Pengaruh Tingkat Religiusitas ... (Pandu Prapanca) 62
PENGARUH TINGKAT RELIGIUSITAS TERHADAP SELF RESILIENSI SISWA KELAS X SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 2 KARANGANYAR THE EFFECT OF RELIGIOUSITY ON X GRADER STUDENT SELF-RESILIENCE IN THE HIGH SCHOOL 2 KARANGANYAR Oleh: Pandu Prapanca, Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Yogyakarta
[email protected] ABSTRAK SMA N 2 Karanganyar memiliki berbagai kegiatan keagamaan, tetapi beberapa siswa masih menunjukkan kenakalan. Hal tersebut diduga siswa belum memunculkan resiliensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat religiusitas terhadap self resilience.Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian kausal. Sampel penelitian adalah siswa kelas X berjumlah 143 siswa yang diambil dengan teknik Cluster Random Sampling. Alat pengumpul data berupa skala religiusitas dan skala resiliensi. Uji validitas instrumen menggunakan validitas isi dengan uji expert judgment. Uji reliabilitas instrumen dihitung menggunakan rumus Alpha Cronbach. Metode analisis data dilakukan menggunakan teknik regresi linear. Hasil analisis data diketahui bahwa ada pengaruh religiusitas terhadap resiliensi, ditunjukkan dengan nilai signifikasi (p=0,000). Persamaan garis linearnya adalah Y= 72,287 + 0,659 X. Sumbangan efektif yang diberikan variabel religiusitas terhadap resiliensi sebesar 15,6%. Kata kunci : resiliensi, religiusitas, siswa SMA ABSTRACT The high school 2 Karanganyar has many kind of religious activities but there are still some students show bad attitudes. It is presumed that those students resilience has not improved yet. This research aims to find out the influence of religiosity toward self resilience. This research used quantitative approach with causal research. One hunderd and forty three X graders student involved in this research. They were recruited with Cluster Random Sampling. The instruments of this research were religiosity and resilience scales which were validated by experts. According to formula of Alpha Cronbach, these instruments are proved reliable. The data were analyzed with linear regression and the result shows that influence of religiosity toward resilience by the significance level p=0.000 and the with this equity is Y=72.287 + 0.659 X, the effective contribution which is given by religiosity toward resilience is 15.6%. Keywords : resilience, religiosity, Senior High School students.
PENDAHULUAN Dalam persaingan global saat ini, telah membentuk kelompok masyarakat yang hidup
dengan kondisi sosioekonomi yang berbeda-beda. Ada
yang
kondisi
sosioekonomi
rendah,
soioekonomi sedang, dan sosioekonomi tinggi. Masing-masing kelompok masyarakat memiliki
63 E-Journal Bimbingan dan Konseling Edisi 1 Tahun ke-6 2017
karakteristik
masalah
berbeda-beda.
pada dirinya. (Muhammad Iqbal. 2011). Remaja
Masyarakat dengan kondisi sosioekonomi rendah
dalam kondisi sosioekonomi yang rendah akan
tentunya tidak hanya memiliki masalah ekonomi
rentan menghadapi masalah-masalah psikologis.
saja, melainkan banyak masalah sosial lainnya.
Hal ini menggambarkan bahwa remaja yang
Seperti, pengangguran, diskriminasi, masalah
menghadapi
kepadatan penduduk, dan masalah lingkungan
sosioekonomi yang rendah, lingkungan, maupun
hidup. Masalah masyarakat dengan kondisi
sikap diskriminasi remaja yang berbeda dalam
sosioekonomi rendah tersebut berdampak pada
kesenjangan sosial, akan menghadapi ancaman
berbagai pihak, salah satu diantaranya adalah
serius dalam tahap perkembangan yang sedang
masalah
dijalani.
remaja.
yang
Hubungan
nyata
antara
kemiskinan dan permasalahan psikologis pada remaja,
dan
kemiskinan
remaja
yang
memiliki
tumbuh
resiko
dalam
lebih
tingi
tekanan
baik
karena
kondisi
Dalam menghadapi berbagai masalah yang terjadi
pada
seorang
individu
diperlukan
kemampuan individu agar dapat beradaptasi
menghadapi masalah-masalah psikologis. (M
terhadap
Iqbal. 2011: 9).
meningkatkan potensi diri setelah menghadapi
Orang sosioekonomi
tua
siswa rendah
dengan
kondisi
tersebut
dimana
dapat
kondisi
situasi yang penuh tekanan. Kemampuan itulah
mengesampingkan
yang dimaksud dengan daya lentur (resiliensi).
pendidikan karakter anak yang sebenarnya sangat
(Ifdil dan Taufik. 2012)
diperlukan di lingkungan keluarga seperti cinta
Menurut Karen Reivich dan Andrew Shatte
kasih dan memberi rasa aman kepada anak.
