PENGEMBANGAN HUTAN DESA DI ENSAID PANJANG
OLEH: DEDY ARMAYADI AGUS TINUS
Community Based Forest Management (CBFM) Program
2011
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan hutan desa merupakan salah satu wujud komitmen pemerintah untuk memberikan akses masyarakat dalam mengelola hutan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa di sekitar hutan. Untuk mengatur pengelolaan hutan desa, pemerintah dalam hal ini Departemen Kehutanan telah mengeluarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.49/Menhut-II/2008 tentang Hutan Desa, yang kemudian diperbaiki melalui Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.53/Menhut-II/2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.49/Menhut-II/2008 tentang Hutan Desa. Sampai akhir tahun 2015, Departemen Kehutanan Republik Indonesia menargetkan pengembangan Hutan Desa hingga seluas 500.000 hektar. Desa Ensaid Panjang merupakan salah satu desa dari 16 desa di Kecamatan Kelam Permai, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat yang memiliki kawasan hutan. Beberapa kawasan lindung seperti kawasan Bukit Rentap, sebagian besar kawasannya berada di wilayah administratif Desa Ensaid Panjang. Kawasan Bukit Rentap tersebut telah ditetapkan sebagai Hutan Lindung melalui SK Menhutbun No. 259/KPTS-II 2000 Tanggal 23 Agustus 2000. Hutan Lindung Bukit Rentap tersebut memiliki luas sekitar 750 Ha, dengan panjang total batas 9,70 Km dan ketinggian 50-658 m dpl. Kawasan Bukit Rentap memiliki peranan penting bagi masyarakat Desa Ensaid Panjang dan sekitarnya. Air terjun di kawasan Bukit Rentap merupakan sumber air bersih bagi masyarakat setempat. Kawasan Bukit Rentap juga menyediakan hasil hutan bukan kayu (HHBK) seperti buah durian, jengkol, dan tumbuhan obat yang biasanya dimanfaatkan masyarakat untuk kebutuhan keluarga atau dijual guna menambah penghasilan. Panorama indah kawasan Bukit Rentap serta keberadaan air terjun dan keanekaragamanhayatinya juga merupakan potensi wisata alam yang dapat menarik minat banyak pengunjung. Selama ini tidak jarang wisatawan yang berkunjung ke Rumah Betang Ensaid Panjang menyempatkan diri datang dan mandi di air terjun di kawasan Bukit Rentap. Masyarakat Desa Ensaid Panjang menyadari manfaat dan pentingnya kelestarian kawasan Hutan Lindung Bukit Rentap. Oleh karena itu masyarakat Desa Ensaid Panjang berinisiatif untuk mengembangkan hutan desa pada sebagian kawasan Bukit Rentap. Melalui pengembangan hutan desa, dipastikan masyarakat dapat terlibat aktif dalam melestarikan kawasan Hutan Lindung Bukit Rentap, sekaligus sebagai media belajar masyarakat dalam mengelola kawasan hutan serta menerapkan pemanfaatan hutan secara berkelanjutan. Sebagai langkah awal pengembangan hutan desa, masyarakat Desa Ensaid Panjang mengajukan proposal ini sebagai permohonan penetapan Areal Kerja Hutan Desa Ensaid Panjang.
B. Tujuan Pengembangan hutan desa di Ensaid Panjang bertujuan untuk: 1. Melestarikan kawasan hutan di Desa Ensaid Panjang. 2. Sebagai media belajar masyarakat dalam pengelolaan kawasan hutan. 3. Mengembangkan pemanfaatan sumber daya hutan secara berkelanjutan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
C. Dasar Hukum Pengajuan usulan Penetapan Areal Kerja Hutan Desa Ensaid Panjang ini antara lain berpedoman kepada: 1. Undang-undang RI Nomor 41 tahun 1999 tentang kehutanan, 2. Peraturan Pemerintah Nomor 33 tahun 2002 tentang perencanaan kehutanan, 3. Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 2004 tentang perlindungan hutan, 4. Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2007 tentang tata hutan dan rencana pengelolaan hutan serta pemanfaatan hutan, 5. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.49/Menhut-II/2008 tentang Hutan Desa serta perubahan kedua atas Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.49/Menhut –II/2008 tentang Hutan Desa melalui Peraturan Menteri kehutanan RI Nomor: P.53/MenhutII/2011.
II. GAMBARAN UMUM DESA ENSAID PANJANG
A. Lokasi dan Batas Wilayah Desa Ensaid Panjang merupakan desa yang berada di sebelah timur Ibukota Kecamatan Kelam Permai. Jarak Desa Ensaid Panjang dengan ibukota Kecamatan adalah 27 Km, sementara jarak dengan Ibukota Kabupaten adalah 58 Km, dan jarak desa ini ke Ibukota Provinsi mencapai 478 Km. Desa Ensaid Panjang berbatasan langsung dengan beberapa desa di Kabupaten Sintang. Adapun batas-batas wilayah Desa Ensaid Panjang adalah sebagai berikut: Sebelah Utara dengan Desa Sungai Maram. Sebelah Selatan dengan Desa Empaci. Sebelah Barat dengan Desa Merpak. Sebelah Timur dengan Desa Baning Panjang.
B. Administrasi Secara administrasi pemerintahan, Desa Ensaid Panjang merupakan salah satu desa dari 16 Desa di wilayah administrasi Kecamatan Kelam Permai, Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat. Desa yang memiliki luas wilayah 22 km2 ini terdiri dari tiga wilayah dusun, yakni: Dusun Rentap Selatan, Dusun Ensaid Baru, dan Dusun Ensaid Pendek, serta memiliki 3 Rukun Warga (RW) dan 6 Rukun Tetangga (RT).
C. Kependudukan 1. Jumlah Penduduk Jumlah penduduk Desa Ensaid Panjang adalah sebanyak 560 jiwa dari 157 KK, yang terdiri dari 301 orang laki-laki dan 159 orang perempuan. Adapun jumlah penduduk per dusun dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1. Jumlah Penduduk Per Dusun di Desa Ensaid Panjang Nama Dusun
Jumlah KK
(1)
Jumlah Penduduk Laki-laki
Perempuan
Total
(2)
(3)
(4)
(5)
Ensaid Baru Rentap Selatan
91 32
172 57
44 50
316 107
Ensaid Pendek
34
72
65
137
157
301
159
560
Jumlah
Sumber: Monografi Desa Ensaid Panjang, 2010
2. Matapencaharian Sebagian besar mata pencaharian masyarakat Desa Ensaid Panjang adalah sebagai petani ladang dan penoreh karet. Warga Ensaid Panjang ada juga yang berdagang,
menganyam dan menenun kain tenun ikat dayak, terutama bagi kalangan perempuan. Desa Ensaid Panjang merupakan salah satu sentra produksi kain tenun ikat dayak Sintang. Berdasarkan Hasil Survei Potensi HHBK dan Ekowisata, diketahui rata-rata pendapatan warga di Desa Ensaid Panjang adalah Rp. 2.516.000 per bulan. Pendapatan terendah warga ialah Rp 450.000,- per bulan, sedangkan pendapatan tertinggi adalah Rp 12.000.000 per bulan. Pendapatan rumah tangga tersebut diantaranya bersumber dari hasil penyadapan karet, bekerja sebagai tukang bangunan, berdagang, penyedia jasa penebangan kayu (nyenso), berkebun sahang, menenun, menganyam, pegawai negeri sipil (PNS), honor sebagai staff pemerintah desa, dan sebagai pekerja di kebun sawit. Kegiatan warga yang lebih cenderung bersifat subsisten seperti berladang, memungut buah-buahan, berburu, dan lain-lain, dalam survei tersebut tidak dimasukkan sebagai sumber pendapatan warga.
