[April 2012] JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 1
PENGEMBANGAN ALAT UKUR BERPIKIR KRITIS PADA KONSEP TERMOKIMIA UNTUK SISWA SMA Kartimi
[email protected] ABSTRAK Tujuan utama dari pendidikan sains adalah menyiapkan siswa memahami konsep dan meningkatkan keterampilan berpikirnya. Pendidikan sains harus banyak berbuat untuk mengembangkan cara berpikir tingkat tinggi yang salah satunya adalah berpikir kritis. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam mengembangkan berpikir kritis, diperlukan suatu alat evaluasi yang dapat mengukur kemampuan tersebut. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Alat ukur yang bagaimanakah yang perlu dikembangkan yang secara akurat dapat mengukur kemampuan berpikir kritis siswa SMA sebagai hasil pembelajaran pada konsep Termokimia? Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengembangkan alat ukur berpikir kritis pada konsep Termokimia untuk siswa SMA. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah ”Research and Development (R&D)” yang dimodifikasi dari model Borg (1989). Lokasi penelitian di SMU yang berada di wilayah kabupaten Kuningan (daerah pegunungan), Kota Cirebon (daerah pantai), dan Kabupaten Majalengka (daerah pertanian). Subyek dalam penelitian ini adalah siswa SMA kelas II IPA yang ditentukan secara random berjumlah 105 orang dari sekolah peringkat atas dan 110 orang dari sekolah peringkat menengah. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa butir-butir soal tes pilihan ganda. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui tes tertulis. Data kuantitatif berupa data skor penguasaan keterampilan berpikir kritis siswa diolah secara statistik. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa SMA di masing-masing Kabupaten/ Kota dilakukam uji statistik dengan menggunakan uji LSD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan keterampilan berpikir kritis siswa pada konsep Termokimia antara siswa SMA kategori peringkat atas dan menengah yang ada di wilayah Cirebon, Kuningan, dan Majalengka. Hal ini menunjukkan bahwa perangkat tes yang dikembangkan dapat membedakan kemampuan berpikir kritis di wilayah Cirebon (daerah pantai), kabupaten Kuningan (daerah pegunungan), dan Kabupaten Majalengka (daerah pertanian). Kata Kunci : Pengembangan alat ukur, Berpikir Kritis A. LATAR BELAKANG Perkembangan
individu untuk memiliki ketangguhan sains
dan
dan
kemampuan
berpikir
yang
teknologi yang begitu pesat tidak hanya
berkualitas tinggi dalam menganalisis,
membuahkan kemajuan, namun juga
mengevaluasi, dan mencari alternatif
menimbulkan berbagai permasalahan
penyelesaian
yang pelik, kompleks, dan multidimensi.
dihadapi.
Permasalahan-permasalahan di bidang kehidupan di abad ke-21 ini, menuntut
Keadaan
atas
ini
masalah
harus
yang
disikapi
dengan meningkatkan kualitas sumber 1
[April 2012] JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 1
daya
manusia
Indonesia
agar
nasional,
dan
internasional
yang
menghasilkan generasi penerus yang
kompleks. Keterampilan berpikir kritis
siap menghadapi tantangan zaman dan
sangat diperlukan oleh siswa karena
memiliki kemampuan berpikir yang
menjadi modal dasar untuk memahami
berkualitas tinggi. Upaya peningkatan
berbagai
mutu sumber daya manusia Indonesia
konsep dalam disiplin ilmu (De Bono,
ini dapat dilakukan diantaranya melalui
1991). Berpikir kritis juga menyebabkan
pendidikan sains. Sains yang sarat akan
generasi muda dapat dengan mudah
kegiatan berpikir dapat menjadi wahana
mengatur
untuk meningkatkan kualitas sumber
persaingan
daya
(Liliasari, 1997).
manusia
terutama
(SDM)
dalam
Indonesia, membangun
hal,
diantanya
strategi
memahami
tantangan
global
yang
Kemampuan
berpikir
dihadapi
kritis
keterampilan berpikirnya. Pembentukan
dalam
keterampilan ini sangat menentukan
dengan asumsi bahwa umumnya anak
dalam membangun kepribadian dan
dapat mencapai berpikir kritis dan
pola tindakan dalam kehidupan setiap
keterampilan
insan
itu
berkembang, dapat diajarkan dan dapat
pembelajaran sains perlu diberdayakan
dipelajari (Nickerson, 1985). Sebagai
untuk
implikasi dari asumsi tersebut guru
Indonesia,
mencapai
karena
maksud
tersebut
(Liliasari, 2005).
