Jurnal Ilmiah IKIP Mataram
Vol. 2. No. 1 ISSN:2355-6358
PENGARUH TEKNIK BELAJAR MIND MAPPING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN HASIL BELAJAR KIMIA
Desi Wuslatun Khalifah Pemerhati Pendidikan Kimia E-mail:ABSTRAK: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh teknik belajar mind mapping terhadap kemampuan berpikir kreatif dan hasil belajar kimia. Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimental design dengan sampel sebanyak dua kelas yang dilakukan secara cluster random sampling sehingga kelas X AP terpilih sebagai kelas eksperimen yang dibelajarkan dengan teknik belajar mind mapping dan X TPH sebagai kelas kontrol yang dibelajarkan dengan metode konvensional. Data dalam penelitian ini berupa data kemampuan berpikir kreatif diperoleh dengan teknik test menggunakan soal uraian dan data hasil belajar diperoleh dengan teknik test menggunakan saol pilihan ganda. Berdasarkan analisis kemampuan berpikir kreatif, diketahui jumlah siswa kelas eksperimen yang memenuhi komponen 2 dan 3 setara dengan kelas kontrol sehingga bisa dikatakan bahwa penerapan teknik belajar mind mapping berpengaruh negatif dalam menumbuhkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Sedangkan analisis hasil belajar dengan menggunakan uji t-test Polled varians untuk hasil uji-t data hasil belajar diperoleh nilai t-hitung sebesar 2,98 dan t-tabel pada taraf signifikan 5 % adalah 2,010. Hasil ini menunjukkan bahwa thitung lebih besar dari pada t-tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dilihat dari nilai rata-rata hasil belajar kelas eksperimen=75,23 dengan ketuntasan klasikal (KK)=82% lebih besar dari nilai rata-rata kelas kontrol =70,85 dengan ketuntasan klasikal (KK) =58%.Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa teknik belajar mind mapping berpengaruh positif terhadap hasil belajar kimia. Kata Kunci: Mind Mapping, Kemampuan Berpikir Kreatif, Hasil Belajar Kimia SMKPP Negeri Mataram karena ikatan kimia PENDAHULUAN Kimia termasuk salah satu mata merupakan materi yang sangat sukar dipahami pelajaran eksakta atau MIPA di sekolah oleh siswa. Salah satunya menentukan peranan menengah atas yang mempunyai perbedaan elektron valensi untuk mencapai kestabilan dengan mata pelajaran lainnya. Karakteristik seperti gas mulia. Siswa cenderung belajar dari ilmu kimia mencakup materi yang menghafal menyebabkan materi tersebut tidak beraneka ragam, yang meliputi fakta, konsep, tersimpan dalam kognitif siswa, sehingga siswa aturan, hukum, prinsip, teori, dan soal-soal tidak berminat untuk mempelajari materi yang sebagian besar bersifat abstrak. Hal ini tersebut. Kendala ini disebabkan karena pada membuat siswa merasa kesulitan dalam umumnya siswa sebagian besar belajar dengan mempelajari ilmu kimia karena mata pelajaran pola menghafal tapi tidak memahami konsep. kimia kebanyakan terdiri dari konsep, dan Salah satu permasalahannya yakni prestasi prinsip yang bersifat abstrak sehingga dalam belajar, kurangnya daya serap dan motivasi mempelajari kimia diharuskan mampu siswa sehingga berakibat pada rendahnya hasil mengidentifikasi, menganalisis, dan belajar. menghayati materi yang ada. Kesulitan Sebagai gambaran dari situasi memahami materi-materi kimia tersebut tersebut, berikut ini dicantumkan tentang menyebabkan siswa tidak menyukai mata perolehan nilai ulangan harian pada pokok pelajaran kimia khususnya pada pokok bahasan bahasan ikatan kimia siswa SMKPP Negeri ikatan kimia dan dapat menjadi penyebab Mataram kelas X sebagaimana yang rendahnya hasil belajar siswa (Purba, 2006). digambarkan pada tabel 1. Ikatan kimia adalah salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit oleh siswa di Tabel 1. Nilai Ulangan Ikatan Kimia SMKPP Negeri Mataram No 1 2
Kelas X/AP X/TPH
KKM
Nilai Rata-Rata
% Ketuntasan
70
67,38 66,08
10,34% 8,33%
384
Jurnal Ilmiah IKIP Mataram
Vol. 2. No. 1 ISSN:2355-6358