(2002),
Namun demikian orang tua atau keluarga hanya
berespon secara sehat dan produktif ketika
memikirkan bagaimana cara mendapatkan uang
dihadapkan dengan kesengsaraan atau trauma,
atau biaya anaknya sekolah, hal tersebut dapat
yang intinya untuk mengelola stres sehari-hari
menimbulkan
dalam
kenakalan-kenakalan
remaja.
reselience
kehidupan.
adalah
kapasitas
(Suwarjo,
2008:
untuk
26),
Kenakalan remaja tersebut merupakan bentuk
memandang daya lentur (resilience) sebagai
luapan perasaan remaja atas permasalahan yang
kapasitas anak untuk menangani secara efektif
dihadapi dengan tindakan yang salah. Remaja
berbagai tekanan, mengatasi tantangan hidup
cenderung dapat melakukan tindakan
yang
sehari-hari, bangkit kembali dari kekecewaan,
melanggar dan sering disebut sebagai kenakalan
kesalahan-kesalahan, trauma, dan suasana aversif,
remaja. (Endang Sri. 2015).
untuk mengembangkan tujuan-tujuan yang jelas
Pada masa ini individu membutuhkan banyak
dan
realistis,
untuk
memecahkan
masalah,
perhatian dan kasih sayang dari keluarga maupun
berinteraksi secara nyaman dengan orang lain,
lingkungan sekitarnya. Perhatian dan kasih
serta memperlakukan diri sendiri dan orang lain
sayang mempengaruhi seorang anak mampu atau
dengan penuh hormat dan bermartabat.
tidaknya dalam menghadapi masalah yang terjadi
Pengaruh Tingkat Religiusitas ... (Pandu Prapanca) 64
Grotberg (1995: 15) mengemukakan faktor-
terbentuk sikap- sikap positif, begitu juga
faktor resiliensi berdasarkan sumber-sumber yang
sebaliknya
ada. Untuk kekuatan individu meliputi perasaan,
mempengaruhi kemampuan resiliensi individu
sikap,
sehingga sikap-sikap yang terbentuk pada diri
dan
keyakinan
dalam
diri
pribadi
digunakan istilah I Am, untuk dukungan eksternal
religiusitas
yang
rendah
akan
individu cenderung negatif.
meliputi hubungan kepercayaan, memperoleh
Religiusitas adalah hubungan antara mahluk
kemandirian digunakan istilah I Have, sedangkan
dengan Tuhan yang berwujud ibadah yang
untuk
dilakukan dalam sikap keseharian. Diartikan juga
kemampuan
interpersonal
digunakan
istilah I Can.
sebagai keyakinan atas adanya Yang Maha Esa
Resiliensi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi
adanya
kenakalan-kenakalan
tersebut. Apabila seorang individu memiliki resiliensi yang baik, maka seseorang mampu
yang
mengatur
hubungan
manusia
dengan
manusia dan alam sekitarnya, sesuai dengan tata keimanan dan tata peribadatan tersebut. Pembagian
dimensi-dimensi
religiusitas
menyikapi setiap permasalahan dengan sikap
menurut Glock dan Stark (dalam M.Nur Ghofron
positif.
kenakalan
& Rini Risnawita S. 2014: 170) terdiri dari lima
dibutuhkan kemampuan dan daya tahan dalam
dimensi, diantaranya. a) Dimensi keyakinan (the
menghadapi setiap permasalahan (Endang Sri.
ideological
2015).
adalah tingkat sejauh mana seseorang menerima
Untuk
mengendalikan
dimention).
