PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENGEMBANGAN ALAT PERAGA MATEMATIKA MATERI PERKALIAN UNTUK SISWA DENGAN LAMBAT BELAJAR SD MUHAMADIYAH SAGAN YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh: Witanti Wiyantari NIM: 131134089
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENGEMBANGAN ALAT PERAGA MATEMATIKA MATERI PERKALIAN UNTUK SISWA DENGAN LAMBAT BELAJAR DI SD MUHAMADIYAH SAGAN YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh: Witanti Wiyantari NIM: 131134089
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
s
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERSEMBAHAN Karya ini dipersembahkan untuk:
Allah SWT yang telah memberikan kemudaan, rahmat serta hidayahnya dalam penyusunan skripsi ini. Kedua orang tuaku, Papa Dwi Heryanto dan Mama Surnia Adha yang telah mendidik dan membesarkanku dengan penuh kasih sayang serta yang selalu memberikan dukungan, doa dan semangatnya. Mbak dan Adik-adikku (Mbak Nita Damayanti, Adiku Astri Kurnia Bintari, Adiku Tia Sinta Marta Sari) terima kasih atas suport, waktunya untuk menghibur dan semangatnya selama ini. Dosen pembimbing I Ibu Christiyanti Aprinastuti S.Si., M.Pd dan Dosen pembimbing II Ibu Brigitta Erlita Tri Anggadewi, S.Psi., M.Psi yang telah bersedia memberikan bimbingan dalam penyusunan laporan skripsi dengan penuh perhatian, semangat dan kesabaran. Teman-teman satu payung dan seperjuangan, Rahmawati Suharno, Mariyah yang telah memberikan dukungan dan motivasi dalam pengerjaan skripsi. Teman-teman terdekatku, Priska, Intan, Atika, Dhea, Aisyah, Reni, Assa, Okta, Yolla, Cundi, dan Voo yang telah memberikan dukungan serta semangat dalam mengerjakan skripsi. Kk Edi Irawan, mas Biliy dan dek Bila yang telah memberikan semangat, dukungan, yang selalu ada buat menghiburku selama pengerjaan skripsi. Teman-teman PGSD angkatan 2013, terima kasih atas kebersamaan selama belajar di PGSD USD. Kupersembakan karya ini untuk Almamateterku Universitas Sanata Dharma.
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO
“... Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri” (Terjemahan Q.S. Ar-Ra’d:11)
“ Selalu berusaha dalam menghadapi suatu rintangan dan yakinalah pada diri kita sendiri dan Allah SWT bahwa kita bisa melalui semuanya” (Witanti Wiyantari)
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 13 Juni 2017 Peneliti
Witanti Wiyantari
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya Mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama
: Witanti Wiyantari
Nomor Mahasiswa
: 131134089
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
PENGEMBANGAN ALAT PERAGA MATEMATIKA MATERI PERKALIAN UNTUK SISWA DENGAN LAMBAT BELAJAR DI SD MUHAMADIYAH SAGAN YOGYAKARTA beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya mengizinkan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian penrnyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 13 Juni 2017 Yang menyatakan
Witanti Wiyantari
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK PENGEMBANGAN ALAT PERAGA MATEMATIKA MATERI PERKALIAN UNTUK SISWA DENGAN LAMBAT BELAJAR DI SD MUHAMADIYAH SAGAN YOGYAKARTA
Witanti Wiyantari Universitas Sanata Dharma 2017 Alat peraga adalah suatu benda konkret yang dapat membantu siswa pada umumnya dalam memahami setiap pembelajaran, terutama siswa berkebutuhan khusus yang mengalami lambat belajar. Berdasarkan analisis kebutuhan yang dilakukan bersama kepala sekolah dan guru kelas III di SD Muhammadiyah Sagan Yogayakarta menyatakan, bahwa mengalami keterbatasaan dalam menyediakan alat peraga untuk membantu siswa yang mengalami lambat belajar pada kelas III dalam memahami konsep dasar perkalian. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan alat peraga papan perkalian untuk siswa dengan lambat belajar dengan kualitas baik. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan Research and Develompment (R&D). Prosedur pengembangan penelitian ini menggunakan prosedur yang diungkapkan oleh Sugiyono dengan memodifikasi dari sepuluh langkah menjadi tujuh langkah yaitu: (1) Potensi dan Masalah, (2) Pengumpulaan Data, (3) Desain Produk, (4) Validasi Desain, (5) Revisi Desain, (6) Uji Coba Produk, (7) Revisi Produk. Subyek dalam penelitian ini yaitu dua siswa yang mengalami lambat belajar kelas III di SD Muhammadiyah Sagan Yogyakarta. Alat peraga Matematika Papan Perkalian untuk siswa dengan Lambat Belajar terbukti memiliki kualitas baik. Hal ini ditandai dengan adanya pemahaman konsep serta penyelesaian soal perkalian yang lebih cepat. Alat peraga papan perkalian dan album penggunaan alat peraga divalidasikan produk dengan tiga validator yaitu ahli matematika, ahli psikolog anak dan guru kelas III. Alat peraga memperoleh nilai rata-rata 3,6 dengan skala 4 katagori “sangat baik” dan album penggunaan papan perkalian diperoleh nilai rata-rata 3,75 dengan skala 4 katagori “sangat baik”. Hasil akhir penelitian ini berupa prototipe alat peraga Matematika papan perkalian untuk siswa dengan lambat belajar di SD Muhammadiyah Sagan Yogyakarta beserta album penggunaan alat peraga papan perkalian. Kata kunci: Penelitian dan pengembangan, alat peraga, lambat belajar.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT DEVELOPMENT OF MATHEMATICS VISUAL AID OF MULTIPLICATION MATERIALS FOR STUDENTS WITH SLOW LEARNING IN SD MUHAMMADIYAH SAGAN YOGYAKARTA
Witanti Wiyantari Universitas Sanata Dharma 2017 The visual aid is a concrete object which can help student in general in understanding lessons, especially students with special needs, who have learning difficulty. Based on needs analysis with the headmaster and third grade teacher of SD Muhammadiyah Sagan Yogayakarta, there was limitation in providing visual aid to help students with learning difficulty in the third grade in understanding basic multiplication concept. The purpose of this study was to develop high quality multiplication board visual aid for students with learning difficulty. The research type is Research and Develompment (R&D). The research development procedure was the procedure visual aidosed by Sugiyono by modifying ten steps into seven steps such as: (1) Potential and Problem, (2) Data Collection, (3) Product Design, (4) Design Validation, (5) Design Revision, (6) Product Trial, (7) Product Revision. The research subjects were two students with learning difficulty in third grade in SD Muhammadiyah Sagan Yogyakarta. The Multiplication Board Mathematics Visual aid for students with learning difficulty proved to have good quality. This was indicated by understanding of concept and faster completion of multiplication questions. Multiplication board visual aid and visual aid manual album were validated by three validators, i.e. mathematician, child psychologist, and third grade teacher. The average score of the visual aid was 3,6 with 4 categorized as “very good” and the average score of multiplication board manual album was 3,75 with 4 categorized as “very good”. The outcome of this research is a multiplication board mathematics visual aid prototype for students with learning difficulty in SD Muhammadiyah Sagan Yogyakarta, as well as multiplication board visual aid manual album. Keywords: Research and development, Visual aid, Slow learning
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga skripsi yang berjudul Pengembangan alat peraga matematika materi perkalian untuk siswa dengan lambat belajar di SD Muhamadiyah Sagan Yogyakarta dapat peneliti selesaikan dengan tepat waktunya. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidika Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Penulis menyadari sepenuhnya bawah tanpa bimbingan, bantuan dan dukungan dari berbagi pihak maka skripsi ini tidak akan terwujud seperti adanya sekarang ini. Penulis menyampaikan rasa terima kasih untuk segala bantuan yang diberikan, kepada yang terhormat: 1. Rohandi, Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma. 2. Christiyanti Aprinastuti S.Si., M.Pd., Ketua program studi Pendidikan Guru sekolah Dasar dan dosen pembimbing skripsi I yang telah memberikan
bimbingan,
motivasi,
arahan
dan
dukungan
dalam
penyusunan laporan skripsi. 3. Apri Damai Sagita Krissandi S.S., M.Pd., Wakil ketua program studi pendidikan guru sekolah Dasar. 4. Brigitta Erlita Tri Anggadewi, S.Psi., M.Psi., Dosen pembimbing skripsi II yang berkenan memberikan bimbingan, arahan, dukungan, dan motivasi dalam penyusunan laporan skripsi. 5. Sekretariat PGSD Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan bantuan dan pelayanan peneliti dengan baik. 6. Dra. Haniek Sri Pratini, M.Pd, Laurensia Aptik Evanjeli, M.A., dan Fatimah Zahro, S.Pd., Sebagai Validator yang menilai alat peraga papan perkalian dan album penggunaan papan perkalian terima kasih atas kritik dan saran agar alat peraga papan perkalian sesuai dengan kriteria.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7. Keluarga besar SD Muhammadiyah Sagan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian sehingga dapat menambah ilmu dan pengalaman banyak bagi penulis. 8. Seluruh Dosen yang mengajar di Pendidikan Guru Sekolah dasar Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan pengalaman yang sangat berharga bagi penulis. 9. Kedua orang tuaku, Papa Dwi Heryanto dan Mama Surnia Adha yang selalu memberikan semangat, doa dan dukungan yang sangat luar biasa. 10. Mbak Nita Damayanti, Adek Astri Kurnia Bintari, dan Adek Tia Sinta Marta Sari, Atas suport, waktunya untuk menghibur dan semangatnya selama ini. 11. Teman-teman terdekatku yang telah memberikan semangat dan waktunya. 12. Teman-teman satu payung yang selalu memberikan bantuan, nasehat serta stand bye 24 jam buatku. 13. Semua pihak yang telah mendukung dan tidak bisa penulis sebutkan satu persatu dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat untuk penelitian selanjutnya dan mohon maaf jika ada kesalahan dalam penyusunan skripsi.
Yogyakarta, 13 Juni 2017 Peneliti
Witanti Wiyantari
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... iv HALAMAN MOTTO ............................................................................................v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .............................................................. vi LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN .................................................. vii PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .. viii ABSTRAK ..............................................................................................................x ABSTRACK ........................................................................................................... ix KATA PENGANTAR ............................................................................................x DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii DAFTAR BAGAN .............................................................................................. xiv DAFTAR TABEL ................................................................................................xv DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xviii BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1 1.1 Latar Belakang Penelitian .............................................................................1 1.2 Batasan Masalah ............................................................................................5 1.3 Rumusan Masalah .........................................................................................5 1.4 Tujuan Penelitian ...........................................................................................6 1.5 Manfaat Penelitian .........................................................................................6 1.6 Definisi Operasional .....................................................................................7 1.7 Spesifikasi Produk ........................................................................................8 BAB II LANDASAN TEORI .............................................................................13 2.1 Kajian Pustaka..................................................................................................13 2.1.1 Alat Peraga ..................................................................................................13 2.1.2 Anak Berkebutuhan Khusus .......................................................................18 2.1.3 Anak Lambat Belajar ..................................................................................21 2.1.4 Matematika .................................................................................................27 2.1.5 Pembelajaran dan Belajar ...........................................................................30 2.1.6 Perkembangan Anak ...................................................................................32 2.2 Penelitian yang Relevan ...................................................................................34
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2.3 Kerangka Berpikir ............................................................................................37 2.4 Pertanyaan Penelitian .......................................................................................40 BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................41 3.1 Jenis Penelitian ................................................................................................41 3.2 Setting Penelitian ............................................................................................45 3.3 Prosedur Pengembangan .................................................................................47 3.4 Teknik Pengumpulan Data ..............................................................................52 3.5 Instrument Penelitian ......................................................................................55 3.6 Teknik Analisis Data .......................................................................................57 BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN....................................61 4.1 Hasil Penelitian ...............................................................................................61 4.1.1 Potensi dan Masalah ..................................................................................61 4.1.2 Pengumpulan Data .....................................................................................63 4.1.3 Desain Produk ............................................................................................68 4.1.4 Validasi Desain ..........................................................................................70 4.1.5 Revisi Desain .............................................................................................73 4.1.6 Uji Coba Produk ........................................................................................86 4.1.7 Revisi Produk..............................................................................................94 4.2 Pembahasan .....................................................................................................94 4.2.1 Kelebihan alat peraga papan perkalian ....................................................102 4.2.2 Kekurangan alat peraga papan perkalian .................................................102 BAB V PENUTUP ..............................................................................................103 5.1 Kesimpulan ....................................................................................................103 5.2 Keterbatasan Penelitian .................................................................................105 5.3 Saran ..............................................................................................................105 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................106 LAMPIRAN .......................................................................................................109 LAMPIRAN .......................................................................................................109 CURRICULUM VITAE ............................................................................... 181
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR BAGAN Bagan 2.1 Literature map hasil penelitian yang relevan ........................................37 Bagan 3.1 Langkah Research and Development (R&D) ......................................42 Bagan 3.2 Prosedur Pengembangan Prorotipe Papan perkalian ...........................48 Rumus 3.1 Menghitung Rata-rata .........................................................................59 Rumus 4.1 Mencari Rata-rata ...............................................................................75
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Garis besar wawancara kepada Kepala Sekolah ....................................55 Tabel 3.2 Garis besar wawancara pertama kepada Guru kelas III. ........................55 Tabel 3.3 Garis besar wawancara kedua kepada Guru kelas III. ...........................55 Tabel 3.4 Garis Besar wawancara kepada dua siswa lambat belajar kelas III. . ....56 Tabel 3.5 Rambu-rambu pengamatan terhadap anak lambat belajar di kelas III. ..56 Tabel 3.6 Skala bertingkat......................................................................................56 Tabel 3.7 Kisi-kisi Kuesioner Validasi Alat peraga...............................................57 Tabel 3.8 Kisi-kisi Kuesioner Validasi Album Penggunaan Alat peraga. .............57 Tabel 3.9 Tabel Klasifikasi Hasil Penelitian ..........................................................59 Tabel 3.10 Tabel Kategorisasi Data Kuantitatif ke Kualitatif...............................59 Tabel 4.1 Hasil wawancara bersama kepala sekolah. . ..........................................61 Tabel 4.2 Hasil wawancara bersama Guru kelas III. .............................................62 Tabel 4.3 Hasil Observasi Dua Siswa lambat Belajar pada saat pembelajaran Matematika di kelas III. . .......................................................................................64 Tabel 4.4 Hasil Observasi Dua Siswa lambat Belajar pada saat pembelajaran IPA di kelas III. . ...........................................................................................................65 Tabel 4.5 Hasil wawancara bersama siswa pertama Lambat belajar. . ..................67 Tabel 4.6 Hasil wawancara bersama siswa kedua Lambat belajar.. ......................67 Tabel 4.7 Hasil wawancara kedua bersama Guru kelas III. . .................................67 Tabel 4.8 Perubahan sebelum dan sesudah perubahan pada album penggunaan alat peraga papan perkalian untuk siswa dengan lambat belajar di kelas III SD Muhammadiyah Sagan ...........................................................................................83 Tabel 4.9 Hasil Analisis Pengembangan Alat Peraga Matematika Papan Perkalian beserta indikator penilaian .....................................................................................98 xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 4.10 Hasil Analisis Pengembangan Album penggunaan Alat Peraga Papan Perkalian beserta indikator penilaian. ....................................................................99
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Kelompok objek sama. .......................................................................28 Gambar 2.2 Penjumlahan berulang. .......................................................................29 Gambar 2.3 Garis Bilangan. ...................................................................................29 Gambar 2.4 Barisan objek dalam kolom. ...............................................................29 Gambar 4.1 Gambar desain papan perkalian. ........................................................69 Gambar 4.2 Desain Kotak Isi. ................................................................................69 Gambar 4.3 Papan perkalian, Kotak Isi dan Kotak soal. .......................................71 Gambar 4.4 Desain kotak Butiran Perkalian Sebelum diberi masukan. ................71 Gambar 4.5 Desain kotak Butiran Perkalian Sesudah diberi masukan. .................71 Gambar 4.6 Replika Papan perkalian jika terisi dengan Kotak butiran perkalian. 72 Gambar 4.7 Desain kotak butiran Perkalian setelah revisi. ...................................73 Gambar 4.8 Replika papan perkalian yang sudah direvisi. ....................................74 Gambar 4.9 Papan perkalian yang sudah direvisi. .................................................75 Gambar 4.10 Kotak butiran perkalian sebelum revisi. ...........................................80 Gambar 4.11 Kotak butiran perkalian sesudah revisi. ...........................................80 Gambar 4.12 Hasil kerja pertama Bunga (disamarkan) . .......................................87 Gambar 4.13 Hasil kerja pertama Roso(disamarkan) . ..........................................88 Gambar 4.14 Hasil Kerja Roso saat menggunakan Papan perkalian. ....................92 Gambar 4.15 Hasil Kerja Bunga saat menggunakan Papan perkalian. ..................92 Gambar 4.16 Hasil Kerja Roso setelah menggunakan Papan perkalian. ...............93 Gambar 4.17 Hasil Kerja Bunga setelah menggunakan Papan perkalian .............93 Gambar 4.16 Tongkat Pecongkel. ..........................................................................94
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Surat Izin Melakukan .......................................................................110 Lampiran 2 Surat keterangan telah melakukan Penelitian ..................................111 Lampiran 3 Garis besar pertanyaan wawancara Potensi dan Masalah ................112 Lampiran 4 Garis besar pertanyaan wawancara Pengumpulan Data ...................113 Lampiran 5 Pedoman Observasi ..........................................................................114 Lampiran 6 Kisi-Kisi Penilaian Validasi Prototipe Alat Peraga Dan Album Pengguanaan Alat Peraga ....................................................................................115 Lampiran 7 Hasil Validasi Alat Peraga oleh Ahli Psikolog Anak ......................117 Lampiran 8 Hasil Validasi Alat Peraga oleh Ahli Matematika ...........................120 Lampiran 9 Hasil Validasi Alat Peraga oleh Guru kelas III ................................126 Lampiran 10 Hasil Validasi Album Penggunaan Alat Peraga oleh Ahli Psikolog Anak ....................................................................................................................129 Lampiran 11 Hasil Validasi Album Penggunaan Alat Peraga oleh Ahli Matematika ..........................................................................................................135 Lampiran 12 Hasil Validasi Album Penggunaan Alat Peraga oleh Guru kelas III ..............................................................................................................................141 Lampiran 13 Album Penggunaan Alat Peraga .....................................................144 Lampiran 14 Foto Uji Coba penelitian ................................................................177
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini akan menguraikan tentang latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, spesifikasi produk yang dikembangkan, dan definisi operasional. 1.1
Latar Belakang Penelitain Belajar merupakan salah satu kegiatan untuk menambah pengetahuan atau
ilmu. Dalam ranah pendidikan, belajar merupakan suatu kegiatan yang penting bagi setiap orang. Abdillah (dalam Aunurrahman, 2011:35) mendefinisikan belajar sebagai suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotor untuk memperoleh tujuan tertentu. Di bidang pendidikan,
Aunurrahman
(2011:34)
menambahkan
bahwa
pembelajaran
berupaya mengubah masukan berupa siswa yang belum terdidik, menjadi siswa yang terdidik, siswa yang belum memiliki pengetahuan sesuatu, menjadi siswa yang memiliki pengetahuan. Pembelajaran dalam ranah pendidikan kemudian dikelompokkan berdasarkan bidang-bidang tertentu yang kerap disebut sebagai mata pelajaran, dan salah satunya adalah Matematika. Matematika merupakan mata pelajaran yang penting bagi setiap orang. Ismail, dkk. (dalam Hamzah & Muhlisraini, 2014:48) mendefiniskan Matematika sebagai ilmu yang membahas angka-angka dan perhitunganya, membahas masalah-masalah numerik, mengenai kuantitas dan besaran, mempelajari hubungan pola, bentuk dan struktur, sarana berpikir, kumpulan sistem, struktur,
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2
dan alat. Matematika adalah suatu ilmu yang pasti atau konkret. Ada baiknya siswa sudah dikenalkan matematika sejak dini, banyak cara untuk membantu siswa dalam mengenal pelajaran matematika, seperti penggunaan alat peraga yang sederhana. Ali (dalam Sundayana, 2015:7) mengungkapkan bahwa alat peraga adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang merangsang pikiran, perasaan serta perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat belajar. Alat peraga dapat digunakan untuk membantu kesulitan siswa dalam memahami suatu materi tertentu, terutama pada pembelajaran Matematika, bukan hanya itu saja alat peraga juga dapat membantu guru dalam penyampaian materi kepada siswa yang memiliki kebutuhan khusus, seperti siswa lambat belajar. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (dalam Ningrum, 2013:29) kata lambat artinya tidak tangkas atau tidak cekatan dalam bekerja, jadi anak lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama dalam menyelesaikan tugas. Marliyn & Bursuck (2015:53) menjelaskan bahwa teknologi dapat digunakan untuk membantu disabilitas baik yang ringan ataupun yang berat dalam banyak hal, misalnya untuk berkomunikasi, mengakses pembelajaran, menyelesaikan tugas, dan berpartisipasi secara penuh di sekolah dan juga di masyarakat. Siswa penyandang disabilitas dibolehkan untuk menggunakan teknologi bantu yang sesuai dengan kebutuhan. Teknologi bantu merujuk pada perangkat apa pun, baik itu suatu alat, produk, atau barang lainnya yang dapat digunakan untuk menaikkan, mempertahankan, atau meningkatkan kemampuan fungsional individu penyandang disabilitas. Desiningrum (2016:14) menyatakan siswa lambat belajar dalam memahami suatu materi harus dengan banyak menggunakan benda-benda konkret dibandingkan verbalisasi atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3
penejelasan materi yang banyak secara lisan karena hanya dapat membingungkan siswa lambat belajar itu sendiri. Peneliti melaksanakan wawancara dengan kepala sekolah dan guru kelas III SD Muhammadiyah Sagan pada 8 November 2017. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala SD Muhammadiyah Sagan, peneliti mendapatkan informasi bahwa di sekolah ini ada dua siswa yang mengalami lambat belajar dalam pembelajaran Matematika kelas III, serta kurangnya penggunaan benda-benda konkret seperti alat peraga untuk membantu siswa dalam memahami materi yang disampaikan gurunya. Pada hari yang sama peneliti melakukan wawancara dengan guru kelas III tahun ajaran 2016/2017, dimana kelas ini memiliki dua siswa yang mengalami lambat belajar. Dalam wawancara dengan guru kelas III tersebut, peneliti mendapatkan informasi bahwa kedua siswa lambat belajar memiliki keterbatasan kemampuan akademik jika dibandingkan dengan siswa-siswi lainnya di kelas yang sama. Dua siswa lambat belajar tersebut kerap kali tertinggal dalam mengerjakan tugas dan menerima penjelasan yang diberikan guru selama pembelajaran berlangsung. Dua siswa lambat belajar mengalami lambat pada mata pelajaran lainnya seperti Bahasa Indonesia, IPA, dan IPS. Akan tetapi, Pada pembelajaran Matematika dua siswa lambat belajar mengalami permasalahan yang menojol. Hasil wawancara dan obsevasi. Wawancara kedua dilakukan bersama guru kelas III dan kedua siswa lambat belajar. Observasi dilakukan pada kedua siswa lambat belajar. Wawancara dan observasi dilakukan pada tanggal 17 November 2016. Hasil wawancara kedua bersama guru kelas III dan dua siswa lambat belajar mengalami kesulitan pada pembelajaran Matematika materi Perkalian, mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4
masih belum memahami konsep dasar perkalian dikarenakan mereka memerlukan waktu yang lama dalam memahami konsep dasar perkalian dan kurangnya penggunaan benda-benda konkret seperti alat peraga menjadi hambatan dalam membantu dua siswa lambat belajar dalam memahami konsep dasar perkalian. Selain itu, guru juga meminta peneliti medesain alat peraga untuk mengajarkan konsep dasar perkalian untuk siswa dengan lambat belajar. Observasi dilakukan sebanyak dua pertemuan pada pembelajaran yang berbeda, yaitu pada pembelajaran Matematika dan IPA. Hasil observasi dua siswa lambat belajar pada pembelajaran Matematika dan IPA, dari hasil observasi yaitu bahwa dua siswa lambat belajar mengalami keterlambatan dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru serta dalam mengerjakan soal yang diberikan. Pada saat observasi terlihat pada pembelajaran Matematika dua siswa lambat belajar ini mengalami kesulitan yang menojol dalam menerima pembelajaran yang diberikan. Berdasarkan masalah dan kendala yang dialami oleh siswa dan pihak sekolah, peneliti memutuskan untuk melakukan pembuatan alat peraga Matematika yang dapat digunakan untuk membantu pemahaman siswa lambat belajar dalam materi perkalian. Peneliti memutuskan untuk membuat suatu papan perkalian dengan perkalian dasar 1-10. Alat peraga dalam penelitian ini menggunakan lima ciri-ciri Montessori. Alat peraga Montessori merupakan alat peraga yang dirancangan untuk membantu siswa dalam belajar dan memahami materi pembelajaran. Lima ciri-ciri alat peraga Montessori yaitu menarik dengan memberikan warna, bentuk, tekstur yang menarik serta berat yang ideal. Bergadasi, memiliki tekstur pada alat peraga yang dapat dirasakan oleh indra
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5
manusia seperti indra pengelihatan, dan indra peraba. Memiliki pengendali kesalahan yang dapat mengetahui kesalahanya sendiri ketika belajar dengan menggunakan alat peraga. Kemandirian, siswa dapat belajar secara mandiri dengan menggunakan alat peraga ini tanpa didampingi oleh guru. Kontekstual, alat peraga dibuat dengan menggunakan bahan-bahan yang dapat dijumpai dilingkungan sekitar, awet dan tahan lama. Peneliti berharap alat peraga ini akan membantu siswa-siswi lambat belajar dapat memahami konsep dasar perkalian dengan mudah. Selain itu pembuatan papan perkalian ini bertujuan untuk membantu guru dalam menjelaskan materi perkalian pada siswa lainnya secara konkret. 1.2
Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi pada masalah kompleks di atas maka peneliti
membatasi masalah pengembangan Alat Peraga Matematika Papan Perkalian untuk Siswa dengan Lambat Belajar. Penelitian ini dibatasi hanya untuk dua siswa berkebutuhan khusus jenis lambat belajar kelas III di SD Muhammdiyah Sagan Yogyakarta. Peneliti mengambil dua siswa yang mengalami lambat belajar di kelas tersebut, dengan pertimbangan antara lain: kedua siswa tersebut berada di kelas yang sama dan mengalami lambat belajar dengan kesulitan materi yang sama. 1.3
Rumusan Masalah 1.3.1
Bagaimana pengembangan alat peraga matematika papan perkalian untuk siswa dengan lambat belajar di SD Muhammadiyah Sagan Yogyakarta?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6
1.3.2
Bagaimana kualitas alat peraga matematika papan perkalian untuk siswa dengan lambat
belajar
di
SD Muhammadiyah Sagan
Yogyakarta? 1.4
Tujuan Penelitian 1.4.1
Mengetahui bagaimana pengembangan alat peraga matematika papan perkalian untuk siswa dengan lambat belajar di SD Muhammadiyah Sagan Yogyakarta.
