ISBN: 978-602-98600-0-9
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL
PENGELOLAAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN RAMAH LINGKUNGAN PURWOKERTO, 10-11 NOVEMBER 2010
Penyunting: Prof. Ir. Loekas Soesanto, M.S. PhD
Endang Mugiastuti, S.P., M.P. Ruth Feti Rahayuniati, S.P., M.P. Ir. Abdul Manan, M.P.
Diselenggarakan oleh: Perhimpunan Fitopatologi Indonesia Komda Purwokerto Perhimpunan Entomologi Indonesia Komda Purwokerto Jurusan Hama PenyakltTumbuhai. ^niversltas Jenderal Soedirman
Jurusan Hama Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertaiiian Universitas Jenderal Soedirman
JI. Dr. Suparno, Karangwangkal, Purwokerto TIp./Faks: 0281-638791
DAFTARISI
Halaman
PRAKATA
PEMBICARA UTAMA
Kebijakan Pengelolaan OPT dalam Pembangunan Pertanian di Indonesia
2
Oleh: I Nyoman Widiarta
Konsep PHT Area - Wide Berbasls Bio-Control
7
Oleh: Achmad Nasroh Kuswadi
Pengimbasan Ketabanan: Strategi Cerdas PengendaUan Penyakit dan
17
Hama Tanaman
01eh:Loekas Soesanto
26
Teknologl PertanianRamah Lingkungan dari Bayer Oleh Kukuh Ambar Waluyo
PENGELOLAAN PENYAKIT TANAMAN
Seleksi Isolat Bakteri Endofit Indigenus untuk Mengendalikan Penyakit Hawar Daun Bakteri pada Bawang Merah (Xanthomonas axonopodis pv
32
allii)
Oleh: Zurai Resti, Trimurti Habazar, Deddi Prima Putra, Nasrun
43
Pengimbasan Ketabanan Tanaman Bawang Merah dengan Bakteri Rizoplan Indigenus Terhadap Penyakit Hawar Daun Bakteri
{Xanthomonas axonopodis pvallii)
Oleh: YulmiraVanti dan Zurai Resti
Peran Mikroba Antagonis dan Ekstrak Akar Tanaman Non-Inang
53
Oleh: M. Ace Suhendar
f,\
Terhadap Pertumbuhan Ralstonia solanacearum
„ ^
Pencntuan Patottpe Xanthomonas oiyzae pv. oryzae Pada Tanaman Padi „ . . . • d
Oleh: Hem AdiDjatmiko dan BudiProkoso
c-i
Ketabanan Beberapa Genotip Padi Gogo Terhadap Pyriculana gnses Ras
67
173
Oleh; Budi Prokoso, Endang Mugiastuti, Woro Sri Suharti
Uii Kemampuan Antibiosis Trichoderma spp. Dalam Menekan Pembentukan dan ViabiUtas Sklerotia
71
rolfsu
OleH* Aris Mumpuni dan Endang Sri Purwati
^
Pengimbasan Ketabanan Tanaman Tomat Terhadap Penyakit Layn Fusarium dengan Kulit Telur
Oleh- Evan Pumama Ramdan, Loekas Soesanto, Kustantin^ .
.
