PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU DALAM PENINGKATAN MUTU PENGAJARAN DI SMP AL-AMANAH CISAUK
Oleh: ACHMAD LAZIM NIM : 102018224169
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1428 H / 2007 M
PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU DALAM PENINGKATAN MUTU PENGAJARAN DI SMP AL-AMANAH CISAUK
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh: Achmad Lazim NIM. 102018224169 Di Bawah Bimbingan
Drs. Syafril, M. Pd NIP. 150 097 592
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1428 H / 2007 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi yang berjudul “PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU DALAM PENINGKATAN MUTU PENGAJARAN DI SMP AL-AMANAH CISAUK” telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 5 Februari 2007. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Jurusan Kependidikan Islam Manajemen Pendidikan.
Jakarta, 5 Februari 2007
Sidang Munaqasyah
Dekan / Ketua Merangkap Anggota
Pembantu Dekan Bid. Akademik/ Sekretaris Merangkap Anggota
Prof. Dr. Dede Rosyada, MA NIP : 150 231 356
Prof. Dr. H. Aziz Fahrurrozi, MA NIP : 150 202 343
Anggota
Penguji I
Drs. Syauki, M. Pd NIP. 150 215 283
Penguji II
Drs. Muarif Sam, M. Pd NIP. 150 268 586
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim, Sembah dan sujud syukur kepada Allah Sang Pemilik Alam beserta isinya “innalillahi wa inna ilaihi roji’un” dan tiada sekutu bagi-Nya, Dzat yang penuh dengan cinta dan penuh kasih karena atas cinta dan kasih-Nya-lah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah mengajarkan kepada ummat manusia tentang kebaikan dan pemaknaan tentang hakikat hidup dan semoga apa yang telah diajarkan kepada ummat manusia akan tetap abadi sampai akhir zaman. Tidak lupa semua pihak yang sangat membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini, dengan penuh kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Prof. Dr. H. Aziz Fahrurrozi, MA., Pembantu Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Ibu Dra. Yefnelti Z., M. Pd., Ketua Jurusan Kependidikan Islam, Bapak Drs. Mu’arif Syam, M. Pd., Sekretaris Jurusan Kependidikan Islam dan Bapak Drs. Syauki, M. Pd., Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Drs. Syafril, M. Pd., Dosen pembimbing skripsi yang tak berhenti memberikan saran produktif dan kritik membangun dalam penyelesaian skripsi ini. 5. Bapak Drs. Alisuf Sobri, Dosen Penasehat Akademik. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Kependidikan Islam Program Studi Manajemen Pendidikan, atas ilmu dan pengalaman yang telah diberikan selama penulis kuliah. 6. Bapak Drs. Oman Rohmanudin, Kepala SMP Al-Amanah. Bapak dan Ibu guru serta seluruh staf SMP Al-Amanah, atas kesempatan dan informasi yang telah diberikan selama penulis melakukan penelitian. 7. Pengelola Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah, serta Perpustakaan Jurusan Kependidikan Islam, terima kasih atas buku-bukunya dan layanan serta fasilitas yang telah diberikan kepada penulis. 8. Ayahanda Sri Waluyo dan Ibunda Khayatun tercinta, yang telah berjuang tanpa mengenal menyerah untuk mengasuh, mendidik, mendoakan dan berkorban baik moril maupun materil. “rabbighfirli waliwalidayya warhamhuma kama rabbayani shaghira”.
9. Adikku Achmad Fauzan dan Nur Fajriatul Azizah yang tiada hentinya memberikan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini, terima kasih atas doa dan dukungannya. 10. Kepada sosok yang menyempurnakan dan menyejukkan hatiku “Fathiarani Nurul Ramadhani”, “kau adalah … … …!” 11. Kawan-kawan Jurusan KI-Manajemen Pendidikan angkatan 2002, khususnya kawan-kawan kelas C, yang sudah menyelesaikan studi dan yang belum mudahmudahan cepat selesai, terima kasih atas motivasi dan dukungannya yang telah diberikan kepada penulis.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT jualah penulis serahkan, semoga jasa baik yang telah mereka sumbangkan menjadi amal sholeh dan mendapat balasan yang lebih baik dari Allah SWT. Semog skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.
Jakarta, 27 April 2007
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR..........................................................................................
i
DAFTAR ISI.........................................................................................................
iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................
vii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah..................................................................
1
B. Masalah Penelitian ..........................................................................
7
1. Identifikasi Masalah .................................................................
7
2. Pembatasan Masalah ................................................................
8
3. Perumusan Masalah .................................................................
9
TINJAUAN TEORITIS DAN KERANGKA BERFIKIR A. Tinjauan Teoritis ............................................................................
10
1. Pengembangan Kompetensi Guru..............................................
10
a. Pengertian Kompetensi Guru ..................................................
10
b. Jenis-jenis Kompetensi Guru ..................................................
19
c. Konsep Pengembangan Kompetensi Guru..............................
24
d. Indikator Pengembangan Kompetensi Guru ...........................
29
e. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kompetensi ....................
33
BAB III
BAB IV
2. Mutu Pengajaran ........................................................................
34
a. Pengertian Pengajaran dan Mutu Pengajaran..........................
34
b. Komponen Pengajaran ............................................................
37
d. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Mutu Pengajaran............
47
B. Kerangka Berfikir............................................................................
49
METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan dan Kegunaan Penelitian.....................................................
52
B. Tempat dan Waktu Penelitian .........................................................
53
C. Variabel Penelitian ..........................................................................
54
D. Populasi dan Sampel .......................................................................
54
E. Teknik Pengumpulan Data ..............................................................
54
F. Teknik Pengolahan Data ..................................................................
56
G. Definisi Operasional dan Kisi-kisi Instrumen Penelitian................
57
H. Teknik Analisa Data........................................................................
58
HASIL PENELITIAN A. Profil SMP Al-Amanah...................................................................
60
1. Historis SMP Al-Amanah dan Perkembangannya.....................
60
2. Visi dan Misi SMP Al-Amanah .................................................
63
3. Struktur Organisasi SMP Al-Amanah........................................
64
B. Keadaan Kurikulum SMP Al-Amanah............................................
64
C. Keadaan Personil Guru, Pegawai dan Siswa SMP Al-Amanah ......
66
BAB V
D. Keadaan Sarana dan Prasarana SMP Al-Amanah...........................
69
E. Deskripsi dan Analisis Data.............................................................
69
F. Interpretasi Data...............................................................................
86
PENUTUP A. Kesimpulan .....................................................................................
97
B. Saran ................................................................................................ 100
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL 1. Kisi-kisi instrument penelitian ........................................................................
58
2. Deskripsi keadaan kurikulum SMP Al-Amanah..............................................
65
3. Deskripsi keadaan guru dan pegawai SMP Al-Amanah ……………………... 67 4. Deskripsi keadaan siswa SMP Al-Amanah …………………………………... 68 5. Deskripsi keadaan sarana dan prasarana SMP Al-Amanah …………………... 69 6. Pengembangan kompetensi guru .....................................................................
71
7. Rencana pengembangan kompetensi guru .......................................................
71
8. Pencantuman kegiatan dalam rencana pengembangan kompetensi guru ........
72
9. Sosialisasi program pengembagan kompetensi guru ………………… ..........
72
10. Pelaksanaan kegiatan pengembangan kompetensi guru ………………… .....
73
11. Keiikutsertaan guru dalam kegiatan pengembangan kompetensi…………….
73
12. Hambatan dalam kegiatan pengembangan kompetensi……………………. ..
74
13. Penyimpangan dalam tujuan, materi dan cara ………………… ....................
74
14. Penyimpangan dalam jadwal ………………………………………….... ......
75
15. Efektifitas pelaksanaan kegiatan pengembangan kompetensi………………….. 75 16. Pemantauan atau pengawasan………………………………… ......................
76
17. Evaluasi kegiatan .............................................................................................
76
18. Keberhasilan kegiatan . ....................................................................................
77
19. Program pengembangan kompetensi guru……………………………………
77
20. Pemberian pelatihan terhadap keterampilan guru ……… ...............................
78
21. Anjuran kepala sekolah dalam membuat rencana pengajaran………………... 78 22. Kunjungan (mensupervisi) kelas ………………….........................................
79
23. Pengawasan terhadap PBM …………………….............................................
79
24. Pemberian wawasan keilmuan… .....................................................................
80
25. Pemberian pengetahuan dan keterampilan mengajar ......................................
80
26. Penilaian atau evaluasi terhadap kinerja guru ………….................................
81
27. Keikutsertaan dalam penataran/seminar pendidikan………………………....
81
28. Peningkatan kompetensi Anda sebagai guru ……………. .............................
82
29. Aplikasi hasil penataran/seminar dalam PBM…………………………. ........
82
30. Implementasi hasil pengembangan dalam proses pengajaran ……….............
83
31. Penerapan metode pembelajaran………………………………......................
83
32. Kesulitan dalam menerapkan hasil pengembangan …………... .....................
84
33. Manfaat kegiatan pengembangan bagi guru……. ...........................................
84
34. Perbaikan terhadap faktor penghambat mutu pengajaran…………………….. 85 35. Peningkatan proses belajar mengajar…………………... ................................
85
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Dewasa ini mutu pendidikan banyak dibicarakan serta berbagai upaya telah dilaksanakan untuk meningkatkannya. Upaya yang telah dilaksanakan diantaranya adalah perbaikan kurikulum, perbaikan gedung, pemenuhan sarana belajar, metode pembelajaran dan peningkatan kualitas para pendidik. Profesional guru hingga kini pun masih banyak dipertanyakan orang, baik di kalangan pakar pendidikan maupun di luar pakar pendidikan. Bahkan hampir setiap hari, media massa khususnya media massa cetak baik harian maupun mingguan memuat berita tentang guru, berita-berita tersebut ironisnya banyak yang cenderung melecehkan posisi guru, baik yang sifatnya menyangkut kepentingan umum sampai kepada hal-hal yang sifatnya sangat pribadi, sedangkan dari pihak guru sendiri nyaris tak mampu membela diri. Masyarakat/orang tua murid pun kadang-kadang mencemoohkan dan menuding guru tidak kompeten, tidak berkualitas dan sebagainya, manakala putra/ putrinya tidak bisa menyelesaikan persoalan yang ia hadapi sendiri atau memiliki kemampuan tidak sesuai dengan keinginannya. Tentu saja tuduhan dan protes dari berbagai kalangan tersebut akan merongrong wibawa guru, bahkan cepat atau lambat, pelan tapi pasti akan menurunkan martabat guru. Sikap dan perilaku masyarakat tersebut memang bukan tanpa alasan, karena
memang ada sebagian kecil oknum guru yang melanggar/ menyimpang dari kode etik sebagi seorang guru.1 Masalah mutu pendidikan hingga saat ini masih menjadi suatu problematika yang bersifat umum, karena pada saat orang membicarakan mutu pendidikan tidak kelihatan dengan jelas ukuran mutu yang sebenarnya. Ada yang merisaukan ukuran mutu karena mengetahui keterbatasan pengetahuan siswa tentang suatu bidang pelajaran karena melihat kemampuan membaca dan menulis para pelajar karena melihat rendahnya disiplin sosial generasi muda. Oleh karena itu, menyadari pentingnya mutu dalam pendidikan maka dipandang perlu setiap lembaga pendidikan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas pendidiknya yaitu guru, mengingat posisi guru dalam suatu lembaga pendidikan sangat besar pengaruhnya dalam meningkatkan kualitas anak didik. Untuk itu kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan harus membina dan mengembangkan secara khusus kompetensi guru dengan tujuan mereka termotivasi untuk kreatif, imajinatif, dan progresif, sehingga siswa yang dididik menjadi berkualitas dan berguna bagi lingkungan masyarakat dimana ia tinggal maupun bagi nusa dan bangsa. Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan sebagai guru. Untuk menjadi guru tidak mudah, diperlukan syarat-syarat khusus, apalagi sebagai guru yang profesional yang harus menguasai betul seluk-beluk pendidikan
1
h.1
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Rosda Karya, 2005), Cet. Ke-17,
pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dibina dan dikembangkan melalui massa pendidikan tertentu atau pendidikan prajabatan.2 Masalah guru senantiasa mendapat perhatian yang serius, baik oleh pemerintah maupun masyarakat pada umumnya dan oleh ahli pendidikan khususnya. Mengingat bahwa guru merupakan media yang sangat penting artinya dalam kerangka pembinaan dan pengembangan bangsa. Selain itu, masalah mengenai pengembangan kompetensi guru juga diperkuat oleh adannya Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen sebagaimana yang tercantum pada pasal 34 tentang pembinaan dan pengembangan, dimana pembinaan dan pengembangan kompetensi guru tersebut merupakan hal yang wajib dilakukan baik oleh pemerintah atau pemerintah daerah pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan atau masyarakat. Mengingat bahwa guru merupakan ujung tombak dalam pendidikan, karena peranan guru sangat mempengaruhi terhadap peningkatan mutu pendidikan itu sendiri. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kompetensi guru, kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan hendaknya dapat mengembangkan kompetensi para gurunya agar mutu pengajaran yang dilakukan dapat dicapai sesuai dengan tujuan pendidikan. Tidak semua guru dapat melakukan pekerjaan yang ditekuni dengan profesional, hal ini dikarenakan kurangnya pembinaan dan keterbatasan kemampuan yang dimiliki oleh 2
Ibid., h. 5
guru tersebut. Dengan adanya pembinaan dan pengembangan kompetensi terhadap para guru, diharapkan dapat meningkatkan mutu pengajaran sehingga mutu pendidikan pun dapat dicapai dengan baik. Pembinaan
dan
pengembangan
kompetensi
guru
dalam
peningkatan mutu pengajaran dimaksudkan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional yang selama ini dipandang masyarakat cukup rendah dan untuk mewujudkan cita-cita bangsa yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Bermutu tidaknya suatu sekolah atau lembaga pendidikan sangat tergantung pada kadar kualitas tenaga pendidik yaitu guru. Kadar kualitas tenaga pendidik dapat menjadi salah satu penyebab kadar kualitas out put sekolah. Mutu tenaga pendidik merupakan faktor utama dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan sekolah yang pada gilirannya akan sangat mempengaruhi kemajuan masyarakat yang menjadi supra sistem sekolah. Oleh karena itu, pengembangan kompetensi profesional guru perlu dilakukan agar guru selalu memiliki sikap terbuka dan mengikuti perkembangan baru dalam bidang pendidikan. Dimana pada dasarnya pengembangan kompetensi profesional guru yang dilakukan adalah untuk menambah pengetahuan, menambah keterampilan dan merubah sikap, yang dapat membangkitkan semangat untuk bekerja. Dari uraian tersebut jelaslah bahwa kompetensi profesional merupakan hal penting yang harus dimiliki guru, sehingga harus selalu dikembangkan sesuai dengan tuntutan di bidang pendidikan, agar guru
memiliki pengetahuan, kecakapan dan keahlian sebagaimana diharapkan. Pengembangan
kompetensi
profesional
guru
ini
bertujuan
untuk
meningkatkan mutu pengajaran yang dilakukan guru, yang pada gilirannya akan mempengaruhi mutu pendidikan itu sendiri. Demikian penting pengembangan kompetensi terhadap guru, namun terkadang hilang oleh tidak adanya komunikasi yang baik antara guru dan kepala sekolah, sehingga timbul rasa kurang diperhatikan dari pihak guru oleh kepala sekolah dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Mengenai SMP Al-Amanah, Sekolah Menengah Pertama SMP AlAmanah telah berdiri sejak tahun 1991, dimana sekolah tersebut berada dibawah naungan yayasan pondok pesantren Al-Amanah. Sekolah ini didirikan oleh beberapa tokoh masyarakat setempat, salah satunya yaitu H. TB. Suhandi. Pendirian SMP Al-Amanah ini tidak hanya didasarkan pada upaya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang berada disekitar sekolah tersebut saja, namun keberadaan SMP Al-Amanah ini juga sebagai salah satu usaha umat Islam untuk menyampaikan pendidikan Islam sedini mungkin untuk perkembangan kehidupan jasmaniah dan rohaniah sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan serta untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai betapa pentingnya arti sebuah pendidikan.
Dalam perkembangannya sekolah SMP Al-Amanah terbilang cukup baik, hal ini dapat dilihat dari tahun ke tahun baik secara kuantitas maupun kualitas sekolah ini terus meningkat. Secara kuantitas siswa SMP Al-Amanah terus meningkat sampai tahun pelajaran 2005/2006, yang memiliki 17 rombongan belajar. Sedangkan secara kualitas dari tahun ke tahun sekolah ini pun terus meningkat, baik kualitas hasil pembelajaran maupun kualitas ekstrakurikulernya. Secara kualitas pada tahun 1996 hasil pembelajaran yang diperoleh sekolah tersebut sangat baik, hal ini dapat dilihat dari hasil Ujian Nasional untuk tingkat daerah Serpong meraih juara 3. Kemudian untuk kegiatan pramuka, pada tahun 1997 sekolah ini terpilih untuk mengikuti upacara tingkat nasional di TMII. Selain itu, kualitas ekstrakurikuler lainnya seperti dari bidang olahraga dan seni pun cukup baik. Hal ini dapat terlihat dari berbagai prestasi yang telah diperoleh dari berbagai perlombaan yang telah diikutinya, seperti pada tahun 2004/2005 sekolah ini meraih juara 3 kejuaraan futsal tingkat Kabupaten Tangerang. Kemudian pada tahun 2005/2006 untuk kejuaraan futsal sekolah ini meraih juara 1 tingkat Kabupaten Tangerang dan juara 3 untuk kejuaraan bola voli putri tingkat Kabupaten Tangerang. Hal ini menunjukkan bahwa sekolah ini meskipun belum lama berdiri sudah mampu bersaing dengan sekolah-sekolah lain yang ada disekitarnya, baik dari kualitas pembelajarannya maupun kualitas
ekstrakurikulernya. Dari prestasi-prestasi penghargaan yang diperoleh SMP Al-Amanah, sebenarnya masih ada banyak penghargaan lainnya yang diperoleh dari tahun ke tahun oleh sekolah tersebut. Hal ini membuktikan bahwa pihak sekolah memperhatikan minat dan bakat para siswanya dengan mengikutsertakan dan berpartisipasi dalam setiap kejuaraan, baik yang diselenggarakan oleh tingkat Kabupaten Tangerang maupun seJABOTABEK. Uraian tersebut menunjukkan bahwa sekolah SMP Al-Amanah tidak hanya mengutamakan dan memperhatikan kualitas pendidikannya saja, tetapi sekolah ini juga memperhatikan minat dan bakat dari para siswanya sehingga tidak heran bila sekolah ini meskipun belum lama berdiri sudah mampu bersaing dengan sekolah-sekolah lain yang ada disekitarnya baik dari segi pengajarannya maupun kegiatan ekstrakurikulernya. Dari latar belakang tersebut penulis tertarik untuk meneliti masalah tersebut dengan judul “PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU DALAM PENINGKATAN MUTU PENGAJARAN DI SMP AL-AMANAH.”
