PENGARUH ZAT PENGATUR TUMBUH FIPRONIL DAN METIRAM TERHADAP PERTUMBUHAN, HASIL DAN MUTU HASIL PADI SAWAH (Oryza sativa L.)
Oleh Dina Amraini A34104024
PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
RINGKASAN DINA AMRAINI. Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh Fipronil dan Metiram terhadap Pertumbuhan, Hasil dan Mutu Hasil Padi Sawah (Oryza sativa L. ). Dibimbing oleh SUGIYANTA. Aplikasi zat pengatur tumbuh (ZPT) merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan produktivitas padi. Zat pengatur tumbuh dewasa ini sudah banyak dimanfaatkan untuk meningkatkan hasil pertanian termasuk padi dengan sasaran utama untuk meningkatkan mutu hasil. Sekarang ini produsen pestisida juga menghasilkan produk yang mempunyai efek zat pengatur tumbuh seperti pestisida dengan bahan aktif Fipronil dan Metiram sehingga diharapkan mempunyai efek ganda. Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh aplikasi ZPT dengan bahan aktif Fipronil dan Metiram terhadap pertumbuhan, hasil dan mutu hasil padi sawah. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan 10 perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan yang diaplikasikan adalah tanpa aplikasi ZPT sebagai kontrol (P0), aplikasi Fipronil dengan dosis 200 ml/ha (P1), 400 ml/ha (P2), 600 ml/ha (P3), 800 ml/ha (P4) dan aplikasi Metiram dengan dosis 400 g/ha (P5), 800 g/ha (P6), 1 600 g/ha (P7), 2 400 g/ha (P8) serta aplikasi 400 ml/ha Difenokonazol (P9). Seluruh data percobaan diolah dengan menggunakan analisis sidik ragam menggunakan program SAS. Apabila menunjukan pengaruh yang nyata maka dilanjutkan dengan uji lanjut DMRT (Duncan’s Multiple Range Test ) pada taraf 5 %. Aplikasi ZPT dengan bahan aktif Fipronil dan Metiram dengan berbagai dosis perlakuan berpengaruh secara nyata terhadap jumlah anakan pada 4 MST dan 5 MST. Berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah anakan pada saat 6 MST dan juga terhadap persentase gabah hampa. Komponen pengamatan lainnya yang juga cenderung dipengaruhi oleh aplikasi ZPT dengan bahan aktif Fipronil dan Metiram adalah Bagan Warna Daun tanaman pada umur 6 MST, panjang malai, dan rendemen beras giling. Hasil percobaan menunjukan bahwa aplikasi ZPT Fipronil dan Metiram menghasilkan jumlah anakan, bagan warna daun, dan rendemen beras giling lebih tinggi dari kontrol, sedangkan panjang malai, dan gabah hampa yang dihasilkan pada aplikasi ZPT Fipronil dan Metiram lebih rendah dari kontrol. Aplikasi 200 ml dan 400 ml Fipronil/ha serta 400 g, 800 g, dan 1 600 g Metiram /ha dapat meningkatkan hasil hingga 23.64% untuk GKP dan 25.56% untuk GKG.
PENGARUH ZAT PENGATUR TUMBUH FIPRONIL DAN METIRAM TERHADAP PERTUMBUHAN, HASIL DAN MUTU HASIL PADI SAWAH (Oryza sativa L.)
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh Dina Amraini A34104024
PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
Judul
:PENGARUH FIPRONIL
ZAT DAN
PENGATUR METIRAM
TUMBUH TERHADAP
PERTUMBUHAN, HASIL DAN MUTU HASIL PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Nama
: Dina Amraini
NRP
: A34104024
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Sugiyanta, MSi NIP : 131 803 644
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, MAgr. NIP. 131 124 019
Tanggal lulus :
RIWAYAT HIDUP Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara, yang dilahirkan di Koto Marapak pada tanggal 2 Maret 1985 dari pasangan Bapak Mi’in (M. Dt. Sanding) dan Ibu Samniar. Penulis menempuh pendidikan formal di SDN 67 Pandam Gadang Barat pada tahun 1992-1998. Tahun 1998-2001, penulis melanjutkan studi ke SMPN 1 Suliki dan tahun 2001-2004 ke SMUN 1 Suliki. Pada tahun 2004, penulis diterima pada Program Studi Agronomi, Departemen Budi Daya Pertanian, Fakultas Pertanian IPB melalui jalur USMI. Selama menjadi mahasiswa di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif mengikuti organisasi yaitu DKM Al Fallah periode 2004/2005, LDF FKRD A periode 2005/2006 dan 2006/2007 serta Himpunan Profesi (Himpunan Mahasiswa Agronomi) periode 2006/2007. Penulis juga menjadi asisten praktikum mata kuliah Biologi tahun akademik 2006/2007 dan 2007/2008 serta asisten mata kuliah Ilmu Tanaman Pangan tahun akademik 2007/2008. Selain itu, penulis juga menjadi asisten dosen dalam Pengujian Pupuk dan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT). Selama menjalankan studi, penulis menerima beasiswa dari beberapa sumber yaitu beasiswa PPA (Peningkatan Prestasi Akademik), LAZ (Lembaga Amil Zakat) Al Hurriyyah IPB, PT. Mitra Multi Mulya dan beasiswa dari Dinas Pendidikan Pemerintah Daerah Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat.
KATA PENGANTAR Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat, kekuatan dan HidayahNya sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan baik. Penelitian ini berjudul “Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh Fipronil dan Metiram terhadap Pertumbuhan, Hasil dan Mutu Hasil Padi Sawah (Oryza sativa L.)” Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Dr. Ir. Sugiyanta, MSi sebagai pembimbing akademik sekaligus pembimbing skripsi yang telah memberikan banyak masukan dan arahan kepada penulis. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada kedua orang tua dan kakak yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil kepada penulis. Tidak lupa ucapan terima kasih kepada rekan-rekan agronomi atas bantuannya serta kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran penelitian dan penulisan skripsi ini. Semoga
hasil
penelitian
ini
bermanfaat
bagi
pihak-pihak
yang
memerlukan.
Bogor, Agustus 2008 Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH Segala puji hanya bagi Allah Rabb semesta alam atas limpahan Rahmat, Taufik dan HidayahNya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih sedalamdalamnya kepada : 1. Kedua orang tua, kakak (Muharni & Eti Ningsih) dan adik (Muhammad Arif) yang telah memberikan kasih sayang, cinta dan pengorbanan. Semoga pengorbanan ini tidak sia-sia dan mendapat balasan yang sebaik-baiknya dari Allah SWT. 2. Dr. Ir. Sugiyanta, MSi yang telah memberikan banyak masukan, bimbingan, pengarahan dan pelajaran hidup kepada penulis. 3. Dr.Ir. Ahmad Junaedi MSi dan Ir. Heni Purnamawati MSc.Agr selaku penguji atas kritik dan sarannya untuk penyempurnaan penulisan skripsi ini. 4. Dosen dan Staf pengajar Fakultas Pertanian IPB atas ilmu yang diberikan kepada penulis. 5. Ibu Hj. Yusna M. yang telah rela berkorban demi kelancaran studi penulis. 6. Ir. Zamri Zamta dan keluarga atas bantuan, masukan dan semua pengorbanan yang telah diberikan kepada penulis. 7. My Sister Rika Putri, Restu Puji M., Desty Dwi, Via Y., Tri Utami N., Anggorowati, Devi Andayani dan Bee’ers atas bantuan, masukan dan kebersamaannya. 8. LAZ Al Hurriyyah IPB, PPA, PT. Mitra Multi Mulya dan Pemda Limapuluh Kota atas bantuan finansial kepada penulis dalam menyelesaikan studi. 9. Tiran 41, teman-teman DKM Al Fallah BDP IPB periode 2004/2005, teman-teman FKRD periode 2005/2006, pengurus Himagron 2006/2007 atas perhatian, dukungan dan doanya. 10. Bi Acih, Pak Anjay, A Amar dan Bapak Suhaya (Karawang) atas bantuannya selama penelitian.
11. Teman-teman agronomi angkatan 41 atas bantuan, kebersamaan dan keceriaan yang telah kalian berikan. 12. DRQ’ers dan Elgant’ers, thanks atas perhatian dan doanya. 13. Bapak Asep Syaifudin dan keluarga serta pemerintahan Desa Gekbrong, Cianjur atas bantuan selama KKP 14. Teman-teman KKP Desa Gekbrong, Cianjur (Retno, Khrisna, Widya, Isa dan Dila) 15. Kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian studi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Bogor, Agustus 2008 Penulis
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL………………………………….……………………….ix DAFTAR GAMBAR…………………………….………………………… xii PENDAHULUAN…………………………………………………. ……... 1 Latar Belakang……………………………………………………... 1 Tujuan……………………………………………………………… 2 Hipotesis…………………………………………………………… 2 TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………… 3 Karakteristik Varietas………………………………….................... 3 Zat Pengatur Tumbuh……………………………………………… 3 BAHAN DAN METODE……………………………………...................... 5 Tempat dan Waktu Penelitian…………………………………...… 5 Alat dan Bahan………………………………………………........... 5 Metode Penelitian………………………………………………..… 5 Pelaksanaan………………………………………………………… 6 Pengamatan……………………………………………………….... 7 HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………………………. 8 Hasil……………………………………………………………..…. 8 Kondisi Umum Pertanaman……………………………..…. 8 Analisis Kandungan Hara Tanah…………………………... 10 Rekapitulasi Hasil Analisis Sidik Ragam……………..…… 10 Pengaruh ZPT Fipronil dan Metiram terhadap Pertumbuhan Tanaman…………………………………...… 11 Hasil dan Komponen Hasil.................................................... 13 Mutu Hasil.............................................................................. 16 Pembahasan........................................................................................18 KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................... 25 Kesimpulan........................................................................................ 25 Saran.................................................................................................. 25 DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 26 LAMPIRAN................................................................................................... 29
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman Teks 1. Perlakuan ZPT yang Diaplikasikan….….………………………….. 3 2. Hasil Analisis Hara tanah ……………………...……………………10
3. Pengaruh Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh Fipronil dan Metiram terhadap Tinggi Tanaman Padi Sawah .............................................. 11 4. Pengaruh Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh Fipronil dan Metiram terhadap Jumlah Anakan Padi Sawah ................................................ 12 5. Pengaruh Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh Fipronil dan Metiram terhadap Bagan Warna Daun Padi Sawah ........................................ 13 6. Pengaruh Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh Fipronil dan Metiram terhadap Komponen Hasil Padi Sawah ............................................. 14 7. Pengaruh Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh Fipronil dan Metiram terhadap Hasil Gabah/Rumpun .......................................................... 15 8. Pengaruh Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh Fipronil dan Metiram terhadap Hasil Gabah Ubinan dan Dugaan Hasil Gabah/Ha ............. 15 9. Pengaruh Fipronil dan Metiram terhadap Persen Peningkatan Hasil..16 10. Pengaruh Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh Fipronil dan Metiram terhadap Mutu Giling Gabah.............................................................. 17 11. Selisih Anakan Total dan Anakan Produktif serta Kerapatan Malai.. 21 12. Pengaruh ZPT Fipronil dan Metiram Terhadap Gabah Hampa dan Penyusutan Bobot....................................................................... 22
Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Way Apo Buru…………………………… 31 2. Data Iklim Bulan Agustus 2007 sampai Desember 2007 ……….… 32 3. Rekapitulasi Sidik Ragam pada Berbagai Peubah Pengamatan…… 33 4. Sidik Ragam Perlakuan Fipronil dan Metiram terhadap Tinggi Tanaman saat 4 MST……………………………..................35
Nomor
Halaman Lampiran 5. Sidik Ragam Perlakuan Fipronil dan Metiram terhadap Tinggi Tanaman saat 5 MST ……………………….………………35 6.