Dimensi
keyakinan
Dalam keadaan tertekan diharapkan remaja
dan mengakui hal-hal yang dogmatik dalam
memiliki resiliensi yang baik, namun dalam
agamanya. Misalnya keyakinan adanya sifat-sifat
kenyataannya masih terdapat siswa yang tidak
Tuhan, adanya malaikat, surga, para Nabi, dan
resilien,
dalam
sebagainya. b) Dimensi peibadatan atau praktik
menghadapi masalah sehingga berdampak pada
agama (the ritulistic dimention). Dimensi ini
kehidupan
adalah
cenderung
kurang
sehari-harinya.
mampu
Salah
satu
yang
tingkatan
sejauh
mana
seseorang
mempengaruhi resiliensi seseorang adalah tingkat
menunaikan kewajiban-kewajiban ritual dalam
religiusitasnya. Hal tersebut dibuktikan oleh
agamanya. Misalnya menunaikan shalat, zakat,
Dhita Luthfi Aisha (2014) melalui penelitiannya
puasa, haji, dan sebagainya. c) Dimensi feeling
dalam hubungan antara religiusitas dengan
atau penghayatan (the experiencal dimention).
resiliensi pada remaja panti asuhan keluarga
Dimensi penghayatan adalah perasaan keagamaan
yatim
Yang
yang pernah dialami dan dirasakan seperti merasa
sangat
dekat dengan Tuhan, tentram saat berdoa,
signifikan antara religiuisitas dengan resiliensi
tersentuh mendengar ayat-ayat kitab suci, merasa
pada remaja. Jika religiusitas yang dimiliki
takut berbuat dosa, merasa senang doanya
remaja tinggi maka akan berpengaruh pula pada
dikabulkan,
kemampuan
pengetahuan agama (the intellectual dimension).
Muhammadiyah
menyatakan
hubungan
Surakarta. positif
resiliensinya
yang
sehingga
akan
dan
sebagainya.
d)
Dimensi
65 E-Journal Bimbingan dan Konseling Edisi 1 Tahun ke-6 2017
Dimensi ini adalah seberapa jauh seseorang
dengan
mengetahui
ajaran-ajaran
mengambil jalan pintas untuk mengatasi masalah
agamanya terutama yang ada dalam kitab suci,
yang mereka alami itu. Dalam kondisi seperti itu,
hadist, pengetahuan fikih, dan sebagainya. e)
biasanya peer group ikut berperan dalam
Dimensi
(the
menentukan pilihan, hal tersebut masih dijumpai
concequential dimension). Dimensi pengalaman
di lingkungan SMA N 2 Karanganyar Pelarian
adalah sejauh mana implikasi ajaran agama
ini terkadang turut menjebak mereka ke arah
mempengaruhi
perbuatan negatif dan merusak.
dan
effect
memahami
atau
perilaku
pengamalan
seseorang
dalam
kehidupan sosial. Misalnya mendermakan harta
harapan.
Tak
jarang
para
remaja
Dalam membentuk resiliensi yang baik pada
untuk keagamaan dan sosial, menjenguk orang
remaja.
sakit, mempererat silaturahmi, dan sebagainya.
meningkatkan tingkat resiliensi pada remaja.
Menurut Wagnid dan Young (dalam Reich,
Religiusitas
diprediksikan
mampu
Faktor I Have merupakan dukungan eksternal
dkk, 2010) dalam mengembangkan resiliensi,
untuk
peran religiusitas cukup penting, karena salah
sumbernya adalah mempercayai suatu hubungan.
satu faktor internal yang mempengaruhi resiliensi
Dalam nilai agama keyakinan merupakan bentuk
adalah religiusitas (dalam Dhita Lutfi A. 2014).
kepercayaan antara mahluk
Masih banyak permasalahan yang muncul seperti
Bahwa setiap cobaan yang diterima manusia akan
ketidakmampuan anak untuk menjalin hubungan
ada pertolongan dari Tuhan.
sosial, tidak percaya diri atau rendah diri karena
merupakan kemampuan yang dimiliki individu
berasal dari anak dengan orang tua ekonomi
untuk mengungkapkan perasaan dan pikiran.
rendah dan permasalahan lainnya.
