PENGARUH TERAPI MENULIS PENGALAMAN EMOSIONAL TERHADAP PENURUNANPERILAKU AGRESIF PADA REMAJA KELAS 2SMA ISLAM DUDUKSAMPEYAN KABUPATEN GRESIK Abdul Rokhman*, Innani Ainur Rizqi** Dosen Program Studi S1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK Masa remaja merupakan masa transisi, serta terjadi perubahan pada dirinya baik secara fisik, psikis, maupun emosional, apabila remaja tidak mampu menyesuaikan perubahan yang terjadi akan menimbulakan frustasi yang mengarah pada tindakan agresif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh menulis pengalaman emosional terhadap penurunan perilaku agresif pada remaja kelas 2 SMA Islam Duduksampeyan Gresik. Desain penelitian ini adalah one group pretest-postest. Besar sampelnya adalah seluruh remaja kelas 2 sebanyak 35 remaja di SMA Islam Duduksampeyan Gresik, pada bulan Januari 2015 sampai Maret 2015. Pengumpulan data menggunakan buku diary, bolpoin dan lembar kuesioner aggression questionnaire dengan menggunakan uji wilcoxon sign rank test dengan tingkat kemaknaan 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku agresif remaja setelah dilakukan intervensi menulis pengalaman emosional hampir seluruhnya 85,7% berperilaku agresif ringan dan sebagian kecil 14,3% berperilaku agresif rendah. Hasil pengujian statistik diperoleh hasil terdapat pengaruh antara menulis pengalaman emosional terhadap penurunan perilaku agresif dengan nilai Z= -5,477a dengan P = 0,000 dimana P < 0,05. Hasil penelitian ini adalah terdapat pengaruh menulis pengalaman emosional terhadap penurunan perilaku agresif pada remaja kelas 2 di SMA Islam Duduksampeyan Kabupaten Gresik. Berdasarkan hasil penelitian ini maka menulis pengalaman emosional menjadi faktor penting yang harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk penurunan perilaku agresif. Kata Kunci : Remaja, Perilaku Agresif, Terapi Penulis pengalaman Emosional
bila berinteraksi dalam lingkungannya (Mutadin, 2007). Perilaku agresif dapat dipahami sebagai suatu perilaku yang bertujuan untuk melukai orang lain, baik secara verbal maupun non verbal, secara fisik maupun psikis, langsung maupun tidak langsung. Perilaku agresif bukan hanya melekat pada orang dewasa, tetapi bibit itu telah dapat dijumpai dalam perilaku anak dalam kehidupan keseharian mereka (Anantasari, 2006). Agresif dipengaruhi oleh beberapa faktor yang komplek meliputi biologis, perasaan yang timbul dari dalam dirinya. Pengaruh keluarga dimana peran keluarga tidak berfungsi dengan baik, anak yang kurang perhatian dari keluarga dan faktor sosiokultural, faktor lain yang menyebabkan perilaku agresif itu timbul diantaranya frustasi dimana individu tidak mampu menyelesaikan masalahnya akan timbul ketegangan pada dirinya. Jika individu
PENDAHULUAN Masa remaja merupakan masa transisi, usia remaja berkisar antara 13 sampai 17 tahun, atau biasa yang disebut dengan usia balasan yang tidak menyenangkan. Pada masa remaja terjadi juga perubahan pada dirinya baik secara fisik, psikis, maupun secara emosional (Hurlock, 2008). Masa remaja yang identik dengan lingkungan sosial tempat berinteraksi, membuat mereka dituntut untuk dapat menyesuaikan diri secara efektif. Bila aktivitas yang dijalani di sekolah (pada umumnya masa remaja lebih banyak menghabiskan waktunya di sekolah) tidak memadai untuk memenuhi tuntutan gejolak energinya, maka remaja seringkali meluapkan kelebihan energinya kearah yang tidak positif, misalnya tawuran dan agresi lainnya. Hal ini menunjukkan betapa besar gejolak emosi yang ada dalam diri remaja
SURYA
8
Vol. 07, No. 03, Desember 2015
