PENGARUH INTERVENSI KEPERAWATAN TEKNIK RELAKSASI AUTOGENIK TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI DI RSUD UNGARAN Yulis Tiana Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
ABSTRACT The preoperative patients may experience anxiety either physically or psychologically. One way to cope with anxiety in the preoperative patients is autogenic relaxation technique. In this therapy, the preoperative patients who experience anxiety is asked to practice breathing, flaw the blood smoothly and stimulate nerves, as well as stimulate hormones of happiness. These hormones are stimulated to secrete by performing autogenic relaxation technique using 6 steps that lead to relax feel is and reduce anxiety. The purpose of this study is to analyze the influence of nursing intervention of autogenic relaxation technique in reducing anxiety in the preoperative patients at Ungaran Hospital. This study used quasi-experimental method with pretest-posttest with control group design. The population in this study was 674 people during February to May 2014 at Cempaka Ward of Ungaran Public Hospital. The samples in this study were 30 patients in which 15 patients in the intervention group and 15 patients in the control group, the purposive sampling technique while to assess the anxiety levels used HRS-A (Hamilton Rating Scale for Anxiety). The data analysis used the independent t-test to find the influence of the autogenic relaxation technique in the pre-operative patients. The average level of anxiety in the preoperative patients before getting autogenic relaxation technique was 23.40 and after being given autogenic relaxation technique, the value was decreased to 19.67, and p-value of 0.001 <α (0.05). This indicated that there was a significant difference in levels of anxiety between before and after getting autogenic relaxation technique. Pre operative patients, nurse, educational institutions and the researchers next housd use autogenic relaxation as an alternative intervention for the managemen to decrease anxiety levels Keywords: Pre-operative, Anxiety, Autogenic Relaxation technique
PENDAHULUAN Proses perawatan di rumah sakit seringkali mengabaikan aspek-aspek psikologis sehingga menimbulkan berbagai permasalahan pisikologis bagi pasien yang salah satunya adalah kecemasan. Kecemasan merupakan perasaan yang paling umum dialami oleh pasien yang dirawat di rumah sakit. Kecemasan yang sering terjadi adalah apabila pasien yang dirawat di rumah sakit harus mengalami proses pembedahan. Pembahasan tentang reaksi-reaksi pasien terhadap pembedahan sebagian besar berfokus pada persiapan pembedahan dan proses penyembuhan. Hal ini menunjukkan bahwa peran perawat sangat penting, karena perawat adalah tim medis yang paling lama dengan pasien (Kusnanto, 2004).
Cemas merupakan pengalaman subjektif dari individu dan tidak dapat diobservasi secara langsung serta merupakan suatu keadaan emosi tanpa objek yang spesifik. Cemas berbeda dengan rasa takut, karakteristik rasa takut adalah adanya objek atau sumber yang spesifik dan dapat diidentifikasi serta dapat dijelaskan oleh individu. Kecemasan juga diartikan sebagai kebingungan, kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya, contohnya kekhawatiran terhadap operasi atau pembedahan (misalnya takut sakit waktu operasi, takut terjadi kecacatan), kekhawatiran terhadap anestesi atau pembiusan (misalnya takut tidak bangun lagi, takut terjadi kegagalan anestesi atau meninggal) dan lain-lain (Suliswati, 2005).
Pengaruh Intervensi Keperawatan Teknik Relaksasi Autogenik Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Di RSUD Ungaran
1
Masalah kecemasan terjadi pada pasien pre operasi sekitar 75%-80% . Kecemasan sebelum operasi adalah reaksi emosional pasien yang sering muncul. Hal ini merupakan respon antisipasi terhadap suatu pengalaman yang dianggap pasien sebagai suatu ancaman terhadap peran dalam kehidupan, integritas tubuh dan bahkan kehidupannya (Smeltzer and bare, 2013). Pembedahan elektif maupun kedaruratan adalah peristiwa komplek yang menegangkan, sehingga selain mengalami gangguan fisik akan memunculkan pula masalah psikologis. Prosedur pembedahan tersebut akan selalu didahului dengan reaksi emosional dari pasien, diantaranya adalah kecemasan. Kecemasan adalah keadaan dimana pasien mengalami perasaan gelisah terhadap ancaman yang tidak jelas dan dimanifestasikan dengan gejala fisiologis, emosional dan kognitif (Carpenito, 2001). Kecemasan ini perlu mendapat perhatian dan intervensi keperawatan karena keadaan emosional pasien akan berpengaruh kepada fungsi tubuh menjelang operasi. Efek dari kecemasan yang tinggi dapat mempengaruhi fungsi fisiologis tubuh yang ditandai dengan adanya peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi nadi, peningkatan frekuensi napas, diaforesis, gemetar, ketakutan, mual atau muntah, gelisah, pusing, rasa panas dan dingin. Operasi akan ditunda oleh dokter jika ada tanda-tanda tersebut. Usaha untuk menghindari perasaan kecemasan yang berlebihan ini, maka pasien pra operasi sangat memerlukan dukungan dari berbagai fihak, seperti keluarga, teman, saudara maupun perawat dengan cara memberikan informasi secara detail mengenai tindakan operasi yang akan dijalani oleh pasien. Sedikit informasi yang diterima oleh pasien akan menyebabkan rasa kecemasan yang tinggi. Kecemasan yang dialami pasien mempunyai bermacam- macam alasan diantaranya adalah : cemas menghadapi ruangan operasi dan peralatan operasi, cemas menghadapi body image yang berupa cacat anggota tubuh, cemas dan takut mati saat di bius, cemas bila operasi gagal, cemas masalah biaya yang membengkak dan sebagainya (Long, 1996 dalam Wijayanti, 2009). Kecemasan yang dialami pasien dapat mempengaruhi status hemodinamik pasien. Penelitian Rini (2006) menyimpulkan adanya hubungan yang bermakna antara kecemasan
