang yang juga merupakan kawasan konservasi, dan kawasan wisata Pulau Tunda yang sempat menjadi perbincangan
4
mengenai keindahan terumbu karang dan beragam jenis ikan yang terdapat di pulau tersebut. Pembangunan pariwisata bahari yang dilakukan oleh pemerintah daerah Kabupaten
Serang
masih
menjadikan
Pantai
Anyer
sebagai
prioritas
pengembangan wisata bahari. Namun dari wawancara yang dilakukan peneliti dengan Kepala Bidang Destinasi Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Serang yang membenarkan bahwa Pantai Anyer menjadi prioritas pengembangan tetapi selain Pantai Anyer pengembangan pariwisata pun dilakukan di kawasan Pulau Tunda. Pulau Tunda merupakan wilayah terluar dari Kabupaten Serang yang secara geografis terletak di 106050‟00”- 105051‟51” BT dan 5056‟15”- 5059‟00” LS Desa Wargasara Kecamatan Tirtayasa yang dikelilingi oleh Laut Jawa (RJPMD Kabupaten Serang 2010-2015). Pulau Tunda menyimpan keindahan taman bawah laut yang berpotensi dikembangkan menjadi sebuah objek wisata bahari. Disekeliling pulau ditemukan karang dengan tipe pertumbuhan karang tepi atau Fringing Reef. Terumbu karang tersebut tumbuh pada kedalaman 1-10 meter. Daerah Pulau Tunda sebelah timur merupakan daerah dengan arus yang besar sehingga sering digunakan untuk diving dan juga snorkeling, selain itu pada area timur juga dapat ditemukan clown fish dan binatang laut lainnya, daerah timur pun memiliki visibility (Jarak Pandang) yang cukup baik yaitu sekitar 10 meter. Daerah utara pulau dihiasi dengan beragam karang dengan visibility sekitar 12 meter pada bagian utara ini belum banyak tersentuh oleh aktifitas manusia sehingga karangnya pun masih alami. Meskipun tidak seperti di Kilauan yang
5
dapat setiap hari melihat atraksi lumba-lumba, namun pada waktu-waktu tertentu di Pulau Tunda pun dapat ditemukan atraksi dari ikan lumba-lumba, hal ini dikarenakan Pulau Tunda menjadi jalur migrasi lumba-lumba. Beberapa jenis ikan yang dapat ditemukan di pulau ini adalah ikan nemo merah yang juga disebut maroon
clownfish (premnas
percula/common
clownfish
biaculeatus), (amphiprion
ikan
nemo
ocellaris),
badut
ikan
atau
nemo
false kuning
(yellow/orange skunk clownfish/amphiprion sandaracinos), ikan remora (sucker fish), ikan butterfly fish, ikan damsel, ikan sergeant fish, ikan batfish, dan crinoid atau lily laut. Potensi yang dimiliki oleh Pulau Tunda tersebut saat ini banyak di bicarakan oleh wisatawan di akun media sosial mereka. Bahkan ada yang secara khusus membuat akun media sosial yang berisikan informasi seputar Pulau Tunda. Ramai dibicarakan sebagai objek wisata, Pulau Tunda menjadi semakin dikenal. Kenyataan bahwa Pulau Tunda sebagai objek wisata yang kian dikenal dapat membawa pengaruh yang positif untuk pengembangan daerah Kabupaten Serang khususnya. Hasil pra penelitan yang dilakukan oleh peneliti mengenai objek wisata Pulau Tunda menunjukan bahwa Pulau Tunda memang benar merupakan objek wisata yang diakui oleh Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Serang dan menjadi daerah prioritas pengembangan wisata bagian utara Kabupaten Serang. Selain itu hasil pra observasi yang dilakukan peneliti menunjukan bahwa Pulau Tunda sebagai objek wisata belum memiliki dukungan secara penuh dalam pengelolaannya dari pemerintah setempat. Hal ini di buktikan
6
dengan keadaan Pulau Tunda yang terbilang minim dengan fasilitas wisata. Pemasaran Pulau Tunda sebagai objek wisata pun terkesan tidak maksimal. Hal ini di tunjukkan dengan tidak dibentuknya pesan pemasaran yang secara khusus bertujuan untuk “menjual” objek wisata Pulau Tunda. Selain itu perbedaan pandangan mengenai pariwisata yang terdapat di Pulau Tunda diantara para warga dan pelaku usaha wisata di Pulau Tunda dikhawatirkan akan menghambat pengelolaan Pulau Tunda sebagai objek wisata. Pengelolaan Pulau Tunda sebagai destinasi wisata perlu memperhatikan bahwa produk destinasi memiliki sesuatu yang bersifat tangible atau nyata yang berkaitan dengan aspek rasional atau yang berbentuk fisik dan dapat dirasakan langsung oleh konsumen ketika ia mengonsumsi produk destinasi
misalnya
keadaan hotel dan home stay yang bersih dengan dekorasi yang unik, dan ketersediaan fasilitas lain yang dibutuhkan oleh konsumen/ pengunjung. Selain itu pengelolaan Pulau Tunda juga perlu memperhatikan hal-hal bersifat intangible atau tidak dapat dilihat kasat mata yang berkaitan dengan emosional dan persepsi konsumen terhadap Pulau Tunda misalnya seperti perasaan bahagia, segar, ataupun bertambah bersemangat setelah mengunjungi Pulau Tunda. Unsur intangible ini salah satunya berhubungan dengan brand. Kotler dan Pfoertsch (2006) dalam Burhan Bungin (2015) menjelaskan bahwa brand adalah konsep yang tidak terukur, sering kali dipahami atau sering kali dianggap mengkontruksi citra sosial sehingga produk pelayanan atau nilai terkesan lebih baik dari yang sebenarnya.
Brand dapat membantu seseorang
untuk mengambil keputusan saat dihadapkan dengan berbagai pilihan yang
7
serupa. Hal ini dikarenakan Pulau Tunda bukanlah satu-satunya objek wisata bahari, di Provinsi Banten terdapat beberapa objek wisata yang menawarkan wisata bahari serupa dengan Pulau Tunda, yakni Pulau Umang yang terletak di Kabupaten Pandeglang, di Kabupaten Serang Pulau Tunda dihadapkan dengan Pulau Sangiang yang lebih dulu dikenal sebagai objek wisata. Selain itu Pulau Tunda juga harus dapat bersaing dengan objek wisata Kepulauan Seribu yang letaknya tidak terlalu jauh dan sudah lebih dulu dikenal sebagai objek wisata bahari. Adiwijaya (2007) mengatakan bahwa Brand yang dilihat audience akan merangsang pembelian. Sehingga Brand yang terdapat di Pulau Tunda dapat menjadi pertimbangan bagi seseorang dalam melakukan keputusan untuk mengujungi Pulau Tunda. Burhan Bungin (2015) mengatakan bahwa brand haruslah disampaikan dan diketahui oleh publik. Branding merupakan suatu tindakan yang bertujuan untuk memperkenalkan suatu produk yang selanjutnya mempengaruhi mereka dalam pengambilan keputusan terhadap produk tersebut (Naniek, Nurprapti, Rahmi 2012). Sehingga usaha untuk memasarkan suatu brand dari suatu produk/ destinasi (tempat tujuan) agar produk tersebut menjadi lebih berkesan, lebih berharga, dan lebih bernilai tersebut dikenal dengan istilah branding. Branding ini digunakan untuk menunjukan Pulau Tunda kepada publik sehingga publik dapat tertarik mengunjungi Pulau Tunda. Brand dan branding pada saat ini penting untuk di perhatikan dalam menjadikan Pulau Tunda sebagai destinasi wisata karena dalam persaingan bisnis wisata yang semakin meluas
8
menunjukan perbedaan diri dari yang lain diperlukan untuk menarik perhatian publik yang dihadapkan dengan berbagai pilihan. Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Pulau Tunda sebagai daerah tujuan wisata bahari Kabupaten Serang. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana Pulau Tunda menjadi daerah tujuan wisata bahari Kabupaten Serang. 1.3 Identifikasi Masalah Adapun Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah 1. Bagaimana Analisis SWOT Pulau Tunda sebagai objek pariwisata bahari ? 2. Bagaimana Identifikasi Potensi wisata yang dimiliki Pulau Tunda ? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah 1. Mengetahui kekuatan (S), kelemahan (W), peluang (O), dan tantangan (T) yang dimiliki objek wisata Pulau Tunda sebagai objek wisata bahari di Kabupaten Serang. 2. Mengetahui potensi yang dimiliki Pulau Tunda sehingga dapat dikembangkan untuk pengembangan wisata di Pulau Tunda
9
1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk perkembangan ilmu komunikasi dan dapat memperkaya kajian-kajian seputar ilmu komunikasi terutama yang berikatan dengan Pariwisata dan komunikasi pemasaran. 1.5.2 Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis berupa : 1. Bahan pertimbangan untuk menyusun program Pengembangan wisata Pulau Tunda. 2. Dapat menjadi acuan untuk penelitian selanjutnya yang memiliki objek penelitian serupa.
BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR
2.1 Kajian Teori 2.1.1 Komunikasi Pemasaran Komunikasi dekat dengan berbagai disiplin ilmu dan dalam pengaruhnya kini komunikasi pun berpengaruh pada bidang pemasaran. Keberadaan komunikasi dalam bidang pemasaran terus berkembang menjadi sutu bidang baru yaitu Komunikasi Pemasran. Komunikasi pemasaran adalah semua elemen-elemen promosi dan marketing mix yang melibatkan komunikasi antar organisasi dan target audience pada segala bentuknya yang ditujukan untuk performance pemasaran (Prisgunanto, 2006). Komunikasi pemasaran diartikan sebagai proses komunikasi yang terjadi antara pembeli dan penjual yang di dalamnya meliputi pemberian stimulus dengan harapan memperoleh respon yang diinginkan dan dapat digunakan digunakan dalam mengambil keputusan pemasaran. Secara singkat, komunikasi pemasaran adalah proses penyebaran informasi tentang perusahan dan apa yang hendak ditawarkannya (offering) pada pasar sasaran. Seiring perkembangannya komunikasi dalam pemasaran bukan lagi terbatas untuk mendorong pembelian pertama, namun juga memastikan kepuasan paska pembelian sehingga meningkatkan kemungkinan terjadi pembelian berulang dan pembeli
10
11
tersebut menjadi pelanggan yang royal (Sulaksana, 2005). Sehingga dapat digambarkan model komunikasi sebgai berikut : Gambar 2.1 Model Komunikasi Pemasaran Umpan balik
Source
Encodin
Umpan balik
Umpan balik
TIdak langsung
Langsung
Transmission
Decoding
Action
g
Pemasaran
Biro Iklan/pemasar/
Media Mesa/ Toko/
Tenaga Penjual
Tanaga Penjual
Komsumen
Sumber : Sulaksana, 2005 Komunikasi pemasaran tidak hanya digunakan dalam pemasaran produk-produk konsumsi, tetapi juga pada pemasaran produk jasa ataupun produk pelayanan seperti halnya yang terjadi pada pemasaran untuk dunia pariwisata. Serupa dengan tujuan komunikasi pemasaran pada umumnya, komunikasi pemasaran pariwisata bertujuan untuk merangsang seseorang melakukan kegiatan wisata. 2.1.2 Pariwisata Pariwisata merupakan aktifitas, pelayanan, dan produk hasil industri pariwisata yang mampu menciptakan pengalaman perjalanan, bagi
12
wisatawan. McIntosh (1995) dalam Muljadi (2012) menyatakan bahwa pariwisata, “a composite of activites, service and industries that deliver a travel experience: transportation, accommodation, eating, and drinking establishment, shop, entertainment, activity and other that are away from home”. Undang-undang No. 9 Tahun 1990 Tentang Kepariwisataan mengartikan pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usahausaha lain yang terkait bidang ini. Sedangkan Undang-Undang No 10 Tahun 2009 mengartikan pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas dan layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah. Salah satu istilah dalam pariwisata adalah objek wisata. Objek wisata adalah sesuatu yang menjadi pusat daya tarik wisatawan dan dapat membentuk kepuasan kepada wisatawan yang dapat berasal dari alam, hasil budaya, maupun yang merupakan kegiatan keseharian masyarakat. Pariwisata memiliki beragam jenis wisata seperti wisata alam, wisata religi, wisata sejarah, wisata pendidikan dan lain sebagainya. Penelitian ini memfokuskan pada pariwisata berjenis bahari. Pariwisata bahari adalah kegiatan wisata yang dilakukan diatas ataupun di bawah permukaan laut dan yang menjadi daya tarik utama dari wisata bahari adalah keindahan pemandangan yang bersumber pada daerah pantai dan laut. Direktorat Jenderal Pariwisata mengartikan bahwa pariwisata bahari adalah kegiatan wisata yang berkaitan langsung dengan sumber daya kelautan, baik di atas
13
permukaan laut maupun kegiatan yang dilakukan di bawah permukaan laut. Unsur pembentuk pengalaman perjalanan wisatawan adalah daya tarik yang dimiliki oleh suatu tempat atau lokasi yang menjadi tujuan wisata. Oka A. Yoeti dalam Muljadi (2012) menyampaikan bahwa daya tarik wisata yang merupakan aspek perencanaan pariwisata harus memenuhi tiga syarat agar mampu memberikan kepuasan kepada wisatawan atau pengunjung. Ketiga syarat itu adalah 1) apa yang akan dilihat (Something to see), 2) apa yang akan dilakukan (Something to do), 3) apa yang dapat dibeli (Something to buy). Pariwisata yang kini menjadi bisnis modern juga perlu memperhatikan konsep pemasaran modern dalam perencanaan pariwisata. Saat membicarakan mengenai pemasaran modern, maka akan terdapat istilah brand di dalamnya. Hermawan (2007) mengatakan bahwa brand harus menjadi pertimbangan utama apabila kita membicarakan produk modern, produk harus mengkontruksi suatu citra sosial tentang kemewahan terhadap suatu produk. Keberadaan brand dalam perencanaan pariwisata akan memberikan banyak keuntungan bagi pariwisata ketika dapat menempatkan brand pada posisi yang tepat. 2.1.3 Komunikasi dan Brand Williem Al Big dalam Siahaan (1990) mengatakan bahwa komuniksi adalah proses transmisi dalam
memaknakan simbol-simbol dintara
individu. Proses komunikasi adalah proses sosial yang terjadi diantara dua orang atau lebih , dimana mereka saling mengirim dan bertukar simbol-
14
simbol satu dan lainnya (Bungin, 2015). Proses pertukaran ini pun terjadi dalam mengkomunikasikan brand. Brand adalah merek, nama, istilah, tanda simbol atau desain atau kombinasi dari semua itu untuk mengidentifikasi barang dan jasa dari sebuah perusahaan dan untuk membedakannya dari pesaing (Kotler 2009 dalam Bugin 2015). Litteljhon (2009) ada fenomena penting dalam komunikasi yaitu: “Komunikator (sumber); pesan; media (sistem) dan penyampai; tujuan atau sasaran”. Fenomena ini sama penting dalam komunikasi tergantung strategi apa yang digunakan dalam berkomunikasi. Kennady dan Soemanegara (2006), strategi komunikasi (termasuk pula komunikasi pemasaran) memiliki tiga sasaran perubahan, yaitu mengubah kesadaran, perhatian, dan kesetian”. Bungin (2015) brand adalah produk pesan yang memiliki konten yang rumit. Brand memiliki sifat untuk diberitahukan kepada publik, dengan demikian brand memiliki sifat publisitas, karena itu brand hanya hidup dalam ruang komunikasi (Bungin, 2015). Brand membuat suatu produk berbeda dengan produk lain di pasaran. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, penelitian mengenai brand terus berkambang dan memunculkan makna baru bagi brand. Brand kini bukan hanya sekedar merek atau simbol yang terdapat pada suatu produk. Kapferer (1997) dalam Moilenen dan Rainisto (2009) mengatakan bahwa brand bukan hanya simbol dari suatu produk, tetapi semua atribut yang berasal dari pemikiran konsumen ketika mereka berfikir mengenai brand, yakni atribut tangible, intangible, psychological
15
dan sociological yang berhubungan dengan produk tersebut. Sementara Chiaravelle dan Schenck (2007) memberikan pengertian bahwa brand adalah sebuah janji yang diberikan kepada konsumen. Dengan demikian brand merupakan kesan yang dirasakan oleh konsumen terhadap produk tersebut. Kesan ini didapatkan dari keseluruhan komponen yang terdapat dalam produk baik yang bersifat tangible maupun yang bersifat intangible yang membuat produk tersebut menjadi unik. Chiaravelle dan Schenck (2007) menyatakan keberhasilan brand terjadi ketika mampu memuaskan keperluan rasional dan emosional serta ekspetasi konsumen. Fill (2013) mengatakan bahwa brand yang sukses akan memberikan efek domino yang kuat, positif dan selalu diingat serta dirasakan oleh masyarakat sebagai nilai kepribadian yang kukuh dari sebuah produk. Brand berhubungan dengan persepsi yang berada dibenak konsumen, untuk itu diperlukan konsistensi dalam penyampaian brand. Brand yang dikatakan berhasil akan mampu bertahan dalam jangka waktu yang lama dan memberikan keuntugan yang berlipat dan bahkan akan menjadi sebuah aset yang lebih berharga dibandingkan dengan aset lainya. Pemikiran brand saat ini tidak hanya eksis dalam pembahasan produk manufaktur atau consumer products, namun terus berkembang hingga mencapai wilayah institusi politik seperti pemerintahan, daerah, wilayah dan juga negara (Bungin, 2015). Hal ini tentunya menjadi seuatu yang wajar ditengah krisis global yang secara tidak langsung mendorong setiap wilayah untuk berkompetisi dalam meningkatkan pendapatan
16
keuangan guna meningkatkan kesejahteraan wilayahnya. Selain itu sumber daya alam tidak terbarukan yang beberapa waktu lalu menjadi sumber pendapatan kini mulai habis karena eksploitasi yang dilakukan sejak lama, membuat setiap wilayah dituntut untuk mulai memikirkan alternatif sumber pendapatan lain yang dapat menggantikan sumber pendapatan sebelumnya. Salah satu alternatif yang kini mulai diperhatikan di beberapa daerah yang juga menjadi femonema ekonomi dan sosial adalah pariwisata. Perubahan gaya hidup pada kalangan konsumen pariwisata yang menjadikan pariwisata bukan lagi sekedar kegiatan jalan-jalan tetapi menjadi suatu kebutuhan yang harus terpenuhi, membuat pariwisata menjadi sektor yang dapat memberikan keuntungan bagi pendapatan keuangan di suatu wilayah. Pariwisata kini telah berubah menjadi bisnis modern. Sehingga produk pariwisata perlu didesain sebagai produk bisnis yang dikemas dengan menarik, mengagumkan, dan juga berkesan. Brand untuk destinasi diperlukan untuk dapat menjadi daya tarik bagi calon pengunjung. Brand destinasi berkaitan dengan persaingan identitas yang dimiliki suatu tempat agar tempat tersebut memiliki perbedaan dengan yang lainnya (Sinom 2009). Destination brand berkenaan dengan kualitas dari tempat yang menarik untuk dikunjungi. Beragam alasan diberikan untuk mengunjungi suatu tempat, namun alasan yang beragam ini tidak membawa pengaruh yang cukup besar untuk menjadikan suatu tempat tujuan untuk terus dikunjungi. Sementaara itu
17
pengalaman pengunjung pada suatu tempat dapat memberikan pengaruh untuk tempat tersebut. Sinom
2009
dalam
ETC/UNTWO
Handbook
On
Tourism
Destination Branding mengatakan hal ini karena pengunjung dapat menjadi sales promotion officer sales atau prevention officer untuk destinasi. Pengalaman saat berkunjung akan dibawa pulang oleh pengunjung dan pengunjung akan membicarakan pengalaman yang didapatkannya. Jika pengalaman tersebut berkesan baik, memungkinkan pengunjung tersebut merekomendasikan untuk pergi ketempat tersebut diwaktu lain. Brand mempengaruhi bagaimana konsumen berfikir dan membeli suatu produk (Chiaravalle, 2007). Dengan demikian brand destinasi dapat mendorong seseorang melakukan pengambilan keputusan pada saat dihadapkan dengan berbagai pilihan destinasi. Brand bukanah suatu yang dibuat sembarang oleh pemilik brand, dalam pembuatannya agar brand yang terbentuk menjadi kuat diperlukan analisis terhadap berbagai aspek yang terlibat dalam brand tersebut. analisis tersebut dapat di mulai dengan melakukan analisi situasi. Analisis situasi ini dapat dilakukan salah satunya dengan menggunakan SWOT. 2.1.4 Analisis SWOT Analisis Situasi merupakan awal proses perumusan strategi. Analisis situasi dilakukan untuk dapat menemukan kesesuaian strategi antara peluang-peluang
eksternal
dan
kekuatan-kukuatan
internal,
serta
memperhatikan ancaman-ancaman ekstrnal dan kelemahan-kelemahan
18
internal. SWOT adalah akronim untuk strengths, weakness, opportunities, dan threats dari organisasi, yang semuanya merupakan faktor-faktor strategis (J David Hunger dan Thomas L Wheleen 2010). Analisis SWOT membantu memberikan informasi untuk mengsingkronkan sumberdaya dan
kemampuan
organisasi
dengan
lingkungan
eksternal
organisasi/perusahaan (SWOT Analysis Strategy Skill 2013). Point kunci dari analisis SWOT adalah mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman untuk destinasi. Analisis SWOT selanjutnya dikembangkan untuk menjadi tujuan. Hal ini dilakukan dengan menyusun kekuatan yang paling kompetitif, kelemahan, peluang dan ancaman dari analisis SWOT untuk setiap segmen individu. Iriantara (2008) mengatakan bahwa analasis SWOT dapat memetakan posisi organisasi diantara organisasi serupa atau dalam lingkungan organisasi secara keseluruhan. Strengths adalah faktor internal yang dapat memberikan keuntungan untuk keberhasilan perusahaan. Strengths pada analisis SWOT berasal dari fakta yang dapat diterapkan pada banyak perbedaan dalam perusahaan. Strengths adalah sesuatu yang mempunyai implikasi positif, menambah nilai, dan memberikan keuntungan kompetitif. SWOT Analysis Strategy Skill (2013) menuliskan bahwa Strengths dapat berupa asset yang bersifat tangible seperti ketersediaan modal, konsumen tetap, ketersedian distributor, hak cipta barang, sistem informasi dan lainnya.