manusia
dikembangkan
berpikir
selalu
harus memberikan unsur rangsangan
Pengembangan berpikir
pengajaran
dan
keterampilan bukan
dapat membuka pola pikir siswa dari
hanya ditujukan untuk menjadi warga
sekedar mengingat fakta menuju pola
negara yang baik yang taat hukum saja,
pikir
namun dalam kehidupan berdemokrasi
karakteristiknya,
masa
pemahaman
memerlukan latihan yang salah satu
terhadap tatanan sosial, politik, hukum
caranya dengan kebiasaan mengerjakan
dan ekonomi bangsa, yang karenanya
soal-soal evaluasi yang mengembangkan
perlu
keterampilan berpikmir kritis.
kini
tentang
perlu
kemampuan isu-isu
Indonesia
seperti membuat sistem evaluasi yang
pula
berpikir
kritis.
melibatkan
Untuk
perbedaan pendapat berbagai pihak.
keberhasilan
Berpikir
mengembangkan
kritis
yang
kritis
yang
penting
untuk
menghadapi isu-isu demokrasi lokal,
Sesuai
dengan
berpikir
kritis
mengetahui
tingkat
siswa
dalam
berpikir
kritis,
diperlukan suatu alat evaluasi yang 2
[April 2012] JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 1
dapat mengukur kemampuan tersebut.
kimia dan membandingkan kualifikasi
Pengukuran merupakan faktor penting
berpikir kritis siswa SMU di wilayah
dalam
yang berbeda lingkungan sosialnya.
pendidikan
pengukuran
akan
karena
melalui
diketahui
secara
persis dimana posisi siswa pada suatu saat
atau
pada
suatu
B. Rumusan Masalah
kegiatan.
Latar belakang di atas dijadikan
Pengukuran dalam bidang pendidikan
titik
dimaksudkan untuk mengukur atribut
permasalahan
atau
tertentu.
fokus penelitian ini, yaitu “ Alat ukur
pengukuran
terhadap
yang
psikologi
seseorang
karakteristik
Kegiatan karakteristik
siswa
tolak
dalam
merumuskan
pokok
yang
bagaimanakah
dikembangkan
menjadi
yang
untuk
perlu
mengukur
termasuk kompleks sehingga hanya
keterampilan
orang yang memiliki keahlian dan
konsep termokimia untuk siswa SMA ?
latihan
tertentu
kritis
pada
dapat
Rumusan permasalahan tersebut
melakukannya (Zainul dan Nasution,
di atas, secara operasional dijabarkan
2001).
menjadi pertanyaan penelitian sebagai Dari
bahwa
yang
berpikir
pendapat tersebut jelas
berpikir
kritis
termasuk
berikut : 1. Indikator
keterampilan
berpikir
karakteristik psikologis seseorang yang
kritis apa saja yang dapat digunakan
dapat diketahui kualifikasinya (rendah,
dalam
sedang, atau tinggi) dan ahl itu bisa
berpikir
diketahui apabila diadaan pengukuran
Termokimia untuk siswa SMA ?
dengan aturan dan formula yang jelas.
pengembangan kritis
2. Apakah
alat
pada
terdapat
ukur
konsep
perbedaan
Berdasarkan pra penelitian saat ini
keterampilan berpikir kritis siswa
belum
SMA pada konsep Termokimia di
ada
alat
ukur
yang
dapat
menentukan berpikir kritis seorang
sekolah
peringkat
siswa SMU khususnya dalam bidang
wilayah
Cirebon,
kimia.
Majalengka? Berdasarkan
pernyataan
dan
3. Apakah
atas
diantara
Kuningan,
terdapat
dan
perbedaan
fakta tersebut maka perlu dilakukan
keterampilan berpikir kritis siswa
pengembangan alat ukur berpikir kritis
SMA pada konsep Termokimia di
kimia untuk siswa SMU yang dapat
sekolah
peringkat
menengah
menentukan kualifikasi berpikir kritis 3
[April 2012] JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 1
diantara wilayah Cirebon, Kuningan,
diri sendiri, membangkitkan pertanyaan
dan Majalengka?
untuk
4. Bagaimanakah
gambaran
diri
2001,
SMA
melanjutkan
konsep
dan
mencari
informasi untuk diri kita sendiri (Fisher
kemampuan berpikir kritis siswa menggunakan
sendiri,
2-3).
