JURNAL TEKNIK POMITS VoL. 1, No.1, (2012) 1-4
1
Pengembangan Industri Berbasis Perikanan dengan Pendekatan Pengembangan Ekonomi Lokal di Kabupaten Tuban Desi Oktaviani dan Ir. Sardjito, MT Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
Abstrak : Kabuapten Tuban merupakan kabupaten yang memiliki potensi di bidang perikanan, permasalahannya bahwa terjadi penurunan jumlah industri berbasis perikanan. Untuk itu dibutuhkan pengembangan indstri berbasis perikanan dengan mengoptimalkan potensi lokal. Pendekatan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) adalah bentuk pengembangan yang cocok untuk permaslahan ini. Penelitian ini ditujukan untuk menentukan arahan industri berbasis perikanan dengan pendekatan PEL di Kabupaten Tuban. Tujuan tersebut dicapai dengan cara mengetahui faktor pengembangan industri, mengetahui variabel penyebab penurunan kegiatan industri serta merumuskan arahan untuk pengembangan industri berbasis perikanan di Kabupaten Tuban. Analisis Delphi pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi pengembangan industri berbasis perikanan , kemudian dari faktor-faktor tersebut diketahui variabel-variabel yang dimana variabel tersebut sebagai input dari analisis importance performance analysis. Importance performance analysis ini digunakan untuk mengetahui variabel penyebab penurunan kegiatan industri berbasis perikanan di Kabupaten Tuban. Untuk merumuskan arahan pengembangan digunakan analisis deskriptif . Arahan yang digunakan adalah arahan terkait penyebab penurunan, yaitu arahan terhadap kemitraan dengan pemerintah, arahan asal modal, arahan pengolahan limbah dan arahan kemitraan dengan swasta. Selain itu dilakukan perumusan arahan terhadap bahan baku dengan tujuan untuk menjaga kontinuitas bahan baku Kata Kunci ekonomi lokal
I.
P
:
industri
perikanan,
pengembangan
PENDAHULUAN
engembangan wilayah yang berbasis pada sumber daya lokal adalah pengembangan wilayah yang menggunakan pendekatan ekonomi lokal atau yang biasa disebut pengembangan ekonomi lokal (Local Economic Development). Pengembangan ekonomi lokal adalaha proses dimana pemerintah lokal dan
organisasi masyarakat terlibat untuk mendorong, merangsang, memelihara, aktivitas usaha untuk menciptakan lapangan pekerjaan. Pada wilayah pesisir, sektor perikanan menjadi tumpuan hidup masyarakatnya. Konsep pengembangan ekonomi lokal di wilayah pesisir erat dengan sumberdaya alam, manusia, lembaga dan lingkungan sekitarnya. Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, dengan panjang pantai 81.000 km dan memiliki 17.508 buah pulau serta dua pertiga dari luas wilayahnya berupa laut, Indonesia memiliki potensi perikanan yang besar dengan potensi ikan lestari sekitar 6,17 juta ton per tahun. Potensi tersebut terdiri dari 4,07 juta ton di perairan nusantara yang masih termanfaatkan sebesar 38 % dan 2,1 juta ton per tahun berada di perairan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) yang pemanfaatannya masih 20 % (Dahuri, 2001). Jawa Timur merupakan salah satu daerah produksi ikan yang cukup potensial di wilayah perairan di Indonesia. Produksi perikanan di Jawa Timur menghasilkan 962.665,8 ton pada tahun 2010. Jumlah nelayan di Jawa Timur mencapai 245.996 orang. Wilayah Jawa Timur paling banyak menghasilkan ikan adalah pantai utara Pulau Jawa, Kabupaten Sumenep dan Selat Bali. Kabupaten Tuban merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur yang mempunyai wilayah perairan laut sepanjang 65 km. Dengan