2
dengan profil tekanan darah pada pasien pre operasi. Adanya perubahan hemodinamik akibat kecemasan pada pasien pra operasi akan mempengaruhi keberhasilan operasi. Kecemasan pada pasien pra operasi yang tidak segera diatasi juga mengganggu proses penyembuhan. Perawat berperan penting dalam membantu pasien untuk mengurangi dan mengatasi kecemasan yang dialami oleh pasien yang akan menjalani operasi. Dalam menurunkan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi dapat dilakukan dengan teknik meningkatkan mekanisme koping , pendampingan pasien, menurut NIC untuk diagnosa kecemasan juga dilanjutkan dalam kategori intervensi opsional antara lain adalah konseling, pedoman antisipasi, terapi autogenik, distraksi, humor, hypnosis, meditasi, terapi music, terapi otot progresif:, rileksasi dan pankes ( wilkinson, 2012) Perawat dapat memberikan informasi pre operasi yang detail dan dapat juga melakukan terapi berupa teknik-teknik yang bertujuan untuk merileksasikan pasien sebelum menjalani operasi salah satunya ialah teknik relaksasi autogenik. Teknik relaksasi merupakan suatu tindakan eksternal yang dapat mempengaruhi respon internal individu. Teknik relaksasi autogenik adalah salah satu teknik relaksasi yang bersumber dari diri sendiri berupa kata-kata atau kalimat pendek ataupun pikiran yang bisa membuat pikiran tentram. Menurut Aryanti (2007) dalam Pratiwi (2012), relaksasi autogenik merupakan relaksasi yang bersumber dari diri sendiri dengan menggunakan kata-kata atau kalimat pendek yang bisa membuat pikiran menjadi tenang. Widyastuti (2004) menambahkan bahwa relaksasi autogenik membantu individu untuk dapat mengendalikan beberapa fungsi tubuh seperti tekanan darah, frekuensi jantung dan aliran darah. Relaksasi autogenik dilakukan dengan membayangkan diri sendiri berada dalam keadaan damai dan tenang, berfokus pada pengaturan nafas dan detakan jantung. Pasien pre operasi yang mengalami cemas akan timbul respon fisiologis berupa peningkatan denyut jantung, sehingga dapat menyebabkan tekanan darah yang tinggi. Respon tersebut dapat dikurangi dengan pasien melakukan teknik relaksasi autogenik yang akan menciptakan respon relaksasi dari latihan nafas dalam dan latihan konsentrasi. Respon relaksasi tersebut akan merangsang
Pengaruh Intervensi Keperawatan Teknik Relaksasi Autogenik Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Di RSUD Ungaran
peningkatan kerja saraf parasimpatis yang akan menghambat kerja dari saraf simpatis, sehingga hormon penyebab cemas dapat berkurang. Tujuan teknik relaksasi autogenik adalah membawa pikiran ke dalam kondisi mental yang optimal. Relaksasi autogenik akan membantu tubuh untuk membawa perintah melalui autosugesti untuk rileks sehingga dapat mengendalikan pernafasan, tekanan darah, denyut jantung serta suhu tubuh. Tubuh merasakan kehangatan, merupakan akibat dari arteri perifer yang mengalami vasodilatasi sedangkan ketegangan otot tubuh yang menurun mengakibatkan munculnya sensasi ringan. Perubahan-perubahan yang terjadi selama maupun setelah relaksasi mempengaruhi kerja saraf otonom. Respon emosi dan efek menenangkan yang ditimbulkan oleh relaksasi ini mengubah fisiologi dominan simpatis menjadi dominan sistem parasimpatis (Oberg, 2009). Beberapa peneliti oleh Aemilianus, (2009) melakukan penelitian tentang pengaruh terapi musik instrumental Kenny untuk menurunkan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi, penelitian tersebut terdapat hasil penelitian yaitu ada pengaruh dalam pemberian terpai musik instrumental Kenny ( p = 0.000.dan z=6.925) dan peneliti lain dilakukan oleh Siti dan Ida (2005) melakukan penelitian dengan pengaruh terapi komunikasi terapiutik. sedangkan menggunakan terapi komunikasi terapeutik (p = <0,0005). Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan di RSUD Ungaran jumlah pasien pre operasi bulan Februari 2014 sampai dengan 14 Mei 2014 sebanyak 674 orang pasien. Ruang cempaka terdapat pasien pre operasi dan post operasi tanggal 14 Mei 2014 terdapat 18 pasien rawat inap yang sudah operasi dan 3 pasien yang belum operasi dengan 2 pasien dengan apendiktomi dan fraktur di ruangan cempaka. Hasil wawancara dengan ke 3 pasien pre operasi di ruang cempaka, pasien mengatakan takut masuk ruang operasi karena baru pertama kali akan dilakukan operasi, pasien khawatir dengan operasi yang dilakukan, pasien cemas, dan merasa kesakitan saat dilakukan operasi. Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat cempaka di RSUD Ungaran, perawat sudah memberikan pendidikan kesehatan pada pasien pre operasi untuk mengurangi kecemasan pasien yang akan melakukan operasi, tetapi