Masalah Penelitian
Identifikasi Masalah Perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat sangat mempengaruhi pembaharuan pendidikan dan pengajaran. Hal ini menuntut adanya pembaharuan-pembaharuan kompetensi guru, khususnya dalam
merencanakan dan melaksanakan proses belajar mengajar dengan memanfaatkan kemajuan teknologi dan sistem manajemen. Adapun identifikasi masalahnya adalah sebagai berikut: a) Pengembangan profesionalisme guru dalam peningkatan kinerja guru b) Pengembangan kurikulum pembelajaran dalam peningkatan kualitas pengajaran c) Pengembangan mutu guru dalam peningkatan proses belajar mengajar d) Pengembangan kompetensi guru dalam peningkatan kreativitas mengajar guru e) Pembinaan terhadap keterampilan guru dalam peningkatan kualitas pembelajaran f) Pengembangan metodologi pembelajaran dalam peningkatan mutu pengajaran g) Pengembangan media pembelajaran dalam peningkatan proses belajar mengajar h) Pengembangan kurikulum pembelajaran dalam peningkatan kinerja guru i) Pengembangan kompetensi guru dalam peningkatan mutu pengajaran j) Hasil pengembangan kompetensi guru terhadap peningkatan kinerja guru dalam pembelajaran Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya permasalahan yang akan dibahas, sehingga agar pembahasan tidak terlalu meluas dan lebih memudahkan serta lebih terarah dalam skripsi ini, maka penulis membatasi permasalahan sebagai berikut: a. Pengembangan yang dimaksud adalah pengembangan yang dilakukan oleh kepala sekolah sehubungan dengan peningkatan mutu pengajaran. Pengembangan adalah suatu usaha untuk memperbaiki dan meningkatkan ilmu pengetahuan, keterampilan, kemampuan dan kecakapan-kecakapan yang dimiliki oleh guru. b. Kompetensi guru yang dimaksud adalah kompetensi profesional guru dalam pengajaran yang meliputi kemampuan dan keterampilan guru dalam mengelola program pengajaran, kinerja guru dalam proses belajar mengajar dan kemampuan guru dalam mengelola evaluasi program pengajaran.
Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, maka selanjutnya penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
Bagaimana pengembangan kompetensi guru serta usaha yang dilakukan dalam meningkatkan mutu pengajaran di SMP Al-Amanah ?
BAB II TINJAUAN TEORITIS DAN KERANGKA BERFIKIR
A. Tinjauan Teoritis 1. Pengembangan Kompetensi Guru a. Pengertian Kompetensi Guru Sebelum membahas lebih dalam mengenai kompetensi guru, penulis terlebih dahulu akan mengangkat beberapa literature mengenai arti dari profesi itu sendiri. Dalam kehidupan sehari-hari sering terdengar istilah profesi atau profesional. “Seseorang mengatakan bahwa profesinya sebagai seorang dokter, yang lain mengatakan bahwa profesinya sebagai arsitek, atau ada pula sebagai pengacara, guru, dan lain sebagainya”.3 Bila diamati dengan cermat bermacam-macam profesi tersebut, belum dapat dilihat dengan jelas apa yang merupakan kriteria bagi suatu pekerjaan sehingga dapat disebut suatu profesi itu. Kebanyakan kita mengatakan bahwa mengajar itu adalah suatu profesi, sebenarnya apakah yang dimaksud dengan profesi dan kriteria yang harus dipenuhi agar suatu jabatan dapat disebut suatu profesi. Menurut Ornstein dan Levine (1984), sebagaimana yang dikutip oleh Soetjipto dan Raflis Kosasi dalam bukunya “Profesi Keguruan” menyatakan
3
Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), Cet. Ke-2, h. 14
bahwa profesi itu adalah jabatan yang sesuai dengan pengertian profesi di bawah ini: 1) Melayani masyarakat, merupakan karier yang akan dilaksakan sepanjang hayat (tidak berganti-ganti pekerjaan) 2) Memerlukan bidang ilmu dan keterampilan tertentu diluar jangkauan khalyak ramai (tidak setiap orang dapat melakukannya). 3) Menggunakan hasil penelitian dan aplikasi dari teori ke praktek. 4) Mempunyai organisasi yang diatur oleh anggota profesi sendiri. 5) Mempunyai kode etik untuk mejelaskan hal-hal yang meragukan atau menyangsikan yang berhubungan dengan layanan yang diberikan. 6) Mempunyai kadar kepercayaan yang tinggi dari publik dan kepercayaan diri setiap anggotanya. 7) Mempunyai status sosial dan ekonomi yang tinggi (bila dibanding dengan jabatan lainnya).4 Sedangkan menurut Peter Salim (1982) yang telah diterjemahkan oleh Muhamad Nurdin mengatakan bahwa “Profesi merupakan suatu bidang pekerjaan yang berdasarkan pada pendidikan keahlian tertentu”.5 Adapun pendapat dari Sikun Pribadi (1991:1) yang dikutip oleh Muhamad Nurdin, mengatakan bahwa “Profesi pada hakikatnya merupakan suatu pernyataan bahwa seseorang akan mengabdikan dirinya kepada suatu jabatan atau pekerjaan, karena orang tersebut merasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu”.6 Selain itu, Kenneth Lynn (1965:67) memberikan definisi profesi sebagai berikut: “A profession delivers esoteric service based on esoteric
4
Ibid., h. 15-16 Muhamad Nurdin, Kiat Menjadi Guru Profesional, (Yogyakarta: Prismaso PHIE, 2004), Cet. Ke-1, h. 119-120 6 Ibid., h. 120 5
knowledge systematically formulated and applied to the need of a client” (suatu profesi yang menyajikan jasa dengan berdasarkan pada ilmu pengetahuan yang dipahami oleh orang tertentu secara sistematik yang diformulasikan dan diterapkan untuk memenuhi kebutuhan klien).7 Didalam bukunya “Guru Profesional dan implementasi kurikulum” Syafruddin Nurdin mengatakan bahwa “Profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi oleh pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan dan sebagainya) tertentu”.8 Dari berbagai pengertian profesi tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam profesi digunakan teknik dan prosedur intelektual yang harus dipelajari secara sengaja, sehingga dapat diterapkan untuk kemaslahatan orang lain. Selain itu, dari gambaran pengertian profesi diatas juga menimbulkan makna, bahwa profesi yang disandang oleh tenaga kependidikan atau guru, adalah sesuatu pekerjaan yang membutuhkan pengetahuan, keterampilan, kemampuan dan ketelatenan untuk menciptakan anak memiliki perilaku sesuai dengan yang diharapkan. Profesi sebagai seorang guru bukanlah pekerjaan yang mudah, seperti yang dibayangkan oleh sebagian orang, dengan bermodal penguasaan materi dan menyampaikannya kepada siswa sudah cukup, hal ini belumlah dapat dikategori sebagai guru yang memiliki pekerjaan profesional, karena guru yang profesional mereka harus memiliki berbagai keterampilan, kemampuan 7
Ibid., h. 121 Syafruddin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta: Quantum Teaching, 2005), Cet. Ke-1, h. 13 8
khusus, mencintai pekerjaannya, menjaga kode etik guru, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, perlu adanya syarat atau kriteria-kriteria yang harus dipenuhi oleh suatu pekerjaan agar dapat disebut sebagai profesi. Menurut Sardiman (1994:131) yang mengutip pendapat Wolver, sebagaimana yang diterjemahkan oleh Muhamad Nurdin dalam bukunya “Kiat Menjadi Guru Profesional”, mengatakan bahwa suatu pekerjaan disebut profesi apabila memenuhi kriteria sebagai berikut: 1) Memiliki spesialisasi dengan latar belakang teori yang luas, maksudnya memeliki pengetahuan umum dan keahlian yang khusus. 2) Merupakan karier yang dibina secara organisatoris, maksudnya adanya keterkaitan dalam suatu organisasi profesional, memiliki otonomi jabatan, kode etik, serta merupakan karya bakti seumur hidup. 3) Diakui masyarakat sebagai pekerjaan yang mempunyai status profesional dan memperoleh perlindungan hukum.9 Sedangkan menurut Rochman Natawidjaya yang dikutip oleh Syafruddin Nurdin, mengemukakan beberapa kriteria sebagai ciri suatu profesi, yaitu: 1) Ada standar kerja yang baku dan jelas. 2) Ada lembaga pendidikan khusus yang menghasilkan pelakunya dengan program dan jenjang pendidikan yang baku serta memiliki standar akademik yang memadai dan yang bertanggung jawab tentang pengembangan ilmu pengetahuan yang melandasi profesi itu.
9
Muhamad Nurdin, Op. Cit. h. 123
3) Ada organisasi yang mewadahi para pelakunya untuk mempertahan-kan dan memperjuangkan eksistensi dan kesejahteraannya. 4) Ada etika dan kode etik yang mengatur perilaku para pelakunya dalam memperlakukan kliennya. 5) Ada sistem imbalan terhadap jasa layanannya yang adil dan baku. 6) Ada pengakuan masyarakat (profesional, penguasa dan awam) terhadap pekerjaan itu sebagai suatu profesi.10 Sedangkan menurut Glenn Langford yang telah diterjemahkan oleh Martinis Yamin dalam bukunya “Profesionalisasi Guru dan Implementasi KBK”, mengatakan bahwa kriteria suatu profesi mencakup: 1) Upah 2) Memiliki pengetahuan dan keterampilan 3) Memiliki rasa tanggung jawab dan tujuan 4) Mengutamakan layanan 5) Memiliki kesatuan 6) Mendapat pengakuan dari orang lain atas pekerjaan yang digelutinya.11 Dari berbagai penjelasan tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa jabatan profesional harus sesuai dengan kriteria-kriteria yang telah dikemukakan di atas, sehingga tindakan seorang guru tidak menyimpang dari kaidah-kaidah yang telah disepakati bersama. Hal ini membuktikan bahwa untuk menjadi seorang guru tidaklah mudah, apalagi menjadi seorang guru yang profesional.
10
Syafruddin Nurdin, Op. Cit. h. 15-16 H. Martinis Yamin, Profesionalisasi Guru & Implementasi KBK, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2006), Cet. Ke-1, h. 14 11
Pengertian dasar kompetensi (competency) adalah kemampuan atau kecakapan. “Padanan kata yang berasal dari bahasa inggris ini cukup banyak dan yang lebih relevan dengan pembahasan ini ialah kata proficiency dan ability yang memiliki arti kurang lebih sama yaitu kemampuan”.12 Hanya, proficiency lebih sering digunakan orang untuk menyatakan kemampuan berperingkat tinggi. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (WJS. Purwadarminta) “Kompetensi berarti (kewenangan) kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan sesuatu hal.”13 Menurut
Broke
and
Stone
(1975)
sebagaimana
yang
telah
diterjemahkan oleh Uzer Usman menyatakan bahwa “Kompetensi merupakan gambaran hakikat kualitatif dari perilaku guru yang tampak sangat penting.”14 Sedangkan menurut W. Robert Houston yang telah diterjemahkan oleh Roestiyah N.K mengartikan kompetensi sebagai “Suatu tugas yang memadai, atau pemilihan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dtuntut oleh seseorang.”15
12
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002), Cet. Ke-7, h.229 13 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Rosda Karya, 2005), Cet. Ke-17, h. 14 14 Ibid., 15 Roestiyah, N.K, Masalah-masalah Ilmu Keguruan, (Jakarta: PT Bina Aksara, 1989), Cet. Ke-3, h.4
Dengan gambaran pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kompetensi
merupakan
kemampuan
dan
kewenangan
guru
dalam
melaksanakan profesi keguruannya. Menurut pandangan tradisional, guru adalah “seorang yang berdiri di depan
kelas
untuk
menyampaikan
ilmu
pengetahuan
(Roestiyah,
1982:182)”.16 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi kedua 1991, guru diartikan sebagai “Orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya) mengajar.”17 Menurut Balnadi Sutadipura yang dikutip oleh Syafruddin Nurdin dalam
bukunya
“Guru
Profesional
dan
Implementasi
Kurikulum”
mengungkapkan bahwa guru adalah orang yang layak digugu dan ditiru.18 Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, guru adalah “Seorang yang mempunyai gagasan yang harus diwujudkan untuk kepentingan anak didik, sehingga menunjang hubungan sebaik-baiknya dengan anak didik, sehingga menjunjung tinggi, mengembangkan dan menerapkan keutamaan yang menyangkut agama, kebudayaan dan keilmuan (1985:65)”.19 Menurut Mc Loed, yang dikutip oleh Muhibbin Syah dalam bukunya “Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru” mengungkapkan bahwa
16
Syafruddin Nurdin, Op. Cit. h. 6 Muhibbin Syah, Op. Cit., h. 222 18 Syafruddin Nurdin, Loc. Cit. 19 Ibid., h. 7 17
“Teacher is a person whose occupation is teaching others.”20 Artinya guru adalah seorang yang pekerjaannya mengajar orang lain. Ngalim Purwanto mengartikan bahwa guru adalah “Orang yang pernah memberikan sesuatu ilmu atau kepandaian tertentu kepada seseorang atau kelompok, misalnya guru silat, guru ngetik, guru tari dan lain-lain.”21 Berdasarkan sejumlah sumber tersebut di atas, dapatlah disimpulkan bahwa seorang guru bukan hanya sekedar pemberi ilmu pengetahuan kepada murid-muridnya atau menurut Soepardjo Adikusumo “mengecer informasi dengan menjaja-jajakannya di depan kelas. Akan tetapi, dia seorang tenaga profesional yang dapat menjadikan murid-muridnya mampu merencanakan, menganalisis dan menyimpulkan masalah yang dihadapi. Dengan demikian, seorang guru hendaklah bercita-cita tinggi, berpendidikan luas, berkepribadian kuat dan tegar serta berprikemanusiaan yang mendalam”.22 Melihat pendapat para ahli di atas tentang pengertian guru (pendidik) dapat diambil kesimpulan bahwa seseorang bisa dikatakan guru oleh orang lain, karena ia telah memberikan ilmunya terhadap orang lain dan bisa bermanfaat untuk orang tersebut, dan dia (guru) tidak mengharapkan balasan apapun kecuali ilmu yang telah diberikan bisa bermanfaat bagi didrinya maupun orang lain (murid dan masyarakat).
20
Muhibbin Syah, Loc. Cit., Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidkan Teoritis Dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001), Cet. Le-13, h. 138 22 Syafruddin Nurdin, Loc. Cit. 21
Di dalam bukunya “Menjadi Guru Profesional” Uzer Usman mengungkapkan bahwa kompetensi guru merupakan “kemampuan dan kewenangan guru dalam melaksanakan profesi keguruannya.”23 Artinya bahwa guru yang piawai dalam melaksanakan profesinya dapat disebut guru yang kompeten dan profesional. Sesuai dengan yang diungkapkan oleh Saman bahwa “Seseorang dikatakan berkompeten dalam bidang tetentu apabila orang tersebut menguasai kecakapan kerja atau keahlian sesuai dengan tuntutan bidang yang bersangkutan, dengan demikian ia mempunyai kewenangan dalam pelayanan sosial.”24 Menurut Barlow (1985) sebagaimana yang telah diterjemahkan oleh Muhibbin
Syah
menyatakan
bahwa
“Kompetensi
guru
merupakan
kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara bertanggung jawab dan layak.”25 Dari beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi guru merupakan kemampuan dasar yang seharusnya dimiliki setiap guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya dan kewajibannya secara baik dan bertanggung jawab sehingga kegiatan belajar mengajar dapat terlaksana dengan efektif dan efisien.
23
Moh. Uzer Usman, Loc. Cit., Saman. A, Profesionalisme Keguruan, (Yogyakarta: Kanisius, 1994), Cet. Ke-1, h.94 25 Muhibbin Syah, Op. Cit., h. 229 24
b. Jenis-jenis Kompetensi Guru Guru merupakan faktor yang sangat penting dalam pendidikan formal pada umumnya, karena bagi siswa guru sering dijadikan tokoh teladan. Maka setiap guru harus memiliki perilaku dan kemampuan yang cukup untuk mengembangkan siswanya dengan baik. Untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawbnya sebagai pengajar, guru harus menguasai berbagai kompetensi yang dimilikinya. Moh. Uzer Usman dalam bukunya “Menjadi Guru Profesional” membagi kompetensi kedalam dua bagian yaitu kompetensi pribadi dan kompetensi profesional. 1) Kompetensi Pribadi, kemampuan pribadi ini meliputi hal-hal sebagai berikut: a) Mengembangkan kepribadian (1) Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (2) Mengembangkan sifat-sifat terpuji yang dipersyaratkan bagi jabatan guru b) Berinteraksi dan berkomunikasi (1) Berinteraksi dengan teman sejawat untuk meningkatkan kemampuan profesional (2) Berinteraksi dengan masyarakat untuk penunaian misi pendidikan c) Melaksanakan bimbingan dan penyuluhan (1) Membimbing siswa yang mengalami kesulitan belajar (2) Membimnimg siswa yang berkelainan dan berbakat khusus d) Melaksanakan administrasi sekolah (1) Mengenal pengadministrasian sekolah (2) Melaksanakan administrasi sekolah e) Melaksanakan penelitian bersama untuk keperluan sekolah (1) Mengkaji konsep dasar penelitian ilmiah (2) Melaksanakan penelitian sederhana 2) Kompetensi profesional, kemampuan profesional ini meliputi hal-hal sebagai berikut: a) Menguasai Landasan Kependidikan
b)
c)
d)
e)
(1) Mengenal tujuan pendidikan untuk mengenal tujuan nasional (2) Mengenal fungsi sekolah dan masyarakat Menguasai bahan pengajaran (1) Menguasai bahan pengajaran kurikulum pendidikan Dasar dan Menengah (2) Menguasai bahan pengajaran Menyusun program pengajaran (1) Menetapkan tujuan pengajaran (2) Memilih dan mengembangkan bahan pengajaran (3) Memilih dan mengembangkan strategi belajar mengajar (4) Memilih dan mengembangkan media pengajaran yang sesuai (5) Memilih dan memanfaatkan sumber belajar Melaksanakan Program Pengajaran (1) Mengatur ruang belajar (2) Mengelola interaksi belajar mengajar Menilai hasil belajar mengajar untuk kepentingan pengajaran (1) Menilai prestasi murid untuk kepentingan pengajaran (2) Menilai proses belajar mengajar yang yang telah dilaksanakan.26
Sedangkan menurut Nana Sudjan dalam bukunya “Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar” membagi kompetensi kedalam tiga bidang, yaitu: 1) Kompetensi bidang kognitif 2) Kompetensi bidang sikap (afektif) 3) Kompetensi bidang perilaku (psikomotorik).27 Penjelasan mengenai tiga bidang kompetensi yang telah disebutkan diatas adalah sebagai berikut: 1) Kompetensi bidang kognitif Kompetensi bidang kognitif yaitu kemampuan intelektual yang dimiliki oleh guru. Seperti penguasaan mata pelajaran, pengetahuan 26
Moh. Uzer Usman, Op. Cit. h. 16-19 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2000), Cet. Ke-5, h.18 27
metode mengajar, pengetahuan mengenai belajar dan tingkah laku individu, pengetahuan tentang bimbingan dan penyuluhan, pengetahuan tentang menilai hasil belajar siswa, pengetahuan tentang masyarakat, serta pengetahuan umum lainnya. 2) Kompetensi bidang afektif Kompetensi bidang sikap (afektif) adalah kesediaan dan kesiapan guru terhadap berbagai hal yang berkenaan dengan tugas profesinya. Misalnya sikap mencintai dan memiliki perasaan senang terhadap mata pelajaran yang dibinanya, sikap toleransiterhadap sesama teman profesinya. 3) Kompetensi bidang psikomotorik Kompetensi bidang perilaku (psikomotorik) yaitu segala kemampuan guru dalam berbagai keterampilan atau perilaku yang bersifat jasmaniah yang pelaksanaannya berhubungan dengan tugasnya selaku pengajar, seperti keterampilan mengajar, membimbing menilai, menggunakan alat bantu pengajaran, keterampilan berkomunikasi dan lain-ain. Berdasarkan penjelasan di atas, sudah barang tentu ketiga bidang kompetensi tersebut tidak dapat berdiri sendiri, saling berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain.