19
Weakness adalah faktor internal yang tidak memberikan keuntungan untuk keberhasilan
perusahaan. Weakness adalah karakteristik yang
dimiliki perusahaan yang akan menghambat pertumbuhan perusahaan. Weakness adalah suatu hal yang akan mengurangi nilai dari perusahaan. Diperlukan pemikiran yang jernih dan pertimbangan yang baik untuk mendapatkan nilai yang nyata dalam penggunaannya (SWOT Analysis Strategy Skill 2013). Opportunities adalah faktor eksternal yang memberikan keuntungan untuk keberhasilan perusahaan. Opportunities dapat terjadi dengan berbagai alasan dan dapat juga merupakan hasil dari perubahan pasar, gaya hidup konsumen, perkembangan teknologi. Opportunities pun dapat timbul dari hasil penyelesaian masalah yang dihadapi perusahaan (SWOT Analysis Strategy Skill 2013). Threats adalah faktor eksternal yang tidak menguntungkan untuk keberhasilan perusahaan. Threats adalah faktor eksternal yang sulit untuk di kontrol, yang dapat berasal dari perubahan kebiasaan konsumen, perputaran ekonomi, bahkan kemajuan teknologi pun dapat menjadi tantangan untuk perusahaan. Perusahaan harus lebih teliti untuk menanggapi faktor eksternal ini (SWOT Analysis Strategy Skill 2013). 2.2 Kerangka Berpikir Pulau
Tunda
merupakan
objek
wisata
yang
berpotensi
untuk
dikembangkan sebagai destinasi wisata. Pemerintah daerah baik tingkat provinsi maupun
tingkat
kabupaten
pun
mulai
memprioritaskan
pembangunan
20
kepariwisataan wilayah pantai barat Serang-Cilegon yang salah satu di dalamnya adalah Pulau Tunda. Banyak hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pengembangan wisata, salah satunya dengan melakukan analisis situasi. Analisis situasi dalam penelitian ini menggunkan analisis SWOT. Analsis SWOT ini akan memberikan gambaran mengenai faktor internal dan faktor eksternal yang terdapat pada objek wisata pulau tunda yang dapat memberikan dorongan maupun menghampat proses pengembangan objek wisata Analisis SWOT ini akan menunjukkan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh Pulau Tunda, serta akan menunjukakan peluang dan juga tantangan yang mungkin akan dihadapi oleh Pulau Tunda sebagai suatu objek wisata. Datadata yang menjelaskan kekuatan, kelemahan, peluang serta tantangan yang terdapat di Pulau Tunda akan menjadi data untuk merumuskan strategi atau pun alternatif pemecahan masalah yang kemungkinan akan terjadi di kemudian hari. Analisis SWOT ini akan memberi informasi mengenai situasi Pulau Tunda. Berikut ini adalah gambar kerangka berfikir dalam penelitian ini: Gambar.2.2 Kerangka Berfikir Pulau Tunda sebagai daerah Tujuan wisata Bahari Kabupaten Serang
Anlisis SWOT
Potensi Wisata Pulau Tunda
Strategi Pengelolaan Pulau Tunda
21
2.3 Penelitian Terdahulu Penelitian yang serupa dengan penelitian yang akan peneliti lakukan ialah penelitian mengeni objek wisata Banten Lama yang berjudul Menemukan Kembali (Recovery) Destination Branding Situs Banten Lama Sebagai Potensi Wisata Budaya dan Religi pada tahun 2012 dengan peneliti Naniek Aprili Framanik, Nurprapti Wahyu Widystuti, dan Rahmi Winangsih. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitiatif deskriptif dengan paradigma penelitian Partisipatory dan jenis penelitian Action and Research. Penelitian ini bertujuan memposisikan merek Banten Lama sebagai objek wisata budaya dan religi di Indonesia, mengkonstruksi kembali identitas khas Banten Lama sebagai sebuah daya tarik bagi wisatawan asing maupun domestik, mengemas program pengembangan merek Banten Lama sebagai daerah tujuan wisata di Indonesia. Penelitian ini menggunakan teori Integrated Branding Strategy. Hasil penelitian ini menunjukan kondisi Situs Banten Lama saat ini dalam kondisi yang rusak parah, tidak terawat dan kumuh. Masyarakat Banten Lama miskin karena dinamika ekonomi yang tidak berkembang. Stakeholder Banten Lama memiliki mimpi untuk mengembangkan potensi wisata dengan merekonstruksi destination branding Situs Banten Lama. Situs Banten Lama memiliki potensi untuk bisa dikembangkan menjadi wisata religi dan budaya, wisata historis dan edukasi. Rekonstruksi Banten Lama dapat dilakukan dengan renovasi ataupun dengan membuat replika Situs Banten Lama di luar area Situs Banten Lama. Konsep revitalisai dengan membangun Situs Banten Lama dalam abad 16-18, dengan tagline “Indonesia Heritage of 16-18
22
Century, Harmoni dalam Keragaman Budaya dan Religi” dengan Icon Original Kesultanan dan Pelabuhan (tempo dulu). Penelitian ini pula mengungkapkan bahwa sampai pada penelitian tersebut tidak ada keseriusan pemerintah dalam menangani permasalahan Situs Banten Lama serta tidak ada sinergi antar stakeholder untuk merealisasikan hal tersebut. Perbedaan dengan penelitian yang sedang penulis lakukan adalah objek yang diteliti. Objek penelitian peneliti adalah Pulau Tunda sedang objek penelitian sebelumnya adalah situs banten lama. Persamaan dengan penelitian yang penulis lakukan adalah sama-sama membahas mengenai brand dan branding destinasi. Selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan Oleh Elizaath Amanda Maria pada tahun 2014 dengan judul penelitian
Tourism Destinastion
Branding : Analisis Kampanye Komunikasi Pemasaran, Citra dan Positioning Sabang Sebagai Destinasi Wisata Bahari Internasional. Penelitian ini menggunkana metode penelitian Kualitatif. Penelitian ini menggunakan Prinsip destination branding untuk pariwista. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui langkah-langkah perencanaan, implementasi, dan pemantauan apa saja yang dilakukan Dinas Budaya dan Pariwisata Kota Sabang terkait dengan kampanye komunikasi pemasaran dan tourism destination branding Sabang yang terpilih sebgai daerah DMO. Mengetahui apakah penataan tagline Sabang “Where the Indonesia star from” sesuai dengan positioning serta program pemulihan citra Sabang sebagai tujuan wisata bahari internasional. Untuk mengetahui keterkaitan tourism destination branding Sabang dengan
23
elemen-elemen atau dimensi city branding Sabang sebagai tujuan wisata bahari internasional. Hasil penelitian ini adalah terjadinya ketidakharmonisan pada stakeholder. Pesan yang ingin disampaikan pada target market terbukti tidak sampai sehingga bisa dikatakan langkah-langkah komunikasi pemasaran tidak berjalan dengan baik. Penelitian ini menunjukan bahwa perencanaan komunikasi pemasaran Sabang tidak diimbangi dengan dengan implemantasi pemantauan yang baik. Tourism destination branding Sabang mulai terbentuk sebatas pada wisatawan yang datang dan memiliki ketertarikan yang erat dengan city branding
Sabang, namun terdapat kendala pada pencitraan
Sabang. Oleh karena itu dibutuhkan
perbaikan mulai dari perencanaan,
implementasi, pemantauan baik di sisi alam, SDM, fasilitas dan citra. Perbedaan dengan penelitian yang sedang peneliti lakukan adalah penelitian ini hanya sampai pada pembentukan brand sedangkan penelitian Elizabeth meneliti hingga positioning dan citra. Teori dan objek penelitian yang digunakan pun berbeda. Persamaan dengan penelitian yang sedang diteliti adalah sama-sama membahas mengenai potensi wisata bahari. Penelitian selanjutnya adalah penelitian dengan judul Strategi Branding Kota Surakarta dalam Pengelolaan Sebagai Destinasi Wisata yang dilakukan oleh Lina Mustikawati (Ilmu Komunikasi Universitas Dipononegoro), pada tahun 2013. Tujuan Penelitian ini adalah mengetahui strategi branding yang diterapkan oleh Kota Surakarta dalam pembangunan brand sebagai sebuah destinasi wisata, dan mengevaluasi proses strategi branding dalam
24
mengomunikasikan Kota Surakarta sebagai sebuah destinasi wisata. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif pendekatan evaluatif dimana evaluasi dilakukan secara deskriptif dengan teori yang digunakan destination branding models yang dikemukakan oleh Cai (2002), destination branding phase, destination branding complexity. Hasil penelitian ini Kota Surakarta untuk dijadikan sebuah destinasi, sudah sesuai dengan konsep destination audit. yang meliputi daya tarik, kekuatan destinasi dan jangkauan wisatawan. Konsep branding destinasi wisata Kota Surakarta menunjukkan bahwa adanya kesesuaian, dimana Surakarta memiliki keunikan sebagai pusat peradaban Jawa yang berbasis seni dan kultur. Indikator keberhasilan kota Surakarta belum sesuai dengan faktor ideal dalam mengukur keberhasilan branding sebuah destinasi. Hal ini disebabkan karena tujuan utama yang ingin dicapai oleh Kota Surakarta berfokus pada peningkatan jumlah wisatawan yang masuk ke Kota Surakarta. Branding kota Surakarta
masih
bergantung
tujuan
marketing
dibandingkan
tujuan
komunikasi. Target audiens Kota Surakarta didasarkan aspek geografis saja, sedangkan dalam proses branding, penentuan target audiens, setidaknya harus didasarkan pada aspek psikografis, karena berkaitan dengan minat dan ketertarikan target audiens terhadap konsep wisata Kota Surakarta sebagai Kota Budaya, sehingga akan memudahkan dalam penyerapan pesan branding (target audien tidak sesuai). Perbedaan dengan penelitian penulis adalah objek penelitian yang diambil. Dalam penelitian yang dituliskan oleh Lina (2013) mengambil latar penelitian Kota Surakarta sedangkan dalam penelitian yang
25
penulis buat menggunakan Objek Wisata Pulau Tunda yang terletak di Kabupaten Serang. Sedangkan Persamaan dari penelitian ini adalah samasama membahas mengenai Destinasi Branding. Penelitian selanjutnya adalah penelitian dengan judul penelitian Destinatin Brand: Membangun Keunggulan Bersaing Daerah pada tahun 2008 yang dilakukan oleh Syafrizal Helmi Situmorang. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui bagaimana pentingnya membangun destination branding bagi sebuah daerah di Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitiatif. Teori yang digunakan adalah Destination Branding. Hasil penelitian ini adalah industri pariwisata haruslah memiliki citra yang positif. Banyak negara yang memposisiskan daerahnya sebagai daerah tujuan wisata. Beberapa negara tetangga telah membentuk brand destination sejak lama namun di Indonesia khususnya Bali baru muncul pada tahun 2008 yakni Santhi Santhi Santhi. membentuk branding daerah tidaklah mudah, memerlukan analisis lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Analisis lingkungan internal meliputi potensi daerah, keuangan, produk unggulan, kelemahan, dsb. Sedangkan analisis lingkungan eksternal meliputi pesaing (competitor), perubahan (change), dan analisis pelanggan (customer). Selain itu perlu juga melakukan analisis perubahan (change) yang meliputi, teknologi, dinamika ekonomi, perkembangan politik, regulasi, penggeseran sosial budaya dan perubahan pasar. Sedangkan analisis pesaing (competitor)
26
melihat tiga dimensi dari pesaing yaitu (general, aggressiveness, dan capability). Brand (merek) merupakan faktor pembeda yang sangat penting dalam lautan produk/jasa yang sejenis. Brand mempunyai makna psikologis dan simbolis yang istimewa di mata turis atau wisatawan. Dengan kata lain ketika brand equity sudah tebentuk maka ia menjadi milik daerah yang sangat berharga yang jauh lebih berharga dari aset daerah yang lainnya. Dalam membangun sebuah brand tidak hanya melibatkan penciptaan perceived difference tetapi juga harus didukung dengan produk/jasa yang berkualitas, strategi penetapan harga dan distribusi yang tepat untuk mendukung citra (brand image) yang dikomunikasikan. Selanjutnya brand menjadi sebuah kontrak kepercaan antara konsumen dengan produsen. Upaya membangun merek suatu daerah memerlukan buget yang besar. Segala biaya yang dikeluarkan dalam proses ini menjadi investasi daerah yang bersifat intangible. Keller (200) mengajukan sebuah model pengembangan merek yang disebut customer-based brand equity (CBBE). Brand equity adalah seperangkat aset dan liabilitas merek yang terkait dengan suatu merek, nama, simbol, yang diberikan oleh sebuah produk atau jasa baik pada perusahaan maupun
pada pelanggan. Mengutip Aaker (1991), brand equity dapat
dikelompokkan ke dalam lima kategori yaitu : 1) Brand awerness (kesadaran merek) 2) Brand Assosiation (asosiasi merek) 3) Perceived quality (persepsi kualitas) 4) Brand loyalty (loyalitas merek) 5) Other proprierty brand assets (Aset-aset merek lainnya). Perbedaannya terletak pada fokus objek penelitian
27
yang dilakukan dalam penelitian ini Syafrizal memaparkan bagaimana pentingnya Destinasi Branding Untuk suatu daerah, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah menjelaskan pembentukan brand untuk mengembangkan objek wisata Pulau Tunda. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Judul Penelitian
Menemukan Kembali (Recovery) Destination Branding Situs Banten Lama Sebagai Potensi Wisata Budaya dan Religi
Tahun Penelitian Peneliti
2012 Naniek Aprili Framanik, Nurprapti Wahyu Widystuti, dan Rahmi Winangsih memposisikan merek Banten Lama sebagai objek wisata budaya dan religi, mengkonstruksi kembali identitas Khas Banten Lama, mengemas program pengembangan merek Banten Lama sebagai daerah tujuan wisata di Indonesia Kualitatif
Tujuan Penelitian
Metode Penelitian Teori penelitian
Hasil Penetian
Tourism Destinastion Branding : Analisis Kampanye Komunikasi Pemasaran, Citra dan Positioning Sabang Sebagai Destinasi Wisata Bahari Internasional 2013 Elizabeth Amanada Maria
Strategi Branding Kota Surakarta Dalam Pengelolaan Sebagai Destinasi Wisat.
Destinatin Brand: Membangun Keunggulan Bersaing Daerah
2013 Lina Mustikawati
2008 Syafrizal Helmi Situmorang
mengetahui langkahlangkah perencanaan, implementasi, dan pemantauan terkait dengan kampanye komunikasi pemesaran dan tourism destination branding Sabang Kualitatif
Mengetahui strategi branding yang digunakan Kota Surakarta dan Mengevaluasi proses strategi branding
Mengetahui Pentingnya Destinasi Branding Untuk Suatu Daerah
Kualitatif
Kualitatif
Integrated Branding Strategy
Prinsip Detinasi Branding, Citra dan Positioning
Branding Destinasi
Kondisi Situs Banten Lama saat ini dalam kondisi rusak parah. Masyarakat Banten Lama miskin. Berpotensi dikembangkan menjadi wisata religi dan budaya, wisata historis dan edukasi. Rekonstruksi Banten Lama dapat dilakukan dengan renovasi ataupun dengan membuat replica Situs Banten. tidak ada keseriusan pemerintah dalam menangani permasalahan Situs Banten Lama, serta tidak ada sinergi antar stakeholder untuk merealisasikan hal tersebut.
terjadinya ketidak harmonisan pada Stakeholder. Perencanaan komunikasi pemasaran Sabang tidak diimbangi dengan dengan implemantasi pemenatauan yang baik. Tourism destination branding
destination branding models, destination branding phase, destination branding complexity kota Surakarta sudah sesuai dengan konsep destination audit. Indikator keberhasilan kota Surakarta belum sesuai. Branding masih bergantung tujuan marketing. Target audiens kota Surakarta didasarkan aspek geografis saja,
Industri pariwisata haruslah memiliki citra yang positif. Membuat Brand memerlukan analisis lingkungan internal dan lingkungan eksternal
28
Perbedaan Penelitian
Objek Penelitian yang berbeda
Objek Penelitian yang berbeda
Objek Penelitian yang berbeda
Objek Penelitian yang berbeda
Persamaan Penelitian
Membahas mengenai Destinasi Branding suatu daerah (Banten Lama)
mengenai Destinasi Branding suatu daerah (Pulau Weh)
Membahas mengenai Destinasi Branding suatu daerah (Kota Surakarta)
Membahas mengenai pentingnya Destinasi Branding
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian Penelitian memiliki ciri agar penelitian tersebut dapat dikatakan penelitian. Ciri tersebut menurut Sugiyono (2009) adalah 1. Rasional yang berarti penelitian tersebut dapat diterima oleh akal sehat manusia; 2. Empiris yang berarti cara-cara yang digunakan dalam penelitian tersebut dapat teramati oleh alat indra dan caracara yang digunakan dapat digunakan pula oleh orang lain; 3 Sistematis yang berarti cara-cara yang digunakan menggunakan langkah yang berurut dan terurut. Maka dari itu diperlukan suatu metode dalam penelitian. Metodologi merupakan kerangka teoritis yang digunakan untuk menganalisis, mengerjakan dan mengatasi permasalahan yang dihadapi. Metode penelitian adalah cara dan prosedur ilmiah yang diterapkan untuk melaksanakan penelitian mulai dari menentukan variabel, mengumpulkan data, mengolah data dan menyusunnya dalam laporan tertulis (Wardiyanta, 2010). Secara garis besar motode penelitian terbagi menjadi dua bagian, yaitu metode penelitian kuantitatif dan metode penelitian kualitatif. Metode penelitian kuantitatif adalah penelitian dengan cara sistematis, terkontrol dan empiris. Penelitian kuantitatif lebih menekankan pada cara berfikir yang lebih positif yang bertolak dari fakta sosial yang ditarik dari realitas objektif. Sementara itu metode penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa data-data tertulis atau lisan dari orang dan perilaku yang diamanati.
29
30
Pendekatan kualitatif memandang bahwa makna adalah bagian yang tidak terpisahkan dari pengalaman seseorang orang
lain
(Bungin
2009).
dalam kehidupan sosialnya bersama
Penelitian
kualitatif
didasari
oleh
aliran
fenomeneologi, sebuah aliran filsafat yang mengkaji penampakan atau fenomena yang mana antara fenomena dan kesadaran tidak terisolasi satu sama lain, melainkan selalu berhubungan secara dialegtis (Bungin 2009). Fenomenologi memandang suatu yang tampak tersebut pasti bermakna menurut subjek yang menampakkan fenomena itu, karena setiap fenomena berasal dari kesadaran manusia sehingga sebuah fenomena pasti ada maknanya. Pendekatan kualitatif memberi otonomi sebesar-besarnya kepada peneliti dalam mengembangkan proses-proses mental yang terjadi antara peneliti dengan objek penelitian. Kedudukan teori dalam penelitian kulitatif tidak menjadi suatu keharusan yang mutlak, Bungin (2009) menuliskan bahwa peneliti tidak perlu memahami teori tentang data yang diteliti. Karena data adalah segalanya yang dapat memecahkan semua masalah penelitian. Teori tidak menjadi fokus dalam penelitian, melainkaan data yang menjadi fokus penelitian dilapangan. Peneliti adalah instrument penting dalam penelitian kualitatif karena peneliti yang menguasai seluruh proses dalam komponen penelitian (Bungin 2009). Peneliti dalam penelitian ini mencoba memaknai fenomena yang terjadi di Pulau Tunda. Fenomena tersebut adalah fenomena objek wisata Pulau Tunda yang memiliki potensi yang besar untuk menjadi destinasi wisata bahari di Kabupaten Serang. Peneliti menyatakan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena penelitian ini bermula dari fenomena sosial yang terjadi di Pulau
31
Tunda dimana fenomena tersebut dimaknai sebagai suatu hal yang komplek dan dinamis sehingga diperlukan analisis mendalam untuk dapat menjelaskan atau memaknai fenomena tersebut. 3.2 Paradigma Penelitian Ritzer dalam Ardial (2014) paradigma adalah pandangan yang mendasar dari para ilmuan tentang apa yang menjadi pokok persoalan permasalahan yang senantiasa dipelajari oleh salah satu cabang atau disiplin ilmu. paradigma merupakan perspektif umum, suatu cara menjabarkan berbagai masalah dunia nyata yang komplek. Postpositivis adalah bentuk perbaikan atau modifikasi dari positivis. Paradigma ini yang menolak ide-ide bahwa dunia sosial dapat dipelajari dengan cara yang objektif dan bebas nilai. Esensi paradigma ini dengan kehadirannya sebagai realism kritis, Secara Ontologi, dinyatakan dalam tulisannya Cool & Campbell alam,
ini
menyatakan, „‟walaupun dunia yang nyata ada karena keberadaan tidak
mungkin
bagi
manusia
untuk
merasakannya
dengan
ketidaksempurnaan panca indera dan mekanisme yang intelek. Secara epistemology, postpositivis melihat perlu adanya modifikasi objektivitas, dimana ketepatan objektivitas adalah peraturan yang ideal tetapi sesungguhnya ini tidak dapat diterima oleh pikiran orang lain. Secara metodologi, postpositivis menetapkan dua tanggapan untuk memunculkan penolakan, yang pertama, didalam ketertarikan menyesuaikan diri untuk bertanggung jawab sebagai realisme kritik dan memodifikasi subjektivitas, penekanannya terletak pada multiplisme kritis yang berguna sebagai penguraian triangulasi. Yang kedua,
32
postpositivisme mengakui bahwa banyak ketidakseimbangan diizinkan muncul untuk mencapai realistis dan penelitian objektif. Peneliti menggunakan paradigma positivism
dengan pertimbangan bahwa
penelitian mempelajari fenomena yang terjadi pada objek wisata Pulau Tunda dengan memperhatikan teori analisis SWOT. Analisis SWOT dijadikan panduan untuk melihat fenomena yang terjadi di Pulau Tunda. 3.3 Metode Pengumpul Data Alwasilah 2011 mengatakan pengumpulan data adalah bagaimana cara peneliti akan mengumpulkan data atau informasi untuk menjawab pertanyaan peneliti, baik melalui beberapa jenis wawancara, observasi, dokumen, dan metode lainnya. Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data dengan menggunakan teknik wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi. 3.3.1 Wawancara Mendalam Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data wawancara mendalam. wawancara mendalam atau indepth interview adalah proses memperoleh keterangan atau informasi untuk tujuan penelitian yang dilakukan secara mendalam kepada responden kunci dan untuk menggali temuan di lapangan sesuai dengan fokus penelitian (Ruslan, 2010). Wawancara mendalam ini digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan informasi awal mengenai objek wisata Pulau Tunda. Data yang dihasilkan dari wawancara mendalam ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang lebih nyata mengenai potensi dan kondisi Pulau Tunda, harapan terhadap potensi wisata tersebut, serta sejauh mana
33
peran dan sikap pemerintah menyikapi potensi tersebut. Wawancara mendalam akan dilakukan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan persepsi konsumen, potensi wisata pada Pulau Tunda, dan identitas Pulau Tunda. Selain menggunakan teknik wawancara mendalam penelitin ini juga menggunakan teknik pengumpulan data melalui observasi untuk memperoleh data yang tidak didapatkan dari wawancara. 3.3.2 Observasi Teknik pengumpulan data selanjutnya yang digunakan oleh peneliti adalah teknik observasi. Teknik pengumpulan data ini digunakan agar data yang belum didapat atau yang tidak bisa didapatkan dengan menggunakan teknik wawancara mendalam bisa didapatkan. Alwasilah, (2011) mengatakan melalui observasi maka peneliti dapat melihat sendiri pemahaman yang tidak terucapkan, bagaimana teori digunakan langsung dan melihat sudut pandang narasumber yang mungkin tidak berhasil didapatkan saat wawancara. Sehingga observasi ini pun digunakan untuk memperkuat data yang telah di peroleh. 3.3.3 Studi Dokumentasi Alwasilah (2011) dokumen merupakan catatan berupa surat, memoar, ontobiografi, diari, jurnal, buku teks, surat wasiat, makalah, pidato, artikel, koran, editorial, catatan medis, pamflet propaganda, publikasi pemerintah, foto dan lain sebagainya. Studi dokumentasi dalam penelitian ini adalah mengumpulkan data yang bersumber dari Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga, artikel yang membahas mengenai Pulau
34
Tunda, buku teks yang berhubungan dengan penelitian ini. Data studi dokumentasi juga di pergunakan untuk memperkuat data-data penelitian. 3.3.4 Focus Group Discucion Metode FGD merupakan salah satu metode pengumpulan data penelitian dengan hasil akhir memberikan data yang berasal dari hasil interaksi sejumlah partisipan suatu penelitian. Metode FGD merupakan metode pengumpul data untuk jenis penelitian kualitatif dan data yang dihasilkan berasal dari eksplorasi interaksi sosial yang terjadi ketika proses diskusi yang dilakukan para info rman yang terlibat (Lehoux, Poland, & Daudelin, 2006). Metode FGD ini peneliti pilih sebagai metode pengumpulan data dalam penelitian ini untuk mendapat data penelitian yang tidak didapat dari hasil wawancara. Selain itu dengan metode penelitian ini peneliti bisa mendapatkan data dengan lebih cepat dari sumber yang berbeda. 3.4 Narasumber Penelitian Salah satu Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik wawancara mendalam, sehingga keberadaan narasumber sangat diperlukan. Hariwijaya dan Djaelani, 2005 mengartikan narasumber adalah orang yang dijadikan sumber informasi. Adapun yang akan dijadikan narasumber dalam penelitian ini adalah
35
1. Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Serang Dinas pariwisata, pemuda dan olah raga Kabupaten Serang dipilih karena dinas inilah yang bertanggungjawab atas seluruh kegiatan pariwisata di wilayah Kabupaten Serang. 2. Pengusaha Bisnis di Pulau Tunda Pengusaha bisnis tersebut dipilih karena pengusaha bisnis ini dianggap dapat memberikan informasi mengenai perkembangan wisata di daerah Pulau Tunda. 3. Tour and Travel di Serang Pemilihan tour and travel menjadi narasumber, dikarenkan kegiatan mereka yang memberikan jasa perjalanan untuk berwisata. Darinya peneliti dapat mendapatkan informasi mengenai pelaku wisatawan, keinginan dan kebutuhan wisatawan, serta informsai mengenai objek wisata yang menjadi pesaing untuk Pulau Tunda. 4. Wisatawan Pulau Tunda Pemilihan narasumber ini dimaksudkan untuk mencari informasi mengenai penilain konsumen terhadap objek wisata Pulau Tunda. Selain itu peneliti juga dapat memperoleh informasi mengenai kelebihan maupun kekurang yang dimiliki Pulau Tunda. Serta dapat memperoleh data mengenai komunikasi yang terjalian antara wisatawan dengan pihak pengelolah objek wisata Pulau Tunda.