Pengaruh Terapi Menulis Pengalaman Emosional terhadap Penurunan Perilaku Agresif pada Remaja Kelas 2 SMA Islam Duduksampeyan Kabupaten Gresik tersebut tidak tahu bagaimana menghadapi hal itu maka ia akan mencari jalan keluar untuk mengurangi ketegangan seperti kecenderungan untuk marah, merusak barang-barang milik orang lain, membunuh atau tindakan lain yang mengarah pada perilaku agresif. Perilaku agresif remaja muncul apabila ada tantangan atau halangan yang mengakibatkan gangguan-gangguan pada keinginan remaja tersebut. Perasaan emosi yang tidak dapat terkontrol, permainan dan pola asuh (Wong, 2005). Perilaku agresif pada remaja di sekolah sudah menjadi persoalan serius. Kejadian anak mogok sekolah, perploncoan siswa baru, tawuran antar sekolah dan maraknya geng motor merupakan gambaran perilaku agresif remaja saat ini. Kekerasan merupakan fenomena yang tidak dapat disepelekan. Setiap tahun lebih dari 1,6 juta orang di seluruh dunia kehilangan nyawanya karena kekerasan (WHO, 2012). Di indonesia sendiri kekerasan sebagai perilaku agresif memiliki prevalensi yang cukup tinggi secara statistik. Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan tren kenakalan dan kriminalitas remaja di Indonesia mulai dari kekerasan fisik, kekerasan seksual dan kekerasan psikis meningkat sebanyak 2.044 kasus pada tahun 2010. Pada tahun 2007 tercatat sebanyak 3145 remaja usia ≤ 18 tahun menjadi pelaku tindak kriminal, tahun 2008 dan 2009 meningkat menjadi 3280 hingga 4123remaja (BPS, 2010). Kasus kekerasan yang dilakukan remaja meningkat dari tahun ke tahun di Jawa Timur pada tahun 2010 jumlah kasus kekerasan mencapai 95 sampai 110 setiap bulannya. Sedangkan kasus yang terjadi pada daerah gresik kasus kekerasan antar pelajar sebanyak 9 sampai 12 kasus meningkat dari sebelumnya sebanyak 7 kasus yang dilakukan oleh pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA) baik berupa perkelahiran dan tindak kriminal lainnya (Kompas, 2010). Salah satu faktornya adalah tidak mampunya mengendalikan diri, emosi yang berlebih.Dari sini menunjukkan bahwa masih tingginya perilaku agresif pada pelajar. Dampak yang ditimbulkan dari perilaku agresif diantaranya individu tersebut akan dijauhi temannya, dapat merugikan diri sendiri dan orang lain bahkan lingkungan disekitarnya.
SURYA
Agresif bukanlah suatu bentuk perilaku yang tidak dapat dihindari atau tidak dapat diubah. Sebaliknya karena agresi berasal dari interaksi kompleks berbagai peristiwa eksternal, kognisi dan karakteristik pribadi, hal itu dapat dicegah atau dikurangi. Penanganan terhadap anak yang berprilaku agresif harus dilaksanakan secara menyeluruh oleh orang tua, guru dan lingkungan sekitarnya. Beberapa alternatif penanganan terhadap anak berprilaku agresif dapat dilakukan dengan memberikan hukuman yang efektif kepada anak dan perlu adanya pengertian dan kesabaran orang tua dan pendidik (Saefi, 2008). Mencegah atau mengendalikan perilaku agresif dengan cara memberikan hukuman diberikan setiap kali individu melakukan tindakan agresif. katarsis memberi kesempatan kepada individu yang memiliki kecenderungan pemarah. Intervensi kognitif pengakuan kesalahan-kesalahan dan memberikan maaf, dan teknik-teknik lain seperti pemaparan terhadap model nonagresif, pelatihan dalam keterampilan sosial (Baron & Byrne, 2005). Menulis merupakan salah satu tekhnik yang digunakan agar dapat menyalurkan pesan dalam pikiran yang sulit disampaikan secara verbal. Menulis pengalaman emosional bisa menjadi katarsis (pelegaan) emosional karena dengan menulis pengalaman emosional seseorang akan dapat mengungkapkan semua perasaan dan pikiran yang mengganggunya. Menurut kesimpulan dari riset para ilmuwan diUniversity of Texas Amerika Serikattahun 1997, menulis pengalaman emosional ternyata bisa menyehatkan tubuh dan jiwa, karena menulis melibatkan keaktifan seseorang