PENGARUH STRUKTUR MODAL DAN INVESTMENT OPPORTUNITY SET TERHADAP KINERJA FUNDAMENTAL DAN PASAR SAHAM SEKTOR PERTAMBANGAN BURSA EFEK INDONESIA
RIZKA PRATIWI
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pengaruh Struktur Modaldan Investment Opportunity Set terhadap Kinerja Fundamental dan Pasar Saham Sektor Pertambangan Bursa Efek Indonesia adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juli 2016
Rizka Pratiwi NIM H251150536
RINGKASAN RIZKA PRATIWI. Pengaruh Struktur Modaldan Investment Opportunity Set terhadap Kinerja Fundamental dan Pasar Saham Sektor Pertambangan Bursa Efek Indonesia. Dibimbing oleh BUDI PURWANTO dan TB NUR AHMAD MAULANA. Sektor pertambangan selama periode tahun 2011 – 2015 menjadi salah satu sektor yang memiliki pertumbuhan paling rendah (Financial Market Update 2015). Hal ini dapat terjadi karena harga komoditas pertambangan dunia sedang mengalami penurunan harga mengikuti turunnya permintaan dari Tiongkok dan adanya kebijakan Undang - Undang Mineral dan Batubara No. 4 Tahun 2009 yang turut menekan pertumbuhan pertambangan dari sisi internal. Pertumbuhan perusahaan merupakan elemen penting dalam menentukan kinerja perusahaan (Ambarish et al 1987). Harga saham akan merespon informasi pertumbuhan dari perusahaan tersebut, untuk perusahaan yang memiliki peluang tumbuh tinggi diramalkan memiliki hubungan positif dengan harga saham. Menurut Manik (2014), kinerja perusahaan akan semakin baik jika struktur modal dan investment opportunity set (IOS) semakin besar. Penelitian tentang struktur modal dan IOS telah banyak dilakukan di Indonesia, akan tetapi terdapat ketidakkonsistenan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, diduga disebabkan adanya variabel lain yang memediasi pengaruh struktur modal dan IOS terhadap kinerja perusahaan. Ketika struktur modal dan IOS meningkat, hal tersebut akan direspon oleh peningkatan pertumbuhan perusahaan dan kinerja keuangannya juga akan meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bukti empiris tentang pengaruh struktur modal dan IOS terhadap kinerja fundamental perusahaan sektor pertambangan melalui pertumbuhan perusahaan serta pengaruh struktur modal dan IOS terhadap kinerja pasar saham perusahaan sektor pertambangan melalui pertumbuhan perusahaan. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan sektor pertambangan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2011-2015 dengan teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling. Data ini menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan. Metode pengolahan dan analisis data sekunder menggunakan analisis rasio keuangan dan pengujian hubungan pengaruh struktur modaldan IOS terhadap kinerja fundamental dan kinerja pasar saham sektor pertambangan menggunakan Structural Equation Modeling (SEM). Hasil penelitian menunjukkan jika pertumbuhan perusahaan memediasi secara tidak penuh pengaruh IOS terhadap kinerja fundamental. Sedangkan pengaruh variabel IOS terhadap kinerja pasar saham baik langsung maupun tidak langsung adalah tidak signifikan. Pertumbuhan perusahaan tidak memediasi pengaruh struktur modal terhadap kinerja fundamental maupun kinerja pasar saham. Hal ini dikarenakan struktur modal tidak memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan perusahaan dan pertumbuhan perusahaan juga tidak berpengaruh terhadap kinerja pasar saham. Kata kunci: harga saham, investasi, keuangan, pertumbuhan perusahaan, SEM
SUMMARY RIZKA PRATIWI. The Effect of Capital Structure and Investment Opportunity Set on Fundamental and Stock Market Performance of Mining Sector Indonesia Stock Exchange. Supervised by BUDI PURWANTO and TB NUR AHMAD MAULANA. The mining sector over the period 2011 - 2015 had been becoming one of the sectors that had the lowest growth (Financial Market Update 2015). It is caused by the declining of the world commodity prices, following a drop in China's demand and the new policy of The Act of Mineral and Coal Mining Number 4 of 2009 which reducing growth from the internal side. The Act Number 4 of 2009 regulates the implementation ofthe raw material selling for export and before the products are exported, all mined materials or coal have to be refined or smelted in Indonesia. The growth of a company constitutes is an important element in determining its performance (Ambarish et al 1987). The stock price will respond to information of the company's growth. For the company with high growth opportunities, the growth it self will have positive correlation with its stock price. According to Manik (2014), the greater the capital structure and investment opportunity set (IOS), the better performance of the company. In Indonesia, there are a number of researches on the capital structure and the IOS, but there are inconsistencywith the previous research results. The inconsistency are allegedly caused by other variables mediate the effects of capital structure and the IOS on company performance. When the capital structure and the IOS increases, it will be responded by the increased growth and financial performance of the company. This study aimed to find empirical evidence about the effect of capital structure and the IOS towards fundamental performance of the companies in mining sector through the company's growth, and the effect of capital structure and the IOS towards its stock market performance through company’s growth. This study used a sample of mining companies listed on Indonesia Stock Exchange in 2011-2015, selected by purposive sampling. The data used was secondary data from the financial statements. Financial ratio analysis and the Structural Equation Modeling (SEM) are applied in this study. The results of the study has shown that company’s growth not fully mediate the IOS effect towards fundamental performance. In other side, the IOS influencedsignificancy on the stock market performance, either direct or indirect, is insignificant. Company’s growth did not mediate capital structure effect towards fundamental and stock market performance. This was because the capital structure had no influence on the company's growth and the growth also did not affect the stock market performance. Keywords: company’s growth, financial,investment, SEM, stock prices
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
PENGARUH STRUKTUR MODAL DAN INVESTMENT OPPORTUNITY SET TERHADAP KINERJA FUNDAMENTAL DAN PASAR SAHAM SEKTOR PERTAMBANGAN BURSA EFEK INDONESIA
RIZKA PRATIWI
Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Manajemen
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
Dosen Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr Ir Abdul Kohar Irwanto, MSc
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2016 ini ialah Pengaruh Struktur Modaldan Investment Opportunity Set terhadap Kinerja Fundamental dan Pasar Saham Sektor Pertambangan Bursa Efek Indonesia. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Budi Purwanto, ME dan Bapak Ir Tb Nur Ahmad Maulana, MBA, MSc, PhD selaku pembimbing atas bimbingan yang diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan karya ilmiah ini. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Dr Ir Abdul Kohar Irwanto, MSc selaku dosen penguji luar komisi pada ujian tesis atas masukan yang sangat bermanfaat untuk karya ilmiah ini. Terima kasih dan penghargaan juga penulis sampaikan kepada Bapak Kuryadi dan Ibu Pudjiani selaku orang tua dari penulis atas segala doa dan dukungannya. Di samping itu ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada seluruh keluarga, kakak, teman-teman PSIM dan kelas peminatan keuangan, serta dosen dan staf Program Studi Ilmu Manajemen Institut Pertanian Bogor. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukan.
Bogor, Juli 2016
Rizka Pratiwi
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR LAMPIRAN
x
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian
1 1 3 3 4 4
2 TINJAUAN PUSTAKA Struktur Modal Investment Opportunity Set Pertumbuhan Perusahaan Kinerja Fundamental Kinerja Pasar Saham Structural Equation Modeling Penelitian Terdahulu
4 4 5 6 7 7 8 9
3 METODE Kerangka Pemikiran Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Pengumpulan Data Hipotesis Pengolahan dan Analisis Data
10 10 12 12 12 14
4 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kondisi Keuangan Analisis Structural Equation Modeling - Partial Least Square Implikasi Manajerial
20 20 29 42
5 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran
43 43 44
DAFTAR PUSTAKA
45
LAMPIRAN
49
RIWAYAT HIDUP
69
DAFTAR TABEL 1 Kriteria penetapan sampel 2 Sampel penelitian 3 Perhitungan indikator dalam rataan lima tahun (2011-2015) 4 Perhitungan indikator dalam rataan lima tahun (2011-2015) 5 Analisis discriminant validity criteria nilai akar kuadrat AVE 6 Analisis discriminant validity kriteria cross loading 7 Analisis unidimensional validity 8 Analisis model akhir kriteria nilai akar kuadrat AVE 9 Analisis discriminant validity model akhir kriteria cross loading 10 Analisis unidimensional validity 11 Hasil penilaian penelitian dan standar nilai mode reflektif 12 Hasil penilaian peneltian dan standar nilai inner model 13 Hasil pengujian bootstrapping inner model 14 Hasil pengujian pengaruh langsung dan tidak langsung 15 Penelitian terdahulu 16 Skor indikator pada variabel struktur modal dan IOS 17 Skor indikator pada variabel pertumbuhan dan kinerja fundamental dan kinerja pasar saham
20 20 21 25 33 33 34 35 35 36 36 38 39 41 50 53 60
DAFTAR GAMBAR 1 Tren pertumbuhan penjualan sektor pertambangan 2 Grafik perubahan indeks harga saham tahun 2011 – 2015 3 Kerangka konseptual 4 Model awal penelitian 5 Grafik rata-rata DAR tahun 2011-2015 6 Grafik rata-rata DER tahun 2011-2015 7 Grafik rata-rata MVBVA tahun 2011-2015 8 Grafik rata-rata MVBVE tahun 2011-2015 9 Grafik rata-rata EP tahun 2011-2015 10 Grafik rata-rata CABVA tahun 2011-2015 11 Grafik rata-rata CAMVA tahun 2011-2015 12 Grafik rata-rata PTA tahun 2011-2015 13 Grafik rata-rata ROA tahun 2011-2015 14 Grafik rata-rata PP tahun 2011-2015 15 Grafik rata-rata ROE tahun 2011-2015 16 Grafik rata-rata NPM tahun 2011-2015 17 Grafik rata-rata PER tahun 2011-2015 18 Grafik rata-rata return tahun 2011-2015 19 Grafik rata-rata harga saham tahun 2011-2015 20 Hasil analisis model awal penelitian 21 Hasil setelah dropping variabel MVBVA, MVBVE, harga dan return 22 Hasil analisis model akhir
1 2 13 19 21 22 22 23 23 24 24 25 26 26 27 27 28 29 29 30 31 34
DAFTAR LAMPIRAN 1 Penelitian terdahulu ....................................................................................... 50 2 Skor indikator perusahaan pertambangan di BEI .......................................... 53 3 Daftar Istilah .................................................................................................. 68
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sektor pertambangan selama tahun 2011 – 2015 menjadi salah satu sektor yang memiliki pertumbuhan paling rendah (Financial Market Update 2015). Hal ini dapat terjadi karena harga komoditas pertambangan dunia sedang mengalami penurunan harga mengikuti turunnya permintaan dari Tiongkok dan adanya kebijakan Undang - Undang Mineral dan Batubara yang turut menekan pertumbuhan pertambangan dari sisi internal. Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Minerba), mengatur tentang kewajiban pengolahan dan pemurnian tambang dan mineral (smelter) yang diberlakukan selambat-lambatnya lima tahun sejak Januari 2009. Implementasi UU Minerba dalam jangka waktu tertentu dapat memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan sektor pertambangan, tetapi juga bisa menurunkan pertumbuhan jika proses pembangunan smelter oleh perusahaan tidak berjalan sesuai rencana. Gambar 1 menunjukkan tren pertumbuhan sektor pertambangan yang menurun selama tahun 2011 – 2015. Analisis Tren Pertumbuhan Perusahaan Quadratic Trend Model
Variable Actual Fits Forecasts
Pertumbuhan Penjualan
0,45 0,40
Accuracy MAPE MAD MSD
0,35
Measures 3,03398 0,00875 0,00010
0,30 0,25 0,20 2011
2012
2013
2014 2015 Tahun
2016
2017
2018
Gambar 1 Tren pertumbuhan penjualan sektor pertambangan Menurut Pusat Kebijakan Perdagangan Luar Negeri (2013) implikasi dari minimnya pembangunan smelter yaitu banyak bahan mentah tambang yang tidak dapat dijual, sehingga pada akhirnya membuat perusahaan mengurangi kapasitas produksi atau bahkan menutup usahanya. Hingga akhir tahun 2015 kinerja saham sektor pertambangan juga masih terus mengalami penurunan atau mengalami kerugian (Gambar 2). Bahkan hingga saat ini sektor pertambangan yang didominasi oleh batubara juga belum menunjukan peningkatan harga komoditas batubara. Harga batu bara yang semakin menurun membuat perusahaan tambang batubara terus mengalami kerugian. Reaksi pasar ketika melihat harga komoditas tambang yang memiliki tren menurun membuat investor perlahan mengalihkan investasinya pada sektor lain yang lebih menjanjikan dibanding sektor pertambangan (Financial Market Update 2015).
2 Badan Koordinasi Penanaman Modal (2015) menyebutkan investasi asing di bidang pertambangan terus menurun sejak tahun 2013. Badan Koordinasi Penanaman Modal (2015) juga menyatakan penerapan undang-undang tersebut memicu realisasi penanaman modal asing (PMA) menurun hingga 2015. Padahal sebelumnya sektor pertambangan merupakan salah satu sektor yang memiliki posisi investasi terbaik di Indonesia dan juga pada investasi internasional.
Gambar 2 Grafik perubahan indeks harga saham tahun 2011 – 2015 (Sumber: IDX annual report 2015, data diolah) Pertumbuhan perusahaan merupakan elemen penting dalam menentukan kinerja perusahaan. Ambarish et al (1987) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara pertumbuhan perusahaan dan harga saham. Kedua teori tersebut memprediksi bahwa harga saham akan merespon informasi pertumbuhan dari perusahaan tersebut. Selain itu perusahaan yang mempunyai peluang tumbuh terbatas, diprediksi mempunyai hubungan yang negatif dengan harga saham. Sedangkan untuk perusahaan yang memiliki peluang tumbuh tinggi diramalkan memiliki hubungan positif dengan harga saham. Menurut Manik (2014), kinerja perusahaan akan semakin baik jika struktur modal dan investment opportunity set semakin besar. Artinya perusahaan yang mampu memanfatkan struktur modal dan peluang investasinya, akan dengan mudah meningkatkan kinerja perusahaan. Di Indonesia penelitian tentang struktur modal dan IOS diantaranya telah dilakukan oleh Marinda et al (2014), Dadri (2011), dan Wijaya et al (2010), Ansori et al (2010) yang menemukan bahwa struktur modal dan IOS berpengaruh positif pada kinerja keuangan. Sedangkan penelitian Aji (2015) dan Buniarto (2008) tidak berhasil membuktikan bahwa struktur modal dan IOS berpengaruh positif pada kinerja perusahaan. Ketidakkonsistenan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengenai pengaruh struktur modal dan IOS terhadap kinerja perusahaan diduga disebabkan adanya variabel lain yang memediasi pengaruh struktur modal dan IOS terhadap kinerja perusahaan. Ketika struktur modal dan IOS meningkat, hal
3 tersebut akan direspon oleh peningkatan pertumbuhan perusahaan dan kinerja keuangannya juga akan meningkat. Melihat perbedaan penelitian dan fenomena yang terjadi, peneliti tertarik untuk meneliti dan menganalisis pengaruh struktur modal dan investment opportunity set terhadap kinerja fundamental dan pasar saham dengan pertumbuhan perusahaan sebagai variabel mediasi pada perusahaan sektor pertambangan di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2015. Perumusan Masalah Pendanaan internal perusahaan berasal dari hasil aktivitas produksi dan operasi. Sedangkan pendanaan eksternal dapat berupa hutang ataupun menerbitkan saham baru. Adanya hutang memberikan dampak positif sekaligus dampak negatif bagi perusahaan. Hal ini membuat perusahaan perlu berhati-hati agar hutang tidak menghambat kegiatan investasi. Perusahaan harus merencanakan dengan jelas dan handal bagaimana pengalokasian dananya. Karena hasil pengembalian atas investasi juga bergantung bagaimana efisiensi penggunaan dana perusahaan. Kegiatan investasi di pasar modal memiliki perubahan harga yang fluktuatif dalam rentang waktu yang singkat. Pada proses perdagangannya, harga dibentuk dari proses permintaan dan penawaran, yaitu keputusan investor untuk membeli, menjual, atau menahan suatu saham. Jika sebuah perusahaan mempunyai price earning ratio (PER) yang tinggi akan menarik investor untuk membeli saham tersebut. Keputusan struktur modal yang optimal akan mampu meningkatkan kinerja pada perusahaan. Kinerja perusahaan dapat dinilai dari aspek kinerja fundamental dan kinerja pasar saham. Sektor pertambangan sejauh ini belum menunjukan akan adanya indikasi penguatan pada harga sahamnya dimana tingkat pengembalian sektor pertambangan bernilai negatif dan berada pada urutan terakhir dibandingkan sektor lainnya. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: a) Bagaimana pengaruh struktur modal dan investment opportunity set terhadap kinerja fundamental perusahaan sektor pertambangan melalui pertumbuhan perusahaan? b) Bagaimana pengaruh struktur modal dan investment opportunity set terhadap kinerja pasar saham perusahaan sektor pertambangan melalui pertumbuhan perusahaan? Tujuan Penelitian Tujuan umum dari penelitian ini adalah membuktikan bahwa pertumbuhan perusahaan memediasi hubungan antara struktur modal dan investment opportunity set terhadap kinerja perusahaan sektor pertambangan di Bursa Efek Indonesia. Secara khusus tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis bukti empiris tentang:
4 a) Pengaruh struktur modal dan investment opportunity set terhadap kinerja fundamental perusahaan sektor pertambangan melalui pertumbuhan perusahaan. b) Pengaruh struktur modal dan investment opportunity set terhadap kinerja pasar saham perusahaan sektor pertambangan melalui pertumbuhan perusahaan. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu: a) Bagi perusahaan sektor pertambangan Bagi perusahaan sektor pertambangan, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk menggambarkan sejauh mana pengaruh struktur modal dan investment opportunity set terhadap kinerja fundamental dan kinerja pasar saham perusahaan sektor pertambangan dengan pertumbuhan perusahaan sebagai variabel mediasi. b) Bagi pihak lain Bagi pihak lain, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai acuan atau dasar dalam melakukan penelitian selanjutnya. Di mana penelitian selanjutnya memiliki keterkaitan dengan topik penelitian ini. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup perusahaan yang digunakan pada penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan sektor pertambangan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011-2015 dan tidak pernah delisting maupun relisting selama periode tersebut.
2 TINJAUAN PUSTAKA Struktur Modal Struktur modal merupakan sumber kekuatan dalam melaksanakan aktivitas perusahaan. Menurut Sartono (2008), struktur modal merupakan perimbangan jumlah hutang jangka pendek yang bersifat permanen, hutang jangka panjang, saham preferen dan saham biasa. Kebijakan struktur modal pada dasarnya dibangun dari hubungan antara keputusan dalam pemilihan sumber dana dengan jenis investasi yang harus dipilih oleh perusahaan agar sejalan dengan tujuan perusahaan yaitu memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham yang tercermin dari nilai perusahaan atau nilai pasar dari harga saham perusahaan (Dadri 2011). Bagi setiap perusahaan, keputusan dalam pemilihan sumber dana merupakan hal penting sebab hal tersebut akan mempengaruhi struktur keuangan perusahaan, yang akhirnya akan mempengaruhi kinerja perusahaan (Kusumanjaya 2011).