Kemudian pendapat
Glasser
John
Dewey
Termokimia di daerah yang memiliki
dengan memberikan pernyataan bahwa
karakteristik lingkungan berbeda ?
berpikir kritis adalah suatu sikap yang cenderung untuk mempertimbangkan
C. TUJUAN PENELITIAN
dan memikirkan suatu masalah yang
1. Tujuan umum Penelitian
timbul dari pengalaman. Glaser juga
Tujuan umum penelitian ini adalah
menyatakan
mengembangkan alat ukur berpikir
adalah suatu pengetahuan dari metode
kritis
inkuiri/penemuan.
pada
konsep
Termokimia
untuk siswa SMA
adalah
a. Menemukan alat ukur berpikir
Pendapat
keterampilan
diimplementasikan
kritis kimia untuk SMA yang valid
inkuiri.
dan reliabel.
menurut
b. Mengetahui kemampuan berpikir siswa
berpikir
kritis
Glasser
yang terakhir mengenai berpikir kritis
2. Tujuan Khusus Penelitian
kritis
bahwa
pada
konsep
dapat
melalui
Indikator Edward
pengenalan
yang
metode
berpikir
kritis
Glasser
adalah
terhadap
masalah,
menginterpretasikan data, menyaring
Termokimia di SMA peringkat
data
atas dan menengah
kesimpulan, serta mengenali asumsi dan
di antara
wilayah Cirebon, Kuningan, dan Majalengka
dan
informasi,
menuliskan
nilai-nilai (Fisher 2001, 9) Tokoh berbicara
selanjutnya
mengenai
berpikir
yang kritis
D. KAJIAN TEORI
adalah Robert Ennis (Fisher 2001,4).
1. Berpikir Kritis
Berpikir kritis menurut Robert Ennis
Sejarah
mengenai
berpikir
adalah pengambilan keputusan. Jadi
kritis dimulai dari John Dewey yang
dalam hal ini, Ennis menekankan bahwa
menyatakan
bahwa
berpikir
proses
dengan alasan yang dapat diterima
pendapatnya
berpikir
kritis
merupakan
berpikir
secara
aktif,
dimana
kritis
lebih
berhubungan
kita
ketika seseorang mengambil keputusan.
berpikir mengenai segala sesuatu untuk
Ennis (1985) mendefinisikan berpikir 4
[April 2012] JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 1
kritis sebagai cara berpikir reflektif yang
mempertimbangkan suatu laporan
masuk akal atau berdasarkan penalaran
hasil observasi
yang difokuskan, untuk menentukan apa
3. Menyimpulkan, meliputi : (6)
yang harus diyakini dan dilakukan.
mendeduksi dan
Berpikir
mempertimbangkan hasil deduksi,
kritis
menggunakan
dasar
proses berpikir untuk menganalisis
(7) menginduksi dan
argumen dan memunculkan wawasan
mempertimbangkan hasil induksi,
terhadap
(8) membuat dan menentukan nilai
tiap-tiap
interpretasi,
untuk
makna
dan
mengembangkan
pola penalaran yang kohesif dan logis, memahami
asumsi
dan
bias
yang
pertimbangan 4. Memberikan penjelasan lanjut, meliputi : (9) mendefinisikan istilah
mendasari tiap-tiap posisi, memberikan
dan pertimbangan dalam tiga
model presentasi yang dapat dipercaya,
dimensi, dan (10) mengidentifikasi
ringkas dan meyakinkan. Berpikir kritis
asumsi
menekankan aspek pemahaman, analisis (Schlect,
1989),
evaluasi
(Gerhard,,
1971; Schleect, 1989; Ennis 1991). Menurut Ennis (1985) dalam
5. Mengatur strategi dan taktik, meliputi : (11) menentukan tindakan, (12) berinteraksi dengan orang lain.
Goal for A Critical Thinking Curiculum,
Menurut Richard Paul, berpikir
terdapat lima tahap berpikir dengan
kritis
masing-masing
mengenai suatu masalah dimana si
indikatornya
sebagai
adalah
suatu
dapat
gaya
berpikir
berikut :
pemikir
meningkatkan
1. Memberikan penjelasan sederhana,
kemampuannya dalam berpikir. Richard
meliputi : (1) memfokuskan
Paul juga menyatakan bahwa seseorang
pertanyaan, (2) menganalisis
tidak hanya sekedar berpikir, tetapi dia
pernyataan, (3) bertanya dan
juga mampu berpikir mengenai apa
menjawab pertanyaan tentang suatu
yang dipikirkannya atau „thinking about
penjelasan
thinking“.
