PENGARUH TINGGI PANGKASAN TERHADAP PRODUKSI TUNAS PADA KEBUN PANGKASAN GANITRI Asep Rohandi Balai Penelitian Teknologi Agroforestry E-mail:
[email protected]
ABSTRACT Elaeocarpus ganitrus seed genarlly is hard to germinate due to bark dormans. Vegetative propagation by hedging is one method to brake the obstacle, however providing stool plants as a material for hedge propagation still difficult. Therefore, effect of stool plants height on shoot production in the hedge orchard of ganitri was undertaken. Completely randomized design consist of 4 hedging treatments i.e. 30 cm, 45 cm, 60 cm and 75 cm were used as experimental design. Each treatment consist of 5 plants with 3 replications. Parameters were observed including the number, length and diameter of shoots. Result showed that the number of shoot were not varied significantly between hedging treatments, but length and diameter of shoot varied significantly between hedging treatments. Generally, hedging treatment with height 60 cm provided the best shoot production compared to other treatments with average of amount of shoot 8,08 pieces, length of shoot 85,38 cm and diameter of shoot 0,71 cm. Key words : Elaeocarpus ganitrus, shoot production, height of hedging
I. PENDAHULUAN Ganitri, genitri/jenitri (Elaeocarpus sphaericus Schum dan E. ganitrus Roxb) secara botani termasuk ke dalam Divisi Spermatophyta, Subdivisi Angiospermae, Kelas Dicotyledoneae, Bangsa Malvales, Family/Suku Elaeocarpaceae, Marga Elaeocarpus dan jenis Spermatophyta (Taqyudin, 2009). Ganitri merupakan salah satu jenis potensial untuk dikembangkan di hutan rakyat, khususnya di Jawa Tengah dan Jawa Tengah. Jenis ini dikelompokkan ke dalam jenis cepat tumbuh, secara alam mudah ditemukan dan tidak membutuhkan tempat hidup yang spesifik (Rachman et al. 2010). Tanaman ganitri merupakan salah satu tanaman kehutanan yang habitat aslinya berasal dari negara subtropis dengan penyebaran yang cukup luas terutama di beberapa negara Asia Tenggara (Indonesia, Malaysia, Myanmar, dan Thailand), Madagaskar, Cina Bagian Selatan, Nepal, Australia, dan kepulauan pasifik. Daerah penyebaran tanaman ganitri di Indonesia meliputi daerah Jawa Tengah, Kalimantan, Bali, dan Timor (Fitriani, 2010). Menurut Safitri (2011), tempat tumbuh tanaman ganitri berada pada ketinggian 500–1000 m dpl bahkan bisa tumbuh pada ketinggian 1200 mdpl. Adapun penyebaran tanaman ganitri dilakukan melalui burung, kelelawar, dan hewan pengerat lainnya. Tanaman ganitri bermanfaat sebagai pohon pelindung jalan raya (hutan kota), kayunya digunakan untuk pertukangan dan bahan baku alat musik (gitar, piano). Selain itu, bentuk dan ukuran biji ganitri yang unik dapat menghasilkan berbagai produk perhiasan (gelang, kalung, tasbih), bahkan di India dipergunakan sebagai bahan sesajen pada upacara pembakaran mayat (Heyne, 1987). Tanaman ganitri dalam bentuk pohon digunakan sebagai pohon pelindung (wind break) dan pembatas lahan milik (Safitri, 2011). Keberagaman dan keunikan ukuran dan bentuk biji menjadikan biji jenis ini digunakan sebagai bahan perhiasan (tasbih) dan upacara keagamaan serta bahan baku obat, khususnya di Hindustan (Rachman et al., 2010; Roy dalam Safitri, 2011). Perbanyakan tanaman ganitri oleh masyarakat pada saat ini lebih banyak dilakukan secara generatif. Kegiatan tersebut dilakukan secara manual dengan cara memecahkan batok benih untuk mengeluarkan biji ganitri menggunakan paku. Penanaman benih ganitri beserta batok/tempurung secara langsung mengalami hambatan karena terjadinya dormansi kulit. Cara ini mengalami kendala apabila benih yang dibutuhkan dalam skala besar. Salah satu cara perbanyakan tanaman untuk Prosiding Seminar Nasional Agroforestri 2013
741