masih terdapat kecemasan yang terjadi pada pasien pre operasi. Pada pasien pre operasi yang mengalami kecemasan, terjadi penundaan untuk dilakukan operasi setelah memasuki ruang operasi, karena kondisi pasien tidak stabil karena tekanan darah meningkat. Berdasarkan latar belakang tersebut, belum pernah terdapat penelitian mengenai teknik relaksasi autogenik untuk mereduksi ansietas pada pasien pre operasi di RSUD Ungaran maka peneliti tertarik untuk melakukan panelitian lebih lanjut mengenai pengaruh intervensi keperawatan teknik releksasi autogenik dalam mereduksi ansietas pada pasien pre operasi di RSUD Ungaran ruang cempaka. METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah rancangan eksperimen semu (Quasi Eksperiment Design) dengan jenis rancangan pretest posttest dengan kelompok kontrol (Pretest-Posttest with Control Group design). Dalam rancangan ini dilakukan randomisasi, artinya pengelompokan anggotaanggota kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dilakukan berdasarkan acak atau random. Populasi dan Sampel Populasi Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien pre operasi di RSUD Ungaran di ruang Cempaka pada bulan Februari sampai dengan bulan Mei 2014 yang berjumlah 674 orang sehingga rata-rata pasien pre operasi selama sebulan berjumlah 169 orang. Sampel Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan purposive sampling yaitu pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya dengan cara mengidentifikasi semua karakteristik populasi Peneliti mengambil sampel sebanyak 30 pasien pre operasi untuk mengantisipasi adanya responden yang drop out dimana kelompok intervensi berjumlah 15 pasien pre operasi dan kelompok kontrol berjumlah 15
Pengaruh Intervensi Keperawatan Teknik Relaksasi Autogenik Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Di RSUD Ungaran
3
pasien pre operasi yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah: 1) Pasien pre operasi H-1; 2) Pasien pre operasi yang mengalami kecemasan; 3) Pasien pre operasi yang bersedia sebagai responden; 4) Pasien pre operasi yang tidak memiliki gangguan pendengaran. Sedangkan kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah: 1) Pasien pre operasi yang tidak kooperatif; 2) Pasien pre operasi dengan kecemasan panik; 3) Pasien pre operasi open cito (operasi cepat). Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di ruang Cempaka RSUD Ungaran pada tanggal 16 sampai 19Agustus 2014. Pengumpulan Data Sumber data pada penelitian ini adalah data primer. Data primer terdiri dari pengukuran kecemasan pada pasien pra operasi. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian pengaruh intervensi keperawatan teknik relaksasi autogenik pada pasien pre operasi menggunakan HRS-A (Hamilton Rating Scale for Anxiety) yang di modifikasi. Daftar pertanyaan HRS-A (Hamilton Rating Scale for Anxiety) dengan 13 item pertanyaan digunakan untuk menilai tingkat kecemasan pada pasien pra-operasi. Analisa Data Analisis Univariat Analisis ini dilakukan dengan tujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik tiap variabel penelitian secara terpisah dengan cara membuat tabel rata-rata yang menghasilkan distribusi frekuensi dari masing-masing variabel. Jenis data yang digunakan oleh peneliti adalah kategorik yang berbentuk kalimat, kata atau gambar. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis univariat distribusi frekuensi yang menggambarkan dua variabel penelitian yang disajikan dalam bentuk tabel. Analisis Bivariat Analisis ini dilakukan dengan tujuan untuk menguji variabel-variabel penelitian yaitu variabel independen dengan variabel
4
dependen. Sebelum melakukan uji hipotesis terlebih dahulu peneliti melakukan uji normalitas data dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk karena jumlah sampel kecil (≤50) dengan ketentuan keyakinan yang dipakai adalah 95% dan nilai kemaknaan α = 0,05, jika hasil uji signifikan p value > 0,05 maka distribusi data normal. HASIL PENELITIAN Analisis Univariat Tingkat Kecemasan Sebelum Diberikan Teknik Relaksasi Autogenik pada Kelompok Intervensi Tabel 1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Kecemasan Sebelum Diberikan Teknik Relaksasi Autogenik pada Kelompok Intervensi pada Pasien Pre Operasi di RSUD Ungaran, 2014 Kelompok Intervensi Tingkat Kecemasan Frekuensi Persentase (%) Cemas Ringan 3 20,0 Cemas Sedang 9 60,0 Cemas Berat 3 20,0 Jumlah 15 100 Berdasarkan Tabel 1, dapat diketahui bahwa pada kelompok intervensi sebelum diberikan teknik relaksasi autogenik sebagian besar responden mengalami cemas sedang sejumlah 9 orang (60,0%). Tingkat Kecemasan Sebelum Diberikan diberikan perlakuan pada kelompok kontrol Tabel 2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Kecemasan Sebelum Diberikan Perlakuan Pada Kelompok Kontrol pada Pasien Pre Operasi di RSUD Ungaran, 2014 Kelompok kontrol Tingkat Persentase Kecemasan Frekuensi (%) Cemas Ringan 3 20,0 Cemas Sedang 8 53,3 Cemas Berat 4 26,7 Jumlah 15 100 Berdasarkan Tabel 2, dapat diketahui bahwa pada kelompok kontrol sebelum diberikan perlakuan sebagian besar responden mengalami cemas sedang sejumlah 8 orang (53,3%).
