PENGARUH VALUE ADDED INTELLECTUAL CAPITAL, GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN PERGANTIAN CEO TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur Sektor Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014)
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh: Devi Hasna NIM: 109082000187
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/2016 M
i
PENGARUH VALUEADDED INTELLECTUAL CAPITAL, GOOD GOVERNANCE CORPORATE DAN PERGANTIAN CEO TERHADAP TOBINS Q
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh: Devi Hasna Nll\1: 109082000187 Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
Reskino, SE, Ak, 1\1.Si NIP. 197409282008012004
Dr. Rini
1\1.Si. CA NIP.19760315 005012002
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOI\11DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAI\1 NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/2016
11
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Rabu, 22 Juni 2016 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa: 1. Nama
: Devi Hasna
2. NIM
: 109082000187
3. Jurusan
: Akuntansi
4. Judul Skripsi
: "Pengaruh Value Added Intelectual Capital, Good Corporate Governance, Pergantian CEO terhadap Kinerja Perusahaan".
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 22 Juni 2016
1. Yessi Fitri, SE., Ak., M.Si
(
NIP. 19760924 200604 2 002
)
Ketua
2. Dr. Rini, SE., M.Si., Ak., CA NIP. 19760315 200501 2 002
3. Dr. Rini, SE., M.Si., Ak., CA NIP. 19760315 200501 2 002
4. Reskino, SE., Ak., M.Si Pembimbing II
NIP. 19740928 200801 2 004
Nr--5. Yulianti, SE., M.Si Penguji Ahli
NIP. 19820318 201101 2 011
111
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini Selasa, 12 Mei 2014 telah dilakukan Ujian Komprehensif
atas
mahasiswa: 1. Nama
: Devi Hasna
2. NIM
109082000187
3. Jurusan
Akuntansi
4. Judul Skripsi
"Pengaruh Value Added Jntelectual Capital, Good Corporate Governance, Pergantian CEO terhadap Kinerja Perusahaan".
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 12 Mei 2014
1. Yoghi Citra Pratama, M.Si NIP. 19830717 201101 1 011
2. Hepi Prayudiawan, SE, MM, Ak, CA NIP. 19760315 200501 2 002
3. Yusar Sugara, SE,M.Si, Ak, CA, CMA, CPMA
I NIDN. 2009058601
lV
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Yang bertanda tangan di bawah ini, Nama
Devi Hasna
NIM
109082000187
Jurusan
.Akuntansi
Judul Skripsi : "Pengaruh Value Added Intelectual Capital, Good Corporate Governance, Pergantian CEO terhadap Kinerja Perusahaan".
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya: 1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan. 2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah karya orang lain. 3. Tidak menggunakn karya orang laun tanpa menyebutkan somber asli atau tanpa izin pemilik karya. 4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data. 5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini.
Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggung
jawabkan, temyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pemyataan ini, maka saya siap dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pemyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, Juni 2016
(Devi Hasna)
5
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I.
IDENTITAS PRIBADI 1. Nama
: Devi Hasna
2. Tempat, Tanggal Lahir
: Tangerang, 19 Juni 1990
3. Alamat
: Jl. Kertamukti No.2 RT.004/08, Kel. Pisangan, Kec. Ciputat, Tangerang Selatan 15419
4. Telepon
: 087777567225
5. Email
:
[email protected]
II. P ENDIDIKAN 1. SD Negeri Kosambi I
Tahun 2001-2003
2. SMP Islamiyah Ciputat
Tahun 2004-2006
3. MA Khazanah Kebajikan
Tahun 2007-2009
4. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun 2009-2016
III. PENGALAMAN ORGANISASI 1. SMP Islamiyah Ciputat Sebagai Anggota (2004-2006) 2. Madrasah Aliyah Khazanah Kebajikan (2007-2008) 3. Angota (PII) Pelajar Islam Indonesia (2008-2009) 4. Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan Akuntansi Departemen Forum Angkatan (2010-2011)
6
IV. LATAR BELAKANG KELUARGA 1. Ayah
: H. Dr. Sirojuddin Aly, MA
2. Tempat, Tanggal Lahir
: Karawang, 05 Juni 1958
3. Ibu
: Hj. Ade Aisyah
4. Tempat, Tanggal Lahir
: Karawang, 26 Februari 1979
6. Alamat
: Jl. Dogol suta Kel. Pisangan, Kec. Ciputat, Tangerang Selatan 15419
vii
INFLUENCE OF VALUE ADDED INTELLECTUAL CAPITAL, GOOD CORPORATE GOVERNANCE, AND CHANGE OF CEO ON FIRM PERFORMANCE ABSTRACT This study is aimed to investigate the influence of value added intectual capital, good corporate governance, and change of CEO on firm performance (Tobin’s Q). Good corporate governance would be estimated by using the propotion of independent commissionare; institutional ownership; and volume of direction. There are 31 samples in this study. Those samples are property and real estate companies listed on Indonesia Stock Exchange with period of observation in 2010-2014. Based on sample, the result shows that value added intectual capital has positive-significantly influences to firm performance and propotion of independent commissionare has negative-significantly influence to firm performance. In contrast, institutional ownership, volume of direction and change of CEO has no significant influences to firm performance (Tobin’s Q). Keyword: Good corporate governance; Propotion of independent commissionare; managerial ownership; institutional ownership; audit quality; family ownership; cost of debt
viii
PENGARUH VALUE ADDED INTELLECTUAL CAPITAL, GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN PERGANTIAN CEO TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN ABSTRAK Penelitian ini menguji pengaruh value added intectual capital, good corporate governance dan pergantian CEO terhadap kinerja perusahaan (Tobins Q). Good corporate governance diproksikan dengan proporsi komisaris independen, kepemilikan institusional, dan dewan direksi. Sampel penelitian ini berjumlah 31 perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan periode pengamatan tahun 2010-2014. Berdasarkan sampel yang diteliti, hasil penelitian membuktikan bahwa secara parsial, value added intellectual capital berpengaruh signifikan positif terhadap Tobins Q. proporsi komisaris independen berpengaruh negatif terhadap Tobins Q. Sementara itu kepemilikan institusional, dewan direksi dan pergantian CEO tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan (Tobins Q). Kata kunci: Value Added Intellectual Capital, Good Corporate Governance; Proporsi Komisaris Independen; Kepemilikan Institusional; Pergantian CEO, Kinerja Perusahaan (Tobins Q).
9
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Good Corporate Governance, Value Added Intellectual Capital dan pergantian CEO Terhadap Tobins Q”. Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, Sang Teladan yang telah membawa kita ke zaman kebaikan. Skripsi ini merupakan tugas akhir yang harus diselesaikan sebagai syarat guna meraih gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, syukur Alhamdulillah penulis hanturkan atas kekuatan Allah SWT yang telah anugerahkan. Selain itu, penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada: 1.
Kedua orang tuaku tercinta, Dr. H. Sirojuddin Aly, MA. dan Hj. Ade Aisyah yang telah memberikan bantuan, dukungan, kasih saying, nasehat, perhatian dan doa yang tiada henti-hentinya kepada penulis.
2.
Kedua mertuaku tercinta, Alm. H. Mursan dan Hj. Sumiyati yang telah memberikan perhatian dan doa yang tiada henti-hentinya kepada penulis.
3.
Suamiku tercinta, Muhammad Arif yang selalu ada mendampingi dan memberikan rasa cinta, kasih sayang, perhatian, semangat, membantu dalam pembuatan skripsi serta doa yang tiada henti-hentinya kepada penulis.
4.
Adikku Ayu yang tidak lelahnya telah membantu dalam pembuatan skirpsi ini, menyemangati dan memberikan nasehat yang menginspirasi serta do’a terbaiknya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5.
Adikku Vina yang telah membantu menemani mengumpulkan kelengkapan dalam menyelesaikan skripsi ini, kemudian Imtiyas, Laili, Izzati, Ifkar (Gigah) yang menyemangati dan menjaga anakku, Rafa saat menyelesaikan skripsi ini.
6.
Bapak Dr. M. Arief Mufraini LC., MA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta..
1
7.
Ibu Yessi Fitri, SE, Ak, M.Si selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
8.
Bapak Hepi Prayudiawan, SE, Ak, MSi selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
9.
Ibu Dr. Rini, SE, Ak, M.Si, CA selaku dosen Pembimbing Skripsi I yang telah bersedia menyediakan waktunya untuk membimbing penulis selama menyusun skripsi. Terima kasih atas segala masukan guna penyelesaian skripsi ini serta semua motivasi dan nasehat yang telah diberikan selama ini.
10. Ibu Reskino, SE, Ak, M.Si selaku dosen Pembimbing Skripsi II yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih atas segala masukan guna penyelesaian skripsi ini serta semua motivasi dan nasehat yang telah diberikan selama ini. 11. Seluruh Bapak/Ibu dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang bermanfaat selama masa perkuliahan. 12. Seluruh staf pengajar dan karyawan Universitas Islam Negeri yang telah memberikan bantuan kepada penulis. 13. Sahabat-sahabat terdekat penulis; Dina, Anggi, Nira, Muth, Tya, Vivin dan Grevi yang memberikan support, perhatian dan doa terbaik kepada penulis. 14. Semua teman-teman akuntansi C angkatan 2008. 15. Semua teman-teman akuntansi manajemen angkatan 2008-2009. 16. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Jakarta, 27 Juni 2016
(Devi Hasna)
1
DAFTAR ISI
Halaman Judul ..............................................................................................
i
Lembar Pengesahan Skripsi ................................................................................ ii Lembar Pengesahan Uji Komprehensif ............................................................ iii Lembar Pengesahan Uji Skripsi......................................................................... iv Lembar Pernyataan Bebas Plagiat ..................................................................... v Daftar Riwayat Hidup ........................................................................................ vi Abstract ............................................................................................................... viii Abstrak ................................................................................................................. ix Kata Pengantar..................................................................................................... x Daftar Isi ............................................................................................................. xii Daftar Tabel ....................................................................................................... xvi Daftar Gambar .................................................................................................. xvii Daftar Lampiran ............................................................................................. xviii BAB I
PENDAHULUAN ........................................................................ 1 A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1 B. Perumusan Masalah................................................................ 11 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 11 1. Tujuan Penelitian .............................................................. 11 2. Manfaat Penelitian ............................................................ 11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA............................................................... 14 A. Landasan Teori ....................................................................... 14 1. Teori Agensi ...................................................................... 14
xii
2. Resoursed Based Theory .................................................... 17 3. Intellectual Capital ............................................................ 18 a. Definisi Intellectual Capital …………………………
18
b. Komponen Intellectual Capital ………………………… . 21 c. Pengukuran VAIC…………………………………….. 24 4. Good Corporate Governance…………………………… 26 a. Sejarah pedoman GCG ……………………………….. 28 b. Prinsip GCG……………………………………………31 c. Tujuan GCG…………………………………………
32
d. Mekanisme GCG ………………………………………34 1). Proporsi Komisaris Independen ……………………34 2). Kepemilkan Institutional…………………………...37 3). Dewan Direksi ……………………………………..38 5. Pergantian Chief Executive Officer ……………………….. 40 a. Definisi CEO …………………………………………..40 b. Pergantian CEO ………………………………………..40 c. Teori pergantian CEO …………………………………41 6. Kinerja perusahaan ……………………………………..44 B. Penelitian Sebelumnya ............................................................ 46 C. Kerangka Pemikiran ................................................................ 50 D. Hipotesis ……………………………………………………..52
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN ................................................. 59 A. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................... 59 B. Metode Penentuan Sampel ...................................................... 59
13
C. Metode Pengumpulan Data ..................................................... 60 D. Metode Analisis Data .............................................................. 60 1. Statistik Deskriptif ............................................................. 61 2. Uji Asumsi Klasik .............................................................. 61 3. Uji Statistik ........................................................................ 64 E. Operasionalisasi Variabel ........................................................ 66 1. Intellectual Capital……………………………………… ..... 66 2. Good Corporate Governance ............................................ 67 a. Proporsi Komisaris Independen .................................... 67 b. Kepemilikan Institusional.............................................. 68 c. Dewan Direksi............................................................... 69 3. Pergantian CEO ................................................................. 70 4. Kinerja perusahaan............................................................. 71
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN ............................................. 74 A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitan............................... 74 1. Deskristif dan Objek Penelitian .......................................... 74 2. Deskriftif sampel penelitian................................................ 76 B. Hasil Uji Instrumen penelitian ................................................. 77 1. Hasil Uji Statistik Deskriptif.............................................. 77 2. Hasil Uji Asumsi Klasik .................................................... 79 3. Hasil Uji Statistik............................................................... 85 C. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................... 89
14
BAB V
PENUTUP .................................................................................. 101 A. Kesimpulan ............................................................................ 101 B. Saran ...................................................................................... 104
Daftar Pustaka ......................................................................................................104 Lampiran-Lampiran..............................................................................................110
15
Daftar Tabel
No.
Keterangan
Halaman
1.1
Daftar Perusahaan Tidak Mampu Bersaing ....................................1
1.2
Market Value and Asset (in billion od dollars) .............................. 4
2.1
Perbandingan Konsep Intellectual Capital Menurut Peneliti ....... 20
2.2
Hasil-Hasil Penelitian Sebelumnya................................................47
3.1
Operasionalisasi Variabel Penelitian .............................................73
4.1
Tahapan Seleksi Sampel Penelitian ...............................................75
4.2
Sampel Penelitian ..........................................................................76
4.3
Hasil Uji Statistik Deskriptif..........................................................78
4.4
Hasil Uji Multikolonieritas ............................................................80
4.5
Hasil Uji Autokorelasi ...................................................................81
4.6
Hasil Uji Koefisien Determinasi ....................................................86
4.7
Hasil Uji Statistik F .......................................................................87
4.8
Hasil Uji Statistik t.........................................................................88
16
Daftar Gambar
No.
Keterangan
Halaman
2.1
Skema Kerangka Pemikiran...................................................... 50
4.1
Hasil Uji Heteroskedasitas ........................................................ 83
4.2
Hasil Uji Normalitas Data Menggunakan Grafik P-Plot........... 85
xvii
Daftar Lampiran
No.
Keterangan
1
Halaman
Data Sampel Penelitian ............................................................ 110 2
Hasil Analisis Data Sampel ..................................................... 115
3
Output Hasil Pengujian Data ................................................... 121
xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perekonomian dunia telah berkembang dengan begitu pesatnya
ditandai
dengan
kemajuan
di
bidang
teknologi
informasi,
pertumbuhan inovasi yang luar biasa dan persaingan yang ketat. Dalam persaingan ekonomi yang ketat, perusahaan harus mampu bersaing dengan perusahaan lain namun apabila perusahaan tidak dapat bersaing dengan perusahaan lain maka pada akhirnya kinerja perusahaan tersebut akan menurun. Berikut ini beberapa contoh perusahaan yang tidak mampu bersaing dengan perusahaan lain: Tabel 1.1 Daftar Perusahaan yang Tidak Mampu Bersaing dengan Perusahaan Lain No. 1.
Nama Perusahaan Nokia Corporation
Lokasi Finlandia
Keterangan Tahun 2014 Nokia diakuisisi oleh Microsoft. 2 PT Toshiba Consumer Product Indonesia Tahun 2016 diakuisisi Indonesia oleh Skywards. 3. PT Panasonic Lighting Indonesia Tahun 2016 menutup Indonesia pabriknya di Indonesia. Sumber: Berbagai sumber diolah
Di Finlandia, contoh kasus perusahaan yang tidak mampu bersaing adalah Nokia Corporation yang diakuisisi oleh Microsoft. Unit bisnis perangkat dan layanan Nokia dibeli oleh Microsoft dengan total dana yang dikeluarkan mencapai 7,2 miliar dollar AS. Selama 3 tahun berturut-turut Nokia mengalami
1
penurunan pendapatan karena produknya kalah bersaing dengan produk Apple Iphone dan Ponsel berbasis Android (Irwansyah, 2014:1). Di Indonesia, contoh kasus perusahaan tidak mampu bersaing dengan perusahaan lain adalah PT Toshiba Consumer Products Indonesia yang diakuisisi oleh Skywards dan PT Panasonic Lighting Indonesia yang menutup pabriknya di Indonesia. Menurut Rachmat, Chairman Panasonic Gobel Group, Panasonic melakukan rasionalisasi dengan menutup pabrik lampunya yang berlokasi di Cikarang. Rachmat mengakui salah satu penyebabnya dikarenakan produk Panasonic yang kalah bersaing dengan produk impor China (Wahyuni, 2016:5). Permasalahan dalam kasus tersebut terjadi karena perusahaan tidak dapat bersaing dalam pesatnya perkembangan ekonomi dunia. Kinerja perusahaan yang tidak memiliki daya saing secara perlahan terus menurun seiring dengan turunnya angka penjualan. Pada akhirnya menyebabkan perusahaan harus menjual sahamnya kepada perusahaan lain. Persaingan
bisnis
dan
perkembangan
perekonomian
dunia
mengakibatkan banyak perusahaan mengubah cara bisnisnya. Perubahan proses bisnis dari bisnis yang didasarkan pada tenaga kerja (labor based business) menuju bisnis berdasarkan pengetahuan (knowledge based business), sehingga karakteristik utama perusahaan menjadi perusahaan berdasarkan pengetahuan. Perusahaan-perusahaan yang menerapkan knowledge based business akan menciptakan suatu cara untuk mengelola pengetahuan sebagai sarana untuk memperoleh penghasilan perusahaan, dengan penerapan knowledge based
2
business, maka penciptaan nilai perusahaan akan berubah (Sunarsih dan Mendra, 2011:1). Perubahan paradigma akuntansi tersebut menimbulkan tuntutan untuk melakukan perubahan pada pengukuran akuntansi tradisional ke pengukuran intellectual capital. Akuntansi tradisional belum mampu mengidentifikasi dan mengukur intangible assets untuk organisasi yang berbasis pengetahuan (Suhendah, 2008:2). Contoh perusahaan di Indonesia yang telah menerapkan knowledge based business adalah PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk. Dalam menghadapi persaingan global, PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) untuk menjaga mutu produk dan mengembangkan inovasi produk melalui uji kinik/riset mendalam. Selain itu, investasi melalui iklan secara terus menerus akan meningkatkan kekuatan brand dan nilai perusahaan. Menurut Sofjan Hidayat, CEO Sido Muncul, SDM yang berkualitas, diiringi dengan pengembangan produk, sasaran iklan yang benar dan produk yang berkualitas akan dapat meningkatkan penjualan (Thenu, 2016:1). Dalam sistem manajemen yang berbasis pengetahuan ini, maka modal yang konvensional seperti sumber daya alam, sumber daya keuangan dan aktiva fisik lainnya menjadi kurang penting dibandingkan dengan modal yang berbasis pada pengetahuan dan teknologi. Dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi maka akan dapat diperoleh cara menggunakan sumber daya lainnya secara efisien dan ekonomis, yang nantinya akan
3
memberikan keunggulan bersaing (Rupert, 1998 dalam Sawarjuwono dan Kadir, 2007:2). Tabel 1.2 Market Value and Assets (in billion of dollars) Perusahaan
Market Revenue Value General Electric 169 79 Coca Cola 148 19 Exxon 125 119 Microsoft 119 9 Intel 113 21 Sumber: Sawarjuwono dan Kadir (2007:2)
Profit 7.3 3.5 7.5 2.2 5.2
Net Asset 31 6 43 7 17
Hidden Value 138 (82%) 142 (96%) 82 (66%) 112 (94%) 96 (85%)
Berdasarkan hal diatas dapat disimpulkan bahwa market share terjadi karena masuknya konsep intellectual capital (IC) yang merupakan faktor utama yang dapat meningkatkan nilai suatu perusahaan. Hal ini dapat kita lihat pada produk aplikasi komputer yang diproduksi oleh Microsoft, dimana produk yang dihasilkan dibuat berdasarkan kemampuan modal intelektual dari karyawannya (Sawarjuwono dan Kadir, 2007:2). Keterbatasan pelaporan keuangan pada akuntansi tradisional dalam menjelaskan nilai perusahaan menunjukkan bahwa sumber ekonomi tidak berupa aset fisik melainkan penciptaan intellectual capital (Suhendah, 2008:2). Kemampuan bersaing perusahaan tidak hanya terletak pada kepemilikan aktiva berwujud dan tidak berwujud, tetapi juga pada inovasi, sistem informasi, pengelolaan organisasi dan sumber daya yang dimilikinya. Oleh karena itu perusahaan semakin menitik beratkan akan pentingnya knowledge assets (aset pengetahuan). Salah satu pendekatan yang digunakan dalam penilaian dan pengukuran knowledge assets (aset pengetahuan) adalah intellectual capital (IC) yang telah
4
menjadi fokus perhatian di berbagai bidang, baik dalam ilmu pengetahuan maupun teknologi informasi. Hal ini menimbulkan tantangan bagi para akuntan untuk mengidentifikasi, mengukur dan mengungkapkannya dalam laporan keuangan. Misalnya, Pulic (1998) dalam Sunarsih dan Medra (2011:2). Tidak mengukur secara langsung modal intelektual perusahaan, tetapi mengajukan suatu ukuran untuk menilai efisiensi dari nilai tambah sebagai hasil dari kemampuan
intelektual
perusahaan
(VAICTM-value
added
intellectual
coefficient). Komponen utama dari VAICTM dapat dilihat dari sumber daya perusahaan, yaitu physical capital (VACA-value added capital employed), human capital (VAHU-value added human capital) dan structural capital (STVA-structural capital value added). Menurut Pulic (1998) tujuan utama dari ekonomi yang berbasis pengetahuan adalah untuk menciptakan suatu value added, sedangkan untuk dapat menciptakannya dibutuhkan ukuran yang tepat tentang physical capital dan intellectual potential. Lebih lanjut Pulic (1998) dalam Sunarsih dan Medra (2011:2) menyatakan bahwa intellectual ability yang kemudian disebut dengan VAICTM menunjukkan sejauh mana kedua sumber daya tersebut (physical capital dan intellectual potential) telah dimanfaatkan secara efisien oleh perusahaan (Sunarsih dan Medra, 2011:3). Menurut Sawarjuwono dan Kadir (2007:36), intellectual capital masih belum dikenal secara luas di Indonesia. Dalam banyak kasus, sampai dengan saat ini perusahaan-perusahaan di Indonesia cenderung menggunakan conventional based dalam membangun bisnisnya, sedangkan perusahanperusahaan belum memberi perhatian lebih terhadap human capital, structural
5
capital, dan customer capital. Padahal semua ini merupakan elemen pembangun modal intelektual perusahaan. Sedangkan upaya menghadapi persaingan yang ketat, permodalan tidak hanya berfokus pada modal berwujud, tapi juga berfokus pada modal intelectual yang menjadi karakteristik perusahaan berbasis ilmu pengetahuan (Ekowati, 2012:4). Dalam menghadapi persaingan yang kuat dalam globalisasi, ada sebuah pengakuan bahwa intellectual capital adalah sebuah kekuatan yang menggerakkan pertumbuhan ekonomi (Sharabati et al. 2010:6). Berdasarkan hasil penelitian Tan et al (2007) dalam Ulum (2010:76), yang menggunakan 150 perusahaan yang terdaftar dalam bursa efek Singapura sebagai sampel penelitian menemukan hasil yang konsisten dengan penelitian Chen et al. (2005) bahwa IC (VAIC™) berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan; IC (VAIC™) juga berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan di masa mendatang. Penelitian ini juga membuktikan bahwa rata-rata pertumbuhan IC (VAIC™) memiliki pengaruh positif dengan kinerja perusahaan di masa mendatang. Selain itu, penelitian ini mengindikasikan bahwa kontribusi IC (VAIC™) terhadap kinerja perusahaan berbeda berdasarkan jenis industrinya. Selain itu, Chen et al., (2005) dalam Zumialti (2012:5) juga melakukan penelitian tentang intellectual capital pada perusahaan yang listed di Taiwan. Chen juga menggunakan metode VAICTM untuk melihat pengaruh intellectual capital terhadap kinerja perusahaan. Chen mengukur kinerja keuangan dengan sampel 4.254 perusahaan go public di Taiwan Stock Exchange tahun 19922002. Hasil dari penelitian ini adalah menunjukan bahwa modal intellectual capital berpengaruh secara positif terhadap nilai pasar dan kinerja perusahaan.
