Risai3h Pertemuan IlmiahPetielitiandanPengembangan !plikasi Isolop danRadi3si,2fXJ1
PENGARUH SUMBER EKSPLAN DAN mmIAZURON DALAM MEDIA TERHADAP REGENERASI EKSPLAN MUTAN NILAM (Pogostemoncablin BeRth.) Ismiyati Sutarto,Masrizaldan Yuliasti PuslitbangTeknologiIsotopdan Radiasi,BATAN, Jakarta
ABSTRAK PENGARUH SUMBER EKSPLAN DAN TlDDIAZURON DALAM MEDIA TERHADAP REGENERASI EKSPLAN MUTAN Nll.AM (Pogostemoncablin Bentb.). Penelitian regenerasieksplan mutan nilam (Pogostemoncab/in Benth.) dengan perlakuan thidiazuron (1DZ) telah dilaksanakan di laboratoriUlnJrulturjaringan Puslitbang Teknologi Isotop dan Radiasi, BATAN, Jakarta sejak bulan April 1999 sampaidenganDesember2000. Tujuanpenelitian ini adalM untuk menentukankonsentrasimz dan sumbereksplanyang tepatdalam regenerasieksplanmutannilam. Mutanyangdigunakandalampenelitian ini berasaldari eksplandaunnilam yang diradiasidenganbeberapadosissinargamma(y) dan ditumbuhkanpada medium Murashige dan Skoog (MS), kemudian disubkulturhingga diperoleh galur mutan planlet nilam generasikeempatMY 4. PercobaandisusundalamranC811gan acakkelompokdenganpola faktorial yang terdiri dari 3 faktor dan tiga ulang811. Faktorpertamaadalahtiga galur mutannilam dan nilam varietasAceh sebagai kontrol, faktor keduaadalahkonsentrasimz (0,25dan 0,50 ppm),dan faktor ketiga adalah sumbereksplan (nodus,petiole dan daun). Pengamatan dilakukan terhadappersentaseeksplan tumbuh,jumlah planlet dan tinggi planlet. Hasil penelitian menunjukkanbahwapemberianmz dengankonsentrasi0,25 ppm dan 0,50 ppm memperlihatkanbasil yang tidak berbedanyataterhadappersentase eksplantumbuh, tinggi planlet dan jumlah planlet. Walaupun deInikian, konsentrasi mz 0,25 ppm menujukkan basil yang lebih baik dibandingkandengankonsentrasimz 0,50 ppm. Sumbereksplannodus m8l1lpumenghasilkanpersentase eksplan tumbuh,planletdanjumlah planletyang lebih tinggi dibandingkansumbereksplandaundan petiole. Eksplan nodusyangditumbuhkanpadamediumyang diberi mz dengankonsentrasi0,25 ppm menunjukkan regenerasieksplanmutannil8l1lyang lebih baikdibandingkanperlakuanlainnya.
ABSTRACT mE INFLUENCE OF EXPLANT SOURCES AND TlnDIAZURON ON REGENERATION OF PATCHOULI (pogostemon cablin Benth.) MUTANTS. An experiment on regeneration of different explants sources of patchouli mutants by applying thidiazuron (TDZ) was conducted at the tissue culture laboratory, Center for Research and Development of Isotope and Radiation Technology, National Nuclear Energy Agency, Jakarta from April 1999 to December 2000. The aim of this experiment was to detennine an appropriate concentration of mz and source of explant for regenerating mutant explants of patchouli. Mutants observed in this experiment was the fourth generation of patchouli mutants originated from leaf explants of patchouli exposed to different doses of gamma (1) rays and grown in Murashige and Skoog (MS) medium, then the shoots emerged form the plantlet were subcultured until the fourth generation of mutants was obtained. The experiment was arranged in a factorial randomized block design with three factors and three replications. The first factor consisted of three patchouli mutant lines and patchouli cv. Aceh as a control, the second factor was two different concentration of mz (0.25 and 0.50 ppm). and the third factor was three different sources of explants (node, petiole and leaf). The pardIneter observed were survival rate of explants, number of plantlets emerged from each explant and plant height. Result of this experiment indicated that application of 0.25 and 0.50 ppm of mz did not show any significant difference in all parameter observed. However, concentration of mz 0.25 ppm gave better result compared with concentration of mz 0.50 ppm. Explants originated from nodes showed the higher percentage of their survival rate than those originated from leaves and petioles. Explants originated from nodes grown in the growth medium containing 0.25 ppm mz resulted better regeneration of patchouli mutants.