3 X/TPHP 66,58 22,22% 4 X/PKJ 64,53 18,18% 5 X/PKBN 62,59 11,76% 6 X/ATR 64,44 15,38% (Sumber Data : Arsip guru kimia SMKPP Negeri Mataram) Berdasarkan data pada tabel 1 di atas, karena pembuatan mind mapping dimulai dari menunjukkan bahwa hasil belajar kimia pada tengah untuk ide utamanya dan harus memiliki materi ikatan kimia masih perlu ditingkatkan kratifitas tinggi untuk menyebar ke segalah lagi. Seperti yang terlihat pada tabel diatas nilai arah, disini guru dapat melihat secara langsung rata-rata siswa belum memenuhi Kriteria kemampuan berpikir kreatif siswa tiap Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah individu. Oleh karenanya teknik belajar mind ditetapkan yaitu 70. mapping ini cocok diterapkan pada materi yang Melihat fenomena seperti yang banyak konsep gambar, hafalan terutama pada diuraikan di atas, perlu dilakukan upaya materi ikatan kimia, diharapkan siswa menjadi perbaikan kualitas pembelajaran dengan aktif dan suasana pembelajaran lebih melakukan inovasi-inovasi dalam menyenangkan dapat berpikir secara lebih luas, pembelajaran, inovasi yang dimaksud berupa dan kreatif. metode, pendekatan, dan strategi pembelajaran Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk yang dapat menetapkan kondisi belajar yang mengetahui : aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. 1. Pengaruh penggunaan teknik belajar mind Tekhik pembelajaran yang dapat membuat mapping terhadap kemampuan berpikir catatan ataupun ingatan siswa menjadi lebih kreatif. teratur, sehingga siswa tidak mengalami 2. Pengaruh penggunaan teknik belajar mind kesulitan lagi untuk mengingat kembali apa mapping terhadap hasil belajar kimia. saja yang telah mereka pelajari di sekolah serta membangkitkan kemampuan berpikir kreatif METODE dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Jenis penelitian ini adalah penelitian kimia yaitu dengan penerapan teknik belajar eksperimen. Penelitian eksperimen adalah satumind mapping. satunya metode penelitian yang benar-benar Mind mapping merupakan teknik dapat menguji hipotesis hubungan sebabpembelajaran yang mempelajari suatu konsep akibat.(Sugiyono, 2011). Penelitian ini yang didasarkan pada cara kerja otak manusia merupakan penelitian Quasi experimental menyimpan informasi serta membangkitkan design dengan desain penelitian Pretestkemampuan berpikir kreatif dan prestasi belajar Posttest Control Group Desain. Desain siswa. Teknik belajar mind mapping penelitian ini melibatkan kelas ekspeimen dan merupakan diagram yang terdiri dari gambar, kelas kontrol. garis, warna, dan kata. Mind mapping Adapun secara umum desain merupakan alternatif pembelajaran aktif, penelitian ini dapat digambarkan seperti tabel dimana siswa diikut sertakan berfikir aktif 2. dalam pembelajaran. Di sini siswa tidak Tabel 2. Desain Penelitian Pretest-Posttest dituntut selalu untuk mencatat tulisan yang ada Control Group Desing dipapan tulis secara keseluruhan, siswa hanya mengetahui inti masalah, kemudian membuat peta pikirannya masing-masing dengan kreativitasnya sendiri. Hal yang mendasari penggunaan Keterangan : teknik belajar mind mapping ini adalah karena X1 : Pembelajara kelas eksperimen (teknik teknik ini merupakan salah satu tipe belajar mind mapping dan diskusi) pembelajaran yang mampu meningkatkan X2 : Pembelajaran kelas kontrol kemampuan berpikir kreatif dan hasil belajar (pembelajaran ceramah dan tanya siswa dalam proses belajar mengajar yang jawab) merupakan sarana implikasi cara belajar siswa O1 : Pretest yang diberikan pada kelompok aktif, kreatif dalam pengajaran. Dengan eksperimen (pemberian tes sebelum pembelajaran melalui teknik belajar mind materi ikatan kimia diberikan). mapping, siswa dapat menunjukan kemampuan O2 : Posttest yang diberikan pada kelompok berpikir kreatif melalui pembuatan mind eksperimen (pemberian tes setelah mapping, teknik mind mapping menuntut siswa materi ikatan kimia diberikan). memiliki kreatifitas tinggi, analisis dan kritis
385
Jurnal Ilmiah IKIP Mataram O3 : Pretest yang diberikan pada kelompok kontrol (pemberian tes sebelum materi ikatan kimia diberikan). O4 : Posttest yang diberikan pada kelompok kontrol (pemberian tes setelah materi ikatan kimia). Adapun diagram alir dalam penelitian ini dapat dipaparkan dalam gambar 1.
