Konferensi Nasional Teknik Sipil 10 Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 26-27 Oktober 2016
PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KINERJA RANTAI PASOK HIJAU PADA PROYEK INFRASTRUKTUR JALAN Apsari Setiawati1, Jati Utomo Dwi Hatmoko2, Bagus Hario Setiadji3 1
Departemen Sipil, Universitas Diponegoro, Jl. Prof. H. Soedarto, SH Semarang Email:
[email protected] 2 Departemen Sipil, Universitas Diponegoro, Jl. Prof. H. Soedarto, SH Semarang Email:
[email protected] 3 Departemen Sipil, Universitas Diponegoro, Jl. Prof. H. Soedarto, SH Semarang Email:
[email protected]
ABSTRAK Penggunaan berbagai macam material dan alat berat dalam tahapan konstruksi proyek infrastruktur jalan ditengarai menghasilkan dampak negatif terhadap lingkungan. Dampak tersebut bisa berasal dari proses produksinya maupun penggunaannya selama masa konstruksi. Terkait hal tersebut maka perlu dikembangkan konsep rantai pasok hijau yang bertujuan menciptakan efisiensi pengadaan, pengaturan, dan penggunaan material dan alat berat, dan meminimalkan dampak pada lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan instrumen penilaian kinerja rantai pasok hijau pada proyek infrastruktur jalan. Instrumen penilaian kinerja yang dikembangkan mencakup dua proses utama yaitu desain struktur model pengukuran kinerja rantai pasok hijau, dan formulasi pengukuran kinerja masing-masing Key Performance Indicators (KPI). Pada penelitian ini diusulkan 15 KPI untuk rantai pasok hijau material dan 9 KPI untuk rantai pasok hijau alat berat dengan kriteria utama mencakup kolaborasi dengan suplier ramah lingkungan, pengiriman dan penanganan material dan alat berat secara efisien dan ramah lingkungan, penggunaan material ramah lingkungan, operasional alat berat secara ramah lingkungan, pemeliharaan alat berat secara teratur, pengelolaan limbah material dan alat berat ramah lingkungan, peningkatan pengetahuan karyawan mengenai konstruksi hijau, kepuasan pelanggan terhadap mutu produk material, dan pengembangan teknologi alat berat menjadi lebih efisien. Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan metode matematis dirancang untuk digunakan dalam pengaplikasian instrumen penilaian. Pengklasifikasian kinerja rantai pasok hijau total berdasarkan alat penilaian jalan berkelanjutan dikelompokan menjadi tidak memenuhi spesifikasi, perunggu, perak, emas, dan platinum. Pengembangan instrumen ini diharapkan dapat digunakan sebagai pertimbangan penilaian kinerja rantai pasok hijau pada infrastruktur jalan dan menentukan arah perbaikan untuk menciptakan keunggulan daya saing. Kata kunci: rantai pasok hijau, instrumen penilaian kinerja, proyek infrastruktur jalan, key performance indicator
1.
PENDAHULUAN
Infrastruktur transportasi sebagai salah satu komponen infrastruktur berperan penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dengan mendorong pemerataan pembangunan, melayani kebutuhan pergerakan masyarakat, memperlancar mobilitas barang dan jasa, dan mendorong sektor ekonomi lainnya. Namun, belum memadainya sistem jaringan jalan di sejumlah wilayah Indonesia menjadi tantangan bagi pemerintah untuk memberikan perhatian lebih serius dalam pembangunannya. Dalam rangkaian kegiatan konstruksi infrastruktur jalan, penggunaan berbagai macam material dan alat berat cenderung menghasilkan implikasi yang merugikan lingkungan. Dampak tersebut bisa berasal dari proses produksinya maupun penggunaannya selama masa konstruksi. Perlu dikembangkan proses konstruksi yang ramah lingkungan untuk meminimalkan dampak yang dihasilkan. Saat ini belum terdapat peraturan yang membahas secara khusus