PENDAHULUAN Nilam (Pogostemoncab/in Benth.) mernpakan tanamanpengllasilminyak atsiri dan tennasuktanaman industri di SaIUpingtanamanjahe, lada, tembakaudaD serat. Oleh karena itu, budidayatanamannilam perlu dikembangkanmengingatnilai ekonominyayang tinggi dan permintaan pangsa pasar yang selalu meningkat dari tahunke tahun. Sebagaitan.'lmanpenghasilminyak atsiri nilam mernpakankomoditas eksporyang penting. Tanaman
nilam menghasilkan minyak patchoulin yang merupakan bahan baku untuk pembuatan parfum, kosmetik, sabundaDobat. Kualitas minyak patchoulin dipengaruhi oleh beberapafaktor antara lain varietas yang dibudidayakan, cara budidaya, paneD dan penangananpascapanen.Di Indonesiatanarnannilarn pactaumumnya ditanam secara tradisional di daerah Aceh, SurnateraUtara dan SurnateraBarat. Setelah pallen, pelad.mg nilam berpindah ke ladang baru dengancara menebanghutan. Cara ini dapat merusak lingkungan hutan dan kualitas minyak atsiri yang
281
Risalah Pertemuan Ilmiah Penelitian dan Pengembangan Aplikasi IsolOp dan Radia~ zoal
varietas Aceh, yaitu nodus (buku), petiole (tangkai dihasilkan kurang baik. Upaya untuk memperbaiki daun) dan daun. Setiap kombinasi perlakuan terdiri daTi kualitas minyak atsiri perlu dilakllkan dengan menanam 5 cawan petri dan masing-masing cawan petri berisi 4 varietas yang lebih llllggul disertai dengan perbaikan eksplan. teknik budidaya dan panangananpasca pallen. Galur mutan nilam yang digunakan dalam Masalah yang dihadapi dalaln perbaikall varietas penelitian ini adalah mutan generasi keempat (MY 4), tanaman nilam di Indonesia adalall keragaman genetik yaitu Aceh 1, Aceh 2 dan Aceh 3, serta nilmn varietas YaIlg rendah, karena tanamall niialn tidak maInpu Aceh sebagai kontrol. Galur mutan ini berasal dari berbunga di daerah tropis daD diperbanyak secara eksplan daun nilam varietas Aceh yang diradiasi, vegetatif (1).. Keragama~ genetik pacta tanaman yang kemudian eksplan daun yang tumbuh dari tunas yang diperbanyak secara vegetatif dapat ditingkatkan melalui berasal daTi planlet MY] disubkultur menjadi planlet variasi solnaklon, kultur kalus dan teknik mutasi. Kultur MY 2 dan seterusnya hingga menjadi eksplan dan in-vitro tidak llallya digunakan lllltuk perbanyakan planlet MY 4. Sumber eksplan yang digunakan dalam tanaman, tetapi dimanfaatkan pula lllltuk menghasilkan penelitian ini adalah nodus, petiole dan daun yang karakter tanaman yang lebih baik melalni variasi berasal dari planlet nilam MY 4. panjang eksplan nodus somaklon. Keragaman genetik pacta variasi somaklon dan petiole masing-masing adalah 2 -3 mm, sedangkan dapat dihasilkan daTi kllltur sel (2). Menurut Reisch (3), ukuran eksplan daun adalah 25 mm2. keragaman genetik dapat pula diperoleh pacta stadia Eksplan ditumbuhkan p<1dacawan petri dengan diferensiasi sel dengan periakuall mutagen fisik (sinar x media Murashige dan Skoog (MS) yang diberi TDZ dan sinar y) atau mutagen kimia (EMS). Pfeil (4) sesuai dengan perlakuan. Setiap cawan petri berisi 20 meiaporkall bahwa periakuall mutagen yang dibarengi ml media. Cawan petri yang telah ditmnbuhi ekSiJ!,U1 dengan metode kultur in-vitro dapat meningkatkan ditutup, direkatkan dengan parafilm, dibungkus dengan keragmnan genetik daIl memperpendek siklus prograln aluminium foil, dan diinkubasikan di ruang tumbuh pemuliaan lllltuk mengasilkan