PENGARUH TAPAS ACUPRESSURE TECHNIQUE (TAT) TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI BANGSAL ANGGREK RSUD WATES KULON PROGO YOGYAKARTA SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan STIKES A. Yani Yogyakarta
AN
A YAK K A OG
T ANI Y S U .Y
P AL A R E ER
P
D
ST
S E K I
N JE
Disusun oleh: LALU RODI SANJAYA NPM. 3208067
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA 2012
i
A
T AR
HALAMAN PENGESAHAN PENGARUH TAPAS ACUPRESSURE TECHNIQUE (TAT) TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI BANGSAL ANGGREK RSUD WATES KULON PROGO YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan oleh: LALU RODI SANJAYA NPM: 3208067 Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji dan Diterima Sebagai Salah Satu Syarat untuk MendapatkanGelar Sarjana Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
AN
A
T AR
A YAK K A OG
T ANI Y S U .Y Tanggal:………………….
P AL A R E ER
Menyetujui:
Penguji,
P
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Paulus Subiyanto, M.Kep.,Sp.KMB NIDN. 0519016803
Sulistyaningsih, S.Kep.,Ns NIDN. 0525097901
D
N JE
S E K I Wenny Savitri, T S.Kep.,Ns.,MNS NIDN.S 0725078201
ii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN
Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul:
PENGARUH TAPAS ACUPRESSURE TECHNIQUE (TAT) TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI BANGSAL ANGGREK RSUD WATES KULON PROGO YOGYAKARTA Dibuat untuk memenuhi persyaratan menjadi Sarjana Keperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta, sejauh yang saya ketahui penelitian ini bukan merupakan tiruan atau duplikasi dari skripsi yang sudah dipublikasikan dan atau pernah digunakan untuk mendapat gelar sarjana di lingkungan Sekolah Tinggi Jenderal Achmad Yani
AN
Yogyakarta maupun Perguruan Tinggi atau Institusi manapun, kecuali bagian
A YAK K A OG
yang sumber informasinya dicantumkan sebagaimana mestinya.
T ANI Y S U .Y
P AL A R E ER
P
S
E K I T
Yogyakarta, Agustus 2012
D
N JE
LALU RODI SANJAYA
S
NPM: 3208067
iii
A
T AR
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuhu Alhamdulillahi Rabbil Aalaamiin, segala puji dan syukur ke hadirat Allah SWT Yang Maha Besar, karena atas limpahan rahmat dan hidayah-NYA, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ Pengaruh Tapas Aqupressure Technique (TAT) Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi Di Bangsal Anggrek RSUD Wates Kulon Progo Yogyakarta“. Tidak lupa pula sholawat serta salam atas Junjungan Alam Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarganya, para sahabat dan para syuhada yang telah dengan ikhlas mengorban segala yang dimiliki demi membawa alam ini dari dunia kegelapan menuju dunia yang terang benderang dengan cahaya iman dan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini. Penulis merasa tanpa bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, karya tulis ilmiah ini tidak dapat terselesaikan. Oleh karena itu penulis menyampaikan penghormatan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya serta dengan penghargaan yang tinggi kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, terutama kepada Bapak/Ibu/Saudara yang penulis hormati, yaitu: 1. Dr. I. Edy Purwoko, Sp.B, selaku Ketua STIKES A. Yani Yogyakarta yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk melakukan penelitian ini. 2. Dwi Susanti, S.Kep.,Ns selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES A. Yani Yogyakarta yang telah memberikan arahan, ijin dan kemudahan selama penyusunan skripsi ini. 3. Wenny Savitri, S.Kep.,Ns.,MNS, selaku penguji proposal penelitian yang telah memberikan arahan, bimbingan dan motivasi dengan baik sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. 4. Paulus Subiyanto, S.Kep.,Ns, M.Kep.,Sp.KMB, selaku dosen pembimbing I, yang telah dengan baik dan sungguh-sungguh bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan dan motivasi dalam proses bimbingan dan penyelesaian skripsi ini. 5. Sulistyaningsih, S.Kep.,Ns, selaku pembimbing II, yang telah dengan baik membimbing, mengarahkan dan memotivasi penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini. 6. Kepala Dinas Kesehatan daerah Wates Kulon Progo Yogyakarta beserta jajarannya yang telah ikut serta memberikan data-data yang dibutuhkan dalam proses penyelesaian skripsi ini. 7. Kepala RSUD Wates Kulon Progo Yogyakarta beserta jajarannya yang senantiasa mengijinkan peneliti untuk melakukan studi pendahuluan dan penelitian di RSUD Wates Kulon Progo Yogyakarta sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.
AN
A YAK K A OG
T ANI Y S U .Y
P AL A R E ER
P
S
E K I T
D
N JE
S
iv
A
T AR
8.
Kedua orang tua dan keluarga besar tercinta yang telah memberikan dukungan sepenuhnya, semangat dan do’a sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. 9. Semua pihak yang sudah ikut serta dalam penyelesaian skripsi ini, yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya. Semoga bantuan do’a dan dukungan yang telah diberikan dalam bentuk apapun itu, menjadi sebuah kebaikan dan amal sholeh serta mendapat balasan yang paling baik dari Allah SWT. InsyaAllah…Aamiin Yaa Rabbal Aalaamiin Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca khususnya rekan-rekan mahasiswa di STIKES A. Yani Yogyakarta dan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih membutuhkan pembenahan, untuk itu penulis mengharapkan kepada para pembaca untuk dapat memberikan saran dan masukan yang sifatnya membangun sehingga bisa menjadi koreksi dan perbaikan dalam penulisan karya tulis selanjutnya. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuhu
AN
A YAK K A OG Yogyakarta,
T ANI Y S U .Y
P AL A R E ER
P
S
E K I T
D
N JE
S
v
A
T AR
Agustus 2012
Lalu Rodi Sanjaya
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................... HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ..................................................... KATA PENGANTAR ................................................................................ HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. HALAMAN MOTO ................................................................................... DAFTAR ISI ............................................................................................... DAFTAR TABEL ....................................................................................... DAFTAR GAMBAR .................................................................................. DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... INTISARI.................................................................................................... ABSTRACT ..................................................................................................
AN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ......................................................................... B. Rumusan Masalah .................................................................... C. Tujuan Penelitian...................................................................... D. Manfaat Penelitian.................................................................... E. Keaslian Penelitian ...................................................................
Hal * i ii iii iv vi vii viii x xi xii xiii xiv
A YAK K A OG
T ANI Y S U .Y
P AL A R E ER
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pre Operasi ............................................................................... 1. Pengertian .......................................................................... 2. Tujuan perawatan pre operasi ........................................... 3. Persiapan pasien sebelum menjalani tindakan operasi...... 4. Peran perawat kepada pasien pre operasi .......................... 5. Latihan sebelum operasi .................................................... B. Kecemasan ............................................................................... 1. Pengertian .......................................................................... 2. Proses terjadinya kecemasan ............................................. 3. Tanda dan gejala ............................................................... 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan ................. 5. Rentang respon kecemasan ............................................... 6. Klasifikasi tingkat kecemasan ........................................... 7. Tahap-tahap proses adaptasi ............................................. 8. Mekanisme koping kecemasan ......................................... 9. Alat ukur kecemasan ......................................................... C. Energy Psychology (EP)........................................................... 1. Though Field Therapy (TFT) ............................................ 2. Emotional Freedom Technique (EFT) .............................. 3. Tapas Acupressure Technique (TAT) ...............................
P
S
E K I T
D
N JE
S
viii
A
T AR 1 6 7 7 8
10 10 10 11 13 14 15 15 16 21 22 26 26 27 28 30 31 32 33 34
1) 2) 3) 4)
Pengertian .......................................................................... Manfaat TAT ..................................................................... Keunggulan TAT .............................................................. Cara melakukan TAT ........................................................ a) Posisi TAT .................................................................... b) Langkah TAT ............................................................... D. Kerangka Teori ...................................................................... E. Kerangka Konsep ................................................................... F. Hipotesis ................................................................................
34 35 36 36 37 38 44 45 45
BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian ............................................................. B. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................. C. Populasi dan Sampel .............................................................. D. Variabel Penelitian ................................................................. E. Definisi Operasional .............................................................. F. Alat dan Metode Pengumpulan Data ..................................... G. Analisis Data dan Model Statistik ......................................... H. Etika Penelitian ...................................................................... I. Pelaksanaan Penelitian ...........................................................
46 47 47 50 50 52 54 56 59
AN
A YAK K A OG
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...................................................................... 64 B. Pembahasan ........................................................................... 74 C. Keterbatasan Penelitian.......................................................... 79
T ANI Y S U .Y
P AL A R E ER
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................ 80 B. Saran ...................................................................................... 81
P
S
E K I T
D
N JE
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
S
ix
A
T AR
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Definisi operasional............................................................................ Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ... Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ..................................................................................... Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Agama ................................................................................................ Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan .......................................................................................... Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Operasi ...................................................................................... Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Tingkat kecemasan Pasien Pre Operasi sebelum dilakukan intervensi TAT pada Kelompok Kontrol ............ Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Tingkat kecemasan Pasien Pre Operasi setelah dilakukan intervensi TAT pada Kelompok Intervensi ....................... Tabel 4.8. Rentang kecemasan pada pre-test dan post-test pada kelompok kontrol ............................................................................................... Tabel 4.9. Rentang kecemasan pada pre-test dan post-test pada kelompok intervensi ........................................................................................... Tabel 4.10. Nilai gejala kecemasan pasienpre operasai pada kelompok kontrol ................................................................................................ Tabel 4.11. Nilai gejala kecemasan pasien pre operasi pada kelompok intervensi ............................................................................................ Tabel 4.12. Perbedaan rata-rata nilai kecemasan pasien pre operasi pada kelompok kontrol dan intervensi ........................................................ Tabel 4.13. Hasil Uji Wilcoxon Tingkat Kecemasan Pre-test dan Post-test pada Kelompok Kontrol dan Intervensi ...................................................... Tabel 4.14. Hasil Uji Mann Whitney Tingkat Kecemasan pre-test dan post-test pada kelompok kontrol dan intervensi ...............................................
