Zainuddin S, Pengawasan Makanan dan Minuman…..148
PENGAWASAN MAKANAN DAN MINUMAN (Pengawasan terhadap Fast-food yang Berpihak kepada Hak dan Perlindungan Konsumen) Zainuddin S. Abstract: Makanan dan minuman adalah hal yang sangat vital dan termasuk dalam kebutuhan primer setiap manusia di muka bumi ini. oleh karena itu peredaran makan dan minuman yang halal lagi baik menjadi sebuah keharusan dan dapat diwujudkan dengan adanya sebuah pengawasan yang baik dari pemerintah. Aturan pemerintah tentang pengawasan makanan dan minuman termasuk fast-food perlu memperhatikan hak-hak dan perlindungan konsumen. yang intinya adalah kebenaran dan keakuratan informasi akan sebuah produk pangan harus lebih diperhatikan. Sehingga masalah ketidaktahuan masyarakat dapat diatasi, masyarakat selaku konsumen sudah bisamemilih sesuai dengan freferensi mereka. Pemerintah cukup mengatur pembatasan peredaran fast-food dan makanan asing lainnya, agar dapat melindungi konsumen dari bahaya mengkonsumsi fast-food secara berlebih, mendorong produksi usaha makanan mikro dan mengengah dan pada akhirnya mendorong daya beli dan kecintaan masyarakat terhadap produk dalam negeri Kata Kunci: Pengawasan Makan Dan Minuman Pendahuluan Hari ini makhluk mana yang tidak butuh makan? Orang akan berusaha sekuat tenaga tidak mengenal “merek” orang yang bersangkutan. Pangan merupakan kebutuhan primer yang menunjang aktifitas fisik manusia. Makanan tidak saja berfungsi sebagai pemasok tenaga, ia juga sebagai sumber pengatur dan pelindung tubuh terhadap penyakit, sumber pembangun tubuh, baik untuk pertumbuhan atau perbaikan tubuh, selain juga sebagai sumber bahan pengganti sel-sel tua yang usang dimakan usia. Dengan jumlah penduduk yang tinggi dan zaman yang semakin maju, dapat dipastikan kebutuhan akan produk dan jenis pangan juga akan meningkat. Semakin tinggi manusia menaiki jenjang peradaban, semakin terkalahkan oleh kebutuhan fisiologik karena faktor-faktor psikologis yang menuntutnya.1 1
Menurut data CIA WORLD FACT BOOK 2006 dinyatakan bahwa, konsumen Indonesia di tahun 2006 sebanyak 245 juta penduduk, dengan persentase kondisi sosial ekonomi mereka 12 persen sosial ekonomi atas, 40 persen menengah, dan 48 persen ke bawah. Sebanyak 35 persen di kota dan 65 persen di desa, 30 juta orang di kota memiliki daya beli tinggi, 60 persen tinggal di Pulau Jawa dan 21 persen di Sumatera, dan 99 persen diantaranya masih memakan nasi sebagai makanan pokok.
Pada era pasar bebas ini, Negara kita dibanjiri oleh berbagai jenis dan rupa makanan dan minuman dari luar negeri atau yang lebih kita kenal sebagai makanan impor. Banjirnya makanan dan minuman tersebut di Indonesia diikuti juga dengan membanjirnya makanan dan minuman yang berbahaya. Pada akhir tahun 2005 kita dihenyakkan dengan pemberitaan soal ditemukannya formalin2 dan boraks3 di dalam Dalam hal konsumsi mie, Indonesia mencatat angka sebesar 11,2 miliar hidangan per tahun dan menjadi pengkonsumsi mie terbesar kedua setelah China. Data lain hasil penelitian yang dilakukan oleh PPS-LP UII menyebutkan masyarakat Yogyakarta, terutama mereka yang tinggal di perkotaan dinilai cenderung konsumtif. Tingkat konsumsi masyarakat sangat tinggi, yakni 1,09 kali lebih banyak dari rata-rata pendapatan total masyarakat.3 Artinya, nggaran belanja yang dikeluarkan lebih besar dari penghasilannya, sehingga hampir seluruh pendapatan mereka habis untuk dikonsumsi. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat penyerapan suatu produk pada masyarakat sangat tinggi. Potensi pasar yang besar ini menuntut para produsen untuk berlomba-lomba mengeluarkan berbagai produk dan jenis barang yang akan ditawarkan, baik berupa barang maupun makanan. 2
Formalin (trioksimentilen, methanal, methylene oxide) merupakan cairan dari formaldehyde yang dicampur dengan sedikit
Jurnal Muamalah Vol V No 2, Desember 2015
149 Zainuddin S, Pengawasan Makanan dan Minuman…..
makanan keseharian seperti tahu, ikan asin, dan mie basah. Bahkan dalam temuan selanjutnya, banyak sumber makanan lain yang mengandung zat yang biasa dipakai untuk mengawetkan jenazah ini, di antaranya: ayam potong, empek-empek, bakso, kwiteau.4 Penelitian menunjukkan bahwa produk-produk yang menggunakan zat berbahaya tersebut tidak hanya ditemukan di pasar-pasar tradisional, tetapi juga di supermarket dan toko-toko swalayan besar lainnya. Setelah formalin dan boraks menurun, muncul lagi bahan campuran baru: klorin. Bila formalin dan boraks menyerang aneka lauk-pauk dan jajanan, pewarna pakaian menyerang buah dan jajanan, dan pestisida menyerang sayuran dan buah, maka klorin menyerang beras, makanan pokok masyarakat Indonesia.5 Klorin ditemukan di Tangerang sampai Manado. Ketidakberesan soal makanan itu semakin lengkap oleh kasus bahan makanan tak sehat yang terus berulang. Antara lain penjualan ayam tiren, daging sapi yag dioplos daging celeng, daging sapi glonggongan, serta daging unggas dan ternak yang dikhawatirkan mengandung virus flu burung. alkohol. Larutan ini tidak berwarna, namun berbau menusuk. Formalin biasanya digunakan sebagai pengawet mayat, bahan baku lem kayu atau melamin untuk furniture. Formalin juga digunakan sebagai disinfektan, antiseptik, penghilang bau, fiksasi jaringan dan fumigan, dan kerap digunakan dalam industri tekstil. Lihat: Data Badan POM. 3
Boraks (natrium biborat, natrium piroborat, natrium tetraborat) adalah senyawa berbentuk kristal,berwarna putih, tidak berbau, dan stabil pada suhu dan tekanan normal. Boraks biasa digunakan sebagai bahan solder, bahan pembersih, pengawet kayu, antiseptik kayu, dan pengontrol kecoa. Lihat: Data Badan POM. 4
Koran Kompas edisi 26/12/2005. Hasil pengujian Balai Besar POM di Jakarta pada November-Desember 2005 terhadap 98 sampel produk pangan yang dicurigai mengandung formalin. ebanyak 56 sampel di antaranya (57% lebih) dinyatakan positif mengandung formalin. Lihat: Koran Republika edisi 28/12/2005. 5
Reportase investigasi Trans TV minggu kedua bulan November 2007.
Namun sadarkah kita kenapa hal tersebut bisa terjadi? Apakah memang pengawasan badan yang berwenang dalam hal ini termasuk badan POM atau yang otoritatif lainnya dianggap masih “jinak” dalam mengawasi hal yang paling krusial dalam hidup manusia? ataukah semangat untuk mencapai keuntungan maksimal yang menjadi mindset para produsen makanan dan minuman yang telah mengabaikan hak-hak konsumen?. Dari beberapa pertanyaan tersebut ada sedikit yang menjadi yang menjadi kelemahan kita selama ini yang bisa penulis katakan yaitu sikap “membabibuta” pemerintah Indonesia dalam hal ini aparaturnya memberikan ruang yang besar para pengusaha-[engusaha makanan dan minuman luar negeri membanjiri negeri ini.6 Pada tulisan kali ini, penulis mencoba untuk mempersempit objek kajian dalam hal pengawasan makanan dan minuman yakni berkonsentrasi pada peredaran makanan cepat saji yang lebih kita kenal dengan istilah Fast-Food.7 6
Inilah akibat dari Free-Market Competition yang dianut oleh system ekonomi liberal dan neoliberal. Konsep Free-Entry dan Free-Exit dalam konsep pasar menyebabkan para produsen harus memutar otak hanya sekedar survive dalam komputisi. Kebanggan atas globalisasi yang ditunjukkan pada kekaguman akan makanan-makanan inpor dari pada makanan lokal telah merasuk pada otak sebahagian masyarakat Indonesia. 7
Fast food (makanan cepat saji) adalah jenis makanan yang dikemas, mudah disajikan, praktis, atau diolah dengan cara sederhana. Istilah ini dipopulerkan pertama kali pada tahun 1972 oleh Michael Jacobson, direktur Center for Science In The Public Interest di Amerika Serikat. Makanan cepat saji umumnya diproduksi oleh industri pengolahan pangan dengan teknologi tinggi dan memberikan berbagai zat aditif untuk mengawetkan dan memberikan cita rasa bagi produk tersebut. Zat aditif adalah bahan kimia yang dicampurkan ke dalam makanan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas, menambahkan rasa dan memantapkan kesegaran produk. Fast food (makanan siap saji) biasanya berupa lauk-pauk dalam kemasan mie instan, nugget, atau juga corn flakes sebagai makanan untuk sarapan. Termasuk pula ke dalam kategori Fast food adalah makanan ala Barat yang biasanya dijual di restoran-restoran khusus (resto
Jurnal Muamalah Vol V No 2, Desember 2015
Zainuddin S, Pengawasan Makanan dan Minuman…..150
Membanjirnya usaha fast food di Indonesia tidak lepas dari perilaku konsumen Indonesia yang dinilai marketable oleh para pengusaha waralaba untuk memasarkan fast-food tersebut.8Hal ini merupakan efek fast food) seperti pizza, humberger, fried chicken, dan chicken nugget. Majalah Menu Sehat, edisi 13 April 2008. Amerika Serikat sebagai basis makanan fast food kini memiliki tingkat obesitas tertinggi dari negara maju manapun. Lebih dari setengah orang dewasa dan sekitar seperempat bocah Amerika Serikat mengalami kelebihan berat badan. Proporsi ini kian bertambah pesat seiring kebiasaan warga Amerika mengkonsumsi fast food. Bahkan, Fast food juga banyak menyebabkan kematian akibat bakteri Escherichia coli 0157:H7, pathogen makanan berbahaya yang berpotensi mematikan. Banyak kasus di balik kemasan yang manarik dari fast food ternyata di dalamnya tercemar bakteri mematikan itu. Eric Schlosser, Fast food Nation, (Negeri Fast food) terj. Ronny Agustinus, (Jakarta: Insist Press, 2004), h. 302. Data yang kurang lebih sama dikemukakan oleh Oprah Winfrey bahwa 16 persen penduduk Amerika mengalami kelebihan berat badan dan 30 persen lainnya mengalami obesitas tingkat I dan II.Talkshow Oprah di Metro TV pada Jumat, 19 September 2007. Yang lebih mengherankan lagi, di Negara yang mayoritas muslim ini ialah masyarakay muslim Indonesia ikut-ikutan bahkan mayritas dari mereka menjadi konsumen fast-food atau makanan inpor lain yang berbahaya Dalam Islam konsumsi pangan menempati posisi yang sangat urgen, tidak hanya dipandang dari kacamata kesehatan, tetapi terkait erat dengan etika moral yang berbanding lurus dengan iman dan takwa. Makanan yang masuk ke dalam tubuh seseorang diyakini memiliki dampak terhadap sikap dan perilaku. Maka Islam member aturan untuk senantiasa memperhatikan setiap makanan yang menjadi konsumsi. Makanan tersebut haruslah memenuhi kriteria halal dan baik (halâlan thayyiban). 8
Data yang saya kutib dari tesis said abadi, “Persepsi dan Perilaku Konsumen Muslim terhadap Makanan Cepat Saji” (SPs UIN Jakarta, 2009), 20, menyebutkan Perkembangan restoran cepat saji di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir meningkat tajam. Dari catatan Alimuddin Rizal Rivai12 antara tahun 1991 dan 1995 saja, jumlah waralaba (franchise) lokal telah menurun dari 27 menjadi 17, sedangkan waralaba asing telah meningkat dari enam
terjangan dari globalisasi yang menimbulkan westernisasi merasuk di dalam otak masyarakat Indonesia. Mereka tidak lagi mengenal makanan tradisional daerah mereka sendiri namun sangat hafal dengan makanan impor yang katanya merupakan salah satu identitas dari masyatakat modern. Informasi dan pengetahuan yang kurang dari masyarakat Indonesia khususnya masyarakat muslim tentang bahaya makanan fast food merupakan sebuah kenyataan yang mestinya menjadi perhatian serius dari pihak-pihak terkait seperti BP-POM, MUI, LSM dan beberapa lembaga lain. Para aparatur Negara yang mengurusi legalitas makanan di Indonesia hanya sibuk menginfestigasi usaha mikro yang memproduksi makanan saja yang sebagian besar pelakunya adalah masyarakat Indonesia. Jika mereka melakukan pelanggaran regulasi maka langsung diberikan sanksi tegas dari aparat. Namun kenyataan yang terbalik terlihat pada pelegalan fast-food yang mungkin saja lebih berbahaya. Alasan pelegalannya sederhana hanya untuk mendapatkan pendapatan Negara (defisa) tapi sadarkah kita jika sekali kita makan fast-food maka akan menambah GDP (Gross Domestic Product)dari Negara asal fast food tersebut? Pertanyaan yang timbul kemudian adalah bagaimana kontribusi pemikiran Islam atau lebih spesifik saya katakan bagaimana kontribusi ekonomi Islam terhadap masalah ini? Hal inilah yang akan menjadi inti bahasan pada tulisan ini. Penulis akan mencoba untuk lebih menelusuri lebih dalam cela-cela yang selama ini menjadi “selang” para spekulan. Dengan tujuan untuk menciptakan sebuah aturan/regulasi/formula pengawasan yang ketat yang lebih berpihak terhadap hak-hak perlindungan konsumen (Warga Negara Indonesia) beserta pengusaha-pengusaha makanan kecil agar dapat menjadi tuan rumah di negeri sendiri dan tidak menjadi korban keganasan globalisasi.