varietas baru. selama 2 minggu. Setelah ill, eksplan disubkultur pacta Upaya perbanyakan tanalnan lulam basil radiasi botol kultur yang berisi 25 ml media MS dengan secara in-vitro telall dilakukan oleh Seswita dkk (5) dan penambahan BAP 0,5 ppm. Botol kultur yang telah Mapriti (6), namllll planlet yang dihasilkaIl tidak dapat ditumbuhi eksplan ditutup dengan selotip transparant membentuk akar. Sutarto dkk (7) melaporkan bahwa untuk mendapatkan penetrasi callaya yang optimum di eksplan dallll YaIlg diradiasi dengall sinar y pacta dosis ruang tumbull. SullU di ruang tumbull berkisar antara 20 15 -75 Gy maInpu membentuk planlet yang berakar -24°C dengan penyinaran callaya lmnpu TL Phillips 40 pacta media pertumbuhan Murasluge dc'lll Skoog (MS) watt selalna 16 jmn. Parameter ymlg diamati adalah yang diberi benzyl amino purine (BAP). Walaupun persentase eksplan tmnbuh (2 minggu setelall kultur), demikian, persentase eksplan tmnbuh (regenerasi) yang tinggi dan jumlah planlet (8 minggu setelah subkultur). dillasilkan daTi dosis 60 daD 75 Gy lebih rendah dibandingkan dengall dosis 15 -45 Gy. Untuk meningkatkan persentaseeksplan tumbuh RASIL DAN PEMBARASAN pacta kultur in-vitro mutan mawar telah dilakukan oleh Ibrahim et af (8) dengan pemberian tludiazuron (rDZ). Dari hasil mlalisis sidik ragam menunjukkan TDZ memiliki kandllllgan sitokinin yang lebih baik dan bahwa di antara perlakuan galur mutan nilam, konmampu meningkatkan proliferasi dan pembentukan sentrasiTDZ daD sumbereksplan tidak menunjukkan tunas dibandingkan dengall BAP, terutalna bila interak~i yang nyata pacta semua paramater yang diaplikasikan pacta tanamall berkayu (woody plants). dimuati, yaitu persentaseeksplan tumbuh, jurnlah TDZ pactalullumnya diberikan dengan konsentrasi yang planlet daD tinggi planlet. Walaupundemikian, secara sangat rendah ( 0,0022 -0,088 mg/l) padc'lkultur intunggal perlakuan tersebut mempengaruhi parameter vitro tanalnan yang menggllllakan eksplan daun, ujung yang diamati(Tabell, 2 dan 3). tllllas, kotiledon, 11ipokotil, epikotil, kecamball dc'lll bagian dari bllllga (9). Penelitian ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi TDZ dan sumber eksplan yang tepat pacta regenerasi mutan nilam.
BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksaIlakan di laboratoriUlll ktUtlir jaringan Puslitbang Teknologi Isotop daD Radiasi, BAT AN JakaJ1a,sejak bulaIl April SaIllpai denganDesember2000. Pola percobaandisuSUlldalam RallcanganAcak Kelompok Faktorial yang terdiri daTi 3 faktor dan 3 ulangan.Faktor pertamaadalahtiga galur mutan nilam dan nilam varietas Aceh sebagaikontrol, faktor kedua adalali konsentrasimz (0,25 dan 0,50 prill), dan faktor ketiga adalah sumbereksplannilam 282
Perlakuan galur mutan nilam dan sumber eksplan secara tunggal mempengaruhi persentase eksplan tumbuh, dimana galur mutan Aceh 3 memperlih.'ltkanpersentaseeksplan tumbuh tertinggi yang tidak berbedanyata dibandingkandengan galur mutannilmll Aceh 2, tetapiberbedanyatadibandingkan galur mutan uilam Aceh I dm\ nilam varietas Aceh. KonsentrasiTDZ secara tunggal tidak menunjukkan perbedaanyang nyata. Walaupundelnikian, konsentrasi TDZ 0,25 ppm mampumemberikanpersentaseeksplan tumbu1\ yang lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasiTDZ 0,50 ppm. Perlakuansumbereksplan secara tW\ggal mempengaruhi persentase eksplan tumbuh, eksplan nodus mampu menghasilkan persentaseeksplan tumbuh yang lebih tinggi dan berbedanyatadibandingkaneksplanpetiole dan daun. Persentaseeksplan tumbuh yang dihasilkan oleh
