PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATEMATIKA BERBASIS MIND MAPPING PADA POKOK BAHASAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL KELAS VIII SMP NEGERI 7 MALANG Hario Wisnu Dwi Buono Putro Mahasiswa S1 Universitas Negeri Malang Pembimbing : Indriati Nurul Hidayah, S.Pd, M.Si Dosen Universitas Negeri Malang ABSTRAK: Peningkatan kualitas pendidikan dapat dicapai dengan menciptakan terobosan dalam bidang pembelajaran, salah satunya adalah dengan menciptakan bahan ajar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan bahan ajar tertulis yaitu LKS berbasis Mind Mapping siswa SMP pada pokok bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel yang valid, praktis, dan efektif. Pengembangan bahan ajar ini memodifikasi model pengembangan Plomp yang terdiri atas : (1) tahap investigasi awal, (2) tahap produksi (desain dan realisasi), dan (3) tahap tes, evaluasi, dan revisi. Berdasarkan analisis pengembangan didapatkan hasil bahwa bahan ajar yang dikembangkan dinyatakan valid, praktis, dan efektif. Walaupun demikian, sebagai penyempurnaan bahan ajar, peneliti tetap melakukan revisi berdasarkan saran dan catatan yang diberikan oleh validator dan siswa. Kata kunci: bahan ajar, sistem persamaan linear dua variabel, Mind Mapping
Pendidikan merupakan salah satu bagian penting dalam kehidupan manusia dan akan dibutuhkan sampai akhir hayatnya. Dengan bekal pendidikan, setiap manusia diharapkan mampu menghadapi tantangan global dan berkompetisi secara sehat demi tercapainya kehidupan yang lebih baik. masalah pendidikan erat kaitannya dengan masalah pembelajaran. Peningkatan kualitas pendidikan dapat dicapai dengan menciptakan terobosan dalam bidang pembelajaran, salah satunya adalah dengan menciptakan bahan ajar. Sejak diberlakukannya KTSP, guru dituntut kreatif dalam mengembangkan bahan ajar yang menarik dan inovatif yang mampu memotivasi siswanya untuk aktif. Hal tersebut juga didukung oleh PP nomor 19 tahun 2005 pasal 20 serta Permendiknas nomor 41 tahun 2007 yang mensyaratkan seorang guru untuk mengembangkan bahan ajar sebagai salah satu sumber belajar. Dengan demikian, tugas guru tidak sekedar mengkondisikan situasi sedemikian hingga pengalaman-pengalaman belajar tertentu bermanfaat bagi anak, namun juga menyusun pengalaman belajar sehingga anak bisa berpartisipasi aktif dan relevan dengan struktur kognitif anak (Hudojo, 2005: 7). Bahan ajar merupakan salah satu dari sekian yang harus diperhatikan sebagai pendukung proses pembelajaran. Bahan ajar adalah bahan-bahan atau materi kegiatan pembelajaran yang disusun secara sistematis yang digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran yanng meliputi buku siswa dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Bahan ajar ini hendaknya tidak hanya memberikan materi secara instan, tetapi mampu menggiring siswa kepada kemampuan untuk mengerti konsep yang dipelajari sehingga belajar siswa lebih bermakna. Pada dasarnya untuk mengembangkan penguasaan konsep yang baik dibutuhkan komitmen siswa dalam memilih “belajar” sebagai hal yang “bermakna”, lebih dari sekedar menghafal, yaitu membutuhkan kemauan siswa
mencari hubungan konseptual antara pengetahuan yang dimiliki dengan yang sedang dipelajari. Salah satu teknik belajar yang mengajak siswa untuk mencari hubungan konseptual adalah Mind Mapping (Silitonga, 2007). Mind Mapping merupakan cara untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambilnya kembali ke luar otak. Bentuk Mind Mapping seperti peta sebuah jalan di kota yang mempunyai banyak cabang. Seperti halnya peta jalan kita bisa membuat pandangan secara menyeluruh tentang pokok masalah dalam suatu area yang sangat luas. Dengan sebuah peta kita bisa merencanakan sebuah rute yang tercepat dan tepat dan mengetahui kemana kita akan pergi dan dimana kita berada. Mind Mapping bisa disebut sebuah peta rute yang digunakan ingatan, membuat kita bisa menyusun fakta dan fikiran sedemikian rupa sehingga cara kerja otak kita yang alami akan dilibatkan sejak awal sehingga mengingat informasi akan lebih mudah dan bisa diandalkan daripada menggunakan teknik mencatat biasa (Buzan, 2012: 5). Menurut Hyerle (2012: 10) Mind Mapping atau peta pemikiran pada dasarnya terhubung ke cara otak berpikir dan memasok bahasa visual yang eksplisit bagi siswa guna menemukan pola yang ada dan untuk membangun jejaring pengetahuan mereka sendiri. Menurut Jensen (dalam Hyerle, 2012: 9) dalam bukunya Brain-Based Teaching and Learning sembilan puluh persen dari semua informasi yang masuk ke otak kita adalah visual. Manfaat peta adalah sebagai gambaran konkret dari