menjadi 102 buah. Dari 119 waralaba tersebut, ternyata 75% berasal dari Amerika dengan 88% bergerak di bidang jasa makanan yaitu restoran, café dan fast food.
Jurnal Muamalah Vol V No 2, Desember 2015
151 Zainuddin S, Pengawasan Makanan dan Minuman…..
Makanan dan Minuman dalam Islam Makanan memiliki peran penting dalam menjaga kontinuitas makhluk hidup. Tanpa makanan, manusia tidak bisa bertahan hidup (survive) di dunia ini. Secara umum, makanan berperan dalam tiga hal, yaitu proses pertumbuhan, sumber energi untuk aktifitas, serta menjaga kondisi organ-organ tubuh agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya.9 Bagaimana sebenarnya makanan yang sehat dan berimbang itu? Menurut Sri Nuryati,10 karakteristik makanan sehat antara lain mengandung nilai gizi yang dibutuhkan tubuh, tidak mengandung bahan tambahan makanan (BTM), bebas dari cemaran fisik, seperti kerikil, isi staples, potongan karet, serpihan plastik, rambut, dan lainnya. Bebas dari cemaran biologis, 9
Manfaat serat makanan (dietary fiber) baru mendapat perhatian para ahli sekitar 1970an. Saat itu, dokter Inggris mengamati penduduk Afrika yang ternyata konsumsi seratnya sangat tinggi,penduduknya sangat jarang yang mengidap penyakit degeneratif. Sejak itu para ahli banyak yang menelit serat dan ternyata diyakini mempunyai peran vital terhadap kesehatan. Orang sering merasa sudah tercukupi kebutuhan seratnya hanya karena sudah merasa lancer buang air besarnya. Padahal berdasarkan penelitian, konsumsi serat rata-rata orang Indonesia ternyata baru mencukupi 1/3 dari kebutuhan seharusnya. Banyak penelitian membuktikan bahwa, serat makanan di dalam usus akan membuat masa transit makanan yang melewati saluran gastrousus menjadi lebih terkontrol. Serat juga dapat membantu mengurangi tingginya kolesterol darah dan membantu mengatur kadar gula dalam darah agar stabil. Serat yang berasal dari nabati ini merupakan kumpulan berbagai zat kimia yang tahan terhadap enzim pencernaan sehingga tidak dapat hancur dan dicerna. Justru karena tidak dapat dicerna inilah yang membantu proses pembuangan sisa-sisa makanan di dalam tubuh. Beberapa jenis penyakit yang dapat dicegah oleh serat diantaranya sembelit, wasir, gangguan usus (Divertikulosis), kegemukan (obesitas), kencing manis (diabetes), kadar kolesterol tinggi, kanker, dan daya tahan tubuh.Majalah Intisari, edisi Juli 2001, 12. 10
misalnya bakteri, jamur, atau virus, serta tidak mengandung zat-zat toksin (racun) yang dapat membahayakan kesehatan. Fungsi makanan bagi tubuh dapat berperan efektif jika jumlah dan kandungan zat gizinya sesuai dengan yang dibutuhkan tubuh. Makanan seimbang dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu: kuantitas (jumlah) dan komposisi (kandungan) zat gizinya. Keseluruhan zat gizi tersebut tidak harus dikonsumsi secara bersamaan seperti konsep “Empat sehat lima sempurna”, karena proses pencernan yang berbeda.11 Manusia perlu menyediakan sisa ruang untuk menampung udara dalam lambung. Karena proses pencernaan makanan memerlukan ketersediaaan udara untuk mendukung aktifitas dan pertumbuhan mikroflora usus atau reaksi enzimatis pencernaan makanan.12 Selain mempunya nilai guna yang sangat penting, makanan juga memiliki dampak negatif yang membahayakan tubuh. Hal tersebut dapat terjadi jika pemanfaatannya tidak sesuai dengan standar kebutuhan.13 11
Sumber kalori yang ideal sebaiknya 65% diperoleh dari karbohidrat, 20% dari protein, dan 15% dari lemak, khususnya lemak tidak jenuh. Aribowo Prijosaksono & Peter C. Kurniali, Five Poweful Habit of Physical Intelligence, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2005),107. 12
Salah satu konsep yang baik telah diajarkan Rasulullah empat belas abad yang lalu, ketika ilmu pengetahuan belum menyentuh aspek mekanisme pencernaan makanan. Telah diiriwayatkan dari Abu Karimah Al-Miqdam Ibnu Ma‟di Karib RA berkata, aku mendengar Rasulullah bersabda, “Tiada seorang anak Adam yang mengisi penuh suatu wadah yang lebih buruk (berbahaya) daripada (mengisi penuh) perutnya sendiri.Cukuplah bagi anak Adam beberapa suap makanan yang dapat menegakkan punggungnya. Jika memang harus lebih dari itu, maka 1/3 (sepertiga) untuk makanan, 1/3 (sepertiga) untuk minuman, dan 1/3 (sepertiga) lagi untuk nafasnya.”(HR. Tirmidzi). Ibn Qayyim al-Jauziyah (w.751 H.), ath-Thib anNabawiy, (Makkah: Maktabah an-Nahdhah alAdabiyah, 1419/1999),. 44 13
Sri Nuryati, Halalkah Makanan Anda? Awas, Produk Haram Mengepung Kita, (Solo: Aqwamedika,2008), 49-50.
Ibnu Qayyim al-Jauziyah membagi tingkat makanan menjadi tiga tingkatan: Tingkat kebutuhan: yaitu seperti yang dijelaskan oleh Rasulullah Saw., “Cukuplah bagi manusia untuk
Jurnal Muamalah Vol V No 2, Desember 2015
Zainuddin S, Pengawasan Makanan dan Minuman…..152
Segala sesuatu yang tidak sesuai dengan porsi atau di luar wilayah edarnya, sudah barang tentu akan menimbulkan penyimpangan alur, yang dalam bidang kedokteran dikenal dengan istilah deraillement. Maka, dalam makanan juga berlaku prinsip keseimbangan. Perlindungan Konsumen dalam Islam Buruknya nasib konsumen yang dihadapi dunia saat ini tidaklah mengherankan, karena ia bersumber dari sistem ekonomi dan sistem hukum yang dianut oleh kebanyakan negara di dunia, khususnya yang berkiblat ke Barat dengan sistem ekonomi kapitalisme liberal dengan tidak melakukan penyesuaian berarti. Pemerintah terlalu membebaskan pasar bergerak dengan tanpa ada campur tangan yang berarti untuk berdiri sebagai pihak yang melindungi kaum lemah, dalam hal ini masyarakat konsumen. Perbandingan antara pengertian ekonomi dalam Islam dengan ekonomi umum (Barat), dapat ditarik kesimpulan bahwa acuan Islam pada perlindungan konsumen lebih konkrit dan tegas daripada yang ditawarkan oleh ekonomi umum.14 Sebagai contoh, metode induktif (al-manhaj almengkonsumsi beberapa suap makanan saja untuk menegakkan tulang rusuknya”. Jika tidak mampu menahan dirinya untuk menkonsumsi lebih maka ia berpindah ke tingkat berikutnya yaitu Tingkat cukup: yaitu mengisi sepertiga perutnya untuk makanan, sepertiga untuk minuman dan sepertiga untuk bernafas, dan hikmah dibalik itu dikarenakan perut kita mempunyai kapasitas yang sangat terbatas dan jika semuanya dipenuhi dengan makanan, maka tidak ada tempat lagi untuk minum dan sulit benafas Tingkat berlebihan: tingkat ini bisa membahayakan dirinya tanpa ia sadari, dan hal ini banyak dialami manusia, dan kebanyakan orang yang terjangkit penyakit gula, depresi, kegemukan, jantung dan stroke, tidak lain disebabkan karena mereka tidak mengatur pola makan dengan baik, serta berlebihan dalam makan dan minum. Ibnu Qayyim al-Jauziyah (w.751 H.), ath-Thib an-Nabawiy, (Makkah: Maktabah an-Nahdhah al-Adabiyah, 1419/1999), 45. 14
Muhammad dan Alimin, Etika dan Perlindungan Konsumen dalam Ekonomi Islam, (Yogyakarta:BPFE, 2004), 132.