6
Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai indikator untuk memprediksi kinerja keuangan di masa yang akan datang. Penelitian ini ingin menunjukan bahwa VAICTM memiliki pengaruh terhadap kinerja perusahaan. Hal yang tak kalah penting dalam menjalankan suatu perusahaan, yaitu menciptakan pengawasan suatu organisasi antar pihak yang memiliki kepentingan dimana pemilik perusahaan memberikan wewenang (principal) dengan manajer yang diberi kewenangan untuk pengambilan keputusan (agent). Dalam praktek timbul masalah (agency problem) karena ada kesenjangan kepentingan antara pemegang saham sebagai principal dengan manajer sebagai agent. Hal ini mungkin terjadi karena manajer mempunyai informasi me ngenai perusahaan yang tidak dimiliki oleh pemilik perusahaan (asymmetric information) yang menimbulkan agency conflict seperti contoh skandalskandal spektakuler yaitu kasus Enron, Worldcom, Tyco, London & Commonwealth, Poly Peck, dan Maxwell. Keruntuhan perusahaan-perusahaan publik tersebut dikarenakan oleh kegagalan strategi dan praktek curang dari manajemen puncak yang berlangsung tanpa terdeteksi dalam waktu yang cukup lama karena lemahnya pengawasan yang independen oleh corporate boards. Dalam hal ini dibutuhkan mekanisme yang dapat mengakomodir kepentingan untuk mengurangi agency problem tersebut, yaitu Corporate Governance. Corporate governance dapat didefinisikan sebagai
seperangkat
peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, manajer,
7
pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka (FCGI, 2006:106). Corporate governance diterapkan untuk meningkatkan kinerja dan akuntabilitas perusahaan guna mengoptimalkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya dan berlandaskan pada nilai-nilai etika dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Selain itu, corporate governance juga memberikan kerangka acuan yang memungkinkan pengawasan berjalan efektif sehingga tercipta mekanisme check and balance di perusahaan. Klapper dan Love (2002) menemukan adanya pengaruh positif corporate governance terhadap kinerja perusahaan yang diukur dengan Return on Assets (ROA) dan Tobin’s Q. Begitu pula penelitian Brown dan Caylor (2004) menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan yang melaksanakan good corporate governance mengalami peningkatan kinerja perusahaan (corporate performance) yang signifikan. Penelitian Cornett et al (2005) menemukan untuk perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam S&P 100, juga menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan
yang melaksanakan good
corporate governance mengalami peningkatan kinerja perusahaan yang signifikan. Proksi yang digunakan dalam pengukuran GCG adalah proporsi kepemilikan institutional dan dewan direksi. Hasil penelitian Beberapa bukti empiris yang menunjukkan bahwa pelaksanaan good corporate governance dapat memperbaiki kinerja perusahaan antara lain Penelitian yang dilakukan oleh Ashbaugh, et al. (2004) dalam Trisnantari (2010:6) terhadap 1500 8
perusahaan di
Amerika
Serikat,
menunjukkan
bahwa
perusahaan-
perusahaan yang melaksanakan good corporate governance mengalami peningkatan peringkat kredit yang signifikan. Hal serupa yang perlu dikaji dan memiliki pengaruh terhadap kinerja perusahaan yaitu pergantian Chief Executive Officer (CEO). Dengan adanya pergantian CEO diyakini bahwa akan ada perubahan baik peraturan dan pengelolaan perusahaan dengan cara menerapkan peraturan, prosedur baru, serta perubahan kebijakan yang ditetapkan oleh CEO baru dalam rangka menjalankan visi misinya untuk meraih kinerja perusahaan yang diharapkan, baik seperti restrukturisasi, pembaharuan formula, visi dan misi. Penelitian secara empiris yang dilakukan oleh Kato dan Long (2005) terhadap perusahaan-perusahaan di China pada tahun 1998-2002 menemukan bahwa kinerja perusahaan akan meningkat secara signifikan setelah dilakukan penggantian CEO, selain itu adanya penunjukkan direktur independen juga dapat meningkatkan pergantian dan sensitivitas kinerja. Kato dan Long (2005) juga menyatakan bahwa kehadiran pemegang saham sebagai controller membuat pergantian CEO lebih sensitif terhadap perusahaan. Berbeda dengan penelitian Kato dan Long (2005), penelitian Trisnantari (2010:3) mendapati bahwa sesungguhnya perusahaan terutama perusahaan besar telah memiliki sistem yang memungkinkan perusahaan tersebut berjalan dengan sendirinya sehingga perubahan atau pergantian kepemimpinan tidak akan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Berdasarkan uraian di atas, peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian ini karena berbagai penelitian mengenai intellectual capital (IC),
9
good corporate governance (GCG), Pergantian Chief Executive Officer (CEO) terhadap kinerja perusahaan masih menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh VAICTM, Good Corporate Governance dan pergantian CEO terhadap terhadap Kinerja Perusahaan (Studi kasus pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014)”. Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Juniarti dan Sentosa (2009) dan Nurlaila (2011). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut: 1. Variabel Intellectual Capital yang digunakan peneliti sebelumnya adalah pengungkapan
intellectual
capital
sedangkan
pada
penelitian
ini
menggunakan perhitungan VAICTM. Variabel Good Corporate Governance pada penelitian sebelumnya adalah jumlah direksi, proporsi dewan komisaris sedangkan variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah proporsi dewan komisaris independen, jumlah dewan direksi dan kepemilikan institusional. Sedangkan, dalam penelitian ini, peneliti menambahkan variabel pergantian CEO yang mana disarankan dalam penelitian terdahulu untuk menambahkan variabel lain yang mempengaruhi kinerja perusahaan. 2. Objek penelitian sebelumnya adalah perbankan dan perusahaan manufaktur terdaftar di BEI. Sedangkan, objek dalam penelitian ini adalah perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI.
10
3. Periode penelitian sebelumnya mengambil tahun 2003 sampai dengan 2007. Sedangkan, periode penelitian ini mengambil tahun 2010 sampai dengan 2014. Alasan peneliti menggunakan tahun 2010-2014 karena periode tersebut menunjukkan kondisi yang paling aktual berkaitan dengan masalah yang diteliti
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan permasalahan yang hendak diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Apakah Value Added Intellectual Capital (VAICTM), Good Corporate Governance (GCG yang diproksi melalui komisaris independen, dewan direksi, kepemilikan institusional), dan pergantian Chief Executive Officer secara parsial berpengaruh terhadap kinerja perusahaan (Tobins’Q)? b. Apakah Value Added Intellectual Capital (VAICTM), Good Corporate Governance (GCG yang diproksi melalui komisaris independen, dewan direksi, kepemilikan institusional), dan pergantian Chief Executive Officer secara simultan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan (Tobins’Q)? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Untuk menganalisis pengaruh Value Added Intellectual Capital (VAICTM), Good Corporate Governance (GCG yang diproksi melalui komisaris independen, dewan direksi, kepemilikan institusional), dan
11
pergantian Chief Executive Officer secara parsial berpengaruh terhadap kinerja perusahaan (Tobins’Q) b. Untuk menganalisis pengaruh Value Added Intellectual Capital (VAICTM), Good Corporate Governance (GCG yang diproksi melalui komisaris independen, dewan direksi, kepemilikan institusional), dan pergantian Chief Executive Officer secara simultan terhadap kinerja perusahaan (Tobins’Q). 2. Manfaat Penelitian a. Kontribusi Teoritis 1) Mahasiswa Jurusan Akuntansi, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan referensi penelitian selanjutnya dan pembanding untuk menambah ilmu pengetahuan. 2) Masyarakat, sebagai sarana informasi tentang kinerja auditor serta menambah pengetahuan akuntansi khususnya akuntansi manajemen dengan memberikan bukti empiris tentang pengaruh Intelectual Capital (VAICTM), Good Corporate Governance (GCG) dan pergantian Chief Executive Officer terhadap kinerja perusahaan. 3) Peneliti berikutnya, sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang akan melaksanakan penelitian lebih lanjut mengenai topik ini. 4) Penulis, sebagai sarana untuk memperluas wawasan serta menambah referensi mengenai akuntansi keuangan dan pasar modal, terutama tentang Intelectual Capital (VAICTM), Good Corporate Governance (GCG) dan pergantian Chief Executive Officer terhadap kinerja
12
perusahaan sehingga diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis di masa yang akan datang.
b. Kontribusi Praktis 1) Perusahaan, diharapkan dapat memberikan manfaat dalam menilai sejauh mana pengaruh Intelectual Capital (VAICTM), Good Corporate Governance (GCG) dan pergantian Chief Executive Officer terhadap kinerja perusahaan. Informasi yang dapat membantu perusahaan dalam
meningkatkan
kinerja
perusahaan.
Informasi
tersebut
merupakan feedback bagi perusahaan atas pelaksanaan Intelectual Capital dan Good Corporate Governance yang telah dilakukannya. 2) Investor, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan informasi yang dapat membantu para investor dalam mengambil keputusan yang tepat untuk berinvestasi.
13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Agency Theory Teori ini yang dikemukakan oleh Michael C. Jensen dan William H. Meckling pada tahun 1976, dimana agency theory mengemukakan hubungan antara agent (manajer) dengan principal (kreditur dan investor). Manajemen merupakan agen dari pemegang saham, sebagai pemilik perusahaan. Untuk dapat melakukan fungsinya dengan baik, manajemen harus diberikan insentif dan pengawasan yang memadai. Pengawasan dapat dilakukan melalui cara-cara seperti pengikatan agen, pemeriksaan laporan keuangan, dan pembatasan terhadap keputusan yang dapat diambil agensi (Marriana, 2014:13). Pada dasarnya agency theory adalah teori mengenai struktur kepemilikan perusahaan yang dikelola oleh manajer bukan pemilik, berdasarkan kenyataan bahwa manajer profesional bukan agen yang sempurna dari pemilik perusahaan, dengan demikian belum tentu selalu bertindak untuk kepentingan pemilik. Dengan kata lain, manajer sebagai manusia
rasional
dalam
pengambilan
keputusan
perusahaan
akan
memaksimalkan kepuasan dirinya sendiri (Hidayati, et al. 2001:12). Jensen dan Meckling (1976) dalam Weston dan Copeland (1996:24) menyatakan bahwa masalah keagenan berhubungan dengan penggunaan ekuitas eksternal. Misalnya sebuah perusahaan yang semula dimiliki
14
seluruhnya oleh satu orang, maka semua tindakannya hanya mempengaruhi posisinya sendiri. Jika pemilik yang juga manajer perusahaan itu menjual sebagian dari sahamnya kepada orang lain, maka akan timbul konflik kepentingan. Keuntungan sampingan yang dibayarkan kepada pemilikmanajer yang semula sepenuhnya dinikmati sendiri, sekarang dibayar sebagian kepada pemilik baru. Teori keagenan mengasumsikan bahwa semua individu bertindak atas kepentingan mereka sendiri dan agen (manajer perusahaan) diasumsikan menerima kepuasan bukan saja dari kompensasi keuangan tetapi juga dari syarat-syarat yang terlibat dalam hubungan keagenan, seperti jumlah waktu luang, kondisi kerja yang menarik, keanggotaan klub dan jam kerja yang fleksibel. Menurut Brigham dan Houston (2006:54), hubungan keagenan dapat timbul di antara: a. Pemegang saham dengan manajer. Masalah keagenan dapat timbul jika manajer menempatkan tujuan dan kesejahteraan mereka sendiri pada posisi yang lebih tinggi dari kepentingan pemegang saham. Menurut Jensen dan Meckling (1976), masalah keagenan potensial terjadi bila proporsi kepemilikan atas saham perusahaan kurang dari seratus persen sehingga manajer cenderung bertindak
untuk
memaksimalkan pendanaan.
mengejar nilai
Tindakan
kepentingannya
perusahaan manajer
dalam
yang
sendiri
dan
mengambil
oportunistik
bukan
keputusan
tersebut
akan
mempertinggi biaya perusahaan dan mengurangi kemakmuran pemegang saham.
15
b. Pemegang saham (melalui manajer) dengan kreditur. Kreditur memiliki klaim atas sebagian dari arus kas perusahaan untuk pembayaran bunga dan pokok utang. Mereka memiliki klaim atas aset perusahaan saat perusahaan mengalami kebangkrutan. Pada saat perusahaan mengalami kebangkrutan, keputusan harus segera diambil untuk mengatasi kondisi tersebut, yaitu apakah akan melikuidasi perusahaan dengan menjual seluruh aset atau melakukan reorganisasi. Oleh karena itu, manajemen perlu segera mengambil tindakan yang akan berdampak pada pemegang saham, kreditur atau kedua belah pihak tersebut. Perspektif teori agensi merupakan dasar yang digunakan antara lain memahami isu corporate governance dan earnimg management. Teori agensi mengakibatkan informasi yang asimetri diantara pemilik dan pengelola, untuk menghindari hal tersebut dibutuhkan suatu konsep yaitu konsep good corporate governance yang bertujuan untuk menjadikan perusahaan menjadi lebih sehat. Penerapan
corporate
governance
melalui
kepemilikan
independen, dewan komisaris, dan kepemilikan institusional dapat menjelaskan hubungan antara manajemen dengan pemilik, manajemen sebagai agen secara moral bertanggung jawab untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal) dan sebagai imbalannya akan memperoleh kompensasi yang sesuai dengan kontrak.
16
2. Resource Based Theory Landasan teori yang digunakan untuk memahami peran intellectual dalam peningkatan kinerja organisasi bisnis adalah dalam perspektif. Resource Based theory. Resource-based theory dipelopori oleh Penrose, yang mengemukakan bahwa sumber daya perusahaan bersifat heterogen dan jasa produktif yang berasal dari sumber daya perusahaan memberikan karakter unik bagi tiap-tiap perusahaan (Astuti dan Sabeni, 2005). Resource Based Theory adalah suatu pemikiran yang berkembang dalam teori manajemen strategic dan keunggukan kompetitif perusahaan yang menyakini bahwa perusahaan akan mencapai keunggulan apabila memiliki sumber daya yang unggul. Dalam konteks untuk menjelaskan pengaruh modal intelektual terhadap kinerja keuangan, Wernerfelt (1984) menjelaskan bahwa menurut pandangan resource based theory perusahaan memperoleh keunggulan kompetitif dan kinerja perusahaan yang baik dengan cara memiliki, menguasai dan memanfaatkan aset-aset strategis yang penting. Sumber daya tersebut dapat berwujud maupun tidak berwujud, dan sumberdaya tersebut mewakili input dalam proses produksi perusahaan baik modal, perlengkapan, keahlian dari pegawai, paten, pembiayaan dan manajer yang berbakat. Seiring dengan meningkatnya efektivitas dan kemampuan perusahaan, jumlah sumberdaya yang dibutuhkan cenderung makin membesar. Melalui penggunaan yang terus menerus, kemampuan tersebut, yang didefinisikan sebagai kemampuan dari beberapa jenis
17
sumberdaya untuk melakukan pekerjaan atau aktivitas secara terusmenerus, akan makin sulit untuk dipahami dan ditiru para pesaing. Kemampuan bersaing perusahaan tidak hanya terletak pada kepemilikan aktiva tidak berwujud, tetapi lebih pada inovasi, sistem informasi, pengelolaan organisasi dan sumber daya yang dimilikinya. Oleh karena itu perusahaan semakin menitikberatkan akan pentingnya knowledge assets (aset pengetahuan). Apabila perusahaan dapat memanfaatkan sumber dayanya secara maksimal, maka perusahaan tersebut memiliki suatu keunggulan kompetitif dan mampu untuk berdaya saing terhadap para kompetitornya. Salah satu pendekatan yang digunakan dalam penilaian dan pengukuran knowledge assets (aset pengetahuan) adalah intellectual capital (IC) yang pula tak kalah pentingnya. Perusahaan harus menyadari pentingnya pengelolaan intellectual capital yang dimiliki. Apabila kinerja dari intellectual capital tersebut dapat dilakukan secara maksimal, maka perusahaan akan memiliki suatu value added yang dapat memberikan suatu karakteristik tersendiri. Sehingga dengan adanya karakteristik tersendiri yang dimiliki, perusahaan mampu berdaya saing terhadap para kompetitornya karena mempunyai suatu keunggulan kompetitif yang hanya dimiliki oleh perusahaan itu sendiri.
3. Intelectual Capital a. Definisi Intellectual capital Ketertarikan akan IC bermula ketika Tom Stewart, pada Juni 1991, menulis sebuah artikel (“Brain Power - How Intellectual Capital Is 18
Becoming America’s Most Valuable Asset”), yang mengantar IC kepada agenda manajemen (Ulum, 2009). Hingga konsep modal intelektual telah mendapatkan perhatian besar oleh berbagai kalangan terutama para akuntan dan akademisi. Fenomena ini menuntut mereka untuk mencari informasi yang lebih rinci mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pengelolaan modal intelektual. Mulai dari cara pengidentifikasian, pengukuran sampai dengan pengungkapan IC dalam laporan keuangan perusahaan. Istilah Intellectual Capital (IC) sering diasosiasikan sebagai intellectual assets, intangible assets, atau knowledge assests. The Society
of
Management
Accountants
of
Canada
(SMAC)
mendefinisikan IC sebagai berikut: "In balance sheet, intellectual assets are those knowledge-based items, which the company owns which prodused a future stream of benefits for the company". (IFAC, 1998 dalam Sawarjuwono, 2003). Menurut Stewart 1997 dalam Suhendah (2008:6) definisi intellectual capital adalah sumber daya berupa pengetahuan yang tersedia pada perusahaan yang menghasilkan asset bernilai tinggi dan manfaat ekonomi di masa mendatang bagi perusahaan.