Gambar 1. Diagram alir penelitian Penelitian ini menggunakan dua jenis instrumen yaitu instrumenperlakuan dan instrumen pengukuran. Instrumen perlakuan mencakup silabus dan RPP. Sedangkan instrumen pengukuran mencakup lembar observasi keterlaksanaan RPP, tes kemampuan berpikir kreatif, tes hasil belajar dan uji instrumen. Teknik analisis data dalam penelitian ini, yaitu: 1. Analisis data hasil observasi keterlaksanaan RPP đđđđ đđđĄđđ đ (%) = đ đđđđ đĨ 100% đĄđđĄđđ đđđđ đđđđ 2. Analisis data kemampuan berpikir kreatif Analisis kemampuan berpikir kreatif dilakukan dengan cara melihat hasil kerja siswa dama menyelesaikan tes secara individu pada saat evaluasi. Hasil tes yang diperhatikan adalah apakah siswa dapat menunjukan indikator berpikir kreatif (kefasihan, fleksibel, dan kebaruan) atau tidak. 3. Analisis data hasil belajar siswa a. Uji deskriptif 1) Ketuntasan individu
Vol. 2. No. 1 ISSN:2355-6358 Setiap siswa dalam proses belajar mengajar dikatakan tuntas secara individu apabila siswa mampu memperoleh nilai âĨ 70 sebagai standar minimal yang ditetapkan oleh sekolah tempat peneliti melakukan penelitian. 2) Ketuntasan klasikal Ketuntasan klasikal dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: x KK = x100% z Keterangan: KK = Ketuntasan Klasikal X = Jumlah siswa yang tuntas Z = Jumlah siswa yang mengikuti tes Ketuntasan klasikal dapat dicapai apabila 85% siswa memperoleh nilai minimal 70. b. Uji statistik Analisis prasyarat terdiri dari analisis normalitas dan analisis homogenitas. 1) Uji normalitas Dalam penelitian ini uji normalitas dilakukan dengan menggunakan Chi Kuadrat dengan taraf signifikansi 5%.
x2 īŊ īĨ
( fo ī fh )2 fh
Keterangan : X2 = Chi kuadrat fh = frekuensi sebenarnya fo = frekuensi harapan Bila X2hitung<X2tabel maka data dikatakan terdistribusi normal (Sugiyono, 2013). 2) Uji homogenitas varians Pengujian homogenitas varians dapat dilakukan menggunakan uji F max dari Hartley-Pearson. Homogenitas varians diuji menggunakan rumus: Varians terbesar Fhitung īŊ Varians terkecil Varians masing-masing kelas dicari dengan rumus: S
2
īŊ
ī¨
īĨ Xi ī X n ī1
īŠ
2
Keterangan : S2 : Varians X : nilai individu
X : nilai rata-rata seluruh siswa n : jumlah siswa
386
Jurnal Ilmiah IKIP Mataram 3) Uji hipotesis Pengujian hipotesis menggunakan statistik-t dilakukan dengan lebih dulu mencari nilai thitung. Angka thitung selanjutnya dikolerasikan dengan ttabel pada daerah kebebasan dan taraf kesalahan tertentu. Bila jumlah anggota sampel berbeda atau sama dan varians homogen (n1â n2 atau n1=n2 dan Ī1â Ī2) maka digunakan rumus statistik-t dengan pooled varian. Adapun rumus pooled varian yaitu: X1 ī X 2 tīŊ 2 ī¨n1 ī1īŠ S1 īĢ ī¨n1 ī1īŠ S 22 īĻī§ 1 īĢ 1 īļīˇ ī§n īˇ n1 īĢ n2 ī 2 ī¨ 1 n2 ī¸
Vol. 2. No. 1 ISSN:2355-6358 Adapun rumus separated varian yaitu: t īŊ
x1 ī x2 2
s1 n1
2
īĢ
s2 n2
Keterangan: t = Nilai t hitung đĨ1 = Rata-rata kelas eksperimen đĨ2 = Rata-rata kelas kontrol S12= Varians kelas eksperimen S22= Varians kelas kontrol n 1 = Jumlah siswa siswa kelas eksperimen n2 = Jumlah siswa kelas kontrol Selanjutnya t-hitung dibandingkan dengan t-tabel dengan taraf signifikan 5%. Jika t-hitung > t-tabel, maka terdapat perbedaan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Keterangan: X1 = Rata-rata kelas eksperimen X2 = Rata-rata kelas control S12 = Varians kelas eksperimen S22 = Varians kelas kontrol HASIL DAN PEMBAHASAN n1 = Jumlah siswa kelas A. Hasil eksperimen 1. Data Kemampuan Berpikir Kreatif n2 =Jumlah siswa kelas kontrrol Data kemampuan berpikir t = Uji perbandingan dua kreatif memberikan gambaran kelompok kemampuan berpikir kreatif siswa pada Apabila jumlah anggota kelas eksperimen dan kelas kontrol. sampel berbeda atau sama, dan Ringkasan data kemampuan berpikir varian tidak homogen (n1â n2 atau kreatif digambarkan pada tabel 3. n1=n2, dan Ī1â Ī2), maka digunakan rumus