mengenai proses konstruksi jalan yang ramah lingkungan. Dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 02/PRT/M/2015 tentang Bangunan Gedung Hijau disebutkan bahwa persyaratan pada tahap pelaksanaan pembangunan hijau ialah proses konstruksi hijau, praktik perilaku hijau, dan rantai pasok hijau. Dengan pertimbangan peraturan ini, peneliti mengembangkannya untuk dapat diadopsi dalam proyek infrastruktur jalan. Konsep rantai pasok hijau sebagai salah satu komponen pelaksanaan pembangunan hijau diyakini mampu membatasi limbah dalam industri guna
1
menghemat energi dan mencegah pembuangan bahan berbahaya ke lingkungan. Melalui tahapan-tahapan dalam manajemen rantai pasok hijau yang mencakup green purchasing, green manufacturing, green distribution, dan reverse logistics maka risiko dan dampak lingkungan dapat menurun, dan efisiensi ekologi dan daya saing pasar dapat ditingkatkan. Pada praktik rantai pasok hijau diperlukan instrumen penilaian kinerja yaitu sebuah alat untuk mengukur, mengevaluasi, dan memperbaiki kinerja rantai pasok hijau. Indikator-indikator penilaian kinerja pada penelitian ini merujuk pada literatur terdahulu baik dalam bidang konstruksi maupun bidang manufaktur yang telah disesuaikan dalam konteks konstruksi. Setelah menyusun indikator-indikator penilaian kinerja, peneliti dapat merumuskan formulasi pengukuran kinerja, dan mengklasifikasikan kinerja. Pengklasifikasian kinerja dalam penelitian ini menggunakan alat evaluasi yang dikembangkan peneliti yaitu Greschev Tool (Green Supply Chain Evaluation Tool) dengan pengelompokan tidak memenuhi spesifikasi, perunggu, perak, emas, dan platinum. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan instrumen penilaian kinerja rantai pasok hijau pada proyek infrastruktur jalan. Penyusunan seperangkat instrumen penilaian kinerja rantai pasok hijau diharapkan dapat memudahkan stakeholder dalam memonitoring kinerja praktik rantai pasok hijau proyek infrastruktur jalan yang sedang ditangani dan menentukan arah perbaikan untuk menciptakan keunggulan daya saing.
2.
TINJAUAN PUSTAKA
Rantai Pasok Rantai pasok didefinisikan sebagai seperangkat sistem jaringan yang terkelompok dalam beberapa tiers dan terlibat melalui hubungan hulu dan hilir yang melakukan fungsi pengembangan dan pengelolaan arus material, peralatan, produk, jasa, informasi, dan keuangan di mana bagian-bagian penyusunnya mencakup suplai material, fasilitas produksi, pelayanan distribusi kepada pelanggan yang bertujuan mempertahankan operasi bisnis yang menguntungkan diantaranya memperoleh biaya terendah, waktu tercepat, dan peningkatan produktivitas penyelenggaraan konstruksi. Pelaksanaan proses produksi, dan penggunaan biaya produksi yang seefisien mungkin menjadi pendorong pengembangan model rantai pasok dalam sektor konstruksi dengan mengadopsi konsep rantai pasok manufaktur. Vrijhoef (2011) mengatakan bahwa mengadopsi konsep rantai pasok berpeluang meningkatkan kinerja pelaksanaan proyek konstruksi yang semakin terfragmentasi. Rantai pasok dapat menjadi solusi untuk mengintegrasikan organisasi yang terlibat dalam proyek dan dalam proses manajemennya sehingga menghasilkan produk konstruksi yang efisien dan efektif dalam waktu yang terbatas. Secara umum organisasi yang terlibat dalam rantai pasok konstruksi mencakup klien, kontraktor utama, suplier, subkontraktor, dan tim desain. Organisasi yang terlibat secara bersama-sama mengalirkan material, peralatan, dan informasi ke lokasi proyek sesuai jumlah dan waktu yang tepat. Material dan peralatan dialirkan pada satu arah sedangkan informasi diarahkan pada dua arah atau bolak-balik.