19
Tabel 2.1 Perbandingan Konsep Intellectual Capital Menurut Beberapa Peneliti Brooking(UK)
Roos (UK)
Stewart (USA)
Bontis (Canada)
Humancentered assets Skills, abilities and expertise, problem solving abilities and leadership styles
Human capital Competence, attitude, and intellectual agility
Human capital Employees are an organization’s Most important asset
The individual level knowledge that each employee possesses
Infrastructure assets All the technologies, process and methodologies that enable company to function
Organizational capital All organizational, innovation, processes, intellectual property, and cultural assets
Structural capital Knowledge embedded in information technology
Structural capital Non-human assets or organizational capabilities used to meet market requirements
Intellectual property Know-how, trademarks and patents
Renewal and development capital New patents and training efforts
Structural capital All patents, plans and trademarks
Market assets Brands, customers, customer loyalty and distribution channels
Relational capital Relationship which include internal and external stakeholders
Customer capital Market information used to capture and retain customers
Intellectual property Unlike, IC, IP is a protected asset and has a legal definition Relational capital Customer capital is only one feature of the knowledge embedded in organizational relationships
Sumber: Bontis et al. (2000) Sedangkan definisi intelectual capital menurut Bontis et al. 2000 dalam Sunarsih (2011: 5) menyatakan bahwa secara umum, para peneliti mengidentifikasi tiga konstruksi utama dari modal intelektual, yaitu: 20
human capital (HC), structural capital (SC), dan customer capital (CC). secara sederhana HC merepresentasikan individual knowledge stock suatu organisasi yang direpresentasikan oleh karyawannya. HC merupakan kombinasi dari genetic inheritance; education; experience; and attitude tentang kehidupan dan bisnis. Human capital biasanya meliputi karyawan dan sumber daya eksternal seperti konsumen dan supplier. Organizational, sedangkan (structural) capital mengacu pada hal yang berkaitan seperti : rantai pasokan, jaringan distribusi, sistem software. b. Komponen Intellectual capital Banyak para praktisi yang menyatakan bahwa intellectual capital terdiri dari tiga elemen utama (Stewart 1998, Sveiby 1997, Saint-Onge 1996, Bontis 2000 dalam sawarjono 2003:4) yaitu: 1) Human Capital ( Modal Manusia) Human capital merupakan tempat bersumbernya pengetahuan yang sangat berguna, keterampilan, dan kompetensi dalam suatu organisasi
atau
perusahaan.
Human
capital
mencerminkan
kemampuan kolektif perusahaan untuk menghasilkan solusi terbaik berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh orang-orang yang ada dalam perusahaan tersebut. Human capital akan meningkat jika perusahaan mampu menggunakan pengetahuan yang dimiliki oleh karyawannya. (Brinker 2000) memberikan beberapa karakteristik dasar yang dapat diukur dari modal ini, yaitu training programs, 21
credential, experience, competence, recruitment, mentoring, learning programs, individual potential and personality. 2) Structural Capital (modal organisasi) Wang dan Chan (2008) dalam rahardian (2011:38) mendeskripsikan bahwa structural capital memiliki pengaruh antara sistem terhadap struktur perusahaan yang dapat membantu karyawan untuk mencapai kinerja intelektual maksimal mereka, sehingga kinerja perusahaan secara keseluruhan dapat meningkat. Secara lebih detail, structural capital dapat diklasifikasikan menjadi budaya perusahaan, struktur organisasi, pembelajaran organisasi, proses operasional perusahaan dan sistem informasi. Structural
capital
merupakan
kemampuan
organisasi
atau
perusahaan dalam memenuhi proses rutinitas perusahaan dan strukturnya yang mendukung usaha karyawan untuk menghasilkan kinerja intelektual yang optimal serta kinerja bisnis secara keseluruhan, misalnya: sistem operasional perusahaan, proses manufakturing, budaya organisasi, filosofi manajemen dan semua bentuk intellectual property yang dimiliki perusahaan. Seorang individu dapat memiliki tingkat intelektualitas yang tinggi, tetapi jika organisasi memiliki sistem dan prosedur yang buruk maka intellectual capital tidak dapat mencapai kinerja secara optimal dan potensi yang ada tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal.
22
3) Relational Capital (modal pelanggan) Relational capital merupakan komponen modal intelektual yang memberikan nilai secara nyata. Relational capital terdiri dari bagian human & structural capital yang terlibat dalam hubungan perusahaan dengan para stakeholder perusahaan: kreditor, supplier, konsumen dan investor, persepsi perusahaan.
Relational capital
merupakan hubungan yang harmonis/association network yang dimiliki oleh perusahaan dengan para mitranya, baik yang berasal dari para pemasok yang andal dan berkualitas, berasal dari pelanggan yang loyal dan merasa puas akan pelayanan perusahaan yang bersangkutan, berasal dari hubungan perusahaan dengan pemerintah maupun dengan masyarakat sekitar. Relational capital dapat muncul dari berbagai bagian diluar lingkungan perusahaan yang dapat menambah nilai bagi perusahaan tersebut. Edvinsson seperti yang dikutip oleh (Brinker 2000) menyarankan pengukuran beberapa hal berikut ini yang terdapat dalam modal pelanggan, yaitu: a) Customer Profile. Siapa pelanggan-pelanggan kita, dan bagaimana mereka berbeda dari pelanggan yang dimiliki oleh pesaing. Hal potensial apa yang kita miliki untuk meningkatkan loyalitas, mendapatkan pelanggan baru, dan mengambil pelanggan dari pesaing. b) Customer Duration. Seberapa sering pelanggan kita berbalik pada kita? Apa yang kita ketahui tentang bagaimana dan kapan
23
pelanggan akan menjadi pelanggan yang loyal? Serta seberapa sering frekuensi komunikasi kita dengan pelanggan. c) Customer Role. Bagaimana kita mengikutsertakan pelanggan ke dalam disain produk, produksi dan pelayanan. d) Customer Support. Program apa yang digunakan untuk mengetahui kepuasan pelanggan e) Customer Success. Berapa besar rata-rata setahun pembelian yang dilakukan oleh pelanggan c.
Pengukuran Value Added Intelectual CofficientTM. Metode pengukuran intellectual capital dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori (Tan et al., 2007) dalam Tarigan, 2011:23 yaitu: 1) Model yang tidak menggunakan pengukuran moneter; dan 2) Model yang menggunakan ukuran moneter Metode yang kedua tidak hanya termasuk metode yang mencoba mengestimasi nilai uang dari intellectual capital, tetapi juga ukuranukuran turunan dari nilai uang dengan menggunakan rasio keuangan (Tan et al., 2007) dalam Ulum, 2007: The Balance Scorecard, dikembangkan oleh Kaplan dan Norton (1992); Brooking’s Technology Broker method (1996); The Skandia IC Report method oleh Edvinssion dan Malone (1997); The IC-Index dikembangkan oleh Roos et al. (1997); Intangible Asset Monitor approach oleh Sveiby (1997); The Heuristic Frame dikembangkan oleh Joia (2000); Vital Sign Scorecard dikembangkan oleh
24
Vanderkaay (2000); dan The Ernst & Young Model (Barsky dan Marchant, 2000). Sedangkan model penilaian IC yang berbasis moneter adalah (Tan et al., 2007): The EVA and MVA model (Bontis et al., 1999); The Marketto-Book Value model (beberapa penulis); Tobin’s q method (Luthy, 1998); Pulic’s VAIC™ Model (1998, 2000). Calculated intangible value (Dzinkowski, 2000); dan The Knowledge Capital Earnings model (Lev dan Feng, 2001). Dalam penilaian intellectual capital ada berbagai macam cara yang dapat dilakukan yaitu EVA dan MVA, model Market to book value maupun metode Tobin's Q, model public VAICTM. Teknik mengukur IC masih terus berkembang dan peneliti mencoba mengaplikasikan konsep keunggulan kompetitif. Model pengukuran yang dilakukan di penelitian ini menggunakan model Pulic VAICTM. Metode VAICTM atau Value Added Intellectual Coefficient dikembangkan oleh Pulic (1998). Metode VAICTM didesain untuk menyajikan informasi tentang value creation efficiency dari aset berwujud (tangible asset) dan aset tak berwujud (intangible asset) yang dimiliki oleh perusahaan. Model ini dimulai dengan kemampuan perusahaan untuk menciptakan value added (VA). VA dihitung sebagai selisih antara output dan input. Bontis (2000) juga menyatakan bahwa IC berpengaruh positif dengan kinerja perusahaan di Malaysia tanpa memperhatikan jenis industri.
25
4. Good Corporate Governance Forum for Corporate Governance in Indonesia dalam FCGI, (2006:1) mendefinisikan corporate governance adalah sebagai berikut: “Seperangkat
peraturan
yang
mengatur
hubungan
antara
pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditor, pemerintah, karyawan serta pemangku kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan. Corporate governance bertujuan untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholder)”.
OECD
(Organization
for
Economic
Cooperation
and
Development) mendefinisikan corporate governance adalah sebagai berikut: “Corporate governance is the system by which business corporations are directed and controlled. The Corporate Governance structure specifies the distribution of the right and responsibilities among different participants in the corporation, such as the board, managers, shareholders, and other stakeholders, and spells out the rules and procedures for making decisions on corporate affairs.By doing this, it also provides this structure through which the company objectives are set, and the means of attaining those objectives and monitoring performance”.
26
Artinya corporate governance adalah suatu sistem dimana perusahaan bisnis terarahkan dan terkontrol. Corporate governance mensyaratkan adanya sturktur perangkat dengan distribusi yang baik dan tanggungjawab yang berbeda atas kepentingan di dalam perusahaan seperti board, pihak manajemen perusahaan, pemegang saham dan pihak lain
yang
mempunyai
kepentingan
dengan
perusahaan
yang
menghasilkan peraturan dan prosedur pengambilan keputusan atau kebijakan perusahaan untuk mencapai tujuan dan pengawasan atas kinerja. Turnbull Report di Inggris (1999) dalam Effendi (2009:1) mendefinisikan corporate governance adalah sebagai berikut: “Corporate governance is a company’s system of internal control, which has as its principal aim the management of risk that are significant to the fulfilment of its business objectives, with a view to safeguarding the company’s assets and enchancing over time the value of the shareholders investment”.2 Berdasarkan
pengertian
di
atas,
corporate
governance
didefinisikan sebagai suatu sistem pengendalian internal perusahaan yang memiliki tujuan utama mengelola risiko yang signifikan guna memenuhi tujuan bisnisnya melalui pengamanan aset perusahaan dan meningkatkan nilai investasi pemegang saham dalam jangka panjang. Sedangkan Bank dunia (World Bank) dalam Effendi (2009:1) mendefinisikan Good Corporate Governance (GCG) sebagai kumpulan
27
hukum, peraturan, dan kaidah-kaidah yang wajib dipenuhi, yang dapat mendorong kinerja sumber-sumber perusahaan untuk berfungsi secara efisien guna menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang yang berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun masyarakat sekitar secara keseluruhan. Berdasarkan definisi di atas, pengertian good corporate governance adalah suatu sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan sehingga tercipta tata kelola yang baik, adil dan transparan guna menciptakan nilai tambah (value added) bagi semua pemangku kepentingan dan terkait dalam perusahaan (stakeholders). Pihak-pihak terkait yang dimaksud terdiri dari pihak internal yang bertugas mengelola perusahaan dan pihak eksternal yang meliputi pemegang saham, kreditur dan lain-lain. Agar terciptanya tata kelola yang baik, harus terdapat hukum, peraturan dan kaidah-kaidah yang berkaitan dengan hak dan kewajiban masing-masing
pihak
untuk
mencapai
tujuan
perusahaan
serta
pengawasan atas kinerja yang dipertanggungjawabkan dan dilakukan secara efisien. a. Sejarah Pedoman Good Corporate Governance Pada tahun 1999, Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKCG) yang dibentuk berdasarkan Keputusan Menko Ekuin Nomor: KEP/31/M.EKUIN/08/1999 telah mengeluarkan Pedoman Good Corporate Governance (GCG) yang pertama. Pedoman tersebut
28
telah beberapa kali disempurnakan, terakhir pada tahun 2001. Berdasarkan pemikiran bahwa suatu sektor ekonomi tertentu cenderung memiliki karakteristik yang sama, maka pada awal tahun 2004 dikeluarkan Pedoman GCG. Perbankan Indonesia dan pada awal tahun 2006 dikeluarkan Pedoman GCG Perasuransian Indonesia (KNKG, 2006:1). Sejak pedoman GCG dikeluarkan pada tahun 1999 dan selama proses pembahasan pedoman GCG sektor perbankan dan sektor perasuransian, telah terjadi perubahan-perubahan yang mendasar, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Walaupun peringkat penerapan GCG di dalam negeri masih sangat rendah, namun semangat menerapkan GCG di kalangan dunia usaha dirasakan ada peningkatan. Perkembangan lain yang penting dalam kaitan dengan perlunya penyempurnaan Pedoman GCG adalah adanya krisis ekonomi dan moneter pada tahun 1997-1999 yang di Indonesia berkembang menjadi krisis multidimensi yang berkepanjangan. Krisis tersebut antara lain terjadi karena banyak perusahaan yang belum menerapkan GCG secara konsisten, khususnya belum diterapkannya etika bisnis. Oleh karena itu, etika bisnis dan pedoman perilaku menjadi hal penting yang dituangkan dalam bab tersendiri (KNKG, 2006:1). Di luar negeri terjadi pula perkembangan dalam penerapan GCG. Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) telah merevisi Principles of Corporate Governance pada tahun 2004.
29
Tambahan penting dalam pedoman baru OECD adalah adanya penegasan tentang perlunya penciptaan kondisi oleh Pemerintah dan masyarakat untuk dapat dilaksanakannya GCG secara efektif. Peristiwa WorldCom dan Enron di Amerika Serikat telah menambah keyakinan tentang betapa pentingnya penerapan GCG. Di Amerika Serikat, peristiwa tersebut ditanggapi dengan perubahan fundamental peraturan perundangundangan di bidang audit dan pasar modal. Di negara-negara lain, hal tersebut
ditanggapi
secara
berbeda,
antara
lain
dalam
bentuk
penyempurnaan pedoman GCG di negara yang bersangkutan. Sehubungan dengan pelaksanaan GCG, Pemerintah juga makin menyadari perlunya penerapan good governance di sektor publik, mengingat pelaksanaan GCG oleh dunia usaha tidak mungkin dapat diwujudkan tanpa adanya good public governance dan partisipasi masyarakat. Dengan latar belakang perkembangan tersebut, maka pada bulan November 2004, Pemerintah dengan Keputusan Menko Bidang Perekonomian Nomor: KEP/49/M.EKON/11/2004 telah menyetujui pembentukan Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) yang terdiri dari Sub-Komite Publik dan Sub-Komite Korporasi. Dengan telah dibentuknya
KNKG,
maka
KEP.31/M.EKUIN/06/2000
Keputusan
yang
juga
Menko mencabut
Ekuin
Nomor:
keputusan
No.
KEP.10/M.EKUIN/08/1999 tentang pembentukan KNKCG dinyatakan tidak berlaku lagi (KNKG, 2006:1).
30
Pedoman GCG dikeluarkan bagi semua perusahaan di Indonesia termasuk perusahaan syariah. Pedoman GCG ini, yang memuat prinsip dasar dan pedoman pelaksanaan GCG, merupakan standar minimal yang akan ditindaklanjuti dan dirinci dalam Pedoman Sektoral yang dikeluarkan oleh KNKG. Berdasarkan pedoman tersebut, masing-masing perusahaan perlu membuat manual operasional (KNKG, 2006:2).
b. Prinsip Good Corporate Governance Menurut Kaihatu (2006:2) secara umum terdapat lima prinsip dasar dari good corporate governance, yaitu: 1) Transparancy (Keterbukaan informasi) Keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan. 2) Accountability (Akuntabilitas) Prinsip ini memuat kejelasan fungsi, struktur, sistem dan pertanggungjawaban
organ
perusahaan
sehingga
pengelolaan
perusahaan
terlaksana secara efektif. 3) Responsibility (Pertanggungan-jawaban) Prinsip ini menuntut kesesuaian (kepatuhan) di dalam pengelolaan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat serta peraturan perundangan yang berlaku.
31
4) Independency (Kemandirian) Prinsip ini menuntut suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manajemen yang tidak sesuai dengan peraturan, perundanganundangan yang berlaku serta prinsip korporasi yang sehat. 5) Fairness (Kesetaraan dan kewajaran) Perlakuan yang adil dan setara di dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian serta peraturan perundangan yang berlaku. Nilai-nilai dan etika profesi menjadi dasar penerapan governance sebagai motivasi perilaku professional yang efektif. Jika dibentuk melalui pembiasan-pembiasan yang terkandung pada suatu budaya organisasi. Keberhasilan implementasi good govenance banyak ditentukan oleh itikad baik ataupun komitmen organisasi umtuk sungguh-sungguh mengimplementasikannya. c. Tujuan Good Corporate Governance Tujuan Good Corporate Governance menurut Komite Nasional Kebijkan Governance (KNKG, 2006:7) terdiri lima macam tujuan utama. Kelima tujuan tersebut adalah sebagai berikut: 1) Mendorong
tercapainya
kesinambungan
perusahaan
melalui
pengelolaan yang didasarkan pada asas transparansi, akuntabilitas, reponsibilitas, independensi serta kewajaran dan kesetaraan. 32
2) Mendorong pemberdayaan fungsi dan kemandirian masing-masing organ perusahaan, yaitu dewan komisaris, direksi dan rapat umum pemegang saham. 3) Mendorong pemegang saham, anggota dewan komisaris dan anggota direksi agar dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakannya dilandasi oleh nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan. 4) Mendorong timbulnya kesadaran dan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar perusahaan. 5) Mengoptimalkan nilai perusahaan bagi pemegang saham dangan memperhatikan pemangku kepentingan lainnya. 6) Meningkatkan daya saing perusahaan secara nasional maupun internasional sehingga meningkatkan kepercayaan pasar yang dapat mendorong arus investasi dan pertumbuhan ekonomi nasional yang berkesinambungan. Dalam menerapkan nilai-nilai tata kelola perusahaan, perseroan menggunakan pendekatan berupa keyakinan yang kuat akan manfaat dari penerapan tata kelola perusahaan yang baik. Berdasarkan keyakinan yang kuat, maka akan tumbuh semangat yang tinggi untuk menerapkannya sesuai standar internasional. Guna memastikan bahwa tata kelola
33
perusahaan diterapkan secara konsisten di seluruh lini dan unit organisasi, Perseroan menyusun berbagai acuan sebagai pedoman bagi seluruh karyawan. d. Mekanisme Good Corporate Governance Untuk dapat mencapai Good Corporate Governance (GCG), maka diperlukan suatu cara atau mekanisme. Mekanisme corporate governance adalah cara yang dilakukan atau diterapkan perusahaan untuk mencapai tata kelola perusahaan yang baik. Sebuah mekanisme. Menurut Bainer et al dalam Wulandari (2006:5) indikator mekanisme internal terdiri dari jumlah dewan direktur, proporsi dewan komisaris independen, dan dept equity sedangkan indikator mekanisme eksternal terdiri dari institutional ownership. Kedua mekanisme corporate governance ini diharapkan dapat memastikan tindakan
pihak
manajemen
untuk
bertindak
bagi
kepentingan
shareholders terutama pemegang saham minoritas (Che Haat et al,2008 dalam Haryani, 2011:4). Menurut Trisnantari (2010), pengukuran mekanisme GCG adalah sebagai berikut: 1) Proporsi Komisaris Independen Adanya unsur komisaris independen dalam struktur organisasi perusahaan yang biasanya beranggotakan dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan berfungsi untuk menyeimbangkan dalam
34
proses pengambilan keputusan khususnya dalam rangka perlindungan terhadap pemegang saham minoritas dan pihak-pihak lain yang terkait. Menurut UU No. 40 Tahun 2007, anggaran dasar perseroan dapat mengatur adanya 1 (satu) orang atau lebih Komisaris Independen. Komisaris independen (UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas) adalah anggota dewan komisaris yang tidak memiliki hubungan keuangan, hubungan kepengurusan (dalam Terius dan Cristiawan 2015:3) Istilah dan keberadaan komisaris independen baru muncul setelah terbitnya Surat Edaran Bapepam Nomor: SE03/PM/2000 dan Peraturan Pencatatan Efek Nomor 339/BEJ/07-2001 tanggal 21 Juli 2001. Menurut ketentuan tersebut perusahaan publik yang tercatat di Bursa wajib memiliki beberapa anggota dewan komisaris yang memenuhi kualifikasi sebagai komisaris independen yaitu jumlah komisaris independen adalah sekurang-kurangnya 30% dari seluruh jumlah anggota komisaris, perlunya dibentuk komite audit serta keharusan perusahaan memiliki sekretaris perusahaan. Istilah
independen
pada
komisaris
independen
bukan
menunjukkan bahwa komisaris lainnya tidak independen. Istilah komisaris independen menunjukkan keberadaan mereka sebagai wakil dari pemegang saham independen (minoritas) dan juga sebagai wakil dari kepentingan investor (Surya dan Yustiavandana, 2008:4).
35
Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak sematamata demi kepentingan perusahaan (KNKG, 2006:3). Komisaris independen merupakan posisi terbaik
untuk
melaksanakan
fungsi
monitoring
agar tercipta
perusahaan dangan good governance. Dalam mengelola perusahaan menurut kaedah-kaedah umum GCG, peran komisaris independen sangat diperlukan (Juniarti dan Sentosa, 2009:90). Adanya unsur komisaris independen dalam struktur organisasi perusahaan yang biasanya beranggotakan dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan berfungsi untuk menyeimbangkan dalam pengambilan keputusan khususnya dalam rangka perlindungan terhadap pemegang saham minoritas dan pihak-pihak lain yang terkait. Vafeas (2000) dalam Juniarti dan Sentosa (2009:90) mengatakan peranan dewan komisaris juga diharapkan dapat meningkatkan kualitas laba dengan membatasi tingkat manajemen laba melalui fungsi monitoring atas pelaporan keuangan. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Boediono (2005:4) yang menyatakan
bahwa
“komposisi
dewan
komisaris
independen
memberikan kontribusi yang efektif terhadap hasil dari penyusunan laporan keuangan yang berkualitas atau kemungkinan terhindar dari
36
kecurangan laporan keuangan melalui peranan dewan komisaris dalam melakukan pengawasan terhadap operasional perusahaan”.