5 Menurut Manurung (2006), pembahasan mengenai struktur modal dimulai dari hasil penelitian David Duran pada tahun 1952 yang menyatakan bahwa perhitungan nilai perusahaan dapat dilakukan dengan tiga pendekatan struktur modal. Salah satunya adalah pendekatan tradisional yang dinyatakan bahwa perusahaan mempunyai struktur modal yang optimal ketika nilai perusahaan maksimum. Nilai perusahaan yang maksimum berkaitan dengan biaya rata-rata modal yang minimum. Teori struktur modal yang dianggap sebagai awal perkembangan teori tersebut adalah teori yang dikemukakan oleh Modligiani dan Miller (1958) yang dikenal dengan teori MM dengan proposisi I dan II. Teori MM ini dikenal dengan sebutan Irrelevance Theory, karena berdasarkan teori ini proporsi hutang dan ekuitas dipandang tidak memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan. Perkembangan lebih lanjut dari teori Modligiani dan Miller adalah teori Pecking Order yang dikemukakan oleh Donaldson pada tahun 1961. Teori ini membahas urutan sumber pembiayaan yang digunakan perusahaan bahwa pemilihan struktur modal akan mengikuti urutan tingkatan, disebut the fund cost hierarchy, dimana tingkatan pertama adalah perusahaan menggunakan pendanaan dari dalam perusahaan yang berasal dari laba ditahan, kemudian utang, dan yang terakhir menerbitkan saham di pasar modal. Kemudian Stiglitz (1969), Haugen dan Papas (1971), Rubenstein (1973) juga membahas teori lain yang berhubungan dengan struktur kapital yaitu Tradeoff theory yang berasumsi bahwa perusahaan mempunyai rasio yang optimal antara utang dan ekuitas, yang ditentukan oleh pilihan antara manfaat dan biaya utang. Trade-off theory juga membahas financial distress, perusahaan yang terus meningkatkan utang akan membayar bunga yang semakin besar dan kemungkinan adanya penurunan laba bersih perusahaan semakin besar dan akan membawa kepada kesulitan keuangan. Investment Opportunity Set Investment Opportunity Set (IOS) menggambarkan tentang luasnya kesempatan atau peluang investasi bagi suatu perusahaan untuk kepentingan dimasa yang akan datang (Wulansari 2013). Perusahaan yang memiliki IOS tinggi cenderung dinilai positif oleh investor, maka investor akan tertarik untuk berinvestasi dengan harapan memperoleh return yang lebih besar dimasa yang akan datang. Prospek pertumbuhan merupakan suatu harapan yang diinginkan oleh pihak manajemen, investor, serta kreditur. IOS merupakan hasil dari pilihanpilihan untuk membuat investasi di masa mendatang. Set kesempatan investasi menunjukkan kemampuan perusahaan memperoleh keuntungan dari prospek pertumbuhan. Prospek pertumbuhan merupakan suatu harapan yang diinginkan oleh pihak manajemen, investor, serta kreditur. Prospek perusahaan yang tumbuh bagi investor merupakan suatu hal yang menguntungkan, karena investasi yang ditanamkan diharapkan akan memberikan return yang tinggi. Perusahaan yang tumbuh akan direspon pasar dan peluang pertumbuhan terlihat pada peluang investasi yang diproksikan dengan berbagai macam kombinasi nilai IOS (Smith dan Watts 1992). Sedangkan menurut Hasnawati (2005), secara umum set kesempatan investasi merupakan hubungan antara pengeluaran saat ini maupun di
6 masa mendatang dengan nilai atau return serta prospek sebagai hasil dari keputusan investasi untuk menciptakan nilai perusahaan.Proksi IOS yang digunakan peneliti secara umum diklasifikasikan menjadi tiga proksi, yaitu proksi berbasis harga, proksi berbasis investasi, dan proksi berbasis varian. Proksi IOS berbasis harga Proksi IOS berbasis harga merupakan proksi yang menyatakan bahwa prospek pertumbuhan perusahaan sebagian dinyakan dalam harga pasar. Proksi berdasarkan anggapan yang menyatakan bahwa prospek pertumbuhan perusahaan secara parsial dinyatakan dalam harga-harga saham dan perusahaan yang tumbuh akan memiliki nilai pasar yang lebih tinggi secara relatif untuk aktiva-aktiva yang dimiliki dibandingkan perusahaan yang tidak tumbuh. IOS yang didasari pada harga akan berbentuk suatu rasio sebagai suatu ukuran aktiva yang dimiliki dan nilai pasar perusahaan. Proksi IOS berbasis investasi Proksi IOS berbasis investasi merupakan proksi yang meyakini gagasan bahwa suatu level kegiatan investasi yang tinggi berkaitan secara positif dengan nilai IOS suatu perusahaan. Perusahaan dengan IOS yang tinggi akan mempunyai tingkat investasi yang sama tinggi yang dapat dikonversikan menjadi aset yang dimiliki. Proksi IOS berbasis varian Proksi IOS berbasis varian merupakan proksi yang mengungkapkan bahwa suatu opsi akan menjadi bernilai jika menggunakan variabilitas ukuran untuk memperkirakan besarnya opsi yang tumbuh seperti variabilitas tingkat pengembalian yang mendasari peningkatan aktiva. Pertumbuhan Perusahaan Menurut Kusumanjaya (2011) peningkatan pertumbuhan perusahaan akan meningkatkan profitabilitas secara signifikan. Peryataan tersebut juga didukung dengan Haruman (2007) yang menunjukkan investasi yang tingggi merupakan sinyal pertumbuhan di masa yang akan datang. Sinyal tersebut dianggap investor sebagai kabar baik yang nantinya akan mempengaruhi persepsi investor terhadap kinerja keuangan perusahaan yang akhirnya akan mempengaruhi nilai perusahaan. Tingkat pertumbuhan perusahaan akan menunjukkan seberapa jauh perusahaan akan menggunakan hutang sebagai sumber pembiayaannya. Dalam hubungannya dengan leverage, perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi sebaiknya menggunakan ekuitas sebagai sumber pembiayaannya agar tidak terjadi biaya keagenan antara pemegang saham dengan manajemen perusahaan, sebaliknya perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah sebaiknya menggunakan hutang sebagai sumber pembiayannya karena penggunaan hutang akan mengharuskan perusahaan tersebut membayar bunga secara teratur (Sriwardany 2006). Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan potensial yang tinggi memiliki kecenderungan untuk menghasilkan arus kas yang tinggi di masa yang akan
7 datang dan kapitalisasi pasar yang tinggi sehingga memungkinkan perusahaan untuk memiliki biaya modal rendah, oleh sebab itu, leverage memiliki hubungan negatif dengan tingkat pertumbuhan sehingga semakin tinggi pertumbuhan, maka semakin rendah pula rasio hutang terhadap ekuitas, dengan asumsi variabel yang lain konstan. Kinerja Fundamental Kinerja fundamental perusahaan dapat diproksikan melalui dimensi profitabilitas perusahaan yang memiliki hubungan kausalitas terhadap nilai perusahaan melalui indikator harga saham dan struktur modal perusahaan berkenaan dengan besarnya komposisi hutang perusahaan (Harmono 2009). Profitabilitas menggambarkan kinerja fundamental perusahaan ditinjau dari tingkat efisiensi dan efektivitas operasi perusahaan dalam memperoleh laba. Konsep profitabilitas ini dalam teori keuangan sering digunakan sebagai indikator kinerja fundamental perusahaan mewakili kinerja manajemen. Menurut Husnan (2001), profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan keuntungan pada tingkat penjualan, aset, dan modal tertentu. Profitabilitas juga merupakan ukuran yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar penghasilan sebelum bunga dan pajak yang dihasilkan dari pemanfaatan total asset usaha dan penjualan (Abdullah dan Suryanto 2004). Nilai profitabilitas dapat digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian investasi yang telah dilakukan pada usaha dengan menggunakan seluruh aktiva yang dimiliki. Semakin tinggi nilai profitabilitasnya, maka semakin tinggi kemampuan usaha untuk menghasilkan keuntungan (Biji et al 2007). Profitabilitas merupakan ukuran keberhasilan suatu perusahaan dengan melihat efisiesi dari penggunaan modalnya. Sehingga perhitungan profitabilitas dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana manajemen perusahaan dapat mengendalikan usaha secara efisien. Dengan adanya profitabilitas, perusahaan dapat mengetahui besarnya laba yang diperoleh perusahaan dalam suatu periode, mengetahui posisi dan perkembangan laba perusahaan dari tahun ke tahun, hingga mengetahui jumlah produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri. Ada beberapa pengukuran terhadap profitabilitas perusahaan, dimana pengukuran dihubungkan dengan volume penjualan, total aktiva dan modal secara keseluruhan. Kinerja Pasar Saham Kinerja perusahaan diperlukan untuk mengetahui apakah suatu perusahaan telah menjalankan kegiatannya sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Kinerja pasar adalah prestasi manajemen dalam menciptakan nilai pasar perusahaan. Harga saham merupakan fungsi dari nilai perusahaan. Apabila kinerja perusahaan go public meningkat, nilai perusahaan juga akan meningkat. Di pasar modal, hal tersebut akan diapresiasi oleh pasar dalam bentuk kenaikan harga saham. Sebaliknya, penurunan kinerja perusahaan akan diikuti dengan penurunan harga sahamnya di pasar modal. Inilah
8 yang menjadi landasan perubahan harga saham relevan dijadikan dasar penilaian performa perusahaan go public (Ircham et al 2014). Menurut pendapat Husnan (2004), nilai saham mencerminkan nilai perusahaan, sehingga perusahaan akan berupaya memperbaiki kinerja agar harga pasar sahamnya meningkat dan harga saham dihitung bedasarkan price earning ratio. Perusahaan go public dengan kinerja yang baik akan meningkatkan nilai perusahaan yang tercermin pada harga sahamnya. Harapan investor selain memperoleh dividen adalah kenaikkan harga saham. Kenaikkan harga saham akan mendatangkan keuntungan bagi investor dari capital gain. Kinerja saham yang baik adalah jika kenaikkan harga sahamnya di atas atau paling tidak sama dengan tingkat kenaikkan indeks pasarnya. Dalam jangka panjang emiten yang dapat menunjukkan kinerja yang lebih efisien akan mendapatkan tanggapan positif dari investor (Suharli 2005). Menurut Jogiyanto (2003) return adalah tingkat pengembalian hasil yang diperoleh investor dari sejumlah dana yang diinvestasikan pada suatu periode tertentu dinyatakan dalam persentase. Return tersebut dapat berupa capital gain ataupun dividen untuk investasi pada saham. Return suatu saham diperoleh dengan cara menghitung selisih harga saham periode berjalan dengan periode sebelumnya dengan mengabaikan dividen. Besarnya return suatu saham akan positif bila harga jual dari saham yang dimiliki lebih dari harga belinya. Structural Equation Modeling Metode Structural Equation Modeling (SEM) merupakan perkembangan dari analisis jalur dan regresi berganda yang sama-sama merupakan bentuk model analisis multivariat. Dibandingkan dengan analisis jalur dan regresi berganda, metode SEM lebih unggul karena dapat menganalisis data secara lebih komprehensif. Analisis data pada analisis jalur dan regresi berganda hanya dilakukan terhadap data total score variable yang merupakan jumlah dari butirbutir instrumen penelitian. Dengan demikian, analisis jalur dan regresi berganda sebenarnya hanya dilakukan pada tingkat variabel laten (unobserved). Sedangkan analisis data pada metode SEM bisa lebih dalam karena dilakukan terhadap setiap score butir pertanyaan sebuah instrumen variabel penelitian. Butir-butir instrumen dalam analisis SEM disebut sebagai variabel manifes (observed) atau indikator dari sebuah konstruk atau variabel laten (Haryono dan Wardoyo 2012). Ghozali (2008) menjelaskan model persamaan struktural adalah generasi kedua teknik analisis multivariat yang memungkinkan peneliti menguji hubungan antar variabel yang komplek baik recursive maupun non-recursive untuk memperoleh gambaran yang komprehensif mengenai keseluruhan model. SEM dapat menguji secara bersama-sama: 1. Model struktural: hubungan antara konstruk independen dengan dependen. 2. Model measurement:hubungan antara indikator dengankonstruk. Gabungan pengujian model struktural dengan pengukuran tersebut memungkinkan peneliti untuk menguji kesalahan pengukuran dan melakukan analisis faktor bersamaan dengan pengujian hipotesis.
9 Penelitian Terdahulu Penelitian Safitri dan Wahyuati (2015) bertujuan untuk mengetahui pengaruh struktur modal dan keputusan investasi terhadap profitabilitas dan nilai perusahaan pada perusahaan semen di Bursa Efek Indonesia periode tahun 20092013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur modal tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas; keputusan investasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas; struktur modal berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan; keputusan investasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan; profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Penelitian Manik (2014) bertujuan mengenai analisis pengaruh struktur modal dan investment opportunity set terhadap keputusan investasi dan harga saham melalui analisis jalur. Data penelitian sebanyak 128 perusahaan property dan real estate diBursa Efek Indonesia tahun 2009-2013. Analisis penelitian melalui model analisis jalur. Hasil interpretasi penelitian model jalur pertama menunjukkan bahwa yang berpengaruh signifikan secara langsung terhadap harga saham adalah DER, MVA/BVA, MVE/BE, EPS, CEP/BVA dan CEP/MVA. Sedangkan model jalur kedua secara tidak langsung, tidak adavaribel yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham melalui keputusan investasi. Akan tetapi secara simultan seluruh variabel berpengaruh terhadap keputusan investasi dan harga saham melalui keputusan investasi. Berikutnya penelitian oleh Kusumanjaya (2011), bertujuan untuk mengetahui pengaruh struktur modal dan pertumbuhan perusahaan terhadap profitabilitas dan nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa struktur modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas; pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas; struktur modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan; pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan; dan profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Selanjutnya penelitian oleh Dadri (2011) menganalisis pengaruh investment opportunity set terhadap struktur modal, dan pengaruh investment opportunity set dan struktur modal secara parsial dan simultan terhadap return saham perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia selama periode 2006-2010. Penelitian ini menggunakan sampel sembilan perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan teknik analisis regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa investment opportunity set berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal, investment opportunity set memiliki pengaruh positif signifikan terhadap return saham, struktur modal memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap return saham, investment opportunity set dan struktur modal berpengaruh signifikan terhadap return saham. Penelitian Crom (2011) mengenai dampak struktur modal pilihan pada keputusan investasi, meneliti apakah pilihan struktur modal mempengaruhi keputusan investasi manajer. Penelitian ini meneliti hubungan antara keputusan investasi dan leverage untuk perusahaan Belanda yang terdaftar di AEX. Hasil penelitiannya adalah, leverage memiliki dampak negatif, namun tidak signifikan atas investasi untuk perusahaan pertumbuhan rendah. Namun, untuk perusahaan
10 pertumbuhan tinggi efeknya memang signifikan negatif. Ini merupakan indikasi bahwa kurangnya investasi dan masalah overinvestment yang lebih parah bagi perusahaan pertumbuhan tinggi daripada perusahaan pertumbuhan rendah. Hal ini juga berarti bahwa pertumbuhan perusahaan yang tinggi lebih takut kehilangan fleksibilitas keuangan mereka, karena perusahaan-perusahaan ini berharap mereka akan membutuhkan lebih banyak sumber dana dalam waktu terdekat. Penyebab kedua dan lebih mungkin dari hasil ini adalah bahwa manajer di perusahaan dengan pertumbuhan tinggi terlalu percaya diri dan serakah ketika manajer tersebut melihat bahwa perusahaan tumbuh. Manajer mulai mengambil keputusan berisiko, seperti investasi dalam jaring peluang investasi dengan nilai sekarang negatif. Oleh karena itu, peran disiplin hutang untuk melakukan investasi berisiko bisa menjadi lebih kuat. Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan menyiratkan sebagian menyatakan bahwa struktur modal dan investment opportunity set berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Sedangkan sebagian lagi mengatakan bahwa struktur modal dan investment opportunity set tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Untuk memudahkan pemahaman terhadap bagian ini, dapat dilihat pada Lampiran 1. Dari beberapa hasil penelitian sebelumnya (Lampiran 1), maka dapat digambarkan beberapa persamaan dan perbedaannya. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada variabel yang digunakan dalam membahas pokok permasalahan, yaitu struktur modal, investment opportunity setdan kinerja perusahaan. Sedangkan, perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada variabel mediasi, dalam penelitian ini digunakan pertumbuhan perusahaan.
3 METODE Kerangka Pemikiran Penelitian Kinerja perusahaan diperlukan untuk mengetahui apakah suatu perusahaan telah menjalankan kegiatannya sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Kinerja perusahaan direfleksikan oleh kinerja fundamental dan kinerja pasar saham. Kinerja fundamental perusahaan diukur menggunakan data fundamental perusahaan, sedangkan kinerja saham akan mengindikasikan kinerja pasar perusahaan dan akan diukur menggunakan nilai pasar saham perusahaan yang beredar dipasar modal (Ujiyantho dan Pramuka 2007). Tujuan utama perusahaan yang telah go public adalah meningkatkan kemakmuran pemegang saham melalui peningkatan nilai perusahaan. Kekayaan pemegang saham dan perusahaan dipresentasikan oleh harga pasar dari saham yang merupakan cerminan dari keputusan investasi, pendanaan, dan manajemen aset (Hermuningsih 2013). Menurut Purnomo (2015), pada prinsipnya struktur modal yang digunakan oleh suatu perusahaan sangat mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Struktur modal menjadi fokus utama bagi perusahaan karena baik buruknya struktur modal akan memberikan dampak langsung terhadap posisi keuangan
11 perusahaan. Tian & Zeitun (2007) juga menyatakan bahwa satu dari faktor utama yang mempengaruhi kinerja perusahaan adalah struktur modal. Investment opportunity setjuga memiliki peranan yang sangat penting bagi perusahaan karena IOS merupakan keputusan investasi dalam bentuk kombinasi dari aktiva yang dimiliki dan opsi investasi di masa yang akan datang, dimana IOS tersebut akan mempengaruhi nilai suatu perusahaan (Pagalung 2003). Marinda (2014) juga menyatakan IOS berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan. Investment opportunity set dan struktur modal merupakan informasi dan bahan pertimbangan penting bagi investor untuk berinvestasi pada saham perusahaan. Hal ini dapat mempengaruhi pergerakan harga saham dan return saham dari perusahaan tersebut. Menurut Myers (1984), hutang secara khusus akan naik pada saat kesempatan investasi melebihi laba ditahan dan sebaliknya. Sedangkan menurut Kodrat et al (2009), kebijakan pendanaan perusahaan yang memiliki tingkat hutang yang tinggi akan mempunyai kesempatan investasi yang tinggi. Artinya struktur modal dan IOS dapat memiliki hubungan dua arah. Penelitian tentang struktur modal dan IOS telah banyak dilakukan, diantaranya yaitu oleh Dadri (2011), dan Wijaya et al (2010), Ansori et al (2010) yang menemukan bahwa struktur modal dan IOS berpengaruh positif pada kinerja keuangan. Sedangkan penelitian Aji (2015) dan Buniarto (2008) tidak berhasil membuktikan bahwa struktur modal dan IOS berpengaruh positif pada kinerja perusahaan. Ketidakkonsistenan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengenai pengaruh struktur modal dan IOS terhadap kinerja perusahaan diduga disebabkan adanya variabel lain yang memediasi pengaruh struktur modal dan IOS terhadap kinerja perusahaan. Ketika struktur modal dan IOS meningkat, hal tersebut akan direspon oleh peningkatan pertumbuhan perusahaan dan kinerja keuangannya juga akan meningkat. Pertumbuhan perusahaan merupakan elemen penting dalam menentukan kinerja perusahaan. Model informasi asimetris dari Ambarish et al (1987) dan teori aliran kas bebas dari Jensen (1986) menyediakan suatu dasar bahwa ada hubungan antara pertumbuhan perusahaan dan harga saham. Kedua teori tersebut memprediksi bahwa harga saham akan merespon informasi pertumbuhan dari perusahaan tersebut. Untuk perusahaan yang mempunyai peluang tumbuh terbatas, diprediksi mempunyai hubungan yang negatif dengan harga saham. Sedangkan untuk perusahaan yang memiliki peluang tumbuh tinggi diramalkan memiliki hubungan positif dengan harga saham. Pertumbuhan perusahaan merupakan sinyal bahwa perusahaan memiliki prospek yang menguntungkan. Investor dan perusahaaan berharap tingkat pengembalian atas investasi akan terus meningkat. Harga pasar saham yang meningkat, akan menghasilkan return saham juga meningkat. Memon et al (2012) dan Kouser et al (2012) menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas, di mana profitabilitas adalah ukuran dari kinerja fundamental perusahaan yang ditunjukkan dari laba yang dihasilkan oleh perusahaan. Hal tersebut dapat dipahami karena perusahaan yang berhasil membukukan laba yang meningkat, mengindikasikan perusahaan tersebut mempunyai kinerja yang baik, sehingga
12 dapat menciptakan tanggapan positif dari investor dan dapat membuat harga saham perusahaan meningkat. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh struktur modal dan investment opportunity set terhadap kinerja fundamental dan kinerja pasar saham dengan pertumbuhan perusahaan sebagai variabel mediasi. Kerangka teoritis penelitian dikembangan dalam sebuah model seperti yang disajikan dalam Gambar 3. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada perusahaan-perusahaan sektor pertambangan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011-2015 dan tidak pernah delisting maupun relisting selama periode tersebut. Penelitian ini dilakukan selama dua bulan yaitu pada bulan April sampai dengan Mei 2016. Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder, yaitu berupa laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan dari Bursa Efek Indonesia. Sampel pada penelitian ini dipilih berdasarkan teknik pengambilan sampel purposive sampling dengan kriteria berikut: a) Tercatat sebagai emiten pada sektor pertambangan di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2015. b) Perusahaan pertambangan bukan minyak, gas dan panas bumi (mengeksploitasi bahan tambang logam dan bukan logam). c) Perusahaan menerbitkan laporan keuangan dan laporan tahunan secara berturut-turut selama periode 2011-2015. d) Tidak pernah delisting dan relisting selama tahun 2011-2015. Hipotesis Berdasarkan pada kerangka pemikiran teoritis dan penelitian sebelumnya, maka hipotesis penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H1: Struktur modal dan investment opportunity set berpengaruh terhadap kinerja fundamental perusahaan sektor pertambangan melalui pertumbuhan perusahaan. H2: Struktur modal dan investment opportunity set berpengaruh terhadap kinerja pasar saham perusahaan sektor pertambangan melalui pertumbuhan perusahaan.