Sidik Ragam Perlakuan Fipronil dan Metiram terhadap Tinggi Tanaman saat 6 MST ……………….………………………35
7. Sidik Ragam Perlakuan Fipronil dan Metiram terhadap Tinggi Tanaman saat 7 MST …………...…………………………..35 8. Sidik Ragam Perlakuan Fipronil dan Metiram terhadap Tinggi Tanaman saat 8 MST ……………….………………………36 9. Sidik Ragam Perlakuan Fipronil dan Metiram terhadap Tinggi Tanaman saat Panen …………………...…………………... 36 10. Sidik Ragam Perlakuan Fipronil dan Metiram terhadap Jumlah Anakan saat 4 MST ……………...………………………... 36 11. Sidik Ragam Perlakuan Fipronil dan Metiram terhadap Jumlah Anakan saat 5 MST ……………...………………………... 36 12. Sidik Ragam Perlakuan Fipronil dan Metiram terhadap Jumlah Anakan saat 6 MST ………...……………………………... 37 13. Sidik Ragam Perlakuan Fipronil dan Metiram terhadap Jumlah Anakan saat 7 MST …………………..…………………… 37 14. Sidik Ragam Perlakuan Fipronil dan Metiram terhadap Jumlah Anakan saat 8 MST ………………...……………………... 37 15. Sidik Ragam Perlakuan Fipronil dan Metiram terhadap Jumlah Anakan saat Panen …………...…………………………….37 16. Sidik Ragam Perlakuan Fipronil dan Metiram terhadap Bagan Warna Daun saat 4 MST ........................................................38 17. Sidik Ragam Perlakuan Fipronil dan Metiram terhadap Bagan Warna Daun saat 5 MST…………………………………… 38 18. Sidik Ragam Perlakuan Fipronil dan Metiram terhadap Bagan Warna Daun saat 6 MST ……………………………………38 19. Sidik Ragam Perlakuan Fipronil dan Metiram terhadap Bagan Warna Daun saat 7 MST ……………………………………38
Nomor
Halaman Lampiran
20. Sidik Ragam Perlakuan Fipronil dan Metiram terhadap Bagan Warna Daun saat 8 MST ……………………………………39 21. Sidik Ragam Perlakuan Fipronil dan Metiram terhadap Jumlah Anakan Produktif ……………...………………………….. 39 22. Sidik Ragam Perlakuan Fipronil dan Metiram terhadap Panjang Malai ………………………………..……………………. 39 23. Sidik Ragam Perlakuan Fipronil dan Metiram terhadap Jumlah Gabah per Malai ………………………...………………… 39 24. Sidik Ragam Perlakuan Fipronil dan Metiram terhadap Bobot 1000 Butir …………………..……………………………… 40 25. Sidik Ragam Perlakuan Fipronil dan Metiram terhadap Hasil Gabah Basah Per Rumpun …………………………………...40 26. Sidik Ragam Perlakuan Fipronil dan Metiram terhadap Hasil Gabah Kering Per Rumpun ………………...……………….. 40 27. Sidik Ragam Perlakuan Fipronil dan Metiram terhadap Bobot Gabah Basah Ubinan ……………………………………….. 40 28. Sidik Ragam Perlakuan Fipronil dan Metiram terhadap Bobot Gabah Kering Ubinan ……………………………………… 41 29. Sidik Ragam Perlakuan Fipronil dan Metiram terhadap Gabah Kering Panen …………………………………………...….. 41 30. Sidik Ragam Perlakuan Fipronil dan Metiram terhadap Gabah Kering Giling ……………...……………………………….. 41 31. Sidik Ragam Perlakuan Fipronil dan Metiram terhadap Gabah Hampa ………………………………………………...…….41 32. Sidik Ragam Perlakuan Fipronil dan Metiram terhadap Butir Hijau Mengapur ………………………...…………………… 42 33. Sidik Ragam Perlakuan Fipronil dan Metiram terhadap Rendemen Beras giling ………………...………………………….. 42 34. Sidik Ragam Perlakuan Fipronil dan Metiram terhadap Rendemen Beras Kepala ……………………………………...…… 42
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman Teks
1. Kondisi Umum Pertanaman saat 4 MST………………...………… 9
Lampiran 1. Denah Tata Letak Percobaan……………………….....……………30
PENDAHULUAN
Latar Belakang Kebutuhan beras sebagai bahan pangan utama di Indonesia terus meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi perkapita. Peningkatan jumlah penduduk ditandai dengan adanya peningkatan laju pertumbuhan penduduk rata-rata 1.49% per tahun. Sementara itu, menurut
Deptan
(2007)
konsumsi
beras
di
Indonesia
mencapai
135 kg/kapita/tahun. Produksi beras di Indonesia tahun 2006 dan 2007 (November) secara berurutan adalah 33.6 juta ton dan 34.0 juta ton, sedangkan konsumsi beras pada tahun yang sama adalah 35.55 juta ton dan 36.15 juta ton (United State Department of Agriculture, 2007). Oleh sebab itu, kesenjangan antara produksi dan konsumsi masih terjadi. Namun upaya peningkatan produksi beras masih mengalami banyak kendala seperti adanya serangan organisme pengganggu tanaman (OPT), anomali iklim, adanya konversi lahan sawah dan belum diadopsinya teknologi oleh petani. Hal tersebut dapat menurunkan produksi padi sehingga produksi beras juga akan menurun. Optimasi produktivitas padi di lahan sawah merupakan salah satu peluang peningkatan produksi gabah nasional. Hal ini sangat dimungkinkan bila dikaitkan dengan hasil padi pada agroekosistem ini masih beragam antar lokasi dan belum optimal. Rata-rata produktivitas padi nasional tahun 2007 baru mencapai 4.7 ton/ha sementara potensinya dapat mncapai 6-8 ton/ha (BPS, 2008). Oleh sebab itu, berbagai teknologi budidaya telah dikembangkan untuk meningkatkan produktivitas padi sawah. Salah satu teknologi yang diterapkan adalah aplikasi zat pengatur tumbuh (ZPT). Zat pengatur tumbuh merupakan senyawa organik bukan nutrisi yang dalam konsentrasi rendah dapat mendorong, menghambat atau secara kualitatif mengubah pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Widyastuti dan Tjokrokusumo, 2001). Aplikasi ZPT pada tanaman dapat berpengaruh terhadap orientasi transpor asimilat, penundaan senesen dan pembesaran sel (Wattimena, 1988). Efek aplikasi ZPT pada suatu tanaman akan terlihat jelas jika kondisi tanaman sehat, kebutuhan
hara terpenuhi dan pemeliharaan yang baik. Tujuan utama pengaplikasian ZPT terhadap tanaman padi adalah untuk meningkatkan kualitas/mutu hasil disamping pertumbuhan dan hasil. Oleh sebab itu, aplikasi ZPT diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan, produksi dan mutu hasil padi sawah. Zat yang mempunyai efek zat pengatur tumbuh antara lain adalah ZPT dengan bahan aktif Fipronil dan Metiram. Tujuan Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh ZPT dengan bahan aktif Fipronil dan Metiram terhadap pertumbuhan, hasil dan mutu hasil padi sawah (Oryza sativa L.). Hipotesis Aplikasi ZPT dengan bahan aktif Fipronil dan Metiram pada dosis tertentu berpengaruh terhadap pertumbuhan, hasil dan mutu hasil padi sawah (Oryza sativa L.).
TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Varietas Tanaman padi (Oryza sativa L.) termasuk divisi Angiospermae, kelas monokotil, famili Graminae dan subfamili Oryzae. Berdasarkan morfologinya, padi dapat digolongkan menjadi tiga subspecies yaitu Indica, Japonica dan Javanica. Sedangkan berdasarkan tingginya padi dapat digolongkan menjadi dua yaitu padi tinggi (tinggi 1.7 m) dan padi pendek (tinggi 1 m) (Katayama, 1993). Varietas-varietas yang ada di Indonesia umumnya termasuk subspecies Indica yang disebut varietas “cempo” atau varietas “cere”. Adapun ciri varietas cere antara lain adalah batangnya tipis, jumlah anakan banyak, daun silinder, gabah berat dan hasil tinggi (Meulen, 1941). Selain itu, di Indonesia juga terdapat varietas padi kelompok sub-Japonica atau Indo-Japonica yang lebih dikenal dengan nama varietas bulu atau varietas gundil (Siregar, 1981). Salah satu varietas padi yang banyak dikembangkan di Indonesia sekarang ini adalah varietas Way Apo Buru yang dilepas pada tahun 1998. Way Apo Buru termasuk varietas unggul golongan cere dengan umur 115-125 hari. Posisi daunnya tegak sehingga lebih efektif dalam memanfaatkan sinar matahari. Anakan produktifnya berkisar antara 15-18 batang, potensi hasil 5-8 ton/ha dan bobot seribu butir 27-28 g ( Lesmana et al., 2004). Luas tanam Varietas Way Apoburu tahun 2001 dan 2002 menempati peringkat kedua terluas yang dibudidayakan di Indonesia. Namun tahun 2005 dan 2006 mengalami penurunan hingga peringkat empat terluas tahun 2005 dan peringkat lima terluas tahun 2006. Deskripsi varietas Way Apo Buru disajikan pada Tabel Lampiran 1.
Zat Pengatur Tumbuh Zat pengatur tumbuh (ZPT) adalah semua hormon tanaman sintetik atau senyawa sintetik yang mempunyai sifat fisiologi dan biokimia yang serupa dengan hormon tanaman. Zat pengatur tumbuh tanaman merupakan senyawa organik bukan nutrisi yang dalam konsentrasi rendah dapat mendorong, menghambat atau secara kualitatif mengubah pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Widyastuti dan Tjokrokusumo, 2001). Zat pengatur tumbuh dapat digunakan untuk
mengubah pertumbuhan dan perkembangan tanaman, serta meningkatkan bagian tanaman yang dipanen sebagai komponen hasil (Wattimena, 1988). Zat Pengatur Tumbuh menstimulasi pertumbuhan dengan memberi isyarat kepada sel target untuk membelah atau memanjang. Beberapa ZPT menghambat
pertumbuhan
dengan
cara
menghambat
pembelahan
atau
pemanjangan sel. Sebagian besar molekul ZPT dapat mempengaruhi metabolisme dan perkembangan sel-sel tumbuhan dengan cara mempengaruhi lintasan sinyal tranduksi pada sel target. Lintasan ini menyebabkan respon selular seperti mengekspresikan suatu gen,
menghambat atau mengaktivasi
enzim, atau
mengubah membran. Pengaruh dari suatu ZPT bergantung pada
spesies
tumbuhan, situs aksi ZPT pada tumbuhan, tahap perkembangan tumbuhan dan konsentrasi ZPT (Wattimena, 1988). Menurut Wikipedia (2001) Fipronil selama ini digunakan sebagai insektisida. Fipronil termasuk kelas phenyl pyrazole dengan nama lain fluocyanobenpyrazol atau termidor. Adapun rumus kimia Fipronil adalah C12H4Cl2F6N4OS. Secara fisik, produk yang mengandung Fipronil yang digunakan berwarna merah muda.