36
5. Target Market Pemilihan narasumber ini dimaksudkan agar peneliti mendapatkan informasi mengenai image Pulau Tunda. Peneliti dapat juga memperoleh data mengenai kebutuhan dan keinginan target market. Penentuan narasumber ini berdasarkan pada kriteria yang dibuat penulis yakni: 1. Narasumber adalah orang, kelompok maupun lembaga yang mengerti dan memahami dunia pariwisata (khususnya pariwisata bahari dan pariwisata didaerah Kabupaten Serang). 2. Narasumber adalah orang atau lembaga yang memiliki wewenang terhadap pengembangan objek wisata Pulau Tunda. 3. Narasumber adalah orang atau kelompok yang pernah berkunjung ke objek wisata Pulau Tunda. 4. Narasumber adalah orang, kelompok yang memiliki kepentingan khusus terhadap Pulau Tunda. 3.5 Fokus Penelitian Fokus penelitian dimaksudkan untuk membuat penelitian tidak melebar dalam melihat suatu masalah. Alwasilah, 2011 mengatakan Fokus penelitian berfungsi untuk membangun pagar sekeliling lahan penelitian, membangun kriteria inklusif atau eksklusif dalam penelitian dan memudahkan cara kerja sehingga tidak ada tindakan yang mubazir. Fokus penelitian ini adalah meneliti
37
kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan serta potensi yang dimiliki oleh Pulau Tunda. 3.6 Teknik Analisis Data Miles dan Huberman dalam Sugiyono, 2009 berpendapat bahwa, proses analisis data melalui tiga tahap, yaitu reduksi data, penyajian data, dan pernarikan kesimpulan atau verifikasi. Pada penelitian ini reduksi data dilakukan dengan cara penyeleksian narasumber, pencatatan atau perekaman informasi yang dibutuhkan. Penyajian data dilakukan dengan cara menyusun data kedalam bentuk narasi yang sederhana dan mudah dipahami. Kemudian penarikan kesimpulan yang merupakan tinjauan ulang terhadap data yang didapat di lapangan dilakukan untuk menguji kebenaran dan validitas. Teknik analisis data tentunya disesuaikan dengan data yang diperoleh. Selanjutnya dianalisis secara terperinci. Data berupa dokumen seperti artikel pemberitaan di media massa akan menjadi pendukung dalam melakukan analisis data hasil wawancara. 3.6.1 Pengecekan Keabsahan Data Pengecekan keabsahan data dilakukan untuk membuktikan data yang diperoleh
dapat
digunakan
dalam
penelitian
serta
dapat
dipertanggungjawabkan. Pengecekan keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi. Moleong 2013 menuliskan triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan suatu yang lain. Denzin 1978 dalam Moleong 2013 membagi triangulasi kedalam empat macam, yaitu teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber,
38
metode, penyidik, dan teori. Dari ke empat macam triangulasi tersebut yang lazim digunakan adalah melalui sumber lain (Moleong 2013). Penelitian ini pun menggunakan triangulasi dengan sumber. Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif (Pattonn 1987 dalam Moleong 2013). Teknik ini dilakukan dengan cara : 1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara. Cara pertama ini akan penulis lakukan dengan mengecek data penelitian terutama yang berkaitan dengan kondisi fisik Pulau Tunda dengan hasil wawancara yang dilakukan pada staheholder yang bertanggungjawab atas pembangunan Pulau Tunda sebagai objek wisata. 2) Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi. Cara kedua ini diguanakan untuk mengecek data penelitian terutama yang berkaitan dengan identitas. 3) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu. Cara ketiga ini dilakukan untuk mengecek data yang berkaitan dengan persepsi konsumen dan image. 4) membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang. Cara ini dapat digunakan peneliti untuk mengecek data mengenai konsisi fisik Pulau Tunda sebagai objek wisata. 5) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. Pengecekan data dengan cara ini dapat peneliti gunakan untuk mengecek data penelitian
39
terutama yang berhubungan dengan kebijakan-kebijakan yang dibuat pemerintah mengenai Pulau Tunda. 3.7 Tempat Penelitian Proses penelitian ini bertempat di Pulau Tunda yang terletak di Kabupaten serang Provinsi Banten. Selain itu proses penelitian pun dilakukan di Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Serang serta di beberapa penyedia jasa perjalanan wisata Pulau Tunda. 3.8 Waktu Penelitian N Nama o Kegiatan 1 Pra Penelitian a. Observasi Pra Riset b. Penyusunan Proposal Penelitian c. Presentasi Proposal Penelitian 2 Penelitian a. Pengumpula n data b. Analisis data c. Pembahasan dan Kesimplan d. Penyususan an hasil penelitian e. Revisi hasil penelitian
Desember 1
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian Kabupaten Serang merupakan daerah kabupaten yang terletak di Provinsi Banten yang dibatasi oleh Laut Jawa pada bagian utara, Kabupaten Tangerang pada bagian timur, Kota Cilegon dan Selat Sunda pada bagian barat, Kabupaten Lebak dan Kabupaten Pandeglang pada bagian selatan. Kabupaten Serang terletak di ujung barat bagian utara Pulau Jawa yang merupakan gerbang penghubung utama Pulau Jawa dengan Pulau Sumatera. Secara aksesbilitas letak Kabupaten Serang menjadi daerah transit penghubung darat Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Selain itu jarak yang tidak terlalu jauh dari Ibu Kota Negara yakni 70 KM yang dihitung melalui Tol Jakarta - Merak dapat menjadikan Kabupaten Serang sebagai daerah alternatif dan penyangga (hinterland) Ibu Kota. Kondisi ini memberikan keuntungan bagi Kabupaten Serang dan berpotensi untuk melakukan berbagai pengembangan pada berbagai sektor, salah satunya pada sektor pariwisata. Daya tarik kepariwisataan yang terdapat di Kabupaten Serang memberikan peluang untuk Kabupaten Serang mengembangkan sektor pariwisata. Adapun daya tarik kepariwisataan yang terdapat di Kabupaten Serang dapat diklasifikasikan ke dalam wisata sejarah dan budaya, wisata buatan (binaan), kehidupan masyarakat tradisional (living cultre) dan wisata alam. Secara kewilayahan, pola pengembangan pariwisata Kabupaten Serang terdiri dari
40
41
Kawasan Wisata Pantai Barat, Kawasan Wisata Ziarah, serta Kawasan Wisata Pantai Utara. Keberadaan objek pariwisata di Kabupaten Serang teridentifikasi sebanyak 57 objek wisata dengan pengklasifikasian objek wisata kategori alam sebanyak 20 objek, wisata sejarah dan budaya sebanyak 14 objek, wisata kehidupan masyarakat tradisional (living culture) sebanyak 4 objek, wisata buatan sebanyak 10 objek, dan wisata atraksi seni sebanyak 9 objek (RJPMD Kabupaten Serang 2010-2015). Kondisi wilayah Kabupaten Serang terbagi menjadi wilayah daratan dan beberapa pulau-pulau kecil yang berada di kawasan perairannya memberikan peluang untuk Kabupaten Serang dalam pengembangan pariwisata alam berjenis bahari. Sejauh ini tercatat Kabupaten Serang memiliki 17 pulau-pulau kecil yang terletak menyebar di Teluk Banten, Selat Sunda, dan Laut Jawa di luar Teluk Banten, dari ke 17 Pulau yang terdapat di Kabupaten Serang dua diantaranya memiliki ekosistem laut yang bagus dan berpotensi dikembangkan menjadi objek wisata. Kedua Pulau tersebut adalah Pulau Sangiang dan Pulau Tunda. Data ini didapat dari materi Kebijakan Daerah dalam Dukungan Kegiatan Pendayagunaan Pulau-Pulau Kecil pada Juli 2013 yang disampaikan oleh DKPESDM (Dinas Kelautan, Perikanan, Energi Dan Sumber daya Mineral) Kabupaten Serang, dan hasil wawancara dengan pihak DKPESDM (Dinas Kelautan, Perikanan, Energi Dan Sumber daya Mineral) Kabupaten Serang pada Rabu, 25 Mei 2016. Berikut kutipan wawancara yang dilakukan: “rata-rata di pesisir itu, rata-rata di Indonesia itu, namanya terumbu karang kan di sekeliling Pulau, nah di kita dari 17 Pulau itu hanya dua yang masih sangat bagus, yaitu satu Pulau Sangiang, satu Pulau Tunda”(Ibu
42
Mumun Munawaroh., M.Sc, Rabu, 25 Mei 2016, kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Serang) Pulau Sangiang dan Pulau Tunda sama-sama memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi objek wisata namun dikarenakan Pulau Sangiang merupakan kawasan konservasi yang pengelolaannya pun sudah di tangani oleh Kementrian Perhutanan sehingga kawasan yang memungkinkan untuk dikembangkan menjadi objek wisata adalah Pulau Tunda. Pertimbangan lain terpilihnya Pulau Tunda sebagai daerah pengembangan pariwisata adalah keberadaan penduduk, karena memang Pulau Tunda adalah pulau yang sudah berpenghuni. Harapannya bahwa dengan dikembangkannya sektor pariwisata di Pulau Tunda dapat memberikan dampak yang positif bagi masyarakat berupa meningkatnya taraf kehidupan masyarakat di Pulau Tunda. “….di Pulau Tunda itu kan ada masyarakatnya. Jadi kita pikir potensi apa yang bisa dikembangkan, tapi bisa berkelanjutan, bisa meningkatkan taraf hidup…. Pada saat itu memang satu-satunya potensi pariwisata, dan potensi itu bersinergi dan berkelanjutan” ”(Ibu Mumun Munawaroh, M.Sc, Rabu, 25 Mei 2016, kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Serang) Pulau Tunda merupakan wilayah terluar dari Kabupaten Serang yang secara geografis terletak di 106050‟00”- 105051‟51” BT dan 5056‟15”5059‟00” LS (RJPMD Kabupaten Serang 2010-2015). Secara administratif Pulau Tunda terletak di Kecamatan Tirtayasa, Kabupaten Serang. Luas dari Pulau Tunda adalah 260 Ha. Terdiri atas satu desa yaitu Desa Wargasara yang terbagi menjadi dua kampung yaitu Kampung Timur dan Kampung Barat. Wilayah Pulau Tunda secara geologi merupakan pulau vulkanik yang terbentuk dari endapan beku lava. Tofografi daratan 0 - 4 m dpl dengan daerah pada bagian timur lebih tinggi 1-2 m dari bagian barat. Kondisi morfologi
43
pantai berpasir dan terdapat varian mangrove yang cukup lebat di bagian timur dan selatan pulau. Lahan yang terdapat di Pulau Tunda didominasi semak belukar. Sekitar 10 Ha lahan dimanfaatkan untuk pemukiman dan fasilitas umum. Mata pencaharian masyarakat Pulau Tunda sebagian besar menjadi nelayan sedangkan sebagian lagi menjadi petani kebun dan wiraswasta. Namun dengan berkembangnya Pulau Tunda menjadi objek wisata, kini kalangan muda lebih banyak memilih untuk menjadi guide yang mereka sebut sebagai pelaku wisata atau operator. Selain penghasilan dari nelayan dan guide masyarakat Pulau Tunda pun saat ini mendapatkan tambahan penghasilan dari kompensasi yang diberikan atas pengerukan pasir yang setiap orangnya mendapatkan uang sekitar Rp.700.000,- per bulan. Keberadaan pariwisata di Pulau Tunda sebenarnya terbilang baru. Hasil wawancara yang dilakukan dengan pelaku wisata yang juga merupakan warga Pulau Tunda menyampaikan bahwa pariwisata di Pulau Tunda baru dimulai pada tahun 2011. Berikut adalah kutipan wawancara yang dilakukan. “Secara bertahap saya mencoba untuk mengundang teman-teman mahasiswa, seperti mahasiswa mapalaut dengan tujuan pertama memperkenalkan Pulau Tunda yang kedua agar masyarakat bisa berinteraksi dengan orang asing sehingga orang Pulau Tunda tidak asing dengan orang asing. Waktu itu sekitar tahun 2011 proses ini dimulai, lalu pada tahun 2012 saya mencoba membawa tamu hingga mencapai lebih dari 50 orang dari Jakarta untuk datang ke Pulau Tunda.” (Firman Hakiki, direktur utama Wisata Bahari Pulau Tunda, Senin,16 Mei 2016) Sejak saat itu pariwisata di Pulau Tunda terus berkembang hingga saat ini. Pemerintah pun melakukan dukungan melalui Kebijakan Daerah dalam Dukungan Kegiatan Pendayagunaan Pulau-pulau Kecil tahun 2010-2015 yang
44
mengarahkan Pulau Tunda pada pengembangan kepariwisataan. Sejak awal muncul pariwisata di Pulau Tunda berjenis wisata bahari dengan daya tarik utama keindahan terumbu karang yang berada di sekitar Pulau Tunda. 4.2 Analisis Data Penelitian Proses pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti melalui wawancara,
observasi,
FGD
(Focus
Group
Discussion),
dan
studi
dokumentasi memberikan berbagai informasi yang membantu peneliti menjawab tujuan dari penelitian ini. Berdasar informasi yang didapat dari FGD (Focus Group Discussion) yang dilakukan dengan Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga, Pemerintah Desa Wargasara Pulau Tunda, serta pengembang Pariwisata Pulau Tunda bahwa proses pengembangan Pulau Tunda sebagai objek wisata akan difokuskan pada tahun 2017. Sementara untuk saat ini pengembangan yang mungkin dilakukan adalah pengembangan fasilitas guna menunjang kegiatan pariwisata di Pulau Tunda. “Pengembangan Pulau Tunda sebagai objek wisata baru akan menjadi prioritas pada tahun yang akan datang, dikarenakan prosedur pengajuan anggaran yang membutuhkan waktu satu tahun”(Bapak M Luthfie Yonas, 26 Mei 2016, Dinas Periwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Serang) “Pengembangan wisata untuk saat ini berupa pengembangan fasilitas, untuk saat ini pemerintah Desa akan membangun saung-saung, coffee shop dan taman di bagian Selatan Pulau Tunda.”(Bapak Nana Suharna, 31 Mei 2016, Kantor Desa Wargasara Pulau Tunda) Sementara hasil wawancara yang dilakukan dengan Dinas Kelautan, Perikanan, Energi dan Sumber daya Mineral (DKPESDM) memberikan informasi bahwa pengembangan Pulau Tunda sudah dilakukan sejak tahun 2011 dan memang pengembangan yang dilakukan diarahkan untuk pariwisata
45
namun lebih berfokus untuk menyiapkan kawasan untuk pariwisata tersebut dengan melakukan berbagai penataan lingkungan laut. Hal ini dikarenakan sejak awal yang menjadi daya tarik pariwisata di Pulau Tunda adalah ekosistem laut yang terdapat di Pulau Tunda. Berikut adalah kutipan wawancara yang dilakukan: “Setelah kita melihat potensi itu. kita coba tuh. Kita kerjasama dengan IPB monitoring terumbu karang. Berikutnya lagi kita kenalkan dengan transplantasi. Bagaimana menjaga terumbu karang. Lalu kita juga bercerita bahwa ekosistem di sana bukan cuma terumbu karang tapi juga ada mangrove. Jadi banyaklah destinasi yang bisa dikembangkan.” (Ibu Mumun Munawaroh, M.Sc, Rabu, 25 Mei 2016, kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Serang) Data yang terkumpul baik yang didapat melalui wawancara, observasi, FGD (Focus Group Discussion) serta dokumentasi menunjukkan bahwa Pulau Tunda memiliki daya tarik pariwisata berjenis bahari. Sejauh ini pemerintah setempat baru memulai pengembangan untuk pariwisata di Pulau Tunda. Namun sebelum Pemerintah melakukan pengembangan, objek wisata Pulau Tunda sudah mulai dikenal sebagai objek wisata. Hal ini dikarenakan beberapa warga Pulau Tunda yang lebih awal menyadari potensi pariwisata yang dimiliki oleh daerahnya berinisiatif memasarkan Pulau Tunda sebagai objek wisata, dan ternyata mendapat respon yang baik dari para wisatawan. Meskipun pemasaran yang dilakukan masih bersifat perseorangan dan lebih mengandalkan pada hubungan pertemanan dimana dalam bahasa pemasaran menggunakan strategi pemasaran word-of-mouth yang ternyata terbukti efektif untuk langkah awal. Berikut kutipan wawancara yang dilakukan kepada
46
wisatawan Pulau Tunda yang menunjukkan bahwa pemasaran Pulau Tunda terjadi secara word-of-mouth : “Tau Pulau Tunda, dari rekomendasi temen yang udah pernah ke sana. Dia bilang karangnya bagus. Snorkelingnya juga enak. Terus udah gitu searching deh” (Novia, wisatawan asal Jakarta, 1 juni 2016) “Banyak yang bilang Pulau Tunda bagus karangnya, ikannya banyak, pemandangannya juga bagus” (Hilda Yunike, wisatawan asal Serang, 29 Mei 2016). 4.2.1 Analisis SWOT Pengumpulan data untuk melakukan analisis SWOT dilakukan dengan menggunakan teknik
pengumpulan data berupa wawancara,
observasi, FGD (Focus Group Discussion) dan juga studi dokumentasi. Wawancara dilakukan dengan pihak DKPESDM (Dinas Kelautan, Perikanan, Energi Dan Sumberdaya Mineral) dan pelaku wisata. Sedangkan observasi dilakukan pada bulan April dan Mei 2016 dengan memfokuskan pengamatan pada kondisi fisik Pulau Tunda serta sosial masyarakat Pulau Tunda. FGD (Focus Group Discussion) dilakukan bersama dengan pihak Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga, pemerintah Desa Wargasara Pulau Tunda serta tim pengembang pariwisata Pulau Tunda. Sementara untuk studi dokumentasi peneliti menggunaan buku-buku perpustakaan, Laporan Akhir
Kajian Pengelolaan Ekosistem Pulau Tunda Untuk
Pengembangan Minawisata tahun 2015, laporan penelitian mengenai Pulau Tunda, serta artikel-artikel dari internet yang berhubungan dengan penelitian.
47
Data yang terkumpul dapat di uraikan sebagai berikut : 4.2.1.1 Kekuatan / Strengths Pulau Tunda Data yang terkumpul menunjukan bahwa Pulau Tunda saat ini memiliki kekuatan berupa kondisi taman bawah laut yang terbilang baik. data yang diperoleh yang menyatakan keindahan terumbu karang dengan konsisi yang baik. Baik pihak pemerintah, pengembang, pelaku wisata, bahkan wisatawan membenarkan daya tarik wisata Pulau Tunda berupa keindahan bawah laut. Berikut kutipan wawancara yang dilakukan dengan wisatawan Pulau Tunda yang memuji keindahan bawah laut Pulau Tunda: “Aku udah pernah juga ke pulau-pulau yang ada di Banten kaya Pulau 3, Pulau 4, Pulau 5, Pulau Oar juga pernah dan bawah lautnya gak sebagus Pulau Tunda. Apalagi Pulau 3, Pulau 4, Pulau 5 buat snorkeling gak ada yang bisa di liat, kalo Pulau Oar waktu itu di kedalaman 5 meter baru bisa liat karang bagus, sisanya karang mati” (Hilda Yunike, wisatawan asal Serang, 29 Mei 2016) Analisis
yang
dilakukan
oleh
pengembang
mengungkapkan bahwa untuk di wilayah Kabupaten Serang pulau yang memiliki keindahan taman bawah laut hanyalah Pulau Tunda sedang sisanya hanya menawarkan pasir pantai. “Untuk daerah serang Pulau Tunda belum memiliki pesaing karena pulau lain yang ada di Serang hanya menjual pasir pantai saja” (Bapak Gunawan, pelaku wisata/Tim pengembang Pariwisata Pulau Tunda, 31 Mei 2016, Pulau Tunda)
48
Sementara itu hasil FGD (Focus Group Discussion) yang dilakukan bersama beberapa pegawai desa yang menyampaikan bahwa Pulau Tunda memiliki kondisi tanah yang terbilang baik, memungkinkan
untuk
mengembangkan
perkebunan
yang
mungkin bisa menjadi agrowisata. Selain kondisi bawah laut kini Pulau Tunda pun mulai mendapat dukungan dari pemerintah dalam proses pengelolaan dan pengembangannya sebagai objek wisata. Pemerintah daerah melalalui Dinas Kelautan, Perikanan, Energi dan Sumberdaya Mineral Kabupaten Serang sebagai yang diberi tanggung jawab untuk melakukan pemberdayaan masyarakat pesisir dan pulaupulau kecil di Kabupaten Serang, menyatakan bahwa dukungan yang dilakukan untuk pengembangan wilayah Pulau Tunda lebih berhubungan dengan lingkungan pantai dan laut seperti misalnya melakukan pelatihan transplantasi karang untuk masyarakat, pengadaan pelatihan untuk penyelam, serta mendirikan sebuah villa yang dimaksudkan untuk digunakan dalam kegiatan wisata. “Kaya misalkan gini, yang kita tau yang bagus di barat sama di utara. Diutara ternyatakan jalan desa gak ada di sana. Kita akhirnya anggaran dari kita. Kita coba bikin jalan poros yang cuma 300 meter, tapi itukan ketempat wisata yang karangnya bagus gitu. Kita juga kan bikin rumah, walaupun rumahnya sekarang tidak dimanfaatkan secara optimal, itu salah satu yang untuk menunjang. Dari kementerian juga kan ada alat selam. Kita pelatihan-pelatihan kan sudah.” (Ibu Mumun Munawaroh, M.Sc, Rabu, 25 Mei 2016, kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Serang)
49
Selain Dinas Kelautan, Perikanan, Energi dan Sumberdaya Mineral Kabupaten Serang, Dinas Periwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Serang pun kini mulai secara serius merancang program untuk pengembangan Pulau Tunda sebagai objek wisata yang akan di prioitaskan di tahun 2017. Pengembangan Pulau Tunda sebagai objek wisata baru akan menjadi prioritas pada tahun yang akan datang, dikarenakan prosedur pengajuan anggaran yang membutuhkan waktu satu tahun. Rencana pengembangan lebih kepada akomodasi pariwisata berupa home stay (salah satu point dalam Focus Group Discussion yang dilakukan dengan Dinas Pariwsata, Pemuda dan Olahraga, 26 Mei 2016) Adapun dalam rencana pengembangan yang akan dilakukan lebih dulu mengutamakan akomodasi pariwisata yang dibutuhkan oleh objek wisata Pulau Tunda berupa penginapan, dan penataan lahan wisata. Dalam FGD (Focus Group Discussion) tersebut disampaikan bahwa pengembangan wisata di Pulau Tunda dikembangkan pada wisata bahari dan daya tarik utama berupa suasana laut dan pantai. Dalam rencana pengembangan yang akan dilakukan pemerintah setempat akan
membentuk
BUMDES (Badan Usaha Milik Desa) yang bertujuan untuk mengoordinasikan kegiatan usaha di Pulau Tunda. Data yang didapat peneliti mengenai dukungan pemerintah untuk Pulau Tunda dari segi pemasaran adalah melalui Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga membantu pemasaran Pulau Tunda dengan cara membuat situs informasi pariwisata yang
50
didalamnya berisi informasi mengenai objek wisata Pulau Tunda dan objek wisata lainnya yang ada di Kabupaten Serang. Gambar 4.1 Sistem Informasi Pariwisata Kabupaten Serang
Sumber : simpartaserang.com/home/kategori/wisata-bahari 4.2.1.2 Kelemahan / Weakness Pulau Tunda Data yang terkumpul selama proses penelitian ini menunjukkan bahwa Pulau Tunda memiliki kelehaman terutama yang berkaitan dengan fasilitas pendukung wisata. Selain itu sosial budaya yang terdapat di Pulau Tunda diakui dapat menjadi penghambat baik langsung maupun tidak langsung bagi objek wisata tersebut. “Pengembangan wisata terkendala dengan penerimaan warga yang masih belum 100% menerima kehadiran wisata.” (salah satu point dalam FGD (Focus Group Discussion) yang dilakukan dengan pihak Pengembang Pulau Tunda dan pemerintah desa, 31 Mei 2016)
51
Meski menurut pengembang masyarakat tidak dapat disalahkan, namun perlu juga diperhatikan karena konflik sosial dapat memicu berbagai masalah sosial yang tentunya akan mengganggu jalannya pengembangan objek wisata Pulau Tunda. Dugaan sementara masalah ini terjadi dikarenakan beberapa masyarakat merasa tidak dilibatkan dalam aktifitas pariwisata yang saat ini berjalan, seperti dalam kutipan di bawah ini, “Sebagian besar masyarakat sudah menerima adanya wisata di Pulau Tunda. Adapun yang tidak menerima diduga dikarenakan belum terlibat dalam kegiatan wisata. .”(Bapak Nana Suharna, 31 Mei 2016, Kantor Desa Wargasara Pulau Tunda) Sebagian masyarakat Pulau Tunda mulai terbuka dan berharap wisata Pulau Tunda dapat berkembang. Mereka pun berharap bahwa wisata Pulau Tunda bukan hanya sekedar wisata bahari tetapi dapat menjadi ekowisata. Hal ini dikarenakan mereka berharap dengan berkembangnya wisata kesejahteraan
mereka
dapat
meningkat,
serta
roda
perekonomian mereka dapat bergerak maju. Namun ada juga beberapa pandangan dari masyarakat bahwa perkembangan pariwisata akan membawa pengaruh yang buruk bagi sosial budaya masyarakat Pulau Tunda. Pandangan tersebut diakui oleh pelaku wisata, pemerintah, dan juga pengembang wisata di Pulau Tunda menghambat
52
pengembangan wisata yang ada di Pulau Tunda. Pandangan tersebut diduga muncul bukan semata kekhawatiran perubahan sosial budaya dimasyarakat, namun dikarenakan mereka belum terlibat dengan kegiatan wisata yang saat ini mulai berjalan. Untuk mengatasi persoalan tersebut pemerintah desa berencana membuat BUMDES (Badan Usaha Milik Desa) yang nantinya mengatur kegiatan wisata yang ada di Pulau Tunda. Sehingga warga dapat terlibat langsung dalam kegiatan wisata di Pulau Tunda. Wawancara yang dilakukan dengan ketua Karang Taruna Pulau Tunda memberikan informasi data yang berbeda dengan wawancara
yang dilakukan pada narasumber lain. Dalam
wawancara tersebut disampaikan bahwa masyarakat mulai merasa terganggu dengan adanya pariwisata di Pulau Tunda. Terganggunya masyarakat dikarenakan kegiatan wisatawan yang dianggap tidak sopan, seperti misalnya membuat kebisingan
pada
malam
hari
dan
berpakaian
minim
dilingkungan desa. “Iya kan, kalo ada wisatawan yang malam-malam berisik. Ngelapornya ke saya selaku karang taruna. Jadi kan home stay itu sebelahan sama rumah warga, terus ada tamu malam-malam bercanda, ketawa-ketawa, main gitar. Itu kan menganggu” (Suheri, ketua Karang Taruna Pulau Tunda, 31 Mei 2016) Kekhawatiran lain mengenai keadaan sosial masyarakat Pulau Tunda adalah perubahan kebiasaan masyarakat yang
53
diakibatkan oleh adanya kompensasi dari kegiatan pengerukan pasir laut. Seperti yang dituturkan pihak pengembang yang juga mengkhawatirkan keadaan sosial masyarakat. “Pengembang melihat kegiatan CSR perusahaan yang melakukan pengerukan pasir membawa budaya malas yang secara tidak langsung juga menghambat pengembangan Pulau Tunda.” (salah satu point dalam FGD (Focus Group Discussion) yang dilakukan dengan pihak Pengembang Pulau Tunda dan pemerintah desa, 31 Mei 2016) Kekhawatiran serupa disampaikan oleh pihak DKPESDM (Dinas Kelautan, Perikanan, Energi Dan Sumberdaya Mineral) maupun pihak DISPARPORA (Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga) Kabupaten Serang yang juga memandang dampak negatif dari pemberian kompensasi pengerukan pasir laut. Dampak negatif tersebut dikhawatirkan akan menghambat pengembangan Pulau Tunda baik pada sektor pariwisata maupun pada sektor lainnya yang dikarenakan perubahan gaya hidup masyarakat Pulau. Kebersihan lingkungan pun menjadi kelemahan yang dimiliki Pulau Tunda karena hingga saat ini pemerintah Pulau Tunda belum bisa mengatasi permasalahan sampah di Pulau Tunda. Berikut ini beberapa kutipan wawancara dan hasil FGD (Focus Group Discussion) terkait dengan kekurangan yang terdapat di Pulau Tunda. “Pemerintah Desa belum mampu mengatasi permasalahan sampah yang dihadapi Pulau Tunda”
54
(salah satu point dalam Focus Group Discussion yang dilakukan dengan pihak Pemerintah Desa Wargasara Pulau Tunda, 31 Mei 2016) “Mungkin soal sampah ini aja. Jangan sampai sampah itu punya yang lebih besar lagi gitu. Kalau lihat di pelabuhan itu, aduh gila sampahnya, enek gue liatnya.” (Pephit, Wisatawan asal Jakarta, 1 Juni 2016) Gambar 4.2 Sampah di Pesisir Pulau Tunda
Sumber: Dokumentasi Pribadi Terkait dengan fasilitas pendukung wisata yang terdapat di Pulau Tunda seperti penginapan, transportasi, rumah makan, toko cendramata dan akomodasi lainnya pun terbilang belum tercukupi. “tempat makan kali yah, karena kan walau kita di kasih makan, tapi tiap orang itu kan berbeda. Cenderamata, boleh tuh ada tapi jangan banyak-banyak, risih juga kan kalo lagi wisata, santai gitu di datengin disuruh-suruh beli. Yah sewajarnya aja deh” (Novia, wisatawan asal Jakarta, 1 Juni 2016) “yang kurang disana itu, akomodasinya. Harus sewa kapal dan itu mahal. Ada sih kapal umum tapi di jam-jam tertentu aja” (Hilda, Yunike, wisatawan asal Serang, 26 Mei 2016)
55
Data yang terkumpul ini menunjukkan bahwa Pulau Tunda masih memiliki kekurang yang perlu diperhatikan secara seksama. Meski kelehaman (weakness) dinyatakan sebagai suatu yang menjadi penghambat berkembanganya objek wisata, namun dengan pemikiran yang tajam dan kreatif dapat merubah kelemahan tersebut menjadi sebuah peluang atau bahkan kekuatan baru yang nantinya dimiliki oleh obek wisata.