Pupuk hayati Mikoriza-B
Si^ty Ro'kLinarsi. Begananda. Nur Prihatiningsih
78 86
9
Viral Protein 3 (VPS) Yang Disandi Genom Segmen 3 Mycoreovirus 1
93
Adalah Enzim Capping
Oieh: Supyani, Bradley1. Hillman, danNobuhiro Suzuki 10 Pemanfaatan Pseudomonasfluorescens P60 dalam Formula Cair Organik untuk Mengendalikan Penyakit Layu Bakteri pada Tanaman Tomat Oieh: EndangMugiastuti, Loekas Soesanto, Ruth Feti Rahayuniati
11
Kajian Kompatibilitas Empat Jenis Minyak Atsiri sebagaiBahan Baku
99
106
Pestisida Nabati Terhadap Bakteri Bukan Sasaran Oieh: Wore Sri Suharti, Heru Adi Djatmiko, Herminanto
12 Potensi Biopestisida Berbasis Pseudomonasfluorescens dalam Formula Pupuk Kandang untuk Mengendalikan Penyakit Layu Bakteri Pada
111
Tanaman Tomat
Oieh: Ruth Feti Rahayunaiti, Endang Mugiastuti, Loekas Soesanto
13 Penggunaan Kompos Bioaktif untukMeningkatkan Ketahanan Padi Gogo
118
Terhadap Penyakit Bias
Oieh: Bonny PW Soekamo, Suryo Wiyono, SigidHandoko
14 Aplikasi Konsorsium Bakteri untuk Mengendalikan Beberapa Penyakit
125
Padi Pada Budidaya SRI
Oieh: Y. Suryadi, DN Susilowati, A. Akhdiya, T.S. Kadir, Baskoro 15 Biobakterisida Berbasis Bacillus sp. B46 dan Streptomyces sp. S4 untuk Menekan Perkembangan Penyakit Lincat pada Tembakau Temanggung Oieh: Nur Prihatiningsih, Heru Adi Djatmiko, Herminanto
131
16 Aplikasi Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA) Campuran utnuk
138
Menenkan Penyakit Layu Pada Tanaman Tomat Oieh: Arif Y.B., Pumomowati, Uki Dwiputranto 17 Efektivitas Ekstrak Daun Pahitan {Tithonia dhersifolia Grey) dan Boraks
145
UntukPengendalian Akar Gada Kubis Pada Lahan Terkontaminasi Berat Oieh: Hadiwiyono, Sholahuddin, Triana Rahmani
18 Pengaruh Empat Jenis Minyak Atsiri Terhadap Pertumbuhan Jamur
151
Berguna
Oieh: Woro Sri Suharti, Heru Adhi Djatmiko, Herminanto
19 Tingkat Pemahaman Petani Terhadap Teknik Aplikasi Pestisida dalam Pengendalian OPT Ramah Lingkungan
156
Oieh: Muljo Wachjadi
20 Rotasi Padidan Aplikasi Trichoderma Untuk Mengendalikan Akar Gada
162
pada Kubis
Oieh: Salim Widono, Hadiwiyono, Junjung Normawan
21 Kajian Daya Hambat Biofungisida Terhadap Uromycladium nobile
168
Oieh- Darini Sri Utami, Kustantinah, Endang Mugiastuti, Ati Krisnawati 22 Effect ofPhosphate Solubilization Microorganism (PSM) and Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) on Yiels and Yield Component
174
Penyebab penyakit karat dan Puru Albasia oiSoyheans {Glycinemax)
Oieh : Sarjiya Antonius, Dwi Agustyani, Entis Sutisna, dan Koswara
23 Study on Soil Enzymatic Activities and Soil Microbial Population of
181
Different Plantations in Lampung
Oleh: Sarjiya Antonius, Dwi Agustyani, Entis Sutisna, dan Koswara PENGELOLAAN KAMA TANAMAN
1
Pemakaian Insektisida oleh Petani Padi Sebagai Upaya Mendukung
188
Pengelola'an HamayangTamah Lingkungan Oleh: Sudjarwo dan Herminanto
2
Autodeseminasi Entomopatogen dalam Pengendalian Serangga Hama:
195
Konsep, Pelaksanaan dan Hambatan Oleh: Rostaman
^
oaa
3 Tanggapan Serangga Pencucuk-Pengisap Terhadap Tanaman Cabai Yang
200
Diberi Kompos Gulma Siap{Chromolaena odorata)
4
Oleh: Eko Apriliyanto, Nugroho Susetya Putra, Benito Hem Purwanto Potensi Ammonium Cooper Boron Untuk Pengendalian Hama Perusak
Polong Helicoverpa armigera Hubn. (Lepidoptera; Noctuidae) dan Pengaruhnya Terhadap Parasitoid Trichogrammatoidea spp. Pada
205
Tnaman Kedelai
Oleh: DoddinKoswanudin, I Made Samudera
^
5 Analisis Feromon Seks Ulat Grayak, Spodoptera Utura F. Populasi Bogor
213
(Indonesia), pada Berhagai 'Tingkat umur dan pemanfaatannya untuk pengendalian
Oleh: I Made Samudera,, Rafika Yuniawati, dan Rudiyanto
6
Parasitasi Parasitoid Anagrus dan Oligosita terhadap Telur Wereng
220
Batang Coklat pada Aplikasi Miselia Jamur Ptogen Hirsutila citnformis
Spear
Oleh: T.P. Priyono dan I Made Samudera
^
^ u j
oo7
7 Ekstrak Rimpang Jeringau (Acorus calamus): Penaruhnya terhadap Indeks NutrisiLarva Heliothis armigera, Oleh- Trisnowati Budi Ambamingmm
.