kondisi geografis tersebut, produksi perikanan laut di Kabupaten Tuban cukup besar. Pada RTRW Kabupaten Tuban, Wilayah Tuban Utara direncanakan menjadi kota minapolitan dimana kegiatan perikanan menjadi kegiatan utama. Oleh karena itu dibutuhkan pengembangan industri perikanan untuk menunjang rencana tersebut. Wilayah Kabupaten Tuban merupakan wilayah pesisir dan pelabuhan perikanan, serta terdapat sentra-sentra industri perikanan di Jawa Timur bagian utara. Potensi perikanan di wilayah Kabupaten Tuban sangatlah tinggi sehingga terdapat industri pengolahan hasil perikanan antara lain,
2
JURNAL TEKNIK POMITS VoL. 1, No.1, (2012) 1-4
pemindangan, pengasapan, petis, dll. Namun, beberapa tahun terakhir idustri tersebut mengelami penurunan. Oleh karena itu dibutuhkan pengembangan industri berbasis perikanan dengan pendekatan PEL.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengembangan Wilayah Pengembangan wilayah merupakan proses memformulasikan tujuan-tujuan sosial dan pengaturan ruang untuk kegiatan-kegiatan pembangunan dalam rangka mencapai tujuan tersebut (Friedman, 1979 dalam Hanafiah 1985). Definisi lain dari pengembangan wilayah adalah rangkaian upaya untuk mewujudkan keterpaduan dalam penggunaan berbagai sumber daya, merekatkan dan menyeimbangkan pembangunan nasional dan kesatuan wilayah nasional, meningkatkan keserasian antar kawasan, keterpaduan antar sektor pembangunan melalui proses penataan ruang dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan yang berkelanjutan dalam wadah NKRI (Direktur Jenderal Penataan Ruang Departemen Permukiman Dan Prasarana Wilayah). Dalam pengembagan wilayah senantiasa disertai dengan perubahan struktural (Parr, 1999). Proses dalam pengembangan wilayah terjadi sangat kompleks, melibatkan aspek ekonomi, aspek sosial, aspek lingkungan dan pemerintah. Menurut Friedman suatu wilayah dikatakan mengalami pengembangan jika terdapat kegiatankegiatan untuk tujuan pengembangan wilayah tersebut. Dan untuk mewujudkan kegiatan-kegiatan untuk pengembangan wilayah dibutuhkan suatu kegiatan yang memanfaatkan sumberdaya. Namun pemanfaatan sumberdaya tersbut tidak akan mengembangkan suatu wilayah jika tidak dikembangkan melalui aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Berdasarkan teori pengembangan wilayah, transformasi perubahan struktur ekonomi suatu wilayah ditandai dengan perubahan sektor primer menjadi sekunder ataupun primer. Juga ditandai dengan hubungan timbal balik antara ketiga sektor tersebut. Wilayah memiliki beberapa tahapan perkembangan dengan ciri yang berbeda di setiap tahapannya. Tahapan yang paling maju adalah keadaan dimana suatu wilayah memberikan peran nyata dalam perekonomian nasional. B. Industri Perikanan Subsektor perikanan merupakan salah satu sumber pertumbuhan bau perekonomian Indonesia mengingat prospek pasar, baik dalam negeri maupuan internasional cukup cerah (Parwina, 2011 dalam Muchlisi, 2005) Potensi sumberdaya ikan, sumberdaya manusia serta permintaan pasar yang terus meningkat, memungkinkan
bagi kita untuk mewujudkan industri perikanan yang kokoh, mandiri dan berkelanjutan serta memperluas penyerapan tenaga kerja, meningkatkan pendapatan nelayan, meningkatkan konsumsi dalam negeri, dan meningkatkan penerimaan devisa negara yang pada gilirannnya akan memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi nasional (Nikijuluw 2002). Pihak-pihak yang terlibat dalam sub-subsektor perikanan diantaranya adalah : a. b. c. d.