Aplikasi Fipronil pada padi sawah dapat
memperpanjang akar, meningkatkan tinggi tanaman, jumlah anakan, luas daun, Bagan Warna Daun, jumlah anakan produktif dan hasil gabah tergantung dosis yang diaplikasikan (Royalty et. al. 1998 dan Panda et.al. 2004). Metiram selama ini digunakan sebagai fungisida untuk melindungi buahbuahan, sayuran, tanaman hias dan tanaman pangan. Metiram termasuk kelas ethilen(bis)dithiocarbamate dan bersifat sistemik. Metiram pada suhu kamar berupa tepung berwarna kuning dengan rumus kimia (C16H33N11S16Zn3)x (Extoxnet, 1996).
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Sawah Baru IPB, DarmagaBogor. Ketinggian tempat 250 m di atas permukaan laut (dpl) dengan jenis tanah Latosol. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan, Fakultas Pertanian IPB. Penelitian mutu giling dilakukan di Instalasi Pascapanen Karawang. Penelitian dilaksanakan dari bulan Agustus – Desember 2007.
Alat dan Bahan Bahan yang digunakan terdiri dari benih padi varietas Way Apo Buru, ZPT dengan bahan aktif Fipronil dan Metiram serta pupuk anorganik urea, SP-36 dan KCl dengan dosis masing-masingnya 250 kg/ha, 100 kg/ha dan 100 kg/ha. Alat yang digunakan terdiri dari seperangkat alat budidaya pertanian, alat pengamatan, dan peralatan laboratorium.
Metode Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan tiga ulangan.Denah tata letak percobaan disajikan pada Gambar Lampiran1. Perlakuan merupakan faktor tunggal aplikasi ZPT dengan 10 taraf aplikasi dan volume semprot 400 l/ha seperti disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Perlakuan ZPT yang Diaplikasikan Perlakuan P0 : Tanpa aplikasi ZPT P1 : Fipronil P2 : Fipronil P3 : Fipronil P4 : Fipronil P5 : Metiram P6 : Metiram P7 : Metiram P8 : Metiram P9 : Difenokonazol
Konsentrasi …… ml/l….. 0.5 1.0 1.5 2.0 ……g/l…... 1.0 2.0 4.0 6.0 ……ml/l…… 1.0
Dosis ……..ml/ha…… 200 400 600 800 ……..g/ha…… 400 800 1 600 2 400 ……..ml/ha…. 400
Perlakuan tanpa aplikasi ZPT sebagai kontrol dan aplikasi Difenokonazol sebagai
pembanding.
Dosis
aplikasi
merupakan
volume
produk
yang
diaplikasikan dalam satu hektar dari bentuk formula bukan bahan aktif. Satu satuan percobaan adalah petakan sawah berukuran 6 m x 8 m sehingga luas total lahan yang digunakan 1 440 m2. Model linear aditif yang digunakan dalan percobaan ini adalah : Yij = µ + αi + βj + e ij Yij = hasil pengamatan perlakuan ke-i dan ulangan
ke-j
µ = rataan umum αi = pengaruh perlakuan ke-i βj = pengaruh kelompok ke-j e ij= pengaruh acak pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j i
= 0, 1, 2, …, 9
j
= 1, 2, 3.
Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh perlakuan dilakukan analisis sidik ragam (uji F). Apabila hasil uji F menunjukan pengaruh yang nyata selanjutnya dilakukan uji lanjut DMRT (Duncan’s Multiple Range Test) pada taraf 5%.
Pelaksanaan Tanah diolah sempurna dengan traktor dua kali dan dilumpurkan hingga siap tanam. Penanaman dilakukan setelah bibit berumur 10 hari setelah sebar (HSS) dengan 1 bibit per lubang tanam. Jarak tanam yang digunakan adalah jarak tanam sistem legowo 2:1 (10 cm x 15 cm x 30 cm). Penyulaman dilakukan pada 1 MST - 3 MST dengan menggunakan bibit yang berumur sama dengan bibit yang ditanam sebelumnya. Pemupukan pertama dilakukan pada 1 MST dengan dosis 100 kg/ha urea, 100 kg/ha SP-36 dan 100 kg/ha KCl. Pemupukan urea selanjutnya dilakukan pada 4 MST dan 6 MST dengan dosis 75 kg/ha setiap aplikasi. Pemupukan dilakukan dengan cara top dressing. Penyiangan dilakukan sebelum pemupukan susulan secara manual dengan membersihkan petakan-petakan sawah hingga bersih dari gulma. Aplikasi ZPT
dilakukan pada saat tanaman berumur 30 hari setelah tanam (HST) (anakan aktif) dan 40 HST (fase primordia) dengan dosis sesuai perlakuan. Aplikasi dilakukan dengan penyemprotan volume tinggi (400 l/ha) menggunakan knapsack sprayer. Pemanenan dilakukan setelah memenuhi kriteria panen yaitu pada saat tanaman berumur 108 HST.
Pengamatan Pengamatan dilakukan pada 5 tanaman contoh untuk satu satuan percobaan. Peubah yang diamati adalah: 1. Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah sampai daun tertinggi yang diukur setiap minggu mulai dari 4 MST hingga 8 MST dan saat panen. 2. Jumlah anakan dihitung mulai dari 4 MST hingga 8 MST dan saat panen. 3. Bagan warna daun diamati dari 4 MST hingga 8 MST dengan cara melihat warna daun yang sudah membuka dan membandingkannya dengan warna yang ada pada bagan warna daun. 4. Jumlah anakan produktif yaitu anakan yang menghasilkan malai dalam satu rumpun, dihitung saat panen. 5. Panjang malai diukur dari pangkal malai hingga ujung malai pada saat panen. 6. Jumlah gabah per malai dihitung dari rata-rata lima malai yang diambil dari tanaman contoh saat panen. 7. Hasil gabah basah dan gabah kering/rumpun, hasil gabah basah dan gabah kering ubinan. Dugaan hasil gabah basah dan gabah kering/ha yang dikonversi dari hasil gabah basah dan gabah kering ubinan. 8. Persen butir hijau mengapur, bobot 1000 butir, % gabah hampa, rendemen beras giling dan rendemen beras kepala. Perhitungan persen butir hijau mengapur, persen gabah hampa, rendemen beras giling dan rendemen beras kepala menggunakan gabah kering giling (GKG) tanpa pembersihan gabah terlebih dahulu. Penggilingan dilakukan dalam skala laboratorium dengan sampel 300 g/satuan percobaan dengan menggunakan Testing Husker Roll model TH-35 (husker), Satake Rice Machine (polisher) dan Satake Drum Grader (grader).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Kondisi Umum Pertanaman Curah hujan selama penelitian berkisar antara 205.9 mm/bulan sampai 476.0 mm/bulan dengan hari hujan 12 sampai 31 hari dengan temperatur rata-rata bulanan 26.20C sampai 27.50C (Tabel Lampiran 2.). Kondisi curah hujan tersebut sesuai untuk pertanaman padi karena menurut kalasifikasi Oldeman tanaman padi sawah membutuhkan curah hujan bulanan 200 mm/bulan
(Handoko, 1995).
Menurut De Datta (1991), tanaman padi membutuhkan temperatur yang berbeda pada fase pertumbuhan yang berbeda. Misalnya, pada fase perkecambahan membutuhkan suhu optimum 180C - 400C, fase anakan 250C - 310C, saat antesis 300C - 330C. Bibit ditanam pada saat 10 hari setelah semai dengan 1 bibit per lubang tanam. Pada awalnya bibit muda yang ditanam tersebut mengalami stagnasi dan tanaman kelihatan layu serta daunnya agak menguning. Minggu ketiga, tanaman sudah bisa beradaptasi. Hal ini dapat dilihat dari kondisi tanaman yang tumbuh dengan warna daun yang lebih hijau dari sebelumnya dan munculnya anakan. Saat tanaman berumur 1 minggu setelah tanam (MST), tanaman diserang hama keong mas (Pomacea canaliculata L.). Menurut Syam dan Wurjandari (2003), keong mas merusak tanaman dengan cara memarut jaringan tanaman dan memakannya, menyebabkan adanya bibit yang hilang di pertanaman. Waktu kritis untuk mengendalikan keong mas adalah pada saat 10 hari setelah tanam pindah. Setelah itu laju pertumbuhan tanaman lebih besar dari pada laju kerusakan oleh keong mas. Keong mas dikendalikan dengan cara mengeringkan petakan sawah dan memungut keong mas yang ada di petakan dan di sekitar petakan sawah. Sebelum transplanting, lahan mengalami kekeringan akibat rusaknya saluran irigasi sehingga tidak dapat memungut keong yang ada. Akibatnya walaupun dilakukan penyulaman, tanaman yang tumbuh tidak sampai 100%. Kerusakan diperkirakan sampai 2% dari total populasi. Hasil penenelitian Staf Universitas Gajah Mada dan IRRI Jawa Tengah (2000) menunjukan bahwa jika terdapat
12 keong mas/2 m2 lahan maka dapat menyebabkan kerusakan 10.78% dan dapat mengurangi hasil hingga 15%. Untuk lebih jelasnya, kondisi pertanaman secara umum dapat dilihat pada Gambar 1. berikut:
Gambar 1. Kondisi Umum Pertanaman saat 4 MST Hama yang menyerang pada fase masak susu adalah walang sangit (Leptocorisa oratorius). Hama ini merusak tanaman dengan cara menghisap bulir padi. Serangan Leptocorisa oratorius menyebabkan gabah hampa atau berkualitas rendah seperti berkerut, berwarna coklat dan bulir padi berbintik hitam. Hama walang sangit dikendalikan dengan aplikasi insektisida Curacron 500 EC dengan dosis 1 l/ha. Fase pemasakan selanjutnya, bulir padi yang sedang menguning diserang hama burung. Burung memakan bulir yang menguning tersebut sehingga gabah berkurang. Burung menyerang tanaman padi pada saat persemaian, saat bulir padi masih muda ataupun saat bulir padi telah menguning menjelang panen. Akibat serangannya, tangkai buah menjadi patah dan biji berserakan (Prasetiyo, 2002). Pemanenan dilakukan saat gabah telah menguning yaitu pada saat tanaman berumur 108 hari setelah tanaman (HST).
Analisis Kandungan Hara Tanah Analisis kandungan hara tanah dilakukan setelah panen. Tanah yang dianalisis berupa tanah komposit dengan mencampurkan tanah yang berasal dari semua petakan. Pengambilan contoh tanah dilakukan pada tiga titik secara acak di setiap petakan dan dijadikan sebagai ulangan saat analisis. Analisis dilakukan terhadap pH tanah, kandungan C-organik, N-total, P dan K. Hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil Analisis Hara Tanah Ulangan
pH H2O
I II III Rata-rata
4.70 4.80 4.70 4.73
N-Total (Kjeldhal) ...…..%........ 1.32 0.12 1.40 0.13 1.36 0.13 1.36 0.13
C-Organik
P (Bray I) ..ppm.. 1.9 2.0 1.8 1.9
K (N NH4OAc pH 7.0) …me/100g… 0.18 0.16 0.18 0.17
Sumber : Laboratorium Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian IPB (2007).
Hasil analisis menunjukan bahwa rata-rata pH tanah adalah 4.73 dan kandungan C-organik, N-total, P dan K tanah secara berurutan adalah 1.36%, 0.13%, 1.9 ppm dan 0.17 me/100g. Berdasarkan kriteria Staf Pusat Penelitian Tanah (1983), pH tanah tersebut termasuk kategori masam dengan kandungan Corganik, N-total, P dan K yang rendah. Kondisi ini kurang optimum untuk pertumbuhan padi sawah. Menurut Grist (1965), kisaran pH tanah optimum untuk padi sawah adalah 5.5 – 6.5.