.„
Berbasis Sumberdaya Lokat
j
u
8 Nano Biopestisida: Keniscayaan dan Inisial Inveshgas. Pengembangannya Oleh- Haris Syahbuddin, Hermawati Cahyaningrum, dan Husnain
9 prranan ParLitoid Telur dalam Pengendalian Hama Penggerek Batang PadiKuning di Kabupaten Banyumas Oleh* Endang Warih Minami, Nurtiati, Kartmi
10
rr u a
u
Kemempanfn Kombinasl Asap Calr dan Maja-Gadung Terhadap Hama
234 241
252
Kutu Aphis craccivora Koch.
11
12
Daya Pridarorfungan Tetranychus sp. (Acari: Tetranychidae) Cocclnellid,
KltempaJarSla Terhadap Hama Walang Sangit Oleh: Mujiono, Wiyantono, Ika Apnhta San
dan Pupuk OrganikCalr
269
13 Perkembagnan dan Potensi Merusak Hama Kumbang Bubuk {Sitophilus oryzae L.) Pada Berbagai Kadar Air Biji Gandum (Triiichum aestivum) Oleh. Agus Suyanto, Achmad Munadjat 14 Eksistensi Hama Tanaman Stroberl di Wilayah Kabupaten Purbalingga Oleh: Herminanto, Sudjarwo 15 Pengekstrakan dan Deteksi Senyawa Metabolik Sekunder Golongan Terpena dari Kulit Kayu, Daun, dan Biji Tanaman Nimba {Azadirachta
111
283
292
indica A. Juss)
16
Oleh: Slamet Priyanto . Peranan Fortifikasi Asap Cair Pada Pupuk Organik Cair Untuk Tanah
Dalam Mengendalikan Hama Utama Padi Gogo dan Meningkatkan Produksi Padi Gogo Aromatik Oleh: Taijoko, Mujiono, R. Wiji Utami, N. Soleha 17 Potensi Ammonium Cuper Boron Untuk Pengendalian Hama Ulat Grayak
297
308
Spodoptera litura Fab. (Lepideoptera; Noctuidae) Dan Pengaruhnya Terhadap Parasitoid Snellinius manilae Pada Tanaman Kedelai Oleh: Dodin Koswanudin, Agus Ismanto
18 Kajian Awal PengendalianHama Tupai Pada Perkebunan KelapaSawit
316
di Kalimantan Selatan
Oleh: Imam Sumarto, Turiadi,
19 Potensi Parasitoid Leefamansia bicolor (Hymenoptera; Encyrtidae) Untuk
325
Mengendalika Hama Kelapa Sexava nubilla (Orthoptera; Tettygonidae) di Kabupaten Kepulauan Talaud Oleh: M.F. Dien
20 Kajian Efektifltas Atraktan Ekstrak Selasih Hasil Sulingan dariBeberapa Cara Pemupukan Yang Dikombinasikan Dengan Minyak Pelarut Terhadap Daya PikatLalat Buah Mangga
335
Oleh: Luki Rosmahani, Sugiono, A1 Gamal Pratomo PENGELOLAAN GULMA TANAMAN
1 Pengaruh Kerapatan Gulma Platikan (Spigella anthelmia L) Terhadap Intensitas Antraknosa Dua Genotipe Cabai Merah Oleh: Gayuh Prasetyo Budi
2 Kajian KehUangan HasU Kedelai pada Jumlah Awal Teki dan Kadar Air Tanah Yang Berbeda Oleh: Purwanto, Trijoko Agustono
343
348
3 Komposisi Gulma dan Hubungannya dengan HasU Emapt Varietas Padi pada Pertanian dan Konvensional,v>r • t i. Oleh: Sistem Purwanto, Tohari, Organik Djaffar Shiddieq
354
4
365
Pengaruh Gulma di Sekitar Tanaman Behmbing Mams Terhadap Populasi Fopius sp. (Hymenoptera: Braconidae) Parasitoid Lalat Buah Bractocera carambolae Drw& Hancoct (Diptera: Tephritidae) Oleh: S. Karindah, R.D. Puspitarini, O. Pumaman
Seminar Nasional PengehlaanOPT Ramah Lingkungan
Daya Mangsa Stethorus sp. (Coleoptera: Coccinellidae) dan Coccinelid, Predator Tuangu Tetranychus sp. (Acari: Tetranychidae)
Retno Dyah Puspitarini,Sri Karindah, dan Natalia Prima Rahardita Fakultas Pertanian, UniversitasBrawijaya Jl. Veteran Malang, e-mail:
[email protected]
Abstract
This research was carried out to know prey capacity and the effect ofpreying time to
Stethorus sp. and coccinellid imago in various Tetranychus sp. phytophagous mite prey
phases. Each experiment was repeated 10 times. Observation was donefor five days. Data were analyzed by T-test at 5% and variant analysis used LSD at 5%. Result ofthe research indicated that the prey capacity ofStethorus sp. imago was higher (5.44 imago, 9.39 nymph
or29.14 eggs ofTetranychus sp. per day) than coccinellid imago (2.82 imago. 4.94 nymph or 20.26 eggs of Tetranychus sp. per day). Female Stethorus sp. imago was more preying Tetranychus sp. (6.78 imago. 8.16 nymph or 27.20 eggs per day) than male one (4.10 imago.
