PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA SMA KELAS X MATERI GERAK LURUS BERUBAH BERATURAN UNTUK MEMFASILITASI PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA
artikel disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika
oleh Akhmad Ardi Waluyo 4201409049
JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2014
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Artikel dengan judul: Pengembanngan Bahan Ajar Fisika SMA Kelas X Materi gerak Lurus Berubah Beraturan untuk Memfasilitasi Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa disusun oleh: Akhmad Ardi Waluyo 4201409049 Berdasarkan skripsi yang telah dipertahankan di hadapan sidang panitia ujian skripsi Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Semarang pada tanggal 02 Oktober 2014.
Pembimbing I
Semarang, Oktober 2014 Pembimbing II
Dra. Langlang Handayani, M.App.Sc. NIP. 196807221992032001
Dra. Pratiwi Dwijananti, M.Si. NIP. 196203011989012001
ii
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA SMA KELAS X MATERI GERAK LURUS BERUBAH BERATURAN UNTUK MEMFASILITASI PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA A. Ardi Waluyo, L. Handayani, P. Dwijananti Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang Semarang, Indonesia Email:
[email protected] Abstrak Berdasarkan hasil studi pustaka didapatkan bahwa kemampuan berpikir kritis sangat penting dimiliki oleh siswa, sehingga perlu dilakukan pengembangan. Pengembangan kemampuan berpikir kritis dapat dilakukan melalui pengadaan bahan ajar yang didesain untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa. Melalui pengadaan bahan ajar ini diharapkan dapat memfasilitasi pengembangan kemampuan berpikir kritis siswa. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan bahan ajar fisika SMA kelas X yang layak dan mudah dipahami oleh siswa serta dapat memfasilitasi pengembangan kemampuan berpikir kritis siswa. Desain penelitian ini merupakan research and development yang terdiri dari tiga tahap, yaitu define, design dan develop. Instrumen yang digunakan berupa angket kelayakan bahan ajar, soal tes untuk tingkat keterbacaan dan soal uraian untuk kemampuan berpikir kritis siswa. Penelitian ini menghasilkan bahan ajar berbentuk suplemen buku ajar yang memiliki tingkat kelayakan dan tingkat keterbacaan yang baik serta dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Kata Kunci: pengembangan, bahan ajar fisika, kemampuan berpikir kritis
1
Abstract Based on the result of literature study, it is found that the abilities to think critically are crucial to be owned by the students, so it is necessary to be developed. Development of critical thinking abilities can be done through provisioning of teaching material designed to develop students' critical thinking abilities. The provisioning of teaching material is expected to be able to facilitate the development of students' critical thinking abilities. This research aims to produce teaching material of physics for tenth graders of senior high school that is feasible and easily understood by students and can facilitate the development of students' critical thinking abilities. The design of this study was research and development that consisted of three phases, i.e. define, design and develop. The instruments used were a questionnaire of teaching material feasibility, cloze test for mesuring readability, and test questions for measuring students' critical