istinbâthi) ekonomi umum menyatakan bahwa manusia adalah Economic Men, kemudian pernyataan umum ini akan menghasilkan konklusi terhadap konsumen bahwa ia akan berusaha memenuhi kebutuhannya, dengan mencapai kenikmatan yang paling besar dan menjauhkan diri dari kesusahan sedapat mungkin, sedangkan ilmu ekonomi umum tidak akan memperhatikan bentuk pemenuhan kebutuhan tersebut, apakah ia halal ataukah tidak?, apakah ia baik atau keji?. Terhadap produsen, dalam aktivitas ekonominya akan berusaha merealisasikan untung sebesar-besarnya dengan mengeluarkan pengorbanan (biaya) sekecil mungkin, sedangkan mereka tidak akan mempertimbangkan apakah ia bermuatan eksploitasi terhadap pihak lain ataukah berada dalam koridor keadilan?.15 Dengan memasukkan unsur nilai atau prinsip ajaran Islam dalam definisi ekonomi Islam, maka segala aktivitas ekonomi dalam Islam harus berada dalam koridor prinsipprinsip dasar ekonomi Islam. Di sini terlihat nyata bahwa mempelajari ilmu ekonomi tidak terpisahkan sama sekali dengan hukum ekonomi, ia berjalan sinkron. Itulah sebabnya, kajian ekonomi Islam berada dalam kajian fikih (hukum Islam) karena dalam hukum fikih terdapat hukum taklifi dan hukum wadh’i, yang selanjutnya memberikan sanksi atau akibat hukum duniawi dan ukhrawi. Untuk itu terdapat dua pengawasan perlindungan konsumen dalam Islam, yaitu sanksi religi berupa halal, haram, dosa, dan pahala, dan sanksi hukum positif Islam dengan segala perangkatnya, seperti dewan hisbah dan peradilan. Hukum ekonomi yang muncul pada zaman modern mencerminkan adanya perhatian serius pemerintah untuk merealisasikan pemerataan dan keadilan ekonomi dalam masyarakat sebagai akibat dari menonjolnya praktek sistem ekonomi kapitalis. Sedangkan adanya hukum ekonomi, pihakpihak yang lemah akan dapat terlindungi di tengah persaingan bebas dengan memberkan batasan-batasan terhadap pihak yang 15
Yusuf Kamil Muhammad, Fiqh Iqtishâd al-Sûq, (Mesir: Maktabah al-Wafâ‟, 1995), 11
Jurnal Muamalah Vol V No 2, Desember 2015
153 Zainuddin S, Pengawasan Makanan dan Minuman…..
kuat. Dengan demikian tidak akan terjadi hukum rimba dalam masyarakat. Kelemahan konsumen dalam berhadapan dengan produsen berkisar pada kelemahan mereka dalam bidang kebodohan atau ketidaktahuan akan barang dan kebutuhan akan barang (costumer ignorance), dan kelemahan-kelemahan dalam hal tawar menawar ekonomis, sosial, dan edikasional sehingga meletakkan posisi konsumen pada kondisi take it or leave it. Perlindungan Konsumen di Berbagai Negara16 1. Perlindungan konsumen di Australia Di negara ini tidak ada Undangundang yang secara khusus mengatur mengenai perlindungan konsumen seperti di Indonesia. Penerapan perlindungan konsumen diselaraskan dengan penerapan perdagangan dan persaingan usaha yang sehat di masing-masing tingkat pemerintahan (commonwealth, state, atau teritorial) dapat diterbitkan peraturan sesuai kebutuhan daerah setempat.17 Peraturan yang terkait dengan perlindungan konsumen antara lain adalah: The Trade Practices Act (TPA), yang diterbitkan tahun 1974.18 peraturan ini 16
Dikutib secara ringkas dari Said Abadi, “Perspsi dan Perilaku konsumen Muslim terhadap Makanan Cepat Saji” (Tesis SPs UIN Jakarta, 2009), 102. 17
Andrian Sutedi, Tanggung Jawab Produk dalam Hukum Perlindungan Konsumen, (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2008), 178. Lihat pula: Abdul Halim Barkatullah, Hukum Perlindungan Konsumen, Kajian Teoritis dan Perkembangan Modern, (Bandung: Penerbit Nusa Media, 2008).157-158. 18
Di dalam TPA terdapat beberapa ketentuan yang bertujuan memastikan agar konsumen memerhatikan semua fakta material, seperti: section 33 mensyaratkan semua periklanan menspesifikasikan mengenai keadaan suatu produk, section 65 D dan 65 E dalam ketentuan Menteri Urusan Konsumen (Minster for Consumer Affair) dapat menjabarkan standar informasi produk. Section 75 AC (2), yang menyatakan bahwa berkaitan dengan penentuan keselamatan dalam barang dan jasa maka setiap perintah memperingatkan hal ini. Lihat: Andrian Sutedi, Tanggung Jawab Produk dalam Hukum
bertujuan untuk mengembangkan kesejahteraan masyarakat Australia melalui peningkatan persaingan dan perdagangan yang sehat serta menjaga keselamatan dan perlindungan konsumen. The Prices Surveillence Act, diterbitkan pada tahun 1983.19 Peraturan bertujuan untuk mengamankan harga barang dan jasa melalui penyelidikan dan pengendalian harga oleh Lembaga yang ditunjuk agar tetap pada tingkat persaingan yang efektif. Penyelenggaraan perlindungan konsumen di Australia dilaksanakan sinergi antara pemerintah commonwealth, state dan pemerintah teritorial serta sejumlah organisasi pemerintah maupun lembaga independen yang bergerak di bidang perlindungan konsumen. Dalam pelaksanaan teknisnya dibentuk lagi Standing Committe of Official of Consumer Affairs (SCOCA) yang terdiri dari 4 komite, yaitu Consumer Products Advisory Committe (CPAC), bertanggung jawab memberikan saran kebijakan yang terkait dengan aspek keselamatan konsumen serta melihat kembali berbagai standar product safety,larangan maupun penarikan produk. Fair Trading Operation Advisory Committe (FTOAC), bertanggung jawab memberikan saran koordinasi penegakan hukum, penerbitan panduan laporan yang bersifat nasional/politik, saran tindak lanjut mengenai permasalahan perdagangan yang adil (fair trading).20 Measurement Advisory Committe (TMAC), bertanggung jawab memberikan saran mengenai permasalahan teknis terkait dengan penerapan ukuran dalam perdagangan (metrology), mereview peraturan satuan ukuran dagang, mengidentifikasi dan mempelajari ketidakselarasan ukuran-ukuran dagang yang diterapkan pemerintah Australia dengan negara lain. Uniform Consumer Credit Code Management Committe Perlindungan Konsumen (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2008), 179. 19
Allan Asher, Australia’s Trade Practices Act – A Model for Consumer Protection, dalam Developing Consumer Law In Asia, ed. S. Sothi Rachagan, (Kuala Lumpur: Faculty of Law University of Malaya, 1994), 32. 20
Ibid. hal. 32.
Jurnal Muamalah Vol V No 2, Desember 2015
Zainuddin S, Pengawasan Makanan dan Minuman…..154
(UC3MC), bertanggung jawab memberikan persetujuan mengenai hal-hal penting yang terkait dengan penerapan credit code serta saran pengusulan pembebasan biaya bea/ bunga. Penanganan perlindungan konsumen dilakukan oleh lembaga yang bernama The Australian Competition and Costumer Council (ACCC). ACCC didirikan pada 6 November 1995, adalah lembaga independen hasil gabungan dari The Trade Practices Commission dengan The Prices Surveillence Authority, yang dibentuk sebelumnya.ACCC merupakan satu-satunya lembaga nasional yang bertanggung jawab untuk menegakkan hokum persaingan dan perdagangan serta membantu badan perlindungan konsumen di tingkat state/territorial dalam menegakkan peraturan mereka yang terkait dengan perlindungan konsumen. Bila dibandingkan dengan Indonesia, fungsi lembaga ini relatif mirip dengan gabungan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) yang mengemban amanah dan penegakan hukum Undang-undang No. 5 Tahun 1999 dan Badan Perlindungan Konsumen (BPKN), yang mengemban amanah Undang-undang No. 8 Tahun 1999. Aktifitas ACCC yang menonjol, adalah penanganan compliance dan enforcement. Strategi compliance dilakukan dengan: (a) menerapkan industry Codes of conduct secara wajib, yaitu menerapkan aturan main kepada pelaku industri/koorporasi yang bersifat mandatory, serperti the franchising code of conduct, (b) menerapkan industry codes of conduct secara sukarela, biasanya untuk industri khusus, dimana penerapan codes of conduct bersifat sukarela, seperti contoh advertising codes, (c) menerapkan product information standard, yang sifatnya wajib, yang berkaitan dengan labelling, food safety, toys safety, (d) edukasi dengan mempublikasikan berbagai guidelines, public forum di daerah-daerah, memberikan materimateri pelatihan maupun penerbitan beritaberita diberbagai media, (e) memberikan layanan informasi melalui pusat layanan informasi (information centre) dan advokasi pengaduan konsumen secara langsung melalui jaringan website dan telepon. Selain ACCC, terdapat lembaga independen lain yang bernama Australian Con-
sumer Association (ACA) yang berlokasi di Sidney. Tujuan ACA dalah meningkatkan pengetahuan dan membela kepentingan konsumen dari perilaku pasar yang tidak sesuai dengan ketentuan atau mencurangi konsumen.21 Keanggotaan ACA terdiri dari 2 tipe, yaitu (1) voting members yang saat ini tercatat sebanyak lebih kurang 500 anggota, (2) mereka yang menjadi anggota melalui website atau majalah (berlangganan) yang tidak tercatat jumlahnya. ACA mengembangkan kegiatannya dengan mempublikasikan semua aspek pengetahuan mengenai barang dan jasa, yang harus diketahui konsumen. Publikasi kepada konsumen dilakukan melalui website atau majalah yang diperkenalkan dengna nama "Choice", independent information for smart consumers. Selain ACA, terdapat pula apa yang dinamakan The Australian Securities and Investment Commission (ASIC). Lembaga ini merupakan lembaga pemerintah di tingkat Commonwealth yang bertanggungjawab di bidang pelayanan jasa keuangan seperti kontrak asuransi, bisnis yag menggunakan jasa perbankan dan lainlain.22 Di samping itu terdapat lembaga yang disebut The Competition and Costumer Policy Division (CCPD) yang merupakan instansi pemerintah Commowealth di bawah Departemen of Trasury.23 Ada juga yang disebut dengan Consumer, Trader and Tenancy Tribunal (CTTT) yang dibentuk sebagai lembaga baru yang mengkhususkan diri pada penyelesaian sengketa konsumen, pedagang dan masalah jasa penyewaan. Terdapat lembaga yang disebut NSW Consumer Protection Agencies, Departement of Fair Trading, yang merupakan instansi pemerintah yang berkedudukan di Sidney, New South Wales. Departemen ini 21
Srie Agustina, Laporan Studi Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen di Australia, Hongkong,Malaysia, Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Deperindag, Jakarta, 2003, 4. 22
Ibid, hal. 4.
23
Andrian Sutedi, Tanggung Jawab Produk dalam Hukum Perlindungan Konsumen, (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2008), 180.