memenuhi kebutuhan bibit perbanyakan secara vegetatif melalui stek pucuk (Rachman dan Rohandi, 2012). Upaya yang dapat dilakukan untuk menjamin ketersediaan bahan stek terutama dalam jumlah besar dan berkesinambungan adalah melalui pembangunan kebun pangkas. Sumbayak dan Komar (2008), kebun pangkas perlu dibangun sebagai sumber bahan stek yang menghasilkan tunas secara terus-menerus. Pembangunan kebun pangkas sebaiknya dilakukan dengan menggunakan materi tanaman dari pohon plus, sehingga bibit yang dihasilkan memiliki kualitas genetik yang baik dan unggul Menurut Kartiko (2001), materi tanaman yang dipergunakan untuk membangun kebun pangkas berasal dari benih hasil penyerbukan terkendali antara pohon-pohon plus dan klon hasil. Sementara itu, Naiem (2000) menyebutkan bahwa teknik perbanyakan vegetatif sangat diperlukan untuk mendukung program konservasi genetik karena bibit yang dihasilkan merupakan duplikat induknya sehingga mempunyai struktur genetik yang sama. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa perbanyakan vegetatif ganitri melalui stek pucuk cukup mudah untuk diaplikasikan khususnya bagi para petani atau penangkar bibit (Rachman dan Rohandi, 2012). Dengan mutu bahan stek yang cukup terbatas karena diambil secara sembarang dari tanaman berumur 6 bulan, tingkat keberhasilan yang diperoleh masih cukup tinggi. Pemilihan dan penggunaan bahan yang lebih bermutu seperti tunas orthotrop akan meningkatkan keberhasilan dan kualitas stek. Kartiko et al. (2001) menjelaskan bahwa kesulitan untuk mendapatkan bahan stek bermutu dalam jumlah cukup dapat diatasi dengan membuat kebun pangkas yang relatif luas serta didukung oleh ruang pengakaran yang luas pula. . II. METODOLOGI A. Lokasi dan Waktu Kegiatan penelitian dilakukan di persemaian Balai Penelitian Teknologi Agroforestry, Ciamis yang dilakukan selama 5 bulan mulai bulan Juni sampai dengan Oktober 2009. Bibit ganitri yang digunakan merupakan hasil perbanyakan stek pucuk dimana bahan stek diambil dari daerah Rancah, kabupaten Ciamis. B. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi bibit tanaman ganitri yang berumur 3 bulan, pupuk kandang, pupuk buatan (urea, TSP dan KCL), bambu, tali, karung dan lain-lain. Sementara itu, Alat yang digunakan meliputi gunting stek, pisau cutter, cangkul, kamera, mistar, sprayer, selang, alat tulis dan lain-lain. C. Prosedur Kerja Kegiatan penelitian dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : a. Produksi Bibit Penyiapan media tanam diawali dengan sterilisasi media tanam yaitu pasir, sabut kelapa dan arang sekam dengan cara dijemur di bawah sinar matahari langsung selama 3 hari. Setelah itu, media disemprot dengan menggunakan fungisida sebelum dimasukan ke dalam polybag. Media dimasukan dalam polybag ukuran 10 cm x 8 cm dan disusun dalam bedengan. Bahan stek yang digunakan diambil dari tanaman ganitri umur 6 bulan. Bahan yang diambil berasal dari 1 sampai 3 cabang terbawah. Panjang stek yang digunakan masing-masing berukuran sekitar 25 cm dan daunnya disisakan 2/3 bagian untuk mengurangi penguapan serta bagian pangkal stek dipotong miring kira-kira 45o. Bahan stek disusun berdiri dalam ember yang telah diberi air. b. Pembuatan Kebun Pangkasan (stool plant) Pembangunan kebun pangkasan (stool plant) diawali dengan membuat bedengan berukuran 10 m x 3 m bedengan. Setelah itu dilakukan pengajiran dengan jarak tanam 60 cm x 60 cm dan selanjutnya dibuat lubang tanam berukuran 30 cm x 30 cm. Pemberian pupuk dasar dilakukan
742
Prosiding Seminar Nasional Agroforestri 2013
dengan menggunakan pupuk organik (pupuk kandang) dan an organik (urea dan TSP) dan kemudian dilakukan penanaman. Perlakuan pemangkasan Kegiatan pemangkasan dilakukan setelah tanaman tumbuh baik yaitu sekitar umur 1 bulan. Pemangkasan dilakukan dengan menggunakan gunting stek dengan tinggi pangkasan didasarkan pada perlakuan yang akan diuji. Pemeliharaan Kegiatan pemeliharaan dilakukan mulai dari pembuatan stek pucuk sampai ditanam di kebun pangkasan. Kegiatan tersebut meliputi penyiraman selama 2 kali sehari atau sesuai kelembaban dalam sungkup. Selain itu, dilakukan penyiangan terhadap gulma dan apabila terjadi gejala serangan penyakit dilakukan penyemprotan fungisida.
c.
d.