uji t dengan separated varian. Tabel 3. Deskripsi Data Kemampuan Berpikir Kreatif No Kelas Komponen Berpikir Kreatif 1 2 3 1 Kelas Eksperimen 10 orang 8 orang 11 orang 2 Kelas Kontrol 5 orang 9 orang 10 orang Keterangan Rendah Tinggi orang siswa sedangkan yang memiliki Keterangan: Komponen 1:Kefasihan kemampuan berpikir kreatif rendah Komponen 2:Kefasihan dan fleksibel berjumlah 18 orang siswa. Pada kelas Komponen 3:Kefasihan, fleksibel dan kontrol siswa yang memiliki kebaruan kemampuan berpikir kreatif tinggi Tabel 3 menjelaskan bahwa berjumlah 10 orang dan rendah berdasarkan hasil tes kemampuan barjumlah 14 orang. Untuk memperjelas berpikir kreatif dapat diketahui jumlah sebaran data kemampuan berpikir siswa kelas eksperimen yang memenuhi kreatif kelas eksperimen dan kelas komponen 2 dan 3 setara dengan kelas kontrol, dapat dilihat gambar tabel 3 kontrol sehingga bisa dikatakan bahwa perolehan komponen berpikir kreatif penerapan teknik belajar mind mapping kedua kelas. tidak berpengaruh dalam menumbuhkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Pada kelas eksperimen data kemampuan berpikir kreatif menunjukkan bahwa siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif tinggi berjumlah 11
387
Jurnal Ilmiah IKIP Mataram
Vol. 2. No. 1 ISSN:2355-6358 berpikir kreatif siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. 2. Data Kemampuan Awal Siswa Untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam hal ini peneliti melakukan pre-test sebelum di belajarkan materi ikatan kimia pada masing-masing kelas untuk melihat adanya perbedaan kemampuan awal siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Deskripsi data kemampuan awal siswa secara garis besar pada Tabel 4.
Komponen Berpikir Kreatif Gambar 3. Grafik perbandingan perolehan komponen Tabel 4. Data Hasil (post-test) Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol Kelas X AP Kelas X TPH Kategori (Eksperimen) (Kontrol) Nilai Tertinggi 95,45 81,82 Nilai Terendah 54,55 54,55 Rata-rata 75,23 70,83 Jumlah siswa yang tuntas 24 orang 14 orang Jumlah siswa yang tidak tuntas 5 orang 10 orang % ketuntasan 82% 58% Berdasarkan data pada tabel 4 kedua kelas tersebut, atau dapat menunjukan bahwa nilai rata-rata dari dikatakan kedua kelas mempunyai kedua kelas masih jauh dari persentasi kemampuan awal yang setara. Sehingga ketuntasan klasikal yang diharapkan. analisa data untuk penarikan kesimpulan Data kemampuan awal siswa diuji penelitian dilakukan dengan menggunakan uji beda (Uji-t). menggunakan data post-test. Tujuannya untuk mengetahui apakah 3. Data Keterlaksanaan RPP sampel yang menjadi objek penelitian Observasi dilakukan setiap kali bersifat setara atau tidak. Sebelum berlangsungnya pelaksanaan tindakan dilakukan uji beda (Uji-t), terlebih dengan mengamati kegiatan siswa dan dahulu dilakukan uji prasyarat yaitu guru dalam proses belajar mengajar meliputi uji normalitas dan uji apakah kegiatan pembelajaran telah homogenitas varians. Dimana dilaksanakan sesuai dengan rencana disimpulkan data kemampuan awal pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang siswa dari kedua kelas terdistribusi telah dibuat. Hasil observasi normal, dan memiliki varians data yang keterlaksaan RPP berdasarkan lembar homogen selanjutnya dilakukan uji beda observasi keterlaksanaan RPP dapat (Uji-t) maka disimpulkan bahwa tidak dilihat pada tabel 5 berikut: ada perbedaan kemampuan awal antara Tabel 5. Data Keterlaksanaan RPP Kelas X TPH (Kontrol) X AP (Eksperimen) Pertemuan 1 2 3 1 2 3 Total Skor Pertemuan 3,9 4,5 4,7 3,8 4,3 4,6 Rata-rata skor yang diperoleh 13,45 12,8 Persentase keterlaksanaan RPP 90% 84,58% Terlaksana sangat Terlaksana sangat Kategori baik baik Berdasarkan data pada tabel 5 RPP telah berkategori terlaksana sangat menunjukan bahwa, ketercapaian baik. Tetapi pelaksanaan pembelajaran indikator keterlaksanaan RPP untuk masih terdapat beberapa kekurangan kelas X TPH (kontrol) sebesar 90% dan yaitu guru masih kurang pendekatan untuk kelas X AP (eksperimen) sebesar terhadap siswa, guru belum maksimal 84,58%. Hal ini berarti keterlaksanaan dalam menciptakan suasana yang