1.4.2
Mengetahui bagaimana kualitas alat peraga matematika papan perkalian untuk siswa dengan lambat belajar di SD Muhammadiyah Sagan Yogyakarta.
1.5
Manfaat penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1.5.1
Bagi Siswa Dapat membantu anak lambat belajar dalam memahami mata pelajaran Matematika dengan mudah pada materi perkalian, dengan penggunaan alat peraga papan perkalian yang disediakan.
1.5.2
Bagi Guru Guru lebih memahami tahapan penggunaan alat peraga, mendapatkan pengalaman, dan pengembangan Alat Peraga Papan Perkalian untuk siswa dengan lambat belajar yang dapat membantu guru dalam menjelaskan materi perkalian dengan mudah.
1.5.3
Bagi Sekolah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7
Sekolah mendapatkan wawasan baru tentang penggunaan Alat Peraga Papan Perkalian bagi siswa dengan lambat belajar yang dapat mengoptimalkan kegiatan belajar mengajar. 1.5.4
Bagi Peneliti Peneliti memperoleh pengetahuan dan pengelaman baru dalam mengembangkan Alat Peraga Papan Perkalian untuk siswa dengan lambat belajar. Produk yang dikembangkan dapat memberikan motivasi
bagi
peneliti
dalam
mengembangkan
alat
peraga
pembelajaran Matematika. 1.6
Definisi Operasional
1.6.1
Alat peraga adalah sebuah suatu alat bantu konkret yang digunakan sebagai sarana untuk menyampaikan pesan dan menarik kemauan siswa sehingga dapat belajar serta membantu siswa agar lebih mudah dalam memahami suatu materi pembelajaran.
1.6.2
Anak berkebutuhan khusus ialah anak yang mengalami gangguan terhadap pertumbuhan dan perkembangan serta memiliki kelainan atau penyimpangan fisik, mental-intelektual, sosial, dan emosional maka dari itu anak berekebutuhan khusus memerlukan penangan yang lebih baik dari guru maupun orang tua.
1.6.3
Anak lambat belajar adalah anak yang lambat dalam menangkap suatu proses pembelajaran karena ia memiliki kemampunan daya tangkap yang terbatas. Anak lambat belajar memiliki prestasi belajar rendah karena IQ yang dimiliki di bawah rata-rata dengan anak pada umumnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8
sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama dalam memahami suatu materi. 1.6.4
Matematika adalah pengetahuan yang terstruktur dimana di dalam matematika itu dapat membahasa angka-angka dan perhitungan, membahas masalah-masalah numerik, mengenai kuantitas dan besaran, mempelajari hubungan pola, bentuk dan struktur, sarana berpikir, kumpulan sistem, struktur dan alat.
1.6.5
Perkalian adalah penambahan berulang dengan sekelompok bilangan dengan cara yang berbeda-beda yaitu kelompok objek yang sama, penjumlahan berulang, garis bilangan dan barisan objek (baris dan kolom)
1.6.6
Belajar merupakan suatu aktivitas dari diri seseorang baik disengaja maupun tidak disengaja, dengan dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya yang memungkinkan seseorang mendapatkan pengetahuan serta pengalaman yang berharga.
1.7
Spesifikasi Produk Alat peraga yang dikembangkan dalam penelitian ini berupa Alat Peraga
Papan Perkalian 1-10 dengan mata pelajaran Matematika beserta Album Penggunaan Alat Peraga Papan Perkalian. Pengembangan alat peraga
ini
menggunakan ciri-ciri alat peraga Montessori. Lima ciri-ciri yang dikembangkan oleh Maria Montessori yaitu menarik, bergradasi, auto-correcation, autoeducation dan kontekstual. Melihat kesulitan yang dihadapi siswa lambat belajar maka peneliti membuat alat peraga yang dapat membantu anak berkebutuhan khusus lambat belajar dalam memahami konsep dasar perkalian dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9
pembelajaran Matematika. Alat peraga yang dibuat ini diberi nama Papan Perkalian atau bila disingkat “PAPE”. Pape ini dapat membantu siswa lambat belajar dalam memahami konsep dasar perkalian dari 1-10. Alat peraga papan perkalian dibuat dengan menggunakan bahan kayu jenis teak wood. Pape memiliki ukuran 60 cm x 44,5 cm. Ukuran ini terbilang cukup besar sehingga Pape ini didesain seperti papan catur yang dapat dilipat menjadi dua. Pape terdiri dari dua bagian, yaitu papan perkalian “PAPE” serta kotak isi. Bagian pertama “PAPE” terdiri dari enam komponen diantaranya:
1
2 5
3 4
6 Gambar 1.1 Desain PAPE 1.
Judul alat peraga: Papan Perkalian (bila disingkat menjadi “PAPE”), warna huruf pada judul adalah hijau.
2.
Kotak geser berukuran 3 cm x 3 cm. Kotak ini dapat bergeser. Kotak berwarna merah dapat bergeser ke kiri dan kanan, sedangkan kotak berwarna biru dapat bergeser ke atas dan bawah. Kotak geser ini memiliki lubang di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10
tengahnya dengan ukuran 2 cm x 2 cm. Lubang ini berfungsi untuk memberitahukan sampai mana angka yang akan dituju. 3.
Kotak deret penjumlah berukuran 40 cm x 4 cm. Kotak mendatar dan memiliki warna merah, kemudian terdapat angka satu sampai sepuluh yang berfungsi sebagai penjumlah dari angka perkalian pada soal.
4.
Kotak deret pengali 4 cm x 40 cm kotak menurun ini memiliki warna biru dan terdapat angka satu sampai sepuluh yang berfungsi sebagai pengali dari angka perkalian pada soal.
5.
Kotak-kotak yang terdapat di tengah papan perkalian, berjumlah sebanyak 100 kotak kosong dengan ukuran 3 cm x 3 cm memiliki batasan 1 cm yang berfungsi untuk meletakan butiran perkalian sebagai langkah untuk mendapatkan jawaban.
6.
Gantungan yang terletak di bawah kotak-kotak perkalian ada sebanyak 10 gantungan yang berfungsi untuk meletakan angka hasil perkalian dengan ukuran 6,5 cm x 40 cm. Bagian kedua dari Pape adalah kotak isi. Kotak isi berukuran 15 cm x 22 cm
dengan dilengkapi tutup kotak. Kotak isi terdiri dari delapan komponen diantarannya:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11
Gambar 1.2 Kotak Isi 1. Kotak butiran perkalian: kotak-kotak berbentuk persegi dan di tengahnya terdapat gambar lingkaran berwarna hijau. Kotak perkalian ini berfungsi untuk mengetahui hasil perkalian pada soal yang akan dikerjakan. Kotak perkalian ini berjumlah 100 buah dengan ukuran 3 cm x 3 cm. 2. Kotak hasil: kotak berbentuk persegi panjang dengan ukuran 3 cm x 4 cm, dan memiliki lubang di bagian atasnya. Lubang ini berfungsi untuk menggantungkan hasil perkalian pada Pape. Di tengah kotak hasil terdapat deretan angka berwarna biru. Pada kolom pertama terdapat angka dari 1 sampai 20. 3. Kotak hasil kolom kedua: terdapat angka dari 21 sampai 40. 4. Kotak hasil kolom kedua: terdapat angka dari 41 sampai 60. 5. Kotak hasil kolom kedua: terdapat angka dari 61 sampai 80. 6. Kotak hasil kolom kedua: terdapat angka dari 81 sampai 100.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12
7. Soal perkalian berukuran 3 cm x 7 cm. Soal ini digunakan untuk memainkan Pape. Siswa harus menyelesaikan soal yang di ambil dari kotak isi ini. Di balik kartu soal ini terdapat jawaban sebagai pengendali kesalahan (auto correction) berwarna biru. 8. Tongkat Pencongkel berfungsi untuk melepaskan kotak butiran perkalian pada papan perkalian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan diuraikan kajian pustaka, penelitian yang relevan, dan kerangka berpikir. 2.1
Kajian Pustaka 2.1.1
Alat Peraga Pada subbab ini dipaparkan pengertian alat peraga, fungsi alat peraga,
kriteria alat peraga dan ciri-ciri alat peraga. 2.1.1.1 Pengertian Alat Peraga Alat
peraga
adalah
alat
bantu
dalam
pengajaran
untuk
memeragakan sesuatu supaya apa yang diajarkan mudah dimengerti anak didik (Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, 2008:37). Ali (dalam Sundayana, 2015:7) mengungkapkan bahwa alat peraga adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang merangsang pikiran, perasaan serta perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat belajar. Anitah (2010: 4) mengatakan bahwa alat peraga merupakan sarana yang dapat membawakan pesan dari pemberi kepada penerima. Prastowo (2015: 297) mengungkapkan bahwa alat peraga sebagai media yang menggambarkan atau mengilustrasikan konsep atau materi yang diajarkan sehingga siswa lebih muda dalam mempelajari materi yang diajarkan. Berdasarkan pengertian para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa alat peraga adalah suatu alat bantu konkret yang digunakan sebagai sarana untuk menyampaikan pesan dan menarik kemauan siswa sehingga dapat
13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14
belajar serta membantu siswa agar lebih mudah dalam memahami suatu materi pembelajaran. Adapun pengertian alat peraga Matematika sebagai berikut, Pramudjono (dalam Sundayana, 2014:7) mengemukakan bahwa alat peraga adalah benda konkret yang dibuat, dihimpun atau disusun secara sengaja digunakan untuk membantu menamkan atau mengembangkan konsep matematika. Berdasarkan pengertian alat peraga matematika di atas menyatakan bahwa alat peraga matematika adalah sebuah alat yang diracang secara sengaja untuk menerapkan konsep dasar Matematika 2.1.1.2 Fungsi Alat Peraga Sastradiradja (1971: 1-3) mengemukakan fungsi alat peraga dalam pembelajaran, antara lain: 1) Membantu murid belajar lebih banyak; 2) Membantu murid mengingat lebih lama; 3) Memperlengkap rangsangan yang efektif untuk belajar; 4) Menjadikan belajar yang lebih konkret (nyata); 5) Membawa dunia ke dalam kelas; 6) Memberikan pendekatan-pendekatan bayangan yang tajamtajam dari satu subyek yang sama. 2.1.1.3 Kriteria Alat Peraga Syarat dan kriteria alat peraga menurut Rusefendi (dalam Sundayana, 2015: 8) antara lain: 1.
Tahan lama;
2.
Bentuk dan warnanya menarik;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15
3.
Sederhana dan mudah dikelola;
4.
Ukuran sesuai;
5.
Dapat menyajikan konsep matematika baik bentuk real, gambar, atau diagram;
6.
Sesuai dengan konsep matematika;
7.
Dapat memperjelas konsep matematika dan bukan sebaliknya;
8.
Peragaan itu supaya menjadi dasar bagi tumbuhnya konsep abstrak bagi siswa;
9.
Menjadikan belajar aktif dan mendiri dengan manipulasi alat peraga;
10. Bila mungkin alat peraga tersebut bisa berfaedah lipat (banyak). 2.1.1.4 Ciri-ciri pengembangan Alat peraga Dalam penelitian ini, pengembangan alat peraga Matematika ini mengacu pada Ciri-ciri alat peraga metode Montessori. Metode Montessori (2002:171-175) dikembangkan oleh Maria Montessori yang lahir pada tanggal 31 Agustus 1870 di Chiaravalle, kota bukit dengan pemandangan Laut Adriatik, Provinsi Ancona di Italia. Dalam Alat peraga yang dikembakan Montessori memiliki lima ciri-ciri. Berikut adalah lima ciri-ciri menurut (Montessori, 2002:171-175) sebagai berikut: 1) Ciri yang pertama adalah menarik. Menarik dalam pembelajaran menurut Montessori (2002: 74-75) ialah ketika menarik perhatian anak secara spontan terhadap suatu pembelajaran yang ia alami. Alat peraga Montessori didesain semenarik mungkin agar anak-anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16
tertarik menggunakan alat peraga tersebut. Seperti dalam hal pemilihan warna, Montessori melakukan penelitian terhadap warnawarna yang digunakan pada alat peraganya, warna-warna tersebut digunakan berdasarkan hasil penelitian terhadap anak-anak. Warnawarna yang digunakan dalam alat peraga Montessori disesuaikan dengan krakteristik anak pada warna tersebut. Alat peraga Motessori dibuat
dan
didesain
dengan
memperhatikan
warna,
kontur
permukaan yang lembut dan beratnya. 2) Ciri yang kedua adalah bergadasi, bergadasi dalam alat peraga adalah konsistensi. Penggunaan alat peraga Montessori sebagian besar menggunakan indera yang ada pada tubuh manusia. Setiap alat peraga terdapat suatu tingkatan yang terus-menerus dan konsisten yang dapat merangsang indera untuk menjadi semakin peka. Montessori menyebutkan bahwa ada dua jenis gradasi yaitu gradasi umur dan gradasi rangsangan rasional. Gradasi umur dapat dilihat dari penggunaan alat untuk jenjang kelas sebelumnya maupun jenjang kelas selajutnya. Gradasi rangsangan rasional dapat terlihat pada penggunaan alat yang melibatkan beberapa indera. Penggunaan alat peraga Montessori sebagian besar menggunakan indera yang ada pada tubuh manusia. 3) Ciri yang ketiga adalah memiliki pengendali kesalahan (auto correction). Alat peraga Montessori dibuat dengan memperhatikan pengendali kesalahan sehingga anak tahu dengan sendirinya ketika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17
melakukan kesalahan dalam menggunakan alat peraga, meskipun tanpa arahan dari guru maupun orang lain. 4) Ciri yang keempat adalah kemandirian (auto education). Alat peraga Montessori dibuat dengan memperhatikan kemandirian yang memungkinkan anak belajar secara mandiri dalam penggunaan alat tersebut. Alat peraga disesuaikan dengan tingkatan perkembangan anak, membantunya untuk tidak mengalami kesulitan dalam membawa dan menggunakannya secara mandiri. 5) Ciri yang kelima yaitu kontekstual. Montessori mengisi kelas dengan bahan-bahan pembelajaran yang dekat dengan lingkungan anak. Menurut Lillard (2005:32) proses belajar seharusnya disesuaikan dengan konteks yang ada. Konteks menurut ( Johnson, 2010:34) berarti pola hubungan dalam lingkungan langsung seseorang. Hal tersebut memiliki tujuan menurut (Hainstock, 1997:83)
untuk
memberikan pengalaman langsung kepada siswa tentang lingkungan sekitar. Berdasarkan paparan tersebut dapat disimpulkan bahwa alat peraga Montessori dengan ciri kontekstual merupakan alat peraga yang dirancangan untuk membantu anak belajar dan memahami materi pembelajaran. Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa alat peraga Montessori merupakan alat peraga yang dirancangan untuk membantu siswa dalam belajar dan memahami materi pembelajaran. Dalam penelitian pengembangan alat peraga mengacu pada ciri-ciri alat peraga Montessori yaitu menarik dengan memberikan warna, bentuk, tekstur yang menarik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18
serta berat yang ideal. Bergadasi, memiliki tekstur pada alat peraga yang dapat dirasakan oleh indra manusia seperti indra pengelihatan, dan indra peraba. Memiliki pengendali kesalahan yang dapat mengetahui kesalahanya sendiri ketika belajar dengan menggunakan alat peraga. Kemandirian, siswa dapat belajar secara mandiri dengan menggunakan alat peraga ini tanpa didampingi
oleh
guru.
Kontekstual,
Alat
peraga
dibuat
dengan
menggunakan bahan-bahan yang dapat dijumpai dilingkungan sekitar, awet dan tahan lama. 2.1.2
Anak Berkebutuhan Khusus
2.1.2.1 Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memerlukan penanganan khusus karena adanya gangguan perkembangan dan kelainan yang dialami anak menurut (Desinigrum, 2016:1). Menurut Directgov (dalam Thompson, 2010:2), mengemukakan bawah anak berkebutuhan khusus ialah merujuk pada anak yang memilik kesulitan atau ketidakmampuan belajar yang membuatnya lebih sulit untuk belajar atau mengakses
pendidikan
dibandingkan
kebanyakan
anak
seusianya.
