Wresdiyati et al
Jurnal Veteriner
Pengaruh α-Tokoferol Terhadap Profil Superoksida Dismutase dan Malondialdehida pada Jaringan Hati Tikus di Bawah Kondisi Stres THE EFFECT OF α-TOCOPHEROL ON THE PROFILES OF SUPEROXIDE DISMUTASE AND MALONDIALDEHYDE IN THE LIVER OF RATS UNDER STRESS CONDITION Tutik Wresdiyati 1), Made Astawan 2), Diini Fithriani 2), I Ketut Mudite Adnyane1), Savitri Novelina1), dan Saptina Aryani1)
Bagian Anatomi, Histologi, dan Embriologi, Departemen Anatomi, Fisiologi, dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor Jl. Agatis Kampus IPB Dramaga, Bogor, Telp/Fax: 0251-421823, email:
[email protected] 2)Bagian Biokimia, Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor 1)
ABSTRACT The present study was conducted to observe the effect of α-tocopherol on the profile of superoxide dismuase (SOD) and malondialdehyde (MDA) in the liver of rats under stress condition. A total of twenty five male Wistar rats were used for this study. They were divided into five groups i.e. (1) a control group, without treatment of both stress and α-tocopherol, (2) a stress group was treated by stress only, without α-tocopherol treatment, (3) treated with stress condition followed by treatment with α-tocopherol, (4) Treated with α-tocopherol followed by stress condition, and (5) Treated with αtocopherol before and after stress condition. The stress condition was achieved by five days fasting accopmpanied by swimming for 5 min/day and only drinking water ad libitum. α-Tocopherol was orally administrated at a dose 60 mg/Kg/BW/day for seven days. The stress condition decreased SOD activity and Cu,Zn-SOD level, and increased MDA level in the rat liver of stress group as compared to those of control group. Treatment with α-tocopherol increased SOD activity and Cu,Zn-SOD level. The best results were obtained in rats treated with α-tocopherol before and after stress condition which increased both SOD activity (3.7 times) and Cu,Zn-SOD content, and decreased MDA level to 80,69%. Key words : α-tocopherol, liver, rat, stress, superoxide dismutase ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh α-tokoferol terhadap profil superoksida dismutase (SOD) dan malondialdehida (MDA) pada jaringan hati tikus di bawah kondisi stres. Sebanyak dua puluh lima ekor tikus jantan galur Wistar digunakan dalam penelitian ini dan dibagi menjadi lima kelompok perlakuan yaitu (1) kelompok kontrol (tanpa perlakuan stres maupun αtokoferol), (2) kelompok stress (perlakuan stres tanpa pemberian α-tokoferol), (3) kelompok stress yang kemudian diberi α-tokoferol, (4) kelompok perlakuan α-tokoferol yang kemudian diberi perlakuan stres, dan (5) kelompok perlakuan α-tokoferol sebelum dan sesudah perlakuan stress. Perlakuan stress diberikan dengan cara puasa selama 5 hari dan berenang selama 5 menit/hari dengan pemberian air minum secara ad libitum. Perlakuan α-tokoferol diberikan secara oral dengan dosis 60 mg/Kg/BW/day selama tujuh hari. Kondisi stres menurunkan aktivitas SOD dan kandungan Cu,Zn-SOD, serta meningkatnya kadar MDA jaringan hati bila dibandingkan kelompok kontrol. Pemberian α-tokoferol meningkatkan aktivitas SOD dan kandungan Cu,ZnSOD, dan menurunkan kadar MDA dalam jaringan hati tikus. Pemberian α-tokoferol dengan cara kombinasi sebelum dan sesudah perlakuan stress memberikan hasil yang terbaik, yakni dapat meningkatkan kandungan Cu,Zn-SOD, dan aktivitas SOD sebanyak 3,7 kali, serta menurunkan kadar MDA sampai 80,69% dalam jaringan hati bila dibandingkan kelompok kontrol..
