Prosiding Semnar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, ISBN : 978-602-0951-12-6 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September 2016
PENGARUH TEKNIK SAJIAN ISI PEMBELAJARAN BERBASIS TAKSONOMI UNJUK KERJA MERRILL TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN SISWA TOPIK TEORI TUMBUKAN EFFECT OF SERVING CONTENT-BASED LEARNING TECHNIQUES TAXONOMY MERRILL PERFORMANCE LEVEL OF UNDERSTANDING ON STUDENT TOPIC COLLISION THEORY Lukman A.R. Laliyo, Julhim S. Tangio, Aprilyanto Suleman Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Negeri Gorontalo\ Jl. Jend. Sudirman No. 6 Kota Gorontalo (96128). Telp. 0435-821125 E-mail:
[email protected] Abstrak. Telah dilakukan penelitian untuk menguji pengaruh teknik sajian isi pembelajaran berbasis taksonomi unjuk kerja terhadap hasil belajar teori tumbukan siswa SMA. Desain yang digunakan adalah quasi experimental: pre test-post test control group design. Populasi adalah seluruh siswa kelas XI SMA di Gorontalo. Sampel diambil secara simple random sampling. Di kelas eksperimen, pembelajaran disajikan menggunakan bahan ajar berbasis taksonomi unjuk Kerja, sedangkan di kelas control pembelajaran disajikan menggunakan buku ajar yang umumnya di SMA. Instrumen menggunakan tes pemahaman konsep. Data dianalisis dengan uji Anacova. Hasil pengujian menunjukan bahwa rata-rata pemahaman siswa pada kelas eksperimen meningkat 58% sedangkan di kelas kontrol 16%. Pengujian hipotesis diperoleh Fhitung (43,10) ˃ Ftabel (4,28), yang berarti hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih baik dari kelas control. Kata kunci: taksonomi, unjuk kerja, teori tumbukan Abstract. Research was conducted to examine the effect of grain engineering - based learning content taxonomy performance of the learning outcomes of the collision theory of high school students. The design was quasi-experimental: pretest - posttest control group design. The population is all students of class XI SMA in Gorontalo. Samples were taken by simple random sampling. In the experimental class, learning is presented using a taxonomy based teaching material work performance, whereas in the control classroom learning is presented using a textbook that is generally in high school. The instrument uses a test understanding of concepts. Data were analyzed by Anacova. The test results showed that the average comprehension of students in the experimental class increased by 58% whereas in the control group 16% . Testing the hypothesis obtained Fcount (43.10) ˃ Ftable (4.28), which means that the results of the experimental class students learn better than a control class . Key words: taxonomy, performance merrill, collision theory mata pelajaran kimia, dari hasil capaian Ujian Nasional siswa relatif rendah. Penelitian (Laliyo, dkk., 2011) tentang capaian Ujian Nasional (UN) selang tahun 2009 s.d 2011 (khususnya mata pelajaran kimia), menyimpulkan bahwa perolehan rata-rata daya serap siswa relatif
PENDAHULUAN Ujian Nasional (UN) merupakan salah satu metode pengukuran hasil belajar siswa yang dilaksanakan secara nasional untuk seluruh sekolah di Indonesia untuk mengukur capaian siswa selama pembela-jaran di sekolah. Pada
B - 32
Prosiding Semnar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, ISBN : 978-602-0951-12-6 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September 2016
