PENGARUH VARIABEL USAHA DAN KETRAMPILAN PADA HUBUNGAN INSENTIF MONETER TERHADAP KINERJA Laeli Budiarti Universitas Jenderal Soedirman
ABSTRAK Previous researchs indicates that monetary incentives have a substantial impact on performance. This research investigates the effects of individual effort and skill on task performance. The performance of 71 managers of bank in Indonesia were examined. Using regression analysis, results obtained in this study showed that efforts has mediation effect, while skills has moderator effect on the relationship between incentives and managerial performance. Keywords:monetary incentives, individual effort, managerial performance. PENDAHULUAN
perilaku individualisme (Barkema & Gomez-
Insentif moneter merupakan motivator
Mejia, 1998). Sprinkle & Williamson (2007)
ekstrinsik yang pembayarannya dikaitkan
menyatakan bahwa insentif yang dikaitkan
dengan
seringkali
dengan kinerja dapat membantu mengatasi
digunakan dengan tujuan untuk memotivasi
permasalahan moral hazard. Insentif moneter
dan meningkatkan kinerja individu (Atkinson
yang
et al. 2001). Sejumlah penelitian yang telah
mengoptimalkan usahanya (Predergast, 1999).
kinerja.
Insentif
ini
dilakukan melaporkan bahwa insentif yang
tepat
dapat
Secara
mendorong
teoritis,
teori
individu agency
diterima individu berkorelasi dengan kinerjanya
mengisyaratkan bahwa untuk memunculkan
(Rudin & Lee, 2002; Azfar & Danninger,
usaha maksimal dari individu, maka imbalan
2001). Menurut Yilmaz & Chatterjee (2003),
yang disediakan harus melebihi pembayaran
sangat beralasan bagi perusahaan untuk
yang diharapkan individu (Baiman, 1990)
mengharapkan karyawannya memaksimalkan
sehingga peningkatan pembayaran dapat
kinerjanya
meningkatkan
apabila
perusahaan
tersebut
kinerja.
Akerlof
(1984)
mengaitkan insentif yang diberikan dengan
mengisyaratkan
hasil pekerjaaannya.
pembayaran dapat mendorong pekerja dan
Menghubungkan
insentif
dengan
bahwa
peningkatan
organisasi melakukan pertukaran yang saling
kinerja agen merupakan salah satu cara
menguntungkan.
untuk mengurangi konflik keagenan yang
terhadap kinerja pada teori agency dijelaskan
timbul akibat perbedaan kepentingan dan
oleh salah satu asumsinya yang menyatakan
150
Efek
insentif
PENGARUH VARIABEL USAHA DAN KETRAMPILAN PADA HUBUNGAN INSENTIF MONETER TERHADAP KINERJA Laeli Budiarti Universitas Jenderal Soedirman
finansial
bahwa individu adalah rasional dan akan
plan pada level manajer tingkat menengah
memaksimalkan expected utility-nya. Teori ini
dengan pengukuran pada kinerja individual.
juga menyatakan bahwa individu cenderung
Penelitian lapangan ini dilakukan dengan
untuk
kecuali
tujuan untuk menguji efek insentif moneter
jika pekerjaan tersebut dapat berkontribusi
terhadap kinerja individual manajer. Insentif
terhadap kesejahteraan ekonominya. Teori
yang menjadi fokus pada penelitian ini bukan
ini mengisyaratkan bahwa insentif memiliki
insentif yang berupa tunjangan kesehatan,
peran yang mendasar dalam memotivasi dan
tunjangan pajak, atau bentuk tunjangan
mengendalikan kinerja karena insentif finansial
lainnya melainkan insentif dalam bentuk uang
merupakan sarana untuk memaksimalkan
yang diterima di luar gaji yang merupakan
kesejahteraan
komponen penerimaan pembayaran bulanan.
melalaikan
pekerjaannya
individu.
Insentif
moneter
mendorong individu untuk meningkatkan kinerjanya.
Banyak
perusahaan
yang
meng-
hubungkan insentif dengan kinerja, dengan
Selama dua dasawarsa sebagian besar
mengimplementasikan
program insentif
riset akuntansi manajemen ditujukan pada
berbasis kinerja (Pfeffer, 1998). Meski
upaya untuk merancang kontrak insentif
demikian masih sedikit
yang optimal (Banker et al., 2001). Model
mengenai dampak program insentif tersebut
teoritik dikembangkan berdasarkan asumsi
terhadap kinerja manajer secara individu
bahwa insentif moneter dapat meningkatkan
(Indjejikian, 1999; Murphy, 1999) karena
kinerja melalui dorongan untuk meningkatkan
sebagian besar riset ditujukan pada efek
usaha. Riset empiris dalam bidang ekonomi
insentif terhadap kinerja organisasi secara
dan akuntansi yang berfokus pada pengaruh
keseluruhan. Sampai saat ini, bukti empiris
insentif atau kompensasi yang ada selama
dari hasil penelitian menunjukkan hasil yang
ini
menguji
belum konsisten mengenai efek insentif
struktur kontrak kompensasi eksekutif dan
moneter terhadap kinerja. Beberapa hasil
hubungannya dengan kinerja perusahaan
penelitian menunjukkan bahwa peningkatan
secara keseluruhan misalnya penelitian yang
imbalan dapat meningkatkan kinerja, misalnya
dilakukan Lambert et al. (1993), Main et al.,
hasil penelitian Pritchard & Curtis (1973)
(1993), Ericksson (1999), Bognano (2001),
dan Hannan (2005). Namun, hasil penelitian
Conyon et al. (2001), Lee et al. (2008), dan
Bonem & Crosman (1988) serta Rieder et al.,
Lin et al. (2009). Perbedaan penelitian ini
(1988) menunjukkan tidak adanya efek dari
dengan penelitian terdahulu adalah penelitian
insentif moneter terhadap kinerja, sedangkan
ini berfokus pada efek pay for performance
hasil riset Pritchard & DeLeo (1973) dan
meneliti
model
dengan
bukti yang ada
Jurnal Akuntansi & Auditing Volume 9/No. 2/MEI 2013 : 150 - 168
151
Tomporowski et al., (1993) menghasilkan
ini
bukti yang menunjukkan efek negatif dari
pertanyaan mengapa insentif saja tidak mampu
insentif moneter.
meningkatkan kinerja individu manajer.
juga
diharapkan
dapat
menjawab
terdahulu
Berdasarkan kajian terhadap penelitian
ini juga belum menginformasikan apakah
terdahulu yang telah dikemukakan pada
besaran
bagian pendahuluan, maka permasalahan
Hasil-hasil
penelitian
insentif
berpengaruh
terhadap
usaha individu, meski secara teori, insentif dapat meningkatkan kinerja. Sangat sedikit
dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pengaruh usaha dalam
informasi tentang pengaruh insentif moneter
hubungan
terhadap usaha yang dapat meningkatkan
kinerja?
kinerja,
serta
mekanisme
yang
dapat
2. Bagaimana
insentif
moneter
pengaruh
dan
ketrampilan
menjelaskan peningkatan kinerja yang berasal
dalam hubungan insentif moneter dan
dari usaha individu. Hal ini mengakibatkan
kinerja?