2. Membangun keterampilan dasar,
Definisi pertama berpikir kritis
meliputi : (4) mempertimbangkan
adalah merefleksikan setiap pemikiran
apakah sumber dapat dipercaya/
dalam memutuskan mengenai apa yang
tidak, dan (5) mengamati dan
dipercayai atau apa yang dilakukan (Ronning dkk 2004, 181). Jadi berpikir 5
[April 2012] JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 1
kritis
merupakan
aktifitas
fokus kognitif yang utama. Selanjutnya
berefleksi. Berpikir kritis juga mengarah
ia menyatakan bahwa berpikir kritis
pada pemikiran terhadap sesuatu hal
menggunakan proses-proses berpikir
supaya kita mempunyai pemahaman
dasar, menganalisis argumen-argumen,
yang lebih dalam. Definisi yang ke dua
dan menghasilkan pemahaman makna
dari berpikir kritis akan meningkatkan
dan interpretasi tertentu. Kemampuan
kemampuan
mengumpulkan,
tersebut juga mengembangkan pola-
menginterpretasikan, mengevaluasi, dan
pola nalar dan kohesif, memahami
memilih informasi dengan tujuan untuk
asumsi dan bias yang melandasi posisi-
membuat pilihan-pilihan yang jelas.
posisi tertentu, untuk mendapatkan
Definisi ketiga dari berpikir kritis adalah
suatu gaya, presentasi yang terpercaya,
membedakan antara hasil dengan suatu
konsisten, dan meyakinkan.
proses.
suatu
dalam
Berpikir
kritis
lebih
dari
Berpikir kritis adalah suatu
pengambilan keputusan dan meyakini
proses untuk mencari makna bukan
bahwa suatu proses dari keputusan
sekedar
lebih dari keputusan sendiri. Richard
(Arendt, 1977 dalam Costa ed. 1985:35).
paul mengelompokkan berpikir kritis ke
Liliasari (1997) menyatakan bahwa
dalam 22 indikator berpikir kritis,
berpikir kritis mampu mempersiapkan
beberapa
diantaranya
adalah
siswa berpikir pada berbagai disiplin
kemampuan
bertanya,
kemampuan
ilmu serta dapat digunakan untuk
menjawab
pertanyaan,
kemampuan
memenuhi kebutuhan intelektual dan
memberi
kesimpulan,
kemampuan
pengembangan potensi dirinya.
menganalisis, dll (Paul 2005, 22).
Berpikir
Menurut B.Z. Presseisen (1985) bahwa
berpikir
diasumsikan
pada
sebagai
umumnya
suatu
perolehan
proses
kritis
pengetahuan
merupakan
sebuah proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti
memecahkan
masalah,
keputusan,
membujuk,
kognitif, suatu tindakan mental dalam
mengambil
usaha
pengetahuan.
menganalisis asumsi, dan melakukan
Meskipun kognitif berkaitan dengan
penelitian ilmiah (Alwasilah 2007, 182-
beberapa cara bagaimana sesuatu bisa
183). Berpikir kritis memungkinkan
dikenal, seperti persepsi, penalaran, dan
siswa
intuisi. Kemampuan berpikir saat ini
secara sistematis, mengahdapi berjuta
ditekankan
tantangan
memperoleh
pada
penalaran
sebagai
untuk
mempelajari
dengan
cara
masalah
yang 6
[April 2012] JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 1
terorganisasi, merumuskan pertanyaan
dimana
inovatif, dan merancang solusi.
sebagai dasar pemikirannya. Orang yang
Berdasarkan uraian di atas, dapat
penalarannya
digunakan
berpikir kritis akan memutuskan dan
dinyatakan bahwa berpikir kritis adalah
berpikir
kemampuan untuk mengatakan sesuatu
pandangan terhadap suatu konteks yang
dengan penuh percaya diri. Berpikir
berbeda.
kritis
untuk
memungkinkan
siswa
untuk
rasional
melalui
Mereka
akan
membuat
beberapa
bersiap-siap
penalaran
dan
menemukan kebenaran di tengah banjir
keputusan terhadap apa yang dilihat,
kejadian
didengar atau dipikirkan. Orang yang
dan
informasi
yang
mengelilingi mereka setiap hari. Dengan
berpikir
demikian keterampilan berpikir kritis
membiarkan
siswa adalah cara berpikir siswa untuk
keputusan
menganalisis
memutuskannya sendiri dan konsisten
argumen
dan
memunculkan wawasan terhadap tiap-
kritis
juga
orang
tidak
lain
untuknya,
akan
mengambil
mereka
akan
terhadap keputusannya (Spliter, 1991).
tiap makna dan interpretasi serta untuk
Dalam
mengembangkan
mengembangkan pola penalaran yang
keterampilan berpikir kritis, seperti
kohesif dan logis.
halnya mengembangkan keterampilan
Berpikir kritis sangat diperlukan
motorik, keduanya memerlukan latihan-
oleh setiap individu untuk menyikapi
latihan (Penner, 1995). Dalam kaitannya
permasalahan kehidupan yang dihadapi.
dengan pengembangan pemikiran siswa,
Dalam berpikir kritis, seorang dapat
Dewey dalam Soejono (1978) secara
mengatur, menyesuaikan, mengubah,
lebih khusus mengungkapkan : “ Anak
atau memperbaiki pikirannya sehingga
harus
dia
tepat.