13
Gambar 3 Kerangka konseptual
14 Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan dan analisis data pada penelitian ini menggunakan Structural Equation Modeling. Metode analisis dalam penelitian ini adalah dengan teknik analisis kuantitatif. Analisis data diperlukan untuk menguji hipotesis, sehingga dapat diketahui pengaruh struktur modal dan investment opportunity set terhadap kinerja fundamental dan kinerja pasar saham melalui pertumbuhan perusahaan. Variabel Dependen Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono 2012). Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kinerja fundamental dan kinerja pasar saham perusahaan. Kinerja fundamental diukur menggunakan rasio profitabilitas yaitu Return On Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE). Serta kinerja pasar saham yang diukur dengan Price Earning Ratio (PER), Harga saham dan Return saham. Cara perhitungan sebagai berikut : a. Returrn On Assets (ROA) ROA adalah rasio yang membagi antara laba bersih setelah pajak dengan rata-rata aset pada awal periode dan akhir periode. Rasio ini digunakan untuk melihat kemampuan perusahaan dalam mengelola setiap nilai aset yang mereka miliki untuk menghasilkan laba bersih setelah pajak. Semakin tinggi nilai ROA sebuah perusahaan maka semakin baik pula kemampuan perusahaan dalam mengelola asetnya. Jika hasil dari aktiva lebih dari atau sama dengan 10%, maka perusahaan tersebut efektif atau kinerja keuangannya relatif baik. (Brigham dan Houston 2001)
b. Return On Equity(ROE) ROE merupakan rasio yang membandingkan laba bersih dengan total ekuitas. ROE digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan. Rasio ini juga menunjukkan sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang dapat diperoleh oleh pemegang saham. Semakin tinggi ROE menunjukkan semakin efisien perusahaan menggunakan modal sendiri untuk menghasilkan laba bagi pemegang saham. (Brigham dan Houston 2001)
c. Net Profit Margin (NPM) NPM merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur margin laba atas penjualan, rasio ini akan menggambarkan penghasilan bersih perusahaan berdasarkan total penjualan. Pengukuran rasio dapat dilakukan dengan cara membandingkan laba bersih setelah pajak dengan penjualan bersih. (Kasmir 2010)
15
d. Price Earning Ratio(PER) Price earning ratio menggambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (Darmaji 2001).
e. Return Saham Menurut Brigham dan Houston (2006), return atau tingkat pengembalian adalah selisih antara jumlah yang diterima dan jumlah yang diinvestasikan, dibagi dengan jumlah yang diinvestasikan.
f. Harga Saham Harga saham adalah sejumlah nilai dalam mata uang rupiah yang terbentuk berdasarkan pertemuan penawaran jual dan permintaaan beli saham yang dilakukan oleh anggota Bursa Efek di Bursa (IDX 2016). Harga saham juga dapat didefinisikan sebagai harga yang dibentuk dari interaksi antara penjual dan pembeli saham yang dilatarbelakangi oleh harapan mereka terhadap keuntungan perusahaan. Harga saham yang digunakan dalam penelitian ini adalah closing price. Variabel Independen Menurut Sugiyono (2012), variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah struktur modal dan investment opportunity set. Struktur modal diukur menggunakan rasio solvabilitas yaitu Debt to Assets Ratio (DAR) dan Debt to Equity Ratio (DER). Serta investment opportunity set yang diukur dengan kelima proksi investment opportunity set. Cara perhitungan sebagai berikut : a. Debt to Assets Ratio(DAR) DARmerupakan rasio hutang yang digunakan untuk mengukur seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang atau seberapa besar hutang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva (Kasmir 2010). Angka rasio hutang yang tinggi mengandung dua sisi sekaligus, yakni kemungkinan menguntungkan dan kemungkinan merugikan. Dengan demikian, tingginya DAR juga mengisyaratkan tingginya risiko keuangan (risiko gagal bayar) bagi suatu perusahaan (Mardiyanto 2009). DAR yang tinggi menunjukkan bahwa sebagian besar aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang sehingga investasi pada aktiva pun tinggi.
16
b. Debt to Equity Ratio (DER) DER merupakan rasio yang digunakan untuk menilai hutang dengan ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditur) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain rasio ini untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang (Kasmir 2010). DER yang tinggi menunjukkan hutang yang lebih besar dibandingkan ekuitas. Dengan begitu, DER yang tinggi menunjukkan tingkat pendanaan yang tinggi bagi perusahaan sehingga ini baik bagi perusahaan karena dengan dana yang besar dapat meningkatkan operasional perusahaan yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan perusahaan juga. Selain itu, hutang yang tinggi dapat meningkatkan beban bunga yang dapat dikurangi dalam perhitungan pajak terhadap laba.
c. Market to Book Value of Assets (MV/BVA) Proksi ini digunakan untuk mengukur prospek pertumbuhan perusahaan berdasarkan banyaknya asset yang digunakan dalam menjalankan usahanya. Bagi para investor, proksi ini menjadi bahan pertimbangan dalam penilaian kondisi perusahaan. Semakin tinggi MV/BVA semakin besar asset yang digunakan perusahaan dalam usahanya, maka semakin besar kemungkinan harga sahamnya akan meningkat, return saham pun meningkat (Anugrah 2009).
d. Market to Book Value of Equity (MV/BVE) Proksi ini menggambarkan permodalan suatu perusahaan. Rasio ini dapat diperoleh dengan mengalikan jumlah lembar saham beredar dengan harga penutupan saham terhadap total ekuitas. Bagi para investor yang akan melakukan pembelian saham perusahaan, penilaian terhadap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan dan mengelola modal merupakan suatu hal yang penting. Apabila suatu perusahaan dapat memanfaatkan modalnya dengan baik dalam menjalankan usaha, maka semakin besar kemungkinan harga saham perusahaan tersebut diperkirakan meningkat, return saham pun meningkat (Anugrah 2009).
e. Earning per Share / Price Ratio (E/P) Rasio earning per share/ price ratio atau rasio laba per lembar saham terhadap harga pasar saham merupakan ukuran IOS untuk menggambarkan seberapa besar earning power yang dimiliki perusahaan. Semakin besar tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan maka semakin menarik
17 investasi pada perusahaan tersebut. Hal ini akan berdampak positif terhadap return saham (Anugrah 2009).
f. Capital Expenditure to Book Value of Assets (CA/BVA) Rasio ini digunakan untuk melihat besarnya aliran tambahan modal saham perusahaan. Dengan tambahan modal saham ini perusahaan dapat memanfaatkannya untuk tambahan investasi aktiva produktifnya. Semakin besar aliran tambahan modal saham, semakin besar kemampuan perusahaan untuk memanfaatkannya sebagai tambahan investasi. Dengan demikian akan mengakibatkan kenaikan harga saham pada perusahaan (Anugrah 2009).
g. Capital Expenditure to Market Value of Assets (CA/MVA) Rasio ini digunakan untuk melihat besarnya aliran tambahan modal saham perusahaan, dengan tambahan modal saham ini perusahaan dapat memanfaatkannya untuk tambahan investasi aktiva produktifnya. Para investor dapat melihat seberapa besar aliran modal tambahan suatu perusahaan dengan membagi capital expenditure dengan harga pasar perusahaan. Semakin besar aliran tambahan modal saham, semakin besar kemampuan perusahaan untuk memanfaatkannya sebagai tambahan investasi. Dengan demikian akan mengakibatkan kenaikan harga saham perusahaan (Anugrah 2009).
Variabel Mediasi Menurut Sugiyono (2014), variabel mediasi adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara variabel independen dengan dependen menjadi hubungan yang tidak langsung dan tidak dapat diamati dan diukur. Variabel mediasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pertumbuhan perusahaan yang diukur dengan perubahan total aktiva dan pertumbuhan penjualan. Cara perhitungan sebagai berikut : a. Perubahan Total Aktiva (PTA) Pertumbuhan perusahaan dapat ditunjukkan oleh pertumbuhan aset yang dimiliki perusahaan. Aset menunjukkan aktiva yang digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan. Semakin besar jumlah aset diharapkan semakin besar hasil operasional yang dihasilkan oleh perusahaan. Peningkatan aset yang diikuti peningkatan hasil operasi akan semakin menambah kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan. (Sunarto dan Budi 2009)
18 b. Pertumbuhan Penjualan (PP) Suatu perusahaan yang berada dalam industri yang mempunyai laju pertumbuhan penjualan yang tinggi, harus menyediakan modal yang cukup untuk membelanjai pengeluaran perusahaan. Perusahaan yang bertumbuh pesat cenderung lebih banyak menggunakan hutang daripada perusahaan yang tumbuh secara lambat. Bagi perusahaan dengan tingkat pertumbuhan penjualan dan laba yang tinggi, kecenderungan menggunakan hutang sebagai sumber dana eksternal yang lebih besar bila dibandingkan dengan perusahaan yang tingkat pertumbuhan penjualannya rendah. (Sunarto dan Budi 2009)
Analisis Data Langkah - langkah dalam analisis dengan Partial Least Square menurut Yamin dan Kurniawan (2009) adalah sebagai berikut: 1. Merancang inner model Memformulasikan model hubungan variabel laten atau konstruk. 2. Mendefinisikan outer model Peneliti mendefinisikan dan menspesifikasikan hubungan variabel laten dengan indikatornya apakah bersifat reflektif atau formatif. Indikator yang dibuat merupakan manifest dari variabel laten. Arah hubungan ditentukan apakah dari peubah laten ke indikatornya atau sebaliknya. 3. Membuat diagram jalur Tahap ini dilakukan untuk memvisualisasikan hubungan antara indikator dengan konstruk dan hubungan antar konstruk. 4. Mengonversi diagram jalur ke dalam sistem persamaan 5. Estimasi model Ada tiga pemilihan weighting dalam proses estimasi model, yaitu factor weighting scheme, centroid weighting scheme dan path weighting scheme. Penelitian ini menggunakan estimasi koefisien jalur. 6. Evaluasi model Evaluasi model meliputi evaluasi model pengukuran (outer model) dan evaluasi model struktural (inner model). 7. Interpretasi model Interpretasi model berdasarkan kepada hasil model yang dibangun oleh peneliti. 8. Pengujian Hipotesis Dilakukan dengan metode Bootstrapping. Statistik uji yang digunakan adalah tstatistik atau biasa disebut dengan uji t. Jika diperoleh t-statistik ≤ 1.645 (alpha 10 persen), berarti hubungannya adalah nyata. Penerapan metode resampling, memungkinkan berlakunya data terdistribusi bebas (distribution free) tidak memerlukan asumsi distribusi normal. Setelah data-data dari berbagai sumber tersebut dikumpulkan, kemudian data-data tersebut diolah dengan menggunakan metode analisis SEM (Structural Equation Modeling). Pengolahan data yang berasal dari perusahaan sektor pertambangan yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia tersebut menggunakan program excel dan SmartPLS 3.0. Pada Gambar 4 disajikan kerangka awal
19 struktur SEM penelitian yang akan menjadi acuan bagi peneliti untuk melakukan konfirmasi model.
Gambar 4 Model awal penelitian Keterangan: Kinerja Fundamental Kinerja Pasar Saham Struktur Modal IOS Pertumbuhan Perusahaan DAR DER MVBVA MVBVE EP CABVA CAMVA PTA PP ROA ROE NPM HARGA PER RTN
: Variabel dependen : Variabel dependen : Variabel independen : Variabel independen : Variabel mediasi : Debt to Assets Ratio : Debt to Equity Ratio : Market to Book Value of Assets : Market to Book Value of Equity : Earning per Share / Price Ratio : Capital Expenditure to Book Value of Assets : Capital Expenditure to Market Value of Assets : Perubahan Total Aktiva : Pertumbuhan Penjualan : Return On Asset : Return On Equity : Net Profit Margin : Harga Saham : Price Earning Ratio : Return Saham
20
4 HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menggunakan sampel yang merupakan perusahaan – perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2011 hingga 2015. Berdasarkan kriteria penetapan sampel diperoleh total sampel sebanyak 16 perusahaan sektor pertambangan yang memiliki data lengkap (Tabel 1 dan Tabel 2). Kemudian proses pengolahan data dilakukan dengan program excel dan program SmartPLS 3.0. Tabel 1 Kriteria penetapan sampel Tahapan 1 2 3 4
Kriteria Penetapan Sampel Tercatat sebagai emiten pada sektor pertambangan di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2015. Perusahaan pertambangan bukan minyak, gas dan panas bumi (mengeksploitasi bahan tambang logam dan bukan logam). Perusahaan menerbitkan laporan keuangan dan laporan tahunan secara berturut-turut selama periode 2011-2015. Tidak pernah delisting dan relisting selama tahun 2011-2015. Jumlah Akhir Sampel
Jumlah 31 25 16 16 16
Tabel 2 Sampel penelitian No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Nama Perusahaan Adaro Energy Tbk. Bayan Resources Tbk. Darma Henwa Tbk. Delta Dunia Makmur Tbk. Harum Energy Tbk. Indo Tambangraya Megah Tbk. Resource Alam Indonesia Tbk. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk. Petrosea Tbk. Aneka Tambang (Persero) Tbk. Cita Mineral Investindo Tbk. Central Omega Resources Tbk. Vale Indonesia Tbk. Timah (Persero) Tbk. Citatah Industri Marmer Tbk. Mitra Investindo Tbk.
Kode ADRO BYAN DEWA DOID HRUM ITMG KKGI PTBA PTRO ANTM CITA DKFT INCO TINS CTTH MITI
Analisis Kondisi Keuangan Analisis pada kondisi finansial setiap perusahaan sektor pertambangan dilakukan dengan melihat rataan rasio dari hasil yang diperoleh perusahaan selama lima tahun pada setiap indikator struktur modal, investment opportunity set, pertumbuhan perusahaan, kinerja fundamental dan kinerja pasar saham (Tabel 3 dan 4).
21 Tabel 3 Perhitungan indikator dalam rataan lima tahun (2011-2015) Kode Emiten DAR DER MVBVA ADRO 0.22 0.48 0.02 BYAN 0.70 2.68 0.66 DEWA 0.35 0.56 0.06 DOID 0.91 0.07 0.79 HRUM 0.19 0.25 -0.42 ITMG 0.32 0.47 -1.03 KKGI 0.29 0.41 -0.43 PTBA 0.37 0.60 0.36 PTRO 0.60 1.27 0.57 ANTM 0.38 0.63 -0.17 CITA 0.45 0.84 -0.36 DKFT 0.08 0.16 -0.91 INCO 0.24 0.32 -0.65 TINS 0.38 0.65 -0.45 CTTH 0.68 2.40 0.44 MITI 0.38 0.68 0.39 Rata-rata 0.43 0.82 -0.07 Sumber : laporan keuangan perusahaan (diolah)
MVBVE 1.09 0.01 0.37 0.64 1.02 2.05 1.01 0.00 0.08 0.81 1.35 1.22 1.18 1.22 0.97 0.01 0.81
EP 0.07 0.00 -0.09 -0.04 0.05 0.10 0.26 0.06 0.19 0.00 0.08 0.06 0.04 0.06 0.03 -0.04 0.05
CABVA 0.01 0.01 0.00 0.00 0.01 0.00 0.00 0.01 0.02 0.02 -0.01 0.01 0.00 0.01 0.00 -0.01 0.01
CAMVA 0.00 0.00 -0.01 0.00 0.01 0.00 -0.01 0.01 0.03 0.03 -0.01 0.02 0.00 0.01 0.00 -0.01 0.01
Pada hasil analisis terlihat bahwa untuk indikator debt to assets ratio (DAR) hanya terdapat 5 dari 16 perusahaan sektor pertambangan atau 31.25 persen perusahaan yang memiliki nilai DAR di atas rata-rata sektoral (Tabel 3). DAR perusahaan sektor pertambangan tahun 2011-2015 memang sedang mengalami penurunan, dengan rata-rata penurunan sebesar 3.3 persen (Gambar 5). Hal ini dapat disebabkan karena perusahaan memiliki aset yang lebih besar dari modal eksternalnya. Sehingga perusahaan membutuhkan modal eksternal atau hutang yang lebih besar.
Gambar 5 Grafik rata-rata DAR tahun 2011-2015 Sedangkan untuk nilai debt to equity ratio (DER), dari 16 perusahaan sektor pertambangan, hanya terdapat 4 perusahaan atau 25 persen yang memiliki nilai DER di atas rata-rata sektoral (Tabel 3). Pada tahun 2011-2012 DER perusahaan sektor pertambangan mengalami penurunan (Gambar 6). Hal tersebut dapat disebabkan karena struktur modal internal perusahaan sektor pertambangan seperti jumlah saham yang beredar lebih tinggi dari struktur modal eksternal
22 perusahaan, dalam hal ini seperti hutang. Kemudian tahun 2013-2015 DERkembali mengalami peningkatan tren. Hal ini dapat disebabkan karena perusahaan sektor pertambangan menambah modal eksternal perusahaan untuk meningkatkan kinerja sektor pertambangan yang sedang mengalami penurunan akibat turunnya harga komoditas. Sehingga dapat diasumsikan bahwa kepercayaan kreditur terhadap sektor pertambangan kembali meningkat.