sulitnya menentukan implikasi dari riset-riset terdahulu mengenai efek besarnya imbalan
TINJAUAN PUSTAKA DAN
bagi organisasi terutama dalam kaitannya
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
dengan desain sistem imbalan. Diperlukan
Insentif Berbasis Kinerja Deskripsi
riset lebih lanjut yang lebih sitematis dan
untuk
insentif
berbasis
lebih diarahkan pada mekanisme bagi insentif
kinerja adalah program bonus berupa uang
moneter untuk menghasilkan efek yang positif
yang diberikan bagi individu yang kinerjanya
bagi kinerja.
melebihi standar yang ditetapkan perusahaan untuk
(Banker et al., 1996). Insentif semacam ini
menguji variabel yang diduga mengintervensi
biasanya mendampingi program pemberian
pengaruh insentif moneter terhadap kinerja
insentif lainnya dalam perusahaan seperti
manajerial baik melalui efek mediasi maupun
kenaikan gaji pokok atau promosi untuk
moderasi. Secara khusus, penelitian ini
menduduki jabatan tertentu. Tidak seperti
menguji mekanisme yang mendasari efek
kenaikan gaji pokok atau promosi yang jarang
yang ditimbulkan oleh program insentif
diterima, insentif berbasis kinerja menjadi
berbasis kinerja terhadap kinerja individu.
imbalan yang signifikan bagi individu karena
Hasil penelitian ini diharapkan mampu
merupakan pembayaran yang dapat diterima
mengidentifikasi
setiap bulan di luar gaji ketika kinerja mereka
Penelitian
memunculkan
ini
bertujuan
variabel pengaruh
yang positif
dapat insentif
terhadap kinerja manajerial. Hasil penelitian 152
baik. Pada program insentif berbasis kinerja
PENGARUH VARIABEL USAHA DAN KETRAMPILAN PADA HUBUNGAN INSENTIF MONETER TERHADAP KINERJA Laeli Budiarti Universitas Jenderal Soedirman
ini, perusahaan terlebih dahulu menetapkan
intensitas individu dalam penyelesaian tugas
standar produktivitas yang harus dicapai.
(Betmann et al, 1990).
Individu yang berhasil melampaui standar yang
Individu memerlukan intensitas dan
ditetapkan akan menerima insentif sebesar
waktu yang lebih lama untuk menyelesaikan
prosentase tertentu yang telah ditetapkan
tugas tertentu pada saat tugas tersebut sulit
perusahaan,
selisih
atau ketika tugas tersebut dipersepsikan
produktivitas dengan standar. Jumlah insentif
penting. Libby & Lippe (1992) menyatakan
inilah yang akan diterima oleh individu setiap
bahwa insentif ekstrinsik, dalam hal ini
bulan. Sistem insentif semacam ini seringkali
insentif moneter, dapat mendorong individu
disebut juga sebagai sistem kuota (Bonner
untuk mencurahkan usaha yang lebih besar
et al., 2000). Individu yang tidak dapat
untuk menyelesaikan tugas yang relatif berat
memenuhi target yang ditetapkan perusahaan,
dan memerlukan waktu yang lebih lama untuk
tidak akan memperoleh pembayaran selain
menyelesaikannya.
gaji bulanannya. Sistem ini tidak hanya
Ada
dikalikan
dengan
beberapa
teori
yang
dapat
diaplikasikan oleh sebagian besar perusahaan
menjelaskan efek insentif moneter pada
di dunia, namun departemen pertahanan
kinerja, diantaranya teori expectancy, dan
Amerika
menerapkannya
teori agency. Teori expectancy menyatakan
terhitung mulai 30 April 2006 (Perril et al.,
bahwa orang bertindak untuk memaksimalkan
2009). Pada perusahaan, sistem ini tidak hanya
kepuasan terhadap output yang diharapkannya.
diberlakukan pada pekerja non manajerial tapi
Vroom (1964) menyatakan bahwa motivasi
juga pada pekerja tingkat manajer.
individu merupakan fungsi dari 2 faktor, yaitu
Serikat
juga
harapan mengenai hubungan antara usaha Teori tentang Pengaruh Insentif Moneter
yang dilakukannya dengan output tertentu dan
terhadap Usaha dan Kinerja
tingkat kemenarikan output tersebut. Motivasi
Usaha yang kuat dapat berupa usaha
yang tercipta dari 2 faktor ini akan mendorong
yang diarahkan untuk menyelesaikan tugas
orang untuk mengerahkan kemampuannya
saat ini, yang dapat segera terlihat pada
untuk mencapai output yang diinginkannya.
peningkatan kinerja atau dalam bentuk upaya
Menurut konsep teori ini, efek positif insentif
untuk belajar sehingga peningkatan kinerja
finansial terhadap usaha untuk menyelesaikan
tidak terjadi secara langsung. Meningkatnya
pekerjaan
usaha yang ditujukan bagi penyelesaian tugas
karena insentif finansial merupakan output
terdiri dari lamanya waktu yang dikerahkan
yang menarik. Insentif berupa uang menarik
individu untuk menyelesaikan tugas atau
karena uang tidak hanya dapat digunakan
dengan
sebaik-baiknya
Jurnal Akuntansi & Auditing Volume 9/No. 2/MEI 2013 : 150 - 168
terjadi
153
untuk memenuhi kebutuhan material tapi juga
bekerja selamanya pada perusahaan tersebut.
memiliki nilai simbolik berkaitan dengan
Keistimewaan
teori
agency
yang
prestige, status, dan faktor lainnya (Zelizer,
menarik banyak peneliti akuntansi adalah
1994; Furnham & Argyle, 1998).
Dalam
kemampuannya
hubungannya dengan insentif berbasis kinerja,
menggabungkan
teori ini memprediksi bahwa individu akan
masalah insentif, serta mekanisme untuk
berusaha lebih keras jika imbalan moneter
mengendalikan masalah insentif pada model
yang ditawarkan mempunyai nilai bagi mereka
yang dibangun peneliti (Lambert, 2001). Hal
dan individu percaya bahwa peningkatan
ini penting karena sebagian besar motivasi
usaha yang dilakukannya akan dihargai (Perry
bagi praktisi dan peneliti di bidang akuntansi
et al., 2009)
dan auditing adalah mengendalikan masalah
Teori lain yang dapat menjelaskan efek
untuk
secara
konflik
eksplisit
kepentingan,
insentif. Misalnya, alasan yang mendorong
insentif moneter adalah teori agency. Teori ini
keberadaaan
berakar dari literatur ekonomi informasi. Nilai
karena pengguna laporan keuangan tidak
informasi dihasilkan dari keputusan yang lebih
percaya jika manajemen telah jujur dalam
baik (menghasilkan keuntungan yang lebih
membuat pelaporan keuangan. Pada level
tinggi) akibat penggunaan informasi tersebut.
yang fundamental, teori agency digunakan
Teori agency meyakini bahwa berbagai
oleh para peneliti akuntansi untuk menjawab
individu, insentif, asimetri informasi, dan isu
2 pertanyaan, yaitu 1) bagaimana sistem
koordinasi adalah penting dalam memahami
informasi
bagaimana organisasi bekerja dengan efisien
masalah insentif (akan mengurangi atau
(Lambert, 2001). Model agency dibangun
justru
berdasarkan
menguji
2) bagaimana keberadaan masalah insentif
permasalahan insentif dan resolusinya pada
mempengaruhi desain dan struktur informasi,
seting
akuntansi, dan sistem kompensasi.
