Pengemasan Benda Cagar Budaya sebagai Aset Pariwisata di Papua Klementin Fairyo, Balai Arkeologi Jayapura
Abstrak The packaging of archaeological remains is the way to advantage archaeological remains as tourism object. There is a large amount of archaeological remains in Papua that very potential for tourism, so that the archaeological remains need to package in to an interesting offer such as leaflet, pamphlet and need to publish to mass media. So the public know how to attitude towards archaeological remains. Key words: Archaeological remains, publication, tourism
PENDAHULUAN Sektor pariwisata merupakan salah satu andalan sumber pemasok devisa negara. Dalam kaitan itu sistem pelayanan pariwisata hams di tingkatkan, selain jaringan transportasi, akomodasi dan keamanan, asset pariwisata yang cukup penting adalah objek wisata. Objek wisata tidak terlepas dari benda eagar budaya yang merupakan daya tarik bagi wisatawan, terutama wisatawan mancanegara untuk mengenali peradaban suatu bangsa di masa lalu. Sumber-sumber yang menjadi tujuan wisata itu antara lain: l.Sumber-sumber yang bersifat alamiah (natural resources) seperti keadaan lingkungan alam, flora , fauna, danau, sungai, laut, gua, tebing dan sebagainya. 2.0bjek wisata yang bersifat manusiawi (human resources) seperti tarian, sandiwara/drama, upacara penguburan mayat, upacara perkawinan dan sebagainya. 3.0bjek wisata yang bersumber dari buatan manusia (man made resources) misalnya sisa-sisa kebudayan masa lampau misalnya, monumen bersejarah, rumah ibadah, kubur dan sebagainya. (Yoeti, 2004; 316) Di Papua memiliki semua objek wisata yang dimaksud tadi, baik objek wisata yang bersifat alamiah, manusiawi maupun buatan manusia pada masa lalu. Secara khusus yang menjadi perhatian dalam tulisan ini adalah benda eagar budaya di Papua yang merupakan sisa-sisa kebudayaan manusia pada masa lalu dan meninggalkan sejumlah jejak yang kelak menjadi objek wisata man made resources. Jejak-jejak yang ditinggalkan dapat terlihat dari benda-benda peninggalan yaitu, artefak, ekofak, fitur dan situs. Artefak merupakan benda/bahan alam yang dibuat oleh manusia misalnya, kapak batu, kayu dan sebagainya. Ekofak adalah benda-benda dari unsur alam yang berperan dalam kehidupan masyarakat masa lalu seperti, tanah, air, udara serta lingkungan biota seperti manusia, hewan, tumbuhtumbuhan atau sisa-sisa manusia purba, hewan purba serta fosil tumbuh-tumbuhan
Papua Vol. 1 No. 1/ Juni 2009
39
-·---·--·------··--·--------- -
-·---··- - - - - - ,
Klementin Fairyo, Pengemasan Benda Cagar Budaya sebagai Aset Pariwisata di Papua
yang hid up pada masa lalu. sementara itu fitur diartikan sebagai benda buatan manusia yang tidak dapat dipindahkan tanpa merusak bentuk, tempat dan kedudukannya misalnya, bekas penguburan. lantai tanah, lubang bekas tiang dan sebagainya. situs adalah tempat kegiatan masyarakat masa lalu. Di situs ini terdapat benda-benda peninggalan yang dapat merupakan gabungan dari artefak, ekofak dan fitur. Situs mempunyai peranan penting, sebab suatu situs arkeologi yang berisi benda eagar budaya merupakan jejak-jejak dari perkembangan kebudayaan masa lalu yang penuh dengan makna (Yoeti, 2004; 319) Sejauh ini benda eagar budaya di Papua belum mendapat perhatian penuh karena kurangnya kesadaran baik dari pemerintah daerah, maupun masyarakat dalam menjaga dan mempertahankan benda-benda peninggalan masa lalu