Faktor ini sesuai dengan dimensi religiusitas
Secara
fisik
remaja
dapat
dikatakan
memunculkan
ketika
belum.
seseorang
ini
menjadikan
Salah
satu
kepada Tuhan.
Faktor I
Can
penghayatan berhubungan dengan merasa senang
berpenampilan dewasa, tetapi secara psikologis Ketidakseimbangan
resiliensi.
doanya
dikabulkan,
mengungkapkan
dalam
hal
ini
permasalahannya
remaja berada dalam suasana kehidupan batin
dengan media berdoa kepada Tuhan. Faktor I Am
terombang-ambing. Dalam
mengatasi konflik
merupakan kekuatan yang berasal dari dalam diri
batin itu, maka mereka memerlukan bimbingan
sendiri. Faktor ini meliputi perasaan bangga
dan pengarahan. Para remaja membutuhkan tokoh
ketika mampu mencintai dan dicintai orang lain.
yang mampu diajak berdialog dan berbagi rasa.
Dalam dimensi religiusitas terdapat dimensi
Dalam memenuhi kebutuhan batin ini, para
pengamalan. Dimana kepedulian terhadap sesama
remaja cenderung untuk bergabung dalam peer
adalah bentuk implikasi ajaran agama yang
group (teman sebaya), untuk saling berbagi rasa
mempengaruhi perilaku seseorang.
dan pengalaman. Nilai-nilai ajaran agama yang
Berdasarkan permasalahan yang ada di SMA
selalu diharapkan dapat mengisi kekosongan
2 Karanganyar terkait dengan tingkat religiusitas
batin mereka terkadang tidak sepenuhnya sesuai
dan resiliensi, maka penelitian ini dimaksudkan
Pengaruh Tingkat Religiusitas ... (Pandu Prapanca) 66
untuk mengetahui pengaruh tingkat religiusitas terhadap resiliensi pada siswa SMA N 2 Karanganyar.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil uji regresi linear menunjukkan adanya pengaruh tingkat religiusitas terhadap resiliensi dengan nilai signifikasi (p=0,000). Pengaruh tingkat religiusitas terhadap resiliensi diperkuat
METODE PENELITIAN Subjek penelitian adalah siswa kelas X
dengan adanya penelitian sebelumnya, penelitian
SMAN 2 Karanganyar dengan penentuan sampel
yang dilakukan oleh Iqbal (2011) menyatakan
menggunakan teknik Cluster Random Sampling
bahwa ada hubungan yang signifikan antara self-
dan diperoleh 143 siswa untuk dijadikan subyek
esteem dan resligiusitas dengan resiliensi remaja,
penelitian. Alat pengumpul data yang digunakan
dimana jika remaja memiliki antara self-esteem
dalam penelitian ini adalah skala religiusitas dan
yang tinggi, maka resiliensinya tinggi pula, begitu
skala resiliensi.
juga dengan religiusitas.
Skala
religiusitas
berdasarkan
Tingkat religiusitas mampu mempengaruhi
dimensi-dimensi Glock dan Stark (dalam M.Nur
resiliensi seseorang karena memiliki keterkaitan
Ghofron & Rini Risnawita S. 2014: 170) yang
faktor pengaruh yang sama. Keyakinan memberi
meliputi
Dimensi
ketentraman kepada individu karena senantiasa
Dimensi penghayatan, Dimensi
ingat kepada Allah bahwa akan selalu ada
:
peibadatan,
Dimensi
mengacu
keyakinan,
pengetahuan agama, Dimensi pengamalan. Sedangkan berdasarkan
skala
resiliensi
faktor-faktor
pertolongan setiap mendapatkan masalah, selain
mengacu
resiliensi
yang
dikemukakan oleh Grotberg (1995: 15) aspek-
itu keyakinan merupakan kekuatan yang berasal dari diri sendiri sehingga individu yakin mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.
aspek pembentuk resiliensi dengan kemampuan
Pengetahuan ajaran agama tentang larangan
yang harus dimiliki yaitu : (1) I Can, kemampuan
dan perintah agama mampu mengontrol emosi
mengungkapkan pikiran dan perasaan. Yang
dan sikap negatif. Sehingga mampu menentukan
meliputi : komunikasi, pengelolaan perasaan,
tindakan dan sikap positif dalam menentukan
kontrol diri. (2) I Am, kemampuan yang beral dari
keputusan yang tepat. Jika keyakinan dan
dalam diri sendiri. Meliputi : perasaan, sikap, dan
pengetahuan agama telah dimiliki akan terdorong
keyakinan.