thinking abilities. This research produce teaching material in a form of textbook supplement that had high level of feasibility and readability and could improve students' critical thinking abilities. Keywords: development, teaching material of physics, critical thinking abilities PENDAHULUAN Fisika merupakan salah satu mata pelajaran dalam rumpun sains, yang mempelajari gejala alam dan interaksi di dalamnya. Proses belajar fisika bukan hanya sekedar tahu dan hafal tentang konsep-konsep fisika, tetapi proses belajar fisika diharapkan dapat menumbuhkan ketrampilan berpikir tingkat tinggi, bekerja dan bersikap ilmiah. Untuk itu, siswa harus memiliki kemampuan analisis, sintesis dan evaluasi. Ketiga kemampuan tersebut digolongkan oleh Bloom dalam kemampuan berpikir kritis (Fachrurazi, 2011). Berpikir kritis merupakan pemikiran yang beralasan dan reflektif yang berfokus untuk memutuskan apa yang harus dipercaya atau apa yang harus dilakukan (Ennis, 2011). Kemampuan berpikir kritis sangat penting dimiliki oleh siswa. Menurut Hasruddin (2009) pelajar hari ini merupakan pemimpin di masa depan, sehingga perlu dipersiapkan untuk menghadapi tantangan dan persoalan yang akan semakin kompleks. Oleh sebab itu, pembelajaran seharusnya memberikan kesempatan kepada pelajar untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Menurut Ibrahim (2011) salah satu upaya untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa adalah dengan pengadaan bahan ajar yang didesain untuk pengembangan kemampuan berpikir
2
kritis. Akan tetapi, bahan ajar yang seperti ini masih sangat jarang sekali ditemui. Hasil observasi awal yang dilakukan di SMA Kesatrian 1 Semarang menunjukkan bahwa belum ada bahan ajar yang didesain untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa. Bahan ajar merupakan segala bentuk bahan baik tertulis maupun tidak tertulis yang digunakan untuk membantu pendidik dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran (Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, 2010: 7). Sebelum digunakan dalam pemblajaran, suatu bahan ajar harus memenuhi kriteria kelayakan. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas (2010: 16-17) mensyaratkan bahwa dalam setiap bahan ajar yang dibuat harus memenuhi komponen-komponen kelayakan. Komponen-komponen tersebut adalah substansi materi, desain pembelajaran dan tampilan atau komunikasi visual. Penelitian ini bertujuan untuk (1) menghasilkan bahan ajar fisika SMA kelas X materi gerak lurus berubah beraturan untuk memfasilitasi pengembangan kemampuan berpikir kritis siswa, (2) mengetahui tingkat kelayakan bahan ajar fisika SMA kelas X materi gerak lurus berubah beraturan yang dikembangkan untuk memfasilitasi pengembangan kemampuan berpikir kritis siswa, (3) mengetahui tingkat keterbacaan bahan ajar fisika SMA kelas X materi gerak lurus berubah beraturan yang dikembangkan untuk memfasilitasi pengembangan kemampuan berpikir kritis siswa dan (4) mengetahui perkembangan kemampuan berpikir kritis siswa setelah menggunakan bahan ajar fisika SMA kelas X materi gerak lurus berubah beraturan yang dikembangkan untuk memfasilitasi pengembangan kemampuan berpikir kritis siswa.
METODE PENELITIAN Metode penelitian ini adalah research and development yang mencakup tiga tahap, yaitu define atau penetapan, design atau rancangan, dan develop atau pengembangan. Subjek dalam penelitian ini adalah subjek penelitian adalah siswa kelas X SMA Kesatrian 1 Semarang tahun pelajaran 2013/2014. Sampel penelitian dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling, dengan tujuan untuk