4.2.1.3 Peluang / Opportunities Pulau Tunda Peluang merupakan salah satu faktor yang dapat mendukung berkembanganya suatu organisasi atau usaha yang dalam penelitian ini adalah objek wisata Pulau Tunda. Peluang ini berasal dari luar yang disebabkan oleh berbagai alasan dan dapat juga dikarenakan perubahan sosial yang terjadi. Lokasi Pulau Tunda yang tidak jauh dari pusat kota menjadi peluang besar bagi pengembangan wisata Pulau Tunda. Peluang ini diakui oleh pelaku wisata, tim pengembang dan juga pemerintah. Menurut mereka jarak yang tidak jauh ini memberikan keuntungan bagi objek wisata Pulau Tunda. Pasar pariwisata yang luas serta meningkatnya kebutuhan akan wisata juga menjadi peluang yang tidak bisa dilewatkan oleh Pulau Tunda sebagai objek wisata. Pandangan akan peluang ini pun
didukung
oleh
pernyataan
wisatawan
yang
juga
56
beranggapan bahwa Pulau Tunda dapat dijadikan wisata alternatif bagi warga kota. “itu penyebrangan dari Serang 2 jam. Itu samakan dari Muara Angke atau ancol ke Kepulauan Seribu 2 jam. Dan itu orang rame, dan ini bagi saya wisata Pulau Tunda ini wisata alternatif bagi saya. Alternatif untuk orang Jakarta yang enek ke Pulau Seribu, terlalu rame gitu.” (Pephit, Wisatawan asal Jakarta, 1 Juni 2016)
selain letak Pulau Tunda yang stategis, kemajuan teknologi pun menjadi peluang bagi Pulau Tunda untuk terus berkembang dan memassarkan objek wisata Pulau Tunda dengan jangkauan yang lebih luas. Keberadaan media sosial merupakan salah satu contoh perkembangan teknologi yang peluang untuk Pulau Tunda lebih dikenal. Data yang di peroleh peneliti menunjukkan bahwa informasi mengenai keberadaan di Pulau Tunda lebih banyak di dapat dari media sosial seperti instragram dan facebook . 4.2.1.4 Tantangan / Threats Pulau Tunda Tantangan merupakan salah satu faktor eksternal yang dapat
menjadi
penghambat untuk
perkembangan suatu
perusahaan atau organisasi yang dalam penelitian ini adalah Pulau Tunda. Meski dikatakan sebagai penghambat, namun tantangan
dapat
juga
berubah
menjadi
peluang
yang
menguntungkan. Maka dari itu memperhatikan tantangan dalam
penyususnan
perencxaan
pengembangan
atau
57
pengelolaan perlu di lakukan dengan memperhatikan berbagai aspek agar dapat mengambil langkah yang bijak guna kemajuan objek wisata Pulau Tunda. Pulau Tunda menjual alam sebagai daya tarik utama wisata. Sehingga bila terjadi kerusakan alam maka berarti rusak pula wisata Pulau Tunda. Banyaknya wisatawan bukan hanya menjadi keuntungan semata tetapi menjadi tantangan bagi keberlangsungan wisata Pulau Tunda sendiri. “tapi harus hati-hati juga itu, ketika wisatawan sudah banyak yang datang kan. Aktifitas snorkeling. Nanti karangnya keinjek patah-patah. Nanti mati sebelum tumbuh lah istilahnya. Kapasitas penggunaan air juga kan, limbah dan segala macamnya” (Ibu Mumun Munawaroh, M.Sc, Rabu, 25 Mei 2016, kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Serang) Pernyataan tersebut menjadi suatu alarm yang perlu diperhatikan dalam proses pengembangan Pulau Tunda, karena walau bagaimana pun kondisi lingkungan sangat perlu diperhatikan. Bukan semata untuk menjaga lingkungan tetapi juga untuk keberlangsungan dari wisata itu sendiri. Selain itu perkembangan wisata yang serupa, serta kelengkapan fasilitas yang dimiliki pesaing memberikan tantangan untuk Pulau Tunda untuk dapat bertahan dalam pasar pariwisata. Sehingga diperlukan strategi-strategi khusus yang mempadupadankan
kekuatan,
kelemahan,
tantangan yang dimiliki oleh Pulau Tunda.
peluang,
dan
58
Sementara itu baik pihak pemerintah maupun warga yang juga merangkap menjadi pelaku wisata berkeinginan untuk tidak melibatkan investor dalam pengembangan pariwisata Pulau Tunda. Mereka berpendapat bahwa keterlibatan investor akan lebih banyak membawa pengaruh negatif ketimbang pengaruh positif. Kekhawatiran tergesernya masyarakat dari kegiatan pariwisata yang menyebabkan masyarakat hanya menjadi “penonton” menyebabkan mereka berharap dapat secara mandiri mengelola pariwisata di Pulau Tunda. Berikut beberapa kutipan pendapat mengenai keterlibatan investor dalam pengembangan pariwisata di Pulau Tunda. “saya pribadi tidak suka, tidak setuju kalo ditangani investor, lebih baik sama masyarakat lokal saja” (Bapak M. Luthfie Yonas, Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Serang, 26 Mei 2016) “Selama masih bisa dibiaya oleh desa, ya desa saja. Tidak perlu investor” (Bapak Nana Suharna, Kantor Desa Wargasara, 31 Mei 2016) Kekhawatiran mengenai datangnya investor muncul karena sumberdaya manusia di Pulau Tunda dirasa belum memiliki kemampuan untuk bertahan dan bersaing dengan para investor yang datang. “Salah satu yang saya khawatirkan itu, ketika investor datang, mereka ketahuan banget kalo tidak profesional. Kembali ke profesionalisme tadi, kalo ada turis yang datang. Ya saat ini mereka bisa mendatangkan turis tapi ketika ada yang lebih profesional, taruhlah yang bawa turis juga profesional. Mereka juga kan sertifikat selam rata-rata masih A1 masil level dasar, tapi kalo jadi pemandu harusnya sudah beda lagi levelnya, sudah harus
59
mencakup keselamatan juga. (Ibu Mumun Munawaroh, M.Sc, Rabu, 25 Mei 2016, kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Serang) Kehawatiran akan datangnya investor ini pun bukan hanya pada kalangan pemerintah setempat melaikan juga datang dari warga Pulau Tunda yang mendukung adanya pariwisata di Pulau Tunda. Hasil wawancara dengan pelaku wisata yang juga merupakan warga setempat, mereka memiliki harapan untuk Pulau Tunda berupa pengelolaannya dilakukan oleh masyarakat setempat atau mereka menyebutnya dengan menggunakan sistem community based tourism dan tidak menginginkan masuknya investor. “gue sih pinginnya nih, harapan gue Pulau Tunda itu masyarakat yang kelola. Kalo bahasa pariwisatanya itu kemaren itu community based tourism jangan pake investorlah nanti masyarakat yang susah” (Aimanudin, Pelaku wisata/ warga Pulau Tunda, 26 Mei 2016)
4.2.2 Identifikasi Potensi Pulau Tunda Pariwisata sebagian besar produknya adalah produk yang sudah ada dan bukan hasil membuat dari mesin produksi, seperti misalnya sejarah, masyarakat, keindahan alam dan lainnya. Maka dari itu penting untuk pengetahui potensi yang dimiliki oleh objek pariwisata sebelum melakukan pengembangan dan pengelolaan yang lebih jauh. Hal ini di maksudkan agar setiap potensi yang dimiliki objek wisata dapat dimaksimalkan.
60
Penelitian ini memulai identifikasi potensi yang dimiliki dengan cara mengumpulkan informasi mengenai aset inti yang dimiliki oleh objek wisata Pulau Tunda. pengumpulan ini dilakukan dengan cara wawancara, observasi, FGD dan juga studi dokumentasi. Wawancara dilakukan dengan Dinas Kelautan, Perikanan, Energi dan Sumber daya Mineral, karena selama ini pihak DKPESDM (Dinas Kelautan, Perikanan, Energi Dan Sumberdaya Mineral) yang lebih aktif melakukan kegiatan pengembangan di Pulau Tunda. Hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa aset inti yang dimiliki oleh Pulau Tunda adalah ekosistem yang terdapat di Pulau Tunda. berikut kutipan wawancara yang dilakukan dengan pihak DKPESDM (Dinas Kelautan, Perikanan, Energi Dan Sumberdaya Mineral) “Saya pikir banyak. Iya ekosistem itu iya. Kalo kita cerita ekosistem itu kan karang dan mangrove” (Ibu Mumun Munawaroh, M.Sc, Rabu, 25 Mei 2016, kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Serang) Sementara
pihak
Dinas
Pariwisata,
Pemuda
dan
Olahraga
berpendapat bahwa aset yang dimiliki oleh Pulau Tunda adalah keindahan lingkungan pantai dan laut Pulau Tunda. “Point interest Pulau Tunda terletak pada lingkungan pantai dan laut Pulau Tunda” (Bapak M Luthfie Yonas, 26 Mei 2016, Dinas Periwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Serang) Adapun pandangan dari pelaku wisata yang memandang Pulau Tunda
sebagai
objek
wisata
memiliki
banyak
potensi
menguntungkan untuk kemajuan pariwisata adalah sebagai berikut :
dan
61
“Pulau Tunda memiliki potensi di bidang wisata edukasi dan ekonomi kreatif terlepas dari wisata alam yang saat ini dimilikinya yaitu snorkeling. Pulau Tunda memiliki kelautan, perikanan, sumber daya manusia yang bisa dikembangkan” (Firman Hakiki, Direktur utama Wisata Bahari Pulau Tunda, Senin,16 Mei 2016) Selain data wawancara peneliti pun melakukan studi dokumentasi pada Laporan Akhir Kajian Pengelolaan Ekosistem Pulau Tunda Untuk Pengembangan Minawisata 2015 yang dibuat oleh Pemerintah Kabupaten Serang, Dinas Kelautan, Perikanan, Energi dan Sumberdaya Mineral. Hasil studi dokumentasi tersebut menunjukkan bahwa Pulau Tunda memiliki potensi yang cukup baik dibeberapa spot untuk mengembangkan
minawisata,
snorkeling,
dan
diving
serta
pengembangan coral garden. Berikut beberapa kutipan hasil studi dokumentasi yang dilakukan: “Pulau Tunda yang memiliki keindahan di bawah laut berpotensi untuk dikembangkan kegiatan wisata bahari dan kegiatan minawisata. Pulau Tunda memiliki substrat dasar patahan karang, pasir, dan batu. Substat dasar yang keras dan kokoh ini merupakan lokasi baik bagi terumbu karang untuk dapat hidup dan berkembang dengan baik.” (Laporan Akhir Kajian Pengelolaan Ekosistem Pulau Tunda Untuk Pengembangan Minawisata 2015. Hal.IV-2) “Pulau Tunda merupakan pulau yang memiliki ekosistem yang unik, dan sangat lengkap, yakni disekelilingnya memiliki ekosistem mangrove, lamun dan terumbu karang yang ketiganya saling mendukung membentuk suatu ekoregion yang sangat unik. Oleh karena itu Pulau Tunda memiliki alam yang sangat indah. Ketiga ekologi pesisir, yakni mangrove, lamun, dan terumbu karang selain membentuk suatu ekoregion yang sangat khas, lengkap, mempunyai produktifitas yang tinggi (subur) dan sempurna juga memberikan keindahan alam yang luar biasa, sehingga Pulau Tunda mempunyai potensi yang tinggi untuk dikembangkan menjadi wilayah untuk kegiatan minawisata, serta mempunyai lokasi yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi soft coral
62
garden” (Laporan Akhir Kajian Pengelolaan Ekosistem Pulau Tunda Untuk Pengembangan Minawisata 2015. Hal.IV-40) Data-data tersebut kemudian disatukan dan dianalisis sehingga menghasilkan aset inti yang dimiliki oleh Pulau Tunda yang berpotensi untuk mendukung pengembangan wisata Pulau Tunda sebagai berikut: 1. Ekosistem pesisir yang lengkap Pulau Tunda yang merupakan daerah pulau yang memiliki ekosistem dengan produktifitas tinggi seperti terumbu karang, lamun, dan hutan bakau. Ekosistem terumbu karang yang terdapat di Pulau Tunda termasuk dalam ekosistem terumbu karang yang baik. Hutan bakau yang dimiliki oleh Pulau Tunda memiliki beragam jenis bakau yang tersebar di sekeliling Pulau. 2. Terumbu Karang Pulau Tunda memiliki substrat dasar patahan karang, pasir dan batu. Substrat dasar yang kuat dan kokoh merupakan lokasi yang baik bagi terumbu karang untuk dapat hidup dan berkembang dengan baik. Berdasar hasil kajian yang dilakukan oleh DKPESDM (Dinas Kelautan, Perikanan, Energi Dan Sumberdaya Mineral) Kabupaten Serang pada Tahun 2015 menunjukkan bahwa ekosistem terumbu karang di Pulau Tunda pada kedalaman 10 meter masuk kedalam kategori sedang, sementara kondisi terumbu karang memiliki potensi penutupan karang pada kondisi baik. Sedangkan pada kedalaman 2-4 meter kondisi ekosistem terumbu karang termasuk kedalam kategori
63
cukup baik, dengan presentase penutupan karang keras hidup mencapai 40%, serta pertumbuhan karang (lifefrom) yang beragam. 4.3 Gambar Terumbu Karang
Sumber : Wisata Bahari Pulau Tunda 3. Ikan Karang Pulau Tunda memiliki ekosistem terumbu karang baik yang juga berperan dalam ekologi menjadi rumah bagi biota laut. Terumbu karang ini dimanfaatkan oleh ikan untuk tempat tinggal, mencari makan, dan aktivitas lainnya. Jenis ikan karang di Pulau Tunda pun beragam dan didominasi oleh ikan famili pomacentridae. Sementara jenis ikan lainnya berasal dari Famili Caesionidea, Famili Labridea, Famili Apogenidea, Famili Chaetodontidea, Famili Nemipteridea, Famili
Holoecentridea,
Holoecentridea,
Famili
Famili Scaridea,
Nemipteridea, dan
Famili
Famili Siganidea.
Berdasarakan kajian yang dilakukan oleh DKPESDM (Dinas Kelautan, Perikanan, Energi Dan Sumberdaya Mineral) pada tahun
64
2015 bahwa keseragaman ikan pada setiap spot tidak didominasi oleh salah satu jenis ikan tetapi terjadi secara seimbang. Gambar 4.4 Ikan Karang
Sumber : Wisata Bahari Pulau Tunda Selain tiga aset tersebut Pulau Tunda pun memiliki aset pendukung yang keberadaannya pun perlu diperhatikan dalam pengembangan wisata Pulau Tunda. Pengumpulan data mengenai aset pendukung ini dilakukan dengan menggunakan metode observasi. Metode observasi ini dilakukan pada bulan April dan bulan Mei 2016. Adapun yang diamati adalah ketersedian fasilitas pendukung pariwisata dan suasana lingkungan yang terdapat di Pulau Tunda. Hasil observasi yang dilakukan sebagai berikut: 1. Penerangan Penerangan di Pulau Tunda menggunakan pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) dan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Saat ini penerangan di Pulau Tunda dimulai sejak pukul 18.00 sampai dengan 24.00 WIB menggunakan (PLTD), kemudian dilanjutkan dengan menggunakaan PLTS sampai pukul 06.00. Alasan utama
65
aliran listrik hanya ada pada malam hari adalah biaya solar untuk diesel yang besar. 2. Jaringan Komunikasi Jaringan komunikasi yang ada di Pulau Tunda belum terlalu bagus. Namun untuk beberapa provider memiliki jaringan yang terbilang cukup stabil yakni Indosat. Terdapat satu buah pemancar yang diketahui merupakan pemancar provider Telkomsel. 3. Transportasi Terdapat dua buah kapal penyeberangan regular yang dikhususkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang beroperasi tiga kali dalam satu minggu yaitu pada hari senin, rabu dan sabtu. Setiap orang dikenai ongkos perjalanan sebesar Rp.20.000,-. Sementara untuk menunjang aktifitas wisata di Pulau Tunda, pelaku wisata di Pulau Tunda menggunakan kapal nelayan yang disewakan. Penyewaan kapal lebih sering menggunakan kapal yang berada di Pelabuhan Karangantu, hal ini dikarenakan biaya sewa yang jauh lebih murah dibandingkan dengan biaya sewa perahu milik nelayan Pulau Tunda.
66
Gambar 4.5 Kapal Penyeberangan Reguler
Sumber : Dokumentasi Pribadi Gambar 4.6 Kapal Sewa untuk Wisatawan
Sumber :Wisata Bahari Pulau Tunda
67
4. Jalan Desa Jalan desa yang berada di Pulau Tunda sebagian besar sudah menggunakan pavlingblok yang dimulai dari dermaga hingga bibir pantai. Sehingga wisatawan dapat berkeliling Pulau dengan berjalan kaki ataupun menggunakan sepedah. Gambar 4.7 Jalan Desa di Pulau Tunda
Sumber : Dokumentasi Pribadi 5.
Penginapan Penginapan yang terdapat di Pulau Tunda masih berbentuk home stay. Wisatawan dan pemilik rumah berada dalam satu atap hanya berbeda ruangan. Jumlah home stay ini pun tidak banyak. Selama ini wisatawan yang berkunjung biasanya menginap di tempat guide yang menjadi pemandunya saat berlibur di Pulau Tunda. Selain homestay sebenarnya di Pulau Tunda terdapat 2 villa. Namun pemanfaatannya tidak terlalu optimal. Villa tersebut terletak di bagian barat Pulau Tunda dan di bagian utara Pulau Tunda.
68
Gambar 4.8 Villa yang berada di bagian Barat
Sumber: Wisata Bahari Pulau Tunda Terkait dengan aset yang dimiliki oleh Pulau Tunda guna mendukung perkembangan pariwisata, Pemerintah setempat untuk saat ini sedang melakukan pembangunan fasilitas pendukung. Pembangunan tersebut berupa: pembangunan gazebo di pinggir pantai, coffe shop, dengan konsep bangunan beach club. Data ini peneliti dapatkan dari hasil FGD (Focus Group Discussion) yang dilakukan dengan pemerintah desa wargasara Pulau Tunda dan tim pengembang pariwisata Pulau Tunda. Selain aset fisik yang dimiliki oleh Pulau Tunda sebagai objek wisata. Data yang didapat oleh peneliti menunjukkan bahwa Pulau Tunda memiliki potensi lain yang dapat dikembangkan. potensi itu adalah sosial budaya masyarakat pulau. “Yang menarik itu yang pertama home staynya bareng warga, itu bagi saya berkesan banget. Yang kedua listriknya nyala sampai jam 12 malam dan itu menantang banget. Bagi saya itu daya tariknya justru disitu. Artinya kita mengikuti dinamika warga setempat. Sambil berwisata-wisata juga kita bisa, sehingga kita kan, bagi saya sih kita bisa tahu gitu loh, secara sosial masyarakat
69
di sini tu bagainya, pola pikirnya, cara berperilakunya, visi– misinya, dan itu bagi saya menarik. Sampai di sana bagi saya penduduknya bagus ramah-ramah”. (Pephit, Wisatawan asal Jakarta, 1 Juni 2016) “awalnya gak nyangka bagus, dan untuk suasana desa, suasana malam yang sepi. Gak nyangka aja di Pulau yang seperti itu, mereka bisa hidup. Dikepung sama laut kan itu. sensainya disitu. Yang lampu nyala dari sore ampe malem. Yang udah panic ngecas hp ngecas kamera. Itu malah asik. Sebenernya liburan yang kaya gitu tuh yang enak daripad liburan yang harus tinggal di Hotel.” (Novia, wisatawan asal Jakarta, 1 Juni 2016) 4.3 Pembahasan Data yang dikumpulkan peneliti yang kemudian dikelompokkan dan dianalisis sesuai dengan kebutuhan penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa objek wisata memiliki potensi untuk dapat dikembangkan menjadi objek wisata bahari di Kabupaten Serang. Hasil analisis SWOT yang dilakukan menunjukkan bahwa Pulau Tunda lebih banyak memiliki kelemahan dan juga tantangan daripada kekuatan dan peluang yang dimiliki. Dari analisis SWOT tersebut dapat dilihat bahwa Pulau Tunda memerlukan berbagai strategi-startegi yang matang karena aset utama yang menjadi kekuatan Pulau Tunda sangat riskan mengalami kerusakan dan memerlukan waktu yang lama untuk memperbaikinya. Sementara data mengenai potensi Pulau Tunda menunjukkan bahwa Pulau Tunda memiliki potensi untuk menjadi objek wisata yang bukan hanya menawarkan keindahan alam melainkan juga kehidupan masyarakat pulau. Namun sayangnya untuk potensi ini masih belum banyak diperhatikan.