Pengaruh Intervensi Keperawatan Teknik Relaksasi Autogenik Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Di RSUD Ungaran
Tingkat Kecemasan Sesudah Diberikan Teknik Relaksasi Autogenik pada Kelompok Intervensi Tabel 3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Kecemasan Sesudah Diberikan Teknik Relaksasi Autogenik pada Kelompok Intervensi pada Pasien Pre Operasi di RSUD Ungaran, 2014 Kelompok Intervensi Tingkat Kecemasan Frekuensi Persentase (%) Cemas Ringan 10 66,7 Cemas Sedang 4 26,7 Cemas Berat 1 6,7 Jumlah 15 100
Tingkat Kecemasan Sesudah perlakuan pada Kelompok Kontrol Tabel 4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Kecemasan Sesudah Diberikan Perlakuan Pada Kelompok Kontrol pada Pasien Pre Operasi di RSUD Ungaran, 2014 Kelompok Kontrol Tingkat Persentase Kecemasan Frekuensi (%) Cemas Ringan 5 33,3 Cemas Sedang 8 53,3 Cemas Berat 2 13,3 Jumlah 15 100
Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa pada kelompok intervensi sesudah diberikan teknik relaksasi autogenik sebagian besar responden mengalami kecemasan ringan sejumlah 10 orang (66,7%).
Berdasarkan Tabel 4, dapat diketahui bahwa pada kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan sebagian besar masih mengalami cemas sedang sejumlah 8 orang (53,3%).
Analisis Bivariat Uji Kesetaraan Tingkat Kecemasan Pasien Preoperasi Sebelum Perlakuan antara Kelompok Intervensi dan Kontrol Tabel 5. Uji Kesetaraan Tingkat Kecemasan Pasien Preoperasi Sebelum Perlakuan antara Kelompok Intervensi dan Kontrol di RSUD Ungaran, 2014 Variabel Kelompok n Mean Sd t p-value Kecemasan Intervensi 15 23,40 4,323 -0,157 0,876 Kontrol 15 23,67 4,938 Berdasarkan uji t independen, didapatkan nilai t hitung sebesar -0,157 dengan p-value 0,876, karena kedua p-value 0,876 > (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan tingkat
kecemasasan responden sebelum diberikan perlakuan antara kelompok intervensi dan kontrol pada pasien praoperasi di RSUD Ungaran.
Perbedaan Tingkat Kecemasan Sebelum dan Sesudah Dilakukan Teknik Relaksasi Autogenik pada Kelompok Intervensi Tabel 6. Perbedaan Tingkat Kecemasan Sebelum dan Sesudah Dilakukan Teknik Relaksasi Autogenik pada Kelompok Intervensi pada Pasien Pre operasi di RSUD Ungaran, 2014 Variabel Perlakuan n Mean Sd t p-value Kecemasan Sebelum 15 23,40 4,323 4,213 0,001 Sesudah 15 19,67 3,374 Berdasarkan uji t dependen, didapatkan nilai t hitung sebesar 4,213 dengan p-value sebesar 0,001. Terlihat bahwa p-value 0,001 < (0,05), ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan tingkat kecemasan
pada kelompok intervensi sebelum dan sesudah diberikan intervensi keperawatan teknik relaksasi autogenik pada pasien pre operasi di RSUD Ungaran.
Pengaruh Intervensi Keperawatan Teknik Relaksasi Autogenik Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Di RSUD Ungaran
5
Perbedaan Tingkat Kecemasan Sebelum dan Sesudah Perlakuan pada Kelompok Kontrol Tabel 7. Perbedaan Tingkat Kecemasan Sebelum dan Sesudah Perlakuan pada Kelompok Kontrol pada Pasien Praoperasi di RSUD Ungaran, 2014 Variabel Perlakuan n Mean Sd T p-value Kecemasan Sebelum 15 23,67 4,938 0,609 0,552 Sesudah 15 23,07 3,326 Berdasarkan uji t dependen, didapatkan nilai t hitung sebesar 0,609 dengan p-value sebesar 0,552. Terlihat bahwa p-value 0,552 > (0,05), ini menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang signifikan tingkat kecemasan pada kelompok kontrol sebelum dan sesudah perlakuan pada pasien pre operasi di RSUD Ungaran.
Pengaruh teknik relaksasi autogenic terhadap tingkat kecemasan Tabel 8. Perbedaan Tingkat Kecemasan Sesudah Diberikan Teknik Relaksasi Autogenik antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol pada pasien pre operasi di RSUD Ungaran, 2014 Variabel Kelompok n Mean Sd t p-value Kecemasan Intervensi 15 19,67 3,374 -2,582 0,015 Kontrol 15 23,07 3,826 Berdasarkan uji t independen, didapatkan nilai t hitung sebesar -2,582 dengan p-value 0,015, karena kedua p-value 0,015 < (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan tingkat kecemasan sesudah diberikan teknik relaksasi autogenik antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol pada pasien pre operasi di RSUD Ungaran. Ini juga menunjukkan bahwa ada pengaruh secara signifikan teknik relaksasi autogenik terhadap tingkat kecemasan pada pasien preoperasi di RSUD Ungaran. PEMBAHASAN Analisis Univariat Gambaran tingkat kecemasan pasien pre operasi sebelum diberikan teknik relaksasi autogenik pada kelomok intervensi dan kelompok kontrol di Ruang Cempaka RSUD Ungaran Berdasarkan hasil penelitian terhadap tingkat kecemasan sebelum diberikan teknik relaksasi autogenik setelah menyebarkan kuesioner ke pada kelompok intervensi dengan responden yang berjumlah 15 orang didapatkan rata-rata skor tingkat kecemasan responden kelompok intervensi sebesar 23,40 dimana sebagian besar pasien pre operasi mengalami kecemasan sedang yaitu sejumlah 9 pasien pre operasi (60,0%) sedangkan sebelum diberikan perlakuan pada kelompok
