PENGARUH THREE FACTORS MODEL FAMA AND FRENCH TERHADAP RETURNS SAHAM (Studi Empiri pada Indeks LQ45 yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)
Fhatmi Rahmadina¹, Yunilma², Meihendri³ Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Bung Hatta ¹Email :
[email protected] 2 Email :
[email protected] 3 Email :
[email protected] Abstract The purpose of this research is to empirically examine the effects of three factors model proxied of beta, firm size, and boo-to-market ratio that introduced by Fama and French on stock return. This research using 24 companies that enter group of LQ45 row during the period of 2010-2013 and listing in Indonesian Stock Exchange. The result of this research shown that beta have no effects on stock return. Firm size proxied by market capitalization have no effects on stock return. Book-to-market ratio also have no effects on stock return. So, it can be concluded that simultanously and partially three factors model Fama and French have no effects on stock return. Keywords : Stock Return, Beta, Firm Size, and Book to Market Ratio negara mempunyai kekuasaan penuh dalam
Pendahuluan Pasar modal adalah pertemuan antara pihak
yang
tanpa
harus
memiliki perusahaan sendiri. Undang –
dengan pihak yang membutuhkan dana
undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995
dengan cara memperjualbelikan sekuritas
tentang pasar modal menyatakan pasar
yang umumnya memiliki umur lebih dari
modal sebagai kegiatan yang bersangkutan
satu tahun, seperti saham dan obligasi
dengan penawaran umum dan perdagangan
(Tandelilin, 2010:26). Tujuan pasar modal
efek, perusahaan publik yang berkaitan
dilihat
negara,
dengan efek yang diterbitkannya, serta
menggerakkan
lembaga dan profesi yang berkaitan dengan
sudut
diharapkan
dapat
perekonomian
suatu
kelebihan
perekonomian
dana
dari
memiliki
mengatur
pandang
negara
melalui
efek.
kekuatan swasta dan mengurangi beban
Menurut siaran pers Indonesia Stock
negara (Samsul, 2006:43). Oleh karena itu,
Exchange (IDX) PR No.017/BEI.SPR/10-
1
Mahasiswa Akuntansi, Program S1, Jurusan Akuntansi, Universitas Bung Hatta Padang Dosen Tetap, Jurusan Akuntansi, Universitas Bung Hatta Padang 3 Dosen Tetap, Jurusan Akuntansi, Universitas Bung Hatta Padang 2
1
2014, pertumbuhan pasar modal Indonesia
mengetahui
potensi
yang atraktif setiap tahunnya semakin
berinvestasi di pasar modal Indonesia.
menarik minat berbagai investor dari dalam
Berdasarkan data Survei Nasional Literasi
dan luar negeri. Potensi imbal hasil yang
Keuangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di
ditawarkan dari investasi di pasar modal
2013,
Indonesia dalam beberapa tahun terakhir
masyarakat Indonesia terhadap pasar modal
lebih tinggi jika dibandingkan dengan bursa
masih sangat minim.
negara lain di kawasan regional menjadi
Menurut
tingkat
keuntungan
pemahaman
Tambunan
(2013:52)
pergerakan
kecenderungan
terkendali, dimana harga bisa turun naik
(volatilitas)
dan
mudah
faktor
berubah
risiko
yang
(literasi)
salah satu alasannya. Meski memiliki yang
pasar
dari
kadang
tidak
yang
bahkan bisa hanya dalam hitungan detik.
seimbang dengan potensi imbal hasil yang
Pasar saham juga sangat sensitif terhadap
akan dihasilkan, secara kuantitatif rata-rata
perubahan
tingkat imbal hasil per tahun hasil investasi
sosial. Selain itu, rumor atau isu mengenai
di pasar saham Indonesia tercatat yang
emiten pun mempengaruhi pergerakan
tertinggi. Rata-rata persentase per tahun
harga saham-saham di pasar modal maka
dari level penutupan indeks di akhir 2009
dibutuhkan estimasi dalam investasi.
sampai dengan 30 September 2014, return
Untuk
perekonomian,
politik,
melakukan
dan
estimasi
di Bursa Efek Indonesia mencapai 28,08%.
dibutuhkan banyak informasi baik bersifat
Jumlah tersebut menjadi yang tertinggi jika
fundamental
dibandingkan dengan rata-rata imbal hasil
mengetahui
di delapan bursa lainnya seperti New York
mempengaruhi return saham (Sudiyatno
Stock Exchange, Australia Stock Exchange,
dan
Bursa
penilaian
Malaysia,
Exchange,
Hongkong
faktor-faktor
2011). terhadap
Dalam harga
untuk yang
melakukan saham,
penggunaan asset pricing model sangat
Singapore Stock Exchange, dan The Stock
penting untuk membantu para investor
Exchange of Thailand. Besarnya potensi
merencanakan dan memutuskan investasi
return dari investasi di pasar modal
dengan benar dan efektif (Rizkiana, 2011).