388
Jurnal Ilmiah IKIP Mataram Vol. 2. No. 1 ISSN:2355-6358 kondusif dalam kelas seperti mapping sedangkan kelas X TPH memperhatikan keseriusan siswa dalam (kontrol) dibelajarkan dengan metode menjelaskan mind mapping yang konvensional. mereka buat. Jumlah siswa yang mengikuti tes pada kelas X AP yang dibelajarkan 4. Data Hasil Belajar (Post-test) Hasil penelitian berupa nilai dengan teknik belajar mind mapping postest diperoleh dari hasil tes soal berjumlah 29 siswa, dan kelas kontrol setelah semua rangkaian kegiatan yang dibelajarkan dengan metode pembelajaran pada kedua kelas yang konvensional berjumlah 24 siswa yang dibelajarkan dengan metode yang keseluruhan berjumlah 53 siswa secara berbeda-beda. Kelas X AP (eksperimen) garis besar hasil tersebut dilihat pada dibelajarkan dengan teknik belajar mind tabel 6. Tabel 6. Data Hasil (post-test) Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol Kelas X AP Kelas X TPH Kategori (Eksperimen) (Kontrol) Nilai Tertinggi 95,45 81,82 Nilai Terendah 54,55 54,55 Rata-rata 75,23 70,83 Jumlah siswa yang tuntas 24 orang 14 orang Jumlah siswa yang tidak tuntas 5 orang 10 orang % ketuntasan 82% 58% Berdasarkan tabel 6 Gambar 4. Diagram rata-rata hasil prettest dan menunjukan bahwa nilai rata-rata kelas posttest kedua kelas AP (kelas eksperimen) yang dibelajarkan dengan teknik belajar mind Pengujian hipotesis dilakukan untuk mapping lebih tinggi dibanding dengan megetahui pengaruh perlakuan terhadap hasil kelas X TPH yang dibelajarkan dengan belajar kimia kelas eksperimen dan kelas metode konvensional. kontrol. Sebelum melakukan pengujian Untuk memperjelas sebaran hipotesis perlu diuji persyaratan analisisnya, data nilai prettest dan posttest kelas yaitu uji normalitas dan homogenitas varians. eksperimen dan kelas kontrol, berikut 1) Uji Normalitas disajikan diagram rata-rata hasil prettest Sebelum dilakukan uji hipotesis dan posttest kelas eksperimen dan terlebih dahulu dilakukan uji normalitas kontrol. untuk menentukan statistika apa yang harus digunakan dalam menguji hipotesis. Uji normalitas data dilakukan dengan cara membandingkan harga (X2) dari hasil perhitungan dengan (X2) dalam tabel untuk taraf signifikan 5%. Jika data tersebut dikatakan normal maka uji hipotesis dapat menggunakan rumus polled varians. Data yang digunakan dalam hal ini adalah data hasil belajar siswa. Berikut data uji normalitas pada kelompok ekperimen dan kelompok kontrol disajikan pada tabel 7. Tabel 7. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kelas X2 Hitung X2 Tabel Indeks Kesimpulan Keterangan signifikan Ekperimen 4,35 12,956 5% Terditribusi Terdistribusi Normal Normal, Jika X2 2 Kontrol 6,7 9,488 5% Terdistribusi Hitung< X Tabel Normal Berdasarkan tabel 7 dapat kelaslebih besar dari X2Tabel maka dapat diketahui secara signifikansi untuk kelas disimpulkan bahwa data kedua kelas eksperimen dengan X2Hitung sebesar 4,35 dan tersebut terdistribusi normal (Lampiran 46). X2Tabel sebesar 12,956 sedangkan pada kelas 2) Uji Homogenitas Varians kontrol dengan X2Hitung sebesar 6,7 dan Setelah melakukan analisis X2Tabel sebesar 9,488. Karena X2Hitung kedua normalitas data sampel, maka dilanjutkan
389
Jurnal Ilmiah IKIP Mataram dengan melakukan analisis homogenitas varians sampel. Uji homogenitas terlebih dahulu untuk menentukan rumus yang digunakan dalam uji hipotesis dengan kriteria yang ada, jika Fhitung < Ftabel maka kedua kelas dapat dikatakan homogen pada taraf signifikan 5%. Kelas Varians Varians FHitung Terbesar Terkecil Eksperimen 104,48 2,005 Kontrol
52,10
2,005