konsep abstrak terkait dengan kemampuan kita untuk belajar secara visual dan cara peta melengkapi kompleksitas struktur dan pengolahan korteks visual kita. Peta pemikiran merupakan pola visual untuk berpikir, oleh karena itu di desain dengan baik untuk pengajaran dan pembelajaran. Salah satu pokok bahasan penting di dalam pembelajaran matematika adalah pokok bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV). Berdasarkan pengematan dari peneliti pada saat PPL di SMP Negeri 7 Malang masih banyak siswa yang masih kesulitan dalam menyelesaikan masalah terkait SPLDV. Hal tersebut disebabkan karena bahan ajar yang digunakan belum cukup membuat siswa mengerti akan konsep yang diberikan. Mind Mapping adalah teknik pemetaan pemikiran dengan cara membuat suatu peta/jaringan yang menghubungkan bagian yang utama dengan bagian khusus hingga sampai pada bagian yang paling kecil dengn mengandalkan kombinasi warna, gambar, simbol, dan kata. Mind Mapping dapat digunakan untuk membantu siswa dalam hal memahami dan mengingat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memahami proses pengembangan bahan ajar berbasis Mind Mapping pada pokok bahasan SPLDV dan menghasilkan bahan ajar berbasis Mind Mapping pada pokok bahasan SPLDV. METODE Penelitian ini adalah penelitian pengembangan yang produknya berupa bahan ajar tertulis yaitu Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis Mind Mapping pada pokok bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel. Model Pengembangan bahan ajar ini mengadaptasi pada model pengembangan bahan ajar dari Plomp yang terdiri atas 5 tahap, yaitu 1) tahap investigasi awal, 2) tahap desain, 3) tahap realisasi, 4) tahap tes, evaluasi dan revisi, dan 5) tahap implementasi. Namun
dalam penelitian ini hanya sampai pada tahap tes, evaluasi, dan revisi karena disesuaikan dengan biaya dan waktu pelaksanaan. Pada penelitian ini, produk yang telah dikembangkan oleh peneliti akan diuji tingkat kevalidan, kepraktisan, dan keefektifannya. Uji kevalidan dilakukan bertujuan untuk melihat apakah produk yang telah dikembangkan oleh peneliti telah sesuai dengan kriteria LKS dan sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai dalam pembelajaran. Uji kepraktisan dilakukan untuk melihat sejauh mana produk yang dihasilkan praktis untuk digunakan siswa atau tidak. Sedangkan uji keefektifan dilakukan untuk melihat sejauh mana produk yang dihasilkan mampu membantu siswa belajar materi yang diajarkan. Uji kevalidan menggunakan angket validasi dan dilakukan oleh 1 orang dosen matematika dan 2 orang guru matematika yang telah berpengalaman di bidangnya. Uji kepraktisan juga menggunakan angket validasi dan dilakukan oleh 6 siswa yang telah diplilih sebagai subjek uji coba. Uji keefektifan dilakukan dengan melihat hasil pengerjaan LKS oleh siswa. LKS dikatakan efektif jika nilai rata-rata hasil pengerjaan siswa lebih dari 75, yang merupakan KKM di SMP Negeri 7 Malang. Teknik analisis data hasil uji kevalidan dan kepraktisan yang digunakan mengadaptasi dari teknik analisis pada Hobri (2010: 52-56). Teknik analisis data untuk data hasil uji keefektifan adalah dengan menjumlahkan skor siswa dalam pengerjaan LKS (skor maksimum masing- masing LKS 100) yaitu : Ni = *(
)
+
∑
Keterangan: adalah nilai rata-rata siswa ∑ adalah jumlah nilai rata-rata siswa ke-i m adalah banyak siswa Revisi dilakukan jika hasil skor validasi kurang dan LKS perlu dilakukan revisi. Revisi dilakukan pada bagian-bagian LKS yang mengalami kekurangan. Bagian LKS yang mengalami kekurangan dan perlu dilakukan revisi didasarkan pada saran atau catatan yang didapatkan peneliti dari validator maupun saat melaksanakan kegiatan uji coba. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dari pengembangan bahan ajar ini adalah LKS memuat halaman identitas (memuat judul LKS dan satuan pendidikan), halaman orientasi (memuat standar kompetensi, kompetensi dasar, tujuan pembelajaran, dan petunjuk siswa), cek kompetensi (untuk mengecek kemampuan prasyarat siswa), kompetensi (memuat konsep materi yang akan dibahas yang disajikan dalam basis Mind Mapping), uji kompetensi (memuat soal untuk memantapkan pemahaman materi yang dibahas dalam kompetensi), dan tantangan (memuat soal-soal latihan). LKS yang dihasilkan terdiri dari LKS 1, LKS 2, LKS 3, dan LKS 4. LKS 1 memuat kompetensi pengertian SPLDV. LKS 2 memuat kompetensi selesaian SPLDV. LKS 3 memuat penerapan SPLDV. Sedangkan LKS 4 memuat soal-soal tentang kompetensi pada LKS 1, 2, dan 3. Pada setiap LKS siswa akan diminta membuat rangkuman berupa mind mapping dari kompetensi yang telah diajarkan di dalam LKS.