6
kontrol dengan responden yang berjumlah 15 orang didapatkan rata-rata skor 23,67 tingkat kecemasan responden pada kelompok kontrol tidak jauh berbeda yaitu 8 orang pasien pre operasi sebesar (53,3%). Rata-rata skor tingkat kecemasan pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol didapatkan rata-rata data yang homogen atau tidak ada perbedaan yang bermakna atau berada dalam tingkat kecemasan sedang, dapat diartikan bahwa pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol pasien pre operasi di ruang cempaka RSUD Ungaran memiliki tingkat kecemasan sedang. Pasien pre operasi yang mengalami kecemasan menghadapi pembedahan baik pembedahan ringan maupun besar disebabkan karena kurangnya informasi tentang cara mengatasi kecemasan, sehingga mereka takut dengan apa yang terjadi pada tubuh mereka, tkut akan gagal saat operasi, takut akan terjadi kecacatan pada tubuh mereka hanya membayangkan efek negatif saja yang akan mereka alami. Keadaan ini sesuai pendapat Junaidi, (2012) dimana dia mengatakan bahwa kecemasan yang muncul pada pasien pre operasi yang akan menghadapi pembedahan dihubungkan dengan adanya kekhawatiran dalam menghadapi suatu situasi yang sebelumnya tidak pernah dikhawatirkan. Menurut (Smeltzer and Bare, 2013) ansietas preoperative merupakan suatu respon antisipasi terhadap suatu pengalaman yang dapat dianggap pasien sebagai suatu ancaman
Pengaruh Intervensi Keperawatan Teknik Relaksasi Autogenik Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Di RSUD Ungaran
terhadap perannya dalam hidup, integritas tubuh bahkan kehidupannya sendiri. Gambaran tingkat kecemasan pasien pre operasi sesudah diberikan teknik relaksasi autogenik pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol di ruang cempaka RSUD Ungaran. Data tersebut menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan tingkat kecemasan pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol yaitu kelompok yang diberikan teknik relaksasi autogenik, dimana sesudah melakukan teknik relaksasi autogenik didapatkan rata-rata skor tingkat kecemasan sebesar 19,67 (66,7%) yang sebelumnya didapatkan hasil rata-rata skor tingkat kecemasan sebesar 23,40 (60,00%). Sedangkan pada kelompok kontrol yang tidak diberikan teknik relaksasi autogenik tidak memiliki perbedaan yang signifikan yaitu pada awal penelitian didapatkan rata-rata skor tingkat kecemasan sebesar 23,07 (53,3%), dan pada akhir penelitian sebesar 23,67 (53,3%). Pasien pre operasi yang mengalami kecemasan pada kelompok intervensi diberikan perlakuan yaitu pemberian teknik relaksasi autogenik selama 20 menit sehari sebelum menjalani operasi. Relaksasi autogenik adalah relaksasi yang dapat memberikan rasa bugar pada tubuh, dapat merileksasikan otot-otot, dapat berfikir positif. Efek minimal yang dapat diperoleh dengan mengikuti relaksasi autogenik pada pasien pre operasi adalah dapat mengurangi rasa nyeri, mengurangi kecemasan, depresi (Shigeo, 2011). Relaksasi autogenik dapat menstimulasi respon relaksasi dari seluruh ketegangan otot, mental, menurunkan intensidas nyeri, dan dapat mengendalikan fungsi tubuh seperti (tekanan darah, frekuensi jantung, dan aliran darah), dan dengan adanya latihan dapat meningkatkan pelepasan hormon kebahagiaan yang menciptakan perasaan sejahtera dan mengeluarkan senyawa-senyawa baik seperti endorfin yang dapat meningkatkan energi, mood dan dapat mengendalika fungsi tubuh. Melalui teknik relaksasi autogenik, pasien pre operasi yang mengalami kecemasan dilatih untuk melakukan olah nafas, latihan hangat, latihan jantung, latihan perut, dan praktek kepala dapat memeperlancarkan alirandarah, dan dapat merangsang hormo kebahagiaan. Hormon (endorfin, dopamin, opioid endogen).