Sumber: Laporan Survei Potensi HHBK dan Ekowisata, 2011 Diagram 1. menunjukkan bahwa sebagian besar pendapatan warga Desa Ensaid Panjang berasal dari kegiatan menyadap getah karet (74 %), disamping kegiatan menenun (10 %), bekerja sebagai penyenso/penebang kayu (6 %), dan tukang bangunan (4 %). Sedangkan sumber pendapatan lainnya seperti membuat anyaman, PNS, honor sebagai staff pemerintah desa, berdagang, berkebun sahang, dan sebagai pekerja di kebun sawit berkontribusi kecil terhadap pendapatan warga Desa Ensaid Panjang. Tidak heran mata pencaharian berkebun karet saat ini telah menjadi sumber pendapatan utama bagi warga Desa Ensaid Panjang. 3. Sukubangsa Sebagian besar penduduk Desa Ensaid Panjang berasal dari Suku Dayak Desa. Di desa ini juga ada penduduk yang berasal dari Suku Jawa, Melayu, Ambon, dan Nusa Tenggara.
4. Agama Sebagian besar masyarakat Desa Ensaid Panjang adalah penganut agama Katholik dan sebagian lainnya adalah Protestan dan penganut agama Islam. Kerukunan umat beragama tampak jelas dalam kehidupan bermasyarakat di Desa Ensaid Panjang.
D. Aksessibilitas Desa Ensaid Panjang dapat ditempuh melalui jalur darat menggunakan kendaraan bermotor, baik sepeda motor maupun mobil. Dari Kota Sintang, Ibukota Kabupaten Sintang, desa ini dapat ditempuh selama ± 1 jam perjalanan.
E. Potensi 1. Kawasan Hutan Desa Ensaid Panjang merupakan salah satu desa dari 16 desa di Kecamatan Kelam Permai, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat yang memiliki kawasan hutan dan atau kawasan berhutan1 . Dari hasil identifikasi bersama masyarakat diketahui di wilayah Ensaid Panjang terdapat tujuh kawasan berhutan, yakni kawasan Tawang Mersibung, Tawang Semilas, Tawang Serimbak, Tawang Sepayan, Tawang Sebesai, Tawang Sampur, dan Hutan Lindung Bukit Rentap. Kawasan berhutan di Desa Ensaid Panjang tersebut terdiri dari dua tipe ekosistem hutan, yakni ekosistem hutan rawa yang dalam istilah masyarakat lokal disebut sebagai tawang, dan ekosistem hutan perbukitan. Adapun deskripsi singkat masingmasing kawasan berhutan di wilayah Ensaid Panjang adalah sebagai berikut: 1.1 Tawang Semilas Tawang Semilas merupakan hutan rawa yang berada di sebelah selatan Desa Ensaid Panjang. Kawasan ini merupakan wilayah perbatasan antara Desa Ensaid Panjang dengan Desa Empaci. Tawang yang berada pada lahan berstatus areal penggunaan lain (APL) ini diperkirakan memiliki luas ± 100 hektar. Jarak kawasan ini dari permukiman warga diperkirakan ± 2 km, dengan waktu tempuh selama ± 30 menit berjalan kaki. Tawang Semilas memiliki potensi berbagai jenis pepohonan seperti meranti, bintangur, rengas, emprepat, kelansau, jelutung, ramin dan empetir; tumbuhan obat, dan tanaman hias. Kawasan ini juga masih terdapat berbagai jenis satwa seperti kelempiau, beruk, musang, beruang madu, rusa, babi hutan, kura-kura, kancil, ular, trenggiling, biawak, beberapa jenis burung seperti burung empidan, sengayan, dan tebelangking (ayam hutan). Kawasan ini biasanya digunakan warga sebagai tempat mengambil bahan bangunan, rotan, endas (untuk tikar), senggang (bahan anyaman), tumbuhan obat, dan tanaman pewarna. Tawang Semilas biasanya juga menjadi tempat memancing dan lokasi berburu bagi masyarakat.
1
Kawasan berhutan didefinisikan sebagai kawasan yang memiliki ekosistem hutan baik yang berada di wiliyah kawasan dengan status kawasan hutan, maupun non-hutan, seperti di kawasan Areal Penggunaan Lain (APL). Kawasan berhutan digunakan untuk memudahkan penjelasan kawasan yang memiliki ekosistem hutan yang berada di areal non-hutan.
1.2 Tawang Sebesai Tawang Sebesai merupakan hutan rawa yang berada di sebelah selatan Desa Ensaid Panjang. Kawasan ini berdekatan dengan kawasan Tawang Semilas. Tawang yang berada pada lahan berstatus areal penggunaan lain (APL) ini diperkirakan memiliki luas ± 15 hektar. Jarak kawasan ini dari permukiman warga diperkirakan ± 2,5 km, dengan waktu tempuh selama ± 40 menit berjalan kaki. Potensi flora dan fauna Tawang Sebesai tidak jauh berbeda dengan Tawang Semilas. Hanya saja di Tawang Sebesai masih terdapat kayu jenis mabang. Tawang Sebesai belum banyak dimanfaatkan warga, bahkan lebih cenderung dilindungi. 1.3 Tawang Mersibung Tawang Mersibung merupakan hutan rawa yang berada di sebelah barat Desa Ensaid Panjang. Tawang yang berada pada lahan berstatus areal penggunaan lain (APL) ini diperkirakan memiliki luas ± 300 hektar. Jarak kawasan ini dari permukiman warga diperkirakan ± 3 km, dengan waktu tempuh selama ± 50 menit berjalan kaki. Jenis-jenis tanaman yang terdapat di Tawang Mersibung antara lain adalah meranti, bintangur, rengas, emprepat, kelansau, jelutung, ramin, empetir, durian burung, mabang, berbagai jenis rotan, endas, sengang, tanaman hias (anggrek, kantung semar, keladi-keladian, dan paku-pakuan), dan tanaman obat seperti empangau dan bentak. Tawang Mersibung juga kaya dengan berbagai jenis satwa seperti kelempiau, beruk, musang, beruang madu, rusa, babi hutan, kura-kura, kancil, ular, trenggiling, biawak, beberapa jenis burung seperti burung empidan, sengayan, dan tebelangking (ayam hutan).
Gambar 1. Pemanfaatan HHBK dan Tumbuhan Obat di Tawang Mersibung Tawang Mersibung merupakan salah satu bentuk Community Conserved Area (CCA)2 Masyarakat lokal telah melindungi Tawang Mersibung untuk tidak ditebang dan diladangi melalui kesepakatan bersama. Masyarakat tidak diperbolehkan menebang kayu dan
2
CCAs adalah ekosistem asli ataupun ekosistem yang dimodifikasi oleh manusia yang signifikan dari segi kekayaan keanekaragaman hayati dan secara sukarela dilindungi melalui peraturan dan praktek tradisional oleh masyarakat adat setempat yang tergantung pada sumber daya alam di dalam ekosistem tersebut oleh karena kehidupan atau kepercayaan atau budaya dan tradisi. Pada umumnya, CCAs adalah kawasan yang dikelola oleh hukum adat secara komunal atau berdasarkan hak kolektif oleh masyarakat adat (Kothari, 2006; Oviedo, 2006).
membuat ladang di dalam Tawang Mersibung. Sepanjang pengelolaan, beberapa kali masyarakat lokal telah menggagalkan penebangan illegal dari warga luar. Tanaman yang boleh dimanfaatkan di Tawang Mersibung hanya berupa hasil hutan bukan kayu (HHBK) seperti endas/pandan, rotan, jamur, buah-buahan; perkelik/rambutan hutan, gagur/keranji, tanaman pewarna alam, tumbuhan obat-obatan, dan lain-lain. Tawang Mersibung merupakan sumber bahan baku dari tradisi kerajinan anyaman dan bahan pewarna alam dari tradisi menenun yang telah menjadi identitas budaya yang mereka miliki. Masyarakat diperbolehkan berburu di Tawang Mersibung, tapi hanya khusus untuk hewan yang tidak dilindungi seperti babi hutan. Pelanggaran aturan akan diberikan sanksi oleh ketua adat berdasarkan musyawarah bersama masyarakat. 1.4 Tawang Sepayan Tawang Sepayan merupakan hutan rawa yang berada di sebelah barat Desa Ensaid Panjang dan berbatasan langsung dengan Dusun Sabang Laja, Desa Merpak. Tawang yang berada pada lahan berstatus areal penggunaan lain (APL) ini diperkirakan memiliki luas ± 20 Ha. Jarak kawasan ini dari permukiman warga diperkirakan ± 3,5 km, dengan waktu tempuh selama ± 1 jam. Kawasan ini telah banyak dibuka sebagai lahan ladang berpindah, sehingga Tawang Sepayan saat ini sudah dalam keadaan kritis. 1.5 Tawang Serimbak Tawang Serimbak berada di sebelah utara Desa Ensaid Panjang. Tawang yang berada pada lahan berstatus areal penggunaan lain (APL) ini diperkirakan memiliki luas ± 200 Ha. Jarak kawasan ini dari permukiman warga diperkirakan ± 500 m.