Kata kunci : α-tokoferol, hati, tikus, stress, superoksida dismutase -----------------------------------------------------------------------------
202
Wresdiyati et al
Jurnal Veteriner
dismutase (Cu,Zn-SOD) pada jaringan hati
PENDAHULUAN Radikal bebas sangat diperlukan bagi kelangsungan beberapa proses fisiologis dalam tubuh, terutama untuk transportasi elektron. Namun, radikal bebas yang berlebihan dapat membahayakan tubuh karena dapat merusak makromolekul dalam sel seperti karbohidrat, protein, DNA dan sebagainya. Kerusakan makromolekul selanjutnya dapat mengakibatkan kematian sel (Halliwel and Gutteridge, 1999). Secara normal, tubuh mempunyai strategi yang sistematis untuk memerangi pembentukan radikal bebas atau untuk mempercepat degradasi senyawa tersebut. Sistem ini dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu sistem pertahanan preventif seperti enzim superoksida dismutase; copper zincsuperoxide dismutase (Cu,Zn-SOD) (Fridovich, 1975) dan manganese superoxide dismutase (Mn-SOD) (Marklund, 1984), katalase dan glutation peroksidase (Asayama et al., 1996) dan sistem pertahanan melalui pemutusan reaksi radikal seperti α-tokoferol, vitamin C dan vitamin A. Cu,Zn-SOD merupakan salah satu antioksidan endogen yang amat berperan dalam mengkatalisasi radikal bebas anion superoxide menjadi hidrogen peroksida dan molekul oksigen (Mates et al., 1999). Dengan kemajuan teknik imunositokimia, sel-sel penghasil SOD telah dapat dideteksi pada jaringan tikus (Dobashi et al., 1989; Wresdiyati and Makita, 1997). Profil SOD juga telah dilaporkan secara imunohistokimia pada kondisi patofisiologis seperti stres, diabetes mellitus dan hiper-kolesterolemia (Wresdiyati et al., 2002; Wresdiyati, 2003; Wresdiyati et al., 2003; Wresdiyati et al., 2006), serta pada jaringan neoplastik (Keller et al., 1991). Wresdiyati dan Makita (1995) melaporkan bahwa kondisi stres dapat meningkatkan jumlah peroksisom pada jaringan ginjal kera jepang. Peningkatan jumlah radikal bebas tersebut dapat meningkatkan oksidasi yang terjadi di peroksisom. Sebagai akibatnya, produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping oksidasi tersebut. Peningkatan kadar radikal bebas dalam kondisi stress telah dilaporkan oleh Wresdiyati et al (2002) dan Wresdiyati (2003), yang ditunjukkan dengan menurunnya kandungan antioksidan intrasel seperti copper, zinc-superoksida
dan ginjal tikus di bawah kondisi stres. Alfatokoferol adalah antioksidan eksogen yang banyak dipakai dalam pengobatan. Peneltian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian αtokoferol terhadap profil antioksidan intrasel superoksida dismutase (SOD), yang meliputi aktivitas SOD dan kandungan Cu,Zn-SOD, dan malon-dialdehida (MDA) pada jaringan hati tikus di bawah kondisi stres. Pemberian α-tokoferol diharapkan dapat mencegah kerusakan sel atau organ tubuh akibat akibat stres. METODE PENELITIAN Hewan Percobaan dan Pengambilan Sampel Pada penelitian ini digunakan 25 ekor tikus jantan galur Wistar dengan berat badan ± 250 g. Setelah diadaptasikan terhadap lingkungan kandang selama kurang lebih dua minggu, tikus dikelompokkan menjadi lima kelompok perlakuan dan setiap kelompoknya terdiri atas lima ekor tikus (Tabel 1). Perlakuan stres diberikan dengan cara puasa (tidak diberikan pakan), tetapi diberi air minum ad libitum serta perenangan selama lima menit/hari selama lima hari. α-tokoferol dilarutkan dalam minyak jagung dengan dosis 60 mg/Kg/BB/ hari dan diberikan ke tikus menggunakan sonde. Tikus selanjutnya diberikan pakan secara ad libitum. Setelah perlakuan sesuai dengan rancangan, tikus dibunuh dan sampel jaringan hati diambil dari setiap tikus. Sampel jaringan hati dari setiap ekor tikus dibagi tiga berturut-turut untuk analisis aktivitas SOD, kandungan Cu,ZnSOD, dan kadar MDA.