Nelayan Tengkulak Ikan Konsumen Perikanan Pengusaha Perikanan e. Departemen Kelautan dan Perikanan Di dalam perkembangan suatu industri perikanan terdapat faktor-faktor yang mempengaruhinya. Menurut Handoko, 2001, faktor yang mempengaruhi perkembangan industri perikanan adalah Sumberdaya ikan, daerah penangkapan, lingkungan serta energi. Sedangkan menurut Suryana, 1990 faktor yang mempengaruhi di dalam suatu industri perikanan adalah dari bahan baku, tenaga kerja dan nilai tambah. Nilai tambah dari sektor perikanan dapat diperoleh dari mengolah hasil tangkapan perikanan. Untuk hasil perikanan yang bersifar cepat rusak, hanya disimpan selama beberapa jam setelah penangkapan kecuali disimpan dalam keadaaan dingin, maka produksi merupakan sumberpenawaran yang penting (Hanafiah, 1986 dalam Muchlisi 2005, dalam ummi 2011) Menurut Kritiawati (2001) berdasarkan jenis pengelolahannya, agroindustri perikanan dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu industri primer, pengolahan sekunder dan pengolahan tersier C. Pengembangan Ekonomi Lokal Pengembangan ekonomi lokal merupakan suatu perubahan fundamental pada actor dan kegiatan yang terkait dengan pengembangan ekonomi. PEL pada hakekatnya merupakan proses kemitraan antara pemerintah daerah dengan para stakeholders termasuk sector swasta dalam mengelola sumber daya alam dan sumber daya manusia maupun kelembagaan secara baik melalui pola kemitraan dengan tujuan untuk mendorong pertumbuhan kegiatan ekonomi daerah dan menciptakan pekerjaan baru. Pengembangan Ekonomi Lokal menitikberatkan pada kebijakan “endogenous development” mendayagunakan potensi sumberdaya manusia, institusional dan fisik setempat. Apapun bentuk kebijakan yang diambil, PEL mempunyai satu tujuan, yaitu: meningkatkan jumlah dan variasi peluang kerja tersedia untuk penduduk setempat. Dalam mencapai itu, pemerintah daerah dan kelompok masyarakat dituntut untuk mengambil inisiatif dan bukan hanya berperan pasif saja. Setiap kebijakan dan keputusan publik dan sektor usaha, serta keputusan dan tindakan
JURNAL TEKNIK POMITS VoL. 1, No.1, (2012) 1-4 masyarakat, harus pro-PEL, atau sinkron dan mendukung kebijakan pengembangan ekonomi daerah yang telah disepakati bersama. Dengan kata lain kegiatan pengembangan ekonomi lokal, sebagaimana kegiatan publik lain, sifatnya tidak berdiri sendiri atau saling terkait dengan aspek publik lainnya. Dari definisi pengembangan ekonomi lokal yang dikemukakan Blakely (1994), dengan demikian dapat dirumuskan factor yang mempengaruhi pengembangan ekonomi lokal adalah sumberdaya alam, tenaga kerja, modal, investasi, kewiraswastaan, pengangkutan, komunikasi, komposisi industrti, teknologi, ukuran usaha, pasar ekspor, situasi ekonomi internasional, kemampuan lokal, dan dukungan pemerintah pusat.
III.
METODE PENELITIAN
3
2.
3.
A. Jenis Data Dalam penelitian ini, jenis data yang digunakan ada dua jenis data, yaitu : 1. Data Primer 2. Data Sekunder B. Pengumpulan Data 1. Pengumpulan Data Primer • Pengamatan/ observasi Pada penelitian ini metode observasi yang digunakan untuk mengetahui kondisi industri perikanan, kondisi sarana dan prasarana serta kondisi aksesbilitas di wilayah penelitian. observasi ini bertujuan untuk menyelaraskan antara data hasil survei sekunder dengan kondisi faktual lapangan. • Wawancara Wawancara adalah metode pengambilan data dengan cara menanyakan sesuatau kepada seorang responden, caranya adalah dengan bercakap-cakap secara tatap muka (prabowo, 1996). Teknik wawancara dapat dibagi menjadi wawancara secara terstruktur melalui kuisoner maupun tidak terstruktur. 2. Pengumpulan Data Sekunder Pengumpulan data sekunder dapat dilakukan dengan survey instansional dan kajian literature yang berkaitan dengan penelitian. Kajian literature dapat diperoleh melalui media, baik media cetak maupun media elektronik. C. Metode Analisis Metode analisis yang dilakukan untuk mengolah data dan melakukan analisis terhadap sasaran untuk mencapai tujuan antara lain : 1. Analisis Delphi Analisis delphi dilakukan melalui wawancara terhadap responden yang telah dipilih dalam
analisis stakeholder. Wawancara pada analisis delphi ini terkait faktor pengembangan industri berbasis perikanan Importance Performance Analysis Teknik IPA merupakan salah satu metode pengukuran tingkat kinerja suatu pelayanan yang dilakukan dengan cara membandingkan antara harapan terhadap pelayanan dengan kinerja pelayanan yang dicapai. Data yang diguanakan untuk analisis ini adalah hasil kuisoner persepsi masyarakat terhadap kinerja berdasarkan indikator penilaian yang telah ditetapkan sesuai variable penelitian. Pada penelitian ini, teknik IPA digunakan untuk menentukan variabel penyebab menurunnya kegiatan industri berbasis perikanan dengan pendekatan PEL di Kabupaten Tuban Analisis Deskriptif Kualitatif Tahap analisis terakhir dalam penelitian ini adalah merumuskan arahan pengembangan wilayah melalui industri berbasis perikanan dengan pendekatan ekonomi lokal di Kabupaten Tuban. Pada tahap analisis ini, analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif. Yaitu mendeskripsikan hasil dari analisis-analisis sasaran sebelumnya.