Dari hasil analisis data pada tabel 8 ternyata harga Fhitung lebih kecil dari Ftabel (2,005 < 2,007). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sampel yang digunakan homogen. 3) Uji-t Dari perhitungan uji normalitas dan uji homenitas diperoleh bahwa kelas Tabel 9. Hasil pengujian t-tes Kelas Jumlan dk thitung siswa Eksperimen Kontrol
29 24
51
2,98
Berdasarkan data pada tabel 9 Menunjukkan bahwa pada nilai t- hitung lebih besar dari t-tabel (2,98 >2,010) maka dapat disimpulkan Ho ditolak berarti Ha diterima. Jadi dapat disimpulkan pembelajaran teknik belajar mind mapping memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa B. Pembahasan 1. Analisis Hasil Kemampuan Berpikir Kreatif Analisis kemampuan berpikir kreatif dilakukan dengan cara melihat hasil kerja siswa dalam menyelesaikan tes secara individu pada saat evaluasi. Hasil tes yang diperhatikan adalah apakah siswa dapat menunjukan indikator berpikir kreatif (kefasihan, fleksibel, dan kebaruan) atau tidak. Jika siswa menunjukan ketiga indikator itu, maka tingkat berpikir kreatifnya tinggi, sedangkan jika tidak maka tingkat berpikir kreatifnya rendah. a. Hasil Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Pada Kelas Eksperimen Berdasarkan hasil analisis kemampuan berpikir kreatif pada kelas ekperimen menunjukkan
Vol. 2. No. 1 ISSN:2355-6358 Berdasarkan uji posttest antara kelas X AP dan kelas X TPH menggunakan perhitungan manual atau microsoft excel. Secara garis besar hasil tersebut dipaparkan pada Tabel 8.
FTabel
Keterangan
2,007
Homogen, jika Fhitung
2,007 eksperimen dan kelas kontrol terdistribusi normal dan varian kedua sampel adalah homogen. Untuk analisis hipotesis ini dilakukan dengan menggunakan uji-t. Secara garis besar hasil tersebut dipaparkan pada tabel 9.
ttabel
Indeks signifikan
2,010
5%
kesimpulan
Thitung > ttabel (2,98>2,010) Jadi Ho ditolak dan Ha diterima banyak siswa yang tergolong kedalam kelompok dengan kemampuan berpikir kreatif rendah. Dari 29 siswa yang mengikuti tes, hanya 11 orang siswa yang tergolong memiliki kemampuan berpikir kreatif tinggi, yaitu siswa yang mampu memenuhi ketiga komponen dalam kemampuan berpikir kreatif diantaranya kefasihan, fleksibilitas, dan kebaruan. Rendahnya pengaruh positif terhadap kemampuan berpikir kreatif mengindikasikan adanya penerapan perlakuan yang masih belum maksimal. b. Hasil Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Pada Kelas Kontrol Berdasarkan hasil analisis kemampuan berpikir kreatif pada kelas kontrol menunjukkan banyak siswa yang tergolong kedalam kelompok dengan kemampuan berpikir kreatif rendah. Dari 24 siswa yang mengikuti tes, hanya 10 orang siswa yang tergolong memiliki kemampuan berpikir
390
Jurnal Ilmiah IKIP Mataram kreatif tinggi, yaitu siswa yang mampu memenuhi ketiga komponen dalam kemampuan berpikir kreatif diantaranya kefasihan, fleksibilitas, dan kebaruan. Rendahnya pengaruh positif terhadap kemampuan berpikir kreatif mengindikasikan adanya penerapan perlakuan yang masih belum maksimal. Dari hasil analisis kemampuan berpikir kreatif menunjukkan tidak adanya perbedaan perolehan skor komponen berpikir kreatif antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tidak adanya perbedaan ini tentunya dapat dijadikan sebagai tolak ukur untuk mengetahui perlakuan mana yang lebih baik. Hasil tes siswa terhadap kemampuan berpikir kreatif menunjukkan siswa kelas eksperimen yang memenuhi komponen 2 (kefasihan dan fleksibel) dan 3 (kefasihan , fleksibel dan kebaruan) setara dengan kelas kontrol. Maka dapat diketahui bahwa kedua kelas tersebut tidak ada perbedaan kemampuan berpikir kreatif dengan menerapkan pembelajaran teknik belajar mind mapping pada kelas eksperimen dan penerapan model pembelajaran ceramah pada kelas kontrol. Itu artinya teknik belajar mind mapping berpengaruh negatif terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa kelas X SMKPP Negeri Mataram. Hal