Analisis Aktivitas SOD Hati Tikus Sebanyak 400 µl larutan kloroform/ etanol dingin 37,5/62.5 (v/v) ditambahkan ke dalam 150 µl lisat hati. Kemudian divorteks selama tiga detik dan disentrifus pada kecepatan 4400 rpm suhu 4°C selama 10 menit. Sebanyak 2,9 ml larutan A (campuran larutan xantin dan larutan sitokrom c) ditambah 50 µl larutan baku (kontrol) atau sampel dan divorteks secara perlahan. Reaksi dimulai dengan menambahkan 50 µl larutan B (xantin oksidase) dan divorteks secara perlahan. Pengamatan terhadap perubahan absorban yang terjadi
203
Wresdiyati et al
Jurnal Veteriner
modifikasi. Setelah diladilakukan dengan spektro-fotometer (Chen dengan sedikit kukan inaktivasi terhadap peroksidase endogen, potongan jaringan diinkubasi daDeteksi Imunohistokimia terhadap Cu, Zn- lam antibodi monoklonal anti-Cu,Zn-SOD SOD. (Sigma S2147) dan dilanjutkan dengan Jaringan hati difiksasi selama 24 jam inkubasi dalam antibodi sekunder (Dako dalam larutan Bouin, dan selanjutnya K1491). Produk reaksi antigen-antibodi diproses dengan metode standar menggu- divisualisasi dengan penambahan diamino nakan paraffin. Pewarnaan imunohisto- benzidine (DAB). Profil antioksidan Cu,Znkimia pada preparat jaringan hati terhadap SOD pada jaringan hati tersebut diamati Cu,Zn-SOD dilakukan sesuai dengan metode berdasarkan distribusi dan frekuensi yang dijabarkan Dobashi et al. (1989) antioksi dan tersebut pada jaringan hati.
et al., 1996).
Tabel 1. Kelompok perlakuan tikus percobaan dan jenis perlakuan yang diberikan Kelompok
Kontrol S TS ST TST
Perlakuan α-tokoferol (7 hari) 60 mg/Kg/BB/hari
Stres (5 hari)*
+ +
+ + + +
Keterangan : + : diberi perlakuan - : tanpa perlakuan * : puasa 5 hari dan perenangan 5 menit/hari
Pengamatan dilakukan secara kualitatif pada sitoplasma dan inti sel hati, serta dihitung secara kuantitatif pada inti sel hati berdasarkan intensitas warna cokelat yang terbentuk. Intensitas warna cokelat tersebut menunjukkan kandungan Cu,Zn-SOD, makin tua warnanya dan makin meratanya produk reaksi menunjukkan makin banyak kandungan Cu,Zn-SODnya. Pengamatan kuantitatif dilakukan terhadap inti sel tubuli renalis yang memberikan reaksi positif pada berbagai tingkat kandungan terhadap Cu,Zn-SOD (cokelat tua atau positif kuat/+++, cokelat sedang atau positif sedang/++, dan cokelat muda campur biru atau positif lemah/ +, dan warna biru atau negatif/-). Penghitungan inti sel-sel tersebut dilakukan 5 lapang pandang pada pembesaran 400x yang dipilih secara acak. Analisis Kadar MDA Analisis kadar MDA dilakukan menurut Conti et al., 1991. Pengukuran kadar MDA menggunakan spektro-flourometer pada panjang gelombang eksitasi 515 nm dan emisi 553 nm. Kadar MDA sampel
α-tokoferol (7 hari) 60 mg/Kg/BB/hari + +
T = α-tokoferol S = Stres
yang diperoleh dinyatakan dalam satuan pmol per gram protein. Analisis data. Hasil pengukuran aktivitas SOD, kadar MDA, jumlah inti sel hati pada berbagai tingkat kandungan Cu,Zn-SOD hati tikus pada setiap kelompok perlakuan dianalisis dengan sidik ragam. Perbedaan aktivitas SOD, kadar MDA, dan kandungan Cu,Zn-SOD antar kelompok perlakuan diuji lebih lanjut dengan uji beda Duncan. HASIL DAN PEMBAHASAN Aktivitas Superoksida Dismutase pada Hati Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada dalam cairan intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas intraseluler. Enzim ini mempunyai sebuah atom oligo elemen pada sisi aktifnya. Superoksida dismutase mengkatalisis dismutasi O2• menjadi H2O2. Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari O2• dan H2O2 yang berasal dari pembentukan radikal hidroksi (•OH).