Kompetensi guru di Indonesia telah dikembangkan pula oleh Proyek Pembina Pendidikan Guru (P3G) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Menurut P3G yang termasuk kompetensi profesional guru ada sepuluh yang meliputi: a. b. c. d. e. f. g. h.
Menguasai bahan Mengelola program belajar mengajar Mengelola kelas Menggunakan media atau sumber Menguasai landasan-landasan kependidikan Mengelola ineraksi belajar mengajar Menilai prestasi untuk kepentingan pengajaran Mengenal fungsi program bimbingan dan penyuluhan di sekolah i. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah j. Memahami prinsip-prinsip dan penafsiran hasil pendidikan bagi keperluan pengajaran.28
Dalam Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, yang dimaksud dengan kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus di miliki dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Adapun kompetensi yang harus di miliki oleh guru sebagaimana yang disebutkan dalam UndangUndang No. 14 tahun 2005 pasal 10 ayat 1 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Berikut ini penjelasan mengenai kompetensi yang telah disebutkan di atas, yaitu: 1. Kompetensi Pedagogik
28
Ibid., h. 19
Yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pengajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan pengajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. 2. Kompetensi Kepribadian Yang
dimaksud
dengan
kompetensi
kepribadian
adalah
kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan wibawa menjadi tauladan bagi peserta didik serta berakhlak mulia. 3. Kompetensi Sosial Yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara
efektif
dengan
peserta
didik,
sesama
pendidik,
tenaga
kependidikan, orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar. 4. Kompetensi Profesional Yang
dimaksud
dengan
kompetensi
profesional
adalah
kemampuan penguasaan materi pengajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang telah ditetapkan. Demikian kompetensi dasar yang harus di miliki oleh seorang guru dan juga yang merupakan landasan dalam mengabdikan profesinya. Kompetensi dasar guru jelas sangat berguna bagi guru, sebab dengan adanya
perumusan kompetensi dasar guru bisa dijadikan pedoman bagi guru untuk menilai dirinya apakah dia sebagai seorang guru dalam menjalankan profesinya telah dapat memenuhi kompetensi-kompetensi tersebut. Bila belum, guru harus berani mengakui kekurangannya itu, dan berusaha untuk mencapai perbaikan. Dengan demikian guru tersebut selalu berusaha untuk mengembangkan dirinya dan lebih memantapkan dirinya menjadi seorang guru.
c. Konsep Pengembangan Kompetensi guru Sebelum membahas lebih dalam mengenai pengembangan kompetensi guru, penulis terlebih dahulu akan mengangkat beberapa literatur mengenai pengembangan personil karena bila dilihat dari kaca mata manajemen guru adalah sebagai tenaga personil dari sebuah lembaga atau organisasi. Dalam
hubungannya
dengan
hal
tersebut,
Sudarwan
Danim
mengemukakan bahwa Tujuan pengembangan personil adalah untuk: 1) Meningkatkan performans dalam posisi mereka yang memegang jabaan atau menduduki posisi tertentu; 2) Mengembangkan keterampilan atau keahlian pokok dari personil yang terpilih untuk mengisi tempat atau posisi tertentu;
3) Mempromosikan pengembangan diri semua personil dalam rangka meningkatkan pengaruhnya sebagai individu dan memudahkan pemenuhan kebutuhan.29
Konsep pengembangan tersebut di atas tidak jauh berbeda dengan apa yang dikemukakan oleh Bambang Tri Cahyono bahwa “Pengembangan adalah setiap usaha untuk memperbaiki pelaksanaan pekerjaan yang sekarang maupun yang akan datang, dengan memberikan informasi, mempengaruhi sikap-sikap atau menambah kecakapan-kecakapan. Dengan kata lain, pengembangan adalah sikap kegiatan yang dimaksudkan untuk mengubah kelakuan, yang terdiri dari pengetahuan, kecakapan-kecakapan dan sikap.”30 Dari tujuan pengembangan tersebut di atas, ternyata pengembangan kompetensi tenaga edukatif tidak berbeda dengan tujuan pengembangan personil yang telah diuraikan, yaitu untuk meningkatkan performans dan meningkatkan keterampilan atau keahlian pokok yang harus dimiliki, keterampilan konseptual, teknikal dan pribadi untuk dapat melaksanakan tugasnya secara profesional. Selanjutnya Castetter merumuskan bahwa pengembangan personil mencakup kegiatan, baik kegiatan jangka pendek maupun jangka panjang yang masing-masing mempunyai tujuan berbeda. Pengembangan personil ini merupakan suatu proses peningkatan personil melalui pendekatan-pendekatan 29 30
Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2002), Cet. Ke-1, h. 35 Bambang Tri Cahyono, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: IPWI, 1996), h. 156
yang menekankan pada “Self-realization, Self-growth and Self-development”, dimana melibatkan kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan, sikap-sikap keterampilan dan pengetahuan.31 Dalam pengembangan ini ada dua kegiatan, yaitu: (1) yang khusus direncanakan dan diterapkan oleh sistem sekolah (pendekatan formal), (2) yang dilakukan oleh personil itu sendiri (pendekatan informal). Untuk menentukan program pengembangan ada tiga pertimbangan pokok dalam perencanaannya, yaitu: 1) Kebutuhan organisasi untuk pengembangan; 2) Kebutuhan akan peningkatan pengetahuan khusus dan keterampilan bagi personil; 3) Potensi personil untuk pertumbuhan dan perkembangan.32 Dalam pendapatnya, Sudarwan Danim membuat suatu model proses pengembangan yang terdiri dari: 1) Perencanaan pengembangan personil Perencanaan pengembangan personil ini merupakan perencanaan makroyang meliputi aspek pengembangan menyangkut isu-isu pokok, seperti program apa yang diharapkan dapat dikerjakan, apa batasannya, dan bagaimana urutan prioritasnya, penanggung jawab dan sifatnya,
31 32
Sudarwan Danim, Op. Cit. h. 36 Ibid.,
prioritasnya dan tanggung jawab, dan lain sebaginya dari seluruh tingkat administrasi yang erlibat dalam kegiatan pengembangan.
2) Pemprograman pengembangan personil Pemrograman
pengembangan
personil
maksudnya
adalah
mentransformasikan perencanaan makro kedalam suatu rangkaian perencanaan
mikro,
berupa
desain
operasional
dan
program
pengembangan. 3) Pengevaluasian program pengembangan personil. Dimana tahap ini dimaksudkan untuk menentukan tingkat keberhasilan pengembangan yang telah direncanakan dan kelemahankelemahan dalam proses penyelenggaraan.33 Menurut Suryosubroto dalam bukunya “Manajemen Pendidikan di Sekolah”, mengatakan bahwa bentuk-bentuk peningkatan profesi keguruan secara garis besar adalah sebagai berikut: 1) Peningkatan profesi secara individual: a) Peningkatan melalui penataran-penataran b) Peningkatan profesi melalui belajar sendiri c) Peningkatan profesi melalui media massa
33
Ibid.,
2) Peningkatan profesi keguruan melalui organisasi profesi: a) Peningkatan melalui kegiatan diskusi kelompok b) Peningkatan melalui kegiatan ceramah ilmiah c) Peningkatan melalui kegiatan karyawisata d) Peningkatan melalui kegiatan buletin organisasi.34 Guru sebagai personil edukatif dituntut juga untuk mengembangkan bidang pekerjaannya sesuai dengan rumusan-rumusan di atas, karena memang perkembangan dalam bidang ilmu pengeahuan dan teknologi telah demikian maju dengan pesatnya, sehingga lembaga sekolah dituntut untuk bisa mengikuti gerak langkahkemajuan itu, dimana semua personil yang terlibat didalamnya harus menyesuaikan diri dengan hal tersebut. Tenaga edukaif atau guru sebagai salah satu personil di lembaga sekolah harus mengembangkan kompetensi demi keberhasilan pelaksanaan tugas profesionalnya, disamping melaksanakan inovasi dan mengatasi tantangan yang menghadangnya. Senada dengan hal tersebut di atas, Nana Sudjana mengemukakan bahwa: Tanggung jawab dalam mengembangkan profesi pada dasarnya ialah tuntutan dan panggilan untuk selalu mencintai, menghargai, menjaga dan meningkatkan tugas dan tanggung jawab profesinya. Guru harus sadar bahwa tugas dan tanggung jawabnya tidak bisa dilakukan oleh orang lain, kecuali oleh dirinya. Demikian pula ia harus sadari bahwa dalam melaksanakan tugasnya selalu dituntut untuk bersungguh-sungguh dan bukan pekerjaan sambilan. Oleh karena itu, guru dituntut agar selalu meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam rangaka melaksanakan tugas profesinya. Ia harus peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi khususnya dalam bidang pendidikan dan pengajaran, dan pada masyarakat pada umumnya. Disinilah letaknya 34
B. Suryosubroto, Manajemen Pendidikan di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), Cet. Ke-1, h. 190-191
pengembangan profesi yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya sebagai pendidik.35 Sudarwan Danim mengemukakan tiga manfaat pengembangan guru, yaitu: a) Peningkatan performansi guru sesuai dengan posisinya saat ini; b) Pengembangan keterampilan guru untuk mengantisipasi tugas-tugas baru yang bersifat reformasi; c) Merangsang pertumbuhan diri guru bagi penciptaan kepuasan kerja secara individual.36 Sedangkan menurut Siagian, disamping bermanfaat bagi organisasi, kegiatan program pengembangan sudah barang tentu bermanfaat pula bagi para anggota organisasi.37 Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa guru juga senantiasa
mempunyai
andil
besar
dan
tanggung
jawab
terhadap
pengembangan profesionalnya disamping lembaga atau departemen yang terkait bagi peningkatan mutu pengajaran dalam mencapai tujuan pendidikan.
d. Indikator Pengembangan Kompetensi Guru Mutu pada dasarnya adalah suatu pengertian yang abstrak dan subyektif, karena berdasarkan sudut pandang seseorang atau berdasarkan dengan syarat-syarat tertentu yang telah ditetapkan bersama. Dalam hal ini
35
Nana Sudjana, Op. Cit., h.16 Sudarwan Danim, Loc. Cit., 37 Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), Cet. Ke-11, h. 36
184
mutu kompetensi guru adalah dimana guru tersebut dengan kompetensi yang dimilikinya dapat melaksanakan tugasnya secara bertanggung jawab. Diantara indikator kompetensi guru secara umum ialah: 1) Melaksanakan tugas belajar mengajar dengan menggunakan persiapan mengajar, perencanaan bahan pelajaran, hadir di kelas sesuai dengan jadwal. Melaksanakan berbagai teknik dan metode mengajar untuk lebih memudahkan pemahaman siswa, melaksanakan evaluasi terhadap bahan pelajaran yang telah disampaikan. 2) Pengelolaan kelas dan mengelola interaksi belajar mengajar, agar pelaksanaan belajar mengajar berjalan dengan suasana kondusif. 3) Membantu siswa ketika menghadapi kesulitan baik yang berhubungan langsung dengan pelajaran maupun tidak. 4) Selalu berusaha meningkatkan kepentingan belajar dengan mencari metode-metode baru dalam penyampaian bahan pelajaran. 5) Selalu berusaha meningkatkan kemampuannya dalam perkembangan ilmu pengetahuan dengan membaca buku-buku yang berhubungan dengan bidang studi yang dipegangnya dan mengikuti kegiatan ilmiah berupa diskusi atau seminar. 6) Bertanggung jawab untuk membantu sesama guru dan membantu sekolah dalam kegiatan pengembangan kurikulum serta berpartisipasi dalam kepanitiaan yang diselenggarakan oleh sekolah.38 Sedangkan
Sudarwan
Danim,
mengemukakan
empat
langkah
pengembangan personalia, yaitu: 1) Perencanaan, 2) Pengorganisasian, 3) Pelaksanaan, dan 4) Evaluasi.39 Berdasarkan pendapat tersebut, penulis berpendapat bahwa sekolah sebagai suatu organisasi dipandang perlu untuk mengadakan pengembangan personalia, dalam hal ini salah satu diantaranya adalah pengembangan
38
Sanusi Uwes, Manajemen Pengembangan Mutu Dosen, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), Cet. Ke-1, h. 30-31 39 Sudarwan Danim, Loc. Cit.,
kompetensi guru. Dimana pengembangan kompetensi guru tersebut menyangkut tiga hal yang harus dilakukan yaitu perencanaan kegiatan, pelaksanaan kegiatan, dan evaluasi kegiatan. Perencanaan kegiatan tersebut merupakan kegiatan merencanakan proses
belajar
mengajar,
pelaksanaan
kegiatan
merupakan
kegiatan
melaksanakan dan memimpin atau mengelola proses belajar mengajar, sedangkan evaluasi kegiatan dimaksudkan untuk menilai kemajuan proses belajar mengajar. Kegiatan pengembangan tenaga kependidikan yakni guru, dilakukan atas prakarsa institusi, kelompok maupun individu. Dilihat dari perspektif institusi, kegiatan ini diperuntukkan untuk merangsang, memelihara, dan meningkatkan
kualitas
staf
dalam
memecahkan
masalah-masalah
keorganisasian. Pengembangan tenaga kependidikan atas prakarsa institusi adalah penting, namun yang tidak kalah pentingnya adalah prakarsa personal tenaga kependidikan untuk menjalani proses profesionalisasi.40 Dari paparan di atas diketahui bahwa kewajiban untuk mengembangkan kompetensi profesional guru adalah kewajiban guru itu sendiri, atasan dari guru tersebut seperti kepala sekolah dan supervisor sebagai kepanjangn tangan dari institusi yang berkaitan dengan dunia kependidikan.
40
Ibid.,
Dalam pengembangan kompetensi guru mengenai hal-hal tentang perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Perencanaan ini menurut penulis bisa mencakup bagaimana sekolah atau individu guru dalam merencanakan pengembangan kompetensi profesional keguruannya, seperti berencana untuk senantiasa mengembangkan kompetensi profesional guru seperti: berencana mengikuti pelatihan-pelatihan, membeli buku-buku baru dan sebagainya. Pelaksanaan adalah sesuatu yang dikerjakan berdasarkan perencanaan yang telah dibuat sebelumnya baik oleh individu guru yang bersangkutan atau oleh sekolah atau juga institusi terkait. Adapun kegiatan evaluasi adalah melakukan penilaian terhadap pelaksanaan-pelaksanaan yang telah dilakukan atau dikerjakan, apakah perencanaan yang dibuat sudah terlaksan atau belum, sesuai dengan rencana atau tidak, serta berhasil atau tidaknya perencanaan dan pelaksanaan pengembangan kompetensi guru, oleh institusi sekolah atau guru itu sendiri. Dari
uraian
tersebut
dapat
dijelaskan
bahwa
pengembangan
kompetensi guru dapat diartikan sebagai usaha yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan, keterampilan dan kecakapankecakapan serta untuk menambah pengetahuan yang dimiliki oleh para guru, sehingga dengan adanya kegiatan pengembangan kompetensi tersebut guru menjadi lebih berkualitas dan kompeten dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Dengan kata lain, pengembangan kompetensi guru tersebut adalah merupakan serangkaian bantuan yang berwujud layanan profesional,
dimana layanan tersebut diberikan oleh orang ahli (kepala sekolah, penilik sekolah, pengawas dan ahli lainnya) kepada guru dengan maksud agar dapat meningkatkan baik kualitas guru maupun kualitas proses dan hasil pengajaran sehingga tujuan pendidikan yang direncanakan dapat tercapai dengan baik. Oleh karena itu, dengan adanya pengembangan kompetensi terhadap guru, maka tujuan yang hendak dicapai adalah untuk memperbaiki efektivitas kerja seorang guru dalam mencapai hasil kerja yang telah ditetapkan sehingga proses pengajaran yang dilakukan dapat berjalan dengan baik, sehingga guru tersebut dapat menjadi seorang yang profesional dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Adapun aspek-aspek yang perlu dikembangkan diantaranya adalah aspek afektif, kognitif dan psikomotor guru dalam pendidikan dan pengajaran yang meliputi aspek pengetahuan, kemampuan, keterampilan, sikap dan kepribadian guru, sehingga guru diharapkan dapat lebih profesional dalam menjalankan tugasnya.
e. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kompetensi Pengembangan kompetensi guru merupakan proses perubahan kemampuan profesional guru secara bertahap ke arah yang lebih baik untuk terciptanya suatu kesempurnaan. Pengembangan kompetensi guru merupakan bagian dari kegiatan peningkatan tenaga kependidikan. Kualitas guru dalam mengajar pada hakikatnya merupakan hasil interaksi dari berbagai faktor yang mempengaruhinya, yaitu faktor yang
datangnya dari dalam dirinya dan dari luar dirinya. Faktor yang datang dari dalam dirinya (faktor internal) antara lain adalah faktor kesehatan, potensi, sikap dan kepribadian. Sedangkan faktor yang berasal dari luar dirinya (faktor eksternal) antara lain adalah kepala sekolah, anak didik, dan sarana prasarana sekolah. Menurut
Kartini
Kartono
terdapat
dua
faktor
yang
dapat
mempengaruhi kompetensi antara lain adalah faktor dari dalam diri sendiri yang meliputi kecerdasan, keterampilan dan kecakapan, bakat, kemampuan dan minat, motif, kepribadian dan cita-cita. Dan faktor dari luar diri sendiri yang meliputi lingkungan dan sarana prasarana.41 Kedua faktor tersebut menunjukkan bahwa guru sebagai ahli pendidikan dan pengajaran harus mampu memiliki kesadaran, keinginan dan kemauan untuk selalu meningkatkan kompetensinya, sehingga diharapkan guru menjadi lebih kompeten dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Selain itu ditunjang juga dengan upaya-upaya dari luar, seperti sarana dan prasarana serta kegiatan-kegiatan pengembangan kompetensi guru dalam upaya
untuk
meningkatkan
profesionalisme
guru
dalam
pengajaran
(pendidikan dan pelatihan, seminar, dan penataran-penataran).