rendah (<60%). Rendahnya capaian daya serap terutama pada konsep kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, ikatan kimia, pH, asam basa, dan sifat koligatif larutan. Pada konsep dimaksud, siswa umumnya kesulitan teru-tama pada pertanyaan yang mengukur kemampuan menyelesaikan soal-soal hitu-ngan, dan menjelaskan kaitan antara konsep yang mendasarinya. Penelitian yang dilakukan oleh (Laliyo, dkk., 2011) tentang capaian Ujian Nasional (UN) menyimpulkan bahwa pengetahuan siswa pada pembelajaran kimia rendah hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang menunjukkan pada selang waktu 3 tahun hasil capaian UN siswa SMA pada mata pelajaran kimia relatif rendah. Baah dan Ampiah (2012) menjelas-kan bahwa pemahaman siswa yang rendah pada materi reaksi kimia disebabkan oleh adanya kesulitan untuk memprediksi produk reaksi dikarenakan siswa tidak mengetahui fakta dari pembentukan reaksi sehingga siswa akan sulit untuk menjelaskan produk reaksi yang terbentuk dari proses reaksi yang terjadi karena beberapa fakta tentang reaksi sendiri tidak dipahami oleh para siswa. Penelitian Laliyo dan Tangio (2013) menunjukkan bahwa struktur pengetahuan siswa cenderung tidak terba-ngun dan parsial. Siswa gagal menjelaskan bagian konsep yang menuntut tautan pengetahuan konseptual dan perhi-tungan dan tidak mampu memecahkan masalah, seperti persa-maan reaksi, laju reaksi, dan menafsirkan grafik. Beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan siswa yang membuat proses pengalaman belajar siswa cenderung ”miskin” makna dan struktur pengetahuan siswa yang cenderung parsial; siswa mengalami kesulitan menyelesaikan soal pada tingkat unjuk kerja tinggi; seperti menerap-kan, membuktikan atau menganalisis. Siswa hanya menghafal konsep, bukan menerapkan, apalagi mengembangkannya. Beberapa faktor penyebab rendahnya capaian hasil belajar siswa, umumnya akibat (a) adanya kesenjangan keahlian guru dalam menguasai Ilmu Kimia dengan kemampuannya dalam membelajarkan pada siswa, (b) praktek
pembelajaran lebih bersifat verbal melalui cara belajar menghafal, (c) sarana dan fasilitas laboratorium, serta sumber daya lingkungan belajar yang tidak memadai, (d) buku ajar atau bahan ajar kimia yang konvensional, dan mengabaikan prinsip strategi sajian dan urutan konsep (Laliyo, 2012). Berdasarkan faktor tersebut peneliti memfokuskan penelitian ini pada point (d) buku ajar atau bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran masih konvensional. Buku ajar Kimia di SMA yang beredar di sekolah saat ini, baik yang menggunakan KTSP 2006 maupun Kurikulum 2013; relatif disajikan secara monoton dan kurang mena-rik. Semestinya bahan ajar yang disusun oleh guru dalam pembelajaran mengutamakan pada strategi pembelajaran dan dapat mempermudah siswa dalam mempelajari materi yang diajarkan. Bahan ajar yang dibuat sebisa mungkin dapat memberikan kemudahan siswa dalam belajar dengan cara menyusun isi bahan ajar yang akan diajarkan menjadi lebih sistematik dan menggunakan strategi sajian pembelajaran yang lebih menarik sehingga siswa akan tertarik untuk membaca bahan ajar tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pegaruh penggunaan sajian bahan ajar berbasis taksonomi unjuk kerja Merrill pada tingkat pemahaman siswa topik teori tumbukan. Taksonomi unjuk kerja Merrill merupakan tingkatan unjuk kerja yang disusun berdasarkan Component Display Theory (CDT) Merrill (Merrill, 1983). CDT Merrill dipakai terutama dalam penetapan sasaran belajar. Selain itu, CDT juga mengadaptasi teori pembelajaran yang berlandaskan teori kognitif. Teori kognitif terutama berkenaan dengan penggunaan komponen strategi sajian yang mengacu pada upaya peningkatan proses internal. Salah satu karakteristik CDT adalah ditampilkannya lima taksonomi baru. Kelima taksonomi tersebut adalah (1) tingkat unjuk kerja: mengingat, menggunakan, menemukan/ mengembangkan; (2) tipe isi ajaran: fakta, konsep, prosedur, dan prinsip; (3) lingkup bahasan, meliputi hal-hal yang umum (generality) dan hal-hal spesifik (instance); (4) cara penyampaian, berupa B - 33