Gambar 2. Potensi Flora di Tawang Serimbak
Tawang Serimbak memiliki kekayaan potensi berbagai jenis pepohonan seperti meranti, entangur, rengas, emprepat, kelansau, jelutung, ramin dan empetir; tumbuhan obat, dan tanaman hias. Kawasan ini juga masih terdapat berbagai jenis satwa seperti kelempiau, beruk, musang, beruang madu, rusa, babi hutan, kura-kura, kancil, ular, trenggiling, biawak, beberapa jenis burung seperti burung empidan, sengayan, dan tebelangking (ayam hutan). Kawasan ini biasanya digunakan warga sebagai tempat mengambil bahan bangunan, kayu bakar, rotan, endas (untuk tikar), senggang (bahan anyaman), tumbuhan obat, dan tanaman pewarna. Kawasan ini biasanya juga menjadi lokasi berburu bagi masyarakat. 1.6 Tawang Sampur Tawang Sampur berada di sebelah utara Desa Ensaid Panjang. Jarak kawasan Tawang yang berada pada lahan berstatus areal penggunaan lain (APL) ini dari permukiman warga diperkirakan ± 2 km, dengan waktu tempuh selama ± 40 menit. Kawasan ini tidak luas, diperkirakan hanya sekitar 5 Ha. Potensi Tawang Sampur tidak jauh berbeda dengan kawasan tawang lainnya. Kawasan ini biasanya dimanfaatkan sebagai sumber bahan bangunan rumah, hasil hutan bukan kayu seperti rotan dan endas, serta tanaman lainnya. 1.7 Hutan Lindung Bukit Rentap
Gambar 3. Hutan Lindung Bukit Rentap Bukit Rentap merupakan kawasan hutan yang telah ditetapkan sebagai Hutan Lindung melalui SK Menhutbun No. 259/KPTS-II 2000 Tanggal 23 Agustus 2000. Luas wilayah kawasan hutan lindung Bukit Rentap adalah sekitar 750 Ha, dengan panjang total batas 9,70 Km dan ketinggian 50-658 m dpl. Kawasan Bukit Rentap berada di tiga desa, yakni Desa Ensaid Panjang, Sungai Maram, dan Baning Panjang. Namun sebagian besar kawasan ini berada di Desa Ensaid Panjang. Kawasan Bukit Rentap merupakan kawasan dengan tipe ekosistem hutan perbukitan. Selain flora dan fauna, di kawasan ini juga terdapat air terjun yang telah dimanfaatkan masyarakat sebagai sumber air bersih.
2. Budaya Mayoritas masyarakat Desa Ensaid Panjang adalah masyarakat adat Suku Dayak Desa. Sebagian masyarakat masih tinggal di sebuah Rumah Betang dan menjaga budaya yang mereka miliki. Desa Ensaid Panjang merupakan sentra usaha kecil dalam produksi kerajinan kain tenun ikat dayak di Kabupaten Sintang. Seluruh pengrajin tenun berasal dari kalangan perempuan. Dalam pembuatan kain tenun ikat tersebut, mereka menggunakan bahan dari pewarna alam. Pada masyarakat Suku Dayak di Desa Ensaid Panjang, Bulan April-Juli merupakan bulan jedah atau istirahat berladang. Saat itulah masyarakat biasanya mengadakan Gawai. Masyarakat kampung akan bertandang ke kampung lain, bersilahturahmi untuk memperkuat tali persahabatan. Pada masyarakat Suku Dayak Desa istilah pe’gawai berbeda dengan gawai. Pe’gawai merupakan pesta atau hajatan sepertihalnya upacara adat tanam bunga, gunting rambut, ngansah gigi, tutup tahun dan lainnya, sedangkan gawai merupakan ajang penyelesaian perkara di masyarakat, seperti bejereh-bebantah, bejereh-sabung adat, dan lain-lain. Akan tetapi, ketika mengadakan acara pesta besar, istilah Gawai Dayak lebih umum dan dikenal masyarakat. Biasanya pe’gawai dilaksanakan selepas musim panen, seperti bulan April-Juli. Namun demikian, pe’gawai bisa juga dilaksanakan pada waktu lain. Selepas musim panen masyarakat selalu mengadakan pegawai yang biasanya dinamakan dengan gawai tutup tahun. Bersamaan dengan itu biasanya masyarakat juga mengadakan berbagai hajatan seperti upacara adat tanam bunga, gunting rambut, dan lainnya. Pelaksanaan pe’gawai setelah musim panen dikarenakan pada saat itu masyarakat tidak terlalu sibuk bekerja, dan masa itu merupakan masa istirahat berladang. Setiap kali ada pe’gawai, kampung menjadi ramai. Dari berbagai kampung datang dan semua Inti dari pe’gawai adalah silahturahmi. Masyara-kat bisa ngabang atau berkunjung ke satu kampung ke kampung lainnya untuk bertemu gaok (kangen) dan mempererat tali persahabatan. Sedangkan gawai tutup tahun (nyelapat taun) diadakan untuk merayakan atau selamatan atas hasil panen yang diperoleh. Ada anggap di masyarakat, bahwa sebelum mereka belum mengadakan gawai tutup tahun, mereka belum bisa berladang. Saat gawai tutup tahun masyarakat menyuguhkan makanan kepada kerabat yang berkunjung ke rumah panjang, itu dimaksudkan agar hasil panen yang mereka dapatkan juga bisa dirasakan orang lain. Adapun pe’gawai yang biasa dilakukan masyarakat pada saat gawai tutup tahun antara lain sebagai berikut; a. Gunting Rambut Gunting rambut diselenggarakan keluarga yang memiliki anak kecil. Gawai ini bertujuan agar anak yang digunting rambutnya kelak hidupnya berkat, selamat dan diberikan kemudahan rejeki.