Ketiga hormon tersebut merupakan hormon kebahagiaan yang dapat dirangsang sekresinya dengan melakukan relaksasi autogenik yang bisa memunculkan perasaan bahagia yang sulit dilukiskan dan berpengaruh atau pikiran positif, daya tahan, terhadap semangat, dapat penurunan kecemas (Haruyama,2011) Analisa Bivariat Perbedaan tingkat kecemasan pasien pre operasi sebelum dan sesudah diberikan teknik relaksasi autogenik pada kelompok intervensi di Ruang Cempaka RSUD Ungaran Pada kelompok intervensi dapat diketahui bahwa rata-rata skor tingkat kecemasan responden sebelum melakukan teknik relaksasi autogenik sebesar 23,40, kemudian setelah melakukan teknik relaksasi autogenik berkurang menjadi 19,67. Berdasarkan hasi uji t-test dependent didapatkan bahwa p-value 0,001 < (α=0,05) yang berarti bahwa ada perbedaan yang signifikan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi sebelum dan sesudah melakukan teknik relaksasi autogenik di ruang Cempaka RSUD Ungaran. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan cara menyebarkan kuesioner pengukuran kecemasan HRS-A (Hamilton Rating Scale for Anxiety) sebelum diberikan teknik relaksasi autogenik, setelah mengukur tingkat kecemasan sesuai dengan kriteria inklusi dengan pada kelompok intervensi peneliti memberikan penjelasan kepada responden tentang tujuan manfaat dari teknik relaksasi autogenik dan peneliti menerapkan langsung kepada responden. Teknik relaksasi autogenik dilakukan selama 20 menit dalam sehari yaitu pada pagi hari 10 menit jam 06.30 dan sore hari jam 16.00 WIB, setelah melakukan teknik relaksasi autogenik peneliti dan asisten menyebarkan kuesioner post perlakuan dan menghitung tingkat kecemasan responden yang diberikan selama sehari sebelum melakukan operasi pada pasien pre operasi yang mengalami kecemasan di Ruang cempaka RSUD Ungaran. Setelah diberikan teknik relaksasi autogenik selama 20 menit dalam sehari sebelum menjalani operasi, kelompok intervensi mengalami penurunan skor tingkat kecemasan, perbedaan skor tingkat kecemasan sebelum diberikan teknik relaksasi autogenik berjumlah 9 orang (60,00%) pasien pre operasi dengan intensitas sedang dan sesudah pemberian teknik relaksasi autogenik menjadi 10 (66,7%) pasien pre
Pengaruh Intervensi Keperawatan Teknik Relaksasi Autogenik Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Di RSUD Ungaran
7
operasi menjadi intensitas ringan yang mengalami kecemasan di Ruang Cempaka RSUD Ungaran. Relaksasi autogenik dapat menstimulasi respon relaksasi baik fisik maupun psikologis. Selain itu juga bisa menjadi puncak relaksasi tubuh dari seluruh ketegangan fisik dan mental, pikiran tenang, segala keresahan, kegundahan dan ketakutan dalam hati menjadi hilang, serta terciptanya energi positif dalam hati dan pikiran.. Pada saat melakukan relaksasi autogenik seluruh saraf menjadi satu titik pada pengendaliannya di otak dan pikiran dikendalikan oleh kesadaran akal untuk sehat dan bugar (Shigeo, 2011). Melalui teknik relaksasi autogenik, pasien pre operasi yang melukan relaksasi autogenik untuk melakukan praktik nafas, hangat, dan otak melancarkan darah dan stimulasi syaraf, serta merangsang pelepasan hormon (endorfin, opioid endogen) yang dapat menurunkan kecemasan. Latihan meningkatkan pelepasan opioid endogen yang menciptakan perasaan sejahtera (McCubbin & McCubbin, 1993 dalam Potter & Perry, 2005). Endorfin adalah Neuro peptida yang dihasilkan tubuh pada saat relaks atau tenang. Endorfin dihasilkan diotak dan susunan syaraf tulang belakang. Hormon ini dapat berfungsi sebagai obat penenang alami yang diproduksi otak yang melahirkan rasa nyaman. Ketika seseorang melakukan relaksasi autogenik, maka b-endorphin akan keluar dan ditangkap oleh reseptor didalam hypothalamus dan system limbik yang berfungsi untuk mengatur emosi (Pujiastuti, 2013). Perbedaan tingkat kecemasan pasien pre operasi sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok kontrol di Ruang Cempak RSUD Ungaran. Pada kelompok kontrol rata-rata skor tingkat kecemasan responden sebelum perlakuan sebesar 23,67, kemudian sedikit berubah menjadi 23,07 setelah perlakuan. Hasil uji t-tes dependent didapatkan bahwa pvalue 0,552 > (α=0,05) yang berarti bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna tingkat kecemasan pasien pre operasi sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok kontrol di ruang cempaka RSUD Ungaran. Kelompok kontrol yaitu kelompok yang mengalami kecemasan namun tidak diberikan teknik relaksasi autogenik,. Berdasarkan hasil pengukuran tingkat kecemasan pasien pre
8
operasi sebelum diberikan perlakuan sebagian besar pasien pre operasi kelompok kontrol mengalami kecemasan sedang, hal tersebut dapat dilihat dari jawaban pasien pre operasi yang di ajukan dalam kuesioner HRS-A (Hamilton Rating Scale for Anxiety) pengukuran tingkat kecemasan dimana sebagian besar pasien pre operasi yang mengalami kecemasan sedang menyatakan takut melakukan operasi, takuut akan ruang operasi karena pertama kali akan dilakukan pembedahan atau operasi takut akan gagal saat operasi dan cemas setelah operasi luka operasi tidak sembuh. Perasaan ini terjadi akibat pasien pre operasi tidak mengerti dan hanya membayangkan atau berpikiran negative saja hal-hal yang dibayangkan oleh pasien pre operasi merupakan salah satu faktor pencetus terjadinya kecemasan. Kelompok kontrol diberikan teknik relaksasi autogenik untuk menurunkan tingkat kecemasan setelah pengukuran akhir pada sore hari. Kelompok