Rekapitulasi Hasil Analisis Sidik Ragam Hasil analisis sidik ragam menunjukan bahwa perlakuan zat pengatur tumbuh Fipronil dan Metiram berpengaruh cenderung nyata terhadap Bagan Warna Daun pada 6 MST, panjang malai, dan rendemen beras giling. Berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan pada 4 MST dan 5 MST, serta berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah anakan saat 6 MST serta terhadap gabah hampa. Namun tidak berpengaruh nyata terhadap peubah yang lainnya. Secara rinci, hasil analisis sidik ragam disajikan pada Tabel Lampiran 3.
Pengaruh ZPT Fipronil dan Metiram terhadap Pertumbuhan Tanaman Tinggi Tanaman Hasil pengamatan dan analisis statistik menunjukkan bahwa ZPT Fipronil dan Metiram dengan dosis yang diaplikasikan tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman. Tinggi tanaman pada aplikasi tidak berbeda nyata dengan tinggi tanaman pada kontrol dan pembanding dari awal pengamatan hingga akhir pengamatan. Pengaruh aplikasi ZPT Fipronil dan Metiram terhadap tinggi tanaman dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Pengaruh Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh Fipronil dan Metiram terhadap Tinggi Tanaman Padi Sawah
Tanpa ZPT
Umur Tanaman (MST) 4 5 6 7 8 Panen …..…..…………. cm……………….. 40.4 48.7 57.0 72.5 80.8 88.0
200 ml Fipronil/ha
42.1
50.2
58.0
76.5
86.2
107.4
400 ml Fipronil/ha 600 ml Fipronil/ha 800 ml Fipronil/ha 400 g Metiram/ha 800 g Metiram/ha 1600 g Metiram/ha 2400 g Metiram/ha 400 ml Difenokonazol/ha
42.0 41.8 42.3 42.0 42.5 42.4 41.3 41.7
49.5 50.4 49.5 49.8 50.6 50.2 48.7 49.0
57.6 58.4 57.6 58.2 58.0 58.0 56.8 56.6
73.5 70.1 71.2 74.2 77.1 70.9 73.6 76.8
81.9 79.8 81.2 85.1 87.9 78.9 81.3 85.6
96.6 98.1 107.6 105.6 106.6 91.0 98.3 98.0
Perlakuan
Keterangan: angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT taraf 5 %
Jumlah Anakan Aplikasi
ZPT
Fipronil
dan
Metiram
berpengaruh
nyata
dalam
meningkatkan jumlah anakan padi sawah pada 4 MST dan 5 MST serta sangat nyata saat tanaman berumur 6 MST seperti terlihat pada Tabel 4. Aplikasi 400 ml Fipronil/ha terlihat meningkatkan rataan jumlah anakan pada 4, 5 dan 6 MST. Sedangkan aplikasi Fipronil dengan dosis 600 ml/ha menghasilkan rataan jumlah anakan yang nyata lebih banyak dibandingkan perlakuan tanpa aplikasi ZPT pada saat 6 MST. Aplikasi Metiram dengan dosis 2 400 g/ha dapat meningkatkan
jumlah anakan padi pada saat 6 MST. Walaupun demikian aplikasi ZPT Fipronil dan Metiram tidak berpengaruh terhadap jumlah anakan pada saat tanaman berumur 7 MST hingga panen. Tabel 4. Pengaruh Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh Fipronil dan Metiram terhadap Jumlah Anakan Padi Sawah Perlakuan Tanpa ZPT 200 ml Fipronil/ha 400 ml Fipronil/ha 600 ml Fipronil/ha 800 ml Fipronil/ha 400 g Metiram/ha 800 g Metiram/ha 1600 g Metiram/ha 2400 g Metiram/ha 400 ml Difenokonazol/ha
Umur Tanaman (MST) 4 5 6 7 8 Panen ……….…………. Batang ………………… 9.7bc 12.0bc 14.2bc 25.4 25.5 22.0 9.6bc 12.0bc 14.1bc 22.8 22.7 23.0 11.2a 13.7a 16.0a 21.2 21.6 21.7 10.5ab 13.1ab 15.6a 20.6 21.3 20.6 9.0c 11.5c 13.8c 21.8 22.4 22.8 9.6bc 12.2bc 14.3bc 22.8 23.0 25.2 9.4bc 12.3bc 15.0abc 22.5 21.9 22.6 10.2abc 12.6abc 15.1ab 22.4 21.4 17.8 10.2abc 13.0ab 15.6a 21.4 20.8 20.6 10.7ab 13.2ab 15.6a 20.8 21.0 20.8
Keterangan: angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT taraf 5 %
Aplikasi ZPT Fipronil dengan dosis 400 ml/ha memiliki jumlah anakan yang paling banyak diantara perlakuan ZPT Fipronil dosis lain yakni 16.0 anakan pada 6 MST. Jumlah anakan juga dipengaruhi oleh aplikasi ZPT Metiram. Perlakuan ZPT Metiram dengan dosis 1 600 g/ha dan 2 400 g/ha memiliki jumlah anakan lebih banyak daripada kontrol. Tabel 4 di atas juga menggambarkan bahwa jumlah anakan pada aplikasi Fipronil dan Metiram tidak berbeda nyata dengan jumlah anakan pada pembanding.
Bagan Warna Daun Bagan warna daun dipengaruhi oleh aplikasi ZPT Fipronil dan Metiram pada saat 6 MST. Secara umum, perlakuan ZPT Fipronil dan Metiram memiliki nilai bagan warna daun yang cenderung lebih tinggi dari pada kontrol dan perlakuan Difenokonazol sebagai pembanding. Rataan nilai bagan warna daun saat 6 MST adalah 3.3-3.5 untuk ZPT Fipronil dan 3.2-3.5 untuk ZPT Metiram, sedangkan perlakuan kontrol hanya 2.7, seperti terlihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Pengaruh Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh Fipronil dan Metiram terhadap Bagan Warna Daun Padi Sawah
Tanpa ZPT 200 ml Fipronil/ha 400 ml Fipronil/ha 600 ml Fipronil/ha 800 ml Fipronil/ha 400 g Metiram/ha
4 1.9 2.4 2.4 2.4 2.4 2.2
Umur Tanaman (MST) 5 6 7 2.0 2.7 3.8 2.4 3.4 3.8 2.4 3.5 3.7 2.5 3.5 3.8 2.4 3.3 3.8 2.2 3.2 3.6
8 3.9 4.0 4.0 4.0 4.0 4.1
800 g Metiram/ha
2.3
2.2
3.4
4.0
4.1
1600 g Metiram/ha 2400 g Metiram/ha 400 ml Difenokonazol/ha
2.4 2.4 2.2
2.4 2.4 2.2
3.4 3.5 2.9
3.8 3.7 3.8
4.0 4.0 4.1
Perlakuan
Keterangan: angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT taraf 5 %
Pengaruh ZPT Fipronil dan Metiram menunjukan bahwa ZPT tersebut dapat meningkatkan jumlah klorofil yang menyebabkan warna daun lebih hijau tua. Hal ini ditandai dengan cenderung meningkatnya nilai BWD. Nilai BWD pada dosis aplikasi ZPT Fipronil dan Metiram cenderung nyata lebih tinggi dari kontrol.
Hasil dan Komponen Hasil Jumlah Anakan Produktif, Panjang Malai, Jumlah Gabah/Malai, Bobot 1000 Butir Gabah dan Gabah Hampa Komponen hasil padi yang diamati meliputi jumlah anakan produktif, panjang malai, jumlah gabah/malai, bobot 1000 butir gabah dan persen gabah hampa. Rataan hasil pengamatan dan analisis statistik pengaruh aplikasi ZPT Fipronil dan Metiram terlihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Pengaruh Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh Fipronil dan Metiram terhadap Komponen Hasil Padi Sawah Perlakuan
Jumlah anakan Produktif 20.5 ml 22.4
Tanpa ZPT 200 Fipronil/ha 400 ml Fipronil/ha 600 ml Fipronil/ha 800 ml Fipronil/ha 400 g Metiram/ha 800 g Metiram/ha 1600 g Metiram/ha 2400 g Metiram/ha 400 ml Difenokonazol/ha
Panjang Malai (cm) 23.6 22.3
Jumlah Gabah/Malai (bulir) 126.8 112.3
Bobot 1000 butir (g) 25.3 25.6
Gabah Hampa (%) 20.20a 12.99bc
21.0
21.7
104.4
26.6
11.37bc
20.2
22.4
120.0
24.5
13.45bc
22.6
22.8
115.0
24.9
12.18bc
25.0 22.3 17.4
22.2 23.8 22.1
106.1 131.8 112.6
25.5 24.8 24.5
10.40c 11.44bc 12.91bc
19.8
23.1
117.6
24.4
15.50b
20.6
22.7
108.2
25.2
14.14bc
Keterangan: angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT taraf 5 %
Pada uji F, aplikasi ZPT Fipronil dan Metiram tidak mempengaruhi komponen hasil secara nyata kecuali panjang malai dan persen gabah hampa. Panjang malai pada aplikasi Fipronil dan Metiram cenderung lebih pendek dibandingkan dengan kontrol. Aplikasi ZPT Fipronil dan Metiram tidak berpengaruh nyata terhadap bobot 1000 butir gabah. Namun aplikasi 400 ml Fipronil/ha menghasilkan bobot 1000 butir yang lebih tinggi. Bobot 1000 butir gabah pada dosis perlakuan tersebut adalah 26.6 g. Gabah hampa pada semua dosis aplikasi ZPT nyata lebih sedikit dari gabah hampa tanpa aplikasi ZPT. Jumlah gabah hampa dapat ditekan hingga 9.8% pada aplikasi 400 g Metiram/ha. Rataan persentase gabah hampa pada aplikasi ZPT Fipronil adalah 11.37% pada dosis aplikasi 400 ml/ha hingga 13.45% pada dosis aplikasi 600 ml/ha. Sementara itu, rataan persentase gabah hampa pada aplikasi ZPT Metiram berkisar antara 10.40% pada dosis aplikasi 400 g/ha dan 15.50% pada dosis aplikasi 2 400 g/ha.