Sedangkan menurut Jannah, dkk (2014:15) anak berkebutuhan khusus adalah anak yang dalam proses pertumbuhan atau perkembangan mengalami kelainan atau penyimpangan fisik, mental-intelektual, sosial dan atau emosional dibanding dengan anak-anak lain seusianya, sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Berdasarkan pengertian para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa anak berkebutuhan khusus ialah anak yang mengalami gangguan terhadap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19
pertumbuhan
dan
perkembangan
serta
memiliki
kelainan
atau
penyimpangan fisik, mental-intelektual, sosial, dan emosional maka dari itu anak berekebutuhan khusus memerlukan penangan yang lebih baik dari guru maupun orang tua. 2.1.2.2 Klasifikasi anak berkebutuhan khusus Menurut IDEA (individuals with Disabilities Education Act Amandements) dalam (Desinigrum, 2016:7) mengemukakan secara umum klasifikasi dari anak berkebutuhan khusus anatara lain: A) Anak dengan gangguan Fisik 1. Tunanetra, yaitu anak yang indera pengelihatannya tidak berfungsi (blind/low vision) sebagai saluran peneriman informasi dalam kegiatan sehari-hari seperti orang awas. 2. Tunarungu, yaitu anak kehilangan seluruh atau sebagian daya pendengarnya sehingga tidak atau kurang mampu berkomunikasi secara verbal. 3. Tunadaksa, yaitu anak yang mengalami kelainan atau cacat yang menetap pada alat gerak (tulang, sendi dan otot). B) Anak dengan gangguan emosi dan perilaku 1. Tuanlaras, yaitu anak yang mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri dan bertingkah laku tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku. 2. Anak dengan gangguan komunikasi bisa disebut tunawicara, yaitu anak yang mengalami kelainan suara artikulasi (pengucapan), atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20
kelancaran bicara, yang mengakibatkan terjadinya penyimpangan bentuk bahasa, isi bahasa, atau fungsi bahasa. 3. Hiperaktif, secara piskologis hiperaktif adalah gangguan tingkah laku yang tidak normal, disebabkan disfungsi neurologis dengan gejala utama tidak mampu mengendalikan gerakan dan memusatkan perhatian. C) Anak dengan gangguan intelektual 1. Tunagrahita, yaitu anak yang secara nyata mengalami hambatan dan keterbelakangan perkembangan mental intelektual jahu di bawah rata-rata sehingga mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik, komunikasi maupun sosial. 2. Anak Lambat Belajar yaitu anak yang memiliki potensi intelektual sedikit di bawah normal tetapi belum termasuk tunagrahita (biasanya memiliki IQ sekitar 70-90). 3. Anak berkesulitan belajar khusus yaitu anak yang secara nyata mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik khusus, terutama dalam hal kemampuan membaca, menulis dan berhitung atau matematika. 4. Anak berbakat adalah anak yang memiliki bakat atau kemampuan dan kecerdasan luar biasa yaitu anak yang memiliki potensi kecerdasan (intelegensi), kreativitas, dan tanggung jawab terhadap tugas (task commitment) di atas anak-anak seusianya (anak pada umumnya),
sehingga untuk mewujudkan potensinya menjadi
prestasi nyata, memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21
5. Autisme yaitu gangguan perkembangan anak yang disebabkan oleh adanya gangguan pada sistem syaraf pusat yang mengakibatkan gangguan dalam interaksi sosial, komunikasi dan perilaku. 6. Indigo adalah manusia yang sejak lahir mempunyai kelebihan khusus yang tidak dimiliki manusia pada umunya. Dari pengertian klasifikasi anak berkebutuhan khusus di atas dapat dibedakan menjadi tiga bagian yaitu anak dengan gangguan fisik, anak dengan gangguan emosi dan perilaku, serta anak dengan gangguan intelektual. Anak dengan gangguan fisik yaitu Tunanetra, Tunarungu dan Tunadaksa. Kedua anak dengan gangguan emosi dan perilaku yaitu Tuanlaras, Anak dengan gangguan komunikasi bisa disebut tunawicara dan Hiperaktif. Ketiga anak dengan gangguan intelektual yaitu Tunagrahita, Anak Lambat Belajar, Anak berkesulitan belajar khusus, Anak berbakat, Autisme, dan Indigo. 2.1.3
Anak Lambat Belajar
2.1.3.1 Pengertian anak lambat belajar Menurut Desinigrum (2016:12) anak lambat belajar adalah mereka yang memiliki prestasi belajar rendah (di bawah rata-rata anak pada umumnya). Skors tes IQ menujukkan skor anatara 70-90 (Cooter dalam Desinigrum, 2016:12). Menurut kamus besar bahasa Indonesia kata lambat artinya tidak tangkas, tidak cekatan dalam bekerja, jadi anak lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama dalam menyelesaikan tugas (Setiawan, 2013:29). Triani dkk (2013: 3) mengungkapkan bahwa anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22
lambat belajar adalah anak yang memiliki prestasi belajar rendah atau sedikit di bawah rata-rata dari anak pada umumnya, pada salah satu atau seluruh area akademik. Berdasarkan pengertian dan definisi para ahli di atas dapat disimpulkan bawah anak lambat belajar adalah anak yang lambat dalam menangkap suatu proses pembelajaran karena ia memiliki kemampunan daya tangkap yang terbatas. Anak lambat belajar memiliki prestasi belajar rendah karena memiliki daya tangkap yang terbatas, IQ yang rendah membuat mereka membutuhkan waktu yang lebih lama dalam memahami suatu materi Menurut Desiningrum (2016:12) gejala-gejala yang dapat terlihat dari anak lambat belajar tidak hanya kemampuan akademiknya yang terbatas, tapi juga pada kemampuan-kemampuan lain. Kamampuankemampuan
itu
diantaranya,
kemampuan
koordinasi
(kesulitan
menggunakan alat tulis, olaraga, atau mengenakan pakaian). Dari sisi perilaku, anak lambat belajar ini cenderung pendiam, pemalu, dan sulit untuk berteman. Anak-anak lambat belajar ini juga cenderung kurang percaya diri Menurut Setiawan (2013:30) ciri-ciri yang dapat diamati pada anak lambat belajar adalah sebagai berikut: a) Rata-rata prestasi belajarnya rendah. b) Menyelesaikan tugas-tugas akademik sering terlambat dibandingkan teman-teman sebayanya. c) Cara penerimaan terhadap pelajaran sangat lambat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23
d) Pernah tidak naik kelas. Menurut pengertian ciri-ciri anak lambat belajar di atas yaitu anak lambat belajar bukan hanya kemampuan akademiknya yang terbatas tetapi juga pada kemampuan-kemampuan lain, diantaranya kemampuan koordinasi (kesulitan menggunakan alat tulis, olahraga, atau mengenakan pakaian) cara menerima pembelajaran yang sangat lambat dan menyelesaikan tugas-tugas akademiknya sering terlambat dibandingkan dengan teman lainnya serta dari sisi perilaku, anak lambat belajar ini cenderung pendiam, pemalu, sulit untuk berteman serta cenderung kurang percaya diri. 2.1.3.2
Faktor-faktor penyebab anak lambat belajar Setiawan (2013:30) menyatakan bahwa Anak lambat belajar
pada anak bisa terjadi karena beberapa faktor diantaranya adalah faktor internal dan faktor eksternal sebagai berikut: 1. Faktor internal atau dari dalam yaitu faktor genetik, biokimia yang dapat merusak otak misalnya: zat perwarna pada makanan, pencemaran lingkungan, gizi yang tidak memadai dan pengaruhpengaruh psikologis dan sosial yang merugikan perkembengan anak. Beberapa alasan penyebab anak lambat belajar dari faktor internal sebagai berikut: a) Faktor keturunan Di sewedia, Hallgren 1950 dalam buku (Setiawan, 2013:30) melakukan penelitian dengan objek keluarga dan menemukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24
rata-rata anggota keluarga tersebut mengalami kesulitan dalam membaca, menulis, dan mengeja. b) Disfungsi minimal otak (DMO) Anak yang lambat belajar mengalami permasalahan pada saraf otaknya. Pendapat ini masih menjadi perdebatan dari beberapa ahli. Para penelitian menganggap bahwa ada kesamasan karakteristik pada perilaku anak lambat belajar dengan anak abnormal. Anak yang lambat belajar memiliki adanya tandatanda cedera otak. Maka para ahli tidak terlalu menganggap cedera
otak
sebagai
penybabnya,
kecuali
ahli
saraf
membuktikan masalah ini. Mereka menyebutnya sebagai “disfungsi minimal otak” bukan “cedera otak” karena untuk memastikan penyebabnya cedera otak sangatlah sulit. c) Pengorganisasi cara berpikir Anak lambat belajar mengalami kesulitan dalam menerima penjelasan tentang sesuatu yang sifatnya abstrak. Mereka kurang mampu berpikir secara baik. Misalnya anak yang sulit membaca akan mengalami kesulitan untuk menyimpulkan dari yang dilihatnya. Anak lambat belajar perlu mendapat pengulangan dalam latihan, dengan tujuan untuk mengikatkan kemampuan belajarnya. d) Kekurangan gizi Gizi merepukan faktor penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak. Apalagi pada anak usia balita yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25
membutuhkan gizi yang cukup untuk mendorong perkembangan otaknya. Para penelitian terhadap tumbuh kembang anak menyimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara anak lambat belajar dengan kekurangan gizi. Walau pendapat tersebut tidak seluruhnya benar, tetapi banyak bukti menyatakan pada awal pertumbuhan sesorang anak kekurangan gizi dapat memengaruhi perkembangan saraf utamanya sehingga akan membawa dampak yang kurang baik dalam proses pertumbuhan dan perkembangan belajar anak. e) Faktor lingkungan Keluarga merupakan faktor utama awal pendidikan bagi anak. Maka baik buruknya perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh pendidikan dalam keluarga. Pengaruh faktor lingkungan, gangguan nalar, dan emosi. Ketiganya mempunyai dampak yang dapat mengakibatkan kesulitan belajar. Yang dimaksud dengan faktor lingkungan ialah perlaku yang dapat menggangu perkembangan mental anak. Misalnya lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. 2. Faktor Ekstrnal adalah penyebab utama problem anak lambat belajar yang berupa strategi pembelajaran yang salah satunya tidak tepat, pengelolaan kegiatan pembelajaran yang tidak membangkitkan motivasi belajar anak dan pemberian ulangan penguatan yang tidak tepat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26
Kesimpulan anak lambat belajar bisa terjadi dengan beberapa faktor yang dijelaskan di atas semuanya dapat mempengaruhi anak. Meskipun faktor genetik memiliki pengaruh yang kuat, namun lingkungan juga merupakan faktor yang penting mempengaruhi anak lambat belajar. Lingkungan dapat mempengaruhi inteligensi, kondisi lingkungan ini meliputi nutrsi, kesehatan, kualitas stimulasi, iklim emosional keluarga dan tipe umpan balik yang diperoleh melalui perilaku. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Beyley bahwa status sosial-ekonomi keluarga mempengaruhi IQ anak (Atikson, dkk dalam Sntrock dalam Desinigrum, 2016:13). 2.1.3.3
Krakteristik anak lambat belajar Anak
yang
mengalami
lambat
belajar
mempunyai
karakteristik, seperti tidak matang dalam hubungan interpersonal, Selain itu anak-anak ini juga menujukan kesulitan dalam mengikuti petunjukpetunjuk yang memiliki banyak langkah, hanya memiliki sedikit strategi internal, seperti kemampuan organisasional, kesulitan dalam belajar dan menggeneralisasikan informasi (Desinigrum, 2016:13).
Anak-anak
lambat belajar memiliki nilai-nilai yang biasanya buruk dalam tes prestasi belajar. Namun begitu sebagian dari mereka dapat memahami materi yang sudah dipersingkat dan diberikan pada anak, seperti kegiatan di laboratorium dan kegiatan manipulatif. Dampak dari kertebatasan seperti dijelaskan di atas dapat membentuk anak lambat belajar memiliki image yang buruk, meski mampu mengasui ketermapilan tertentu namun cenderung lambat,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27
beberapa kemampuan bahkan sama sekali tidak dapat dikuasai, dan daya ingat yang tergolong lambat. Ciri lain yang dimiliki anak lambat belajar adalah rata-rata prestasi belajarnya yang selalu rendah, sering terlambat dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan dibandingkan dengan teman-teman seusianya, dan memiliki daya tangkap yang cenderung lambat dalam menerima pelajaran (Desinigrum, 2016:13). 2.1.4
Matematika
2.1.4.1 Pengertian Matematika Ismail, dkk. mendefinisikan Matematika (dalam Hamzah,dkk., 2014:48) sebagai ilmu yang membahas angka-angka dan perhitunganya, membahas masalah-masalah numerik, mengenai kuantitas dan besaran, mempelajari hubungan pola, bentuk dan struktur, sarana berpikir, kumpulan sistem, serta struktur dan alat. Beth & Piaget 1956 (dalam Runtuhkhu,dkk., 2014:28) mengemukakan bahwa matematika adalah pengetahuan yang berkaitan dengan berbagai struktur abstrak dan hubungan antar-struktur tersebut sehingga terorganisasi dengan baik. Johnson & Rising 1972 (dalam Runtuhkhu, 2014:28) mengatakan Matematika ialah bahasa simbol tentang berbagai gagasan dengan menggunakan istilah-istilah yang didefinisikan secara cermat, jelas, dan akurat. Berdasarkan pengertian menurut para ahli di atas, matematika adalah pengetahuan yang terstruktur dimana dalam matematika membahas tentang angka-angka dan perhitungan, masalah-masalah numerik, mengenai kuantitas dan besaran, mempelajari hubungan pola, bentuk dan struktur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28
2.1.4.2 Perkalian Materi perkalian sudah diajarkan di kelas II SD dan lebih di perdalam di kelas III SD. Soesilowati (2011:35) mendefinisikan perkalian adalah bentuk lain dari penjumlahan berulang. Penjumlahan merupakan penambahan sekelompok bilangan atau lebih menjadi suatu bilangan yang merupakan jumlah (Supariadi, 2013:30).
Menurut Runtuhkhu, dkk.
(2014:117) operasi perkalian seperti operasi bilangan lainnya, perkalian berguna untuk memecahkan masalah dalam dunia nyata. Oleh karena itu, pengenalan operasi perkalian sebaiknya dimulai dari situasi dalam kehidupan sehari-hari. Contoh soal, “ ada tiga orang memancing ikan, masing-masing mendapatkan 4 ekor, berapa ekor ikan semuanya?”. Untuk menyelesaikan soal tersebut dapat menggunakan model-model seperti: kelompok objek yang sama, penjumlahan berulang, garis bilangan, dan barisan objek (baris dan kolom). Berikut akan dijelaskan setiap modelnya: 1. Kelompok objek yang sama #### #### #### Gambar 2.1 Kelompok objek sama Pada gambar 2.1 terdapat simbol yang berbentuk pagar (#), simbol tersebut menujukan kelompok objek yang memiliki bentuk sama atau perolehan ikan dari hasil pancingan. Baris pertama adalah hasil pancingan orang pertama yang memperoleh 4 ekor ikan. Baris kedua adalah hasil pancingan orang kedua yang memperoleh 4 ekor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29
ikan. Baris ketiga adalah hasil pancingan orang ketiga memperoleh 4 ekor ikan. Seluruh ikan yang di peroleh ada 12 ekor. 2. Penjumlahan Berulang “3 x 4”= 12
4+4+4
Gambar 2.2 Penjumlahan berulang Pada gambar 2.2 dapat diketahui bahwa perkalian diartikan sebagai penjumlahan berulang, 4 ikan ditambah 4 ikan ditambah 4 ikan. Ikan seluruhnya 12 ekor. 3. Garis Bilangan
0
4
8
12
3 x 4 =12 Gambar 2.3 Garis Bilangan Pada gambar 2.3 merupakan garis bilangan kelipatan dari empat. Garis bilangan tersebut dimulai dari angka 0, kemudian angka 4, angka 8 dan angka 12. 4. Barisan objek dalam Kolom
Gambar 2.4 Barisan objek dalam kolom Pada gambar 2.4 terdapat sebuah tabel yang terdiri dari barisan dan kolom. Pada setiap baris tabel tersebut terdapat 4 kolom. Tabel tersebut terdiri dari 3 baris dan 4 kolom jadi jika ikan dimasukan kedalam tabel tersebut membutuhkan 12 kotak yang sama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30
Menurut pengertian dari para ahli di atas dapat di simpulkan bahwa perkalian adalah penambahan berulang dengan sekelompok bilangan dengan cara yang berbeda-beda yaitu kelompok objek yang sama, penjumlahan berulang, garis bilangan dan barisan objek (baris dan kolom) Menurut Simanjuntak, dkk. (1993:121) Perkalian terdiri dari multiplicand dan mulitiplier. Multiplicad adalah bilangan yang dijumlakan sebanyak bilangan pengali. Sedangkan multiplir adalah bilangan pengali itu sendiri. Hasil kali antara multiplicand dan mulitiplier disebut product. Perkalian bahwa penyesuaiannya sama dengan operasi hitung penjumlahan berulang. Contoh, 2 x 4= 4 + 4 = 8. Angka dua adalah pengalih sedangkan angka empat sebagai penjumalah dan angka delapan sebagai hasil atau produknya. 2.1.5
Pembelajaran dan belajar Belajar
merupakan
salah
satu
kegiatan
untuk
menambah
pengetahuan atau ilmu. Dalam pendidikan, belajar merupakan suatu kegiatan yang penting bagi setiap orang. Belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotor untuk memperoleh tujuan tertentu menurut Abdillah 2002 (dalam Aunurrahman, 2011:35). Di bidang pendidikan, pembelajaran berupaya mengubah masukan berupa siswa yang belum terdidik, menjadi siswa yang terdidik, siswa yang belum memiliki pengetahuan sesuatu, menjadi siswa yang memiliki pengetahuan (Aunurrahman, 2011:34). Peneliti menyimpulkan pandangan Wragg (dalam Aunurrahman, 2011:35),
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31
tentang ciri umum kegiatan belajar. Adapun kesimpulannya adalah sebagai berikut: 1) Belajar menujukan suatu aktivitas pada diri seseorang yang disadari atau sengaja. Oleh sebab itu, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang disengaja atau direncanakan oleh pembelajar sendiri dalam bentuk suatu aktivitas tertentu. Aktivitas ini menujukan pada keefektivan seseorang dalam melakukan sesuatu kegiatan tertentu, baik pada aspek-aspek jasmaniah maupun aspek mental yang memungkinkan terjadinya perubahan pada dirinya. 2) Belajar merupakan interaksi individu dengan lingkungannya. Lingkungan dalam hal ini dapat berupa manusia atau objek-objek lain yang memungkinkan individu memperoleh pengalamanpengalaman atau pengetahuan, baik pengalaman atau pengetahuan baru maupun sesuatu yang pernah diperoleh atau ditemukan sebelumnya. Akan tetapi, hal itu menimbulkan perhatian kembali bagi individu tersebut sehingga memungkinkan terjadinya interaksi. 3) Hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku. Meskipun tidak semua perubahan tingkah laku merupakan hasil belajar akan tetapi, aktivitas belajar umumnya disertai perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku pada kebanyakan hal merupakan suatu perubahan yang diamati (observable). Akan tetapi juga, tidak selalu perubahan tingkah laku yang dimaksudkan sebagai hasil belajar tersebut dapat diamati.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu aktivitas dari diri seseorang baik disengaja maupun tidak disengaja,
dengan
dipengaruhi
oleh
lingkungan
sekitarnya
yang
memungkinkan seseorang mendapatkan pengetahuan serta pengalaman yang berharga. 2.1.6
Perkembangan Anak Teori perkembangan kognitif piaget adalah salah satu teori yang
menjelaskan bagaimana anak beradaptasi dengan menginterprestasikan objek dan kejadian-kejadian di sekitarnya. Dimana anak dapat mempelajari ciri-ciri dan fungsi dari objek-objek seperti mainan, perabot, dan makanan, serta objek-objek sosial seperti diri, orang tua dan teman. Piaget memandang bahwa anak-anak memainkan peran aktif di dalam menyusun pengetahuannya mengenai realitas di dalam mendapatkan informasi anak tidak pasif menerimanya. Menurut Hetherington & Parke (dalam Desmati, 2009:46), dalam mendapatkan informasi anak tidak pasif menerimanya, walaupun proses berpikir dan konsepsi anak mengenai realitas yang dimodifikasi oleh pengalamanya dengan dunia sekitar dia, namun anak juga beperan aktif dalam menginterprestasikan informasi yang ia peroleh dari pengalaman serta dalam mengadaptasikannya pada pengetahuan dan konsepsi mengenai dunia yang telah ia punyai. Piaget percaya bahwa pemikiran anak-anak berkembangn menurut tahap-tahap atau periode-periode yang terus bertambah dan kompleks. Berikut adalah tahap-tahap perkembangan kognitif menurut piaget (dalam Desmati, 2009:46) sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33
2.1.6.1 Sensorimotor Tahapan ini berlangsung pada usia anak 0-2 tahun. Pada tahap ini bayi bergerak dari tindakan refleks pada saat lahir sampai permulaan pemikiran simbolis. Bayi membangun suatu pemahaman tentang dunia melalui pengkoordinasian pengalaman-pengalaman sensor dengan tindakan fisik. 2.1.6.2 Preoperational Tahapan ini berlangsung pada usia anak 2-7 tahun. Tahap ini anak mulai merepresentasikan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar. Katakata dan gambar-gambar ini menujukan adanya peningkatan pemikiran simbolis dan melampaui hubungan informasi sensor dan tindak fisik. 2.1.6.3 Concrete operational Tahap ini berlangsung pada usia anak 7-11 tahun. Pada tahap ini anak-anak dapat berpikir logis mengenai pristiwa-pristiwa yang konkret dan mengklasifikasikan benda-benda kedalam bentuk-bentuk yang berbeda. Anak menggunakan operasi mental untuk memecahkan masalah-masalah aktual,
anak
mampu
menggunakan
kemampuan
mentalnya
untuk
memecahkan masalah yang bersifat konkret (Izzati dkk, 2008:105-106). 2.1.6.4 Formal operational Tahap ini berlansung pada usia anak 11- 15 tahun. Tahap ini biasa ditandai dengan anak remaja berpikir dengan cara yang lebih abstrak dan logis. Pemikiran lebih idealistik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34
Penelitian menggunakan Teori Piaget sebagai acuan bahwa anak memiliki kebutuhan untuk mempelajari suatu materi pembelajaran dengan menggunakan benda yang konkret, khususnya pada usia anak 7-11 tahun. Teori ini menguatkan penelitian dengan menggunakan Alat peraga, yaitu benda yang konkret dalam mempelajari konsep perkalian 1-10. 2.2 2.2.1
Penelitian yang relevan Penelitian Alat peraga Matematika tentang Perkalian Berikut ini akan dipaparkan beberapa penelitian yang relevan dari Prastiwi
dan Dewi mengenai alat peraga papan perkalian. Prastiwi, Vincentia Orisa Rartih. 2016. Pengembangan Alat Peraga Pembelajaran Matematika untuk Siswa kelas III SD materi perkalian berbasis metode montessori. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma program studi
PGSD.
Jenis
penelitian
yang
digunakan
adalah
penelitian
dan
pengembangan R&D. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas III tahun ajaran 2015/2016 di SD Kanisius Kenalan. Kualitas produk berupa alat peraga ditunjukan dari hasil validasi oleh ahli alat peraga memperoleh skor 3,74 dalam kategori “sangat baik”. Hasil dari uji coba terbatas skor pre-test memperoleh rata-rata 49, sedangkan post-test memperoleh rata-rata 91,3. Hal ini menujukan adanyan peningkatan hasil belajar siswa setelah menggunakan alat peraga sehingga dapat dikatakan bahwa alat peraga papan perkalian matematika montessori layak digunakan untuk proses pembelajaran di kelas dan dapat dikembangkan dalam uji coba yang lebih luas. Dewi, Charla Emitara. 2015. Pengembangan alat peraga pembelajaran matematika SD materi perkalian dan pembagian berbasis metode Montessori.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35
Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma program studi PGSD. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan R&D. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas II di SDK Pugeran I Yogyakarta. Penelitian ini mengembangkan alat peraga berbasis metode montessori. Kualitas produk dengan rata-rata skor 3,7 dan masuk dalam katagori “sangat baik”. Hasil tes siswa juga menujukan perbedaan sebesar 90,4 %. Ini adalah hasil dari pretest ke posttes setelah adanya pendampingan menggunakan alat peraga kotak peraga perkalian dan pembagian. Perbedaan ini sebagai bukti yang mendukung bahwa alat peraga kotak perkalian dan pembagian layak digunakan. Kedua
penelitian
tersebut
sama-sama
menggunakan
alat
peraga
Matematika dengan materi perkalian untuk mempermudah siswa dalam memahami konsep perkalian. Kedua penelitian tersebut membuktikan bahwa dengan menggunakan alat peraga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Kedua penelitian ini
sama-sama menggunakan jenis
penelitian
Research and
Development (R&D). 2.2.2
Penelitian Anak berkebutuhan khusus Lambat Belajar Berikut ini akan dipaparkan penelitian yang relevan dari Kholifah anak
berkebutuhan khusus jenis lambat belajar. Kholifah, Ria. 2015. Motivasi belajar seorang slow learner di kelas IV SD Kanisius Pugeran I. Skripsi. Yogyakarta: universitas Negeri Yogyakarta program studi PGSD. Jenis penelitian yang digunakan adalah pedekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Subjek penelitian adalah seorang slow learner di kelas IV SD Kanisius Pugeran 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi belajar slow
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36
learner dipengaruhi oleh adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu yang ditunjukkan dari perilaku belajarnya sehari-hari, cita-cita menjadi anak pintar, rendahnya kemampuan membaca, lingkungan sekolah yang mendukung proses pembelajaran, pergaulan teman sebaya yang kurang baik, serta berbagai upaya guru dalam membelajarkan siswa. Lingkungan keluarga tidak mempengaruhi motivasi belajar slow learner karena orang tua tidak memberikan fasilitas belajar yang lengkap, tidak menciptakan situasi kondusif, tidak membimbing anak belajar, tidak memberikan pujian, hadiah, atau hukuman, dan anggota keluarga tidak memiliki kebiasaan belajar. Penelitian Kholifah melakukan penelitian memotivasi belajar siswa lambat belajar. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Kualitatif. Berdasarkan studi literatur tentang penelitian sebelumnya, belum ada penelitian mengembangkan alat peraga Matematika materi perkalian untuk siswa dengan lambat belajar di kelas III pada SD Muhammadiyah Sagan dengan menggunakan ciri-ciri Montessori. Peneliti akan melakukan pengembangan alat peraga Matematika materi perkalian untuk siswa dengan lambat belajar kelas III. Penelitian ini dapat dilihat pada literature map yang dijabarkan pada bagan 2.1 berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37
Bagan 2.1 Literature Map Hasil Penelitian yang Relevan
2.3
Kerangka Berpikir Matematika merupakan ilmu umum yang dipelajari di setiap sekolah
terutama pada jenjang sekolah dasar. Matematika adalah ilmu yang membahas angka-angka dan perhitunganya, membahas masalah-masalah numerik, mengenai kuantitas dan besaran, mempelajari hubungan pola, bentuk dan struktur, sarana berpikir, kumpulan sistem, struktur dan alat (Ismail dkk dalam Hamzah Muhlisraini,
2014:48).