Gambar 6 Grafik rata-rata DER tahun 2011-2015 Berikutnya dari 16 perusahaan sektor pertambangan, terdapat 8 perusahaan atau 50 persen yang memiliki nilai market to book value of assets (MVBVA) di atas rata-rata sektoral (Tabel 3). Tahun 2011-2015 perusahaan sektor pertambangan memiliki nilai rata-rata MVBVA yang berfluktuasi dan selama tiga tahun berturut-turut yaitu 2012-2014 bernilai negatif (Gambar 7). Hal ini berarti nilai pasar aktiva perusahaan pertambangan lebih kecil dibandingkan dengan nilai bukunya. Akan tetapi nilai rasio MVBVA tahun 2015 kembali mengalami peningkatan sehingga menunjukkan adanya potensi pertumbuhan dan investasi yang dapat menguntungkan.
Gambar 7 Grafik rata-rata MVBVA tahun 2011-2015 Sebanyak 9 perusahaan atau 56.25 persenperusahaan sektor pertambangan memiliki nilai market to book value of equity (MVBVE) di atas rata-rata sektoral (Tabel 3). Berdasarkan Gambar 8 dapat dilihat bahwa perusahaan sektor
23 pertambangan selama tahun 2011-2014 memiliki nilai rata-rata MVBVE yang terus meningkat. Namun pada tahun 2015 kembali mengalami penurunan, hal ini disebabkan adanya penurunan yang cukup besar dari harga saham perusahaan sektor pertambangan.
Gambar 8 Grafik rata-rata MVBVE tahun 2011-2015 Selain itu untuk indikator IOS yang lain terdapat 8 perusahaan atau 50 persen yang memiliki nilai earning per share/priceratio (EP) di atas rata-rata sektoral (Tabel 3). Selama periode 2011-2015 perusahaan sektor pertambangan memang memiliki nilai rata-rata EP yang cenderung menurun, peningkatan hanya terjadi di tahun 2014 (Gambar 9). Hal ini terjadi karena adanya sedikit penurunan keuntungan per lembar saham terhadap harga saham.
Gambar 9 Grafik rata-rata EP tahun 2011-2015 Rasio capital expenditure to book value of assets (CABVA) perusahaan sektor pertambangan pada tahun 2011-2015 menunjukkan nilai yang berfluktuasi, bahkan rasio ini mencapai nilai yang negatif (Gambar 10). Artinya perusahaan kurang memiliki tambahan modal saham yang dapat digunakan untuk tambahan investasi aktiva produktifnya. Berdasarkan Tabel 3 terdapat 9 perusahaan atau 56.25 persen yang memiliki nilai CABVA di atas rata-rata sektoral.
24
Gambar 10 Grafik rata-rata CABVA tahun 2011-2015 Sedangkan untuk proksi IOS yang terakhir yaitu capital expenditure to market value of asset s(CAMVA), hanya terdapat 6 perusahaan atau 37.5 persen yang memiliki nilai CAMVA di atas rata-rata sektoral (Tabel 3). Grafik juga menunjukkan bahwa pada tahun 2011-2015 secara rata-rata rasio CAMVA memiliki nilai yang berfluktuasi (Gambar 11). Hal ini dapat memperlihatkan bagaimana penilaian para investor terhadap peluang pertumbuhan perusahaan, dimana semakin tinggi nilai CAMVA menunjukkan bahwa perusahaan memiliki prospek menguntungkan di masa mendatang.
Gambar 11 Grafik rata-rata CAMVA tahun 2011-2015 Selanjutnya dari 16 perusahaan sektor pertambangan, hanya terdapat 3 perusahaan atau 18.75 persenyang memiliki nilai Pertumbuhan Total Aset (PTA) di atas rata-rata sektoral (Tabel 4). Dapat dilihat pada grafiktahun 2011-2015 PTA perusahaan sektor pertambangan mengalami penurunan (Gambar 12). Hal ini dapat disebabkan karena perusahaan tidak menambah jumlah aktiva perusahaan, misalnya seperti alat berat dan alat angkut pertambangan. Padahal penambahan aset yang dimanfaatkan secara maksimal dapat meningkatkan tingkat penjualan, produktivitas dan kinerja perusahaan.
25
Gambar 12 Grafik rata-rata PTA tahun 2011-2015 Tabel 4 Perhitungan indikator dalam rataan lima tahun (2011-2015) Kode Emiten PTA PP ROA ADRO 0.04 0.29 0.05 BYAN 0.03 0.25 -0.02 DEWA 0.02 0.29 -0.06 DOID 0.02 0.33 0.00 HRUM 0.02 0.30 0.14 ITMG 0.01 0.28 0.20 KKGI 0.05 0.31 0.20 PTBA 0.04 0.29 0.18 PTRO 0.04 0.30 0.05 ANTM 0.05 0.30 0.04 CITA 0.04 0.11 0.04 DKFT 0.44 0.46 0.10 INCO 0.00 0.29 0.06 TINS 0.03 0.31 0.07 CTTH 0.06 0.33 0.00 MITI 0.07 0.24 -0.04 Rata-rata 0.06 0.29 0.06 Sumber: Laporan keuangan diolah (2016)
ROE 0.10 -0.19 -0.09 -0.07 0.19 0.29 0.28 0.28 0.12 0.06 0.06 0.11 0.07 0.12 0.01 -0.14 0.08
NPM 0.08 -0.05 -0.09 -0.01 0.07 0.13 0.10 0.20 0.06 0.06 -0.02 0.22 0.12 0.52 0.01 -0.14 0.08
PER 20.32 -62.03 58.83 -2.19 36.97 14.10 22.25 24.49 2.01 24.37 0.91 -377.72 86.66 81.45 13.73 72.20 1.02
RTN -0.05 -0.01 -0.01 -0.10 -0.05 -0.08 -0.03 -0.05 -0.07 -0.08 0.08 0.18 -0.02 -0.06 -0.01 -0.02 -0.02
HARGA 1686.76 12917.08 75.57 567.33 5116.31 29647.01 3638.55 15261.24 3828.34 1337.39 632.32 306.66 3638.99 1337.83 82.30 284.77 5022.40
Rata-rata penjualan perusahaan sektor pertambangan yaitu pada subsektor logam dan mineral serta batu bara sedang berada pada tahap penurunan. Pendapatan perusahaan-perusahaan sektor pertambangan di Bursa Efek Indonesia secara umum menurun dari tahun 2011 hingga 2015 (Gambar 13). Hal ini menunjukkan bahwa industri ini masih mengalami perlambatan karena masalahmasalah ekonomi secara global. Ekonomi global yang tidak bergerak cepat menyebabkan permintaan komoditas seperti batubara rendah, padahal batubara merupakan salah satu penghasil devisa tertinggi di Indonesia. Seperti yang dilansir pada laman indonesia-investments.com (2015) bahwa perlambatan pertumbuhan ekonomi di Cina diprediksi akan terus menurun kecepatannya, prospek pendapatan industri pertambangan batubara Indonesia juga belum bergerak meningkat. Dan sejauh ini harga batubara diperkirakan akan tetap rendah karena tidak seimbangnya penawaran dan permintaan. Akan tetapi jika dilihat dari nilai
26 per perusahaan, terdapat 10 perusahaan atau 62.5 persen yang memiliki nilai pertumbuhan penjualan (PP) di atas rata-rata sektoral (Tabel 4).
Gambar 13 Grafik rata-rata PP tahun 2011-2015 Berikutnya untuk kinerja fundamental dari 16 perusahaan sektor pertambangan, hanya terdapat6 perusahaan atau 37.5 persenyang memiliki nilai return on assets (ROA) di atas rata-rata sektoral (Tabel 4). Penurunan ROA pada grafik tren (Gambar 14) dapat disebabkan karena laba perusahaan mengalami penurunan akibat turunnya harga komoditas pertambangan, sedangkan biayabiaya operasinya tetap meningkat. Penurunan ROA juga dapat disebabkan karena berkurangnya volume penjualan sehingga pendapatan yang didapatkan pun mengalami penurunan dan perusahaan tidak efisien dalam pemanfaatan aset perusahaan.
Gambar 14 Grafik rata-rata ROA tahun 2011-2015 Sedangkan untuk sisi ekuitas, dari 16 perusahaan sektor pertambangan, terdapat 8 perusahaan atau 50 persen yang memiliki nilai return on equity (ROE) di atas rata-rata sektoral (Tabel 4). Secara keseluruhan ROE sektor pertambangan terus mengalami penurunan sejak tahun 2011 hingga tahun 2015 (Gambar 15). Hal ini dapat disebabkan karena turunnya kinerja perusahaan sektor pertambangan akibat permintaan komoditas yang semakin menurun. Sehingga berdampak pula
27 pada turunnya harga komoditas sektor pertambangan terutama pada komoditas batu bara. Penurunan ROE juga diasumsikan karena ekuitas sektor pertambangan lebih banyak bersumber dari modal yang ditanamkan oleh para kreditur, dimana kemudian perusahaan memiliki tanggung jawab atau kewajiban untuk memberikan pengembalian atas modal dari kreditur tersebut.
Gambar 15 Grafik rata-rata ROE tahun 2011-2015 Kemudian menurunnya rasio net profit margin (NPM) pada grafik (Gambar 16) juga menunjukkan bahwa manajemen belum efisien dalam melakukan pengelolaan produksi, operasional maupun penjualan. Perusahaan yang memiliki rasio NPM rendah dikhawatirkan tidak dapat bertahan dalam kondisi yang sulit. Hal ini juga memungkinkan untuk para investor beralih untuk berinvestasi pada saham yang saat ini kondisinya lebih menjanjikan dibandingkan dengan perusahaan sektor pertambangan, dan penurunan ini dikhawatirkan akan berlanjut kemudian mempengaruhi harga saham yang semakin menurun. Terdapat 7 perusahaan atau 43.75 persen dari 16 perusahaan sektor pertambangan yang memiliki nilai NPM di atas rata-rata sektoral (Tabel 4).
Gambar 16 Grafik rata-rata NPM tahun 2011-2015
28 Berdasarkan data rata-rata price earning ratio per tahun (PER). Tahun 2011-2012 PER mengalami kenaikan namun pada tahun 2013-2015 PER mengalami penurunan (Gambar 17). Pada kondisi PER yang menurun sebenarnya harga saham perusahaan meningkat tetapi peningkatan itu tidak lebih besar dari peningkatan earning per share-nya, sehingga secara relatif nilai PER menurun. Kondisi PER yang semakin menurun mengindikasikan nilai EPS yang meningkat, artinya pemegang saham dalam periode penelitian mendapatkan penerimaan yang meningkat. Hal ini akan mendorong investor untuk kembali membeli saham dengan harga yang lebih tinggi dari harga sebelumnya, dengan harapan nantinya akan memperoleh pendapatan yang lebih tinggi. Dari 16 perusahaan sektor pertambangan, terdapat 12 perusahaan atau 75 persen yang memiliki nilai PER di atas rata-rata sektoral (Tabel 4).
Gambar 17 Grafik rata-rata PER tahun 2011-2015 Tahun 2011-2012 return perusahaan sektor pertambangan mengalami penurunan, kemudian meningkat pada tahun 2013-2014 (Gambar 18). Akan tetapi peningkatan juga tidak bertahan lama karena return kembali menurun pada tahun 2014-2015, dan penurunan ini dapat dikatakan sebagai penurunan yang cukup ekstrim karena mencapai angka negatif. Bagi para investor penurunan return dapat berdampak pada turunnya pengembalian yang didapatkan oleh investor, sehingga hal ini dapat mempengaruhi keputusan investor untuk membeli saham perusahaan tersebut atau menjual saham yang telah dibeli untuk menghindari adanya kemungkinan kerugian. Bagi perusahaan kondisi ini pun dapat berdampak pada hilangnya kepercayaan investor terhadap perusahaan sehingga perusahaan khawatir akan kehilangan sumber permodalannya. Sebanyak 7 perusahaan atau 43.75 persen perusahaan dari 16 perusahaan sektor pertambangan yang memiliki nilai RTN di atas rata-rata sektoral (Tabel 4). Analisis kondisi keuangan terakhir yaitu pada harga saham perusahaan sektor pertambangan, dimana harga saham terus mengalami penurunan selama tahun 2011-2015 (Gambar 19). Penurunan tersebut diduga karena adanya penerapan UU Nomor 4 Tahun 2009 tentang larangan ekspor mineral mentah dan kewajiban bagi perusahaan tambang untuk membangun fasilitas pemurnian atau smelter. Selain itu penurunan harga komoditas seperti batu bara juga memicu penuruna harga saham. Hanya 7 perusahaan atau 43.75 persen perusahaan dari 16
29 perusahaan sektor pertambangan yang memiliki harga saham di atas rata-rata sektoral (Tabel 4).
Gambar 18 Grafik rata-rata return tahun 2011-2015
Gambar 19 Grafik rata-rata harga saham tahun 2011-2015
Analisis Structural Equation Modeling - Partial Least Square Analisis Structural Equation Modeling dengan pendekatan Partial Least Square digunakan untuk menguji hubungan antar variabel laten dan hubungan antara variabel laten dengan indikator konstruknya. Terdapat lima variabel laten yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu struktur modal, IOS, pertumbuhan perusahaan, kinerja Fundamental dan kinerja pasar saham. Variabel laten tersebut memiliki beberapa variabel manifest (indikator) yang berdasarkan pada penelitian terdahulu yang relevan maupun pustaka lainnya. Metode analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh struktur modal dan IOS sebagai variabel laten independen (eksogen) terhadap variabel laten dependen (endogen) yaitu kinerja fundamental dan kinerja pasar saham, melalui pertumbuhan perusahaan sebagai variabel laten mediasi (intervening). Analisis ini dilakukan dengan menggunakan Partial Least Square (PLS) yang diolah dengan
30 menggunakan SmartPLS 3.0. PLS merupakan analisis yang tepat untuk menguji hipotesis penelitian ini dikarenakan PLS tidak mengharuskan adanya asumsi normalitas data, melakukan analisa dengan variabel dependen lebih dari satu, memberikan gambaran pengaruh langsung dan tidak langsung, PLS berbasis varians yang artinya tidak diharuskan sampel dalam jumlah besar, serta PLS juga dapat digunakan untuk mengkonfirmasi teori dan menjelaskan ada atau tidaknya hubungan antar variabel laten. Evaluasi model PLS dilakukan dengan menilai outer model atau model pengukuran dan inner model atau model struktural. Evaluasi Outer Model Pengujian pertama yang dilakukan sebagai bentuk perbaikan model adalah pengujian outer model atau model pengukuran. Pengujian outer model dilakukan untuk memastikan bahwa measurement yang digunakan layak untuk dijadikan pengukuran (valid dan reliable). Uji yang dilakukan pada outer model yaitu convergent validity, discriminant validity dan unidimensional validity (Hussein 2015). Convergent validity dilakukan dengan melihat nilai loading factor pada variabel laten dengan indikatornya masing – masing, dalam penelitian ini adalah indikator relektif. Nilai loading factor yang diharapkan adalah di atas 0.7 (Ghozali dan Latan 2015), jika nilai loading factor berada dibawah 0.7 maka harus dikeluarkan dari model.
Gambar 20 Hasil analisis model awal penelitian Analisis yang dilakukan pada model awal (Gambar 20) menunjukkan bahwa indikator MVBVA (-0.126), MVBVE (0.105), harga (0.013) dan return (0.313) memiliki nilai loading factor di bawah 0.7. Oleh karena itu keempat indikator tersebut harus dikeluarkan dari model. Iterasi pertama dilakukan dengan mengeluarkan indikator MVBVA dari variabel IOS karena memiliki nilai loading factor lebih rendah dibandingkan indikator lain dan bernilai negatif paling besar yaitu -0.126. Iterasi dilakukan satu persatu dengan mengeluarkan indikator yang memiliki nilai loading factor di bawah 0.7 sampai dihasilkan model yang tidak terdapat nilai loading factor di bawah 0.7 (Gambar 21).
31
Gambar 21 Hasil setelah dropping variabel MVBVA, MVBVE, harga dan return Gambar 21 menunjukkan bahwa semua indikator pada model sudah memiliki nilai loading factor lebih dari 0.7, artinya indikator - indikator tersebut sudah valid sebagai indikator pengukur konstruk (Ghozali dan Latan 2015). Pada variabel struktur modal, indikator yang valid merefleksikan struktur modal perusahaan sektor pertambangan adalah DAR dan DER. Debt to assets ratio dan debt equity ratio valid dalam merefleksikan struktur modal perusahaan sektor pertambangan tahun 2011-2015 karena nilai yang cenderung searahwalaupun terus mengalami penurunan. Pada variabel IOS, indikator yang valid merefleksikan IOS adalah CABVA, CAMVA, dan E/P. Sedangkan MVBVA dan MVBVE tidak valid atau tidak cukup merefleksikan IOS perusahaan sektor pertambangan. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa bagi para investor, proksi tersebut menjadi bahan pertimbangan dalam penilaian kondisi perusahaan. Semakin tinggi MVBVA semakin besar aset yang digunakan perusahaan dalam usahanya, maka semakin besar kemungkinan harga saham dan return sahamnya akan meningkat (Anugrah 2009). Sedangkan MVBVE menggambarkan permodalan suatu perusahaan. Bagi para investor yang akan melakukan pembelian saham perusahaan, penilaian terhadap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan dan mengelola modal merupakan suatu hal yang penting. Apabila suatu perusahaan dapat memanfaatkan modal dengan baik dalam menjalankan usahanya, maka semakin besar kemungkinan harga saham dan return saham perusahaan meningkat (Anugrah 2009). MVBVA dan MVBVE perusahaan sektor pertambangan tidak valid dalam merefleksikan IOS karena pada periode penelitian yaitu tahun 2011-2015 memiliki nilai rata-rata yang berfluktuasi. Sehingga tidak dapat dipastikan keandalan dari indikator ini untuk menentukan apakah meningkatkan atau menurunkan kinerja perusahaan sektor pertambangan. Indikator ROA, ROE dan NPM valid dalam merefleksikan kinerja fundamental perusahaan sektor pertambangan, hal ini sesuai dengan pernyataan Tandelilin (2001), yaitu return on assets (ROA) merefleksikan kemampuan aset perusahaan untuk memberikan penghasilan bagi perusahaan. Kemudian return on
32 equity (ROE) merefleksikan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan pendapatan bagi para pemegang saham. Serta menurut Alexandri (2008) net profit margin (NPM) merefleksikan seberapa besar persentase keuntungan yang diperoleh dari setiap penjualan yang dilakukan perusahaan. Sehingga semakin tinggi ROA, ROE dan NPM dari suatu perusahaan maka semakin menarik bagi investor untuk berinvestasi dengan membeli saham perusahaan tersebut karena memberikan keuntungan yang memadai. Rasio ROA, ROE dan NPM perusahaan sektor pertambangan valid dalam merefleksikan kinerja fundamentalnya karena nilai yang konsisten menurun akibat adanya penurunan harga komoditas. PTA dan PP valid dalam merefleksikan pertumbuhan perusahaan, hal ini sesuai dengan pernyataan Sunarto dan Budi (2009) bahwa pertumbuhan perusahaan dapat ditunjukkan oleh pertumbuhan aset yang dimiliki perusahaan dan pertumbuhan penjualan. Semakin besar jumlah aset diharapkan semakin besar pula hasil operasional yang dihasilkan oleh perusahaan. Peningkatan aset yang diikuti peningkatan hasil operasi akan semakin menambah kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan. Sedangkan perusahaan yang berada dalam industri yang mempunyai laju pertumbuhan penjualan yang tinggi, harus menyediakan modal yang cukup untuk membelanjai pengeluaran perusahaan. Bagi perusahaan dengan tingkat pertumbuhan penjualan dan laba yang tinggi, kecenderungan menggunakan hutang sebagai sumber dana eksternal yang lebih besar bila dibandingkan dengan perusahaan yang tingkat pertumbuhan penjualannya rendah. Rasio PTA dan PP perusahaan sektor pertambangan valid dalam merefleksikan pertumbuhan perusahaannya karena nilai yang juga konsisten menurun akibat adanya penurunan harga komoditas terutama komoditas seperti batubara. Return saham dan harga saham tidak valid dalam merefleksikan kinerja pasar saham. Hal ini bertentangan dengan pernyataan Chandrarin (2002) bahwa harga saham dan return emiten menunjukkan kinerja pasar sahamnya. Informasi dari laba pada perhitungan akuntansi yang diumumkan pun biasanya akan direspon pasar melalui harga saham. Return saham dan harga saham tidak merefleksikan kinerja pasar saham, karena harga saham setiap perusahaan memiliki nilai yang tidak jauh berbeda dan hampir setara, sehinggasulit untuk menentukan prospek dari investasi terhadap saham. Akan tetapi hasil tersebut sesuai dengan pendapat Jogiyanto (2003) bahwa rasio pasar ditunjukkan dengan price earning ratio (PER), dimana semakin tinggi PER menunjukkan harga saham dinilai terlalu tinggi atau mahal oleh para investor terhadap pendapatannya. Berdasarkan data rata-rata price earning ratio per tahun. Kondisi PER yang cenderung menurun mengindikasikan nilai earning per share yang meningkat. Hal ini justru mendorong investor untuk terus membeli saham dengan harga yang lebih tinggi. Selain dari nilai loading factor, convergent validity juga dapat dilihat dari nilai Average Variance Extracted (AVE), nilai AVE yang diharapkan adalah sebesar 0.5 (Ghozali dan Latan 2015). Pada penelitian ini nilai AVE masingmasing konstruk sudah berada di atas 0.5, struktur modal (0.769), IOS (0.593), pertumbuhan perusahaan (0.585), kinerja fundamental (0.814) dan kinerja pasar saham (1.000). Oleh karena itu tidak ada permasalahan convergent validity pada model yang diuji. Dikarenakan tidak adanya permasalahan convergent validity maka langkah berikutnya adalah uji discriminant validity. Discriminant validity dapat diuji dengan membandingkan nilai akar kuadrat AVE dengan nilai korelasi antar konstruk.