dalam menerjemahkan pengalaman emosi mereka dari pengalaman langsung (melihat, mendengar) menjadi simbolik (bahasa, kata) dan merupakan proses mental analisis. Mungkin kita tidak menyadari bahwa pada saat kita menulis, berarti kita sedang melakukan terapi (Pennebaker & Chung, 2007). Ketika seseorang menulis proses berpikir seseorang dipaksa untuk mengalami perlambatan. Sedangkan sebelum menulis, bisa terjadi satu pikiran seseorang terus diikuti oleh pikiran lainnya. Dalam hal ini tidak ada masalah pada emosi atau pikiran perasaan yang bisa diselesaikan oleh
9
Vol. 07, No. 03, Desember 2015
Pengaruh Terapi Menulis Pengalaman Emosional terhadap Penurunan Perilaku Agresif pada Remaja Kelas 2 SMA Islam Duduksampeyan Kabupaten Gresik seseorang saat menghadapi berbagai masalah. Akan tetapi saat seseorang mulai menulis, dia mampu membawa satu gagasan ke satu simpulan logisnya. Pada perilaku agresif remaja dapat menurun karena adanya restrukturisasi kognitif yang difasilitasi oleh menulis pengalaman emosional. Restrukturisasi kognitif dapat dilakukan dengan mengevaluasi pikiran-pikiran negatif terhadap stresor. Dengan melakukan evaluasi, akan terjadi perubahan kognitif remaja dalam memandang diri sendiri dan lingkungan berkaitan dengan stresor atau perubahan reaksi emosi mereka terhadap stresor (Pennebaker, 2005). Berdasarkan data tersebutdiatas maka, penelititertarikuntuk meneliti “Pengaruh Menulis Pengalaman Emosional Terhadap Penurunan Perilaku Agresif Pada Remaja Kelas 2 SMA Islam Duduksampeyan Kabupaten Gresik” METODE PENELITIAN Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pra-Eksperiment dengan menggunakan desain One Group Pretest-Postest. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh remaja kelas 2 SMA Islam Duduksampeyan Kabupaten Gresik, sebanyak 35 remaja.Besar sampel pada penelitian ini adalah sejumlah 35 remaja dengan teknik sampling yang digunakan adalah total sampling. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Islam Duduksampeyan Kabupaten Gresik pada bulan Januari-Maret 2015. Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan buku diary, bolpoin dan kuesioner tertutup.Kemudian data dianalisis menggunakan uji Wilcoxon Signed RankTest. HASIL PENELITIAN Hasil penelitian mengenai pengaruh menulis pengalaman emosional terhadap penurunan perilaku agresif pada remaja kelas 2 SMA Islam Duduksampeyan Kaupaten Gresik Tahun 2015. 1. Data Umum 1) Distribusi Umur Remaja
SURYA
Tabel 1 Distribusi Umur Remaja Kelas 2 SMA Islam Duduksampeyan Kabupaten Gresik Tahun 2015 No Umur F % 1 16 Tahun 10 28,6 2 17 Tahun 25 71,4 Jumlah 35 100 Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa dari 35 remaja lebih dari sebagian besar berumur 17 tahun sebanyak 71,4% (25 remaja) dan hampir sebagian berumur 16 tahun sebanyak 28,6% (10 remaja). 2) Distribusi Jenis Kelamin Remaja Tabel 2 Distribusi Jenis Kelamin Remaja Kelas 2 SMA Islam Duduksampeyan Kabupaten Gresik Tahun 2015 No Jenis Kelamin F % 1 Laki-Laki 15 42,9 2 Perempuan 20 57,1 Jumlah
35
100
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa lebih dari sebagian besar remaja kelas 2 berjenis kelamin perempuan sebanyak 57,1% (20 remaja) dan hampir sebagian kecil berjenis kelamin laki-laki sebanyak 42,9% (15 remaja). 2. Data Khusus 1) Perilaku Agresif Remaja Pre Intervensi Tabel 3 Karakteristik Remaja Berdasarkan Perilaku Agresif Pre Intervensi di SMA Islam Duduksampeyan Kabupaten Gresik pada Tahun 2015 No Tingkat Perilaku F % Agresif 1 Tidak agresif 0 0 2 Agresif ringan 0 0 3 Agresif sedang 35 100 4 Agresif tinggi 0 0 Jumlah
35
100
Berdasarka tabel 3 menunjukkan bahwa dari 35 remaja sebelum diberikan intervensi seluruhnya berperilaku agresif sedang sebanyak 100% (35 remaja).