D. Rancangan Penelitian Kegiatan penelitian menggunakan rancangan acak lengkap kelompok/Randomized Complete Block Design (RCBD) yang terdiri dari 4 perlakuan pemangkasan. Setiap perlakuan terdiri dari 5 tanaman dengan jumlah ulangan sebanyak 3 blok sehingga jumlah tanaman yang diperlukan adalah 4 x 5 x 3 = 60 tanaman. Parameter yang diamati meliputi jumlah tunas, panjang tunas dan diameter tunas. E. Analisa Data Data hasil pengamatan dianalisis menggunakan analisis sidik ragam/Anova. Apabila hasil uji F yang dihasilkan dari analisis ragam berpengaruh nyata terhadap suatu parameter maka dilanjutkan dengan uji beda rata-rata Duncan (Steel and Torrie, 1993). Pengolahan data menggunakan SAS Procedure GLM (Anonim, 1985). III. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan produksi tunas pada kebun pangkas ganitri dilakukan sampai umur 3 bulan dengan parameter jumlah tunas, panjang tunas dan diameter tunas. Hasil analisis ragam yang dinyatakan dalam nilai F-hitung dari beberapa parameter produksi tunas ganitri yang diamati disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Rekapitulasi hasil analisis keragaman pengaruh panjang pangkasan terhadap parameter jumlah, panjang dan diameter tunas ganitri pada umur 3 bulan No. 1. 2. 3.
Parameter Jumlah Tunas Panjang Tunas Diameter Tunas
Keterangan:
** * ns
: : :
F-hit 1,49 ns 2.90 * 2.90 *
Berpengaruh sangat nyata pada selang kepercayaan 99% Berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95% Tidak berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95%
Data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa perbedaan panjang pangkasan tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas, tetapi berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan panjang dan diameter tunas pada kebun pangkas ganitri pada umur 3 bulan. Sementara itu, hasil uji beda nyata terkecil Duncan produksi tunas pada masing-masing perlakuan selengkapnya disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Pengaruh panjang pangkasan terhadap produksi tunas ganitri (E. ganitrus) No. 1.
Perlakuan Tinggi pangkasan 30 cm
Jumlah Tunas (tunas) 6,00 a
Parameter Yang Diamati Panjang Tunas Diameter Tunas (cm) (cm) 56,80 b 0,42 b
Prosiding Seminar Nasional Agroforestri 2013
743
No. 2. 3. 4.
Perlakuan
Jumlah Tunas (tunas) 7,69 a 8,08 a 7,00 a
Tinggi pangkasan 45 cm Tinggi pangkasan 60 cm Tinggi pangkasan 75 cm
Parameter Yang Diamati Panjang Tunas Diameter Tunas (cm) (cm) 86,77 a 0,57 ab 85,38 a 0,71 a 84,38 a 0,72 a
Data pada Tabel 2 menunjukkan bahwa perbedaan panjang pangkasan tidak menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata terhadap produksi tunas ganitri. Rata-rata jumlah tunas untuk masingmasing perlakuan berkisar antara 6 sampai 8,08 buah. Jumlah tunas cenderung meningkat sampai panjang pangkasan 60 cm dan kemudian menurun jumlahnya menurun kembali pada panjang pangkasan 75 cm. Sementara itu, berdasarkan hasil pengamatan setiap satu bulan (Gambar 1), jumlah tunas pada perlakuan pemangkasan 75 cm memiliki jumlah paling banyak pada tahap awal (1 bulan) yang meningkat sampai umur 2 bulan dan kemudian turun setelah berumur 3 bulan. Penurunan produksi jumlah tunas disebabkan adanya serangan ulat yang menyebabkan rontoknya tunas-tunas yang tumbuh terutama pada bagian atas. Hal tersebut berbeda dengan jumlah tunas pada perlakuan lainnya dimana jumlahnya cenderung meningkat sampai umur 3 bulan. Pemangkasan sepanjang 30 cm secara umum memiliki jumlah tunas yang lebih sedikit dibandingkan perlakukan lainnya. Pertumbuhan jumlah tunas dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu umur pohon, ukuran pohon, tinggi pangkasan, kondisi lingkungan, jarak tanam, waktu dan stimulasi hormon (Zobel and Talbert, 1984; Kijkar, 1991).