Risalah Perlemuan Ilmiah Penelitian dan Pengelllbangan Aplikasi Isolop dan Radiasi. Z{X)1
eksplan daml lebih tinggi dibandingkaIl eksplml petiole, namWl tidak memperlilmtkaIl perbedaan yang nyata (Tabel I). Eksplml nodus menghasilkan persentaseeksplan tumbuh yang lebih tinggi daD berbeda nyata dibandingkan dengan eksp.lan petiole daD d.:'1Wl dengan konsentrasi mz 0,25 ppm daD 0,50 ppm, Namun, dengan pemberian mz 0,25 ppm, eksplan petiole mampu memberikan persentase eksplan tumbuh yang lebih tiIU1gi daripada eksplan daWl. Sedangkan dengan konsentrasi mz 0,50 ppm, eksplan daWl memberikan persentase eksplan tumbuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan eksplan petiole (Tabell). Dengan pemberian mz 0,25 ppm, persentase tumbuh galur mutan nilam Aceh 2 lebih tinggi dan berbeda nyata dibandingkan dengan galur mutan nilam Aceh 1 daD nilam varietas Aceh, te~pi tidak berbeda nyata dengan galur mutaIl nilmll Aceh 3. Sedangkan dengan pemberian mz 0,5 ppm, persentase eksplan tmllbuh yang tertinggi diperoleh dari galur mutan nilmll Aceh 3 daD berbeda nyata dibandingkan dengan galur mutan nilam Aceh 1 datI nilam varietas Aceh, IlaIllWl tidak berbeda llyata dibandingkan dengan galur mUtan nilalll Aceh 2 (Tabel 1). Persentase eksplml yang lnampu membentuk twlas sangat tergantung pacta varietas, sumber eksplan dan konsentrasi sitokinin di dalmll medium pertumbuhan (10). Menurut Brown daD Thorpe (11), perbedaan genotip pactaeksplan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi dal~ regenerasi eksplan. Sedangkan Ibrahin1 et of (8) menyatakan bahwa di samping genotip, dosis radiasi juga mempengaruhi regenerasi pacta eksplan daWl lnawar. Eksplan nodus memiliki kemalllpUan regenerasi yang lebih baik dibandingkan eksplan daWl dan petiole. Thorpe daD Patel (12) melaporkan bahwa semakin muda bagian tanaman yang digunakan sebagai eksplan, semakin mudah pula kemampuan eksplan tersebut Wltuk regenerasi. Pemberian mz secara tunggal tidak mempengaruhi tulggi planlet, narnWl konsentrasi TDZ 0,25 ppm memperlihatkan planlet yang lebih tinggi dibandingkan konsentrasi 0,50 ppm. Dosis radiasi secara tWlggal mempengarulu tinggi eksplan. Nilam varietas Aceh mmllpu membentuk plmllet ymlg lebih tinggi dan berbeda nyata dibandingkan galur mutan nilam Aceh 1, Aceh 2 datI Aceh 3. Perlakuan sumber eksplan secara tWlggal tidak mempengarulu tillggi planlet. Walauplm demikian, planlet yang terbentuk dari eksplml nodus tampak lebih tinggi dibandingkan dengan planlet yang berasal dari eksplan petiole dan daWl (Tabel 2). Dengan pemberian TDZ 0,25 ppm, eksp.lan nodus menglmsilkan planlet yang lebih tinggi dan berbeda nyata dibandingkan dengan eksplan daWl dan petiole. Sedangkan dengan pemberian mz 0,50 ppm, eksplan nodus juga mampu menghasilkan planlet yang lebih tinggi, namlm tid.:'1kberbeda nyata dibandingkan dengan eksplan petiole dan daWl (Tabel 2). Galur mutan nilam Aceh 1 yang ditll1llbuhkan pacta media dengan mz 0,25 ppm mmllpu membentuk planlet yang lebih tinggi dan berbeda nyata