33 Tabel 5 Analisis discriminant validity criteria nilai akar kuadrat AVE IOS IOS Kinerja Fundamental
0.770 0.400
Kinerja Pasar Saham
0.127
Kinerja Fundamental
Kinerja Pasar Saham
0.902 0.379
Pertumbuhan Perusahaan
0.128
0.301
1.000 0.009
Struktur Modal
-0.016
-0.181
-0.166
Pertumbuhan Perusahaan
Struktur Modal
0.765 0.038
0.877
Sumber : Hasil olahan data dengan SmartPLS (2016)
Berdasarkan Tabel 5 terlihat bahwa nilai akar kuadrat AVE masing – masing konstruk yaitu struktur modal (0.877), IOS (0.770), pertumbuhan perusahaan (0.765), kinerja fundamental (0.902) dan kinerja pasar saham (1.000) lebih besar dari korelasi masing-masing konstruk. Metode lain yang dapat digunakan untuk menguji discriminant validity adalah dengan melihat dari tabel cross loading. Nilai cross loading digunakan untuk mengetahui apakah konstruk memiliki diskriminan yang memadai yaitu dengan cara membandingkan nilai loading pada konstruk yang dituju harus lebih besar dibandingkan dengan nilai loading konstruk yang lain. Tabel 6 Analisis discriminant validity kriteria cross loading IOS
Kinerja Fundamental 0.265
Kinerja Pasar Saham 0.021
Pertumbuhan Perusahaan 0.129
Struktur Modal 0.008
CABVA
0.785
CAMVA
0.187
0.001
0.098
0.016
DAR
0.781 -0.023
-0.159
-0.178
0.035
0.905
DER
-0.002
-0.160
-0.106
0.032
EP
0.388
0.192
0.078
0.848 -0.038
NPM
0.744 0.368
0.261
0.182
-0.114
PER
0.127
0.814 0.379
0.009
-0.166
PP
0.085
0.242
1.000 0.000
0.788
0.066
PTA
0.113
0.217
0.014
-0.011
ROA
0.354
0.942
0.380
0.741 0.292
ROE
0.366
0.945
0.373
0.326
-0.152
-0.218
Sumber : Hasil olahan data dengan SmartPLS (2016)
Tabel 6 menunjukkan bahwa nilai cross loading dari masing – masing indikator terhadap konstruknya lebih besar dari nilai cross loadingnya. Dari hasil tersebut terlihat bahwa tidak terdapat permasalahan discriminant validity. Langkah terakhir dalam mengevaluasi outer model adalah uji unidimensional validity. Uji unidimensional validity dilakukan dengan menggunakan indikator composite reliability dan cronbach’s alpha dengan titik cut off value sebesar 0.7 untuk composite reliability dan 0.6 untuk cronbach’s alpha.
34 Tabel 7 Analisis unidimensional validity Cronbach's Alpha
Composite Reliability
IOS
0.698
0.814
Kinerja Fundamental
0.884
0.929
Kinerja Pasar Saham
1.000
1.000
Pertumbuhan Perusahaan
0.293
0.738
Struktur Modal
0.703
0.870
Sumber : Hasil olahan data dengan SmartPLS (2016)
Seluruh konstruk dalam model sudah memiliki nilai composite reliability lebih dari 0.7 (Tabel 7), akan tetapi pada nilai cronbach’s alpha konstruk pertumbuhan perusahaan memiliki nilai 0.293 yang artinya masih di bawah 0.6. Maka salah satu indikator pada pertumbuhan perusahaan harus ada yang dikeluarkan agar model menjadi lebih valid. Dalam hal ini indikator yang dikeluarkan adalah PTA (0.741) karena memiliki nilai loading factor yang sedikit lebih rendah dari PP (0.788). Setelah indikator PTA dikeluarkan dari model, pengujian dilakukan kembali untuk memastikan bahwa model sudah valid. Langkah dalam pengujian sama seperti pada pengujian model awal dan seterusnya. Uji pertama yang dilakukan adalah convergent validity, yaitu dilakukan dengan melihat nilai loading factor pada variabel laten dengan indikatornya masing – masing. Nilai loading factor yang diharapkan adalah di atas 0.7 (Ghozali dan Latan 2015), jika nilai loading factor berada dibawah 0.7 maka harus dikeluarkan dari model.
Gambar 22 Hasil analisis model akhir Analisis yang dilakukan pada model (Gambar 22) menunjukkan bahwa seluruh indikator sudah memiliki nilai loading factor di atas 0.7 atau dapat dikatakan indikator - indikator tersebut sudah valid sebagai indikator dalam mengukur konstruk. Berikutnya adalah pengujian nilai Average Variance Extracted (AVE). Pada pengujian ini nilai AVE masing-masing konstruk tetap berada di atas 0.5, struktur modal (0.770), IOS (0.586), pertumbuhan perusahaan (1.000), kinerja fundamental (0.814) dan kinerja pasar saham (1.000). Oleh karena
35 itu tidak ada permasalahan convergent validity pada model yang diuji. Dikarenakan tidak adanya permasalahan convergent validity maka langkah berikutnya adalah uji discriminant validity. Discriminant validity dapat diuji dengan membandingkan nilai akar kuadrat AVE dengan nilai korelasi antar konstruk. Tabel 8 Analisis model akhir kriteria nilai akar kuadrat AVE IOS IOS
Kinerja Fundamental
Kinerja Pasar Saham
Kinerja Fundamental
0.766 0.404
Kinerja Pasar Saham
0.131
0.902 0.379
Pertumbuhan Perusahaan
0.085
0.242
1.000 0.000
Struktur Modal
-0.016
-0.181
-0.166
Pertumbuhan Perusahaan
Struktur Modal
1.000 0.066
0.877
Sumber : Hasil olahan data dengan SmartPLS (2016)
Berdasarkan Tabel 8 terlihat bahwa nilai akar kuadrat AVE masing – masing konstruk yaitu struktur modal (0.877), IOS (0.766), pertumbuhan perusahaan (1.000), kinerja fundamental (0.902) dan kinerja pasar saham (1.000) lebih besar dari korelasi masing-masing konstruk. Metode lain yang dapat digunakan untuk menguji discriminant validity adalah dengan melihat dari tabel cross loading. Nilai cross loading digunakan untuk mengetahui apakah konstruk memiliki diskriminan yang memadai yaitu dengan cara membandingkan nilai loading pada konstruk yang dituju harus lebih besar dibandingkan dengan nilai loading konstruk yang lain. Tabel 9 Analisis discriminant validity model akhir kriteria cross loading IOS CABVA
0.770
Kinerja Fundamental 0.265
Kinerja Pasar Saham 0.021
Pertumbuhan Perusahaan 0.083
Struktur Modal 0.008
CAMVA
0.767 -0.024
0.187
0.001
0.058
0.016
DAR
-0.160
-0.178
0.057
0.903
DER
-0.003
-0.160
-0.106
0.060
EP
0.388
0.192
0.056
NPM
0.759 0.369
0.850 -0.038
0.128
-0.114
0.131
0.814 0.379
0.261
PER
-0.166
PP
0.085
0.242
1.000 0.000
0.000
0.066
ROA
0.358
0.942
0.380
1.000 0.252
-0.218
ROE
0.370
0.944
0.373
0.262
-0.152
Sumber : Hasil olahan data dengan SmartPLS (2016)
Tabel 9 menunjukkan bahwa nilai cross loading dari masing – masing indikator terhadap konstruknya lebih besar dari nilai cross loadingnya. Hal ini menunjukkan indikator konstruk laten tersebut mampu memprediksi dengan lebih baik dari pada konstruk lainnya. Dari hasil tersebut terlihat bahwa tidak terdapat permasalahan discriminant validity. Langkah terakhir dalam mengevaluasi outer
36 model adalah uji unidimensional validity. Uji unidimensional validity dilakukan dengan menggunakan indikator composite reliability dan cronbach’s alpha dengan titik cut off value sebesar 0.7 untuk composite reliability dan 0.6 untuk cronbach’s alpha. Tabel 10 Analisis unidimensional validity Cronbach's Alpha
Composite Reliability
IOS
0.698
0.809
Kinerja Fundamental
0.884
0.929
Kinerja Pasar Saham
1.000
1.000
Pertumbuhan Perusahaan
1.000
0.738
Struktur Modal
0.703
0.870
Sumber : Hasil olahan data dengan SmartPLS (2016)
Tabel 10 menunjukkan bahwa seluruh konstruk dalam model sudah memiliki nilai composite reliability lebih dari 0.7 dan cronbach’s alpha lebih dari 0.6. Sehingga tidak terdapat permasalahan reliabilitas/unidimensionality yang dibentuk. Hasil penilaian keseluruhan kriteria dan standar nilai mode reflektif pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Hasil penilaian penelitian dan standar nilai mode reflektif No 1
Kriteria Convergent validityLoading Factor
2
Convergent validityAverage Variance Extracted (AVE)
3
Discriminant validity - Akar Kuadrat AVE
Standar ≥ 0.7
Hasil Penelitian DAR = 0.903 DER = 0.850 PP = 1.000 CABVA = 0.770 CAMVA = 0.767 EP = 0.759 ROA = 0.942 ROE = 0.944 NPM = 0.814 PER = 1.000 ≥ 0.5 Struktur modal = 0.770 IOS = 0.586 Pertumbuhan perusahaan = 1.000 Kinerja fundamental = 0.814 Kinerja pasar saham = 1.000 Lebih besar dari Semua nilai akar kuadrat nilai korelasi antar AVE dari konstruk sudah konstruk lebih besar dari korelasi antar masing-masing konstruk
Kesimpulan Memenuhi standar
Memenuhi standar
Memenuhi standar
37 Lanjutan Tabel 11 No 4
Kriteria Discriminant validity Cross Loading
5
Unidimension al Validity – Cronbach’s alpha
Standar Indikator harus memilliki nilai loading lebih besar untuk setiap variabel latennya dibandingkan dengan indikator untuk laten lainnya ≥ 0.6
Hasil Penelitian Kesimpulan Semua nilai loading Memenuhi indikator masing-masing standar variabel laten sudah lebih besar dari korelasi ke variabel laten lainnya.
Struktur modal = 0.703 IOS = 0.698 Pertumbuhan perusahaan = 1.000 Kinerja fundamental = 0.884 Kinerja pasar saham = 1.000 6 Unidimension ≥ 0.7 Struktur modal = 0.870 al Validity IOS = 0.809 Composite Pertumbuhan perusahaan Reliability = 0.738 Kinerja fundamental = 0.929 Kinerja pasar saham = 1.000 Sumber : Hasil olahan data dengan SmartPLS (2016)
Memenuhi standar
Memenuhi standar
Berdasarkan pada Tabel 11 diketahui bahwa model ini telah memenuhi nilai standar pada kriteria outer model. Hal tersebut mengindikasikan bahwa model ini memiliki validitas dan reliabilitas yang baik. Evaluasi Inner Model Pengujian kedua yang dilakukan sebagai bentuk perbaikan model adalah pengujian inner model atau model struktural. Pengujian inner model dilakukan untuk memastikan bahwa model struktural yang dibangun robust dan akurat. Evaluasi inner model merupakan analisis yang menggambarkan hubungan antar variabel, apakah terdapat pengaruh positif atau negatif. Pada inner model, pengujian dilakukan terhadap 2 kriteria yaitu: R² dari variabel laten endogen dan estimasi koefisien jalur (Ghozali dan Latan 2015). Hasil pengujian R² dari variabel laten endogen menunjukkan seberapa besar variabilitas variabel laten endogen dapat dijelaskan oleh variabilitas variabel laten eksogen. Sedangkan estimasi koefisien jalur meliputi pengaruh langsung atau tidaknya suatu konstruk laten dengan konstruk laten lainnya. Hasil penilaian penelitian dan standar nilai inner model dapat dilihat pada Tabel 12.
38 Tabel 12 Hasil penilaian peneltian dan standar nilai inner model No 1
Kriteria R² dari variabel laten endogen
Standar R² substansial = 0.67 R² moderat = 0.33 R² lemah = 0.19 (Chin 1998)
2
Estimasi koefisien jalur
Pengaruh nyata jika t-hitung > t-tabel. Pada alpha 10 persen, nilai t-tabel adalah 1.645
Sumber : Hasil olahan data dengan SmartPLS (2016)
Hasil Penelitian Kesimpulan Kinerja R² moderat fundamental = 0.258 Kinerja pasar R² lemah saham = 0.043 Pertumbuhan R² lemah perusahaan = 0.018 Evaluasi besarnya t-statistik, pvalue dan nilai original sample dari hasil bootstrapping disajikan pada Tabel 13.
Model pengaruh struktur modal dan IOS terhadap kinerja fundamental memberikan nilai R² sebesar 0.258 yang dapat diinterpretasikan bahwa variabilitas konstruk kinerja fundamental yang dapat dijelaskan olehvariabilitas konstruk struktur modal dan IOS adalah sebesar 25.8 persen sedangkan 74.2 persen dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini. Nilai R² ini termasuk dalam kategori moderat. Hal ini dikarenakan, pada prinsipnya struktur modal yang digunakan oleh suatu perusahaan mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Struktur modal menjadi fokus utama bagi perusahaan karena baik buruknya struktur modal akan memberikan dampak langsung terhadap posisi keuangan perusahaan. Investment opportunity set (IOS) juga memiliki peranan yang sangat penting bagi perusahaan karena IOS merupakan keputusan investasi dalam bentuk kombinasi dari aktiva yang dimiliki dan opsi investasi di masa yang akan datang, dimana IOS tersebut akan mempengaruhi nilai suatu perusahaan (Pagalung 2003). Selain itu, konstruk kinerja pasar saham yang dipengaruhi oleh struktur modal dan IOS menghasilkan nilai R² 0.043 dimana artinya kinerja pasar saham mampu dijelaskan oleh struktur modal dan IOS sebesar 4.3 persen dan sisanya 95.7 persen dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini. Nilai R² ini termasuk dalam kategori lemah. Nilai R² rendah diduga karena adanya penurunan harga komoditas yang terjadi pada perusahaan sektor pertambangan pada tahun 2015. Kemudian konstruk pertumbuhan perusahaan yang dipengaruhi oleh struktur modal dan IOS menghasilkan nilai R² 0.018, artinya struktur modal dan IOS mampu menjelaskan variabilitas pertumbuhan perusahaan sebesar 1.8 persen dan sisanya 98.2 persen dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini. Nilai R² ini termasuk dalam kategori lemah. Nilai R² rendah diduga karena peluang pertumbuhan perusahaan cukup baik akan tetapi penurunan harga saham memicu penurunan investment opportunity set (karena hampir seluruh indikator pada IOS mensyaratkan adanya harga saham) dan kemudian mengurangi nilai dari pertumbuhan perusahaan. Selanjutnya dilakukan uji estimasi koefisien jalur dengan membandingkan nilai t-statistik pada output bootstrapping untuk menilai pengaruh signifikan suatu konstruk dan nilai path coeffisient untuk melihat seberapa besar pengaruhnya. Pada penelitian ini taraf nyata yang digunakan adalah 10 persen. Pengaruh nyata ditunjukkan dengan |t-hitung| > 1.645, dimana jika |t-hitung| > 1.645 (t-tabel)
39 maka terima H1 dan tolak H0. Selain itu dapat ditunjukkan pula dengan nilai pvalue, dimana jika p-value < 0.10 maka terima H1 dan tolak H0. Sedangkan besar pengaruhnya dapat dilihat pada original sample (Tabel 14). Tabel 13 Hasil pengujian bootstrapping inner model IOS terhadap Kinerja Fundamental
Original Sample 0.382
IOS terhadap Kinerja Pasar Saham
0.128
T Statistics (|O/STDEV|) 3.009 1.298
IOS terhadap Pertumbuhan Perusahaan
0.086
1.757
0.080
Pertumbuhan terhadap Kinerja Fundamental
0.223
0.000 0.998
Pengaruh
P Values 0.003 0.195
Pertumbuhan terhadap Kinerja Pasar Saham
0.000
3.688 0.003
Struktur Modal terhadap Kinerja Fundamental
-0.190
4.048
0.000
Struktur Modal terhadap Kinerja Pasar Saham
-0.164
Struktur Modal terhadap Pertumbuhan Perusahaan
0.068
2.439 1.156
0.015 0.248
Sumber : Hasil olahan data dengan SmartPLS (2016)
Berdasarkan Tabel 13 diperoleh hasil bahwa yang memiliki t-hitung > ttabel adalah pada hubungan IOS dan kinerja fundamental yang dapat dikatakan bahwa IOS memiliki pengaruh nyata terhadap kinerja fundamental. Hasil penelitian ini juga menunjukkan pengaruh IOS terhadap kinerja fundamental bersifat positif, yaitu dilihat dari nilai original samplenya sebesar 0.382, sehingga dapat dikatakan bahwa IOS dapat meningkatkan kinerja fundamental perusahaan. Pengaruh nyata IOS terhadap kinerja fundamental sesuai dengan penelitian yang dilakukan Marinda (2014), dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa investment opportunity set (IOS) berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan. Investment opportunity set (IOS) dari suatu perusahaan dapat mempengaruhi cara pandang manajer, pemilik, investor dan kreditor terhadap perusahaan. Perusahaan yang mempunyai kesempatan tumbuh yang tinggi dianggap dapat menghasilkan keuntungan yang tinggi pula. IOS berpengaruh positif terhadap kinerja fundamental perusahaan pertambangan karena adanya prospek atau kesempatan pertumbuhan yang menguntungkan, kemudian direspon positif oleh para investor. Sehingga investor meningkatkan investasinya pada sektor pertambangan. Berikutnya yang memiliki t-hitung > t-tabel adalah pada hubungan IOS dan pertumbuhan perusahaan, yang dapat dikatakan bahwa IOS memiliki pengaruh nyata terhadap pertumbuhan perusahaan. Pengaruh nyata IOS terhadap pertumbuhan perusahaan bersifat positif, yaitu dilihat dari nilai original sample nya sebesar 0.086, sehingga dapat dikatakan bahwa IOS dapat meningkatkan pertumbuhan perusahaan. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Puteri (2012) yang membuktikan hubungan bahwa perusahaan yang memiliki IOS tinggi cenderung dinilai positif oleh investor, maka investor akan tertarik untuk berinvestasi dengan harapan memperoleh return yang lebih besar dimasa yang akan datang. Karena IOS merupakan bentuk kesempatan perusahaan untuk bertumbuh di masa mendatang. Invesment Opportunity set yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan perusahaan juga menunjukkan perusahaan mampu mengelola tambahan modal saham perusahaan untuk meningkatkan aktiva produktif sehingga berpotensi dalam meningkatkan pertumbuhan perusahaan (Hidayah 2015).