Berdasarkan
hasil
wawancara
di
sekolah
& SD
Muhammadiyah Sagan Yogyakarta bersama kepala sekolah dan Guru kelas III bahwa ada dua siswa berkebutuhan khusus lambat belajar pada kelas III yang mengalami kesulitan dalam memahami konsep dasar perkalian pada pembelajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38
Matematika. Kurangnya penggunaan alat peraga pada siswa lambat belajar menjadi hambatan dalam menyampaikan konsep dasar perkalian. Ali (dalam Sundayana, 2014:7) mengungkapkan bahwa alat peraga adalah segalah sesuatu yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang merangsang pikiran, perasaan serta perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat belajar. Menurut kamus besar bahasa Indonesia kata lambat artinya tidak tangkas, tidak cekatan dalam bekerja. Anak lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama dalam menyelesaikan tugas (Setiawan, 2013:29). Marliyn & Bursuck (2015:53) menjelaskan bahwa teknologi dapat digunakan untuk membantu disabilitas baik yang ringan ataupun yang berat dalam banyak hal, misalnya untuk berkomunikasi, mengakses pembelajaran, menyelesaikan tugas, dan berpartisipasi secara penuh di sekolah dan juga di masyarakat. Siswa penyandang disabilitas dibolehkan untuk menggunakan teknologi bantu yang sesuai dengan kebutuhan. Teknologi bantu merujuk pada perangkat apa pun, baik itu suatu alat, produk, atau barang lainnya yang dapat digunakan untuk menaikkan, mempertahankan, atau meningkatkan kemampuan fungsional individu penyandang disabilitas. Desiningrum (2016:14) menyatakan siswa lambat belajar dalam memahami suatu materi harus dengan banyak menggunakan benda-benda konkret dibandingkan verbalisasi atau penejelasan materi yang banyak secara lisan karena hanya dapat membingungkan siswa lambat belajar itu sendiri. Menurut Piaget (dalam Izzati dkk, 2008:105-106) menyatakan bahwa anak dengan usia 7-11 tahun pada tahapan operasional konkret Anak menggunakan operasi mental untuk memecahkan masalah-masalah aktual, anak mampu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39
menggunakan kemampuan mentalnya untuk memecahkan masalah yang bersifat konkret. Berdasarkan penjelasan dari para ahli di atas dan dikaitkan dengan keadaan yang ada dilapangan bahwa anak lambat belajar memerlukan bendabenda konkret seperti alat peraga untuk membantu dalam memahami materi yang disampaikan. Dalam penelitian ini, peneliti akan mengembangkan alat peraga matematika yaitu papan perkalian. Alat peraga yang akan dikembangkan ini agar dapat membantu siswa lambat belajar dalam memahami konsep dasar perkalian. Dari hasil observasi pada pembelajaran matematika materi perkalian di kelas bahwa dua siswa lambat belajar mengalami keterlambatan dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru serta dalam mengerjakan soal yang diberikan. Pada saat pembelajaran berlangsung, dua siswa kebanyakan melamun serta tidak konsentrasi pada pembelajaran saat itu. Dari hasil wawancara kedua bersama guru kelas III menyatakan bahwa dua siswa lambat belajar tersebut kesulitan dalam memahami konsep dasar perkalian. Selain itu, guru juga meminta peneliti medesain alat peraga untuk membantu siswa lambat belajar dalam memahami konsep dasar perkalian. Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini dilakukan untuk menjawab kebutuhan alat peraga dalam pembelajaran di sekolah. Penelitian ini difokuskan untuk mengembangkan alat peraga matematika materi perkalian untuk siswa dengan lambat belajar. Papan perkalian ini hanya menjelaskan konsep dasar perkalian 1-10. Alat peraga papan perkalian didesain dengan menggunakan lima ciri-ciri yang dikembangkan oleh Montessori. Alat peraga Montessori merupakan alat peraga yang dirancangan untuk membantu siswa dalam belajar dan memahami materi pembelajaran. Lima ciri-ciri alat peraga Montessori yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40
menarik dengan memberikan warna, bentuk, tekstur yang menarik serta berat yang ideal. Bergadasi, memiliki tekstur pada alat peraga yang dapat dirasakan oleh indra manusia seperti indra pengelihatan, dan indra peraba. Memiliki pengendali kesalahan yang dapat mengetahui kesalahanya sendiri ketika belajar dengan menggunakan alat peraga. Kemandirian, siswa dapat belajar secara mandiri dengan menggunakan alat peraga ini tanpa didampingi oleh guru. Kontekstual, Alat peraga dibuat dengan menggunakan bahan-bahan yang dapat dijumpai dilingkungan sekitar, awet dan tahan lama. Penggunaan alat peraga matematika materi perkalian untuk siswa dengan lambat belajar dan didesan dengan menggunakan lima ciri-ciri Montessori diharapkan dapat membantu siswa untuk lebih mudah dalam memahami konsep dasar perkalian. Selain itu, alat peraga ini juga diharapkan dapat membantu guru dalam menangani siswa yang mengalami lambat belajar. 2.4
Pertanyaan Penelitian
2.4.1
Bagaimana prosedur pengembangan alat peraga matematika untuk siswa dengan lambat belajar berupa Papan Perkalian?
2.4.2
Bagaimana kualitas alat peraga matematika untuk siswa dengan lambat belajar berupa Papan Perkalian?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini peneliti akan menjabarkan mengenai (1) jenis penelitian; (2) setting penelitian; (3) prosedur pengembangan; (4) uji validitas produk; (5) instrumen penelitian; (6) teknik pengumpulan data; (7) teknik analisis data; dan (8) waktu penelitian. 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan yang lebih sering disebut dengan Research and Development (R&D). Menurut Sugiyono (2015: 407) Research and Development (R&D) adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan
menguji
kefektifan
produk
tertentu.
Sukmadinata
(2012:
164)
mengungkapkan bahwa penelitian dan pengembangan adalah suatu proses atau langkah-langkah
untuk
mengembangkan
suatu
produk
baru
atau
menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggung jawabkan. Berdasarkan penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa Research and Development (R&D) adalah metode penelitian yang digunakan untuk mengembangkan produk baru atau untuk menyempurnakan produk lama yang kemudian akan diujikan keefektifan dari produk tersebut. Research and Development (R&D) dalam penelitian ini adalah untuk mengembangkan alat peraga matematika untuk siswa dengan lambat belajar. Penelitian ini mengadaptasi 10 langkah-langkah Research and Development (R&D), menurut Sugiyono (2015:409) Menyebutkan 10 langkah yang dilaksanakan di antaranya (1) potensi dan masalah (2) pengumpulan data
41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42
(3) desain produk (4) validasi desain (5) revisi desain (6) ujicoba produk (7) revisi produk (8) ujicoba pemakaian (9) revisi produk dan (10) produksi masal.
Potensi dan Masalah
Ujicoba Pemakaia n
Revisi Produk
Pengump -ulan data
Revisi Produk
Desain Produk
Ujicoba Produk
Validasi Desain
Revisi Desain
Produksi Masal
Bagan 3.1 Langkah Research and Development (R&D) (Sugiyono, 2015:409).
Tahap-tahap dalam bagan 3.1 akan dijelaskan sebagai berikut: 1. Potensi dan Masalah Tahap pertama dalam penelitian ini adalah potensi dan masalah. Potensi adalah segala sesuatu yang bila didayungkan akan memiliki nilai tambah. Sedangkan masalah adalah penyimpangan antara yang diharapkan dengan yang terjadi. Pontesi dan masalah di kemukakan dalam penelitian harus ditujukan dengan data empirik. Pontesi dan masalah sangat penting dilakukan guna memperoleh informasi awal untuk melakukan penelitian. 2. Pengumpulan Data Tahap kedua, setelah mendapatkan potensi dan masalah dapat ditunjukan secara faktual dan uptode, maka selanjutnya
perlu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43
dikumpulkan informasi yang digunakan sebagai bahan perencanaan produk
tertentu yang diharapkan dapat mengatasi permasalahan
tersebut. 3. Desain Produk Tahap ketiga adalah desain produk yaitu dengan membuat rancangan produk yang lengkap dengan spesifikasinya. Menurut Sugiyono (2015:413) desain produk harus diwujudkan dalam gambar atau bagan, sehingga dapat digunakan sebagai pegangan untuk menilai dan membuatnya. Desain produk harus dilengkapi dengan penjelasan mengenai bahan-bahan yang digunakan untuk membuat setiap komponen pada produk tersebut, ukuran dan toleransinya, alat yang digunakan untuk mengerjakan, serta prosedur kerja. Dalam desain produk harus menilai kefektifan produk agar dapat kekurangan dan kelebihanya. 4. Validasi Desain Validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai racangan produk secara rasioanal akan lebih efektif dari yang lama atau tidak. Validasi produk dapat dilakukan dengan cara menghadirkan beberapa pakar atau tenaga ahli yang sudah berpengalaman untuk menilai produk baru yang telah dirancang. juga bertujuan untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan produk tersebut. 5. Revisi Desain Setelah desain produk divalidasi melalui diskusi dengan para ahli, maka akan dapat diketahui kelemahannya. Kelamahan tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44
selanjutnya dicoba untuk kurangi dengan cara memperbaiki desain. Kelamahan yang telah ditemukan ketika validasi produk oleh validator kemudian peneliti dapat memperbaiki kelemahan tersebut. 6. Uji coba Produk Desain produk yang sudah diperbaiki kemudian diwujudkan dalam media yang nyata. Uji coba tahap awal dilakukan dengan simulasi pada subjek terbatas. Sugiyono (2015:415) mengatakan bahwa pengujian dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi apakah produk baru tersebut lebih efektif dan efisien dibandingkan produk yang lama atau yang lain. Jika dalam ujicoba produk mendapatkan kelamahan pada produk, langkah selanjutnya adalah merevisi produk tersebut. 7. Revisi Produk Produk kemudian dilakukan uji coba pemakaian yang dilakukan dalam lingkup yang lebih luas. Dalam uji coba ini tetap dilakukan penilaian kekurangan atau hambatan yang muncul guna untuk memperbaiki produk. 8. Uji coba pemakaian Setelah pengujian terhadap produk berhasil, dan mungkin ada revisi yang tidak terlalu penting, maka selanjutnya produk diterapkan dalam lingkup lembaga pendidikan yang lebih luas. Dalam operasinya produk harus tetap dinilai kekurangan atau hambatan yang muncul guna untuk perbaiki lebih lanjut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45
9. Revisi Produk Revisi produk dilakukan, apabila dalam pemakaian dalam lembaga pendidikan yang lebih luas terdapat kekurangan dan kelemahan. Dalam uji pemakaian, sebaiknya pembuatan produk dalam hal ini dapat mengetahui kelemahan-kelemahan yang ada, sehingga dapat digunakan untuk peneyempurnaan dan pembuatan produk baru lagi. 10. Pembuatan Produk Masal Bila produk telah dinyatakan efektif tidak ada kekuranganya lagi dalam beberapa kali pengujian maka dapat diterapkan pada setiap lembaga pendidikan. Pembuatan produk massal ini dilakukan apabila produk yang telah diujicoba dinyatakan efektif dan layak untuk diproduksi masal. Untuk dapat memproduksi masal, maka peneliti perlu berkerja sama dengan perusahaan. Pada penelitian ini, peneliti mengembangkan alat peraga Matematika materi perkalian 1-10 untuk siswa dengan lambat belajar di kelas III. Alat peraga yang dikembangkan menggunakan lima ciri-ciri alat peraga Montessori yaitu menarik, bergradasi, memiliki pengendali kesalahan (auto-correction), memiliki nilai kemandirian (auto education) dan kontekstual (bahan-bahan yang mudah untuk didapatkan di lingkungan sekitar). 3.2
Setting Penelitian 3.2.1 Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini dua siswa berkebutuhan khusus jenis lambat belajar kelas III
SD Muhammadiyah Sagan Yogyakarta, tahun
ajaran 2016/2017. Pertimbangan dalam pemilihan siswa lambat belajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46
sebagai subjek penelitinan berdasarkan wawancara bersama kepala sekolah dan guru serta melakukan observasi. Observasi pada saat pembelajaran Matematika menujukkan bahwa dua siswa lambat belajar memiliki permasalahan yang menojol dibandingkan dengan siswa pada umumya, terkait kemampuan memahami konsep dasar perkalian karena siswa dengan lambat belajar ini membutuhkan waktu untuk mengelolah setiap pembelajaran yang diberikan. 3.2.2 Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah alat peraga papan perkalian. Papan ini didesain untuk siswa berkebutuhan khusus lambat belajar agar dapat memahami konsep perkalian, karena siswa lambat belajar dalam penelitian ini belum menguasai seutuhnya perkalian 1-5 maka papan perkalian ini didesain terlipat menjadi dua bagian. Bagian depan alat peraga ini terdiri dari perkalian 1-5 sedangkan untuk bagian belakang papan terdiri dari perkalian 6-10. Alat peraga ini dikembangkan dari perkalian enam sampai sepuluh saja. 3.2.3 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di SD Muhammadiyah Sagan Yogyakarta. Salah satu sekolah inkulisi yang berada di Yogyakarta. 3.2.4 Waktu Penelitian Waktu yang digunakan penelitian dalam melaksanakan penelitian R & D pada 8 November 2016 – 11 Aprli 2017.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47
3.3
Prosedur Pengembangan Tahap-tahap dalam penelitian ini mengunakan 10 langkah-langkah dari
Sugiyono dengan memodifikasi menjadi tujuh langkah yaitu (1) potensi dan masalah (2) pengumpulan data (3) desain produk (4) validasi desain dan (5) revisi desain (6) uji coba produk (7) Revisi Produk. Peneliti hanya menggunakan tujuh tahapan saja karena untuk mencapai tahapan selanjutnya memerlukan lingkup lembaga pendidikan yang luas dan harus memenuhi syarat ISBN. Ketujuh tahapan tersebut akan disajikan dalam bagan 3.2 berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48
Pengembangan Prototipe Alat peraga Papan Perkalian untuk siswa dengan Lambat Belajar
Tahap Pertama Potensi dan Masalah Kepala Sekolah
Potensi dan Masalah
Wawancara Guru Kelas III
Tahap Kedua Pengumpulan Data Observasi
Analisis Karakteristik Alat Peraga Matematika
Wawancara
Analisis karakteristik siswa Lambat Belajar
Analisis Kebutuhan
Tahap Ketiga Desain Produk Desain Alat Peraga Data Analisis Kebutuhan Desain Album Alat Peraga
Tahap Keempat Validasi Desain Ahli Matematika Validasi Desain Ahli Psikolog Anak
Tahap Kelima Revisi Desain Ahli Matematika Revisi Desain
Pembuantan Alat Peraga dan Album Alat Peraga
Validasi Produk
Ahli Psikolog Anak Guru Kelas III
Tahap Keenam Uji Coba Produk Uji Coba terbatas dilakukan pada siswadengan lambat belajar kelas III di SD Muhammadiya Sagan.
Tahap Ketujuh Revisi Produk Revisi prototipe terakhir
Prototipe Alat Peraga Papan Perkalian untuk siswa dengan Lambat Belajar pada kelas III Sekolah Dasar.
Bagan 3.2 Prosedur Pengembangan Prorotipe Papan perkalian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49
3.3.1 Potensi dan Masalah Tahapan pertama dalam penelitian ini adalah potensi dan masalah dengan mengidentifikasi masalah melalui wawancara dalam bentuk wawancara tidak terstruktur. Wawancara tidak terstruktur merupakan wawancara yang bebas, dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah disusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya (Sugiyono, 2015:197). Wawancara dilakukan bersama kepala sekolah dan guru kelas III di SD Muhammadiyah Sagan. Wawancara ini bertujuan untuk mengetahui permasalahn serta pontesi yang ada. 3.3.2 Pengumpulan Data Tahap kedua dalam penelitian ini adalah pengumpulan data. Pengumpulan data sebagai analisis kebutuhan untuk mencari informasi lebih dalam tentang siswa lambat belajar terkait dengan potensi dan masalah yang ada. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan observasi. Wawancara
yang
digunakan
adalah
wawancara
tidak
terstruktur.
Wawancara dilakukan dengan guru kelas III dan dua siswa lambat belajar untuk memperoleh informasi lebih mendalam mengenai ketersedian alat peraga, permasalahan siswa, serta minat siswa yang akan digunakan peneliti sebagai dasar pengembangan produk. Selain wawancara, pada tahapan pengumpulan data menggunakan Observasi. Observasi
yang digunakan
dalam penelitian bersifat observasi tidak berstruktur. Sugiyono (2015:205) mengungkapkan bahwa observasi tidak berstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50
Dalam
observasi
ini
peneliti
hanya
menggunakan
rambu-rambu
pengamatan. Kegiatan observasi dilakukan dua pertemuan yaitu pada saat pembelajaran Matematika dan IPA. Tujuan observasi dilakukan agar mengamati lebih dalam proses serta tingkah laku siswa lambat belajar pada saat di dalam kelas. 3.3.3 Desain Produk Desain produk berupa desain alat peraga papan perkalian 1-10 serta desain album cara penggunaan alat peraga papan perkalian. Desain produk diawali dengan medesain alat peraga papan perkalian desain produk alat peraga dibuat dengan menggunakan Microsoft Publisher, sedangkan album cara penggunaan alat peraga didesain menggunakan Microsoft Word dan Publisher. Album cara penggunanan alat peraga berisi pengenalan alat peraga dan langkah-langkah cara penggunaan alat peraga papan perkalian. 3.3.4 Validasi Desain Validasi
desain
dilakukan
melalui
konsultasi
dengan
ahli
Matematika dan ahli Psikologi anak. Alat peraga Matematika yang dikembangkan, harus dinilai oleh ahli agar dapat mengetahui kelayakan alat peraga tersebut. Konsultasi desain alat peraga dilakukan sebanyak dua kali. Konsultasi pertama dengan menggunakan print out desain alat peraga. Konsultasi desain yang kedua dengan menggunakan replika alat peraga yang dibuat dengan menggunakan kertas karton. Para ahli memberikan penilaian berupa komentar dan saran secara lisan terhadap desain produk yang telah di kembangkan. Validasi ini bertujuan untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan dari prototipe yang dikembangkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51
3.3.5 Revisi Desain Revisi desain dilakukan setelah mendapatkan kritik dan saran dari ahli Matematika dan ahli Psikologi anak. Masukan dari ahli Matematika dan ahli Psikologi anak menjadi dasar untuk melakukan perbaikan prototipe. Hasil konsultasi desain kedua, dilanjutkan dengan revisi desain dan konsultasi akhir dengan ahli Matematika dan ahli Psikologi anak. Setelah desain disetujui oleh ahli Matematika dan ahli Psikologi, desain produk dapat diwujudkan menjadi alat peraga nyata berserta album cara penggunaan alat peraga papan perkalian. Pada tahap selanjutnya, alat peraga papan perkalian beserta album penggunaan alat peraga papan perkalian divalidasi produk oleh validator. Validasi prototipe pada alat peraga dan album penggunaan alat peraga papan perkalian ini dinilai oleh tiga validator yaitu ahli Matematika, ahli Psikologi Anak, dan guru kelas III. Berbeda dengan validasi desain, validasi produk menggunakan instrumen penilaian untuk menilai kelayakan alat peraga yang telah dikembangkan serta memberikan masukan atau komentar secara tertulis pada penilaian. 3.3.6
Uji Coba Produk Tahap keenam adalah uji coba produk yaitu dengan mengunakan alat
peraga papan perkalian 1-10 pada mata pelajaran Matematika. Uji coba dilakukan secara terbatas dengan dua siswa lambat belajar di kelas III SD Muhammadiyah Sagan Yogyakarta. Uji coba terbatas dilakukan untuk keefektifan dan keefisienan alat peraga papan perkalian dalam mengatasi permasalahan. Pada tahap ini peneliti dapat melihat secara langsung proses pemakaian alat peraga papan perkalian yang telah dikembangkan pada siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52
lambat belajar. Peneliti dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan prototipe secara langsung ketika digunakan oleh siswa yang mengalami lambat belajar. 3.3.7
Revisi Produk Setelah melakukan uji coba prototipe, peneliti dapat melihat
kekurangan yang terdapat pada prototipe. Kekurangan yang ada dalam prototipe harus direvisi sesuai dengan kekurang yang ada agar menjadi prototipe lebih baik. Setelah peneliti memperbaiki kekurangan prototipe maka akhir pada prototipe ini yaitu menghasilkan suatu prototipe alat peraga Matematika. 3.4
Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara,
observasi dan kuisioner. Wawancara yang digunakan adalah wawancara tidak terstruktur untuk mencari potensi dan masalah serta pengumpulan data agar mendapatkan data tentang siswa berkebutuhan khusus serta karakteristik dua siswa lambat belajar. Observasi yang digunakan adalan observasi tidak terstruktur. Observasi digunakan untuk mencari informasi mengenai siswa lambat belajar terkait dengan pelajaran Matematika serta pada pelajaran Ipa untuk mengetahui karakteristik siswa lambat belajar. Kuesioner sebagai instrument validasi produk digunakan untuk menilai prototipe yang telah dikembangkan. 3.4.1
Wawancara Menurut Kartono (dalam Gunawan, 2013: 171) menyatakan bahwa
wawancara adalah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu, ini merupakan proses tanya jawab lisan, di mana dua orang atau lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53
berhadap-hadapan secara fisik. Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara tidak terstruktur. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya (Sugiyono, 2015:197). Dalam wawancara tidak terstruktur menggunakan garis besar wawancara. Narasumber wawancara pada penelitian ini adalah kepala sekolah, guru kelas III dan dua siswa lambat belajar kelas III di SD Muhammadiyah Sagan. Tujuan wawancara dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang lebih mendalam dari narasumber. 3.4.2
Observasi Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data dengan
melakukan
pengamatan
dalam
kegiatan
yang
sedang
berlangsung
(Sukmadinata, 2010:220). Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan observasi tidak berstuktur. Menurut Sugiyono (2015:204-205) mengatakan bahwa observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi dimana peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen. Observasi tidak terstruktur dilakukan dengan menggunakan rambu-rambu observasi. Obsevasi bertujuan untuk menggali dari potensi dan masalah untuk mendapatkan analisis data yang mendalam tentang karakteristik siswa lambat belajar dan untuk mengetahui kegiatan proses belajar pada siswa lambat belajar di kelas III SD Muhammadiyah Sagan. Observasi juga dilakukan pada dua pembelajaran yaitu pembelajaran
Matematika
dan
pembelajaran
karaketristik siswa lambat belajar secara mendalam.