3
mendapatkan sampel dengan kriteria memiliki rata-rata nilai fisika yang tertinggi dibandingkan dengan kelas yang lain. Hal ini dikarenakan pengembangan bahan ajar pada penelitian ini adalah untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis yang termasuk dalam kemampuan berpikir tingkat tinggi. Tahapan penelitian ini terdiri atas tiga tahapan, define atau penetapan, design atau rancangan, dan develop atau pengembangan. Pada tahap define atau penetapan dilakukan analisis kurikulum yang digunakan SMA Kesatrian 1 Semarang pada bidang studi fisika untuk kelas X dan menetapkan materi yang digunakan dalam bahan ajar, kemudian mempelajari dan melakukan penyesuaian dengan aspek kemampuan berpikir kritis. Pada tahap design atau rancangan dilakukan penyusunan bahan ajar fisika SMA kelas X materi gerak lurus berubah beraturan dengan mengacu pada kurikulum yang digunakan SMA Kesatrian 1 Semarang dan disisipi aspek berpikir kritis. Pada tahap develop atau pengembangan dilakukan uji kelayakan, uji keterbacaan dan uji coba bahan ajar. Uji kelayakan dilakukan oleh guru mata pelajaran fisika SMA Kesatrian 1 Semarang. Sedangkan uji keterbacaan berupa tes rumpang yang diberikan pada siswa. Uji keterbacaan dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pada skala kecil dan skala besar. Setelah mendapatkan data kelayakan dan keterbacaan bahan ajar, maka dilakukan uji coba bahan ajar untuk mengetahui perkembangan kemampuan berpikir kritis siswa. Uji coba bahan ajar dilakukan menggunakan metode eksperimen. Desain eksperimennya adalah Pre Experimental Design dengan jenis Pretest and Posttest One Group Design. Dalam uji coba bahan ajar ini, dilakukan pretest, treatment (berupa pemberian bahan ajar kepada siswa untuk digunakan belajar secara mandiri), dan posttest. Pengujian instrumen soal tes uraian menggunakan uji coba soal tes berupa uji validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran. Selanjutnya dipilih soal tes untuk pretest dan posttest. Tahapan pengambilan data penelitian dilakukan dengan menggunakan angket kelayakan bahan ajar yang diisi oleh guru mata pelajaran fisika SMA Kesatrian 1 Semarang, tes rumpang yang diberikan pada siswa saat uji keterbacaan skala kecil maupun skala besar dan terakhir pemberian soal uraian pada siswa saat pretest dan posttest.
4
Tahap pengolahan data berupa uji kelayakan, uji keterbacaan dan uji gain. Uji kelayakan menggunakan persamaan :
Keterangan: P = persentase kelayakan N = Skor maksimal tiap aspek A = Jumlah aspek B = Jumlah validator Hasil perhitungan tersebut kemudian dibandingkan dengan rentang kriteria kelayakan bahan ajar pada Tabel 1. Tabel 1. Klasifikasi Kelayakan Bahan Ajar Interval Kriteria 0% ≤ P ≤ 20% Tidak Layak 21% ≤ P ≤ 40% Kurang Layak 41% ≤ P ≤ 60% Cukup Layak 61% ≤ P ≤ 80% Layak 81%≤ P < Sangat Layak 100% (Millah et al, 2012) Uji keterbacaan menggunakan persamaan :
Keterangan: X = Skor keterbacaan N= Skor maksimal Hasil perhitungan tersebut kemudian dibandingkan dengan rentang kriteria keterbacaan bahan ajar pada Tabel 2.
5
Tabel 2. Klasifikasi Keterbacaan Bahan Ajar Interval Kriteria X < 37 Sukar Dipahami 37 ≤ X ≤ 57 Sesuai Bagi Siswa X > 57 Mudah Dipahami (Rosmaini, 2009) Uji Gain menggunakan persamaan
= Keterangan:
= faktor gain