10
Vol. 07, No. 03, Desember 2015
Pengaruh Terapi Menulis Pengalaman Emosional terhadap Penurunan Perilaku Agresif pada Remaja Kelas 2 SMA Islam Duduksampeyan Kabupaten Gresik 2) Perilaku Agresif Remaja Post Intervensi Tabel 4 Karakteristik Remaja Berdasarkan Perilaku Agresif Post Intervensi di SMA Islam Duduksampeyan Kabupaten Gresik pada Tahun 2015. No Tingkat Perilaku F % Agresif 1 Tidak agresif 0 0 2 Agresif ringan 30 85,7 3 Agresif sedang 5 5 4 Agresif tinggi 0 0 Jumlah 35 100 Berdasarkan tabel 4 diatas menunjukkan bahwa dari 35 remaja yang sudah diberikan terapi menulis pengalaman emosional, hampir seluruhnya berperilaku agresif ringan sebanyak 85,7% (30 remaja) sedangkan sisanya sebagian kecil remaja berperilaku agresif sedang sebanyak 14,3% (5 remaja). 3) Tabel Silang Penurunan Perilaku Agresif Remaja Pre-Post Intervensi Tabel 5 Tabel Silang Pengaruh Pre dan Post Eksperimen Terapi Menulis Pengalaman Emosional Terhadap Penurunan Perilaku Agresif Pada Remaja Kelas 2 SMA Islam Duduksampeyan Kabupaten Gresik Tahun 2015. Karakteristik Perilaku Pre Post No Agresif Eksperimen Eksperimen F % F % 1 Tidak 0 0 0 0 agresif 2 Agresif 0 0 30 85,7 ringan 3 Agresif 35 100 5 14,3 sedang 4 Agresif 0 0 0 0 tinggi Jumlah 35 100 35 100 Asymp sig 2 tailed (p) = Z= -5,477a 0,000 Berdasarakan tabel 5 di atas menunjukkan bahwa sebelum diberikan intervensi seluruh remaja berperilaku agresif sedang sebanyak 100% sedangkan setelah diberikan intervensi hampir seluruhnya
SURYA
remaja berperilaku agresif ringan sebanyak 85,7% dan sebagian kecil remaja berperilaku agresif sedang sebanyak 14,3%. Hasil uji statistik Wilcoxon Sign Rank Test, menunjukkan nilai signifikansi (p sign = 0,000) dimana hal ini berarti p sign < 0,05 sehingga H0 ditolak artinya terdapat pengaruh terapi menulis pengalaman emosional terhadap penurunan perilaku agresif. PEMBAHASAN 1. Perilaku Agresif Pre Intervensi Pada Remaja Kelas 2 SMA Islam Duduksampeyan Kabupaten Gresik Pada Tahun 2015 Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa dari 35 remaja seluruhnya berperilaku agresif sedang sebanyak 100% Sedangkan pada tabel 1 menunjukkan bahwa dari 35 remaja berumur 17 tahun sebanyak 71,4% dan sisanya adalah sebagian kecil berumur 16 tahun sebanyak 28,6%. Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak menuju masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek atau fungsi untuk memasuki masa dewasa. Dalam mengarungi fase demi fase tersebut, remaja dihadapkan pada tugas perkembangan tertentu dan secara bertahap berdasarkan umur, lingkungan dan tuntutan kondisi disekitar remaja itu sendiri. Pada fase ini sering dianggap sebagai periode “Badai dan Tekanan”, suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi dan sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar didalamnya. Adapun meningginya emosi baik perempuan maupun laki-laki disebabkan tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru, sedangkan selama masa kanak-kanak ia kurang mempersiapkan diri untuk menghadapi keadaan-keadaan itu. Tidak semua remaja mengalami badai dan tekanan, namun benar bahwa sebagian besar remaja mengalami ketidakstabilan dari waktu ke waktusebagai konsekuensi dari usaha penyesuaian diri pada pola perilaku dan harapan sosial yang baru (Hurlock, 2008). Sejalan dengan perubahan yang terjadi dalam diri remaja, mereka dihadapkan pada tugas-tugas yang berbeda dari tugas pada masa kanak-kanak, sebagaimana diketahui, dalam setiap fase perkembangan, termasuk pada remaja. Apabila tugas tersebut berhasil