tumbuh hasrat untuk menyelidiki secara
tidaklah
teratur dan akhirnya dapat berpikir
dapat
bertindak
lebih
Penyesuaian-penyesuain acak
bersifat
agar
secara keilmuan, objektif, dan logis.
didasarkan pada standar atau rambu-
Yang terpenting adalah jalan atau proses
rambu yang oleh Ennis di sebut “nalar”
berpikirnya
(reason). Seorang yang berpikir kritis
dipikirkan”.
orang
penalarannya.
instink,
kecerdasannya
tapi
adalah
atau
ini
dididik
yang
terampil
dan
Peranan
bukan
pendidik
hal
yang
untuk
Dia
mempunyai
mengembangkan keterampilan berpikir
kemampuan
untuk
menggunakan
kritis dalam diri pelajar adalah sebagai
penalarannya
dalam
suatu
konteks
pendorong, fasilitator, dan motivator. 7
[April 2012] JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 1
Dalam hal berpikir kritis, siswa dituntut
tujuan pembelajaran khusus, tetapi juga
menggunakan strategi kognitif tertentu
berdasarkan
yang tepat untuk menguji keandalan
berpikirnya. Jadi alat ukur tersebut
gagasan
merupakan
pemecahan
masalah
dan
indikator
integrasi
kemampuan
antara
tujuan
mengatasi kesalahan atau kekurangan.
pembelajaran khusus dengan indikator
Kemampuan
kemampuan berpikir kritis.
berpikir
kritis
akan
siswa
untuk
dapat
apa
yang
memungkinkan menentukan
informasi
didapat,
ditransformasi
2. Pengembangan Alat Ukur
dan
Terdapat
dua
cara
dalam
dipertahankan. Pengalaman bermakna
mengembangkan alat ukur yaitu : (1)
yang melibatkan berpikir kritis dapat
dengan mengembangkan sendiri, (2)
membantu
siswa
:
dengan cara menyadur (adaptation).
keputusan
yang
didasarkan
pada
Sehubungan dengan ini Natawidjaya
evaluasi
komponen-komponen
yang
(dalam
terlibat,
(2)
(1)
membuat
menentukan
validitas
Helma,
2001)
mengatakan
bahwa dalam mengukur suatu variabel
kesimpulan. Keyakinan dan opini yang
penelitian,
dinyatakan orang lain, (3) melihat
menyusun
keyakinan,
dan
penelitiannya, akan tetapi dalam hal-hal
pemikirannya sendiri yang berkaitan
tertentu peneliti dapat menggunakan
dengan
dan
alat ukur yang sudah ada baik alat ukur
membiarkan siswa untuk memperkuat
yang telah digunakan dalam penelitian
gagasan
sebelumnya maupun berupa alat ukur
perasaan,
situasi
dan
yang
sikap
ada,
keyakinannya
serta
menentukan sendiri nilai-nilai yang
seorang
peneliti
sendiri
dapat
alat
ukur
baku dalam bahasa asing.
akan dihargainya (Gerhard, 1971).
Terdapat beberapa langkah yang
Indikator berpikir kritis yang
harus
ditempuh
bila
peneliti
digunakan dalam penelitian ini mengacu
mengembangkan
pada kurikulum Ennis (1985). Dalam
dalam
mengembangkan alat ukur berpikir
merumuskan masalah penelitian, (2)
kritis terlebih dahulu harus menyeleksi
merumuskan variabel, (3) menentukan
indikator-indikator
ukur
sendiri
penelitiannya,
yaitu
:
(1)
ada,
agar
instrumen yang akan digunakan, (4)
yang
akan
menjabarkan bangun setiap variabel, (5)
yang
menyusun kisi-kisi, (6) penulisan butir-
dikembangkan bukan saja berdasarkan
butir alat ukur, (7) mengkaji ulang alat
sesuai
dengan
dikembangkan.
yang
alat
konsep Alat
ukur
8
[April 2012] JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 1
ukur tersebut yang akan dilakukan oleh
reliabilitas dari alat ukur yang disadur
peneliti
tersebut, (5) membuat norma, dan
sendiri
dan
oleh
penilai
(melakukan judgment), (8) penyusunan
menyusun manual.