Hal 49 65 66 66 66 67
N ARTA A A AK
AK
T ANI Y S U .Y
Y OG
RP
A L A
PEJENDER ES
IK
ST
x
67 68 68 69 70 71 71 72 73
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Gambar 2.2 Gambar 2.3 Gambar 2.4 Gambar 2.5 Gambar 2.6 Gambar 3.1
Rentang Respon Kecemasan........................................... ............ Titik Akupresur dan posisi tangan di wajah ................................ Posisi Tangan di Belakang Kepala .............................................. Posisi Lengkap TAT ................................................................... Kerangka Teori............................................................................ Kerangka Konsep Penelitian.................................................... ... Desain Penelitian .........................................................................
AN
P AL A R E ER
P
S
E K I T
D
N JE
S
xi
A
T AR
A YAK K A OG
T ANI Y S U .Y
Hal 26 37 37 38 44 45 45
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 Lampiran 10 Lampiran 11 Lampiran 12 Lampiran 13
Permohonan menjadi responden. Persetujuan menjadi responden. Instrumen lembar observasi kecemasan. Protap pelaksanaan TAT. Surat-surat ijin studi pendahuluan. Surat-surat ijin penelitian. Tabulasi skor kecemasan (pre-test dan post-test) pada kelompok kontrol dan intervensi. Rekapan tingkat kecemasan (pre-test dan post-test) pada kelompok kontrol dan intervensi. Distribusi frekuensi karakteristik reponden pre-test pada kelompok kontrol dan intervensi Frekuensi tabel karakteristik responden kelompok kontrol. Frekuensi tabel karakteristik responden kelompok intervensi. Frekuensi tabel karakteristik responden kontrol dan intervensi. Frekuensi tabel tingkat kecemasan pasien kelompok kontrol dan intervensi (pre-test dan post-test). Frekuensi tabel variable penelitian (kontrol dan intervensi) Hasil uji beda pre-test dan post-test tingkat kecemasan kelompok kontrol menggunakan Willcoxon Signed Rank Test. Hasil uji beda pre-test dan post-test tingkat kecemasan kelompok intervensi menggunakan Willcoxon Signed Rank Test. Hasil uji beda pre-test tingkat kecemasan antara kelompok kontrol dan intervensi menggunakan Mann Whitney Test. Hasil uji beda post-test tingkat kecemasan antara kelompok kontrol dan intervensi menggunakan Mann Whitney Test. Jadwal penyusunan skripsi. Lembar konsultasi/bimbingan.
AN
A YAK K A OG
Lampiran 14 Lampiran 15
T ANI Y S U .Y
Lampiran 16
Lampiran 18
P AL A R E ER
Lampiran 19 Lampiran 20
S
Lampiran 17
P
E K I T
D
N JE
S
xii
A
T AR
PENGARUH TAPAS ACUPRESSURE TECHNIQUE (TAT) TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI BANGSAL ANGGREK RSUD WATES KULON PROGO YOGYAKARTA Lalu Rodi Sanjaya1, Paulus Subiyanto2, Sulistyaningsih3 INTISARI Latar Belakang: Pasien pre operasi sering sekali mengalami cemas. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di bangsal Anggrek RSUD Wates pada tanggal 13 Maret 2012, dari 9 pasien yang akan menjalani operasi bahwa 2 pasien mengatakan siap untuk dilakukan tindakan operasi, sedangkan 7 pasien mengatakan cemas dengan operasi yang akan dilakukan. Hal itu bisa berdampak buruk bagi pasien. Selain dengan obat-obatan kecemasan bisa ditangani dengan terapi Energy Psychology (EP) bermanfaat untuk keseimbangan dan pemulihan fungsi tubuh dengan sistem energi. Salah satu jenis EP adalah TAT yang merupakan suatu teknik terapi dengan melibatkan titik meridian dan langkah TAT. Tujuan Penelitian: Mengetahui pengaruh TAT terhadap tingkat kecemasan pasien pre operasi di bangsal Anggrek RSUD Wates Kulon Progo Yogyakarta. Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian Kuasi Eksperimen dengan disain penelitian pre test and post test nonequivalen control group. Sampel diambil dengan menggunakan teknik accidental sampling berjumlah 32. Kelompok kontrol 16 orang dan intervensi 16 orang. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner lembar observasi dan hasil penelitian dianalisis dengan rumus Wilcoxon dan Mann Withney. Hasil Penelitian: Hasil pengukuran kecemasan pre-post pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kategori sedang sebanyak 11 orang dengan rata-rata gejala 14,45 menjadi 17,25. Sedangkan pada kelompok intervensi terjadi penurunan kategori menjadi ringan sebanyak 11 orang dengan rata-rata gejala 16,31 menjadi 13,50. Hasil uji statistik tidak berpasangan, kecemasan pre-test menggunakan Willcoxon adalah p-value 0,314 > 0,05 tidak berbeda terhadap tingkat kecemasan pada kontrol dan intervensi. Hasil uji berpasangan pre-post pada kelompok intervensi dengan menggunakan Mann Whitney adalah 0,025 < 0,05 berbeda, artinya ada penurunan tingkat kecemasan setelah diberikan intervensi. Kesimpulan: TAT berpengaruh menurunkan tingkat kecemasan pasien pre operasi di bangsal Anggrek RSUD Wates Kulon Progo Yogyakarta.
AN
A YAK K A OG
T ANI Y S U .Y
P AL A R E ER
P
S
E K I T
D
N JE
S
Kata Kunci: Kecemasan, Pre Operasi, Energy Psychology (EP), dan TAT. 1
Mahasiswa PSIK STIKES A. Yani Yogyakarta Dosen Akademi Keperawatan Panti Rapih Yogyakarta 3 Dosen PSIK STIKES A. Yani Yogyakarta 2
xiii
A
T AR
THE INFLUENCE OF TAPAS ACUPRESSURE TECHNIQUE (TAT) TO THE ANXIOUSITY RATE OF PRE OPERATION PATIENT AT ANGGREK SHED RSUD WATES KULON PROGO YOGYAKARTA Lalu Rodi Sanjaya1, Paulus Subiyanto2, Sulistyaningsih3 ABSTRACT Background: Pre operation patients often get anxious. Preliminary study conducted at Anggrek shed RSUD WATES on March 13rd 2012, of 9 patients who will get operation, resulted that 2 patients were ready, while another 7 patients were anxious with the operation. This condition will bring forth bad effects to the patient itself. inspite of drugs, anxiousity can be overcome with Psychology Energy (EP) therapy, which help balancing and recovering body function by energy function. A type of EP is the TAT, which is a therapy technics by including meridian points and TAT steps. Research objectives: Knowing the influence of TAT to the anxiousity rate of pre operation patient at Anggrek shed RSUD wates Kulon Progo yogyakarta. Research Methods: This research is a Quasi Experimental research design pre test and post test control group non equivalen. Samples were taken by using accidental sampling technique are 32. Control group of 16 people and 16 people intervention. The research instrument used was questionnaire sheet observations and results were analyzed by Wilcoxon and Mann Withney formula. Research Results: The results of pre-post measurement of anxiety in the control group category was increased by 11 people with an symptoms average of 14.45 to 17.25. Whereas in the intervention group decreased by 11 categories to be mild with an symptom average of 16.31 to 13.50. Unpaired statistical test results, pre-test anxiety using Willcoxon p-value is 0.314> 0.05 did not differ on the level of anxiety in the control and intervention. The results of paired pre-post test in the intervention group using the Mann Whitney is 0.025 <0.05 different, meaning that there are decreased levels of anxiety after a given intervention. Conclusion: TAT influence to reducing the anxiousity rate of pre operation patient at Anggrek shed RSUD Wates Kulon Progo Yogyakarta.
N ARTA A A AK
K OGY A T IY
S . YAN U P A
ER
P
L A R
E
D EN
J S E
IK
ST
Keywords: Anxiety, Pre Operation, Energy Psychology (EP), and TAT. 1
Student PSIK of STIKES A. Yani Yogyakarta Lecturer Nursing Akademy of Panti Rapih Yogyakarta 3 Lecturer PSIK of STIKES A. Yani Yogyakarta 2
xiv
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan menyatakan bahwa untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat diadakan berbagai upaya kesehatan. Upaya kesehatan tersebut mencakup upaya peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan dari penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif)
yang
dilaksanakan
secara
menyeluruh,
terpadu
dan
berkesinambungan dan dilaksanakan bersama antara pemerintah dan masyarakat
AN
yang didukung oleh sumber daya kesehatan termasuk tenaga kesehatan (Depkes
A YAK K A OG
RI, 2010).
Derajat kesehatan dapat ditingkatkan oleh masyarakat itu sendiri dan orang-
T ANI Y S U .Y
orang yang bekerja dalam bidang kesehatan khususya bidang keperawatan.
P AL A R E ER
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan,
P
berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spritual yang komprehensif, ditujukan
D
N JE
kepada individu, keluarga, kolompok, dan masyarakat, baik sehat maupun sakit
S
E K I T
A
T AR
yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Salah satu pelayanan
S
keperawatan yang holistik adalah perawat harus memandang pasien secara keseluruhan baik fisik, emosional, sosial dan budaya. Aspek non fisik seperti pemenuhan kebutuhan psikologis, sosial dan spiritual jangan sampai terabaikan, seperti tentang kecemasan, kesedihan, dan kemarahan adalah tugas seorang perawat untuk membantu pasien dalam keadaan sehat dan sakit (Hamid, 1998) Perawat diharapkan mampu mengerti tentang perasaan diri, tindakan dan reaksi, serta dapat mengatasi masalah emosional dalam bentuk pelayanan keperawatan yang diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan dan kurangnya kemauan menuju kepada kemampuan melaksanakan kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri (Potter & Perry, 2005).