serta kurangnya kesadaran masyarakat atau masih tertutup dalam memberikan informasi tentang peninggalan nenek moyang mereka karena terikat pada aturan dan adat i tiadat yang berlaku dalam kehidupan masyarakat pemilik benda-benda peninggalan tersebut. Namun demikian hal ini bukanlah menjadi kendala mengingat benda eagar budaya yang ada di seluruh pelosok tanah Papua merupakan aset pariwisata, maka setiap warga masyarakat maupun insan pariwisata harus diberi wawasan tentang pentingnya suatu pelestarian dari benda eagar budaya. I. BEBERAPA OBYEK WISATA ARKEOLOGI PAPUA l.Benda-benda Prasejarah
Benda-benda prasejarah yang ditemukan di Papua antara lain, lukisan di dinding gua dan eelah-eelah tebing di pinggir laut, lukisan ini bermotif manusia, temp elan tapak tangan dan tapak kaki, bermotif ikan, atau biawak,yang memberi gambaran tentang suatu sirkulasi kehidupan yang sangat purba. Semua lukisan ini dapat ditemukan karena tersebar di Papua yaitu Kabupaten Fak-Fak, Teluk Berau, Kabupaten Kaimana, Kabupaten Manokwari, Kabupaten Teluk Wondama, Kabupaten Jayawijaya, Teluk Cenderawasih, Pulau Roon, Pulau Muamuran dan di Kabupaten Biak Numfor. 2. Benda-benda Sejarah
Benda-benda sejarah yang ditemukan antara lain, masjid tertua di Fak-fak, Gereja pertama di Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari yang dibangun pada tahun 1855, Benteng Fort du bus yang pertama kali di bangun oleh pemerintah Belanda di Teluk Triton Kabupaten Fak-Fak pada tahun 1828, rumah-rumah peninggalan Perang Dunia ke II dan rumah peninggalan kolonial yang semuanya masih ada dan tersebar di seluruh Papua. Semua temuan benda-benda eagar budaya yang disebutkan ini sesungguhnya mewakili dari sebagian besar benda eagar budaya 1ainnya yang tidak disebutkan pada tulisan ini.
40
Papua Vol. 1 No. 1/ Juni 2009
Klementin Fairyo, Pengemasan Benda Cagar Budaya sebagai Aset Pariwisata di Papua
II. PENGEMASAN OBYEK ARKEOLOGI
Benda eagar budaya yang dimaksud diatas hanyalah merupakan bendabenda yang tidak dapat 'berbieara apa-apa'. Hal seperti ini tentu tidak dapat memberi daya tarik apapun bagi para wisatawan. Benda eagar budaya barn dapat berdaya guna tinggi bagi pariwisata apabila dikemas dengan baik. Misalnya benda eagar budaya tersebut berbentuk fitur (feature), bangunan bersejarah, atau bangunan peribadatan agar dapat dikunjungi oleh wisatawan kiranya hams diberi informasi yang eukup tentang lokasi bangunan tersebut. Peta serta papan nama penunjukjalan kearah lokasi sangat berguna bagi wisatawan yang ingin berkunjung ke situs tersebut. Disamping itu tidak kalah pentingnya, pengemasan benda eagar budaya juga dapat dilakukan dengan memberi makna pada benda-benda tersebut dalam bentuk kisah yang menarik dan misterius. Untuk menjelaskan hal ini dibutuhkan seorang pemandu yang hams bisa 'membawa' para wisatawan ke peradaban masa lalu. Keseluruhan benda-benda hasil kebudayaan masa lalu menurut undang-undang RI No.5 tahun 1992 disebut sebagai benda eagar budaya yang definisinya adalah benda buatan manusia dan alam yang umumya sekurang-kurangnya 50 tahun, dan mewakili masa gaya yang khas dan bernilai penting bagi sejarah ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Pada hakekatnya seluruh benda arkeologi tidak temilai harganya, sebab hanya sekali saja dibuat pada suatu peristiwa di masa lalu serta memiliki sifat tidak dapat diulang. Itulah sebabnya benda-benda eagar budaya hams dilestarikan sehingga dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan. Benda eagar budaya dimanfaatkan dalam tiga segi yaitu; nilai ideologis, nilai akademis, dan nilai ekonomis. l.Nilai ideologis, yaitu hasil-hasil penelitian mengenai benda-benda yang berasal dari kebudayaan masa lalu yang beraneka ragam dapat memperkuat jati diri dan harkat sebagai bangsa . 