2. Mutu Pengajaran a. Pengertian Pengajaran dan Mutu Pengajaran 41
Kartini Kartono, Menyiapkan dan Memandu Karier, (Jakarta: CV. Raja Wali, 1985), h. 23
Padanan kata pengajaran yang dapat dijumpai dalam kepustakaan asing adalah learning atau instruction, istilah instruction sering diartikan sebagai “Proses pembelajaran yakni proses membuat orang melkukan proses belajar sesuai dengan rancangan.”42 Di dalam buku “Masalah Pengajaran Sebagai Suatu Sistem” Roestiyah N.K mengemukakan empat definisi pengajaran yaitu: “pertama, Pengajaran adalah transfer pengetahuan kepada siswa. Kedua, Pengajaran adalah mengajar siswa-siswa bagaimana cara belajar. Ketiga, Pengajaran adalah hubungan interaktif antara guru dan siswa. Keempat, Mengajar adalah interaksi siswa dengan siswa dan konsultasi guru.43 Adapun pengertian pengajaran menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991) berasal dari kata “ajar”, artinya petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut). Kata “mengajar” berarti memberi pelajaran. Sedangkan kata “mengajarkan” berarti memberikan pelajaran. Berdasarkan arti-arti ini, kemudian KBBI itu mengartikan pengajaran sebagai “proses perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan.”44 Selanjutnya, istilah pengajaran dalam bahasa Inggris disebut instruction atau teaching. Akar kata instruction adalah to instruct, artinya to direct to do something; to teach to do something; to furnish with information. 42
Udin Saripudin Winatapura dan Rustana Ardinawata, Materi Pokok Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam dan UT, 2000), Cet. Ke-4, h. 2 43 Roestiyah, N.K, Masalah-masalah Pengajaran Sebagai Suatu Sistem, (Jakarta: Rineka Cipta, 1994), Cet. Ke-3, h. 41-44 44 Muhibbin Syah, Op. Cit., h. 33
Yakni memberi pengarahan agar melakukan sesuatu; mengajar agar melakukan sesuatu; memberi informasi. Istilah instruction (pengajaran) menurut
Reber
(1988)
berarti:
“Pendidikan
atau
proses
perbuatan
mengajarkan pengetahuan.”45 Sementara itu, Tardif (1987) memberi arti instruction secara lebih rinci yaitu: A preplanned goal directed educational process designed to facilitate learning. Artinya, pengajaran adalah sebuah proses kependidikan yang sebelumnya direncanakan dan diarahkan untuk mencapai tujuan serta dirancang untuk mempermudah belajar.46 Selain pengertian tersebut di atas, ada beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli pendidik diantaranya adalah menurut Meril sebagaimana yang dikutip oleh Abdul Gafur dalam bukunya ‘Desain Instruksional”, pengajaran adalah suatu kegiatan dimana seseorang dengan sengaja diubah dan dikontrol dengan maksud agar ia dapat bertingkah laku dan bereaksi terhadap kondisi tertentu.”47 Adapun pengajaran menurut Nana Sudjana adalah “Suatu proses mengatur, mengorganisasikan lingkungan yang ada disekitar siswa sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong siswa dalam melakukan proses belajar.48
45
Ibid., Ibid., h. 33-34 47 Abdul Gafur, Desain Instruksional, (Solo: Tiga Serangkai,1989), h. 22 48 Nana Sudjana, Op. Cit., h. 29 46
Dari berbagai definisi di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa pada hakikatnya pengajaran adalah suatu proses yang dilakukan secara sengaja untuk mengelola lingkungan anak didik agar memungkinkannya untuk belajar dan memberikan respon terhadap situasi tersebut. Selanjutnya menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “Mutu adalah ukuran baik buruk suatu benda, kualitas, taraf, kadar, atau derajat dari kecerdasan, kepandaian dan sebagainya.49 Menurut Nurhasan, pengertian secara umum kata “Mutu dapat diartikan kualitas, suatu gambaran yang menjelaskan mengenai baik buruknya hasil yang dicapai para siswa dalam proses pendidikan yang sedang dilaksanakan.”50 Jadi dapat disimpulkan bahwa mutu adalah ukuran untuk menyatakan esensi semua benda atau hal berupa standar ideal yang ingin dicapai oleh suatu proses. Pada pembahasan di atas, telah dijabarkan mengenai pengertian mutu dan pengajaran secara terpisah, maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan mutu pengajaran adalah kualitas atau gambaran yang menjelaskan baik buruknya mengenai hasil belajar mengajar yang dilakukan oleh guru terhadap anak didik dalam proses pendidikan. b. Komponen Pengajaran 49
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pistaka, 2002), Edisi III, Cet. Ke-2, h. 768 50 Drs. Nurhasan, Korvensi Nasional Pendidikan Indonesia, Kurikulum untuk Abad 21, Indikator Cara Pengukuran dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mutu pendidikan, (Jakarta: PT. Sindo, 1994), Cet. Ke-3, h. 390
Komponen pengajaran merupakan suatu sistem yang di dalamnya terdapat berbagai komponen yang saling berhubungan, saling mempengaruhi serta saling melengkapi. Komponen yang dimaksud adalah semua berbagai yang ada di dalam sumber belajar, baik yang dirancang maupun yang dimanfaatkan. Bagian-bagian ini merupakan satu kesatuan yang sulit berdiri sendiri, meskipun kadang-kadang dapat digunakan secara terpisah.51 Dalam proses belajar mengajar diperlukannya kurikulum yang dijadikan sebagai pedoman dalam pengajaran, karena kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pengajaran. Sebagai alat dalam pengajaran, kurikulum memiliki bagian-bagian penting yang dapat mendukung operasinya secara baik. Kurikulum sebagai alat untuk mencapai tujuan pengajaran memiliki komponen pokok dan komponen penunjang yang saling berkaitan, berinteraksi dalam pencapaian tujuan pengajaran. Komponen
pokok
kurikulum
menurut
Subandijah
meliputi:
“Komponen tujuan, komponen isi/materi, komponen organisasi/strategi, komponen media, dan komponen proses belajar mengajar. Sedangkan yang termasuk
dalam
komponen
penunjang
kurikulum
meliputi:
Sistem
administrasi dan supervisi, pelayanan bimbingan dan penyuluhan, dan sistem evaluasi.”52
51
Ahmad Rohani, Media Instruksional Edukatif, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997), Cet. Ke-1,
h. 105 52
Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1999), Cet. Ke-1, h. 12
Dari komponen-komponen kurikulum tersebut di atas, penulis mengambil beberapa komponen yang berkaitan dengan peningkatan mutu pengajaran.
Adapun
komponen-komponen
pengajaran
yang
dapat
mempengaruhi mutu pengajaran antara lain adalah: 1) Tujuan pengajaran; 2) Materi/bahan pengajaran; 3) Metode pengajaran; 4) Media/sarana prasarana pengajaran; dan 5) Evaluasi pengajaran
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai komponen pengajaran tersebut di atas, maka penulis memberikan penjelasan satu persatu. 1) Tujuan Pengajaran Tujuan merupakan suatu hal yang paling penting dalam proses pengajaran, yakni hal yang ingin dicapai secara keseluruhan, yang meliputi tujuan domain kognitif, domain afektif, dan domain psikomotor, karena tujuan pengajaran dapat menunjang tercapainya tujuan belajar. Tujuan pengajaran dilihat dari tiga sumber, antara lain adalah masyarakat, siswa dan bidang studi. Tujuan pengajaran menurut masyarakat mencakup konsep luas seperti: membentuk manusia pancasila, menjadikan manusia pembangunan, berkepribadian yang mantap dan bertanggung jawab. Sedangkan tujuan pengajaran menurut siswanya
mencakup
kesiapan
jabatan,
keterampilan
memecahkan
masalah,
penggunaan waktu senggang secara membangun dan sebagainya, sehingga setiap siswa mempunyai harapan yang mungkin berbeda. Adapun tujuan pengajaran yang ada kaitannya dengan bidang studi dapat dinyatakan lebih spesifik, misalnya dalam sains “sadar akan keindahan dan keteraturan dalam lingkungan belajar. Rumusan tentang tujuan harus mengenal perubahan dalam minat dan kebutuhan siswa, dan perubahan dalam kebutuhan masyarakat dan lembaga pendidikannya.53 Menurut Muhammad Uzer Usman, hasil belajar yang dicapai oleh siswa sangat erat kaitannya dengan rumusan tujuan instruksional yang direncanakan guru sebelumnya. Hal ini dipengaruhi oleh kemampuan pula oleh guru sebagai perancang (designer) belajar mengajar. Untuk itu, guru dituntut menguasai taksonomi hasil belajar yang selama ini dijadikan pedoman dalam perumusan tujuan instruksional. Tujuan instruksional pada umumnya dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yakni domain kognitif, afektif dan psikomotorik. Domain kognitif mencakup tujuan yang berhubungan dengan ingatan, pengetahuan dan kemampuan intelektual. Domain afektif mencakup tujuan-tujuan yang berhubungan dengan perubahan-perubahan sikap, nilai, perasaan dan minat. Sedangkan domain psikomotorik mencakup tujuan-tujuan yang 53
A. Tresna Sastrawijaya, M. Sc, Pengembangan Program Pengajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991), Cet. Ke-1, h. 26-27
berhubungan dengan manipulasi dan kemampuan gerak. Klasifikasi tujuan tersebut memungkinkan hasil belajar yang diperoleh dari kegiatan belajar mengajar, karena hasil belajar dapat dilihat dari tingkah laku siswa. Hal ini memberikan pula petunjuk bagi guru dalam menentukan tujuan-tujuan dalam bentuk tingkah laku yang diharapkan dari dalam diri siswa.54 Dari uraian tersebut, untuk menentukan bermutu tidaknya pendidikan dan pengajaran di sekolah, maka guru, kepala sekolah, siswa dan masyarakat dapat berperan secara aktif di dalam usaha untuk mencapai tujuan pengajaran yang direncanakan dan yang diharapkan sesuai dengan perkembangan zaman.
2) Materi/bahan Pengajaran Yang dimaksud dengan bahan pengajaran adalah sesuatu yang harus dipelajari oleh pembelajar dalam melaksanakan aktivitas belajarnya. Bahan pengajaran bisa berasal dari guru, buku-buku teks, paper, makalah, artikel, disamping dapat berasal dari lapangan atau obyek tertentu. Menurut Ali Imron dalam bukunya “Belajar dan Pembelajaran”, mengatakan bahwa penyediaan bahan pengajaran sangat bergantung pada tujuan pengajaran, karakteristik siswa, siasat belajar yang harus ditempuh oleh siswa dan faktor ketersediaan tidaknya bahan pengajaran.55 Penguasaan bahan pengajaran oleh guru mengarah kepada sifat spesifikasi 54 55
Moh. Uzer Usman, Op. Cit., h. 34 Ali Imron, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1996), Cet. Ke-1, h. 32-33
atas ilmu yang diajarkan. Dengan melakukan penguraian di dalam memberikan materi pengajaran akan mempermudah siswa untuk memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru. Dari materi yang telah disusun dengan baik, dapat dilihat tujuan yang hendak dicapai dalam pengajaran. Apakah materi yang diberikan merupakan penyajian fakta-fakta, kecakapan-kecakapan yang hanya membutuhkan daya mental saja untuk menguasainya, atau menghendaki keterampilan dan berisi kebiasaan-kebiasaan yang dapat membentuk sesuatu yang nampak. Dengan memperhitungkan isi, sifat dan luasan materi dalam pengajaran akan mempermudah guru di dalam menetapkan baik tujuan pengajaran maupun metode pengajaran yang mempunyai ciri-ciri yang sesuai dengan keadaan materi pengajaran.
3) Metode Pengajaran Metode pengajaran yaitu proses bagaimana mengajar belajar atau “learn how to learn” merupakan syarat penting dan menentukan bagi reciptanya penyelenggaraan pendidikan bermutu. Pada dasarnya setiap mata pelajaran menuntut model metodologi pengajaran tersendiri sesuai dengan sifatnya; adanya mata pelajaran yang menuntut banyak latihan dan pengulangan, sedikit penjelasan dan instruksi, ada mata pelajaran yang menuntut banyak ceramah, perenungan dan analisis. Oleh karena itu,
metode pengajaran yang baik adalah metode pengajaran yang mampu mengembangkan semangat dan kemampuan belajar lebih lanjut. Metode pengajaran adalah segala usaha yang sistematis pragmatis yang dilakukan guru untuk mencapai tujuan pengajaran melalui berbagai aktifitas baik di dalam maupun diluar kelas diluar lingkungan sekolah. Ada beberapa metode yang digunakan dalam proses belajar mengajar Dr. A.L. Backer mengemukakan sejumlah metode dalam pengajaran sebagai berikut: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8)
Metode tiruan Metode percobaan Metode pengalaman pembuatan Metode conditioning Metode ceramah atau kuliah Metode buku Metode deelektrik atau pembahasan Metode elektronik56 Selain metode mengajar diatas penulis juga akan mengemukakan
metode mengajar menurut Abdul Majid dalam buku “Perencanaan Pengajaran”yaitu sebagai berikut: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 56
Metode Ceramah Metode Tanya Jawab Metode Tulisan Metode Diskusi Metode Pemecahan Masalah (Problem solving method) Metode Kisah Metode Perumpamaan
Piet A Sahertian dan Frans Mataheru, Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidkan (Surabaya: Usaha Nasional, 1981), h. 166
8) Metode Pemahaman dan Penalaran 9) Metode perintah berbuat baik dan saling menghormati 10) Metode Suri Teladan 11) Metode hikmah dan mau’izhah hasanah 12) Metode peringatan dan pemberian motivasi 13) Metode Praktik 14) Metode Karya Wisata 15) Metode Tadrij (pertahapan).57 Apapun penggunaan suatu metode hendaknya dapat membawa suasana interaksi atau pembelajaran yang edukatif, menempatkan peserta didik pada keterlibatan aktif belajar maupun menumbuh kembangkan minat belajar serta membangkitkan semangat belajar dan menghidupkan proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Dari uraian tersebut, maka metode mengajar sangat mendukung keberhasilan belajar. Oleh karena itu, guru sebagai tenaga pendidik di dalam menentukan metode pengajaran seyogyanya disesuaikan dengan pokok bahasan yang diberikan kepada siswa. Selain itu pula untuk menanggulangi kejenuhan siswa, sebaiknya di dalam menentukan metode mengajar dilakukan secara bervariasi.
4) Media/sarana prasarana Pengajaran Menurut Mursall. M media adalah suatu eksistensi manusia yang memungkinkan mempengaruhi orang lain yang tidak mengadakan kontak langsung dengan dia. Dalam arti sempit media pengajaran hanya meliputi 57
Abdul Majid, Perencanaan Pengajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. Ketiga, h. 137-158
media yang dapat digunakan secara efektif dalam proses pengajaran yang terencana, sedangkan arti luas media tidak hanya meliputi media komunikasi dan elektronik yang komplek, akan tetapi juga menyangkut alat-alat sederhana seperti fotografi, diagram dan bagan buatan guru, obyek-obyek nyata serta kunjungan keluar sekolah. Pengetahuan dan pemahaman tentang media pengajaran setiap guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pengajaran meliputi: a) Media sebagai alat komunikasi guna lebih mengefektifkan PBM b) Fungsi media dalam rangka mencapai tujuan pendidikan c) Tentang proses pengajaran d) Hubungan antara metode mengajar dengan media pengajaran e) Memelihara dan menggunakan media pengajaran f) Nilai atau manfaat media dalam pengajaran g) Berbagai jenis alat dan teknik media h) Usaha inovasi dalam media pengajaran.58 Salah satu manfaat dari media pengajaran adalah dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pengajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang hendak dicapai. Adapun manfaat media pengajaran antara lain: a) Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik. 58
Oemar Hamalik, Media Pengajaran, (Jakarta: PT. Cipta Aditya Bakti, 1994), Cet. Ke-7, h.1
b) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan energi. c) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lainlain. d) Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.59 Dari uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa media/sarana prasarana pengajaran dijadikan hal yang sangat mendukung tercapainya Tujuan Instruksional Khusus (TIK) maupun Tujuan Instruksional Umum (TIU) dalam proses pengajaran. Guru harus mampu di dalam menggunakan media yang tersedia sehingga antara media dan metode saling melengkapi di dalam proses pengajaran yang pada gilirannya akan meningkatkan mutu pengajaran.
5) Evaluasi pengajaran Evaluasi adalah suatu proses menentukan nilai seseorang dengan menggunakan patokan-patokan tertentu untuk mencapai suatu tujuan. Evaluasi hasil pengajaran adalah suatu proses menentukan nilai prestasi pengajaran yang telah dilakukan dengan menggunakan patokan-patokan tertentu guna mencapai tujuan pengajaran yang telah ditentukan.
59
Harjanto, Peencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), Cet. Ke-2, h. 243
Menurut Ali Imron dalam bukunya “Belajar dan Pembelajaran” mengatakan bahwa kedudukan evaluasi dalam belajar dan pembelajaran sangat penting, dan bahkan dapat dipandang sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan keseluruhan proses pengajaran. Dengan evaluasi akan diketahui, apakah pengajaran yang telah dilakukan telah mencapai tujuan atau belum. Dengan evaluasi juga akan diketahui faktor-faktor apa saja yang menjadikan penyebab pengajaran tersebut berhasil atau tidak.60 Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi pengajaran sangat menunjang keberhasilan dari proses pengajaran, karena dengan adanya evaluasi pengajaran dapat dijadikan tolak ukur dalam mengadakan perbaikan pengajaran yang lebih bermutu dan sesuai dengan perkembangan zaman. Dari penjelasan mengenai berbagai komponen pengajaran tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam proses pengajaran komponenkomponen tersebut merupakan hal yang sangat penting sehingga antara komponen yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mutu Pengajaran Usaha meningkatkan mutu pengajaran bukanlah pekerjaan mudah tanpa banyak menemui hambatan. Adanya hambatan ini meminta setiap orang
60
Ali Imron, Op. Cit., h. 114-116
yang mengusahakan peningkatan mutu pengajaran untuk memperhatikan segala faktor yang dapat mempengaruhi mutu pengajaran. Segala faktor tersebut perlu diidentifikasikan agar usaha yang dilakukan berjalan lancar. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi mutu pengajaran, diantaranya adalah: 1) Tenaga kependidikan yang terdiri dari Kepala Sekolah, Guru dan Staf; 2) Pengelolaan sekolah yaitu pengaturan pengintegrasian segala kegiatan yang dilakukan di dalam lingkungan sekolah serta segala kegiatan yang berhubungan dengan sekolah; 3) Anak didik; 4) Lingkungan dan Orang tua; 5) Sarana dan prasarana pendidikan.61 Selain hal tersebut di atas, untuk meningkatkan mutu guru perlu dipertimbangkan faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam maupun dari luar dirinya. Bagaimanapun baiknya situasi dan kondisi yang tersedia serta pembinaan dan pengembangan yang telah diupayakan dengan baik oleh kepala sekolah, namun jika guru tersebut tidak memiliki kemauan maka semuanya tidak akan berjalan dengan lancar. Dengan adanya kemauan, kecakapan, serta keahlian yang dimiliki oleh seorang guru maka segala kekurangan yang ada akan menjadi pendorong baginya untuk senantiasa
61
Ace Suryadi, Mutu Pendidikan Persekolahan dalam Perspektif Mimbar Pendidikan, IX, 2 Juli 1990, h. 2-8
selalu berusaha meningkatkan kemampuannya, sehingga mutu pengajaran dalam pendidikan dapat tercapai sesuai dengan tujuan pendidikan. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan mutu pengajaran adalah suatu kualitas atau gambaran yang menjelaskan mengenai baik buruknya hasil belajar mengajar yang dilakukan oleh guru terhadap anak didik dalam proses pendidikan. Untuk mencapai mutu pengajaran yang baik tidak terlepas dari berbagai indikator yang mempengaruhi proses pengajaran itu sendiri, karena indikator-indikator tersebut merupakan hal yang sangat penting dalam mencapai keberhasilan proses pengajaran. Adapun indikator-indikator yang mempengaruhi tercapainya mutu pengajaran diantaranya yaitu tujuan pengajaran, bahan/materi pengajaran, metode pengajaran, media/sarana prasarana pengajaran dan evaluasi pengajaran. Dimana semua indikator tersebut merupakan suatu komponenkomponen yang terdapat di dalam kurikulum pengajaran, dimana komponenkomponen tersebut tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya karena komponen-komponen tersebut saling berkaitan dalam proses pengajaran.