10.62 nymph or 29.14 eggs per day). Stethorus sp. imago (28.17 eggs per day) and
coccinellid imago (20.26 eggs per day) were more preying the eggs than nymph (9.39 and
4.94 per day) and Tetranychus sp. imago (5.44 and 2.82 per day). Both predators were more
active to prey in the night than the noon day.
Key wrods: Prey capacity. Stethorus sp.. coccinellid. Tetranychus sp. Pendahuluan
^
• u
i
•
Tungau iaba-laba atau famili Tetranychidae mempunyai banyak spesies yang berpotensi sebagai hama penting pertanian. Pada beberapa dekade terakhir ini, kerusakan vane disebabkan tungau tetranychid semakin meningkat, saiah satunya adalah akibat aplikasi
nestisida yang tidak bijaksana. Kerusakan tersebut menyebabkan penurunan basil panen pada
Lberapa tanaman, misalnya jeruk. alpukat, buncis kapas apel paar, plum, dan berbaga. tanaman hortikultura lain (Helle dan Sabel.s, 1985). Berdasarkan su^e. yang dilakukan, tetranychid Tetranychus sp. diketahui menyerang tanaman ketela pohon di daerah Malang. TerdaL 59 spesies serangga dan tungau predator yang menjad. musuh a^> tungau tetranychid Salah satu musuh alami yang dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan tungau
1
u
55neqies dari genus Stethorus. Stethorus sp. adalah serangga yang tergolong
f u•
memanesa tetranychid Panonychus ulmi Koch, Teranychus urticae (Hull
TryaSfmeS^^^ predator khusus tungau (Huffaker et«/., 1969). Stethorus
L (Mc.G) semua (Puspitarini, Pa
W
L^f"tigadan empatStethorus sp. dapat seldtarStethorus 8timgau perjam Larva insmr g manesa yang cukupmen^onsumsi baik mi menjadikan sebagai (Hull salah Penelitian tentang daya mangsa predator SterAoms sp. pa^ tungau Je/ranycAur sp.
belum banS dilaporkaS di Indonesia. Dari hasil pengamatan d. area pertanaman ketela 262
Seminar Nasional Pengelolaan OPT Ramah Lingkungan
pohon ditemukan dua spesies predator tungau Tetranychus sp., yaitu Stethorus sp. dan spesies yang belum teridentifikasi dari famili Coccinellidae. Oleh karenanya, perlu dilakukan penelitian guna mengetahui potensi kedua predator tersebut terhadap tungau Tetranychus sp. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui daya mangsa imago Stethorus sp. dan imago coccinelid, serta mengetahui pengaruh waktu memangsa terhadap daya mangsa kedua
predator itu pada berbagai fase mangsa Tetranychus sp. Bahan dan Metode
Tempat dan waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Hama, Sub-Laboratorium Entomologi,
Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang mulai bulan Agustus 2007 sampai bulan Februari 2008. Perbanyakan Massal Tungau Tetranychus sp.
Perbanyakan ini digunakan untuk pakan imago predator Stehorus sp. dan coccinellid.