11
Vol. 07, No. 03, Desember 2015
Pengaruh Terapi Menulis Pengalaman Emosional terhadap Penurunan Perilaku Agresif pada Remaja Kelas 2 SMA Islam Duduksampeyan Kabupaten Gresik diselesaikan dengan baik, maka akan tercapai kepuasan, begitu pula sebaliknya, apabila individu tidak bisa menyelesaikan tugas perkembangannya dengan baik maka individu akan mengalami kesulitan untuk memenuhi tugas perkembangan selanjutnya. Masalahnya seringkali remaja mengalami kesulitan dalam menghadapi fase ini. Terdapat banyak hal yang dapat menghambat. Hambatan tersebut muncul karena kurang siapnya individu dalam menerima perubahan-perubahan yang terjadi oleh karena ketidakseimbangan antara perubahan fisik yang sangat cepat dengan perubahan kejiwaan yang meliputi mental dan emosional (Zulkifli, 2009). Sesuai dengan hasil penelitian diketahui bahwa umur remaja sebagian besar adalah 17 tahun atau sebesar 25 remaja (71,4%) sehingga dapat dikategorikan dalam remaja lanjut (Late Adolescent). Pada masa ini, mulai tumbuh tanda-tanda kedewasaan antara lain adalah adanya peningkatan minat terhadap fungsi-fungsi intelektual, egosentrisme diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain dan identitas seksual yang telah menetap. Namun perlu diketahui juga bahwa semakin tinggi umur remaja maka semakin berat pula tugas dan perkembangannya. Apabila remaja tidak mampu untuk menyelesaikan tugas mereka seringkali remaja tersebut akan merasa frustasi, melampiaskan emosi mereka pada hal yang negatif yang mengarah pada perilaku agresif yang dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain. 2. Perilaku Agresif Post Intervensi Pada Remaja Kelas 2 SMA Islam Duduksampeyan Kabupaten Gresik Pada Tahun 2015 Pada tabel 4 menunjukkan bahwa dari 35 remaja yang sudah diberikan terapi menulis pengalaman emosional, hampir seluruhnya berperilaku agresif ringan sebanyak 85,7% (30 remaja) sedangkan sisanya sebagian kecil remaja berperilaku agresif sedang sebanyak 14,3% (5 remaja). Hurlock (2008), menyatakan bahwa yang dimaksud perilaku agresif adalah tindak permusuhan yang nyata atau ancaman permusuhan, biasanya tidak ditimbulkan oleh orang lain, diekspresikan berupa
SURYA
penyerangan secara fisik atau lisan terhadap pihak lain. Kemampuan untuk berpikir jernih mengalami gangguan serius apabila seseorang berada dibawah tekanan. Dalam budaya seseorang cenderung untuk segera mengambil respon, tidak sempat berpikir untuk menyediakan waktu untuk dapat mengelolah pengalaman secara matang. Ketika emosi menggerakkan seseorang maka tidak akan lagi memikirkan tubuh. Saat tersebut, emosi menjadi sesuatu yang hidup dan seolah-olah dihayati secara intensional (Poerwandi, 2005). Namum apabila pengalaman yang diingat tersebut dituangkan dalam tulisan dengan menulis pengalaman emosional, menulis memiliki kekuatan tersendiri karena menulis adalah suatu bentuk eksplorasi dan ekspresi area pemikiran, emosi dan spiritual yang dapat dijadikan sebagai suatu darana komunikasi dengan diri sendiri atau mengembangkan suatu pemikiran serta kesadaran akan suatu peristiwa (Bolton, 2005). Menulis tentang pengalaman traumatis berhubungan dengan peningkatan efek psikologis yang positif dan dalam jangka panjang menurunkan masalah-masalah kesehatan. Karena itu, proses katarsis yang diperoleh ketika menulis pengalaman emosional pada seseorang yang mengalami gangguan kecenderungan agresi