perangkat alat ukur sementara, (9)
Menurut Zainul dan Nasution
melakukan ujicoba dengan tujuan untuk
(2001) terdapat beberapa langkah yang
mengetahui : a) apakah alat ukur itu
harus
dapat diadministrasikan dengan mudah,
pengembangan alat ukur yaitu : (1)
b) apakah setiap butir alat ukur itu
Perencanaan tes, meliputi pengambilan
dapat dibaca dan dipahami oleh subek
sampel dan pemilihan butir soal, tipe tes
penelitian, c) mengetahui validitas, dan
yang akan digunakan, aspek yang akan
d) reliabilitas, (10) perbaikan alat ukur
diuji, format butir soal, jumlah butir
sesuai hasil ujicoba, (11) penataan
soal, distribusi tingkat kesukaran, dan
kembali perangkat alat ukur yang
kisi-kisi tes. (2)Konstruksi tes, (3)
terpakai untuk memperoleh data yang
Pengadministrasian
akan
penyusunan
digunakan
untuk
keperluan
membuat manual (Natawidjaya, 1999). Langkah-langkah
yang
harus
dilakukan
pada
proses
tes
perangkat
meliputi tes
dan
pelaksanaan tes, (4) Pengolahan dan pendekatan
penilaian,
meliputi
dilakukan peneliti mengembangkan alat
pengolahan hasil tes dan pendekatan
ukur
adaptasi
penilaian, serta penilaian, (5) Analisis
Kartadinata
butir tes meliputi (a) karakteristik butir
(dalam Helma, 2001), yaitu : (1)
soal : tingkat kesukaran, daya pembeda,
menterjemahkan butir-butir pernyataan
dan berfungsi tidaknya pilihan, (b)
oleh dua orang penterjemah yang
spesifikasi butir soal : validasi isi dan
terpisah ke dalam bahasa peneliti (misal
keterukuran tujuan, (c) karakteristik
bahasa
perangkat ts : reliabilitas dan validitas,
dengan
(menyadur)
prosedur menurut
Indonesia),
(2)
peneliti
menyunting dan mengintegrsaikan hasil
(6) Validasi.
terjemahan, (3) hasil saduran tersebut diterjemahkan lagi ke dalam bahasa asli
E. METODOLOGI PENELITIAN
(misal bahasa Inggris) oleh orang yang
1. Desain Penelitian
memiliki kemampuan asli tersebut ahli
Desain
penelitian
ini
adalah
dalam bidang aspek yang diukur (misal
”Research and Development (R&D)”
motivasi belajar), (4) melakukan ujicoba
yang dimodifikasi dari model Borg
untuk memperoleh tingkat validitas dan 9
[April 2012] JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 1
(1989). Tahap-tahap penelitian terdiri
kritis dan satu orang pakar
dari tiga langkah, yaitu :
konsep kimia. Setelah ditelaah
a. Penelitian, yang dimaksud penelitian
dan
direfisi
sesuai
disini adalah studi dokumentasi
masukan
untuk mengumpulkan data-data dan
mereka, kemudian hasil revisi
informasi tentang kondisi evaluasi
siap
dan alat evaluasi hasil belajar di SMA
diperoleh
serta dilakukan kajian pustaka yang
kritis. Validasi dilakukan dengan
relevan dengan judul dan atau
cara
permasalahan penelitian
kepada tiga orang pakar.
b. Pengembangan
alat
ukur
yang
dan
dengan
saran-saran
diujicobakan alat
hingga
ukur
ditimbang
berpikir
(judgment)
c. Pengujian alat ukur
meliputi :
Alat ukur yang telah dikembangkan
1. Tahap persiapan
diujikan kepada tiga daerah sampel
Pada tahap persiapan dilakukan
untuk
perencanaan untuk menentukan
berpikir kritis kimia yang baku.
aktivitas yang harus dilakukan
Pengujian dilakukan kepada siswa
sehubungan
SMA kelas III dan mahasiswa kimia
dengan
perumusan/penyusunan
alat
memperoleh
tingkat
satu
alat
yang
ukur
telah
ukur termasuk menyusun kisi-
mendapatkan mata kuliah Kimia
kisi, tujuan, materi, indikator
Dasar. Ujicoba dilakukan empat kali
berpikir kritis, dan format alat
meliputi
ukur yang akan digunakan untuk
merevisi keterbacaan, ujicoba ke-2
kelas II. Kegiatan lain yang harus
untuk merevisi materi, ujicoba ke-3
dilakukan pada tahap persiapan
merevisi keterbacaan dan materi,
ini adalah menentukan lokasi,
serta
waktu
menentukan reliabilitas. Alat ukur
dan
lain-lain,
serta
penyusunan draft awal alat ukur. 2. Tahap pengembangan alat ukur
ujicoba
ujicoba
ke-1
ke-4
untuk
untuk
yang telah dilakukan uji validasi, reliabilitas
serta
validasi
pakar
Draft alat ukur keterampilan
dapat diterapkan sebagai alat ukur
berpikir
dimintakan
yang dapat mengukur kemampuan
penelaahannya kepada tiga orang
berpikir kritis siswa SMA pada
pakar yaitu satu orang pakar alat
konsep-konsep kimia.