Jurnal Muamalah Vol V No 2, Desember 2015
155 Zainuddin S, Pengawasan Makanan dan Minuman…..
berperan melindungi keselamatan dan hakhak konsumen serta memberikan saran kepada dunia usaha dan pedagang agar melakukan usaha secara sehat dan beretika. 2. Perlindungan Konsumen di Hongkong Seperti halnya di Australia, di Hongkong tidak ada peraturan atau Undangundang khusus yang mengatur mengenai perlindungan konsumen seperti halnya di Indonesia. Upaya perlindungan konsumen mengacu kepada peraturan (ordinance) yang terkait dengan aktifitas perdagangan atau usaha pemerintah yang mengkhususkan diri pada kegiatan perlindungan konsumen. Semua instansi pemerintah mempunyai tanggungjawab untuk mengembangkan perlindungan konsumen sesuai bidang tugasnya. Untuk efektifitasnya perlindungan konsumen di negara ini, pemerintah menunjuk Hongkong Costumer Council (HCC) untuk melakukan kegiatan yang diprogramkan. Kegiatan HCC, 5% dibiayai dari penjualan dan pengelolaan majalah "Choice" selebihnya 95% diperoleh dari pemerintah Hongkong. Karena itu, HCC juga berkewajiban untuk membuat laporan kegiatan dan memberi rekomendasi kepada pemerintah mengenai pelaksanaan kebijakan perlindungan konsumen dan iklim usaha di Hongkong.24 Kelembagaan perlindungan konsumen diwakili oleh Hongkong Costumer Council 24
Di bidang pendidikan konsumen, HCC melakukan edukasi melalui sekolah-sekolah, bekerjasama dengan kelompok guru dan pemerintah propinsi. Bentuk kegiatan dilakukan melalui penerangan ke sekolah menengah, akademi dan perguruan tinggi, mengikutsertakan remaja, mahasiswa dan pelajar untuk melakukan investigasi ke supermarket serta studi lapangan dalam rangka membentuk perilaku dan budaya konsumen yang pintar. Edukasi kongkret lain adalah melakukan lomba menulis bagi para siswa mengenai aspek perlindungan konsumen (Consumer Culture Award). Para siswa sekolah menengah berlomba bagaimana cara melakukan penelitian, membuat kuesioner tentang sikap konsumen terhadap berbagai macam produk. Lihat: Srie Agustina, Laporan Studi Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen di Australia, Hongkong, Malaysia, Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Deperindag, Jakarta, 2003, 2
(HCC), berfungsi melindungi dan menyebarluaskan kepentingan konsumen atas barang dan jasa, pembelian, maupun kerugian konsumen terhadap barang-barang milik yang tidak bergerak. Dalam melaksakan fungsinya, HCC membantu masyarakat konsumen dengan,25 (1) menjawab pertanyaan dan melayani penanganan pengaduan, (2) melakukan mediasi atas sengketa yang terjadi antara konsumen dan pelaku usaha, (3) melakukan riset, survei dan pengujian produk (product testing) dan mempublikasikan hasil dan kegunaannya kepada masyarakat, (4) menyediakan informasi secara berkala, saran dan pandangan terhadap seluruh aspek yang terkait dengan kepentingan konsumen, (5) memantau praktek perdagangan dengan badan usaha dalam rangka melindungi kepentingan konsumen, (6) melakukan penelitian serta mensosialisasikan mengenai kebijakan perlindungan konsumen dan kegiatan lain yang terkait.26 HCC memiliki kantor pusat di Hongkong dengan 125 staf dan perwakilan di 11 lokasi (district) yang masing-masing memiliki 2 staf untuk melayani pengaduan konsumen. 3. Perlindungan Konsumen di Malaysia Seperti halnya di Indonesia, perlindungan konsumen di Malaysia diatur dalam Undang-undang khusus, yaitu Akta Perlindungan Pengguna tahun 1999, yang pada intinya bertujuan untuk: melindungi konsumen dari perbuatan yang tidak beretika dari para pelaku usaha dalam penyediaan barang dagangannya; mendirikan Majelis Penasihat Pengguna Negara yang berfungsi memberikan masukan bagi Menteri berkenaan dengan isu-isu konsumen dalam pelaksanaan Akta; Mendirikan Tribunai Tuntutan Pengguna malaysia (TTPM), yang berfungsi mempertimbangkan tuntutan kerugian konsumen. Penyelenggaraan perindungan konsumen di Malaysia, lebih komprehensif dibanding di Indonesia. Pemerintah lebih aktif dalam melaksanakan dan mengkoordinasikan kegiatan dan penegakan hukum perlindungan konsumen. Perlindungan konsumen 25
Srie Agustina, loc.cit,3.
26
Ibid.
Jurnal Muamalah Vol V No 2, Desember 2015
Zainuddin S, Pengawasan Makanan dan Minuman…..156
di negara ini, ditangani langsung di bawah Kementrian Perdagangan Dalam Negeri dan Hal Ehwal Pengguna, yang kemudian membentuk Tribunai Tuntutan Pengguna malaysia pada tahun 2001.27 Beberapa asosiasi yang kemudian aktif dan berkembang, kegiatannya lebih kepada upaya mendukung negara dalam edukasi dan pengembangan perlindungan konsumen melalui kelompok-kelompoknya. Kementrian Perdagangan Dalam Negeri dan Hal Ehwal Pengguna, berfungsi menyusun serta mereview kebijakan dan strategi yang berkatan dengan pembangunan perdagangan dalam negeri, serta pemberdayaan konsumen dan hak kekayaan intelektual. Di bidang perlindungan konsumen, Kementrian berperan dalam pendidikan konsumen; perlindungan konsumen dan gerakan pemberdayaan konsumen. Lingkup kegiatan perlindungan konsumen menjadi divisi perlindungan konsumen (Consumer affairs). Divisi ini berperan dan bertanggung jawab untuk28 (a) meningkatkan tahap pendidikan dan kesadaran mengenai perlindungan konsumen di kalangan masyarakat Malaysia, (b) membangun saluran atau akses, dan (c) memajukan gerakan konsumen di Malaysia. Dengan upaya ini diharapkan akan memberi kesadaran dan pengetahuan konsumen di seluruh lapisan masyarakat Malaysia, untuk mencapai masyarakat konsumen yang berilmu dan berpengetahuan. 27
Srie Agustina, Laporan Studi Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen di Australia, Hongkong,Malaysia, Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Deperindag, Jakarta, 2003, 4 28
Dalam pelaksanaannya, dilakukan program dan kegiatan yang ditujukan kepada kelompokkelompok konsumen, seperti organisasi wanita, pekerja, tokoh-tokoh masyarakat, pemuda, pelajar dan mahasiswa, organisasi wanita. Program dan kegiatan tersebut antara lain program pendidikan dan kesadaran konsumen (consumer education and awareness prog-rammes). Program in dilaksanakan mulai dari pusat sampai ke daerah-daerah (national, state, district). Kegiatan ini didukung oleh Majelis Hal Ehwal Pengguna Negeri dan Majelis Hal Ehwal Pengguna Daerah antara lain melalui seminar, bengkel/workshop, ceramah, forum, pameran, dan pelatihan.
Pengawasan Fast-food di Indonesia Telah penulis jelaskan di atas bahwa fungsi makanan dan minuman mempunyai peran yang signifikan pada setiap manusia. oleh karenanya, diperlukan pengawsan pada setiap produk makanan dan minuman di Indonesia termasuk makanan cepat saji. Pengawasan fast food tentunya harus lebih memperhatikan hak dan perlindungan konsumen.29 Keterbatasan pengetahuan masyarakat akan informasi produk yang dikeluarkan oleh produsen menyebabkan perlunya ada kerjasama anatara produsen dan pemerintah.30 Pemerintah selaku regulator, menurut penulis perlu belajar dari Negara-negara 29
Dalam ekonomi islam, disebutkan ada beberapa hak konsumen yang mesti diperhatikan, 1. Hak konsumen dalam atas informasi barang, 2. Hak konsumen dalam kebebasan memilih, dan 3. Hak konsumen dalam penyelesaian sengketa, lihat Said Abadi, Persepsi dan perilaku konsumen Muslim terhadap Makanan Cepat Saji, Tesis (SSp UIN Jakarta, 2009), 151-171. 30
Dalam sebuah transaksi produk merupakan unsure yang terpenting dan memeliki posisi yang urgen. Produk merupakan unsur paling penting dalam program pemasaran. Sampai tingkat yang amat penting, produk sebuah perusahaan menentukan bisnisnya. Kebijakan penetapan harga, komunikasi, dan distribusi harus cocok dengan produknya. Pelanggan dan pesaing sebuah perusahaan ditetapkan lewat produk yang ditawarkannya. Suatu produk dapat didefinisikan dengan sifatsifat fisik―berat, ukuran, dan material. Produk dapat diklasifikasikan menurut berbagai macam kriteria. Kerangka klasifikasi yang paling tua didasrkan pada pengguna, dan dibedakan antara barang konsumen dan industri. Kedua tipe barnag ini dapat diklasifikasikan lebih lanjut atas dasar bagaimana barang itu dibeli (barang untuk kenyamanan, untuk kesenangan, yang dibeli di toko, atau untuk spesial) dan menurut rentang waktu umumnya (awet, habis pakai, atau sekali pakai buang). Lihat: Warren J. Keegan, Manajemen Pemasaran Global, judul asli Global Marketing Management, terj. Alexander Sindoro, (Jakarta: Prenhallindo, 1996), 73. Untuk diskusi lebih lanjut tentang hal ini dapat dilihat lebih terperinci: Warren Keegan, Sandra Moriaty and Thomas Duncan, Marketing, (Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall, 1992), Bab 10.
Jurnal Muamalah Vol V No 2, Desember 2015
157 Zainuddin S, Pengawasan Makanan dan Minuman…..
yang telah dikemukakan pada tulisan ini sehingga melahirkan sebuah regulasi yang berpihak kepada konsumen selaku rakyat, hal ini sesuai dengan demokrasi ekonomi yang dianut oleh Indonesia.31 Untuk Indonesia saat ini sebenarnya pengawasan makanan dan minuman dari regulasi sebenarnya sudah maksimal. Mulai pada perizinan, sampai pada peredarannya di pasar. Namun mengapa masih terjadi beberapa kecolongan dan banyaknya produsen nakal? Dan lantas apa apa pengaruh fastfood pada masalah ini? apakah fast-food memberikan dampak langsung kepada produsen makanan lain? Untuk menjawab beberapa pertanyaan di atas sebenarnya sangatlah mudah. Akar masalahnya ialah manusia sebagai economic men akan selalu memaksimalkan kepuasannya. Untuk persoalan ini penulis sedikit memberikan analisia kepuasan konsumen jika fast-food diasumsikan sebagai barang A dan beras diasumsikan sebagai barang B maka akan terlihat pada indifference kurve sebagai berikut:32
Pada kurva diatas dapat dianalisa bahwa kepuasan konsumen terjadi jika dia 31
Demokrasi ekonomi Indonesia sangat jelas tertera pada pasal 33 ayat 1-3 UUD 1945 dimana pada pasal tersebut perekonomian harus disusun dengan menempatkan rakyat sebagai central substansial bukan marginal redusial. Selain itu Negara dalam hal ini lembaga pemerintah yang berkaitan langsung dengan urusan makanan dan minuman harus mengawasi dan mengontrol peredaran makanan minuman di pasar yang tidak akan pernah ditemukan keadilan di dalamnya. 32
B. Douglas Berheim and Michael M. Whinston, Microeconomics (New York: McGraw-Hill, 2008), 100
memakan banyak fast-food dan sedikir beras/nasi (Q1a, Q1b) , begitupun sebaliknya, konsumen juga akan puas dengan memakan sedikit fast-food dan banyak beras, (Q2a, Q2b. walaupun sebenarnya maksimalisasi (optima forma) dari si konsumen akan tercapai pada titik (Q1a, Q2b). jika kita kembali pada persoalan economic men di atas para konsumen akan memilih pilihan ketiga dimana dia tidak perlu mengeluarkan anggaran yang besar untuk mendapatkan kedua jenis barang tersebut atau pilihan yang pertama jika dia memiliki pendapatan yang lebih. Pilihan pertama inilah yang banyak terjadi dimasyarakat Indonesia sekarang. Konsumen Indonesia lebih senang dengan makanan fast-food karena asalnya dari barat daripada makanan lokal sendiri. Berbanjirnya fast-food di Indonesia tanpa disadari memberikan akibat yang sangat besar pada sector perekonomian mikro dan menengah. Logikanya adalah dengan beralihnya konsumen ke fast-food menyebabkan para produsen makanan kecil melakukan beberapa hal untuk sekedar bertahan di pasar walau harus memakai caracara kotor asal mendapatkan konsumen. dari logika sederhana maka kita dapat mengetahui mengapa mayoritas produsen makanan kecil memakai zat-zat yang terlarang dalam berproduksi. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa konsumen Indonesia adalah segmen pasar yang sekarang banyak dilirik oleh produsen luar negeri. hal ini bisa kita lihat bahwa hampir tidak ada orang yang tidak pernah memakan makanan cepat saji seperti KFC, dan sejenisnya. Tidak hanya di Indonesia, budaya makan ala Amerika ini telah meluas ke segala penjuru dunia; Asia, Eropa, Amerika, Afrika, dan kawasan Timur Tengah. Mengapa demikian? Jawabannya sederhana konsumen Indonesia termasuk konsumen yang ingin serba praktis termasuk dalam persoalan makanan. Ratusan juta orang membeli fast food tiap hari tanpa berpikir panjang. Mereka jarang menyadari dari mana makanan ini berasal, bagaimana ia dibuat, apa yang diperbuatnya pada komunitas sekelilingnya. Mereka hanya membawa baki mereka ke kasir, mencari meja, duduk, membuka kertas bungkusnya, lalu santap.