2
Salah satu tugas perawat adalah mengatasi masalah psikologi pasien yaitu masalah kecemasan. Kecemasan sering sekali ditemukan pada saat perawatan di rumah sakit yaitu dapat membuat pasien merasa bingung dan terasing, hal ini biasanya dijumpai pada pasien yang sedang menjalani perawatan terutama pada pasien yang akan menjalani tindakan operasi dan anastesi. Perawat juga mempunyai peranan yang sangat penting dalam perawatan pre operasi, perawat diharapkan dapat memberikan perawatan yang baik sehingga operasi bisa berjalan lancar. Keperawatan pre operasi merupakan pengalaman yang sulit bagi hampir semua pasien. Berbagai kemungkinan buruk bisa saja terjadi yang akan membahayakan bagi pasien itu sendiri, sehingga sering kali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang sedikit berlebihan dengan kecemasan yang dialami.
Kecemasan yang dialami biasanya terkait dengan segala macam
AN
prosedur asing misalnya prosedur operasi baik pembedahan atau prosedur anatesi
A
RT yang harus dijalani. Tingkat keberhasilan pembedahan itu sendiri A sangat AK tergantung pada setiap tahapan yang dialami dan saling ketergantungan antara tim Y G kesehatan yang terkait (dokter bedah, dokter anastesi YdanOperawat) disamping I ANproses pre operatif (Effendi, peranan pasien pre operasi yang cooperatif selama Y A. 2005). L RA prosedur operasi sering sekali mengalami Pasien yang akan menjalani E ND pengalaman subyektif dari individu dan tidak dapat cemas. KecemasanE adalah S J langsung serta merupakan suatu tindakan emosional tanpa diobservasiEsecara IK T obyek S yang spesifik. Kecemasan merupakan respon individu terhadap suatu
A K A
T S U
P R E
P
keadaan hidup dalam kehidupan sehari-hari. Kecemasan berbeda dengan rasa takut, karakteristik rasa takut yaitu adanya obyek atau sumber yang spesifik dan dapat diidentifikasi serta dapat dijelaskan oleh individu. Rasa takut terbentuk dari proses kognitif yang melibatkan penilaian intelektual terhadap stimulus yang mengancam. Ketakutan disebabkan oleh hal yang berisifat fisik dan psikologis ketika individu dapat mengidentifikasi dan menggambarkannya (Suliswati, 2009).
3
Kecemasan pasien terhadap tindakan operasi dan anastesi sering dianggap sebagai suatu ancaman, baik secara aktual ataupun potensial terhadap integritas tubuh seseorang, keadaan seperti inilah yang sering menyebabkan seseorang mengalami cemas dan untuk setiap orang berbeda dalam menanggapinya. Pasien yang tidak bisa menyesuaikan diri dengan kecemasannya sering kali mengalami kesulitan pada saat pre operasi. kesulitan yang dialami pasien sebelum pelaksanaan operasi dirasakan dengan adanya keluhan-keluhan fisik maupun psikologis (Carpenito, 2000). Menurut Majid (2011), keluhan-keluhan terkait rasa cemas yang sering dialami pasien sebelum pelaksanaan prosedur operasi/pre operasi antara lain; cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah tersinggung; merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut; takut sendirian, takut
AN
keramaian dan pada orang banyak; gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang
A
RT menegangkan; gangguan konsentrasi dan daya ingat; keluhan-keluhan somatik, A AK(tinnitus), misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran berdenging Y OGperkemihan, sakit berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, gangguan Y I Nseperti A kepala dan lain sebagainya. Keluhan-keluhan ini tentunya akan Y . A dapat menunda jadwal operasi yang mempengaruhi pelaksanaan operasiLyaitu A dan keluarga, dampak penundaan operasi Rpasien sudah disetujui sebelumnya E oleh D Nberpengaruh tersebut juga akan tidak baik terhadap beberapa hal yaitu E J Sbiaya administrasi rumah sakit yang ditanggung oleh pasien dan meningkatnya E K I keluarga, ST menyita banyak waktu, dapat memperburuk keadaan pasien serta bisa
A K A
T S U
P R E
P
menurunkan mutu pelayanan rumah sakit. Hasil studi pedahuluan pada tanggal 13 Maret 2012 yang dilakukan di bangsal Anggrek RSUD Wates Kulon Progo kepada 9 pasien yang akan menjalani operasi bahwa 2 pasien mengatakan siap untuk dilakukan tindakan operasi, sedangkan 7 pasien mengatakan cemas dengan operasi yang akan dilakukan. Data laporan asuhan keperawatan pasien di bangsal Anggrek sebelum operasi menunjukkan bahwa, sebagian besar pasien terdiagnosa keperawatan yaitu cemas yang berhubungan dengan prosedur operasi. Tindakan keperawatan yang diberikan untuk mengatasi kecemasan pasien dengan tekhnik relaksasi nafas
4
dalam. Implementasi relaksasi nafas dalam yang diajarkan pada pasien dirasakan masih belum efektif karena terkait kecemasan yang dirasakan pasien sebelum operasi, sehingga pasien kurang berkonsentrasi untuk mengatasi kecemasaannya secara adaptif. Kecemasan pasien pre operasi dapat diatasi dengan berbagai cara yaitu dengan obat-obatan maupun dengan terapi yaitu terapi alternatif dan terapi komplementer atau terapi energi. Penggunaan obat-obatan pada masa yang lalu perlu dikaji dan didokumentasikan, termasuk penggunaan obat-obatan yang dijual bebas dan frekuensi penggunaannya. Salah satu jenis medikasi yang menyebabkan kekhawatiran terkait dengan kecemasan pasien meliputi: antidepresan (inhibitor monoamine oksidase (MAO) dapat meningkatkan efek hipotensif anastesi), Transquilizer (menyebabkan ansietas, ketegangan dan bahkan kejang jika
AN
dihentikan secara tiba-tiba). Obat-obatan tersebut sangat perlu dievaluasi karena
A
RT mempunyai efek pada fungsi fisiologis; karena interaksi medikasi ini A dengan K Adan anastesi telah menyebabkan masalah serius, seperti hipotensi arteri kolaps Y G sirkulasi atau depresi (Brunner & Suddarth 2001). IPremedikasi YO dengan obatN perlu dipertimbangkan Anamun obatan tersebut memang penting untuk pasien Y A. pasien, selain dengan obat-obatan dengan kondisi kesehatan yang dialami L RA lebih efektif dalam mengatasi kecemasan diperlukan terapi lain yangE mungkin D Nenergy pasien, seperti terapi psychology (EP) yang memiliki banyak manfaat E J S EP adalah suatu bidang baru dalam proses penyembuhan yang untuk kesehatan. E K I inovatif ST untuk keseimbangan, pemulihan, dan meningkatkan fungsi tubuh pasien
A K A
T S U
P R E
P
dengan merangsang sistem energi yang ada dalam tubuh pasien. EP telah menyebar di dunia melalui buku-buku ilmiah dan internet, hal tersebut telah diobservasi untuk mengkatalisis fungsinya secara lebih cepat, perubahan dramatis, dan perasaan tenang, keyakinan, mental, dan perilaku. Tubuh manusia memiliki sistem anatomi terdiri dari tulang, organ-organ dan ginjal, otot, dan jaringan ikat. Selain itu manusia juga memiliki sistem energi yang terdiri dari sistem meridian akupuntur, akupresur, nadi dan cakra (energi pusat dan salurannya). Hal tersebut mendasari EP untuk menstimulasi energi yaitu dengan cara merangsang,
5
menekan, dan memfokuskan perhatian terhadap saluran yang terganggu dalam tubuh sehingga bisa diperbaiki kembali (Freedom, 2011). EP sebagai sebuah terapi psikologi telah dikembangkan sebagai sebuah terapi yang lebih dispesifikasikan. Berdasarkan teori dan teknik, modalitas EP digabungkan dengan paparan imajinasi dan rangsangan energi, keseimbangan energi, atau keduanya. Terapi-terapi tersebut menggunakan teknik yang sederhana, namun hasilnya bisa cepat (Freedom, 2011). Teknik yang popular dan biasa digunakan dari jenis EP diantaranya adalah Thought Field Therapy (TFT), Emotional Freedom Technique (EFT), dan Tapas Acupressure Technique (TAT) (Elder, et al. 2010). TFT adalah tekhnik penyembuhan tubuh dan pikiran yang melibatkan metode kognitif dan perilaku, melakukan pengujian otot serta melibatkan penekanan pada sejumlah titik meridian tertentu (Mollon, 2007).