filosofi
ekonomi
pentingnya
yang
memiliki
potensi
auditor
dan
akuntansi
memperburuk
permasalahan insentif yang mencakup; 1)
Menurut
independen
mempengaruhi
permasalahan)
perspektif kinerja
teori
dan
agency,
ketidakmauan agen untuk melakukan usaha
insentif
secara optimal, 2) agen dapat mengalihkan
produktivitas perusahaan secara keseluruhan
sumber daya untuk kepentingannya sendiri,
dengan cara mendorong individu untuk
dan 3) perbedaan horison waktu, misalnya,
meningkatkan atau mengalokasikan usahanya
agen tidak memperdulikan efek tindakannya
dengan lebih baik (Banker et al., 1996),
sekarang terhadap kondisi di masa mendatang
misalnya dengan berusaha lebih keras untuk
karena agen tersebut tidak bermaksud untuk
memproduksi produk dengan kuantitas dan
154
berbasis
adalah
meningkatkan
PENGARUH VARIABEL USAHA DAN KETRAMPILAN PADA HUBUNGAN INSENTIF MONETER TERHADAP KINERJA Laeli Budiarti Universitas Jenderal Soedirman
kualitas yang lebih baik, menjual produk lebih
sementara usaha yang dikerahkan individu
banyak, mengurangi absensi, mengurangi
dapat mempengaruhi probabilitas individu
waktu istirahat, atau menambah jam kerja
untuk menerima munculan tersebut sehingga
(Bonner & Sprinkle, 2002). Efek peningkatan
insentif moneter dapat meningkatkan keinginan
usaha ini terjadi karena insentif berbasis
individu untuk meningkatkan kinerjanya agar
kinerja akan memotivasi individu untuk lebih
dapat memperoleh peningkatan pembayaran
baik dalam melaksanakan tugas. Misalnya
yang
pada konteks penjualan, individu dapat
mendorong individu untuk meningkatkan
meningkatan penjualan rutinnya dalam jangka
usaha yang lebih keras karena hal ini dianggap
pendek atau dalam jangka panjang dengan
dapat meningkatkan kinerja. Meski demikian
membina hubungan baik dan memelihara
bukti empiris dari hasil penelitian tidak selalu
kesetiaan
menghasilkan
sesuai dengan kedua teori diatas, yaitu insentif
penjualan di masa mendatang yang lebih
moneter seringkali tidak terbukti berhubungan
tinggi. Teori ekonomi mengisyaratkan bahwa
dengan peningkatan usaha dan kinerja. Hasil
individu yang memiliki cakrawala keputusan
kajian riset laboratorium yang dilakukan oleh
jangka panjang cenderung untuk mengarahkan
Bonner et al., (2000) menunjukkan bahwa tidak
usahanya agar dapat melaksanakan tugasnya
lebih dari separuh jumlah riset yang dikajinya
dengan lebih baik. Program insentif berbasis
yang berhasil membuktikan kemampuan
kinerja memungkinkan peningkatan kinerja
insentif moneter dalam meningkatkan kinerja
yang akan terus terjadi sepanjang individu
individu. Meta analisis atas riset lapangan
mengerahkan
yang dilakukan oleh Guzzo et al., (1985) juga
konsumen
usaha
yang
untuk
memperbaiki
pelaksanaan tugasnya (Banker et al., 1996).
diterimanya.
Keinginan
serupa dengan hasil kajian
ini
dapat
Bonner et al.,
Teori agency melalui asumsinya bahwa
(2000), yaitu insentif finansial memiliki efek
individu akan memaksimalkan utilitasnya
yang beraneka ragam, namun rata-rata efeknya
memberikan struktur yang mendalam untuk
tidak berbeda secara signifikan dengan nol.
menjelaskan dampak insentif moneter terhadap
Riset-riset yang menguji efek insentif
usaha. Serupa dengan teori expectancy, teori
moneter terhadap kinerja menduga adanya
agency juga mengisyaratkan bahwa insentif
variabel yang memoderasi hubungan tersebut
memainkan peran yang fundamental dalam
sehingga mengakibatkan efek insentif tidak
memotivasi dan mengendalikan kinerja karena
selalu
individu memiliki utilitas untuk meningkatkan
seringkali gagal untuk meningkatkan kinerja
kesejahteraannya. Insentif moneter mem-
(Perry et al., 2009). Bonner & Sprinkle (2002)
pengaruhi
serta Perry et al. (2009) menduga adanya
utilitas
berbagai
munculan
positif.
Insentif
berbasis
Jurnal Akuntansi & Auditing Volume 9/No. 2/MEI 2013 : 150 - 168
kinerja
155
berbagai variabel kontekstual yang memoderasi
atribut yang dimiliki oleh seseorang dalam
keefektifan sistem insentif berbasis kinerja.
melakukan pekerjaannya, seperti pengetahuan
Misalnya penelitian yang dilakukan oleh Ou
(Hunton et al., 2000), rasa percaya diri
& Wang (2007) yang membuktikan bahwa
(Bloomfield et al., 1999), preferensi risiko
efek gaji yang diterima para pemain baseball
(Young, 1985), dan nilai budaya (Harrison
di Amerika Serikat terhadap kinerjanya
et al., 1999). Variabel-variabel ini dapat
sebagai pitcher (penangkap bola) ataupun
mempengaruhi kinerja melalui berbagai proses
hitter (pemukul bola) sangat dipengaruhi
kognitif yang terjadi selama penyelesaian
oleh kemampuan pemain tersebut dalam
pekerjaan.
mengontrol bola. Kondisi ini mendorong
Meski
ada
sejumlah
variabel
pentingnya riset untuk mengidentifikasi faktor
individu yang berhubungan dengan insentif
yang dapat memoderasi keefektifan insentif
moneter,
sehingga peneliti dan organisasi memiliki
variabel ketrampilan karena, pertama, dalam
informasi yang lebih baik tentang manfaat
definisi yang luas, ketrampilan meliputi
insentif moneter dan dapat menciptakan
pengetahuan dan berbagai kemampuan yang
kondisi yang dapat mendorong keefektifannya
relevan dalam menyelesaikan tugas. Kedua,
untuk meningkatkan kinerja.
ketrampilan memainkan peranan penting
penelitian
ini
berfokus
pada
Model dasar yang dikembangkan
dalam penyelesaian tugas (Bonner & Lewis,
dalam penelitian ini adalah insentif berbasis
1990). Ketiga, untuk meningkatkan kinerja,
kinerja dapat meningkatkan usaha yang
perlu pemahaman secara tepat ketrampilan
ditujukan
tugas.
yang dimiliki individu yang diperlukan
Implikasi dari model ini adalah insentif
untuk menyelesaikan tugas (Bonner, 1999)
moneter dapat meningkatkan kinerja jika
dan keempat, sedikitnya bukti empiris yang
insentif ini dapat mendorong individu untuk
dihasilkan dari penelitian yang menguji peran
meningkatkan usahanya sehingga hipotesis
ketrampilan dalam hubungan usaha dan
penelitian ini adalah:
kinerja mengakibatkan implikasi yang tepat
untuk
H1: Usaha insentif
akan
menyelesaikan
memediasi
moneter
terhadap
hubungan
bagi peneliti dan praktisi akuntansi menjadi
kinerja
tidak jelas, oleh karena itu riset yang berfokus
manajerial. Pengaruh Ketrampilan dalam Hubungan Insentif terhadap Kinerja
pada ketrampilan sangat diperlukan. Ketrampilan
dapat
memberikan
pengaruh yang berbeda dalam hubungan
Variabel individu berperan penting
insentif dan kinerja karena efek insentif
dalam kinerja. Variabel individu meliputi
terhadap kinerja terjadi melalui serangkaian
156
PENGARUH VARIABEL USAHA DAN KETRAMPILAN PADA HUBUNGAN INSENTIF MONETER TERHADAP KINERJA Laeli Budiarti Universitas Jenderal Soedirman
proses
kognitif.