Imago tungau Tetranychus sp. diperoleh dari tanaman ketela pohon di daerah Malang kemudian dibawa ke laboratorium dan diidentifikasi. Perbanyakan tungau Tetranychus sp.
dilakukan dengan dua cara. Cara pertama dengan membiakkan tungau di arena percobaan,
yaitu pada cawan Petri plastik yang di dalamnya ditempatkan busa. Di atas busa diletakkan selapis kapas. Kapas dan busa dijenuhi dengan air setiap hari untuk menjaga agar tungau tidak keluar dari arena. Selanjutnya, sepotong daun ketela pohon diletakkan di atas kapas.
Luas daun ketela pohon lebih kecil dari luas kapas. Daun ketela pohon diganti 3 hari sekali.
Perbanyakan cara kedua dilakukan dengan membiakkan tungau pada tanaman ketela pohon yang ditanam di polybag. Setelah tanaman berumur 3-4 minggu, diinfestasikan tungau Tetranychus sp. Imago ^tertorHssp. dan Imago CoccinelUd . .. Imago Stethorus sp. dan imago coccinellid diperoleh dan tanaman ketela pohon di daerah Malang '""-go ditempatkan di dalam kantimg plastik. Di laboratorium, kantung Dlastik ini disungkupkan pada daun ketela pohon pada tanaman perbanyakan Tetranychus sp. denean polvbae dan dibiarkan selama 2-3 hari. Hal ini bertujuan agar imago Stethorus sp.
dan imago coccinellid beradaptasi dengan laboratorium sebagai tempat percob^. Kajian Daya Mangsa Imago Stethorus sp. dan Imago Coccinellid pada Berbagai fase
^a^ perJo3"i^''^gS^ 'V'" T'""'"''' n'inTk SP yang digunakan adalah imago jantan dan imago betaa, sedtmgkan imago coccinellid ti^
dibLaL jenis kelaminnya karena sukar inembedak^ya Umur imago yang digunakan dianggap seragam karena imago yang digunakan berasal dan lapang pada h^ ymig sama dan Jill, hari vane sama. Sebelum pengujian dimulai, imago Stethorus sp. dan
fmagl3cinenid dilaparkan selama 24 jam. Mangsa yang digunakan adalah 50 butir telur,
sTekor nimfa, dan 20 ekor imago sp. yang masing-masing ditempatkan secara 30 ekor mm tanoaTetranychus busa di dalam cawan Petn kaca. Pada masmg-masmg
S peS>b3dimasukkan satu ekor imago pr^ator. Pengujian dilalmkan selama 24 j^^ iam betelah Z4 jam,
imago ke dalam percobaan 1^ yang telah s fpredator dipindahkan mmlah yang sama. ^na Pengamatan terhadap banyaknya
ditempadcM mangsa
telur, nimfa, dan
g y ^ n g dimangsa dilakukan setiap hari dengan
mangsa dikurangi jumlah mangsa yang tersisa. Masing-masing
263
Seminar Nasumal Pengelolaan OPT Ramah Un^ungan
Kajian Aktivitas Memanga imago Stethorus sp. dan Imago Coccinelld dengan Berbagai Fase Mangsa Tetranychus sp. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui fase aktif memangsa dari imago Stethorus
sp. dan imago coccinellid. Sebelum pengujian dimulai, imago Stethorus sp. dan imago coccineilid dilaparkan selama 24 jam. Mangsa yang digunakan adalah 25 butir telur, 15 ekor nimfa, dan 10 ekor imago Tetranychus sp. yang masing-masing ditempatkan secara terpisah
pada arena percobaan tanpa busa di dalam cawan Petri kaca. Pada masing-masing arena percobaan dimasukkan satu ekor imago predator. Pengujian dilakukan dengan selang waktu 12 jam sekali, yaitu pada pukul 06.00 WEB dan 18.00 WIB. Setelah 12 jam imago dipindahkan ke dalam arena percobaan lain yang telah diisi mangsa dengan fase dan jumlah yang sama. Pengamatan terhadap banyaknya telur, nimfa, dan imago Tetranychus sp. yang dimangsa dilakukan setiap hari dengan menghitung jumlah awal mangsa dikurangi jumlah mangsa yang tersisa setelah pengujian. Mangsa yang diberikan pada pukul 18.00 WIB
dihitung jumlah yang dimangsa pada pukul 06.00 WIB dan mangsa yang diberikan pada pukul 06.00 WIB akan dihitung jumlah yang dimangsa pada pukul 18.00 WIB. Masingmasing pengujian diulang sebanyak 10 kali dan dilakukan selama 5x 24 jam. Penimbangan Berat Mangsa