2. Nilai akademis yaitu, berbagai kegiatan penelitian mengenai benda-benda yang berasal dari masa lalu juga dapat mengakibatkan majunya ilmu pengetahuan, terutama ilmu arkeologi. . 3. Nilai ekonomis yaitu, benda eagar budaya dapat dimanfaatkan sebagai sumber pariwisata Benda eagar budaya Papua sangat besar nilainya, baik dari segi ideologis, akademis dan ekonomis. Hal ini ditunjukkan oleh adanya peninggalan-peninggalan budaya masa lalu dari masa prasejarah dimana masyarakat belum mengenal tulisan, hingga masa sejarah atau masa dimana masyarakat sudah mengenal tulisan. Terbukti dengan adanya tradisi prasejarah yang masih berlaku dalam kehidupan orang Papua. Benda eagar budaya yang ada dan melalui hasil penelitian di Papua perlu dikembangkan. Dalam pengembangan perlu melalui studi kelayakan tentang kondisi dan kelayakan benda, situs dan lingkungannya agar keaslian nilai sejarah dan ilmu pengetahuan serta kebudayaan dapat dipertahankan.
Papua Vol. 1 No.1/ Juni 2009
41
Dalam mempertahankan nilai Benda eagar budaya perlu mendapat perhatian khusus dengan menjaga, melestarikan serta semua situs benda eagar budaya yang sudah melalui studi kelayakan haruslah dikemas dalam bentuk sajian yang menarik, penuh pesona dalam bentuk leaflet I brosur, dan dipromosikan lewat media eetak maupun elektronik yang memuat apa yang dilarang, apa yang seharusnya dilakukan dan bagaimana seharusnya bertingkah laku terhadap objek wisata yang akan dilihat. Semua ini sudah tentu memberikan daya tarik bagi wisatawan menjadi berkembang, seakan-akan wisatawan itu dapat mengenal, menyaru dan berada pada kebudayaan orang Papua di masa lalu yang penuh dengan makna. PE:'\L"Tl.TP Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dijelaskan tentang berbagai makna dari benda eagar budaya yang ada di Papua sebagai asset pariwisata yang didalamnya terkandung nilai ideologis, nilai akademis dan nilai ekonornis. Semua be da eagar budaya pada dasamya merupakan jejak-jejak dari perkembangan ebudayaan masa lalu yang penuh dengan makna. Untuk itu perlu pengelolaan, pemelibaraan dan pemanfaatan. Diharapkan dengan adanya sisa-sisa kebudayaan masa lampau tersebut dapat dikemas dalam bentuk sajian yang menarik dan penuh pesona untuk dapat memberikan daya tarik bagi wisatawan, sekaligus dapat meningkatkan pendapatan daerah melalui sektor pariwisata.
42
Papua Vol. 1 No. 1/ Juni 2009
Klementin Fairyo, Pengemasan Benda Cagar Budaya sebagai Aset Pariwisata di Papua
DAFTAR PUSTAKA Flassy, Don A.L. 1983. Aspek dan Prospek Seni Budaya Irian Jaya. Jakarta: Bintang Mas. Koentjaraningrat. 1992. Irian Jaya Membangun Masyarakat Majemuk. Jakarta: Djambatan. Sukendar, Haris. 2007. Jejak-jejak Arkeologi. Balai Arkeologi Manado. Tim Peneliti, 2000. Laporan penelitian Arkeologi Islam di Fak-Fak. Balai Arkeologi Jayapura. _ _ , 2000. Survei Prasejarah di Biak Barat dan Biak Kota. Balai Arkeologi Jayapura. Yoety, H.Oka dkk. 2004. Pariwisata Budaya, Masa/ah dan Solusinya. Jakarta: PT Pradnya Pararnitha.
Papua Vol. 1 No. 1/ Juni 2009
43