204
Wresdiyati et al
Jurnal Veteriner
Analisis aktivitas superoksida dismutase (SOD) pada hati tikus menunjukkan bahwa kelompok kontrol (K) memiliki aktivitas SOD tertinggi yaitu sebesar 5027.90 U/g dan aktivitas SOD terendah diamati pada kelompok stres (S) yaitu sebesar 1223.33 U/g (Gambar 1). Analisis statistika menunjukkan bahwa kelompok α-tokoferol–stres (TS), stres-αtokoferol (ST), dan α-tokoferol-stres-αtokoferol (TST) tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata. Namun, dari ketiganya hanya kelompok TST saja yang tidak berbeda nyata dengan kelompok kontrol. Kelompok S nyata lebih rendah bila dibandingkan dengan semua kelompok perlakuan (p< 0.05) (Gambar 1). Pemberian α-tokoferol secara preventif sekaligus kuratif telah berhasil mempertahankan aktivitas SOD sehingga tidak berbeda nyata dengan kontrol. Pada pemberian α-tokoferol secara preventif saja atau kuratif saja, meskipun hasilnya berbeda nyata dengan kontrol namun dapat membantu mengatasi penurunan aktivitas SOD akibat kondisi stres. Pada pemberian αtokoferol secara kuratif aktivitas SOD hati menurun sebesar 34.06 % dibandingkan control, sedangkan pada pemberian preventif aktivitas SOD hati menurun sebesar 37.22 % dibanding kontrol. Hasil tersebut masih jauh di atas perlakuan stres yang menurun sejumlah 75.66% terhadap perlakuan kontrol.
S O D (U/g)
7500
5000 a
Aktivitas
ab b
2500
b
c 0 K
S
S-T
T-S
T-S-T
Pe rlakuan
Gambar 1. Aktivitas SOD (U/g) hati tifus perlakuan, K=kontrol, S=stres, ST=stres+α-tokoferol, TS=α-tokoferol+stres, TST=α-tokoferol+ stres+α-tokoferol
Profil Kandungan Cu,Zn-SOD pada Jaringan Hati Hasil pewarnaan imunohistokimia menunjukkan bahwa Cu,Zn-SOD terdapat pada inti dan sitoplasma dari sel hati. Secara kualitatif terlihat profil kandungan Cu,ZnSOD menurun pada kelompok stres dibandingkan kelompok kontrol. Penurunan ini ditunjukkan oleh banyaknya warna cokelat yang bercampur biru pada sitoplasma dan inti sel hati tifus pada kelompok stress (S) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (K). Kandungan Zn,Cu-SOD pada kelompok stress-α-tokoferol (ST), kelompok α-tokoferol-stress (TS), dan kelompok α-tokoferol-stress-α-tokoferol (TST) meningkat bila dibandingkan dengan kelompok S. Peningkatan kandungan Cu,ZnSOD tersebut terlihat dari intesnsitas warna coklat yang lebih kuat pada kelompok ST, TS, dan TST dibandingkan pada kelompok S. Kandungan Cu,Zn-SOD pada kelompok TST terlihat paling tinggi dibandingkan kelompok perlakuan α-tokoferol lainnya (Gambar 2). Berdasarkan hasil penghitungan secara kuantitatif, yaitu jumlah inti sel hati pada berbagai tingkat kandungan Cu,ZnSOD, juga terlihat adanya penurunan kandungan Cu,Zn-SOD secara nyata (p<0.05) pada kelompok S dibandingkan kelompok K. Hal ini terlihat dari menurunnya jumlah inti sel yang bereaksi positif kuat dan positif sedang. Penurunan kandungan Cu,Zn-SOD ini juga terlihat dari meningkatnya jumlah inti sel yang memberikan reaksi positif lemah dan negatif pada kelompok S dibandingkan kelompok K (Tabel 2, Gambar 2). Kelompok yang diberi perlakuan αtokoferol, menunjukkan peningkatan kandungan Cu,Zn-SOD secara nyata (p<0.05) jika dibandingkan kelompok S. Peningkatan kandungan Cu,Zn-SOD tersebut terlihat dari meningkatnya jumlah inti sel hati yang bereaksi positif kuat dan positif sedang serta menurunnya jumlah inti sel hati yang bereaksi positif lemah dan negatif bila dibandingkan dengan kelompok S. Pada kelompok TST, peningkatan kandungan Cu,Zn-SOD terlihat lebih baik dibandingkan kelompok ST dan TS, hal ini terlihat dari jumlah inti sel yang bereaksi pada berbagai tingkat kandungan Cu,Zn-SOD tidak berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok K.