Berat mangsa yang diberikan pada imago Stethorus sp. dan coccinellid ditimbang
menggunakan timbangan analitik. Penimbangan ini bertujuan untuk mengetahui rata-rata berat satu ekor imago dan nimfa serta satu butir telur Tetranychus sp. Mangsa yang
ditimbang adalah 30 ekor imago, 30 ekor nimfa dan 50 butir telur Tetranychus sp. Masingmasing mangsa ditempatkan pada daun ketela pohon berukuran 3 cm x 3 cm yang sudah diketahui beratnya. Selanjutnya, mangsa yang berada di atas daun ditimbang dan diulang sebanyak 10 kali dandihitung rata-ratanya. Hasil dan Pembahasan
. ...j
Perbanyakan Massal Imago Stethorus sp. dan Imago Coccmelbd Perbanyakan imago Stethorus sp. dan coccinellid dilakukan dengan menempatkan kedua imago predator pada kantung plastik (v= 1 kg). Kantung plastik yang berisi imago disungkupkan pada daun ketela pohon pada tanaman perbanyakan Tetranychus sp. cara kedua Pada perbanyakan cara ini, imago predator mampu bertahan hidup 5-7 hari. Dari
kedua metode yang dilakukan, cara perbanyakan seperti ini dianggap merupakan cara efektif karena imago predator dapat hidup lebih lama. ^ x n ' ir.i a Daya Mangsa Imago jantan dan betina Stethorus sp. serta Imago CoccinelUd Berbagai Stadium Mangsa Tungau r^tro^cAwssp. nol^^ denganr Hasil uji t menunjukkan bahwa fase mangsa, yaitu imago (p = 0,01) dan nimfa Tetranvchus sp (p =003), berpengaruh nyata terhadap daya mangsa imago jantan dan betina
Stethorus sp. Namun fase telur Tetranychus sp. (p =0,12) tidak berpengaruh nyata terhadap dava manesa imago Jantan dan betina Stethorus sp.
pfda Tabel 1terlihat bahwa jumlah imago dan nimfa Tetranychus sp. yang dimangsa imago betina Stethorus sp. lebih banyak dibandingkan dengan yang dimangsa oleh imago
jantfn Stethorus sp. Banyaknya telur Wcte sp. yang dimangsa .mago betma dan antanSetAoms sp. jumlahnya hampir sama (Tabel 1).
264
Seminar Nasional Pengelolaan OPT Ramah Lingkungan
Tabel 1. Rata-rata jumlah mangsa Tetranychus sp.dari berbagai fase yang dimangsa imago jantan dan betina Stethorus sp. Jumlah Tungau yang Dimangsa Imago
Fase Mangsa
Jantan
Betina
Imago (ekor)
4,10 a
6,78 b
Nimfa (ekor)
8,16 a
10,62 b
27,20 a
29,14 a
13,15
15,51
Telur (butir) Rata-rata
Keterangan: Angka yang diikuti oleh humf yang sama pada bans yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji 15%.
Lebih banyaknya imago betina Stethorus sp. memaiigsa Tetranychus sp. daripada
imago jantan tampaknya karena imago betina Stethorus sp. berukuran tubuh lebih besar daripada imago jantan. Selain ukuran tubuh yang lebih besar, mangsa lebih banyak
digunakan oleh imago betina untuk mempersiapkan reproduksi. Dari penelitian diket^ui
ukuran tubuh predator berpengaruh pada jumlah yang dimangsa. Oleh karena ukuran tubuh
predator betina lebih besar serta kebutuhan nutrisi untuk keperluan pembentukan telur, menyebabkan predator betina memerlukan lebih banyak mangsa (Helle dan Sabelis, 1985). Hasil uji t menunjukkan bahwa semua fase mangsa Tetranychus sp. (p = 0,00)
berpengaruh nyata terhadap daya mangsa Stethorus sp. dan imago coccinellid. Terlihat bahwa imago Stethorus sp. lebih banyak memangsa daripada imago coccinellid (Tabel 2). Hal ini karena ukuran tubuh imago Stethorus sp. lebih besar daripada imago coccinellid sehingga
kebutuhan mangsanya banyak yang digunakan untuk mencukupi nutrisi dan energi. Selain itu, tungau tetranychid adalah mangsa yang sesuai untuk Stethorus sp. Helle dan Sabelis
(1985) menyatakan bahwa Stethorus merupakan genus yang spesiesnya hidup sebagai
predator tungau. Imago dan larva Stethorus sp. mempakan predator yang khusus tungau tetranychid dan beberapa tenuipalpid; sedangkan imago coccinellid belum pemah diketahui prefersensi dan daya mangsanya terhadap tetranychid.