Ipa
untuk
mengetahui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54
3.4.3
Kuesioner Angket atau kuesioner merupakan metode pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pernyataan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk diberikan respon sesuai dengan permintaan pengguna (Widoyoko, 2016: 33). Sugiyono (2015:2016) menjelaskan kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner adalah sejumlah pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang. Dalam penelitian ini kuesioner digunakan untuk validasi prototipe. Rating-scale yaitu sebuah pernyataan diikuti oleh kolom-kolom yang menunjukkan tingkat-tingkatan misalnya mulai dari sangat setuju sampai sangat tidak setuju (Arikunto, 2013:129). Meskipun menggunakan rating scale, dalam kuesioner responden dapat memberikan komentar maupun masukan tentang kualitas produk pada kolom yang sudah disediakan. Untuk pemilihan skala, peneliti menggunakan empat skala untuk mendapat jawaban secara pasti sehingga tidak ada jawaban ragu-ragu maupun netral. Kuesioner dalam peneliti meyediakan 4 skala yaitu sangat baik, baik, kurang baik dan sangat tidak baik. Bentuk skala rating scala dibuat dalam bentuk checklist memberi tanda (√). Kuesioner ini digunakan untuk validasi produk yang ditujukan kepada para ahli Matematika, ahli psikolog anak dan Guru kelas III.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55
3.5
Instrument Penelitian Instrument penelitian merupakan alat bantu untuk mengukur fenomena alam
dan sosial yang diamati (Sugiyono, 2015: 148). Instrument penelitian yang dipilih oleh peneliti ada tiga komponen yaitu wawancara, observasi dan kuesioner. Berikut dijabarkan mengenai instrument yang digunakan dalam penelitian. 3.5.1
Wawancara Wawancara yang digunakan hanya berupa garis besar permasalahan yang
akan ditanyakan. Garis besar wawancara digunakan sebagai acuan ketika melakukan wawancara. Pada tahap pertama peneliti melakuan wawancara bersama kepada kepala sekolah dan guru kelas III di SD Muhammadiyah Sagan Yogyakarta. Tabel 3.1 Garis besar wawancara kepada Kepala Sekolah No
Garis besar pertanyaan
1
Apa saja jenis-jenis anak berkebutuhan khusus yang ada di SD Muhammadiyah Sagan?
2
Apakah ada Siswa berkebutuhan khusus yang mengalami hambatan dalam pembelajaran? Adakah Penggunaan alat peraga saat pembelajaran untuk siswa berkebutuhan khusus?
3
Tabel 3.2 Garis besar wawancara pertama kepada Guru kelas III No 1 2 3
Garis besar pertanyaan Apakah ada siswa lambat belajar di dalam kelas III? Bagaimana karakteristik siswa lambat belajar saat di dalam kelas III? Apa saja masalah yang dihadapi siswa lambat belajar di kelas III?
Pada tahap kedua peneliti melakukan wawancara dengan guru kelas III untuk pertanyaan yang lebih mendalam serta wawancara bersama dua siswa lambat belajar di SD Muhammadiyah Sagan Yogyakarta. Tabel 3.3 Garis besar wawancara kedua kepada Guru kelas III No
Garis besar pertanyaan
1
Apa saja karakteristik siswa lambat belajar yang menojol ketika saat didalam kelas?
2
Materi apa yang paling sulit dipahami siswa lambat belajar pada saat pembelajaran Matematika?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56
3 4 5
Bagaimana cara mengatasi masalah siswa lambat belajar pada materi tersebut? Apakah ada ketersediaan alat peraga Matematika di kelas III? Bagaimana latar Belakang Siswa lambat belajar?
Tabel 3.4 Garis Besar wawancara kepada dua siswa lambat belajar kelas III No 1 2 3
3.5.2
Garis besar pertanyaan Siapa nama siswa lambat belajar kelas III? Apa saja pembelajaran yang kamu suka maupun yang tidak kamu sukai? Materi apa yang paling sulit diajarkan pada pelajara Matematika?
Observasi Obsevasi merupakan kegiatan pengamatan yang dilakukan untuk
mendapatkan informasi berkaitkan dengan dua siswa lambat belajar pada saat pembelajaran Matematika berlangsung di kelas III. Rambu-rambu pengamatan dapat di lihat pada tabel 3.5. Tabel 3.5
Rambu-rambu pengamatan terhadap Dua siswa lambat belajar di kelas III.
No
Rambu-rambu pengamatan
1
Mengamati tingkah laku siswa lambat pada saat pembelajaran berlangsung di kelas III
2
Kesesuian teori tentang karakteristik siswa lambat belajar dengan kenyataan yang ada di lapangan.
3.5.3
Kuesioner Peneliti memilih menggunakan skala rating scala dengan empat skala
dalam menyusun kuesioner untuk mendapat jawaban secara pasti sehingga tidak ada jawaban ragu-ragu maupun netral. Oleh karena itu dalam instrument kuesioner ini peneliti meyediakan skala, sangat baik, baik, kurang baik dan sangat tidak baik. Berikut adalah tabel 3.6 skala bertingkat. Tabel 3.6 Skala Bertingkat Keterangan
Skor
Sangat Baik Baik Kurang Baik Sangat tidak Baik
4 3 2 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57
Dalam penyusunan kuesioner ini terdapat kisi-kisi penilaian validasi prototipe alat peraga dan album pengguanaan alat peraga. Berikut kisi-kisi alat peraga dan album penggunaan alat peraga yang tersaji pada tabel 3.6 dan tabel 3.7: Tabel 3.7 Kisi-kisi Kuesioner Validasi Alat peraga Indikator Auto-education
Auto-corecation
Menarik
Bergaradasi
Kontekstual
Deskripsi 1. Membantu siswa dalam memahami konsep matematika 2. Siswa belajar secara mandiri 1. Membantu siswa dalam menemukan kesalahan sendiri 2. Membantu siswa dalam menemukan jawaban yang benar 1. Memiliki warna yang menarik siswa 2. Untuk menarik minat siswa untuk belajar 1. Memiliki berat yang sesuai dengan siswa 2. Memiliki gradasi rangsangan rasional dengan melibatkan beberapa indera 3. Memiliki gradasi umur 1. Memanfaatkan benda dari lingkungan sekitar 2. Dapat diproduksi oleh masyarakat sekitar
Nomor Item 1,2 dan 8
3,6 dan 7
4,5,11,12,14 dan 15 13, 16, dan 17
9 dan 10
Tabel 3.8 Kisi-kisi Kuesioner Validasi Album Penggunaan Alat peraga Indikator Auto-education
Menarik
kontekstual
3.6
Deskripsi 1. Membantu siswa dalam memahami cara penggunaan alat peraga 2. Bahasa yang digunakan dapat membantu siswa dalam menggunakan alat peraga 1. Memiliki warna yang menarik siswa 2. Menarik minat siswa untuk mempelajari cara penggunaan alat peraga 1. Memanfaatkan benda dari lingkungan sekitar 2. Dapat diproduksi oleh masyarakat sekitar
Nomor Item 1,8,9,10,11 dan 12
4,5,6 dan 7
2 dan 3
Teknik Analisis Data Menurut Sugiyono (2015:333) Teknik analisis data merupakan cara untuk
menganalisis data penelitian, Teknik analisis data diarahkan untuk menjawab rumusaan masalah yang telah dirumuskan. Teknik analisis data dilakukan secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58
kualitatif dan dengan kuantitatif. Berikut penjelasan teknik analisis data kualitatif dan kuantitatif: 3.6.1
Data Kualitatif Data kualitatif merupakan data yang meunjukkan kualitas atau mutu
sesuatu yang ada, baik keadaan proses, peristiwa/kejadian dan lainnya yang dinyatakan
dalam bentuk pernyataan atau berupa kata-kata (Widoyoko,
2012: 18). Data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan hasil validasi alat peraga beserta album penggunaan alat peraga. Data wawancara diambil dari tahapan Potensi dan masalah serta pada tahapan Pengumpulan data kemudian peneliti menganalisis setiap informasi dari narasumbur yang diperoleh. Data observasi digunakan peneliti untuk menemukana tingkah laku dan karakteristik siswa lambat belajar. Hasil yang didapat dari data wawancara dan data observasi kemudian peneliti menyimpulkan data agar dapat mengetahui jenis alat peraga yang akan dikembangkan. Setelah melalui tahapan validasi desain dan revisi desain, alat peraga diwujudkan dalam bentuk benda nyata. Alat peraga harus melalui tahap penilaian validasi produk. Validasi dilakukan oleh ahli Matematika, ahli Psikolog Anak dan Guru kelas III. Hasil validasi produk berupa komentar dan saran yang di berikan oleh para ahli
agar dapat
memperbaiki kualitas dan mengatahui kelayakan prototipe sebelum diujicoba secara terbatas. 3.6.2
Data Kuantitatif Data kuantitatif merupakan data yang berwujud angka-angka sebagai
hasil observasi atau pengukuran (Widoyoko, 2012: 21). Data kuantitatif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59
diperoleh dari hasil validasi desain produk Alat peraga serta Album penggunaan alat peraga yang dinilai oleh ahli Matematika, ahli Psikolog anak dan guru kelas III. Data instrument validasi yang dianalisis sebagai dasar dari hasil penilaian kuesioner diubah menjadi data interval. Langkah awal yang dilakukan yaitu menghitung rata-rata. Rata-rata penilaian dihitung dengan rumus pada tabel 3.1 Rumus 3.1 Rumus menghitung Rata-rata Skor akhir =
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑖𝑡𝑒𝑚
Skala penilaian terhadap alat peraga papan perkalian dan album penggunaan alat peraga papan perkalian menggunakan skala Rating scala 1-4 (1) Sangat baik (2) baik (3) kurang baik (4) sangat tidak baik. Skala rating scala digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2015:134). Berikut tabel klasifikasi hasil penilaian: Tabel 3.9 Tabel Kalsifikasi hasil penilaian Interval Skor 3,26 - X- 4,00 2,51 - X- 3,25 1,76 - X- 2,50 1,00 - X- 1,75
Kategori Sangat Baik Baik Kurang baik Sangat tidak baik
Interval skor tersebut juga dapat menunjukkan valid/tidaknya suatu instrumen. Berikut adalah kategorisasi hasil skor validasi instrumen oleh ahli yang dituangkan dalam tabel 3.9. Tabel 3.10 Tabel Kategorisasi Data Kuantitatif ke Kualitatif Interval Skor 3,26 - X- 4,00
Kategori Sangat Baik
2,51 - X- 3,25
Baik
1,76 - X- 2,50
Kurang
Bobot Keseluruhan instrumen sudah layak digunakan Keseluruhan instrumen sudah layak digunakan namun perlu perbaikan Keseluruhan instrumen kurang layak digunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60
1,00 - X- 1,75
Sangat Kurang
Keseluruhan digunakan
instrumen
tidak
layak
Instrumen dikatakan valid jika memperoleh rata-rata skor lebih besar dari 2,50. Nilai terdapat pada rentang skor 3 (kategori baik) yang berarti keseluruhan instrumen sudah layak digunakan namun perlu perbaikan. Sebaliknya, apabila rata-rata skor yang diperoleh lebih kecil dari 2,50, maka instrumen tersebut dapat dikatakan tidak valid. Berdasarkan perhitungan dengan rumus di atas, diperoleh rata-rata nilai. Rata-rata nilai tersebut kemudian dikonversikan menjadi data kualitatif dengan acuan dari Widoyoko (2014:144).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini peneliti memaparkan mengenai hasil penelitian dan pembahasan yang diuraikan sebagai berikut. 4.1
Hasil Penelitian 4.1.1
Potensi dan Masalah Pontesi dan masalah sangat penting dilakukan guna memperoleh
informasi awal untuk melakukan penelitian. Potensi dan masalah didapat dengan wawancara bersama Kepala sekolah dan Guru kelas III pada tanggal 8 November 2016. Berikut hasil wawancara yang didapat dari kepala sekolah dan guru kelas III. 4.1.1.1 Wawancara Kepala Sekolah Wawancara dengan kepala sekolah mempunyai tiga garis pertanyaan yang diajukan. Berikut ini merupakan hasil wawancara dengan kepala sekolah SD Muhammadiya Sagan, Yogyakarta. Tabel 4.1 Hasil Wawancara dengan Kepala No 1
2
Garis Besar Pertanyaan Apa saja jenis-jenis siswa berkebutuhan khusus yang ada di SD Muhammadiyah Sagan?
Apakah ada Siswa berkebutuhan khusus yang mengalami
Hasil Wawancara Anak berkebutuhan khusus di SD Muhammadiyah Sagan ini yang saya ketahui hanya lambat belajar, namun untuk data jenis anak berkebutuhan khusus yang lainnya saya belum mengetahui. SD Muhammadiyah ini merupakan sekolah inklusi, jadi anak berkebutuhan khusus bisa berbaur dengan anak pada umumnya, tidak ada perbedaan antara anak berkebutuhan khusus dan anak pada umumnya, semua diperlakukan sama. Anak berkebutuhan khusus memerlukan perhatian yang lebih pada saat pembelajaran, akan tetapi tidak medominan bahwa dia memiliki kebutuhan khusus, jadi anak tersebut tidak akan merasa bahwa dia berbeda dengan yang lainnya. Keberadaan anak berkebutuhan khusus lambat belajar pasti ada, tetapi tidak ada data pasti untuk menujukan bahwa dia terdaftar sebagai anak berkebutuhan khusus
61
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62
hambatan pembelajaran?
3
dalam
Adakah Penggunaan alat peraga saat pembelajaran untuk siswa berkebutuhan khusus?
lambat belajar. Akan tetapi, keberadaan anak lambat belajar yang mengalami kesulitan belajar pada kelas III sekolah dasar, diketahui berdasarkan data yang diambil oleh guru ketika kepala sekolah melakukan rapat bersama di sekolah. Keluhan yang disampaikan oleh guru bahwa terdapat anak yang mengalami keterlambatan belajar pada kelas III di setiap mata pelajaran. Tes IQ pada anak lambat belajar belum terlaksana, jadi keberadaan anak lambat belajar hanya diketahui oleh guru sehingga untuk mengetahui lebih jelasnya silakan bertanya kepada wali kelas yang bersangkutaan. Penggunaan alat peraga pada saat pembelajaran Matematika pada kelas bawah jarang digunakan, karena guru banyak menggunakan media seperti gambar atau benda-benda yang berukuruan kecil seperti sedotan, kelereng maupun bola-bola dan lainlainnya untuk membantu anak-anak dalam memahami suatu materi pada saat pembelajaran Matematika.
Berdasarkan hasil wawancara di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa SD Muhammadiyah Sagan Yogyakarta memiliki siswa dengan keterlambatan belajar. Siswa yang mengalami lambat belajar berada di kelas III. Selain itu, peneliti juga mendapatkan informasi bahwa penggunaan alat peraga di kelas III yang terbilang kurang selama pembelajaran Matematika, IPA, dan pembelajaran lainnya di kelas tersebut. 4.1.1.2 Wawancara Guru kelas Pada Tabel 4.2 peneliti akan menjelaskan hasil garis besar wawancara dengan Guru kelas III SD Muhammadiyah Sagan Yogyakarta. Tabel 4.2 Hasil Wawancara dengan Guru Kelas III No 1
2
Garis Besar Pertanyaan Apakah ada siswa lambat belajar di dalam kelas III?. Bagaimana karakteristik siswa lambat belajar saat di dalam kelas III?
Hasil Wawancara Iya, keberadaan anak lambat belajar di kelas III ada. Berjumlah dua siswa. Satu lelaki dan satunya perempuan, namanya Roso (disamarkan) dan Bunga (disamarkan). Di dalam kelas Bunga dan Roso mengikuti pembelajaran yang berlangsung setiap harinya. Tidak ada perbedaan yang mendasar antara Bunga dan Roso dengan siswa yang lain pada umunnya, akan tetapi selama pembelajaran berlangsung mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63
3
Apa saja masalah yang dihadapi siswa lambat belajar di kelas III?
memiliki penanganan khusus karena Bunga dan Roso memerlukan waktu yang lama dibandingkan dengan anak pada umumnya dalam menyelesaikan semua pembelajaran seperti Matematika, IPA, IPS, dan Bahasa Indonesia. Bunga dan Roso cenderung lambat dalam menyelesaikan soal maupun penjelasaan yang di berikan oleh guru. Di dalam kelas Bunga dan Roso cenderung diam dan suka melamun. Pada saat di dalam kelas Bunga dan Roso sulit memahami setiap pembelajaran, seperti pembelajaran IPS, IPA, dan Matematika. Akan tetapi, kesulitan yang Bunga dan Roso hadapi terlihat paling mencolok pada saat pembelajaran Matematika. Roso dan Bunga menanggap bahwa pembelajaran Matematika itu sulit.
Kesimpulan dari hasil wawancara bersama guru kelas III SD Muhammadiyah Sagan Yogyakarta, yaitu terdapat dua siswa lambat belajar yang duduk di kelas III. Kedua siswa ini mengalami kesulitan yang sama dalam memahami pembelajaran Matematika. Kesimpulan hasil wawancara dari kedua narasumber bersama Kepala Sekolah dan guru kelas III, peneliti dapat nememukan potensi dan masalah. Masalah yang ditemukan ada dua siswa lambat belajar yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran Matematika kelas III di SD Muhammadiyah Sagan Yogyakarta. Potensi yang ditemukan dalam penelitian ini adalah kurangnya penggunaan benda-benda konkret atau alat peraga yang jarang digunakan saat pembelajaran berlangsung terutama pada saat pelajaran Matematika. 4.1.2
Pengumpulan Data Tahap kedua, setelah mendapatkan potensi dan masalah maka peneliti
perlu mengkumpulkan informasi yang digunakan sebagai bahan perencanaan prototipe, diharapkan dapat mengatasi permasalahan untuk dua siswa lambat belajar dalam pembelajaran Matematika. Pengumpulan data didapat dari hasil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 64
Observasi dan wawancara. Observasi dilakukan dua kali pada saat pembelajaran Matematika dan pembelajaran Ipa agar mendapatkan data yang pasti antara teori anak lambat belajar dengan keadaan yang sesungguhnya. Setelah melakukan observasi kemudian peneliti melakukan wawancara. Wawancara dilakukan bersama dua siswa lambat belajar serta Guru kelas III di SD Muhammadiyah Sagan. Tujuan wawancara agar untuk memperoleh informasi lebih mendalam mengenai ketersedian alat peraga, permasalahan siswa, serta minat siswa yang akan digunakan peneliti sebagai dasar pengembangan produk. 4.1.2.1 Observasi Obsevasi dilakukan dua kali pembelajaran yaitu observasi pertama dilakukan pada 17 November 2016 di kelas III SD Muhammadiyah Sagan Yogyakarta pada pembelajaran Matematika dan observasi kedua pada saat pembelajaran IPA dilakukan pada hari yang sama dengan observasi pertama setelah pembelajaran Matematika. observasi dilakukan untuk mengamati dua siswa lambat belajar saat di dalam kelas. Tabel 4.3 Hasil Observasi dua Siswa Lambat Belajar pada saat Pembelajaran Matematika. No 1
Rambu-rambu Observasi Mengamati tingkah laku siswa lambat belajar pada saat pembelajaran berlangsung di kelas III.
Hasil Observasi Pembelajaran Matematika yang sedang berlangsung merupakan pembelajaran yang membahas materi perkalian. Di dalam kelas Bunga dan Roso lebih pediam, banyak melamun dan tidak aktif dibandingkan siswa lain pada umumnya. Pada saat pembelajaran Matematika berlangsung Bunga tidak pernah terfokus dengan guru yang menjelaskan materi di depan kelas karena pada saat guru bertanya apakah sudah mengerti mereka hanya diam dan mengaguk-agukan kepalanya. Roso pada saat di dalam kelas asik dengan dunianya sendiri yaitu menggambar karena dibukunya banyak gambaran ketika guru menjelaskan materi roso asik dengan apa yang iya kerjakan. Mereka hanya memaksakan bahwa mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65
2
Kesesuaian teori tentang karakteristik siswa lambat belajar dengan kenyataan yang ada di lapangan.
mengerti pada penjelasan yang diberikan. Pada saat mengerjakan soal Bunga dan Roso cenderung tertinggal dari siswa yang lainnya, hal tersebut terlihat ketika pada saat mengerjakan soal yang diberikan. Bunga terlebih dahulu mengelola setiap point-point soalnya, untuk mengelola satu soal Roso memerlukan waktu yang cukup lama. Ketika sudah berulang-ulang membaca soal Bunga juga belum menguasai apa maksud dari soal yang dikerjakan. Hal yang sama juga terjadi pada Roso untuk mengerjakan satu soal butuh waktu yang lama terkadang kalau Roso sudah lelah dia tidak mengerjakan soal yang diberikan ia malah mengganggu teman disampingnya. Bunga dan Roso bisa menyelesaikan soal yang dikerjakan akan tetapi mereka memerlukan waktu tambahan dibandingkan anak pada umumnya. Teori tentang karakteristik anak lambat belajar yaitu mampu menguasai keterampilan tertentu tetapi cenderung lambat, daya ingat yang tergolong lambat, rata-rata prestasi selalu rendah, sering terlambat dalam menyelesaikan tugas yang diberikan dibandingakan teman-teman seusianya, dan memiliki daya tangkap yang cenderung lambat dalam menerima pelajaran. Kesesuian teori yang dijelaskan dengan kenyatan di lapangan memiliki kesamaan. Hal ini dapat dilihat saat Bunga dan Roso mengalami keterlambatan dalam menerima pembelajaran Matematika. Bunga dan Roso memerlukan waktu yang lama untuk memahami materi yang disampaikan jika dibandingkan dengan teman-teman lain di kelasnya. Hal ini terbukti pada saat guru menjelaskan materi dan pada saat Bunga dan Roso mengerjakan soal. Serta ketika guru menjelaskan Bunga dan Roso lebih senang melamun dibandingkan mendengarkan penjelasaan yang diberikan oleh gurunya. Rata-rata nilai yang didapat Bunga dan Roso cenderung rendah hal ini terlihat pada pekerjaan yang dikerjakan sebelum materi ini.
Tabel 4.4 Hasil Observasi Siswa Lambat Belajar pada saat Pembelajaran IPA No 1
2
Rambu-rambu Observasi Mengamati tingkah laku siswa lambat belajar pada saat pembelajaran berlangsung di kelas III
Kesesuaian
teori
Hasil Obsevasi Observasi kedua pada pembelajaran IPA dilaksanakan saat guru menjelaskan materi sifat benda. Pada saat pembelajaran, Roso dan Bunga memperlihatkan tingkah laku yang sama, seperti pada saat pembelajaran Matematika berlangsung di observasi yang pertama. Roso banyak melamun saat guru memberikan penjelalsan materi. Bunga juga banyak melamun dan tidak fokus pada penejelasan yang diberikan. Pada saat mengerjakan soal, Bunga dan Roso tertinggal jika dibandingkan dengan teman yang lainnya. Hal ini terjadi karena Roso dan Bunga mengalami kesulitan dalam mengelola kata-kata yang ada pada soal, mereka memerlukan waktu yang lebih lama untuk menyelesaikan soal tetapi pada saat pembelajaran Ipa mereka menyelesaikan soalnya walaupun tertinggal dari siswa yang lainnya. Teori tentang Karakterisitik anak lambat belajar yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66
tentang karakteristik siswa lambat belajar dengan kenyataan yang ada di lapangan.
mampu menguasai keterampilan tertentu tetapi cenderung lambat, daya ingat yang tergolong lambat, sering terlambat dalam menyelesaikan tugas yang diberikan dibandingakan teman-teman seusianya, dan memiliki daya tangkap yang cenderung lambat dalam menerima pelajaran. Kesesuaian teori yang dijelaskan dengan keadaan yang di lapangan yang ada menujukan kesaamaan. Hal ini ditandai oleh pengelolaan kata yang dilakukan Bunga dan Roso yang lama dalam mengerjakan soal, serta penerimaan materi yang cenderung lambat jika dibandingkan dengan teman sekelasnya.