2) Kepemilkan Institutional Kepemilikan Institutional juga merupakan perwujudan dari prinsip GCG dengan Kepemilikan Institutional diluar perusahaan dalam jumlah signifikanakan menyebabkan pihak luar perusahaan melakukan pengawasan yang ketat terhadap pengelolaan yang dilakukan oleh manajemen, Bagi manajemen, pengawasan oleh pihak luar mendorong mereka untuk menunjukan kinerja yang lebih baik, dan melakukan pengelolaan secara transparan (Juniarti dan Santosa 2009:89). Shleifer dan Vishny (1997:88-89) menyatakan bahwa investor institutional memiliki peranan yang penting dalam menciptakan sistem GCG yang baik dalam suatu perusahaan, dimana mereka dapat secara independen mengawasi tindakan manajemen dan memiliki voting power untuk mengadakan perubahan pada saat manajemen sudah dianggap tidak efektif lagi dalam mengelola perusahaan. Wahyudi dan Parwestri (2006:112) menyatakan struktur kepemilikan institusional yang dimiliki perusahaan diharapkan dapat berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Semakin tinggi kepemilikan institusional maka semakin kuat kontrol eksternal terhadap perusahaan dan mengurangi agency cost, sehingga perusahaan akan memiliki
37
kinerja yang lebih baik karena terhindar dari kerugian yang disebabkan oleh agency cost. Menurut Nuraina (2012:113) investor institusional diduga lebih mampu untuk mencegah terjadinya manajemen laba dibanding dengan investor individual. Investor institusional dianggap lebih profesional dalam mengendalikan portofolio investasinya, sehingga lebih kecil kemungkinan mendapatkan informasi keuangan yang terdistorsi. Kepemilikan
institusional
memiliki
kemampuan
untuk
mengendalikan pihak manajemen melalui proses monitoring secara efektif sehingga mengurangi
tindakan
manajemen
melakukan
manajemen laba. Persentase saham tertentu yang dimiliki oleh institusi dapat mempengaruhi proses penyusunan laporan keuangan yang tidak menutup kemungkinan terdapat akrualisasi sesuai kepentingan pihak manajemen (Boediono, 2005:) Semakin besar prosentase saham yang dimiliki investor institusional akan menyebabkan pengawasan yang dilakukan menjadi lebih efektif karena dapat mengendalikan perilaku oportunistik manajer dan mengurangi agency cost yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerja perusahaan. 3) Dewan Direksi Dewan Direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggung
jawab
penuh
atas
pengurusan
perseroan
untuk
kepentingan perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan
38
serta mewakili perseroan, baik dalam maupun luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar (UU No. 40 Tahun 2007:2). Agar Pelaksanaan tugas direksi dapat berjalan secara efektif, salah satu prinsip yang perlu dipenuhi adalah komposisi direksi harus sedemikian rupa sehingga memungkinkan pengambilan keputusan secara efektif, tepat, cepat dan dapat bertindak independen (Komite Nasional Kebijakan Governance, 2006:238). Mahmoud (2006:106) menyatakan bahwa dewan direksi perusahaan yang melakukan pemantauan perusahaan dengan baik yang ditujukan untuk membentuk dan mencapai tujuan perusahaan sehingga pada akhirnya akan meningkatkan kinerja perusahaan. Dengan adanya dewan direksi yang mewakili masing-masing departemen akan melakukan pemantauan yang lebih fokus terhadap kinerja departemennya. S. Beiner et al. (2003), dalam Wulandari (2006:5) menegaskan bahwa Dewan direktur merupakan institusi ekonomi yang membantu memecahkan permasalahan agensi, yang melekat dalam perusahaan publik.
Dewan
direktur
bertanggung
jawab
pada
komisaris
(governance) perusahaan mereka (Adrian Cadbury dalam Cadbury Committee, 1992). Hermalin dan Weisbach (2003) dalam S.Beiner et al. (2003) dalam Wulandari (2006 : 5) juga menyimpulkan bahwa jumlah dewan direktur termasuk dalam mekanisme corporate governance dan
39
berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Perusahaan yang memiliki jumlah dewan direksi yang besar akan menjadi kurang efektif daripada perusahaan yang jumlah dewan direksinya kecil. Hal ini terjadi karena jumlah dewan direksi yang besar akan memperbesar permasalahan agensi. Semakin banyak jumlah dewan direksi maka akan semakin banyak pihak yang berkepentingan dan meningkatkan masalah agensi sehingga akhirnya akan menyebabkan kinerja perusahaan semakin rendah.
5. Pergantian Chief Executive Officer a. Definisi Pergantian Chief Executive Officer Merupakan eksekutif yang berada di puncak perusahaan dan yang bertanggung jawab dalam
kelangsungan hidup serta keberhasilan
perusahaan. Di Indonesia pengaturan terhadap direktur (CEO) terdapat dalam UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. UU No. 40 Tahun 2007 Bab VII mengatur fungsi, wewenang, dan tanggung jawab direksi. b. Pergantian Chief Executive Officer Dalam pergantian CEO terjadinya banyak hal dikarenakan bisa dikarenakan faktor usia, restukturisasi, serta kurang kemampuan, kesalahan yang fatal yang sehingga perusahaan bisa saja mengalami high risk seperti, Jika suatu kinerja CEO tidak mampu memberi arahan baik strategi, keputusan yang tepat dalam pelaksanaan yang tidak efektif, dan 40
mengakibatkan kerugian bahkan terj-adinya kegagalan kegagalan dalam menanggapi perubahan pasar dan kurang dapat mengendalikan operasi, ataupun kesalahan profesi tersebut yang dapat mengarah kepada pemecatannya, maka profesi CEO dapat dicabut/dikeluarkan oleh perusahaan tersebut. Pada penelitian terdahulu, kompensasi digunakan sebagai anteseden sebuah pergantian CEO secara sukarela, seperti di dalam studi Hadlock and Lumer (1997) dan Takahashi (2006). Hadlock and Lumer (1997) menyatakan bahwa kompensasi memiliki kekuatan penting selama periode pengujian yang telah mereka lakukan. Kompensasi yang diberikan dengan menggunakan basis kinerja (pay for performance) pada akhirnya akan menentukan keinginan CEO untuk bertahan dan loyal terhadap perusahaan atau meninggalkan perusahaan, seiring dengan keyakinan CEO bahwa dia memiliki peluang untuk memperoleh kompensasi yang lebih baik di pasar tenaga kerja.
c. Teori pergantian Chief Executive Officer Dalam Adiasih (2011:70) terdapat teori mengenai pergantian CEO yakni : 1) Pergantian CEO rutin Pergantian CEO rutin didefinisikan sebagai proses yang terencana, yang diketahui oleh CEO yang akan berhenti dari jabatannya dan
41
CEO baru yang akan menggantikan (Wells 2002). Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa pergantian ini sudah diantisipasi, baik oleh CEO lama maupun CEO pengganti. Wells (2002:169) selanjutnya mengemukakan pada pergantian CEO rutin, CEO yang berhenti dan CEO yang akan menjabat biasanya sudah saling mengenal satu dengan yang lain dan mereka sudah memiliki tujuan yang sama. Salah satu contoh pergantian CEO rutin adalah saat CEO lama berhenti dari jabatannya dan menjabat sebagai anggota dewan komisaris, sementara CEO baru direkrut dari kalangan internal perusahaan. Konsekuensi dari relasi ini adalah CEO yang baru mungkin akan melakukan manajemen laba sehingga memberikan atribut yang baik bagi pendahulunya 2) Pergantian CEO non rutin Pergantian CEO non rutin dideskripsikan sebagai tindakan yang relatif tidak direncanakan dan perusahaan memiliki waktu yang sedikit untuk memilih CEO pengganti yang cocok (Wells 2002). Pada pergantian CEO non rutin, sedikit kemungkinan bahwa CEO pengganti adalah orang dalam perusahaan dan CEO yang dihentikan masuk dalam dewan komisaris. Contoh situasi pergantian CEO non rutin adalah CEO dipecat dari jabatannya karena kinerjanya yang buruk, atau karena CEO tertangkap tangan melakukan manajemen laba. Ketika CEO lama ini dipecat, perusahaan akan merekrut CEO
42
baru (ada kemungkinan berasal dari luar perusahaan) dalam waktu yang relatif singkat. Menurut Trisnantari (2010:15) Perubahan kepemilikan suatu perusahaan kemungkinan akan diikuti dengan redefinisi misi, visi, dan strategi bisnis, sehingga menuntut adanya restrukturisasi organisasi yang sesuai dengan formulasi misi, visi, dan strategi yang baru tersebut. Biasanya, restrukturisasi organisasi akan diikuti dengan pergantian CEO. Penggantian ini seharusnya mampu memicu peningkatan kinerja perusahaan tersebut. Prediksi ini diperkuat oleh temuan empiris Lopez-de-Silanes (1997) dalam Trisnantari (2010:15), yang mengakui bahwa manajemen BUMN yang existing kemungkinan mengalami kesenjangan kompetensi dalam memimpin BUMN yang barudiprivatisasi untuk membawa BUMN-nya berkompetisi di pasar. Lopez-de-Silanes (1997) juga menemukan adanya pengaruh positif pergantian CEO terhadap kinerja perusahaan BUMN yang diprivatisasi. Penelitian secara empiris yang dilakukan oleh Kato dan Long (2005) terhadap perusahaan-perusahaan di China pada tahun 1998-2002 menemukan bahwa kinerja perusahaan akan meningkat secara signifikan setelah dilakukan penggantian CEO, selain itu adanya penunjukkan direktur independen juga dapat meningkatkan pergantian dan sensitivitas kinerja. Kato dan Long (2005) juga menyatakan bahwa kehadiran
43
pemegang saham sebagai controller membuat pergantian CEO lebih sensitif terhadap perusahaan Salah
satu
perusahaan
perbankan
di
Indonesia
mencatat
keberhasilan dalam pergantian CEO yang mana setelah dilakukan pergantian CEO, kinerja perusahaan meningkat secara signifikan. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan laba bersih yang meningkat 16,8% dari periode yang sama di tahun 2008. Adanya perubahan kepemimpinan terutama dalam hal strategi bisnis mengindikasikan bahwa kehadiran CEO diharapkan dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Namun hal berbeda dialami oleh perusahaan lainnya yang mana setelah melakukan pergantian CEO, perusahaannya tidak berkembang dengan baik, malah cenderung naik turun ditinjau dari kinerja perusahaannya. 6. Kinerja Perusahaan Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi yang tertuang dalam perumusan skema strategis suatu organisasi (Bastian (2001) dalam Trisnantari 2010:24). Menurut Hastuti (2005), kinerja perusahaan adalah hasil banyak keputusan individual yang dibuat secara terus-menerus oleh manajemen. Oleh karena itu dalam menilai kinerja perusahaan diperlukan analisis dampak
keuangan
kumulatif
mempertimbangkannya
dengan
dan
ekonomi
menggunakan
dari
keputusan
ukuran
dan
komparatif.
Pengukuran kinerja suatu perusahaan guna mengetahui apakah kinerja
44
suatu perusahaan tersebut sudah dikatakan baik atau buruk dalam pengukuran keefektifan dan keefisienan kinerja perusahaan tersebut. Kinerja dapat dilihat salah satunya digambarkan melalui analisis rasio-rasio keuangan suatu perusahaan. Penilaian kinerja perusahaan memiliki manfaat yang jika suatu perusahaan tersebut mengalami kerugiaan, atau permasalahan suatu perusahaan tersebut, maka suatu perusahaan dapat mengambil langkah seperti perbaikan atau restukturisasi, begitu pula dapat mengetahui seberapa besar nilai perusahaan tersebut. Dalam penelitian ini kinerja perusahaan diukur mengunakan tobin's Q. Nama Tobin’s Q berasal dari James Tobin dari Yale University yang memperoleh nobel. Pengukuran kinerja dengan Tobin’s Q diyakini bisa memberikan gambaran mengenai penilaian pasar terhadap perusahaan, karena Tobin’s Q didapat dari nilai pasar ekuitas ditambah nilai pasar hutang dibagi dengan nilai buku aktiva. Kelebihan penilaian mengunakan pengukuran Tobins'Q yang mencerminkan keuntungan masa depan perusahaan seperti laba saat ini. Tobin’s Q memberikan gambaran tidak hanya pada aspek fundamental, tetapi juga sejauh mana pasar menilai perusahaan dari berbagai aspek yang dilihat oleh pihak luar termasuk investor Hastuti (2011:7) Tobin’s Q merupakan ukuran penilaian kinerja perusahaan yang paling banyak digunakan dalam data keuangan perusahaan karena dipercaya dapat menghasilkan informasi yang paling baik. Morck et al., (1988) dan
45
McConnell et al., (1990) dalam Ndaruningputri (2005) menggunakan Tobin’s Q dalam Sabrina (2010:41). Brealey dan Myers dalam Sukamulja (2004) dalam haryani (2011:7) menyebutkan bahwa perusahaan dengan nilai Q yang tinggi biasanya memiliki brand image perusahaan yang sangat kuat, sedangkan perusahaan yang memiliki nilai Q yang rendah umumnya berada pada industri yang sangat kompetitif atau industri yang mulai mengecil. Semakin besar nilai rasio Tobin’s Q menunjukkan bahwa perusahaan memiliki prospek. Pertumbuhan yang baik dan memiliki intangible asset yang semakin besar. Hal ini bisa terjadi karena semakin besar nilai pasar aset perusahaan, semakin besar kerelaan investor untuk mengeluarkan pengorbanan yang lebih untuk memiliki perusahaan tersebut dalam Sabrina (2010:43).
B. Penelitian Sebelumnya Adapun hasil-hasil sebelumnya dari penelitian-penelitian terdahulu mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 2.2.
46
Tabel 2.2 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu No
Peneliti (Tahun)
Judul Penelitian
Variabel Independen
Variabel Dependen
Hasil Penelitian
1.
Lawrence D.Brown,J. Mack RobinsonMarcus L.Cayrorv (2004)
Corporate Governance an firm Performance
Corporate Governance dan Intellectual Capital
Kinerja Perusahaan
Corporate Governance berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja perusahaan, sedangkan variable intellectual capital tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
2.
Abdulsalam Mahmoud
Good Corporate Governance Operating financial and firm operating financial firm: Insight from perpective of Jordania Industrial Company
Good Corporate Governance and firm operating financial firm
Kinerja perusahaan
GCG berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan
Pengaruh Indikator mekanisme GCG terhadap kinerja perusahaan public di Indonesia
Good Corporate Governance
kinerja perusahaan
Indikator corporate governance signifikan berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan, sedangkan
(2006)
3.
Ndaduring Puri Wulandari (2006)
47
jumlah dewan direktur, proporsi dewan komisaris independen 4.
Haryani, dkk (2011)
Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Kinerja: Transparansi Sebagai Variabel Intervening mengunakan Tobins Q
Good Gorporate Governance
Kinerja perusahan
Mekanisme Corporate Governance mempengaru hi kinerja perusahaan dan transparansi
Intellectual capital berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan baik selama tahun pengamatan maupun kinerja masa depan dan tidak ada pengaruh ROGIC terhadap kinerja masa depan Terdapat pengaruh signifikan antara GCG terhadap
5.
Ihyaul Ulum, Imam Ghozali dan Anis Chariri (2008)
Intellectual capital dan kinerja keuangan perusahaan suatu analisis dengan pendekatan partial least squares
Intellectual capital
Kinerja perusahaan
6.
Terius dan Cristiawan (2016)
Pengaruh Good Corporate Governance terhadap
Good Corporate Governance
Kinerja Perusahaan
48
Kinerja Perusahaan pada Sektor Keuangan 7.
Trisnantari (2010)
8.
Georgeta Vintilă & Ştefan Cristian Gherghina (2012)
kinerja perusahaan.
Pengaruh corporate governance, pergantian Chief Executive Officer terhadap kinerja perusahaan
Good corporate governance. Chief Executive Officer.
Kinerja Perusahaan
Pergantian CEO, GCG, dan Intellectual Capital berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan
An Empirical Investigation of the Relationship between Corporate Governance Mechanisms, CEO Characteristic s and Listed Companies’ Performance
Corporate Governance. CEO.
Companies ’ Performan ce (Tobin’s . Q, PBV, ROA, ROE and PER),
Kepemilikan saham dan ratio serta dewan komisaris berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan
49
C. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam gambar 2.1. Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran Judul: Pengaruh VAICTM, Good Corporate Governance dan Pergantian Chief Executive Officer terhadap Kinerja Perusahaan
Fenomena-fenomena mengenai VAICTM, good corporate governance dan pergantian Chief executive officer terhadap Kinerja Perusahaan
Basis Teori: Teori Agensi dan Resource Based Theory
Variabel Independen
Variabel Dependen
VAICTM (X1) Good
Komisaris Independen (X2)
Kinerja
Corporate
Dewan Direksi (X3)
perusahaan
Governance
Kepemilikan institutional (X4)
(Y)
Pergantian CEO (X5)
Uji Asumsi Klasik
Metode Analisis: Regresi Berganda Bersambung pada halaman selanjutnya 50
Gambar 2.1 (Lanjutan)
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
51
D. Hipotesis 1. Value Added Intellectual Capital dengan Kinerja Perusahaan Menurut Volkov (2012:12) bahwa Intellectual Capital (IC) telah dipahami menjadi aset strategik yang penting untuk mencapai keungulan yang kompetitif. Sedangkan menurut Heng (2001) dalam Sirapaji (2015:47) mengartikan modal intelektual sebagai aset berbasis teori berbasis kopetensi inti perusahaan yang dapat mempengaruhi daya tahan dan keungulan bersaing. Intellectual Capital (IC) diyakini dapat berperan penting dalam peningkatan kinerja keuangan perusahaan maupun nilai perusahaan. Pemilihan model VAICTM sebagai proksi atas IC mengacu pada penelitian Firer dan Williams (2003); Chen et al. (2005); Tan et al. (2007); dan Ulum (2010). Bontis (1998) menyatakan bahwa IC sangat penting dalam meningkatkan kemampuan organisasi. Petty (2000) menyatakan bahwa pentingnya teori dan kontribusi empiris yang berhubungan dengan pengukuran dan pelaporan IC (studi pustaka). Dengan adanya pemahaman intellectual capital dapat digunakan untuk mengurangi tuntutan kerja karyawan dan meningkatkan kemampuan karyawan (studi pustaka) dalam Sugeng (2000). Menurut Ulum (2009) Berdasarkan hasil pengujian dengan PLS diketahui bahwa memiliki pengaruh positif antara IC (VAICTM) terhadap kinerja keuangan perusahaan. Begitu pula menurut penelitian ahangar (2010) adanya pengaruh positif antara IC terhadap kinerja perusahaan. Hasil
52
yang sama dilakukan oleh Subagyo dan Sarah (2010) serta Hadri dan Kusuma (2015:50) bahwa adanya pengaruh positif variabel intellectual capital terhadap kinerja perusahaan. Hal ini berarti mengindikasikan adanya pengaruh IC (VAIC) yang signifikan terhadap kinerja. Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H 1 : Terdapat pengaruh positif value added intellectual capital terhadap kinerja perusahaan 2. Komisaris Independen dengan Kinerja Perusahaan Dalam penelitiannya Beasley (1996:57) menguji pengaruh antara proporsi dewan komisaris independen dengan kecurangan pelaporan keuangan.
Dengan
membandingkan
perusahaan
yang
melakukan
kecurangan dengan perusahaan yang tidak melakukan kecurangan, ditemukan bahwa perusahaan yang melakukan kecurangan memiliki persentase dewan komisaris eksternal yang secara signifikan lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang tidak melakukan kecurangan. Berkurangnya presentase kecurangan ini, otomatis meningkatkan kualitas laba sedangkan banyaknya laba merupakan patokan kinerja suatu perusahaan. Semakin besar laba yang dihasilkan suatu perusahaan, maka semakin dianggap baik kinerjanya. Dengan demikian diharapkan kinerja perusahaan akan semakin meningkat dimasa depan dengan adanya komisaris independen di dalam suatu perusahaan. Dikarenakan sebagai anggota yang berasal dari luar pemegang saham perusahaan, yang bebas
53
dari hubungan bisnis mempengaruhi ataupun hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen. Menurut
Trisnantari
(2010:17)
Corporate
governance
yang
diproksikan dengan proporsi komisaris independen berpengaruh positif pada kinerja perusahaan. Menurut Muntiah (2013:14) secara parsial menunjukkan bahwa proporsi dewan komisaris independen berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan. Penelitian Sylvia dan Siddharta (2005) dalam Carningsih (2009:6) memberikan bukti bahwa pengangkatan dewan komisaris independen oleh perusahaan mungkin hanya dilakukan untuk pemenuhan regulasi saja dan tidak dimaksudkan untuk menegakkan good corporate governance (GCG). Kondisi ini juga ditegaskan dari hasil survey Asian Development Bank dalam Gideon (2005) dalam Carningsih (2009:6) yang menyatakan bahwa kuatnya kendali pendiri perusahaan dan kepemilikan saham. Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H 2 : Terdapat pengaruh positif proporsi komisaris independen terhadap kinerja perusahaan.