Tabel 2. Rata-rata jumlah Tetranychus sp. dari berbagai fase yang dimangsa imago Stethorus sp. dan imago Coccinellid
Fase Mangsa
Imago (ekor) Nimfa(ekor) Telur (butir) Rata-rata
Jumlah Tungau yang Dimangsa Imago ^ Coccinellid
Stethorus sp.
5,44 a 9.39" ^15 14,33
2,82 b 9,94 b ^
^>34
Keterangan: Angka yang diikuti oleh htiruf yang sama pada bans yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji 15%.
Dari Tabel 1dan 2 terlihat bahwa imago jantan dan betina Stethorus sp. serta imago
••.Ii.a r»nib hanvak memangsa fase telur Tetranychus sp. Lebih dipilihnya telur
tetranychus spp. sebagai g mangsa diduga karena mengandung yangkecil ttnggi. Di samping itu, Tmchus ukuran protem telur lebih daripada nimfa dan
imago Tetranychu p.,
banyak dijumpai dibandingkan stadium larva dan nimfa
265
SeminarNasbnal Pengelolaan OPT Ramah Ungkungan
imago dan deutonimfa betina tungau predator Amblysius longispinosus Evans (Acari: Phytoseiidae) lebih memilih telur tungau merah jeruk P. citri sebagai mangsanya dibandingkan fase nimfa. Selain itu, diduga karena telur tidak dapat bergerak sehingga memudahkan predator untuk memangsa, sedangkan nimfa dan imago Tetranychus sp. aktif bergerak dan mampu menghindar dari tangkapan predator sehingga predator sukar untuk menangkap dan memangsanya.
Pada percobaan ini diiakukan penimbangan berat telur, nimfa dan imago tungau Tetranychus sp. Dari basil penimbangan diketahui bahwa rata-rata berat telur Tetranychus sp. lebih ringan daripada rata-rata berat imago dan nimfa Tetranychus sp. Diduga bahwa berat
mangsa berpengaruh terhadap jumlah kebutuhan mangsa predator. Pemenuhan kebutuhan mangsa predator dengan membutuhkan sejumlah mangsa terutama telur yang lebih banyak. Hal ini karena berat telur Tetranychus sp. lebih ringan daripada berat nimfa dan imago,
sehingga untuk memenuhi kebutuhan pakannya, predator akan memangsa telur lebih banyak.
Aktivitas Memangsa Imago Stethorus sp. dan Imago Coccinellid dengan Berbagai Stadium Mangsa Tungau Tetranychus sp.
Hasil uji t menunjukkan bahwa waktu memangsa berpengaruh nyata terhadap jumlah
mangsa yang dimangsa imago Stethorus sp. dan coccinelid pada semua fase mangsa (p = 0,00). Rata-rata jumlah mangsa Tetranychus sp. yang dimangsa imago Stethorus sp. dan coccinelid berdasarkan waktu memangsa disajikan pada label 3dan 4. . ^, u-,. Dari Tabel 3 dan 4 terlihat bahwa imago Stethorus sp. dan imago coccinellid lebih
banyak memangsa pada malam hari daripada siang hari. Selama percobaan di laboratorium nada malam hari tidak ada cahaya, sehingga kedua predator lebih memusatkan perhatian untuk mencari mangsa. Selain itu, kedua predator dalam keadaan lapar sehingga memangsa
lebih banyak; sedangkan pada siang hari saat cahaya matahari mengenai caw^ Petn percobaan Kedua predator cenderung mengikuti arah datangnya cahaya dengan lebih senng
hinggap pada bagian atas cawan Petri yang terkena cahaya. Aktmtas predator demikian tamnalmva meneLngi aktivitas mencari mangsa sehingga pada siang han predator tidak
uaiiyais. memangsa. Ultiu 5 Pt pada al C1999) mendapatkan makan(Wagtman, Cocinella banyak AktivitasA„„,or serangga umumnya dipengarahiaktivitas oleh cahaya
a™ FlVciuf(Sem^ Coccinellidae) terjadi pada pttkul 18.00 ^ sampai 19.00 WIB. Wagiman (lU hfn^fityS^^padTptikul 13.00 aktivitas makan menjadi kttrang dari 50 %serta kembali aktifsebentar pada senja hari yaitu pukul 19.00.