melakukan
kewajiban
agamanya,
dengan
Metode analisis data yang digunakan untuk
peribadatan
individu
dalam
melaksanakan
menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah
kewajiban agamanya akan lebih tenang dalam
analisis regresi linear dengan menggunakan
penyelesaian masalah. Pengalaman ini akan
SPSS17.0 for windows.
mempengaruhi individu dalam menyikapi dan mengatasi berbagai kondisi yang menekan. Uraian tersebut menjelaskan religiusitas mampu
67 E-Journal Bimbingan dan Konseling Edisi 1 Tahun ke-6 2017
mempengarui resiliensi siswa kelas X SMA N 2
sejumlah 16 siswa, kategori tinggi sebesar 83%
Karanganyar.
sejumlah 119 siswa, kategori sedang sebesar 6%
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan diketahui
variabel
religiusitas
menunjukkan
kategori yang tinggi. Dengan persentase kategori
sejumlah 8 siswa, untuk kategori rendah dan sangat rendah tidak ditemukan. Lebih jelas dapat dilihat pada gambar 2:
sangat tinggi sebesar 24% dan kategori tinggi sebesar 76% dari total 143 siswa, untuk kategori sedang,
rendah,
dan
sangat
rendah
6%
tidak
sangat tinggi
0% 0%
tinggi
11%
ditemukan. Lebih jelas dapat dilihat pada gambar
sedang
1:
rendah
83%
0% 0% 0%
sangat tinggi tinggi
sangat rendah
sedang
24 76 % %
rendah
Data yang diperoleh dalam tingkat resiliensi
sangat rendah
siswa menunjukkan kategori rerata yang tinggi sehingga bisa dikatakan bahwa sebagian besar siswa tersebut merupakan individu yang resilien. Seseorang yang mampu resilien menurut Gotberg (1995: 10) adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk menghadapi, mengatasi, dan
Tabel di atas menunjukkan bahwa religiusitas SMAN 2 Karanganyar memiliki kategori tinggi.
meningkatkan diri untuk mengubah kesengsaraan menjadi kebahagiaan dalam hidup.
Hal ini diartikan bahwa siswa kelas X telah
Sebagaimana disampaiakan Grotberg (1995:
memenuhi dimensi-dimensi dalam religiusitas
15) faktor utama yang membentuk resiliensi
yaitu,
dikelompokkan dalan tiga kemampuan yaitu : I
keyakinan, peribadatan, penghayatan,
pengetahuan, dan pengamalan. Glock dan Stark (dalam M.Nur Ghofron & Rini Risnawita S.
Have, I Can, I Am. I
Have
merupakan
dukungan
berupa
hubungan dengan orang lain, melalui faktor ini
2014: 170). Selanjutnya, berdasarkan analisis yang telah
individu
kepercayaan
terhadap
orang
lain.
resiliensi
Individu resilien juga memperoleh dukungan
menunjukkan kategori yang tinggi. Dengan
untuk mandiri dan mampu mengambil keputusan
persentase kategori sangat tinggi sebesar 11%
berdasarkan
dilakukan
diketahui
variabel
pemikirannya
sendiri.
Jaminan
Pengaruh Tingkat Religiusitas ... (Pandu Prapanca) 68
kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan serta
pengaruh lingkungan terutama pergaulan yang
keamanan juga akan membantu anak dalam
salah, hal tersebut merupakan bentuk tindakan
mengembangkan rasa percaya diri. Hal ini sesuai
siswa dalam mencari jati diri. Mereka cenderung
dengan yang ada di SMA N 2 Karanganyar yaitu
untuk bergabung dalam kelompok untuk saling
tersedianya jaminan kesehatan berupa ruang unit
berbagi rasa dan pengalaman namun cenderung
kesehatan sekolah yang memadai, juga menjamin
pada hal yang negatif.