kritis
ukur, satu orang pakar berpikir 10
[April 2012] JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 1
2. Lokasi dan Subyek Penelitian Lokasi penelitian di SMU yang berada di
wilayah
kabupaten
Kuningan
4. Teknik Pengumpulan Data
(daerah pegunungan), Kota Cirebon
Dalam
(daerah
Kabupaten
teknik pengumpulan data dilakukan
pertanian).
melalui tes tertulis. Dari tes tertulis
pantai),
Majalengka Kriteria
dan
(daerah pengambilan
ditentukan
secara
berdasarkan
rancangan
penelitian
skor
ini
sekolah
diperoleh
penguasaan
random
keterampilan berpikir kritis siswa.
passing grade Nilai
Ujian Akhir Nasional (UAN) di tiap
5.Teknik Analisis Data
Kabupaten/Kota dan diambil satu
Data kualitatif berupa jenis-jenis
sekolah kategori peringkat atas dan
konsep, jenis-jenis indikator berpikir
menengah. Subyek dalam penelitian
kritis dianalisis secara deskriptif.
ini
adalah
II
yang
Data kuantitatif berupa data skor
random,
dan
penguasaan keterampilan berpikir
diambil satu kelas dari kelas II IPA
kritis siswa diolah secara statistik.
untuk tiap sekolah peringkat atas
Untuk
berjumlah 105 orang dan 110 orang
kemampuan berpikir kritis siswa
dari sekolah peringkat menengah.
SMA unggulan
ditentukan
siswa
SMA
secara
mengetahui
Kabupaten/ 3. Instrumen Penelitian
di
Kota
perbedaan
masing-masing dilakukan
uji
statistik LSD.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari : Analisis
E. HASIL DAN PEMBAHASAN
konsep,
Perbandingan hasil tes keterampilan
Kisi-kisi
alat
ukur
keterampilan berpikir kritis, Alat
berpikir kritis
ukur keterampilan berpikir kritis :
Termokimia SMA peringkat atas di tiga
berupa butir-butir soal tes pilihan
wilayah yang berbeda yaitu Cirebon,
ganda untuk memperoleh gambaran
Kuningan,
keterampilan berpikir kritis siswa
menggunakan
baik secara umum maupun secara
dikembangkan dapat dilihat pada tabel
konsep kimia.
1.
dan
siswa pada konsep
Majalengka alat
ukur
dengan yang
11
[April 2012] JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 1
Tabel 1. Hasil tes keterampilan berpikir kritis siswa pada konsep Termokimia di SMA peringkat atas di Kota Cirebon, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Majalengka SEKOLAH Rata-rata
SMAN 2 Cirebon (Kota Cirebon) 45,30
SMAN 1 Kuningan (Kab Kuningan) 31,50
SMAN Kadipaten (Kab majalengaka) 19,23
Tabel 2. Multiple Comparisons Dependent Variable:skor (I) sample (J) sample Mean Std. Difference (I-J) Error Sig. LS SMA 2 sma 13,800* 4,612 ,00 D Cirebon kuningan 4 * sma 1 26,067 4,612 ,00 kadipaten 0 * SMA sma 2 -13,800 4,612 ,00 kuningan Cirebon 4 * sma 1 12,267 4,612 ,00 kadipaten 9 * SMA 1 sma 2 -26,067 4,612 ,00 kadipaten Cirebon 0 * sma -12,267 4,612 ,00 kuningan 9 *. The mean difference is significant at the .05 level.