ini disebabkan karena pada proses penerapan teknik belajar mind mapping, karena masih baru diterapkan di SMKPP Negeri Mataram dan siswa dituntut untuk berpikir secara menyeluruh, sehingga sebagian siswa merasa bosan dengan pembelajaran yang dituntut untuk berpikir analitis, kritis dan kreatif. Selain itu, pada penerapan teknik belajar mind mapping membutuhkan penguasaan materi yang baik untuk menghasilkan mind mapping yang sempurna, sebagian dari siswa yang kurang memahami materi akan merasa sulit untuk membuat mind mapping hal berbeda terjadi pada hasil belajar siswa. Serupa dengan apa yang diungkapkan (Buzan, 2003), dalam
Vol. 2. No. 1 ISSN:2355-6358 skripsi (wulandari, 2012), tentang kelemahan pembelajaran menggunakan mind mapping akan relatif lebih lama dan memerlukan banyak peralatan dan warna, diperlukan imajinasi dan kreatifitas tinggi untuk menghasilkan mind mapping yang baik. Hal ini membuat siswa merasa jenuh, sejalan dengan apa yang diungkapkan Buzan (kurniawati, 2012), juga mengungkapkan kekurangan mind mapping terletak pada penggunaan gambar dan content materi yang digunakan, hanya siswa yang aktif yang terlibat, tidak sepenuhnya murid yang belajar dan mind mapping siswa bervariasi sehingga guru akan kewalahan memeriksa mind mapping siswa. 2. Analisis Hasil Belajar Kimia Berdasarkan data kemampuan awal siswa yang diuji menggunakan uji beda (Uji-t), tujuannya untuk mengetahui apakah sampel yang menjadi objek penelitian memiliki kemampuan awal yang setara atau tidak. Untuk uji beda kemampuan awal pada penelitian ini menggunakan microsoft excel, dimana hasil uji beda (uji-t) nilai prettest dipeoleh simpulan bahwa thitung (0,089) < ttabel (2,010) dengan nilai ratarata pada kelas ekperimen 63,48 dan pada kelas kontrol 59,84. Dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak atau dapat dikatakan antara kedua kelas tersebut memiliki kemampuan awal yang setara. Untuk melihat pengaruh pembelajaran teknik belajar mind mapping setelah materi ikatan kimia diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol siswa diberikan tes untuk melihat hasil belajar belajar siswa (posttest). Nilai postest kedua kelas dapat ditemukan bahwa rata-rata nilai siswa pada materi ikatan kimia kelas eksperimen dan kelas kontrol masingmasing 75,32 dan 70,83. Sedangkan ketuntasan klasikal masing-masing kelas 82%dan 58%. a. Analisis Hasil Belajar Kimia Pada Kelas Eksperimen Analisis hasil belajar kimia siswa yang dibelajarkan dengan penerapan teknik belajar mind mapping pada kelas X AP dilakukan dengan cara memberikan tes akhir
391
Jurnal Ilmiah IKIP Mataram (postest) dengan jumlah soal 22 butir dalam bentuk pilihan ganda. Sebelum dilakukan postest terlebih dahulu siswa diberikan pretest untuk melihat kemampuan awal siswa, apakah homogen (setara) atau tidak. Dari analisis data yang telah dilakukan diperoleh nilai rata-rata siswa pada saat pretest 63,48 dengan ketuntasan klaksikal 18%. Sedangkan untuk posttest diperoleh nilai rata-rata kelas pada materi ikatan kimia yaitu 75,23 nilai tertinggi 95,45; nilai terendah 54,55; jumlah siswa yang tidak tuntas 5 orang dan ketuntasan klasikal yaitu 82%. Untuk lebih jelas dapat di paparkan pada gambar 5.
Gambar 5. Grafik hasil belajar kimia siswa kelas eksperimen b. Analisis Hasil Belajar Kimia Pada Kelas Kontrol Analisis hasil belajar kimia siswa yang dibelajarkan dengan metode konvesional pada kelas X TPH dilakukan dengan cara yang sama seperti pada kelas X AP yang dibelajarkan dengan penerapan teknik belajar mind mapping. Pada kelas X TPH diperoleh nilai rata-rata siswa pada saat pretest 59,84 dengan ketuntasan klasikal 25%. Sedangkan nilai rata-rata untuk postest diperoleh 70,83 nilai terendah 54,55; nilai tertinggi 81,82; jumlah siswa yang tidak tuntas 10 orang dan ketuntasan klasikal yaitu 58%. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar 6.