Jurnal Muamalah Vol V No 2, Desember 2015
Zainuddin S, Pengawasan Makanan dan Minuman…..158
Di Australia, di mana restoran fast food hampir melipat tiga selama tahun ‟90an, sebuah survei menemukan, separuh anak umur 9 dan 10 tahun negeri itu menganggap Ronald McDonald‟s paham apa yang harus dimakan anak-anak.33 Secara sosial industri fast food juga menyebabkan anak-anak di Amerika Serikat malas melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi terutama dikalangan keluarga miskin. Mereka lebih memilih bekerja sebagai pelayan di restoran fast food. Mereka dengan bekerja sebagai pelayan dapat membeli mobil yang menjadi dambaan anak muda Amerika Serikat masa kini. Di Colorado, misalnya, anak-anak putus sekolah rata-rata pada usia 16 tahun. Mereka umumnya tergoda untuk bekerja di industri fast food. Sekolah Horrison misalnya, dengan jumlah siswa mencapai 400 orang hanya 50 persensaja yang melanjutkan kuliah sisanya direkrut restoran cepat saji, jaringan ritel, dan perusahaan telemarketing.34 Pada akhirnya, arus globalisasi tidak bisa dibendung. Fenomena fast food menjadi contoh konkret betapa sekat-sekat wilayah yang dulu tampak begitu kuat sekarang seakan menjadi memori. Pertukaran budaya, saling mempengaruhi tentu tidak terelakkan. Maka, sikap bijaklah yang dibutuhkan. Fast food pada hakekatnya tidak sama dengan junk food. Bahan penyusun fast food termasuk golongan pangan bergizi. Yang penting dilakukan, bagaimana mengatur frekuensi makan fast food agar tidak dikonsumsi secara berlebihan. Selain itu peran pemerintah sebagai regulator harus maksimal di sektor ini, membiarkan restoran fast-food terus membanjiri Indonesia perlahan-lahan akan membunuh sektor rill yang mikro dan menengah. Dalam Islam hak dan perlindungan konsumen sangat diperhatikan apalagi mengenai halhal yang sangat urgen dan mengusai hidup manusia seperti makanan. Jika pemerintah belum juga sadar akan bahaya fast-food tersebut maka akan timbul masalah yang sifat33
Eric Schlosser, Negeri Fast Food, judul asli Fast Food Nation, terj. Ronny Agustinus, (Yogyakarta: Insist Press, 2004), 289. 34
Ibid, hal 102
nya makro yang akan berdampak pada perekonomian bangsa. Untuk itu ada beberapa hal yang menjadi tawaran penulis apa saja yang sebaiknya dilakukan dalam mengatasi hal tersebut: 1. Undang-Undang tentang Makanan mutlak diperlukan agar lebih efektif dalam pelaksanaan pengawasan makanan. 2. Sanksi terhadap pelanggaran lebih kuat termasuk tuntutan pidana akan tidak sulit dilaksanakan. 3. Perlu diatur secara jelas kewenangan masing-masing Departemen dalam pengawasan makanan di Indonesia 4. Melakukan Pembinaan terhadap Produsen Makanan Minuman (dalam hal ini fast-food) 5. Penyuluhan terhadap Guru-guru Sekolah 6. Membuka Sentra Informasi Keracunan (SIKER) Sementara untuk mencegah spekulasi oleh para produsen makanan lokal ada beberapa cara yang dapat dilakukan: 1. Penyuluhan tentang Cara Produksi Pangan yang Baik (CPPB) 2. Penggunaan Bahan Tambahan yang Aman.35 3. Pembuatan Label yg memenuhi syarat.36 4. Tata Cara pengurusan Ijin Edar. Pada akhirnya pengawasan terhadap makanan dan minuman di Indonesia khususnya fast-food menjadi tanggung jawab pemerintah. Tidak hanya take a part namun jika perlu turut campur dalam mengawasi peredaran fast-food. Karena menyangkut hal yang vital pada kehidupan warga Negara Indonesia sebagai konsumen. Menciptakan sebuah regulasi tentang makanan dan minuman yang berpihak kepada konsumen adalah 35
Lihat Permenkes Ri. No. 722 Tahun 1988 Tentang Bahan Tambah Makanan Lalu Disempurnakan Pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1168/ Menkes/Per/X/1999 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 722/ Menkes/Per/Ix/1988 Tentang Bahan Tambahan Makanan 36
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 1999 Tentang Label Dan Iklan Pangan
Jurnal Muamalah Vol V No 2, Desember 2015
159 Zainuddin S, Pengawasan Makanan dan Minuman…..
sebuah hal yang mutlak harus dilakukan oleh pemerintah daripada terus memberikan peluang investasi kepada para pengusaha makanan asing yang secara finansial memang menguntungkan Negara namun secara moral akan mematikan Negara melalui rakyatnya. Ilmu ekonomi bukanlah ilmu yang hanya mengajarkan maksimalisasi kepentingan pribadi namun mengajarkan bagaimana menolong orang lain tanpa harus merugikan diri sendiri. Penutup Makanan dan minuman adalah hal yang sangat vital dan termasuk dalam kebutuhan primer setiap manusia di muka bumi ini. oleh karena itu peredaran makan dan minuman yang halal lagi baik menjadi sebuah keharusan dan dapat diwujudkan dengan adanya sebuah pengawasan yang baik dari pemerintah. Pengawasan dan pengaturan peredaran makanan jenis fast food perlu mendapat perhatian yang serius dari pemerintah. Karena dampaknya yang bukan hanya membahayakan dari segi kesehatan konsumen, namun ber-imbas pada kelangsungan sektor-sektor eko-nomi lain di Indonesia. Aturan pemerintah tentang pengawasan makanan dan minuman termasuk fast-food perlu memperhatikan hak-hak dan perlindungan konsumen. yang intinya adalah kebenaran dan keakuratan informasi akan sebuah produk pangan harus lebih diperhatikan. Sehingga masalah ketidaktahuan masyarakat dapat diatasi, masyarakat selaku konsumen sudah bias memilih sesuai dengan preferensi mereka. Pemerintah cukup mengatur pembatasan peredaran fast-food dan makanan asing lainnya, agar dapat melindungi konsumen dari bahaya mengkonsumsi fast-food secara berlebih, mendorong produksi usaha makanan mikro dan menengah dan pada akhirnya mendorong daya beli dan kecintaan masyarakat terhadap produk dalam negeri. Daftar Pustaka Abadi, Said. “Perspsi dan Perilaku Konsumen Muslim Terhadap Makanan Cepat Saji” Tesis SPs UIN Jakarta. 2009.
Agustina, Srie. Laporan Studi Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen di Australia, Hongkong, Malaysia, Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri. Deperindag, Jakarta. 2003. al-Jauziyah, Ibn Qayyim. ath-Thib anNabawiy. Makkah: Maktabah anNahdhah al-Adabiyah, 1419/1999. Asher, Allan. Australia‟s Trade Practices Act – A Model for Consumer Protection, dalam Developing Consumer Law In Asia, ed. S. Sothi Rachagan. Kuala Lumpur: Faculty of Law University of Malaya. 1994. Barkatullah, Abdul Halim. Hukum Perlindungan Konsumen, Kajian Teoritis dan Perkembangan Modern. Bandung: Penerbit Nusa Media. 2008. Berheim, B. Douglas & Michael M. Whinston. Microeconomics. New York: McGraw-Hill. 2008. Keegan, Warren Sandra Moriaty and Thomas Duncan, Marketing. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall. 1992. Keegan,Warren J. Manajemen Pemasaran Global, judul asli Global Marketing Management, terj. Alexander Sindoro. Jakarta: Prenhallindo. 1996. Muhammad, Yusuf Kamil. Fiqh Iqtishâd alSûq. Mesir: Maktabah al-Wafâ‟. 1995 Nuryati,Sri, Halalkah. Makanan Anda? Awas, Produk Haram Mengepung Kita, Solo: Aqwamedika. 2008. Prijosaksono, Aribowo & Peter C. Kurniali. Five Poweful Habit of Physical Intelligence. (Jakarta: PT Elex Media Komputindo. 2005. Schlosser, Eric Negeri Fast Food, judul asli Fast Food Nation, terj. Ronny Agustinus. Yogyakarta: Insist Press. 2004. Sutedi, Andrian. Tanggung Jawab Produk dalam Hukum Perlindungan Konsumen. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia. 2008.
Jurnal Muamalah Vol V No 2, Desember 2015
Zainuddin S, Pengawasan Makanan dan Minuman…..160
Peraturan Perundang-undangan dan Peraturan lainnya 1. UU. No. 9 Th. 1960 ttg Pokok-Pokok Kesehatan
14. Permenkes RI No.382/Menkes/Per/VI/ 1989 tentang pendaftaran makanan
2. UU. No. 2 Th. 1966 ttg Higiene
15. Kepmenkes RI No.02912/B/SK/IX/1986 tentang penyuluhan bagi perusahaan makanan industri rumah tangga
3. UU. No 11 Th. 1962 ttg Higiene untuk Usaha-Usaha Bagi Umum
16. Kep.Men Kes RI no.924/Menkes/SK /VIII/ 1996 tentang (?)
4. Ordonansi Bahan-Bahan (STBL 1949 No.377)
Berbahaya
17. Permenkes RI No.79/Menkes/Per/III/ 1979 tentang label dan periklanan
5. UU. No. 10 Th. 1961 ttg barang menjadi Undang-Undang
18. SK Dirjen POM No. 01323/B/SKV/ 1985 tentang petunjuk pelaksanaan Permenkes RI No.180/Menkes/Per/IV/ 1985 tentang makanan kadaluwarsa
6. UU. No. 23 Th 1992 Tentang Kesehatan 7. UU. No. 7 Th. 1996 (2003: ?) Tentang Pangan 8. PP no.69/1999 ttg Label & Iklan Pangan 9. PP ttg Ketahanan Pangan 10. PP no.28/2004 ttg Keamanan,Mutu dan Gizi Pangan 11. Permenkes RI No.329/Menkes/Per/VII/ 1976 tentang produksi dan peredaran makanan 12. Kepmenkes RI No.23/Menkes/SK/I/ 1978 tentang pedoman cara produksi yang baik untuk makanan 13. Kepmendag RI No. 314/Kp/VIII/1974 tentang peredaran import dan eksport obat, makanan minuman, alat kesehatan dan alat kecantikan hrs didaftarkan ke Depkes
19. Permenkes RI No.76/Menkes/Per/II/ 1975 tentang ketentuan peredaran dan penandaan susu kental manis 20. Permenkes RI No. 280/Menkes/Per/XI/ 1976 tentang ketentuan peredaran dan penandaan makanan mengandung bahan yang berasal dari babi 21. SKB Menkes 252/Menkes/SKB/VII/ 1980 dan Menpen No. 122/Kep/ Menpen/1980 tentang Pengendalian dan Pengawasan Iklan Obat, Makanan, Minuman, Kosmetika dan Alat kesehatan 22. SK.Ka.BPOM no. HK.000552.4321 ttg Pedoman Umum Pelabelan Produk Pangan ttgl 4 Desember 2003