Indonesia membuat aliran dana investor
Sehingga dapat disimpulkan asset pricing
asing
modal
model merupakan sebuah model untuk
banyak
menentukan tingkat pengembalian aset
Indonesia. masyarakat
masuk
Stock
teknikal
Exchange,
terus
Philipines
Stock
Irsad,
maupun
ke
Namun, Indonesia
pasar
masih yang
belum
yang diperlukan dan diharapkan investor.
2
Asset
pricing
model
(Model
dengan Arbitrage Pricing Model (APT).
penilaian aset) yang dikembangkan secara
Walaupun model ini lebih efisien dari
terus menerus oleh
beberapa peneliti
CAPM, model ini memiliki kekurangan.
dalam penentuan harga aktiva semakin
Salah satu kekurangan dari APT yaitu
berkembang.
adanya
Sharpe
(1964),
Lintner
unsur-unsur
tergantung
Capital Asset Pricing Model (CAPM).
ekonomi setiap negara. Sehingga model
Sudiyatno dan Irsad (2011), menyatakan
APT tidak terlalu dikenal sebagaimana
CAPM merupakan salah satu model
mestinya (Rizkiana, 2011). Fama
dan
kondisi
French
dan
berbeda
(1965), Mossin (1968) memperkenalkan
penilaian aset yang menjelaskan hubungan
pada
yang
sistem
(1993,1996)
antara faktor-faktor yang mempengaruhi
mengemukakan bahwa ada tiga faktor yang
return saham dengan risiko pasar (market
mempengaruhi return saham. Tiga faktor
risk).
itu adalah beta saham yang menunjukkan Beberapa
menemukan
positif atau negatif dan besarnya perubahan
akuratnya
return saham. Besar kecilnya ukuran pasar
prediksi dari Capital Asset Pricing Model.
bisa diproksikan dengan kapitalisasi pasar
Seperti penelitian yang dilakukan oleh
perusahaan, karena seperti yang ditemukan
Sandoval (2004) dan Fama and French
oleh Banz (1981) bahwa saham yang
(1992) menunjukkan bahwa tidak adanya
memiliki kapitalisasi pasar yang rendah
hubungan positif antara beta dengan return
memberikan return yang lebih tinggi
saham. Beta merupakan suatu pengukur
dibandingkan saham yang mempunyai
volatilititas
kapitalisasi pasar yang tinggi. Book-to-
penyimpangan
peneliti dan
(volatility)
tidak
return
suatu
sekuritas atau return portofolio terhadap
market
return
rendahnya
pasar
(Jogiyanto,
2013:405).
ratio rasio
mencerminkan harga
pasar
tinggi saham
Menurut Sandoval (2004) dan Fama and
perusahaan dengan nilai bukunya. Dari
French (1992) beta bukan satu-satunya
ketiga faktor yang dikemukakan Fama dan
faktor yang mampu menjelaskan return
French selain dapat mempengaruhi return
sekuritas berisiko.
saham, faktor-faktor tersebut juga dapat
Ross (1976) mengembangkan model lainnya untuk menilai tingkat return yang diharapkan.
Model
yang
coba
dikembangkan oleh Ross (1976) dikenal
mempengaruhi keputusan investor dalam berinvestasi. Dari
beberapa
penelitian
yang
dilakukan oleh peneliti-peneliti mengenai
3
asset pricing model, seperti penelitian yang
Berdasarkan
uraian
dilakukan oleh Fama dan French (1996),
disimpulkan
bahwa
Pasaribu
konsistenan
dari
(2009),
Manjunatha
dan
diatas
adanya
dapat ketidak
penelitian-penelitian
Mallikarjunappa (2011) menemukan bahwa
terdahulu yang dilakukan di dalam dan luar
model Fama dan French lebih baik dari
negeri mengenai asset pricing model yang
Capital Asset Pricing Model. Karena model
dikemukakan Fama dan French. Oleh
Fama dan French mampu menjelaskan
karena itu, peneliti tertarik melakukan
pengembalian rata-rata (average return)
penelitian lebih lanjut untuk mengetahui
dari saham di pasar modal. Penelitian ini
“Pengaruh Three Factors Model Fama
merupakan replikasi dari penelitian yang
and French Terhadap Return Saham”
dilakukan oleh Sudiyatno dan Irsad (2011). Hasil dari penelitian tersebut menunjukan
Teori dan Pengembangan Hipotesis
dua faktor Fama dan French yaitu size dan
Three factors model adalah model
book-to-market ratio tidak berpengaruh
penilaian aset yang diperkenalkan oleh
terhadap return saham. Sementara itu, beta
Eugene F. Fama dan Kenneth R. French
saham berpengaruh positif terhadap return
pada tahun 1992. Model ini berlandaskan
saham.