Jumlah Tunas (buah)
10.00 8.00 6.00 4.00 2.00 0.00 1
30 cm
Gambar 1.
2
Umur (bulan) 45 cm 60 cm
3
75 cm
Pertambahan jumlah tunas ganitri setiap bulan pada beberapa perlakuan pemangkasan
Perbedaan panjang pangkasan juga berpengaruh nyata terhadap panjang tunas pada kebun pangkasan ganitri. Perlakuan panjang pangkasan 45 cm, 60 cm dan 75 cm menghasilkan panjang tunas yang tidak berbeda nyata meskipun pemangkasan sepanjang 45 cm menghasilkan panjang tunas terbesar dengan rata-rata 86,77 cm. Sementara itu, rata-rata panjang tunas terendah dicapai pada perlakuan pemangkasan 30 cm sebesar 56,80 cm. Hasil penelitian Putri (2010) untuk jenis mahoni (Swietenia macrophylla) menunjukkan bahwa tinggi pangkasan berpengaruh nyata terhadap produksi dan pertumbuhan panjang tunas yang dihasilkan tanaman induk mahoni. Sementara itu, Mashudi et al. (2008) untuk jenis pulai (Alstonia scholaris) menunjukkan bahwa perlakuan tinggi pangkasan dan dosis NPK berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi tunas. Hasil penelitian Siagian dan Adinugraha (2005) menunjukkan bahwa tinggi pangkasan dan diameter batang menyebabkan terjadinya variasi pada pertunasan untuk jenis Hopea odorata. Pemangakasan 100 cm menghasilkan jumlah tunas dan panjang tunas terbaik yaitu 19,6 tunas dengan panjang 13,3 cm.
744
Prosiding Seminar Nasional Agroforestri 2013
Gambar 2.
Perbedaan produksi tunas ganitri (E. ganitrus) dengan beberapa perlakuan tinggi pangkasan pada umur 3 bulan setelah pemangkasan
Perlakuan panjang pangkasan berpengaruh nyata terhadap diameter tunas pada kebun pangkas ganitri. Sama halnya dengan parameter panjang tunas, perlakuan panjang pangkasan 45 cm, 60 cm dan 75 cm menghasilkan diameter tunas yang tidak berbeda nyata. Pemangkasan sepanjang 75 cm menghasilkan diameter tunas terbesar dengan rata-rata 0,72 cm. Sementara itu, rata-rata diameter tunas terendah dicapai pada perlakuan pemangkasan 30 cm sebesar 0,42 cm. Pertumbuhan diameter tunas cenderung meningkat dengan semakin panjangnya perlakuan pemangkasan. Prawoto (1996) dalam Mashudi et al. (2008) menjelaskan bahwa respon setiap jenis tanaman terhadap pemangkasan berbeda-beda dalam memproduksi tunas sehingga pemangkasan yang tepat perlu dilakukan agar memperoleh pertumbuhan yang tegak, iklim mikro yang optimal dan produksi trubusan yang tinggi. Hasil penelitian yang dilakukan dapat bermanfaat dalam penyediaan bahan stek yang berkualitas dengan jumlah yang cukup mengingat perbanyakan vegetatif ganitri melalui stek pucuk memiliki tingkat keberhasilan yang cukup tinggi. Rohandi et al.(2009), keberhasilan stek pucuk ganitri cukup tinggi (di atas 90%) meskipun bahan stek yang digunakan diambil secara sembarang dari tanaman berumur 6 bulan. Pemilihan dan penggunaan bahan yang lebih bermutu seperti tunas orthotrop akan meningkatkan keberhasilan dan kualitas stek. Hartman (1990) menjelaskan bahwa dalam penentuan teknik pemangkasan yang efektif, penting diperhatikan kondisi tunas dan sifat dari tunas yang tumbuh setelah pemangkasan.Tunas yang terbaik sebagai bahan stek apabila telah mencapai panjang 30 cm – 40 cm serta Putri (2010) kondisi tunas harus cukup mengandung kambium. Berdasrkan hal tersebut, kondisi tunas ganitri 3 setelah bulan pemangkasan (Gambar 3) menunjukkan kualitas yang cukup untuk dijadikan sebagai bahan stek. Kartiko et al. (2001) menjelaskan bahwa kesulitan untuk mendapatkan bahan stek bermutu dalam jumlah cukup dapat diatasi dengan membuat kebun pangkasan yang relatif luas serta didukung oleh ruang pengakaran yang luas pula. IV. KESIMPULAN 1.
2.