b. Tanam Bunga Gawai ini biasanya diadakan untuk menyembuhkan anak yang sakit. Tanam bunga dilakukan bersama semanang (dukun), agar sakit si anak lekas sembuh. c. Patah Bunga Gawai ini diselenggarakan untuk memenuhi syarat akhir dari tanam bunga, agar anak tersebut sembuh dari sakit. d. Asah Gigi Gawai ini diselenggarakan untuk menandakan remaja putra/putri tumbuh dewasa agar bisa berumah tangga. e. Bawa Bayi Mandi di Sungai Gawai ini diselenggarakan agar bayi yang dimandikan tersebut kelak diberkati dan dimudahkan rejekinya. Masyarakat Suku Dayak Desa di Ensaid Panjang juga memiliki kekayaan seni budaya tutur atau tradisi lisan. Seni budaya tutur yang dimaksud adalah syair atau pun ceritera yang disampaikan kepada seseorang atau khalayak ramai. Seni budaya tutur ini umumnya berupa kisah atau ungkapan perihal tertentu, seperti kisah tentang asal mula kehidupan, keseharian, mitos, atau hanya berupa ungkapan yang berfungsi sebagai sindiran, pujian, nasehat, atau bahkan untuk memanjatkan doa. Oleh karenanya disamping untuk menghibur, seni budaya tutur ini juga ada yang bersifat semireligius. Beberapa Seni Budaya Tutur yang dimiliki masyarakat Ensaid Panjang diantaranya adalah: a. Bekana Ada tiga bentuk bekana yang dikenal masyarakat sub suku Dayak Desa, antaralain sebagai berikut: Bekana basa Bekana basa merupakan senandung untuk memanjatkan doa, yang biasanya dilaksanakan pada proses upacara adat, seperti saat gawai tutup tahun, acara patah bunga, ngunting rambut, tusuk telinga anak perempuan, dan lain-lain. Bekana tangi Bekana tangi merupakan sindiran atau pujian kepada seseorang yang syairnya bisa dirancang sendiri, dan dapat dimainkan kapanpun. Bekana umum Bekana inilah yang menjelaskan asal-usul kehidupan, dimana didalamnya bisa bermakna sindiran, pujian, ataupun nasehat. Ada berbagai tema dalam bekana, namun cerita yang disampaikan selalu berhubungan dengan manusia buah kana (manusia-manusia
suci yang berada di atas langit). Bekana selalu disampaikan dengan senandung yang khas dan syair-syairnya menggunakan bahasa kiasan, yang mengandung suatu makna yang dalam. b. Bekanduk Secara estimologis kanduk berarti cerita. Maka apabila didefinisikan, bekanduk dapat diartikan sebagai kisah atau dongeng yang dituturkan secara lisan. Bekanduk biasa dikisahkan orang tua kepada anak-anaknya. Seseorang biasa juga menyampaikan bekanduk pada saat masyarakat beraktivitas, seperti saat gotong royong nugal diladang, atau ketika sedang berkumpul dalam suatu acara. c. Bedarak Bedarak merupakan senandung yang disampaikan dengan sesaji, sebagai ucapan rasa syukur kepada Jubata yang telah memberikan rejeki kepada manusia. d. Semayan Budaya Semayan merupakan budaya yang bersifat religius. Berupa rangkaian kata-kata, diucapkan dengan nada tertentu, yang dilaksanakan dalam upacara Belian. Budaya ini bukanlah budaya umum, dalam arti bisa dengan mudah ditemukan dalam hidup keseharian masyarakat. Hanya para Semanang (dukun/pemimpin upacara) yang mengetahui secara persis dan menguasai budaya ini. e. Bejereh Bejereh digunakan untuk menangani perkara. Pada sabung adat, bejereh diungkapkan kepada Jubata. Masing-masing pihak melakukan bejereh agar Jubata memilihnya sebagai pemenang perkara. Sabung adat adalah penyelesaian perkara dengan sabung ayam, dimana keputusan perkara ditentukan oleh ayam, yang dipercaya sebagai petunjuk Jubata. Pada bejereh-bebantah, bejereh merupakan senandung yang menjelaskan tentang asal mula perkara berdasarkan persepsi masing-masing pihak yang berkonflik. Bejereh-bebantah adalah mekanisme penyelesaian konflik tradisional yang diputuskan oleh seorang Lit atau hakim, setelah kedua belah pihak menyampaikan bejereh dan bebantah. f.
Bebantah
Bebantah adalah senandung yang disampaikan untuk membantah atau menyangkal pendapat lawan, berdasarkan hukum adat yang dipatuhi. Bebantah merupakan kelanjutan dari bejereh pada prosesi bejereh-bebantah.
III.
DESKRIPSI KAWASAN USULAN AREAL KERJA HUTAN DESA ENSAID PANJANG
A. Letak, Geografis, dan Batas Kawasan Areal kerja yang akan diusulkan sebagai Hutan Desa Ensaid Panjang adalah sebagian dari kawasan Hutan Lindung Bukit Rentap, yang termasuk ke dalam wilayah administrasi Desa Ensaid Panjang. Areal kerja hutan desa tersebut berada di sebelah utara dari pusat Desa Ensaid Panjang. Secara geografis, areal kerja yang akan diusulkan menjadi Hutan Desa Ensaid Panjang tersebut terletak pada 111042’15’’-111042’27’’ LU dan 0006’33’’- 0007’56’’ BT.
Sumber: Pemetaan partisipatif, 2011
Adapun batas kawasan ini adalah sebagai berikut: Sebelah Utara dengan Hutan Lindung Bukit Rentap Desa Sungai Maram. Sebelah Selatan dengan Jalan Lingkar Kelam Ensaid Panjang. Sebelah Barat dengan Jalan Lingkar Kelam Ensaid Panjang. Sebelah Timur dengan Hutan Lindung Bukit Rentap Desa Baning Panjang.
B. Status Kawasan Kawasan yang akan diusulkan sebagai Areal Kerja Hutan Desa Ensaid Panjang, yakni Kawasan Bukit Rentap yang saat ini berstatus sebagai Hutan Lindung berdasarkan SK Menhutbun No. 259/KPTS-II 2000 Tanggal 23 Agustus 2000.
C. Kondisi Fisik Kawasan 1. Luas Usulan Areal Kerja Hutan Desa Ensaid Panjang Kawasan Hutan Lindung Bukit Rentap memiliki luas sekitar 750 Ha, dengan panjang total batas 9,70 Km dan ketinggian 50-658 m dpl. Secara administrasi, kawasan Hutan Lindung Bukit Rentap berada di tiga wilayah desa yakni Desa Ensaid Panjang, Desa Baning Panjang dan Desa Sungai Maram. Berdasarkan kegiatan pemetaan partisipatif yang dilaksanakan pada bulan April 2011, diketahui kawasan Hutan Lindung Bukit Rentap yang termasuk dalam wilayah administrasi Desa Ensaid Panjang yang diusulkan sebagai Hutan Desa Ensaid Panjang memiliki luas 355,597 ha. 2. Topografi Areal kerja hutan desa yang akan diusulkan menjadi hutan desa memiliki topografi berbukit, dengan puncak tertinggi 658 m dpl. Kelerengan kawasan umumnya bervariasi antara datar, landai, agak curam dan curam. 3. Iklim Kawasan Hutan Lindung Bukit Rentap berdekatan dengan wilayah Taman Wisata Alam (TWA) Bukit Kelam, sehingga tipe iklim yang dimiliki tidak jauh berbeda satu dengan lainnya. Kawasan ini memiliki tipe iklim A (Schmidt dan Ferguson) dengan curah hujan rata-rata 263 mm per tahun dengan suhu udara minimum 22o C hingga 32o C serta kelambaban udara antara 60 % hingga 70 %. 4. Tanah Tanah areal kerja hutan desa yang akan diusulkan menjadi hutan desa memiliki tanah dengan jenis podsolik merah kuning (tanah merah), latosol (tanah merah) dan litosol (tanah tanpa diferesiasi horizon) dengan bahan induk batuan beku endapan, batuan tuff, dan metamorf. D. Potensi 1. Flora Kawasan areal kerja yang akan diusulkan menjadi Hutan Desa Ensaid Panjang mempunyai flora yang cukup beragam. Berdasarkan hasil survei biodiversity pada bulan September 2011 yang dilakukan masyarakat Desa Ensaid Panjang dengan dukungan dan fasilitasi PRCF Indonesia, diketahui bahwa kawasan usulan areal kerja hutan desa Ensaid Panjang memiliki lebih dari 66 spesies tumbuhan dan 26 family (Lihat tabel 2.)