pada teori portofolio yang berawal pada
Perbedaan
penelitian
dengan
tahun 1960-an. Komunitas investasi yang
penelitian terdahulu yaitu periode dalam
mulai memperhitungkan tentang risiko
pengambilan data. Penelitian terdahulu
investasi, tapi tidak ada alat ukur yang
menggunakan data saham pada indeks
spesifik mengenai ini. Hal yang menjadi
LQ45 selama periode 2007 – 2009,
pertimbangan
penelitian ini menggunakan data saham
risiko sesuai dengan pernyataan Reilly dan
pada indeks LQ45 selama periode 2009 –
Brown (2009:212), untuk membangun
2013. Liquid 45 (LQ45) merupakan 45
model
saham-saham
mempertimbangkan faktor – faktor yang
yang
ini
paling
aktif
diperdagangkan dengan likuiditas tinggi,
para
portofolio
investor
investor
mengenai
harus
mempengaruhi risiko.
yang diseleksi melalui beberapa kriteria
Faktor penting dalam penentuan nilai
pemilihan. Selain penilaian atas likuiditas,
aset atau portofolio adalah estimasi return
penyeleksian saham juga memperhatikan
yang diharapkan suatu investasi aset yang
kapitalisasi pasar (Sahamok, 2014).
berisiko
(Rizkiana,
2011).
Untuk
melakukan estimasi tersebut dibutuhkan
4
bantuan dari salah satu model asset
dengan return saham. Studi empiris yang
pricing. Menurut Cochrane (2001:17),
dilakukan
teori penilaian aset (Asset pricing model)
membenarkan
mencoba untuk memahami harga atau nilai
dilakukan Fama dan French (1993) bahwa
pembayaran klaim yang tidak pasti. Model
beta berpengaruh terhadap return saham
penilaian
dan bisa digunakan
di Bursa Efek
membantu para investor dalam memilih
Indonesia.
dan
investasi dan mengambil keputusan dalam
(2009),
suatu investasi.
menemukan
Beta Saham
signifikan antara beta dengan excess
aset
Beta
(Asset
saham
pricing
adalah
model)
faktor
oleh
Pasaribu
penelitian
Hardianto
Sudiyatno
dan
hubungan
(2009)
yang
telah
Suherman
Irsad
(2011)
yang
positif
return. Sementara itu, penelitian yang
pengestimasi yang terdapat di dalam
dilakukan
Capital
Mallikajurnappa
(2011)
menemukan
diperkenalkan oleh Sharpe (1964), Lintner
bahwa
secara
keseluruhan
(1965),
Beta
mempengaruhi pasar modal di India.
menghubungkan antara risiko dan return
Dalam penelitian yang dilakukan Ismanto
secara
ini
(2011), menemukan adanya pengaruh beta
dikembangkan dengan tujuan beta saham
secara individu terhadap return saham.
mampu menjelaskan tingkah laku dari
Penelitian yang dilakukan Nur’ainy et al
harga-harga sekuritas dan memberikan
(2013)
penjelasan kepada investor untuk menilai
mempunyai pengaruh terhadap tingkat
pengaruh risiko dan return portofolio suatu
pengembalian.
Asset
dan
Pricing
Mossin
bersamaan.
Model
(1968).
Model
yang
sekuritas, dan mampu menjelaskan tingkat pengembalian.
Manjunatha
beta
menunjukkan
bahwa
dan
beta
Dari penjelasan diatas, maka dapat diturunkan hipotesis sebagai berikut :
Fama dan French (1973) melakukan pengujian CAPM menemukan beta yang positif dan signifikan terhadap excess return.