control diberikan teknik relaksasi autogenik sama dengan kelompok intervensi 2 kali dalam sehari, pada sore hari jam 16.30 dan pagi hari jam 06.00. pada kelompok kontror tidak diawasi yang dapat meningkatkan dan menurunkan kecemasan, seperti mendengarkan lagu, nafas dalem, menonton Tv, dan bercengkrama dengan keluarga. Kecemasan ini perlu mendapat perhatian dan intervensi keperawatan karena keadaan emosional pasien akan berpengaruh kepada fungsi tubuh menjelang operasi. Efek dari kecemasan yang tinggi dapat mempengaruhi fungsi fisiologis tubuh yang ditandai dengan adanya peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi nadi, peningkatan frekuensi napas, diaforesis, gemetar, ketakutan, mual atau muntah, gelisah, pusing, rasa panas dan dingin. Operasi akan ditunda oleh dokter jika ada tanda-tanda kecemasan. Pengaruh pemberian teknik relaksasi autogenik terhadap tingkat kecemasan pada pasien pre operasi kelompok intervensi dan kelompok kontrol di Ruang cempaka RSUD Ungaran. Rata-rata skor tingkat kecemasan pada pasien pre operasi kelompok intervensi di Uruang cempaka RSUD Ungaran setelah diberikan teknik relaksasi autogenik sebesar 19,67, Sedangkan rata-rata skor tingkat kecemasan pada pasien pre operasi kelompok kontrol di ruang Cempaka RSUD Ungaran
Pengaruh Intervensi Keperawatan Teknik Relaksasi Autogenik Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Di RSUD Ungaran
setelah perlakuan sebesar 23,07. Ini menunjukkan bahwa setelah pemberian teknik relaksasi autogenik, skor tingkat kecemasan pada pasien pre operasi kelompok intervensi mengalami penurunan dibandingkan kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan. Hasil uji t-test independent didapatkan bahwa p value sebesar 0,015 < (α=0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan pemberian teknik relaksasi autogenik terhadap tingkat kecemasan pada pasien pre operasi di ruang cempaka RSUD Ungaran. Hasil perhitungan yang dilakukan oleh (Kristiana 2009) dengan analisa uji statistik paired t-test (tabel 4.9) nilai p sebesar 0,000. Dengan demikian nilai p lebih kecil dari nilai (5%) atau 0,05 sehingga Ha diterima. Hasil lain menunjukkan bahwa nilai t hitung skala nyeri sebesar 19,126 sedangkan nilai t tabel 2,0003 atau t hitung lebih besar dari t table yang berarti secara statistik Ha diterima. Berarti dapat disimpulkan bahwa secara statistik ada pengaruh yang signifikan teknik relaksasi autogenik terhadap skala nyeri pada ibu post SC di RSUD Banyumas. Hasil penelitian ini juga didukung dengan hasil penelitian sebelumnya Welzt (1991) yang menyatakan relaksasi autogenik dapat dilakukan pada pagi hari untuk mengawali hari. Penelitian Kiran (2005) dalam Pratiwi (2012) menyatakan relaksasi autogenik dapat digunakan untuk mengatasi nyeri kepala kronik dan menstabilkan kadar kortisol dalam tubuh. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan cara pemberian teknik relaksasi autogenik pada pasien pre operasi selama 20 menit dalam sehari yaitu pada pagi 06.30 WIB dan sore hari jam 16.00 WIB yang dilakukan sebelum menjalani operasi di ruang cempaka RSUD Ungaran. Setelah diberikan teknik relaksasi autogenik sehari sebelum operasi, kelompok intervensi mengalami penurunan skor tingkat kecemasan. Ada perbedaan skor tingkat kecemasan pada pasien pre operasi antara sebelum dan sesudah diberikan teknik reelaksasi autogenik di ruang cempaka RSUD Ungaran. Salah satu masalah yang sering muncul pada pasien pre operasi adalah kecemasan. Akan tetapi Meskipun demikian, ada beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk mengurangi kecemasan pada pasien pre operasi. Salah satunya adalah dengan melakukan kegiatan
teknik relaksasi autogenik selama 20 menit dalam sehari yang sangat efektif untuk membantu menurunkan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi. Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh kiran (2005) dalam Setyawati (2010), relaksasi autogenik yang dilakukan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penurunan tekanan darah dan kadar gula darah pada klien diabetes melitus tipe 2 dengan hipertensi. Banyak mengalami perbaikan pada tekanan darah dan kadar gula darah. Meningkatnya tekanan darah salah satu tanda gejala kecemasan Melalui teknik relaksasi autogenik, pasien pre operasi yang mengalami kecemasan dilatih untuk melakukan olah nafas, melancarkan darah dan stimulasi syaraf, serta merangsang pelepasan hormon endorfin. Endorfin dihasilkan diotak dan susunan syaraf tulang belakang. Hormon ini dapat berfungsi sebagai obat penenang alami yang diproduksi otak yang melahirkan rasa nyaman. Ketika seseorang melakukan nafas dalam atau dengan rileks, maka b-endorphin akan keluar dan ditangkap oleh reseptor didalam hypothalamus dan system limbik yang berfungsi untuk mengatur emosi yang dapat menurunkan depresi dan kecemasan. Latihan meningkatkan pelepasan opioid endogen yang menciptakan perasaan sejahtera (McCubbin & McCubbin, 1993 dalam Potter & Perry, 2005). Keterbatasan Penelitian Penelitian ini tentunya memiliki keterbatasan yaitu peneliti tidak dapat melakukan pengawasan secara intensif terhadap faktor yang dapat menurunkan atau meningkatkan tingkat kecemasan pasien pre operasi di ruang cempaka RSUD Ungaran. Diantaranya, biaya selama dirumah sakit, lama rawat inap, berat ringan jenis operasi, asuransi kesehatan yang dimiliki. Disini peneliti hanya dapat menggambarkan tentang penanganan secara non farmakologis yaitu dengan pemberian teknik relaksasi autogenik untuk menurunkan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi. KESIMPULAN Ada perbedaan yang signifikan rata-rata skor tingkat kecemasan pada pasien operasi sebelum dan sesudah diberikan teknik relaksasi