AN
Kelemahan TFT adalah terapi ini dilakukan oleh seorang ahli psikatri karena
A
RT dalam prosesnya, perlu dilakukan pemahaman psikologis seseorang visualisasi A AK dan penekanan pada sejumlah titik meridian. EFT adalah tekhnik penyembuhan Y G Operawatan tubuh dan pikiran yang mengkombinasikan efek fisik dari meridian Y I N A dan permasalahan pada waktu dengan efek mental dalam memfokuskan padaY sakit . A yang sama (Vangsapalo, 2010). TAT adalah suatu terapi yang menggunakan L A pembebasan energi dengan menekan ER titik meridian, posisi TAT menggunakan dua D titik kuat di sepanjang ENmeridian kandung kemih: BL1 "Bright Eyes," yang terletak J S dalam mata, dan BL10 "Pilar Surgawi, "yang terletak di di canthusEbagian K I oksiput, ST palpasi titik-titik ini berfungsi untuk memobilisasi qi melalui meridian
A K A
T S U
P R E
P
kandung kemih menuju tingkat kesadaran yang lebih tinggi, membawa kesadaran kepada refleksi kenyaman dan naluri, serta memungkinkan individu untuk memvisualisasikan pada tindakan dan sudut pandangnya (Elder, et al. 2010). Ketiga terapi tersebut merupakan terapi yang berkaitan dengan gangguan psikologis dan mental, TAT juga merupakan salah satu jenis terapi yang dapat memberikan rasa tenang dan bahagia. TAT hampir sama dengan TFT dan EFT karena menggunakan penekanan titik meridian yang dapat menstimulasi sistem energi dalam tubuh, namun titik penekan acupoint TAT lebih sedikit dibandingkan dengan EFT dan TFT. TAT hanya menggunakan tiga titik acupoint
6
yang terletak di wajah dan di belakang kepala, penekanan titik tersebut dinamakan posisi TAT, kemudian diikuti dengan 9 atau 7 langkah TAT yang terdiri dari kalimat-kalimat sugesti postif yang dapat mempengaruhi gangguan psikologis seseorang (Elder, et al. 2010). Jenis terapi EP atau terapi komplementer dan pengobatan alternatif seperti TFT dan EFT telah terbukti dapat mempengaruhi penurunan tingkat kecemasan. Sedangkan TAT yang merupakan salah satu jenis dari terapi tersebut belum ditemukan jurnal atau penelitian terkait dengan TAT yang dapat mempengaruhi tingkat kecemasaan seseorang, namun dalam penjelasan definisi TAT itu sendiri bahwa TAT juga merupakan terapi yang dapat memberikan ketenangan, rasa bahagia, dan membantu penyembuhan akibat gangguan psikologi. TAT menggunakan teknik yang sederhana, hanya dengan menekan tiga titik meridian
AN
acupoint yang diikuti dengan mengikuti 9 atau 7 langkah TAT, serta tidak
A
RT menggunakan prosedur invasif yang mungkin berhahaya bagi pasien, atas dasar A K Aefek hal tersebut TAT menjadi suatu terapi yang aman dan tidak memiliki negatif Y G bagi pasien. YO I ANtentang kecemasan membuat Keterbatasan teori dan jurnal yang terkait TAT Y A. TAT terhadap tingkat kecemasan peneliti tertarik untuk meneliti tentang pengaruh L RA RSUD Wates Kulon Progo Yogyakarta dan pasien pre operasi di bangsalEAnggrek NiniDsebagai sebuah studi pendahuluan yang dapat dijadikan menjadikan penelitian E J Spenelitian acuan terhadap terkait dengan TAT. E K I ST
A K A
T S U
P R E
P
B. Rumusan Masalah
Kecemasan merupakan kekhawatiran yang tidak jelas dimana kondisi tersebut bisa berdampak negatif bagi pasien sebelum menjalani tindakan operasi. Keluhan seperti; cemas, gangguan pola tidur, keluhan-keluhan somatik, gangguan pencernaan, gangguan perkemihan, meningkatnya tekanan darah, dan lain sebagainya tersebut dapat menunda tindakan operasi pasien yang selanjutnya akan menambah beban materi atau biaya administrasi rumah sakit bagi pasien. Mencegah hal itu, banyak sekali terapi-terapi yang bisa digunakan untuk
7
mengatasi kecemasan pasien, misalnya TAT yang merupakan salah satu jenis dari terapi energy psychology pada beberapa penelitian sebelumnya digunakan untuk menurunkan berat badan, mengatasi masalah phobia dan trauma pada kejadian bencana alam. Karena keterbatasan teori tentang TAT dan peneliti belum menemukan jurnal atau penelitian sebelumnya terkait dengan pengaruh TAT terhadap tingkat kecemasan pasien pre operasi, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini sebagai sebuah penelitian pendahuluan atau studi pendahuluan yang bertujuan untuk membutktikan apakah TAT berpengaruh terhadap tingkat kecemasan pasien pre operasi di bangsal Anggrek RSUD Wates Kulon Progo Yogyakarta?
C. Tujuan Penelitian
1.
AN
A YAK K A OG
Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh TAT terhadap tingkat kecemasan pasien pre
T ANI Y S U .Y
operasi di RSUD Wates Kulon Progo Yogyakarta. 2.
P AL A R E ER
Tujuan Khusus
1) Mengetahui tingkat kecemasan pasien pre operasi pada kelompok kontrol
P
di bangsal Anggrek RSUD Wates.
D
N JE
2) Mengetahui tingkat kecemasan pasien pada kelompok intervensi sebelum
S intervensi TAT di bangsal Anggrek RSUD Wates. diberikan E K TI
S 3)
Mengetahui tingkat kecemasan pasien pada kelompok intervensi sesudah diberikan intervensi TAT di bangsal Anggrek RSUD Wates.
D. Manfaat Penelitian
Harapan Peneliti bahwa dengan penelitian ini nantinya akan bermanfaat bagi semua pihak meliputi: 1.
A
T AR
Manfaat secara teoritis Penelitian ini dapat memberikan informasi yang dapat digunakan sebagai masukan pada ilmu pengetahuan dan acuan pengembangan penelitian
8
dalam ilmu praktek keperawatan khususnya mengenai TAT, pre operasi dan kecemasan. 2.
Manfaat secara Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi: a. Institusi Rumah Sakit Sebagai bahan masukan bagi Rumah Sakit untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dalam mempersiapkan pasien yang akan menjalani prosedur operasi dan perawatan sebelum operasi, sebagai upaya untuk menurunkan tingkat kecemasan pasien pre operasi. b. Institusi Pendidikan Kesehatan. Sebagai bahan rekomendasi penatalaksanaan cemas pada pasien, terutama tindakan keperawatan dalam menangani kecemasan pasien sebelum tindakan operasi. c. Peneliti lain
AN
A
T AR
A YAK K A OG
Sebagai bahan masukan atau acuan bagi penelitan selanjutnya
T ANI Y S U .Y
khususnya bidang kesehatan untuk mengembangkan dan mencari metode
P AL A R E ER
lain dalam upaya menurunkan tingkat kecemasan pasien pre operasi.
P
E. D N
Keaslian Penelitian
E J S
E K I kecemasan ST pasien
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh TAT terhadap tingkat pre operasi di bangsal Anggrek RSUD Wates. Beberapa
penelitian terdahulu yang terkait dengan variabel penelitian ini adalah: 1.
Herman (2011), melakukan penelitian dengan judul “Faktor-faktor yang berhubungan dengan Tingkat Kecemasan Pasien Menghadapi Anastesi di bangsal Melati RSUD Panembahan Senopati Bantul”. Penelitian
ini
menggunakan metode penelitian descriptive analytic dengan pendekatan waktu cross sectional. Sampel diambil dengan tekhnik accidental sampling yaitu semua pasien yang akan menjalani tindakan regional anastesi di bangsal melati RSUD Panembahan Senopati Bantul sebanyak 39 pasien. Instrument penelitiannya adalah lembar observasi kecemasan HRS-A dan
9
hasil penelitian analisis dengan rumus spearman Rank dan Uji Chi Square. Hasil
pengujian
terhadap
faktor-faktor
yang berhubungan
dengan
kecemasan pasien menghadapi anastesi; faktor umur diperoleh p-value sebesar 0,084, jenis kelamin diperoleh p-value 0,003, tingkat pendidikan diperoleh sebesar 0,004, status ekonomi diperoleh p-value sebesar 0,031, tingkat pengetahuan diperoleh p-value sebesar 0,000 dan dukungan keluarga diperoleh p-value sebesar 0,007. Persamaan dengan penelitian ini adalah variable kecemasan, Instrumen penelitiannya yaitu HRS-A (Hamilton Rating Scale for Anxiety), dan tekhnik sampling yaitu accidental sampling. Perbedaannya adalah pada desain peneitian, lokasi, waktu, sampel penelitian dan statistik uji yang digunakan. Hidayati, (2011) meneliti tentang “Pengaruh manajemen cemas: Emotional
2.
AN
Freedom Technique (EFT) terhadap Kecemasan Siswa dalam Menghadapi
A
RT UAN di SMA Pakem”. Bertujuan untuk mengetahui pengaruh EFT terhadap A AK tingkat kecemasan siswa SMA dalam menghadapi UAN. Metode yang Y OGJumlah sampel 28 digunakan dalam penelitiannya adalah quasi eksperiment. Y I N A siswa sebagai sampel yang dibagi menjadi 2 Y kelompok, yaitu kelompok . A kontrol (n = 14) dan kelompok intervensi (n = 14). Kelompok intervensi L A mendapatkan 3 kali sesi ERterapi EFT, sedangkan kelompok kontrol tidak D mendapat terapi. ENHasil penelitiannya menunjukkan bahwa sebanyak 58,4% J S cemas ringan sedang dan 0,7% mengalami cemas sedang berat mengalami E K I 137 siswa saat skrining cemas. Hasil uji t-test berpasangan 95%, taraf Tdari
A K A
T S U
P R E
P
S
kesalahan (α) 0,05, didapatkan hasil nilai p = 0,046 (p<0,05). Sedangkan menurut uji t-test independen, nilai p = 0,000 (p<0,05) maka rerata nilai cemas kelompok intervensi secara signifikan lebih rendah daripada kelompok kontrol. Jadi kesimpulannya bahwa EFT efektif menurunkan kecemasan siswa dalam mengahadapi UAN di SMA N 1 Pakem, Sleman, Yogyakarta. Persamaan dengan penelitian ini adalah pada variabel terikat dan desain penelitan yaitu quasi eksperiment. Perbedaannya adalah pada tekhnik sampling, lokasi, waktu, sampel penelitian, dan instrumen peneltian.