40 Pertumbuhan perusahaan juga memiliki pengaruh nyata terhadap kinerja fundamental, hal tersebut dilihat dari nilai dimana t-hitung > t-tabel. Pengaruh nyata pertumbuhan perusahaan terhadap kinerja fundamental juga bersifat positif, yaitu dilihat dari nilai original sample nya sebesar 0.223, sehingga dapat dikatakan bahwa pertumbuhan perusahaan dapat meningkatkan kinerja fundamental. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Memon et al (2012) dan Kouser et al (2012) dimana hasilnya menunjukkan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas. Penelitian ini menunjukkan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas. Hal ini berarti bahwa meningkatnya pertumbuhan penjualan perusahaan pertambangan mampu meningkatkan pendapatan perusahaan sehingga meningkatkan laba dan kinerja fundamentalnya. T-hitung > t-tabel juga diperoleh pada hubungan struktur modal dan kinerja fundamental. Dapat dikatakan bahwa struktur modal memiliki pengaruh nyata terhadap kinerja fundamental. Akan tetapi hasil ini menunjukkan pengaruh struktur modal terhadap kinerja fundamental bersifat negatif, yaitu dilihat dari nilai original sample nya sebesar -0.190, sehingga dapat dikatakan bahwa struktur modal dapat menurunkan kinerja fundamental. Hasil ini berbeda dengan hasil penelitian Kusumanjaya (2011) yang mengatakan bahwa struktur modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas. Karena pada dasarnya struktur modal menunjukkan seberapa besar kegiatan perusahaan dibiayai oleh hutang dan seberapa besar kegiatan perusahaan dibiayai oleh modal sendiri. Kegiatan perusahaan baik secara operasional maupun non-operasional dilakukan untuk memperoleh keuntungan, sehingga struktur modal erat kaitannya dengan kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan. Hutang yang besar dapat meningkatkan aktivitas produksi, sehingga laba atas penjualan juga meningkat. Akan tetapi hal tersebut juga diiringi dengan peningkatkan beban tetap perusahaan, yaitu pengembalian atas hutang itu sendiri (beban pokok) berikut dengan bunganya. Semakin besar tingkat hutang semakin tinggi pula kemungkinan dimana perusahaan tidak dapat membayar bunga dan pokoknya. Sama halnya dengan pengaruh struktur modal terhadap kinerja fundamental. Struktur modal juga memiliki pengaruh nyata terhadap kinerja pasar saham, dapat dilihat pada Tabel 13 dimana t-hitung > t-tabel. Hasil penelitian ini juga menunjukkan pengaruh struktur modal terhadap kinerja pasar saham bersifat negatif, yaitu dilihat dari nilai original samplenya sebesar -0.164, sehingga dapat dikatakan bahwa struktur modal dapat menurunkan kinerja pasar saham. Hasil ini sesuai dengan pernyataan Safitri dan Wahyuati (2015) bahwa penentuan target struktur modal optimal merupakan salah satu dari tugas utama manajemen perusahaan. Sesuai dengan teori trade off, apabila struktur modal berada di atas target optimalnya, maka setiap pertambahan hutang akan menurunkan nilai perusahaan melalui harga saham. Pengaruh negatif ini juga dapat disebabkan karena perusahaan memilih untuk menggunakan modal yang hanya berasal dari internal perusahaan dan tidak menggunakan modal eksternal, karena penggunaan hutang yang lebih berisiko. Sehingga semakin tinggi hutang yang dimiliki oleh perusahaan memungkinkan perusahaan tersebut menghadapi financial risk yang akan menurunkan harga saham perusahaan. Selanjutnya hasil pengujian menunjukkan jika pengaruh IOS terhadap kinerja pasar saham, pertumbuhan perusahaan terhadap kinerja pasar saham, dan
41 struktur modal terhadap pertumbuhan perusahaan adalah tidak nyata, dilihat dari nilai dimana t-hitung < t-tabel. Sehingga walaupun memiliki pengaruh yang positif akan tetapi pengaruhnya adalah tidak signifikan. Variabel investment opportunity set tidak berpengaruh terhadap kinerja pasar saham perusahaan sektor pertambangan, yang berarti ada atau tidaknya kesempatan investasi tidak berdampak terhadap kinerja pasar saham, dalam hal ini direfleksikan dengan price earning ratio. Padahal perusahaan yang memiliki kesempatan investasi yang tinggi, seharusnya memiliki prospek harga saham yang meningkat untuk masa mendatang. Berikutnya pertumbuhan perusahaan juga tidak berpengaruh terhadap kinerja pasar saham. Hal ini dapat disebabkan oleh penjualan perusahaan sektor pertambangan berfluktuasi atau tidak stabil. Ada perusahaan yang mampu mencapai penjualan yang tinggi, tetapi ada pula beberapa perusahaan pada periode penelitian yang penjualannya menurun bahkan ada yang tidak memiliki pendapatan. Jika ada peningkatan pada penjualan dan laba perusahaan, peningkatan tersebut biasanya digunakan kembali oleh perusahaan untuk aktivitas operasi bukan pembagian dividen untuk para investor. Sehingga investor tidak terlalu mempertimbangkan besarnya pertumbuhan penjualan perusahaan untuk memantau kinerja pasar saham. Sedangkan struktur modal tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan perusahaan dikarenakan penjualan perusahaan sektor pertambangan berfluktuasi atau tidak stabil. Sehingga struktur modal tidak dapat dipastikan apakah mempengaruhi pertumbuhan perusahaan. Selain itu penjualan juga tidak menitik beratkan pada sumber modal perusahaan berasal. Evaluasi Variabel Mediasi Evaluasi variabel mediasi dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel laten eksogen yaitu struktur modal dan IOS terhadap variabel laten eksogen yaitu kinerja fundamental dan kinerja pasar saham. Hasil pengujian menunjukkan pengaruh langsung dan tidak langsung variabel melalui pertumbuhan perusahaan sebagai variabel mediasi (Tabel 14). Tabel 14 Hasil pengujian pengaruh langsung dan tidak langsung Direct Effect Kinerja Fundamental IOS Pertumbuhan Perusahaan Struktur Modal
Indirect Effect
Pertumbuhan Perusahaan
Kinerja Fundamental
0.382 0.223
Kinerja Pasar Saham 0.128 0.000
0.086 -
0.019 -
Kinerja Pasar Saham 0.000 -
-0.190
-0.164
0.068
0.015
0.000
Sumber : Hasil olahan data dengan SmartPLS (2016)
Berdasarkan pada Tabel 14 didapatkan hasil bahwa pengaruh variabel IOS terhadap kinerja fundamental memiliki pengaruh langsung lebih besar yaitu 0.382 dibandingkan pengaruh tidak langsungnya sebesar 0.019. Artinya pertumbuhan perusahaan memediasi secara tidak penuh pengaruh IOS terhadap kinerja fundamental, karena pengaruh langsungnya masih lebih besar. Sedangkan pengaruh variabel IOS terhadap kinerja pasar saham baik langsung maupun tidak
42 langsung adalah tidak signifikan, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pada evaluasi inner model. Pengaruh variabel struktur modal terhadap kinerja fundamental dan kinerja pasar saham memiliki pengaruh langsung yang bernilai negatif signifikan (-0.190; -0.164) dibandingkan pengaruh tidak langsungnya yang bernilai positif tetapi tidak signifikan. Artinya pertumbuhan perusahaan tidak memediasi pengaruh struktur modal terhadap kinerja fundamental maupun kinerja pasar saham. Hal ini dikarenakan struktur modal tidak memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan perusahaan dan pertumbuhan perusahaan juga tidak berpengaruh terhadap kinerja pasar saham. Hal tersebut dikarenakan pertumbuhan perusahaan sektor pertambangan sedang mengalami penurunan. Penurunan pertumbuhan dipicu oleh penurunan harga komoditas serta permintaan hasil pertambangan batubara yang berdampak pada ketidakstabilan perekonomian Indonesia, yaitu menyebabkan fluktuasi nilai yang cukup besar dalam neraca pembayaran dan nilai tukar rupiah. Fluktuasi ini dapat mempengaruhi investasi modal awal yang kemudian menghambat pembangunan jangka panjang dari sektor pertambangan untuk menciptakan nilai tambah yang lebih tinggi. Harga batubara yang belum menunjukkan kondisi lebih baik dan juga permintaan impor batubara Cina yang cenderung melemah, dikarenakan saat ini Cina memproduksi sebagian besar batubara yang dikonsumsinya, dimana Cina mengkonsumsi 3,5 miliar ton batubara pada tahun 2012, atau sekitar setengah dari total konsumsi dunia (Greenpeace Indonesia 2014). Terganggunya kestabilan perekonomian Indonesia karena penurunan harga komoditas pun disebabkan oleh ketergantungan pada batubara sebagai ekspor utama pertambangan Indonesia, memfokuskan pada pembangunan proyek batubara sehingga menghambat pengembangan komoditas yang dapat bernilai tambah lebih tinggi, serta industri batubara berkontribusi relatif kecil terhadap perekonomian Indonesia akan tetapi berdampak negatif dan cukup besar pada perekonomian lokal. Dampak destruktif batubara terhadap masyarakat lokal adalah pengembangan batubara memberi dampak negatif pada pertanian, dimana pertambangan batubara menggunakan kawasan hutan dan lahan pertanian yang luas. Pertambangan batubara dapat mengakibatkan kerusakan besar pada lahan pertanian, sungai dan hutan. Tanah tidak lagi dapat menyerap atau menahan air sehingga terjadi bencana alam seperti banjir. Sebagian besar pendapatan pemerintah dari pertambangan hilang untuk menanggulangi banjir, dan juga biaya ekonomi dari bangunan yang rusak akibat bencana banjir, serta aktivitas ekonomi yang terhenti. Implikasi Manajerial Hasil penelitian ini dapat memberikan memberikan kontribusi bagi pihak – pihak terkait yaitu: bagi perusahaan, manajemen perusahaan dapat memanfatkan informasi peluang investasi untuk kepentingan di masa mendatang, kemudian menggunakannya sebagai pertimbangan kebijakan investasi yang tepat dan pemilihan sumber tambahan modal yang bisa mengoptimalkan kinerja perusahaan. Naik turunnya kinerja keuangan perusahaan ditentukan oleh besar kecilnya
43 struktur modal dan pendapatan perusahaan. Untuk itu diharapkan agar pihak manjemen perusahaan menjaga struktur modal dan penjualannya stabil atau bahkan meningkat, sehingga akan membuat kinerja keuangan perusahaannya juga ikut stabil atau bahkan juga ikut meningkat. Penjualan yang tinggi dapat diperoleh dengan cara perusahaan terus mencari pangsa pasar baru dari negara – negara lain untuk menjual produk hasil pertambangan yang telah diolah di Indonesia. Hasil pertambangan harus diolah dengan baik menggunakan fasilitas smelter agar produk pertambangan menghasilkan nilai tambah, dan ketika memasuki pasar global dapat dengan mudah diterima oleh para pembeli, dalam hal ini negaranegara lain. Perusahaan sektor pertambangan harus mempertimbangkan struktur modal dan investasi jangka panjang sebelum melakukan investasi dikarenakan adanya risiko dari struktur modal dan juga ketidakpastian hasil investasi jangka panjang yang akan mempengaruhi pendapatan di masa mendatang. Hal ini dikarenakan hutang yang besar dapat meningkatkan aktivitas produksi, sehingga laba atas penjualan juga meningkat. Akan tetapi hal tersebut juga diiringi dengan peningkatkan beban tetap perusahaan, yaitu pengembalian atas hutang itu sendiri (beban pokok) berikut dengan bunganya. Semakin besar tingkat hutang semakin tinggi pula kemungkinan dimana perusahaan tidak dapat membayar bunga dan pokoknya. Perusahaan harus mampu mengelola tambahan modal saham dan aktiva tetap perusahaan untuk meningkatkan aktiva produktif. Hal tersebut berpotensi dalam meningkatkan pertumbuhan perusahaan yang kemudian direspon positif oleh para investor. Investasi pada aktiva tetap seperti pembangunan smelter, perluasan lahan, pembangunan pabrik baru, hingga penerapan teknologi terbaru secara tidak langsung dapat meningkatkan aktiva produktif perusahaan sehingga kinerja perusahaan pun meningkat. Bagi pemerintah, pemerintah dapat memberlakukan atau memberikan insentif seperti kebijakan pengurangan pajak untuk perusahaan – perusahaan sektor pertambangan yang menerapkan kebijakan undang – undang Minerba yaitu membangun fasilitas smelter atau pemurnian, dan tidak lagi mengekspor bahan tambang dalam bentuk mineral mentah. Sedangkan bagi para investor maupun calon investor yang akan melakukan transaksi saham di Bursa Efek Indonesia khususnya pada perusahaan pertambangan, penelitian ini dapat dijadikan acuan sebagai dasar dalam memperhatikan kondisi perusahaan dalam menilai perubahan pertumbuhan dan kinejra.
5 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1.
Pertumbuhan perusahaan memediasi secara tidak penuh pengaruh IOS terhadap kinerja fundamental, karena pengaruh langsung IOS terhadap kinerja fundamental masih lebih besar. Investment opportunity set menunjukkan adanya prospek atau kesempatan pertumbuhan yang menguntungkan, kemudian direspon positif oleh para investor, menunjukkan perusahaan
44
2.
mampu mengelola tambahan modal saham perusahaan untuk meningkatkan aktiva produktif sehingga berpotensi dalam meningkatkan pertumbuhan perusahaan. Peningkatan pertumbuhan penjualan perusahaan pertambangan mampu meningkatkan pendapatan perusahaan sehingga meningkatkan laba dan kinerja fundamentalnya. Sedangkan pengaruh variabel IOS terhadap kinerja pasar saham baik langsung maupun tidak langsung adalah tidak signifikan, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pada evaluasi inner model bahwa IOS tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja pasar saham, yang berarti ada atau tidaknya kesempatan investasi tidak berdampak terhadap kinerja pasar saham. Padahal perusahaan yang memiliki kesempatan investasi yang tinggi, seharusnya memiliki prospek harga saham yang meningkat untuk masa mendatang. Pertumbuhan perusahaan tidak memediasi pengaruh struktur modal terhadap kinerja fundamental maupun kinerja pasar saham. Hutang yang besar dapat meningkatkan aktivitas produksi, sehingga laba atas penjualan juga meningkat. Peningkatan tersebut juga diiringi dengan peningkatkan beban tetap perusahaan, yaitu pengembalian atas hutang itu sendiri (beban pokok) berikut dengan bunganya. Semakin besar tingkat hutang semakin tinggi pula kemungkinan dimana perusahaan tidak dapat membayar bunga dan pokoknya. Akan tetapi penjualan perusahaan sektor pertambangan pada periode penelitian berfluktuasi atau tidak stabil. Sehingga struktur modal tidak dapat dipastikan apakah mempengaruhi pertumbuhan perusahaan. Saran
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dijelaskan, terdapat beberapa hal yang dapat direkomendasikan bagi kalangan praktisi maupun kalangan akedemisi yang akan memanfaatkan penelitian ini diantaranya adalah manajemen perusahaan perusahaan harus lebih selektif memanfatkan peluang investasi untuk kepentingan di masa mendatang melalui kebijakan investasi yang tepat dan pemilihan sumber tambahan modal yang bisa mengoptimalkan kinerja perusahaan. Manajemen perusahaan juga harus lebih memperhatikan struktur modal dan penjualan perusahaan. Naik turunnya kinerja keuangan perusahaan ditentukan oleh besar kecilnya struktur modal dan pendapatan perusahaan. Untuk itu diharapkan agar pihak manjemen perusahaan menjaga struktur modal dan penjualannya stabil atau bahkan meningkat, sehingga akan membuat kinerja keuangan perusahaannya juga ikut stabil atau bahkan juga ikut meningkat. Bagi para investor maupun calon investor yang akan melakukan transaksi saham di Bursa Efek Indonesia khususnya pada perusahaan pertambangan sebaiknya tetap lebih memperhatikan kondisi perusahaan dalam menilai perubahan harga saham. Sedangkan untuk penelitian yang selanjutnya, dapat memasukkan faktor eksternal perusahaan seperti keadaan makro ekonomi. Kemudian karena penelitian ini hanya terbatas pada satu sektor saja, yaitu pertambangan, penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengetahui bagaimana pengaruhnya pada sektor lain dengan periode yang lebih panjang agar hasilnya lebih akurat.