Namun,
Sandoval
H1 : Beta saham berpengaruh terhadap return saham
(2004)
menemukan tidak adanya hubungan positif
Firm Size
antara beta dengan return saham di pasar
Menurut Sudiyatno dan Irsad (2011),
modal Amerika latin. Beberapa peneliti
ukuran perusahaan (firm size) merupakan
mengemukakan adanya hubungan beta
perkalian dari jumlah saham yang beredar
5
dengan
harga
saham
pada
setiap
mampu
menjelaskan
return
saham.
perusahaan yang dijadikan sampel atau
Sedangkan, penelitian
disebut juga dengan kapitalisasi pasar.
Mar’ati (2013) menemukan tidak ada
Penelitian empiris yang dilakukan Banz
hubungan positif signifikan antara ukuran
(1981) mengemukakan firm size dengan
perusahaan dan return saham.
nilai
kapitalisasi
pasar
yang
yang dilakukan
rendah
Dengan adanya penelitian terdahulu
menghasilkan return yang lebih tinggi
yang tidak konsisten, oleh karena itu dapat
dibandingkan hasil estimasi CAPM.
diturunkan hipotesis sebagai berikut :
Fama dan French (1996) menemukan adanya keterkaitan antara return saham dengan firm size. Veeraraghavan et al
H2 : Firm size berpengaruh terhadap return saham
(2003) mengemukakan bahwa, dengan menggunakan variabel firm size (ukuran
Book to Market Ratio
perusahaan) three factors model Fama dan
Selain beta saham dan firm size,
French mampu dijelaskan dengan baik.
book-to-market ratio juga memiliki peran
Dalam
penting
penelitian
Moskowits
dilakukan
ditemukan
dalam
mengestimasi
tingkat
bahwa
pengembalian yang diharapkan. Penelitian
tidak
terlalu
yang dilakukan Fama dan French (1992,
return
saham.
1993, 1996) mengemukakan book–to-
Namun, firm size (ukuran perusahaan)
market ratio berpengaruh terhadap return
perlu diperhatikan oleh para investor dalam
saham.
mengestimasi
dilakukan Herman dan Sung Suk (2007),
ukuran
(2005)
yang
perusahaan
berpengaruh
terhadap
risiko.
Penelitian
yang
Meskipun
dilakukan Daniati dan Suhairi (2006)
menemukan
menemukan
antara
ukuran
perusahaan
berpengaruh signifikan terhadap expected
penelitian
yang
adanya hubungan negatif
book-to-market
ratio
terhadap
return saham.
return saham. Hardianto dan Suherman
Tapi, beberapa peneliti menemukan
(2009) menemukan firm size berpengaruh
adanya pengaruh book-to-market ratio
positif dan signifikan terhadap excess
terhadap return saham. Dalam penelitian
return pada tingkat alfa 10%. Ismanto,
yang
Ferdian et al (2011) menyatakan adanya
mengkonfirmasi bahwa, book-to-market
kaitan ukuran perusahaan (firm size) dalam
ratio memiliki hubungan yang signifikan
menentukan return, karena beta saja tidak
terhadap return saham. Hardianto dan
dilakukan
Pasaribu
(2009)
6
Suherman (2009) menemukan adanya
keuangan, data harga saham, dan indeks
hubungan positif antara book-to-market
harga saham gabungan.
ratio dengan return saham pada portofolio
Return adalah pendapatan/hasil yang
dengan kriteria Small size High (S/H).
diperoleh dalam investasi (Sudiyatno dan
Penelitian yang pernah dilakukan Yuyetta
Irsad, 2011). Return saham merupakan
(2010), menemukan adanya hubungan
return keseluruhan dari suatu investasi
positif antara book-to-market ratio dengan
dalam suatu periode tertentu (Jogiyanto,
return saham. Ismanto, Ferdian et al
2013:236). Hasil atau pendapatan dalam
(2011), menyatakan emiten yang memiliki
saham meliputi keuntungan jual beli
rasio book-to-market tinggi memiliki rata-
saham, dimana jika untung disebut capital
rata return yang tinggi.