akan dapat memberikan keuntungan bagi dirinya untuk menurunkan simtom-simtom yang mengganggu dan meningkatkan kesejahteraan psikologis maupun fisik (Pennebaker, 2005). Sesuai dengan fakta yang didapatkan bahwa sebagian besar remaja hampir seluruhnya berperilaku agresif ringan sebesar 30 remaja (85,7%) setelah dilakukan terapi menulis pengalaman emosional. Dimana menulis dapat menggali potensi negatif dari perasaan dan pengalaman emosional yang terjadi dalam diri remaja sehingga dapat mengurangi perilaku agresif remaja tersebut. Kebiasaan menulis tentang pengalaman emosional juga bisa menambah variasi dalam berekspresi secara emosional, karena kebiasaan individu untuk mengasosiasikan emosi secara aversive dengan trauma yang mereka hadapi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa menulis pengalaman emosional secara efektif
12
Vol. 07, No. 03, Desember 2015
Pengaruh Terapi Menulis Pengalaman Emosional terhadap Penurunan Perilaku Agresif pada Remaja Kelas 2 SMA Islam Duduksampeyan Kabupaten Gresik mempunyai pengaruh dalam penurunan perilaku agresif pada remaja. 3. Perilaku Agresif Pre dan Post Intervensi Pada Remaja Kelas 2 SMA Islam Duduksampeyan Kabupaten Gresik Pada Tahun 2015 Berdasarkan tabel 5 menunjukkan sebelum diberikan intervensi seluruh remaja berperilaku agresif sedang sebanyak 100% sedangkan setelah diberikan intervensi hampir seluruhnya remaja berperilaku agresif ringan sebanyak 85,7% dan sebagian kecil remaja berperilaku agresif sedang sebanyak 14,3%. Seseorang yang melakukan expresive regresif akan belajar menyatukan isi pikirannya, mengingat peristiwa traumatis yang pernah dialami untuk dihadirkan kembali kedalam pikiran, memilih hal-hal yang ingin disampaikan melalui tulisan, dan melatih emosi agar terbiasa menghadapi kembali peristiwa yang dianggap traumatis. Semakin sering menulis, diharapkan orang yang bersangkutan akan memperoleh gambaran berdasarkan pengalaman individu, sikap dan opini tentang peristiwa traumatisnya secara menyeluruh sehingga semakin memahami peristiwa tersebut, berpikir luas dan integratif, mampu melakukan refleksi diri, dan akhirnya memandang peristiwa traumatis tersebut dari sudut pandang yang berbeda sehingga mampu menemukan penyelesaiannya (Pennebaker, 2005). Kegiatan menulis pengalaman emosional dalam hal ini sangatlah membantu, karena bisa memaksakan semacam struktur dan organisasidalam pikiran.Saat menulis, proses berpikir seseorang dipaksa untuk mengalami perlambatan.Sedangkan sebelum menulis, bisa terjadi satu pikiran seseorang terus diikuti oleh pikiran lainnya, dan lainnya, dan seterusnya. Tidak ada masalahemosi atau pikiran yang bisa diselesaikan seseorang saat menghadapi berbagai masalah.Akan tetapi saat seseorang mulai menulis, dia mampu membawa satugagasan ke satu simpulan logisnya (Pennebaker, 2005). Sesuai dengan fakta bahwa perilaku agresif pada remaja kelas 2 sebelum dilakukan terapi menulis seluruhnya berperilaku agresif sedang sebanyak 100% dan sesudah dilakukan terapi menulis
SURYA