Ketrampilan
dapat
yang lebih tinggi daripada subjek yang bekerja
mempengaruhi hubungan insentif dan kinerja
dengan menerima upah tetap. Meski demikian,
denganditunjukkan cara memperlemah positif insentifjam subjekmenerima yang menerima dengan efek bertambahnya upah tetap.insentif Meski berbasis demikian, ditunjukkan dengan jam tidak menerima upah Meski insentif demikian, terhadap dan bertambahnya kinerja. kinerja tidak bisatetap. menyelesaikan tugasberbasis lebih kerja,usaha namun bisa saja Keberadaan kinerja subjek yang menerima kerja, namun saja kinerja tidak yang tidak menerima insentif berbasis insentifmengalami dapat bisa mendorong individu untuk baik kinerja daripada subjek yang menerima peningkatan seiring dengan subjek bisa menyelesaikan tugasupah lebih mengalami peningkatan seiringindividu dengan tidak bisa pada menyelesaikan tugas lebih berusaha keras yang dengan tetap baik kecuali subjek yang memiliki peningkatan usaha ditunjukkan karena tersebut kinerja daripada subjek yang menerima upah peningkatan karena tersebut daripada subjektinggi. yang subjek menerima upah kurangusaha memiliki ketrampilan yang baik tetap kecuali pada yang memiliki bertambahnya jam kerja,individu namun bisa saja ketrampilan yang Temuan penelitian kurang dibutuhkan memilikiuntukketrampilan yang yang tetap kecuali padayang subjek yang memiliki melaksanakan ketrampilan tinggi. Temuan penelitian kinerja tidak mengalami peningkatantugas seiring ini mengisyaratkan bahwa ketrampilan dapat dibutuhkan untuk melaksanakan tugas yang ketrampilan yang tinggi. Temuan penelitian (Arkes, 1991; Bonner et al., memberikan ini mengisyaratkan bahwadalam ketrampilan dapat dengandiberikan peningkatan usaha karena individu efek moderasi hubungan diberikan (Arkes, 1991; Bonner et al., ini mengisyaratkan ketrampilan dapat 2000). memberikan bahwa efek moderasi dalam hubungan
tersebut kurang memiliki ketrampilan yang
2000).
insentif dengan kinerja manajerial, sehingga
efek moderasi dalam hubungan Bukti empiris lain tentang peran memberikan insentif dengan kinerja manajerial, sehingga dibutuhkan untuk melaksanakan tugas yang hipotesis berikutnya dalam penelitian ini Bukti empiris lainhubungan tentang insentif peran dan insentifhipotesis dengan kinerja manajerial, ketrampilan dalam berikutnya dalamsehingga penelitian ini diberikan (Arkes, 1991; Bonner et al., 2000). adalah: ketrampilan hubungan insentif dan berikutnya dalam penelitian ini kinerjadalam diberikan oleh Awasthi dan Pratt hipotesis adalah:
Bukti empiris lain tentang peran adalah: H2: Interaksi antara insentif moneter dengan kinerja (1990). diberikan oleh Awasthi dan menemukan Pratt Penelitian mereka H2: Interaksi antara insentif moneter dengan
ketrampilan dalam mereka hubungan insentif dan H2: Interaksi ketrampilan akan berpengaruh positif (1990). Penelitian antara insentif dengan bahwa subjek yang menemukan bekerja dengan ketrampilan akanmoneter berpengaruh positif kinerja diberikan oleh Awasthi dan Pratt pada kinerja manajerial. bahwa menerima subjek insentif yang bekerja ketrampilan akan manajerial. berpengaruh positif berbasis dengan kinerja akan pada kinerja
(1990).menunjukkan Penelitian bahwa digambarkan, modelmodel penelitian ini menerima insentif mereka berbasis kinerja lebih akan padaJika kinerja usahamenemukan yang tinggi Jikamanajerial. digambarkan, penelitian menunjukkan usaha yang lebih tinggi Jika digambarkan, penelitianberikut: subjekdaripada yang bekerja dengan menerima insentif sebagai berikut: model subjek yang bekerja dengan adalahini adalah sebagai daripada subjek akan yang menunjukkan bekerja dengan adalah sebagai berikut: berbasis kinerja usaha ini Gambar 1. Model Penelitian Pertama Gambar 1. Model Penelitian Pertama
Gambar 1. Model Penelitian Pertama
Insentif Moneter Insentif Moneter
Usaha
Usaha
Kinerja Manajerial Kinerja Manajerial
Gambar 2. Model Penelitian Kedua Gambar 2. Model Penelitian Kedua
Gambar 2. Model Penelitian Kedua Insentif Moneter Kinerja Manajerial Insentif Moneter Kinerja Manajerial Ketrampilan Ketrampilan
METODA PENELITIAN
diterima oleh manajer dalam satu bulan,
Pengumpulan Data
sementara
Data
dikumpulkan
melalui
arsip
produktivitas
manajer
dalam
melakukan penjualan produk dan indeks
perusahaan yang berisi daftar insentif yang Jurnal Akuntansi & Auditing Volume 9/No. 2/MEI 2013 : 150 - 168
157
prestasi manajer pada bulan berikutnya.
tergolong
Wawancara dilakukan untuk mengetahui
meningkatkan
berapa lama waktu yang diperlukan oleh
Saving) atau meningkatkan saldo giro dan
responden untuk meraih jabatannya sebagai
tabungan setiap akhir bulan. Peningkatan
manajer.
Responden adalah kepala cabang
CASA merupakan tugas yang sulit karena
suatu perbankan swasta nasional di suatu
dana yang ada pada CASA memiliki
wilayah yang dipilih berdasarkan suatu
tingkat likuiditas yang tinggi. CASA dapat
kriteria, yaitu, individu tersebut bekerja
senantiasa berubah dalam hitungan detik
di bank tersebut dari awal mula individu
akibat penarikan yang dilakukan oleh
tersebut bekerja sampai mendapatkan jabatan
nasabah untuk memenuhi kebutuhannya.
manajer. Hal ini dilakukan dalam kaitannya
Kepala cabang sulit untuk mengendalikan
dengan variabel ketrampilan yang menghitung
atau untuk memprediksinya. Berbeda
waktu yang diperlukan individu untuk meraih
dengan produk lain seperti deposito
jabatan manajer dari awal bekerjanya individu
berjangka yang jatuh temponya sudah
tersebut pada bank yang sama. Unit analisis
pasti, saldo CASA yang pada awalnya
dalam penelitian ini adalah individu manajer,
tinggi bisa tiba-tiba menjadi turun karena
bukan organisasi. Dimensi waktu yang diambil
penarikan oleh nasabah pada waktu yang
adalah cross sectional, yaitu data dikumpulkan
tak terduga. Asumsi yang mendasari
pada periode satu waktu dari beberapa manajer
pengukuran usaha dengan menggunakan
(pimpinan cabang).
tugas yang sulit adalah diperlukan usaha
Operasionalisasi Variabel
keras untuk dapat menyelesaikan tugas
1. Insentif
Moneter,
merupakan
sulit
adalah CASA
tugas
untuk
(Current
and
jumlah
yang sulit, sehingga dalam penelitian
rupiah yang diperoleh manajer, selain gaji
ini, semakin tinggi prosentase kenaikan
bulanan, sebagai imbalan dari penjualan
CASA semakin tinggi usaha yang telah
produk perbankan yang melebihi target
dikerahkan oleh kepala cabang tersebut.
perusahaan.