45
DAFTAR PUSTAKA Abdullah F, Suryanto L. 2004. Analisis pengaruh rasio-rasio CAMEL sebagai penilaian tingkat kesehatan bank terhadap harga saham perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.Jurnal Studi Manajemen dan Organisasi [Internet]. [diunduh 2016 Februari 25]; 1:2. Tersedia pada: ejournal.undip.ac.id. Aji K. 2015. Pengaruh investment opportunity set terhadap struktur modal dan dampaknya terhadap return saham (studi pada perusahaan food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya [Internet]. [diunduh 2016 Februari 25]. Tersedia pada: jimfeb.ub.ac.id. Alexandri MB. 2008. Manajemen Keuangan Bisnis. Bandung (ID): Alfabeta. Ambarish R, John K, William J. 1987. Efficient signaling with dividend and investment. Journal of Finance [Internet]. [diunduh 2015 Oktober 27]; 42: 321-343. Tersedia pada: ecsocman.hse.ru. Ansori M, Denica HN. 2010. Pengaruh keputusan investasi, keputusan pendanaan dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan yang tergabung dalam jakarta islamic index studi pada Bursa Efek Indonesia. Jurnal Analisis Manajemen [Internet]. [diunduh 2016 Februari 25]. Tersedia pada: eprints.umk.ac.id. Anugrah ADP. 2009. Analisis pengaruh investment opportunity set (IOS) terhadap return saham perusahaan sektor manufaktur. Jurnal Universitas Gunadarma [Internet]. [diunduh 2016 Februari 19]. Tersedia pada: gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/economy/2009/Artikel_20205159.pdf. Biji R, Kooistra SH, Hogeven H. 2007. The profitability of automatic milking on Dutch Dairy Farm. J. Dairy Sci [Internet]. [diunduh 2016 April 17]; 90:1. Tersedia pada: ncbi.nlm.nih.gov. [BEI] Bursa Efek Indonesia. 2015. Laporan Keuangan dan Tahunan [internet]. Jakarta (ID): BEI. [diunduh 2016 Mei 1]. Tersedia pada: idx.co.id/idid/beranda/perusahaantercatat/laporankeuangandantahunan.aspx. [BKPM] Badan Koordinasi Penanaman Modal. 2015. Realisasi penanaman modal PMDN – PMA 2015. [diunduh 2016Maret29]. Tersedia pada: bkpm.go.id. [Bloomberg]. 2016. Financial Market Update BNI 46. Yogyakarta (ID): Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada. [diunduh 2016 Februari 5]. Tersedia pada: feb.ugm.ac.id/id/financial-market-update.html. Brigham EF, Houston JF. 2001. Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Buku Satu, Edisi Kesepuluh, Alih Bahasa Ali Akbar Yulianto. Jakarta (ID): Salemba Empat. Brigham EF, Houston JF. 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Buku Satu, Edisi Kesepuluh, Alih Bahasa Ali Akbar Yulianto. Jakarta (ID): Salemba Empat. Buniarto EA. 2008. Pengaruh struktur modal, kesempatan investasi serta kebijakan keuangan terhadap risiko dan kinerja keuangan pada BUMN yang diprivatisasi melalui pasar modal Indonesia. Jurnal Ilmu Ekonomi dan Manajemen [Internet]. [diunduh 2016 Februari 23]. Tersedia pada: jurnal.untag-sby.ac.id. Chandrarin G. 2002. The impact of accounting methods of translation gains (losses) on the earnings response coefficients. Proceeding articles on SNA [Internet]. [diunduh 2016 Februari 19]; 5. Tersedia pada: scholar.google.co.id.
46 Crom Fd. 2011. Impact of capital structure choice on investment decisions [tesis]. International Business. Tersedia pada: arno.uvt.nl/show.cgi?fid=129433. Dadri PT. 2011. Pengaruh investment opportunity setdan struktur modal terhadap return saham pada perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia [tesis]. Denpasar (ID): Universitas Udayana. DarmadjiT, Hendy M, Fakhruddin. 2001. Pasar Modal di Indonesia. Jakarta (ID): Salemba Empat. Fahmi I. 2011. Analisis Kinerja Keuangan, Panduan bagi Akademisi, Manajer, dan Investor untuk Menilai dan Menganalisis Bisnis dari Aspek Keuangan, Edisi 1. Bandung (ID): Alfabeta. Ghozali I. 2008. Structural Equation Modeling Metode Alternatif Dengan Partial Least Square (PLS). Semarang (ID): Universitas Diponegoro. Ghozali I, Latan H. 2015. Partial Least Square (PLS) Konsep, Teknik dan Aplikasi menggunakan Program SmartPLS 3.0 untuk Penelitian Empiris. Semarang (ID): Universitas Diponegoro. [Greenpeace Indonesia]. 2014. Bagaimana pertambangan batubara melukai perekonomian Indonesia. [diunduh 2016 Juni 28]. Tersedia pada: greenpeace.org. Harmono. 2009. Manajemen Keuangan. Jakarta (ID): PT Bumi Aksara. Haruman T. 2007. Pengaruh keputusan keuangan dan kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan (studi kasus pada perusahaan manufaktur yang listing di BEI). The first PPM National Conference on Management Research[ Internet]. [diunduh 2016 Maret 25]. Tersedia pada: repository.widyatama.ac.id. Haryono S, Wardoyo. 2013. Structural Equation Modeling: Untuk Penelitian Manajemen Menggunakan Amos 18.0. Bekasi (ID): PT Intermedia Personalia Utama. Hasnawati S. 2005. Dampak set peluang investasi terhadap nilai perusahaan publik di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia [Internet]. [diunduh 2016 Juli 25]; 9(2). Tersedia pada: journal.uii.ac.id/index. php/JAAI. Hermuningsih S. 2013. Pengaruh profitabilitas, growth opportunity, sruktur modal terhadap nilai perusahaan pada perusahaan publik di Indonesia. Jurnal Ekonomi [Internet]. [diunduh 2016 Februari 19]. Tersedia pada:bi.go.id/id/publikasi/jurnal-ekonomi. Hidayah N. 2015. Pengaruh investment opportunity set (IOS) dan kepemilikan manajerial terhadap nilai perusahaan pada perusahaan property dan real estate di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi [Internet]. [diunduh 2016 Juni 28]. 19:3 Tersedia pada: digilib.mercubuana.ac.id. Husnan S. 2001. Dasar-dasar Teori Portofolio. Edisi Ketiga. Yogyakarta (ID): Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN. Hussein AS. 2015. Penelitian Bisnis dan Manajemen menggunakan Partial Least Squares (PLS) dengan SmartPLS 3.0. Malang (ID): Universitas Brawijaya. Ircham M, Handayani SR, Saifi M. 2014. Struktur modal dan profitabilitas terhadap harga saham (studi pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2012). Jurnal Administrasi Bisnis [Internet]. [diunduh 2016 Februari 4]; 11(1). Tersedia pada: administrasibisnis. studentjournal.ub.ac.id.
47 Jensen MC. 1986. Agency cost of free cash flow, cororate finance, and takeovers. American Economic Review [Internet]. [diunduh 2015 Oktober 27]; 76 (2), 323-329. Tersedia pada:bc.edu. Jogiyanto. 2003.Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi pertama. Yogyakarta (ID): BPFE. Kasmir. 2010. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta (ID): Rajawali Pers. Kodrat, Sukardi D, Herdinata C. 2009. Manajemen Keuangan, Based on Empirical Research. Yogjakarta (ID): Graha Ilmu. Kouser, Rehana, et al. 2012.Inter-relationship between profitability, growth and size: a case of non-financial companies fromPakistan. Pakistan Journal of Commerce & Social SciencesIndonesia[Internet]. [diunduh 2015 Februari 19]. Tersedia pada: jespk.net/publications/101.pdf. Kusumajaya DKO. 2011. Pengaruh struktur modal dan pertumbuhan perusahaan terhadap profitabilitas dan nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia [tesis]. Denpasar (ID): Universitas Udayana Denpasar. Manik T. 2014. Analisis pengaruh struktur modal dan investment opportunity set (IOS) terhadap keputusan investasi dan harga saham melalui analisis jalur. Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers FE UNS [Internet]. [diunduh 2015 Oktober 15]. Tersedia pada: riset.umrah.ac.id/wp-content/uploads/2015/ 05/SEMNAS-UNS-SOLO.pdf. Mardiyanto H. 2009. Intisari Manajemen Keuangan: Teori, Soal danJawaban. Jakarta (ID): Grasindo. Manurung AH. 2005. Ke Arah Mana Bursa akan Dibawa? Pasar Modal Indonesia Menjadi Bursa Kelas Dunia. Jakarta(ID): PT. Elex Media Komputindo. Marinda F, Dzulkirom M, Saifi M. 2014. Pengaruh investment opportunity set (IOS)dan struktur modal terhadap kinerja keuangan (studi pada perusahaan sektor properti dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2013). Jurnal Administrasi Bisnis [Internet]. [diunduh 2016 Februari 19]. Tersedia pada: administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id Memon F, BhuttoA, Abbas G. 2010. Capital structure and firm’s performance: a case of textile sector Pakistan. Asian Journal of Business and Management Science Indonesia [Internet]. [diunduh 2016 Februari 19]. Tersedia pada: ajbms.org. Myers SC. 1984. The Capital Structure Puzzle.Journal of FinanceInternet]. [diunduh 2016 Maret 19]. Tersedia pada: nber.org/papers/w1393. PagalungG. 2003. Pengaruh kombinasi keunggulan dan keterbatasan perusahaan terhadap set kesempatan investasi (IOS). Jurnal Riset Akuntansi Indonesia [Internet]. [diunduh 2016 Maret 19]. Tersedia pada: pdeb.fe.ui.ac.id. [PKPLN] Pusat Kebijakan Perdagangan Luar Negeri. 2013. Analisis dampak kebijakan pelarangan ekspor raw material tambang dan mineral [internet]. [diunduh 2016 April 1]. Tersedia pada: kemendag.go.id. Purnomo AD (2015).) Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada perusahaan asuransi yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2007-2011 [skripsi]. Surakarta (ID): Universitas Sebelas Maret. Puteri PA. 2012. Analisis pengaruh investment opportunity set (IOS) dan mekanisme corporate governance terhadap kualitas laba dan nilai perusahaan [skripsi]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro.
48 Safitri N, Wahyuati A. 2015. Pengaruh struktur modal dan keputusan investasi terhadap profitabilitas dan nilai perusahaan. Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen [Internet]. [diunduh 2016 Februari 19]. Tersedia pada: ejournal.stiesia.ac.id. Sartono A. 2008. Manajemen keuangan teori, dan aplikasi. Yogyakarta (ID): BPFE. Smith CW, Watts RL. 1992. The investment opportunity set and corporate financing, dividend, and compensation policies. Journal of Financial Economics [Internet]. [diunduh 2015 Oktober 27]; 32(3): 263-292. Tersedia pada: webkuliah.unimedia.ac.id/ebook. Sriwardany. 2006. Pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap kebijakan struktur modal dan dampaknya terhadap perubahan harga saham pada perusahaan manufaktur tbk [tesis]. Medan (ID): Universitas Sumatera Utara. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B. Bandung (ID): Alfabeta. Suharli M. 2005. Studi empiris terhadap dua faktor yang mempengaruhi return saham pada industri food & beverages di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Akuntansi dan Keuangan [Internet]. [diunduh 2016 Juli 25]; 7(2). Tersedia pada: jurnalakuntansi.petra.ac.id. Sunarto, Budi AS. 2009. Pengaruh leverage, ukuran dan pertumbuhan perusahaan terhadap profitabilitas. Telaah Manajemen [Internet]. [diunduh 2015 Februari 20]. Tersedia pada: unisbank.ac.id/ojs. Tandelilin E. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Yogyakarta (ID): BPFE. Tian R, Zaitun GG. 2007. Capital structure and corporate performance: evidence from Jordan. Australasian Accounting, Business and Finance Journal [Internet]. [diunduh2016 Februari 19] 1: 42. Tersedia pada: ro.uow.edu.au. Ujiyantho MA, Pramuka BA. 2007. Mekanisme corporate governance, manajemen laba dan kinerja keuangan. Simposium Nasional Akuntansi X [Internet]. [diunduh 2016 Maret 19]. Tersedia pada:researchgate.net. Wijaya LRP, Bandi, Wibawa. 2010. Pengaruh keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi XIII Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto [Internet]. [diunduh 2016 Februari 25]. Tersedia pada: jp.feb.unsoed.ac.id. Wulansari Y. 2013. Pengaruh investment opportunity set, likuiditas dan leverageterhadap kualitas laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Jurnal Akuntansi [Internet]. [diunduh 2016 Maret 20]. Tersedia pada: ejournal.unp.ac.id. Yamin S, Kurniawan H. 2009. Structural Equation Modeling. Jakarta (ID): Salemba Infotek.
49
LAMPIRAN
Peneliti (Tahun) Safitri (2015)
Manik (2014)
No 1
2
Menganalisis pengaruh struktur modal dan investment opportunity set (IOS) terhadap keputusan investasi dan harga saham
Tujuan Penelitian Mengetahui pengaruh struktur modal dan keputusan investasi terhadap profitabilitas dan nilai perusahaan pada perusahaan semen di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2009- 2013.
Tabel 15 Penelitian terdahulu
Lampiran 1 Penelitian terdahulu
Analisis jalur
Metode Analisis jalur
Hasil interpretasi penelitian model jalur pertama menunjukkan bahwa yang berpengaruh signifikan secara langsung terhadap harga saham adalah DER, MVA/BVA, MVE/BE, EPS, CEP/BVA dan CEP/MVA. Sedangkan model jalur kedua secara tidak langsung, tidak ada varibel yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham melalui keputusan investasi. Akan tetapi secara simultan seluruh variabel berpengaruh terhadap keputusan investasi dan harga saham melalui keputusan
Hasil Temuan Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur modal tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Keputusan investasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas. Struktur modal berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Keputusan investasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
50
Dadri (2011)
Crom (2011)
3
4
Menganalisis dampak struktur modal pilihan pada keputusan investasi.
Menganalisis pengaruh investment opportunity set terhadap struktur modal dan return saham perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia selama periode 20062010.
Analisis Regresi
Analisis Regresi
Hasil penelitiannya adalah, leverage memiliki dampak negatif, namun tidak signifikan atas investasi untuk perusahaan pertumbuhan rendah. Namun, untuk perusahaan pertumbuhan tinggi efeknya memang signifikan negatif. Ini merupakan indikasi bahwa kurangnya investasi dan masalah overinvestment yang lebih parah bagi perusahaan pertumbuhan tinggi daripada perusahaan pertumbuhan rendah. Hal ini juga berarti bahwa pertumbuhan perusahaan yang tinggi lebih takut kehilangan fleksibilitas keuangan mereka, karena perusahaan-perusahaan ini berharap mereka akan membutuhkan lebih banyak sumber dana dalam waktu terdekat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa investment opportunity set berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal. Investment opportunityset memiliki pengaruh positif signifikan terhadap return saham. Struktur modal memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap return saham. Investment opportunity set dan struktur modal berpengaruh signifikan terhadap return saham.
investasi.
51
51
5
Kusumanjaya (2011)
Mengetahui pengaruh struktur modal dan pertumbuhan perusahaan terhadap profitabilitas dan nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
Analisis Regresi Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) struktur modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas, 2) pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas, 3) struktur modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, 4) pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan dan 5) profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.