Berikut disajikan hasil analisis uji kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan oleh validator dan subjek uji coba. Tabel 1. Analisis Hasil Uji Kevalidan No. Aspek yang dinilai Skor kevalidan 1. Kelayakan Isi 4,08 2.
Kriteria kevalidan Valid
4,19
Valid
3,92
Cukup
4.
Karakteristik LKS berbasis Mind Mapping Ketepatan penyajian Kebahasaan
4,13
Valid
5.
Kegrafisan
4,13
Valid
3.
Keterangan Tidak perlu revisi Tidak perlu revisi Revisi sebagian Tidak perlu revisi Tidak perlu revisi
Secara keseluruhan aspek terhadap LKS yang telah dikembangkan, diperoleh skor kevalidan sebesar 4,11 dan berada pada kriteria kevalidan valid. Jadi, dapat disimpulkan bahwa LKS yang telah dikembangkan valid dan tidak perlu dilakukan revisi. Namun demikian, peneliti tetap melakukan revisi terutama pada aspek ketepatan penyajian yaitu memperbaiki kesalahan penulisan simbol mtematika dan melengkapi informasi yang ada pada LKS. Tabel 2. Analisis Hasil Uji Kepraktisan No. Subjek uji coba Skor kepraktisan 1. LF 3.90
Kriteria kepraktisan Sedang
2.
KH
4,63
Tinggi
3.
AYA
3,72
Sedang
4.
RVS
4,09
Tinggi
5.
MA
4,27
Tinggi
6.
SSP
4,27
Tinggi
Keterangan Revisi sebagian Tidak perlu revisi Revisi sebagian Tidak perlu revisi Tidak perlu revisi Tidak perlu revisi
Secara keseluruhan diperoleh skor kepraktisan rata-rata dari 6 siswa adalah sebesar 4,15. Skor ini menunjukkan bahwa LKS yang dikembangkan berada dalam tingkat kepraktisan yang tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa LKS yang dikembangkan tidak perlu dilakukan revisi dan praktis digunakan siswa untuk belajar mandiri. Namun demikian, peneliti tetap melakukan revisi terhadap bagian-bagian yang memiliki kekurangan berdasarkan catatan/saran dari subjek uji coba.
Tabel 3. Analisis Hasil Uji Keefektifan No. (i) 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Nama subjek uji coba LF KH AYA SSP RVS MA
Total nilai : Nilai rata-rata :
LKS 1
94 89 89 100 94 94
LKS 2 LKS 3 LKS 4
83 83 77 100 94 89
83 89 77 94 89 83
∑
83 83 79 79 87 90
Ni
SKBM
Keterangan
84,8 85 80 88,5 89,7 89,3
75 75 75 75 75 75
Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas
75
Tuntas
517,3 ∑
86,21
Dari pemaparan hasil uji keefektifan LKS diatas terlihat bahwa LKS efektif karena nilai rata-rata pengerjaan LKS oleh 6 orang siswa diatas SKBM yaitu 86,21. Berikut cuplikan jawaban Mind Mapping yang telah dibuat oleh siswa :
Gambar 1. Jawaban Mind Mapping siswa Berdasarkan catatan dan saran yang diperoleh dari validator yang meliputi dosen dan guru matematika serta subjek uji coba akan dilakukan perbaikan produk. Tabel 4.Catatan/saran dosen dan guru matematika serta subjek uji coba sebagai dasar perbaikan yang dilakukan pada LKS No. Catatan/Saran Perbaikan 1. Pada LKS 1 halaman 4, kata Mengganti kata “Bilangan Real” “Bilangan Real” sebaiknya diganti dengan kata “Himpunan Bilangan dengan kata “Himpunan Bilangan Real”
2. 3.