keamanan sekolah dengan diperbantukannya
Sumbangan
petugas
satpam
dan
staf
variabel
religiusitas
membantu
terhadap resiliensi pada siswa kelas X SMAN 2
terwujudnya keamanan sekolah, SMA N 2
Karanganyar sebesar 15,6% dalam meningkatkan
Karanganyar sendiri merupakan lembaga yang
resiliensi siswa. Melihat dari nilai tersebut bahwa
menjamin
masih
siswanya
yang
efektif
untuk
mendapatkan
pendidikan. I
Can
terdapat
84,6%
variabel
lain
yang
mempengaruhi di luar religiusitas. Menurut merupakan
kemampuan
untuk
Resnick, Geyther & Roberto (2011) dalam Iqbal,
mengungkapkan perasaan dan pikiran dengan
terdapat
empat
faktor
yang
orang lain. Mereka dapat belajar kemampuan ini
resiliensi
pada
melalui interaksi dengan semua orang. Sesuai
dukungan sosial, dan emosi positif.
individu
mempengaruhi
yaitu:
self-esteem,
dengan lingkungan SMA N 2 Karanganyar yang siswanya diberi kebebasan untuk bergaul yang bertanggung jawab. Hal ini menunjukkan bahwa
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan
hasil
analisis
data
dan
kepercayaan antara pendidik kepada siswanya
pembahasan. Maka dapat disimpulkan bahwa
sangat terjaga. Kebebasan berinteraksi ini melatih
terdapat pengaruh tingkat religiusitas terhadapa
siswanya
self resiliensi pada siswa kelas X SMA N 2
untuk
mengungkapkan
perasaan
maupun pendapatnya kepada orang lain.
Karanganyar. Tingkat religiusitas dan resiliesin
I Am merupakan kekuatan yang berasal dari
siswa kelas X SMA N 2 Karanganyar tergolong
dalam diri sendiri yaitu perasaan, sikap dan
tinggi. Kontribusi yang disumbangkan tingkat
keyakinan. Mereka memiliki empati dan sikap
religiusitas terhadap resiliensi sebesar 15,6%
kepedulian yang tinggi terhadap sesama. Siswa
sedangkan 84,6%.
SMA N 2 Karanganyar memiliki lingkungan
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan,
yang memiliki hubungan baik yang saling peduli
dan kesimpulan yang telah diuraikan sebelumnya,
terhadap sesama anggota sekolah, perasaan itu
maka diajukan saran sebagai berikut :
mereka tunjukkan melalui sikap peduli merasakan ketidaknyamanan yang dialami orang lain serta berusaha memantu mengatasi masalahnya. Masih
dijumpainya
siswa
SMA
1. Bagi
Siswa
Kelas
X
SMA
N
2
Karanganyar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa
N
2
kelas X SMA N 2 Karanganyar memiliki tingkat
Karanganyar yang melakukan kenakalan adalah
religiusitas yang tinggi, maka diharapkan mampu
69 E-Journal Bimbingan dan Konseling Edisi 1 Tahun ke-6 2017
mempertahankan
dan
mengembangkan
Endang Sri Fatimah. (2015). Hubungan antara
religiusitasnya agar dapat terus bangkit dari
Kenakalan Remaja dengan Resiliensi dan
keterpurukan dalam menghadapi masalah.
Komunikasi dalam Keluarga pada Siswa
2. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling
Kelas XI SMK Yosonegoro Magetan.
Guru bimbingan dan konseling diharap
Diakses
mampu
memberikan
fasilitas
dari
untuk
https://digilib.uns.ac.id/dokumen/detail/446
memaksimalkan layanan bimbingan dan konseing
86/ pada tanggal 13 September 2016, Jam
dengan pendekatan agama.
18:00 WIB
3. Bagi Peneliti Selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya yang akan mengkaji kembali tentang resiliensi, akan lebih baik lagi jika menggunakan variable lain sebagai prediktor. Mengetahui bahawa tingkat religiusitas hanya
Grotberg, E (1995). A Guide to Promoting Resilience in Children : Strengthening the Human Spirit. The Series Early Childhood Development : Practice and Reflections. The Hague: Benard van Leer Voundation.
15,6% pengaruhnya.
_________.( 1999 ).
Strength. Oakland, CA : New Harbinger
DAFTAR PUSTAKA Clark, W. H. (1969). The Psychology of Religion.