A. Kerangka Berfikir Pentingnya peranan pendidikan dalam membentuk sumber daya manusia, setiap lembaga pendidikan perlu meningkatkan mutu pendidikannya, khususnya dalam meningkatkan kompetensi guru karena guru merupakan
komponen manusiawi yang memiliki keunikan dalam berpikir maupun dalam bekerja. Adapun yang menjadi kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah: bahwa guru yang kompeten adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Atau dengan kata lain, guru profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya. Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan mutu pengajaran, kepala sekolah sebagai manajer pendidikan bertanggung jawab atas aktivitas guru. Selaku pemimpin kepala sekolah bertanggung jawab atas pengembangan kompetensi guru sebagai usaha untuk meningkatkan kepandaian dan kecakapan, memberi kesempatan kepada guru untuk meningkatkan kemampuan dan kinerjanya sebagai pendidik, pengajar, fasilitator, teladan dan sebagai wakil masyarakat di lembaga pendidikan yang memiliki tanggung jawab. Kompetensi guru adalah salah satu faktor yang mempengaruhi tercapainya mutu pengajaran, namun kompetensi itu sendiri tidak berdiri sendiri tetapi ia juga dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Oleh karena itu, kompetensi sangat penting dalam meningkatkan kualitas dan aktivitas kependidikan. Untuk itu, profesi guru perlu ditunjang dengan adanya kompetensi yang harus dimiliki diantaranya yakni kompetensi pribadi, kompetensi pedagogik, kompetensi profesional dan kompetensi sosial. Dimana kompetensi ini akan
menjadi landasan dalam menjalankan profesinya sebagai guru, karena guru yang kompeten akan lebih mampu mengelola proses pengajaran dengan baik dan akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif, sehingga hasil pengajaran yang dilakukan berada pada tingkat yang optimal. Mengingat bahwa posisi guru dalam suatu lembaga pendidikan merupakan salah satu komponen pendidikan yang menjadi ujung tombak dalam meningkatkan mutu pendidikan, oleh karena itu sekolah sebagai penyelenggara pendidikan dipandang perlu untuk selalu memperbaiki atau meningkatkan kualitas pendidiknya, yaitu guru. Untuk itu, dalam hal ini kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan diharapkan dapat mengembangkan kompetensi para gurunya, sebab tidak semua guru dapat melakukan pekerjaan yang ditekuni dengan profesional, hal ini dikarenakan kurangnya pembinaan dan keterbatasan kemampuan yang dimiliki oleh guru tersebut. Sehingga dengan adanya pengembangan kompetensi terhadap para guru, diharapkan guru akan lebih profesional dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik. Karena bermutu tidaknya suatu sekolah atau lembaga pendidikan sangat tergantung pada tinggi atau rendahnya kadar kualitas tenaga pendidik yaitu guru. Jika proses pengajaran meningkat maka hasil pengajaran yang dilakukan diharapkan meningkat, sehingga mutu pengajaran dapat dicapai sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditentukan.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian yang penulis lakukan adalah sebagai berikut: b. Untuk mengetahui bagaimana pengembangan kompetensi guru yang dilakukan oleh kepala sekolah. c. Untuk mengetahui upaya peningkatan terhadap mutu pengajaran yang dilakukan kepala sekolah 2. Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian yang dilakukan penulis adalah sebagai berikut: a. Dari hasil penelitian ini diharapkan penulis dapat menambah wawasan pengetahuan tentang pengembangan kompetensi guru disuatu sekolah dalam meningkatkan mutu pengajaran. b. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan yang berarti bagi kepala sekolah mengenai pentingnya pengembangan kompetensi guru dalam meningkatkan mutu pengajaran. c. Sebagai bahan rujukan dan informasi bagi guru dalam melaksanakan pengembangan kompetensi guru dalam meningkatkan mutu pengajaran.
B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Lokasi yang dijadikan penelitian adalah Sekolah Menengah Pertama (SMP) Al-Amanah yang beralamat di JL. Raya Puspitek Pocis, Bakti Jaya Serpong Tangerang. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 8 sampai dengan 14 Juni 2006 dan tanggal 6 sampai dengan 11 November 2006. Untuk lebih jelasnya dapat di uraikan sebagai berikut: a) Dari tanggal 8 sampai dengan 14 Juni penulis melakukan wawancara dengan kepala sekolah dan beberapa guru SMP Al-Amanah untuk memperoleh data mengenai pengembangan kompetensi guru di SMP AlAmanah serta mencari data mengenai keadaan sekolah seperti keadaan kurikulum sekolah, keadaan guru dan karyawan sekolah, keadaan siswa dan keadaan sarana dan prasarana sekolah. b) Dari tanggal 6 sampai dengan 11 November penulis melakukan penelitian kembali dengan melakukan penyebaran angket kepada guru-guru SMP AlAmanah, untuk mengetahui tanggapan dari para guru mengenai pengembangan kompetensi guru dalam peningkatan mutu pengajaran yang dilakukan oleh kepala sekolah.
C. Variabel Penelitian Dapat penulis jelaskan bahwa penelitian ini mempunyai satu variabel, yaitu Pengembangan kompetensi guru dalam peningkatan mutu pengajaran, variabel ini menduduki posisi sebagai variabel independent (bebas) yaitu masukan yang memberikan pengaruh terhadap hasil. Oleh karena itu, penelitian ini bersifat kualitatif dan tidak bermaksud untuk menguji hipotesis antara variabel bebas dan terikat. Dengan demikian, dalam penelitian ini tidak ada hubungan antara variabel melainkan hanya mendeskripsikan informasi apa adanya sesuai dengan variabel yang diteliti. D. Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian. Adapun dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah kepala sekolah dan guru SMP Al-Amanah. Populasi targetnya adalah semua guru yang mengajar di SMP Al-Amanah (PocisCisauk) yang berjumlah 27 orang. Sampel adalah sebagian subyek yang diselidiki dari keseluruhan subyek penelitian (populasi). Dalam penelitian ini penulis mengambil sampel dari keseluruhan populasi yaitu sebesar 100% yang berjumlah 27 guru SMP AlAmanah. E. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh dan mengumpulkan data, penulis menggunakan tiga metode, yaitu:
1. Observasi Observasi yaitu pengamatan dan pencatatan dengan sistematis fenomenafenomena yang diselidiki. Observasi ini dilaksanakan untuk memperoleh data yang menyeluruh mengenai kondisi objek yang sedang diteliti, seperti mengamati lingkungan sekolah, keadaan guru, struktur organisasi sekolah. Dalam penelitian ini penulis melakukan observasi di SMP Al-Amanah (Pocis – Serpong). 2. Wawancara Wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan.62 Wawancara
ini
dilakukan
untuk
memperoleh
informasi
tentang
pengembangan kompetensi guru dalam meningkatkan mutu pengajaran di sekolah tersebut. Wawancara ini akan penulis tujukan kepada kepala sekolah, yang digunakan untuk melengkapi data angket dan observasi. 3. Angket (Quesioner) Angket adalah sekumpulan pertanyaan tertulis baik yang bersifat tertutup, dengan pilihan yang sudah disediakan atau pertanyaan terbuka yang memungkinkan responden mengisi sesuai dengan pendapat atau pengalaman pribadinya. Angket ini penulis susun dan disebarkan kepada guru-guru di SMP
62
Anas Sudijono, “Pengantar Evaluasi Pendidikan”, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), Cet. Ke-4, h. 82
Al-Amanah Pocis, guna mengetahui bagaimana pengembangan kompetensi guru dalam peningkatan mutu pengajaran di sekolah tersebut.
F. Teknik Pengolahan Data Setelah data dikumpulkan dengan lengkap dari lapangan, tahap berikutnya adalah tahap analisis. Pada tahp ini, data dikerjakan dan dimanfaatkan sehingga dapat menyimpulkan kebenaran-kebenaran yang dapat dipakai untuk menjawab persoalan-persoalan yang diajukan dalam penelitian. Dalam pengolahan data penulis menempuh cara sebagai berikut: 1. Editing Mengedit adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh para pengumpul data. Jadi setelah angket di isi oleh responden dan dikembalikan kepada penulis, kemudian penulis segera memeriksa satu persatu angket yang dikembalikan dari nomor satu sampai nomor terakhir. 2. Tabulating Tabulating (menyusun data dalam bentuk tabel) merupakan tahap lanjutan dalam proses analisis data, lewat tabulasi data lapangan akan tampak ringkas dan tersusun dalam suatu tabel yang baik, sehingga dapat dengan mudah di pahami.
G. Definisi Operasional dan Kisi-kisi Instrumen Penelitian 1. Definisi Operasional Pengembangan kompetensi guru yang dimaksud adalah serangkaian bantuan yang berwujud layanan profesional, dimana layanan tersebut diberikan oleh orang yang ahli (kepala sekolah, penilik sekolah, pengawas dan ahli leinnya) kepada guru dengan maksud untuk memperbaiki atau meningkatkan pengetahuan, keterampilan, kemampuan dan kecakapan-kecakapan yang dimiliki oleh guru, sehingga dapat meningkatkan mutu pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Sedangkan kompetensi guru yang dimaksud adalah kompetensi profesional guru dalam pengajaran yang meliputi kemampuan dan keterampilan guru dalam mengelola program pengajaran, kinerja guru dalam proses belajar mengajar dan kemampuan guru dalam mengelola evaluasi program pengajaran. 2. Kisi-kisi Instrument Penelitian variabel penelitian yang telah diuraikan dalam bahasan sub bab sebelumnya, selanjutnya dapat diuraikan dalam suatu kisi-kisi penelitian. Kisi-kisi penelitian antara lain berisi variabel-variabel, indikator-indikator variabel yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan, jumlah item dan nomor item. Kisi-kisi instrumen penelitian berdasarkan teori-teori dan penelitian yang telah ada sebelumnya, sebagaimana yang terlihat berikut ini:
Tabel 1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Variabel
Indikator
Pengembangan 1. Rencana pengembangan kompetensi guru Kompetensi Guru dalam Peningkatan Mutu Pengajaran
Jumlah Item
No Item
4
1, 2, 3, 4
2 3 3
5, 6 7, 8, 9 10, 11, 14
3
12, 13, 28
3
25, 26, 27
4. Pengembangan terhadap kemampuan dan keterampilan guru
3
15, 19, 20
5. Pengembangan melalui penataran
3
22, 23, 24
6. Peningkatan terhadap mutu pengajaran
6
16, 17, 18, 21, 29, 30
2. Pelaksanaan pengembangan kompetensi guru: a) Pelaksanaan kegiatan oleh guru b) Hambatan-hambatan kegiatan c) Efektivitas kegiatan 3. Evaluasi pengembangan kompetensi guru: a) Ketercapaian kegiatan pengembangan kompetensi b) Implementasi hasil kegiatan dalam pengajaran
H. Teknik Analisis Data Teknik analisis data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan, sehingga data yang telah terkumpul dapat dianalisa dan kemudian diambil suatu kesimpulan. Pada proses ini, penulis menggunakan teknik analisis data secara deskriptif untuk memaparkan hasil yang diperoleh. Teknik yang digunakan adalah dengan mencari persentase setiap jawaban yang dipilih responden setelah data diedit dan
ditabulasikan terlebih dahulu. Adapun rumus yang penulis gunakan dalam analisis data adalah rumus persentase, yaitu: P=
f x 100% N
Keterangan : P = Angka Persentase F = Frekuensi N = Jumlah sampel objek penelitian
Berdasarkan hasil persentase tersebut, penulis menentukan kriteria sebagai berikut:
No
Persentase
Kriteria
1.
76% - 100%
Sangat Baik dan efektif
2.
51% - 75%
Baik dan Efektif
3.
26% - 50%
Cukup Baik dan Efektif
4.
0% - 25%
Kurang Baik dan Efektif
Demikian metode yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini, sehingga penulis dapat mengetahui bagaimana tingkat pengembangan kompetensi guru dalam peningkatan mutu pengajaran di SMP Al-Amanah.
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Profil SMP Al-Amanah 1. Historis SMP Al-Amanah dan Perkembangannya SMP Al-Amanah berada di bawah naungan yayasan pondok pesantren AlAmanah yang didirikan pada tahun 1990/1991 oleh beberapa tokoh masyarakat di wilayah tersebut yaitu H. TB. Suhandi , Samsul Huda (almarhum), Drs. Nuryaman, Hj. Fien Sulaiman, Hj. Nihaya Roeba’I dan beberapa tokoh masyarakat lainnya, yang kemudian baru memiliki legalitas formal pada tanggal 18 Maret 1991 dengan ditandatanganinya sebuah akta notaris oleh Dr. H. Erwal Gewang, S. H. No. 4 tahun 1991. Tanggal penanda tanganan akta tersebut selanjutnya dinyatakan sebagai hari lahirnya SMP Al-Amanah. Pada awalnya yayasan tersebut hanya mendirikan 2 jenjang pendidikan yaitu RA/TKA dan SMP yang mulai diorientasikan pada tahun 1991/1992, berdasarkan SK KaKanwil Depdikbud Propinsi Jawa Barat 572/102/Kep/E/91. Pada perkembangan selanjutnya kini yayasan pondok pesantren Al-Amanah telah menyelenggarakan jenjang pendidikan SD dan SMK. Untuk mendapatkan kepercayaan di masyarakat, SMP Al-Amanah kemudian mengikuti akreditasi yang pertama pada tahun 1994, karena pada waktu itu telah meluluskan satu angkatan sesuai dengan keputusan pemerintah, yaitu jika sekolah telah meluluskan satu angkatan sekolah tersebut baru dapat melakukan
akreditasi dan berhasil meraih status disamakan bedasarkan SK KaKanwil Depdikbud Propinsi Jawa Barat No. 852/102/Kep/1/94 yaitu pada tanggal 04 November 1994. Kemudian pada tahun 1999/2000 SMP Al-Amanah melaksanakan lagi akreditasi yang kedua dengan meraih status disamakan. Selanjutnya pada tahun 2004 sekolah ini melaksanakan lagi akreditasi yang ketiga dan berhasil meraih status menjadi sekolah yang terakreditasi. Yayasan pondok pesantren Al-Amanah terus membangun dan mengembangkan usahanya hingga saat ini, setelah 16 tahun berdiri yayasan tersebut telah berhasil membina jenjang pendidikan mulai dari RA/TKA sampai dengan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang berada pada lokasi yang sama. Dalam perkembangannya sekolah SMP Al-Amanah terbilang cukup baik, hal ini dapat dilihat dari tahun ke tahun baik secara kuantitas maupun kualitas sekolah ini terus meningkat. Secara kuantitas siswa SMP Al-Amanah terus meningkat sampai tahun pelajaran 2005/2006, yang memiliki 17 rombongan belajar. Sedangkan secara kualitas dari tahun ke tahun juga meningkat, baik kualitas hasil pembelajaran maupun kualitas ekstrakurikuler. Secara kualitas pada tahun 1996, dari hasil Ujian Nasional untuk tingkat daerah Serpong meraih juara 3. Kemudian untuk kegiatan pramuka, pada tahun 1997 terpilih untuk mengikuti upacara tingkat nasional di TMII. Selain itu, kualitas ekstrakurikuler lainnya seperti dari bidang olahraga dan seni, pada tahun 2004/2005 meraih juara 3 kejuaraan futsal tingkat Kabupaten Tangerang,
kemudian pada tahun 2005/2006 untuk kejuaraan futsal meraih juara I tingkat Kabupaten Tangerang dan juara 3 untuk kejuaraan bola voli putri tingkat Kabupaten Tangerang. Hal ini menunjukkan bahwa sekolah ini meskipun belum lama berdiri sudah mampu bersaing dengan sekolah-sekolah lain yang ada di sekitarnya. Dari prestasi-prestasi penghargaan yang diperoleh para siswa-siswi Al-Amanah diatas, sebenarnya masih ada banyak penghargaan lain yang diperoleh dari tahun ke tahun. Hal ini membuktikan bahwa pihak sekolah memperhatikan bakat dan minat para siswa dengan mengikutsertakan dan berpartisipasi dalam setiap kejuaraan, baik yang diselenggarakan oleh tingkat Kabupaten Tangerang maupun seJABODETABEK. Keberadaan SMP Al-Amanah sebagai salah satu usaha umat islam untuk menyampaikan pendidikan islam sedini mungkin untuk perkembangan kehidupan jasmaniah dan rohaniah sesuai dengan tingkat perkembangannya. SMP Al-Amanah menawarkan biaya yang terjangkau oleh masyarakat umum, selain itu juga pengurus yayasan memiliki komitmen untuk membantu anak yatim dan kaum du’afa. Hal ini didasarkan pada semangat pengabdian juga merupakan sarana berjuang pengurus yayasan tersebut untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai betapa pentingnya arti sebuah pendidikan. Perkembangan yayasan secara fisik juga diikuti oleh peningkatan kepercayaan masyarakat terhadap sekolah yang dikelolanya. Hal ini terungkap
dengan semakin banyaknya orang tua yang mendaftarkan putra-putrinya ke SMP Al-Amanah..
2. Visi dan Misi SMP Al-Amanah SMP Al-Amanah didirikan dengan visi dan misi yang jelas, yaitu: Visi : “Unggul dalam prestasi akademik, non akademik, iman, aman dan nyaman”. Dengan indikator sebagai berikut: 1. Unggul dalam perolehan nilai Ujian Nasional 2. Unggul dalam aktivitas keagamaan dan sosial 3. Unggul dalam ekstrakurikuler olahraga, pramuka, kesenian dan paskibra 4. Unggul dalam pengelolaan 7 K
Misi 1. Meningkatkan perolehan nilai rata-rata Ujian Nasional melalui pembelajaran aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan 2. Meningkatkan aktivitas keagamaan dan sosial dengan penuh kesadaran dan kebersamaan 3. Meningkatkan aktivitas ekstrakurikuler 4. Meningkatkan pengelolaan 7 K secara aktif, kreatif dan partisipatif.
3. Struktur Organisasi SMP Al-Amanah Dibawah ini dikemukakan struktur organisasi SMP Al-Amanah sebagai berikut:
STRUKTUR ORGANISASI SEKOLAH Kepala Sekolah Drs. Oman Rohmanudin
Wakil Kepala Sekolah Drs. Nuryaman, S.Ag
Tata Usaha Sundusiyah/ Mustofa Ahmad Laboran Nuryani, Amd Perpustakaan Eti Sumiati, S.Sos
Wali Kelas Guru Mata Pelajaran
Guru Pembimbing
SISWA
B. Keadaan Kurikulum SMP Al-Amanah Standar kurikulum yang digunakan oleh SMP Al-Amanah adalah menggunakan perpaduan dua kurikulum antara kurikulum Diknas dan kurikulum Depag dengan perbandingan 70% : 30%. Kurikulum Diknas yang digunakan
menyangkut mata pelajaran umum seperti Matematika, Fisika, Biologi, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan lain sebagainya. Sedangkan kurikulum Depag menyangkut mata pelajaran Aqidah, Fiqih dan Bahasa Arab, selain itu sekolah ini juga menggunakan kurikulum yayasan yang meliputi pelajaran Baca tulis AlQur’an dan komputer. Karena sekolah ini menggunakan perpaduan dua kurikulum, maka penerapannya pun terbagi dua yaitu pertama, dalam kurikulum Diknas sekolah ini mengacu pada sistem yang telah disesuaikan oleh Diknas itu sendiri, seperti mengacu pada sistem KBK. Sedangkan yang kedua, dalam kurikulum Depag sekolah ini mengacu pada buku-buku yang digunakan di sekolah Madrasah Tsanawiyah, kecuali untuk mata pelajaran Aqidah dan Fiqih khususnya untuk kelas 3 itu dikembangkan lagi oleh pihak sekolah sendiri sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Untuk lebih jelasnya mengenai keadaan kurikulum SMP Al-Amanah dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1
Deskripsi Kurikulum SMP Al-Amanah
No
Kurikulum Diknas
Kurikulum Depag
Kurikulum Lokal
1
PPKn
Bahasa Arab
Komputer
2
PAI
Kajian Al-Qur’an dan Hadits
Baca Tulis Al-Qur’an
3
B. Indonesia
Fiqih
4
Matematika
Aqidah Akhlak
5
IPA (Fisika, Biologi)
6
IPS (Sejarah, Ekonomi,
7
Geografi) Keterampilan dan Kesenian
8
Penjaskes
9
Bahasa Inggris
Untuk mendukung dan menyalurkan minat dan bakat siswa diadakan kegiatan ekstrakurikuler diluar jam pelajaran sekolah, seperti: pramuka, seni, paskibra dan olahraga sehingga siswa-siswi dapat tampil dengan baik dan bersaing dengan sekolah lainnya dalam berbagai perlombaan yang diadakan baik di tingkat Kecamatan maupun Kabupaten.