IV.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Dalam analisis dan pembahasan untuk penelitian ini dilakukan beberapa tahap analisis yaitu : 1.
Menentukan Faktor Pengembangan Industri berbasis Perikanan dengan Pendekatan PEL di Kabupaten Tuban Untuk mendapatkan faktor pengembangan industri di wilayah penilitian digunakan analisis delphi, dimana responden yang digunakan dalam wawancaranya adalah responden yang telah dipilih melalui analisis stakeholder. Pada tahap awal analisis delphi adalah eksplorasi. Eksplorasi dilakukan mengenai faktor pengembangan yang telah didapat pada sintesa tinjauan pustaka. Pada tahap awal ini juga ditemukan faktor baru yang berasal dari responden. Pada tahap awal ini tidak semua responden sepakat dengan faktor yang didapatkan pada sintesa tinjauan pustaka. Oleh karena itu dibutuhkan analisis delphi tahap 2 (iterasi I). Para responden diberi kuisoner yang berisi faktor yang belum menemukan kesepakatan dan faktor baru yang didapatkan pada analisis delphi I. Pada tahap II ini faktor yang belum disepakati dan faktor baru telah mendapatkan kesepakatan. Dari tahap-tahap analisis delphi di atas maka dapat diperoleh faktor pengembangan
4
JURNAL TEKNIK POMITS VoL. 1, No.1, (2012) 1-4 industri berbasis perikanan dengan pendekatan PEL di Kabupaten Tuban, yaitu : a. Bahan Baku b. Tenaga Kerja c. Aksesbilitas d. Utilitas e. Pemasaran f. Modal g. Kelembagaan 2.
Menentukan Variabel Penyebab Penurunan Kegiatan Industri berbasis perikanan dengan pendekatan PEL di Kabupaten Tuban Untuk menentukan variabel penyebab penurunan kegiatan industri berbasis perikanan digunakan analisis IPA. Setalah didapatkan faktor pengembangannya, masing-masing faktor pengembangannya dicari variabelnya. Variabelvariabel ini adalah input kuisoner untuk analisis IPA. Dari hasil kuisoner tersebut kemudian dilihat tingkat kinerja dan kepentingannya dalam matriks IPA. Dari matrik Ipa tersebut dapat dketahui variabel mana yang merupakan variabel penyebab menurunnya kegiatan industri. Variabel tersebut antara lain : a. Pengolahan limbah b. Asal Modal c. Kemitraan Pemerintah d. Kemitraan Swasta
2.
3.
4. 3.
Merumuskan Arahan Pengembangan Industri Berbasis Perikanan dengan Pendekatan PEL di Kabupaten Tuban Arahan dirumuskan menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Arahan diutamakan untuk variabel penyebab penurunan. Yaitu arahan untuk variabel pengolahan limbah, arahan untuk asal modal. Arahan untuk kemitraan dengan pemerintah dan swasta. Arahan untuk pengolahan limbah adalah pengadaan IPAL bersama. Arahan untuk modal adalah dengan mempermudah pelaku industri mendapatkan modal dengan membangun lembaga keuangan di tiap Kecamatan yang tidak memberatkan pelaku industri. Sedangkan arahan kemitraan dengan pemerintah dan swasta berupa membangun tempat penyuluhan bagi nelayan dan pelaku industri. Serta membangun pusat hasil pengolahan perikanan dan mengadopsi sistem bapak angkat untuk membantu pemasarannya. V.
1.