3. Ketrampilan, diukur dari waktu yang
2. Usaha, diukur dari produktivitas manajer
diperlukan responden untuk mencapai
dalam melakukan tugas yang tergolong
jabatan manajer, yang dinyatakan dalam
sulit (Bonner & Sprinkle, 2002). Konteks
bulan. Asumsi yang mendasarinya adalah
penelitian ini adalah pada tugas yang
semakin pendek waktu yang diperlukan
dilakukan oleh kepala cabang bank.
responden
Berdasarkan hasil wawancara dengan
manajer, semakin tinggi ketrampilannya
beberapa kapala cabang, tugas yang
karena jabatan manajer hanya dapat diraih
158
untuk
mencapai
PENGARUH VARIABEL USAHA DAN KETRAMPILAN PADA HUBUNGAN INSENTIF MONETER TERHADAP KINERJA Laeli Budiarti Universitas Jenderal Soedirman
jabatan
oleh individu yang telah mencapai tingkat
dilakukan melalui 3 persamaan. Persamaan
tertentu dalam perusahaan melalui suatu
pertama adalah regresi variabel independen
penilaian yang sistematis secara berkala
terhadap variabel yang diduga merupakan
setiap 1 semester sekali.
variabel mediasi. Persamanaan kedua adalah
4. Kinerja Manajerial, menunjukkan tingkat
regresi variabel independen terhadap variabel
kecakapan manajer dalam melaksanakan
dependen, sedangkan persamaan ketiga adalah
aktivitas manajemen untuk mencapai
regresi variabel independen dan variable yang
target anggaran. Variabel ini diukur dari
diduga merupakan variabel mediasi terhadap
nilai yang berhasil dicapai oleh pimpinan
variabel dependen. Pada konteks penelitian
cabang
yang
ini (dengan memperhatikan model penelitian
ditunjukkan oleh Indeks Prestasi Kerja
pertama), ketiga persamaan ini adalah sebagai
(IPK).
berikut:
pada
bulan
penelitian
Pengujian Hipotesis Hipotesis penelitian ini diuji dengan regresi karena meskipun model penelitian ini
Usahat+1
= a1 + a2 Insentift + e1…..(1).
Kinerjat+1
= b1 + b2 Insentift + e2…..(2)
Kinerjat+1 = c1 + c2 Insentif + c3 Usahat+1 +
meliputi variabel moderasi dan mediasi, namun
e3…..(3)
variabel-variabel dalam penelitian merupakan
Suatu variabel dinyatakan memiliki
variabel yang dapat diobservasi dan dinyatakan
efek mediasi jika memenuhi tiga kondisi, yaitu
dalam satu angka mutlak melalui satu ukuran
(i) variasi variabel independen berpengaruh
yang objektif sehingga sesuai dengan prinsip
signifikan
parsimony, analisis regresi sudah cukup untuk
merupakan variabel mediasi atau koefisien a2
pengujian hipotesis dalam penelitian ini. Pada
pada persamaan 1 harus signifikan, (ii) variasi
pokoknya, uji statistik pada penelitian ini
pada variabel independen harus signifikan
bertujuan untuk membuktikan efek mediasi
pada variabel dependen atau koefisien b2 pada
dari variabel usaha dan efek moderasi dari
persamaan 2 harus signifikan, dan (iii) variasi
variabel ketrampilan pada hubungan insentif
pada variabel yang diduga merupakan variabel
moneter dengan kinerja individu.
mediasi berpengaruh signifikan pada variabel
Baron & Kenny (1986) menyatakan
pada
variabel
yang
diduga
dependen atau koefisien c2 pada persamaan
bahwa pada efek mediasi dapat diketahui
3 harus signifikan. Jika ketiga kondisi
dari analisis regresi atas tiga variabel yang
terpenuhi, maka dapat dikatakan bahwa ada
terdiri dari variabel independen, variabel yang
efek mediasi dari variabel yang diuji. Efek
diduga sebagai variabel mediasi, dan variabel
mediasi ini ada 2 macam, yaitu mediasi
dependen. Regresi untuk menguji efek mediasi
yang sempurna dan parsial. Efek mediasi Jurnal Akuntansi & Auditing Volume 9/No. 2/MEI 2013 : 150 - 168
ini
159
akan sempurna jika variabel independen
moderasi terdukung jika koefisien interaksi
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
antara variabel independen dengan variabel
variabel dependen tanpa keberadaan variabel
dependen signifikan.
mediasi. Efek mediasi yang bersifat parsial
Berdasarkan
model
penelitian
2,
terjadi jika efek (koefisien) pada regresi
regresi untuk menguji H2 (membuktikan efek
variabel
moderasi dari variabel ketrampilan) akan
independen
terhadap
variabel
dependen pada persamaan (3) lebih kecil dari
dilakukan dengan persamaan berikut:
koefisien persamaan (2) atau c2 lebih kecil
Kinerjat+1 = c1 + c2 Insentift + c3 ketrampilan
nilainya daripada b2 (Baron & Kenny, 1986).
+ c4 (Insentift x ketrampilan) +
Selanjutnya Baron & Kenny (1986) juga
e4…..(4)
menguraikan bahwa suatu variabel moderator
Adapun kriteria penerimaan hipotesis adalah
diperlukan
sebagai berikut:
jika
ada
ketidakkonsistenan
hubungan antara variabel independen dengan
1. H1 akan diterima jika nilai koefisien a2,
variabel dependen pada riset-riset yang telah
b2 dan c2 adalah positif dan signifikan
dilakukan selama ini. Pada konteks hubungan
serta nilai koefisien c2 < b2. Penelitian
antara insentif moneter dan kinerja individu,
ini menduga bahwa efek mediasi hanya
bukti empiris atas berbagai riset yang
bersifat parsial karena dari hasil review
dilakukan menunjukkan jika efek insentif
terhadap data insentif serta wawancara
finansial terhadap kinerja bisa bersifat positif,
dengan beberapa manajer, diketahui jika
negatif atau bahkan tidak berpengaruh sama
sebagian besar manajer menerima insentif
sekali (Wright, 1989; Hogarth et al., 1991;
dengan besaran yang berkisar pada 50%
Henry & Sniezek, 1993; Byram, 1997; Lee
dari nilai gaji kotor yang diterimanya.
et al, 1997). Hal ini mengisyaratkan adanya
Besaran insentif yang cukup signifikan
variabel yang memoderasi hubungan insentif-
mengakibatkan kemungkinan yang kecil
kinerja. Sesuai dengan penjelasan pada bagian
jika insentif sebagai variabel independen
tinjauan literatur, variabel yang diduga sebagai
tidak
variabel moderasi adalah variabel ketrampilan.