Manajemen Rantai Pasok Pertama kali penerapan manajemen rantai pasok hijau terlihat pada sistem pengiriman JIT (Just in Time) bagian dari Toyota Production System (Shingo, 1988). Sistem ini bertujuan untuk mengatur pasokan ke pabrik Toyota Motor hanya dalam jumlah kecil yang tepat, pada waktu yang tepat. Manajemen rantai pasok dapat didefinisikan sebagai jaringan untuk merencanakan dan mengelola hubungan antara para stakeholder hingga pengguna akhir sebagai hubungan dari hulu dan hilir dalam proses pengambilan keputusan dan membantu menginformasikan formasi strategi semua aktivitas yang meliputi pengiriman produk dari material baku sampai ke pelanggan termasuk didalamnya sumber material baku, manufaktur dan perakitan, pergudangan, penerimaan order, distribusi di seluruh saluran, pengiriman ke pelanggan sehingga dapat menghasilkan nilai tambah bagi pelanggan dan stakeholder lainnya, meningkatkan kinerja jangka panjang dari masing-masing perusahaan dan rantai pasok secara keseluruhan. Batasan manajemen rantai pasok sesuai konteks industri konstruksi dapat didefinisikan sebagai praktik pengelolaan strategis dari suplier, kontraktor, dan arsitek yang bekerja bersama-sama dalam jaringan organisasi hulu dan hilir untuk memproduksi, mengirim, menginstal, dan memanfaatkan informasi, material, alat berat, tenaga kerja, dan sumber daya lain untuk proyek konstruksi sehingga value dapat tersampaikan dengan baik dalam bentuk penyelesaian proyek. Manfaat manajemen rantai pasok konstruksi yaitu menyatukan kemudian mengelola rantai pasok elemen hulu dan hilir, dan mengembangkan struktur yang memungkinkan sistem komunikasi yang efisien untuk hubungan yang efektif, serta secara sistematis dapat mengurangi ketidakpastian melalui kerja sama aktif dari semua badan dalam
rantai pasok. Sedangkan tantangan dalam penerapan manajemen rantai pasok konstruksi mencakup permintaan rendah dan terputus-putus disebabkan oleh situasi keuangan, perubahan yang sering dalam spesifikasi dengan klien, kriteria seleksi masih mengacu pada kontraktor dengan harga termurah bukan nilai terbaik, budaya persaingan antar organisasi rantai pasok yang mencegah adopsi terbaik dalam proses pengadaan, dan struktur industri terfragmentasi.
Pembangunan Jalan Berkelanjutan Kegiatan dalam konstruksi infrastruktur jalan tidak lepas dari keterlibatan praktik rantai pasok material, dan alat berat. Kegiatan rantai pasok material, dan alat berat akan selalu menghasilkan dampak terhadap lingkungan dimulai dari tahap penyediaan bahan baku hingga distribusinya kepada pelanggan. Dampak lingkungan akibat pelaksanaan konstruksi dapat dikendalikan melalui praktik pembangunan berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan adalah suatu upaya sadar yang terencana yang memadukan lingkungan hidup termasuk sumber daya ke dalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi saat ini dan generasi di masa mendatang.
Manajemen Rantai Pasok Hijau Dampak lingkungan dari praktik rantai pasok mulai dari manufaktur, penyimpanan inventori, transportasi, dan penggunaan produk, serta pembuangan limbah produk harus diperhatikan (Messelbeck dan Whaley, 1999) karena ketika industri memutuskan untuk membeli barang atau produk dari suplier tertentu pada dasarnya ia menerima aliran limbah yang dihasilkan dari keputusannya. Oleh karena itu, keterlibatan nilai-nilai hijau harus dipertimbangkan sebagai proses yang mengintegrasikan nilai lingkungan ke dalam rantai pasok. Praktik manajemen rantai pasok hijau didefinisikan sebagai praktik peningkatan kinerja ekonomi dan lingkungan dalam manajemen rantai pasok mencakup green purchasing + green manufacturing + green distribution + reverse logistics yang bertujuan untuk menurunkan risiko dan dampak lingkungan serta meningkatkan efisiensi ekologi, dan meningkatkan daya saing di pasar. Green purchasing adalah bagian awal dari praktik rantai pasok yang melibatkan 3R-Reduction, Reuse, Recycle dalam fungsi pengadaan melalui rantai pasok sebagai bagian dari proses desain dan produksi. Green manufacturing adalah bagian tengah dari praktik rantai pasok yang lebih memerhatikan kinerja operasional produksi yang lebih ramah lingkungan. Green distribution adalah bagian akhir praktik rantai pasok yang melibatkan manajemen inventori, manajemen pengepakan, dan manajemen transportasi yang ramah lingkungan. Reverse logistics bertujuan untuk menjamin material dan produk dapat kembali dari pengguna ke produsen melalui reuse, recycle, dan recondition. Tahapan praktik manajemen rantai pasok hijau tidak pernah berakhir karena terus menerus digunakan sebagai input produk baru sehingga menciptakan praktik rantai pasok berkelanjutan.
Kinerja Rantai Pasok Hijau Untuk dapat mengevaluasi praktik rantai pasok apakah berjalan efektif dan efisien diperlukan pengukuran kinerja rantai pasok. Melalui pengukuran kinerja diharapkan pelaku rantai pasok memahami tingkat produktivitas dan melakukan upaya perbaikan kinerja agar lebih baik. Strukturisasi Key Performance Indicators (KPI) untuk mengukur kinerja rantai pasok diidentifikasi sesuai aspek hijau yang telah ditetapkan. Strukturisasi KPI pada penelitian ini berdasarkan tinjauan literatur dari Ofori (2000), GreenSCOR LMI (2003), Trigos (2007), SCOR Versi 10.0 (2010), Rahmayanti & Putri (2011), Ahmed (2012), AlAomar & Weriakat (2012), Saputra & Fithri (2012), Jasmine (2013), Badan Pembinaan Konstruksi Pusat Pembinaan Sumber Daya Investasi (2013), Peraturan Menteri PUPERA No.2/PRT/M/2015 tentang Bangunan Gedung Hijau, Natalia & Astuario (2015). Tabel 1 menyajikan tinjauan literatur KPI Rantai Pasok Hijau Konstruksi. Berdasarkan beberapa literatur yang ditinjau dihasilkan 15 KPI untuk rantai pasok hijau material dan 9 KPI untuk rantai pasok hijau alat berat.