Prosiding Semnar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, ISBN : 978-602-0951-12-6 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September 2016
ekspositori (menjelaskan, menyatakan) atau inkuisitori (mempertanyakan); dan (5) bentuk sajian, berupa sajian primer dan sajian sekunder. (Merrill, 1984) METODE PENELITIAN Penelitian yang dilakukan di SMA Negeri di Gorontalo menggunakan Quasi experimental design yang berbentuk pretestposttest control group design dengan populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA kelas XI jurusan IPA tahun ajaran 2015/2016 yang terdiri dari 2 kelas. Data dalam penelitian ini diambil dari kelas kontrol dan kelas eksperimen. Sampel diambil dengan teknik Simple random sampling dari populasi normal dan homogen. Data diperoleh dari hasil tes objektif teori tumbukan dan dokumentasi. tes objektif diberikan 5 nomor soal teori tumbukan dengan tingkatan kesulitan yang berbeda berdasarkan tingkatan unjuk kerja Merrill. Dokumentasi dilakukan dengan mengambil gambar selama penelitian, foto siswa dan nama siswa. Dalam penelitian ini dilakukan analisis data tahap awal dan analisis data tahap akhir. pada analisis data tahap awal, dilakukan uji homogenitas data hasil pretest sedangkan pada analisis data tahap akhir dilakukan analisis persentase tingkat pemahaman konsep siswa, analisis peningkatan hasil belajar siswa uji homogenitas data dan pengujian hipotesis statistika dengan menggunakan uji anakova.
kelompok sampel. Hasil uji homogenitas populasi dapat dilihat pada Tabel berikut ini. Tabel 1 Hasil uji homogenitas varians
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis data awal Analisis data tahap awal dilakukan untuk membuktikan bahwa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki kondisi awal yang sama. Analisis data tahap awal terdiri dari dua uji, yaitu uji uji homogenitas data yang digunakan untuk analisis tahap awal diambil dari nilai pretest dan post test serta uji Anacova untuk melihat tingkat kesamaan nilai siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen pada hasil pretest dan postest.
Berdasarkan data tabel, diperoleh bahwa Fhitung = 1,25. Pada taraf signifikansi 0,05 dengan derajat bebas (db) pembilang dan derajat bebas (db) penyebut masing-masing n-1 = 25-1 = 24 maka Ftabel = 1,98. Maka dapat disimpulkan bahwa Fhitung = 1,25 < Ftabel = 1,98. Hal ini menunjukkan bahwa data berasal dari populasi yang homogen.
Data
Fhitung
Ftabel
Kriteria
Nilai posttest dua kelompok sampel
1,04
1,98
Homogen
Pada tabel 1 tersebut, diperoleh bahwa Fhitung = 1,04. Pada taraf signifikansi 0,05 dengan derajat bebas (db) pembilang dan derajat bebas (db) penyebut masingmasing n-1 = 25-1 = 24 maka Ftabel = 1,98. Maka dapat disimpulkan bahwa Fhitung = 1,04 < Ftabel = 1,98. Hal ini menunjukkan bahwa data berasal dari populasi yang homogen. Dengan demikian populasi berangkat dari titik tolak yang sama. Uji homogenitas data hasil post test Uji homogenitas data hasil post test dilakukan untuk melihat apakah data hasil post test kelas kontrol dan kelas eksperimen berasal dari populasi yang sama. Hasil uji homogenitas populasi dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 2 hasil uji homogenitas data hasil posttest Data Nilai posttest dua kelompok sampel
Fhitung
Ftabel