<Spre> = skor rata-rata tes awal (%) <Spost>
= skor rata-rata tes akhir (%) Kriteria peningkatan kemampuan berpiki kritis siswa dapat dilihat pada
Tabel 3. Tabel 3. Kriteria Faktor Gain Interval Kriteria g > 0,7 Tinggi 0,3 < g < 0,7 Sedang g < 0,3 Rendah (Wiyanto, 2008: 86) Analisis kemampuan berpikir kritis pada tiap aspek berpikir kritis menggunakan rumus
Keterangan : X = Jumah skor yang diperoleh siswa Hasil perhitungan tersebut kemudian dibandingkan dengan rentang kriteria kelayakan bahan ajar pada Tabel 4. Tabel 4. Klasifikasi Kemampuan Berpikir Kritis Interval Kriteria 0 ≤ N ≤ 39 Tidak Kritis 40 ≤ N ≤ 55 Kurang Kritis 56 ≤ N ≤ 65 Cukup Kritis 66 ≤ N ≤ 79 Kritis 80 ≤ N < 100 Sangat Kritis (Arikunto, 2013: 281)
6
Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada skema alur penelitian berikut. DEFINE
Melakukan analisis kurikulum yang digunakan oleh SMA Kesatrian 1 Semarang untuk siswa kelas X dan menetapkan materi yang digunakan dalam bahan ajar
DESIGN
Merancang bahan ajar fisika SMA kelas X
v
Melakukan konsultasi kepada dosen selaku ahli Melakukan revisi pada bahan ajar Memberikan bahan ajar fisika SMA kelas X materi gerak lurus berubah beraturan untuk memfasilitasi pengembangan kemampuan berpikir kritis siswa kepada ahli untuk divalidasi DEVELOP
Melakukan uji skala kecil bahan ajar bahan ajar fisika
Uji keterbacaan bahan ajar pada siswa Uji kelayakan bahan ajar pada guru SMA
Melakukan analisis dan evaluasi data uji skala kecil Melakukan perbaikan bahan ajar bahan ajar fisika SMA kelas X materi gerak lurus berubah beraturan Melakukan validasi oleh guru mata pelajaran fisika SMA Kesatrian 1 Semarang Melakukan uji skala besar pada siswa
Uji keterbacaan bahan ajar Uji pengembangan kemampuan berpikir kritis
Melakukan analisis data uji skala besar Menghasilkan bahan ajar bahan ajar fisika SMA kelas X untuk memfasilitasi pengembangan kemampuan berpikir kritis Gambar 1. Skema Alur Penelitian
7
HASIL DAN PEMBAHASAN Bahan ajar fisika yang dikembangkan dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk suplemen buku ajar atau bagian dari buku ajar fisika SMA kelas X yang mencakup materi gerak lurus berubah beraturan (GLBB). Bahan ajar fisika ini terdiri atas empat bagian utama, yaitu halaman judul, halaman pendahuluan, isi, dan evaluasi. Penyusunan bahan ajar fisika SMA kelas X materi gerak lurus berubah beraturan bertujuan untuk memfasilitasi pengembangan kemampuan berpikir kritis. Oleh karena itu, penyajian materi dalam bahan ajar fisika SMA kelas X materi gerak lurus berubah beraturan disisipi aspek-aspek berpikir kritis. Aspekaspek berpikir kritis tersebut adalah bertanya dan menjawab penjelasan dan atau pertanyaan menantang, mengamati dan mempertimbangkan hasil pengamatan, membuat simpulan, mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan difinisi, menggabungkan kepribadian dan kemampuan lain untuk membuat dan mempertahankan keputusan (Ennis, 2011). Bahan ajar yang dikembangkan secara keseluruhan layak untuk digunakan dalam pembelajaran. Hasil analisis kelayakan bahan ajar ditunjukkan oleh Tabel 5. Tabel 5. Hasil Kelayakan Bahan Ajar Persentase Komponen Kelayakan Kriteria Kelayakan Bahan Kelayakan Bahan Ajar Ajar (%) Substansi Sangat materi 81,98 Layak Desain pembelajaran Tampilan atau komunikasi visual
82,78
Sangat Layak
83,40
Sangat Layak
8