Konferensi Nasional Teknik Sipil 10 Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 26-27 Oktober 2016
Tabel 1. Tinjauan Literatur Key Performance Indicators Rantai Pasok Hijau Konstruksi
KPI
SCOR V10.0 (2010)
Trigos (2007)
Material
PerMen PUPERA No 02/PRT/ M/ 2015 (2015)
Jasmine (2013)
Pelatihan karyawan terkait konstruksi hijau Kepuasan owner terhadap mutu produk material Penggunaan material lokal Suplier memiliki sertifikat SML/ ISO 14000/ ISO 14001 Pengiriman material tepat waktu Pemenuhan kebutuhan material Material diterima tepat mutu Pengiriman material dengan transportasi dengan bahan bakar ramah lingkungan Pengiriman material dicover dengan terpal Material tersimpan dengan baik di gudang Material memiliki sertifikat ekolabel Material mengandung bahan daur ulang atau merupakan produk sampingan Material bebas kandungan
Saputra dan Fithri (2012)
Rahmayanti dan Putri (2011)
Green SCOR LMI (2003)
AlAomar dan Weriakat (2012)
Ofori (2000)
PusBin Sumber Daya Investasi (2013)
Natalia dan Astuario (2015)
Ahmed (2012)
4
KPI
B3 Kontraktor memiliki Material Safety Data Sheet Pemisahan limbah material yang dapat di reuse, recycle, dan yang tidak Alat Berat Suplier alat berat memiliki ISO 9001: 2008 Penggunaan suplier alat berat lokal Alat berat melakukan uji emisi berkala Alat berat memiliki rekam jejak perawatan yang baik Pengiriman alat berat menggunakan transportasi dengan bahan bakar ramah lingkungan Alat berat menggunakan bahan bakar ramah lingkungan selama operasional Batching Plant/ AMP menggunakan bahan bakar ramah lingkungan selama operasional Alat berat memiliki GPS Tracking System Pengelolaan limbah oli alat berat
SCOR V10.0 (2010)
Trigos (2007)
Saputra dan Fithri (2012)
PerMen PUPERA No 02/PRT/ M/ 2015 (2015)
Jasmine (2013)
Rahmayanti dan Putri (2011)
Green SCOR LMI (2003)
AlAomar dan Weriakat (2012)
Ofori (2000)
PusBin Sumber Daya Investasi (2013)
Ahmed (2012)
Natalia dan Astuario (2015)
Pengembangan peneliti
Pengembangan peneliti
Konferensi Nasional Teknik Sipil 10 Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 26-27 Oktober 2016
3.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan. Tahapan pertama adalah merancang struktur model pengukuran kinerja rantai pasok hijau material dan alat berat konstruksi. Perancangan struktur model dilakukan dengan mengidentifikasi Key Performance Indicators (KPI) sesuai dengan kategori proses SCOR (Supply Chain Operations Reference). KPI yang telah diidentifikasi perlu dijustifikasi agar relevan dengan aspek rantai pasok hijau. Tahapan kedua adalah merumuskan formulasi pengukuran kinerja rantai pasok hijau. Formulasi pengukuran kinerja bertujuan mengukur tingkat pencapaian kinerja masing-masing KPI. Adapun formulasi pengukuran kinerja rantai pasok ini merupakan pengembangan dari peneliti dengan mengadopsi tinjauan literatur dalam bidang manufaktur. Dan terakhir, tahapan ketiga adalah pengklasifikasian kinerja rantai pasok hijau. Pengklasifikasian kinerja rantai pasok yang dihasilkan menggunakan Greschev Tool (Green Supply Chain Evaluation Tool) dengan pengelompokan tidak memenuhi spesifikasi, perunggu, perak, emas, dan platinum.
4.