64
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Rumah Sakit Umum Daerah Wates terletak di Dusun Beji Kecamatan Wates, tepatnya di Jalan Tentara Pelajar Km 1 No. 5 Wates Kulon Progo. Rumah Sakit Umum Daerah Wates ditingkatkan kelasnya menjadi kelas C dengan diterbitkannya Surat Keputusan Menkes Nomor 491/SK/V/1994 tentang peningkatan kelas Rumah Sakit Umum Daerah Wates milik Pemda Tk II Kulon Progo mejadi kelas C.
AN
Moto RSUD Wates adalah mengutamakan mutu dan kepuasan
A
RT pelanggan dengan Visi RSUD wates yaitu terwujudnya RSUD A Wates AK kabupaten Kulon Progo yang unggul dalam persaingan Y pelayanan yang G bermutu dan memberi kepuasan pelanggan, serta Idengan YO misi meningkatkan ANdan efisien, meningkatkan manajemen rumah sakit yang lebih efektif Y A. karyawan, menyelenggarakan komitmen dan kemampuan Lpelayanan RA pada kepuasan pelanggan, melaksanakan pelayanan yang berorientasi E NDprofessional, meningkatkan citra rumah sakit melalui kegiatan klinikE secara S J dan pemasaran, meningkatkan pengembangan karier sumber upayaE promosi IKmanusia dan kesejahteraan karyawan. Dalam memberikan pelayanan T daya S
A K A
T S U
P R E
P
kepada pasien atau masyarakat, para karyawan membiasakan budaya kerja kejujuran, keadilan, keterbukaan, kerjasama, pelayanan pelanggan dan profesionalisme. Penelitian ini dilakukan di bangsal rawat inap kelas II dan III yaitu di bangsal Anggrek. Bangsal Anggrek adalah bangsal bagi pasien bedah. Sebelum menjalani operasi, pasien biasanya dirawat inap dulu. Pasien yang dirawat adalah dengan penyakit yang bermacam-macam seperti, kangker payudara, apendiksitis, ortopedi, dan lain sebagainya. Mendengar dari namanya saja yaitu bangsal bedah biasanya pasien sudah berpikiran bahwa
65
dirinya akan dilakukan pembedahan, sehingga hal tersebut salah satunya yang dapat membuat pasien merasa takut dan cemas. Bangsal ini mempunyai ruang perawatan kelas I, kelas II, dan kelas III dengan diampu 13 perawat dan 2 pegawai administrasi. Ruang kelas 1 sebanyak 2 ruangan dengan masingmasing ruangan 1 tempat tidur (TT), Ruang kelas II sebanyak 2 ruangan dengan masing-masing ruangan 6 TT, ruang kelas III sebanyak dua ruangan dengan masing-masing 4 TT. sehingga berjumlah 22 TT. Selain itu dalam bangsal ini terdapat ruang perawat, ruang peralatan medis, ruang tunggu pasien, ruang administrasi, ruang jaga dokter, dan gudang.
2. Analisis Hasil Penelitian a. Analisis Univariat
AN
Karakteristik responden pada penelitian ini disajikan dalam tabel
A YAK K A OG
sebagai berikut:
1) Karakteristik responden berdasarkan umur
T ANI Y S U .Y
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Umur Frekuensi Persentase (%) 16 – 21 tahun 4 12,5 22 – 35 tahun 8 25,0 36 – 45 tahun 8 25,0 46 – 60 tahun 12 37,5 Jumlah 32 100 Sumber: Data primer tahun 2012
P AL A R E ER
P
S
S
E K I T
D
N JE
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden pada kelompok kontrol dan intervensi berumur 46 – 60 tahun sebanyak 12 orang (37,5%).
A
T AR
66
2) Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%) Laki-laki 14 43,8 Perempuan 18 56,1 Jumlah 32 100 Sumber: Data primer tahun 2012 Tabel
4.2
menunjukkan
bahwa
responden
responden
perempuan sebanyak 18 orang (56,3%).
3) Karakteristik responden berdasarkan agama Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Agama Agama Frekuensi Persentase (%) Islam 32 100 Jumlah 32 100 Sumber: Data primer tahun 2012
AN
A YAK K A OG
T ANI Y S U .Y
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa responden pada kelompok kontrol dan intervensi semua beragama islam yaitu sebanyak 32 orang
P AL A R E ER
(100%). Karena kebetulan saat dilakukan penelitian pasien mayoritas
P
agama islam.
ND E 4) Karakteristik responden berdasarkan pendidikan SJ E IK Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
ST
Pendidikan Pendidikan Frekuensi SD 12 SLTP 12 SLTA 8 Jumlah 32 Sumber: Data primer tahun 2012
Persentase (%) 37,5 37,5 25,0 100
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa responden dengan jenjang pendidikan terakhir, terbanyak adalah SD dan SLTP masing-masing sebanyak 12 orang (37,5%).
A
T AR
67
5) Karakteristik responden berdasarkan jenis operasi Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Operasi Jenis Operasi Frekuensi Persentase (%) Mayor Ringan 22 68,8 Mayor sedang 10 31,2 Jumlah 32 100 Sumber: Data primer tahun 2012 Tabel 4.2 menunjukkan bahwa responden pada kelompok kontrol dan intervensi dengan jenis operasi terbanyak adalah mayor ringan sebanyak 22 orang (68,8%). Hal ini didapatkan dari catatan operasi pasien.
6) Perbedaan kecemasan pre-test dan post-test pada kelompok
AN
A
RT Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Pasien A Pre AK Operasi pre-test dan post-test pada Kelompok Y Kontrol GPost-test Tingkat Pre-test O Y Kecemasan Frekuensi Persentase I Frekuensi Persentase (%)AN (%) Y Ringan 7 5 31,2 A.43,8 Sedang 9 56,3 11 68,8 L A Berat 0 0 ERJumlahND 16 100 16 100 EData primer 2012 Sumber: J S Tabel 4.6 menunjukkan bahwa tingkat kecemasan pada E K I kontrol
A K A
T S U
P R E
P
ST
kelompok kontrol (pre-test) paling banyak berkategori sedang yaitu 9 orang (56,3%). Sedangkan Tingkat kecemasan (post-test) sebanyak 11 orang (68,8%). Artinya ada peningkatan kecemasan pada kelompok kontrol.
68
7) Perbedaan kecemasan pre-test dan post-test pada kelompok Intervensi Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Tingkat kecemasan Pasien Pre Operasi Pre-test dan Post-test pada Kelompok Intervensi Tingkat Pre-test Post-test Kecemasan Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase (%) (%) Ringan 6 37,5 11 68,8 Sedang 10 62,5 5 31,3 Berat 0 0 Jumlah 16 100 16 100 Sumber: Data primer 2012 Tabel 4.7 menunjukkan bahwa tingkat kecemasan (pre-test) pada kelompok intervensi paling banyak berkategori sedang yaitu 10 orang (62,5%). Sedangkan setelah diberikan intervensi TAT (post-
AN
A
RT A ada penurunan tingkat kecemasan pada kelompok intervensi setelah K A Y diberikan TAT. OG Y NI A 8) Perbedaan rentang kecemasan . Y pre-test dan post-test pada A kelompok kontrol L A Tabel 4.8. Rentang ERKecemasan Pre-test dan Post-test pada Kelompok D N Kontrol EKecemasan J Tingkat Frekuensi Persentase (%) S E 4 25 IK Ringan – Ringan test) paling banyak berkategori ringan yaitu 11 orang (68,8%). Artinya
A K A
T S U
P R E
P
ST
Ringan – Sedang Sedang – Ringan Sedang – Sedang Jumlah Sumber: Data primer 2012
3 1 8 16
18,75 6,26 50 100
Tabel 4.8 menunjukkan bahwa rentang kecemasan pre-test dan post-test pada kelompok kontrol adalah ringan-ringan sebanyak 4 orang (25%), ringan-sedang sebanyak 3 orang, ringan-sedang sebanyak 3 orang (18,75%) sedang-ringan sebanyak 1 orang (6,25%), dan sedang-sedang sebanyak 8 orang (50%). Data di atas juga menunjukkan bahwa adanya peningkatan kecemasan pasien yaitu
69
ringan-sedang sebanyak 3 orang (18,75%). Hal ini bisa dikatakan bahwa pada kelompok kontrol pre-test dan post-tes terjadi peningkatan tingkat kecemasan pasien dalam menghadapi operasi.
9) Perbedaan rentang kecemasan pre-test dan post test pada kelompok intervensi Tabel 4.9. Rentang Kecemasan Pre-test dan Post-test pada Kelompok Intervensi Tingkat Kecemasan Frekuensi Persentase (%) Ringan – Ringan 4 25 Ringan – Sedang Sedang – Ringan 7 43,75 Sedang – Sedang 5 31,25 Jumlah 16 100 Sumber: Data primer 2012
AN
A YAK K A OG
post-test pada kelompok intervensi adalah ringan-ringan sebanyak 4 orang
T ANI Y S U .Y
(25%), sedang-ringan sebanyak 7 orang (43,75%), dan sedang-sedang sebanyak 5 orang (31,25%). Artinya bahwa setelah diberikan intervensi
P AL A R E ER
TAT tingkat kecemasan pasien mengalami penurunan yaitu dari sedang-
P
ringan.
S
S
E K I T
D
N JE
A
T AR
Tabel 4.9 menunjukkan bahwa rentang kecemasan pre-test dan
70
10) Nilai gejala kecemasan pasien pre operasi pada kelompok kontrol Tabel 4.10. Nilai Gejala Kecemasan Pasien Pre Operasi Pada Kelompok Kontrol di bangsal Anggrek RSUD Wates Nilai Kecemasan No. Resp Pre-test Post-test 1 17 19 2 10 14 3 10 13 4 15 25 5 15 18 6 13 18 7 16 19 8 11 15 9 17 19 10 17 25 11 18 14 12 13 16 13 18 17 14 12 14 15 11 14 16 18 16 Rata-rata 14,25 17,25 Sumber: Data primer 2012
AN
A YAK K A OG
T ANI Y S U .Y
P AL A R E ER
Tabel 4.10 menunjukkan bahwa nilai rata-rata gejala kecemasan
pasien pre-test adalah 14,25 dan post-test adalah 17,25. Nilai gejala
P
D N E Artinya ada J peningkatan nilai rata-rata gejala kecemasan pada kelompok S E kontrol. K I T
tertinggi pada saat pre-test adalah 18, sedangkan post-test adalah 25.