Jurnal Muamalah Vol V No 2, Desember 2015
161 Hendra Safri, Mengembangkan Kreatifitas Mahasiswa…..
MENGEMBANGKAN KREATIVITAS MAHASISWA BERBASIS PELATIHAN Hendra Safri No. HP 081241108526 Alamat Korespondensi : Jl Islamic Center 1 Kota Palopo Email :
[email protected] Abstrak: Lembaga Pendidikan di Indonesia setiap tahunnya, banyak menghasilkan lulusan yang siap untuk memasuki dunia kerja, mereka berasal dari bidang ilmu yang berbeda-beda dengan karakteristik dan keunggulan yang dibawa dari jurusan masing-masing, tetapi fakta yang terjadi di lapangan banyak yang tidak terserap oleh lapangan kerja, diantaranya adalah jurusan atau keahlian yang dibutuhkan perusahaan pencari tenaga kerja adalah Jurusan langka ditambah lagi dengan proses rekrutmen yang begitu ketat, sehingga banyak sarjana muda yang menjadi pengangguran. Kurikulum di Perguruan Tinggi perlu diperbanyak tentang pembelajaran kreatif yang berbasis pada pelatihan, hal ini bertujuan untuk mengasah motivasi dan menghasilkan inovasi agar mental pencari kerja berubah menjadi penyedia lapangan kerja. Agar usaha pengembangan kreatifitas berbasis pelatihan dapat berjalan maksimal maka perlu perencanaan yang matang dengan membahasnya dengan semua komponen di lembaga pendidikan dan juga melibatkan tenaga ahli dibidangnya masing-masing, serta melihat kebutuhan pasar dan dunia kerja, supaya tujuan utama dapat tercapai. Adapun berbagai jenis pelatihan untuk mahasiswa diantaranya adalah : (1) Pelatihan Kewirausahaan, (2) Pelatihan Keahlian, (3) Pelatihan Tim dan Motivasi. Pendahuluan Pengembangan Kreativitas dikalangan mahasiswa merupakan salah satu hal yang penting bagi setiap individu. Dahulu pola pembelajaran kreativitas tidak secara formal dilembagakan, bekal motivasi dan sikap mental kreativitas terbangun secara alamiah, lahir secara keterbatasan dan semangat ditandai keteladanan kerja keras dan pengalaman contoh, mahasiswa yang terlatih tempaan secara fisik dan mental melalui pembiasaan dalam kehidupan sehari hari, akan menjadi tangguh untuk mengambil keputusan dan memecah kanmasalah. Mahasiswa menjadi terlatih melihat sisi positif suatu sumber daya dan transformasikan menjadi manfaat yang nyata. Kreativitas lebih ditentukan oleh bakat atau karakter individu,atau bawaan lahir dan proses pelatihan yang direncanakan. Sesuai dengan judul tulisan ini yang menjadi hal utama yang dibahas adalah : (A) Pengertian Kreativitas, (B) Teori Mengenai Kreativitas, (C) Pengertian Pelatihan, (D) Tujuan dan Manfaat Pelatihan, (E) Pelatihan Kreativitas untuk Mahasiswa. Pengertian Kreativitas
Beberapa pengertian kreativitas menurut para ahli, diantaranya ; Munandar (1995 : 25) kreativitas adalah suatu kemampuan umum untuk menciptakan suatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberikan gagasangagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya. Imam Musbikin (2006: 6) kreativitas adalah kemampuan memulai ide, melihat hubungan yang baru, atau tak diduga sebelumnya, kemampuan memformulasikan konsep yang tak sekedar menghafal, menciptakan jawaban baru untuk soal-soal yang ada, dan mendapatkan pertanyaan baru yang perlu di jawab. Mangunhardjana (1986 : 11) adalah kegiatan yang mendatangkan hasil yang sifatnya berguna (useful), lebih enak, lebih praktis, mempermudah, memperlancar, mendorong, mengembangkan, mendidik, memecahkan masalah, mengurangi hambatan, mengatasi kesulitan, mendatangkan hasil lebih baik atau banyak.
Jurnal Muamalah Vol V No 2, Desember 2015
Hendra Safri, Mengembangkan Kreatifitas Mahasiswa…..162
Sternberg (1988), kreativitas merupakan titik pertemuan yang khas antara tiga atribut psikologis, yaitu intelegensi, gaya kognitif, dan kepribadian/motivasi. Baron (1969) yang menyatakan kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan atau menciptakan sesuatu yang baru. Supriyadi dalam Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati (2005 : 15) mengutarakan bahwa kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada. Selanjutnya ia menambahkan bahwa kreativitas merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi yang mengimplikasikan terjadinya eskalasi dalam kemampuan berpikir, ditandai oleh suksesi, diskontinuitas, diverensiasi, dan integrasi antara setiap tahap perkembangan. Clark Moustakis (1967), ahli psikologi humanistic menyatakan bahwa kreativitas adalah pengalaman mengekspresikan dan mengaktualisasikan iden-titas individu dalam bentuk terpadu dalam hubungan dengan diri sendiri, dengan alam, dan dengan orang lain. Rhodes, umumnya kreativitas didefinisikan sebagai Person, Process, Press, Product. Keempat P ini saling berkaitan, yaitu Pribadi (Person) kreatif yang melibatkan diri dalam proses (Process) kreatif, dan dengan dorongan dan dukungan (Press) dari lingkungan, menghasilkan produk (Product) kreatif. Hulbeck (1945), “ Creative action is an imposing of one’s own whole personality on the environment in an unique and characteristic way”. Dimana tindakan kreatif muncul dari keunikan keseluruhan kepribadian dalam interaksi dengan lingkungannya. Haefele (1962), kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasikombinasi baru yang mempunyai makna social. Torrance (1988), kreativitas adalah proses merasakan dan mengamati adanya masalah, membuat dugaan tentang kekurangan (masalah) ini, menilai dan menguji dugaan atau hipotesis, kemudian
mengubah dan mengujinya lagi, dan akhirnya menyampaikan hasil-hasilnya. Dari berbagai pengertian yang dikemukakan oleh para ahli untuk menjelaskan makna dari kreativitas penulis mengambil kesimpulan bahwa kreativitas adalah kemampuan menciptakan sesuatu yang baru, proses konstuksi ide yang dapat diterapkan dalam menyelesaikan masalah, serta suatu kegiatan yang bermanfaat. Adapun Definisi kreativitas tergantung pada segi penekanannya, kreativitas dapat didefinisikan kedalam empat jenis dimensi sebagai Four P‟s Creativity, yaitu dimensi Person,Proses, Press dan Product sebagai berikut : 1. Definisi Person.
kreativitas
dalam
dimensi
Definisi pada dimensi person adalah upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada individu atau person dari individu yang dapat disebut kreatif. “Creativity refers to the abilities that are characteristics of creative people” (Guilford, 1950 dalam Reni Akbar-Hawadi dkk, 2001). “Creative action is an imposing of one’s own whole personality on the environment in an unique and characteristic way (Hulbeck, 1945 dikutip Utami Munandar, 1999). Guilford menerangkan bahwa kreativitas merupakan kemampuan atau kecakapan yang ada dalam diri seseorang, hal ini erat kaitannya dengan bakat. Sedangkan Hulbeck menerangkan bahwa tindakan kreatif muncul dari keunikan keseluruhan kepribadian dalam interaksi dengan lingkungannya. Definisi kreativitas dari dua pakar diatas lebih berfokus pada segi pribadi. 2. Kreativitas dalam dimensi Process. Definisi pada dimensi proses upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada proses berpikir sehingga memunculkan ide-ide unik atau kreatif. “Creativity is a process that manifest in self in fluency, in flexibility as well in originality of thinking” (Munandar, 1977 dalam Reni Akbar-Hawadi dkk, 2001). Utami Munandar menerangkan bahwa kreativitas adalah sebuah proses atau kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibititas), dan orisi-
Jurnal Muamalah Vol V No 2, Desember 2015
163 Hendra Safri, Mengembangkan Kreatifitas Mahasiswa…..
nalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci), suatu gagasan. Pada definisi ini lebih menekankan pada aspek proses perubahan (inovasi dan variasi). Dari pendapat diatas kreativitas sebagai sebuah proses yang terjadi didalam otak manusia dalam menemukan dan mengembangkan sebuah gagasan baru yang lebih inovatif dan variatif (divergensi berpikir). 3. Definisi Press.
Kreativitas
dalam
dimensi
Definisi dan pendekatan kreativitas yang menekankan faktor press atau dorongan, baik dorongan internal diri sendiri berupa keinginan dan hasrat untuk mencipta atau bersibuk diri secara kreatif, maupun dorongan eksternal dari lingkungan sosial dan psikologis. Definisi Simpson (1982) dalam S. C. U. Munandar 1999, merujuk pada aspek dorongan internal dengan rumusannya sebagai berikut : “The initiative that one manifests by his power to break away from the usual sequence of thought” Mengenai “press” dari lingkungan, ada lingkungan yang menghargai imajinasi dan fantasi, dan menekankan kreativitas serta inovasi. Kreativitas juga kurang berkembang dalam kebudayaan yang terlalu menekankan tradisi, dan kurang terbukanya terhadap perubahan atau perkembangan baru. 4. Definisi Kreativitas Product.