STRUKTUR MODEL PENGUKURAN KINERJA RANTAI PASOK HIJAU
Struktur pemodelan pengukuran kinerja rantai pasok hijau pada proyek infrastruktur jalan yaitu pengelompokan kategori proses rantai pasok sesuai SCOR (Supply Chain Operations Reference) pada level pertama dan KPI pada level kedua. Tahapan selanjutnya adalah perumusan formulasi pengukuran kinerja masing-masing KPI. Tabel 2. menyajikan struktur model pengukuran kinerja rantai pasok hijau material dan alat berat konstruksi.
Tabel 2. Struktur Model Pengukuran Kinerja Rantai Pasok Hijau Konstruksi Kategori Proses Material Plan
KPI
Justifikasi
Formulasi (%)
% Pelatihan karyawan terkait konstruksi hijau
Pelatihan ini bertujuan menambah wawasan pemahaman konstruksi ramah lingkungan termasuk rantai pasok hijau Kepuasan owner terhadap mutu bertujuan mencegah kerugian seperti material terbengkalai karena tidak bisa digunakan Material yang berasal dari sumber yang tidak jauh dari lokasi konstruksi (satu provinsi) akan meningkatkan efisiensi energi, dan waktu saat pengiriman Suplier yang memiliki SML/ISO 14000/ ISO 14001 akan menjamin bahwa material yang ada memiliki dampak yang kecil terhadap lingkungan Pengiriman material tepat waktu (sesuai waktu yg disepakati atau sesaat sebelum digunakan) akan menghasilkan efisiensi waktu pengerjaan konstruksi Pemenuhan kebutuhan sesuai dengan yang dipesan akan menghasilkan efisiensi waktu pengerjaan konstruksi Mutu material sama dengan yang dipesan akan menghasilkan efisiensi waktu pengerjaan konstruksi
Jumlah staf teknik ikut pelatihan
% Kepuasan owner terhadap mutu produk material Source
% Penggunaan material lokal
% Suplier memiliki sertifikat SML/ ISO 14000/ ISO 14001
Deliver
% Pengiriman material tepat waktu
% Pemenuhan kebutuhan material
% Material diterima tepat mutu
Total staf teknik terdaftar
1-
Jumlah komplain terkait mutu Total komplain pelanggan Jumlah volume material lokal
Total volume penggunaan material
Jumlah suplier memiliki SML/ISO 14000 Total suplier material
1−
Jumlah penerimaan material terlambat
1−
1−
Total frekuensi pengiriman material
Jumlah vol material tidak ter penuhi Total vol penggunaan material
Jumlah vol material tidak tep at mutu Total vol material diterima
6
Kategori Proses
Make (Operation al)
KPI
Justifikasi
Formulasi (%)
% Pengiriman material dengan transportasi ramah lingkungan % Pengiriman material dicover dengan terpal % Material tersimpan dengan baik di gudang % Material memiliki sertifikat ekolabel
Penggunaan bahan bakar ramah lingkungan dalam transportasi material akan mengurangi emisi udara, dan efisiensi bahan bakar. Pengiriman material berbutir (pasir, split) di cover terpal agar tidak menimbulkan polusi Penyimpanan material yang baik di gudang akan mencegah material rusak saat akan digunakan Penggunaan material berekolabel akan menjamin bahwa material memiliki dampak lingkungan yang kecil disbanding produk sejenis yang lainnya Pemanfaatan limbah manufaktur sebagai material konstruksi mampu meningkatkan efisiensi lingkungan Penggunaan material bebas kandungan B3 akan mengurangi risiko kesehatan pekerja konstruksi sehingga produktivitas kinerja tetap terjaga Kontraktor memiliki MSDS sebagai informasi untuk mengetahui sifat kimia, pertolongan bila terjadi kecelakaan, dan penanganan zat berbahaya Pemisahan limbah material yang mampu didaur ulang atau tidak akan mengurangi limbah material yang dibuang dan meningkatkan efisiensi lingkungan
Jumlah penggunaan bahan bakar RL
% Material merupakan produk sampingan % Material bebas kandungan B3
% Kontraktor memiliki Material Safety Data Sheet
Return
Alat Berat Plan Source
% Pemisahan limbah material yang dapat di reuse, recycle, dan yang tidak % Suplier alat berat memiliki ISO 9001: 2008 % Penggunaan suplier alat berat lokal % Alat berat melakukan uji emisi berkala
% Alat berat memiliki rekam jejak perawatan yang baik