Hasil/Rumpun, Bobot Ubinan dan Dugaan Hasil Per Ha Hasil gabah/rumpun tanaman tidak dipengaruhi oleh aplikasi ZPT Fipronil dan Metiram baik bobot basah maupun bobot keringnya. Rataan hasil gabah/rumpun tanaman dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Pengaruh Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh Fipronil dan Metiram terhadap Hasil Gabah/Rumpun Perlakuan Tanpa ZPT 200 ml Fipronil/ha 400 ml Fipronil/ha 600 ml Fipronil/ha 800 ml Fipronil/ha 400 g Metiram/ha 800 g Metiram/ha 1600 g Metiram/ha 2400 g Metiram/ha 400 ml Difenokonazol/ha
Hasil Gabah/Rumpun Bobot Basah Bobot Kering …...…………..g……………. 33.6 25.3 34.2 31.0 33.6 30.0 39.6 28.5 30.3 26.6 38.6 34.2 41.0 36.2 32.2 26.2 38.9 32.5 37.1 31.9
Keterangan: angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT taraf 5 %
Pengaruh ZPT Fipronil dan Metiram juga tidak terlihat terhadap hasil gabah ubinan dan dugaan hasil gabah/ha seperti disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Pengaruh Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh Fipronil dan Metiram terhadap Hasil Gabah Ubinan dan Dugaan Hasil Gabah/Ha Perlakuan Tanpa ZPT 200 ml Fipronil/ha 400 ml Fipronil/ha 600 ml Fipronil/ha 800 ml Fipronil/ha 400 g Metiram/ha 800 g Metiram/ha 1600 g Metiram/ha 2400 g Metiram/ha 400 ml Difenokonazol/ha
Hasil Gabah Ubinan Dugaan Hasil/Ha Bobot Basah BobotKering GKP GKG ….………………… kg …………………… 3.6 3.0 5866.7 4800.0 3.8 3.1 6186.7 4960.0 3.6 2.9 5866.7 4693.3 4.1 3.4 6666.7 5546.7 3.3 2.5 5333.3 4000.0 4.0 3.4 6453.3 5440.0 4.5 3.4 7253.3 5546.7 4.4 3.7 7093.3 6026.7 3.3 2.7 5333.3 4426.7 3.7 3.0 5973.3 4800.0
Keterangan: angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT taraf 5 %
Secara statistik, aplikasi Fipronil dan Metiram tidak berpengaruh terhadap hasil. Namun secara agronomi, aplikasi Fipronil dan Metiram dapat meningkatkan hasil hingga 25.56% seperti terlihat pada Tabel 9. Tabel 9. Pengaruh Fipronil dan Metiram terhadap Persen Peningkatan Hasil Perlakuan
% Peningkatan Hasil GKP GKG 5.45 3.33 0 -2.22 13.64 15.56 -9.09 -16.67 9.99 13.33 23.64 15.56 20.91 25.56 -9.09 -7.78
200 ml Fipronil/ha 400 ml Fipronil/ha 600 ml Fipronil/ha 800 ml Fipronil/ha 400 g Metiram/ha 800 g Metiram/ha 1600 g Metiram/ha 2400 g Metiram/ha
Peningkatan hasil terjadi pada dosis aplikasi 200 ml/ha dan 600 ml/ha untuk Fipronil dan 400, 800 , 1 600 g/ha untuk dosis Metiram. Dosis 400 ml dan 800 ml Fipronil/ha serta 2 400 g Metiram/ha yang diaplikasikan justru dapat menurunkan hasil. Persentase peningkatan gabah kering panen (GKP) tertinggi diperoleh pada aplikasi 600 ml/ha untuk Fipronil dan 800 g/ha untuk Metiram. Lain halnya dengan persentase peningkatan GKP, persentase peningkatan gabah kering giling (GKG) tertinggi tecapai pada dosis aplikasi 600 ml/ha untuk Fipronil dan 1 600 g/ha untuk Metiram.
Mutu Hasil Butir Hijau Mengapur, Rendemen Beras Giling dan Rendemen Beras Kepala Komponen mutu hasil gabah yang diamati adalah butir hijau mengapur, rendemen beras giling dan rendemen beras kepala. Zat pengatur tumbuh Fipronil, Metiram dan Difenokonazol terlihat memberikan pengaruh yang berbeda terhadap mutu giling gabah. Aplikasi ZPT Fipronil dan Metiram cenderung berpengaruh secara nyata terhadap rendemen beras giling tetapi tidak nyata terhadap butir hijau mengapur dan rendemen beras kepala. Secara rinci rata-rata hasil pengamatan dan analisis statistik disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10. Pengaruh Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh Fipronil dan Metiram terhadap Mutu Giling Gabah Perlakuan Tanpa ZPT 200 ml Fipronil/ha 400 ml Fipronil/ha 600 ml Fipronil/ha 800 ml Fipronil/ha 400 g Metiram/ha 800 g Metiram/ha 1600 g Metiram/ha 2400 g Metiram/ha 400 ml Difenokonazol/ha
Butir Hijau Rendemen Rendemen Mengapur Beras Giling Beras Kepala ………………%........................ 4.19 57.50 80.36 2.38 59.70 79.64 3.14 60.80 75.22 2.91 59.33 76.58 2.86 61.43 87.13 2.48 58.07 77.16 4.19 60.20 77.27 3.05 58.03 80.20 2.76 59.83 81.01 2.95 59.50 77.78
Keterangan: angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT taraf 5 %
Zat pengatur tumbuh Fipronil dan Metiram dapat meningkatkan rendemen beras giling. Rendemen beras giling cenderung lebih tinggi pada perlakuan ZPT dibandingkan dengan kontrol. Rendemen pada aplikasi Fipronil dengan dosis 400 ml/ha dan 800 ml/ha cenderung nyata lebih tinggi.
Pembahasan Zat pengatur tumbuh Fipronil dan Metiram diduga dapat meningkatkan kandungan giberelin dan auksin tanaman dengan adanya kandungan N dan Zn dalam ZPT tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Maeda (1995) yang menyatakan bahwa suplai N dapat meningkatkan kandungan giberelin dan klorofil tanaman. Unsur Zn berfungsi dalam pembentukan hormon tumbuh (auksin) dan sebagai katalis dalam pembentukan protein (Hardjowigeno, 2003). Menurut Aslamiyah (2002), auksin dapat meningkatkan atau menurunkan pertumbuhan tanaman tergantung konsentrasinya. Giberelin dapat meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman padi sawah dengan mendorong pemanjangan sel sehingga dapat meningkatkan tinggi tanaman, dan jumlah anakan padi sawah (Abidin 1985, Maeda 1995, dan Lestari 2006). Hasil pengamatan dan analisis statistik menunjukan bahwa aplikasi ZPT Fipronil dan Metiram tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dari awal pengamatan hingga akhir pengamatan. Rata-rata pertambahan tinggi tanaman dari minggu ke minggu relatif sama kecuali pertambahan tinggi dari 6 MST ke 7 MST yang lebih tinggi dibandingkan pertambahan tinggi tanaman pada minggu sebelum dan sesudahnya. Hal ini diduga karena pada periode tersebut terjadi pemanjangan ruas dengan laju yang lebih tinggi. Menurut De Datta (1981), fase pemanjangan ruas terjadi sebelum fase inisiasi malai. Inisiasi malai diawali dari saat primodium hingga malai keluar. Dengan adanya fase pemanjangan ruas batang maka tinggi tanaman akan bertambah. Rata-rata pertambahan tinggi tanaman dari 8 MST hingga panen berkisar antara 7.2 cm pada kontrol hingga 26.4 cm pada dosis 800 ml Fipronil/ha. Pertambahan tinggi tanaman kontrol paling kecil dan selisihnya jauh dari perlakuan lainnya. Hal ini terjadi karena pada pengamatan saat panen daun beberapa tanaman kontrol sudah mati, sedangkan pengamatan tinggi dilakukan dengan mengukur dari permukaan tanah hingga daun terpanjang yang masih tegak. Fipronil dan Metiram diduga dapat meningkatkan kandungan giberelin dan auksin tanaman. Giberelin dan auksin dapat meningkatkan tinggi tanaman dengan meningkatnya ukuran sel (Nonhebel et al.,1984 dan MacMillan et al.,1984). Namun pada penelitian ini Fipronil dan Metiram tidak meningkatkan tinggi
tanaman, diduga karena energi tanaman lebih banyak ke pembentukan anakan dari pada terhadap tinggi tanaman. Hasil analisis statistik menunjukan bahwa jumlah anakan dipengaruhi secara nyata oleh aplikasi ZPT Fipronil dan Metiram saat 4 MST hingga 6 MST. Akan tetapi, jumlah anakan dari 7 MST hingga panen tidak dipengaruhi secara nyata oleh aplikasi ZPT Fipronil dan Metiram. Hal ini diduga karena pada 4 MST hingga 6 MST pengaruh giberelin lebih dominan dari auksin dan 7 MST hingga panen pengaruh auksin seimbang atau bahkan cenderung lebih dominan dari pengaruh giberelin. Giberelin dapat mempercepat pertumbuhan tunas lateral seperti anakan padi sehingga jumlah anakan dapat meningkat, sedangkan auksin dapat menghambat tunas lateral (Hanada, 1995). Rata-rata pertambahan jumlah anakan terbanyak juga terjadi pada 7 MST seperti halnya pada pertambahan tinggi tanaman. Rata-rata pertambahan jumlah anakan pada 7 MST berkisar antara 5 anakan hingga 11.2 anakan. Rataan peningkatan jumlah anakan tertinggi saat 7 MST terjadi pada tanaman kontrol yaitu 11.2 anakan. Jumlah anakan pada aplikasi ZPT Fipronil dan Metiram diduga terhambat karena adanya dominasi pengaruh auksin. Sehingga seolah-olah saat 7 MST hingga panen Fipronil dan Metiram berperan sebagai growth retardan terhadap jumlah anakan walaupun secara statistik pengaruhnya tidak nyata. Giberelin juga dapat menghambat pertumbuhan tunas lateral karena auksin dan faktor lain (Hanada, 1995). Bagan warna daun (BWD) digunakan untuk mengetahui status kecukupan unsur N pada tanaman padi. Tingkat skala warna daun tanaman padi dipengaruhi oleh populasi tanaman, fase pertumbuhan tanaman, varietas yang digunakan dan kandungan unsur N dalam tanah. Skala kritis BWD tanaman padi yang ditanam pindah adalah skala 4 untuk varietas unggul dan 4-5 untuk varitas hibrida (Wahid, 2003). Rata-rata nilai BWD pada pengamatan umumnya berada di bawah skala 4 dan diduga faktor penyebabnya adalah rendahnya kandungan N dalan tanah seperti yang terdapat pada hasil analisis hara tanah. Bagan warna daun dipengaruhi oleh aplikasi ZPT Fipronil dan Metiram saat tanaman berumur 6 MST. Bagan warna daun pada perlakuan ZPT cenderung lebih tinggi dari kontrol dan perlakuan Difenokonazol sebagai pembanding.
Peningkatan bagan warna daun diduga terjadi karena adanya kandungan N pada ZPT Fipronil dan Metiram. Hal ini sesuai dengan pendapat Maeda (1995) yang menyatakan bahwa suplai N dapat meningkatkan kandungan klorofil tanaman. Meningkatnya kandungan klorofil tanaman dapat dilihat pada warna daun. Semakin tinggi klorofil maka warna daun akan semakin hijau tua dan nilai Bagan Warna Daun (BWD) akan semakin besar (IRRI, 2007). Pengaruh ZPT Fipronil dan Metiram terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman padi secara umum hanya terlihat sampai tanaman berumur 6 MST. Pengaruh ZPT tergantung pada spesies tumbuhan, tahap perkembangan tumbuhan dan konsentrasi ZPT ( Wattimena, 1988). Meningkatnya jumlah anakan dan BWD tanaman padi pada penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Royalty et. al. (1998) dan Panda et.al. (2004) yang menyatakan bahwa aplikasi Fipronil pada padi sawah dapat meningkatkan jumlah anakan dan BWD. Komponen hasil yang diamati terdiri dari jumlah anakan produktif, panjang malai, jumlah gabah/malai, bobot 1000 butir gabah dan persentase gabah hampa. Jumlah anakan produktif dan jumlah anakan total dihitung bersamaan pada saat panen. Hasil pengamatan dan analisis statistik menunjukan bahwa selisih antara rata-rata jumlah anakan total dan jumlah anakan produktif relatif sama dan selisih terbanyak terjadi pada kontrol (Tabel 11.). Namun selisihnya tidak berbeda nyata antara kontrol dan perlakuan. Panjang malai pada perlakuan Aplikasi ZPT Fipronil dan Metiram cenderung lebih pendek dari kontrol. Akan tetapi, perlakuan ZPT tersebut tidak berpengaruh terhadap jumlah gabah/malai. Dengan mengetahui rata-rata panjang malai dan jumlah gabah/malai maka kerapatan malai dapat dihitung dengan membandingkan jumlah gabah/malai dengan panjang malai. Besarnya kerapatan malai disajikan pada Tabel 11.