Ditinjau dari komponen substansi materi, bahan ajar fisika SMA kelas X materi gerak lurus berubah beraturan masuk dalam kriteria sangat layak. Tabel 5 menunjukkan komponen substansi materi bahan ajar ini memperoleh persentase sebesar 81,98%. Ditinjau dari komponen desain pembelajaran, bahan ajar yang dikembangkan memperoleh persentase sebesar 82,78%. Persentase komponen desain pembelajaran masuk dalam kriteria sangat layak. Ditinjau dari komponen tampilan atau komunikasi visual, bahan ajar ini termasuk dalam kriteria sangat layak dengan persentase sebesar 83,40%. Berdasarkan hasil analisis keterbacaan bahan ajar, bahan ajar yang dikembangkan termasuk dalam kategori mudah dipahaami. Hasil analisis keterbacaan bahan ajar ditunjukkan oleh Tabel 6. Tabel 6. Hasil Keterbacaan Bahan Ajar Skor Kriteria Keterbacaan Keterbacaan Bahan Ajar Bahan Ajar (%) (%) Skala Mudah 87,44 Kecil Dipahami Skala Mudah 85,00 Besar Dipahami Tabel 6 menunjukkan bahwa besarnya skor hasil perhitungan tingkat keterbacaan bahan ajar pada skala kecil adalah 87,44%. Untuk tingkat keterbacaan pada skala besar didapatkan skor sebesar 85,00%. Skor keterbacaan pada skala kecil maupun skala besar ini masuk dalam kriteria mudah dipahami. Bahan ajar fisika SMA kelas X materi gerak lurus berubah beraturan mudah dipahami karena penggunaan bahasa pada bahan ajar sesuai dengan tingkat kemahiran bahasa dari pembacanya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat El-Masri & Vlaardingerbroek (2010), yang menyatakan bahwa tingkat kemahiran bahasa merupakan hal yang berpengaruh dalam menunjang keefektifan seseorang untuk memahami teks. Artinya, penggunaan bahasa yang sesuai dengan tingkat kemahiran bahasa dari pembaca akan mempengaruhi mudah atau tidaknya suatu bahan ajar untuk dipahami.
9
Perkembangan kemampuan berpikir kritis siswa dapat diketahui melalui uji gain dari hasil pretest dan posttest pada kemampuan berpikir kritis siswa. Hasil uji gain kemampuan berpikir kritis siswa ditunjukkan oleh Tabel 7. Tabel 7. Hasil Uji Gain Kemampuan Berpikir Kritis Pretest Posttets Nilai 75 80 tertinggi Nilai 20 50 terendah Nilai rata48,79 62,76 rata Hasil uji 0,27 gain Kriteria Rendah gain Berdasarkan hasil analisis uji gain pada tabel 7, hasil pengembangan kemampuan berpikir kritis siswa menunjukkan gain sebesar 0,27 dengan kategori rendah. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar fisika SMA kelas X materi gerak lurus berubah beraturan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa meskipun tidak signifikan. Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa yang tidak signifikan dikarenakan masih sedikitnya bagian dalam bahan ajar yang melatih siswa untuk berpikir kritis, sehingga dorongan agar siswa terbiasa berpikir kritis kurang. Lambertus (2009) menyatakan bahwa dorongan untuk berpikir kritis perlu untuk terus menerus dibiasakan agar terbentuk kemampuan dasar berpikir kritis. Bagian-bagian yang melatih siswa untuk berpikir kritis, yaitu : (1) bagian kolom-kolom isian yang berisi pertanyaan yang membutuhkan kemampuan menduga dan menjelaskan dari siswa, (2) bagian contoh soal yang memberikan contoh pada siswa cara menganalisis grafik, (3) bagian permasalahan yang disertai dengan penyelesaian melalui perhitungan yang melatih siswa untuk menyelesaikan suatu permasalahan secara urut, (4) bagian contoh soal yang melatih siswa untuk menentukan jenis gerak berdasarkan grafik dari gerak benda, dan (5) bagian soal latihan yang didalamnya terdapat permasalahan untuk melatih siswa menilai kebenaran dari suatu hipotesis.