gain dan jika rugi disebut capital loss
Dari penjelasan diatas, maka dapat diturunkan hipotesis sebagai berikut : H3
:
Book-to-market
(Samsul, 2006:291). Dalam penelitian ini return saham diukur dengan capital gain
ratio
ditambah yield. Dalam penelitian ini beta saham menunjukkan seberapa besar atau
berpengaruh terhadap return saham
kecil tingkat perubahan return saham dibandingkan
Metodologi Populasi dalam penelitian ini adalah
dengan
return
pasar
(Samsul, 2006:296). Besarnya koefisien
perusahaan yang masuk dalam daftar
beta
indeks LQ45 dan terdaftar di BEI pada
menggunakan single index model. Variabel
periode 2010 – 2013. Pengambilan sampel
firm size merupakan ukuran dari besar
menggunakan teknik purposive sampling
kecilnya suatu perusahaan yang dapat
dengan tujuan agar mendapatkan sampel
dilihat
yang representatif. Kriteria pengambilan
(Anindyaguna, 2014). Nilai total dari
sampel yang digunakan dalam penelitian
outstanding shares yang ada disebut juga
ini adalah perusahaan yang terdaftar
dengan market capitalization (Darusman,
berturut-turut
2012). Menurut Sudiyatno dan Irsad
periode
pada indeks Lq45 selama
2010-2013.
dari
diestimasi
market
dengan
capitalization
data
(2011), firm size merupakan perkalian dari
24
jumlah saham yang beredar dengan harga
perusahaan yang sesuai dengan kriteria.
saham (closing price) yang dijadikan
Jenis data yang digunakan adalah data
sampel. Sedangkan book to market ratio
sekunder yang diperoleh dari laporan
merupakan ukuran yang digunakan untuk
dikelompokkan
maka
Setelah
saham
diperoleh
7
mengetahui terjadinya overvalued atau
hipotesis penulis menggunakan analisis
undervalued pada saham suatu perusahaan
regresi linier berganda.
(Anindyaguna, 2014). Book to market
Setelah melakukan uji asumsi klasik
ratio merupakan perbandingan antara nilai
yang terdiri dari uji normalitas, uji
buku saham suatu perusahaan dengan
multikolinieritas, uji autokorelasi, dan uji
harga saham (Darusman, 2012).
heteroskedastisitas.
Model regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Y=α+
X1 +
X2 +
tidak terdapat masalah asumsi klasik
Hasil uji kelayakan model (uji F)
X3 + e
menunjukan nilai F adalah sebesar 0,783 dengan probabilitas 0,506. Karena nilai
Y
= return Saham
X1
= Beta saham
X2
=Firm size
X3
= Book to market ratio
α
= konstanta
probabilitas jauh lebih besar dari nilai alpha 0,05, maka model regresi tidak dapat digunakan
memprediksi
return
beta saham, firm size, dan book to market ratio
= error analisa
untuk
saham (Y) atau dapat dikatakan bahwa
β1-β3 = Koefisien regresi Metode
disimpulkan
dalam penelitian ini.
Dimana :
e
Dapat
yang
digunakan
adalah regresi linier berganda. Sebelum dilakukan analisis regresi linier berganda terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik yang terdiri atas uji normalitas, uji multikolinieritas, uji autokorelasi, dan uji
secara
berpengaruh
bersama-sama terhadap
return
tidak saham.
Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan untuk uji koefisien determinasi (R2), nilai adjusted R2 adalah sebesar 0,007 atau -0,7%. Hal ini berarti variabel independen yang diteliti tidak mampu menjelaskan atau mempengaruhi variabel
heteroskedastisitas.
dependen karena nilai adjusted R2 kecil dari 0. Hasil pengujian hipotesis dapat
Hasil dan Pembahasan Dalam penelitian ini metode analisis
dilahat dari tabael 1 dibawah ini :
data yang digunakan adalah statistik deskriptif, uji outlier, uji asumsi klasik (uji normalitas,
uji
multikolinieritas,
uji
autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas), uji F, uji R2, dan uji t. Dalam pengujian
8
Tabel 1
menguji pengaruh beta, size, dan book to
Hasil Pengujian Hipotesis
market equity ratio terhadap returns
Variabel
Koef.