C. Keadaan Personil Guru, Pegawai dan Siswa SMP Al-Amanah 1. Keadaan Guru dan Pegawai SMP Al-Amanah Personil guru yang mengajar di SMP Al-Amanah berjumlah 27 orang yang terdiri dari 19 orang guru laki-laki dan 8 orang guru perempuan, karyawan tata usaha 2 orang, bendahara 1 orang, pembina kegiatan ekstrakurikuler 3 orang dan petugas kebersihan 1 orang. Lulusan atau pendidikan terakhir guru di SMP Al-Amanah cukup bervariatif yaitu lulusan dari berbagai macam perguruan tinggi bidang studi dengan disiplin ilmu yang telah mereka dapatkan.sedangkan untuk pegawai lainnya berasal dari jenjang Sekolah Menengah Umum (SMU) dan ada juga yang berasal dari jenjang Sekolah Dasar (SD). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2
Deskripsi Keadaan Guru dan Pegawai SMP Al-Amanah No
Nama
1
Drs. Oman Rohmanudin
L/ Jabatan P L Kep-sek
Mengajar Bid. Studi
Pendidikan Terakhir Bhs. Inggris, UIN JKT, 1990
-
GT/ GTT GTY
2
Drs. Nuryaman, S. Ag
L
WaKepsek
Tarbiyah/PAI, UIN JKT, 1990
PAI, Aqidah
GTY
3
H. Ahmad Hadi, S. Ag
L
PAI, STAI BDG, 2001
Drs. Ulul Arkham
L
Fiqih PPKn, Sejarah
GTY
4
Guru Kesiswaan/ Guru
5
Suprih, A. Ma
L
Guru
Mtk, IKIP SMR, 1988
Mtk
GTY
6
Drs. Syaefullah
L
Guru
IPS, UIN JKT, 1993
Geografi, KTK
GTY
7
Drs. A Aziz Rofiq
L
Kurikulum/ Guru
Tarbiyah/PAI, UIN JKT, 1993
KTK, BTQ
GTY
8
Nuryani, A. Md
P
Guru
Biologi, IKIP JKT, 1995
Biologi
GTY
9
Drs. Ahmad Muhroj
L
Guru
IPS, UIN JKT, 1991
Ekonomi
GTT
10
Ogi Suprayugi, S.Pd
L
Guru
Bhs. Indonesia, STKIP JKT, 2003
B. Indonesia
GTT
11
Drs. Nahrawi, S.Ag
L
Guru
Syari’ah, UIN JKT, 1989
Aqidah
GTT
12
Umi W, S.Pd
P
Guru
PPKN, IKIP VET SMR, 1994
PPKn
GTT
13
Subarianto, A.Md
L
Guru
Adm. Perkan, IKIP MLG, 1989
Komputer
GTT
14
Drs. Encep S
L
Guru
Bhs. Indonesia, UIN JKT, 1993
B. Indonesia
GTT
15
Sapto Sudrato, S.Pd
L
Guru
Penjaskes, IKIP JKT, 1999
Penjaskes
GTT
16
Shodikin Nizan
L
Guru
Bhs. Inggris, IKIP M. JKT
B. Inggris
GTT
17
Hayin Imroniati, S.E
P
Guru
Ekonomi, UNMUH PNRG, 1997
Mtk
GTT
18
Bambang W, A.Md
L
Guru
TEK. NUKLIR, 1995
Fisika, Mtk
GTT
19
Iyep Sumpena, S.Pd
L
Guru
IPS, STKIP JKT, 2001
Sejarah, Eko
GTT
20
Ahmad Husen, S.Ag
L
Guru
Tarbiyah/B. Arab, UIN JKT, 1995
B. Arab
GTT
21
Dede Aslihah, S.Ag
P
Guru
PAI, STAI BDG, 2001
PAI, BTQ
GTT
22
Siti Maryam, S.Ag
P
Guru
Bhs. Arab, IAIC TSM, 2001
B. Arab
GTT
23
Hendra B. S, S.Kom
L
Guru
TI, UIN JKT, 2004
Komputer
GTT
24
Dyah P. S
P
Guru
Fisika, UHAMKA JKT
Fisika
GTT
25
Utsman A, S.Ag
L
Guru
PAI, STAI ALHIK JKT, 2002
PAI, Aqidah
GTT
26
Dra. Siti Badriyah
P
Guru
B. Indonesia, Purworejo, 1990
B. Indonesia
GTT
27
Deasy Mariatul. Q
P
Guru
Tarbiyah/B. Inggris, UIN JKT
B. Inggris
GTT
28
A Bandaniji, S.Pd
L
Guru
PAI, STAI FATAHILLAH SRPG
BTQ
GTT
29
Sundusiyah
P
Tata Usaha
PGAN JKT,1990
-
PTY
30
Mustofa Ahmad
L
Tata Usaha
IPS, UNMUH JKT
-
PTY
31
Eti Sumiati, S.Sos
P
Pustakawan Adm Niaga, STIA TSM, 1997
-
PTT
32
Abdullah
L
Bendahara
-
PTT
PPKN, IKIP VET SMR, 1993
IKIP
Akuntansi, SMK BM, 1998
MUH.
GTY
33
Wandih
L
34
Djalul
L
35
Syaeful Bahri
L
36
Misad Nur Azis
L
37
Syahrul Munir
L
Petugas Kebersihan
Pembina ekskul
SDN 1988
-
PTT
Alumni
-
-
Alumni
-
-
Alumni
-
-
Alumni
-
-
2. Keadaan Siswa SMP Al-Amanah Siswa yang bersekolah di SMP Al-Amanah adalah mereka yang tinggal di sekitar Cisauk, Serpong, Pamulang dan sekitarnya. Perkembangan siswa SMP AlAmanah setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan baik secara kualitas maupun kuantitas, walaupun tingkat pertumbuhan jumlah siswa tidak begitu signifikan. Selanjutnya untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 3
Jumlah Siswa
Deskripsi Keadaan Siswa SMP Al-Amanah
Jumlah
Tahun Ajaran
2000/01
01/02
02/03
03/04
04/05
05/06
Kelas I
180
231
260
242
258
207
Kelas II
135
181
230
217
237
250
Kelas III
130
136
181
178
209
178
466
546
672
637
701
688
D. Keadaan Sarana dan Prasarana SMP Al-Amanah SMP Al-Amanah terletak diatas tanah seluas 9.994 meter persegi, yang terdiri dari 4 unit bangunan dan dilengkapi juga dengan sarana dan prasarana belajar seperti: perpustakaan, laboratorium IPA, laboratorium komputer, lapangan
olahraga dan masjid. Pada saat ini SMP Al-Amanah sedang membangun gedung baru mengingat kapasitas daya tampung siswa kurang mencukupi. Untuk lebih jelasnya berikut ini disajikan dalam bentuk tabel: Tabel 4 Deskripsi Sarana dan Prasarana SMP A-Amanah
No
Jenis Sarana Prasarana
Jumlah
Jenis Sarana Prasarana
Jumlah
1 2
Bangunan Gedung Ruang Belajar
4 Unit 7 Unit
10 11
Lab. Komputer Sanggar Kesenian
1 Buah 1 Buah
3 4
Ruang Kep-Sek Ruang Guru
1 Buah 2 Buah
12 13
Koperasi/toko Kamar mandi guru
1 Buah 1 Buah
5
Masjid
1 Buah
14
Kamar mandi murid
2 Buah
6 7 8 9
Perpustakaan Ruang BP Ruang OSIS Lab. IPA
1 Buah 1 Buah 1 Buah 1 Buah
15 16 17 18
Rumah dinas kep- sek Rumah dinas guru Asrama Sarana Olahraga
1 Buah 7 Unit 3 Unit 1 Buah
E. Deskripsi dan Analisis Data Dalam mengumpulkan data, penulis menggunakan beberapa teknik yang diantaranya teknik observasi, wawancara dan angket. Observasi yang penulis lakukan adalah untuk mengetahui kondisi sekolah baik itu keadaan gedung, guruguru, siswa, terutama keadaan sarana dan prasarana, hal ini dilakukan untuk mendapatkan data-data yang lebih akurat. Sedangkan wawancara yang penulis lakukan adalah dalam rangka mengetahui pengembangan kompetensi guru dalam peningkatan mutu pengajaran (hasil wawancara terlampir) baik yang dilakukan oleh kepala sekolah maupun oleh individu guru itu sendiri. Adapun angket yang
penulis buat adalah angket tertutup sebanyak 30 item yang berbentuk pilihan ganda yang harus dijawab oleh guru-guru dengan memberikan tanda silang dan disebarkan keseluruh guru-guru yang mengajar di sekolah SMP Al-Amanah yang beralamat di Jl. Raya Puspitek Pocis Bhakti Jaya Cisauk Tangerang. Kemudian hasil angket yang telah dikumpulkan ditabulasikan kedalam bentuk presentasi dan diolah, kemudian dapat di peroleh kesimpulan, hal ini dapat di lihat dan dijelaskan dalam analisis secara keseluruhan. Data yang telah dikumpulkan dari hasil angket yang disebarkan kepada guru-guru kemudian diolah dengan menggunakan rumusan distribusi frekuensi. Maksud dari pengolahan tersebut agar data yang diperoleh dapat memberikan arti dan penjelasannya dari tujuan penelitian yang dilakukan. Untuk memudahkan menganalisis data hasil penelitian tersebut, maka setiap item dibuat ke dalam tabulasi yang disesuaikan dengan teknik analisis data sehingga dengan demikian dapat ditarik kesimpulan seberapa besar tingkat implementasi pengembangan kompetensi guru dalam peningkatan mutu pengajaran dapat dilihat dari hasil angket di bawah ini.
Tabel 5 Pengembangan Kompetensi Guru No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Presentase (%)
1
15 8 4 27
Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Jumlah
55,6 % 29,6 % 14,8 % 100 %
Melihat data pada tabel 5 di atas menunjukkan bahwa responden yang menjawab selalu sebanyak 55,6 %, sering 29,6 %, sedangkan yang menjawab kadang-kadang sebanyak 14,8 %, dan tidak pernah 0 %. Hal ini berarti bahwa kepala sekolah selalu melakukan pengembangan kompetensi guru untuk meningkatkan profesionalisme guru dalam pengajaran. Tabel 6 Rencana Pengembangan Kompetensi Guru No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Presentase (%)
2
Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Jumlah
12 10 5 27
44,4 % 37,1 % 18,5 % 100 %
Dari data pada tabel 6 tersebut di atas menunjukkan bahwa responden yang menjawab selalu sebanyak 44,4 %, sering 37,1 %, sedangkan yang menjawab kadang-kadang sebanyak 18,5 %, dan tidak pernah 0 %. Hal ini berarti bahwa dalam melakukan pengembangan kompetensi guru kepala sekolah selalu membuat rencana program pengembangan kompetensi guru terlebih dahulu, hal ini dilakukan agar kegiatan tersebut dapat berjalan sesuai dengan yang telah direncanakan. Tabel 7 Pencantuman Kegiatan dalam RP Pengembangan Kompetensi Guru No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Presentase (%)
3
14 10 3 27
Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Jumlah
51,8 % 37,1 % 11,1 % 100 %
Dari data pada tabel 7 tersebut di atas dapat diketahui bahwa dalam rencana pengembangan kompetensi guru kepala sekolah selalu mencantumkan kegiatankegiatan yang akan dilaksanakan oleh guru seperti pelatihan-pelatihan dan pendidikan, penataran dll. Hal ini dapat dilihat dari jawaban responden yang menjawab selalu sebanyak 51,8 %, sering 37,1 %, kadang-kadang 11,1 %, sedangkan yang menjawab tidak pernah sebanyak 0 %. Tabel 8 Sosialisasi Program Pengembangan Kompetensi Guru No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Presentase (%)
4
Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Jumlah
12 9 6 27
44,5 % 33,3 % 22,2 % 100 %
Data pada tabel 8 tersebut di atas menunjukkan bahwa kepala sekolah selalu mensosialisasikan program pengembangan kompetensi tersebut kepada para guru, guru dapat mengetahui kegiatan apa yang akan dilaksanakan. Hal ini dapat terlihat dari jawaban responden yang menyatakan selalu sebanyak 44,5 %, sering 33,3 %, sedangkan yang menjawab kadang-kadang sebanyak 22,2 %, dan tidak pernah 0 %. Tabel 9 Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Kompetensi Guru No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Presentase (%)
5
16 8 3 27
Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Jumlah
59,3 % 29,6 % 11,1 % 100 %
Berdasarkan data pada tabel 9 di atas dapat diketahui bahwa responden yang menjawab selalu sebanyak 59,3 %, sering 29,6 %, kadang-kadang 11,1 %, sedangkan yang menjawab tidak pernah sebanyak 0 %. Hal ini menunjukkan bahwa guru selalu melaksanakan kegiatan pengembangan kompetensi yang telah diprogramkan kepala sekolah. Tabel 10 Keikutsertaan Guru dalam Kegiatan Pengembangan Kompetensi No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Presentase (%)
6
3 kali 5 kali 10 kali Lebih dari 10 kali Jumlah
2 4 8 13 27
7,4 % 14,8 % 29,6 % 48,2 % 100 %
Melihat data pada tabel 10 tersebut di atas menunjukkan bahwa responden yang menjawab lebih dari 10 kali sebanyak 48,2 %, 10 kali sebanyak 29,6 %, 5 kali sebanyak 14,8 %, sedangkan yang menyatakan hanya 3 kali sebanyak 7,4 %. Hal ini berarti menunujukkan bahwa lebih dari 15 kali para guru telah mengikuti berbagai kegiatan pengembangan kompetensi yang diprogramkan kepala sekolah.
Tabel 11 Hambatan dalam Kegiatan Pengembangan Kompetensi No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Presentase (%)
7
Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Jumlah
1 2 13 11 27
3,7 % 7,4 % 48,1 % 40,8 % 100 %
Data pada tabel 11 tersebut di atas menunjukkan bahwa dalam melaksanakan kegiatan pengembangan kompetensi yang diprogramkan kepala sekolah, guru kadang-kadang mengalami hambatan-hambatan. Hal ini dapat dilihat dari jawaban responden yang menjawab kadang-kadang sebanyak 48,1 %, tidak pernah 40,8 %, sering 7,4 %, sedangkan yang menyatakan selalu sebanyak 3,7 %. Tabel 12 Penyimpangan dalam Tujuan, materi dan cara No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Presentase (%)
8
Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Jumlah
2 9 16 27
7,4 % 33,3 % 59,3 % 100 %
Berdasarkan data pada tabel 12 di atas dapat diketahui bahwa pelaksanaan kegiatan pengembangan kompetensi yang dilaksanakan oleh guru sesuai yang diprogramkan kepala sekolah tidak pernah mengalami penyimpangan dalam hal tujuan, materi, dan cara. Hal ini dapat terlihat dari jawaban responden yang menjawab tidak pernah sebanyak 59,3 %, kadang-kadang 33,3 %, sering 7,4 %, sedangkan yang menjawab selalu sebanyak 0 %.
Tabel 13 Penyimpangan Jadwal No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Presentase (%)
9
Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Jumlah
2 4 12 9 27
7,4 % 14,8 % 44,5 % 33,3 % 100 %
Melihat data pada tabel 13 tersebut di atas dapat diketahui bahwa responden yang menjawab kadang-kadang sebanyak 44,5 %, tidak pernah 33,3 %, sering 14,8 %, sedangkan yang menyatakan selalu sebanyak 7,4 %. Hal ini menunjukkan bahwa dalam melaksanakan kegiatan pengembangan kompetensi, guru kadang-kadang mengalami penyimpangan dalam jadual. Tabel 14 Efektifitas Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Kompetensi No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Presentase (%)
10
Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Jumlah
10 12 5 27
37,1 % 44,4 % 18,5 % 100 %
Dari data pada tabel 14 tersebut di atas menunjukkan bahwa pelaksanaan kegiatan pengembangan kompetensi guru yang dilaksanakan oleh guru sesuai yang diprogramkan kepala sekolah sering berjalan dengan baik dan efektif. Hal ini dapat dilihat dari jawaban responden yang menyatakan sering sebanyak 44,4 %, selalu 37,1 %, kadang-kadang 18,5 %, sedangkan yang menyatakan tidak pernah sebanyak 0 %.