4.
5. 6.
7.
8.
9.
10. 11.
Real” Variabel pada persamaan dalam LKS sebaiknya dicetak miring Pada LKS 1 halaman 5, kata ”noncontoh” sebaiknya diganti dengan kata “bukan contoh” Mengganti kata-kata pada LKS 1 terkait dengan pengertian selesaian dari SPLDV dengan kata-kata yang lebih mudah dipahami Pada LKS 2 halaman 4, gambar sebaiknya diganti dengan angka Pada LKS 2 halaman 10, terkait materi metode substitusi, mengganti kata “menyatakan x dalam fungsi y” dengan “menyatakan variabel x dalam variabel y” Pada LKS 2 halaman 15, terkait materi metode eliminasi, sebaiknya kata-katanya diperbaiki Pada LKS 3 halaman 7, jumlah harga pensil dan buku tulis sebaiknya diperbesar Pada LKS 4 halaman 1 soal no 3, soal sebaiknya diganti dengan soal yang menghasilkan selesaian bilangan bulat Pertanyaan pada uji kompetensi sebaiknya dipertegas Lembar jawaban pada LKS sebaiknya memakai warna yang terang
Mencetak miring semua variabel pada persamaan dalam LKS Mengganti kata “noncontoh” dengan kata “bukan contoh” Mengganti kata-kata LKS 1 terkait dengan pengertian selesaian dari SPLDV dengan kata-kata yang lebih mudah dipahami Mengganti gambar dengan angka Mengganti kata-kata dalam LKS yaitu “menyatakan x dalam fungsi y” dengan “menyatakan variabel x dalam variabel y” Memperbaiki kata-kata pada LKS
Memperbesar jumlah harga pensil dan buku tulis Mengganti soal yang menghasilkan selesaian bilangan bulat
Mempertegas pertanyaan pada uji kompetensi Mengubah warna gelap pada lembar jawaban dengan warna yang terang
Berdasarkan hasil analisis diatas, dapat disimpulkan bahwa LKS yang dikembangkan telah mencapai kriteria valid, praktis, dan efektif dan layak dijadikan alternatif bahan ajar matematika. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dapat disimpulkan bahwa LKS yang dikembangkan telah memenuhi struktur LKS secara umum, yaitu memuat judul LKS, petunjuk belajar, kompetensi yang akan dicapai, informasi pendukung, dan tugas-tugas. Berdasarkan hasil analisis peneliti yang meliputi analisis uji kevalidan, kepraktisan, dan kefektifan, maka dapat disimpulkan bahwa LKS yang dikembangkan telah memenuhi kriteria valid, praktis, dan efeisien. LKS yang dikembangkan layak dijadikan alternatif bahan ajar matematika pada pokok bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV).
Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti, maka saran yang direkomendasi oleh penulis, yaitu : (1) pengembangan bahan ajar sebaiknya tidak terbatas pada bahan ajar tertulis yaitu LKS dan tidak terbatas pada pokok bahasan SPLDV. Oleh karenanya, perlu dikembangkan bahan ajar yang lain, (2) uji coba produk sebaiknya dilakukan pada kelompok besar untuk mendapatkan hasil yang lebih meyakinkan, (3) teknik Mind Mapping sebaiknya tidak hanya dimanfaatkan dalam pengembangan bahan ajar namun juga diterapkan sebagai metode belajar di dalam kelas. DAFTAR RUJUKAN Buzan, Tony. 2004. Mind Map Untuk Meningkatkan Kreativitas. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Buzan, Tony. 2012. Buku Pintar Mind Map. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Depdiknas. Gintings, Abdorrakhman. 2007. Esensi Praktis Belajar & Pembelajaran. Bandung: Humaniora. Hudojo, Herman. 2005. Kapita Selekta Pembelajaran Matematika. Malang: UM Press. Hobri, H. 2010. Metodologi Penelitian Pengembangan. Mangli : Pena Salsabila. Hyerle, N.David. 2012. Peta Pemikiran. Jakarta : Indeks.