Suplier alat berat yang memiliki ISO 9001: 2008 maka memiliki sistem manajemen mutu yang baik Penggunaan suplier tidak jauh dari lokasi konstruksi (satu provinsi) akan menghasilkan efisiensi energi, dan waktu saat pengiriman Alat berat yang melakukan uji emisi sesuai regulasi Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup akan meningkatkan efisiensi bahan bakar, dan mengurangi polusi udara Alat berat yang melakukan perawatan teratur akan mencegah kerusakan pada komponen, dan memperpanjang usia kinerja mesin
Total penggunaan bahan bakar Jumlah truk material diterpal Total truk material yang datang
1−
Jumlah vol material rusak Total vol material tersimpan
Jumlah jenis material berekolabel Total jenis material
Jumlah vol material produk sampingan Total vol penggunaan material
1−
Jumlah vol material mengandung B3 Total vol penggunaan material
Jumlah MSDS dimiliki Total MSDS yang seharusnya dimiliki
Jumlah limbah material recycable Total MSDS yang seharusnya dimiliki
Jumlah suplier memiliki ISO 9001 : 2008 Total suplier alat berat yang terlibat
Jumlah suplier alat berat lokal Total suplier alat berat yang terlibat Jumlah alat berat melakukan uji emisi Total alat berat digunakan
Jumlah alat berat melakukan pemeliharaan Total alat berat digunakan
Kategori Proses Deliver
Make (Operation al)
KPI
Justifikasi
% Pengiriman alat berat menggunakan transportasi ramah lingkungan
Pengiriman alat berat dengan transportasi ramah lingkungan akan mengurangi emisi udara, dan meningkatkan efisiensi bahan bakar Penggunaan bahan bakar ramah lingkungan selama operasional akan mengurangi emisi udara, dan meningkatkan efisiensi bahan bakar Penggunaan bahan bakar ramah lingkungan selama operasional akan mengurangi emisi udara, dan meningkatkan efisiensi bahan bakar Penggunaan GPS tracking system pada alat berat untuk memantau posisi alat, mendeteksi kapan dan dimana alat bekerja sehingga kinerja alat berat dapat efisien Pengelolaan limbah oli (reduksi, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, penimbunan, dll) untuk menurunkan beban pencemaran limbah B3 -
% Alat berat menggunakan bahan bakar ramah lingkungan selama operasional % Batching Plant/ AMP menggunakan bahan bakar ramah lingkungan selama operasional % Alat berat memiliki GPS Tracking System
% Pengelolaan limbah oli alat berat
Return
-
Formulasi (%) Jumlah vol bahan bakar RL untuk mobilsasi Total penggunaan bahan bakar
Jlh vol bahan bakar RL selama operasional Total penggunaan bahan bakar
Jlh vol bahan bakar RL selama operasional Total penggunaan bahan bakar
Jumlah alat berat dengan tracking system Total alat berat digunakan
Jumlah vol limbah oli dikelola Total vol limbah oli dihasilkan
-
Pengelompokan Klasifikasi Kinerja Rantai Pasok Hijau Pengklasifikasian kinerja rantai pasok hijau bertujuan untuk mengetahui level kinerja yang dicapai dan menentukan arah perbaikan yang diperlukan. Peneliti menggunakan alat penilaian jalan berkelanjutan seperti greenroads, dan INVEST untuk mengklasifikasikan kinerja rantai pasok hijau sebab di dalam SCOR (Supply Chain Operations Reference) belum terdapat pengklasifikasian kinerja. Greenroads adalah alat penilaian jalan berkelanjutan yang dikembangkan oleh Greenroads Foundation yang berbasis di Washington, sedangkan INVEST (Infrastructure Voluntary Evaluation Sustainability Tool) adalah alat penilaian jalan berkelanjutan yang dikembangkan oleh Federal Highway Administration United States. Greenroads dan INVEST memiliki persentase penilaian jalan berkelanjutan yang hampir sama dan terdapat beberapa atribut yang menyinggung rantai pasok hijau seperti Sistem Manajemen Lingkungan (SML), sistem manajemen mutu, pengurangan konsumsi bahan bakar fosil, manajemen limbah konstruksi, pelatihan konstruksi ramah lingkungan, penggunaan material regional, efisiensi energi. Pengklasifikasian dibagi ke dalam 5 kelompok utama yaitu tidak memenuhi spesifikasi, perunggu, perak, emas, dan platinum. Pengklasifikasian kinerja ini dapat menjadi langkah awal bagi pelaku rantai pasok untuk mendeklarasikan sejauh mana kinerja mereka dalam menerapkan praktik rantai pasok hijau.