205
Wresdiyati et al
Jurnal Veteriner
Hasil yang diperoleh menunjukan Tabel 2. Profil Kandungan Cu,Zn-SOD pada bahwa ada penurunan aktivitas SOD dan jaringan hati tikus perlakuan kandungan Cu,Zn-SOD, serta peningkatan Jumlah rata-rata inti sel hati kadar MDA jaringan hati tikus yang cukup Kelompok pada berbagai tingkat kandutajam selama perlakuan stres. Hal ini ngan Cu,Zn-SOD perlapang disebabkan oleh kerja enzim yang semakin pandang pada pembesaran 400x berat karena makin bertambahnya +++ ++ + intensitas pembentukan radikal bebas K 42.34 28,67 18,67 8.33 sebagai akibat dari perlakuan stres ±3.67d ±2 ± ± oksidatif secara terus-menerus pada tikus. ,52b 1.15b 1.58a Puasa merupakan salah satu kondisi S 27,33 59.00 yang dapat menyebabkan stres oksidatif. 2.67 ± 3,00 0.58a ±1 ± ± Kebutuhan utama pada saat kelaparan ,00a 4.16c 4.59c adalah senyawa penghasil energi. Jawaban ST 27,67 32,33 12,33 21.33 fisiologis pertama terhadap kekurangan ± ± ± ± pangan adalah mempertahankan kadar 3.51b 5,69c 3.51a 3.67b glukosa darah. Glikogen hati hanya dapat TS 32.67 28,67 14,33 20.33 menyediakan glukosa selama beberapa jam, ±3.06c ± ± ± dan setelah itu terjadi proses 6,03b 3.51ab 1.53b glukoneogenesis dalam hati yang TST 41.33 26,33 16,40 11.33 membutuhkan substrat dari jaringan lain. ± ± ± ± Substrat ini berasal dari asam amino 4.25d 1,53b 6.94b 2.89a glikogenik dan lemak (Montgomery Keterangan : Notasi yang berbeda pada kolom yang et.al.1983). sama menunjukkan nilai yang berbeda Lemak netral dikatabolisme menjadi nyata (p<0.05), +++= positif kuat; ++= positif sedang; + = positif lemah; dan - asam lemak dan gliserol. Asam lemak = negative. K=kontrol, S=stres, merupakan bahan bakar utama. Pada ST=stres+α-tokoferol, TS=α-tokoferol+ keadaan normal, katabolisme asam lemak stres, TST=α-tokoferol+ stres+α-tokoterjadi di dalam mitokondria melalui proses ferol yang dikenal sebagai ß-oksidasi. Namun, dalam kondisi kelaparan terjadi peningkatan Profil Kadar MDA Hati Malondialdehida merupakan produk proses ß-oksidasi pada peroksisom yang pada akhir dari oksidasi lipid. Tingginya kadar kondisi normal merupakan jalur minor MDA dipengaruhi oleh kadar peroksidasi proses ß-oksidasi (Orelana et al., 1992). lipid, yang secara tidak langsung juga Telah dilaporkan juga oleh Wresdiyati dan menunjukkan tingginya jumlah radikal Makita (1995) bahwa kondisi stres seperti dapat menningkatkan jumlah bebas. Pada analisis malonaldehida ini puasa peroksisom yang berdampak pada tampak bahwa kelompok K memiliki kadar peningkatan oksidasi di peroksisom. Dengan MDA terendah yaitu sebesar 334.058 pmol/g protein dan tertinggi dimiliki oleh kelompok makin meningkatnya aktivitas ß-oksidasi di S yaitu sebesar 2551.804 pmol/g protein dalam peroksisom jumlah radikal bebas juga meningkat sebagai salah satu hasil (Gambar 3). Analisis statistika lanjutan dengan uji samping dari metabolisme. Tingginya jumDuncan α=0.05 menunjukan bahwa antara lah radikal bebas dalam kondisi stres kelompok kontrol (K), stres-α-tokoferol (ST), tersebut terdeteksi dengan meningkatnya MDA pada kelompok stres α-tokoferol-stres (TS), α-tokoferol-stres-α- kadar dibandingkan kelompok kontrol pada tokoferol (TST) tidak terdapat perbedaan yang nyata, tetapi keempat perlakuan penelitian ini.
tersebut berbeda nyata dengan perlakuan stres (Gambar 3). Hasil analisis MDA ini menunjukkan perlakuan stres memberikan pengaruh negatif pada tikus dengan meningkatnya kadar radikal bebas dalam tubuh. Namun pemberian α-tokoferol mampu menurunkan jumlah radikal bebas tersebut.