Kesimpulan observasi pada pembelajaran matematika dan pelajaran IPA dengan dua siswa lambat belajar dapat disimpulkan bahwa Bunga dan Roso mengalami keteralambatan dalam memahami materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru kelasnya. Memerlukan penjelasaan yang berulangulang ketika menjelaskan kepada Bunga dan Roso. Pada saat di dalam kelas Bunga dan Roso tidak kosentrasi pada pembelajaran saat itu, mereka cenderung banyak melamun dan asik dengan dunia mereka sendiri dibandingkan mendengarkan penejelasan materi yang disampaikan oleh gurunya. Hal ini terlihat bukan pada saat pembelajaran Matematika saja melainkan pada pembelajaran IPA mereka juga cenderung banyak melamun. Pada saat pembelajaran Matematika, peneliti melihat bahwa mereka mengalamai
kesulitan
dalam
memahami
konsep
perkalian
terlihat
dibandingkan pada saat pelajaran Ipa. 4.1.2.2 Wawancara Wawancara dilakukan pada tanggal 17 November 2016. Wawancara pertama bersama Bunga dan Roso dilakukan pada saat jam istirahat pada pukul 09.30 wib. Wawancara kedua dengan guru kelas III pada saat siswasiswa pulang sekolah pada pukul 12.00 wib. Berikut hasil wawancara tersaji dalam tabel 4.5, 4.6, dan 4.7 .
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 67
Tabel 4.5 Hasil Wawancara bersama Siswa Pertama Lambat Belajar. No 1
2
3
Garis Besar Pertanyaan Siapa nama siswa lambat belajar kelas III?
Apa saja pembelajaran yang kamu suka maupun yang tidak kamu sukai? Materi yang paling sulit pada pelajaran Matematika.
Hasil Wawancara Nama saya Bunga (disamarkan), saya lahir pada tanggal 18 Febuari 2008. Hobi saya berenang. Saya menyukai semua warna seperti hijau, pink, dan merah. Aktivitas saya dirumah kadang belajar, bermain, dan kadang membantu ibu di rumah. Menurut saya pembelajaran yang paling sulit adalah Matematika, karena Matematika itu sangat sulit. Sedangkan pembelajaran yang saya sukai adalah IPA karena pembelajaran IPA mengasikan. Pembelajaran Matematika. Saya mengalami kesulitan pada materi perkalian karena menurut saya perkalian itu sangat susah dan membosankan.
Tabel 4.6 Hasil Wawancara bersama Siswa Kedua Lambat Belajar. No 1
2
3
Garis Besar Pertanyaan Identitas diri siswa lambat belajar di kelas III. Apa saja pembelajaran yang kamu suka maupun yang tidak kamu sukai? Materi yang paling sulit pada pelajaran Matematika.
Hasil Wawancara Nama saya Roso (disamarkan), saya lahir pada tanggal 20 November 2009. Hobi saya bermain sepakbola. Saya menyukai warna biru. Pelajaran yang saya sukai adalah Penjaskes karena saya suka saja. Saya merasa ketulitan saat Pelajaran Matematika, karena susah. Hitung-hitungan bikin pusing. Materi perkalian merupakan materi sulit. Terutama pada perkalian satuan karena membingungkan untuk saya.
Tabel 4.7 Hasil Wawancara Kedua dengan Guru Kelas III No 1
2
Garis Besar Pertanyaan Apa saja karakteristik siswa lambat belajar yang menojol ketika saat didalam kelas?
Materi apa yang paling sulit dipahami siswa
Hasil Wawancara Kalau Ibu lihat Bunga dan Roso, mereka mengalami kesulitan dalam memahami suatu materi yang diberikan terutama pada pembelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, dan IPS. Mereka mengalami keterlambatan dalam menerima pembelajaran jika dengan siswa pada umunya Biasanya Bunga dan Roso tidak pernah selesai mengerjakan tugasnya, bahkan terkadang dia juga tidak menyelesaikan tugas yang saya berikan. Pada saat itu, saya memberikan soal Matematika sebanyak 20 soal. Teman-temannya sudah mengumpulkan dan menyelesaikan soal tersebut, sedangkan mereka belum menyelesaikannya. Kemudian saya minta semua siswa untuk mengumpulkan soalnya. Setelah itu mereka mengumpulkannya, tetapi belum selesai semuanya. Mungkin masih ada sisa enam atau tujuh soal yang belum mereka selesaikan. Mereka mengalami kesulitan untuk memahami semua materi yang saya ajarkan. Hal ini ditandai dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68
lambat belajar pada saat pembelajaran Matematika?
3
Bagaimana cara mengatasi masalah siswa lambat belajar pada materi tersebut?
4
Apakah ada ketersediaan alat peraga Matematika di kelas III?
5
Bagaimana latar Belakang Siswa lambat belajar?
pengulangan materi sama yang saya lakukan untuk mereka. Materi yang paling sulit mereka pahami adalah konsep dasar perkalian satuan. Dikelas III kan seharusnya sudah sampai perkalian puluhan, bagaimana mereka dapat menguasi hal tersebut apabila perkalian satuan saja masih bingung? Mereka cenderung lupa perkalian dasar, seperti perkalian 1-5. Saya pernah berhasil mengatasinya dengan cara mengulang-ulang penjelasaan materi perkalian dasar sampai mereka mengerti. Namun, keesokan harinya ketika ditanya tentang perkalian, Bunga dan Roso tetap saja lupa. Belum tersedia, biasanya saya hanya menggunakan tutup botol atau gambar-gambar untuk memperjelas materi Matematika. Selain itu, guru juga meminta peneliti medesain alat peraga untuk membantu siswa lambat belajar dalam memahami konsep dasar perkalian. Orang tua Bunga keluarga mengengah atas, bapak dan ibunya bekerja sebagai pegawai negeri atau PNS. Orang tua Roso dari keluarga menengah atas, bapak dan ibunya bekerja sebagai karyawan swasta.
Berdasarkan hasil wawancara bersama Guru kelas III serta dua siswa lambat belajar dapat disimpulkan bahwa dua siswa lambat belajar mengalami kesulitan dalam pembelajaran Matematika
materi perkalian satuan.
Memahami konsep dasar perkalian masih dianggap susah bagi Bunga dan Roso. Kurangnya penggunaan benda-benda konkret
menjadi penghalang
untuk membantu siswa lambat belajar dalam memahami suatu materi terutama pada pembelajaran Matematika.
Selain itu, guru juga meminta
peneliti medesain alat peraga untuk membantu siswa lambat belajar dalam memahami konsep dasar perkalian. 4.1.3
Desain Produk Hasil dari potensi dan masalah kemudian pegumpulan data, peneliti
menganalisis kebutuhan yang didapat yaitu bahwa dua siswa lambat belajar mengalami masalah kesulitan dalam pembelajaran Matematika materi perkalian serta kurangnya penggunaan benda-benda konkret menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 69
hambatan dalam mengatasi masalah yang ada. Pada tahapan desain produk ini peneliti mengembangkan alat peraga perkalian 1-10 agar dapat membantu dua siswa lambat belajar dalam memahami konsep dasar perkalian pada pembelajaran Matematika. Pada desain produk ini dimulai dengan membuat sketsa awal dengan menggunakan gambar serta menentukan warna didesain dengan menggunakan Publisher. Berikut gambar desain alat peraga papan Perkalian.
Gambar 4.1 Gambar desain papan perkalian
Gambar 4.2 Desain Kotak Isi Desain Papan Perkalian menggunakan warna dasar, seperti merah untuk deret penjumlah, biru untuk deret pengali, dan hitam untuk warna tulisan judul dan tulisan angka di deret pengali dan penjumlah. Pemilihan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70
warna juga disesuaikan dengan warna kesukaan siswa lambat belajar. Kotak Isi dilengkapi dengan Kotak Hasil dan kotak perkalian. Kotak Hasil memiliki background dengan warna dasar kayu serta angka di dalamnya berwarna biru tua sesuai dengan jawaban yang terletak pada Kartu Soal. Pada kotak perkalian terdapat lingkaran di tengah yang berwarna hijau dengan background warna dasar kayu. Perpaduan antara kotak dan lingkaran dipilih dengan tujuan untuk mengajarkan siswa bangun datar secara tidak langsung. Kotak memiliki empat sisi, sedangkan lingkaran tidak memiliki sisi maka ketika digabungkan akan menjadi perpaduan yang serasi. Peneliti tidak memilih warna kuning karena menurut peneliti warna kuning menjadi tidak hidup apabila dipadukan dengan warna dasar kayu yang berwarna coklat. Desain alat peraga papan perkalian dilengkapi dengan album alat peraga papan perkalian. Album alat peraga papan perkalian didesain dengan menggunakan microsoft word yang berisikan tentang pengenalan alat peraga papan perkalian serta penggunaan alat peraga papan perkalian. 4.1.4
Validasi Desain Validasi desain alat peraga papan perkalian dan album alat peraga
papan perkalian dilakukan bersama Ahli Matematika dan Ahli Psikolog anak. Validasi desain dilakukan pada tanggal 14 Desember 2016. Penilaian dilakukan secara diskusi dan lisan. Replika alat peraga papan perkalian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71
Kotak Soal
Papan Perkalian Kotak Isi
Gambar 4.3 Papan perkalian, Kotak Isi dan Kotak soal
Penilaian pertama diberikan oleh ahli Matematika, jika dilihat dari segi Matematika untuk kotak bulatan perkalian boleh menggunakan bulatan dengan sebanyak 1 sampai 10 tetapi jika bulatanya ganjil sebaiknya bulatan jangan diletakan ditengah letakan sesuai dengan deret depan seperti gambar berikut ini:
Gambar 4.4 Desain Kotak Perkalian Sebelum diberi masukan
Gambar 4.5 Desain Kotak Perkalian Sesudah diberi masukan
Jika ingin menggunakan bulat seperti tampak di atas siswa akan tidak mengerti makna dari konsep perkalian, dikarenakan papan yang sebulumnya akan kosong misalnya perkalian 5 x 6 yang terdapat pada gambar berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72
Gambar 4.6 Replika papan perkalian jika terisi dengan Kotak butiran perkalian Efektifnya sebaiknya mengunakan satu bulatan pada setiap kotak butiran perkalian, maka papan akan terisi penuh sesuai dengan deret mendatar dan deret menurun yang dituju. Kedua, petimbangkan masalah ukuran karena dengan ukuran papan perkalian, apakah tidak terlalu besar untuk siswa lambat belajar kelas III. Ketiga, untuk warna pada papan perkalian buatlah semenarik mungkin, dan keempat, untuk
album penggunaan alat peraga kurang
lengkap. Sebaiknya awal album adalah pengenalan alat peraga. Penilaian dari segi psikolog anak. Pertama, ukuran alat peraga sebaiknya lebih dikecilkan karena benar masukan dari ahli Matematika bahwa ukuran alat peraga tersebut terlalu besar untuk siswa lambat belajar pada kelas III. Kedua, penjelasaan terhadap siswa lambat belajar sebaiknya lebih dipersingkat dan detail agar siswa tersebut mengerti makna dari konsep perkalian. Ketiga perlu ditanyakan kepada gurunya untuk siswa lambat belajar, apakah dia bisa menghitung 1-100 karena menurut ahli psikolog anak, siswa lambat belajar dia akan kesulitan jika diminta menghitung 1-100.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 73
Keempat, untuk album penggunaan alat peraga pada setiap langkahlangkahnya tolong dilengkapi dengan gambar untuk memperjelas pemahaman siswa. 4.1.5
Revisi Desain Desain alat peraga yang sudah diberikan masukan dari ahli
Matematika dan ahli Psikolog anak kemudian alat peraga beserta album penggunaan alat peraga diperbaikin dan akan diprsentasikan lagi. Pada revisi desain peneliti mengubah konsep kotak butiran perkalian dengan satu lingkaran pada setiap kotak perkalian, seperti gambar di bawah ini, dengan jumlah kotak butiran perkalian sebanyak 100.
Gambar 4.7 Desain kotak butiran Perkalian Setelah revisi Pengubahan pada papan perkalian dengan memodifikasi seperti papan catur atau dapat dilipat agar siswa lambat belajar dapat terfokus pada perkalian awal 1-5 kemudian baru perkalian 6-10. Perubahan warna judul papan perkalian dari warna hitam berubah
menjadi warna hijau mudah.
Perubahan ukuran pada kotak perkalian pada presentasi pertama dengan ukuran 4 cm x 4 cm dimodifikasi dengan ukuran 3 cm x 3 cm menjadi persegi serta lingkaran yang terdapat pada kotak butiran perkalian dengan diameter 1,5 cm. Perubahan kotak hasil yang pada presentasi pertama dengan ukuran 5 cm x 5 cm sekarang menjadi 3 cm x 4 cm dengan bentuk bangun datar persegi panjang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74
Pada album alat peraga papan perkalian diperbaikin pada bagian awal sampai langkah-langkah penggunaan alat peraga. Desain alat peraga dan album penggunaan alat peraga yang telah di revisi kemudian dikonsultasikan dengan dosen ahli. Dosen ahli tidak memberikan saran perbaikan pada desain produk yang telah dikembangkan. Hasil desain prototipe yang telah direvisi dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 4.8 Replika papan perkalian yang sudah direvisi Peneliti kemudian melakukan pembuatan alat peraga papan perkalian dengan bantuan tukang kayu. Hal tersebut dikarenakan lengkapnya peralatan yang terdapat pada tukang kayu. Proses pembuatan alat peraga memakan waktu satu bulan penuh yaitu dari bulan Februari sampai bulan Maret. Berikut alat peraga papan perkalian dan kotak isi dalam bentuk kayu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75
Gambar 4.9 Papan perkalian dan kotak isi Alat peraga papan perkalian kemudian divalidasikan bersama tiga validator yaitu ahli Matematika, ahli Psikolog anak dan Guru kelas III yang mengajar anak lambat belajar. Pada penilaian alat peraga papan perkalian dilakuakan dengan ahli yang berbeda dengan penilaian pada tahapan desain produk dan validasi produk. Validasi dilakukan agar dapat menilai kelayakan alat peraga ketika diuji cobakan. Hasil Validasi Alat Peraga papan perkalian dan Album penggunaan alat peraga papan perkalian untuk siswa dengan lambat belajar kelas III penghitungan hasil validasi menggunakan Rating Scale 1-4 kemudian dihitung untuk memperoleh rata-rata penilaian. Rata-rata penilaian dihitung dengan rumus 4.1: Skor akhir =
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑖𝑡𝑒𝑚
Rumus 4.1 Mencari Rata-rata penilaian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76
4.1.5.1 Ahli Psikolog Anak Validasi penilaian alat peraga papan perkalian dan album penggunaan alat peraga papan perkalian dilakuakan pada tanggal 13 Maret 2017. Ahli psikolog untuk penilaian Alat peraga Papan Perkalian didapatkan hasil ratarata sebagai berikut: Skor akhir =
54 = 3,6 15
Hasil rata-rata 3,6 tergolong dengan katagori sangat baik. Pada Validasi tersebut Alat peraga matematika materi perkalian untuk siswa dengan lambat belajar kelas III sekolah dasar dapat digunakan atau uji coba tanpa revisi. Komentar umum atau saran perbaikan didapat sebagai berikut: 1. Alat peraga cukup ringan sehingga mudah digunakan oleh siswa 2. Konsep Matematika yang disajikan pada alat peraga bertahap hingga memperoleh jawaban perkalian. Siswa akan terbantu untuk memahami konsep. 3. Pemilihan warna pada media membantu siswa membedakan fungsi dari setiap warna yang ditampilkan. Hanya saja, warna dasar kayu cukup gelap segingga warna yang ditampilkan cukup gelap. Warna angka pada kartu hasil (jawaban) kurang terlihat perbedaannya dengan bagian soal (perbedaa warna terlihat jika dipehatikan secara cermat). 4. Apabila alat hasil pemikiran peneliti, maka peneliti dapat mengajukan HAKI untuk mematenkan alat peraga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77
Penilaian Album penggunaan alat peraga papan perkalian didapakan hasil rata-rata sebagai berikut: Skor akhir =
33 =3 11
Hasil rata-rata 3 tergolong dengan katagori baik. Pada Validasi tersebut Album penggunaan alat peraga matematika materi perkalian untuk siswa dengan lambat belajar di kelas III SD Muhammadiyah Sagan dapat digunakan atau uji coba dengan revisi sesuai saran. Komentar umum atau saran perbaikan didapat sebagai berikut: 1. Perhatikan bahasa yang digunakan, terutama struktur kalimat. 2. Warna background album sebaiknya menggunakan warna cerah dan polos. 3. Warna background album berwarna biru, maka warna tabel (halaman 5) jangan menggunakan warna biru. 4. Foto yang ditampilkan perlu memperhatikan cahaya sekitar sehingga blitz kamera tidak mengganggu foto. Foto sebaiknya dilakukan saat kondisi terang (pagi atau siang hari) dan memanfaatkan cahaya alami (di luar ruanangan). Perhatikan pula bayangan yang mungkin terjadi saat pengambilan foto. 5. Beri judul setiap gambar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 78
Sebelum mengujicobakan Album penggunaan alat peraga papan perkalian, telah melakukan perbaikan dan revisi serta penilaian ulang pada tanggal 5 April 2017. Pada penilaian tersebut didapatkan hasil sebagai berikut: Skor akhir =
42 = 3,81 11
Hasil rata-rata 3,81 tergolong dengan katagori sangat baik. Pada Validasi kedua tersebut Album alat peraga matematika materi perkalian untuk siswa dengan lambat belajar di kelas III SD Muhammadiyah Sagan dapat digunakan atau uji coba dengan revisi sesuai saran. Komentar umum atau saran perbaikan didapat sebagai berikut: 1. Ada background foto yang dapat mengganggu fokus perhatian pada alat peraga. 2. Ada background tabel yang cukup gelap sehingga tulisan tidak terlalu terlihat. 3. Tentukan fokus penggunaan Album. 4.1.5.2 Ahli Matematika Validasi penilaian alat peraga papan perkalian dan album penggunaan alat peraga papan perkalian dilakuakan pada tanggal 29 Maret 2017 bersama Ahli Matematika. Penilaian Alat peraga Papan Perkalian didapatkan hasil rata-rata sebagai berikut: Skor akhir =
53 = 3,53 15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79
Hasil rata-rata 3,53 tergolong dengan katagori sangat baik. Pada Validasi tersebut Alat peraga matematika materi perkalian untuk siswa dengan lambat belajar di kelas III SD Muhammadiyah Sagan dapat digunakan atau uji coba dengan revisi sesuai saran. Komentar umum atau saran perbaikan didapat sebagai berikut: 1. Perlu dipertimbangkan untuk pembuatan kartu refleksi agar membantu siswa melakukan refleksi. 2. Berat dan ukuran alat perlu dipertimbangkan untuk dikurangai. 3. Warna lingkaran pada kotak butiran perkalian perlu dibuat lebih cerah agar menarik. Penilaian Album penggunaan alat peraga papan perkalian didapakan hasil rata-rata sebagai berikut: Skor akhir =
42 = 3,81 11
Hasil rata-rata 3,81 tergolong dengan katagori baik. Pada Validasi tersebut Album alat peraga matematika materi perkalian untuk siswa dengan lambat belajar di kelas III SD Muhammadiyah Sagan dapat digunakan atau uji coba dengan revisi sesuai saran. Komentar umum atau saran perbaikan didapat sebagai berikut: 1. Revisi jenis huruf agar menimbulkan efek menyenangkan untuk siswa 2. Revisi warna dasar background. Peneliti melakukan revisi berupa masukan yang diberikan ahli matematika untuk alat peraga papan perkalian dan album penggunaan alat peraga perkalian. Alat peraga papan perkalian yaitu merubah warna lingkaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 80
pada kotak butiran perkalian merubah warna hijau mudah seperti tampak pada gambar di bawah ini:
Gambar 4.10 Kotak butiran perkalian Sebelum revisi
Gambar 4.11 Kotak butiran perkalian Sesudah revisi
Serta untuk ukuran dan berat pada papan perkalian tidak dapat dirubah lagi. Papan perkalian sudah didesain praktis dengan membelah papan perkalian terlipat terbagi dua agar papan mudah di bawah oleh anak lambat belajar pada kelas III SD. Album penggunaan alat peraga papan perkalian memperbaiki bagian background serta tulisan pada album tulisan sebelumnya menggunakan Times New Roman dan sekarang merubah ke Comic Scan mc. Penilaian alat peraga papan perkalian dan album penggunaan papan perkalian dilakukan penilaian dua kali. Validasi yang kedua untuk alat peraga papan perkalian dilakukan pada 4 April 2017 didapatkan nilai rata-rata sebagai berikut: Skor akhir =
54 = 3,6 15
Hasil rata-rata 3,6 tergolong dengan katagori sangat baik. Pada Validasi tersebut Alat peraga matematika materi perkalian untuk siswa dengan lambat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 81
belajar di kelas III SD Muhammadiyah Sagan dapat digunakan atau uji coba tanpa revisi. Komentar umum atau saran perbaikan tidak ada. Validasi yang kedua untuk album penggunaan alat peraga papan perkalian didapatkan nilai rata-rata sebagai berikut: Skor akhir =
44 =4 11
Hasil rata-rata 4 tergolong dengan katagori sangat baik. Pada Validasi tersebut Album penggunaan alat peraga matematika materi perkalian untuk siswa dengan lambat belajar di kelas III SD Muhammadiyah Sagan dapat digunakan atau uji coba tanpa revisi. Tidak ada komentar umum atau saran perbaikan. 4.1.5.3 Guru kelas III SD Validasi penilaian alat peraga papan perkalian dan album penggunaan alat peraga papan perkalian dilakuakan pada tanggal 29 Maret 2017. Guru SD kelas III selaku wali kelas yang mengampuh siswa lambat belajar. Penilaian alat peraga Papan Perkalian didapatkan hasil rata-rata sebagai berikut: Skor akhir =
54 = 3,6 15
Hasil rata-rata 3,6 tergolong dengan katagori sangat baik. Pada Validasi tersebut Alat peraga matematika materi perkalian untuk siswa dengan lambat belajar di kelas III SD Muhammadiyah Sagan dapat digunakan atau uji coba tanpa revisi. Komentar umum atau saran perbaikan didapat yaitu alat peraga papan perkalian sangat baik, oke sekali untuk anak lambat belajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 82
Penilaian Album penggunaan alat peraga papan perkalian didapatkan hasil rata-rata sebagai berikut: Skor akhir =
38 = 3,45 11
Hasil rata-rata 3,45 tergolong dengan katagori baik. Pada Validasi tersebut Album penggunaan alat peraga matematika materi perkalian untuk siswa dengan lambat belajar di kelas III SD Muhammadiyah Sagan dapat digunakan atau uji coba tanpa revisi. Tidak ada komentar umum atau saran perbaikan yang didapat. Dari hasil ketiga validator, ahli Matematika, ahli Psikolog anak dan guru kelas III yaitu Alat peraga matematika materi perkalian untuk siswa dengan lambat belajar di SD Muhammadiyah Sagan dapat digunakan atau uji coba tanpa revisi. Penilaian
album
penggunaan
alat
peraga
papan
perkalian
mendapatkan masukaan-masukan yang diberikan oleh ahli Matematika, ahli Psikolog anak dan guru kelas III maka peneliti melakukan revisi album penggunaan alat peraga papan perkalian untuk siswa dengan lambat belajar dapat terlihat perbedaan pada tabel 4.8 di bawah ini perubahan album penggunaan alat peraga sebulum revisi dan setelah revisi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 83
Tabel 4.8
Perubahan sebelum dan sesudah perubahan pada album penggunaan alat peraga papan perkalian untuk siswa dengan lambat belajar di kelas III SD Muhammadiyah Sagan.