10
Peningkatan kemampuan berpikir kritis untuk tiap aspek ditunjukkan oleh Tabel 8. Tabel 8. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis untuk Tiap Aspek No. Aspek Berpikir Kritis
Pretest (%)
Posttest (%)
1
Bertanya dan menjawab penjelasan dan atau pertanyaan menantang
60
82
2
Mengamati dan mempertimbangkan hasil pengamatan
55
66
3
Membuat simpulan
20
34
4
Mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan difinisi
46
58
5
Menggabungkan kepribadian dan kemampuan lain untuk membuat dan mempertahankan keputusan
63
74
Perkembangan aspek kemampuan menjawab pertanyaan disertai alasan sederhana siswa terlihat dari Tabel 8. Berdasarkan Tabel 8, rata-rata aspek kemampuan menjawab pertanyaan disertai alasan sederhana pada pretest sebesar 60%. Peningkatan dari aspek kemampuan menjawab pertanyaan disertai alasan sederhana ditunjukkan dari hasil posttest siswa yang lebih besar dari hasil pretest, yaitu sebesar 82%. Peningkatan pada kemampuan menjawab pertanyaan disertai alasan sederhana dikarenakan saat pembelajaran menggunakan bahan ajar siswa terbiasa untuk memaparkan alasan saat menjawab suatu permasalahan dan menuliskan gagasan untuk suatu solusi. Kebiasaan dalam memaparkan alasan atau gagasan merupakan suatu kemampuan yang dimiliki oleh seseorang yang berpikir kritis. Hal ini sesuai dengan pendapat Hasruddin (2009), yang menyatakan bahwa seseorang yang berpikir kritis akan terbiasa untuk berargumentasi, memberikan gagasan pemikiran ataupun menawarkan ide-ide cemerlang.
11
Perkembangan
aspek
mengamati
dan
mempertimbangkan
hasil
pengamatan dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 menunjukkan rata-rata aspek kemampuan mengamati dan mempertimbangkan hasil pengamatan mengalami peningkatan.
Pada
hasil
pretest
aspek
kemampuan
mengamati
dan
mempertimbangkan hasil pengamatan adalah sebesar 55%, sedangkan hasil posttest menunjukkan aspek kemampuan mengamati adalah sebesar 66%. Peningkatan yang terjadi pada kemampuan mengamati akan memudahkan siswa untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Hal ini menunjukkan bahwa mengembangkan kemampuan dalam mengamati juga merupakan bagian dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis pada siswa (Hassoubah 2002: 101). Perkembangan
kemampuan
membuat
simpulan
dilakukan
dengan
mengajarkan siswa untuk menyelesaikan permasalahan dengan cara yang logis dan sistematis. Berdasarkan Tabel 8, rata-rata kemampuan membuat simpulan pada pretest adalah sebesar 20% dan pada posttest adalah sebesar 34%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kemampuan membuat simpulan mengalami peningkatan. Meskipun mengalami peningkatan tetapi kemampuan membuat simpulan siswa masih tergolong rendah. Rendahnya kemampuan membuat simpulan dikarenakan pada bahan ajar kurang memberikan variasi dalam menyajikan soal-soal berbentuk soal cerita. Penggunaan soal cerita dapat meningkatkan kemampuan menyusun langkah-langkah penyelesaian untuk membuat simpulan. Menurut Sutisna (2010) bahwa “soal cerita merupakan suatu bentuk masalah yang memiliki prosedur yang terpola”. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa dalam menyelesaikan soal cerita siswa harus memiliki kemampuan untuk menyusun prosedur atau langkah-langkah untuk membuat simpulan. Jadi, banyaknya variasi soal cerita akan membuat siswa terbiasa dalam menyusun langkah-langkah untuk membuat simpulan. Kemampuan mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan difinisi merupakan kemampuan untuk mendefinisikan dan memahami makna fisis dari istilah-istilah fisika. Tabel 8 menunjukkan bahwa kemampuan mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan difinisi mengalami peningkatan. Rata-rata hasil pretest adalah sebesar 46%. Setelah dilakukan perlakuan siswa selanjutnya diberi
12
posttest, hasil posstest menunjukkan rata-rata kemampuan mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan difinisi meningkat menjadi sebesar 58%. Peningkatan pada kemampuan mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan difinisi dikarenakan pada bahan ajar memberikan penjelasan mengenai definisi dari besaran-besaran fisika yang ada dalam GLBB dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami oleh siswa. Hal tersebut memudahkan siswa dalam memahami makna fisis dari besaran-besaran fisika. Kemudahan siswa dalam memahami makna