Tabel 2. Daftar Tanaman di Kawasan Usulan Areal Kerja Hutan Desa Ensaid Panjang Family
Nama Lokal
Nama Ilmiah
(1)
(2)
(3)
Anacardiaceae
Asam mangga
Mangifera indica
Asam mawang Asam pelam Tembalak
Mangifera sp1 Mangifera sp2 Gluta sp
Apocynaceae
Pulai/pelai'
Alstonia schollaris
Bignoniaceae
Bulai
Oroxylum indicum
Bombacaceae Burseraceae
Durian Kumpang
Durio zibethinus Dacryodes sp1
Kemayau
Dacryodes sp2
Tawi' Simpur Giam
Octhomeles sumatrana Dillenia suffruticosa Cotylelobium sp
Keruing/Terinak
Dipterocarpus sp
Embak
Baccaurea cf angulata
Entali Kedang
Macaranga sp1 Macaranga tanarius
Kebuai
Croton sp
Karet Manyam Purang
Hevea brasilliensis Antidesma sp1 Macaranga calladiifolia
-
Bacaurea sp1
-
Antidesma sp2
Irat Melinas
Cratoxylum sp Unknow
-
Cryptocarya sp
Jengkol -
Alseodaphne sp Archidendron jiringa Fordia spendisima
Datiscaceae Dilleniaceae Dipterocarpaceae Euphorbiaceae
Hypericaceae Lauraceae
Leguminosae
Petai
Parkia specieosa
Loganiaceae
-
Fagraea recemosa
Meliaceae
Langsat Langsat
Aglaia sp1 Aglaia sp2
Langsat
Aglaia sp3
-
Disoxyllhum sp Chisocheton sp
Moraceae
Mentawak
Artocarpus anisophyllus
Pempan Selangking
Ficus sp1 Ficus sp2
Ara
Ficus sp3
Tekalong Pedalai Salam
Artocarpus elasticus Artocarpus sp1 Syzygium sp1
Ubah
Syzygium sp2
Myrsinaceae
-
Ardisia sp
Polygalaceae
-
Xantophyllum indendatum Xantophyllum obscurum
Rhamnaceae
-
Grewia sp
Rubiaceae
Kitab Kopi-kopian Engkerabang
Nauclea sp Ixora sp Psychotria sp
Sapindaceae
Sibau
Nephellium cuspidatum
Rambutan
Nephellium lappaceum
Lengkeng Lengkeng liar
Pometia pinnata Pometia sp
Rembayan
Paranephellium xestophyllum
Sapotaceae Symplocaceae Thymeliaceae
Menyatuk Gaharu
Palaquium sp Symplocos sp Aquilaria malacensis
Utricaceae
Melangin
Leucosyke sp
Verbenaceae
Empaid
Clerodendron cf malacensis
Leban -
Vitex pubescens Teijsmanniodendron bogoriense
-
Vitex sp
Emarik
Premna sp Unknow
Biu
Unknow
Myrtaceae
Unknow
Sumber: Laporan Survei Biodiversity di Kawasan Bukit Rentap, 2011
Sebagian besar tanaman di kawasan usulan areal kerja hutan desa Ensaid Panjang merupakan tanaman buah-buahan seperti durian, langsat, lengkeng, rambutan, dan jengkol. Beberapa tanaman lainnya merupakan tanaman pewarna kain tenun ikat seperti empaid, kemayau, emarik dan engkerabang, serta tumbuhan obat seperti melinas, irat dan lain-lain. Berbagai jenis tanaman tersebut menunjukkan bahwa kawasan usulan areal kerja hutan desa Ensaid Panjang kaya akan tumbuhan penghasil Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK). Sebagaimana hasil survei potensi HHBK dan Ekowisata pada Juni 2011 yang dilaksanakan oleh masyarakat bersama PRCF Indonesia diketahui kawasan ini mempunyai sedikitnya 3 jenis tumbuhan yang tergolong ke dalam HHBK kelompok produksi resin, 3 jenis tumbuhan yang tergolong ke dalam HHBK Kelompok Produksi Minyak Lemak, 8 jenis tumbuhan yang
tergolong ke dalam HHBK kelompok produksi buah-buahan, 1 jenis tumbuhan penghasil tanin, 5 jenis tanaman pewarna, 2 jenis tumbuhan penghasil getah-getahan, 8 jenis tumbuhan obat, 7 jenis tanaman hias, 6 jenis rotan, 11 jenis bambu, dan 1 jenis kelompok produksi lain-lain yang termasuk ke dalam HHBK. Hasil identifikasi HHBK nabati selengkapnya dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Hasil Identifikasi HHBK Nabati di Kawasan Hutan Lindung Bukit Rentap Kelompok Produksi
Nama Lokal
Nama Latin
(1)
(2)
(3)
Resin
Minyak Lemak
Buah-buahan
Tanin Tanaman Pewarna Alam
Getah-getahan Tumbuhan Obat
Tanaman Hias
Gaharu Engkaras Damar Pakit Damar Batu Tengkawang Pinang Tengkawang Tungkul Tengkawang Majau Durian Langsat Lengkeng Rambutan Kemantan Asam Mawang Jengkol Aren Pinang Engkerabang Kemayau Jangau Emarik Empaid Karet Menyatoh Empangau Pasak Bumi Empringat Pengelas Bentak Belimbing Sirih Langsat Anggrek tebu Anggrek lidah ular Anggrek merpati Anggrek joget Kantong semar
A.malacensis Shorea spp Shore spp Shorea pinanga Shorea stenoptera Shorea lepidota Durio zibethinus Murray Lansium domesticum/ Aglaia sp1 Euphoria longana Naphelium lappacium Mangifera spp Mangifera spp Archidendron jiringa Arenga pinnata Areca catechu L. Psychotria sp Dacryodes sp2 Clerodendron cf malacensis Hevea brasiliensis Muell Palaquium javense Eurycoma longifolia Averrhoa bilimbi Piper betle Lansium domesticum Grammatophyllum speciosum Cymbidium sp Dendrobium crumenatum Bromheadia finlaysoniana Nepenthes mirabilis merah
Paku lembiding Paku Simpai Rotan Sega Rotan Entibab Rotan Matahari Rotan Danan Padi Rotan Jelai Rotan Seruk Bambu Betung Bambu Pering Bambu Pering Anyang Bambu Bekuan Bambu Muntik Bambu Engkalat Bambu Temiang Buluh Merindu Buluh Engkarung Buluh Lampung Buluh Minyak Bemban
Rotan
Bambu
Lain-lain
Stenchlaena polustris Cibotium barometz Calamus caesius BI. Korthalsia flagellaris Gigantochloa latifolia Gigantochloa aff.balui K.M.Wong Gigantochloa hasskarliana Schizostachyum latifolium Donax sp.