dalam
dimensi
Definisi pada dimensi produk merupakan upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada produk atau apa yang dihasilkan oleh individu baik sesuatu yang baru/original atau sebuah elaborasi/penggabungan yang inovatif. “Creativity is the ability to bring something new into existence” (Baron, 1976 dalam Reni AkbarHawadi dkk, 2001) Definisi yang berfokus pada produk kreatif menekankan pada orisinalitas, seperti yang dikemukakan oleh Baron (1969) yang menyatakan bahwa kreatifitas adalah kemampuan untuk menghasilkan/menciptakan sesuatu yang baru. Begitu pula menurut Haefele (1962) dalam Munandar, 1999; yang menyatakan kreativitas adalah kemampuan untuk membuat
kombinasi-kombinasi baru yang mempunyai makna sosial. Dari dua definisi ini maka kreatifitas tidak hanya membuat sesuatu yang baru tetapi mungkin saja kombinasi dari sesuatu yang sudah ada sebelumnya. Dari berbagai pengertian yang dikemukakan oleh para ahli untuk menjelaskan makna dari kreativitas yang dikaji dari empat dimensi yang memberikan definisi saling melengkapi. Untuk itu kita dapat membuat berbagai kesimpulan mengenai definisi tentang kreativitas dengan acuan beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli. Dari beberapa uraian mengenai definisi kreativitas yang dikemukakan diatas peneliti menyimpulkan bahwa : “Kreativitas adalah proses konstruksi ide yang orisinil (asli), bermanfaat, variatif (bernilai seni) dan inovatif (berbeda/lebih baik)”. Konsep Dasar Kreativitas Berdasar 4 P Strategi 4P yaitu Pribadi, Pendorong, Proses, dan Produk yang menurut para ahli dapat membantu mengembangkan kreatifitas anak jika diterapkan secara benar. Pada dasarnya setiap anak memiliki kreativitas, hanya saja tidak semua anak bisa mengembangkan kreatifitasnya dengan benar. Untuk itu diperlukan peran orang tua dalam mengembangkan kreatifitas tersebut. Melalui strategi 4P ini diharapkan dapat membantu orang tua dalam mengembangkan kreativitas anaknya. Pribadi Hal pertama yang harus orang tua ketahui dalam upaya mengembangkan kreatifitas anak adalah dengan memahami pribadi mereka, diantaranya dengan : 1. Memahami bahwa setiap anak memiliki pribadi berbeda, baik dari bakat, minat, maupun keinginan. 2. Menghargai keunikan kreativitas yang dimiliki anak, dan bukan mengharapkan halhal yang sama antara satu anak dengan anak lainnya, karena setiap anak adalah pribadi yang “unik”, dan kreatifitas juga merupakan sesuatu yang unik. 3. Jangan membanding-bandingkan anak karena tiap anak memiliki minat, bakat, kelebihan serta ketebatasannya masingmasing. Pahamilah kekurangan anak dan
Jurnal Muamalah Vol V No 2, Desember 2015
Hendra Safri, Mengembangkan Kreatifitas Mahasiswa…..164
kembangkanlah bakat dan kelebihan yang dimilikinya. Pendorong Dorongan dan motivasi bagi anda sangat berguna bagi anak dalam mengembangkan motivasi instrinsik mereka, dengan begitu mereka akan sendirinya berkreasi tanpa merasa dipaksa dan dituntut ini itu, kita dapat melakukan : 1. Berilah fasilitas dan sarana bagi mereka untuk berkreasi, misalnya melalui mainan-mainan yang bisa merangsang daya kreativitas anak misalnya balok-balok susun, lego, mainan alat dapur dan sebagainya. Hindari memberikan mainan yang tinggal pencet tombol atau mainan langsung jadi. 2. Ciptakan lingkungan keluarga yang mendukung kreatifitas anak dengan memberikan susana aman dan nyaman. 3. Hindari membatasai ruang gerak anak didalam rumah karena takut ada barangbarang yang pecah atau rusak, karena cara ini justru bisa memasung kreativitas mereka, alangkah lebih baik jika anda mau mengalah dengan menyimpan dahulu barang-barang yang mudah pecah ketempat yang aman, atau anda bisa meyediakan tempat khusus bermain anak, dimana anak bebas berkreasi. 4. Disiplin tetap diperlukan agar ide-ide kreatif mereka bisa terwujud. Proses Proses berkreasi merupakan bagian paling penting dalam pengembangan kreativitas dimana anak anda akan merasa mampu dan senang bersibuk diri secara kreatif dengan aktifitas yang dilakukannya, baik melukis, menyusun balok, merangkai bunga dan sebagainya, beberapa hal yang dapat dilakukan: 1. Hargailah kreasinya tanpa perlu berlebihan, karena secara intuisif anak akan tahu mana pujian yang tulus dan yang mana yang hanya akan basa-basi. 2. Hindari memberi komentar negatif saat anak berkreasi, apalagi disertai dengan perintah ini itu terhadap karya yang sedang dibuatnya, karena hal ini justru dapat menyurutkan semangatnya berkreasi. 3. Peliharalah harga diri anak dengan mengungkapkan terlebih dahulu komentar anda secara positif, misalnya “bunda senang
adek bisa membuat menara seperti itu, lain kali adek buat yang lebih tinggi dan tidak mudah ambruk ya.” Dengan demikian anak akan merasa dirinya mampu dan dihargai lingkungannya Produk Pada tahap ini anak sudah bisa menghasilkan produk kreatif mereka, yang bisa dilakukan: 1. Hargailah hasil kreatifitas mereka meski hasilnya agak kurang memuaskan. 2. Pajanglah karya anak anda di kamar mereka atau tempat-tempat lain yang memungkinkan. Dengan demikian, anak akan merasa bangga karena karyanya dihargai. Konsep Teori Kreatif :
Pembentukan
Pribadi
1. Teori Psikoanalisa Psikoanalisa memandang kreativitas sebagai hasil mengatasi suatu masalah, yang biasanya dimulai sejak di masa anak-anak. Priadi kreatif dipandang sebagai seseorang yang pernah mempunyai pengalaman traumatis, yang dihadapi dengan memungkinkan gagasan-gagasan yang disadari dan yang tidak disadari bercampur menjadi pemecahan inovatif dari trauma. Adapun tokohtokohnya adalah: a. Sigmund Freud. Ia menjelaskan proses kreatif dari mekanisme pertahanan, yang merupakan upaya tak sadar untuk menghindari kesadaran mengenai ide-ide yang tidak menyenangkan atau yang tidak dapat diterima. Sehingga biasanya mekanisme pertahanan merintangi produktivitas kreatif. Meskipun kebanyakan mekanisme pertahanan menghambat tindakan kreatif, namun justru mekanisme sublimasi justru merupakan penyebab utama dari kreativitas. b. Ernest Kris. Ia menekankan bahwa mekanisme pertahanan regresi (beralih ke perilaku sebelumnya yang akan memberi kepuasaan, jika perilaku sekarang tidak berhasil atau tidak memberi kepuasaan) juga sering muncul dalam tindakan kreatif. c. Carl Jung. Ia juga percaya bahwa ketidaksadaran memainkan peranan yang amat penting
Jurnal Muamalah Vol V No 2, Desember 2015
165 Hendra Safri, Mengembangkan Kreatifitas Mahasiswa…..
dalam kreativitas tingkat tinggi. Alam pikiran yang tidak disadari dibentuk oleh masa lalu pribadi. Dengan adanya ketidaksadaran kolektif, akan timbul penemuan, teori, seni, dan karya-karya baru lainnya. Prose inilah yang menyebabkan kelanjutan dari eksistensi manusia. 2. Teori Humanistik Humanistik lebih menekankan kreativitas sebagai hasil dari kesehatan psikologis tingkat tinggi. Dan kreativitas dapat berkembang selama hidup dan tidak terbatas pada usia lima tahun pertama. a. Abraham Maslow. Ia menekankan bahwa manusia mempunyai naluri-naluri dasar yang menjadi nyata sebagai kebutuhan. Kebutuhankebutuhan itu, diwujudkan Maslow sebagai hirarki kebutuhan manusia, dari yang terendah hingga yang tertinggi. b. Carl Rogers. Ia menjelaskan ada 3 kondisi dari pribadi yang kreatif, adalah keterbukaan terhadap pengalaman, kemampuan untuk menilai situasi sesuai dengan Patokan pribadi seseorang, kemampuan untuk bereksperimen atau untuk „bermain‟ dengan konsep-konsep. 3. Teori Cziksentmihalyi Ciri pertama yang memudahkan tumbuhnya kreativitas adalah Predisposisi genetis (genetic predispotition). Contoh seorang yang system sensorisnya peka terhadap warna lebih mudah menjadi pelukis, peka terhadap nada lebih mudah menjadi pemusik. a. Minat pada usia dini pada ranah tertentu: Minat menyebabkan seseorang terlibat secara mendalam terhadap ranah tertentu, sehingga mencapai kemahiran dan keunggulan kreativitas. b. Akses terhadap suatu bidang: Adanya sarana dan prasarana serta adanya pembina/mentor dalam bidang yang diminati sangat membantu pengembangan bakat. c. Access to a field Kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan teman sejawat, tokoh-tokoh penting dalam bidang yang digeluti, memperoleh informasi yang terakhir, mendapatkan kesempatan bekerja sama dengan pakar-
pakar dalam bidang yang diminati sangat penting untuk mendapatkan pengakuan + penghargaan dari orang-orang penting. Orang-orang kreatif ditandai adanya kemampuan mereka yang luar biasa untuk menyesuaikan diri terhadap hampir setiap situasi dan untuk melakukan apa yang perlu untuk mencapai tujuannya. Ciri-Ciri Kreativitas Terdapat beberapa ciri-ciri kreativitas antara lain sebagai berikut : 1. Memiliki rasa ingin tahu yang luas dan mendalam 2. Memiliki daya imajinasi yang tinggi 3. Selalu memberikan gagasan atau usulan terhadap suatu masalah 4. Melihat suatu masalah dalam berbagai sudut pandang 5. Orisinal dalam ungkapan gagasan dan dalam pemecahan masalah Alat Ukur Kreativitas Menurut Utami Munandar (2009:6870) tes untuk mengukur kreativitas adalah sebagai berikut : 1. Tes kreativitas verbal Konstruksi tes kreativitas verbal berdasarkan model struktur intelek dari guilford sebagai kerangka teoritis. Tes terdiri dari enam sub-tes yang semuanya mengukur operasi berfikir divergen 2. Tes kreativitas figuran (TKF) Tes yang memungkinkan penyelesaian dalam waktu singkat dan dapat diberikan dalam kelompok. Tes ini mengukur aspek kelancaran, kelenturan, orisinalitas, dan elaborasi dari kemampuan berfikir kreatif. 3. Skala sikap kreatif Skala sikap kreatif terdiri dari 32 butir pertanyaan yang disusun untuk siswa SD, dan SMP setiap pertanyaan dijawab "ya" atau "tidak". Tes dioperasikan dalam dimensi : keterbukaan dalam pengalaman baru, kelenturan dalam berfikir, kebebasan dalam ungkapan diri, menghargai fantasi, minat terhadap kegiatan kreatif, kepercayaan terhadap gagasan sendiri, dan kemampuan mandiri dalam memberi pertimbangan. 4. Skala penilaian anak berbakat oleh guru Tes yang terdiri dari 4 sub skala yang mengukur intelektual umum, motivasi, kreativitas, dan kepemimpinan
Jurnal Muamalah Vol V No 2, Desember 2015
Hendra Safri, Mengembangkan Kreatifitas Mahasiswa…..166
Pelatihan Menurut Mathis (2002) , Pelatihan adalah suatu proses dimana orang-orang mencapai kemampuan tertentu untuk membantu mencapai tujuan organisasi. Oleh karena itu, proses ini terikat dengan berbagai tujuan organisasi, pelatihan dapat dipandang secara sempit maupun luas. Secara terbatas, pelatihan menyediakan para pegawai dengan pengetahuan yang spesifik dan dapat diketahui serta keterampilan yang digunakan dalam pekerjaan mereka saat ini. Terkadang ada batasan yang ditarik antara pelatihan dengan pengembangan, dengan pengembangan yang bersifat lebih luas dalam cakupan serta memfokuskan pada individu untuk mencapai kemampuan baru yang berguna baik bagi pekerjaannya saat ini maupun di masa mendatang. Payaman Simanjuntak (2005) mendefinisikan pelatihan merupakan bagian dari investasi SDM (human investment) untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan kerja, dan dengan demikian meningkatkan kinerja pegawai. Pelatihan biasanya dilakukan dengan kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan jabatan, diberikan dalam waktu yang relatif pendek, untuk membekali seseorang dengan keterampilan kerja. Pelatihan menurut Gary Dessler (2009) adalah Proses mengajarkan karyawan baru atau yang ada sekarang, ketrampilan dasar yang mereka butuhkan untuk menjalankan pekerjaan mereka” Pelatihan merupakan salah satu usaha dalam meningkatkan mutu sumber daya manusia dalam dunia kerja. Karyawan, baik yang baru ataupun yang sudah bekerja perlu mengikuti pelatihan karena adanya tuntutan pekerjaan yang dapat berubah akibat perubahan lingkungan kerja, strategi, dan lain sebagainya. Pelatihan didefinisikan oleh Ivancevich sebagai “usaha untuk meningkatkan kinerja pegawai dalam pekerjaannya sekarang atau dalam pekerjaan lain yang akan dijabatnya segera”. Selanjutnya, sehubungan dengan definisinya tersebut, Ivancevich (2008) mengemukakan sejumlah butir penting yang diuraikan di bawah ini: Pelatihan (training) adalah “sebuah proses sistematis untuk mengubah perilaku kerja seorang/ sekelompok pegawai dalam usaha mening-
katkan kinerja organisasi”. Pelatihan terkait dengan keterampilan dan kemampuan yang diperlukan untuk pekerjaan yang sekarang dilakukan. Pelatihan berorientasi ke masa sekarang dan membantu pegawai untuk menguasai keterampilan dan kemampuan (kompetensi) yang spesifik untuk berhasil dalam pekerjaannya. Pelatihan adalah proses pendidikan jangka pendek yang menggunakan prosedur yang sistematis dan terorganisir”. Selanjutnya, Udai menyatakan: “Training and development is defined as the human recourse practice which focuced is identifying, assessing and through planned learning helping development the key competences which enable people to perform current or future job”, these activities which are designed to improve human performance on the job employee is presently doing or is being hired to do”. (Pelatihan dan pengembangan didefinisikan sebagai praktek jalan manusia yang fokus adalah mengidentifikasi, menilai dan melalui pembelajaran yang direncanakan membantu pengembangan kompetensi kunci yang memungkinkan orang untuk melakukan pekerjaan saat ini atau masa depan ", kegiatan yang dirancang untuk meningkatkan kinerja manusia pada kerja karyawan adalah saat melakukan atau sedang disewa untuk melakukan)". Definisi tersebut menggambarkan bahwa pelatihan merupakan kegiatan yang dirancang untuk mengembangkan sumber daya manusia melalui rangkaian kegiatan identifikasi, pengkajian serta proses belajar yang terencana. Hal ini dilakukan melalui upaya untuk membantu mengembangkan kemampuan yang diperlukan agar dapat melaksanakan tugas, baik sekarang maupun di masa yang akan datang. Ini berati bahwa pelatihan dapat dijadikan sebagai sarana yang berfungsi untuk memperbaiki masalah kinerja organisasi, seperti efektivitas, efesiensi dan produktivitas. Pelatihan juga merupakan upaya pembelajaran yang diselenggarakan oleh organisasi baik pemerintah, maupun lembaga swadaya masyarakat ataupun perusahaan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan organisasi dan mencapai tujuan organisasi.