Tabel 11. Selisih Anakan Total dan Anakan Produktif serta Kerapatan Malai Perlakuan Tanpa ZPT 200 ml Fipronil/ha 400 ml Fipronil/ha 600 ml Fipronil/ha 800 ml Fipronil/ha 400 g Metiram/ha 800 g Metiram/ha 1600 g Metiram/ha 2400 g Metiram/ha 400 ml Difenokonazol/ha
Anakan Total-Anakan Produktif ..............batang............ 1.5 0.6 0.7 0.4 0.2 0.2 0.3 0.4 0.8 0.2
Kerapatan Malai .............butir/cm......... 5.37 5.04 4.81 5.36 5.04 4.78 5.54 5.10 5.09 4.77
Tabel 11. juga menunjukan bahwa rata-rata kerapatan malai pada semua perlakuan relatif sama yaitu berkisar antara 4.77-5.54 butir gabah stiap 1 cm malai. Aplikasi ZPT Fipronil dan Metiram tidak berpengaruh nyata terhadap bobot 1000 butir gabah. Namun aplikasi 400 g Metiram/ha menghasilkan jumlah anakan produktif yang lebih banyak dibandingkan kontrol dan dosis aplikasi ZPT lainnya. Demikian juga halnya dengan aplikasi 400 ml Fipronil/ha yang menghasilkan bobot 1000 butir gabah yang lebih tinggi. Hasil penelitian menunjukan bahwa aplikasi ZPT Fipronil dan Metiram berpengaruh sangat nyata terhadap persentase gabah isi. Dalam penelitian ini, yang dihitung adalah persentase gabah hampa. Gabah hampa menurut Patiwiri (2006) adalah bulir gabah yang tidak berkembang sempurna atau akibat serangan hama, penyakit/sebab lain sehingga tidak berisi butir beras walaupun kedua tangkup sekamnya tertutup maupun terbuka. Sehingga butir gabah setengah hampa termasuk dalam butir hampa. Persentase gabah hampa dapat ditekan sehingga persentase gabah isi meningkat. Menurunnya persentase gabah hampa diduga akibat meningkatnya kandungan klorofil dan aktivitas fotisintesis sehingga fotosintat yang dihasilkan meningkat. Fotosintat yang lebih banyak dengan jumlah anakan produktif, panjang malai dan jumlah gabah/malai yang relatif sama dapat meningkatkan persentase gabah isi sehingga gabah hampa yang dihasilkan akan lebih sedikit
(Ishii, 1995). Gabah hampa dengan aplikasi ZPT Fipronil berkisar antara 11.37% sampai 13.45% , Metiram 10.40% sampai 15.50% dan kontrol 20.20%. Hasil padi dipengaruhi oleh komponen hasil yaitu jumlah malai (anakan produktif), kerapatan malai, persentase gabah isi dan bobot 1000 butir gabah. Komponen hasil tersebut berkorelasi positif dengan hasil. Artinya, semakin besar atau tinggi komponen hasil maka hasil akan meningkat (De Datta, 1991). Komponen hasil yang dipengaruhi oleh aplikasi ZPT Fipronil dan Metiram adalah persen gabah isi dalam hal ini yang dihitung persen gabah hampa. Gabah hampa pada perlakuan ZPT Fipronil dan Metiram nyata lebih kecil dari kontrol. Turunnya persentase gabah hampa tidak serta merta meningkatkan hasil. Zat pengatur tumbuh Fipronil dan Metiram dengan dosis yang diaplikasikan tidak berpengaruh terhadap hasil baik hasil gabah/rumpun, hasil gabah ubinan maupun dugaan hasil gabah/ha. Besarnya persentase gabah hampa, penurunan bobot gabah/tanaman dan bobot gabah ubinan dari bobot basah ke bobot kering disajikan pada Tabel 12. Tabel 12. Pengaruh ZPT Fipronil dan Metiram terhadap Gabah Hampa dan Penyusutan Bobot Perlakuan
Tanpa ZPT 200 ml Fipronil/ha 400 ml Fipronil/ha 600 ml Fipronil/ha 800 ml Fipronil/ha 400 g Metiram/ha 800 g Metiram/ha 1600 g Metiram/ha 2400 g Metiram/ha 400 ml Difenokonazol/ha
Gabah Hampa ..........%......... 20.20a 12.99bc 11.37bc 13.45bc 12.18bc 10.40c 11.44bc 12.91bc 15.50b 14.14bc
Penyusutan Hasil Gabah/Rumpun ..........g......... 8.3 3.2 3.6 11.1 3.7 4.4 4.8 6 6.4 5.2
Penyusutan Hasil Gabah Ubinan ........kg....... 0.6 0.7 0.7 0.7 0.8 0.6 1.1 0.7 0.6 0.7
Penurunan bobot gabah/tanaman dari bobot basah ke bobot kering berkisar antara 3.2 g – 11.1 g pada perlakuan ZPT dan 8.3 g pada kontrol. Penyusutan tertinggi terjadi pada perlakuan 600 ml Fipronil/ha yaitu 11.1 g. Besarnya rata-rata penyusutan bobot gabah/tanaman relatif beragam.
Penurunan bobot gabah ubinan dari bobot basah ke bobot kering berkisar antara 0.6 kg hingga 1.1 kg dengan penyusutan tertinggi terjadi pada perlakuan 800 g Metiram/ha. Penyusutan hasil ubinan antar perlakuan relatif konstan. Akan tetapi, penyusutan pada perlakuan 800 g Metiram/ha lebih tinggi. Besarnya penyusutan bobot pada hasil gabah/tanaman dengan hasil gabah ubinan tidak linear. Artinya, penyusutan terbesar pada bobot gabah/tanaman tidak diikuti oleh penyusutan bobot gabah ubinan terbesar pada perlakuan yang sama. Kesenjangan tersebut terjadi pada perlakuan tanpa aplikasi ZPT dan perlakuan aplikasi 600 ml Fipronil/ha. Besarnya penyusutan hasil gabah dari bobot basah ke bobot kering juga tidak linear dengan gabah hampa. Oleh karena itu, penyusutan hasil diduga tidak hanya disebabkan oleh gabah hampa tetapi juga oleh faktor lain di luar pengamatan. Secara statistik, Aplikasi ZPT Fipronil dan Metiram tidak berpengaruh nyata terhadap hasil. Akan tetapi, secara agronomi persentase peningkatan hasil termasuk tinggi. Persentase peningkatan hasil dihitung dengan rumus: Persentase Peningkatan Hasil = hasil perlakuan – hasil kontrol x 100% Hasil Kontrol Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa aplikasi Fipronil dan Metiram dapat meningkatkan hasil hingga 23.64% untuk GKP dan 25.56% untuk GKG. Hasil penelitian juga menunjukan bahwa beberapa dosis ZPT yang diaplikasikan memberikan hasil yang lebih rendah dari kontrol yaitu aplikasi 400 ml Fipronil/ha, 800 ml Fipronil/ha dan aplikasi 2 400 g Metiram/ha. Hal ini diduga terjadi karena dosis yang diaplikasikan melebihi dosis yang dibutuhkan tanaman padi sehingga bisa bersifat toksik. Zat pengatur tumbuh dapat meningkatkan hasil sampai konsentrasi tertentu dan dapat bersifat toksik pada dosis yang berlebihan (Wattimena, 1988). Selain itu, hasil penelitian juga menunjukan bahwa kisaran dosis Metiram lebih besar dari kisaran dosis Fipronil. Aplikasi Fipronil dapat meningkatkan hasil pada dosis 200 ml/ha dan 600 ml/ha sedangkan Metiram dapat meningkatkan hasil pada dosis aplikasi 400 g/ha sampai 1 600 g/ha. Selain hasil, mutu hasil suatu produk hasil pertanian juga harus diperhatikan. Beberapa mutu hasil yang diamati pada percobaan adalah butir hijau
mengapur, rendemen beras giling dan rendemen beras kepala. Gabah hampa selain komponen mutu hasil juga dapat dikategorikan ke dalam mutu hasil. Butir hijau mengapur tidak dipengaruhi secara nyata oleh aplikasi ZPT Fipronil dan Metiram. Besarnya butir hijau mengapur pada perlakuan ZPT berkisar antara 2.38% hingga 4.19%, sedangkan pada kontrol 4.19%. Menurut SNI No. 01-6127-1999 persentase butir hijau mengapur maksimal diperbolehkan sebanyak 5%. Hasil penelitian menunjukan bahwa persentase butir hijau mengapur yang dihasilkan kurang dari 5% sehingga dikatakan memenuhi syarat mutu beras. Butir hijau mengapur yang rendah pada aplikasi ZPT Fipronil dan Metiram diduga akibat berubahnya orientasi asimilat ke bulir sehingga bulir dapat berkembang lebih baik. Aplikasi ZPT pada tanaman dapat berpengaruh terhadap orientasi transpor asimilat (Wattimena, 1988). Rendemen beras giling dipengaruhi oleh perlakuan aplikasi ZPT Fipronil dan Metiram. Rata-rata rendemen beras giling pada perlakuan ZPT cenderung lebih tinggi dari kontrol. Rendemen beras giling pada perlakuan berkisar antara 58.03% hingga 60.80%, sedangkan kontrol hanya 57.50%. Meningkatnya rendemen beras giling pada perlakuan diduga akibat rendahnya persen gabah hampa dan butir hijau mengapur. Rendahnya rendemen beras giling pada kontrol diduga karena tingginya persen gabah hampa dan butir hijau mengapur walaupun butir hijau mengapur pada kontrol tidak berbeda nyata dengan perlakuan. Gabah hampa dapat meningkatkan bobot sekam, sehingga rendemen beras giling menurun. Selain itu, semakin banyak butir hijau mengapur maka rendemen beras giling akan turun (Patiwiri, 2006). Rendemen beras kepala juga tidak dipengaruhi oleh aplikasi ZPT Fipronil dan
Metiram
secara
nyata.
Rendemen
beras
kepala
dihitung dengan
membandingkan bobot beras kepala dengan bobot total beras giling. Beras kepala merupakan beras giling dengan ukuran panjang ≥2/3 panjang beras utuh. Rendemn beras kepala hasil penelitian berkisar antara 75.22% hingga 87.13% pada perlakuan dan 80. 36% pada kontrol. Rendemen beras kepala menurut patiwiri (2006), juga dipengaruhi oleh proses penggilingan baik dari segi peralatan maupun keterampilan pekerja.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Aplikasi zat pengatur tumbuh Fipronil dan Metiram dengan berbagai dosis perlakuan berpengaruh secara nyata terhadap jumlah anakan pada 4, dan 5 MST. Berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah anakan pada 6 MST dan terhadap persen gabah hampa. Berpengaruh cenderung nyata terhadap Bagan Warna Daun pada 6 MST, panjang malai, dan rendemen beras giling. Hasil percobaan menunjukan bahwa aplikasi ZPT Fipronil dan Metiram menghasilkan jumlah anakan, bagan warna daun, dan rendemen beras giling lebih tinggi dari kontrol. Gabah hampa yang dihasilkan pada aplikasi ZPT Fipronil dan Metiram nyata lebih rendah dari kontrol. Panjang malai pada perlakuan ZPT cenderung lebih pendek dari kontrol. Secara statistik perlakuan Fipronil dan Metiram tidak nyata meningkatkan hasil padi sawah, tetapi secara agronomi aplikasi 200 ml dan 400 ml Fipronil/ha serta 400 g, 800 g, dan 1 600 g
Metiram/ha dapat meningkatkan hasil hingga
23.64% untuk GKP dan 25.56% untuk GKG.