Tabel 15 Pemantauan atau pengawasan No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Presentase (%)
11
Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Jumlah
3 15 9 27
11,1 % 55,6 % 33,3 % 100 %
Berdasarkan data pada tabel 15 tersebut di atas dapat diketahui bahwa responden yang menyatakan sering sebanyak 55,6 %, kadang-kadang 33,3 %, sedangkan yang menyatakan selalu sebanyak 11,1 %, dan tidak pernah 0 %. Hal ini berarti bahwa selama kegiatan pengembangan kompetensi guru berlangsung, kepala sekolah sering mengadakan pemantauan atau pengawasan terhadap para guru yang sedang mengikuti kegiatan pengembangan kompetensi demi tercapainya kegiatan tersebut. Tabel 16 Evaluasi Kegiatan No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Presentase (%)
12
Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Jumlah
8 14 5 27
29,6 % 51,9 % 18,5 % 100 %
Data pada tabel 16 tersebut di atas menunjukkan bahwa setelah kegiatan pengembangan kompetensi dilaksanakan kepala sekolah sering mengadakan evaluasi terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan oleh para guru untuk mengukur
keberhasilan kegiatan tersebut. Hal ini dapat terlihat dari jawaban responden yang menyatakan sering sebanyak 51,9 %, selalu 29,6 %, kadang-kadang 18,5 %, sedangkan yang menyatakan tidak pernah sebanyak 0 %. Tabel 17 Keberhasilan Kegiatan No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Presentase (%)
13
Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Jumlah
10 12 5 27
37,1 % 44,4 % 18,5 % 100 %
Dari data pada tabel 17 tersebut di atas dapat diketahui bahwa responden yang menyatakan sering sebanyak 44,4 %, selalu 37,1 %, sedangkan yang menyatakan kadang-kadang sebanyak 18,5 %, dan tidak pernah 0 %. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan pengembangan kompetensi guru yang diprogramkan kepala sekolah sering berhasil sepenuhnya dilaksanakan oleh para guru. Tabel 18 Program Pengembangan Kompetensi Guru No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Presentase (%)
14
Sangat memadai Cukup memadai Kurang memadai Tidak memadai Jumlah
3 15 9 27
11,1 % 55,6 % 33,3 % 100 %
Berdasarkan data pada tabel 18 tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa responden yang menjawab cukup memadai sebanyak 55,6 %, kurang memadai sebanyak 33,3 %, sedangkan yang menjawab sangat memadai sebanyak 11,1 %, dan
tidak memadai 0 %. Hal ini menunjukkan bahwa program kegiatan pengembangan kompetensi guru yang dilakukan kepala sekolah untuk meningkatkan kualitas pengajaran sudah cukup memadai. Tabel 19 Pemberian Pelatihan terhadap Keterampilan Guru No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Presentase (%)
15
Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Jumlah
12 6 9 27
44,5 % 22,2 % 33,3 % 100 %
Pada data tabel 19 tersebut di atas menunjukkan bahwa kepala sekolah selalu memberikan pelatihan-pelatihan pendidikan kepada guru untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan guru dalam pengajaran. Hal ini dapat dilihat dari jawaban responden yang menyatakan selalu sebanyak 44,5 %, sering sebanyak 22,2 %, kadang-kadang sebanyak 33,3 %, sedangkan yang menyatakan tidak pernah 0 %. Tabel 20 Anjuran Kepala Sekolah dalam Membuat Rencana Pengajaran No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Presentase (%)
16
Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Jumlah
22 3 2 27
81,5 % 11,1 % 7,4 % 100 %
Data pada tabel 20 tersebut di atas menunjukkan bahwa responden yang menyatakan selalu sebanyak 81,5 %, sering sebanyak 11,1 %, kadang-kadang sebanyak 7,4 %, sedangkan yang menyatakan tidak pernah 0 %. Hal ini menunjukkan
bahwa kepala sekolah selalu menganjurkan kepada para guru untuk membuat rencana pengajaran sebelum mengajar sesuai program kepala sekolah agar kegiatan belajar mengajar dapat lebih terarah sesuai dengan tujuan pengajaran. Tabel 21 Kunjungan (mensupervisi) Kelas No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Presentase (%)
17
Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Jumlah
8 12 5 2 27
29,6 % 44,5 % 18,5 % 7,4 % 100 %
Data pada tabel 21 di atas terlihat bahwa kepala sekolah sering melakukan kunjungan (mensupervisi) guru ketika mengajar. Hal ini dapat dilihat dari jawaban responden yang menjawab sering sebanyak 44,5 %, selalu sebanyak 29,6 %, kadangkadang sebanyak 18,5 %, sedangkan yang menyatakan tidak pernah sebanyak 7,4 %. Tabel 22 Pengawasan terhadap PBM No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Presentase (%)
18
Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Jumlah
9 13 3 2 27
33,3 % 48,2 % 11,1 % 7,4 % 100 %
Pada data tabel 22 tersebut di atas dapat diketahui bahwa responden yang menyatakan sering sebanyak 48,2 %, selalu sebanyakl 33,3 %, sedangkan yang menyatakan kadang-kadang sebanyak 11,1 % dan yang menyatakan tidak pernah
sebanyak 7,4 %. Hal ini menunjukkan bahwa kepala sekolah sering melakukan pengawasan terhadap proses belajar mengajar yang guru-guru lakukan. Tabel 23 Pemberian Wawasan Keilmuan No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Presentase (%)
19
Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Jumlah
8 12 6 1 27
29,6 % 44,5 % 22,2 % 3,7 % 100 %
Dari data tabel 23 di atas menunjukkan bahwa kepala sekolah sering memberikan wawasan keilmuan yang luas kepada guru dalam merumuskan tujuantujuan pendidikan dan meningkatkan kemampuan mengajar guru. Hal ini dapat dilihat dari jawaban responden yang menyatakan sering sebanyak 44,5 %, selalu sebanyak 29,6 %, sedangkan yang menyatakan kadang-kadang sebanyak 22,2 % dan tidak pernah sebanyak 3,7 %. Tabel 24 Pemberian Pengetahuan dan Keterampilan Mengajar No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Presentase (%)
20
Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Jumlah
9 12 6 27
33,3 % 44,5 % 22,2 % 100 %
Pada data tabel 24 tersebut di atas dapat diketahui bahwa kepala sekolah sering memberikan pengetahuan dan keterampilan mengajar kepada guru, hal ini dilakukan agar guru termotivasi untuk meningkatkan proses belajar mengajar. Hal ini
dapat dilihat dari jawaban responden yang menyatakan sering sebanyak 44,5 %, selalu
sebanyak 33,3 %, kadang-kadang sebanyak 22,2 %, sedangkan yang
menjawab tidak pernah 0 %. Tabel 25 Penilaian atau evaluasi terhadap Kinerja Guru No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Presentase (%)
21
Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Jumlah
10 12 5 27
37,1 % 44,4 % 18,5 % 100 %
Dari data pada tabel 25 di atas terlihat bahwa responden yang menyatakan sering sebanyak 44,4 %, guru tersebut adalah guru yang menganggap bahwa dengan adanya penilaian atau evaluasi terhadap kinerja guru diharapkan guru dapat lebih baik lagi dalam melaksanakan pengajaran, selalu sebanyak 37,1 %, sedangkan yang menyatakan kadang-kadang sebanyak 18,5 % dan tidak pernah sebanyak 0 %. Hal ini menunjukkan bahwa kepala sekolah sering melakukan penilaian atau evaluasi terhadap kinerja guru dalam pengajaran. Tabel 26 Keikutsertaan dalam Penataran/seminar Pendidikan No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Presentase (%)
22
Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Jumlah
20 5 2 27
74,1 % 18,5 % 7,4 % 100 %
Pada data tabel 26 tersebut di atas menunjukkan bahwa responden yang menyatakan selalu sebanyak 74,1 %, guru tersebut adalah mereka yang menganggap bahwa hal tersebut merupakan layanan yang baik bagi guru untuk mengembangkan dan meningkatkan kompetensi yang dimiliki, sering sebanyak 18,5 %, sedangkan yang menyatakan kadang-kadang sebanyak 7,4 % dan tidak pernah sebanyak 0 %. Hal ini berarti bahwa kepala sekolah selalu mengikutsertakan guru-guru dalam berbagai penataran/seminar pendidikan dalam upaya meningkatkan mutu. Tabel 27 Peningkatan Kompetensi Anda sebagai Guru No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Presentase (%)
23
Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Jumlah
12 8 7 27
44,5 % 29,6 % 25,9 % 100 %
Berdasarkan data pada tabel 27 di atas dapat diketahui bahwa responden yang menyatakan selalu sebanyak 44,5 %, sering sebanyak 29,6 %, sedangkan yang menyatakan kadang-kadang sebanyak 25,9 % dan tidak pernah sebanyak 0 %. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya berbagai kegiatan penataran/seminar pendidikan yang telah diikuti dapat meningkatkan kompetensi yang dimiliki oleh para guru. Tabel 28 Aplikasi Hasil Penataran/seminar dalam KBM No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Presentase (%)
24
Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah
5 10 12
18,5 % 37,1 % 44,4 %
27
Jumlah
100 %
Dari data pada tabel 28 tersebut di atas menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh dari penataran/seminar tidak pernah sulit untuk diterapkan dalam proses belajar mengajar. Hal ini dapat dilihat dari jawaban responden yang menyatakan tidak pernah
sebanyak 44,4 %, kadang-kadang sebanyak 37,1 %, sedangkan yang
menyatakan sering sebanyak 18,5 % dan selalu sebanyak 0 %. Tabel 29 Implementasi Hasil Pengembangan Kompetensi dalam Proses Pengajaran No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Presentase (%)
25
Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Jumlah
5 14 8 27
18,5 % 51,9 % 29,6 % 100 %
Dari data pada tabel 29 tersebut di atas dapat diketahui bahwa responden yang menyatakan sering sebanyak 51,9 %, kadang-kadang sebanyak 29,6 %, sedangkan yang menyatakan selalu sebanyak 18,5 % dan yang menjawab tidak pernah 0 %. Hal ini menunjukkan bahwa setelah mengikuti berbagai kegiatan pengembangan kompetensi guru yang diprogramkan kepala sekolah, guru sering mengimplementasikan hasil yang diperoleh dalam proses pengajaran. Tabel 30 Penerapan Metode Pembelajaran No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Presentase (%)
26
Selalu Sering Kadang-kadang
5 13 9
18,5 % 48,2 % 33,3 %
Tidak Pernah Jumlah
27
100 %
Berdasarkan data pada tabel 30 di atas dapat diketahui bahwa guru sering menerapkan teknik dan metode pembelajaran berdasarkan pelatihan yang pernah diikuti dalam proses belajar mengajar. Hal ini dapat dilihat dari jawaban responden yang menjawab sering sebanyak 48,2 %, kadang-kadang sebanyak 33,3 %, sedangkan yang menyatakan selalu sebanyak 18,5 % dan tidak pernah sebanyak 7,4 %. Tabel 31 Kesulitan dalam Menerapkan Hasil Pengembangan No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Presentase (%)
27
Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Jumlah
4 10 13 27
14,8 % 37,1 % 48,1 % 100 %
Data pada tabel 31 tersebut di atas menunjukkan bahwa guru tidak pernah mengalami kesulitan dalam menerapkan hasil yang telah diperoleh dari kegiatan pengembangan kompetensi dalam proses pengajaran. Hal ini dapat dilihat dari jawaban responden yang menyatakan tidak pernah sebanyak 48,1 %, kadang-kadang sebanyak 37,1 %, sedangkan yang menyatakan sering sebanyak 14,8 % dan selalu sebanyak 0 %. Tabel 32 Manfaat Kegiatan Pengembangan bagi Guru No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Presentase (%)
28
Selalu Sering Kadang-kadang
16 3 8
59,3 % 11,1 % 29,6 %
Tidak Pernah Jumlah
27
100 %
Pada data tabel 32 tersebut di atas menunjukkan bahwa dengan adanya kegiatan pengembangan kompetensi guru yang diprogramkan, guru merasa semakin meningkatkan dalam melaksanakan pendidikan dan pengajaran. Hal ini dapat terlihat dari jawaban responden yang menyatakan selalu sebanyak 59,3 %, kadang-kadang sebanyak 29,6 %, sedangkan yang menyatakan sering sebanyak 11,1 % dan tidak pernah sebanyak 0 %. Tabel 33 Perbaikan terhadap Faktor Penghambat Mutu Pengajaran No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Presentase (%)
29
Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Jumlah
5 14 8 27
18,5 % 51,9 % 29,6 % 100 %
Berdasarkan data pada tabel 33 di atas dapat diketahui bahwa responden yang menyatakan sering sebanyak 51,9 %, kadang-kadang sebanyak 29,6 %, sedangkan yang menyatakan selalu sebanyak 18,5 %, dan tidak pernah sebanyak 0 %. Hal ini berarti menunjukkan bahwa untuk meningkatkan mutu pengajaran kepala sekolah melakukan perbaikan-perbaikan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi atau menghambat tercapainya mutu pengajaran. Tabel 34 Peningkatan Proses Belajar Mengajar No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Presentase (%)
30
Selalu Sering
18 2
66,7 % 7,4 %
Kadang-kadang Tidak Pernah Jumlah
7 27
25,9 % 100 %
Berdasarkan data pada tabel 34 tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa guru senantiasa selalu memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar sesuai program kepala sekolah agar tujuan pengajaran dapat tercapai sesuai dengan yang telah direncanakan. Hal ini dapat terlihat dari jawaban responden yang menyatakan selalu sebanyak 66,7 %, sering sebanyak 7,4 %, sedangkan yang menyatakan kadang-kadang sebanyak 25,9 % dan tidak pernah sebanyak 0 %. F. Interpretasi Data Berdasarkan analisis data tersebut dapat penulis interpretasikan bahwa pelaksanaan pengembangan kompetensi guru yang dilakukan oleh kepala sekolah dapat dikatakan sudah berjalan baik dan efektif. Pengembangan kompetensi guru yang dilakukan guna meningkatkan profesionalisme guru sudah dilakukan secara bertahap, dari mulai perencanaan kegiatan pengembangan kompetensi guru sampai dengan pengevaluasian kegiatan tersebut. Kegiatan perencanaan pengembangan kompetensi guru tersebut terlihat dari dilaksanakannya pembuatan rencana kegiatan pengembangan kompetensi guru yang dilakukan oleh kepala sekolah, hal ini dapat dilihat dari jawaban responden dimana 81,5 % (selalu dan sering) guru menyatakan bahwa kepala sekolah membuat rencana kegiatan pengembangan kompetensi guru terlebih dahulu sebelum dilaksanakan (tabel 6). Dalam membuat rencana program pengembangan kompetensi guru, tentunya perlu dicantumkan berbagai kegiatan
yang akan dilaksanakan agar guru mengetahui kegiatan apa saja yang akan dilaksanakan. Adapun data yang mendukung bahwa kepala sekolah pernah (selalu dan sering) mencantumkan berbagai kegiatan dalam rencana pengembangan kompetensi guru dapat dilihat pada tabel 7, dimana 88,9 % responden mengatakan bahwa kepala sekolah mencantumkan berbagai kegiatan dalam rencana kegiatan tersebut. Tahap
selanjutnya
adalah
pelaksanaan
kegiatan
pengembangan
kompetensi guru, pada tahap ini yang dapat terlaksana adalah guru melaksanakan dan mengikuti kegiatan-kegiatan pengembangan kompetensi yang telah diprogramkan kepala sekolah, di mana hal ini dapat terlihat dari jawaban responden yang menyatakan bahwa 88,9 % guru (selalu dan sering) melaksanakan kegiatan pengembangan kompetensi yang telah diprogramkan kepala sekolah serta dapat dilihat pula dari jawaban responden yang menyatakan 48,2 % guru sudah lebih dari 10 kali mengikuti kegiatan pengembangan kompetensi yang diprogramkan kepala sekolah, 29,6 % guru menyatakan hanya 10 kali, 14,8 % guru menyatakan 5 kali dan 7,4 % guru menyatakan 3 kali. Tahap terakhir yang dilakukan adalah evaluasi terhadap kegiatan pengembangan kompetensi guru, pada aspek ini yang terlaksana adalah kepala sekolah
melakukan
evaluasi
untuk
mengukur
keberhasilan
kegiatan
pengembangan kompetensi yang telah dilaksanakan oleh guru dan penerapan hasil yang diproleh dalam proses pengajaran. Untuk mengetahui sejauh mana hasil yang diperoleh dari kegiatan pengembangan kompetensi guru tersebut
kepala sekolah melakukan evaluasi terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan oleh guru, hal ini dapat dilihat dari jawaban responden dimana 81,5 % (selalu dan sering) guru menyatakan bahwa kepala sekolah mengadakan evaluasi terhadap kegiatan tersebut untuk mengukur keberhasilan dari kegiatan pengembangan kompetensi yang telah dilaksanakan oleh guru (tabel 16). Hal ini didukung pula dengan perolehan jawaban responden pada tabel 15, dimana 66,7 % responden menyatakan bahwa kepala sekolah melakukan pemantauan atau pengawasan terhadap kegiatan pengembangan kompetensi guru tersebut. Adapun dalam proses pengajaran, guru senantiasa mengimplementasikan hasil yang diperoleh dari kegiatan pengembangan kompetensi yang pernah diikutinya di dalam proses belajar mengajar, hal ini dapat dilihat dari jawaban responden
yang
menyatakan
70,4
%
guru
(selalu
dan
sering)
mengimplementasikan hasil yang diperoleh dari kegiatan pengembangan kompetensi yang diprogramkan kepala sekolah di dalam proses pengajaran serta dapat dilihat pula dari jawaban responden yang menyatakan 66,7 % guru (selalu dan sering) menerapkan teknik dan metode pembelajaran berdasarkan pelatihan dan pengembangan di dalam proses belajar mengajar (tabel 29 dan 30). Dari hasil kegiatan evaluasi tersebut dapat diketahui bahwa dengan adanya kegiatan pengembangan kompetensi guru yang diprogramkan kepala sekolah, guru merasa semakin meningkat dalam melaksanakan pendidikan dan pengajaran, hal ini dapat terlihat dari jawaban responden dimana 70,4 % (selalu dan sering) guru menyatakan bahwa mereka merasa semakin meningkat dalam melaksanakan
pendidikan dan pengajaran dengan adanya kegiatan pengembangan kompetensi guru yang dilakukan kepala sekolah, hal ini menunjukkan bahwa kegiatan pengembangan kompetensi tersebut menberikan manfaat bagi para guru dalam meningkatkan profesionalismenya. Dalam pengembangan terhadap kemampuan dan keterampilan guru, kegiatan yang terlaksana adalah kepala sekolah memberikan pelatihan-pelatihan pendidikan terhadap kemampuan dan keterampilan guru, kepala sekolah memberikan wawasan keilmuan yang luas kepada guru dalam merumuskan tujuan-tujuan pendidikan dan meningkatkan kemampuan mengajar guru-guru dan kepala sekolah memberikan pengetahuan dan keterampilan mengajar kepada guru. Hal ini dapat terlihat dari jawaban responden dimana 66,7 % responden menyatakan bahwa kepala sekolah pernah (selalu dan sering) memberikan berbagai pelatihan-pelatihan pendidikan terhadap kemampuan dan keterampilan guru dalam pengajaran (table 19), didukung pula dengan jawaban responden yang menyatakan 74,1 % (selalu dan sering) bahwa kepala sekolah memberikan wawasan keilmuan yang luas kepada guru dalam merumuskan tujuan-tujuan pendidikan dan meningkatkan kemampuan mengajar guru-guru serta dapat dilihat pula dari jawaban responden yang menyatakan 77,8 % (selalu dan sering) bahwa kepala sekolah juga memberikan berbagai pengetahuan dan keterampilan mengajar kepada guru (lihat tabel 23 dan 24).