95% Confidence Interval Lower Upper Bound Bound 4,63 22,97 16,90
35,23
-22,97
-4,63
3,10
21,43
-35,23
-16,90
-21,43
-3,10
Tabel 3. Hasil tes keterampilan berpikir kritis siswa pada konsep Termokimia di SMA peringkat menengah di Kota Cirebon, Kab Kuningan, Kab Majalengka SMA Rata-rata
SMAN 7Cirebon (Kota Cirebon) 20,95
SMAN Mandirancan (Kab Kuningan) 27,94
SMAN Sumberjaya (Kab Majalengaka) 24,87
Tabel 4. Multiple Comparisons Dependent Variable:skor (I) sample (J) sample Mean Difference Std. (I-J) Error Sig. LSD SMAN 7 SMAN -6,991* 1,24 0,0 Cirebon Mandirancan 9 00 SMAN -3,920* 1,20 0,0 Sumberjaya 4 02 SMAN SMAN 7 6,991* 1,24 0,0 Mandiranca Cirebon 9 00
95% Confidence Interval Lower Upper Bound Bound -9,47 -4,51 -6,31
-1,53
4,51
9,47
12
[April 2012] JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 1
n
SMAN 3,071* Sumberjaya SMAN SMAN 7 3,920 Sumberjaya Cirebon SMAN -3,071 Mandirancan *. The mean difference is significant at the .05 level. Berdasarkan tabel 1., data hasil tes keterampilan
berpikir
menunjukkan
bahwa
kritis
keterampilan
berpikir kritis siswa di SMA SMAN 2 Cirebon (Kota Cirebon) dibandingkan
lebih tinggi
SMAN
(Kabupaten
1
Kuningan
Kuningan),
dan
1,25 7 1,20 4 1,25 7
0,0 16 0,0 02 0,0 16
0,58
5,56
1,53
6,31
-5,56
-0,58
masyarakatnya. Masyarakat di daerah pantai lebih kritis dibandingkan di daerah pegunungan/pertanian. Sedangkan menunjukkan berpikir
pada
tabel
bahwa
kritis
Mandirancan
3
keterampilan
siswa
(kabupaten
di
SMAN
Kuningan)
keterampilan berpikir kritis siswa SMAN
lebih tinggi dibandingkan SMAN 1
1 Kuningan lebih tinggi dari SMAN
Sumberjaya (Kabupaten Majalengka),
Kadipaten ( Kabupaten Majalengka).
dan keterampilan berpikir kritis siswa
Berdasarkan analisis data dengan menggunakan uji statistik (LSD) pada
SMAN 1 Sumberjaya lebih tinggi dari SMAN 7 Cirebon ( Kota Cirebon).
tabel 2, dapat diketahui bahwa nilai
Berdasarkan analisis data dengan
signifikansi lebih kecil dari 0,05, hal ini
menggunakan uji statistik (LSD), dapat
menunjukkan
terdapat
diketahui bahwa nilai signifikansi lebih
perbedaan keterampilan berpikir kritis
kecil dari 0,05, hal ini menunjukkan
siswa pada konsep Termokimia di SMA
bahwa
peringkat atas diantara ketiga wilayah
keterampilan berpikir kritis siswa pada
yang
konsep Termokimia di SMA kategori
bahwa
berbeda
yaitu
Kota
Cirebon
terdapat
(daerah pantai), Kabupaten Kuningan
menengah
(daerah pegunungan), dan Kabupaten
berbeda yaitu Kota Cirebon (daerah
Majalengka
pantai), Kabupaten Kuningan (daerah
(daerah
pertanian).
di
ketiga
perbedaan
Keadaan ini sejalan dengan pandangan
pegunungan),
umum dalam sosiologi kemasyarakatan
Majalengka (daerah pertanian).
bahwa
kondisi
geografis
dan
wilayah
yang
Kabupaten
/budaya
setempat mempengaruhi cara pandang dan pola pikir/keterampilan berpikir 13
[April 2012] JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 1
F. KESIMPULAN
perangkat tes yang dikembangkan dapat
Terdapat perbedaan keterampilan berpikir kritis siswa pada
konsep
membedakan kritis
di
kemampuan
wilayah
berpikir
Cirebon
(daerah
Termokimia di SMA peringkat atas dan
pantai), kabupaten Kuningan (daerah
menengah di wilayah
pegunungan),
Kota Cirebon,
Kabupaten Kuningan, dan Kabupaten
dan
Kabupaten
Majalengka (daerah pertanian).
Majalengka. Hal ini menunjukkan bahwa DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. (1997). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. Carin, A.A. & Sund, R.B. (1980). Teaching Science through Discovery, Fourth Edition, Ohio : Charles E. Merril Publishing Co. Costa, A.L. dan Presseisen, B.Z. (1985). Glossary of thinking skills, in A.L. Costa (ed). Developing Minds : A Resource Book For Teaching Thinking, Alexandria : ASCD. 303-312. Herron, J.D. et al. (1977).” Evaluation of the Longeot test of cognitive development”. Journal of Research in Science Taeching, 18 (2). 123 –130 Joyce, et al. (1992). Models of Teaching, New Jersey: Prentice Hall, Inc.
Lawson, A.E. (1979). Science Education Information Report, 1980 AETS Yearbook The Psychology of Teaching for Thinking and Creativity. Ohio : Clearinghouse. Liliasari. (1999). Pengembangan Model Pembelajaran Komputer Berdasarkan Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi. Makalah Dibacakan Dalam Seminar Mutu Pendidikan dalam Rangka Dies Natalis 45 dan Lustrum IX IKIP Bandung,Pusat Studi Komputer Sains, IKIP Bandung. Sund, R.B. dan Trobridge. (1973). Leislie W., Teaching Science By Inquiry In The Secondary School, Columbus : Charles E. Merill Publishing Company.
14