terhadap variabel kinerja ketika variabel
Baron & Kenny (1986) menyatakan bahwa
usaha dikendalikan, artinya efek mediasi
suatu variabel memiliki efek moderasi jika
yang sempurna dari variabel usaha sangat
variabel tersebut dapat mempengaruhi arah
kecil kemungkinannya.
dan atau kekuatan hubungan antara variabel independen
dengan
variabel
dependen.
berpengaruh
secara
2. H1b akan diterima jika nilai koefisien c4 adalah positif dan signifikan.
Hipotesis mengenai keberadaan variabel 160
signifikan
PENGARUH VARIABEL USAHA DAN KETRAMPILAN PADA HUBUNGAN INSENTIF MONETER TERHADAP KINERJA Laeli Budiarti Universitas Jenderal Soedirman
Agar hasil uji statistik tidak bias, maka sebelum regresi akan dilakukan pengujian untuk
Hasil Pengujian Asumsi Klasik Pengujian Normalitas Data
memenuhi asumsi klasik (Gujarati, 2005).
Berdasarkan hasil pengujian yang
Pengujian ini meliputi uji heteroskedastisitas,
dilakukan, nilai residual data pada model
normalitas, multikolinieritas, dan autokorelasi.
regresi yang dikembangkan dalam penelitian ini berdistribusi normal karena pada grafik
HASIL DAN PEMBAHASAN
terlihat titik-titik menyebar di sekitar garis
Pada penelitian ini, pengujian terhadap
diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah
hipotesis satu dan dua menggunakan model
garis diagonal sehingga model regresi layak
regresi Ordinary Least Square (OLS). Berikut
dipakai untuk menguji hipotesis (Santoso,
ini disajikan hasil pengujian terhadap asumsi
2000). Hal ini dapat dilihat dari grafik berikut
klasik regresi dan pengujian hipotesis.
ini,
Grafik persamaan 1:
Grafik persamaan 2:
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: USAHA
Dependent Variable: IPK
1.00
1.00
.75
Expected Cum Prob
Expected Cum Prob
.75
.50
.25
0.00 0.00
.25
.50
.75
1.00
.50
.25
0.00 0.00
Grafik persamaan 3:
1.00
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: IPK
Dependent Variable: IPK
1.00
1.00
.75
.75
Expected Cum Prob
Expected Cum Prob
.75
Grafik persamaan 4:
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
.50
.25
0.00 .25
.50
Observ ed Cum Prob
Observ ed Cum Prob
0.00
.25
.50
Observ ed Cum Prob
.75
1.00
.50
.25
0.00 0.00
.25
.50
.75
1.00
Observ ed Cum Prob
Jurnal Akuntansi & Auditing Volume 9/No. 2/MEI 2013 : 150 - 168
161
Pengujian Heterokedastisitas
tertentu yang jelas, serta tersebar baik diatas
Pengujian gejala heteroskedastisitas
maupun dibawah angka nol pada sumbu
dilakukan dengan melihat grafik untuk masing
Y. Hal ini menandakan tidak terjadinya
masing persamaan regresi. Berdasarkan hasil
heteroskedastisitas
pengujian, tidak terjadi heterokedastisitas
sehingga model regresi layak dipakai untuk
pada data penelitian
menguji hipotesis (Santoso, 2000). Hal ini
karena
Pada
grafik,
terlihat
titik-titik
pada
model
regresi,
dapat dilihat dari grafik berikut ini,
menyebar secara acak, tidak membentuk pola Grafik persamaan 1:
Grafik persamaan 2: Scatterplot
Scatterplot
Dependent Variable: IPK
Dependent Variable: USAHA 3
Regression Studentized Residual
3
Regression Studentized Residual
2 1 0 -1 -2 -3 -4 -5 -2
-1
0
1
2
3
2 1 0 -1 -2 -3 -2
Regression Standardized Predicted Value
1
2
3
Grafik persamaan 4:
Scatterplot
Scatterplot
Dependent Variable: IPK
Dependent Variable: IPK
6
4
Regression Studentized Residual
Regression Studentized Residual
0
Regression Standardized Predicted Value
Grafik persamaan 3:
4
2
0
-2 -4 -1.5
-1.0
-.5
0.0
.5
1.0
1.5
2.0
Regression Standardized Predicted Value
Pengujian Multikolinieritas Pengujian
asumsi
3 2 1 0 -1 -2 -3 -1.5
-1.0
-.5
0.0
.5
1.0
1.5
2.0
2.5
Regression Standardized Predicted Value
Inflative Factor (VIF). Pada umumnya, jika multikolinieritas
dilakukan dengan melihat nilai Variance
162
-1
VIF lebih besar dari 5, maka variabel tersebut mempunyai
persoalan
multikolinearitas
PENGARUH VARIABEL USAHA DAN KETRAMPILAN PADA HUBUNGAN INSENTIF MONETER TERHADAP KINERJA Laeli Budiarti Universitas Jenderal Soedirman
dengan variabel bebas lainnya (Santoso,
multikolinearitas.
2000). Tabel 1 merupakan tabel hasil pengujian Tabel 1. Hasil Pengujian Multikolinearitas No. 1. Persamaan 1 2. Persamaan 2 3. Persamaan 3 4.
Persamaan
Persamaan 4 memiliki 3 nilai VIF
Pada persamaan 4, model regresi mengalami masalah multikolinieritas karena
VIF 1,00 1,00 1,00 3,041 259,246 243,459
Kesimpulan Tidak ada multikol Tidak ada multikol Tidak ada multikol Tidak ada multikol ada multikol ada multikol
ketrampilannya, tinggi dan rendah. Pengujian Autokorelasi
pada persamaan tersebut ada interaksi antara
Uji gejala autokorelasi dilakukan
2 variabel, yaitu variabel ketrampilan dan
dengan melihat hasil uji Durbin Watson
variabel insentif yang merupakan variabel
pada hasil analisis regresi. Menurut Gujarati
ketiga dalam persamaan tersebut sehingga
(hal. 469, 2004), jika nilai uji Durbin
terjadi
ini
Watson berkisar pada angka 2, maka dapat
merupakan suatu hal yang pasti terjadi dan
diasumsikan bahwa tidak ada autokorelasi
tidak bisa diatasi, namun untuk meyakinkan
pada model regresi. Hasil uji Durbin Watson
validitas hasil penelitian ini, peneliti akan
pada 4 persamaan regresi pada penelitian ini
menguji ulang regresi persamaan 4 dengan
adalah seperti pada tabel 2.
multikolinieritas.
membagi
sampel
Kondisi
berdasarkan
tingkat
Tabel 2. Hasil Pengujian Multikolinearitas No. 1. 2. 3. 4.
Persamaan Persamaan 1 Persamaan 2 Persamaan 3 Persamaan 4
Nilai Durbin Watson 2,064 2,338 2,278 2,305
Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 2 dapat disimpulkan jika model regresi penelitian ini tidak mengalami autokorelasi.