Tabel 3. Pengklasifikasian Kinerja Rantai Pasok Hijau Konstruksi Jalan Klasifikasi Kinerja Tidak memenuhi spesifikasi
Persentase nilai <30%
Perunggu
30%-39%
Perak
40%-49%
Definisi Hampir semua aspek KPI belum terpenuhi dengan baik, diperlukan peningkatan pengetahuan mengenai pentingnya penerapan rantai pasok hijau konstruksi Sebagian kecil aspek KPI terpenuhi dengan cukup baik, diperlukan perbaikan indikator untuk meningkatkan pencapaian kinerja Sebagian besar aspek KPI terpenuhi dengan baik, diperlukan perbaikan indikator untuk meningkatkan
5.
Klasifikasi Kinerja
Persentase nilai
Emas
50%-59%
Platinum
≥60%
Definisi pencapaian kinerja Sebagian besar aspek KPI terpenuhi dengan sangat baik, diperlukan usaha untuk mempertahankan maupun meningkatkan pencapaian kinerja Hampir semua aspek KPI terpenuhi dengan sangat baik, diperlukan usaha untuk mempertahankan kinerja
PENGAPLIKASIAN INSTRUMEN PENILAIAN
Instrumen penilaian kinerja rantai pasok hijau dapat diaplikasikan pada proyek infrastruktur jalan baik perkerasan kaku maupun perkerasan lentur pada tahap konstruksi oleh pelaku rantai pasok konstruksi mencakup kontraktor, subkontraktor, dan suplier. Gambar 1. menjelaskan langkah-langkah pengaplikasian instrumen. Pembobotan KPI Menggunakan metode AHP
Penilaian Kinerja masing-masing KPI Menggunakan formulasi pengukuran kinerja
Penilaian Kinerja Total Mengalikan hasil pembobotan dengan persentase kinerja
Pengklasifikasian Kinerja Menjumlah hasil persentase kategori proses dan mengklasifikasikannya
Gambar 1. Tahapan pengaplikasian instrumen penilaian Langkah pertama dalam mengaplikasikan instrumen penilaian adalah melakukan pembobotan masing-masing KPI dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Pembobotan ini dinilai melalui perbandingan berpasangan (pair comparison) antar KPI. Tujuan dari pembobotan ini adalah untuk menentukan tingkat kepentingan masingmasing KPI. Langkah kedua adalah menilai kinerja masing-masing KPI menggunakan formulasi yang telah dijelaskan pada sub bab struktur pemodelan pengukuran kinerja rantai pasok hijau. Langkah ketiga adalah melakukan penilaian kinerja total masing-masing KPI dengan mengalikan bobot dengan persentase kinerja masingmasing KPI bersesuaian. Setelah persentase kinerja total diperoleh, maka langkah terakhir adalah pengklasifikasian kinerja.
Contoh Pengaplikasian Instrumen Penilaian Instrumen penilaian diasumsikan diaplikasikan pada proyek infrastruktur jalan perkerasan kaku dengan batasan hanya pada praktik rantai pasok hijau material dan stakeholder yang ditinjau adalah kontraktor, subkontraktor, dan suplier. Proyek konstruksi jalan yang akan ditinjau merupakan jalan nasional dengan pelaksana yaitu kontraktor BUMN yang telah menerapkan konsep green dalam aktivitas konstruksi sehingga diharapkan beberapa atribut terkait praktik rantai pasok hijau telah mereka terapkan. Tahapan pertama yang dilakukan adalah memberikan kuesioner, dan wawancara kepada pelaku konstruksi yang memahami praktik rantai pasok antara lain manajer proyek, kasie teknik, dan bagian logistik. Tujuan dari pemberian kuesioner dan wawancara adalah memperoleh informasi dan data pendukung untuk memudahkan proses analisis. Sebagai contoh, diperoleh nilai perbandingan berpasangan masing-masing KPI untuk selanjutnya diolah menjadi bobot dengan metode AHP, diketahui jumlah volume material lokal untuk selanjutnya diolah menjadi persentase kinerja dengan metode matematis, dan lain-lain. Diasumsikan bahwa sudah terdapat nilai bobot pada masing-masing kategori proses dengan rincian plan 0,1; source 0,25; deliver 0,2; make (operational) 0,3; return 0,15. Pengamatan langsung juga dapat dilakukan untuk mengetahui sejauh mana praktik rantai pasok hijau material diterapkan. Setelah semua data diperoleh, maka langkah selanjutnya adalah melakukan analisis perhitungan kinerja rantai pasok hijau total material konstruksi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Analisis Perhitungan Kinerja Rantai Pasok Hijau Material Konstruksi No
Kategori Proses
1 2 3 4 5
Plan Source Deliver Make (Operational) Return
Nilai Bobot (A) 0,1 0,25 0,2 0,3 0,15
Persentase Kinerja (%) (B) 30% 50% 45% 60% 60%
Persentase Kinerja Total (%) (C) = (A) x (B) 3% 12,5% 9% 18% 9%
No
Persentase Kinerja (%) Persentase Kinerja Total (%) (B) (C) = (A) x (B) Total 51,5% (Emas) Berdasarkan hasil pada Tabel 4 dapat disimpulkan bahwa praktik rantai pasok hijau material yang dilaksanakan pada proyek infrastruktur jalan perkerasan kaku oleh kontraktor A meraih klasifikasi Emas dengan perolehan persentase kinerja sebesar 51,5%. Hal ini dapat diartikan bahwa sebagian besar aspek KPI terpenuhi dengan sangat baik, diperlukan usaha untuk mempertahankan maupun meningkatkan pencapaian kinerja
6.