Kriteria
1,25
1,98
Homogen
Hasil uji anakova Dalam penelitian ini, nilai posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh lebih tinggi dibandingkan dengan nilai pretest dari kedua kelas. Untuk lebih meyakinkan bahwa nilai posttest yang diperoleh pada kelas
Uji homogenitas varians Pengujian homogenitas varians digunakan uji F karena hanya terdiri dari dua B - 34
Prosiding Semnar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, ISBN : 978-602-0951-12-6 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September 2016
eksperimen dan kelas kontrol adalah murni akibat adanya perlakuan bukan dari faktor lain dalam hal ini nilai pretest, maka perlu diadakan analisis kovarians untuk membandingkan apakah data pada kelas kontrol dan kelas eksperimen sama atau tidak sama. Hasil perhitungan analisis kovarians dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 3 hasil perhitungan anakova Source
SS
df
MS
F
F tabel
Aadj
34139,84
1
22260,5
43,10
4,28
Sadj
11879,34
23
516,49
Total
46019,18
24
yang merupakan salah satu konsep dari teori tumbukan. Butir soal ini berada pada tingkat unjuk kerja mengingat konsep. Data persentase hasil pretest dan posttest siswa diberikan dalam tabel sebagai berikut. Tabel 4 persentase hasil pretest dan posttest butir soal nomor 1 Tingkat Pemahaman Materi (%) Kelas Kontrol Kelas Eksperimen pretest posttest pretest posttest JS JB JS JB JS JB JS JB 88%
12%
36%
64%
92%
8%
4%
96%
Tabel tersebut menunjukkan pada hasil pretest, kedua kelas yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen masing-masing memiliki persentase siswa menjawab salah lebih besar dibandingkan siswa menjawab benar. Pada kelas kontrol ada 88% dari 25 siswa yang menjawab salah dan di kelas eksperimen ada 92% dari 25 siswa menjawab salah pada butir soal nomor 1 dengan sasaran belajar mengingat konsep. Setelah diberikan perlakuan pada dua kelas, kedua kelas terjadi peningkatan tingkat pemahaman akan tetapi antara kedua kelas terdapat perbedaan yang sangat signifikan. Pada kelas kontrol terjadi peningkatan siswa yang dapat menjawab benar sebesar 64%. Pada kelas eksperimen peningkatan tingkat pemahaman untuk siswa yang dapat menjawab benar adalah 96%. Cukup besar dibandingkan dengan peningkatan pada kelas kontrol. Jawaban siswa pada kelas kontrol untuk soal nomor 1 lebih banyak ditemukan siswa yang salah konsep. Kebanyakan siswa kurang memahami konsep teori tumbukan meskipun telah diberikan pembelajaran. Sedangkan pada kelas eksperimen, tingkat kesalahan siswa relatif rendah, sebagian besar siswa mampu menjawab soal dengan benar. 2) Butir soal nomor 2 menggunakan konsep tentang teori tumbukan dan energi aktivasi Butir soal nomor 2 berada pada tingkat unjuk kerja menggunakan konsep. Siswa diharapkan mampu mengaplikasikan konsep teori tumbukan dan energi aktivasi dengan membedakan antara penggunaan metode jumlah tumbukan dan penurunan energi aktivasi untuk
Nilai Fhitung = 43,10 > Ftabel = 4,28, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa hasil pembelajaran siswa yang menggunakan sajian bahan ajar berbasis taksonomi unjuk kerja Merrill tidak sama dengan hasil pembelajaran siswa dengan menggunakan buku ajar konvensional. Analisis pemahaman materi siswa berdasarkan hasil pretest dan posttest berdasarkan uji kompetensi Data analisis hasil pemahaman siswa diperoleh dari data hasil pretest dan posttest yang dilakukan di kelask kontrol dan kelas eksperimen kemudian dibandingkan tingkat penguasaan materi siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Pada kelas eksperimen dan kelas kontrol diberikan