70
4.3.1
SWOT Pulau Tunda
Analis SWOT ini dilakukan untuk melihat Pulau Tunda secara internal dan juga ekstrnal. Hal ini dilakukan dengan menyususun kekuatan, kelemahan,pelung dan juga tantangan dari objek wisata Pulau Tunda. Peneliti memasukkan hasil analisis data yang dilakukan kedalam matrik SWOT seperti dibawah ini : Gambar 4.9 Matrik Analisis SWOT IFAS Kekuatan (S) 1. Kondisi taman bawah laut yang masih terjaga 2. Lahan perkebunan dengan kondisi tanah yang cukup baik 3. Ketersedian air tawar yang berasal dari Pulau Tunda Sendiri
EFAS
Kelemahan (W) 1. Kualitas SDM Pulau Tunda 2. Kurangnya Fasilitas pendukung wisata 3. Kurangnya Sadar Wisata di Kalangan Masyarakat Pulau Tunda 4. Infrastuktur yang belum lengkap 5. Sampah yang belum terkelolah dengan baik 6. Budaya masyarakat memandang etika dan kesopanan
Peluang (O) 1. Pasar wisata yang luas 2. Kebutuhan akan Wisata semakin meningkat 4. Lokasi Pulau Tunda yang dekat dengan pusat kota
Strategi (SO) 1. Meningkatkan penyebaran informasi 2. Membuat icon-icon wisata yang berbeda dengan perkotaan 3. Menambah wisata yang memanfaatkan daratan Pulau Tunda
Stategi (WO) 1. Pembangunan Fasilitas Pendukung sebagai daya tarik wisata 2. Penerapan Sadar Wisata yang Berkesinambungan
Tantangan (T) 1. Perkembangan wisata yang serupa 2. Fasilitas wisata pesaing yang lebih menarik
Strategi (ST) 1. Membentuk brand dan identitas Pulau Tunda 2. Mengembangkan wisata berbasis
Stategi (WT) 1. Meningkatkan Kualitas SDM Pulau Tunda, melalui Pelatihan-Pelatihan dan Bimbingan yang
71
3. Ketertarikan Investor 4. Banyaknya kegiatan wisatawan yang merusak keadaan alam 5. Objek wisata serupa yang lebih dulu menguasai Pasar Wisata, yang membentuk standar kepada konsumen
lingkungan 3. Dukungan pemerintah mengenai permodalan pengembangan wisata Pulau Tunda 4. Bantuan pemerintah untuk pembutan sertifikat-sertifikat pendukung pariwisata, seperti sertifikat guide , sertifikat hom stay
berkesinambungan 2. Pendampingan pemerintah dalam proses pengembangan Pulau Tunda 3. Pembuatan peraturan mengenai kegiatan investasi di Pulau Tunda 4. Mengembangkan kemampuan masyarakat lokal
Sumber: Data Penelitian Matrik SWOT ini menunjukkan bahwa Strategi-strategi yang didapat setelah mengelompokkan kekuatan dan kelemahan, peluang serta tantangan yang dimiliki oleh Pulau Tunda adalah pertama, pihak pengelola perlu memperluas jaringan informasi sehingga objek wisata Pulau Tunda dikenal oleh banyak orang. Strategi ini memperhatikan peluang pasar wisata yang luas yang belum terjamah oleh pengelola objek wisata Pulau Tunda. Kedua membuat ikon-ikon wisata yang berbeda dengan kawasan perkotaan. Strategi ini memperhatikan kekuatan Pulau Tunda yang memiliki alam yang masih alami dan peluang yang dimiliki Pulau Tunda berupa jarak yang tidak jauh dari perkotaan. Dibangunnya ikon-ikon tersebut dimaksudkan agar Pulau Tunda memberikan kesan yang berbeda dan unik. Ketiga, menambah kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi darat yang dimiliki oleh objek wisata Pulau Tunda. Strategi ini berdasarkan pertimbangan akan kekuatan Pulau Tunda yang juga memiliki potensi pengembangan di kawasan daratan semisal pengembangan agrowisata.
72
Keempat, Pembangunan fasilitas pendukung wisata. Fasilitas pendukung yang dimaksud misalnya kamar bilas, MCK (mandi, cusi, kakus), gazebo, bangu-bangku pantai, tempat makan, dan lainnya. hal ini dimaksudkan agar wisatawan memiliki kegitan lain selain kegiatan snorkeling seperti sekarang ini. Kelima, penerapan sadar wisata secara berkesinambungan. Strategi ini terbentuk berdasarkan pertimbangan akan kelemahan yang dimiliki Tunda terkait dengan masyarakat yang hingga ini belum memiliki sadar wisata yang besar. Masyarakat yang sadar wisata diperlukan di Pulau Tunda karena masyarakat yang sadar wisata akan terus mendorong perkembangan wisata Pulau Tunda. Keenam, membentuk dan mengembangkan brand Pulau Tunda. Strategi ini muncul dengan mempertimbangkan tantangan yang harus dihadapi oleh Pulau Tunda berupa perkembangan wisata serupa yang kemungkinan lebih siap dari Pulau Tunda. Sehingga pengembangan brand yang selanjutnya dapat menjadi identitas utama Pulau Tunda. Brand Pulau Tunda pun memungkinkan Pulau Tunda memiliki pasar wisata sendiri sehingga tidak bergantung dengan pasar wisata yang saat ini berkembang. Ketujuh, mengembangkan wisata berbasis lingkungan. Pertimbangan startegi ini adalah tantangan yang dihadapi Pulau Tunda terkait kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh banyaknya aktifitas wisata. Selain itu juga startegi ini dibuat untuk tetap menjaga aset utama yang dimiliki oleh Pulau Tunda yaitu keindahan alam.
73
Kedelapan, dukungan pemerintah mengenai permodalan, strategi ini dimaksudkan agar Pulau Tunda dapat mandiri mengembangkan wisatanya tanpa memerlukan investasi dari investor luar. Kesembilan, bantuan pemerintah dalam pembuatan sertifikat-sertifikat pendukung pariwisata, strategi ini dimaksudkan agar pelaku wisata di Pulau Tunda memiliki kredibilitas yang tinggi sehingga dapat meningkatkan kepercayaan wisatawan kepada pelaku wisatawan objek wisata Pulau Tunda. Kesepuluh, meningkatkan kualitas sumberdaya manusia Pulau Tunda,
melalui
pelatihan-pelatihan
dan
bimbingan
yang
berkesinambungan. Pelatihan ini di perlukan agar sumberdaya manusia di Pulau Tunda mampu bersaing dan menjadi berkualitas, sehingga memiliki kredibilitas yang tinggi. Kesebelas, pendampingan pemerintah dalam proses pengembangan Pulau Tunda. Pendampingan ini perlu dilakukan karena pemerintah sebagai pemegang kebijakan tertinggi. Wewenang yang dimiliki pemerintah dalam membuat kebijakan yang strategis dan berdampak positif bagi pengembagan Pulau Tunda di perlukan, untuk menekan hambatan-hambatan yang mungkin terjadi pada pengembangan Pulau Tunda. Terakhir, pembuatan peraturan mengenai kegiatan investasi di Pulau Tunda. Strategi ini bertujuan agar kegiatan investasi yang mungkin terjadi di Pulau Tunda tidak menimbulkan dampak negatif baik
74
untuk masyarakat Pulau Tunda maupun untuk investor yang melakukan investasi di Pulau Tunda. 4.3.2
Potensi Pulau Tunda Sebagai Objek Wisata Bahari Data dilapangan menunjukkan bahwa pihak pemerintah maupun pengembang melihat potensi yang dimiliki oleh Pulau Tunda yakni keindahan bawah laut Pulau Tunda berupa karang dan berbagai jenis ikan. Data di lapangan pun menunjukkan bahwa pengembangan yang dilakukan bertujuan untuk mendukung aset ini Pulau Tunda, seperti yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga bersama dengan pemerintah desa yang telah merencanakan pembangunan fasilitas wisata berupa pembuatan taman yang bertujuan agar wisatawan dapat menikmati suasana pantai dengan lebih nyaman. Rencana
selanjutnya
adalah
pembuatan
jalan
lingkar
yang
dimaksudkan agar wisatawan dapat mengelilingi pulau baik dengan menggunakan kendaraan roda dua ataupun berjalan santai. Observasi yang peneliti lakukan untuk dapat melihat dan merasakan sendiri kondisi dari Pulau Tunda ditambah dengan hasil data wawancara yang dilakukan, membawa peneliti pada pengertian bahwa potensi wisata bahari untuk Pulau Tunda benar adanya. Penetapan
taman
bawah
laut
sebagai
potensi
wisata
dan
menjadikannya sebagai aset inti pariwisata Pulau Tunda bagi peneliti adalah keputusan yang beralasan. Peneliti pun menilai bahwa pengembangan yang dilakukan sudah sesuai dengan apa yang
75
dibutuhkan oleh Pulau Tunda dan mendukung serta memperkuat kedudukan aset inti yang dimiliki oleh Pulau Tunda. Namun peneliti berpendapat bahwa makna dari “memprioritaskan aset ini” khususnya untuk Pulau Tunda bukan hanya berkaitan dengan mendukung dan memperkuat kedudukan aset inti saja tetapi perlu juga dalam rencana pembangunan di masukan pemeliharan aset inti yang dimiliki, mengingat aset inti yang dimiliki oleh Pulau Tunda sangat riskan mengalami kerusakan dan memerlukan waktu yang lama untuk memperbaikinya. Selain itu peneliti pun menyarankan kepada pemerintah setempat, pengembang, dan juga pengelola untuk menggali potensi lain yang dimiliki oleh Pulau Tunda. Berdasarkan analisis SWOT dan juga identifikasi potensi yang dilakukan oleh peneliti mengantarkan peneliti memahami pentingnya penyusunan brand untuk objek wisata Pulau Tunda. Pentingnya penyusunan ini karena dengan adanya brand objek wisata Pulau Tunda akan lebih memiliki identitas sehingga keberadaannya menjadi kuat, dengan catatan brand yang dibuat perlu memperhatikan berbagai aspek baik aspek yang berada di dalam internal objek wisata Pulau Tunda maupun aspek eksternal objek wisata Pulau Tunda. Selama penelitian berjalan peneliti mendapatkan bahwa apa yang dianggap kekurangan oleh pelaku wisata dan juga pengembang ternyata menjadi daya tarik bagi wisatawan. Misalnya saja penginapan yang menyatu dengan rumah warga dimana wisatawan dengan pemilik rumah bercampur baur dalam satu atap. Hal ini ternyata memberikan daya tarik bagi wisatawan, terlebih wisatawan yang berasal
76
dari perkotaan. Hal ini ungkap mereka karena mereka telah bosan dengan suasanya tempat wisata pada umumnya yang dapat mereka temukan di daerah perkotaan atau tempat wisata lain. Anggapan wisatawan yang hanya penasaran dengan Pulau Tunda dan enggan kembali lagi ke Pulau Tunda karena kurangnya fasilitas dan kegiatan wisata, ternyata anggapan yang keliru. Hasil wawancara dengan wisatawan menunjukkan bahwa mereka menyukai Pulau Tunda dan ingin kembali lagi ke Pulau Tunda untuk menikmati keindahan bawah laut Pulau Tunda, hanya yang menjadi pertimbangan mereka saat berlibur kembali ke Pulau Tunda adalah akses menuju Pulau Tunda. Penyeberangan reguler yang hanya tiga kali dalam seminggu dan bukan pada hari yang strategis untuk berwisata menjadi salah satu faktor yang menyebabkan rencana berlibur ke Pulau Tunda tertunda. Analisis yang tajam perlu dilakukan agar potensi Pulau Tunda dapat dikembangkan secara maksimal. Analisi yang dilakukan sebaiknya bukan hanya pada potensi sumber daya alam yang dimiliki oleh Pulau Tunda tetapi juga potensi-potensi lain yang terdapat di Pulau Tunda. Selain itu pula perlu dibangun hubungan antara pelaku usaha dengan pemerintah dan warga yang terintegrasi dengan tujuan pengembangan wisata di Pulau Tunda. Penetapan target marget dan jangkauan pemasaran pun perlu dipertimbangkan dan disesuaikan dengan saluran komunikasi pemasaran yang digunakan. Memaksimalkan peran media sosial dalam saluran komunikasi pemasaran dapat menjadi salah satu pilihan strategi pemasaran yang terbilang cukup efektif. Selain itu biaya pemasaran tidak memakan anggaran yang besar. Sehingga dapat mengatasi masalah keterbatasan
77
modal. Pesan dalam komunikasi pemasaran yang dilakukan sebaiknya menonjolkan identitas Pulau Tunda dengan dramatisasi yang tidak berlebihan. FGD (Focus Group Discussion) yang dilakukan dengan pengembang menunjukkan bahwa untuk saat ini Pulau Tunda dapat dikatakan belum memiliki identitas inti. Namun dari apa yang ditemukan oleh peneliti selama pencarian data, identitas Pulau Tunda yang terbentuk berupa objek wisata bahari dengan kehidupan masyarakat pesisir yang ramah. Temuan ini tentunya perlu ditindak lanjuti dan dikaji ulang untuk selanjutnya di sesuaikan dengan rencana pengembangan wisata dan pembuatan brand Pulau Tunda. Brand
berhubungan
dengan
pesepsi
konsumen
mengenai
suatu
produk/destinasi. Secara tidak disadari Pulau Tunda sendiri telah membentuk persepsi di benak konsumen yaitu sebagai objek wisata bahari yang memiliki keindahan bawah laut dengan kehidupan masyarakat khas Pulau. Persepsi yang telah terbentuk dibenak konsumen ini tentunya dapat di kembangkan menjadi brand untuk Pulau Tunda. Hal ini dikarenakan persepsi mengenai Pulau Tunda yang masih terbilang persepsi yang positif justru membantu meringankan perkerjaan pengembang dan pembuat brand karena tidak harus membentuk persepsi dibenak konsumen dari awal tetapi mengembangkan persepsi yang sudah ada dan membuat persepsi tersebut menjadi nyata dirasakan oleh wisatwan. Chiaravelle dan Schenck (2007) menyatakan keberhasilan brand terjadi ketika mampu memuaskan keperluan rasional dan emosional serta ekspetasi konsumen. Mengacu pada pendapat Chiaravelle (2007) tersebut maka dengan
78
persepsi yang telah terbentuk tersebut, pengelola dan pengembang memiliki pekerjaan rumah berupa pengrealisasian persepsi yang terbentuk di benak wisatawan. Tiga point penting yang dapat digaris bawahi dalam penyampaian yang diberikan Chiaravelle (2007) mengenai keberhasilan sebuah brand yakni memenuhi keperluan rasional, emosianal, dan ekspetasi. Memenuhi keperluan rasional wisatawan, misalnya saja dari segi biaya. Wisatawan tentunya mengeluarkan uang untuk dapat menikmati wisata di Pulau Tunda. Meski tujuan mereka untuk melihat keindahan bawah laut Pulau Tunda namun mereka pun tentunya menghitung berapa uang yang mereka keluarkan dan berapa banyak yang mereka dapatkan. Maka dari itu kesesuaian fasilitas dengan harga yang dikeluarkan oleh wisatawan tentunya perlu diperhatikan juga oleh pengembang dan juga pengelola Pulau Tunda. Sehingga wisatawan merasa biaya yang dikeluarkannya sepadan dengan yang didapatkan. Brand secara tidak langsung mendorong seseorang untuk mengambil keputusan dengan mempermainkan emosional wisatwan, misalnya saja Pulau Tunda yang menyuguhkan keindahan bawah laut dengan lingkungan yang masih alami. Secara emosional wisatawan akan terdorong mengunjungi Pulau Tunda untuk dapat merasakan indahnya bawah laut dan alam yang alami yang dapat memberikan ketentraman, kedamaian, kebahagian, rasa syukur atas keindahan sang Pencipta dan perasaan-perasan lain yang mungkin ingin dicari di Pulau Tunda. Maka dari itu pembuatan brand untuk Pulau Tunda perlu melihat kemampuan Pulau Tunda dalam memenuhi kebutuhan emosional wisatawan.
79
Brand harus mampu memenuhi ekspetasi konsumen. data yang di peroleh menunjukkan bahwa saat ini informasi mengenai Pulau Tunda membentuk ekspetasi wisatwan mengenai Pulau Tunda yang lebih menonjolkan keindahan bawah laut. Menjaga kekesuaian ekspetasi konsumen dengan realita yang di hadapi konsumen saat berkunjung, perlu diperhatikan pengelola dan juga pengembang. Sehingga proses pemasaran brand Pulau Tunda pun sebaiknya tidak terlalu dramatisasi, meskipun dramatisasi menjadi bagian strategi dalam pemasaran. Chiaravelle (2007) pun mengartikan bahwa brand adalah sebuah janji yang diberikan kepada konsumen. Sehingga pengelola dan pengembang perlu menepati janji yang mereka buat melalui brand yang disampaikan kepada wisatwan. Pulau Tunda dengan segala keindahan alamnya memerlukan pengelolaan yang serius dan konsisten. Meski banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan namun bukan hal yang mustahil untuk Pulau Tunda menjadi objek wisata yang mampu bersaing dengan objek wisata ternama lainnya. Perkembangan teknologi dan kemudahan jaringan komunikasi yang ada saat ini memberikan peluang tersendiri bagi Pulau Tunda. Tinggal keseriusan dari pengembang dan pemerintah dalam menangkap peluang besar yang dimiliki oleh Pulau Tunda sebagai objek wisata. Peluang yang dimaksud tentunya bukan hanya sekedar berorientasi kepada keuntungan jangka pendek, namun juga keuntungankeuntungan lain yang berjangka panjang seperti meningkatnya taraf hidup masyarakat Pulau Tunda secara merata dan mandiri.
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan Hasil pengumpulan data penelitian serta analisis data yang dilakukan dan disampaikan pada bab sebelumnya, disimpulkan Pulau Tunda sebagai daerah tujuan wisata bahari Kabupaten Serang memiliki SWOT dan Potensi wisata, sebagai berikut : 1. Hasil analisis SWOT yang dilakukan menunjukan bahwa yang menjadi
Kekuatan dari Pulau Tunda adalah kondisi taman bawah laut yang masih terjaga, lahan perkebunan dengan kondisi tanah cukup baik, ketersediaan air tawar yang berasal dari Pulau Tunda sendiri.
Kelemahan yang dimiliki Pulau Tunda adalah kualitas sumber daya manusia Pulau Tunda, kurangnya fasilitas pendukung wisata, kurangnya sadar wisata di kalangan masyarakat Pulau Tunda, infrastruktur yang belum lengkap, sampah yang belum terkelolah dengan baik, budaya masyarakat memandang etika dan kesopanan;
Peluang yang dimiliki Pulau Tunda adalah pasar wisata yang luas, kebutuhan wisata semakin meningkat, lokasi Pulau Tunda yang dekat dengan pusat kota;
Tantangan yang dimiliki Pulau Tunda adalah perkambangan wisata yang serupa, fasilitas wisata pesaing yang lebih menarik, ketertarikan investor, banyaknya kegiatan wisatawan yang merusak
80
81
keadaan alam, objek wisata serupa yang lebih dulu menguasai pasar wisata yang memberikan standar kepada konsumen. 2. Potensi wisata yang dimiliki objek wisata Pulau Tunda Potensi yang dimiliki oleh Pulau Tunda adalah keindahan taman bawah laut yang indah dengan ekosistem laut yang beragam. lokasi Pulau Tunda yang strategis dan mudah di akses dengan kendaraan umum pun memberikan potensi untuk mengembangkan objek wisata Pulau Tunda sebagai objek wisata alternatif. Temuan potensi dalam penelitian ini adalah kehidupan masyarakat Pulau yang ternyata memberikan daya tarik tersendiri untuk Pulau Tunda. 5.2 Saran 5.2.1
Saran Praktis
Hasil penelitian yang dilakukan mengantarkan peneliti untuk membuat saran praktis berupa: 1. Dibentuknya brand untuk Pulau Tunda 2. Pihak pengelolah dan pengembang harus menentukan segmentasi pasar yang
jelas
agar
proses
pembuatan
brand,
pemasaran
dan
pengembangan dapat disesuaikan dengan segmentasi pasar. 3. Pihak pengelolah dan pengembang perlu merumuskan identitas Pulau Tunda. Hal ini dikarenakan identitas dapat menjadi panduan bagi pengembangan objek wisata Pulau Tunda.
82
4. Pihak pengelolah dan pengembangan perlu memperhatikan pandangan stakeholder dan memperbaiki hubungan dengan stakeholder terutama stakeholder yang berhubungan langsung dengan wisatawan. 5. Pihak pengelolah dan pengembang perlu menelaah ulang apa yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang serta tantangan yang dimiliki oleh Pulau Tunda. 6. Pihak pengelolah dan pengembang perlu memperhatikan pandangan konsumen atau wisatawan terhadap Pulau Tunda agar Pulau Tunda dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan wisatawan. 7. Pihak
pengelolah
dan
pengembang
perlu
memperhatikan
keberlangsungan aset utama Pulau Tunda. Mengingat yang menjadi aset utama dari Pulau Tunda adalah kondisi alam yang sewaktu-waktu dapat saja berubah atau rusak. Sehingga bukan hanya merancang pengembangan wisata tetapi pengelolah dan pengembang pun perlu memperhatikan kelestarian lingkungan tersebut. 5.2.2
Saran Teoritis Peneliti berharap penelitian ini dapat bermanfaat dan di
pergunakan dalam keperluan keilmuan dalam bidang akademik, dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti menemukan beberapa kelemahan dalam hasil penelitian ini. sehingga peneliti menyarankan : 1. Dilakukan penelitian dengan menggunakan metode kuantitatif untuk mengetahui persepsi wisatawan mengenai Objek Wisata Pulau Tunda.
83
2. Penggunaan
metode
observasi
partisipan
dalam
proses
pengumpulan data. hal ini dimaksudkan agar peneliti memiliki kedekatan dengan objek penelitian sehingga memudahkan dalam pengumpulan data. 3. Dilakukan penelitian kembali dengan untuk mengetahui hubungan stakeholder dalam pengembangan objek wisata Pulau Tunda.