Saran Fipronil dan Metiram dapat diaplikasikan pada padi sawah yang mempunyai efek ganda yaitu sebagai pestisida dan zat pengatur tumbuh tanaman dan terbukti dapat meningkatkan pertumbuhan, komponen hasil, dan mutu hasil gabah. Fipronil dapat diaplikasikan dengan dosis 600 ml/ha sedangkan Metiram dapat diaplikasikan dengan dosis 400g/ha sampai 1 600 g/ha.
DAFTAR PUSTAKA Abidin, Z. 1985. Dasar-Dasar Pengetahuan tentang Zat Pengatur Tumbuh. Angkasa. Bandung.115 hal Aslamiyah, S. 2002. Peranan Hormon Tumbuh terhadap Pertumbuhan Algae. http//:tumotou.net. Diakses 3 Juni 2008 Badan Pusat Statitika. 2008. Produksi dan Produktivitas Padi Nasional. URL: http://www.bps.go.id. Diakses 3 Mei 2008 De Datta, S. K. 1981. Principle and Practices of Rice Production. John Wiley and Sons, Inc. Canada. 617 p. Deptan. 2007. Konsumsi Beras di Indonsia. URL: http://www.deptan.go.id. Diakses 28 Juni 2007 Extention Toxicology Network. 1996. Pesticide Information Profiles. Oregon State University. Grist, D. H. 1965. Rice. Longman Group Limited. London. 548 p. Hanada, K. 1995. Differentiation and development of tiller buds, p. 61-65. In: Takane Matsuo et al. (eds.). Science of the Rice Plant (Volume Two) Physiology. Food and Agriculture Policy Research Center. Tokyo. Handoko. 1995. Klimatologi Dasar. Dunia Pustaka Jaya. Jakarta. 192 hal. Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah, Edisi Baru. Akademika Pressindo. Jakarta. 286 hal. IRRI. 2007. Bagan Warna Daun Menghemat Penggunaan Pupuk N. URL: http://www. knowledgebank. irri. org. Diakses 18 Januari 2008. Ishii, R. 1995. Photosynthesis, respiration and grain yield, p. 691-699. In: Takane Matsuo et al. (eds.). Science of the Rice Plant (Volume Two) Physiology. Food and Agriculture Policy Research Center. Tokyo. Katayama, T. C. 1993. Morphologycal and taxonomical characters of cultivated rice (O. sativa L.). In T. Matsuo and K. Hoshikawa (eds.). Science of the Rice Plant (Volume One) Morphology. Food and Agricultur Policy Research Center. Tokyo. Lesmana, O. S., H. M. Toha, I. Las dan B. Suprihatno. 2004. Deskripsi Varietas Unggul Baru Padi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Balai Penelitian Tanaman Padi. Sukamandi. 74 hal. Lestari, F. 2006. Pengaruh ZPT Giberelin terhadap Pertumbuhan dan Hasil serta Mutu Gabah dan Beras. Skripsi. Fakultas Pertanian IPB. Bogor.
Macmillan, J., R. L. Jones. 1984. Gibberellins, p. 21-47. In: M.B. Wilkins (Ed.). Advanced Plant Physiology. Longman Singapore Publisher Pte Ltd. Singapore. Maeda, E. 1995.Phisiological function of growth regulating substances, p. 185186. In: Takane Matsuo et al. (eds.). Science of the Rice Plant (Volume Two) Physiology. Food and Agriculture Policy Research Center. Tokyo. Meulen, V. D. 1941. Comparison of characteristic between tjereh and bulu. In: Takane Matsuo et al. (eds.). Science of the Rice Plant (Volume One) Morphology. Food and Agriculture Policy Research Center. Tokyo. Nonhebel, H.M., R.S. Bandurski.1984. Auxin, p. 1-16. In: M.B. Wilkins (Ed.). Advanced Plant Physiology. Longman Singapore Publisher Pte Ltd. Singapore. Panda, B. M., Rath L.K., Dash D. 2004. Effect of fipronil on yellow stem borrer scirpophaga incertulas walkers and certain plant growth parameters in rice. Indian Journal Entomology. 66 (1):17-19. Patiwiri, A. W. 2006. Teknologi Penggilingan Padi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 204 hal. Prasetiyo. 2002. Budidaya Padi Sawah TOT (Tanpa Olah Tanah). Kanisius. Yokyakarta. 59 hal. Royalty, R.N., N. D. Long, M. T. Pilato, N. M. Hamon, and N. Yahmad. 1998. Plant growth regulation using 3-cyano-1-phenilpyrazoles such as fipronil. http://www. patentstrorm.us/patents. Rhone Paulinc Inc. Diakses 4 Maret 2008. Siregar, H. D. R. 1981. Budidaya Tanaman Padi di Indonesia. Sastra Hudaya. Bogor. 320 hal. Staf Pusat Penelitian Tanah. 1983. Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah. Hal 148. dalam Ilmu Tanah. Edisi Baru. Akademika Pressindo. Jakarta. 286 hal. Staf UGM and IRRI. 2000. Golden aple snail. IRRI. Central Java. Syam, M. dan D. Wurjandari. 2003. Masalah Lapang Hama, Penyakit dan Hara pada Padi. IRRI dan Balai Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. 71 hal. United State Department of Agriculture. 2007. Konsumsi dan Stok Beras di Beberapa Negara, 2003-2007. Dalam Data Penting Padi Dunia dan Beberapa Negara Asia. BPPTP dan IRRI. Bogor
Wahid, A. S. 2003. Peningkatanefisinsi pupuk nitrogen pada padi sawah dengan metode bagan warna daun. Jurnal Litbang Pertanian. 22 (4). 156-161. Wattimena, G. A. 1988. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Pusat Antar Universitas IPB. Bogor. 247 hal. Widyastuti, N. dan D. Tjokrokusumo. 2001. Peranan beberapa zat pengatur tumbuh (ZPT) tanaman pada kultur invitro. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia 3 (5): 55-63. Wikipedia. 2001. Fipronil. URL: http://en.wikipedia.org/. Diakses 21 September 2007.
LAMPIRAN
P3
P0
P5
P8
P1
P4
P7
P2
P6
P9
P4
P0
P5
P1
P5
P9
P1
P7
Ulangan 2 P8
P2
P3
P7
P9
P6
Ulangan 3 P4
P8
P2
P6
P0
P3
Ulangan 1 Gambar Lampiran 1. Denah Tata Letak Percobaan Keterangan : P0 : Tanpa aplikasi ZPT P1 : Fipronil dengan konsentrasi 0.5 ml/l air dan dosis satu kali aplikasi 200 ml/ha. P2 : Fipronil dengan konsentrasi 1.0 ml/l air dan dosis satu kali aplikasi 400 ml/ha. P3 : Fipronil dengan konsentrasi 1.5 ml/l air dan dosis satu kali aplikasi 600 ml/ha. P4 : Fipronil dengan konsentrasi 2.0 ml/l air dan dosis satu kali aplikasi 800 ml/ha. P5 : Metiram dengan konsentrasi 1.0 g/l air dan dosis satu kali aplikasi 400 g/ha. P6 : Metiram dengan konsentrasi 2.0 g/l air dan dosis satu kali aplikasi 800 g/ha. P7 : Metiram dengan konsentrasi 4.0 g/l air dan dosis satu kali aplikasi 1 600 g/ha. P8 : Metiram dengan konsentrasi 6.0 g/l air dan dosis satu kali aplikasi 2 400 g/ha. P9 : Difenokonazol dengan konsentrasi 1.0 ml/l air dan dosis satu kali aplikasi 400 ml/ha.
Tabel Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Way Apo Buru Nomor seleksi
: S3383-Id-Pn-16-2
Asal persilangan
: IR18349-53-1-3-1-3/IR19661-131-3-1//IR19661131-3-1///IR64////IR64
Golongan
: Cere
Umur tanaman
: 115-125 hari
Bentuk tanaman
: Tegak
Tinggi tanaman
: 105-113 cm
Anakan Produktif
: 15-18 batang
Warna kaki
: Hijau
Warna batang
: Hijau
Panjang malai
: 21-24 cm
Muka daun
: Kasar
Posisi daun
: Tegak
Warna lidah daun
: Putih
Warna telinga daun
: Putih
Bentuk gabah
: Panjang ramping
Warna gabah
: Kuning bersih
Kerontokan
: Sedang
Kerebahan
: Sedang
Tekstur nasi
: Pulen
Kadar amilosa
: 23%
Bobot 1000 butir
: 27-28 g
Hasil
: 5-8 ton/ha
Ketahanan terhadap Hama
: Wereng coklat biotipe 2 dan 3
Penyakit
: Hawar daun bakteri (HDB) strain III dan IV
Anjuran
: Di musim hujan dan kemarau
Pemulia
: Z. A. Simanulang, E. Sumadi, Taryat T., Aan A. Daradjat dan B. Suprihatno
Dilepas tahun
: 1998
Tabel lampiran 2. Data Iklim Bulan Agustus 2007 sampai Desember 2007 Bulan Agustus September Oktober November Desember
Curah Hujan …...mm…...
Hari Hujan …..hari…..
Temperatur Rata-Rata ……….0C……….