Album penggunaan alat peraga papan perkalian untuk siswa dengan lambat belajar di kelas III SD Muhammadiyah Sagan. Sebelum Revisi Sesudah revisi Nama Gambar Tindak Lanjut Gambar Cover - Perubahan warna untuk background. - Penambahan materi perkalalian pada halaman pertama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 84
Lembar pengenala n alat peraga papan perkalian
- Foto papan perkalian dirubah untuk tidak menggunakan flas dan warna background dirubah menjadi warna polos. - Background pada gamabar juga dirubah menjadi berwarna putih - Jenis tulisan diubah menjadi comic scan. - Perubahan background pada gambar dan alat peraga.
Halaman 3
Halaman 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 85
Langkahlangkah penggunaa n alat peraga papan perkalian
- Perubahan warna tabel.dan beckground belakang foto. - Penambahan contoh RPI setelaha halaman langkahlangkah penggunaan alat peraga papan perkalian.
Perubahan pada album penggunaan alat peraga yaitu perubahan warna background yang sebelumnya berwarna biru sekarang berubah menjadi warna putih atau polos walaupun warna background polos tetap saja menarik karena adanya gambar-gambar alat peraga papan perkalian. Perubahan background pada setiap gambar diubah menjadi warna polos agar tidak mengganggu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 86
fokus atau kosenterasi anak lambat belajar saat membaca album penggunaan alat peraga papan perkalian. Perubahan jenis tulisan menjadi comic scan agar siswa tidak terlalu formal melihat album penggunaan alat peraga papan perkalian. Siswa diajak santai membaca album penggunan alat peraga papan perkalian. 4.1.6
Uji Coba Produk Peneliti melakukan uji coba prototipe alat peraga papan perkalian
untuk siswa dengan lambat belajar kelas III di SD Muhammadiyah Sagan Yogyakarta gedung 2 atau unit 2 pada hari Selasa, 11 April 2017. Peneliti melakukan uji coba prototipe alat peraga papan perkalian dengan dua siswa lambat belajar Bunga (disamarkan) dan Roso (disamarkan) dengan dua jam pelajaran yaitu 50 menit. Tempat pada saat uji coba prototipe adalah ruangan kantor untuk menyambut datangnya tamu. Sebelum masuk uji coba prototipe Alat Peraga Papan Perkalian dan Album Penggunaan Alat Peraga Papan Perkalian, peneliti bertanya kabar Bunga dan Roso. Setelah melakukan sesi perkenalan, peneliti melakukan sesi tanya jawab yaitu, dengan menayakan pengertian perkalian dengan mengajukan pertanyaan, “Adakah yang tau pengertian perkalian?”. Jawaban yang dilontarkan Bunga yaitu, “Perkalian itu ya dikali-kali Bu”, sama seperti jawaban Roso, “Perkalian itu ya… (lama dengan suara “ya”) ya dikali, kali sama dikali Bu (ketawa kecil)”. “Sampai mana kalian menguasi perkalian satuan atau puluhan?”, kata peneliti. Bunga dan Roso menjawab spontan tidak tau. “Perkalian 3 x 4 adakah yang tau hasilnya berapa?”. Roso hanya diam saja sambil memikirkan hasil, berbeda dengan Bunga sambil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 87
memejamkan matanya dan menghitung dengan jari duabelas (dengan suara kecil). “Apakah kalian tau konsep dasar perkalian?”. Jawaban Bunga, “Saya tidak tahu Bu (langsung menutup muka)”; sedangkan Roso dengan rasa semangat dan tertawa menjawab, “Tahu Bu, perkalian itu persamaan, contoh ya Bu perkalian 3 x 4 sama saja dengan perkalian 4 x 3.”. Peneliti menjelaskan bahwa perkalian merupakan penjumlahan berulang. Bilangan pertama pada perkalian disebut dengan pengali, sedangkan bilangan kedua disebut penjumlah. Peneliti memberi intruksi, “Sekarang kita akan belajar tentang perkalian. Ambilah satu lembar kertas tulis nama dan kelas kalian. Sekarang kerjakan soal berikut dengan jalannya. Soal pertama perkalian 3 x 4 soal kedua perkalian 4 x 3 kerjakan bersama jalannya. Bunga dan Roso mengerjakan dua soal yang telah diberikan. Bunga menyelesaikan soal dengan waktu sepuluh menit, sedangkan Roso memerlukan waktu sekitar dua belas menit. Bunga dan Roso mengerjakan soal tanpa alat bantu apapun, dan hasilnya dapat dilihat seperti gambar di bawah ini:
Gambar 4.15 Hasil kerja pertama Bunga (disamarkan)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 88
Gambar 4.16 Hasil kerja pertama Roso (disamarkan) Sebelum menggunakan prototipe sangat terlihat jelas bahwa terdapat perbedaan konsep perkalian menurut Bunga dan Roso. Mereka masih keliru tentang penerapan konsep perkalian dasar, padahal peneliti sudah menjelaskan konsep dasar perkalian. Bunga dan Roso masih bingungg tentang jalannya mencari perkalian 3 x 4 dengan perkalian 4 x 3, memang hasilnya sama akan tetapi jalannya berbeda. Peneliti melakukan penjelasan ulang tentang konsep dasar perkalian dengan memperkenalkan alat peraga Matematika, yaitu Alat Peraga Papan Perkalian dan Album Penggunaan Alat Peraga Papan Perkalian. Alat Peraga Papan Perkalian dan Album Penggunaan Alat Peraga Papan Perkalian akan membantu siswa dalam memahami konsep dasar Matematika perkalian 1-10. Peneliti memperkenalkan komponenkomponen Papan Perkalian ini. Papan ini terdiri dari tiga komponen yaitu Papan Perkalian, Kotak Isi. Alat peraga ini memiliki bagian yang lain, yaitu Album Penggunaan Alat Peraga Papan Perkalian yang berguna untuk menjelaskan cara Alat Peraga Papan Perkalian. Peneliti menjelaskan bagian yang terdapat pada Kotak Isi dengan bantuan Album Penggunaan Alat Peraga Papan Perkalian. Peneliti meminta bantuan dari Roso untuk meperagakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 89
penggunaan setiap bagian yang ada pada Papan Perkalian yang disertai penjelasan fungsi komponen-komponen yang ada di dalam Kotak Isi kemudian
dilanjutkan
dengan
menjelaskan
langkah-langkah
dalam
menggunakan papan perkalian, Setelah memperkenalkan bagian-bagian Alat Peraga Papan Perkalian beserta fungsinya, peneliti mengajak Roso dan Bunga untuk memilih soal pada Kotak Isi. Alat Peraga Papan Perkalian bisa dipakai siswa secara individu dan bekerja secara berkelompok sehingga mereka dapat memahami konsep perkalian bersama. Hal ini dapat dilakukan selama salah satu siswa memakai dan
mempraktikkannya
secara
jelas
kemudian
siswa
yang
lain
memperhatikan apa yang dikerjakan temannya dan mencatatat soal yang sama. Pertama dimulai dari Bunga, mengerjakan setiap tahap-tahapan yang sudah di jelaskan oleh peneliti. Bunga mengambil soal perkalian 5 x 4 kemudian Bunga meletakan soal pada Papan Perkalian diatas deret penjumlah. Bunga menggeser deret pengali ke angka lima dan megeser deret penjumlah ke angka empat (dengan sangat cepat). Kemudian Bunga mengisi kotak dengan Kotak Butiran Perkalian. Setelah mengisi setiap kotak kosong pada Papan Perkalian dengan Kotak Butiran Perkalian sesuai dengan batasannya, Bunga menghitung dengan semangat walaupun malu-malu. Bunga mencari angka 20 pada Kotak Hasil di Kotak Isi. Setelah menemukan Kotak Hasil, Bunga menggantungkanya ke deret penjumlah di bagian pemberhentian terakhir. Bunga dapat mengetahui jawabannya benar atau salah dengan membalik Kartu Soal, dan jawabanya benar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 90
Setiap selesai menggunakan Papan Perkalian peneliti mengambil kesimpulan dari soal yang diambil acak oleh siswa. Konsep dasar perkalian akan tertanam dengan sendirinya. Soal perkalian pertama adalah 5 x 4. Jadi, dari perkalian 5 x 4 ada berapa banyak kotak perkaliannya? Bunga dan Roso menyimpulkan bahwa 5 x 4 berarti ada empat Kotak Butiran Perkalian sebanyak lima kali. Selanjutnya adalah giliran Roso menggunakan Alat Peraga Papan Perkalian. Roso terlihat senang sekali. Roso mengambil soal perkalian 6 x 4. Kemudian Roso meletakan soal pada Papan Perkalian diatas deret penjumlah. Roso menggeser deret pengali ke angka enam dan megeser deret penjumlah ke angka empat (dengan sangat cepat). Setelah itu Roso mengisinya dengan Kotak Butiran Perkalian dan batasan-batasan yang sudah diletakan pula. Sesudah mengisi setiap kotak-kotak kosong pada Papan Perkalian dengan butiran perkalian sesuai dengan batasannya, kemudian Roso menghitung dengan semangat hingga sampai pertengahan menghitung dia lupa sampai mana dia menghitung. Roso menghitung dari awal lagi dengan suara yang sangat keras, kemudian dari hasil menghitung tadi Roso mencari angka 24 pada
Kotak
Hasil
di
Kotak
Isi.
Setelah
menemukannya,
Roso
menggantungkan pada deret terakhir penjumlah. Pada soal kedua perkalian 6
4 peneliti menanyakan berapakah kotak butiran yang ada pada kotak
perkalian 6 x 4? Bunga dan Roso menyimpulkan bahwa 6 x 4 berarti ada empat Kotak Butiran Perkalian sebanyak enam kali. Bunga dan Roso mengerjakan sebanyak sepuluh soal perkalian dan meminta mereka untuk menarik kesimpulan secara lisan setiap mereka selesai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 91
mengerjakan soal dengan bantuan Papan Perkalian. Peneliti melihat perkembangan Bunga dan Roso yang begitu pesat, jika membandingkan keadaan mereka antara
sebelum dan sesudah menggunakan Alat Peraga
Papan Perkalian ini. Sebelum Bunga menggunakan Alat Peraga Papan Perkalian, dia masih bingung dengan konsep dasar perkalian, namun setelah menggunakan Alat Peraga Papan Perkalian, Bunga memahami konsep dasar perkalian dan tata letak pada Alat Peraga Papan Perkalian ini dengan cukup cepat. Meskipun dia memerlukan dua sampai tiga kali penjelasan, seiring berjalannya waktu, Bunga mampu menyelesaikan soal dengan cepat. Bunga dan Roso mengalami perubahan yang signifikan antara sebelum dan sesudah menggunakan Alat Peraga Papan Perkalian. Roso yang sebelumnya meyakini bahwa perkalian itu sama seperti perkalian 3 x 4 sama dengan perkalian 4 x 3, setelah menggunakan Alat Peraga Papan Perkalian Roso mengalami perubahan dalam memahami konsep dasar perkalian. Memang pada awalnya dia merasa bingung dengan tata letak yang ada pada Papan Perkalian sehingga dia membutuhkan empat sampai lima kali penjelasan untuk benar-benar memahami bagian-bagian dan tata letak pada Alat Peraga Papan Perkalian ini. Roso memang memerlukan konsentrasi yang lebih. Hal ini terlihat dari caranya mengerjakan soal yang sangat terburu-buru membuatnya kerap kali melakukan kekeliruan dalam megingat atau menyusun komponen dalam Alat Peraga Papan Perkalian. Peneliti menanamkan sikap hati-hati dan pelan tetapi pasti dalam mengerjakan soal. Setelah peneliti menamakan sikap itu, Roso menjadi paham dan mengerjakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 92
soal-soal berikutnya dengan hati-hati. Setelah memahami tata letak dan konsep dasar perkalian, Roso dengan mudahnya mengerjakan soal-soal yang diambil dari Kotak Soal. Bunga dan Roso mengerjakan soal perkalian secara bersamaan dengan menggunakan Alat Peraga Papan Perkalian. Mereka mengerjakan sepuluh soal dengan menulisnya di kertas dan menjelaskan jawabannya secara lisan. Sebelum mengerjakan soal, Bunga dan Roso tidak menggunakan kertas. Mereka hanya mengambil soal pada Kotak Isi, kemudian mereka dibantu oleh tahapan-tahapan yang ada dalam Album Penggunanan Alat Peraga Papan Perkalian. Namun selanjutnya mereka menegerjakan soal sebanyak sepuluh nomor secara mandiri dengan bantuan Album Penggunanan Alat Peraga Papan Perkalian. Berikut
ini merupakan
hasil kerja soal dengan
menuliskannya di kertas.
Gambar 4.14 Hasil Kerja Roso pada saat menggunakan Papan Perkalian
Gambar 4.15 Hasil Kerja Bunga Pada saat menggunakan Papan Perkalian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 93
setelah menggunakan alat peraga, peneliti mengajarkan Roso dan Bunga cara mengerjakan perkalian tanpa menggunakan papan perkalian yaitu dengan penjumlah berulang. Berikut adalah hasil kerja Roso dan Bunga tanpa menggunakan papan perkalian dan setelah mengenal alat peraga papan perkalian.
Gambar 4.16 Hasil Kerja Roso Setelah Gambar 4.17 Hasil Kerja Bunga Setelah menggunakan papan perkalian menggunakan papan perkalian 60 menit, peneliti belajar bersama dua siswa lambat belajar menggunakan alat peraga papan perkalian. Peneliti menayakan kesan dan pesan pada Bunga dan Roso setelah menggunakan Alat Peraga Papan Perkalian ini. Menurut Bunga, dia merasa sangat senang mengerjakan soal perkalian dengan menggunakan Alat Peraga Papan Perkalian. Bunga menyatakan bahwa Alat Peraga Papan Perkalian ini dapat membantunya mengerjakan soal perkalian dengan mudah. Begitu pula dengan Roso, yang merasa
terbantu menggunakan Alat Peraga Papan Perkalian dalam
mengerjakan soal perkalian dengan mudah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 94
4.1.7
Revisi Produk Melakukan ujicoba prototipe alat peraga papan perkalian dan album
penggunanan alat peraga papan perkalian setiap prosesnya peneliti melihat kekesulitan yang dihadapi oleh Bunga dan Roso. Selama proses uji coba prototipe kesulitan yang mecolok pada alat peraganya yaitu cara melepaskan kotak butiran perkalian pada papan perkalian memerlukan waktu yang cukup lama untuk melepaskan kotak butiran perkalian setelah menggunakan papan perkalian. Mengerjakan soalnya memakan waktu yang sedikit sedangkan melepaskan kotak butiran perkalian memerlukan waktu yang cukup lama untuk anak-anak. Melihat kesulitan yang ada maka peneliti tidak akan merubah bentuk alat peraga papan perkalian tetapi peneliti menambahkan tongkat pencokel agar mudah mencongkel kotak butiran perkalian dengan mudah. Tongka pencokel ini terbuat dari kayu dan ujung pada tongkat seperti benda tumpul yang dapat menembus sela-sela kecil pada papan perkalian. Berikut adalah gambar tongkat pecongkel:
Gambar 4.18 Tongkat Pecongkel
4.2
Pembahasaan Jannah
dan
Darmawanti
(2004:15)
mengungkapkan
bahwa
anak
berkebutuhan khusus adalah anak yang dalam proses pertumbuhan atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 95
perkembangan mengalami kelainan seperti penyimpangan fisik, mentalintelektual, sosial dan emosional dibanding dengan anak-anak lain seusianya, sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Berdasarkan wawancara kepala sekolah dan guru kelas III di SD Muhammadiyah Sagan peneliti menemukan masalah bawah ada dua siswa kelas III yang mengalami keterlambatan belajar dalam memahami semua mata pelajaran, dua siswa ini sangat lambat dibandingkan dengan siswa yang lain pada umumnya. Kurangnya penggunaan alat peraga dalam membantu siswa lambat belajar menjadi hambatan dalam mengatasi masalah yang ada. Anak berkebutuhan khusus lambat belajar yaitu menurut kamus besar bahasa Indonesia kata lambat artinya tidak tangkas, tidak cekatan dalam bekerja, jadi anak lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama dalam menyelesaikan tugas (Ningrum, 2013:29). Siswa lambat belajar dalam memahami suatu materi harus dengan banyak menggunakan benda-benda konkret dibandingkan verbalisasi atau penejelasan secara lisan karena hanya dapat membingungkan siswa lambat belajar itu sendiri (Desiningrum, 2016:14). Dari hasil observasi pada pembelajaran matematika materi perkalian di kelas bahwa dua siswa lambat belajar mengalami keterlambatan dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru serta dalam mengerjakan soal yang diberikan. Pada saat pembelajaran berlangsung, dua siswa kebanyakan melamun serta tidak konsentrasi pada pembelajaran saat itu. Dari hasil wawancara kedua bersama guru kelas III menyatakan bahwa dua siswa lambat belajar tersebut kesulitan dalam memahami konsep dasar perkalian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 96
Ali (dalam Sundayana, 2014:7) mengungkapkan bahwa alat peraga adalah segalah sesuatu yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang merangsang pikiran, perasaan serta perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat belajar. Menurut kamus besar bahasa Indonesia kata lambat artinya tidak tangkas, tidak cekatan dalam bekerja. Marliyn & Bursuck (2015:53) menjelaskan bahwa teknologi dapat digunakan untuk membantu disabilitas baik yang ringan ataupun yang berat dalam banyak hal, misalnya untuk berkomunikasi, mengakses pembelajaran, menyelesaikan tugas, dan berpartisipasi secara penuh di sekolah dan juga di masyarakat. Siswa penyandang disabilitas dibolehkan untuk menggunakan teknologi bantu yang sesuai dengan kebutuhan. Teknologi bantu merujuk pada perangkat apa pun, baik itu suatu alat, produk, atau barang lainnya yang dapat digunakan untuk menaikkan, mempertahankan, atau meningkatkan kemampuan fungsional individu penyandang disabilitas. Menurut para ahli di atas bahwa siswa lambat belajar dengan keadaan yang sesungguhnya sangat memerlukan benda-benda konkret seperti alat peraga untuk membantu dalam memahami materi yang disampaikan. Penanganan anak lambat belajar memerlukan pengajaran materi secara mengulang-ulang (3-5 kali) penjelasan dalam memahami suatu materi daripada anak pada umumnya. Pramudjono dalam Sundayana juga memaparkan bahwa alat peraga ialah benda yang konkret yang dibuat, dihimpun dan disusun secara sengaja dan digunakan untuk membantu menanamkan dan mengembangkan konsep matematika (2014:7). Ketersedian
benda-benda
konkret
seperti
penggunaan
alat
peraga
matematika sangat terbatas sedangkan pembelajaran untuk anak lambat belajar harus memerlukan benda-benda konkret yang menarik dan tidak membosankan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 97
yang dapat membantu anak lambat belajar dalam menyelesaikan permasalahmasalahan dan kesulitan yang dihadapi oleh anak lambat belajar. Melihat permasalahan yang ada maka peneliti mengembangkan alat peraga papan perkalian untuk anak lambat belajar kelas III beserta album penggunaan alat peraga papan perkalian diharapkan dapat membantu permasalahan yang ada. Pengembangan alat peraga papan perkalian dalam penelitian ini, menggunakan ciri-ciri alat peraga montessori. Menurut Montessori (2002:171175), ciri-ciri alat peraga montessori adalah menarik, bergradasi, memiliki kendali kesalahan (auto-correcation), kemandirian (auto-education), dan kontekstual. Berikut ciri-ciri alat peraga montessori yaitu menarik dengan memberikan warna serta bentuk-bentuk yang menarik. Bergadasi, memiliki tekstur pada alat peraga yang dapat dirasakan oleh indra peraba. Memiliki pengendali kesalahan yang dapat mengetahui kesalahanya sendiri. Kemandirian, siswa dapat belajar secara mandiri dengan menggunakan alat peraga ini. Alat peraga dibuat dengan menggunakan bahan-bahan yang dapat dijumpai dilingkungan sekitar, awet dan tahan lama. Ciri-ciri dalam pengembangan alat peraga Montessori selain digunakan sebagai acuan dalam pengembangan alat peraga juga menjadi indikator dalam perumusan kuesioner validasi prototipe. Alat peraga papan perkalian ini sebelum dibuat menggunakan kayu melalui proses validasi desain terlebih dahulu dengan menggunakan karton kemudian mendapat masukan-masukan yang diberikan oleh ahli Matematika dan ahli Psikolog anak. Apakah alat peraga papan perkalian ini dapat membantu anak lambat belajar untuk mengatasi permasalahan dalam pembelajaran Matematika materi Perkalian. Melihat dari segi Matematika dan melihat dari segi psikolog
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 98
anak yaitu siswa Lambat belajar. validasi desain dilakukan melalui diskusi, dari diskusi tersebut dapat terlihat kekurangan dan kelemahan prototipe. Setelah melakukan validasi desain, tahapan selanjutnya revisi desain. Replika alat peraga papan perkalian diperbaikin sesuai
masukan yang diberikan oleh ahli. Pada
tahapan tahap ini alat peraga memenuhi syarat untuk dibuat dengan menggunakan kayu. Pembuatan alat peraga papan perkalian memakan waktu satu bulan lebih lamanya. Menunggu waktu kemudian alat peraga papan perkalian selesai dengan sudah menggunakan bahan dasar kayu yang sudah terpilih. Alat peraga papan perkalian beserta album penggunaan alat peraga papan perkalian melakukan validasi prototipe dengan tiga validator. Tiga validator yaitu ahli psikolog anak, ahli Matematika dan guru kelas III. Berikut hasil anlisis validasi dari tiga validator alat peraga papan perkalian dan album penggunaan alat peraga papan perkalian tersaji pada tabel 4.9 dan 4.10. Tabel 4.9 Hasil Analisis Pengembangan Alat Peraga Matematika Papan Perkalian beserta indikator penilaian. No
Indikator
1
Menarik
2
Menarik
3 4
Menarik Menarik
5
Bergradasi
6
Bergradasi
7
8
Bergradasi
Memiliki pengendali
Aspek yang dinilai Alat peraga dapat menumbuhkan minat siswa untuk belajar Alat peraga dapat menumbukan antusias siswa Bentuk alat peraga menarik bagi siswa Warna alat peraga membuat siswa tertarik untuk belajar matematika Alat peraga memiliki ukuran dan berat sesuai dengan karakteristik siswa Alat peraga dalam penggunaannya memberikan rangsangan dengan melibatkan lebih dari dua indera Alat peraga dalam penggunaannya memberikan rangsangan dengan melibatkan lebih dari dua indera Alat peraga dapat membantu siswa menemukan kesalahannya sendiri pada saat
1
Validator 2 3
4
3
4
4
4
4
3
4
3
3
4
4
3
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 99
11
kesalahan Memiliki pengendali kesalahan Memiliki pengendali kesalahan Mandiri
12
Mandiri
13
Mandiri
9
10
14
15
Kontekstual
Kontekstual
Rata-rata
mengerjakan soal-soal latihan Alat peraga dapat membantu menemukan jawaban yang benar
siswa
Pengendali masalah pada alat peraga membantu siswa untuk melakukan refleksi jika ada kesalahan saat menghitung Alat peraga berisi materi pelajaran yang mampu memperdalam pengetahuan siswa Alat peraga berisi materi yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai Alat peraga dapat membantu siswa memahami konsep matematika secara mandiri Bahan yang digunakan untuk membuat alat peraga mudah didapatkan dari lingkungan sekitar Alat peraga dapat diproduksi oleh masyarakat sekitar Jumlah
Skor akhir =
4
4
4
3
3
4
3
4
3
3
4
3
4
4
4
3
4
4
4
4
54
54
54
2
54 + 54 + 54 = 3,6 45
Katagori = Sangat Baik
Dari tebel 4.9
Jumlah rata-rata alat peraga yang diperoleh dari ketiga
validator yaitu 3,6 dengan katagori “sangat baik”. Dari penilaian hasil validasi tersebut dapat disimpulkan bahwa alat peraga papan perkalian Matematika untuk siswa dengan lambat belajar kelas III di SD muhammadiyah Sagan tergolong kategori sangat baik dan layak untuk uji coba produk. Tabel 4.10 Hasil Analisis Pengembangan Album penggunaan Alat Peraga Papan Perkalian beserta indikator penilaian. Validator No
Indikator
1
Auto-education
2
Kontekstual
3
Kontekstual
Aspek yang dinilai Album alat peraga dapat membuat siswa memahami cara penggunaan alat peraga. Bahan yang digunakan untuk membuat album alat peraga mudah didapatkan dari lingkungan sekitar. Album alat peraga dapat diproduksi oleh
1
2
3
4
4
3
4
4
4
4
4
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 100
4
Menarik
5
Menarik
6
Menarik
7
Menarik
8
Auto-education
9
Auto-education
10
Auto-education
11 Auto-education Jumlah Rata-rata
masyarakat sekitar. Album alat peraga dapat menarik siswa untuk mempelajari cara penggunaan alat peraga. Kesesuaian warna background pada album dengan warna tulisan. Ketepatan pemilihan jenis dan ukuran huruf pada album alat peraga. Ketepatan penggunaan bahasa berdasarkan EYD. Penggunaan bahasa yang mudah dimengerti oleh siswa. Penggunaan kata pada kalimat mudah dimengerti oleh siswa. Penggunaan kata pada kalimat mengandung makna tunggal. Penggunaan kalimat efektif.