fisis
membuat
siswa
dapat
mengidentifikasi,
menganalisis
dan
memecahkan masalah dengan tepat (Setyani, 2006). Ketrampilan megidentifikasi, menganalisis dan memecahkan masalah merupakan bagian dalam tahapan berpikir kritis (Santoso, 2009). Uraian tersebut menunjukkan bahwa kemudahan dalam memahami makna fisis membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis yang dimiliki. Aspek menggabungkan kepribadian dan kemampuan lain untuk membuat dan mempertahankan keputusan merupakan kemampuan untuk menggunakan kemampuan-kemampuan
yang
dimiliki
siswa
untuk
membuat
dan
mempertahankan keputusan atau tindakan. Tabel 8 menunjukkan rata-rata aspek kemampuan menggabungkan kepribadian dan kemampuan lain untuk membuat dan mempertahankan keputusan mengalami peningkatan. Pada hasil pretest ratarata hasil aspek kemampuan menggabungkan kepribadian dan kemampuan lain untuk membuat dan mempertahankan keputusan adalah sebesar 63%, sedangkan hasil posttest menunjukkan rata-rata hasil aspek kemampuan menggabungkan kepribadian dan kemampuan lain untuk membuat dan mempertahankan keputusan adalah sebesar 74%. Peningkatan ini dikarenakan pada bahan ajar terdapat bagian yang melatih siswa untuk terbiasa menuliskan ide atau gagasan yang dimiliki dalam menyelesaikan permasalahan. Kebiasaan dalam memberikan ide untuk merumuskan solusi berdasar dari apa yang dipahami merupakan salah satu cara untuk mendorong pengembangan kemampuan berpikir kritis. Hal ini sesuai dengan pendapat Snyder & Snyder (2008), yang menyatakan bahwa pengajaran yang mendukung siswa untuk berpikir kritis menggunakan cara yang menuntut siswa untuk menyelesaikan masalah dan membuat keputusan.
13
SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan disimpulkan bahwa: 1. Telah dihasilkan bahan ajar fisika SMA kelas X materi gerak lurus berubah beraturan yang dapat digunakan sebagai fasilitas untuk mempermudah pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Hal ini dikarenakan pada bahan ajar ini terdapat begian-bagian yang dapat melatih siswa untuk berpikir kritis. Bagian-bagian tersebut, yaitu : (1) bagian kolom-kolom isian yang berisi pertanyaan yang membutuhkan kemampuan menduga dan menjelaskan dari siswa, (2) bagian contoh soal yang memberikan contoh pada siswa cara menganalisis grafik, (3) bagian permasalahan yang disertai dengan penyelesaian melalui perhitungan yang melatih siswa untuk menyelesaikan suatu permasalahan secara urut, (4) bagian contoh soal yang melatih siswa untuk menentukan jenis gerak berdasarkan grafik dari gerak benda, dan (5) bagian soal latihan yang didalamnya terdapat permasalahan untuk melatih siswa menilai kebenaran dari suatu hipotesis. 2. Tingkat kelayakan bahan ajar fisika SMA kelas X materi gerak lurus berubah beraturan yang dikembangkan secara keseluruhan layak untuk digunakan dalam pembelajaran fisika. Pada komponen substansi materi bahan ajar fisika SMA kelas X materi gerak lurus berubah beraturan berada pada kategori sangat layak, pada komponen desain pembelajaran bahan ajar fisika SMA kelas X materi gerak lurus berubah beraturan berada pada kategori sangat layak dan pada komponen tampilan atau komunikasi visual bahan ajar fisika SMA kelas X materi gerak lurus berubah beraturan berada pada kategori layak. 3. Tingkat keterbacaan bahan ajar fisika
SMA kelas X materi gerak lurus
berubah beraturan yang dikembangkan mudah untuk dipahami oleh siswa. Hal ini diunjukkan oleh skor keterbacaan bahan ajar fisika SMA kelas X materi gerak lurus berubah beraturan yang berada pada kategori mudah untuk dipahami. 4. Perkembangan kemampuan berpikir kritis siswa setelah menggunakan bahan ajar fisika SMA kelas X materi gerak lurus berubah beraturan mengalami peningatan. Hal ini dapat dilihat dari skor pretest dan posttest kemampuan
14
berpikir kritis siswa. Skor kemampuan berpikir kritis siswa pada saat pretest adalah sebesar 48,79, sedangkan pada saat posttest adalah sebesar 62,76.