247.9 205.9 235.5 444.0 476.0
15 12 25 20 31
26.6 27.1 27.5 27.05 26.2
Sumber: Stasiun Klimatologi Darmaga Bogor, 2007
Tabel Lampiran 3. Rekapitulasi Sidik Ragam pada Berbagai Peubah Pengamatan Peubah
Pengaruh Perlakuan
Koefisien Keragaman (%)
4 MST
tn
2.83
5 MST
tn
2.93
6 MST
tn
2.86
7 MST
tn
6.09
8 MST
tn
7.29
Panen
tn
9.24
4 MST
*
7.00
5 MST
*
4.92
6 MST
**
4.26
7 MST
tn
20.3
8 MST
tn
21.37
Panen
tn
20.18
4 MST
tn
11.96
5 MST
tn
11.40
6 MST
cn
9.59
7 MST
tn
4.62
8 MST
tn
5.82
Jumlah Anakan Produktif
tn
20.97
Panjang Malai
cn
3.49
Jumlah Gabah/Malai
tn
14.65
Bobot 1000 Butir
tn
4.09
Bobot Basah per Rumpun
tn
18.39
Bobot Kering per Rumpun
tn
18.08
Bobot Basah Ubinan
tn
18.19
Bobot Kering Ubinan
tn
22.98
Gabah Kering Panen
tn
18.19
Gabah Kering Giling
tn
22.98
Pertumbuhan Tanaman Tinggi Tanaman
Jumlah Anakan
Bagan Warna Daun
Hasil dan Komponen Hasil
Tabel Lampiran 3. (Lanjutan) Peubah
Pengaruh Perlakuan
Koefisien Keragaman (%)
Gabah Hampa
**
17.10
Butir Hijau Mengapur Rendemen Beras Giling Rendemen Beras Kepala
tn cn tn
29.60 2.58 6.72
Mutu Hasil
tn : tidak nyata pada uji DMRT 5% cn : cenderung nyata pada uji DMRT 5% *: berpengaruh nyata pada uji DMRT 5% ** : berpengaruh sangat nyata pada uji DMRT 5%
Tabel Lampiran 4. Sidik Ragam Perlakuan Fipronil dan Metiram terhadap Tinggi Tanaman saat 4 MST SK
DB
JK
KT
F hitung
Pr>F hit
Perlakuan Ulangan Galat Total
9 2 18 29
10.5813 8.4560 25.3306 44.3680
1.1757 4.2280 1.4072
0.84 3.00
0.5938 0.0748
Tabel Lampiran 5. Sidik Ragam Perlakuan Fipronil dan Metiram terhadap Tinggi Tanaman saat 5 MST SK
DB
JK
KT
F hitung
Pr>F hit
Perlakuan
9
13.0946
1.4549
0.69
0.7116
Ulangan
2
9.8106
4.9053
2.32
0.1272
Galat Total
18 29
38.1093 61.0146
2.1171
Tabel Lampiran 6. Sidik Ragam Perlakuan Fipronil dan Metiram terhadap Tinggi Tanaman saat 6 MST SK
DB
JK
KT
F hitung
Pr>F hit
Perlakuan
9
10.2880
1.1431
0.42
0.9078
Ulangan
2
10.7840
5.3920
1.98
0.1672
Galat Total
18 29
49.0560 70.1280
2.7253
Tabel Lampiran 7. Sidik Ragam Perlakuan Fipronil dan Metiram terhadap Tinggi Tanaman saat 7 MST SK
DB
JK
KT
F hitung
Pr>F hit
Perlakuan Ulangan Galat Total
9 2 18 29
174.3053 68.8986 362.6746 605.8786
19.3672 34.4493 20.1485
0.96 1.71
0.5009 0.2090
Tabel Lampiran 8. Sidik Ragam Perlakuan Fipronil dan Metiram terhadap Tinggi Tanaman saat 8 MST SK
DB
JK
KT
F hitung
Pr>F hit
Perlakuan Ulangan Galat Total
9 2 18 29
252.9386 117.1306 658.6293 1028.6986
28.1042 58.5653 36.5905
0.77 1.60
0.6467 0.2292
Tabel Lampiran 9. Sidik Ragam Perlakuan Fipronil dan Metiram terhadap Tinggi Tanaman saat Panen SK
DB
JK
KT
F hitung
Pr>F hit
Perlakuan Ulangan Galat Total
9 2 18 29
1299.4670 2011.2446 1530.2020 4840.9136
144.3852 1005.6223 85.0112
1.70 11.83
0.1619 0.0005
Tabel Lampiran 10. Sidik Ragam Perlakuan Fipronil dan Metiram terhadap Jumlah Anakan saat 4 MST SK
DB
JK
KT
F hitung
Pr>F hit
Perlakuan Ulangan Galat
9 2 18
12.8040 3.2955 8.8861
1.4226 1.6477 0.4936
2.88 3.34
0.0268 0.0585
Total
29
24.9857
Tabel Lampiran 11. Sidik Ragam Perlakuan Fipronil dan Metiram terhadap Jumlah Anakan saat 5 MST SK
DB
JK
KT
F hitung
Pr>F hit
Perlakuan Ulangan Galat Total
9 2 18 29
12.3946 4.7706 6.9093 24.0746
1.3771 2.3853 0.3838
3.59 6.21
0.0101 0.0089
Tabel Lampiran 12. Sidik Ragam Perlakuan Fipronil dan Metiram terhadap Jumlah Anakan saat 6 MST SK
DB
JK
KT
F hitung
Pr>F hit
Perlakuan Ulangan Galat Total
9 2 18 29
16.6200 3.2666 7.3200 27.2066
1.8466 1.6333 0.4066
4.54 4.02
0.0031 0.0361
Tabel Lampiran 13. Sidik Ragam Perlakuan Fipronil dan Metiram terhadap Jumlah Anakan saat 7 MST SK
DB
JK
KT
F hitung
Pr>F hit
Perlakuan Ulangan Galat Total
9 2 18 29
53.0880 95.4026 366.4640 514.9546
5.8986 47.7013 20.3591
0.29 2.34
0.9688 0.1246
Tabel Lampiran 14. Sidik Ragam Perlakuan Fipronil dan Metiram terhadap Jumlah Anakan saat 8 MST SK
DB
JK
KT
F hitung
Pr>F hit
Perlakuan Ulangan Galat Total
9 2 18 29
51.1320 60.1146 405.1120 516.3586
5.6813 30.0573 22.5062
0.25 1.34
0.9800 0.2879
Tabel Lampiran 15. Sidik Ragam Perlakuan Fipronil dan Metiram terhadap Jumlah Anakan saat Panen SK
DB
JK
KT
F hitung
Pr>F hit
Perlakuan Ulangan Galat Total
9 2 18 29
101.4786 89.1626 346.1973 536.8386
11.2754 44.5813 19.2331
0.59 2.32
0.7917 0.1271
Tabel Lampiran 16. Sidik Ragam Perlakuan Fipronil dan Metiram terhadap Bagan Warna Daun saat 4 MST SK
DB
JK
KT
F hitung
Pr>F hit
Perlakuan Ulangan Galat Total
9 2 18 29
0.7853 0.0186 1.3946 2.1986
0.0872 0.0093 0.0774
1.13 0.12
0.3944 0.8872
Tabel Lampiran 17. Sidik Ragam Perlakuan Fipronil dan Metiram terhadap Bagan Warna Daun saat 5 MST SK
DB
JK
KT
F hitung
Pr>F hit
Perlakuan Ulangan Galat Total
9 2 18 29
0.5880 0.0106 1.2960 1.8946
0.0653 0.0053 0.0720
0.91 0.07
0.5396 0.9289
Tabel Lampiran 18. Sidik Ragam Perlakuan Fipronil dan Metiram terhadap Bagan Warna Daun saat 6 MST SK
DB
JK
KT
F hitung
Pr>F hit
Perlakuan Ulangan Galat Total
9 2 18 29
2.0813 0.0746 1.8186 3.9746
0.2312 0.0373 0.1010
2.29 0.37
0.0644 0.6962
Tabel Lampiran 19. Sidik Ragam Perlakuan Fipronil dan Metiram terhadap Bagan Warna Daun saat 7 MST SK
DB
JK
KT
F hitung
Pr>F hit
Perlakuan Ulangan Galat Total
9 2 18 29
0.1346 0.1706 0.6293 0.9346
0.0149 0.0853 0.0349
0.43 2.44
0.9027 0.1154
Tabel Lampiran 20. Sidik Ragam Perlakuan Fipronil dan Metiram terhadap Bagan Warna Daun saat 8 MST SK
DB
JK
KT
F hitung
Pr>F hit
Perlakuan Ulangan Galat Total
9 2 18 29
0.2933 0.1040 0.8826 1.2800
0.0325 0.0520 0.0490
0.66 1.06
0.7297 0.3670
Tabel Lampiran 21. Sidik Ragam Perlakuan Fipronil dan Metiram terhadap Jumlah Anakan Produktif SK
DB
JK
KT
F hitung
Pr>F hit
Perlakuan Ulangan Galat Total
9 2 18 29
114.0653 107.8426 356.2106 578.1186
12.6739 53.9213 19.7894
0.64 2.72
0.7491 0.0925
Tabel Lampiran 22. Sidik Ragam Perlakuan Fipronil dan Metiram terhadap Panjang Malai SK
DB
JK
KT
F hitung
Pr>F hit
Perlakuan Ulangan Galat Total
9 2 18 29
11.7080 0.2419 11.3617 23.3117
1.3008 0.1209 0.6312
2.06 0.19
0.0916 0.8273
Tabel Lampiran 23. Sidik Ragam Perlakuan Fipronil dan Metiram terhadap Jumlah Gabah per Malai SK
DB
JK
KT
F hitung
Pr>F hit
Perlakuan Ulangan Galat Total
9 2 18 29
2104.6986 120.9946 5157.4853 7383.1786
233.8554 60.4973 286.5269
0.82 0.21
0.6088 0.8116
Tabel Lampiran 24. Sidik Ragam Perlakuan Fipronil dan Metiram terhadap Bobot 1000 Butir SK
DB
JK
KT
F hitung
Pr>F hit
Perlakuan Ulangan Galat Total
9 2 18 29
12.1853 1.9620 19.1246 33.2720
1.3539 0.9810 1.0624
1.27 0.92
0.3150 0.4152
Tabel Lampiran 25. Sidik Ragam Perlakuan Fipronil dan Metiram terhadap Hasil Gabah Basah Per Rumpun SK
DB
JK
KT
F hitung
Pr>F hit
Perlakuan Ulangan Galat Total
9 2 18 29
343.5368 104.2449 788.1518 1235.9336
38.1707 52.1224 43.7862
0.87 1.19
0.5661 0.3269
Tabel Lampiran 26. Sidik Ragam Perlakuan Fipronil dan Metiram terhadap Hasil Gabah Kering Per Rumpun SK
DB
JK
KT
F hitung
Pr>F hit
Perlakuan Ulangan Galat Total
9 2 18 29
348.3488 189.9053 540.5879 1078.8421
38.7054 94.9526 30.0326
1.29 3.16
0.3081 0.0666
Tabel Lampiran 27. Sidik Ragam Perlakuan Fipronil dan Metiram terhadap Bobot Gabah Basah Ubinan SK
DB
JK
KT
F hitung
Pr>F hit
Perlakuan Ulangan Galat Total
9 2 18 29
4.6470 0.0486 8.9580 13.6536
0.5163 0.0243 0.4976
1.04 0.05
0.4493 0.9524
Tabel Lampiran 28. Sidik Ragam Perlakuan Fipronil dan Metiram terhadap Bobot Gabah Kering Ubinan SK
DB
JK
KT
F hitung
Pr>F hit
Perlakuan Ulangan Galat Total
9 2 18 29
3.9186 0.0980 9.3753 13.3920
0.4354 0.0490 0.5208
0.84 0.09
0.5934 0.9107
Tabel Lampiran 29. Sidik Ragam Perlakuan Fipronil dan Metiram terhadap Gabah Kering Panen SK
DB
JK
KT
F hitung
Perlakuan Ulangan Galat Total
9 2 18 29
11896320.0000 124586.6666 22932480.0000 34953386.6666
1321813.3333 1.04 62293.3333 0.05 1274026.6666
Pr>F hit 0.4493 0.9524
Tabel Lampiran 30. Sidik Ragam Perlakuan Fipronil dan Metiram terhadap Gabah Kering Giling SK
DB
JK
KT
F hitung
Perlakuan Ulangan Galat Total
9 2 18 29
10031786.6666 250880.0000 24000853.3333 34283520.0000
1114642.9629 0.84 125440.0000 0.09 1333380.7407
Pr>F hit 0.5934 0.9107
Tabel Lampiran 31. Sidik Ragam Perlakuan Fipronil dan Metiram terhadap Gabah Hampa SK DB JK KT F hitung Pr>F hit Perlakuan
9
210.0445
23.3382
4.40
0.0036
Ulangan Galat Total
2 18 29
63.3605 95.3979 368.8029
31.6802 5.2998
5.98
0.0102
Tabel Lampiran 32. Sidik Ragam Perlakuan Fipronil dan Metiram terhadap Butir Hijau Mengapur SK
DB
JK
KT
F hitung
Pr>F hit
Perlakuan
9
10.5830
1.1758
1.40
0.2575
Ulangan Galat Total
2 18 29
5.8079 15.0734 31.4644
2.9039 0.8374
3.47
0.0532
Tabel Lampiran 33. Sidik Ragam Perlakuan Fipronil dan Metiram terhadap Rendemen Beras giling SK
DB
JK
KT
F hitung
Pr>F hit
Perlakuan Ulangan Galat Total
9 2 18 29
42.7986 3.7940 42.3993 88.9920
4.7554 1.8970 2.3555
2.02 0.81
0.0978 0.4624
Tabel Lampiran 34. Sidik Ragam Perlakuan Fipronil dan Metiram terhadap Rendemen Beras Kepala SK
DB
JK
KT
F hitung
Pr>F hit
Perlakuan Ulangan Galat Total
9 2 18 29
303.7058 82.6320 510.8032 897.1410
33.7450 41.3160 28.3779
1.19 1.46
0.3588 0.2594