Perbedaan tinggi pemangangkasan berpengaruh nyata terhadap panjang tunas dan diameter tunas, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas ganitri umur 3 bulan setelah pemangkasan. Perlakuan pemangkasan setinggi 60 cm secara umum menghasilkan produksi tunas terbaik dengan rata-rata jumlah tunas sebanyak 8,08 buah, panjang tunas 85,38 cm dan diameter tunas 0,71 cm.
Prosiding Seminar Nasional Agroforestri 2013
745
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 1985. SAS user’s guide: Statistics, version 5 edition. SAS Institute Inc., Cary, NC. Fitriani. 2010. Jenis dan Harga Buah Ganitri – Jenitri. http://www.portalgue.com/2010/10/jenis-danharga-buah-ganitri-.html. Jakarta. Hartman, H.T., D.E. Kester and F.T. Davies. 1997. Plant propagation Principles and Practies.Prentice Hall Inc. Englewood Cliffs. NewJersey. Heyne, K., 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Departemen Kehutanan, Cetakan I, Jakarta. Kartiko, H.D.P., Danu. W. Suwoyo dan P. Nugroho. 2001. Membuat Bibit Tanaman Langka : Ramin (Gonystylus bancanus) Melalui Stek. Buletin Teknologi Perbenihan Vol. 8 No. 1, 2001. Balai Teknologi Perbenihan. Bogor. Kijkar. 1991. Producing Rooted Cuttings of Eucalyptus Camadulensis. ASEAN-Canada Forest Tree Seed Project. Canada. Mashudi, H. A. Adinugraha, Dedi Setiadi dan A. F. Ariani. 2008. Pertumbuhan Tunas Tanaman Pulai Pada Beberapa Tinggi Ppangkasan dan Dosis Pupuk NPK. Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan Vol. 2, No.2. Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Yogyakarta. Na'iem, M. 2000. Prospek Perhutanan Klon Jati di Indonesia. Prosiding Seminar Nasional Status Silvikultur Hutan di Indonesia.Wanagama. Yogjakarta. Tidak dipublikasikan. Putri, K.P. 2010. Pengaruh Tinggi Pemangkasan Tanaman Induk Mahoni (Swietenia Macrophylla King) Dalam Memacu Pembentukan Tunas Sebagai Sumber Bahan Stek. Info Hutan Tanaman Vol.No., 41 April 2011, Hal 27-32. Bogor. Rachman, E. Dan A. Rohandi. 2012. Keberhasilan Stek Pucuk Ganitri (Roxb) Pada Aplikasi Antara Media Tanam Dan Hormon Tumbuh. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol. 9 N0. 4, 2012. Bogor. Rachman, E., T. Rostiwati Dan S. Bustomi. 2010. Ganitri (Elaocarpus Sphaericus Schum And E. Ganitri) Pohon Serbaguna Yang Potensial Di Hutan Rakyat. www.forplan.or.id. Diakses tanggal 26 Oktober 2011. Rohandi, A., E. Rachman dan Y. Nadiharto. 2009. Silvikultur Hasil Hutan Bukan Kayu Pada Hutan Rakyat. Laporan Hasil Penelitian. Ciamis. Tidak Diterbitkan. Safitri. 2011. Jenis Komersial Yang Belum Banyak Dilirik Usahawan. http://yuniarsafitri.blogspot.com/2011/06/l. Jakarta. Siagian, Y.T. dan H. A. Adinugraha. 2005. Pengaruh Tinggi Pangkasan Terhadap Pertunasan dan Daya Perakaran Stek Pucuk Jenis Hopea. Wana Benih Vol. 6 No. 1, Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Yogyakarta. Sumbayak, E. S. Dan T. E. Komar. 2008. Percobaan Pembiakan Vegetatif Ramin (Gonystylus Bancanus) Melalui Stek Pucuk Sumber Kebun Pangkas Di Rumah Kaca Menggunakan Koffco Sistem. Departemen Kehutanan Badan Penelitian Dan Pengembangan Kehutanan Bekerjasama Dengan International Tropical Timber Organization. B Steel, R.G.D. dan J.H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. Terjemahan. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Taqyudin. 2010. Geo Info : Ganitri (Elaeocarpus sphaericus) Di indonesai. http://staff.blog.ui.ac.id/taqyudin/index.php/2009/01/10. Bio Info. Jakarta Zobel, B.J. and Talbert J. 1984. Applied Forest Tree Improvement. Waveland Press, Inc. Illinois. 504 pp.
746
Prosiding Seminar Nasional Agroforestri 2013