206
Wresdiyati et al
Jurnal Veteriner
K
S
ST
TS
TST
Gambar 2. Fotomikrograf jaringan hati tikus perlakuan yang diwarnai secara imunohistokimia terhadap Cu,Zn-SOD. K=kontrol, S=stres, ST=stress-αtokoferol, TS=α-tokoferol-stress, TST=α-tokoferol-stress α-tokoferol. Skala=25µm.
207
Wresdiyati et al
Jurnal Veteriner
3000 2551.8 2500
b 2000
1500
1000
500
334.06
523.21
544.84
a
a
492.67
a
a 0 Kontr ol
S
S+T
T +S
T +S+T
P e r l a k ua n
Gambar 3.
Kadar MDA hati tikus perlakuan. K=kontrol, S=stres, ST=stress-α-tokoferol, TS=αtokoferol-stress, TST=α-tokoferol- stress- α-tokoferol.
Radikal bebas akan dinetralkan menjadi produk yang lebih stabil oleh enzim antioksidan intraseluler, seperti superoksida dismutase, katalase, dan glutathion peroksidase. Peningkatan jumlah radikal bebas yang terus-menerus pada kondisi stres puasa akan meningkatkan pemakaian enzim antioksidan intraseluler. Hal ini dapat menurunkan aktivitas maupun kandungan antioksidan, seperti terlihat pada kelompok stres dengan aktivitas SOD dan kandungan Cu,Zn-SOD yang menurun secara tajam bila dibandingkan kelompok kontrol. Pemberian α-tokoferol sebagai tindakan preventif (TS), kuratif (ST) ataupun kombinasi keduanya (TST) ternyata dapat mengatasi penurunan aktivitas SOD dan kandungan Cu,Zn-SOD, serta peningkatan MDA yang terjadi pada kondisi stres. Hal ini disebabkan oleh α-tokoferol yang berfungsi sebagai antioksidan, yang bereaksi dengan radikal bebas untuk membentuk produk yang lebih stabil. Menurut Noguchi dan Niki (1998), α-tokoferol termasuk antioksidan primer yang bekerja sebagai antioksidan pemutus rantai dengan cara menjadi donor ion hidrogen bagi radikal bebas sehingga radikal bebas menjadi molekul yang lebih stabil. Hal ini membuat SOD lebih ringan dalam mengkatalis reaksi dismutase radikal superoksida menjadi produk lain yang lebih stabil, sehingga
kadarnya dalam sel menjadi lebih terjaga. Kadar MDA yang menurun pada kelompok yang diberi α-tokoferol juga mengindikasikan berkurangnya jumlah radikal bebas. Menurut Machlin (1991), α-tokoferol dapat disimpan oleh tubuh. Hati merupakan salah satu organ yang dapat menyimpan α-tokoferol dalam jumlah besar. α-tokoferol yang tersimpan dalam hati dapat bereaksi dengan radikal bebas yang terbentuk pada saat stres, sehingga peningkatan radikal bebas pada kondisi stres dapat ditekan. Penurunan jumlah radikal bebas ini membantu mengurangi aktivitas dan penggunaan enzim SOD. Pada kelompok TST, α-tokoferol diberikan sebagai tindakan preventif dan sekaligus kuratif, dan pemberian α-tokoferol kembali pada akhir stres dapat lebih membantu dalam menurunkan kadar radikal bebas yang sebelumnya jumlahnya telah berkurang dengan adanya simpanan αtokoferol. Akibatnya penggunaan enzim Cu,Zn-SOD lebih sedikit jika dibandingkan dengan kelompok ST dan TS. Hal inilah yang menjelaskan terjadinya peningkatan aktivitas SOD dan kandungan Cu,Zn-SOD, serta penurunan MDA yang terbaik terjadi pada kelompok TST (Tabel 2, Gambar 1 - 3). SIMPULAN Pemberian α-tokoferol dapat mengatasi profil superoksida dismutase dan malondialdehida pada jaringan hati tikus pada kondisi stres. Pemberian α-tokoferol baik secara preventif maupun kuratif berhasil mempertahankan aktivitas SOD dan kandungan Cu,Zn-SOD, serta kadar MDA. Efek α-tokoferol yang paling baik terlihat pada pemberian secara kombinasi preventif dan sekaligus kuratif. UCAPAN TERIMA KASIH Penelitian ini sebagian didanai oleh Penelitian Hibah Bersaing X dari Proyek Pengkajian dan Penelitian Ilmu Pengetahuan Terapan - Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional No. 103/LII/BPPK-SDM/IV/2002 untuk TW.