Sumber: Laporan Survei Potensi HHBK dan Ekowisata di Desa Ensaid Panjang, 2011
2. Fauna Kawasan usulan areal kerja hutan desa Ensaid Panjang juga kaya akan keanekaragaman fauna. Berdasarkan hasil survei biodiversity, diketahui bahwa di kawasan Bukit Rentap memiliki lebih dari 16 jenis mamalia, 22 jenis burung, 60 jenis serangga, dan 19 jenis herpetofauna yang terdiri dari 9 jenis amfibi, 8 jenis reptile, 1 jenis kura-kura serta 1 jenis labi-labi. Adapun daftar masing-masing jenis fauna tersebut (minus data serangga) dapat dilihat pada tabel 5 s.d 7. Tabel 5. Jenis Mamalia di Kawasan Usulan Areal Kerja Hutan Desa Ensaid Panjang Suku (1) Tupaiidae
Nama Jenis (2)
Nama Ilmiah (3)
Tupai akar Tupai ramping
Tupaia glis Tupaia gracilis
Tupai bergaris
Tupaia dorsalis
Tupai tanah
Tupaia tana
Suidae Cervidae
Babi berjenggot Kijang Muncak
Sus barbatus Muntiacus muntjac
Manidae
Trenggiling peusing
Manis javanica
Lorisidae
Kukang bukang
Nycticebus coucang
Sciuridae
Bajing terbang totol
Petaurista elegans
Mustelidae Cercopithecidae
Musang leher kuning
Martes flavigula
Lutung merah/kelasi Beruk
Presbytis rubicunda Macaca nemestrina
Vespertilionidae
Kelelawar buluh kecil
Tylonyteris pachypus
Viverridae Sciuridae
Musang akar Bajing kinabalu
Arctogalidia trivirgata Callosciurus baluensis
Muridae
Tikus
Rattus sp
Sumber: Laporan Survei Biodiversity di Kawasan Bukit Rentap, 2011
Tabel 6. Jenis Burung di Kawasan Usulan Areal Kerja Hutan Desa Ensaid Panjang Nama Daerah
Nama Latin
Nama Inggris
(1)
(2)
(3)
Elang Bondol
Haliastur indus
Brahminy Kite
Elang rawa Tangling Burung madu Sriganti
Circus melanoleucos Chloropsis sonnerati Cinnyris jugulari
Pied Harrier Greater Green Leafbird Olive-backed Sunbird
Perenjak Rawa
Prinia faviventris
Yellow-bellied Prinia
Sikatan Kalimantan
Cyornis superbus
Bornean Blue Flycatcher
Kipasan Gunung Pelatuk Ayam
Rhipidura albicollis Dryocopus javensis
White-throated Fantail White-bellied Woodpecker
Cinenen Gunung
Orthotomus cuculatus
Mountain Tailorbird
Bubut Alang-alang Bondol Rawa Punai Besar
Centropus bengalensis Lonchura malacca Treron capellei
Lesser Coucal Blach-headed Munia Large Green Pigeon
Kucica Hutan
Copsychus malabaricus
White-rumped Shama
Kucica Kampung
Copsychus saularis
Oriental Magpie-Robin
Serak Bukit Udang Punggung-merah
Phodilus badius Ceyx rufdorsa
Oriental Bay Owl Rufous backed Kingfsher
Merbah Cerukcuk
Pycnonotus goiavier
Yellow-vented Bulbul
Kareo Padi Puyuh Batu Cipoh Kacat
Amaurornis phoenicurus Coturnix chinensis Aegithina tiphia
White-breasted Waterhen King Quail Common Iora
Jinjing bukit
Hemipus picatus
Black-winged Flycatcher-shrike
Layang-layang batu
Hirundo tahitica
Pacifc Swallow
Cicak daun besar
Sumber: Laporan Survei Biodiversity di Kawasan Bukit Rentap, 2011
Tabel 7. Jenis Herpetofauna di Kawasan Usulan Areal Kerja Hutan Desa Ensaid Panjang Famili
Nama Lokal
Nama Ilmiah
Ranidae
Bangkong tuli
Limonectes kuhlii
Ranidae
Kongkang jangkrik
Rana nicobariensis
Ranidae
Katak batu totol gelap
Starois natator
Ranidae
Katak pelompat batu
Starois laptopalmatus
Ranidae Ranidae
Katak paya tanah gambut Katak sawah
Rana malesiana Fejervaria canrivora
Ranidae
Katak sawah hijau
Rana erytharea
Rhacophoridae
Katak pokok berjalur empat
Polypedates leucomystac
Tryonichidae Testudinata
Bulus -
Amyda cartilaginea -
Shincidae
-
Tropidophorus sp.
Coluprinae
Ular cincin mas
Boiga dendrophila
Elapidae Elapidae Elapidae
Ular kengkang tebu Cobra Ular kenawang
Bungarus fasciatus Naja . sp Maticora bivirgata
Viperidae
Ular bunga
Popeia sabahi
Colubrinae
Ular padang
Dendrelaphis caudolineatus
Ranidae
Katak paya coklat
Rana baramica
Agamidae
Bunglon
Bronchocela cristatella
Sumber: Laporan Survei Biodiversity di Kawasan Bukit Rentap, 2011
3. Air Terjun Kawasan areal kerja yang akan diusulkan sebagai Hutan Desa Ensaid Panjang mempunyai tiga air terjun, yakni: Air Terjun Telaga Surat, Air Terjun Pancur Rendung, dan Air Terjun Telaga Semunjung. Air terjun yang menjadi sumber air bersih bagi seluruh masyarakat Desa Ensaid Panjang adalah Air Terjun Telaga Surat. Disamping berfungsi sebagai air bersih, keberadaan air terjun pada kawasan ini berpotensi untuk menjadi objek wisata.
E. Fungsi Kawasan Secara umum kawasan areal kerja yang akan diusulkan sebagai Hutan Desa Ensaid Panjang mempunyai tiga fungsi utama, yakni sebagai berikut: 1. Sebagai sumber air bersih masyarakat Desa Ensaid Panjang. Air Terjun Telaga Surat saat ini telah disalurkan ke rumah-rumah penduduk, sehingga masyarakat dapat menikmati langsung air bersih.
2. Sebagai sumber Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK). Masyarakat Desa Ensaid Panjang umumnya memperoleh buah-buahan seperti durian, langsat, dan lain-lain dari kawasan Bukit Rentap. Demikianhalnya dengan berbagai jenis rotan dan bambu sebagai bahan baku kerajinan anyaman serta tanaman pewarna alam sebagai bahan baku dalam pembuatan kain tenun ikat Dayak Sintang. Masyarakat Desa Ensaid Panjang juga memanfaatkan tumbuhan obat seperti sirih, bentak, dan lainnya dari kawasan. 3.
Sebagai lokasi wisata.
Gambar 4. Potensi Wisata: Alam dan budaya masyarakat Desa Ensaid Panjang.
Keindahan panorama Bukit Rentap, keanekaragamanhayati yang dimiliki, serta keberadaan air terjun dinilai masayarakat dapat menarik minat pengunjung untuk datang ke kawasan areal kerja yang akan diusulkan sebagai Hutan Desa Ensaid Panjang ini. Potensi alam yang dimiliki tersebut semakin lengkap dengan keberadaan budaya dan tradisi masyarakat Desa Ensaid Panjang. Di Desa Ensaid Panjang masih terdapat rumah betang asli. Rumah betang tersebut dihuni oleh masyarakat yang masih memiliki tradisi menenun dan event gawai adat yang diselenggarakan setiap tahunnya.
F. Ancaman Kawasan Beberapa ancaman bagi kawasan yang akan diusulkan sebagai areal kerja Hutan Desa Ensaid Panjang ini diantaranya adalah: kebakaran hutan dan penebangan liar. Kebakaran umumnya kerap terjadi saat musim kemarau, sedangkan penebangan liar umumnya dilakukan oleh masyarakat luar Desa Ensaid Panjang. Kawasan Hutan Lindung Bukit Rentap sebelumnya merupakan lokasi ladang masyarakat, sehingga pada beberapa wilayah kawasan masih tumbuh ilalang yang rentan terhadap kebakaran. Namun semenjak dibangun fasilitas air bersih, masyarakat Desa Ensaid Panjang bersepakat untuk menghentikan kegiatan perladangan di Kawasan Hutan Lindung Bukit Rentap.
G. Aksessibilitas Areal kerja yang akan diusulkan sebagai hutan desa ini dapat dicapai melalui jalan darat dengan berjalan kaki atau dengan kendaraan bermotor. Jarak areal kerja dengan pusat desa diperkirakan sekitar 1 Km dan dapat ditempuh 30 menit dengan berjalan kaki atau 10 menit dengan kendaraan bermotor.
IV. PROSES KEGIATAN PRA-PENGUSULAN AREAL KERJA HUTAN DESA ENSAID PANJANG
Masyarakat Desa Ensaid Panjang telah mengadakan beberapa kegiatan untuk melengkapi data informasi sebagai persyaratan pengajuan usulan areal kerja hutan desa. Beberapa kegiatan tersebut antara lain adalah musyawarah desa, pemetaan partisipatif, survei anggrek dan kantong semar, survei HHBK dan ekowisata, pembentukan lembaga pengelola hutan desa (LPHD) Ensaid Panjang, dan survei biodiversity. Seluruh kegiatan tersebut difasilitasi dan didukung oleh lembaga pendamping masyarakat Desa Ensaid Panjang, yakni PRCF Indonesia.