Tabel 3. Rata-rata jumlah mangsa Tetranychus sp. dari berbagai fase yang dimangsa imago Stpthorus SP a pukul otetnorus s>p. berdasarkan waktu memangsa Jumlah yanp Dimangsa pada
Fase Mangsa
Imago (ekor) Nimfa (ekor)
Telur (butir)
18.00-06.00 3,22 a 5,61 a 17.96 a
06.00-18.00
2,22 b
3,78 b
10,22 b
Rata-rata
J n\eh huruf yang sama pada bans yang sama menunjukkan Keterangan: tidak Angka yang dukuti oteh nurui berbeda nyata pada ujit 5/0.y b
266
SeminarNasionalPengelolaan OPT RamahLingkungan
Tabel 4. Rata-rata jumlah berbagai stadium mangsa Tetranychus sp. yang dimangsa imago coccinellid berdasarkan waktu memangsa Jumlah Tungau yang Dimangsa Imago pada
Fase Mangsa Stadium
Mangsa Tetranychus sp Imago (ekor)
18.00-06.00
06.00-18.00
1,92 a
0,90 b
Nimfa (ekor)
3,00 a
1,94 b
Telur (butir) Rata-rata
13,02 a
7,24 b
5,98
3,36
Keterangan: Angka yang diikuti oleh hurufyang sama pada bans yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji 15%. Simpulan
1. Daya mangsa imago betina Stethorus sp. lebih banyak (6,78 ekor imago, 10,62 ekor nimfa dan 29,14 butir telur Tetranychus sp.) daripada imago jantan Stethorus sp. (4,10
ekor imago, 8,16 ekor nimfa dan 27,20 butir telur Tetranychus sp.).
2. Daya mangsa imago Stethorus sp. lebih banyak (5,44 ekor imago, 9,39 ekor nimfa dan 28,17 butir telur Tetranychus sp.) daripada imago coccinellid (2,82 ekor imago, 4,94 ekor nimfadan 20,26 butirtelur Tetranychus sp.).
3. Imago Stethorus sp. dan imago coccinellid lebih banyak memangsa telur Tetranychus sp. yaitu berturut-turut 28,17 dan 20,26 butir daripada nimfa (9,39 dan 4,94 ekor) dan imago (5,44 dan 2,82 ekor).
4 Imago Stethorus sp. dan imago coccinellid lebih aktif memangsa Tetranychus sp. pada malam hari yaitu dengan rata-rata berturut-turut 8,93 dan 5,98 ekor daripada siang hari yaitu dengan rata-rata berturut-turut 5,41 dan 3,36 ekor.
^w^'^H^D^pLiono, dan Sulamo. 1999. Daya Mangsa Kumbang Coccinella arcuata F. Terhadap
^ADhis SDP Pada Tanaman Kacang Hijau. Presiding seminar Nasional. Peranan Entomologi
Dalam Pengendalian Hamayang Ramah Lingkungan dan Ekonomis. Bogor, 16 Februari 1999. Tj^l 2^2 1S8
Helle, W. and M.W. Sabelis. 1985. Spider Mites neir Biology. Natural Enemies and Controi. Volume
Huffaker^'cBTM-^^dTv^^^ JA. McMuity. 1969. The Ecology ofTetianychid Mites and Their Hull•
2007. Stethorus .n,n.vt.r-1i "^""-«'-'^Stethorus.html. pada tanggal 27 MaretPunctum 2007.
p Puspitanni, R.D.
(Leconte).
o.-oekologi Tungau citri Bogor. McGregor (Acan: •Ogkoiah Pasca Merah Saijana,Jenik, InstitutPanonychus Pertanian Bogor.
Tetranychidae^ Dis
•
. -pynoau Hama dan Musuh Alaminya pada Tanaman Apel
Widiyana, A. 2008. Keltmpahan Pojl^Manalagi di Poncotosu^^^^^^^
MenocA/te sexmacuiatus memangsa Aphis cracivora.
"Trosi^ng Zngres PEI Vdan
Berkelanjutan. Bandung, 24-26 Juni 1997. Hal. 278-280.
267