Daftar Pustaka Buku Alwasilah, A. C. (2011). Pokoknya Kulitatif: Dasar-dasar Merancang dan Melakukan Penelitian Kualitatif (6th ed). Jakarta: PT Dunia Pusaka Jaya. Bungin, Burhan (2015). Komunikasi Pariwisata Tourism Communication, Pemasaran dan Brand Destinasi.Jakarta: Pranadamedia Group. _______ (2009). Penelitian Kualitatif, Komunikasi, Ekonnomi, kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya.Jakarta: Kencana Chiaravalle Bill, Barbara Findlay Schenck.(2007).Branding For Dummies. Canada: Wiley Publishing Inc. Hermawan, Kertajaya.2007.On Branding.Bandun: Mizan Iriantara, Yosal.(2008).Media Relations Bandung: Simbiosa Rekatama Laporan akhir Kajian Pengelolahan Ekosistem Pulau Tunda untuk Pengembangan Minawisata Tahun 2015.Pemerintah Kabupaten Serang Dinas Kelautan, Perikanan, Energi dan Sumberdaya Mineral Lehoux P,Blake P & Daudelin, G.(2006).Focus group research and „„the patient‟s view‟‟. Social Science and Medicine, 63,2091-2104. Kennedy, J.E, R. Soemanegara Dermawan.(2006). Marketing communication, Taktik dan strategi. Jakarta: BIP Moilanen Teemu, Seppo Rainisto.(2009). How To Brand Nations, Cities, and Destination. The United Kingdom: Palgrave Macmillan Prisgunanto, Ilham (2006). Komunikasi Pemasaran Stategi dan Taktik dilengkapi analisis SOSTAC & STOP-SIT.Bogor: Ghalia Indah RJPMD Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten Tahun 2012-2017 RJPMD Kab.Serang Tahun 2010-2015 RZWP3K Kabupaten Serang 2013-2033 Schiffman Leon G, Kanuk Leslie Lazar, (2007) : “Consumer Behavior”, 9th Edition. New Jersey – USA: Pearson Educational International
84
85
Selayang Pandang Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Serang. Dinas Pariwisata,Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Serang Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Soemirat, S. & Ardianto, E. (2008). Dasar - dasar Public Relations. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sulaksana, Uyung. 2005.Integrated Marketing Commnications:Teks dan Kasus. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Team FME.2013.SWOT Analysis Strategy Skill. Copyright Notice www.freemanagement-ebooks.com Welcome To Serang Regency. Dinas Pariwisata,Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Serang Skripsi, Thesis dan Jurnal Elizabeth Amanda Maria.2013. Tourism Destination Branding: Analisis Kampanye Komunikasi Pemasaran, Citra Dan Positioning Sabang Sebagai Destinasi Wisata Bahari Internasional.London School Of Public Relations. Jakarta Mustikawati, Lina.2013.Strategi Branding Kota Surakarta Dalam Pengelolaan Sebagai Destinasi Wisat.Ilmu Komunikasi Universitas Diponogoro.Semarang Naniek Afrilla Framanik, Nurprapti Wahyu Widyastuti, Rahmi Winangsih.(2012).Jurnal Riset Komunikasi: Menemukan Kembali (Recovery) Destination Branding Situs Banten Lama Sebagai Potensi Wisata Budaya dan Religi. Vol.3.no.5 Juni 2012.hal 34-50 Jurnal Riset Komunikasi.Program Studi Ilmu Komunikasi dan Ikatan Sarjana Ilmu Komunikasi Indonesia Serang Website Anholt, S. (2009).Handbook on Tourism Destination Branding. Retrieved from: http://www.imagian.com/kuvat/etc_unwto_handbook_tourism_destination _branding.pdf http://puppytraveler.com/2015/05/17/pulau-tunda-surga-nemo-yang-tetundatunda/3/ diakses pada: 22:30/15-Desember-2015
86
http://simpartaserang.com/home/info/wisata-bahari-pulau-tunda/diakses pada: 22:45/15-Desember-2015 https://thenomaddict.wordpress.com/2015/06/29/eksotisme-pulau-tunda/ diakses pada: 22:55/ 15-Desember-2015 http://www.jelajahpulau.com/2015/03/jelajah-pulau-tunda.html diakses pada: 23:02/ 15-Desember-2015 http://www.kajianpustaka.com/2012/12/citra-merek-brand-image.html/ diakses pada: 20:45/ 24-Februari-2016 http://tundive.com/ diakses pada: 20:15/ 24-April-2016 http://wisatabaharipulautunda.com/ diakses pada 17:30/20-Mei-2016 Syafrizal, H. S. (2008). Jurnal Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Destination Brand: Membangun Keunggulan Bersaing Daerah, (4) Melalui, http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17965/1/wahdes2008 4%20(4).pdf
87
PEDOMAN WAWANCARA Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data menggunakan wawancara. Pedoman wawancara ini dibuat untuk mempermudah peneliti pada saat pengumpulan data. pedoman wawancara ini dibuat peneliti secara general dikarenakan ada beberapa indikator yang saling berhubungan sehingga dapat diwakili oleh beberapa pertanyaan dan ditanyakan kepada narasumber yang berbeda. No Indikator 1 Audit destinasi
Penjelasan Mengetahui Aset yang dimiliki Pulau Tunda
2
Mengetahui segmentasi Objek Wisata Pulau Tunda
Analisis Segmentasi
Pertanyaan 1. Bagaimana topografi dan demografi Pulau Tunda? 2. Bagaimana Akses menuju Pulau Tunda? 3. Bagaimana kondisi lingkungan pantai dan laut di Pulau Tunda? 4. Apa saja yang ditawarkan atau yang “dijual” oleh Pulau Tunda? 5. Apakah fasilitas seperti penginapan, restoran, sudah tersedia? 6. Berapa harga yang harus dibayar wisatawan untuk wisata Pulau Tunda? 7. Bagaimana fasilitas penunjang objek wisata seperti peralatan selam, dan lainnya? 1. Siapa yang mengunjungi pulau tunda? warga Banten atau luar Banten ? pelajar atau pekerja? 2. Jenis wisata apa yang ditawarkan oleh objek wisata Pulau Tunda? 3. Siapa target market objek wisata Pulau Tunda?
88
3
Analisis SWOT
Mengetahui apa yang menjadi kekuatan, Kelemahan, Peluang, datn tangtangan Pulau Tunda
4
Analisis Keterlibatan Stakeholder
Mengetahui hubungan atau keterlibatan stakeholder
1. Bagaimana ketersediaan modal untuk pengembangan Pulau Tunda? 2. Bagaimana sistem informasi mengenai objek wisata Pulau Tunda 3. Bagaimana ketersediaan Sumber daya di pulau Tunda 4. Bagaimana Pengembangan Pulau Tunda menghadapi gaya hidup konsumen? 5. Adakah investor di Pulau tunda? berbentuk apa? Berapa banyak? Bagaimana masyarakat Pulau Tunda menanggapinya? 6. Apa yang menjadi tantangan untuk Pulau Tunda? 7. Sejauh mana pengembang dapat mengikuti perkembangan teknologi ? 8. Adakah kegiatan lain selain wisata, misalnya tambang ? jenis tambang yang dilakukan? bagaimana pengaruhnya terhadap lingkungan pulau? 1. Bagaimana pemerintah memandang pulau tunda? 2. apa yang telah dilakukan pemerintah untuk objek wisata Pulau Tunda? 3. Seperti apa kebijakan
89
yang secara khusus dilalukan untuk pulau tunda? 4. target pemerintah dalam mengembangkan pulau tunda? 5. dukungan yang diberikan? 6. Apa harapan stakeholder untuk Pulau Tunda kedepannya? 5
Analisis Persepsi Konsumen
Mengetahui persepsi konsumen mengenai Pulau Tunda
6
Analisis Pesaing
Mengetahui pesaing Pulau Tunda
1. Apa yang dirasakan pengunjung setelah mengunjungi pulau tunda 2. Adakah keinginan untuk mengunjungi pulau tunda (kembali)? 3. Apa yang menyebabkan memilih Pulau Tunda untuk berlibur? 4. Apa yang pertama terpikirkan ketika mendengar objek wisata Pulau Tunda? 1. Apa yang ditawarkan pada objek wisata tersebut? 2. Bagaimana kondisi lingkungan objek wisata tersebut? 3. Berapa harga yang ditawarkan? 4. Bagaimana dengan fasilitas yang dimiliki?
90
PEDOMAN OBSERVASI Data yang dikumpulkan dengan observasi ini digunakan untuk mendapatkan data mengenai kondisi yang terdapat di Pulau Tunda, serta untuk membandingkan dengan data hasil wawancara. Adapun aspek yang diamati dalam observasi ini adalah : 1. Aksebititas menuju objek wisata Pulau Tunda 2. Kondisi alat transportasi menuju Pulau Tunda 3. Fasilitas wisatawan (Hotel, Home stay, tempat makan, warung, fasilitas sarana umum) 4. Sarana penunjang kegiatan wisata (alat selam, alat snorkeling, dll) 5. Keadaan lingkungan objek wisata (kerapihan, kebersihan) 6. Keterlibatan warga dengan aktifitas wisatawan 7. Penerimaan warga terhadap wisatawan 8. Kegiatan pengelola dalam melakukan pengembangan objek wisata Pulau Tunda 9. Aktifitas pemasaran yang dilakukan pengelolah/ jasa travel Pulau Tunda 10. Dukungan pemerintah terhadap pengembangan objekwisata Pulau Tunda
104
CATATAN OBSERVASI Lokasi Observasi
: Pulau Tunda
Tanggal Observasi
: 4 April 2016 – 6 April 2016
Objek yang di amati Aksesbilitas
Temuan Dilapangan Tersedia 2 jenis penyeberangan yaitu penyeberangan regular dan penyeberangan khusus, -
Penyeberangan reguler merupakan penyeberangan yang disediakan oleh pemerintah. namun hanya ada 3 kali dalam satu minggu, yaitu pada hari senin, rabu, dan sabtu Berangkat dari dermaga Pulau Tunda ke Dermaga Karangantu jam 7.00 sementara dari pelabuhan karangangtu ke Pulau Tunda jam 14.00 Biaya penyeberangan Rp. 17000,Durasi perjalanan 120 menit sampai 150 menit.
-
Penyeberangan Khusus, penyeberangan menggunakan kapal milik nelayan dan disewakan dengan harga sekitar 1 juta sampai 2,5 juta untuk satu kali perjalanan pulang-pergi Pulau Tunda- Pelabuhan Karangantu
Fasilitas Untuk
-
Wisatawan
Penginapan berupa homestay, berbaur dengan pemilik rumah. Harga sewa yang diberikan sekitar 300 ribu sampai dengan 400 ribu per malam sudah termasuk makan.
-
Tidak terdapat restoran atau tempat makan.
-
Terdapat villa di bagian barat dan utara namun keberadaannya jarang digunakan oleh wisatawan.
-
Tempat ibadah yang berada d Pulau Tunda berupa 2 Musolah dan 1 Masjid
105
Keadaan
-
Lingkungan
Lingkungan yang masih bersih, terlihat dengan sidikit ditemukannya sampah ynag bergeletakan di tempattempat umum. Namun sering mendapatkan sampah kiriman dari laut.
-
Binatang ternak (kambing) di bebaskan begitu saja selama 24 jam
-
Jalan desa sudah menggunkan paving blok hingga ke area pantai.
-
Sumber listrik dari generator pada jam 6 sore hingga 12 malam setelah itu menggunakan pembangkit listrik tenaga surya hingga jam 6 pagi. Dari jam 6 pagi sampai am 6 sore tidak ada arus listrik. Kecuali ada keperluan khusus.
-
Beberapa tempat sangat kekurangan lampu jalan misalnya jalan menuju bagian utara pulau.
Dukungan
-
pemerintah
Membentuk organisasi yang bertugas mengurusi pengelolahan Pulau yang diberi nama Lingkar Bahari
-
Memberikan fasilitas alat selam sebangak 3 set
-
Membngun sebuah villa dan dua saung di area utara Pulau Tunda
Aktifitas Pemasaran
-
Pariwisata
Sebagian besar mengunakan media online untuk aktifitas pemasaran dan selebihnya menggunakan teknik mount of mount
Penerimaan warga terhadap wisatawan
-
Warga pulau Tunda cukup ramah dan terlihat sudah terbiasa menerima wisatawan yang berkunjung ke Pulau Tunda. Namun dirasa kurang berbaur, peneliti merasa masih terdapat kecurigaan kepada wisatawan, terlihat dengan warga yang mengarahkan pandangan kepada wisatawan yang datang, hingga mencari tahu siapa yang menjadi mengajak wisatawan tersebut.
106
TRANSKIP WAWANCARA Narasumber
: Firman Hakiki (Direktur Wisata Bahari Pulau Tunda)
Tempat/ Tanggal
: Serang, Senin,16 Mei 2016
Waktu
: 18:30 s.d 21:00 WIB
Peneliti
: Bagaimana awal pulau Tunda menjadi Wisata?
Narasumber
: Wisata Bagi saya adalah Kunci bagi Pengembangan Daerah. dulu saya tidak sekolah dan tidak kuliah, dan ketika saya berkempatan untuk berkuliah, saya harus intropeksi bahwa bahwa apa yang saya dapatkan adalah sebuh anugrah. Sehingga anungrah ini harus bermanfaat kepada banyak orang. Saya ingin menciptakan orangorang seperti “saya” yang katakanlah secara ekonomi dan pendidikan dibawah rata-rata. Bagaimana suatu daearah dapat berkembang
jika
SDMnya
tidak
dibangun?.
Sednagkan
membangun SDM itu bukan hanya sebatas opini atau memberikan pandangan-pandangan saja. Tp bagaimana dengan kegiatan ekonominya. Dari situ lah saya bertekad untuk membangun masyarakat
dari sumberdaya
ekonomi, sumberdaya sosial,
sumberdaya pendidikan. Tetapi yang paling mendasar adalah ekonomi.
Maka
dari
itulah
wisata
adalah
kunci
dari
pengembangan. Saya dari kecil lahir di Pulau tunda tau betul mengenai potensi yang terdapat di Pulau Tunda, termsauk pariwisata. maka dari itu saya mencoba membuat konsep wisata yaitu Snorkeling. Saya
107
punya keinginan besar pada saat itu, dan Alhamdulillah mendapat beasiswa sekitar 5 juta untuk biaya kuliah, tetapi saya gunakan untuk modal membuat brosur untuk disebarkan selama enam bulan kemasyarakat dan mencoba untuk mensosialisaikan kepada masyarakat tetapi masyarakat menolak adanya wisata. Penaliti
: Apa yang menyebakan masyarakat menolak adanya wisata ?
Narasumber
: Awalnya mereka menolak adanya wisata karena mereka berfikir dengan banyaknya orang-orang yang datang dengan budaya mereka yang dapat dikatakan mengabaikan nilai-nilai religious akan berimbas terhadap masyarakat contonya perubahan etika, perubahan sosial, atau efek-efek buruk lain yang ditumbulkannya. Dikhawatirkan budaya dan kultur masyarakat tercampur dan akan rusak. Akhirnya saya mencoba memberikan pandnagan-pandnagan positif kepada masyarakat jika wisata tidak dikembangkan, bagaimana pulau tunda bisa berkembang jika tidak ada yang mengenal Pulau Tunda, bahkan didaerah serang sendiri hanya sekitar 5% saja yang mengetahui pulau tunda , dinas pemerintah setempat pun tidak mengetahui keberadaan Pulau Tunda. namun tetap pada intinya masyarakat menolak adanya wisata dipulau tunda. lalu saya mulai mencari alternative agar wisata ini dapat berkembang, karena langkah pertama pengembangan Pulau tunda harus dari Wisata. Secara bertahap saya mencoba untuk mengundang
teman-teman
mahasiswa,
seperti
Mahasiswa,
108
mapalaut dengan tujuan pertama memperkenalkan Pulau Tunda yang kedua agar masyarakat bisa berinteraksi dengan orang asing sehingga orang Pulau Tunda tidak asing dengan orang asing. Waktu itu sekitar tahun 2011 proses ini dimulai, lalu pada tahun 2012 saya mencoa membawa tamu hingga mencapai lebih dari 50 orang dari Jakarta untuk datang kepulau tunda. untuk itu saya menyewa kapal dengan harga 2,2jt, dengan perhitungan jika mereka pergi neayan seinggu dapat 2 juta saja maka ini yang hanya 1hari mereka mendapatkan 2,2jt. Dengan saya menyewa kapal, masyarakat mulai dilibatkan dalam pengembangan wisata di Pulau Tunda. dan mulai mereka mencoba mengajak tamu dan mulai untuk mengembangkan wisata. Peneliti
: Bagaimana dengan sekarang, apkah sudah mulai terbuka dengan
wisatawan? Narasumber
: iya masih khawatir, namun saya mencoba memberikan pandangan dengan menyampaikan sejarah baduy yang dulu menutup diri namun sekarang mulai membuka diri dan itu memberikan dampak ekonomi mereka sekarang meningkat.
Peneliti
: Potensi apa saja yang dimiliki pulau Tunda?
Narasumber
: bagi saya selaku penggagas wisata di Pulau Tunda, Pulau Tunda memiliki potensi dibidang wisata edukasi dan ekonomi kreatif terlepas dari wisata Alam yang saat ini dimilikinya yaitu snorkeling. Pulau tunda memiliki kelautan, perikanan, Sumaber
109
daya manusia yang bisa dikembangkan menjadi ekowisata. Contoh misalnya dengan membentuk kelompok tani , yang selanjutnya mengelolah hasil tani yang diolah lalu di jual. Atau kita membuat kebun seperti kebun apel di Malang misalnya. Di bidang kelautan kita bisa bikin transformasi karang, peneangkaran penyu. Peneliti
: Bentuk wisata yang sudah nyata ada dimiliki oleh Pulau Tunda?
Narasumber
: Untuk saat ini Pulau Tunda hanya menjual snorkeling saja. Namun tiap minggu mencapai 50 orang yang berkunjung. Bagi saya ini dapat dikembangkan dan kunci dari kesuksesan adalah bagaimana seseorang tersebut melaukan inovasi pemikiran dan mau terjuan langsung kelapanga untuk melakukan penataanpenataan tersebut. seperti yang saya lakukan untuk nekat membangun wisata Pulau Tunda meskipun banyak yang menolak, hingga pernah ada yang datang kerumah saya untuk mendemo saya dan menolak apa yang saya lakukan. Dari situ satu hal yang saya pahami bahwa masyarakat memiliki sifat konsumtif. Dengan pemikiran mereka yang lebih baik melaut pulang bawa ikan punya uang dan selesai. Pikiran mereka adalah pragmatis sedangkan apa yang saya bawa pada saat itu adalah teoritis. Namun bagi saya sebagai seorang yang membawa perubahan haruslah komitmen.
Peneliti
: Bagaimana penerimaan warga sekarang terhadap wisata?
Narasumber
: Awalnya pemikiran mereka menolak wisat adalah dampak negative yang ditimbulakan wisatawan, seperti sikap-sikap yang
110
dianggap kurang sopan dengan pakaian dan sikap mereka, dan perbuatan negative lain yang dilakukan oleh wisatawan. namun saya mencoba menyakinkan bahwa apa yang mereka pikirkan tersebut tidak benar dengan cara ketika saya membawa wisatawan diawal saya tetankan untuk memakai pakaian yang sopan saat berada di lingkungan masyarakat, silahkan menggunakna pakaian bebas
pada
saat
snorkeling
naum
ketika
akan
kembali
kelingkungan masyarakat kembali mengunakan pakaian yang rapih dan mera tetap melakukan ibadah. Lalu mereka mulai menyadari bahwa rumah mereka dapat disewakan dan mendapatkan uang sekitar 350 ribu. Itu kan lumayan untuk menambah penghasilan dan uang jajan mereka. Peneliti
: Bagaimana dengan wisata mancing di Pulau Tunda?
Narasumber
: Potensi wisata mincing di Pulau Tunda Bagus namun belum terkelolah dengan baik. Karena ada sekat antara pemerintah DKP dengan Pulau Tunda. saya membangun wisata di Pulau Tunda dengan pendekayan cultural tidak structural. Maksudnya tidak structural adalah tidak dengan bagaimana pemerintah itu ikut andil dalam penegmbangan tetapi saya mendorong masyarakat pulau tunda misalnya dengan mengajaraknnya membuat WEB, bikin facebook sehingga mereka memiliki jaringan di internet den berinteraksi dengan orang luar sehingga orang luar tersebut tertarik untuk wisata snorkeling dan mancing. Wisata Pancing di Pulau
111
tunda berpotensi, karena di tinjau dari nelayannya, nelayan pulau tunda adalah nelayan asli pancing dan bukan nelayan jarring, sehingga dari pengalamannya cocok untuk melakukan wisata pancing di Pulau Tunda. selain itu di tinjau dari alamnya Pulau Tunda Strategis untuk spot pancing. Peneliti
: Apakah Pulau Tunda Memiliki organisasi kemasyarakatan?
Narasumber
: Iya punya. Sejarah singkatnya seperti ini, wisata Pulau Tunda ini awalnya untuk kunci kesuksesan Pulau tunda diberbagai sektor, maka dibentuklah wisata ini, setelah itu berjalan dengan baik menjadi fakta apa yang saya katakana bahwa ketika merka mengetahui Pulau Tunda maka akan banyak yang ikut andil untuk pegembangan Pulau tunda, misalanya DKP dalam ruang lingkup pertanian transfortasi karang. Organisasi ini saya yang buat dengan mengumpulkan travel-travel yang ada di pulau tunda untuk menyatukan persepsi, karena pada saat itu saya melihat temanteman yang lain salah jalur. Mereka bermain di bidang wisata dengan tujuan uang, sedangkan kita dasar awalnya wisata ini ini adalah langkah awal untuk pengembangan ekonomi bukan sebagai materialistis ekonomi saja. Waktu itu ngumpulin temen-temen dan bilang pada mereka “ kalo misalnya kita jadi wisata kya gini aja, saya yakin mimpi sya untuk mengembangkan Pulau Tunda akan mati 2-3 tahun mendatang, Pulau Tunda akan mati dalam jarak 3 tahun wisata berjalan. Alasan saya adalah pulau tunda memiliki
112
nilai jual besar, dilihat dari data wisata rata-rata Pulau tunda baru mencapai 5%, belum 50 % belum 100% karena Pulau tunda hanya menjual snorkelingnya aja. Dia tidak menjual sistem, tidak menjual jasa yang baik, tidak menjual kriteria-kriteria wisata yang baik, itu belum ada. Jadi orang asing dateng kepulau tunda itu hanya untuk menghilangkan penesaran. Mereka hanya penaran dengan pulau tunda dan ketika mereka datang kepulau tunda, mereka hanya snorkeling aja maka mereka akan bilang “oh gini doing Pulau Tunda” dan sudah selesai. Ini akan meneybabkan degradasi wisat, Wisatawan yang datang tidak continue. Dari situ kita berdiskusi dan menghasilkan 1. Pengelolah sampah, yang akan di gaji dari hasil wisata itu 2. Kita buat rumpon, yang tujuannya rumpon itu kita perbanyak sehingga rumpon ini akan di isi oleh ikan-ikan kecil yang nantinya akan mengundang lumba-lumba. Karena di Pulau tunda itu waktu saya kecil lumba-lumba ini banyak karena di pulau tunda banyak ikan-ikan kecil, jadi mereka dateng kepulau tunda pada saat itu sebagai hama di Pulau Tunda. nah itu bisa kita buat agar mereka datang lagi kepulau tunda dengan menydiakan makan ikan-ikan kecil itu dengan rumpon. Kan sekarang lumba-lumaba jarang yang paling ada beberapa dan itu hanya di bulan februari dan maret saja setelah itu gak ada lagi. Sedangkan lumba-lumba juga kan meiliki nilai jual yang tinggi.
113
Peneliti
: Bagaimana hubungan anda dengan stakeholder?
Narasumber
: terjadi miskomunikasi, jadi ada kesenjangan antara kami, khususnya saya dengan pemerintah desa, saya dengan kepala desa itu tidak nyambung. Ada dinamika politik yang menyebabkan lurah ini tidak welcome dengan masyarakat Pulau tunda dan hanya welcome dengan orang-orang disekitarnya.
Peneliti
: Apakah kegiatan tambang pasir yang saat ini ramai di bicarakan menggangu aktifitas wisata di Pulau tunda?
Narasumber
: untuk saat ini saya rasa tidak karena jaraknya yang cukup jauh yaitu sekitar 2 mil, sedang wisatawan hanya di sekiar pulau saja. Namun secara faktanya penambangan tersebut berpengaruh terhadap ekosistem laut, karena unsur sara dalam laut berkurang, laut menjadi kotor, ikan-ikan pada pergi. Tahun lalu saya melihat laut memang belok tapi sekarang-sekarang airnya selalu jernih, entah karena apa saya juga kurang begita mengetahuinya.
Peneliti
:
Bagaimana
hubungan
pemerintah
dalam
melakukan
pengembangan wisata di Pulau Tunda? Narasumber
: sebenarnya ada miskomunikasi antara pemerintah daerah dengan pemerintah desa di Pulau Tunda. seperti yang saya bilang tadi, satu kesiapan sumberdaya manusia di Pulau Tunda tidak seimbang. Nah kita kan memiliki kelompok, lingkar bahari itu. lingkar bahari itu
114
kan dibuat, waktu itu saya tergabung dalam pokdarwis (kelompok sadar wisata), kebetuluan saya baru pulang dari semarang, dan pada saat itu menjabat sebagai sekertaris pokdarwis provinsi Banten. saya menjadi sekertaris dengan tujuannya adalah pengembangan-pengembangan wisata di Banten potensi-potensi apa yang bisa jual untuk Pulau Tunda. kita buat di daerah pulau tunda, saya udah buat nih, ADARTnya sudah saya buat, proker kerjanya sudah saya buat, misalnya bikin menara pelagi. Menara pelangi ini kan tujuannya untuk pemotretan, dan sebagainya, rumah pohon, kita bikin perahu fishing sehingga wisatawan bisa keliling pulau tunda dengan perahu-perahu itu. perahu itu kan bisa disewakan, pemasukan juga untuk masyarakat atau kita juga bisa bikin layang-layang besar, atau apa sajalah itu. kita bikin icon-icon wisata, sehingga bukan snorkeling aja. Setelah sudah selesai sudah satu frame, satu persepsi, saya kasih data-data kekepala desa sebulan, dua bulan tidak di tanda tangani hingga setahun. Dan akhirnya di tanda tanganin itu pun dengan menagatas nama kan orang lain dengan nama pak kahfi. Akhirnya kahfi itu jadi ketua pokdarwis yang dari situ diganti namnayanya menjadi Lingkar Bahari. Bagi saya nama diganti gak masalah, siapapun yang akan menjalankan its oke, asalkan konsep-konsep yang sudah dibuat dapat di jalankan. Namun ternyata setahun, dua tahun nihil. Hasil program kerja pengembangan ekonomi yang kita buat ini dan itu,
115
rumah pohon dan icon lain tidak berjalan. Karna secara sumber daya alam, sumberdaya pribadi mereka tidak punya untuk pengembangan itu. Pulau Tunda masih memiliki PR yang besar untuk pengembangnanya. Pernah pemerintah daerah datang kepulau tunda, namun merekapun masih ambigu. Kenapa masih di ambingu, karena ketika konfirmasi kelapangan ternyata sumber daya manusia di Pulau tunda belum siap, kemarin kita pernah kajian. Kita kaji bersama, teman-teman Pulau Tunda di undang duduk bersama dan mencoba untuk berdiskusi dan ternyata itu tidak menemukan titik temu. Bahkan sampa ditanya apa yang dibutuhkan Pulau
Tunda. teman-teman mengusulkan hal yang
sifatnya eksistensi. Sebatas mengundang orang-orang datang kepulau. Tidak salah, hanya untuk pengembangan ekowisatanya itu loh tidak berjalan. Peneliti
: Icon-icon wisata yang dulu pernah di konsepkan beraradti dapat di katakana bukan lagi sedang proses namun “mati”?