perlakuan yang sama, yaitu metode pembelajaran menggu-nakan metode ceramah, akan tetapi menggu-nakan media sajian pembelajaran yang berbeda. Pada kelas kontrol diberikan pembelajaran dengan menggunakan buku ajar konvensional dan kelas eksperimen diberikan pembelajaran dengan mengguna-kan bahan ajar berbasis taksonomi unjuk kerja Merrill. Dari data hasil pretest dan posttest, jawaban siswa dibagi menjadi 2 kategori yaitu (JB) untuk siswa yang menjawab benar dan (JS) untuk siswa yang menjawab salah 1) Butir soal nomor 1 mengingat konsep tentang energi aktivasi Pada butir soal nomor 1 siswa diharapkan mampu mengingat pengertian energi aktivasi B - 35
Prosiding Semnar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, ISBN : 978-602-0951-12-6 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September 2016
menjelaskan laju reaksi. Data persentase hasil pretest dan posttest siswa diberikan dalam tabel sebagai berikut. Tabel 5 persentase hasil pretest dan posttest butir soal nomor 2 Tingkat Pemahaman Materi (%) Kelas Kontrol Kelas Eksperimen pretest posttest pretest posttest JS JB JS JB JS JB JS JB 80%
20%
72%
28%
64%
36%
4%
posttest siswa diberikan dalam tabel sebagai berikut. Tabel 6 persentase hasil pretest dan posttest butir soal nomor 3 Tingkat Pemahaman Materi (%) Kelas Kontrol Kelas Eksperimen pretest posttest pretest posttest JS JB JS JB JS JB JS JB 76%
96%
Tabel tersebut dapat dilihat pada hasil pretest untuk kelas kontrol dan kelas eksperimen sama-sama memiliki tingkat kemampuan dan pemahaman yang hampir sama meskipun persentase siswa menjawab benar lebih banyak pada kelas ekspeeimen. Akan lebih banyak siswa menjawab salah dibandingkan siswa yang menjawab benar pada kedua kelas. Setelah diberikan perlakuan, pada hasil posttest kelas kontrol tidak mengalami perubahan. Tingkat kesalahan jawaban siswa yaitu 72%. Berbeda dengan kelas kontrol, tingkat pemahaman kelas eksperimen siswa lebih meningkat. Siswa yang dapat menjawab dengan benar pada kelas eksperimen adalah 96%. Peningkatan pemahaman siswa di kelas eksperimen menunjukkan siswa di kelas eksperimen mampu untuk dapat memahami aplikasi konsep teori tumbukan dan energi aktivasi dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa siswa di kelas kontrol6 yang diberikan perlakuan pembelajaran dengan mengguna-kan buku ajar konvensional masih belum dapat memahami pengaplikasian konsep teori tumbukan dan energi aktivasi. 3) Butir soal nomor 3 mengingat prinsip teori tumbukan dan energi aktivasi Indikator soal nomor 3 berada pada tingkat unjuk kerja mengingat prinsip. Diharapkan siswa mampu untuk menjelaskan prinsip teori tumbukan dan energi aktivasi. Butir soal nomor 3 akan mengidentifikasi pemahaman siswa terhadap prinsip energi aktivasi yang dilihat dari peran katalis untuk dapat menurunka energi aktivasi. Data persentase hasil pretest dan
B - 36
24%
56%
44%
72%
28%
16%
84%
Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat bahwa hasil pretest untuk kelas kontrol dan kelas eksperimen berada pada tingkat pemahaman yang sama yaitu pada kelas kontrol siswa yang mampu menjawab benar hanya 24% dan pada kelas eksperimen siswa yang mampu menjawab benar hanyalah 28%. Hal ini menunjukkan pada butir soal nomor 3 kedua kelas memiliki tingkat pemahaman awal yang sama. Pada hasil posttest setelah diberikan perlakuan, terjadi peningkatan tingkat pemahaman siswa baik di kelas kontrol maupun di kelas eksperimen. Peningkatan tingkat pemahaman pada kelas kontrol siswa yang mampu menjawab benar pada butir soal nomor 3 adalah 44%. Pada kelas eksperimen terjadi peningkatan tingkat pemahaman yang cukup tinggi yaitu 84% siswa yang mampu menjawab benar, dengan kata lain pada kelas eksperimen setelah diberikan pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar berbasis taksonomi unjuk kerja Merrill, siswa menjadi lebih mampu memahami prinsip teori tumbukan dan energi aktivasi setelah diberikan perlakuan. 