Nilai
Independen
regresi
t
Beta
0,000
Prob
α
menemukan beta salah satu variabel independen
-0,189 0,851
0,05
dari
penelitiannya
tidak
berpengaruh terhadap returns. Namun, beberapa peneliti menemukan hasil yang
Saham Firm Size
-0,007
-1,279 0,204
0,05
berbeda dengan hasil dari penelitian ini
Book to
0,005
0,204
0,05
antara lain Fama dan French (1973;1993),
0,839
market
Pasaribu (2009), Sudiyatno dan Irsad
ratio
(2011)
Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan SPSS16.0 Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa
single
index
model
tidak
Manjunatha
dan
Mallikarjunappa (2011) yang menemukan adanya pengaruh beta saham terhadap return saham.
beta saham yang diukur dengan persamaan regresi
dan
Dari hasil analisis data yang telah dilakukan
dapat
dilihat
bahwa
nilai
berpengaruh terhadap return saham karena
probabilitas firm size lebih besar dari nilai
memiliki nilai probabilitas lebih besar
alfa 0,05 yaitu sebesar 0,204. Firm size
daripada nilai alfa 0,05 yaitu sebesar 0,851.
yang diproksikan dengan nilai kapitalisasi
Hal ini diduga interval waktu untuk
pasar
menghitung return terlalu singkat. Hasil ini
terhadap return saham. Hal ini diduga
konsisten dengan penelitian yang telah
karena investor tidak mempertimbangkan
dilakukan Fama dan French (1992) dalam
ukuran
menguji model penilaian aset terhadap
termasuk pada kelompok indeks Lq45
return
yang
saham
(expected
returns)
ditemukan
perusahaan
merupakan
tidak
(firm
berpengaruh
size)
kelompok
yang
saham
menemukan bahwa beta tidak berpengaruh
pencetak
terhadap expected returns. Sandoval dan
perdagangan paling aktif. Hasil ini dukung
Saens (2004) yang melakukan pengujian
oleh Sudiyatno dan Irsad (2011) dalam
CAPM terhadap return saham di negara
penelitiannya
Amerika Latin, beta yang menjadi satu-
investor tidak terlalu memperhitungkan
satunya variabel dalam penelitian tersebut
firm size namun lebih memperhitungkan
tidak berpengaruh terhadap return saham.
besarnya return dan tingkat risiko tertentu.
Herman dan Sung Suk (2007) yang
Hasil penelitian ini sejalan dan mendukung
laba
dengan
menyimpulkan
transaksi
bahwa
9
hasil penelitian yang ditemukan Mar’ati
tidak mendukung pendapat Fama & French
(2013) yang menunjukan bahwa firm size
(1992), Veeraraghavan et al(2003), Isna
memiliki hubungan negatif terhadap return
Yuningsih dan Rizky Yudaruddin (2007),
saham. Begitu juga dengan penelitian yang
Hardianto dan Suherman (2007), dan
dilakukan
yang
Homsud, et al (2009). Namun hasil
menemukan firm size berpengaruh negatif
penelitian ini sesuai dan mendukung
signifikan terhadap return. Namun, hasil
penelitian yang telah dilakukan
penelitian ini berbeda dengan beberapa
dan Murtini (2008).
Harsalim
(2013)
Saputra
penelitian yang telah dilakukan antara lain; Banz (1981), Fama dan French (1996), Veeraraghavan et al (2003), Daniati dan
Kesimpulan Berdasarkan
kepada
analisis
dan
Suhairi, Saputra dan Martini (2008), dan
pembahasan hasil pengujian hipotesis yang
Ferdian et al (2011). Penelitian yang
telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
dilakukan Hardianto dan Suherman (2009)
hasil
menemukan
pemecahan masalah yang diajukan didalam
adanya
pengaruh
positif
signifikan terhadap return saham pada tingkat 10%. Namun, penelitian yang
penelitian
merupakan
penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Ditemukan bahwa beta saham tidak
dilakukan Ismanto (2011) menemukan firm
berpengaruh
size berpengaruh terhadap return saham
saham.
secara individu.
yang
terhadap
return
2. Ditemukan bahwa firm size tidak
Begitu juga dengan variabel bookto-market ratio yang ditemukan tidak
berpengaruh
terhadap
return
saham.
berpengaruh terhadap return saham. Pada
3. Ditemukan bahwa book to market
tabel 1 dapat dilihat nilai probabilitas
ratio tidak berpengaruh terhadap
book-to-market ratio lebih besar dari nilai
return saham.
alfa 0,05 yaitu sebesar 0,839. Hal ini diduga
karena
investor
tidak
Keterbatasan Penelitian Peneliti
menyadari
bahwa
mempertimbangkan nilai book-to-market
penelitian ini masih memiliki sejumlah
ratio pada perusahaan-perusahaan yang
kekurangan
termasuk pada kelompok indeks Lq45
tersebut
karena tidak memiliki nilai book-to-market
keterbatasan yang peneliti miliki. Secara
ratio yang negatif. Hasil penelitian ini
umum keterbatasan tersebut adalah :
atau karena
kelemahan, adanya
kondisi sejumlah
10
1. Periode penelitian yang digunakan relatif
pendek
kondisi
yaitu
4
seperti perusahaan real estate atau
tahun,
tersebut
tentu
manufaktur. 3. Peneliti
mempengaruhi hasil penelitian. 2. Terbatasnya
objek
disarankan
penelitian
proksi
dimasa
mendatang
untuk
menggunakan
yang
berbeda
dalam
saham
dengan
karena menggunakan indeks Lq45
mengukur
sehingga tidak bisa memperluas
menggunakan
objek kesektor lainnya.