dibandingkandengan galur mutan nilam Aceh 2 dan Aceh 3, tetapitidak berbedanyatadibandingkandengan mutan rJlam varietas Aceh. Sedangkan dengan perlakuanmz 0,50 ppm, mutan nilam varietas Aceh menghasilkanplanlet yang tertinggi dan berbedanyata dibandingkandengangalur mutan Aceh I, Aceh 2 dan Aceh 3 (Tabel2). Berbedadenganbasil yang diperolehSutartodkk (7), dimana denganpemberianBAP 0,5 ppm eksplan nilam varietas Aceh menghasiIkan pIanlet terendah (6,04 cm), dalampenelitian ini planlet tertinggi dicapai oleh eksplannilam varietasAceh (6,50 cm) dan planlet terendahdiperoleh dari eksplan galur mutan Aceh 2 (5,05 cm). Hal ini disebabkankarenadalam penelitian ini tidak digunakan BAP melainkan digunakan mz yang mengakibatkanterhambatnyapemanjangantunas. Menurut Huettemandan Preece (13), mz merniliki aktivitas sitokininyang lebih tinggi dibandingkanBAP, padallal pecan sitokinin pacta umurnnya memacu proliferasitunasdan menghambatpeInanjangaIltWillS. Perlakuanmz 0,25 dilll 0,5 ppm atau sumber eksplan(nodus,petiole daDdaun) secaratunggal tidak memperlihatkanperbedaanyang nyata terhadapjwnlah planlet. Walaupun demikian, eksplan nodus 'mampu mernbentukplanlet yang lebih banyak dibandingkan eksplillldaundanpetiole. Sedangkangalur mutannilam Aceh 3 secaratunggal memberikanjwnlah planlet lebih sedikit dan berbedanyata dibandingkandengan galur mutannilam Aceh 1, Aceh 2 dan nilam varietasAceh. Di antaragalur mutannilatn Aceh 1, Aceh 2 dan nilam varietas Aceh tidak menunjukkan perbedaan yang nyata,namunjumlah planletyang dihasilkan olehnilatn varietasAceh lebih banyakdibandingkandengangalur mutannilarn Aceh1 dan Aceh 2 (Tabel3). Dengan pernberian mz 0,25 ppm, jumlah planletyang dihasilkanoleh nilam varietasAceh lebih banyakdan berbedanyatadibandingkandenganjumlah planletyang dihasilkanoleh galur mutannilam Aceh 3, namun tidak berbedanyata jika dibandingkandengan jumlah planletyang dihasilkan oleh galur mutannilam Aceh 1 dan Aceh 2. Walaupuneksplan yang berasal daTi nodus, petiole dan daun tidak memperlihatkan perbedaan yang nyata, eksplan daun memberikan jumlall planletyang terbanyakdaDdiikuti oleh eksplan nodusdanpetiole. Pemberianmz 0,5 ppm pactaeksplan nilam varietas Aceh dan galur mutan nilam Aceh 2 mampu mengllasilkanjumlah eksplanyang lebih tinggi dengan perbedaanyang nyata dibandingkan dengan eksplan daTigalur mutannilam Aceh 1 daD Aceh 2. Perbedaan pernberian konsentrasi mz tidak mempengaruhi jumlah planlet yang dihasilkan. Eksplan yang berasal dari nodusmemberikanjmnlah eksplanyang terbanyak dibandingkandenganeksplanyang berasaldari petiole, tetapi tidak rnemperlihatkanperbedaan yang nyata (Tabel3). Nugent et of (10) menyatakanbahwa varietas, surnber eksplan daD konsentrasi sitokinin sangat mernpengaruhi jumlah tunasyang tebentuk.Pemberian mz dapat meningkatkanjumlah tunas. Regenerasi tanamannilam denganperlakuanmz tampaknyalebih mudah,karenadari eksplanpetole mampu membentuk 283
"\11, Risa/ahPeltemuan//miahPehelitiafldanPengembangan Ap/ikasi/salopdan Radias~ 200t
planlet. Mehtlrot Lu (9), pactaumumnya TDZ dibetikan pacta kultur in-vitro tanc'lIIklI1berkayu (woody plants) yang menggtmakc'ln eksplan dalm, ujlmg tunas, kotiledon, lripokot.il epikotil, kecamball dan bagian dari bunga wltuk meningkat.kaIl regenerasi. Walaupun demikian, Zimmerman daD Scorza ( 14~melaporkan bahwa pemberian TDZ pactaeksplan daub peach lebih banyak mengllaSilkan kalus daJl llaIlya sedikit membentuk tunas.