Skor akhir =
4
4
4
3
4
4
4
4
4
3
4
3
4
4
3
4
4
3
4
4
3
4 42
4 44
3 38
42 + 44 + 38 = 𝟑, 𝟕𝟓 33
Katagori = Sangat Baik
Dari tebel 4.10 penilaian Album penggunaan alat peraga papan perkalian dari tiga validator mendapatkan hasil rata-rata yaitu 3,75 dengan katagori “sangat baik”. Dapat disimpulkan bahwa Album penggunaan alat peraga Matematika papan perkalian untuk siswa dengan lambat belajar kelas III di SD muhammadiyah Sagan tergolong kategori sangat baik dan layak uji coba prototipe. Uji coba prototipe Alat peraga Matematika papan perkalian untuk anak lambat belajar kelas III di SD muhammadiyah Sagan dan Album penggunaan alat peraga Matematika papan perkalian untuk anak lambat belajar kelas III di SD muhammadiyah Sagan sudah di uji cobokan pada tanggal 11 April 2017 di SD Muhammadiyah Sagan Yogyakarta. Kelebihan alat peraga papan perkalian ini dapat menarik minat siswa dalam pembelajaran Matematika materi perkalian. Dua siswa lambat belajar sangat semangat sekali dalam mengerjakan soal yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 101
diberikan oleh peneliti, dengan penuh rasa semangat sampai dia tidak mengetahui bahwa mereka sudah mengerjakan soal yang sangat banyak. Semua soal yang dikerjakan menggunakan alat peraga papan perkalian ini semuannya benar tidak ada yang salah. Percampuran warna dari papan perkalian ini tidak membuat anak jenuh karena warna papan perkalian ini didesain tidak dengan mencolok. Dari hasil uji coba mendapatkan bahwa alat peraga papan perkalian dapat membantu siswa lambat belajar dalam memahami konsep dasar perkalian. Uji coba Prototipe sudah dilakukan, kemudian peneliti melihat kekurangan saat melakukan uji coba prototipe. Alat peraga Matematika papan perkalian untuk siswa dengan lambat belajar kelas III di SD muhammadiyah Sagan mengalami kelemahan saat melepas kotak butiran perkalian karena memamakan waktu yang lama maka dari itu peneliti membuat tongkat pencongkel agar siswa lambat belajar dapat dengan mudah melepaskan alat peraga papan perkalian. Album penggunaan alat peraga Matematika papan perkalian untuk siswa dengan lambat belajar kelas III di SD muhammadiyah Sagan tidak mengalami revisian setelah menggunakannya, album penggunaan alat peraga papan perkalian dapat membantu siswa lambat belajar dalam membantu memperkenalkan papan perkalian dan kotak isi pada awal penggunaan papan perkalian. Setelah memperbaiki kelemahan-kelemahan
prototipe maka prototipe Alat peraga
Matematika papan perkalian untuk dua siswa lambat belajar kelas III di SD Muhammadiyah Sagan dapat membantu dua siswa lambat belajar dalam mengatasi kesulitan memahami konsep dasar perkalian. Berikut adalah kelebihan dan kekurangan prototipe alat peraga papan perkalian:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 102
4.2.1
Kelebihan alat peraga papan perkalian
1. Papan perkalian ini menggunakan warna tidak terlalu terang dan tidak terlalu gelap, seperti warna hijau, biru, merah dan hitam. Pemilihan warna disesuaikan dengan warna dasar kayu yang berwarna cokolat, agar ketika menggunaakanya dapat menarik minat siswa-siswi lambat belajar. 2. Papan perkalian ini didesain terlipat dua, agar siswa mudah membawanya kemana-kemana. 3. Papan perkalian dapat membantu siswa pada umumnya belajar tentang konsep perkalian dasar 1-10 maupun siswa berkebutuhan khusus seperti siswa lambat belajar. 4. Papan perkalian dilengkapi dengan tongkat
pencongkelyang
membantu siswa dalam melepaskan kotak butiran perkalian. 5. Papan perkalian ini terdapat pengendalian kesalahan yang ada pada kartu soal. Serta dilengkapi dengan album penggunaan alat peraga papan perkalian. Dengan demikian, siswa dapat menggunaakan papan perkalian sendiri. 4.2.2
Kekurangan alat peraga papan perkalian Kekurangan yaang terdapat pada alat peraga papan perkalian ini
yaitu pada desain alat peraga papan perkalian dikarenakan ketika papan terlipat maka antara dua sisi depan dan belakangnya tidak sesuai dengan dua sisinya. Papan yang dibelakang tidak sejajar dengan sisi depan pada papan perkalian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V PENUTUP Pada bab ini memaparkan mengenai kesimpulan, keterbatasaan penelitian dan saran. 5.1
Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan prototipe Alat peraga
Matematika papan perkalian untuk anak lambat belajar kelas III di SD muhammadiyah Sagan dapat ditari kesimpulan sebagai berikut: 1. Pengembangan alat peraga matematika materi perkalian untuk siswa dengan lambat belajar kelas III di SD Muhammadiyah sagan dikembangkan berdasarkan 10 langkah-langkah dari Sugiyono (2015:409). Peneliti memodifikasi dari 10 langkah yang dikembangkan Sugiyono menjadi tujuh langkah yaitu (1) potensi dan masalah (2) pengumpulan data (3) desain produk (4) validasi desain dan (5) revisi desain (6) uji coba produk (7) Revisi Produk. Alat Peraga Papan Perkalian ini dikembangkan berdasarkan ciri-ciri yang dikembangkan oleh Montessori. Ciri-ciri tersebut, Pertama, yaitu menarik. Hal ini dapat dilihat dari variasi warna pada Papan Perkalian, yaitu judul berwarna hijau; deret penjumlah berwarna merah; deret pengali berwarna biru; warna lingkaran pada Kotak Butiran Perkalian berwarna hijau muda; dan Kotak Hasil berwarna biru. Kedua, yaitu bergradasi. Alat ini memiliki berat yang sesuai dengan siswa lambat belajar dan dapat dilihat pemberian angka dan tanda pada Papan Perkalian. Ketiga, yaitu dapat digunakan untuk belajar (auto-education). Hal ini dapat dilihat dari peningkatan pemahaman siswa setelah menggunakaan Alat Peraga Papan
103
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 104
Perkalian. Keempat, yaitu berguna sebagai pengendali kesalahan (autocorrecation). Hal ini dapat dilihat dari belakang Kartu Soal yang mencantumkan jawaban benar dari soal perkalian yang ada pada permukaan lainnya. Kelima, yaitu kontekstual. Hali ini dapat ditunjukan dari bahan Alat Peraga Papan Perkalian yang mudah didapat di lingkungan sekitar dan siswa mengenal bahan-bahan tersebut. 2. Alat peraga Matematika Papan Perkalian untuk siswa dengan Lambat Belajar Kelas III di SD Muhammadiyah Sagan Yogyakarta yang menggunakan ciriciri Montessori terbukti memiliki kualitas baik. Hal ini ditandai dengan adanya peningkatan pemahaman konsep dan penyelesaian soal perkalian yang signifikan oleh siswa lambat belajar kelas III. Kualitas alat peraga papan perkalian dan album penggunaan papan perkalian didapat berdasarkan validasi dari tiga validator. Tiga validator tersebut yaitu ahli Psikolog anak, ahli Matematika dan Guru kelas III
dengan klasifikasi penilaian
mengguanakan empat skala. Perolehan hasil validasi alat peraga papan perkalian dari validator memperoleh skor rata-rata 3,6 katagori “sangat baik” atau dengan kata lain Papan Perkalian ini layak untuk digunakan siswa lambat belajar. Penggunaan Album Alat Peraga Papan Perkalian juga terbukti dapat membantu siswa lambat belajar dalam memahami bagian-bagain yang terdapat pada Papan Perkalian dan komponen alat peraga lainnya. Kualitas terdapat pada album penggunaan alat peraga papan perkalian dapat terlihat dari penlilaian tiga validator yang memperoleh rata-rata 3,75 atau dalam kategori sangat baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 105
5.2
Keterbatasaan Penelitian Prototipe alat peraga papan perkalian yang dikembangkan mempunyai
keterbatasan yaitu pada saat pengumpulan data, tidak terdapat hasil tes psikolog anak yang membuktikan bahwa siswa tersebut termasuk ke dalam siswa lambat belajar. 5.3
Saran Saran dari peneliti untuk penelitian yang akan mengembangkan alat peraga
pembelajaran sebaiknya adalah pada pengumpulan data, sebaiknya dilengkapi dengan hasil tes Psikolog anak yang membuktikan bahwa anak tersebut termasuk ke dalam anak lambat belajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 106
DAFTAR PUSTAKA
Ananti, Patricia Risma (2014). Pengembangan Alat Peraga Matematika untuk Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan Berbasis Metode Montessori. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidika Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma. Diakses pada tanggal 22 April 2017 dari https://repository.usd.ac.id/6053/2/121134071_full.pdf Arikunto, S. 2013. Dasar-dasar evaluasi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Aunurrahman. (2011). Belajar dan pembelajaran. Bandung:Alfabet. Desiningrum,
Dinie
Ratri.
2016.
Piskologis
anak
berkebutuhan
khusus.Yogyakarta:Psikosain. Desminta. 2009. Psikologi Perkembangan anak. Bandung: Remaja Rosdakarya. Dewi, Charla, E. 2015. Pengembangan alat peraga pembelajaran matematika SD materi perkalian dan pembagian berbasis metode Montessori. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma program studi PGSD. Friend, Marilyn dan William D. Bursuck. 2015. INCLUDING STUDENTS WITH SPECIAL NEEDS. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Gunawan, I. 2013. Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Prakti. Malang: bumi Aksara. Hainstock, E. G. 1997. The essential Montessori. USA: Penguin Books. Hamzah, Ali & Muhlisrani. 2014. Perencanaan dan strategi pembelajaran matematika. Jakarta: Rajawali. Izzaty, Rita Eka dkk..2008. Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 107
Jannah & Darmawanti. 2014. Tumbuh Kembang Anak Usia Dini & Deteksi Dini pada Anak Berkebutuhan Khusus. Surabaya: Insight Indonesia. Johnson, E. B. 2010. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo. Kholifah, Ria. 2015. Motivasi belajar seorang slow learner di kelas IV SD Kanisius Pugeran I. Skripsi. Yogyakarta: universitas Negeri Yogyakarta program studi PGSD. Kustandi, Cecep & Bambang Sutjipto. 2011. Media pembelajaran manual digital. Bogor: Ghalia Indonesia. Lillard, A. S. 2005. Montessori: The Science Behind The Genius. New York: Oxford University Press. Margono. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Montessori, M. 2002. The Montessori Method. New York: Frederick A. Stokes Company. Muhestyo, Gatot dkk. 2012. Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Universitas Terbuka. Triani, Nani & Amir. 2013. Pendidikan anak berkebutuhan khusus lamban belajar (slow learner). Jakarta Timur: PT. Luxima Metro Media. Prastiwi, Vincentia .O .R. 2016. Pengembangan Alat Peraga Pembelajaran Matematika untuk Siswa kelas III SD materi perkalian berbasis metode montessori. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma program studi PGSD. Prastowo, A. (2015). Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tematik terpadu implementasi Kurikulum 2013 untuk Sd/MI. Jakarta: Prenada Media Group.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 108
Runtukahu, Tombokan & selpius kondou. 2014. Pembelajaran matematika bagi anak berkesulitan belajar. Yogyakarta:Ar-Ruzz Media. Sastradiradja, J. T. 2014. Media dan Alat peraga pembelajaran. Jakarta: Indeks Setiawan, Ningrum. 2013. Menggagas pendidikan bermakna bagi anak yang lambat belajar (slow learner). Yogyakarta:Grup Relasi Inti Media, anggota IKAPI. Simanjuntak, L, dkk. 1993. Metode mengajar matematika (Jilid 1). Jakarta:PT Rineka Cipta. Soesilowati. 2011. Perkalian itu asik dan menyenakan. Jakarta: PT Grmedia Pustaka Utama. Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuntitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sundayana, H. Rostina. 2015. Media dan Alat peraga dalam pembelajaran Matematika. Bandung: Alfabeta. Supriadi, D. 2013. Matrik: menjadikan matemtaika lebih mudah dan menyenakan. Bandung:Nuansa. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi keempat. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa edisi keempat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Thompson, Jenny. 2010. Memahami anak berkebutuhan khusus. Jakarta:Erlangga. Widoyok, S.E. 2009. Evaluasi Program Pembelajaran:Panduan Praktis bagi Pendidik dan Calon Pendidik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 109
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 110
LAMPIRAN 1
Surat Izin Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 111
LAMPIRAN 2
Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 112
LAMPIRAN 3
Garis besar pertanyaan wawancara Potensi dan Masalah 3.1 Garis besar wawancara kepada Kepala Sekolah No 1 2 3
Garis besar pertanyaan Apa saja jenis-jenis anak berkebutuhan khusus yang ada di SD Muhammadiyah Sagan? Apakah ada Siswa berkebutuhan khusus yang mengalami hambatan dalam pembelajaran? Adakah Penggunaan alat peraga saat pembelajaran untuk siswa berkebutuhan khusus?
3.2 Garis besar wawancara pertama kepada Guru kelas III
No 1 2 3
Garis besar pertanyaan Apakah ada siswa lambat belajar di dalam kelas III? Bagaimana karakteristik siswa lambat belajar saat di dalam kelas III? Apa saja masalah yang dihadapi siswa lambat belajar di kelas III?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 113
LAMPIRAN 4
Garis besar pertanyaan wawancara Pengumpulan Data
4.1 Garis besar wawancara kedua kepada Guru kelas III
No 1 2 3 4 5
Garis besar pertanyaan Apa saja karakteristik siswa lambat belajar yang menojol ketika saat didalam kelas? Materi apa yang paling sulit dipahami siswa lambat belajar pada saat pembelajaran Matematika? Bagaimana cara mengatasi masalah siswa lambat belajar pada materi tersebut? Apakah ada ketersediaan alat peraga Matematika di kelas III? Bagaimana latar Belakang Siswa lambat belajar?
4.2 Garis Besar wawancara kepada dua siswa lambat belajar kelas III
No 1 2 3
Garis besar pertanyaan Siapa nama siswa lambat belajar kelas III? Apa saja pembelajaran yang kamu suka maupun yang tidak kamu sukai? Materi apa yang paling sulit diajarkan pada pelajara Matematika?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 114
LAMPIRAN 5
Pedoman Observasi 5.1
Rambu-rambu pengamatan terhadap anak lambat belajar di kelas III. No Rambu-rambu pengamatan 1 2
Mengamati tingkah laku siswa lambat pada saat pembelajaran berlangsung di kelas III Kesesuian teori tentang karakteristik siswa lambat belajar dengan kenyataan yang ada di lapangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 115
LAMPIRAN 6
Kisi-Kisi Penilaian Validasi Prototipe Alat Peraga Dan Album Pengguanaan Alat Peraga
6.1 Kisi-kisi Kuesioner Validasi Alat peraga
Indikator Auto-education 3.
Autocorecation
4. 3. 4.
Menarik
3. 4.
Bergaradasi
4. 5.
Kontekstual
Nomor Item Membantu siswa dalam memahami 1,2 dan 8 konsep matematika Siswa belajar secara mandiri Membantu siswa dalam menemukan 3,6 dan 7 kesalahan sendiri Membantu siswa dalam menemukan jawaban yang benar Memiliki warna yang menarik siswa 4,5,11,12,1 Untuk menarik minat siswa untuk 4 dan 15 belajar Memiliki berat yang sesuai dengan 13, 16, dan siswa 17 Memiliki gradasi rangsangan rasional dengan melibatkan beberapa indera Memiliki gradasi umur Memanfaatkan benda dari lingkungan 9 dan 10 sekitar Dapat diproduksi oleh masyarakat sekitar Deskripsi
6. 3. 4.
6.2 Kisi-kisi Kuesioner Validasi Album Penggunaan Alat peraga
Indikator Auto-education
3.
4.
Menarik
Nomor Item Membantu siswa dalam 1,8,9,10,11 memahami cara penggunaan alat dan 12 peraga Bahasa yang digunakan dapat membantu siswa dalam menggunakan alat peraga Memiliki warna yang menarik 4,5,6 dan 7 siswa Menarik minat siswa untuk Deskripsi
3. 4.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 116
kontekstual
mempelajari cara penggunaan alat peraga 3. Memanfaatkan benda dari 2 dan 3 lingkungan sekitar 4. Dapat diproduksi oleh masyarakat sekitar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 117
LAMPIRAN 7
7.1 Hasli validasi kelayakan alat peraga papan perkalian oleh Ahli Psikolog Anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 118
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 119
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 120
LAMPIRAN 8 8.1 Hasli validasi kelayakan alat peraga papan perkalian oleh Ahli Matematika.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 121
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 122
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 123
8.2
Hasli validasi kelayakan alat peraga papan perkalian oleh Ahli Matematika setelah Revisi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 124
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 125
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 126
LAMPIRAN 9 9.1 Hasli validasi kelayakan alat peraga papan perkalian oleh Guru kelas III
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 127
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 128
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 129
LAMPIRAN 10
10.1 Hasli validasi kelayakan Album penggunaan alat peraga papan perkalian oleh Ahli Psikolog Anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 130
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 131
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 132
10.2 Hasli validasi kelayakan Album penggunaan alat peraga papan perkalian oleh Ahli Psikolog Anak setelah revisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 133
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 134
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 135
LAMPIRAN 11
11.1 Hasli validasi kelayakan Album penggunaan alat peraga papan perkalian oleh Ahli Matematika.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 136
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 137
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 138
11.2 Hasli validasi kelayakan Album penggunaan alat peraga papan perkalian oleh Ahli Matematika setelah Revisi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 139
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 140
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 141
LAMPIRAN 12
Hasli validasi kelayakan Album penggunaan alat peraga papan perkalian oleh Guru Kelas III
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 142
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 143
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 144
LAMPIRAN 13
Album penggunaan alat peraga papan perkalian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 145
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 146
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 147
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 148
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 149
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 150
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 151
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 152
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 153
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 154
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 155
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 156
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 157
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 158
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 159
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 160
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 161
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 162
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 163
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 164
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 165
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 166
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 167
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 168
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 169
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 170
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 171
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 172
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 173
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 174
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 175
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 176
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 177
LAMPIRAN 14 Foto Uji Coba
Gambar 14.1 Latihan sebelum menggunakan alat peraga papan perkalian
Gambar 14.2 Saat menjelaskan alat peraga pada siswa
Gambar 14.3 Saat siswa mengerjakan soal
Gambar 14.4 Saat siswa menghitung
dengan menggunakan papan perkalian
kotak butiran perkalian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 178
Gambar 14.5 Saat mengerjakan soal perkalian
Gambar 14.7 Saat mencatat jawaban
Gambar 14.6 Menghitung kotak
Gambar 14.8 Saat mengerjakan soal
Gambar 14.9 Antusias mengerjakan soal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 179
Gambar 14.10 Hasil kerja Bunga
Gambar 14.11 Hasil kerja Roso
sebelum menggunakan alat peraga
sebelum menggunakan alat peraga
Gambar 14.12 Hasil kerja Bunga
Gambar 14.13 Hasil kerja Roso
dengan menggunakan alat peraga
dengan menggunakan alat peraga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 180
Gambar 14.14 Hasil kerja Bunga
Gambar 14.15 Hasil kerja Roso
setelah menggunakan alat peraga
setelah menggunakan alat peraga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 181
CURRICULUM VITAE Witanti wiyantari, lahir di Tanjung enim, 18 November 1995 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara, putri pasangan Bapak Dwi heryanto dan Ibu Surnia Adha. Peneliti, menempuh pendidikan formal di SD Negeri 12 Lawang kidul pada tahun 2007, SMP Negeri 2 Lawang Kidul pada tahun 2010, dan SMA Negeri 1 Lawang kidul pada tahun 2013, peneliti melanjutkan studi S1 di program studi pendidikan guru sekolah dasar (PGSD) Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Sampai dengan penulisan skripsi ini peneliti masih terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Daaar di Universitas Sanata Dharma. Masa pendidikan di Universitas Sanata Dharma diakhiri dengan menuliskan skripsi sebagai tugas akhir dengan judul “Pengembangan alat peraga matematika materi perkalian untuk siswa dengan lambat belajar di SD Muhammadiyah Sagan Yogyakarta”.