3. Kepemilikan Institusional dengan Kinerja Perusahaan Mutiah (2014:13) menemukan bahwa good corporate governance yang diproksikan
dengan kepemilikan institutional memiliki pengaruh
positif terhadap kinerja perusahaan. Artinya dengan adanya kepemilikan
54
institutional dianggap sebagai controller bagi perusahaan untuk mengawasi tindakan manajer sehingga manager tidak bertindak sesuai keinginan sendiri, sehingga antar manajerial dan institutional dapat saling berkerja sama untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Menurut Pizarro et al. (2006) dan Bjuggren et al. (2007) dalam Nuraina, menemukan bahwa corporate governance yang diproksikan dengan kepemilikan institusional berpengaruh positif pada kinerja perusahaan. Temuan tersebut menunjukkan bahwa kepemilikan institusional menjadi mekanisme yang handal sehingga mampu memotivasi manajer dalam meningkatkan kinerja. Siallagan dan Machfoedz (2006) menunjukkan bahwa proporsi komisaris independen berpengaruh signifikan dengan nilai perusahaan. Hasil penelitian lain juga menemukan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan (Xu dan Wang (1997) dan Mutiah (2013:10). Shleifer
dan
Vishny
(1986) dalam Trisnantari (2010:22)
berpendapat bahwa kepemilikan institusional yang cukup besar akan mempengaruhi kinerja perusahaan. Semakin besar tingkat kepemilikan saham oleh institusi, maka semakin efektif mekanisme kontrol terhadap kinerja manajemen independen dapat mempertimbangkan keefektifan pengawasan atas dewan komisaris dan komite audit sebagai jaminan atas integritas nilai dalam laporan keuangan.
55
Pratama dan Suputra. (2015:6) menyatakan bahwa Good Corporate Governance yang diproksi dengan kepemilikan institutional tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan dalam Artinya, Hal ini bahwa kepemilikan institutional dapat memberikan feedback yakni dalam pengolahan keuntungan yang dilakukan oleh manager dimana pengelolaan laba yang lebih baik dapat berpengaruh pada kinerja suatu perusahaan Sedangkan penelitian Trisnantari (2010:22) menemukan bahwa kepemilikan institutional berpengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan. Hal ini dapat disebabkan karena kepemilikan institusional tidak berhasil meningkatkan
kinerja
perusahaan
tapi
justru
menurunkan
kinerja
perusahaan karena investor institusional bukan pemilik mayoritas sehingga tidak mampu memonitor kinerja manajer secara baik (Trisnantari, 2010:37). Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H 3 : Terdapat pengaruh positif antara kepemilikan institutional terhadap kinerja perusahaan. 4. Dewan Direksi dengan Kinerja Perusahaan Hasil uji hipotesis menunjukan bahwa dewan direksi tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Peneliti Yermack (1996), Eisenberg et al. (1998), Conyon dan Peck (1998), Loderer dan Peyer (2002), dan S. Beiner et al. 2003) dalam Wulandari (2006:5) menemukan pengaruh negatif jumlah dewan direksi terhadap kinerja perusahaan yang diukur dengan Tobins’Q.
56
Perusahaan dengan jumlah dewan direksi yang besar akan membuat nilai tobins Q menjadi semakin rendah. Disamping itu perusahaan dengan sistem good corporate governance yang tidak berjalan dengan baik juga dikarakteristikan dengan jumlah dewan direksi yang besar. Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H 4 : Terdapat pengaruh negatif antara dewan direksi terhadap kinerja perusahaan. 5. Pergantian Chief Executive Officer dengan Kinerja Perusahaan Berdasarkan hasil penelitian secara empiris yang dilakukan oleh Kato dan Long (2005) terhadap perusahaan-perusahaan di China pada tahun 1998-2002 menemukan bahwa kinerja perusahaan akan meningkat secara signifikan setelah dilakukan penggantian CEO, selain itu adanya penunjukkan direktur independen juga dapat meningkatkan pergantian dan sensitivitas kinerja. Temuan empiris
Lopez-de-Silanes (1997) dalam Trisnantari
(2010:15), yang mengakui bahwa manajemen BUMN yang existing kemungkinan mengalami kesenjangan kompetensi dalam memimpin BUMN yang baru diprivatisasi untuk membawa BUMN-nya berkompetisi di pasar. Lopez-de-Silanes (1997) juga menemukan adanya pengaruh positif dari pergantian CEO terhadap kinerja perusahaan BUMN yang diprivatisasi. Trisnantari (2010:17) bahwa pergantian CEO berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan, berikut ini mendukung pula penelitian yang dilakukan oleh Lopez (1997), Barberis, et.al. (1996), Megginson, et al.
57
(1994) bahwa pergantian CEO adanya pengaruh positif terhadap kinerja perusahaan dalam Trisnantari (2010:18) penelitian dengan hasil yang sama dilakukkan oleh Dewi (2013:9) bahwa CEO berpenaruh terhadap kinerja perusahaan. Namun ada beberapa penelitian telah dilakukan untuk mencari tahu apakah pergantian pemimpin tersebut berpengaruh pada suatu perusahaan akan mempengaruhi kinerja suatu perusahaan seperti Hannan dan Freman (1997:16) pergantian CEO tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Hal ini dikarenakan bahwa setiap perusahaan terutama perusahaan yang besar telah memiliki system yang memungkinkan perusahaan tersebut berjalan dengan sendirinya sehingga meskipun adanya perubahan, pergantian pemimpin dalam perusahaan tidak akan mempengaruhi kinerja. Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H 5 : Terdapat pengaruh positif pergantian CEO terhadap kinerja perusahaan.
58
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan kausalitas yang digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel independen, yaitu VAICTM, good corporate governance dan pergantian Chief Executive Officer terhadap variabel dependen, yaitu kinerja perusahaan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang bergerak pada sektor property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam periode penelitian 20102014. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu laporan keuangan dan laporan tahunan semua perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan telah mempublikasikan laporan keuangannya untuk periode yang berakhir pada 31 Desember 2010-31 Desember 2014.
B. Metode Penentuan Sampel Sampel pada penelitian ini diambil dari perusahaan sektor real estate dan properti dari tahun 2010-2014. Metode yang digunakan peneliti dalam pemilihan sampel penelitian adalah pemilihan sampel bertujuan (purposive sampling), dengan teknik berdasarkan pertimbangan (judgement sampling) yang merupakan tipe pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu (Indriantoro dan Supomo, 2002:131) dengan kriteria sebagai berikut: 59
1. Perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014. 2. Periode pelaporan keuangan didasarkan tahun buku yang berakhir pada 31 desember. 3. Perusahaan yang memiliki nilai closing price selama tahun 2010-2014.
C. Metode Pengumpulan Data Dalam memperoleh data-data pada penelitian ini, peneliti menggunakan dua cara, yaitu penelitian pustaka dan penelitian lapangan. 1. Penelitian Pustaka (Library Research) Peneliti memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti melalui buku, jurnal, skripsi, tesis, internet dan perangkat lain yang berkaitan dengan judul penelitian. 2. Penelitian Lapangan (Field Research) Data pada penelitian ini diperoleh melalui data sekunder. Data sekunder merupakan data dari pihak kedua (BEI). Dengan subjek penelitian adalah perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2010-2014.
D. Metode Analisis Data Metode analisis data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan perhitungan statistik, yaitu dengan penerapan SPSS (Statistical Product and Services Solutions). Setelah itu data-data yang diperlukan terkumpul maka selanjutnya dilakukan analisis data menggunakan statistik deskriptif, uji asumsi
60
klasik dan uji hipotesis. Adapun penjelasan mengenai metode analisis data tersebut adalah sebagai berikut: 1. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness (kemencengan distribusi) (Imam Ghozali, 2011:19). Penelitian deskriptif merupakan jenis penelitian yang bertujuan menggambarkan sesuatu. Beberapa hal yang bisa digambarkan dalam penelitian deskriptif meliputi variabel independen dan variabel dependen (Istijanto, 2009:31). 2. Uji Asumsi Klasik Untuk melakukan uji asumsi klasik atas data sekunder ini, maka peneliti melakukan uji multikolonieritas, uji autokorelasi, uji normalitas, dan uji heteroskedastisitas. a. Uji Multikolonieritas Pengujian multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen (Imam Ghozali, 2011:95). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di dalam model regresi dapat dilihat dari nilai VIF (Variance Inflation Factor) dan nilai tolerance. Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variable independen lainnya.
61
Jika nilai regresi bebas dari multikolonieritas jika nilai VIF < 10 dan nilai tolerance > 0,10 (Imam Ghozali, 2011:105). b. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah model regresi ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi (Imam Ghozali, 2011:110). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dapat menggunakan uji Durbin Watson (DW test), dimana hasil pengujian ditentukan berdasarkan nilai Durbin-Watson (DW). Untuk memeriksa adanya aotukorelasi, biasanya dilakukan uji statistik Durbin – Watson. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi Uji autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji Durbin-Watson (D-W), dengan tingkat kepercayaan α = 5%. Apabila D-W terletak antara -2 sampai +2 maka tidak ada autokorelasi (Singgih Santoso, 2002:219).
c. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamaan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika
62
berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah homoskedastisitas (Imam Ghozali, 2011:139). Deteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas dapat dilihat dengan ada tidaknya pola tertentu pada grafik scaterplot. Jika ada pola tertentu maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Tetapi jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Imam Ghozali, 2011:139). d. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengukur apakah di dalam model regresi variabel independen dan variabel dependen keduanya mempunyai distribusi normal atau mendekati normal (Imam Ghozali, 2011:160). Untuk mendeteksi uji normalitas yaitu dengan analisis grafik. Analisis grafik dilakukan dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Dalam penelitian ini, uji normalitas menggunakan Normal Probability Plot (P-P Plot). Suatu variabel dikatakan normal jika gambar distribusi dengan titik-titik data yang menyebar di sekitar garis diagonal, dan penyebaran titik-titik data searah mengikuti garis diagonal (Singgih Santoso, 2002:212).
63
3. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis regresi berganda. Pada kasus regresi berganda terdapat satu variabel dependen dan lebih dari satu variabel independen (Singgih Santoso, 2002:335). Persamaan regresi berganda dapat dirumuskan sebagai berikut: TOBIN = a + b 1 VAIC+b 2 KIND + b 3 KINST + b 4 DD + b 5 CEO+ ε Dimana: TOBIN = Tobin’s Q (Kinerja Perusahaan) a
= Konstanta
b
= Koefisien Regresi
VAIC
= Value Added Intelectual Capital (Intelectual Capital)
KIND
= Proporsi Komisaris Independen
KINST = Kepemilikan Institional DD
= Dewan Direksi
CEO
= Pergantian CEO
ε
= Error Dalam pengujian hipotesis peneliti menggunakan alat analisis berupa
uji statistik t dan uji statistik F. 4. Uji Statistik a. Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa garis regresi sesuai dengan data aktualnya (goodness of fit). Koefisien
64
determinasi ini mengukur presentase total varian variabel dependen Y yang dijelaskan oleh variabel independen di dalam garis regresi. Kelemahan dalam menggunakan koefisien determinasi adalah bisa terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan dalam model. Apabila satu variabel ditambah (R2) akan meningkat tanpa memperdulikan apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan atau tidak terhadap variabel dependen. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan nilai adjusted (R2) untuk mengevaluasi model regresi. Nilai adjusted (R2) mampu naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan dalam model regresi. Seperti halnya koefisien determinasi (R2), nilai adjusted (R2) juga berkisar nol atau satu. Apabila mendekati nilai 1 berarti semakin kuat kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependennya (Ghozali, 2011:97). b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel independen atau variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau variabel terikat (Imam Ghozali, 2011:98). Menurut Imam Ghozali (2011:98) jika nilai F hitung lebih besar daripada F tabel, maka H 0 ditolak atau H a diterima menyatakan bahwa semua variabel independen secara simultan dan signifikan mempengaruhi variabel dependen.
65
b. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Imam Ghozali, 2011:98). Menurut Imam Ghozali (2011:98) jika nilai statistik t hitung lebih tinggi dibandingkan t tabel, maka H 0 ditolak atau H a diterima menyatakan bahwa semua variabel independen secara individual dan mempengaruhi variabel dependen. E. Operasionalisasi Variabel Penelitian Pada bagian ini akan diuraikan definisi dari masing-masing variabel sebagai berikut dengan operasional dan cara pengukurannya, antara lain: 1. Intellectual Capital (X 1 ) Definisi intellectual capital merupakan sebuah metode yang diciptakan oleh public (2005) untuk membantu mempresentasikan dan menghitung informasi tentang value creation dari aset berwujud (tangible asset) dan aset tidak berwujud (intangible asset) perusahaan dalam Sirapanji (2015:47). Sumber daya yang dihasilkan dari human capital, structural capital serta customer capital dan pengetahuan yang tersedia pada perusahaan yang menghasilkan asset bernilai tinggi dan manfaat ekonomi di masa mendatang bagi perusahaan. Modal intelektual yang dimaksud dalam penelitian ini adalah modal intelektual yang diukur berdasarkan pengukuran dari model value added yang diproksikan dari physical capital (VACA), human capital
66
(VAHU), dan structural capital (STVA). Kombinasi dari ketiga value added tersebut disimbolkan dengan nama VAICTM yang dikembangkan oleh Pulic (1998;1999;2000 dalam Lestari 2015:95). Formulasi dari perhitungan VAICTM adalah sebagai berikut, yaitu: VAICTM = VACA + VAHU + STVA Keterangan: VAICTM
: Value added intellectual capital
VACA
: Value added capital coefficient
VAHU
: Value added human capital
STVA
: Value added structural capital
2. Good Corporate Governance Good Corporate Governance merupakan tata kelola yang baik pada suatu usaha yang dilandasi oleh etika professional dalam berusaha atau berkarya, yang bertujuan untuk menciptakan keunggulan manajemen kinerja yang baik pada perusahaan bisnis ataupun perusahaan jasa, serta lembaga baik untuk mengelola perusahaan dengan tujuan meningkatkan produktifitas usaha. Adapun indikator yang diambil peneliti dalam pengukuran good corporate governance yaitu sebagai berikut: a. Proporsi Komisaris Independen (X 2 ) Dewan komisaris independen adalah organ perusahaan yang bertugas dan bertanggung jawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada direksi serta memastikan bahwa perusahaan melaksanakan GCG. Dewan komisaris tidak boleh turut serta dalam pengambilan keputusan operasional. Kedudukan 67
masing-masing anggota dewan komisaris termasuk komisaris utama adalah setara. Tugas komisaris utama adalah sebagai primus inter pres adalah mengkoordinasikan kegiatan dewan komisaris (KNKG, 2006:13). Komisaris independen yang diukur dengan persentase jumlah komisaris independen terhadap total dewan komisaris (Juniarti dan Sentosa, 2009:94). Dirumuskan sebagai berikut: P. Komisaris Independen = Jumlah komisaris independen Total anggota komisaris
b. Kepemilikan Institutional (X 3 ) Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh investor institusional, seperti perusahaan investasi, bank, perusahaan asuransi, institusi luar negeri, dana perwalian serta institusi lainnya dalam Juniarti (2009:89). Istilah investor institusional mengacu
kepada
investor
yang
dilengkapi
dengan
manajemen
profesional yang melakukan investasi atas nama pihak lain, baik sekelompok individu maupun sekelompok organisasi Brancato (1997) dalam Juniarti (2009:89). Investor institusional memiliki kapabilitas untuk menganalisis laporan keuangan secara langsung dibandingkan investor individual. Shleifer dan Vishny (1986) dalam Trinsnantari (2010:7) berpendapat bahwa kepemilikan institusional yang cukup besar akan mempengaruhi nilai pasar perusahaan. Semakin besar tingkat kepemilikan saham oleh
68
institusi, maka semakin efektif mekanisme kontrol terhadap kinerja manajemen. Pendapat ini didukung Barclay dan Holderness (1990), yang menemukan pengaruh positif signifikan tingkat kepemilikan institusional dalam jumlah besar terhadap nilai perusahaan. Tingkat kepemilikan institusional dalam proporsi besar juga mempengaruhi nilai pasar perusahaan. Menurut Barclay dan Holderness (1990:67), semakin besar tingkat kepemilikan saham oleh investor institusional, semakin efektif mekanisme kontrol terhadap kinerja manajemen untuk mencapai tujuan perusahaan yaitu meningkatkan nilai perusahaan. Kepemilikan institusional diukur dengan persentase kepemilikan institusional dalam struktur saham perusahaan sebagaimana penelitianpenelitian terdahulu (Bhojraj dan Sengupta, 2003; Robert dan Yuan, 2006; Piot dan Missonier, 2007; Juniarti dan Sentosa, 2009; Collins dan Huang, 2010; serta Shuto dan Kitagawa, 2010). Dirumuskan sebagai berikut: Kepemilikan Institusional = Jumlah saham yang dimiliki institusional Jumlah saham yang beredar
c. Dewan Direksi (X 4 ) Menurut Pasal 1 angka 6 UUPT, Dewan komisaris adalah “Organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada direksi. Struktur governance di Indonesia memisahkan antara dewan 69
komisaris dengan dewan direksi.Jumlah dewan komisaris independen yang disarankan adalah 20% dari jumlah total dewan komisaris yang berasal dari luar pemilik atau kalangan profesional. Menurut Dody (2006) dalam haryani (2011:10) Komisaris independen merupakan salah satu mekanisme check and balance dalam pelaksanaan kegiatan perusahaan. Dengan kata lain komisaris independen menjalankan fungsinya untuk mengawasi direksi yang menjalankan kegiatan perusahaan untuk dan atas nama kepentingan pemilik perusahaan. Coller dan Gregory (1999) dalam (Trisnantari, 2010:4) menyatakan bahwa semakin besar jumlah komisaris independen maka semakin mudah untuk mengendalikan dan memonitor kegiatan perusahaan independensi dewan komisaris diukur dengan membandingkan proporsi jumlah komisaris independen dengan total jumlah komisaris yang ada dalam dewan komisaris (Khomsiyah, 2003) dalam Haryani (2011:14). Menurut Wulandari (2006:125) rumus dewan direksi sebagai berikut: Dewan Direksi =
Jumlah Dewan Direksi
d. Pergantian Chief Executive Officer (X 5 ) Chef Executive Officer adalah Seorang direktur atau dewan direksi dalam jumlah direktur dalam suatu perusahaan yang dapat dicalonkan sebagai direktur, dan cara pemilihan direktur ditetapkan dalam anggaran dasar perusahaan.
70
Dalam penelitian ini pergantian CEO sebagai dummy variabel dengan nilai 1 jika ada pergantian CEO dan 0 sebaliknya. Sedangkan data keuangan perusahaan yang digunakan adalah laporan keuangan perusahaan setahun setelah pergantian CEO, yaitu dari tahun 2010 hingga tahun 2014. e. Kinerja Perusahaan (Y) Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan, sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu. Hal ini sangat penting agar sumber daya digunakan secara optimal dalam menghadapi perubahan lingkungan. Dalam penelitian ini, pengukuran kinerja perusahaan ditentukan ukuran penelitian pasar yaitu Tobin's Q Hastuti (2006) dan Lestari (2015). Pengukuran kinerja perusahaan dengan Tobin’s Q diyakini bisa memberikan gambaran mengenai penilaian pasar terhadap perusahaan karena Tobin’s Q didapat dari nilai pasar ekuitas ditambah nilai pasar hutang dibagi dengan nilai buku aktiva. Tobin’s Q memberikan gambaran tidak hanya pada aspek fundamental, tetapi juga sejauh mana pasar menilai perusahaan dari berbagai aspek yang dilihat oleh pihak luar termasuk investor (Hastuti,2006). Tobin’s Q telah digunakan oleh Himmelberg et al. (1999), Itturiaga dan Sanz (2000), Makaryanawati (2002), Suranta (2002), Suranta dan 71
Midiastuty (2003), Suranta dan Machfoedz (2003) dalam Hastuti (2005), trisnansari (2010) dan Lestari (2015) untuk mengukur kinerja perusahaan, yang dirumuskan sebagai berikut:
Tobin's Q = (QTOBIN) = (EMV + DEBT)/TA Keterangan: Q
: Kinerja Perusahaan (Tobin’s Q)
EMV
: Nilai pasar ekuitas (EMV = closing price x jumlah saham yang beredar)
DEBT : Total hutang TA
: Total aset
Sumber: Hastuti (2005).
72
Pada tabel 3.1, secara ringkas operasional variabel dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 3.1 Operasional Variabel Penelitian Variabel Intelectual Capital (X 1 ) Widarjo (2010); Ulum (2007) Proporsi Komisaris Independen (X 2 ) Sumber: (Tanpajeh dan Wulandari (2006); Juniarti dan Sentosa, (2009); dan Ningrum (2012)
Pengukuran Skala Intelectual capital mengunakan rumus sebagai berikut: Rasio TM VAIC = VACA + VAHU + STVA Komisaris independen yang diukur dengan presentase jumlah komisaris independen terhadap total dewan komisaris. Rasio P. Komisaris I = Jumlah Komisaris Total Anggota Komisaris
Dewan Direksi (X 3 ) Sumber: Tapanjeh (2006); Wulandari (2006) Kepemilikan Institional (X 4 ) Trisnansari (2010); Nigrum (2012)
Dewan Direksi diukur dengan banyaknya Jumlah dewan Direksi . K.Institutional = J.Saham dimiliki Institusi Keuangan J. saham Terbitkan
Pergantian CEO (X 5 ) Proxy ini menggunakan dummy Sumber: Trisnantari variable. yaitu dengan memberikan nilai 1 bila adanya pergantian CEO (2010) dan nilai 0 bila tidak ada pergantian CEO Kinerja Perusahaan Rumus yang digunakan untuk menghitung Kinerja Perusahaan (Y) Sumber: handri dan adalah: Kusuma (2015), Tobin's Q Juniarti dan Siregar (2009) TOBIN) = (EMV + DEBT)/TA
Rasio
Rasio
Nominal
Rasio
73
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Deskripsi Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan populasi perusahaan sektor property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2010 sampai dengan 2014. Sektor property dan real estate dipilih karena sektor ini mengalami perkembangan yang pesat di tengah maraknya pembangunan gedung perkantoran, pusat perbelanjaan maupun tempat huni (perumahan dan apartemen) pada masa sekarang ini (Rahman, 2013). Pemilihan Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai populasi penelitian ini dengan alasan bahwa BEI merupakan bursa efek terbesar dan representative di Indonesia. Tahun penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah tahun 2010-2014. Periode pengamatan dilakukan selama lima tahun, sehingga peneliti dapat menganalisis dan mengamati perkembangan perusahaan selama waktu tersebut dan dalam waktu tiga tahun kondisi perusahaan berubah baik dipengaruhi oleh faktor eksternal maupun internal perusahaan. Data yang digunakan adalah data sekunder yang berasal dari laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan periode tahun 2010-2014 melalui situs resmi Bursa Efek Indonesia pada alamat website www.idx.co.id. 74
Sampel yang dipilih dari populasi menggunakan teknik purposive sampling, yaitu proses pemilihan sampel berdasarkan kriteria tertentu. Adapun proses seleksi sampel berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan tampak dalam Tabel 4.1 sebagai berikut: Tabel 4.1 Tahapan Seleksi Sampel Penelitian dengan Kriteria
No.