KESIMPULAN 1. Pemberianmz dengankonsentrasi0,25 ppm daD 0,50 ppm memperlilmtkanbasil yang tidak berbeda terhadappersentaseeksplan twnbuh, tinggi planlet daDjumlah planlet nilam, namun pemberianmz 0,25 ppm menunjllkkan basil yang lebih baik daripadapemberianmz 0,50 ppm. 2. Swnber eksplan nodus mampu menghasilkan persentaseeksplan twnbuh, planlet dan jumlah planlet nilmll yang lebih tinggi dibandingkan sumbereksplandaundan petiole. 3. Eksplan nodus yang ditwnbuhkan pacta medium yang diberi mz dengan konsentrasi0,25 ppm menunjukkanregenerasieksplanmutannilam yang lebih baik dibandingkanperlakuanlainnya.
DAFTAR PUSTAKA 1. Hutami, S.; N. Swlarlim; Y. Supriyati daD I. Mariska. 1998. PerbanyakaIl in-vitro tanalnan ni1am kllilnera me1alui pro1iferasi tlUlaSaksi1er. J. Biotek. Pertanian. 3 (2): 47 -52.
2. Larkin, P. J. and W. R. Scrowcroft. 1981. Somaclonal variation a novel source of variability from cell culture for plant improvement.Tlleor. Appl. Genetics.60 : 197. 3. Reisch, O. 1983. Genetic diversity in regenerated plants. Handbookof Plant Cell Culture. Vol. 1. Mc. Millan. New York. 798p. 4. Preil, W. 1986. In-vitro propagation and breeding of onlalnental plants: advantages and disadvantages of variability. In: Horn, W. (ed). Genetic manipulation in plant breeding. Proc. EUCARPA Inti. Synip. Berlin. p. 377 -403.
284
5. Seswita, D.; I. Mariska daD E. Gati. 1996. Mikropropagasl nilam penampakan khimera basil radiasi pada kalus. Buku Pertanian ll. RisalahAPISORA -BAT AN. Jakarta.Hal 73 78. 6. Mapriti, N. D. 1997. Optimasi media Wltuk induksi pengakaran pucuk nilaIll basil radiasi dalam kultur in-vitro. Thesis. Fakultas Pertanian IPB.
7. Sutarto, I.; Masrizal and Yuliasti. 2000. Developmentof mutation technique and tissue culture for variety improvementof ginger and patchouli. Proc. Seminar on Methodology for Plant MutationBreeding:Screenungfor Quality. BATAN -S. T. A. Japan-J. A. I. F. Jakarta,24 -28 January2000. p. 171-178. 8.' Ibrahim. R.; W. Mondelaers and P. C. Dabergh. 1998. Effect of X-irradiation on adventitious: ' regenerntion from in-vitro leaf explants of [({?\G hybrida. Plant Cell, Tissue and Organ Culture. 54 : 37 -44.
9. Lu, C. Y. 1993. The use of thidiazuron in tissue culture.In-vitro Cell Dev. BioI. 29 : 92 -96. 10.Nugent. G.; T. Wardey-Richardson and C. Lu. 1991. Plant regenerationfrom stemand petal of carnation(Dianthuscaryophy//usL.). Plant Cell Rep. 10: 477-480. 11.Brown, D. C. W. and T. A. Tllorpe. 1986. Plant regenerationby organogenesis.In: Vasil, I. K. (ed). Cell culture and somatic cell geneticsof plants.Vol. 3. AcademicPress.Orlando.p. 49 65. 12.Thorpe, T. A. and K. R. Patel. 1984. Clonal propagationof adventitousbuds. In: Vasil, I. K. (ed). Cell culture and somatic cell genetics of plants.Vol. 1. AcademicPress.New York. p. 49 -60.
13.Huetteman, C. A. and J. E. Preece. 1993. Thidiazuron:a potent cytokinin for woody plant tissue culture. Plant Cell Tiss. Org. Cult. 33 : 105 -119.
14.Zimmerman,T. W. and R. Scorza. 1992. Shoot g~owthand proliferationof peachundervarying environmentalregimes.Hort Science.27 : 6%.