A. Musyawarah Desa
Gambar 5. Warga antusias dan aktif mengikuti musyawarah desa Kegiatan Musyawarah Desa tentang Pembangunan Hutan Desa Ensaid Panjang dilaksanakan pada tanggal 4 April 2011 di Balai Desa Ensaid Panjang, Kecamatan Kelam Permai, Kabupaten Sintang. Kegiatan ini diikuti dengan antusias oleh 34 peserta dari perwakilan masyarakat di Desa Ensaid Panjang. Kegiatan musyawarah desa ini difasilitasi oleh rekan-rekan dari PRCF Indonesia. Dari kegiatan Musyawarah Desa, masyarakat Desa Ensaid Panjang menghasilkan kesepakatan untuk mengembangkan hutan desa di Ensaid Panjang. Kesepakatan masyarakat Desa Ensaid Panjang tersebut telah dituangkan ke dalam Berita Acara (BA) tentang Kesepakatan Masyarakat Desa untuk Pembangunan Hutan Desa Ensaid Panjang, Kecamatan Kelam Permai, Kabupaten Sintang. Disamping menghasilkan kesepakatan, pada Musyawarah Desa juga membahas potensi sumber daya hutan di Desa Ensaid Panjang.
B. Pemetaan Partisipatif Pemetaan Partisipatif di kawasan areal kerja yang akan diusulkan menjadi hutan desa dilaksanakan pada bulan April s.d Juli 2011. Pemetaan partisipatif ini dilakukan melalui serangkaian kegiatan, mulai dari pertemuan persiapan dan pelatihan singkat penggunaan GPS, pengambilan titik batas, pengolahan data dan pembuatan peta, dan pengesahan peta usulan areal kerja hutan desa. Kegiatan pertemuan persiapan dan pelatihan singkat
penggunaan GPS dilaksanakan pada tanggal 8 April 2011 di Rumah Betang Ensaid Panjang, sedangkan pengambilan titik batas dilakukan pada keesokan harinya. Sekitar 36 warga Desa Ensaid Panjang ikut serta dalam pengambilan titik batas kawasan. Pengolahan data dan pembuatan peta dibantu oleh PRCF Indonesia.
Gambar 6. Tim dan pelaksanaan Pemetaan Partisipatif di Kawasan Bukit Rentap
C. Survey Anggrek dan Kantong Semar Survei Anggrek dan Kantong Semar dilakukan di Tawang Mersibung dan Hutan Lindung Bukit Rentap pada 17 s.d 27 Mei 2011. Kegiatan ini ditujukan untuk mengidentifikasi keberadaan jenis anggrek dan kantong semar, baik di Tawang Mersibung maupun pada Hutan Lindung Bukit Rentap, khususnya pada wilayah yang akan diusulkan menjadi areal kerja hutan desa. Survey ini menghasilkan data dan informasi tentang keberadaan jenis anggrek di kawasan areal kerja hutan desa yang akan melengkapi data potensi flora pada bagian deskripsi kawasan dalam proposal ini. Pelaksanaan survey dan pelaporan kegiatan dibantu dan didukung oleh PRCF Indonesia.
Gambar 7. Warga sedang mengeksplorasi dan indentifikasi anggrek
D. Survei Potensi HHBK dan Ekowisata Survei Potensi Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) dan Ekowisata di Desa Ensaid Panjang dilaksanakan pada 26 Juni s.d 5 Juli 2011. Kegiatan ini ditujukan untuk mengidentifikasi keberadaan potensi HHBK dan Ekowisata di Desa Ensaid Panjang. Identifikasi keberadaan potensi tidak hanya dilakukan pada areal kerja yang akan diusulkan menjadi hutan desa Ensaid Panjang, namun juga pada kawasan berhutan lainnya di Desa Ensaid Panjang. Pelaksanaan survei dan pelaporan kegiatan ini dibantu dan didukung PRCF Indonesia.
Gambar 8.Proses wawancara dan hasil dokumentasi Serangkaian kegiatan tersebut di atas, selanjutnya akan ditindaklanjuti dengan kegiatan Pembentukan Lembaga Desa Pengelola Hutan Desa (selanjutnya disebut sebagai Lembaga Desa). Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.53/Menhut-II/2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.49/Menhut-II/2008 tentang Hutan Desa, salah satu persyaratan pengajuan usulan areal kerja hutan desa adalah melampirkan nama-nama calon anggota atau struktur lembaga desa jika sudah terbentuk, dimana nama-nama tersebut diketahui oleh kepala desa dan camat. Kegiatan pembentukan lembaga desa ini akan dilaksanakan pada Agustus 2011 ini.
E. Pembentukan Lembaga Desa “Lidih Duan” Pembentukan lembaga desa “Lidih Duan” dilakukan pada kegiatan Workshop Pembentukan Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD) Ensaid Panjang pada tanggal 16 September 2011 di Balai Desa Ensaid Panjang, Kecamatan Kelam Permai, Kabupaten Sintang. Kegiatan yang diikuti dengan antusias oleh 30 peserta dari perwakilan masyarakat Desa Ensaid Panjang ini difasilitasi oleh rekan-rekan dari PRCF Indonesia. Dari kegiatan ini menghasilkan tiga ihal penting berkaitan dengan kelembagaan pengelolaan hutan desa, yakni pengurus Lembaga Desa atau Lembaga Pengelola Hutan Desa Ensaid Panjang (LPHD), Aturan Main Kelembagaan, dan Program Kerja Lembaga Desa.
Gambar 9.Pengurus LPHD “Lidih Duan” dan suasana pertemuan Pada pertemuan tersebut Lembaga Pengelola Hutan Desa Ensaid Panjang disepakati bernama lembaga desa “Lidih Duan”. Lidih Duan merupakan batu besar yang berada di Bukit Rentap, yang melambangkan kekokohan, kekompakkan, dan semangat pelestarian alam. Lembaga Desa “Lidih Duan” ini diketuai oleh Lorentius Ilong, dan dibantu oleh Alexander Lalau sebagai sekretaris, Ganan sebagai bendahara serta tiga seksi yakni seksi perlindungan kawasan (Binus-Koordinator, Leonardus, dan Pantung); seksi pelestarian dan pengembangan kawasan (Lambak-Koordinator, Antonius, dan Nikun Fransius), serta seksi usaha (Moses-Koordinator, Amat, dan Heni Putra). Program kerja dari Lembaga Desa “Lidih Duan” ini disusun berdasarkan tiga seksi yang disepakati tersebut.
F. Survei Biodiversity di Kawasan Bukit Rentap Survei Biodiversity di Kawasan Bukit Rentap dilaksanakan pada tanggal 17 s.d 26 September 2011. Kegiatan ini diikuti 26 anggota team survei yang terdiri dari warga Desa Ensaid Panjang dan fasilitator dari PRCF Indonesia. Warga masyarakat kali ini tidak sekadar menjadi guide, namun ikut menjadi peneliti lapangan. 9 orang rekan-rekan dari PRCF Indonesia dengan masing-masing spesialisasinya mengajarkan warga tentang metode dan pelaksanaan survei biodiversity, termasuk dalam pembuatan herbarium dan insectarium. Dalam survei ini team menggali berbagai potensi biodiversity kawasan Bukit Rentap yang akan diusulkan sebagai Areal Kerja Hutan Desa Ensaid Panjang, yang antaralain meliputi keanekaragaman vegetasi, anggrek, tanaman pewarna, mamalia, serangga, burung, dan herpetofauna. Hasil dari survey ini kemudian menjadi data potensi flora dan fauna kawasan usulan Areal Kerja Hutan Desa Ensaid Panjang.