Cristedi Barus Permana. (2012). Sosial ekonomi dan
hubungannya
dengan
kenakalan remaja di desa Lantasan Baru kecamatan Serdang.
Patumbak
Publication, Inc. Hariyanto. (2011). Daya lentur (resilience) anak
Canada: The Macmillan.
keluarga
Tapping Your Inner
kabupaten
Diakses
Deli dari
asuh
di
panti
sosial
asuhan
anak
Yogyakarta tahun 2011. Skripsi FIP UNY Yogyakarta: tidak diterbitkan. Harun Nasution. (1973). Filsafat Mistisisme dalam Islam. Jakarta:Bulan Bintang.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456
Hauser, S. T. (1999). Understanding Resilience
789/49018/6/Cover.pdf. pada tanggal 15
Outcomes: Adolescent Lives Across Time
Mei 2016, Jam 20:40 WIB
and Generations. Journal of Research on
Dhita Aisha Lutfi. (2014). Hubungsn Antara Religiusitas
dengan
Resiliesnsi
Adolescence, Vol. 9, Hal 1-24.
pada
Ifdil dan Taufik. (2012). Urgensi Peningkatan
Remaja di Panti Asuhan Keluarga Yatim
dan Pengembangan Resiliensi Siswa di
Muhammadiyah Surakarta. Diakses dari
Sumatera
http://eprints.ums.ac.id/30754/14/02._Nask
Pendidikan. Vol. XII, No. 2.
ah_Publikasi.pdf. pada tanggal 28 April 2016, Jam 13:00 WIB
Barat.
Jurnal
Ilmiah
Ilmu
Jalaluddin Rahmat. (2015). Psikologi Agama Memahami
Perilaku
dengan
Mengaplikasikan Prinsip-prinsip Psikologi. Jakarta : Pt RajaGrafindo Persada
Pengaruh Tingkat Religiusitas ... (Pandu Prapanca) 70
Aging;Concept,Research, Kalil A. (2003). Family Resilience and Good Child Outcomes. A Review of a Literature. Wellington: Centre for Social Research and Evaluation. Kerlinger,
Fred,
Outcames.London:Springer
Science
+
Business Media,Inc. Shihab, M.Q. (1993). Membumikan Al-Qur’an. Bandung: Mizan.
N.
(1973).
Fondation
of
Behavioral Research, Holt, Rinehart.
Suwarjo. (2008). Model Konseling Teman Sebaya Untuk
M. Iqbal. (2011). Hubungan Antara Self- Esteem
Pengembangan
Universitas
Remaja
Bandung.
Yayasan
himata.
Diakses
http://eprints.ums.ac.id/30755/11/02._Nask ah_Publikasi.pdfpada tanggal 24 Juni 2016, Jam 19:00 WIB
Daya
Lentur
(Resilience). Disertasi (tidak diterbitkan)
dan Religiusitas Terhadap Resiliensi Pada di
and
Pendidikan
Indonesia,
Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta ________. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif
M. Nur Ghufron & Rini Risnawita S. (2014). Teori-teori Psikologi.Yogyakarta: ar-ruzz media.
Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta. Thouless, R.H. (1992). Pengantar Psikologi Agama (Terjemah: Machnum Husein).
Tina Afiatin. (1998). Religiusitas Remaja:Studi Tentang Kehidupan Beragama Di Daerah
Jakarta: Rajawali Press. Yuniardi,
M.
S.
(2009).
Analisis
Potensi
Istimewa Yogyakarta. Jurnal Psikologi.
Resiliensi Korban Lumpur Panas Lapindo:
NO.1,55-64.
Tinjauan pada tiap tahap perkembangan.
Suharsismi Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta : Pt. Pineka Citra. Saifudin Azwar. (2012). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Reich, J.W, Alex J. Zautra & John Stuart Hall. (2010). Handbook of Adult Resilience. New York : The Guilford Press. Reivick, K & Shatte, A. (2002). The Resilience Factor: 7 Essential Skills for Overcoming Life’s Inevitacles Obstacles. New york: Broadway Books. Resnick, B, Lisa P. Geyther & Karen A. Roberto. (2011).
Resilience
In
Jurnal Psikologia, Volume 4, Nomor 2.