1. 2.
Kriteria
Perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI tahun 2010-2014
Perusahaan yang laporan keuangan dan annual report tahun 2010-2014 tidak dapat ditemukan oleh peneliti. Perusahaan yang tidak memiliki nilai closing price 3. selama tahun 2010-2014 Jumlah perusahaan sampel Tahun pengamatan (tahun) Jumlah sampel total selama periode penelitian Sumber: Data sekunder yang diolah
Jumlah
45 (12) (2) 31 5 155
Berdasarkan tabel tersebut, maka dapat dilihat bahwa jumlah perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2010-2014 berjumlah 45 perusahaan. Dari 45 perusahaan property dan real estate tersebut, terdapat 12 perusahaan yang tidak mempublikasikan laporan keuangan dan annual report 2010-2014 dengan lengkap. Kemudian terdapat 2 perusahaan yang tidak memiliki nilai closing price selama tahun 2010 - 2014. Sehingga perusahaan property dan real estate yang dijadikan sampel adalah sebanyak 31 perusahaan.
75
Sedangkan jumlah total pengamatan yang dijadikan sampel penelitian adalah sebanyak 155 pengamatan. 2. Deskripsi Sampel Penelitian Pada penelitian ini, sampel dipilih dengan metode purposive sampling dengan menggunakan kriteria-kriteria yang telah ditentukan. Sampel dipilih bagi perusahaan property dan real estate yang menyajikan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, seperti: struktur dewan komisaris, struktur dewan direksi, komposisi pemegang saham dan nama CEO perusahaan. Sampel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini disajikan dalam Tabel 4.2 Sampel Penelitian No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Emiten APLN ASRI BAPA BCIP BIPP COWL CTRP CTRS DART DILD DUTI ELTY EMDE GMTD GPRA
16 17
JIHD JRPT
Nama Perusahaan PT. Agung Podomoro Land Tbk PT. Alam Sutera Realty Tbk PT. Bekasi Asri Pemula Tbk PT. Bumi Citra Permai Tbk PT. Bhuanatala Indah Permai Tbk PT. Cowell Development Tbk PT. Ciputra Property Tbk PT. Ciputra Surya Tbk PT. Duta Anggada Realty Tbk PT. Intiland Development Tbk PT. Duta Pertiwi Tbk PT. Bakrie Development Tbk PT. Megapolitan Development Tbk PT. Gowa Makassar Toursm Development Tbk PT. Perdana Gapuraprima Tbk PT. Jakarta International Hotel & Development Tbk PT. Jaya Real Property Tbk 76
18 KIJA PT. Kawasan Industri Jababeka Tbk 19 KPIG PT. MNC Labd Tbk 20 LAMI PT. Lamicitra Nusantara Tbk 21 LPCK PT. Lippo Cikarang Tbk 22 LPKR PT. Lippo Karawaci Tbk 23 MDLN PT. Modernland Realty Tbk 24 MKPI PT. Metropolitan Kenjana Tbk 25 MORE PT. Indonesia Prima Property Tbk 26 PWON PT. Pakuwon Jati Tbk 27 PLIN PT. Plaza Indonesia Realty Tbk 28 RDTX PT. Roda Vivatex Tbk 29 SCBD PT. Danayasa Dutamakmur Tbk 30 SMSM PT. Suryamas Dutamakmur Tbk 31 SMRA PT. Summarecon Agung Tbk Sumber: Data sekunder yang diolah B. Analisis Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model regresi
berganda
(multiple
regression
analysis).
Tujuannya
untuk
memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai pengaruh variabel independen
(VAICTM,
proporsi
komisaris
independen,
kepemilikan
institusional, dewan direksi, dan pergantian CEO) terhadap variabel dependen yaitu Tobins Q. 1. Hasil Uji Statistik Deskriptif Statistik deskriptif dapat memberikan gambaran tentang suatu data yang dilihat dari nilai minimum, maksimum, rata-rata (mean) dan standar deviasi yang dihasilkan dari variabel penelitian. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi VAICTM, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dewan direksi, dan pergantian CEO sebagai
77
variabel independen. Kemudian kinerja perusahaan Tobins Q sebagai variabel dependen. Variabel-variabel tersebut akan diuji secara statistik deskriptif dengan menggunakan program SPSS seperti yang terlihat dalam tabel 4.3 dibawah ini:
N TOBINS VAIC KIND KINST DD
Table 4.3 Hasil Uji Statistik Deskriptif Descriptive Statistics Minimum Maximum Mean
155 155 155 155 155
.23 -4.35 .20 .00 2.00
7.06 60.97 .71 .98 9.00
1.4527 9.2622 .4217 .2783 5.0968
Std. Deviation 1.00664 9.87732 .11192 .29939 1.76096
Valid N 155 (listwise) Sumber: Data sekunder yang diolah Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif diperoleh sebanyak 155 data pengamatan (N) yang berasal dari perkalian antara jumlah perusahaan sampel (31 perusahaan) dengan periode penelitian (5 tahun, dari tahun 2010 sampai 2014). Tabel 4.3 menunjukkan statistik deskriptif dari masing-masing variabel
penelitian.
Berdasarkan
tabel
4.3,
hasil
analisis
dengan
menggunakan statistik deskriptif terhadap variabel kinerja perusahaan Tobins Q (TOBINS) menunjukkan nilai minimum sebesar 0,23, nilai maksimum sebesar 7,06 dengan nilai rata-rata sebesar 1,4527 dan standar deviasinya sebesar 1,00664.
78
Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap variabel VAICTM (VAIC) menunjukkan nilai minimum sebesar -4,35, nilai maksimum sebesar 60,97 dengan nilai rata-rata sebesar 9.2622 dan standar deviasinya sebesar 9.87732. Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap variabel proporsi komisaris independen (KIND) menunjukkan nilai minimum sebesar 0,20, nilai maksimum sebesar 0,71 dengan nilai rata-rata sebesar 0,4217 dan standar deviasinya sebesar 0,11192. Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap variabel kepemilikan institusional (KINST) menunjukkan nilai minimum sebesar 0,00, nilai maksimum sebesar 0,98 dengan nilai rata-rata sebesar 0,2783 dan standar deviasinya sebesar 0,29939. Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap variabel Dewan Direksi (DD) menunjukkan nilai minimum sebesar 2, nilai maksimum sebesar 9 dengan nilai rata-rata sebesar 5,0968 dan standar deviasinya sebesar 1,76096. Kemudian hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap variabel pergantian CEO (CEO) menunjukkan nilai minimum sebesar 0,00, nilai maksimum sebesar 1 dengan nilai ratarata sebesar 0,180 dan standar deviasinya sebesar 0,3860. 2. Hasil Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik dilakukan dengan menggunakan analisis regresi terhadap variabel independen dan variabel dependen. Adapun dalam penelitian ini variabel independen yang digunakan adalah VAICTM,
79
kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dewan direksi, dan pergantian CEO, sedangkan variabel dependen yang digunakan kinerja perusahaan Tobins Q. Uji asumsi klasik yang telah dilakukan dan hasilnya adalah sebagai berikut: a. Hasil Uji Multikolonieritas Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Untuk mendeteksi adanya problem multikolonieritas, maka dapat dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF) serta besaran korelasi antar variabel independen. Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan hasil uji multikolonierita.
Model
Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolonieritas Coefficientsa Collinearity Statistics Tolerance VIF
(Constant) VAIC KIND 1 KINST DD CEO a. Dependent Variable: TOBINS
.982 .926 .991 .961 .971
1.018 1.080 1.057 1.041 1.030
Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat diketahui bahwa hasil uji multikolonieritas menunjukkan nilai tolerance mendekati angka 1 dan nilai VIF disekitar angka 1 untuk setiap variabel. Hasil perhitungan Toleransi menunjukan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai Toleransi kurang dari 0,10 yang berarti tidak ada kolerasi antar variabel independen 80
yang nilainya lebih dari 95%. Hasil VIF juga menunjukan hal yang sama tidak ada suatu variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Berdasarkan hasil uji multikolonieritas tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa semua variabel independen dalam model persamaan regresi tidak terdapat problem multikolonieritas dan dapat digunakan dalam penelitian ini. b. Hasil Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi ditemukan adanya autokorelasi dalam analisis regresi. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi, maka dapat dilakukan dengan melihat nilai Durbin-Watson. Regresi yang bebas dari autokorelasi harus memiliki nilai Durbin-Watson yang memenuhi syarat, yaitu berada diantara angka -2 dan +2 (Singgih Santoso, 2012:219). Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan hasil uji autokorelasi. Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi Model Summaryb Model
1
R Adjusted Square R Square
R
.669a
.447
.419
Std. Error of the DurbinEstimate Watson .094039344
1.844
a. Predictors: (Constant), VAIC, KIND, KINST, DD, CEO b. Dependent Variable: TOBINS Sumber: Data sekunder yang diolah
81
Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat diketahui bahwa hasil uji autokorelasi pada nilai Durbin-Watson adalah 1,844. Nilai yang dihasilkan tersebut berada diantara angka -2 dan +2 sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan dalan dalam penelitian ini bebas dari autokorelasi. c. Hasil Uji Heterokedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED. Jika terdapat pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka terjadi heterokedastis. Sebaliknya jika tidak terdapat pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastis. Adapun hasil uji heterokedastisitas dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 4.1.
82
Gambar 4.1 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber: Data sekunder yang diolah Berdasarkan hasil uji heterokedastisitas pada gambar 4.1 dapat dilihat bahwa grafik scatterplot menunjukkan data tersebar dengan baik, yaitu titik-titik yang menyebar. Grafik scatterplot menunjukkan bahwa data tersebar di atas dan di bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y dan tidak terdapat suatu pola yang jelas pada penyebaran data tersebut. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model persamaan regresi, sehingga model regresi layak digunakan untuk memprediksi Tobins Q berdasarkan variabel-variabel yang mempengaruhinya, yaitu VAICTM, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dewan direksi, dan pergantian CEO.
83
d. Hasil Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel dependen dan variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk mendeteksi normalitas data, penelitian ini menggunakan analisis normal probability plot. Pada analisis normal probability plot dilakukan dengan cara melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah diagonal, maka regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Adapun hasil uji normalitas dapat dilihat pada gambar 4.2.
84
Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas Data Menggunakan Grafik P-Plot
Sumber: Data sekunder yang diolah
Berdasarkan hasil uji normalitas pada gambar 4.2 di atas dapat dilihat bahwa grafik P-Plot menunjukkan bahwa titik-titik menyebar mengikuti garis diagonalnya. Hal ini menunjukkan bahwa data terdistribusi secara normal dan model regresi yang diuji dengan menggunakan grafik tersebut telah memenuhi asumsi normalitas. 3. Hasil Uji Hipotesis Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan model analisis regresi berganda (multiple regression analysis), yaitu dilakukan melalui uji koefisien determinasi, uji statistik t, dan uji statistik F.
85
a. Koefisien Determinasi Uji koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi antara 0 dan 1. Apanila nilai koefisien determinasi mendekati satu, maka variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan dalam memprediksi variabel dependen. Penelitian ini menggunakan koefisien determinasi dengan menggunakan nilai adjusted R-Square dalam penelitian dapat dilihat pada tabel Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi Model Summaryb Model
1
R
.669a
R Square
Adjusted R Square
.447
Std. Error of the Estimate
.419
.094039344
a. Predictors: (Constant), VAIC, KIND, KINST, DD, CEO b. Dependent Variable: TOBINS
b. Hasil Uji Statistik F Uji statistik F digunakan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel independen. Berikut ini adalah tabel 4.6 yang menunjukkan hasil uji statistik F.
86
Model Regression Residual
1
Tabel 4.7 Hasil Uji Statistik F ANOVAa Sum of Df Mean F Squares Square .843 6 .141 15.897 1.044 148 .009
Total
1.887
Sig. .000b
154
a. Predictors: (Constant), VAIC, KIND, KINST, DD, CEO b. Dependent Variable: TOBINS Sumber: Data sekunder yang diolah
Tabel 4.7 di atas menunjukkan hasil uji statistik F dengan nilai F hitung sebesar 15,897 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Hasil ini menunjukkan tingkat signifikansi model lebih kecil dari 0,05 yang berarti
bahwa
VAICTM,
kepemilikan
institional,
kepemilikan
institusional, dewan direksi, dan pergantian CEO secara simultan berpengaruh terhadap Tobins Q dengan tingkat keyakinan sebesar 95%. Oleh karena itu, model penelitian ini dapat diterima secara statistik. c. Hasil Uji Statistik t Uji statistik t digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikansi 0,05. Hasil uji t dalam penelitian ini ditunjukkan dalam tabel 4.8 berikut ini:
87
Tabel 4.8 Hasil Uji Statistik t Coefficientsa Model Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta (Constant) .032 .024 VAIC .002 .000 .399 KIND -.076 .037 -.192 1 KINST .027 .019 .134 DD .004 .003 .162 CEO -.018 .012 -.144 a. Dependent Variable: COD Sumber: Data sekunder yang diolah
t
1.308 4.338 -2.043 1.438 1.761 -1.539
Sig.
.194 .000 .044 .154 .082 .127
Tabel 4.8 di atas menunjukkan hasil uji statistik t antara variabel independen dengan variabel dependen. Variabel VAICTM (VAIC) memiliki nilai t hitung sebesar 4,338 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Tingkat signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05. Adapun nilai beta yang dihasilkan adalah positif sebesar 0,399 yang berarti Ha diterima sehingga dapat dikatakan bahwa VAICTM berpengaruh positif terhadap Tobins Q. Hal ini menunjukkan bahwa intelektual capital dalam perusahaan akan meningkatkan kinerja perusahaan. Variabel proporsi komisaris independen (KIND) memiliki nilai t hitung sebesar -2,043 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,044. Tingkat signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05. Adapun nilai beta yang dihasilkan adalah negatif sebesar -0,192 yang berarti Ha diterima sehingga dapat dikatakan bahwa proporsi komisaris independen berpengaruh negatif terhadap Tobins Q. Hal ini menunjukkan bahwa
88
setiap peningkatan proporsi komisaris independen dalam perusahaan dapat menurunkan kinerja perusahaan. Variabel kepemilikan institusional (KINST) memiliki nilai t hitung sebesar 1,438 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,154. Tingkat signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05 yang berarti Ha ditolak sehingga dapat dikatakan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan. Variabel dewan direksi (DD) memiliki nilai t hitung sebesar 1,761 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,082. Tingkat signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05 yang berarti Ha ditolak sehingga dapat dikatakan bahwa jumlah dewan direksi tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan. Variabel pergantian CEO. (CEO) memiliki nilai t hitung sebesar -1,539 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,127. Tingkat signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05 yang berarti Ha ditolak sehingga dapat dikatakan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan. C. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Pengaruh Value Added Intelectual Capital (VAICTM) terhadap Kinerja Keuangan. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa value added intelectual capital (VAICTM) berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja
89
perusahaan. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Sunarsih dan Mendra (2010); Zuliyati (2011); Fajarini dan Firmansyah (2012); Ulum (2009) dan Sirapanji (2015). Hipotesis pertama diterima bahwa semakin tinggi intellectual capital yang dimiliki perusahaan maka perusahaan akan dapat menciptakan value added untuk kemudian mendorong kinerja keuangan perusahaan. Hal ini dapat disebabkan karena intellectual capital adalah hasil penggabungan
unsur-unsur
utama
organisasi
yang
berbasis
pengetahuan yang meliputi, human capital, structural capital dan customer capital untuk menciptakan value added yang pada akhirnya memberikan manfaat ekonomi jangka panjang bagi perusahaan sebagai keunggulan organisasi dalam persaingan dunia usaha. Hasil penelitian ini juga mendukung
pada penelitian yang
dilakukan oleh Soegoeng (2014:25) menyatakan bahwa penelitian ini menemukan dalam IC yang terdiri dari tiga komponen, yaitu human capital, structural capital, dan custumer capital berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan, sebagai indikator dari kinerja keuangan perusahaan, sehingga perusahaan telah mampu memanfaatkan keberadaan aset yang mereka memiliki secara optimal untuk menciptakan laba. Sunarsih dan Mendra (2010:15) yang menyatakan Modal intelektual berpengaruh positif pada kinerja keuangan perusahaan karena perusahaan yang mampu mengelola sumber daya intelektualnya 90
dengan efisien akan menciptakan value added dan competitive advantage yang akan bermuara pada peningkatan kinerja keuangan perusahaan. Menurut Murti (2010:92) berdasarkan hasil pengujian dengan PLS diketahui bahwa secaara statistik terbukti bahwa Intelectual capital terdapat pengaruh positif terhadap kinerja keuangan. Sedangkan, hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Lestari et., al. (2015) dan Agustiawan (2012) yang mengungkapkan bahwa tidak ada pengaruh positif antara IC sebuah perusahaan dengan kinerjanya, semakin tinggi nilai IC sebuah perusahaan, kinerja masa depan perusahaan tidak semakin tinggi, tidak ada pengaruh positif antara tingkat pertumbuhan IC sebuah perusahaan dengan kinerja masa depan. Menurutnya, Model Pulic sulit digunakan untuk laporan keuangan di Indonesia karena pengungkapan IC yang masih kurang. Lestari et., al (2015:96) menyatakan bahwa Good Corporate Governance, Intelectual Capital secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan, namun secara parsial hanya intellectual capital yang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan.
91
2. Pengaruh Proporsi Komisaris Independen terhadap Kinerja Perusahaan Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa proporsi komisaris independen
berpengaruh
signifikan
negatif
terhadap
kinerja
perusahaan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Sylvia dan Siddharta, 2005 dalam Tirta, 2009). Hal ini dapat disebabkan karena kuatnya kendali pendiri perusahaan dan kepemilikan saham mayoritas menjadikan dewan komisaris menjadi tidak independen. Apabila komisaris independen sudah tidak independen lagi maka kinerja perusahaan akan menjadi buruk yang diakibatkan oleh masalah agensi dari komisaris yang menjadi
tidak
independen
dan
lebih
memihak
terhadap
kepentingannya. Penelitian Sylvia dan Siddharta (2005) dalam Carningsih (2009:6) yang memberikan bukti bahwa pengangkatan dewan komisaris independen oleh perusahaan mungkin hanya dilakukan untuk pemenuhan regulasi saja dan tidak dimaksudkan untuk menegakkan good corporate governance (GCG). Kondisi ini juga ditegaskan dari hasil survey Asian Development Bank dalam Gideon (2005) dalam Carningsih (2009:6) yang menyatakan
bahwa
kuatnya
kendali
pendiri
perusahaan
dan
92
kepemilikan saham mayoritas menjadikan dewan komisaris tidak independen. Sedangkan, hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Barnhart dan Rosenstein (1998:8) dan Muntiah (2013:13) yang menunjukan bahwa secara parsial memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan. Hasil penelitian Barnhart dan Rosenstein (1998:8) membutuhkan bahwa semakin tinggi perwakilan komisaris independen maka semakin tinggi kinerja perusahaan yang dapat dilihat dari firm value-nya (Tobin’s Q.) Penelitian Muntiah (2013:13) menunjukkan bahwa komisaris independen dapat bertindak sebagai penengah dalam perselisihan yang terjadi antara manajer dan mengawasi kebijakan manajemen serta dapat memberikan nasehat kepada manajemen. Komisaris independen merupakan posisi yang terbaik untuk melaksanakan fungsi monitoring agar terciptanya perusahaan yang good corporate gorvenance. Begitu pula dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2012:65) bahwa variabel proporsi dewan komisaris independen
berpengaruh
terhadap
kinerja
perusahaan
yang
menyatakan komisaris independen merupakan posisis terbaik untuk melaksanakan fungsi monitoring agar tercipta perusahaan good governance.