KESIMPULAN
Faktor pengembangan industri berbasis perikana dengan pendekatan PEL di Kabupaten Tuban :
a. Bahan Baku b. Tenaga Kerja c. Aksesbilitas d. Utilitas e. Modal f. Pemasaran g. Kemitraan Variabel Penyebab penurunan kegiatan industri berbasis perikanan dengan pendekatan PEL di Kabupaten Tuban a. Pengolahan limbah b. Asal Modal c. Kemitraan Pemerintah d. Kemitraan Swasta Arahan pengembangan industri berbasis perikanan dengan pendekatan PEL di Kabupaten Tuban Arahan untuk pengolahan limbah adalah pengadaan IPAL bersama. Arahan untuk modal adalah dengan mempermudah pelaku industri mendapatkan modal dengan membangun lembaga keuangan di tiap Kecamatan yang tidak memberatkan pelaku industri. Sedangkan arahan kemitraan dengan pemerintah dan swasta berupa membangun tempat penyuluhan bagi nelayan dan pelaku industri. Serta membangun pusat hasil pengolahan perikanan dan mengadopsi sistem bapak angkat untuk membantu pemasarannya. Penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pemerintah Kabupaten Tuban. Selain itu dibutuhkan studi lanjutan mengenai IPAL dan studi mengenai penentuan lokasi IPAL
5. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis Desi Oktaviani mengucapkan terimah kasih kepada Bapak Ir, Sardjito, MT selaku pembimbing; Bapak Dr. Ing. Ir. Haryo Sulistyarso; Bapak Ardy Maulidy, ST, MT dan Ibu Dian Rahmawati ST, MT selaku dosen PWK ITS atas masukan terhadap penelitian ini. Serta Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tuban, Bappeda Kabupaten Tuban, Kecamatan Palang, Tuban, Jenu, Tambakboyo, Bancar yang telah membantu untuk mendapatkan ijin dan data.
DAFTAR PUSTAKA [1] Bovaird, Tony. 1992. Local Economic Development and The City. Urban Studies, Vol. 29, Nos. 3/4, 1992 343-368
JURNAL TEKNIK POMITS VoL. 1, No.1, (2012) 1-4
5
[2]
Budiharsono, Sugeng. 2001.Teknik Analisis Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan. Jakarta : PT. Pradnya Paramita
[3]
Dahuri, Rochim dan Nugroho, Iwan, 2004. Pembangunan Wilayah, Perspektif Ekonomi, Sosial, Lingkungan, Jakara :LP3ES,.
[19] __________. 2011. Nelayan Tuban Keluhkan Fasilitas. http://www.kotatuban.com (10/10/2011)
[4] Friedmann, J. and M. Douglass .1976. Agropolitan Development: Towards a New Strategy for Regional Planning in Asia.
[20]__________. 2011. Perikanan dan Kelautan http://www.tubankab.go.id Kabupaten Tuban. (diakses tanggal 10/10/2011)
[5]
Munir, Risfan dan Fitanto, Bahtiar. 2007. Pengembangan Ekonomi Lokal Partisipatif : Masalah, Kebijakan dan Panduan Pelaksanaan Kegiatan. Local Governance Support Program (LGSP)
[6] Rustiandi, Ernan Sugimin.Agropolitan Perdesaan. Bogor
dan Pranoto. 2004, Membangun Ekonomi
[7] Rustiandi, Ernan, dkk. 2009. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Yayasan Obor Indonesia [8] Widodo, Johanes dan Suadi. 2006. Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Laut. Yogyakarta : Gadja mada University Press [9] Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tuban. 2010. Laporan Tahunan tahun 2010. [10] Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI Nomor 50/MPP/Kep/2/1997 Tentang Tata Cara Perizinan Usaha Kawasan Industri dan Izin Perluasan Kawasan Industri [11] Keputusan Presiden Nomor 41 Tahun 1996 Tentang Kawasan Industri [12] Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 Tentang Perindustrian. [13]Danial. 2011. Model Pengembangan Industri Perikanan Berbasis Pelabuhan Perikanan di Kota Makassar.Bogor : Institut Pertanian Bogor [14] Lathifah, Umi. 2011. Pengembangan Kawasan Industri perikanan Muncar Kabupaten Banyuwangi melalui pendekatan PEL. Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh Nopember [15] Nofiyawati, Fajar.Strategi Pengembangan Kawasan Industri Marmer Desa Besole Melalui Pendekatan Ekonomi Lokal. Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh Nopember [16] __________. 2010. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tuban. Pemerintah Kabupaten Tuban [17] __________.2011. KTNA Minta DPK Tak Permainkan Nelayan. http://www.kotatuban.com (diakses tanggal 4/11/2011)
[18] __________. 2011. Nelayan Harap Program Pembangunan Kelautan Bukan Lips Service. http://www.kotatuban.com (diakses tanggal 10/10/2011)