Kesimpulan Tidak ada autokorelasi Tidak ada autokorelasi Tidak ada autokorelasi Tidak ada autokorelasi
Hasil Pengujian Hipotesis Satu Hipotesis
satu
bertujuan
untuk
membuktikan keberadaan efek mediasi dari
Jurnal Akuntansi & Auditing Volume 9/No. 2/MEI 2013 : 150 - 168
163
variabel usaha pada pengaruh insentif terhadap
melakukan tiga persamaan regresi yang
kinerja. Pengujian ini dilakukan dengan
hasilnya dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini:
Tabel 3. Hasil Uji Regresi Hipotesis 1 No Persamaan 1. Persamaan 1 2. Persamaan 2 3. Persamaan 3
Koefisien a2 = 0,854 b2 = 0,927 c2 = 0,894 c3 = 0,114
t 13,624 20,574 16,546 3,868
Sig. 0,000 0,000 0,000 0,000
R2 0,729 0,860 0,799
Adj. R2 F 0,725 185,602 0,858 423,286 0,796 273,759
Berdasarkan hasil pada tabel 3 dapat
yaitu variabel insentif, ketrampilan, interaksi
disimpulkan jika variabel usaha memiliki
antara insentif dan ketrampilan, serta variabel
efek mediasi karena nilai koefisien a2, b2 dan
kinerja. Seluruh variabel merupakan variabel
c2 adalah positif dan signifikan serta nilai
yang bersifat kontinus, kecuali variabel
koefisien c2 < b2. Efek mediasi variabel usaha
ketrampilan yang merupakan variabel dummy.
bersifat parsial, tidak bersifat sempurna,
Ketrampilan dibagi menjadi tinggi dan rendah
sehingga hipotesis pertama penelitian ini
berdasarkan rata-rata waktu dan median
diterima. Ketidaksempurnaan efek mediasi
yang diperlukan oleh sampel untuk meraih
pada penelitian ini kemungkinan besar
posisi manajer, yaitu lima tahun. Sampel
disebabkan oleh besaran insentif yang cukup
yang meraih posisi manajer kurang dari lima
signifikan
kinerja
tahun dikelompokkan sebagai manajer dengan
manajer secara langsung, yaitu mencapai 50%
ketrampilan tinggi dan akan diberi kode 1 dan
dari gaji kotor yang diterima manajer.
sampel diberi kode 0 jika sebaliknya. Hasil uji
Hasil Pengujian Hipotesis Dua
regresi untuk membuktikan hipotesis kedua
untuk
Pada
mempengaruhi
pengujian
ini,
ada
empat
yang diajukan adalah sebagai berikut,
variabel yang terdapat pada model regresi, Tabel 4. Hasil Uji Regresi Hipotesis 2 Model
164
1 Konstanta INSENTIF KETRAMPILAN INTERAKSI R2 = 0,879 Adj. R2 = 0,874 F = 162,493
Koefisien B Std. Error -7.69 1.00 0.80 0.07 -2.61 1.26 0.20 0.09
t -7.67 11.37 -2.07 2.24
Sig. 0.00 0.00 0.04 0.03
PENGARUH VARIABEL USAHA DAN KETRAMPILAN PADA HUBUNGAN INSENTIF MONETER TERHADAP KINERJA Laeli Budiarti Universitas Jenderal Soedirman
Pada tabel 4 dapat dilihat jika nilai
merupakan model interaksi, namun untuk
koefisien interaksi adalah positif (=1,49) dan
menjamin validitas kesimpulan uji statistik,
signifikan pada tingkat signifikansi 0,03,
maka dilakukan pengujian tambahan dalam
sehingga dapat disimpulkan jika hipotesis 2
menguji hipotesis kedua, yaitu dengan regresi
diterima, yaitu ketrampilan akan memoderasi
yang membagi sampel menjadi dua bagian
pengaruh insentif terhadap kinerja. Meski
berdasarkan tinggi-rendahnya ketrampilan.
demikian,
model
tersebut
mengalami
masalah multikolinearitas. Walaupun hal
Hasil uji regresi dengan membagi sampel adalah seperti pada tabel 5.
tersebut wajar karena model regresi tersebut Tabel 5. Hasil Uji Regresi Split Sample No Persamaan 1. Ketrampilan tinggi 2. Ketrampilan rendah
Koefisien T a2 = 0,883 9,941 b2 = 0,955 20,126
SE 0,081 0,050
Berdasarkan hasil uji pada tabel
Sig. Adj. R2 F 0,000 0,771 98,828 0,000 0,910 405,055
30 41
pada
5, terlihat bahwa besaran koefisien pada kedua persamaan tersebut adalah berbeda,
n
regresi
dengan
sampel
berketrampilan rendah (=a2). βins, T
= koefisien
variabel
bernilai positif dan signifikan, artinya insentif
pada
berpengaruh positif pada kinerja manajer baik
berketrampilan tinggi (=b2).
pada manajer yang berketrampilan tinggi
SE2ins,T = standart error pada regresi dengan sampel berketrampilan tinggi. nR = jumlah sampel yang memiliki
pada 2 regresi tersebut signifikan, maka dapat disimpulkan jika variabel ketrampilan
ketrampilan rendah. nT = jumlah sampel yang memiliki
memiliki efek moderasi dalam hubungan insentif dan kinerja manajer. Formula untuk pengujian ini adalah sebagai berikut:
sampel
sampel berketrampilan rendah.
koefisien regresi tersebut. Jika hasil uji lanjutan menunjukkan bahwa perbedaan koefisien
dengan
SE2ins,R = standart error pada regresi dengan
maupun rendah. Uji lebih lanjut dilakukan untuk mengetahui signifikansi perbedaan
regresi
insentif
ketrampilan tinggi. Perhitungan dengan formula diatas menghasilkan nilai t sebesar 934.8208, sehingga dapat disimpulkan bahwa perbedaan
Keterangan: βins, R
= koefisien
koefisien variabel
insentif
pada
kedua
memang signifikan.
regresi
tersebut
Hasil pengujian ini
Jurnal Akuntansi & Auditing Volume 9/No. 2/MEI 2013 : 150 - 168
165
memperkuat hasil pengujian sebelumnya yang menggunakan model interaksi, yaitu variabel ketrampilan memoderasi efek insentif terhadap kinerja manajerial. KESIMPULAN DAN SARAN Secara umum hasil penelitian ini menunjukkan adanya sejumlah variabel yang mengintervensi pengaruh insentif terhadap kinerja manajerial. Penelitian ini memiliki keterbatasan dalam hal pengukuran variabel ketrampilan, yaitu hanya menggunakan jangka waktu yang diperlukan seseorang untuk meraih jabatan manajer. Meski demikian, penelitian ini berhasil membuktikan secara empiris bahwa variabel usaha akan memediasi pengaruh insentif terhadap kinerja sedangkan variabel
ketrampilan
akan
memoderasi
pengaruh insentif terhadap kinerja, dengan menggunakan sampel manajer bank swasta nasional pada satu wilayah di Indonesia. Penelitian
lebih
lanjut
dapat
dilakukan
dengan menggunakan manajer pada industri lain (diluar perbankan) guna meningkatkan validitas eksternal dari hasil penelitian ini, mengembangkan pengukuran untuk mengukur variable ketrampilan dengan lebih akurat, atau dengan melakukan identifikasi variabel lain yang diduga berpengaruh pada hubungan insentif dan kinerja. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa ada sejumlah variabel yang diperlukan untuk meningkatkan efek dari insentif yang diberikan perusahaan untuk meningkatkan kinerja.