CAPM. Mengubah proksi firm size
3. Secara
parsial
penelitian
dan
ini
individual
beta
model
empiris
dengan menggunakan Small Minus
belum
dapat
Big (SMB) dan mengubah proksi
pengaruh
beta
dalam mengukur book to market
saham, firm size, dan book to
ratio dengan menggunakan High
market ratio.
Minus Low (HML).
membuktikan
Saran Sesuai
dengan
keterbatasan
Daftar Pustaka
penelitian peneliti mengajukan saran yang dapat memberikan manfaat positif bagi : 1. Peneliti
dimasa
mendatang
disarankan untuk memperpanjang periode
observasi
digunakan, periode
data
semakin
observasi
yang panjang
tentu
akan
memperlihatkan siklus perubahan situasi ekonomi yang lebih luas tentunya
akan
memberikan
kontribusi hasil penelitian yang lebih tepat dan akurat dimasa mendatang. 2. Peneliti disarankan objek
dimasa
mendatang
untuk
menggunakan
penelitian
yang
berbeda
Anindyaguna, Bhagas. 2014. Analisis Pengaruh Size, Market to Book Value, Beta, dan Mispricing Terhadap Return Saham. Skripsi. Universitas Diponegoro. Semaranng. Banz,
Rolf W. 1981. The Relationship Between Return and Market Value of Common Stock. Journal of Financial Economics. Vol. 9, pp. 318.
Cochrane, John H. 2001. Asset Pricing. Revised Edition. Princeton: University Press. Daniati, Ninna dan Suhairi. 2006. Pengaruh Kandungan Informasi Komponen Arus Kas, Laba Kotor, dan Size Perusahaan Terhadap Expected Return Saham. SNA IX. Padang.
11
Darusman, Dery. 2012. Analisis Pengaruh Firm Size, Book to Market Ratio, Price Earning Ratio dan Momentun Terhadap Return Portofolio Saham. Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang. Fama, Eugene and MacBeth, James D. 1973. Risk, Return, and Equilibrium; Empirical Test. Journal of Political Economy. Vol.81, No.3, pp.607-636. Fama, Eugene F. and Kenneth R. French. 1992. The Cross Section of Expected Returns. The Journal of Finance. Vol.47, No.2, pp.427-465. __________. 1993. Common Risk Factors in the Return on Stock Bonds.Journal of Finance Economics 33: 3-56. ___________. 1995. Size and Book-toMarket Factors in Earnings and Returns. Journal of Finance. Vol.50: 131-155. __________. 1996. Multifactor Explanations of Asset Pricing Anomalies. Journal of Finance. Vol.51: 55-84. Ferdian, Ilham Reza et al. 2011. Firm Size, Book to Market Equity, and Security Returns: Evidence from the Indonesian Shariah Stocks. Journal of Islamic Economic, Banking and Finance. Vol.7, No.1. Finance. Yahoo. 2015. Indeks Harga Saham Gabungan. http://finance.yahoo.com. Diakses tanggal 14 Januari 2015. Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM
SPSS 21. BP-Universitas Diponegoro, Semarang. Hardianto, Damar dan Suherman. 2009. Pengujian Fama-French ThreeFactor Model di Indonesia. Jurnal Keuangan dan Perbankan. Vol.13.No.2, hal. 198-208. Harsalim, Novita. 2013. Pengaruh Market Risk, Size, Book to market ratio dan Earning Price Ratio Terhadap Return. Calyptra. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya. Vol. 2 No. 2. Herman, Melisa dan Kim Sung Suk. 2007. Pengaruh Beta, Size dan Book-toMarket Equity Ratio Terhadap Return di BEJ Tahun 2003-2005. DeReMa. Jurnal Manajemen. Vol.2, No.2. Hou, Kewei and Tobias J. Moskowitz. 2005. Market Frictions, Price Delay, and the Cross-Section of Expected Return. The Review of Financial Studies. Vol.18, No.3. IDX. 2014. Perkembangan Pasar Modal. http://www.idx.co.id/Home/NewsA ndAnnouncement/PressRelease/Rea dPressRelease/tabid/191/ItemID/ce dc5e75-5432-4e87-9a6aaadaab378821/language/idID/Default.aspx. Diakses tanggal 5 november 2014. Ismanto, Hadi. 2011. Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Book-ToMarket Value, dan Beta Terhadap Return Saham di BEI. Jurnal Ekonomi dan Pendidikan. Vol.8, No.2. Jogiyanto. 2011. Teori Portofolio dan Analisis Investasi (Edisi 8). Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