S
A
T AR
71
11) Nilai gejala kecemasan pasien pre operasi pada kelompok intervensi Tabel 4.11. Nilai Gejala Kecemasan Pasien Pre Operasi Pada Kelompok Intervensi di bangsal Anggrek RSUD Wates Nilai Kecemasan No. Resp Pre-test Post-test 1 14 11 2 14 13 3 17 14 4 15 11 5 23 18 6 14 13 7 15 13 8 14 12 9 14 13 10 13 12 11 19 15 12 20 16 13 11 10 14 18 15 15 17 14 16 20 16 Rata-rata 16,31 13,50 Sumber: Data primer 2012
AN
A
T AR
A YAK K A OG
T ANI Y S U .Y
P AL A R E ER
Tabel 4.11 menunjukkan bahwa nilai rata-rata gejala kecemasan
pasien pada kelompok intervensi saat pre-test adalah 16,31 dan post-test
P
D N E 28. Artinya J ada penurunan nilai rata-rata gejala kecemasan pada kelompok S E intervensi. IK adalah 13,50. Nilai gejala tertinggi pada saat pre-test adalah 23, sedangkan
ST
12) Perbedaan rata-rata nilai kecemasan pre-test dan post-test pada kelompok kontrol dan intervensi Tabel 4.12. Perbedaan Rata-rata Nilai Kecemasan Pre-test dan Post-test pada Kelompok Kontrol dan Intervensi. Nilai Kecemasan Responden Perbedaan Pre-test Post-test Kontrol 14,25 17,25 +3,00 Intervensi 16,31 13,50 -2,81 Sumber: Data primer 2012
72
Tabel 4.12 menunjukkan bahwa rata-rata nilai kecemasan pre-test dan post-test pada kelompok kontrol mengalami peningkatan dari 14,25 menjadi 17,25 dengan perbedaan +3,00 atau mengalami peningkatan nilai kecemasan sebesar 3,00, sedangkan nilai rata-rata nilai kecemasan pada kelompok intervensi mengalami penurunan dari 16,31 menjadi 13,50 dengan perbedaan -2,81 atau mengalami penurunan nilai kecemasan sebesar 2,81.
b. Analisis Bivariat Hasil analisi bivariat disajikan dalam tabel dibawah ini: 1) Perbedaan tingkat kecemasan pasien pre operasi pada kelompok kontrol dan intervensi di bangsal Anggrek RSUD Wates
AN
Hasil uji statistik perbedaan tingkat kecemasan pasien pre
A
RT operasi pre-test dan post-test pada kelompok kontrol dan intervensi A AK disajikan pada tabel berikut: Y OGPre-test dan PostTabel 4.13. Hasil Uji Wilcoxon Tingkat Kecemasan Y NIdan Intervensi test pada Kelompok Kontrol A Y Rank p-value Makna Kelompok Keterangan .Mean A Kontrol Pre-test L 2,50 0,314 Tidak A Post-test 2,50 berbeda R E Intervensi DPre-test 3,00 Berbeda 0,025 N Post-test E J Data primer tahun 2012 0,00 S Sumber: IKE
A K A
T S U
P R E
P
ST
Tabel
4.13
menunjukkan
hasil
perhitungan
statistik
menggunakan uji Wilcoxon Signed Rank Test pada kelompok kontrol diperoleh p-value sebesar 0,314 > α (0,05) berarti tidak ada perbedaan yang bermakna terhadap tingkat kecemasan pasien pre operasi pada kelompok kontrol. pengujian pada kelompok intervensi diperoleh pvalue sebesar 0,025 < α (0,05) berarti ada perbedaan bermakna terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien pre operasi pada kelompok intervensi.
73
2) Perbedaan Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi Sebelum dan Sesudah Dilakukan Intervensi TAT Hasil uji statistik perbedaan tingkat kecemasan pasien pre operasi sebelum dan sesudah dilakukan intervensi TAT disajikan pada tabel berikut: Tabel 4.14. Hasil Uji Mann Whitney Tingkat Kecemasan Pre-test dan Post-test pada Kelompok Kontrol dan Intervensi Keterangan Kelompok Mean Rank Z p-value Pre-test Kontrol 16,00 -0,354 0,723 Intervensi 17,00 Post-test Kontrol 19,50 -2,088 0,037 Intervensi 13,50 Sumber: Data primer tahun 2012 Tabel 4.14 adalah hasil uji tingakt kecemsan tidak berpasangan
AN
pada pre-test menggunakan uji Mann Whitney pada kelompok kontrol
A
RadaT dan intervensi diperoleh p-value sebesar 0,723 > 0,05 berarti tidak A K pre Apasien perbedaan yang bermakna terhadap tingkat kecemasan Y OG post-test pada operasi sebelum dilakukan intervensi TAT. Perhitungan Y NI p-value sebesar 0,037 < kelompok kontrol dan intervensi diperoleh A Y . A 0,05 berarti ada perbedaan yang bermakna terhadap tingkat kecemasan L A pasien pre operasi R E setelah dilakukan intervensi TAT. Artinya bahwa D intervensi ENTAT yang dilakukan dapat berpengaruh menurunkan J S kecemasan pasien pre operasi. Etingkat
A K A
T S U
P R E
P IK T S
74
B. PEMBAHASAN
1. Karakteristik Responden Hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden yang mengalami kecemasan adalah responden dengan kisaran usia 46-60 tahun yaitu 12 orang (37,5%). Menurut Stuart (2006), seseorang dengan umur remaja atau masih muda lebih mudah mengalami stress atau cemas dibandingkan dengan seseorang dengan tingkatan umur dewasa atau yang lebih, sedangkan menurut Tarwoto dan Wartonah (2003), bahwa maturitas dan tipe kepribadian dapat mempengaruhi kecemasan. Individu yang memiliki kepribadian matang akan lebih sukar mengalami gangguan akibat stress, sebab mempunyai daya adaptasi yang besar terhadap stressor yang
AN
timbul, sebaliknya individu yang tidak matang yang tidak peka terhadap
A
RT rangsangan sehingga sangat mudah mengalami gangguan akibat A adanya AK stress. Y OG kecemasan Penelitian ini juga didapatkan bahwa yang mengalami Y NI sebagian besar adalah perempuan yaitu Y 18A orang (56,1%). Menurut Stuart A. (2006), bahwa gangguan panik merupakan suatu gangguan cemas, dan L A gangguan ini lebih sering ERdialami oleh wanita dibandingkan pria. Menurut D Mohr (2006), bahwa EN perempuan memang memiliki kecemasan dua kali lipat J S dengan laki-laki. dibandingkan E K I ST Pada penelitian ini juga didapat pasien yang mengalami kecemasan
A K A
T S U
P R E
P
sebagian besar dengan pendidikan SD dan SLTP masing-masing 12 orang (37,5%). Menurut Tarwoto dan Wartonah (2003), bahwa status pendidikan yang rendah pada seseorang akan menyebabkan orang tersebut lebih mudah mengalami strees atau cemas dibandingkan dengan orang yang status pendidikan tinggi. Faktor pendidikan seseorang mempengaruhi kecemasan, seseorang dengan pendidikan tinggi akan lebih mampu mengatasi, menggunakan koping efektif dan konstruktif daripada seseorang pendidikan
rendah.
Pendidikan
adalah
salah
satu
usaha
dengan untuk
75
mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung sepanjang hidup. Menurut Stuart (2006), bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kecemasan adalah faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu: umur, jenis kelamin, status pendidikan dan status ekonomi, maturitas, keadaan fisik, tipe kepribadian, dan tingkat pengetahuan. Sedangkan faktor eksternal yaitu: potensial stressor, sosial budaya, dan dukungan keluarga.
2. Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi Sebelum Dilakukan Intervensi Tingkat kecemasan pasien saat pre-test pada kelompok kontrol paling banyak berkategori sedang yaitu 9 orang (56,3%), dan pada kelompok intervensi terbanyak dengan kategori sedang yaitu 10 orang (62,5%). Hasil uji
AN
statistik tidak berpasangan menggunakan Mann Whitney sebelum dilakukan
A
RT intervensi (pre-test) pada kelompok kontrol dan intervensi didapatkan A p-value AKterhadap 0,723 > 0,05. Artinya bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna Y G O tingkat kecemasan pasien pre operasi antara kelompok kontrol dan intervensi. Y I N A penelitian bahwa pasien Sesuai dengan kondisi dilapangan saat Y dilakukan . Ayaitu akan menjalani prosedur operasi, dihadapkan pada situasi yang sama, L A R sehingga secara statistik tidak ada perbedaan terhadap tingkat kecemasan E ND intervensi. pasien sebelumE dilakukan SJ E IK Kecemasan Pasien Pre Operasi Setelah Dilakukan Intervensi T 3. Tingkat S
A K A
T S U
P R E
P
Tingkat kecemasan pasien saat post-test pada kelompok kontrol paling banyak berkategori sedang yaitu 11 orang (68,8%) artinya ada peningkatan jumlah pasien dengan kategori kecemasan sedang, yaitu dari 9 orang (pretest) menjadi 11 orang (post-test). sedangkan tingkat kecemasan pasien setelah diberikan intervensi (post-test) pada kelompok intervensi paling banyak berkategori ringan yaitu 11 orang (68,8%), berarti ada penurunan tingkat kecemasan dari kategori sedang berjumlah 12 orang (pre-test) ke kategori ringan berjumlah 5 orang, sehingga jumlah pasien dengan kategori kecemasan ringan menjadi 11 orang (post-test). Hasil uji statistik berpasangan
76
menggunakan Willcoxon yaitu pada pre-test dan post-test pada kelompok kontrol dan intervensi. Pada kelompok kontrol didapatkan p-value sebesar 0,314 > 0,05. Artinya bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna terhadap tingkat kecemasan pasien pre operasi pada kelompok kontrol. Sedangakan pada kelompok intervensi didapatkan p-value sebesar 0,037 < 0,05, yang berati bahwa ada perbedaan yang bermakna terhadap tingkat kecemasan pasien pre operasi, sehingga dapat disimpulkan bahwa intervensi TAT dapat berpengaruh terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien pre operasi pada kelompok intervensi. Hasil penelitian juga didapatkan ada perbedaan tingkat kecemasan pada saat pre-test dan post-test pada kelompok kontrol dan intervensi. Hasil pengukuran pre-post pada kelompok kontrol yang berkategori ringan-ringan
AN
sebanyak 4 orang, ringan-sedang sebanyak 3 orang, dari sedang-ringan
A
RT sebanyak 1 orang, dan dari sedang-sedang berjumlah 8 orang, yang A artinya AK sedang, ada peningkatan kategori kecemasan yang awalnya ringan menjadi Y OGtetap yaitu ringanselanjutnya ada juga yang mempunyai kategori kecemasan Y NIrentang yang sama, namun A ringan, dan sedang-sedang, walaupun mempunyai .Y A terjadi perubahan nilai rata-rata L gejala kecemasan saat pre-test pada A R dan pada saat post-test adalah 17,25. Artinya kelompok kontrol adalah E14,45 D walaupun dalam ENrentang kecemasan tetap, namun ada peningkatan pada J S gejalaE kecemasan yang dialami oleh pasien dengan rata-rata nilai kecemasan K I ST3,00. Hasil pengukuran pre-post pada kelompok intervensi yang berkategori
A K A
T S U
P R E
P
kecemasan ringan-ringan sebanyak 4 orang, kecemasan sedang-ringan sebanyak 7 orang, dan kecemasan sedang-sedang sebanyak 5 orang, yang artinya ada penurunan kategori kecemasan yang awalnya sedang menjadi ringan, selanjutnya ada juga yang mempunyai kategori tetap yaitu ringanringan dan sedang-sedang, walaupun mempunyai berada pada rentang yang sama, namun terdapat perbedaan pada skor gejala kecemasan antara pre-test dan post-test, selain itu juga berbeda pada nilai rata-rata gejala kecemasan saat pre-test pada kelompok intervensi adalah 16,31 dan post-test adalah 13,50. Artinya ada penurunan gejala kecemasan pada kelompok intervensi
77
walaupun berada pada kategori kecemasan tetap dengan rata-rata nilai kecemasan 2,81.
4. Pengaruh TAT terhadap kecemasan pasien pre operasi di bangsal Anggrek RSUD Wates Kulon Progo Yogyakarta Teknik TAT dalam penelitian ini dengan menekan titik meridian yaitu BL1 “Bright Eyes”, BL10 “Pilar Surgawi”, dan Yin Tang (“Mata Ketiga” dalam tradisi India). BL1 terletak di cantus bagian dalam mata, BL10 terletak di oksiput, dan titik Yin Tang terletak diantara alis dan sedikit diatas alis. Menurut Elder, et al, (2010), jika titik-titik meridian tersebut ditekan maka akan membebaskan jalur energy dan menenangkan pikiran. Penekanan titiktitik ini berfungsi untuk memobilisasi qi (energi) melalui meridian kandung
AN
kemih menuju tingkat kesadaran yang lebih tinggi, membawa kesadaran pada
A
RT refleksi kenyamanan dan naluri, serta memungkinkan individuAuntuk K Aposisi memvisualisasikan pada tindakan dan sudut pandangnya. Selain TAT, Y G terapi ini dilanjutkan dengan mengikuti 7 langkah YO TAT. Terapi ini I N rekaman tersebut berisi Adalam dimodifikasi dalam bentuk rekaman dimana Y . Asugesti/hipnoterapi. tentang TAT dengan kalimat-kalimat L RAsatu jenis Energy Psychology (EP). EP terdiri TAT merupakanE salah ND fisik dan kognitif yang dirancang untuk membawa dari satu set prosedur E J Sterapeutik perubahan terhadap emosi, kognisi, dan perilaku. EP merupakan E K I STturunan dari pengobatan energy dan pikiran, selain itu juga disebut sebagai
A K A
T S U
P R E
P
“akupuntur tanpa jarum” dalam mengobati gangguan mental. TAT adalah salah satu jenis EP, selain itu ada ada juga terapi dari jenis EP yang sama dengan TAT yaitu Thought Field Therapy (TFT) dan Emotional Freedom Tachnique (EFT). TAT, TFT, dan EFT masing-masing menggunakan teknik yang berasal dari akupuntur dan akupresur (Feinstein, 2008). TAT memberikan terapi pada titik akupuntur pada tubuh yang disebut dengan posisi TAT (Elder, et al, 2010). Akupuntur berbeda dengan akupresur. Akupresur hanya menggunakan titik akupuntur. Penelitian tentang akupuntur dapat
memproduksi
opioid
endogen,
meningkatkan
produksi
78
neurotransmitter seperti serotonin dan Gamma Aminobutyric Acid (GAMA), serta regulasi kortisol, hormon utama dari stress (Napadow, et al, 2007 dalam Lane, 2009). Biokimia ini merubah efek struktur otak untuk menurunkan cemas, memperlambat detak jantung, menciptakan rasa tenang, dan memotong respon fight/ fight/ freeze (FFF) (Dhond, et al, 2007 dalam Lane, 2009). Hal ini dikarenakan TAT menggunakan yang berasal dari akupuntur (Feinstein, 2008). Hal ini didukung dengan penelitian Kober, et al, (2003), yaitu dengan penekanan titik akupresur pada telinga dapat efektif mengurangi kecemasan pada saat klien belum dirumah sakit dalam keadaan darurat. Pada penelitian TAT ini dilakukan penekanan sebanyak 7 kali yang diikuti dengan dengan langkah TAT berisi kalimat sugeti. Menurut Feinstein (2008), menggunakan teknik akupresur.
AN
Selain menggunakan teknik akupresur pada titik akupuntur tertentu,
A
RT TAT juga memberikan kalimat-kalimat sugesti (langkah-langkah TAT) yang A K Asugeti bisa dikatakan sama dengan prinsip hipnoterapi. Kalimat-kalimat pada Y G O sudah dimodifikasi penelitian ini diberikan melalui rekaman terapi TAT Yyang I N A oleh ahli hipnoterapi sesuai dengan scrip asli TAT. Kenyataan dilapangan Y . A setelah dilakukan intervensi TAT, pasien mengatakan dirinya lebih tenang L RAHal ini sesuai dengan penelitian Iglesias Alex dan rasa takutnya berkurang. E D N(2005), dan Iglesias Adam tentang kalimat-kalimat sugeti/hipnoterapi, bahwa E J S hypnosis dapat dijadikan terapi bagi klien dengan panik. Terapis awake-aler E K I STtidak hanya memberikan sebuah sugesti tetapi juga ada strategi spesifik
A K A
T S U
P R E
P
bagaimana mengurangi panik klien. Berdasarkan evaluasi dari pasien setelah diberikan intervensi TAT, pasien-pasien tersebut mengatakan bahwa mereka merasa lebih nyaman dan mengaku lebih siap untuk menjalani operasi.
79
C. KETERBATASAN PENELITIAN
1. Kesulitan Penelitian Dalam pelaksanaan penelitian, peneliti mengalami kesulitan sebagai berikut: a. Terapi ini menggunakan sebuah rekaman terapis, sehingga dalam pelaksanaannya peneliti membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menjelaskan dan membuat pasien memahami isi terapi tersebut. 2. Kelemahan Penelitian a. Pelaksanaan intervensi TAT dilakukan dalam waktu yang relative singkat hanya 1 sesi selama 20-30 menit. b. Penelitian ini dilakukan pada semua jenis operasi, sehingga untuk tingkat kecemasannya masih belum bisa dianalisis secara lebih spesifik.
AN
c. Peneliti tidak mengklasifikasikan jenis penyakit pada pasien pre operasi
A
RT sehingga dalam penelitian ini tidak dipaparkan tentang prosentase jenis A AK penyakit terbanyak pada pasien. Y OG d. Pada kelompok kontrol, peneliti tidak menawarkan terapi TAT untuk Y I N mengatasi kecemasan pasien setelah pengukuran YA tingkat kecemasan post. A test. L A R e. Intrument pengukuran tingkat kecemasan yang digunakan masih bersifat E D N umum yang mencakup seluruh gejala kecemasan sehingga dalam E S J peneliti membutuhkan waktu yang cukup lama untuk penggunaannya E IK T S melengkapi setiap point yang ada dalam instrument tersebut. Walaupun
A K A
T S U
P R E
P
intrumen kecemasan ini bersifat baku dan sudah ada dalam buku dan digunakan oleh peneliti lain dalam penelitiannya, namun dalam penelitian ini peneliti juga belum menemukan refrensi tentang modifikasi dari intrumen ini sehingga untuk nilai uji validitasnya belum bisa ditentukan.