pengalaman emosional berperilaku agresif ringan sebanyak 85,7%. Bahwa menulis pengalaman emosional dapat memberikan efek terhadap emosi dan perilaku agresif karena dengan menulis seseorang dapat menuangkan pikiran dan perasaan yang ada dalam diri individu tersebut, mengeluarkan atau meluapkan emosinya ketika sedang kecewa, kesal atau marah, sehingga hal-hal yang bisa melukai diri individu bisa dicegah dan individu bisa mengatasi luapan emosinya dengan hal yang positif. Individu dapat menggali potensi negatif dari perasaan yang dapat memberikan pemahaman baru terhadap beberapa persepsi yang ada dalam pikiran individu, sehingga individu mampu menguasai mekanisme koping untuk mengurangi perilaku agresif. 4. Pengaruh Menulis Pengalaman Emosional Terhadap Penurunan Perilaku Agresif Pada Remaja Kelas 2 SMA Islam Duduksampeyan Kabupaten Gresik Tahun 2015 Sesuai tabel 4 terdapat perbedaan sebelum dan sesudah diberikan intervensi dimana dari 35 remaja sebelum intervensi semua responden berperilaku agresif sedang sebanyak 100%, setelah diberikan perlakuan menulis pengalaman emosional hampir seluruhnya remaja berperilaku agresif ringan sebanyak 85,7% (30 remaja) dan sisanya sebagian kecil berperilaku agresif sedang atau sebanyak 14,3% (5 remaja). Berdasarkan data yang didapat bahwa sebagian besar remaja sebelum diberikan intervensi berprilaku agresif sedang. Agresif bukanlah suatu bentuk perilaku yang tidak dapat dihindari atau tidak dapat diubah. Sebaliknya karena agresi berasal dari interaksi kompleks berbagai peristiwa eksternal, kognisi dan karakteristik pribadi, hal itu dapat dicegah atau dikurangi. Terapi menulis adalah suatu aktivitas menulis yang mencerminkan refleksi dan ekspresi klien baik itu karena inisiatif sendiri atau sugesti dari seorang terapis atau peneliti (Siswanto 2007) Pusat dari terapi menulis lebih dari pada proses selama menulis daripada hasil dari menulis itu sendiri sehingga penting bahwa menulis adalah suatu aktivitas yang personal, bebas kritik dan bebas dari aturan bahasa atau tata bahasa, sintaksis dan bentuk (Bolton, 2005).
13
Vol. 07, No. 03, Desember 2015
Pengaruh Terapi Menulis Pengalaman Emosional terhadap Penurunan Perilaku Agresif pada Remaja Kelas 2 SMA Islam Duduksampeyan Kabupaten Gresik Tindakan menulis merupakan kerja otak bagian kiri yang bersifat analitis dan rasional. Ketika otak kiri sedang aktif, otak kanan menjadi bebas untuk berkreasi, menjadi intuitif dan merasakan, sehingga menulis memindahkan hambatan mental dan memungkinkan orang untuk menggunakan semua kekuatan otak untuk memahami diri sendiri, orang lain dan dunia sekitar dengan lebih baik. Beberapa keuntungan menulis seperti mengklarifikasi pikiran–pikiran dan perasaan–perasaan mengetahui diri sendiri dengan lebih baik, menurunkan tekanan karena menulis mengenai kemarahan, kesedihan dan emosi lain yang menyakitkan, serta membantu melepaskan intensitas perasaan-perasaan tersebut, memecahkan masalah dengan efektif karena umumnya masalah dapat dipecahkan oleh otak kiri, tetapi kadang-kadang hanya dapat ditemukan dengan menggunakan otak kanan yang bersifat kreatif (Siswanto, 2007). Menulis merupakan suatu kegiatan yang sangat positif karena individu dapat menuangkan perasaan secara terbuka melalui tulisan. Dengan menulis akan merubah sikap dan perilaku, meningkatkan kreatifitas, memori, motivasi, dan berbagai hubungan antara kesehatan dan perilaku. Berdasarkan hasil uji statistik Wilcoxon Sign Rank Rest, menunjukkan nilai signifikansi (p sign = 0,000) dimana hal ini berarti p sign < 0,05 sehingga H0 ditolak artinya terdapat pengaruh terapi menulis pengalaman emosional terhadap penurunan perilaku agresif pada remaja kelas 2 SMA Islam Duduksampeyan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara terapi menulis pengalaman emosional terhadap penurunan perilaku agresif remaja kelas 2 SMA Islam Duduksampeyan Kabupaten Gresik.