Adapun pengembangan melalui penataran, kegiatan yang terlaksana adalah kepala sekolah mengikutsertakan guru-guru dalam berbagai penataranpenataran/seminar pendidikan sebagai upaya peningkatan mutu, sehingga diharapkan dengan mengikuti berbagai penataran/seminar pendidikan dapat meningkatkan kompetensi para guru. Hal ini dapat terlihat dari jawaban responden dimana 92,6 % (selalu dan sering) responden menyatakan bahwa kepala sekolah mengikutsertakan guru-guru dalam berbagai penataran/seminar pendidikan (tabel 26), serta dapat dilihat pula dari jawaban responden yang menyatakan 74,1 % (selalu dan sering) guru merasa bahwa dengan adanya penataran/seminar pendidikan yang telah diikuti dapat meningkatkan kompetensi yang telah dimiliki (tabel 27). Data yang telah terhimpun tersebut menunjukkan bahwa pengembangan kompetensi guru yang dilakukan untuk meningkatkan profesionalisme guru sudah dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan proses pengembangan, mulai dari perencanaan kegiatan pengembangan kompetensi guru sampai dengan evaluasi kegiatan
tersebut,
meskipun
masih
terdapat
sedikit
hambatan
dalam
pelaksanaannya. Pengembangan kompetensi guru yang dilakukan kepala sekolah dapat dikatakan sudah baik dan efektif, hal ini terlihat dari berbagai layanan profesional yang telah diberikan kepada guru-guru untuk meningkatkan kompetensi yang dimiliki guru. Layanan yang dilakukan kepala sekolah tersebut diantaranya meliputi kegiatan pemberian pelatihan-pelatihan pendidikan kepada guru, pemberian wawasan keilmuan yang luas kepada guru dalam merumuskan
tujuan-tujuan pendidikan dan pemberian pengetahuan dan keterampilan mengajar terhadap para guru serta mengikutsertakan para guru dalam berbagai penataran/seminar pendidikan. Adapun efektifitas pengembangan kompetensi guru tersebut terlihat dari manfaat kegiatan tersebut bagi guru, dimana dengan adanya kegiatan pengembangan kompetensi tersebut guru mengalami peningkatan dalam melaksanakan pendidikan dan pengajaran, didukung pula dengan tanggapan guru yang menyatakan bahwa pengembangan kompetensi guru yang dilakukan kepala sekolah cukup memadai, dimana 55,6 % responden menyatakan cukup memadai (tabel 18). Selanjutnya dalam upaya peningkatan terhadap mutu pengajaran, kegiatan yang terlaksana adalah kepala sekolah menganjurkan kepada guru untuk membuat rencana pengajaran sebelum melaksanakan pengajaran, kepala sekolah melakukan kunjungan (mensupervisi) guru di kelas ketika mengajar, kepala sekolah melakukan pengawasan terhadap PBM yang dilakukan guru, kepala sekolah melakukan penilaian atau evaluasi terhadap kinerja guru dalam pengajaran, kepala sekolah memperbaiki berbagai faktor-faktor yang mempengaruhi atau menghambat tercapainya mutu pengajaran seperti sarana dan prasarana pengajaran. Hal ini dapat terlihat dari jawaban responden yang menyatakan selalu sebanyak 81,5 % bahwa kepala sekolah menganjurkan kepada guru untuk membuat rencana pengajaran sebelum melaksanakan proses belajar mengajar agar dapat terarah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, sering sebanyak 11,1 %
dan kadang-kadang sebanyak 7,4 %. Kemudian untuk mengetahui bagaimana proses pengajaran yang dilakukan para guru, kepala sekolah melakukan kunjungan dan pengawasan terhadap PBM yang dilakukan oleh guru, hal ini dapat terlihat pada tabel 21 yang menyatakan bahwa kepala sekolah melakukan kunjungan kelas ketika guru mengajar adalah 44,5 % menyatakan sering, 29,6 % menyatakan selalu, 18,5 % menyatakan kadang-kadang dan 7,4 % menyatakan tidak pernah. Ditunjang pula dengan perolehan jawaban responden pada tabel 22 yang menyatakan bahwa kepala sekolah melakukan pengawasan terhadap PBM yang guru lakukan, adalah 48,2 % menyatakan sering melakukan pengawasan terhadap PBM, 33,3 % menyatakan selalu, 11,1 % menyatakan kadang-kadang dan 7,4 % menyatakan tidak pernah. Hal lain yang menunjang peningkatan terhadap mutu pengajaran adalah dengan melakukan penilaian atau evaluasi terhadap kinerja guru dalam proses belajar mengajar dan melakukan perbaikan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi atau menghambat tercapainya mutu pengajaran seperti sarana dan prasarana pengajaran. Adapun data yang menyatakan bahwa kepala sekolah melakukan penilaian terhadap kinerja guru dalam pengajaran adalah 44,4 % menyatakan sering melakukan penilaian, 37,1 % menyatakan selalu dan 18,5 % menyatakan kadang-kadang serta data yang menyatakan bahwa kepala sekolah melakukan perbaikan terhadap faktor-faktor yang menghambat tercapainya mutu pengajaran adalah 51,9 % responden menyatakan sering melakukan perbaikan, 29,6 % menyatakan kadang-kadang dan 18,5 % menyatakan selalu.
Data yang telah terhimpun tersebut menunjukkan bahwa upaya peningkatan terhadap mutu pengajaran yang dilakukan kepala sekolah sudah baik, hal ini terlihat bahwa kepala sekolah sudah melaksanakan tanggung jawabnya sebagai pemimpin untuk meningkatkan mutu pengajaran yang dilakukan oleh guru. Adapun kegiatan yang dilakukan diantaranya meliputi anjuran kepala sekolah kepada guru untuk membuat rencana pengajaran, melakukan kunjungan (mensupervisi) guru dikelas ketika mengajar, melakukan pengawasan terhadap PBM yang dilakukan guru dan melakukan penilaian atau evaluasi terhadap kinerja guru dalam pengajaran serta memperbaiki berbagai faktor yang menghambat atau mempengaruhi tercapainya mutu pengajaran seperti sarana dan prasarana pembelajaran. Beradasarkan
interpretasi
data
tersebut
dapat
diketahui
bahwa
pengembangan kompetensi guru serta usahanya dalam meningkatkan mutu pengajaran yang dilakukan kepala sekolah sudah baik dan efektif serta cukup memadai. Untuk mendukung hasil analisis data tersebut, penulis akan memaparkan hasil wawancara dengan kepala sekolah mengenai pengembangan kompetensi guru dalam peningkatan mutu pengajaran, yaitu sebagai berikut: Dalam setiap kegiatan perencanaan merupakan suatu langkah awal yang perlu dilakukan terlebih dahulu, karena dengan adanya perencanaan yang matang diharapkan kegiatan yang akan dilaksanakan dapat berjalan sesuai dengan apa yang di inginkan. Sehubungan dengan pengembangan kompetensi guru, SMP Al-
Amanah dalam hal ini kepala sekolah dan pihak yayasan selalu melakukan perencanaan terlebih dahulu sebelum melaksanakan program yang akan dijalankan. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah SMP Al-Amanah Drs. Oman Rohmanudin bahwa program yang dilakukan untuk mengembangkan kompetensi guru di SMP Al-Amanah adalah dengan mengikutsertakan guru dalam pelatihan-pelatihan baik di tingkat gugus, kabupaten maupun tingkat propinsi. Selain itu juga, dilaksanakan pelatihan-pelatihan yang dilakukan oleh yayasan seperti Quantum teaching, Quantum learning dan pelatihan-pelatihan kurikulum 2004 oleh pengawas dinas kependidikan dan kebudayaan kabupaten tangerang yang bekerja sama dengan yayasan pondok pesantren Al-Amanah dan juga diikutsertakan dalam workshop-workshop yang ada hubungannya dengan kompetensi guru. Dalam lembaga pendidikan, guru merupakan salah satu komponen pendidikan yang mempunyai peranan yang sangat penting untuk meningkatkan mutu pendidikan atau keluarannya. Dimana seorang guru tersebut dituntut memiliki kompetensi, karena kompetensi sangat penting dan berarti bagi guru dalam pengajaran/pembelajaran guna meningkatkan mutu pendidikan dimana guru tersebut mengajar. Oleh karena itu, pengembangan kompetensi guru sangat perlu sekali dilakukan oleh kepala sekolah selaku pemimpin pendidikan, sehingga mutu pendidikan yang diharapkan dapat tercapai dengan baik.
Sehubungan dengan hal tersebut, dari hasil wawancara dengan kepala sekolah SMP Al-Amanah bahwa pengembangan kompetensi guru yang dilakukan oleh kepala sekolah meliputi 3 aspek, yaitu:
a. Pengembangan kurikulum b. Pengembangan metodologi pembelajaran c. Pengembangan media pembelajaran Adapun kompetensi yang diprioritaskan oleh kepala sekolah terhadap para guru di SMP Al-Amanah adalah sebagai berikut: a. Penguasaan materi pelajaran b. Kompetensi metodologi pembelajaran c. Kompetensi didaktik metodik d. Kompetensi penguasaan kelas Selain mengikuti pengembangan kompetensi guru yang dilakukan oleh kepala sekolah, guru-guru di SMP Al-Amanah juga senantiasa selalu melakukan pengembangan kompetensi secara individu. Selain mengikutsertakan para guru dalam berbagai pelatihan-pelatihan pendidikan, sekolah SMP Al-Amanah juga memberikan berbagai kesempatan kepada guru-guru untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Dengan adanya berbagai kesempatan yang diberikan kepada guru untuk mengembangkan kompetensinya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, diharapkan dapat meningkatkan
kompetensi yang dimiliki oleh para guru guna meningkatkan pula mutu pendidikan sekolah SMP Al-Amanah. Dalam menigkatkan kompetensi guru di SMP Al-Amanah, berbagai kegiatan pengembangan kompetensi telah dilakukan baik oleh kepala sekolah maupun pihak yayasan Al-Amanah itu sendiri.
Pelaksanaan pengembangan
kompetensi guru yang dilakukan tersebut berjalan cukup baik dan efektif, meskipun masih terdapat sedikit kendala yang dihadapi. Meskipun dalam pelaksanaan pengembangan kompetensi guru masih terdapat sedikit kendala, namun guru-guru di SMP Al-Amanah selalu memiliki antusias yang tinggi terhadap adanya program pengembangan kompetensi guru tersebut. Hal ini terbukti dengan adanya berbagai pelatihan-pelatihan yang diikuti oleh para guru SMP Al-Amanah, selain itu juga ada sebagian guru yang melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi lagi.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil deskripsi data dan analisis data menunjukkan bahwa pengembangan kompetensi guru serta usahanya dalam peningkatan mutu pengajaran yang dilakukan kepala sekolah SMP Al-Amanah dapat dikatakan sudah baik dan efektif. Meskipun masih terdapat sedikit kendala atau hambatan dalam pelaksanaannya, namun hal tersebut tidak menyurutkan semangat para guru karena adanya antusias yang tinggi dari para guru untuk mengembangkan kompetensi yang dimiliki. Hal ini menunjukkan bahwa kepala sekolah telah melaksanakan
tanggung
jawabnya
yakni
melakukan
berbagai
kegiatan
pengembangan kompetensi terhadap para guru dengan baik serta usahanya dalam meningkatkan mutu pengajaran. Sebagai pendukung dari hasil analisis data di atas, berikut ini gambaran yang ditemukan dari hasil penelitian: 1. Sudah dilaksanakannya kegiatan pengembangan kompetensi guru secara bertahap, dari mulai perencanaan kegiatan sampai dengan pengevaluasian kegiatan tersebut. Kegiatan perencanaan pengembangan kompetensi guru tersebut
terlihat
dari
dilaksanakannya
pembuatan
rencana
kegiatan
pengembangan kompetensi guru yang dilakukan oleh kepala sekolah, hal ini dapat dilihat dari jawaban responden dimana 81,5 % guru menyatakan bahwa
kepala sekolah membuat rencana kegiatan pengembangan kompetensi guru terlebih dahulu sebelum dilaksanakan. Tahap selanjutnya adalah pelaksanaan kegiatan pengembangan kompetensi guru, pada tahap ini yang dapat terlaksana adalah guru melaksanakan dan mengikuti kegiatan-kegiatan pengembangan kompetensi yang telah diprogramkan kepala sekolah, hal ini terlihat dari jawaban responden dimana 88,9 % guru menyatakan bahwa guru melaksanakan kegiatan pengembangan kompetensi yang telah diprogramkan kepala sekolah serta dapat dilihat pula dari jawaban responden yang menyatakan 48,2 % guru sudah lebih dari 10 kali mengikuti kegiatan pengembangan kompetensi yang dilakukan kepala sekolah. Pengembangan kompetensi guru yang dilakukan kepala sekolah sudah cukup memadai, hal ini terlihat dari jawaban responden dimana 55,6 % responden menyatakan bahwa program kegiatan pengembangan kompetensi guru yang dilakukan kepala sekolah cukup memadai. Tahap terakhir yang dilakukan adalah evaluasi terhadap kegiatan pengembangan kompetensi guru. Untuk mengetahui sejauh mana hasil yang diperoleh dari kegiatan pengembangan kompetensi guru tersebut kepala sekolah melakukan evaluasi terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan oleh guru, hal ini terlihat dari jawaban responden dimana 81,5 % responden menyatakan bahwa kepala sekolah mengadakan evaluasi terhadap kegiatan tersebut untuk mengukur keberhasilan dari kegiatan pengembangan kompetensi yang telah dilaksanakan oleh Bapak/Ibu guru. Dari hasil kegiatan evaluasi tersebut dapat diketahui bahwa dengan adanya
kegiatan pengembangan kompetensi guru yang diprogramkan kepala sekolah, guru semakin meningkat dalam melaksanakan pendidikan dan pengajaran, hal ini terlihat dari jawaban responden dimana 70,4 %, guru menyatakan bahwa mereka merasa semakin meningkat dalam melaksanakan pendidikan dan pengajaran dengan adanya pengembangan kompetensi yang dilakukan kepala sekolah. 2. Pelaksanaan pengembangan terhadap kemampuan dan keterampilan guru sudah baik, hal ini dapat dilihat bahwa kepala sekolah pernah (selalu, sering, kadang-kadang)
memberikan
pelatihan-pelatihan
pendidikan
terhadap
kemampuan dan keterampilan guru, kepala sekolah memberikan wawasan keilmuan yang luas kepada guru dalam merumuskan tujuan-tujuan pendidikan dan meningkatkan kemampuan mengajar guru-guru dan kepala sekolah memberikan pengetahuan dan keterampilan mengajar kepada guru. 3. Adapun pengembangan melalui penataran, penulis menyimpulkan bahwa pelaksanaan pengembangan melalui penataran sudah baik. Hal ini dapat dilihat bahwa kepala sekolah sudah melaksanakan kegiatan tersebut dengan baik dan kepala sekolah selalu mengikutsertakan Bapak/Ibu guru dalam setiap pembinaan seperti penataran-penataran/seminar pendidikan dan lokakarya. Dengan maksud untuk meningkatkan profesionalisme guru dan diharapkan dapat meningkatkan mutu pengajaran sehingga tujuan pendidikan yang direncanakan dapat tercapai. Hal ini dapat terlihat dari jawaban responden
yang menyatakan selalu sebanyak 74,1 % bahwa kepala sekolah mengikutsertakan guru-guru dalam berbagai penataran/seminar pendidikan. 4.
Selanjutnya dalam upaya peningkatan terhadap mutu pengajaran, penulis menyimpulkan bahwa pelaksanaan kegiatan tersebut sudah baik, hal ini dapat dilihat bahwa kepala sekolah pernah (selalu, sering, kadang-kadang) menganjurkan kepada guru untuk membuat rencana pengajaran sebelum melaksanakan pengajaran, melakukan kunjungan (mensupervisi) guru di kelas ketika mengajar, melakukan pengawasan terhadap PBM yang dilakukan guru dan melakukan penilaian atau evaluasi terhadap kinerja guru dalam pengajaran serta memperbaiki berbagai faktor-faktor yang mempengaruhi atau menghambat tercapainya mutu pengajaran seperti sarana dan prasarana pengajaran.
a. Saran-saran Setelah
penulis
memberikan
kesimpulan
penelitian,
maka
dapat
dikemukakan beberapa saran sebagai berikut: 1. Implementasi pengembangan kompetensi guru dalam peningkatan mutu pengajaran baik yang dilakukan oleh individual maupun oleh kepala sekolah sudah berjalan cukup baik dan efektif, namun mengingat hal ini merupakan hal yang sangat penting sekali guna meningakatkan mutu pendidikan, oleh karena itu hendaknya perlu lebih ditingkatkan lagi baik oleh guru maupun pihak sekolah.
2. Guru merupakan salah satu komponen pendidikan yang mempunyai peranan yang sangat penting bagi kemajuan dan peningkatan mutu sekolah dan keluarannya. Sehubungan dengan hal itu, maka Kepala Sekolah sebagai pemimpin hendaknya dapat meningkatkan kompetensi yang dimiliki oleh para guru, sehingga mutu pengajaran yang diharapkan dapat tercapai sesuai dengan tujuan pendidikan yang diinginkan. Kegiatan peningkatan kompetensi tersebut dapat dilakukan melalui berbagai cara, misalnya seperti memberikan kesempatan kepada guru untuk mengikuti penataran, seminar-seminar, workshop-workshop, loka karya atau memberikan kesempatan kepada guru untuk melanjutkan pendidikannya kejenjang yang lebih tinggi dan meningkatkan pendidikannya yang berhubungan dengan kompetensinya. 3. Kepada guru agar terus berusaha mengembangkan kompetensi yang dimiliki sesuai dengan keilmuannya atau bidang studi yang diajarkan sesuai dengan kemajuan teknologi dan informasi. 4. Guru adalah orang yang berperan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan pencapaian tujuan pendidikan khususnya di sekolah yang bersangkutan, maka guru hendaknya dapat selalu meningkatkan kompetensi yang dimilikinya sehingga mutu pengajaran yang dilakukan dapat lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Danim, Sudarwan, Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan, Bandung: Pustaka Setia, 2002, Cet. Ke-1 Darmodiharjo, Dardi, Peranan Guru Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan Analisis Pendidikan, Tahun III, No. 4, 1982/1983 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002, Edisi III, Cet. Ke-2 Gafur, Abdul, Desain Instruksional, Solo: Tiga Serangkai, 1989 Hamalik, Oemar, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004, Cet. Ke-3 , Media Pengajaran, Jakarta: PT Cipta Aditya Bakti, 1994, Cet. Ke-7 Idi, Abdullah, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, Jakarta: Gaya Media Pratama, 1999, Cet. Ke-1 Imron, Ali, Pembinaan Guru Di Indonesia, Jakarta: PT Dunia Pustaka, 1995, Cet. Ke-1 , Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Pustaka Jaya, 1996, Cet. Ke-1 Kartono, Kartini, Menyiapkan dan Memandu Karier, Jakarta: Raja Wali, 1985 Nurhasan, Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia II, Kurikulum Untuk Abad 21, Indikator Cara Pengukuran dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Mutu Pendidikan, Jakarta: Grasindo, 1994, Cet. Ke-3 Majid, Abdul, Perencanaan Pengajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007, Cet. Ke-3 Nurdin, H. Syafrudin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, Jakarta: Quantum Teaching, 2005, Cet. Ke-3
Purwanto, M. Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000, Cet. Ke-13
Roestiyah, N. K, Masalah-masalah Ilmu Keguruan, Jakarta: PT Bina Aksara, 1989, Cet. Ke-3 , Masalah Pengajaran Sebagai Suatu Sistem, Jakarta: PT Bina Aksara, 1994, Cet. Ke-3 Rohani, Ahmad, Media Instruksional Edukatif, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997, Cet. Ke-1 Siagian, Sondang, P., Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004, Cet. Ke-11 Saman, A., Profesionalisme Keguruan, Jogjakarta: Kanisius, 1994, Cet. Ke-1 Soetjipto dan Kosasi, R., Profesi Keguruan, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004, Cet. Ke2 Sudijono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003, Cet. Ke-4 Sudjana, Nana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT Sinar Baru Algesindo, 2000, Cet. Ke-5 Suryadi, Ace, Mutu Pendidikan Persekolahan Dalam Perspektif Mimbar Pendidikan, Jilid IX, 1990 Suryosubroto, B., Manajemen Pendidikan Di Sekolah, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004, Cet. Ke-1 Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002, Cet. Ke-7 Tri Cahyono, Bambang, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: IPWI, 1996 Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2002, Cet. Ke-2
Usman Uzer, Moh., Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005, Cet. Ke-17
Uwes, Sanusi, Manajemen Pengembangan Mutu Dosen, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999, Cet. Ke-1
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Winatapura, Udin, S. dan Ardinawata, R., Materi Pokok Perencanaan Pengajaran, Jakarta: Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam dan UT, 2000, Cet. Ke-4 Yamin, H. Martinis, Profesionalisasi Guru dan Implementasi KBK, Jakarta: Gaung Persada Press, 2006, Cet. Ke-1