SARAN Saran yang dapat diberikan terkait dengan penelitian ini adalah dalam melakukan penelitian sebaiknya tidak pada waktu yang mendekati akhir semester, sehingga peneliti memiliki waktu yang cukup untuk melakukan penelitian. Hal ini akan membuat peneliti dapat memberikan perlakuan kepada siswa secara maksimal. Selain itu, peningkatan kemampuan berpikir kritis dalam penelitian ini masih rendah. Diperlukan penelitian lebih lanjut dalam pengembangan bahan ajar untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2013. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas. 2010. Panduan Pengembangan Bahan Ajar Berbasis TIK. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. Ennis, Robert H. 2011. The Nature of Critical Thinking: An Outline of Critical Thinking Dispositions and Abilities. Artikel Sixth International Conference on Thinking. Illinois: University of Illinois. El-Masri, Yasmine & Barend Vlaardingerbroek. 2010. Science Textbook Readability in Lebanon: A Comparison Between Anglophone and Francophone Learning Milieux. Mediterranean Journal of Educational Studies, 15(1): 109-124. Fachrurazi. 2011. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar. Artikel ISSN. Hasruddin. 2009. Memaksimalkan Kemampuan Berpikir Kritis Melalui Pendekatan Kontekstual. Jurnal Tabularasa PPS UNIMED, 6(1): 48-60. Hassoubah, Zaleha Izhab. 2004. Developing Creative & Critical Thinking Skills. Bandung: Nuansa. Ibrahim. 2011. Pengembangan Bahan Ajar Matematika Sekolah Berbasis Masalah Terbuka Untuk Memfasilitasi Pencapaian Kemampuan Berpikir Kritis
15
dan Kreatif Matematis Siswa. Prosiding. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Lambertus. 2009. Pentingnya Melatih Keterampilan Berpikir Kritis dalam Pembelajaran Matematika di SD. Forum Pendidikan, 28(2): 136-142. Millah, Elina S., Lukas Suhendra B., & Isnawati. 2012. Pengembangan Buku Ajar Materi Bioteknologi di Kelas XII SMA IPIEMS Surabaya Berorientasi Sains, Teknologi, Lingkungan, dan Masyarakat (SETS). BioEdu, 1(1): 19-24. Rosmaini. 2009. Keterbacaan Buku Teks. Artikel Universitas Negeri Medan. Santoso, Hadi. 2009. Pengaruh Penggunaan Laboratorium Riil dan Laboratorium Virtual Pada Pembelajaran Fisika Ditinjau Dari Kemampuan Berpikir Kritis Siswa (Studi Kasus Siswa Kelas X MAN Karanganyar Tahun Pelajaran 2008/2009 Pada Materi Gerak Lurus Berubah Beraturan). Tesis. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Setyani, Ary. 2006. Visualisasi Fisika Matematika I Dengan Aplikasi Program Maple Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Dalam Pemahaman Makna Fisis Mahasiswa Semester III Fisika FMIPA UNNES. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang. Snyder, Lisa Gueldenzoph & Mark J. Snyder. 2008. Teaching Critical Thinking and Problem Solving Skills. The Delta Phi Epsilon Journal, L(02): 9099. Sutisna. 2010. Analisis Kesulitan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Pada Siswa Kelas IV MI YAPIA Parung-Bogor. Skripsi. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Wiyanto. 2008. Menyiapkan Guru Sains Mengembangkan Kompetensi Laboratorium. Semarang: Universitas Negeri Semarang Press.
16