KESIMPULAN 1. Seluruh remaja kelas 2 SMA Islam Duduksampeyan Gresik sebelum diberikan intervensi berperilaku agresif sedang. 2. Hampir seluruhnya remaja kelas 2 SMA Islam Duduksampeyan Gresik setelah diberikan intervensi berperilaku agresif ringan dan sebagian kecil berprilaku agresif sedang.
SURYA
3. Terdapat Perbedaan pada perilaku agresif remaja kelas 2 SMA Islam Duduksampeyan Gresik sebelum dan sesudah dilakukan intervensi. 4. Terdapat pengaruh menulis pengalaman emosional terhadap penurunan perilaku agresif remaja kelas 2 SMA Islam Duduksampeyan Gresik.
DAFTAR PUSTAKA Anantasari. 2006. Menyikapi perilaku agresif anak. Yogyakarta: Kanisus. Baron, R. A., & Byrne, D. 2005. Psikologi sosial (Jilid 2 ed.). Jakarta: Erlangga. Bolton, R. 2005. Poople skil. New York: A Viocom Company. BPS. 2010. Angka prevalensi kenakalan di indonesia 2010. Hurlock, E. B. 2008. Psikologi perkembangan (5th ed.). Jakarta: Erlangga. Kompas. 2010. Kenakalan remaja. Retrieved 20 Oktober, 2014, from http:/nasional.kompas.com/red/2010 /05/07/0527140/Indonesia.Darurat.K ekerasan.remaja Mutadin, Z. 2007. Mengenal kecerdasan emosional remaja. Retrieved 15 Oktober 2014, from sister.imsa.us/index.php?kecerdasanemosional-remaja Pennebaker, J. W. 2005. Ketika diam bukan emas: berbicara dan menulis sebagai Terapi. Bandung: Mizan Pustaka. Pennebaker, J. W., & Chung. 2007. Expressive writing emotional upheavals and health handbook of health psychology. New York: Oxford University Press. Poerwandi. 2005. Pendekatan kualitatif dalam penelitian perilaku manusia. Jakarta: Lembaga Pengembangan
14
Vol. 07, No. 03, Desember 2015
Pengaruh Terapi Menulis Pengalaman Emosional terhadap Penurunan Perilaku Agresif pada Remaja Kelas 2 SMA Islam Duduksampeyan Kabupaten Gresik Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3). Saefi, M. 2008. Pengertian perilaku agresif. Retrieved 6 Mei, 2015, fromhttp.//belajarpsikologi.com/pen egrtian-perilaku-agresif. Siswanto. 2007. Kesehatan mental konsep cakupan dan perkembangannya. Jakarta: Andi Publiser. WHO.
2012. Global status violence prevalention. Retrieved 2 Desember, 2014, fromhttp://www.who.int/violence_in jury_prevention/violence/status_rep ort/global_status_violence_preventio n.pdf
Wong, W. 2005. Clinical manual of pediatrics nursing (4th ed.). Mosby: Year Book. Zulkifli. 2009. Psikologi perkembangan. Bandung: Rosdakarya.
SURYA
15
Vol. 07, No. 03, Desember 2015