12
Lintner, John. 1965. Security Prices, Risk and Maximal Gains from Diversivication. The Journal of Finance. Vol.20, No.4, pp.587-615. Manjunatha, T dan T. Mallikarjunappa. 2011. Does Three-factor Model Explain Asset Pricing in Indian Capital Market?. Decision. Vol.38, No.1. Markowitz, Harry. 1952. Portfolio Selection. The Journal of Finance.Vol.7, No.1,pp.77-91. Mar’ati, Fudji Sri. 2013. Pengaruh Firm Size Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2009. Among Makarti. Vol.6, No.12. Mossin, Jan. 1968. Optimal Multiperiod Portfolio Policies. The Journal of Bussines. Vol.41, No.2, pp. 215229. Nur’ainy, Renny et al. 2013. Studi Empiris Pembentukan Portofolio Saham Multifaktor di Bursa Efek Indonesia. SNA XVI. Manado. Pasaribu, Rowland B.F.P. 2009. Model Fama dan French Sebagai Pembentukan Portofolio Saham di Indonesia. Jurnal Akuntansi & Bisnis. Vol.9, No.1:1-12. Reilly, Frank K. and Keith C. Brown. 2009. Investment Analysis and Portfolio Management. 10th Edition. USA: South-Western. Rizkiana, Sindi Meida. 2011. Studi Pembandingan Model Penilaian Aset: Model Tiga Faktor Fama dan French dengan Capital Asset Pricing Model pada
Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Fakultas Ekonomi UNDIP. Semarang. Ross, Stephen A. 1976. The Arbitrage Theory of Capital Asset Pricing. Journal of Economic Theory 13, 341-360. Samsul, Mohamad. 2006. Pasar Modal & Manajemen Portofolio. Jakarta: Erlangga. Sahamok. 2014. Daftar saham LQ45. http://www.sahamok.com/bei/lq45/. Diakses tanggal 10 November 2014. Sandoval, A. Eduardo & Rodrigo Saens N. 2004. The Conditional Relationship Between Portfolio Beta and Return:Evidence from America Latin. Cuardenos de Economia. Vol.41, pp.65-89. Saputra, Dede Irawan dan Umi Martini. 2008. Perbandingan Fama dan French Three Factor Model dengan Capital Asset Pricing Model. Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan. Vol.4, No.2: Hal. 132-145. Sarwono, Jonathan. 2013. Jurus Ampuh SPSS untuk Riset Skripsi. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Sekaran, Uma. 2011. Research Methods For Business. Jakarta: Salemba Empat. Sharpe, William F. 1964. Capital Asset Prices: A Theory of Market Equilibrium Under Condition of Risk. The Journal of Finance. Vol.19, No.3, pp.425-442. Siregar, Syofian. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana.
13
Sudiyatno, Bambang dan Moch. Irsad. 2011. Menguji Model Tiga Faktor Fama dan French Dalam Mempengaruhi Return Saham Studi Pada Saham LQ45 di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Ekonomi. Vol.18, No.2, Hal. 126136. Tambunan, Andy Porman. 2013. Analisis Saham Pasar Perdana (IPO). Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Tandelilin, Eduardus. 2010. Portofolio dan Investasi: Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Kanisius. Undang – undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal. Veeraraghavan, Madu et al. 2003. Pricing of Equities in China: Evidence from the Shanghai Stock Exchange. Paper. The University of Aukland, New Zeland. Yuyetta, Etna Nur Afri. 2010. Pengaruh Perubahan Book to Market Value, Nilai tukar, dan ukuran perusahaan terhadap perubahan return saham. Jurnal Akuntansi & Auditing. Vol.7, No.1: 80-93. www.graphpad.com diakses pada tanggal 16 Januari 2015.
14