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan, tingkat kecemasan pasien pre operasi di bangsal Angrrek RSUD Wates tahap pre-test dan post-test pada kelompok kontrol paling banyak adalah kecemasan sedang dari 9 orang (56%) menjadi 11 orang (68,8%), penurunan tingkat kecemasan sedang ke ringan sebanyak 1 responden (6,26%), sedangkan yang mengalami peningkatan tingkat kecemasan dari ringan ke sedang sebanyak 3 responden (18,75%). Tingkat kecemasan pada kelompok intervensi sebelum dilakukan intervensi TAT paling
AN
banyak adalah kecemasan sedang yaitu 10 orang (62,5%), penurunan tingkat
A
RT kecemasan sedang sebanyak 7 orang (43,75%) dan tidak ada yang mengalami A AdanKpost-test peningkatan tingkat kecemasan. Rata-rata nilai kecemasan pre-test Y G O pada kelompok kontrol mengalami peningkatan sebesar 3,00, sedangkan pada Y I N kelompok kontrol mengalami sebesar 2,81. Berdasarkan YA hasil uji Mann Whitney . A kelompok kontrol dan intervensi terdapat perbedaan yang signifikanL antara RA pasien pre operasi setelah diberikan terhadap penurunan tingkatEkecemasan D Nmempunyai intervensi TAT. TAT pengaruh yang signifikan terhadap penurunan E J S pada pasien pre operasi di bandingkan pasien yang tidak tingkat kecemasan E K I diberikan ST intervensi TAT.
A K A
T S U
P R E
P
80
81
B. SARAN
1.
Bagi Institusi RSUD Wates Dalam memberikan pelayanan yang baik kepada pasien khususnya pada pasien-pasien yang akan menjalani operasi perlu dipersiapkan dan diperhatikan
tingkat
kecemasannya,
selanjutnya
memberikan
sebuah
intervensi berupa terapi yang bisa menurunkan tingkat kecemasan pasien seperti teknik relaksasi nafas dalam, edukasi (prosedur operasi dan anastesi), dan terapi energi psikologi seperti TAT. 2. Institusi Pendidikan Khususnya STIKES A. Yani Yogyakarta Institusi bisa menjadikan acuan dan mengembangkan terapi ini sebagai salah satu materi pada pembahasan terapi komplementer selain dari EFT dan
AN
hipnoterapi.
A YAK K A OG
3. Peneliti
a. Bagi peneliti selanjutnya dapat menjadikan penelitian ini sebagai acuan
T ANI Y S U .Y
dan mengembangkannya, namun lebih di spesifikasikan lagi tempat
P AL A R E ER
penerapannya, misalnya ada klasifikasi khusus dilakukan pada pasien operasi dengan satu jenis penyakit/operasi, dan untuk sesinya bisa lebih
P
dari satu sesi sehingga hasilnya bisa lebih efektif dan maksimal dalam
D
N JE
mempengaruhi tingkat kecemasan pasien pre operasi.
S
E K I T
b. Untuk meyakinkan pengaruh TAT terhadap penurunan tingkat stress dan
S
penurunan aktivitas sistem saraf simpatik diperlukan pengukuran kadar adrenalin antara pre dan post intervensi.
A
T AR
DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah, I. (2010). Cara Lebih Mudah Menemukan Titik Terapi Acupoint Petunjuk Praktis Akupuntur. Depok: Asma Nadia Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta. Baker, H. A., Carrington, P., & Putilin, D. (2009). Theoretical and Methodological Problems In Research on Emotional Freedom Technique (EFT) and Other Meridian Based Therapies. Psychology Journal. Vol. 6, 2, pp. 34-46. http://www.eftuniverse.com/pdf-files/BakerPaper.pdf. di akses tanggal 4 Juli 2012. Barrett,
S.
(2003).
Mental
Help:
Prosedur
to
AN
Avoid.
http://www.quackwatch.org/01QuackeryRelatedTopics/mentserve.html (Diakses tanggal 25 Mei 2012)
A YAK K A OG
T ANI Y S U .Y
Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC
P AL A R E ER
Carpenito. (2000). Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC
P
A
T AR
Craigh, G. (2002). Emotional Freedom Technique (EFT) The Manual. E-Book
D
N JE
diakses di http://www.emofree.com pada tanggal 9 juni 2012
S E K I Departemen Kesehatan ST Kesehatan:
Republik Indonesia. (2010). “Visi Pembangunan Indonesia Sehat 2010.” http://www.depkes.go.id/indonesiasehat.html “ (6 Januari 2012).
Dharma, K.K. (2011). Metode Penelitian Keperawatan; Panduan Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Penelitian. Jakarta: CV. Trans Info Media Effendi. (2005). Kiat Sukses Menghadapi Operasi, Sahabat Setia. Yogyakarta: Fitramayana Elder, C., Gallison, C., Linberg, N.M., Debar, L. Funk, K., Ritenbaugh, C., & Steven, V.J. (2010). Randomized Trial of Tapas Acupressure for Weight Loss Maintenance: Rational and Study Design. J Altern Complement Med 2010. 16(6): 683-690.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2922972/#B40 (diakses tanggal 23 Mei 2012). Feinstein, D. (2008). Energy Psychology: A Review of the Preliminary Evidence. Psychotherapy: Theory, Research, Practice, Training. American Psychological Association. http://www.apa.org/journals (Diakses tanggal 23 Mei 2012). Freedom,
J.
(2011).
Energy
Psychology:
The
Future
http://www.noetic.org/noetic/issue-thirteen-august/energy
of
Therapy?. psychology/
(diakses tanggal 25 Mei 2012). Hamid, A. Y. S. (1998). Nilai-Nilai Profesionalisme Dalam Praktek Keperawatan, Makalah Seminar Loka Karya Praktek Keperawatan. Herman. (2011). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kecemasan Pasien Menghadapi Anastesi Di Bangsal Melati RSUD Panembahan Senopati Bantul. PSIK 2011. STIKES A. Yani Yogyakarta. Tidak dipublikasikan.
AN
A YAK K A OG
T ANI Y S U .Y
Hidayati, W.R. (2011). Pengaruh Manajemen Cemas: Emotional Freedom Technique (EFT) Terhadap Tingkat Kecemasan Siswa Dalam Menghadapi UAN di SMA N 1 Pakem. PSIK 2011. STIKES A. Yani Yogyakarta. Tidak dipublikasikan.
P AL A R E ER
P
A
T AR
Iglesias, A., & Iglesias, A. (2005). Awake Alert Hypnosis in Treatment of Panic Disorde a Case Report. American Journal of Clinical Hypnosis, 47:4, April 2005.
D
N JE
S E K I Irniati. Hubungan Antara Kecemasan Dengan Kemampuan Adaptasi ST (2008). Pada Mahasiswa Tahun Kedua Kelas Internasional Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada. Tesis. Tidak dipublikasikan.
Kober, A., Scheck, T., Schuber, B., Strassar, H., Gustorff, B., Bertalanffy, P., wang, S. M., Kain, Z. N., & Hoerauf, K. (2003). Auricular Acupressure as a treatment for Anxiety in Prehospital Transport Setting. Journal of Energy Anesthesiology. V. 98, No. 6, June 2003. American Society of Anesthesiology. http://journals.lww.com/anesthesiology/Abstract/2003/06000/Auricular_A cupressure_as_a_Treatment_for_Anxiety.5.aspx. diakses tanggal 4 juli 2012.
Lane, R. J. (2009). The Neurochemistry of Countercoditioning: Acupressure Desensitization in Psychotherapy. Journal of Energy Psychology. 1:1 November 2009. http://hblu.org/wp-content/uploads/2010/06/HBLULane2.pdf. diakses tanggal 4 Juli 2012. Majid, A. (2011). Keperawatan Perioperatif. Yogyakarta: Gosyen Publishing Mansur, H. (2009). Psikologi Ibu dan Anak Untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika. Mangoenprasodjo & Hidayati, N. (2005). Terapi Alternatif dan Gaya Hidup Sehat. Yogyakarta: Pradipta Mollon, P. (2007). Thought Field Therapy and It’s Derivatives. Primary Care and Community Psychiatry. V. 12. Desember 2007. 123-127. www.librapharm.com (Diakses tanggal 23 Mei 2012)
AN
A
RT NANDA. (2010). Panduan Diagnosa Keperawatan Definisi Dan Klasifikasi. A Prima Medika. AK Y OGJakarta: Rineka Notoatmodjo, S. (2010). Pengantar Metododologi Penelitian. Y Cipta. NI A Y . A Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu L A Keperawatan; Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian R E Keperawatan. Jakarta: D Salemba Medika N JE Pakasih, L. S (2006). Menopause; Masalah Dan Penanggulangannya. Jakarta: E FKUI. K I ST
A K A
T S U
P R E
P
Pieter, Z., Janiwati, B., & Saragih., M. (2012). Pengantar Psikologi Keperawatan. Jakarta: Kencana Potter, P. A., & Perry, A. G. (2005). Fundamental of Nursing: Concept Process, and Practice. Jakarta: EGC Stuart, G. W. (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC. Stuart, G.W,. & Laraia, M.T. (2005). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. St. Louis: Mosby.
Sudiharto, S. (2007). Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Pendekatan Keperawatan Transkultural. Jakarta: EGC Sugiyono. (2006). Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta Suliswati. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Masalah Psikososial. Jakarta: Trans Info Media Suparjitno. (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga; Aplikasi Dalam Praktik. Jakarta: EGC Suryani, E, & Widyasih, H. (2010). Psikologi Ibu dan Anak. Yogyakarta: Fitramaya. Tarwoto dan Wartonah. (2003). Kebutuhan Dasar Manusia & Proses Keperawatan. Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Medika.
AN
A
RT Vangsalpalo, D. (2010). Emotional Freedom Technique (EFT) Terapi Modern A yang Mengubah Hidup Anda. Tanggerang: Quantum Success AKTraining Y and Coaching. OG Y NI Jiwa. Jakarta: EGC. Videbeck & Sheila, L. (2008). Buku Ajar Keperawatan A .Y A Yosep, I. (2011). Keperawatan Jiwa.L Bandung: PT Refika Aditama A ER D EN J S E K I ST
A K A
T S U
P
P R E