166
DAFTAR PUSTAKA Akerlof, G.A, 1984, Gift Exchange and efficieny-wage theory: Four views, The American Economic Review, 74: 79-83 Arkes, H.R., 1991, Cost and benefits of judgment errors: Implication for debiasing, Psychological Bulletin, 110: 486-498. Atkinson, A.A., Banker, R., Kaplan, R.S., & Young, S.M., 2001, Management Accounting (3rd ed.), Upper Sadle River, NJ; Prentice Hall. Awasthi, V., dan Pratt, J., 1990, The Effects of financial incentives on effort and decision performance: The role of cognitive characteristics, The Accounting Review, 65: 797-811 Azfar, O., & Danninger, S., 2001, Profitsharing, employment, stability, and wage growth, Industrial and Labor Relations Review 54(3): 619-637. Baiman, S., 1990, Agency research in managerial accounting: A second look, Accounting, Organization and Society, 15(4), 341-371 Banker, R.D., Lee. S.Y., & Potter, G., 1996, A field study of the impact of performance-based incentive plan, Journal of Accounting and Economics, 21: 195- 226. ______, Lee. S.Y., Potter, G., & Srinivasan, D , 2001, An Empirical analysis of continuing improvement following the implementation of a performancebased incentive plan, Journal of Accounting and Economics, 30: 315350. Barkema, H. G., & Gomez-Mejia, L. R., 1998, Managerial compensation and
PENGARUH VARIABEL USAHA DAN KETRAMPILAN PADA HUBUNGAN INSENTIF MONETER TERHADAP KINERJA Laeli Budiarti Universitas Jenderal Soedirman
firm performance: A general research framework, Academy of Management Journal 41(2): 135-145.
_______., 1999, Judgment and decisionmaking research in accounting, Accounting Horizons, 13, 385–398.
Baron, R,M., & David A. Kenny, 1986, The Moderator-Mediator Variable Distinction in Social Psychological Research: Conceptual, Strategic, and Statistical Considerations, Journal of Personality and Social Psychology, 51,6: 1173-1182
Furnham, A., & Argyle, M., 1998, The psychology of money, New York, NY: Routledge.
Bettman, J. R., Johnson, E. J., & Payne, J. W., 1990, A componential analysis of cognitive effort in choice, Organizational Behavior and Human Decision Processes, 45: 111–139.
Guzzo, R. A., Jette, R. D., & Katzell, R. A. (1985). The effects of psychologically based intervention programs on worker productivity: a meta-analysis, Personnel Psychology, 3 8 : 275–291.
Bloomfield, R., Libby, R., & Nelson, M. W., 1999, Confidence and the welfare of less-informed investors, Accounting, Organizations and Society, 24: 623– 647. Bonem, M., & Crossman, E. K., 1988, Elucidating the effects of reinforcement magnitude, Psychological Bulletin, 104: 348–362. Bonner, S. E., & Lewis, B. L., 1990, Determinants of auditor expertise, Journal of Accounting Research, 28 (Suppl.): 1–20. ______ & Sprinkle, G. B., 2002, The effects of monetary incentives on effort and task performance: theories, evidence, and a framework for research, Accounting Organization, and Society 27: 303-345 _______, R.Hastie. G.B. Sprinkle, S.M. Young, 2000, A review of the effects of financial incentives on performance in laboratory task: implications for management accounting, Journal of Management Accounting Research 12: 19-64
Gujarati Damodar N. 2004. Basic Econometrics. Edisi ke-4. New York: Mc Graw Hill.
Hannan, R.L., 2005, The Combined effects of wages and firm profit on employee effort, The Accounting Review, 80: 167-188. Harrison, P. D., Chow, C. W., Wu, A., & Harrell, A. M., 1999, A cross-cultural investigation of managers’ project evaluation decisions, Behavioral Research in Accounting, 11: 143–160. Hunton, J. E., Wier, B., & Stone, D. N, 2000, Succeeding in managerial accounting, Part 2: a structural equations analysis, Accounting, Organizations and Society, 25: 751–762. Indjejikian, R. J., 1999, Performance evaluation and compensation research: an agency perspective, Accounting Horizons, 13: 147–157. Kandel, E. & Lazear, E.P., 1992, Peer presure and partnership, Journal of Political Economy, 100(4): 801-817 Lambert, R.A., 2001, Contracting theory and accounting, Journal of Accounting and Economics 32 (2001): 3–87 Jurnal Akuntansi & Auditing Volume 9/No. 2/MEI 2013 : 150 - 168
167
Libby, R. & M.G. Lipe, 1992, Incentives effects and the cognitive processes involved in accounting judgments, Journal of Accounting Research 30: 249-273. Murphy, K.J., 1999. Executive compensation. In: Ashenfelter, O., Card, D. (Eds.), Handbook of Labor Economics, Vol. 1. North-Holland, Amsterdam, 2485– 2563. Ou, Wei-Ming & Hong-Da, W, 2007, Controllability as a moderator of the effect of salaries on performance: An empirical study, International Journal of Management, 24: 657-666. Perry, J.L., Trent, A.E., S.Y. Jun, 2009, Back to the future? Performance-related pay, empirical research, and the perils of persistence, Public Administration Review, 39-52. Pfeffer, J., 1998, Six dangerous myths about pay, Harvard Business Review 76: 109-119 Prendergast, C, 1999, The provision of incentives in firms, Journal of Economic Literature, 37: 7–63. Pritchard, R. D., & Curtis, M. I., 1973, The influence of goal settingand financial incentives on task performance, Organizational Behavior and Human Performance, 10: 175–183. ________, & DeLeo, P. J., 1973, Experimental test of the valence–instrumentality relationship in job performance, Journal of Applied Psychology, 57: 264–270.
Organizational Behavior and Human Decision Processes, 42: 155–180. Rudin, J. P., & Lee, J., 2002, A truer measure of risk in executive cash compensation, Journal of Applied Management and Entrepreneurship 7(4): 69-77. Santoso, S, 2000, Buku latihan SPSS Statistik Parametrik, Elex Media Komputindo, Jakarta. Sprinkle, G.B. & Williamson, M.G., 2007, Experimental research in managerial accounting, dalam C. Chapman, A. Hoopwood, dan M. Shields (Eds), Handbook in Management Accounting Research, Vol. 1, Oxford; Elsevier Tomporowski, P. D., Simpson, R. G., & Hager, L., 1993, Method of recruiting subjects and performance on cognitive tests, American Journal of Psychology, 106: 499–521. Vroom, V., 1964, Work and motivation, New York, NY: John Wiley Yilmaz, M. R., & Chatterjee, S., 2003, Salaries, performance, and owners’ goal in Major League Baseball: A view through data, Journal of Managerial Issues 15 (2): 243-255. Young, S. M., 1985, Participative budgeting: the effects of risk aversion and asymmetric information on budgetary slack, Journal of Accounting Research, 23: 829–842. Zelizer, V. ,1994, The social meaning of money, New York, NY: Basic Books.
Riedel, J. A., Nebeker, D. M., & Cooper, B. L., 1988, The influence of financial incentives on goal choice, goal commitment, and task performance, 168
PENGARUH VARIABEL USAHA DAN KETRAMPILAN PADA HUBUNGAN INSENTIF MONETER TERHADAP KINERJA Laeli Budiarti Universitas Jenderal Soedirman