Vol. 2. No. 1 ISSN:2355-6358
Gambar 6. Grafik hasil belajar kognitif siswa kelas kontrol Ketuntasan klasikal pada kelas eksperimen sebesar 82%, ketuntasan ini termasuk kategori yang cukup tinggi karena lebih dari setengah jumlah siswa kelas eksperimen yang lulus dengan KKM 70. Ketuntasan klasikal yang cukup tinggi hasil itu disebabkan karena teknik belajar mind mapping memberikan kesempatan kepada siswa terlibat secara aktif selama kegiatan pembelajaran, dimana guru bertindak sebagai fasilitator yang mengarahkan jalanya kegiatan belajar mengajar di kelas. Dalam proses pembelajaran guru mengkodisikan kelas agar proses pembelajaran berjalan secara kondusif dan terarah. Selain itu, dengan suasana yang menggairahkan akan membuat siswa merasa bebas dalam melakukan kegiatan pembelajaran sehingga akan berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa. Selain itu dilihat dari Kelebihan mind mapping yang diungkapkan oleh Hayardin (dalam Kiranawati, 2007), menjelaskan kelebihan mind mapping yaitu, dapat mengemukakan pendapat secara bebas, dapat bekerja sama dengan teman lainnya, catatan lebih padat dan jelas, lebih mudah mencari catatan jika diperlukan, catatan lebih terfokus pada inti materi, mudah melihat gambaran keseluruhan, membantu otak untuk mengatur, mengingat, membandingkan dan membuat hubungan, memudahkan penambahan informasi baru,
392
Jurnal Ilmiah IKIP Mataram pengkajian ulang bisa lebih cepat, Setiap peta bersifat unik. Ketuntasan klasikal pada kelas kontrol sebesar 58%, ketuntasan ini termasuk kategori yang rendah dengan KKM 70. Ketuntasan klasikal yang rendah ini menunjukan bahwa hasil belajar kimia dikelas kontrol masih belum maksimal. Penggunaan ceramah (konvesional) hanya menekan kepada siswa bentuk-bentuk teoritis tanpa melihat bentuk-bentuk makroskopis dan mikroskopis dalam ikatan kimia sehingga pemahaman siswa pada materi masih dalam kategori rendah. Menurut Hasibuan dan Moedjiono (2009), metode ceramah adalah penyampaian bahan pelajaran dengan komunikasi lisan dan efektif digunakan untuk keperluan menyampaikan informasi dan pengertian tetapi tidak cocok digunakan untuk bahan yang kompleks, terinci dan abstrak. Adapun perbandingan hasil nilai belajar siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol ditunjukkan pada gambar 7.
Gambar 7. Grafik perbandingan hasil belajar kimia siswa kelas eksperimen dan kontrol Berdasarkan uji-t dimana hasilnya menunjukkan bahwa pada nilai t-hitung sebesar 2,98 karena thitung > t-tabel (2,98 > 2,010) maka dapat disimpulkan Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi dapat disimpulkan penerapan teknik belajar mind mapping memberikan pengaruh negatif terhadap kemampuan berpikir kreatif dan memberikan pangaruh positif pada hasil belajar kimia.
Vol. 2. No. 1 ISSN:2355-6358 SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa : 1. Tidak ada pengaruh teknik belajar mind mapping terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa kelas X di SMKPP Negeri Mataram pada matari ikatan kimia. 2. Ada pengaruh teknik belajar mind mapping terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran kimia kelas X di SMKPP Negeri Mataram pada matari ikatan kimia. SARAN Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini, diajukan beberapa saran sebagai berikut : 1. Bagi siswa disarankan supaya dalam proses pembelajaran lebih serius dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya agar hasil yang diperoleh optimal. 2. Bagi guru disarankan supaya lebih kreatif dalam menciptakan maupun mengembangkan model, metode maupun teknik mengajar supaya siswa menjadi termotivasi dan aktif dalam belajar sehingga proses pembelajaran menjadi efektif. 3. Bagi sekolah disarankan agar rutin dalam memberi pelatihan kepada guru-guru tentang model, metode dan teknik-teknik mengajar dikelas. 4. Bagi peneliti selanjutnya, yang ingin menggunakan/menerapkan teknik belajar mind mapping pada materi yang berbeda dengan cara menyempurnakan kekurangankekurangan yang diinformasikan dalam penelitian ini agar hasil belajar siswa pada mata pelajaran kimia menjadi lebih baik. DAFTAR RUJUKAN Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Buzana Toni. 2006. Mind Mapping Untuk Anak. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama Daryanto. 2009. Panduan Prmbelajaran Kreatif dan Inovatif . Jakarta: AV Publisher Michael Purba. 2006. Kimia SMA. Jakarta: Erlangga Nuriadin, Perbowo. 2013. Analisis Korelasi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Terhadap Hasil Belajar Matematika Peserta Didik SMP Negeri 3 Lurangung Kuningan Jawa Barat. Bandung. Program Studi Matematika STKIP Siliwangi
393
Jurnal Ilmiah IKIP Mataram Sugiyono. 2010. Satatistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabet ------------. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabet ------------. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabet
Vol. 2. No. 1 ISSN:2355-6358
394