Gambar 10. Team survei dan proses pembuatan jalur di lapangan
V. RENCANA UMUM PENGELOLAAN HUTAN DESA Berdasarkan diskusi bersama masyarakat Desa Ensaid Panjang diperoleh gambaran rencana umum pengelolaan hutan desa, jika nantinya ditetapkan sebagai areal kerja hutan desa, dan memperoleh Hak Pengelolaan Hutan Desa. Adapun rencana umum dari pengelolaan hutan desa di Ensaid Panjang antara lain adalah sebagai berikut:
A. Penguatan Kapasitas dan Kelembagaan Pengelolaan Kawasan Pengembangan hutan desa merupakan media belajar masyarakat Desa Ensaid Panjang dalam mengelola kawasan hutan. Penguatan kapasitas dan kelembagaan pengelolaan kawasan ini dilakukan melalui berbagai kegiatan seperti pelatihan, workshop, diskusi, studi banding dan praktik langsung di lapangan.
B. Pengembangan Rumah Pembibitan dan Persemaian (BIMAI) Pengembangan rumah pembibitan dan persemaian dimaksudkan untuk menghasilkan bibit secara mandiri. Bibit yang dihasilkan tersebut nantinya akan dimanfaatkan untuk kebutuhan budidaya dan rehabilitasi kawasan. Rumah pembibitan dan persemaian juga merupakan salah satu media belajar masyarakat dalam pelestarian dan pengembangan kawasan.
C. Rehabilitasi Kawasan Sebelumnya pada sebagian kawasan hutan lindung Bukit Rentap merupakan lokasi ladang masyarakat Desa Ensaid Panjang. Namun sejak Air Terjun Telaga Surat di kawasan Bukit Rentap dijadikan sumber air bersih warga, kegiatan berladang dilarang dan dihentikan. Sampai saat ini masyarakat Desa Ensaid Panjang tidak pernah berladang lagi di kawasan Hutan Lindung Bukit Rentap. Meski demikian, aktivitas berladang sebelumnya telah mengurangi keanekaragamanhayati tumbuhan dan degradasi di Bukit Rentap. Oleh karena itu, untuk memulihkan serta memperkaya keanekaragaman jenis kawasan tersebut diperlukan kegiatan rehabilitasi.
D. Pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Berdasarkan Survei Potensi HHBK dan Ekowisata, Desa Ensaid Panjang mempunyai potensi keanekaragaman jenis HHBK yang tinggi. Namun sebagian besar dari potensi tersebut belum dikelola dengan baik, sehingga belum dapat menjadi sumber mata pencaharian alternative guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pengembangan HHBK dilakukan dengan berbagai kegiatan seperti budidaya tanaman atau hewan penghasil HHBK, pengembangan produk, pengembangan jaringan pasar, dan kegiatan terkait lainnya. Melalui pengembangan HHBK diharapkan masyarakat desa Ensaid Panjang dapat mengelola kawasan, sekaligus memanfaatkan sumber daya hutan secara berkelanjutan.
E. Pengembangan Ekowisata Berdasarkan Survei Potensi HHBK dan Ekowisata, Desa Ensaid Panjang selain mempunyai potensi keanekaragaman jenis HHBK yang tinggi, juga mempunya potensi wisata yang khas. Di Desa Ensaid Panjang terdapat rumah betang yang telah ditetapkan sebagai cagar budaya. Rumah betang Ensaid Panjang masih ditempati oleh masyarakat desa. Para perempuan di dalamnya memiliki keterampilan menenun kain tenun ikat dayak Sintang. Selain itu, setiap tahun, terutama pasca kegiatan berladang, masyarakat desa Ensaid Panjang memiliki tradisi menyelenggarakan Gawai Dayak Nyelapat Taun. Gawai ini merupakan pesta panen padi bagi masyarakat setempat. Aktivitas budaya masyarakat Desa Ensaid Panjang semakin sempurna dengan kondisi alamnya yang menyajikan keindahan dan kekayaan akan keanekaragaman hayati. Kawasan berhutan baik di hutan rawa atau tawang, maupun di kawasan Bukit Rentap memiliki lokasi wisata yang layak dikunjungi wisatawan. Di Bukit Rentap misalnya terdapat air terjun dan puncak yang dapat menjadi lokasi wisata alam. Pengelolaan wisata di Desa Ensaid Panjang selama ini masih belum dilakukan secara optimal, sehingga belum memberikan hasil yang maksimal bagi masyarakat. Dengan kekayaan alam dan budaya, maka dirasakan perlu melakukan pengembangan ekowisata di Desa Ensaid Panjang.
F. Perlindungan Kawasan Kawasan hutan lindung Bukit Rentap yang akan diusulkan sebagai areal kerja hutan desa Ensaid Panjang mempunyai dua ancaman utama yakni kebakaran hutan dan aktivitas penebangan liar, disamping kegiatan lainnya. Oleh karena itu diperlukan kegiatan perlindungan kawasan. Kegiatan perlindungan ini antara lain dilakukan dengan menyusun aturan main pemanfaatan kawasan, patroli, pembuatan papan himbauan, pembuatan sekat bakar pada musim ladang dan berbagai kegiatan perlindungan lainnya, termasuk penindakan terhadap perusak kawasan.
VI. PENUTUP
Desa Ensaid Panjang merupakan salah satu desa dari 16 desa di Kecamatan Kelam Permai, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat yang memiliki kawasan hutan. Beberapa kawasan lindung seperti kawasan Bukit Rentap, sebagian besar kawasannya berada di wilayah administratif Desa Ensaid Panjang. Kawasan Bukit Rentap memiliki peranan penting bagi masyarakat Desa Ensaid Panjang dan sekitarnya, seperti sebagai sumber air bersih, sumber hasil hutan bukan kayu (HHBK), dan lokasi wisata alam. Meski masyarakat setempat telah memanfaatkan kawasan, sampai saat ini masyarakat Ensaid Panjang belum bisa sepenuhnya mengelola kawasan karena belum mempunyai hak pengelolaan. Oleh karena itu masyarakat Desa Ensaid Panjang berinisiatif untuk mengembangkan hutan desa di sebagian kawasan Bukit Rentap guna memperoleh legalitas pengelolaan. Melalui pengembangan hutan desa diharapkan masyarakat bersama para pihak dapat melestarikan kawasan hutan di Desa Ensaid Panjang, tidak hanya di Bukit Rentap, tapi juga pada kawasan hutan rawa (tawang) yang berada di lahan berstatus Areal Penggunaan Lain (APL). Pembelajaran yang diperoleh dari pengembangan hutan desa di kawasan Bukit Rentap nantinya dapat diterapkan juga pada kawasan berhutan lainnya di Desa Ensaid Panjang, seperti di Tawang Mersibung, Tawang Serimbak dan lainnya. Selain itu, pengembangan hutan desa merupakan salah satu promosi masyarakat dalam menerapkan pemanfaatan hutan secara berkelanjutan berdasarkan kearifan lokal yang mereka miliki. Dengan difasilitasi dan didukung oleh PRCF Indonesia, masyarakat Desa Ensaid Panjang telah melaksanakan serangkaian kegiatan guna memenuhi persyaratan pengajuan usulan areal kerja hutan desa kepada Menteri Kehutanan Republik Indonesia. Kegiatan tersebut masih merupakan tahap awal dari pengembangan hutan desa di Ensaid Panjang. Masih banyak proses yang harus ditempuh untuk mewujudkan tujuan dari pengembangan hutan desa ini. Oleh karena itu, masyarakat Desa Ensaid Panjang masih memerlukan dukungan dari berbagai pihak. Semoga tujuan pengembangan hutan desa di Ensaid Panjang segera tercapai dan menjadi pembelajaran bagi kita semua []
.