4) Butir soal nomor 4 menggunakan prinsip teori tumbukan tingkat analisis Butir soal nomor 4 diharapkan siswa mampu untuk dapat mengaplikasikan prinsip teori tumbukan yaitu siswa mampu untuk membedakan amtara pengaruh faktor yang mempengaruhi laju reaksi yang mengguna-kan prinsip jumlah tumbukan dan yang menggunakan prinsip penurunan energi aktivasi. Data persentase hasil pretest dan posttest siswa diberikan dalam tabel sebagai berikut
Prosiding Semnar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, ISBN : 978-602-0951-12-6 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September 2016
yang diberikan adalah soal yang dengan tingkat taksonomi analisis. Data persentase hasil pretest dan posttest siswa diberikan dalam tabel sebagai berikut. Tabel 8 persentase hasil pretest dan posttest butir soal nomor 5 Tingkat Pemahaman Materi (%) Kelas Kontrol Kelas Eksperimen pretest posttest pretest posttest JS JB JS JB JS JB JS JB
Tabel 7 persentase hasil pretest dan posttest butir soal nomor 4 Tingkat Pemahaman Materi (%) Kelas Kontrol Kelas Eksperimen pretest posttest pretest posttest JS JB JS JB JS JB JS JB 80%
20%
88%
12%
92%
8%
12%
88%
Tabel tersebut menunjukkan pada hasil pretest kelas kontrol dan kelas eksperimen, persentase jawaban benar siswa di kelas kontrol lebih tinggi yaitu 20% dibandingkan dengan kelas eksperimen yang hanya 8% siswa mampu menjawab benar. Pada hasil posttest setelah diberikan perlakuan, persentase siswa menjawab benar pada kelas kontrol terjadi penurunan yaitu hanya 12% siswa yang mampu menjawab benar. Hal ini menunjukkan pada kelas kontrol siswa belum mampu memahami penerapan prinsip teori tumbukan yang dapat dilihat dari hasil posttest. Siswa di kelas kontrol setelah diberikan perlakuan pembelajaran dengan menggunakan buku ajar konvensional malah menimbulkan kesalahan konsep pada siswa. Hasil posttest kelas eksperimen terjadi peningkatan persentase jumlah siswa yang menjawab benar yaitu 88%. Siswa pada kelas eksperimen setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar berbasis taksonomi unjuk kerja Merrill menunjukkan kemampuan menjawab benar siswa di kelas kontrol lebih baik dibandingkan siswa di kelas kontrol. 5) Butir soal nomor 5 menggunakan prinsip teori tumbukan tingkat evaluasi Soal nomor 5 berada pada tingkat unjuk kerja menggunakan prinsip. Akan tetapi tingkat kesulitan soal tergolong tinggi yaitu pada tingkat taksonomi yaitu evaluasi. Diharapkan pada penerapan prinsip teori tumbukan, siswa mampu mengevaluasi faktor yang paling berpengaruh untuk dapat mempengaruhi laju reaksi. Soal ini tergolong soal tingkat tinggi yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi tingkat pemahaman siswa untuk dapat menganalisis soal, karena biasanya pada soal UN atau soal olimpiade beberapa soal
100%
0%
92%
8%
96%
4%
88%
12%