Kategori Proses
Nilai Bobot (A)
KESIMPULAN
Struktur model pengukuran kinerja rantai pasok hijau dirancang dengan mengintegrasikan dampak lingkungan ke dalam praktik rantai pasok mulai dari aktivitas pemesanan material baku dari suplier hingga pengiriman produk ke pelanggan. Pemodelan dikembangkan berdasarkan penetapan kategori proses sesuai SCOR meliputi plan, source, deliver, make (operational), return, dan identifikasi KPI yang relevan dengan aspek hijau rantai pasok. Pada penelitian ini dikembangkan 15 KPI untuk rantai pasok hijau material dan 9 KPI untuk rantai pasok hijau alat berat. Masing-masing KPI selanjutnya akan diformulasikan untuk mengetahui tingkat pencapaian kinerja yang dihasilkan. Tingkat kinerja yang dihasilkan pada akhirnya akan dikelompokkan ke dalam pengelompokan kinerja. Instrumen penilaian kinerja rantai pasok hijau ini diharapkan mempermudah stakeholder yang terlibat dalam struktur rantai pasok dalam mengukur kinerja praktik rantai pasok hijau pada tahapan konstruksi proyek infrastruktur jalan dan sebaiknya dilakukan secara terus menerus sehingga dapat dicapai praktik rantai pasok berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA Abdul, K. (2012). Applicability of a road rating system to the city of Vancouver. Green City Scholar UBC, Vancouver, USA Ahmed, S. (2012). Improving the performance of logistics by means of harnessing the green supply chain practices. Thesis S2 Delft University of Technology, Delft Al-Aomar, R. dan Weriakat, D. (2012). “A framework for a green and lean supply chain: A construction project application”. Proceedings of the 2012 International Conference on Industrial Engineering and Operations Management, Istanbul, Turkey, 3rd-6th July 2012, 289-299 Cash, R. dan Wilkerson, T. (2003). Green SCOR: Developing a green supply chain analythical tool. LMI, Virginia, USA Jasmine, AR. (2013). Praktik pengelolaan alat berat dalam mendukung rantai pasok konstruksi hijau. Institut Teknologi Bandung. Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Bandung Messelbeck, J. dan M. Whaley (1999), “Greening the Health Care Supply Chain: Triggers of Change, Models for Success”. Corporate Environmental Strategy, 6, 1, 38–45. Natalia, C., Astuario, R. (2015). “Penerapan model greenSCOR untuk pengukuran kinerja green supply chain”. Jurnal Metris, Vol. 16 (2015), 97-106 Ofori, G. (2000). “Greening the construction supply chain in Singapore”. European Journal of Purchasing & Supply Management,Vol. 6 (2000), 195-206 Permen No 02/PRT/M/2015. (2015). Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tentang Bangunan Gedung Hijau PUSBIN SDI. (2013). Kajian rantai pasok material dan peralatan konstruksi dalam mendukung investasi di bidang konstruksi berkelanjutan . Kementerian Pekerjaan Umum, Bandung Rahmayanti, D. dan Putri, U. (2011). “Perancangan model pengukuran kinerja lean dan green rantai pasok semen secara terintegrasi”. Jurnal Optimasi Sistem Industri, Vol. 10, No. 2, 135-144 Saputra, H. dan Fithri, P. (2012). Perancangan model pengukuran kinerja green supply chain pulp dan kertas. Fakultas Teknik Universitas Andalas, Padang Shingo, S. (1988). Non-Stock Production. Productivity Press, Cambridge Supply Chain Council. (2010). Supply Chain Operations Reference (SCOR) model Version 10.0. SCC, USA Trigos, Octavio B. (2007). An investigation of green supply chain management in the construction industry in the UK. Thesis University of East Anglia, Norwich Vrijhoef, R. (2011). Supply chain integration in the building industry. IOS Press, Amsterdam