93
3. Pengaruh
Kepemilikan
Institutional
terhadap
Kinerja
Perusahaan. Hasil uji hipotesis menunjukkan kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap Tobin’s Q (kinerja perusahaan). Hal ini dapat disebabkan karena mayoritas jenis perusahaan di Indonesia masih merupakan perusahaan milik keluarga sehingga adanya monitoring oleh pihak institusional cenderung tidak berfungsi dan tidak mempengaruhi performance manajemen dalam peningkatan kinerja perusahaan. Hasil penelitian mendukung penelitian Pratama Suputra. (2015:6). Penelitian Pratama Suputra. (2015:6) menemukan bahwa Good Corporate Governance yang diproksi kepemilikan institutional menyatakan bahwa kepemilikan institutional tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan. Hal ini mengartikan bahwa jumlah institusi yang menjadi investor pada perusahaan tidak dapat mempengaruhi kinerja keuangan. Sedangkan, hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Trisnantari (2010) dan Mutiah (2014) yang menemukan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan (Xu dan Wang, 1997; Pizarro et al, 2006; dan Bjuggren et al, 2007), dan Mutiah (2013:10). Trisnantari (2010:22)
berpendapat
bahwa
kepemilikan
institusional yang cukup besar akan mempengaruhi nilai pasar 94
perusahaan. Semakin besar tingkat kepemilikan saham oleh institusi, maka semakin efektif mekanisme kontrol terhadap kinerja manajemen independen dapat mempertimbangkan keefektifan pengawasan atas dewan komisaris dan komite audit sebagai jaminan atas integritas nilai dalam laporan keuangan. Begitupula hasil penelitian yang dilakukan oleh
Mutiah
(2014:13) bahwa Good Corporate Governance yang diproksi dengan kepemilikan institutional, kepemilikan managerial, ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen dan pengaruh komite audit. Bahwa kepemilikan institusional memiliki pengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Artinya dengan adanya kepemilikan institutional dianggap sebagai controller bagi perusahaan untuk mengawasi tindakan manajer sehingga manajer tidak bertindak sesuai keinginan sendiri, sehingga antar manajerial dan institutional dapat saling berkerja sama untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Disamping itu, hasil penelitian ini juga tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Hill et al (2007) yang menunjukkan kepemilikan institutional berpengaruh negatif terhadap kinerjan perusahaan. Hal ini dapat disebabkan karena kepemilikan institusional tidak berhasil meningkatkan nilai perusahaan tapi justru menurunkan nilai
perusahaan karena investor institusional
bukan pemilik
mayoritas sehingga tidak mampu memonitor kinerja manajer secara baik (Brush, 2000; Jennings, 2002) dalam Trisnantari (2010:37). 95
4. Pengaruh pengaruh Dewan Direksi terhadap Kinerja Perusahaan Hasil uji hipotesis menunjukan bahwa dewan direksi tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Iqbal (2012). Penelitian yang dilakukan oleh Iqbal (2012:25) menunjukkan bahwa baik jumlah anggota dewan direksi maupun dewan komisaris tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja perusahaan. Hal ini dapat disebabkan karena dewan direksi hanya sebagai formalitas
manajemen
perusahaan.
Banyak
faktor
lain
yang
mempengaruhi kinerja perusahaan, seperti peningkatan kualitas produk, kualitas SDM dan daya saing di persaingan ekonomi. Sehingga adanya dewan direksi cenderung tidak mempengaruhi kinerja perusahaan. Adanya dewan direksi dalam sebuah perusahaan dinilai cukup penting. Hanya saja apabila hal tersebut tidak dibarengi dengan adanya tindakan yang serius dalam menerapkan prinsip-prinsip good corporate governance maka banyaknya jumlah dewan direksi bukanlah jaminan akan meningkatnya kinerja dari perusahaan. Sedangkan, hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2006) yang menemukan bahwa jumlah dewan direksi berpengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan yang diukur dengan Tobins’Q.
96
Wulandari (2006:5) menunjukkan perusahaan dengan jumlah dewan direksi yang besar akan membuat nilai Tobins’Q menjadi semakin rendah. Disamping itu perusahaan dengan sistem corporate governance yang tidak berjalan dengan baik juga dikarakteristikkan dengan jumlah dewan direktur yang besar. Walaupun hasil penelitian mengenai jumlah dewan direktur yang menghasilkan tanda positif terhadap kinerja perusahaan, Selain itu hasil penelitian ini juga berbeda dengan penelitian S. Beiner et al. (2003) dalam Wulandari (2006:6) menunjukkan bahwa dewan direksi memiliki pengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Beiner et al. (2003) dalam Wulandari (2006:6) menegaskan bahwa dewan direktur merupakan mekanisme governance yang penting karena dewan direksi dapat memastikan bahwa manajer mengikuti kepentingan dewan. Apabila keputusan manajer telah sejalan dengan kepentingan dewan maka pengingkatan kinerja perusahaan menjadi tujuan utama. 5. Pergantian Chief Executive Officer terhadap Kinerja Perusahaan Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa Pergantian Chief Executive Officer tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2013:10), Hannan dan Freman (1997), serta Mintzberg (1979).
97
Hal ini dapat disebabkan karena sebagian besar perusahaan telah memiliki sistem yang memungkinkan perusahaan tersebut berjalan dengan sendirinya sehingga perubahan atau pergantian kepemimpinan tidak akan berpengaruh pada kinerja. Hal ini menunjukkan bahwa pergantian
CEO belum mampu memicu
peningkatan kinerja
perusahaan. Hasil penelitian Lieberson dan O’Connor (1972) serta Mintzberg
(1979) menghasilkan
kesimpulan bahwa pergantian
pemimpin dalam perusahaan tidak akan mempengaruhi kinerja. Menurut Hadlock and Lumer (1997) menemukan perubahan manajemen puncak sangat kurang sensitif terhadap kinerja perusahaan dari perkiraan mereka pada perusahaan modern. sesungguhnya perusahaan terutama perusahaan besar telah memiliki sistem yang memungkinkan perusahaan tersebut berjalan dengan sendirinya sehingga perubahan atau pergantian kepemimpinan tidak akan berpengaruh pada kinerja. Sedangkan, hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan
Faridayani
(2014)
dan
Trisnantari
(2010)
yang
mengungkapkan bahwa pergantian CEO dapat mempengaruhi kinerja perusahaan (Tobin’s Q). Penelitian Faridayani (2014:11) menunjukkan bahwa pergantian eksekutif akan mempengaruhi kinerja perusahaan dan mereka melaporkan peningkatan efisensi kinerja secara signifkan ternyata
98
hanya terjadi pada perusahaan yang melakukan pergantian pada top manajernya. Menurut Trisnantari (2010:72), Pergantian CEO berpengaruh signifikan pada kinerja perusahaan, bahwa kompetensi CEO merupakan faktor yang sangat penting dalam peningkatan profitabilitas perusahaan pergantian CEO. Hal ini dapat disebakan oleh CEO yang baru terpilih cenderung akan menunjukkan perubahan dalam strategi bisnisnya untuk mencapai kinerja perusahaan yang lebih baik. 6. Value Added Intellectual capital, Proporsi Komisaris Independen, Kepemilikan Institusional, Dewan Direksi dan pergantian CEO terhadap Kinerja Perusahaan Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa value added intellectual capital, proporsi komisaris independen, kepemilikan institusional, dewan direksi dan pergantian CEO secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan (Tobin’s Q) Dengan
demikian,
setiap
perusahaan
yang
mengalami
peningkatan value added intellectual capital, proporsi komisaris independen, kepemilikan institusional, dewan direksi dan pergantian CEO akan meningkatkan kinerja perusahaan yang lebih tinggi. Sebaliknya, setiap perusahaan yang mengalami penurunan value added intellectual capital, proporsi komisaris independen, kepemilikan
99
institusional, dewan direksi dan pergantian CEO akan mengalami penurunan kinerja perusahaan.
100
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh value added intelectual capital, good corporate governance (GCG) yang diproksi melalui: proporsi komisaris independen, dewan direksi dan kepemilikan institusional, serta pergantian CEO terhadap Tobins Q pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2010-2014. Berdasarkan pada data yang telah dikumpulkan dan pengujian yang telah dilakukan terhadap 155 sampel perusahaan dengan menggunakan model regresi berganda, maka dapat diambil kesimpulan bahwa: 1. Value Added Intellectual Capital (VAICTM) berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja perusahaan (Tobins’Q), Sedangkan Good Corporate Governance (GCG) yang diproksi melalui: a) Proporsi komisaris independen berpengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan (Tobins’Q), b) Kepemilikan institutional tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan (Tobins’Q), c) Dewan Direksi tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan (Tobins’Q), dan pergantian Chief Executive Officer
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
kinerja
perusahaan
(Tobins’Q). 2. Value Added Intellectual Capital (VAICTM), Good Corporate Governance (GCG yang diproksi melalui komisaris independen, dewan direksi,
101
kepemilikan institusional), dan pergantian Chief Executive Officer secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan (Tobins’Q). B. Saran Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang pengaruh value added intellectual capital, proporsi komisaris independen, kepemilikan institusional, jumlah dewan direksi dan pergantian CEO terhadap kinerja perusahaan (Tobin’s Q). Meskipun demikian, penelitian ini masih memiliki beberapa keterbatasan. Keterbatasan-keterbatasan tersebut diharapkan dapat memberi gambaran dan peluang bagi peneliti yang akan datang untuk melakukan penelitian yang lebih baik. Berikut ini adalah keterbatasan dan saran yang dapat dipertimbangkan bagi peneliti yang akan datang, yaitu: 1. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini hanya terdapat satu sektor perusahaan, yaitu perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sehingga tidak dapat mencakup semua hasil temuan untuk seluruh perusahaan publik di Indonesia. Untuk itu, peneliti yang akan datang dapat menggunakan seluruh perusahaan yang tercatat dalam Bursa Efek Indonesia, kemudian dikategorikan dalam sektor-sektor usaha yang ada dengan jumlah sampel perusahaan yang lebih banyak sehingga memberikan tingkat generalisasi yang lebih tinggi dalam menganalisis pengaruh value added intellectual capital, good corporate governance dan pergantian CEO terhadap kinerja perusahaan (Tobin’s Q). 2. Periode yang digunakan dalam penelitian ini hanya 5 tahun, sehingga tidak dapat mencakup semua hasil temuan untuk seluruh perusahaan publik. Untuk itu, penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan periode
102
pengamatan penelitian menjadi lebih dari lima tahun sehingga mendapatkan hasil yang lebih valid dan akurat. 3. Penelitian ini hanya menggunakan lima variabel independen untuk menilai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan (Tobin’s Q). Untuk itu, peneliti yang akan datang dapat menambahkan variabel independen lainnya yang mewakili good corporate governance, seperti komite audit, sekretaris perusahaan dan sebagainya.
103
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, R.C., S.A. Mansi, dan D.M. Reeb. “Founding Family Ownership and the Agency Cost of Debt”, Journal of Financial Economics, Vol.68, USA, 2002. Agustiawan, A., S., “Analisis Pengaruh Corporate Governance terhadap Cost of Debt ”, Skripsi FEUI, 2012. Anderson, R.C., S.A. Mansi dan D.M., Reeb, “Board Characteristics Accounting Report Integrity, and the Cost of Debt”, Journal of Financial Economics, Vol.37, USA, 2003.
Asbaugh, Hollis, Collins, Daniel W., LaFond, Ryan, “Corporate governance and the cost of equity capital”. Working paper, University of Wisconsin, 2004. Ayub, Maydeliana, “Pengaruh Family Ownership terhadap Cost of Debt”, Tesis FEUI, 2008.
BEI. “Laporan Keuangan dan Laporan Tahunan Perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2010-2012”, diakses tanggal 22 Juli 2013, dari www.idx.co.id Bhojraj, S., dan Sengupta, P. “Effect of Corporate Governance on Bond Ratings and Yiels: The Role of Institutional Investors and Outside Directors”, Journal of Business, 76 (3), pp. 455-475, 2003. Blom, Jasper dan Schauten, March B.J, “Corporate Governance and Cost of Debt”, ABNAMRO, Amsterdam, Netherlands, 2006. Bodie, Z., Kane, A., dan Marcus A.J., “Investment”, (7th ed.) Mc-Graw-Hill International Edition, New York, 2008. Boediono, Gideon S.B. “Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan Analisis Jalur”, Simposium Nasional Akuntansi VIII, IAI. 2005. Boubakri, N. and H. Ghouma. “Control/ownership Structure, Creditor Rights Protection, and The Cost of Debt Financing: International Evidence”, Journal of Banking and Finance, 34, pp. 2481-2499, 2010. Chen, Y.M. dan Jian J.Y. “The Impact of Information Disclosure and Transparency Rankings System (IDTRs) and Corporate Governance Structure on Interest Cost of Debt”, Working Paper, National Yunlin University of Science and Technology, Taiwan, 2007. 103
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, R.C., S.A. Mansi, dan D.M. Reeb. “Founding Family Ownership and the Agency Cost of Debt”, Journal of Financial Economics, Vol.68, USA, 2002. Agustiawan, A., S., “Analisis Pengaruh Corporate Governance terhadap Cost of Debt ”, Skripsi FEUI, 2012. Anderson, R.C., S.A. Mansi dan D.M., Reeb, “Board Characteristics Accounting Report Integrity, and the Cost of Debt”, Journal of Financial Economics, Vol.37, USA, 2003.
Asbaugh, Hollis, Collins, Daniel W., LaFond, Ryan, “Corporate governance and the cost of equity capital”. Working paper, University of Wisconsin, 2004. Ayub, Maydeliana, “Pengaruh Family Ownership terhadap Cost of Debt”, Tesis FEUI, 2008.
BEI. “Laporan Keuangan dan Laporan Tahunan Perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2010-2012”, diakses tanggal 22 Juli 2013, dari www.idx.co.id Bhojraj, S., dan Sengupta, P. “Effect of Corporate Governance on Bond Ratings and Yiels: The Role of Institutional Investors and Outside Directors”, Journal of Business, 76 (3), pp. 455-475, 2003. Blom, Jasper dan Schauten, March B.J, “Corporate Governance and Cost of Debt”, ABNAMRO, Amsterdam, Netherlands, 2006. Bodie, Z., Kane, A., dan Marcus A.J., “Investment”, (7th ed.) Mc-Graw-Hill International Edition, New York, 2008. Boediono, Gideon S.B. “Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan Analisis Jalur”, Simposium Nasional Akuntansi VIII, IAI. 2005. Boubakri, N. and H. Ghouma. “Control/ownership Structure, Creditor Rights Protection, and The Cost of Debt Financing: International Evidence”, Journal of Banking and Finance, 34, pp. 2481-2499, 2010. Chen, Y.M. dan Jian J.Y. “The Impact of Information Disclosure and Transparency Rankings System (IDTRs) and Corporate Governance Structure on Interest Cost of Debt”, Working Paper, National Yunlin University of Science and Technology, Taiwan, 2007. 104
Effendi, Muh. Arief. “The Power of Good Corporate Governance: teori dan Implementasi”, Salemba Empat, Jakarta, 2009. Firmansyah, Ferry, “Utang Membengkak, Produsen Cip Komputer Bangkrut”, Artikel diakses tanggal 27 Februari 2012, dari www.tempo.co/read/news/2013/02/18/090462016 Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI), “The essence of good corporate governance konsep dan implementasi perusahaan public dan korporasi Indonesia”, Yayasan Pendidikan Pasar Modal Indonesia & Sinergy Communication, Jakarta, 2002. Gunarsih, T., “Riset Empiris dalam Corporate Governance. Seminar sehari: Issues Application & Research In Corporate Governance dalam Rangka Launching Pusat Studi Corporate Governance”, FE UTY, 2003. Herawaty, Linggar Pratiwi dan Muchamad Syafrudin, “Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Kinerja: Transparansi sebagai Variabel intervening”, Jurnal Simposium Nasional XIV, Aceh, 2011.
Imam Ghozali. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS”, Salemba Empat, Jakarta, 2011. Indriantoro, N. dan Supomo, B. “Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi & Manajemen”, BPFE, Yogyakarta, 2002. Jensen, M., dan Meckling, W., “Theory of the Firm: Managerial Behaviour, Agency Cost and Ownership Structure”, Journal of Financial and Economics, 1976. Johnson, S., Peter B., dan Alasdair B., “Corporate Governance in Asian Financial Crisis”, Journal of Financial Economics, Vol. 58, 2000. Juniarti dan A. A. Sentosa. “Pengaruh Good Corporate Governance, Voluntary Disclosure terhadap Biaya Utang (Cost of Debt)”, Jurnal Akuntansi Keuangan, Vol. 11, No. 2, November, 2009. Kaihatu, Thomas S. “Good Corporate Governance dan Penerapannya di Indonesia”, Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol. 8, No. 1, Maret, 2006. Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG), “Pedoman umum GCG”, Artikel diakses tanggal 24 Oktober 2013, dari http://www.cicfcgi.org/news/files/Pedoman_GCG_060906.pdf
105
Lim, “Perusahaan Induk the Los Angeles Times Mengajukan Bangkrut”, Era Baru News Artikel diakses tanggal 12 Agustus 2013, dari www.erabaru.net/internasional/35-internasional/522-perusahaan-indukthe-los-angeles-times-mengajukan-bangkrut Piot, C., dan F.M. Piera, “Corporate Governance, Audit Quality, and The Cost of Debt Financing of French Listed Companies”, Working Paper http;//ssrn.com, France, 2007.
Rahman, Muhammad Razi, “Pertumbuhan Usaha Property Indonesia Makin Melambung”, Artikel diakses tanggal 12 Agustus 2013, dari http://www.bisnis-kti.com/index.php/2013/02/ pertumbuhan-usahaproperti-indonesia-makin-melambung Rebecca, Y. dan Siregar, V.S., “Pengaruh Corporate Governance Index, Kepemilikan Keluarga, dan Kepemilikan Institusional terhadap Biaya Ekuitas dan Biaya Hutang: Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI”, Simposioum Nasional Akuntansi 15, Banjarmasin, 2011. Ross, S.A., Westerfield, R.W., Jaffe, J., dan Jordan B.D. “Modern Financial Management” (8thed.), McGraw-Hill International Edition, New York, 2008. Roberts, G.S., dan L. Yuan. “Does Institutional Ownership Affect the Cost of Bank Borrowing?” Working Paper, York University, 2009. Muslimah, Salmah, “Batavia Air Pailit Karena Tak Mampu Bayar Utang US$ 46 Juta”, Artikel diakses tanggal 12 Agustus 2013, dari http://www.news.detik.com/read/2013/01/30/180926/10/batavia-air-pailitkarena-tak-mampu-bayar-utang-us--46-juta Shleifer, A. and R.W. Vishny, “A survey of corporate governance”, Journal of Finance 52, 737–783, 1997. Shuto, A., dan N. Kitagawa. “The effect of managerial ownership on the cost of debt: Evidence from Japan”, RIEB Discussion Paper Series, Kobe University, 2010.
Singgih Santoso. “Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik”, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta, 2002.
106
Anderson, R.C., S.A. Mansi, dan D.M. Reeb. “pengaruh Corporate Governance Corporate”, Journal of Financial Economics, Vol.68, USA, 2002. Anderson, R.C., S.A. Mansi dan D.M., Reeb, “Board Characteristics Accounting Report Integrity, and the Cost of Debt”, Journal of Financial Economics, Vol.37, USA, 2003. Barclay dan Holderness. 1990. Social Responsiveness, Corporate Structure, and Economic Performance, Academy of Management Review, Vol.7, No.2, 235-241, 1990. BEI. “Laporan Keuangan dan Laporan Tahunan Perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2010-2012”, diakses tanggal 22 Juli 2013, dari www.idx.co.id Dewi, Kurnia Chandra.”Pengaruh pergantian CEO (Chief Executive Officer) terhadap kinerja perusahaan dengan manajemen laba sebagai variabel intervening” Jurnal publikasi FEB Universitas Muhammadiyah Surakarta. Hal:1-14, 2013. Effendi, Muh. Arief. “The Power of Good Corporate Governance: teori dan Implementasi”, Salemba Empat, Jakarta, 2009. Fajarini, Indah S.W. dan Firmansyah R. “Pengaruh Intelectual Capital terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi Empiris Perusahaan LQ 45), Jurnal Dinamika Akuntansi Vol.4, No.1, Maret 2012. Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI), “The essence of good corporate governance konsep dan implementasi perusahaan public dan korporasi Indonesia”, Yayasan Pendidikan Pasar Modal Indonesia & Sinergy Communication, Jakarta, 2002. Gunarsih, T., “Riset Empiris dalam Corporate Governance. Seminar sehari: Issues Application & Research In Corporate Governance dalam Rangka Launching Pusat Studi Corporate Governance”, FE UTY, 2003. Herawaty, Linggar Pratiwi dan Muchamad Syafrudin, “Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Kinerja: Transparansi sebagai Variabel intervening”, Jurnal Simposium Nasional XIV, Aceh, 2011. Imam Ghozali. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS”, Salemba Empat, Jakarta, 2011. Indriantoro, N. dan Supomo, B. “Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi & Manajemen”, BPFE, Yogyakarta, 2002. 107
Irwansyah, Denny, “Salah Apa Nokia?”, Artikel diakses tanggal 26 Mei 2016, dari http://www.kompasiana.com/irwandeny/salah-apa nokia_54f942c4 a333110 a068b49ae Johnson, S., Peter B., dan Alasdair B., “Corporate Governance in Asian Financial Crisis”, Journal of Financial Economics, Vol. 58, 2000. Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG), “Pedoman umum GCG”, Artikel diakses tanggal 24 Oktober 2013, dari http://www.cicfcgi.org/news/files/Pedoman_GCG_060906.pdf Muntiah, Siti.” Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan”, Jurnal Akuntansi 2013. Murwaningsari, Etty.” Hubungan Corporate Governance, Corporate Social Responsibilities dan Corporate Financial Performance Dalam Satu Continuum” Jurnal Publikasi FEB Trisakti. Akuntansi dan Keuangan, VOL. 11, No. 1, MEI 2009 Rahman, Muhammad Razi, “Pertumbuhan Usaha Property Indonesia Makin Melambung”, Artikel diakses tanggal 12 Agustus 2013, dari http://www.bisnis-kti.com/index.php/2013/02/ pertumbuhan-usahaproperti-indonesia-makin-melambung Sawarjuono dan Kadir “Intellectual Capital: Perlakuan, Pengukuran Dan Pelaporan (Sebuah Library Research) “, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol.5, 2003. Shleifer, A. and R.W. Vishny, “A survey of corporate governance”, Journal of Finance 52, 737–783, 1997. Singgih Santoso. “Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik”, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta, 2002. Surya, I. dan Yustiavandana, I. “Penerapan Good Corporate Governance: Mengesampingkan Hak-hak Istimewa demi Kelangsungan Usaha”, Edisi Pertama, Kencana, Jakarta, 2008. Terius, Melia Agustina dan Cristiawan Yulius Jogi,” Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Kinerja Perusahaan pada Sektor Keuangan” Jurnal publikasi Akuntansi Bisnis Universitas Petra, business accounting review vol. 3, no. 1, januari 2015. Trisnantari, “Analisis Pengaruh Corporate Governance pada hubungan ceo terhadap kinerja perusahaan ”, Journal of Financial Economics 2010. 108
Ujiyantho, Muh.Arief dan Bambang Agus Pramuka, Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan. Simposium Nasional Akuntansi (SNA) X Makassar, 2007. Wells, Peter. “Earnings management sorrunding CEO changes” Journal of accounting & finance. Vol.42 hal: 169-193. 2002 Trisnantari, Ayu Novi, Pengaruh Corporate Governance pada Hubungan Pergantian Chef Executive Officer Dengan Kinerja Perusahaan. Vol 1.No.2. Halaman: 1-22, 2008.