~~
Risalah Pettemuan Ilmiah Penelilian dan Pengembangan Aplikasi lsolop dan Radia~ 2(XJ f
Tabel
Persentase eksplan tumbuh (2 minggu setelahkultur)c -~
Galur
---
--Konsentrasi
muffin
mz (ppm)
0.25
0.50
nilam
i
SwnberekSDla
Keterangan: Angka yang diikuti denganhwuf kecil yang sarnadaIam satubaris atauhwuf besaryang berbedanyataberdasarkanuji BNT 0,05. K = niIam varietasAceh (Kontrol) A I = Galur mutannilam Aceh I A2 = Galur mutannilam Aceh2 A3 = GaJurmutanniIam Aceh 3
dalam satu kolom tidak
Tabel2. Tinggi planlet (cm) (8 lninggu setelallsubkultur).
~~
Nodus
.!!R
Al
Rata---j rata
6,26~
5.56b
Nodus = 6,08 a
~ ~ ~
6,07AB 6,42A 5,11 C J,87 B
~6.20 ~~
5,74b
5,!5 a
Petiole = 5,63 a
Rata-rata
DaWl
jr;:94 A
~
5.40
~
5,70a I 5JOa
~
~ 5"°5C, 5.60B
DaWl = 5,62 a
-
Keterangan: Angka yang diikuti denganhuruf kecil yang sarnadalam satubaris atauhuruf besaryang sarnadalam satukolom tidak berbedanyataberdasarkanuji BNT 0,05. K = nilam varietasAceh (Kontrol) Al = Galur mutannilam Aceh 1 A2 = Galur mutannilam Aceh2 A3 = Galur mutannilam Aceh 3
285
Rlg/ahPertemuan//miahPene/itian dan Pengembangan Ap/ikasi/sotopdanRadiaSl; ZOOI
DISKUSI RAGAPAt>MI PURNAMANINGSIH
ISMIYATI SUTARTO
Tujuan penelitian ini adalah untuk meregenerasikan eksplan yang telah diinduksi mutasinya untuk nomor-nomor baru tanmnan nilam. Dalam penelitian AlIda, digunakan daun sebagai sumber eksplan dan kemudian diregenerasikanpada media untuk regenerasi. Apakah dengan metoda tersebutkecenderunganmemperolehtanan1an khimera akan lebih besar ? Dalam hat tersebutmengapatidak digunakankalus sebagaisumbereksplan?
1. Kami menggwlakan mz untuk melnaCU pertumbuhan eksplan nilaIll selaIna 2 lninggu, setelahitu disubkulturpactamediumyang diberikan BAP 0,5 ppm. 2. Bila dilihat dari tinggi planlet perlakuan BAP menghasilkanplanlet yang lebih tinggi, namunbila dilihat jumlah planlet dan ketergantungannya perlakuanmz memberikanbasil yang lebih baik. LYDIA ANDINI
ISMIYATI SUTARTO 1. Apakah tanaJnan nilam ini akan menyebabkan Sumbereksplanyang kami gunakanberasaldari kemiskinanpadatanahakanunsur-unsurham? mutan tanaman nilam generasi ke 4 yang sudah 2. Bagaimanausaha/kompensasiuntuk memperkaya terseleksi. Dalam ha1iIli perlakuantidak menyebabkan kembalitanahhabis tanamdenganunsur-unsur '6 khimera. Dengan perlakuanTDZ, regenerasitanaman diperlukanuntuk pertumbuhannilam sehinggac:;p:::t teerjadi secaralangsungdari eksplandan tidak melalui menghasilkaneksplanyangkualitasnyatinggi ?
kalus.
ISMIYAll SUTARTO ALIHUSNI 1. Salah satu faktor perlakuanyang diberikan adalah konsentrasiTDZ. Mengapa bukan BAP saja yang dicoba, karena TDZ itu sangat mahal sekali dibandingBAP? 2. Bila dilillat dari basilymlg diperolehpadapenelitiml sebelrnnnya,ZPT BAP sudah sangatbaik sekali untuk regenerasitanaInan nilmn. BahkaIl media kontrol juga sudah dapat meregenerasinilam dari eksplandaun?
286
1. Kami sarankanuntuk memberikanpupuk kandangi kompos untuk memperkayaunsur ham di dalam tanall. KaIni belum melaksanakan penelitian pemupukanpactatanalnannilam, karni ilia rekanrekan dari Balitbio Bogor sudall menerbitkanbuku budidayanilarn.