Pengaruh Intervensi Keperawatan Teknik Relaksasi Autogenik Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Di RSUD Ungaran
9
autogenik pada kelompok intervensi dengan nilai p-value 0,001 (α = 0,05). Tidak ada perbedaan rata-rata skor tingkat kecemasan pasien pre operasi sebelum dan sesudah diberikan perlakuan pada kelompok kontrol dengan nilai p-value 0,552 (α = 0,05). Ada pengaruh pemberian teknik relaksasi autogenik dalam terhadap skor tingkat kecemasan pada pasien pre operasi di ruang cempaka RSUD Ungaran dengan nilai p-value 0,015 (α = 0,05). SARAN Bagi perawat dan tenaga kesehatan lainnya, dengan penelitian ini diharapkan para petugas kesehatan lebih memperhatikan keadaan pasien pre operasi dan meningkatkan pelayanan kesehatan pada pasien pre operasi yang mengalami kecemasan dengan salah satu alternatif intervensi yaitu teknik relaksasi autogenik. Bagi institusi pendidikan sendiri diharapakan pada keperawatan gerontik dalam keperawatan komunitas, perawat maternitas, perawat medical bedah dll sebagai salah satu penatalaksanaan nonfarmakologis (teknik relaksasi autogenik) untuk mengatasi kecemasan. Bagi peneliti selanjutnya, mengingat masih adanya keterbatasan dari penelitian yang telah dilakukan, maka diharapkan kepada peneliti selanjutnya dapat dilakukan dengan ikut meneliti faktor- faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya kecemasan. DAFTAR PUSTAKA [1] Arikunto, S. (2010). Prosedur penelitian: suatu pendekatan praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta [2] Acin. (2005). Bila kecemasan melanda. Diakses tanggal 18 Desember 2012 dari www//http:// The Largest Indonesia Community [3] Dahlan, M. S. (2012). Statistik Untuk Kedokteran Dan Kesehatan. Edisi 5. Jakarta : Salemba Medika. [4] Dempsey, P.A. (2002). Riset keperawatan : Buku ajar dan latihan. Jakarta: EGC [5] Gloth, F., Scheve, A. A., Stober, C. V., Chow, S., Prosser, J. (2001). The functional pain scale: reliability, validity
10
and responsiveness in an elderly population. Journal of the American Medical Directors Association, 2 (3), [6] Haruyana, S.(2011). The miracle ofeEndorphin. Edisi 1. (Terj. Muhammad Imansyah, et al). Bandung [7] Hidayat, A. A. (2008). Riset keperawatan dan teknik penulisan ilmiah. Jakarta : Salemba Medika [8] Junaidi ,I.(2012). Anomali Jiwa. Edisi 1. Yogyakarta: ANDI [9] Kathleen, B K,. Praktik keperawatan profesional, konsep & prespektif. Edisi 4. Jakarta. EGC. 2007 [10] Kanji, N., White, A. & Ernst, E. (2006). Autogenic Training to Reduce anxiety in nursing students: randomized controlled trial. Journal Compilation 2006 Blackwell Publishing Ltd [11] Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta [12] Nursalam. (2003). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan. Jakarta: Salemba Medika [13] Oberg, E. (2007). Mind-body techniques to reduce hypertension's chronic effects integrative medicine, 8 (5). [14] Potter. P. A. & Perry, A. G. (2006). fundamentals of nursing: concept, process, and practice. 4/E (Terj. Yasmin Asih, et al). Jakarta: EGC [15] Ramaiah, S. (2003). Kecemasan : Bagaimana mengatasi penyebabnya. Jakarta :Pusataka Populer Obor [16] Sadigh, M R.(1960). Autogenic training Mind Body Approach To the Treatment Of Fibromyalgia and chronic pain syndrome. [17] Saryono. (2010). Kumpulan instrumen penelitian kesehatan. Bantul: Nuha Medika [18] Saunders, S. (2006). Autogenic therapy : short term therapy for long term gain. Positive Health. [19] Setyawati, A., Sitorus, R., & Sri, T. (2010). Pengaruh relaksasi autogenik terhadap kadar gula darah dan tekanan darah pada klien diabetes mellitus tipe 2
Pengaruh Intervensi Keperawatan Teknik Relaksasi Autogenik Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Di RSUD Ungaran
dengan hipertensi di instalasi rawat inap rumah sakit d.i. yogyakarta dan jawa tengah. Abstrack di dapat dari www.digilib.ui.ac.id.
[25] Stetter, Friedhelm. (2002). Autogenic training : A Meta-Analysis Of Clinical Outcome Studies, 27 (1). Germany : Plenum Publishing Corporation
[20] Smeltzer & Bare. (2013). Keperawatan Medikal Bedah: Buku ajar.Edisi 8. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran:EGC
[26] Stuart. G.W & Sundeen, S.J (1998). Buku saku keperawatan jiwa (terjemahan). Edisi III.Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran, EGC.
[21] Stetter, Friedhelm. (2002). Autogenic training : a meta-analysis of clinical outcome studies, 27 (1). Germany : Plenum Publishing Corporation [22] Stuart, G.W. & Sunden, S. J. (2007). Buku saku keperawatan jiwa. Alih Bahasa, Achrir,Y.S. Jakarta:EGC [23] Sugiyono. (2010). Statistika nonparametris untuk penelitian.Bandung : Alfabeta [24] Suliswati,dkk (2005). Konsep dasar keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta : EGC
[27] Welz, K.H . Autogenic Training Course A Practical Guide In Six Easy Steps. Journal of the American Medical Directors Association. [28] Wilkinson, Judith. M. (2012) Buku Saku Diagnosis Keperawatan : Diagnosis Nanda, Intervensi NIC,Kriteri Hasil NOC. Edisi 9. Jakarta: Penerbit Buku:EGC [29] Yosep,I,(2007). Keperawatan jiwa. Edisi 5. Bandung
Pengaruh Intervensi Keperawatan Teknik Relaksasi Autogenik Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Di RSUD Ungaran
11