Narasumber
: ya, secara sedarhana dapat dikatakan mati. Adapun pergerakan wisata yang sekarang teman-teman sedang lakukan yah sebatas membawa tamu datang, snorkeling lalu sudah, pulang. Hanya seperti itu. namun untuk pengembangan langsung berupa pembuatan home stay. Atau investasi fasilitas wisata itu tidak.
Peneliti
: Bukankah DKP membuatkan Villa di Pulau Tunda?
116
Narasumber
: Disini ada kesalahan antara pemerintah daerah DKP, Pemerintah Desa, dan pengembang lingkar Bahari. Kemarin pernah berdiskusi mengenai putar organisasi. Saya memberi pendapat bahwa lingkar bahari ini adalah jembatan untuk ,membangun wisata, misalkan pengadaan barang, fasilitas,bahkan kita mencoba membuat standarisai berkembang.
guide, agar sumberdaya di pulau tunda bisa Nimimal
kita
membuat
seminar
bagaimana
pemahaman wisata di daerah. sehingga ada harmonisasi antara tamu,
tuan
rumah,
pelaku
wisata,
pelaku
travel
terjadi
singkronisasi. Sekarang teman-teman lingkar bahari itu hanya tamu dateng bayar lima ribu selesai. Uang ini digunakan untuk membayar orang yang membersihkan Pulau Tunda. Peneliti
: Apa yang dibutuhkan Pulau Tunda?
Narasumber
: bagi saya yang di butuhkan pulau tunda adalah seorang yang didirinya terdapat leadership untuk mengembangkan secara sumberdaya untuk mengembnagakan wisata itu sendiri.
Peneliti
: Persepsi atau pandangan yang dulu sempat di satukan sehingga memunculkan Pokdarwis yang sekarang ini berubah nama menjadi Lingkar bahari dapat dikatakan buyar atau tidak sepaham lagi?
Narasumber
: Iya benar, karena pandangan organisasi kita berbeda. Saya mencoba memberikan pandangan juga tetap beda. Akhirnya kan orang-orang yang masuk kedalam lingkar bahari atau yang terlibat dalam lingkar bahari adalah orang-orang yang membawa tamu
117
saja. Nah ini gak belance dengan pembagian-pembagian dalam masyarakat. maksud saya begini, kemaren teman-teman mengeluh. Saat ini belum sepenuhnya menerima wisata, karena adanya wisata itu hanya orang-orang tertentu saja yang menikmati. Misalnya saya dengan 5 orang travel teman saya. Sudah hanya itu-itu saja. Masyarakat yang lain tidak menikmati itu. mereka bertanya kepada saya, kira-kira apa yang bisa dilakukan agar masyarakat bisa menerima wisata. Kuncinya satu kata saya, kalo teman-teman mau diterima oleh mereka, bangun organisasi dengan baik. Contoh misalkan dengan dibuat standarisasi Homestay, misalnya memiliki AC. Buatlah proposal yang diajukan ke dinas pariwisata. karena pemerintah juga bingung gitu, gak tau apa yang diperlukan pulau tunda. apa sih yang dibutuhkan pulau tunda. jadinya kan gak singkron. Dia mau bantu pulau tunda, pulau tundanya gak bilang maunya apa. Pulau Tunda gak jemput Bola, pemerintah juga bingung apa yang harus diberikan. Dengan standarisai yang dibuat tadi dengan adanya AC atau kipas angin misalkan yang di kelolah oleh koperasi misalkan bayarnya 50ribu sewanya, merka untung dengan adanya AC, pengunjung semakin banyak, ada retribusi juga. Kalo memang organisasi kita structural misak kamu pegang di bidang mainan, yah mainan itu seperti flyingfok, outbound, layang-layang saya yakin bukan Cuma satu orang yang pegang tapi sepuluh orang. Sepuluh orang ini siapa? Masyarakat dong. Lalu
118
sepuluh orang dilibatkan dalam penangkaran penyu, 10 orang lagi di transformasi karang. Wisata dibangka itu, waktu saya kesana, lepas penyu itu bayar 70rb. Penghasilan kan, penghasilan lagi. Peneliti
: Sejak kapan pemerintah terlibat dalam pengembangan objek
wisata Pulau Tunda? Narasumber
: Pada tahun 2013 saya mencoba untuk bermain di dinas pariwisata untuk pengembangan sumberdaya manusia. Dan disitulah mulai ada kemistri antada pemerintah daerah dengan wisata Pulau Tubda. Namun secara signifikan wujud pembangun wisata Pulau Tunda belum Nampak, hanya sebatas opini pembangunan, sedangkan pemangunan seutuhnya belum. Bahkan menurut saya pemerintah daerah tidak peka, seperti lurah tadi tidak peka pulau tunda ini sudah berkembang nih, ayo kita bangkit ayo kita bangkit !. karena memang sumberdayanya itu pak Lurah sendiri tidak memahami bagaimana itu wisata. Apa efek positi dan negative wisata. Khususnya pengangkatan ekonomi dimasyarakat secara wisata itu kaya gimana. Itu yang belum peka dan belum terdorong kesana, dia hanya paham Pulau Tunda menjadi wisata, orang datang kesana sudah selesai. Tanpa meilihat apa sih yang paling mendasar untuk pengangkatan ekonomi. Atau misalkan hal-hal apa yang bisa dikaitkan untuk pengembangan di masyarakat dan sebgainya. Atau potensi mana lagi nih yang mana lagi nih yag bisa kita bangun untuk membangun eksistensi wisata di Pulau Tunda, itu tidak
119
sampai kearah sana. Hanya dia melihat ada wisata orang dateng dan sebgainya dan itu menjadi wisata dan itu selesai. Tanpa memahami kulturasi wisata seutuhnya, atau esensi nilai wisata bagi masyarakat itu apa sih? Peneliti
: Sebagai usaha jasa, anda ingin menjual Pula tunda pada segmentasi yang seperti apa?
Narasumber
: sebagai pengelolah plus putra daerah saya melihat Pulau Tunda akan dibawa kemana. Tidak mengcopypas seperti Pulau Umang atau Pulau-Pulau Lainnya yang sudah keren. atau bisa dibilang dipegang oleh pihak ketiga, oleh perusahaan-perusahaan asing atau lokal, yang mana ia memcoba membangun daerahnya itu untuk pengembangan wisata. Contohnya anyer saja lah, anyer itu kan hanya kalangan, menengah keatas yang menikmati indahnya wisata itu sendiri. Saya sederhana,satu memang murni pegembangan dan penglahan Pulau Tunda harus orang sendiri khususnya pemerintah daerahnya
yang
membuat
peraturan,
membuat
sebuah
pengembangan atau memfasilitasi apa yang bisa di kembangkan. Pada intinya pulau tunda harus dikembangkan oleh putra daerah itu sendiri atau pemerintah daerah, bukan orang lain atau orang ketiga. Harapannya seperti itu. Peneliti
: Peluang Apa yang dimiliki oleh Pulau Tunda?
Narasumber
: Saya melihat Pulau Tunda di Banten, pertama kita punya nilai lebihnya. Satu, kita deket dengan Jakarta, strategis. Pemerintah
120
bisa mempasilitasi kapal cepat untuk jemput tamu langsung dari Jakarta. Karena jarak anatara Pulau Tunda dengan Kepulauan Seribu hanya beda satu jam. Pulau Tidung dengan Pulau Tunda beda satu Jam. Kalo Pulau Tidung ke muara angke itu 3-4 jam. Kita, Pulau Tunda Ke Muara Angke 4 jam. Hanya saja fasilitas dari Pulau Tunda ke Pulau Seribu Belum ada. Jadi lebih sulit, sekarang tamu-tamu keserang dulu, baru kepulau Tunda. Pengunjung Pulau Tunda itu bagi saya lebih banyak orang Jakarta di banding serang orang serang hanya beberapa. Karena mereka datang karena penasaran. Peneliti
: Kembali kepada Peran Pemerintah DKP, selain membuatkan villa untuk pengembangan wisata di Pulau Tunda?
Narasumber
:Kemarin ada kegiatan transformasi karang oleh anak-anak sekolah. Sedang untuk fasilitas vila itu, karena ada miskomunikasi itu. setau saya orang DKP itu membangun villa, tolong nih di urus tolong dikembangkan nih untuk penginapan wisatawan. karena ada miskomunikasi itu, seharusnya DKP itu memberikan sebuah informasi terhadap travel-travel wisata atau kerjasama nih, kirakira mau bikin villanya dimana, tempatnya bagaimana. Untuk menyesuaikan rotasi wisata itu. jangan dia koordinasi dengan kepala desa, kepala desanya yang tidak paham betul dengan konstaliasi wisata gitukan. Ya akhirnya biat tontonan aja, bukan buat
penginapan.
Jadi
memang
sekarang
tidak
dijadikan
121
penginapan. Cume sekedar dateng kesana, foto-foto, udah. Nginep gak pernah Peneliti
: Bangaimana dengan villa yang berada di bagian Barat ?
Narasumber
: Itu punya perorangan, punya pak Haji jail. Dulu dia orang Pulau Tunda. dia kejakarta. Lalu pada 2013 dia membangun villa dan itu di sewakan.
Peneliti
: Lokasi wisata untuk saat ini diarahkan ke bagian barat dan utara, lalu bangai mana dengan Timur dan Selatan?
Narasumber
: Untuk bagian Timur sekarang sudah tidak bisa, karena itukan sudah punya asing. Bagian selatan hanya untuk dermaga aja.
122
TRANSKIP WAWANCARA Narasumber
: Mumun (DKP)
Tempat/ Tanggal
: Serang, Rabu,25 Mei 2016
Waktu
: 11.30 s.d 12.30 WIB
Peneliti
:Bagaimana ibu memandang Pulau Tunda sebagai daerah yang dapat dikembangkan khusnya untuk pariwisata
Narasumber
:Jadi gini, awalnya kan kita, saya terutama yah, saya kan kepala seksi konservasi, eksplorasi pesisir dan Pulau-Pulau kecil. Akhirnya kita mencari tahu di Pulau-Pulau Kecil itu potensinya apa, yang bisa dikembangkan apa. Nah ketika kita kesana. Kita lihat kan memang mereka secara umum kan nelayan. Tapikan potensi bawah lautnya masih bagus. Jadi kalo dikabupaten serang, mungkin kalo boleh saya sebut tuh hanya dua. Kan rata-rata dipesisir itu, rata-rata di Indonesia itu, namanya terumbu karang kan disekeliling Pulau, nah dikita dari 17 Pulau itu hanya dua yang masih sangat bagus, yaitu satu Pulau Sangiang, satu Pulau Tunda. karena Pulau Sangiang juga sudah masuk kawasan konservasi udah dikelolah oleh kehutanan pusat BPSDA. Maka satu-satunya ya Pulau Tunda yang kita anggap bagus dan itu bukan kawasan konservasi. Apalagi kan disana, di Pulau Tunda itu kan ada masyaraktnya. Jadi kita pikir potensi apa yang bisa dikembangkan, tapi bisa berkelanjutan, bisa meningkatkan tarap hidup. Kita lihat ,
123
kalo ade pernah kesana. Salah satu kemajuannya emang antara lain ada CSR pasir laut. Tapi kita kan selalu bilang pada mereka bahwa itukan tidak akan selamanya. Jasi, padahal sebulum pasir laut itu jalan, kondisi di Pulau itu juga kan memperihatinkan. Ada LSM luar datang kesana membawa isu-isu mereka kalo musim ini gak bisa makan, karena ombak besar tidak bisa nelayan, mereka tidak bisa melayan. Isu-isu yang seperti itu kan sebenarnya kita kesana, ternyatakan dia bisa membangun rumah ketika mendapat uang dari sodaranya yang jadi TKI, TKW, itu kita miris mendengarnya. Kita orang perikanan melihat konsidi mereka, mereka tidak bisa memperbaiki kondisi mereka. Pada saat itu memang satu-satunya potensi itu, dan potensi itu bersinergi dan berkelanjutan. Setelah kita melihat potensi itu. kita coba tuh. Kita kerjasama dengan IPB monitoring terumbu karang. Kita belajar. Anak-anak disanakan sebetulnya kalo menyelam sudah ahlinya. Tapikan bagaimana kita kenalkan dengan orang luar. nah kan mereka tau kondisi alama ini masih bagus. Berikutnya lagi kita kenalkan dengan transplantasi. Bagaimana menjaga terumbu karang. Lalu kita juga bercerita bahwa ekosistem disana bukan cuma terumbu karang tapi juga ada mangrove. Walaupun sedikit, hasil penelitian-penelitian disini masih alami. Jadi banyaklah destinasi yang bisa dikembangkan. sebetulnya satu sua udah ada yang membawa turis, tapi ada masalah entah lah apa, tahun dulu lah. Jadi sempet stag juga. Jadi
124
ketika kita datang tahun 2011 itu tuh stag juga. Tidak ada turis yang datang. Kita datang, berikutnya transplantasi karang, kerjasama lagi dengan asosiasi koral karang tunas. Dari sana gak tau siapa yang berbuat. Tapi kita juga kepariwisata juga ngomong. Mulailah mereka yang di Pulau Tunda percaya diri. Jadi ketika ada teman yang dari kepulauan seribu mau ke Pulau Tunda, mereka mau bawa. Setelah itukan, nah ini coba destinasi-destinasi ini dikembangkan. karena kita kalo secara anggaran susah untuk membantu. Tapi sedikit-sedikit kita jugakan bantu. Kaya misalkan gini, yang kita tau yang bagus di barat sama di utara. Diutara ternyatakan jalan desa gak ada di sana. Kita akhirnya anggaran dari kita. Kita coba bikin jalan poros yang cuma 300 meter, tapi itukan ketempat wisata yang karangnya bagus gitu. Kita jugakan bikin rumah, walaupun rumahnya sekarang tidak dimanfaatkan secara optimal, itu salah satu yang untuk menunjang. Dari kementerian jugakan ada alat selam. Kita pelatihan-pelatihan kan sudah. Malah terakhir itu tahun 2014, karena kita lihat turis sudah mulai dateng, kita mencoba menginisiasi itu sih sebenernya kalo kita bilang, saya sih bilang kedinas lain, mungkin tugas kami sudah selesai, harusnya sudah mulai. Turis sudah dateng, tinggal optimalisasi dari dinas-dinas yang lain. Ketika infrastruktur kurang, misal jalan atau sebagainya, mungkin ada yang nangani. Ketika misalnya kendala kapal jadi masalah, berarti dishublah yang harus membina
125
seterusnya. Nah makanya, salah satunya dishub biarlah mereka ini gitu yah. Ya kita tetap kontak ya tetep kontak. Nah kita turis dateng, ini versi dinas kita yan bukan dinas lain berarti turis dateng, emm versi sederhananya lah dia perlu makan, dia perlu nginep, kalo perlu ada cinderamata sama kaya tempat lain lah. Makanya waktu itu kita melakukan pelatihan sederhanalah. Jadi selain transplantasi juga sedrhana dengan menggunakan karang mati, terus disebar. Terus kita pelatihan itu juga bikin hiasan, terus sama ibu-ibunya kita latih untuk masak. Tujuannya sih itu. sudah belum tercapai belum keliatan. Tapi disisi lain kita mengadakan itu, kita undang semua dinas. Artinya saya bilang gitu, ketika memang ibu-ibunya harus dikembangkan UKMnya berarti dinas perindustrian masuk. Terus ketika misalnya nanti pariwisata, nahkan mulai masuk juga pelatihan guide, karena kita jugakan gak mungkin juga. Akhirnya kan sedikit banyak itu berkembang cuma kalo pesan saya satu yah, bahwa tetap dijaga, hati-hati. Tidak apa, sekarang mungkin belum terasa. Tapi ketika turis begitu banyak, bagaiman memang ekosistem yang memang kita jual itu tetap baik. Itu rusak jualannya hilang. Peneliti
: Jadi bu dapat dikatakan asset inti yang dimiliki oleh Pulau Tunda adalah Ekosistem laut yang masih bagus?
Narasumber
: saya pikir banyak. Iya ekosistem itu iya. Kalo kita cerita ekosistem itu kan karang dan mangrove. Tapi kalo kita cerita,
126
disana juga ka nada semacam yang mereka bilang laguna. Jadi ketika itu surut ada pasir ditengah laut. Dan itu bisa-bisa viewnya.menurut saya itu bisa nebjadi aset. Kapan sunset. Setelah ngobrol mereka akhirnya punya ini sendiri. Kalo kita kan melihat versi orang luar, kita bilang kayanya ini bagus nih. Terus bu, itu mercusuar juga bagus buat sunset. Ngobrol-ngobrol mengenai membuat brand, tapi saya tidak tahu brand yang bagus tuh yang seperti apa. Tapi mereka sekarang ini sudah mulai. Kaya misalnya karang donat. Tapi saya bilang bikin kesepakatan. Disana itukan kebetulan bergerak sendiri-sendiri guidenya.apanya, mereka bilang operator. Pemuda-pemuda yang meraka hanya dengan pertemanan saja. Jadi satu orang misalnya membawa teman. Turisnya ada sepuluh, mungkin dia bisa senidri, kalo gak bisa ajak teman. Peneliti
: Jadi disana itu tidak berkelompok?
Narasumber
: Iya seperti itu. maka kita minta, ketika ada bantuan tidak bisa seperti itu. Pemda tidak bisa seperti itu , harus ada kelompok. Maka ketika kita minta ke desa. Desa membentuk seperti apalah. Mereka membuatlah lah Lingkar Bahari. Lingkar Bahari itu intinya adalah kumpulan. Iya itulah asosisasi gitulah, kumpulan orangorang yang selama ini sudah bergerak dibidang wisata. Mau dibawa kemana. Nah itu kalo gak salah udah berjalan, bukan kalo gak salah tapi bener yah. Jadi ketika bawa tamu mereka bayar 5000 per orang untuk dimasukin ke kas Lingkar Bahari. Itu ada buat
127
administrasi, ada buat ya ginama mau mengembangkan itu lah. Itu yang sekarang lagi dirintis sama mereka. Saya pikir, saya sih, kita cukup memantau saja. Karena gini, selama. Jadi yang saya khawatirkan ketika mereka jalan sendiri-sendiri. Tidak terorganisir, apalagi nanti ada kecemburuan dan seterusnya itu bisa menjadi masalah. Padahal ini bisa menjadi besar kalo kalian bisa bersatu. Nah sekarang ka nada gap lagi antara pemuda dengan yang lebih tua. Penerimaannya. Peneliti
:Berkaitan dengan penerimaan tersebut,Bagaimana DKP membawa Pariwisata masuk Kepulau Tunda?
Narasumber
:Engga pariwitsa. Awalnya gini awalnya perbaikan ekosistem sebenarnya. Hanya saja kita melihat. Janganlah lama disana dua hari disana kita ngobrol banyak, saya bilang sayang ini. adalah contoh, misalnya orang ini dianggap sama ibunya pengangguran, dia tidak mau jadi nelayan. Tapi ketika, mungkin sekarang passionnya jalan nih, ternyata dia dnegan pariwisata lebih keren, lebih apa, dan dia ternyata menghasilkan uang. Jadi ibunya mulai menerima. Yah kita mulai dari hal-hal yang kaya gitu lah yah. Dari mulai membuka mainset mereka sih yah sebetulnya itu dan sekarang belum jadi, masih proses ditengah
Peneliti
: Jadi pariwisata di Pulau Tunda baru berjalan setengah untuk saat ini?
128
Narasumber
: jadi awalnya malah kita kessana karena ada bantuan PLTS. Terus kita melihat disini bagus. Mulailah tahun depannya kita pelatihan mangrove, terumbu karang. Itu mulai berkembang sendiri seperti itu. tapi ditengah perjalanan kita memang sudah bilang kepariwisata. Ini dikembangkan,
Cuma mungkin mereka juga
punya keterbatasan anggaran atau prioritasnya lagi kemana jadi susah juga. Jadi ya udah selama masih bisa dikita, kita coba dikita. Peneliti
: Bagaimana target kedepannya untuk pariwisata di Pulau Tunda?
Narasumber
: Kalo target secara umum yah, maksudnya gini. Sebetulnya yang kita inginkan atau yang kita lihat. Jadi gini yang kita lihat jika daerah itu berkembang menjad wisata. Anyer saja, itu kan masyarakat tidak menikmati sepenuhnya, itulah yang kita khawatirkan. Dan sampai sekarang juga sepertinya masih kita khawatirkan. Kita bilang sebetulnya dari awal, ketika kita masih ngobrol-ngobrol kearah wisata itu, bahwa yang ingin kita kembangkan adalah masyarakat disini berdaya. Saya pernah denger cerita darimana gitu, bahwa ada pariwisata yang memang dikelolah oleh orang-orang lokal. Artinyakan walau uang itu sedikit tapi benar-benar dirasakan oleh orang mereka sendiri. Sementara ketika investor besar masuk, inikan Pulau kecil, ada dua aja inverstor besar, itu mungkin penghasilan masyarakat jadi apa?. Jadi kacung, jadi bersih-bersih, itu udah gak sesuai gitu. Sementara kalo mereka sendiri. Ini tanah mereka gitu. Ketika itu misalnya rusak saya juga
129
yang akan kena. Itu keinginan yang kita inginkan. Itu memang jadi matapencaharian alternative masyarakat dan itu bisa berkelanjutan, tidak merusak lingkungan. Makanya kalo kedepannya mungkin. Kita juga kan aada penelitian dari tempat lain kan ya. Ini kapasiatas air maksimal segini orang, jadi kita juga gak mungkin, misal tibatiba Pulau Tunda terkenal, turis banyak, kita harus batasi sampai sejauhmana. Karena kalo tidak dibatasi nanti intrusi air laut masuk. Ketika penggunaan air tawar besar-besaran, air laut masuk, itu jugakan secara sustainability gak jalan. Maka ketika awal, awal dikembangkan snorkeling aja dulu. Satu karena emang basic belum ada, alat juga belum ada, ketiga takutnya ini ketika banyak orang nyelam, banyak yang menginjak karang. Belum berkembang sudah mati. Maksudnya ketika wisatawan belum terlalu banyak, ini keburu rusak, ini yang kita sayangkan. Kalo kita lihat sih, potensi masih banyak. Peneliti
:terkait dengan bangunan yang dibuat DKP tersebut, memang dibuat untuk menujang pariwisata, namun belum dipergunakan secara optimal. Apa yang menyebabkan hal tersebut?
Narasumber
: jadi gini, kita juga melakukan sekolah pantai dengan sasaran SD, SMP, materinya ya itu bersih, bersih pantai, pengenalan ekosistem. Nah mungkin kita bergerak dari anak kecil ke pemuda-pemudanya, tetapi ibu-ibunya sedikit. Mungkin itu yang kurang, makanya ada gap juga antara yang muda sama yang tua.
130
Peneliti
:gap seperti apa yang terjadi, apa lebih pada penolakan?