Tabel tersebut menunjukkan persen-tase tingkat pemahaman kelas kontrol dan kelas eksperimen sama. Pada kelas kontrol tidak ada siswa yang menjawab benar pada soal pretest. Hasil pretest pada kelas eksperimen persentase siswa yang menjawab salah adalah 96%. Hal ini menunjukkan bahwa berdasarkan hasil pretest kemampuan siswa pada kelas kontrol maupun kelas eksperimen addalah sama. Setelah diberikan perlakuan pada kedua kelas, hasil post test menunjukkan peningkatan pemahaman siswa pada kedua kelas. Pada kelas kontrol siswa yang dapat menjawab benar adalah 8%. Jadi dari 2 orang siswa yang menjawab benar pada soal nomor 5, Pada kelas eksperimen persentase yang menjawab benar adalah 12%. Pada kelas eksperimen ada 3 siswa yang mampu menjawab dengan benar. Jadi pada kelas eksperimen dari 25 siswa setelah diberikan perlakuan, ada 12% siswa yang memiliki tingkat pemahaman yang tinggi terhadap penerapan prinsip teori tumbukan diban-dingkan dengan kelas kontrol yang hanya 8% siswa yang mampu memberikan jawaban yang benar. Hal ini menunjukkan bahwa beberapa siswa di kelas siswa lebih mampu memahami penerapan prinsip teori tumbukan pada tingkat evaluasi. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Pembelajaran teori tumbukan dengan menggunakan bahan ajar berbasis taksonomi unjuk kerja Merrill lebih menyenangkan dan respon siswa lebih besar dibandingkan B - 37
Prosiding Semnar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, ISBN : 978-602-0951-12-6 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September 2016
pembelajaran dengan menggunakan buku ajar konvensional yang menoton sehingga siswa cenderung hening dengan respon siswa yang lebih sedikit. 2. Bahan ajar berbasis taksonomi unjuk kerja Merrill efektif dan dapat meningkatkan pemahaman siswa pada topik teori tumbukan dibandingkan buku ajar konvensional. Ratarata peningkatan pemahaman siswa pada topik teori tumbukan menggunakan bahan ajar berbasis taksonomi unjuk kerja Merrill yaitu 58% sedangkan peningkatan pemahaman siswa pada siswa yang menggunakan buku ajar konvensional yaitu 16%.
2. Laliyo, Lukman A R. 2013. Pemetaan Struktur Pengetahuan sebagai Ukuran Penguasaan Konsep Laju Reaksi pada Siswa SMA di Kota Gorontalo. Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo 3. Laliyo, Lukman A R., 1999. Analisis Perubahan Konsepsi Siswa tentang Konsep Partikel dalam Perubahan Wujud Materi dengan Implementasi Model Pengajaran Inkuari, Tesis, tidak dipublikasikan, Malang: IKIP Malang. 4. Laliyo, Lukman A.R., dkk., 2011. Pemetaan dan Peningkatan Mutu Pendidikan SMA di Kabupaten Bone Bolango dan Kabupaten Gorontalo, Laporan Hasil Penelitian; Gorontalo: Lembaga Penelitian Universitas Negeri Gorontalo. 5. Merrill, M. David., 1983, Component Display Theory, Instructional Design Theories and Model: An Overview of Their Current Status, ed. Charles M. Reigeluth, Hillsdale, New Jersey: Lawrence Erlbaum Ass. Publ., p. 301 6. Merrill, M. David., 1994, Introduction to Component Display Theory, Instructional Design Theory, ed. David G. Twitchell. Englewood Cliffs, New Jersey, Educational Technology Publications. 7. Sanjaya W. H. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran, Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Jakarta: Kencana Prenada Media Group
UCAPAN TERIMA KASIH Puji Syukur Kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan kesempatan dan nafas yang tak ada hentinya. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Pihak terkait dalam penelitian ini, kepada Dinas Pendidikan Provinsi Gorontalo, Kepala-kepala sekolah di SMA, serta seluruh responden penelitian yang ikut terlibat dalam penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA 1. Laliyo, Lukman A R. 2012. Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Gaya Kognitif Spasial terhadap Hasil Belajar Ikatan Kimia Siswa Kelas XI SMA Negeri di Gorontalo. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran LP3 Universitas Negeri Malang. Volume 19, Nomor 1, April 2012. Pp.1-14.
B - 38