Jurnal Muamalah Vol V No 2, Desember 2015
167 Hendra Safri, Mengembangkan Kreatifitas Mahasiswa…..
Pengertian ini didasarkan pada definisi yang dikemukakan oleh Sudjana bahwa: Training is a process used by organization to meet their goals. It is called into operation when a discrepancy is perceived between the current situation and a preferred state of affairs”. Pelatihan adalah upaya pembelajaran yang diselenggarakan oleh organisasi (instansi pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, perusahaan) untuk memenuhi kebutuhan atau untuk mencapai tujuan organisasi sehingga pelatihan dapat diartikan sebagai kegiatan edukatif untuk membawa keadaan perilaku peserta pelatihan kepada perilaku yang lebih baik sebagaimana yang diinginkan oleh organisasi. Pelatihan sebagai bagian dari pendidikan yang mengandung proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan, waktu yang relatif singkat dan metode yang lebih mengutamakan praktek daripada teori. Beberapa pengertian tersebut di atas menggambarkan bahwa pelatihan merupakan proses membantu peserta pelatihan untuk memperoleh keterampilan agar dapat mencapai efektivitas dalam melaksanakan tugas tertentu melalui pengembangan proses berpikir, sikap, pengetahuan, kecakapan dan kemampuan. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan beberapa pengertian yang terkait dengan pelatihan, yaitu : 1. Adanya proses pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan peserta pelatihan. 2. Adanya proses pendidikan yang dilakukan secara teratur, sistematis dan terencana. 3. Orientasi belajar lebih menekankan pada hal-hal yang praktis, fungsional, aplikatif sesuai dengan kebutuhan peserta pelatihan 4. Menggunakan waktu yang relatif singkat. 5. Memiliki tujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, Dan kemandirian peserta pelatihan 6. Ditekankan kepada perbaikan kinerja peserta pelatihan dalam laksanakan tugas.
Tujuan dan manfaat pelatihan Tujuan umum pelatihan sebagai berikut: (1) untuk mengembangkan keahlian, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan lebih cepat dan lebih efektif, (2) untuk mengembangkan pengetahuan, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan secara rasional, dan (3) untuk mengembangkan sikap, sehingga menimbulkan kemauan kerjasama dengan teman-teman pegawai dan dengan manajemen (pimpinan). Komponen pelatihan sebagaimana dijelaskan oleh Mangkunegara (2005) terdiri 1. Tujuan dan sasaran pelatihan dan pengembangan harus jelas dan dapat di ukur 2. Para pelatih (trainer) harus ahlinya yang berkualitas memadai (profesional) 3. Materi pelatihan dan pengembangan harus disesuaikan dengan tujuan yang hendak di capai 4. Peserta pelatihan dan pengembangan (trainers) harus memenuhi persyaratan yang ditentukan. Dalam pengembangan program pelatihan, agar pelatihan dapat bermanfaat dan mendatangkan keuntungan diperlukan tahapan atau langkah-langkah yang sistematik. Secara umum ada tiga tahap pada pelatihan yaitu tahap penilaian kebutuhan, tahap pelaksanaan pelatihan dan tahap evaluasi. Atau dengan istilah lain ada fase perencanaan pelatihan, fase pelaksanaan pelatihan dan fase pasca pelatihan. Mangkunegara (2005) menjelaskan bahwa tahapan-tahapan dalam pelatihan dan pengembangan meliputi: (1) mengidentifikasi kebutuhan pelatihan/need assesment; (2) menetapkan tujuan dan sasaran pelatihan; (3) menetapkan kriteria keberhasilan dengan alat ukurnya; (4) menetapkan metode pelatihan; (5) mengadakan percobaan (try out) dan revisi; dan (6) mengimplementasikan dan mengevaluasi. Menurut Carrell dan Kuzmits (1982 : 278), tujuan utama pelatihan dapat dibagi menjadi 5 yaitu: 1. Untuk meningkatkan ketrampilan sesuai dengan perubahan teknologi. 2. Untuk mengurangi waktu belajar bagi individu baru agar menjadi kompeten.
Jurnal Muamalah Vol V No 2, Desember 2015
Hendra Safri, Mengembangkan Kreatifitas Mahasiswa…..168
3. Untuk membantu masalah operasional. 4. Untuk menyiapkan invidu dalam promosi. 5. Untuk memberi orientasi individu untuk lebih mengenal organisasinya. Pelatihan Kreativitas Untuk Mahasiswa 1. Pelatihan Kewirausahaan Adapun pelatihan kewirausahaan untuk mahasiswa diantaranya melalui : a. Mengadakan Workshop kewirausahaan hal ini dapat dilaksanakan dengan bekerjasama dengan instansi terkait yang memiliki tenaga ahli dibidangnya masing-masing dan disesuaikan dengan kebutuhan pasar. b. Pembentukan Rumah Produksi, yang dapat digunakan unit kegiatan mahasiswa untuk membuat produk unggulan sesuai dengan ide yang mereka telah pikirkan. c. Studi banding ke pusat usaha mikro, dan industri hal ini diharapakan sebagai media pembelajaran dan inspirasi usaha bagi mahasiswa. 2. Pelatihan Keahlian Pelatihan keahlian untuk mahasiswa diantaranya melalui : a. Kerjasama dengan instansi tertentu untuk mengadakan pengembangan kompetensi yang memiliki hubungan dengan program studi, agar dapat menerbitkan sertifikat kompetensi. b. Memaksimalkan Laboratorium program studi, agar mahasiswa memiliki banyak waktu untuk mengembangkan diri. 3. Pelatihan Tim Pelatihan Tim untuk mahasiswa diantaranya adalah : a. Melaksanakan Training Motivasi b. Memperbanyak kelompok belajar c. Melaksanakan kegiatan outbond pada periode tertentu. Simpulan Berdasarkan uraian di atas, dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Secara sederhana kreativitas adalah kemampuan untuk mencipta atau sering disebut daya cipta
2. Ada tiga teori pembentukan pribadi kreatif yaitu; (1) Psikoanalisa, (2) Humanistik, (3) Teori Cziksentmihalyi. 3. Secara sederhana pelatihan adalah proses atau cara. 4. Tujuan dan manfaat pelatihan adalah a) meningkatkan ketrampilan sesuai dengan perubahan teknologi, b) mengurangi waktu belajar bagi individu baru agar menjadi kompeten, c) membantu masalah operasional, d) menyiapkan invidu dalam promosi, e) memberi orientasi individu untuk lebih mengenal organisasi-nya. 5. Pelatihan Kreativitas untuk mahasiswa melalui: a. Pelatihan Kewirausahaan Adapun pelatihan kewirausahaan untuk mahasiswa diantaranya melalui 1) Mengadakan Workshop kewirausahaan hal ini dapat dilaksanakan dengan bekerjasama dengan instansi terkait yang memiliki tenaga ahli dibidangnya masing-masing dan disesuaikan dengan kebutuhan pasar. 2) Pembentukan Rumah Produksi, yang dapat digunakan unit kegiatan mahasiswa untuk membuat produk unggulan sesuai dengan ide yang mereka telah pikirkan. 3) Studi banding ke pusat usaha mikro, dan industri hal ini diharapakan sebagai media pembelajaran dan inspirasi usaha bagi mahasiswa. b. Pelatihan Keahlian, Pelatihan keahlian untuk mahasiswa diantaranya melalui: 1) Kerjasama dengan instansi tertentu untuk mengadakan pengembangan kompetensi yang memiliki hubungan dengan program studi, agar dapat menerbitkan sertifikat kompetensi. 2) Memaksimalkan Laboratorium program studi, agar mahasiswa memiliki banyak waktu untuk mengembangkan diri. c. Pelatihan Tim, Pelatihan Tim untuk mahasiswa diantaranya adalah: 1) Melaksanakan Training Motivasi 2) Memperbanyak kelompok belajar 3) Melaksanakan kegiatan outbond pada periode tertentu. Daftar Pustaka Anwar
Prabu Mangkunegara. 2009. Perencanaan Dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung : Penerbit PT Refika Aditama
Jurnal Muamalah Vol V No 2, Desember 2015
169 Hendra Safri, Mengembangkan Kreatifitas Mahasiswa…..
Basuki,
Heru. 2006. “pengembangan kreativitas” http://www. heru.staff.gunadarma .ac.id
Dedi mulayana. 2015. Berpikir kreatif http://dedimulyana96.blogspot.com/ diakses 12 November 2015 Dessler, Gary. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Index
Ivancevich, John, M, dkk. 2008. Perilaku dan Manajemen Organisasi, jilid 1 dan 2 Jakarta : Erlangga. Litbang
Pendidikan 2015. Refleksi https://litbangadpend05.wordpress.c om/refleksi/
Mangkunegara, Anwar Prabu., 2005. Evaluasi Kinerja SDM. Bandung : Refika Aditama.
Jurnal Muamalah Vol V No 2, Desember 2015