Narasumber
: jadi gini, kini mulai dateng turis, mereka mulai open mind, yang muda-mudanya sudah mulai banyak masukan dari yang dateng. Mereka ingin bergerak lebih cepat. Sementara yang tua ini, satu mungkin mereka khawatir, kedua mungkin dia merasa bahwa tidak ada kontribusi kedia. Hal-hal yang seperti itu lah yang perlu dikomunikasikan, seperti rumah yang kita bangun, kita katakana ini perlu ada dipertanggungjawabkan kepada kita. Kita rugi jugalah kalo kita, pemerintah udah ngasih lah uang rakyat, kita kasih maksimal tidak dimanfaatkan, rusak. Kalo versi anak-anak mereka mau memanfaatkan, tapi pak lurahnya engga. Pak lurah nanti kesiapa, takutnya yangini marah, yang ini marah. Dia juga bingung, kita juga tidak menyalahkan. Maka kita, ini di obrolkan lah, ketka kita sudah ngasih kedesa, ngasih kemsayarakat, ya diobrolkan lah dengan mereka gitu. Bagaimana cara memngelolah ini, kita sih tidak ingin keuntungan secara materi
Peneliti
: Adakah pendampingan khusus yang dilakukan DKP untuk
pengembnagan pariwisata di Pulau Tunda atau bagaimana monitoring yang dilakukan? Narasumber
: kalo dikhususkan sih tidak ada, kita selalu bilang kemereka kita dinas dan terbuka untuk mereka. Jadi gini kita setiap tahun masih menatau, adalah setiap tahun kegiatan. Kontak-kontakan. Kadang
131
mereka juga cerita-cerita soal turis. Bahkan kemaren saya juga pengan data turis. Tapi kemarn juga saya marah-marah sama mereka, ini harus tertulis data. karena dinas mungkin bubar, karena fungsi kelautan kini mulai di provinsi. Tapi keinginna saya ketika ini sudah jalan, tidak boleh berhenti, siapun yang jalan, dinas manapun yang membantu. Kita lagi target dia harus bikin laporan. Tapi itu belum. Turis rata perbulannya berapa, fasilitas yang sudah ada apa, fasilitas yang belum ada apa, apa yang dibutuhkan, kedepannya apa lagi. Itu belum. Pak camat minta itu rinci, tapi belum. Ini saya bilang dibuat rangkap 4 rangkap 5. Satu untuk kecamatan, satu untuk desanya sendiri, satu di pariwisata. ya kedinas manalah itu yang membutuhkan, kasih proposal itu, kasih cerita itu. jadi dibilang masalahanya tidak ada jalan, yah berarti tata ruang yang bergerak. Itu yang kita harapkan Peneliti
: dengan keterbatasan mengenai kebijakan pengembangan yang dimiliki oleh DKP apa yang telah dilakukan DKP untuk pariwisata di Pulau Tunda
Narasumber
: kita bilang sih kita sudah enough lah. Sebetulnya kita sudah cukup, dari dua tahun lalu kita bilang harusnya ini sudah kepariwisata. Karena turis sudah mulai datang. Infrastruktur dasar, saya pikir sudah cukuplah, untuk pengembangan awal sudah cukup. Harusnya ini tinggal, mereka ini, kalo saya tangkap mereka ingin dipandu sebagai guide, harusnya apa nih gitu. Karena kan
132
selama ini yang mandu informal. Ngomongnya gini loh, tapikan kita gak tau, kita gak punya ilmunya. Selama ini juga mungkin pariwisata terbatas anggaran. Lalu yang diikutkan hanya satu dua orang, dan dari desa, mereka adalah staf desa, dan bukan yang bawa turis, jadi banyak mis komunikasi. untuk kearah wisata sih menurut saya udah saatnya untuk menjadi lebih baik, temasuk ke brandingnya Peneliti
: Bagiamnaya anda melihat kesiapan SDM di Pulau Tunda?
Narasumber
:kalo versi turis yang dateng, mereka ramah katanya. Kita pikir sih belum terlalu. Salah satu yang saya khawatirkan itu, ketika investor datang, merkea ketahuan banget kalo tidak professional, tapi ketika sekarang belum ada, yah. Seperti mereka meng guide tamu, saya rasa sih sudah lumayan. Terbuktikan kan ada lagi yang datang. Kadang kita suka berfikir, bagaiman makanna disana, selmaa ini juga meraka sederhana sekali, cendramata belum ada. Kita tidak bisa terus membantu, karena ada bisang lain. Jalan juga sudah mulai bagus, keliling-keliling desa juga bisa pake sepedah. Tapi karena saya juga bukan orang ariwisata jadi saya tidak tahu sebenrnya sudah cukup atau belum. Tapi ya itu kembali ke profesionalisme tadi, kalo ada turis yang datang. Ya saat ini mereka bisa mendatangkan turis tapi ketika ada yang lebih professional, taruhlah yang bawa turis juga professional. Mereka juga kan setifikat selam rata-rata masih A1 masil level dasar, tapi
133
kalo jadi pemandu harusnya sudah beda lagi levelnya, sudah harus mencakup keselamatan juga. Kita juga tidak ada anggaran untuk melakukan pelatihan, tapi katanya desa juga akan melakukan pelatihan-pelatihan, selam, terumbu karang. Peneliti
: keinginan adan untuk Pariwisata Di Pulau Tunda?
Narasumber
: Mimpi kita gak muluk-muluk sih, wisata yang masih berbasis ekosistem yah. Iya sih wisata bahari. Jadi kita pengembangannya ke arah budidaya, wisata bahari gitu. Jadi emnag ADRWnya tata ruang lautnya emang kearah sana. Jadi maskudnya itu terjada, masyarakat mendapat ke untungan dari sana. Sayang gitu loh ketergantungan sama kompensasi. Terumbu karang lumayan bagus lah, ikan juga bervariasi. Disana banyak rumpon-rumpon gitu, yang bukan punya orang Pulau Tunda saja. Orang Jakarta juga mancing disana. Jadi dulu itu orang Jakarta ke Pulau Tunda hanya mancing saja. Mungkin sekrang ketika destinasinya ini, mungkin orang yang mancing bisa bawa keluarganya. Kita juga sempaet berkhayal juga satu opsinya, minimal ketika bapak-bapaknya mancing, ketika tau disini ada wisata, bapak-bapaknya mancing, anaknya, istrinya di drop ke Pulau Tunda. tapi itu belum yah. Pemda juga sih awere
134
TRANSKIP WAWANCARA Nama
: Novia Brigitasari Metkono
Tanggal
: 1 Juni 2016
Waktu
: 10:00 s.d 10:30
Peneliti
: Bagaimana liburan yang anda lakukan di Pulau Tunda?
Narasumber
: gak nyangka, gaknyangka pas nyebur itu ternyata bawah lautnya
sebagus itu Peneliti
:Apakah rasa penasaran dengan Pulau Tunda terbayarkan?
Narasumber
:awalnya gak nyangka bagus, dan untuk suasana desa, suasana malam yang sepi. Gak nyangka aja di Pulau yang seperti itu, mereka bisa hidup. Dikepung sama laut kan itu
Peneliti
:Bagaimana dengan Homestay yang bergabung sama warga itu
menggagu gak? Narasumber
:Malah enak, takutnya kita salah apa gitu. Itu malah sensainya disitu. Yang lampu nyala dari sore ampe malem. Yang udah panic ngecas hp ngecas kamera. Itu malah asik. Sebenernya liburan yang kaya gitu tuh yang enak daripad liburan yang harus tinggal di Hotel. Dengan budget segitu kan, terus menantang dengan pantai yang sekaya begitunya. Jadi gini loh wisatawan sendiri itu kalo kemana-mana itu pasti mikir, oh gue harus pake ini.
Peneliti
: Ada keinginnan untuk balik lagi kePulau Tunda?
Narasumber
:Pingen, dan maunya lebih rame lagi, gua mau ajak temen-temen
gua yang heboh
135
Peneliti
: Kekurang yang ada di Pulau Tunda
Narasumber
:Sampahnya doing sih menggagu. Kambing disana malah lucu
Peneliti
:seandainya dibuatkan daerah khusus untuk wisatawan yang terpisah dari warga, bagaimana menurut anda?
Narasumber
:kayanya kurang seru yah, yang seru itu bareng warga, walau homestay. Nanti jatohnya ada sekat gitu, kalo gue sih
136
TRANSKIP WAWANCARA Narasumber
: Phepit Berchmmans Ngabur
Tanggal
: 1 Juni 2016
Waktu
: 11:00 – 11:30
Peneliti
: Apa motif anda mengunjungi Pulau Tunda?
Narasumber
: Gua sebenarnya lagi nyari trip begitu, kita kan nyari tuh di Pulau Seribu, tapi dapatnya yang biasa-biasa, kaya memang Pulau yang khusus untuk wisata gitu loh. Terus dia dapat rekomendasi dari temennya soal pulau ini. terus gua tanya-tanyakan kira-kira informasinya kaya gimana. Yang menarik itu yang pertama home staynya bareng warga, itu bagi saya berkesan banget. Yang kedua listriknya nyala sampai jam 12 malam dan itu menantang banget. Bagi saya itu daya tariknya justru disitu. Artinya kita mengikuti dinamika warga setempat. Sambil berwisata-wisata juga kita bisa, sehingga kitakan, bagi saya sih kita bisa tahu gitu loh, secara sosial masyarakat
di
sini
tu
bagaimana,
pola
pikirnya,
cara
berperilakuknaya, visi–misinya, dan itu bagi saya menarik. Sampai disana bagi saya penduduknya bagus ramah-ramah. Minimal gak judes lah gitu, juga guidenya oke bagi saya, sangat komunikatif, dan sangat banyak membantu, banyak member informasi juga, terus karena masih sangat minim promosi yah, sehingga tidak terlalu dikenal. Jadi orang datang kesana ya sudah begitu. Mungkin karena masih belum di tata benar gitu, kira-kira track- track dalam
137
pulaunya yah masih begitu. Maksudnya orang datang menikmati apa yang disediakan gitu loh. Kaya dermaga gitu, snorkeling tapi itu tidak terlalu maksimal. Peneliti
: Bagaimana kesamaan ekspetasi sebelum datang ke Pulau Tunda dan setelah mengunjungi Pulau Tunda?
Narasumber
: Hampir berbanding lurus lah, tidak terlalu jauh lah. Banyangan saya pas dengan realitas.
Peneliti
: Sebelumnya membanyangkan Pulau Tunda seperti apa?
Narasumber
: yak karena dapat informasi itu, jadi yah. Karena ada wisata macam itu dikampung saya. Orang datang untuk, ya kaya Life in gitu lah, hidup bersama gitu. Mengalami dinamika masyarakat.
Peneliti
: Jadi itu menjadi daya tarik, selain snorkeling
Narasumber
: ya, daya tarik selain snorkeling
Peneliti
: apa kekurangaan Pulau Tunda
Narasumber
: Kurangnya paling ini sih, maslah sampah saja. Sampah, meski saya sudah cerita panjang lebar kemarin itu dengan si alay. Cumin terakhirnya ia bilang, ini sampah mau dibuang kemana gitu. Maksudnya kalo orang berwisata itu, mungkin sampah itu, satu kajiaan diluar yang lebih luas. Tapi yang penting itu dalam berwisata itu, konsep saya itu saya akan bahagia. Ketika penduduk itu terlihat bahagia. Itu daya tarik juga. Mungkin soal sampah ini aja. Jangan sampai sampah itu punya yang lebih besar lagi gitu. Kalau lihat di pelabuhan itu, aduh gila sampahnya, enek gue
138
liatnya. Tapi kita tidak tau solusi apa gitu. Ya sudah kita lihat sampah, hanya sekedar perihatin. Kalo mendengar informasi juga dari bang alay, soal bagaimana pemerintah melihat itu. melihat peluang bisnis ini, pariwisata ini. dipandang sebelah mata atau apalah lah segala macem. Sudah lah cerita lain. Mungkin itu bisa menjawab kenapa tidak dibersihkan sampah-sampah. Padahal didalam pulau ada tempat pembuangan sampah kan. Pneliti
: bagaimana dengan Keadaan fasilitas pendukung, seprti kamar bilas, tempat makan, cendera mata, dan lainnya?
Narasumber
: Kalo cendera mata belum ya, belum saya lihat. Karena memang interest saya kesana itu memang benar-benar menikmati saja apa yang ada disana. Gak pernah berpikir untuk beli cenderamata apa. Benar-benar menikmati aja yang bisa dilakukan
Peneliti
: apakah tempat snorkelingnya bagus?
Narasumber
: Mungkin spot yang kemarin, karena ini pertama kali saya snorkeling, menurut saya sih puas. Ya kita bisa berwisata bawah laut. Karena itu kali pertama untuk saya
Peneliti
: Harapan untuk Pulau Tunda kedepannya ?
Narasumber
:menurut saya itu, gua pengen Pulau itu bisa berkembang, sektor pariwisata dan dinamika masyarkatnya itu berjalan lurus. Artinya tetap saja pola hidup masyarakat seperti itu. cumin sektor pariwisatanya harus di kedepankan. Karena selain mereka melaut, selian mereka menjadi nelayan, itu income yang paling besar juga
139
dari situ, gitu loh, peluangnya. karena hanya 2 jam dari Serang, itu penyeberangna dari Serang 2 jam. Itu samakan dari muara angke atau ancol ke kepulauan seribu 2 jam. Dan itu orang rame, dan ini bagi saya wisata Pulau Tunda ini wisata alternative bagi saya. Alternative untuk orang Jakarta yang enek kepulau seribu, terlalu rame gitu. Peneliti
: Bagaimana jika di bentuk tempat khusus wisatawan di Pulau Tunda yang terpisah dari masyarkat?
Narasmber
: saya tidak setuju, saya pribadi tidak setuju. Karena dengan begitu, masyarakat setempat juga tidak akan dapat tempat yang sudah di privatisasi. Karena masalah yang gua alamai di Pulau gue Flores juga begitu. Banyak privatisasi gitu. Jadi sia buka resort, jadi dia khusus apa, dan warga sekitar gak dapat apa-apa. Dan itu menyedihkan sekali bagi saya. Itu tanah lu, kenapa lu tidak merasakan. Merasa asing di tanah sendiri itu, itu tuh. Dan saya tidak suka.
Peneliti
: Apakahmerasa terganggu dengan keadaan lingkungan disana yang melepaskan ternaknya begitu saja?
Narasumber
: kalo kambing, tidak menggagu sih. Binatang itu juga populasinya tidak banyak. Itu malah lucu. Jadi cii khas daerah-daraeh pulau kan begitu. Kalo di Sumbawa sapi cuy. Sapinya selow aja mereka di jalan, di pantai gitu lewat, kita berjemur. Treng-treng begitu,
Peneliti
: Apa anda mau balik lagi ke Pulau Tunda?
140
Narasumber
: I hope someday. Saya sanagt ingin kembali kesana.
Peneliti
: Apa alasanya ingin kembali Kepulau Tunda?
Narasumber
: karena suasananya, saya suka sangat-sangat. Emm, warganya apa yah, emm hangat, selow gitu. Saya mending ketempat begitu yang ada penduduk aslinya daripada berwisata aja. Kecuali kalo honeymoon beda cerita. Hanya ada kamu dan aku dan laut.
141
Transkip Wawancara Wisatawan Nama
: Hilda Yunike
Tanggal
: 29 Mei 2016
Waktu
: 11.00 s.d 11.30
Peneliti
:Apakah anda sudah pernah berlibur ke Pulau Tunda
Narasumber
: iya sudah pernah
Peneliti
: apa yang mendorong anda pergi ke Pulau Tunda?
Narasumber
: kesana ya buat liburan. Banyak yang bilang Pulau Tunda bagus karangnya, ikannya banyak, pemandangannya juga bagus dan enak buat snorkeling, dan ternyata benar kata orang-orang bawah lautnya emang bagus banget. Karang-karangnya engga ada yang mati, ikan ikannya bnayk. Dikedaleman 2 meter aja udah bisa liat karang yang bagus
Peneliti
: apa pernah berlibur ketempat yang serupa dengan Pulau Tunda
Narasumber
: aku udah pernah juga ke pulau-pulau yang ada di Banten kaya Pulau 3, Pulau 4, Pulau 5, Pulau Oar juga pernah. Dan bawah lautnya gak sebagus Pulau Tunda. apalagi Pulau 3, Pulau 4, Pulau 5 buat snorkeling gak ada yang bisa di liat, kalo Pulau Oar waktu itu dikedalaman 5 meter baru bisa liat karang bagus, sisanya karang mati
Peneliti
:Adakah rencana untuk berkunjung ke Pulau Tunda lagi?
Narasumber
: Rencana Kepulau Tunda lagi sih ada. Nangih abis baget juga suka snorkeling aku. Pengen kesana lagi ajak temen-temen
Peneliti
: Apa alasan untuk mengunjungi Pulau Tunda lagi?
142
Narasumber
: pengen snorkeling lagi. Bagus banget bawah lautnya, makanya pengen berenang lagi
Peneliti
:Apa yang kurang dari Pulau Tunda?
Narasumber
: yang kurang tuh pertama. Akomodasinya kesana. Kudu nyewa kapal dan itu mahal karena jauh. Aja kapal umaum di jamjam tertentu aja adanya. Yang kedua tempatpenginapan gak ada waktu aku kesana. Waktu itu hari pertama nginep di gardu rumah orang sebelum nyewa rumah orang . harusnya dibangun homestay atau cottage buat wisatawan biar kalo nginep enak gak perlu cari-cari rumah orang yang siap buat dijadiin penginapan. warung makanan gak ada. Biasanya kan di pantai dijajain makanan hasil laut gitu yak, ini mah gak ada. Jadi kemaren kita makan dirumah orang itu yang kita inepin itu juga. Jadi menunya seadanya. Keempat tempat wisatanya kurang dibangun dengan baik. Kalo kita turun dari kapal baru turun didermaga Pulau Tunda yang ada dipikiran kita itu kita ada dikampung ci. Kaya bukan tempat wisata. Kurang istemewa kesan pertamanya. Padahal Pulau Tunda sebelah barat itu bagus baget. Kalo boleh saran dibagian barat yang dijadiin dermaga dan dibangun
tempat-tempat
hiburan
wisatawan
dan
dibangun
sebagaimana mestinya tepat wisata .padahal sayang baget pantainya masih bagus banget. Dari atas karang-karangnya udah kelihatan cantik. Kalo tempat wisatanya kurang memadai.
143
NOTULENSI DISKUSI (Diskusi dengan Tim Pengembang Wisata Pulau Tunda) Tempat
: Desa Wargasara – Pulau Tunda
Tanggal
: 31 Mei 2016
Waktu
: 19.30 – 22.00
Diskusi yang dilakukan membahasi mengenai rencana pengembangan objek wisata Pulau Tunda. hasil diskusi yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Pengembangan wisata yang adakan dilakukan oleh desa baru berupa pengambangan dibidang fasilitas dengan penataan dibagian selatan yang menggunakan konsep beach club. 2. Kendala yang dihadapi pengembangan berkaitan dengan kepemilikan lahan yang akan dijadikan kawasan pengembangan wisata 3. Spot potensial yang dimiliki Pulau Tunda terletak di bagian Barat dan Utara Pulau Tunda 4. Masyarakat di bagian barat dirasa lebih bisa menerima wisatawan yang datang 5. Pengembangan wisata terkendala dengan penerimaan warga yang masih belum 100% menerima kehadiran wisata 6. Mengatasi bentrok dengan warga dirasa perlu adanya pemisahan antara kawasan wisata dengan pemukiman warga 7. Pembangunan home stay menjadi pilihan terakhir dalam pengembangan fasilitas wisata, hal ini untuk menjaga konflik yang terjadi dengan warga yang memiliki homestay
144
8. Pulau Tunda belum memiliki sesuatu yang dapat “dibeli” atau dalam bahasa pengembangan pariwisata pulau tunda belum memiliki something to buy 9. Untuk daerah serang Pulau Tunda belum memiliki pesaing karena pulau lain yang ada di Serang hanya menjual pasir pantai saja. 10. Untuk saat ini belum bisa menentukan pangsa pasar. Hal ini dikarenakan pengembang belum mengetahui secara pasti pengunjung yang berkunjung ke Pulau Tunda. Sehingga untuk sementara menjadi global saja dulu 11. Usulan brand untuk saat ini adalah surga di selat jawa, namun untuk brand ini belum dipastikan dan di diskusikan lebih jauh. 12. Rencana kedepannya akan dilakukan penataan mangrove untuk kegiatan study tour. 13. Solusi pertama untuk mengatasi penolakan masyarakat terhadap adanya wisata adalah dengan melakukan sosialisasi program-program yang dilakukan 14. Pengembang melihat kegiatan CSR perusahaan yang melakukan pengerukan pasir membawa budaya malas yang secara tidak langsung juga menghambat pengembangan Pulau Tunda.
145
NOTULENSI DISKUSI (Diskusi dengan Staf Desa Wargasara Pulau Tunda) Tempat
: Kantor Desa Wargasara – Pulau Tunda
Tanggal
: 31 Mei 2016
Waktu
: 09.00 – 12.00
Sebelumnya peneliti berencana melakukan wawancara dengan kepala Desa Wargasara namun dikarenakan beberapa hal wawancara tidak bisa dilakukan dan digantikan dengan diskusi dengan beberapa staf desa. Hasil diskusi tersebut adalah : 1. Untuk saat ini pemerintah Desa akan membangun saung-saung, coffee shop dan taman di bagian Selatan Pulau Tunda. 2. APBD yang dialokasikan dalam pengembangan wisata mencapai 25% dari APBD yang dimiliki Pulau Tunda 3. Pengembangan wisata untuk saat ini berupa pengembangan fasilitas 4. Kendala yang dihadapi adalah permasalahan kepemilikan lahan yang akan di jadikan kawasan pengembangan wisata 5. Potensi yang lebih dulu dikembangkan adalah potensi wisata bahari berupa snorkeling 6. Rencana kedepannya adalah pembuatan zonasi-zonasi wisata yang jauh dari pemukiman warga. Alasannya adalah tradisi kesopanan dimasyarakat masih sangat kuat, mereka belum terbiasa dengan kegiatan wisatawan yang menimbulkan kebisingan terutama dimalam hari.
146
7. Sebagian besar masyarakat sudah menerima adanya wisata di Pulau Tunda. adapun yang tidak menerima diduga dikarenakan belum terlibat dalam kegiatan wisata 8. Rencana kedepan, pemerintah desa akan membuat BUMDES agar seluruh masyarakat Pulau Tunda dapat terlibat dalam kegiatan wisata yang terjadi di Pulau Tunda. 9. Jangkauan pemasaran untuk saat ini adalah sekitar Banten dan Jakarta 10. Media pemasaran yang digunakan untuk saat ini memanfaatkan media internet. Namun masih dikelola perseorangan oleh warga Pulau Tunda yang menjadi pelaku wisata. Pemerintah desa belum melakukan pemasaran pariwisata. 11. Ketersediaan listrik merupakan salah satu kendala yang dimiliki oleh Pulau Tunda 12. Pemerintah Desa belum mampu mengatasi permasalahan sampah yang di hadapi Pulau Tunda
147
NOTULENSI DISKUAI (Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Serang) Tempat
: Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga
Tanggal
: 26 Mei 2016
Waktu
: 10.00 – 12.30
Temuan Di lapangan : Diskusi yang dilakukan dengan beberapa pelaksana di bidang Destinasi Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga menghasilkan : 1. Pengembangan Pulau Tunda sebagai objek wisata baru akan menjadi prioritas pada tahun yang akan datang, dikarenakan prosedur pengajuan anggaran yang membutuhkan waktu satu tahun; 2. Rencana pengembangan lebih kepada akomodasi pariwisata berupa home stay; 3. Rencana pembangunan akan dilaksanakan di wilayah Timur Pulau Tunda; 4. Point Interest Pulau Tunda terletak pada lingkungan pantai dan laut Pulau Tunda; 5. Segmentasi pasar sementara diperuntukkan untuk kalangan menengah, remaja, dan juga pelajar; 6. Hambatan pembangunan wisata dikarenakan untuk saat ini wisata belum dijadikan fokus kebijakan pemerintah daerah; 7. Rencana pengembangan wisata Pulau Tunda bukan hanya dalam penyediaan akomodasi namun juga berupa kegiatan edukasi kepada masyarakat agar masyarakat siap Pulau Tunda menjadi daerah wisata.
148
8. Di lingkungan Pulau Tunda sendiri masih terdapat gap antara kelompok tua dengan kelompok muda mengenai arah pengembangan Pulau Tunda. 9. Rencananya pemerintah akan membangun BUMDES (Badan Usaha Milik Desa) yang selanjutnya akan berperan untuk mengembangkan Pulau Tunda melalui Koperasi, dan lain sebagainya. 10. Pulau Tunda memiliki anggaran yang berasal dari pemerintah dan juga CSR serta dana kompensasi dari perusahaan pengerukan pasir. 11. Kompensasi yang diberikan oleh perusahaan pengerukan pasir ini, menimbulkan kekhawatiran berupa perubahan pola sosial masyarakat di Pulau Tunda, seperti masyarakat menjadi malas bekerja karena mereka memiliki mendapatkan dana setiap bulan dari perusahaan tersebut, sehingga mereka bergantung kepada perusahaan pengerukan pasir tersebut. 12. Pemerintah (Dinas pariwisata pemuda dan olahraga) memiliki harapan pengembangan wisata di Pulau tunda dapat memberikan pengaruh yang signifikan kepada masyarakat pulau tunda pada khususnya berupa pergerakan ekonomi yang mandiri. 13. Pengembangan wisata pun diarahkan untuk mengoptimalkan setiap potensi yang dimiliki oleh pulau tunda.
153
DAFTAR RIWAYAT HIDUP DATA PRIBADI Nama Lengkap
:
Asri Sulistian
Tempat Tanggal Lahir
:
Sukabumi, 18 Juli 1994
Domisili
:
Serang
Jenis Kelamin
:
Perempuan
Agama
:
Islam
Status
:
Belum Menikah
Tinggi atau Berat Badan
:
159 cm // 62 kg
No. Handphone
:
085720759418
Email
:
[email protected]
DATA PENDIDIKAN Lulus SDN 1 Nyangkoek - Sukabumi Tahun 2006 Lulus SMP PGRI 183 Cicurug – Sukabumi Tahun 2009 Lulus SMAN 1 Cicurug – Sukabumi Tahun 2012 Lulus Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Angkatan Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas Tahun 2016 RIWAYAT ORGANISAI Anggota Muslim Departement Center FoSMaI Fisip Untirta 2013-2014 Bendahara Umum FoSMaI Fisip Untirta 2014-2015 Anggota divisi KomInfo Himpunan Mahasiswa Komunikasi Untirta 2014- 2015