109
Lampiran 1 Data Sampel Penelitian
109
Daftar Perusahaan Property & Real Estate yang Terdaftar di BEI Tahun 2010-2014 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45.
Nama Perusahaan Agung Podomoro Land Tbk Alam Sutera Realty Tbk Bekasi Asri Pemula Tbk Bumi Citra Permai Tbk Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk Bhuwanatala Indah Permai Tbk Bukit Darmo Property Tbk Sentul City Tbk Bumi Serpong Damai Tbk Cowell Development Tbk Ciputra Development Tbk Ciputra Property Tbk Ciputra Surya Tbk Duta Anggada Realty Tbk Intiland Development Tbk Duta Pertiwi Tbk Bakrieland Development Tbk Megapolitan Development Tbk Fortune Mate Indonesia Tbk Gading Development Tbk Gowa Makassar Tourism Development Tbk Perdana Gapuraprima Tbk Greenwood Sejahtera Tbk Jakarta Internasional Hotel & Dev. Tbk Jaya Real Property Tbk Kawasan Industri Jababeka Tbk MNC land Tbk Lamicitra Nusantara Laguna Cipta Griya Tbk Lippo Cikarang Tbk Lippo Karawaci Tbk Modernland Realty Tbk Metropolitan Kentjana Tbk Metropolitan Land Tbk Metro Realty Tbk Nirvana Development Tbk Indonesia Prima Property Tbk Pakuwon Jati Tbk Panca Wiratama Sakti Tbk Plaza Indonesia Realty Tbk Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk Roda Vivatex Tbk Danayasa Arthatama Tbk Suryamas Dutamakmur Tbk Summarecon Agung Tbk
110
Kode APLN ASRI BAPA BCIP BEST BIPP BKDP BKSL BSDE COWL CTRA CTRP CTRS DART DILD DUTI ELTY EMDE FMII GAMA GMTD GPRA GWSA JIHD JRPT KIJA KPIG LAMI LCGP LPCK LPKR MDLN MKPI MTLA MTSM NIRO OMRE PWON PWSI PLIN RBMS RDTX SCBD SMDM SMRA
Daftar Perusahaan yang Mempublikasikan Laporan Keuangan & Annual Report dengan Lengkap Tahun 2010-2014 (Kriteria II) No.
Nama Perusahaan
Kode
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45.
Agung Podomoro Land Tbk Alam Sutera Realty Tbk Bekasi Asri Pemula Tbk Bumi Citra Permai Tbk Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk Bhuwanatala Indah Permai Tbk Bukit Darmo Property Tbk Sentul City Tbk Bumi Serpong Damai Tbk Cowell Development Tbk Ciputra Development Tbk Ciputra Property Tbk Ciputra Surya Tbk Duta Anggada Realty Tbk Intiland Development Tbk Duta Pertiwi Tbk Bakrieland Development Tbk Megapolitan Development Tbk Fortune Mate Indonesia Tbk Gading Development Tbk Gowa Makassar Tourism Development Tbk Perdana Gapuraprima Tbk Greenwood Sejahtera Tbk Jakarta Internasional Hotel & Dev. Tbk Jaya Real Property Tbk Kawasan Industri Jababeka Tbk MNC land Tbk Lamicitra Nusantara Laguna Cipta Griya Tbk Lippo Cikarang Tbk Lippo Karawaci Tbk Modernland Realty Tbk Metropolitan Kentjana Tbk Metropolitan Land Tbk Metro Realty Tbk Nirvana Development Tbk Indonesia Prima Property Tbk Pakuwon Jati Tbk Panca Wiratama Sakti Tbk Plaza Indonesia Realty Tbk Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk Roda Vivatex Tbk Danayasa Arthatama Tbk Suryamas Dutamakmur Tbk Summarecon Agung Tbk
APLN ASRI BAPA BCIP BEST BIPP BKDP BKSL BSDE COWL CTRA CTRP CTRS DART DILD DUTI ELTY EMDE FMII GAMA GMTD GPRA GWSA JIHD JRPT KIJA KPIG LAMI LCGP LPCK LPKR MDLN MKPI MTLA MTSM NIRO OMRE PWON PWSI PLIN RBMS RDTX SCBD SMDM SMRA
111
2010 x x x x x x x x x x x x x x x x x
x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x
LK & Annual Report 2011 2012 2013 x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x delisting delisting x x x x x x delisting delisting x x x x x x x x x x x x x x x x x x
2014 x x x x x x x
x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x delisting x x delisting x x x x x x
Daftar Perusahaan yang Memiliki Nilai Closing Price Tahun 2010-2014 (Kriteria III)
No.
Nama Perusahaan
Kode
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33.
Agung Podomoro Land Tbk Alam Sutera Realty Tbk Bekasi Asri Pemula Tbk Bumi Citra Permai Tbk Bhuwanatala Indah Permai Tbk Cowell Development Tbk Ciputra Property Tbk Ciputra Surya Tbk Duta Anggada Realty Tbk Intiland Development Tbk Duta Pertiwi Tbk Bakrieland Development Tbk Megapolitan Development Tbk Gowa Makassar Tourism Development Tbk Perdana Gapuraprima Tbk Jakarta Internasional Hotel & Dev. Tbk Jaya Real Property Tbk Kawasan Industri Jababeka Tbk MNC land Tbk Lamicitra Nusantara Lippo Cikarang Tbk Lippo Karawaci Tbk Modernland Realty Tbk Metropolitan Kentjana Tbk Metro Realty Tbk Indonesia Prima Property Tbk Pakuwon Jati Tbk Plaza Indonesia Realty Tbk Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk Roda Vivatex Tbk Danayasa Arthatama Tbk Suryamas Dutamakmur Tbk Summarecon Agung Tbk
APLN ASRI BAPA BCIP BIPP COWL CTRP CTRS DART DILD DUTI ELTY EMDE GMTD GPRA JIHD JRPT KIJA KPIG LAMI LPCK LPKR MDLN MKPI MTSM OMRE PWON PLIN RBMS RDTX SCBD SMDM SMRA
112
Memiliki Beban Bunga & Interest Bearing Debt 2010 2011 2012 2013 2014 x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x
x x x
x x x
x x x
x x x
x x x x
x x x x
x x x x
x x x x
x x x x
Tahapan Seleksi Sampel dengan Kriteria No.
Kriteria
Jumlah
1. Perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI tahun 2010-2014 2. Perusahaan yang tidak mempublikasikan laporan keuangan dan annual report tahun 2010-2014 dengan lengkap 3. Perusahaan yang tidak memiliki nilai closing price selama tahun 2010-2014 4. Jumlah perusahaan sampel 5. Periode penelitian (tahun) 6. Jumlah sampel total selama periode penelitian
45 (12) (2) 31 5 155
Daftar Nama Perusahaan Property dan Real Estate yang Tereliminasi No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
Nama Perusahaan Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk Bukit Darmo Property Tbk Sentul City Tbk Bumi Serpong Damai Tbk Ciputra Development Tbk Fortune Mate Indonesia Tbk Gading Development Tbk Greenwood Sejahtera Tbk Laguna Cipta Griya Tbk Metropolitan Land Tbk Metro Realty Tbk Nirvana Development Tbk Panca Wiratama Sakti Tbk Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk
113
Kode BEST BKDP BKSL BSDE CTRA FMII GAMA GWSA LCGP MTLA MTSM NIRO PWSI RBMS
Daftar Nama Perusahaan Property dan Real Estate yang Menjadi Sampel Penelitian No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31.
Nama Perusahaan Agung Podomoro Land Tbk Alam Sutera Realty Tbk Bekasi Asri Pemula Tbk Bumi Citra Permai Tbk Bhuwanatala Indah Permai Tbk Cowell Development Tbk Ciputra Property Tbk Ciputra Surya Tbk Duta Anggada Realty Tbk Intiland Development Tbk Duta Pertiwi Tbk Bakrieland Development Tbk Megapolitan Development Tbk Gowa Makassar Tourism Development Tbk Perdana Gapuraprima Tbk Jakarta Internasional Hotel & Dev. Tbk Jaya Real Property Tbk Kawasan Industri Jababeka Tbk MNC land Tbk Lamicitra Nusantara Lippo Cikarang Tbk Lippo Karawaci Tbk Modernland Realty Tbk Metropolitan Kentjana Tbk Indonesia Prima Property Tbk Pakuwon Jati Tbk Plaza Indonesia Realty Tbk Roda Vivatex Tbk Danayasa Arthatama Tbk Suryamas Dutamakmur Tbk Summarecon Agung Tbk
114
Kode APLN ASRI BAPA BCIP BIPP COWL CTRP CTRS DART DILD DUTI ELTY EMDE GMTD GPRA JIHD JRPT KIJA KPIG LAMI LPCK LPKR MDLN MKPI OMRE PWON PLIN RDTX SCBD SMDM SMRA
Lampiran 2 Hasil Analisis Data Sampel
115
Hasil Analisis Data Sampel
1 2 3 4 5 6 7
Kode Emiten APLN ASRI BAPA BCIP BIPP COWL CTRP
2010 4.06809 57.3096 9.802 4.83169 2.03435 2.14866 4.39369
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
CTRS DART DILD DUTI ELTY EMDE GMTD GPRA JIHD JRPT KIJA KPIG LAMI LPCK LPKR MDLN MKPI OMRE PWON PLIN RDTX SCBD SMDM SMRA
-1.38452 5.12007 4.5221 4.83504 3.09088 4.66689 6.20327 4.35709 42.3287 6.07792 3.42792 3.02328 4.18362 10.5036 4.88753 5.89727 9.17734 8.45366 29.4617 -4.35117 27.788 60.9735 0.86627 4.01841
No.
2011 6.1228 34.6433 5.6078 2.7482 1.0448 2.8871 4.5705 5.7851 5.8405 4.7331 4.7688 3.2347 2.4244 8.2053 5.2948 14.3561 6.4045 10.5707 3.3115 5.4330 21.3051 4.9719 12.4439 9.0041 3.8054 21.9996 3.9434 25.4371 2.9843 2.9436 4.4228 (Lanjutan )
116
VAIC 2012 2013 2014 6.5816 7.7892 5.0990 26.8837 29.7790 27.2314 3.2971 6.8281 7.5434 3.4753 1.1907 1.0976 0.4995 2.8962 2.0764 4.1394 4.9083 3.8976 8.3662 7.0900 4.5743 6.1030 9.3515 6.0503 6.3023 8.1961 2.4672 8.5505 5.9483 13.8198 7.0789 10.2403 6.1979 3.9942 29.7464 6.0074 11.8585 9.5058 2.3600 30.4470 6.6592 22.6341 2.9396 2.0806 11.0420
5.8976 9.2154 5.2290 4.2988 7.2457 1.9087 8.6500 7.3276 21.0732 5.9809 10.9822 5.2155 4.8810 27.5461 4.9007 12.4491 9.7073 4.5676 31.7163 6.6541 21.8990 2.6571 2.7656 7.0123
7.8831 7.3211 6.9882 2.9077 5.4321 3.5321 9.0887 4.2359 17.6751 6.0987 11.2943 6.2897 6.9765 21.7865 5.9797 13.5432 8.8768 6.4510 29.4699 6.7879 23.5433 3.5780 2.9833 8.3409
Hasil Analisis Data Sampel
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Kode Emiten APLN ASRI BAPA BCIP BIPP COWL CTRP CTRS DART DILD DUTI ELTY EMDE GMTD GPRA JIHD JRPT KIJA KPIG LAMI LPCK LPKR MDLN MKPI OMRE PWON PLIN RDTX SCBD SMDM SMRA
2010 0.3333 0.4000 0.5000 0.3333 0.5000 0.5000 0.4000 0.5000 0.3333 0.5000 0.5000 0.3333 0.3333 0.4000 0.3333 0.5000 0.5000 0.5000 0.3333 0.3333 0.6000 0.6250 0.5000 0.3182 0.5000 0.6667 0.5000 0.3333 0.3333 0.6667 0.4000
KIND 2011 2012 0.3333 0.3333 0.4000 0.4000 0.3333 0.3333 0.3333 0.3333 0.6667 0.6667 0.5000 0.3333 0.4000 0.4000 0.5000 0.5000 0.3333 0.3333 0.3333 0.3333 0.3333 0.3333 0.4000 0.3333 0.3333 0.3333 0.4000 0.2000 0.3333 0.3333 0.5000 0.6667 0.5000 0.4000 0.5000 0.5000 0.3333 0.3333 0.3333 0.3333 0.6000 0.6000 0.5714 0.7143 0.5000 0.5000 0.3333 0.3333 0.5000 0.5000 0.6667 0.6667 0.5000 0.6667 0.3333 0.3333 0.3333 0.5000 0.6667 0.6667 0.5000 0.5000 (Lanjutan)
117
2013 0.3333 0.4000 0.3333 0.3333 0.3333 0.3333 0.4000 0.2500 0.3333 0.4000 0.3333 0.4000 0.3333 0.4000 0.3333 0.4000 0.4000 0.5000 0.4533 0.3333 0.3333 0.7000 0.4000 0.3180 0.6000 0.3333 0.5000 0.4000 0.5000 0.3000 0.4000
2014
0.3333 0.4000 0.3333 0.3333 0.3333 0.3333 0.4000 0.2500 0.3333 0.4000 0.3333 0.4000 0.3333 0.4000 0.3333 0.4000 0.4000 0.5000 0.4533 0.3333 0.3333 0.7000 0.4000 0.3180 0.6000 0.3333 0.5000 0.4000 0.5000 0.3000 0.4000
Hasil Analisis Data Sampel No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Kode Emiten APLN ASRI BAPA BCIP BIPP COWL CTRP CTRS DART DILD DUTI ELTY EMDE GMTD GPRA JIHD JRPT KIJA KPIG LAMI LPCK LPKR MDLN MKPI OMRE PWON PLIN RDTX SCBD SMDM SMRA
2010 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.5472 0.0000 0.7297 0.5284 0.0000 0.2119 0.0000 0.6500 0.0000 0.0000 0.1236 0.3870 0.3810 0.9288 0.0000 0.1871 0.5981 0.0000 0.9009 0.6574 0.3477 0.8148 0.0000 0.7367 0.0646
2011 0.0000 0.0545 0.0000 0.0000 0.1083 0.0000 0.5614 0.0000 0.8052 0.0000 0.0000 0.2307 0.0000 0.6500 0.1545 0.0000 0.1236 0.3862 0.3862 0.9288 0.0000 0.1796 0.2237 0.0000 0.9009 0.4191 0.3451 0.8197 0.0000 0.7367 0.0589
KINST 2012 0.0000 0.0545 0.0000 0.0000 0.1792 0.0000 0.5614 0.0000 0.4472 0.0000 0.0000 0.1700 0.0508 0.6500 0.1545 0.0000 0.1236 0.4703 0.4703 0.9288 0.0000 0.1812 0.2017 0.0000 0.9009 0.2878 0.3753 0.8197 0.0000 0.7367 0.0589
(Lanjutan)
118
2013 0.0000 0.0672 0.0198 0.1296 0.0000 0.5000 0.5509 0.1269 0.6578 0.0000 0.7681 0.5405 0.0590 0.6785 0.1545 0.1270 0.0000 0.4489 0.5902 0.9821 0.1630 0.1854 0.3904 0.2179 0.0000 0.2670 0.3723 0.8197 0.3206 0.0000 0.0874
2014 0.0000 0.0672 0.0198 0.1296 0.0000 0.5000 0.5509 0.1269 0.6578 0.0000 0.7681 0.5405 0.0590 0.6785 0.1545 0.1270 0.0000 0.4489 0.5902 0.9821 0.1630 0.1854 0.3904 0.2179 0.0000 0.2670 0.3723 0.8197 0.3206 0.0000 0.0874
Hasil Analisis Data Sampel
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Kode Emiten APLN ASRI BAPA BCIP BIPP COWL CTRP CTRS DART DILD DUTI ELTY EMDE GMTD GPRA JIHD JRPT KIJA KPIG LAMI LPCK LPKR MDLN MKPI OMRE PWON PLIN RDTX SCBD SMDM SMRA
Pergantian CEO 2010 2011 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0
(Lanjutan)
119
0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
2012
2013
2014
0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1
0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
Hasil Analisis Data Sampel No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Kode Emiten APLN ASRI BAPA BCIP BIPP COWL CTRP CTRS DART DILD DUTI ELTY EMDE GMTD GPRA JIHD JRPT KIJA KPIG LAMI LPCK LPKR MDLN MKPI OMRE PWON PLIN RDTX SCBD SMDM SMRA
KINERJA PERUSAHAAN 2010 2011 2012 2013 1.47453 1.1990 1.0814 1.3401 1.66547 1.9039 1.6447 1.5673 1.64239 1.1040 1.0286 1.0890 1.73247 3.9593 1.4827 2.0871 0.93423 1.0385 1.5489 3.2879 0.85618 1.0353 0.7541 1.9743 0.77576 0.8625 0.9497 0.7654 0.87714 0.9356 1.5054 2.3421 0.91925 0.7566 0.8585 1.3211 1.1699 0.7970 0.9215 0.2341 1.14361 0.9549 1.0738 1.2412 0.75305 0.6526 0.5528 0.6642 1.33997 0.9031 0.9060 0.8976 0.68973 0.7822 0.8150 0.9012 0.8079 0.8776 0.7899 0.8765 0.74448 0.7399 0.7593 0.2465 1.59164 2.0160 2.2612 1.8568 0.99555 1.0471 0.9983 0.9876 0.73204 1.3192 2.1376 3.8790 0.98977 0.9571 0.8715 0.9776 0.82704 1.2078 1.3588 1.5432 1.5192 1.5680 1.6165 1.4309 0.82088 0.8121 1.3478 2.8741 1.7536 1.5894 1.7785 1.3212 0.85577 0.9460 1.0547 1.7843 3.60843 7.0589 2.1190 6.8897 2.02662 1.7634 1.9407 3.7654 0.82456 0.9057 0.9903 0.9899 0.74923 0.7285 1.0283 2.0873 0.34237 0.3747 0.4885 0.8763 1.86879 1.7464 1.9092 1.8752 (Lampiran)
120
2014
2.9871 1.6540 1.5439 2.6549 1.3451 0.3421 0.7639 3.2416 0.9088 0.3410 1.2366 0.5679 0.9896 1.7532 0.5649 0.7812 3.3241 1.3209 3.1270 0.9899 2.5991 1.9276 1.9751 1.8750 3.2108 3.7653 1.6547 0.5432 1.0987 0.9784 2.9754
Lampiran 3 Output Hasil Pengujian Data
121
Hasil Uji Regresi Linier Berganda
TOBINS VAIC KIND KINST DD CEO Valid N (listwise)
Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation 155 .23 7.06 1.4527 1.00664 155 -4.35 60.97 9.2622 9.87732 155 .20 .71 .4217 .11192 155 .00 98 .2783 .29939 155 2.00 9.00 5.0968 1.76096 155 .00 1.00 .1806 .38597 155
\\ b
Model
R
1
.669a
Model Summary R Square Adjusted R Std. Error of the Square Estimate .447
.419
.094039344
Durbin-Watson
1.844
a. Predictors: (Constant), VAIC, KIND, KINST, DD, CEO b. Dependent Variable: TOBINS a
Model Regression 1
ANOVA Sum of Squares df Mean Square F Sig. b .843 6 .141 15.897 .000
Residual
1.044 148
Total
1.887 154
a. Dependent Variable: TOBINS b. Predictors: (Constant), VAIC, KIND, KINST, DD, CEO
122
.009
a
Coefficients Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta
Model
(Constant)
T
Sig.
Tolerance
.032
.024
1.308
VAIC .002 KIND .-076 1 KINST .027 DD .004 CEO -.018 a. Dependent Variable: TOBINS
.000 .037 .019 .003 .012
.399 4.338 .000 -.192 -2.043 .044 .134 1.438 .154 .162 1.761 .087 -.144 -1.539 .0127
123
Collinearity Statistics VIF
.194 .982 .926 .991 .961 .971
1.018 1.080 1.057 1.041 1.030
124