208
Wresdiyati et al
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal Veteriner
Noguchi, Niki E. 1998. Chemistry of Active Oxygen Species and Antioxidant dalam Antioxidant Status, Diet, Nutrition and Health CRC Press. Boca Raton. Pp: 3-20 Orellana M, Fuentes O, Rosenbluth H, Lara M, Valdes F. 1992. Modulatios of rats liver peroxisomal and microsomal fatty acids oxidation by starvation. FEBS 310: 193-196. Wresdiyati T. 2003. Imunohistochemical Study of Oxygen-Free Radical Scavenger-Copper, Zinc-Superoxide Dismutase (Cu,Zn-SOD) in The Rats Liver Under Stress Condition Biota 8: 107-112 Wresdiyati T, Makita T. 1995. Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress. Pathophysiol 2:177-182. Wresdiyati T, Makita T. 1997. Immunocytochemical localization of Cu, Zn-SOD (Cooper, zinc-superoxide dismutase) in the renal tubules and glomerulus of rat kidney. Mol Biol of Cell 8:342. Wresdiyati T, Mamba K, Adnyane IKM, Aisyah US. 2002. The effect of stress condition on the intracellular anti-oxidant copper, zinc-superoxide dis-mutase in the rat kidney: an immunohistochemical study. Hayati 9: 85-88. Wresdiyati T, Lelana RPA, Adnyane IKM, Noor K. 2003. Immunohistochemical study of superoxide dismutase (SOD) in the liver of diabetic Macaca fascicularis experiment
Asayama KK, Dobashi Y, Kawada T, Nakane, Kawaoi A, Nakazawa S. 1996. Immunohistochemical localization and quantitative analysis of cellular glutathione peroxidase in fetal and neonatal rat tissues: fluorescence microscopy image analysis. Histochem J 28:63-71. Chen HM, Muramoto K, Yamauchi F. 1996. Structural Analysis of Anti-oxidative Peptides from Soybean β-Conglicinin. J Agria Food Chem 43:574-578. Conti M, Moramd PC, Levillain P, Lemonnier A. 1991. Improve Flurometric Determination of Malonaldehyde. J Clin Chem 37(7):12731275. Dobashi K, Asayama K, Kato K, Kobayashi M, Kawaoi A. 1989. Immuohistochemical localization and quantitative analysis of superoxide dismutase in rat tissue. Acta Histochem Cytochem 22:351-365. Fridovich I. 1975. Superoxide dismutases. Ann Rev Biochem 44:147-159. Keller GA, Warner TG, Steimer KS, Halliwell RA. 1991. Cu, Znsuperoxide dismutase is a peroxisomal enzyme in human fibroblasts and hepatoma cells. Proc Natl Acad Sci USA. 88:7381-7385. Halliwell B, Guttridge JMC. 1989. Free radicals in biology and medicine. Clarendon Press Oxford. Pp.301 Machlin LJ. 1991. Vitamin E In.Handbook of Vitamins. Ed.2. Marcel Dekker, Inc: Hayati 10:61-65. New York. Pp. 99-136 Marklund SL. 1984. Extracellular Wresdiyati T, Astawan M, Hastanti LY. 2006. Profil imunohistokimia antisuperoxide dismutase and other oksidan superoksida dismutase superoxide dismutase isoenzymes in (SOD) pada jaringan hati tikus di tissues from nine mammalian bawah kondisi hiperkolesterolemia. species. Biochem J 222:649-655. Hayati (in press) Mates JM, Gomez CP, Castro IN. 1999. Antioxidant enzymes and human diseases. Clin Biochem 32(8):595603. Montgomery R, Dryer RL, Conway TW, Spector AA. 1993. Biokimia: Suatu Pendekatan Berorientasi KasusKasus Jilid 1. Diterjemahkan Ismadi M. Penerbit Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
209