52
53 Lampiran 2 Skor indikator perusahaan pertambangan di BEI Tabel 16 Skor indikator pada variabel struktur modal dan IOS DAR ADRO
2011
0.54
DER
MVBVA
MVBVE
EP
CABVA
CAMVA
1.19
-0.54
2.37
0.02
0.08
0.05
BYAN
0.58
1.39
0.58
0.01
0.01
0.00
0.00
DEWA
0.26
0.35
0.05
0.29
0.08
0.01
0.02
DOID
0.96
0.03
0.96
0.00
0.02
0.01
0.01
HRUM
0.18
0.22
0.94
0.06
0.02
0.12
0.02
ITMG
0.35
0.54
-1.79
3.30
0.04
0.00
0.00
KKGI
0.36
0.56
0.36
0.00
0.02
0.00
0.00
PTBA
0.27
0.38
0.27
0.01
0.02
0.00
0.00
PTRO
0.50
1.00
0.45
0.11
0.55
0.00
0.00
ANTM
0.21
0.27
-0.98
1.51
0.02
-0.01
-0.01
CITA
0.42
0.42
-0.73
0.73
0.03
-0.38
-0.52
DKFT
0.89
0.79
0.85
0.34
0.28
0.02
0.02
INCO
0.27
0.36
-1.10
1.86
0.03
0.01
0.01
TINS
0.25
0.33
-0.94
1.59
0.05
0.00
0.00
CTTH
0.60
1.47
0.45
0.35
0.20
0.01
0.02
MITI
0.66
1.92
0.65
0.01
0.02
-0.01
0.00
ADRO
0.55
1.24
-0.50
2.35
0.05
0.02
0.01
BYAN
0.60
1.48
0.59
0.01
0.02
-0.01
0.00
DEWA
0.26
0.36
-0.08
0.47
0.02
0.00
0.00
DOID
0.92
0.01
0.92
0.00
0.00
0.03
0.02
HRUM
0.25
0.33
0.93
0.08
0.04
0.00
0.00
ITMG
0.31
0.45
-1.70
2.92
0.08
0.00
0.00
KKGI
0.42
0.73
0.42
0.00
0.04
0.01
0.00
PTBA
0.36
0.56
0.36
0.01
0.04
0.00
0.00
PTRO
0.55
1.22
0.47
0.17
0.09
0.13
0.20
ANTM
0.20
0.25
-0.98
1.47
0.07
0.01
0.00
CITA
0.49
0.97
-0.08
1.13
0.10
0.10
0.09
DKFT
0.69
2.25
0.68
0.05
0.20
0.09
0.12
INCO
0.26
0.35
-1.13
1.88
0.04
0.01
0.01
TINS
0.33
0.49
-0.74
1.60
0.10
0.00
0.00
CTTH
0.60
1.53
0.19
1.04
0.13
0.00
0.00
MITI
0.62
1.61
0.61
0.01
0.02
-0.01
0.00
ADRO
0.57
1.34
-0.29
2.03
0.08
0.02
0.01
BYAN
0.62
1.65
0.62
0.02
0.02
0.00
0.00
DEWA
0.11
0.13
-0.30
0.47
0.00
0.04
0.08
DOID
0.90
0.01
0.90
0.01
0.00
0.04
0.02
HRUM
0.25
0.34
0.95
0.06
0.07
0.00
0.00
ITMG
0.41
0.68
-1.27
2.82
0.14
0.00
0.00
KKGI
0.34
0.53
0.34
0.00
0.06
0.02
0.00
PTBA
0.28
0.39
0.28
0.00
0.07
0.00
0.00
54
2012
PTRO
0.53
1.15
0.44
0.21
0.11
0.05
0.08
ANTM
0.14
0.16
-0.91
1.21
0.12
0.00
0.00
CITA
0.49
0.96
-0.07
1.10
0.15
0.21
0.20
DKFT
0.55
1.22
0.51
0.08
0.12
0.00
0.00
INCO
0.26
0.34
-0.78
1.39
0.12
0.01
0.01
TINS
0.31
0.46
-0.59
1.31
0.14
0.01
0.01
CTTH
0.62
1.63
0.17
1.19
0.07
0.01
0.01
MITI
0.56
1.27
0.55
0.01
0.03
-0.01
0.00
ADRO
0.57
1.32
-0.18
1.74
0.13
0.03
0.02
BYAN
0.55
1.24
0.55
0.01
0.03
0.01
0.02
DEWA
0.23
0.29
-0.08
0.40
-0.19
0.05
0.09
DOID
0.91
0.01
0.46
0.05
-0.03
0.02
0.02
HRUM
0.23
0.31
0.96
0.05
0.11
0.00
0.00
ITMG
0.32
0.46
-1.17
2.17
0.23
0.00
0.00
KKGI
0.33
0.49
0.33
0.00
0.07
0.00
0.00
PTBA
0.29
0.41
0.29
0.00
0.09
0.01
0.00
PTRO
0.58
1.37
0.51
0.17
0.20
-0.13
-0.21
ANTM
0.29
0.41
-0.48
1.09
0.16
0.01
0.01
CITA
0.45
0.81
-0.13
1.04
0.25
0.07
0.07
DKFT
0.11
0.12
0.09
0.02
0.07
0.00
0.01
INCO
0.27
0.37
-0.71
1.34
0.14
0.02
0.01
TINS
0.30
0.43
-0.46
1.09
0.18
0.02
0.02
CTTH
0.65
1.87
0.24
1.18
0.01
0.00
0.00
MITI
0.47
0.88
0.46
0.01
0.05
-0.01
0.00
ADRO
0.55
1.23
-0.19
1.66
0.03
0.02
0.01
BYAN
0.54
1.17
0.54
0.01
0.01
0.04
0.01
DEWA
0.28
0.39
-0.07
0.48
-0.02
0.05
0.08
DOID
0.92
0.01
0.44
0.06
0.02
0.06
0.05
HRUM
0.25
0.33
0.96
0.05
0.03
0.00
0.00
ITMG
0.29
0.42
-1.11
1.98
0.05
0.00
0.00
KKGI
0.27
0.36
0.27
0.00
0.01
0.00
0.00
PTBA
0.28
0.38
0.27
0.00
0.02
0.00
0.00
PTRO
0.64
1.77
0.56
0.21
0.04
0.33
0.46
ANTM
0.28
0.40
-0.56
1.18
0.03
0.01
0.01
CITA
0.47
0.88
-0.09
1.05
0.04
0.00
0.00
DKFT
0.12
0.13
-0.05
0.19
0.03
-0.01
-0.05
INCO
0.26
0.34
-0.87
1.50
0.00
0.01
0.00
TINS
0.26
0.35
-0.56
1.10
0.04
0.00
0.00
CTTH
0.67
2.08
0.32
1.10
-0.01
-0.01
-0.01
MITI
0.42
0.72
0.41
0.01
0.01
0.00
0.00
ADRO
0.55
1.24
0.02
1.21
0.07
0.02
0.02
BYAN
0.58
1.37
0.58
0.00
0.02
0.00
0.00
DEWA
0.39
0.64
0.18
0.35
-0.03
-0.03
-0.05
DOID
0.92
0.01
0.62
0.04
-0.03
0.04
0.03
55 HRUM
0.28
0.39
-1.80
2.89
0.10
0.07
0.03
ITMG
0.33
0.48
-1.16
2.20
0.11
0.00
0.00
KKGI
0.33
0.49
0.33
0.00
0.04
0.01
0.00
PTBA
0.28
0.40
0.28
0.00
0.05
0.01
0.00
PTRO
0.66
1.98
0.60
0.19
0.07
0.09
0.13
ANTM
0.34
0.51
-0.31
0.98
0.05
0.04
0.04
CITA
0.43
0.75
-0.16
1.03
0.06
0.00
0.00
DKFT
0.17
0.21
0.02
0.18
0.06
0.06
0.18
INCO
0.27
0.36
-0.62
1.21
0.00
0.00
0.00
TINS
0.31
0.44
-0.38
1.00
0.08
0.01
0.01
CTTH
0.70
2.30
0.38
1.06
-0.04
-0.01
-0.01
MITI
0.41
0.69
0.40
0.01
0.00
0.07
0.01
ADRO
0.54
1.20
0.05
1.08
0.10
0.01
0.01
BYAN
0.60
1.52
0.60
0.00
0.02
0.05
0.02
DEWA
0.34
0.52
0.16
0.27
-0.13
0.00
0.00
DOID
0.92
0.01
0.75
0.02
-0.17
-0.01
-0.01
HRUM
0.26
0.36
-1.61
2.54
0.14
0.00
0.00
ITMG
0.42
0.73
-1.04
2.53
0.15
0.00
0.00
KKGI
0.31
0.45
0.31
0.00
0.07
0.09
0.03
PTBA
0.28
0.38
0.27
0.00
0.07
0.01
0.00
PTRO
0.68
2.09
0.65
0.09
0.22
0.04
0.06
ANTM
0.38
0.61
-0.21
0.93
0.00
0.02
0.02
CITA
0.44
0.78
-0.12
0.99
0.10
-0.02
-0.02
DKFT
0.11
0.13
-0.54
0.73
0.02
0.00
0.00
INCO
0.26
0.36
-0.56
1.12
0.02
0.00
0.00
TINS
0.30
0.43
-0.35
0.93
0.09
0.00
0.00
CTTH
0.70
2.35
0.40
1.03
-0.04
-0.01
-0.01
MITI
0.44
0.77
0.43
0.01
0.01
0.05
0.01
ADRO
0.55
1.23
0.05
1.12
0.11
0.01
0.01
BYAN
0.63
1.70
0.63
0.00
0.03
0.01
0.01
DEWA
-0.24
-0.19
-0.61
0.30
-0.49
-0.03
-0.21
DOID
0.92
0.01
0.84
1.12
0.15
0.12
0.12
HRUM
0.20
0.26
-1.63
2.31
0.16
0.00
0.00
ITMG
0.33
0.49
-1.41
2.58
0.17
0.00
0.00
KKGI
0.29
0.42
-1.51
2.56
0.13
0.21
0.10
PTBA
0.33
0.50
0.33
0.00
0.10
0.03
0.01
PTRO
0.65
1.83
0.63
0.05
0.51
-0.01
-0.02
ANTM
0.35
0.54
-0.14
0.75
0.31
0.03
0.04
CITA
0.42
0.73
-0.12
0.94
0.22
-0.01
-0.01
DKFT
0.10
0.11
-0.95
1.16
0.19
0.00
0.00
INCO
0.26
0.36
-0.50
1.03
0.04
0.01
0.01
TINS
0.25
0.34
-0.45
0.94
0.10
0.03
0.03
CTTH
0.00
0.00
0.44
0.86
0.04
-0.01
-0.01
MITI
0.36
0.57
0.36
0.01
0.03
-0.01
0.00
56
2013
ADRO
0.54
1.18
0.01
1.16
0.01
0.00
BYAN
0.62
1.66
0.62
DEWA
0.37
0.60
0.18
DOID
0.92
0.01
HRUM
0.21
ITMG KKGI
0.00
0.00
0.01
-0.01
0.00
0.31
-0.06
-0.02
-0.04
0.80
1.50
-0.02
-0.03
-0.03
0.26
-1.59
2.28
0.01
0.00
0.00
0.41
0.68
-1.24
2.77
0.03
0.01
0.00
0.26
0.35
-1.60
2.52
0.03
0.00
0.00
PTBA
0.33
0.49
0.33
0.00
0.02
0.01
0.01
PTRO
0.64
1.76
0.61
0.07
0.55
-0.01
-0.01
ANTM
0.33
0.50
-0.18
0.77
0.05
0.02
0.02
CITA
0.40
0.67
-0.09
0.82
0.15
-0.17
-0.19
DKFT
0.28
0.38
-1.17
2.00
0.04
0.00
0.00
INCO
0.24
0.32
-0.60
1.12
0.02
0.00
0.00
TINS
0.25
0.33
-0.49
0.98
0.02
0.01
0.01
CTTH
0.69
2.26
0.44
0.82
0.05
0.00
0.00
MITI
0.35
0.54
0.34
0.01
0.01
-0.01
0.00
ADRO
0.54
1.16
0.18
0.77
0.05
0.00
0.00
BYAN
0.62
1.61
0.62
0.00
0.01
-0.01
0.00
DEWA
0.36
0.57
0.17
0.31
-0.08
-0.02
-0.03
DOID
0.92
0.01
0.83
1.15
0.06
-0.02
-0.02
HRUM
0.33
0.50
-0.87
1.80
0.04
0.00
0.00
ITMG
0.33
0.50
-1.14
2.20
0.06
-0.01
0.00
KKGI
0.37
0.58
-0.83
1.89
0.08
0.00
0.00
PTBA
0.40
0.67
0.40
0.00
0.03
0.01
0.00
PTRO
0.70
2.35
0.68
0.06
0.10
-0.02
-0.03
ANTM
0.37
0.58
-0.11
0.75
0.04
0.02
0.03
CITA
0.33
0.49
-0.15
0.71
0.30
0.02
0.02
DKFT
0.10
0.11
-1.74
2.05
0.04
0.00
0.00
INCO
0.25
0.34
-0.55
1.07
0.02
0.00
0.00
TINS
0.29
0.41
-0.32
0.85
0.04
0.02
0.02
CTTH
0.71
2.48
0.38
1.16
0.05
0.01
0.01
MITI
0.37
0.59
0.36
0.01
0.02
-0.01
0.00
ADRO
0.53
1.12
0.23
0.63
0.09
0.00
0.00
BYAN
0.64
1.77
0.64
0.00
-0.02
-0.01
0.00
DEWA
0.37
0.59
0.17
0.32
-0.23
-0.01
-0.02
DOID
0.93
0.01
0.87
0.74
-0.11
-0.02
-0.02
HRUM
0.20
0.25
-0.91
1.40
0.08
0.00
0.00
ITMG
0.32
0.48
-0.89
1.80
0.10
0.00
0.00
KKGI
0.31
0.45
-0.76
1.56
0.15
-0.02
-0.01
PTBA
0.41
0.70
0.41
0.00
0.06
0.04
0.02
PTRO
0.69
2.18
0.67
0.04
0.19
-0.02
-0.03
ANTM
0.40
0.67
0.35
0.08
0.02
-0.26
-0.58
CITA
0.34
0.51
-0.06
0.60
0.44
0.05
0.07
DKFT
0.14
0.16
-1.08
1.41
0.14
0.00
0.00
57
2014
INCO
0.25
0.33
-0.44
0.91
0.03
0.00
0.00
TINS
0.32
0.47
-0.33
0.95
0.03
0.00
0.00
CTTH
0.74
2.84
0.48
0.99
0.05
0.00
0.00
MITI
0.35
0.54
0.35
0.01
0.02
-0.01
0.00
ADRO
0.53
1.11
0.15
0.79
0.09
-0.01
-0.01
BYAN
0.71
2.48
0.71
0.00
-0.03
-0.01
0.00
DEWA
0.39
0.65
0.17
0.37
-0.63
-0.08
-0.13
DOID
0.94
0.01
0.89
0.69
-0.62
-0.02
-0.03
HRUM
0.18
0.22
-1.06
1.51
0.08
0.00
0.00
ITMG
0.31
0.44
-1.13
2.07
0.12
-0.01
-0.01
KKGI
0.31
0.45
0.27
0.06
3.89
0.02
0.07
PTBA
0.35
0.55
0.35
0.00
0.08
-0.15
-0.06
PTRO
0.61
1.58
0.59
0.05
0.18
-0.02
-0.03
ANTM
0.41
0.71
-0.06
0.82
0.04
0.31
0.34
CITA
0.44
0.80
0.10
0.63
0.52
0.11
0.14
DKFT
0.09
0.10
-1.16
1.38
0.17
0.00
0.00
INCO
0.25
0.33
-0.58
1.10
0.02
0.01
0.01
TINS
0.38
0.61
-0.27
1.04
0.10
0.01
0.01
CTTH
0.76
3.13
0.52
0.99
0.01
0.01
0.01
MITI
0.29
0.41
0.28
0.01
0.03
-0.01
0.00
ADRO
0.52
1.07
0.19
0.69
0.06
-0.01
-0.01
BYAN
0.70
2.35
0.70
0.00
0.00
-0.01
0.00
DEWA
0.40
0.66
0.17
0.37
-0.01
-0.02
-0.02
DOID
0.92
0.01
0.86
0.74
0.19
-0.03
-0.03
HRUM
0.15
0.18
-0.79
1.11
0.03
0.00
0.00
ITMG
0.31
0.44
-0.94
1.80
0.05
-0.01
0.00
KKGI
0.28
0.39
-0.87
1.60
0.04
-0.32
-0.23
PTBA
0.42
0.71
0.41
0.00
0.03
0.00
0.00
PTRO
0.60
1.49
0.58
0.05
0.20
-0.02
-0.03
ANTM
0.42
0.73
0.03
0.68
-0.03
0.01
0.02
CITA
0.41
0.69
-0.58
1.68
-0.04
-0.04
-0.03
DKFT
0.08
0.09
-1.52
1.75
-0.01
0.00
0.00
INCO
0.23
0.30
-0.60
1.08
0.01
-0.01
-0.01
TINS
0.35
0.55
-0.35
1.09
0.02
0.02
0.02
CTTH
0.72
2.62
0.47
0.90
0.17
0.00
0.00
MITI
0.31
0.45
0.31
0.01
0.00
-0.01
0.00
ADRO
0.52
1.08
0.25
0.57
0.09
0.00
0.00
BYAN
0.70
2.29
0.69
0.00
-0.01
-0.01
0.00
DEWA
0.41
0.71
0.19
0.38
-0.03
-0.01
-0.02
DOID
0.91
0.01
0.80
1.36
0.10
-0.02
-0.02
HRUM
0.19
0.23
-0.78
1.20
0.04
-0.23
-0.20
ITMG
0.30
0.43
-1.12
2.04
0.08
-0.01
0.00
KKGI
0.24
0.32
-0.92
1.54
0.05
0.00
0.00
PTBA
0.36
0.57
0.36
0.00
0.06
0.00
0.00
58 PTRO
0.61
1.57
0.59
0.05
0.27
-0.59
-0.94
ANTM
0.42
0.72
-0.03
0.77
-0.07
0.02
0.03
CITA
0.41
0.70
-0.61
1.74
-0.08
0.00
0.00
DKFT
0.05
0.05
-1.75
1.90
-0.01
0.02
0.01
INCO
0.23
0.30
-0.96
1.55
0.02
0.00
0.00
TINS
0.39
0.64
-0.89
2.10
0.02
0.00
0.00
CTTH
0.75
2.98
0.50
1.00
0.09
0.00
0.00
MITI
0.31
0.45
0.31
0.00
0.06
-0.01
-0.01
ADRO
0.55
1.23
0.17
0.86
0.08
-0.01
-0.01
BYAN
0.70
2.33
0.70
0.00
-0.01
-0.19
-0.10
DEWA
0.39
0.65
0.16
0.38
-0.03
-0.01
-0.02
DOID
0.90
0.01
0.76
1.41
0.13
-0.03
-0.03
HRUM
0.16
0.19
-0.22
0.44
0.12
0.24
0.45
ITMG
0.32
0.47
-1.02
1.98
0.09
-0.01
0.00
KKGI
0.26
0.35
-0.85
1.50
0.07
0.00
0.00
PTBA
0.42
0.72
0.42
0.00
0.06
0.00
0.00
PTRO
0.59
1.45
0.59
0.02
0.88
0.58
0.97
ANTM
0.47
0.87
0.05
0.79
-0.06
0.03
0.03
CITA
0.41
0.69
-0.65
1.79
-0.10
-0.01
-0.01
DKFT
0.05
0.05
-1.79
1.93
-0.01
0.00
0.00
INCO
0.22
0.29
-1.03
1.62
0.04
-0.01
0.00
TINS
0.42
0.73
-0.72
1.98
0.03
0.01
0.00
CTTH
0.75
2.93
0.51
0.91
0.16
-0.01
-0.01
MITI
0.24
0.32
0.24
0.00
0.17
0.40
0.43
ADRO
0.49
0.97
0.10
0.78
0.07
0.00
-0.01
BYAN
0.78
3.55
0.78
0.01
-0.11
0.22
0.10
DEWA
0.38
0.60
0.14
0.37
0.00
-0.01
-0.01
DOID
0.90
0.01
0.76
1.34
0.13
0.01
0.01
HRUM
0.18
0.23
-0.57
0.92
0.01
-0.01
-0.01
ITMG
0.31
0.45
-0.76
1.56
0.14
-0.01
0.00
KKGI
0.27
0.38
-0.61
1.22
0.09
0.01
0.01
PTBA
0.41
0.71
0.41
0.00
0.08
0.04
0.02
PTRO
0.59
1.43
0.58
0.03
0.43
0.00
0.00
ANTM
0.46
0.85
0.09
0.67
-0.10
0.02
0.03
CITA
0.41
0.70
-0.73
1.93
-0.12
0.00
0.00
DKFT
0.05
0.05
-1.83
1.97
-0.02
-0.01
-0.01
INCO
0.24
0.31
-0.58
1.07
0.09
0.00
0.00
TINS
0.42
0.74
-0.48
1.58
0.07
-0.01
-0.01
CTTH
0.78
3.56
0.55
1.07
0.01
0.00
0.00
MITI
0.25
0.32
0.24
0.00
0.02
-0.14
-0.11
ADRO
0.48
0.92
0.12
0.68
0.03
-0.01
-0.01
BYAN
0.78
3.60
0.78
0.01
-0.01
0.00
0.00
DEWA
0.38
0.62
0.15
0.37
0.00
-0.01
-0.01
DOID
0.91
0.01
0.81
1.07
-0.12
-0.02
-0.02
59
2015
HRUM
0.11
0.12
-0.19
0.34
0.02
-0.01
-0.01
ITMG
0.32
0.47
-0.68
1.47
0.03
-0.01
0.00
KKGI
0.24
0.31
-0.57
1.07
0.02
0.17
0.17
PTBA
0.46
0.84
0.46
0.00
0.02
0.00
0.00
PTRO
0.58
1.40
0.57
0.03
0.08
0.01
0.01
ANTM
0.49
0.95
0.15
0.67
-0.03
0.01
0.01
CITA
0.42
0.74
-0.77
2.07
-0.05
-0.01
-0.01
DKFT
0.06
0.06
-1.80
1.98
0.00
0.00
0.00
INCO
0.22
0.29
-0.54
0.98
0.01
0.00
0.00
TINS
0.41
0.69
-0.42
1.40
0.00
0.01
0.01
CTTH
0.80
3.91
0.58
1.06
0.02
0.00
0.00
MITI
0.25
0.33
0.25
0.00
-0.02
0.00
0.00
ADRO
0.46
0.86
0.15
0.58
0.06
-0.01
-0.01
BYAN
0.77
3.37
0.77
0.01
-0.01
0.00
0.00
DEWA
0.39
0.64
0.16
0.37
-0.03
0.01
0.02
DOID
0.90
0.01
0.84
0.59
-0.20
-0.02
-0.02
HRUM
0.11
0.12
-0.29
0.45
0.02
-0.01
-0.01
ITMG
0.29
0.41
-0.53
1.15
0.06
-0.01
-0.01
KKGI
0.23
0.30
-0.47
0.91
0.05
0.00
-0.01
PTBA
0.42
0.73
0.42
0.00
0.04
0.00
0.00
PTRO
0.57
1.33
0.56
0.02
0.23
0.00
0.00
ANTM
0.49
0.95
0.22
0.52
-0.07
0.00
0.00
CITA
0.42
0.73
-0.83
2.17
-0.08
-0.01
-0.01
DKFT
0.05
0.05
-1.69
1.82
-0.01
0.00
0.00
INCO
0.20
0.25
-0.17
0.46
0.05
0.00
-0.01
TINS
0.45
0.81
-0.19
1.15
0.00
0.01
0.01
CTTH
0.81
4.15
0.59
1.11
-0.01
0.00
0.00
MITI
0.26
0.36
0.26
0.00
-0.08
-0.01
-0.02
ADRO
0.45
0.83
0.24
0.39
0.13
-0.01
-0.01
BYAN
0.77
3.40
0.77
0.01
-0.01
0.00
0.00
DEWA
0.41
0.70
0.19
0.37
0.00
0.05
0.08
DOID
0.89
0.01
0.85
0.43
-0.12
-0.01
-0.01
HRUM
0.07
0.08
-0.42
0.53
0.01
-0.01
-0.01
ITMG
0.30
0.44
-0.28
0.84
0.11
-0.01
-0.01
KKGI
0.22
0.28
-0.36
0.74
0.08
-0.01
-0.01
PTBA
0.41
0.70
0.41
0.00
0.12
0.00
0.00
PTRO
0.57
1.32
0.56
0.01
-0.49
0.00
0.00
ANTM
0.46
0.84
0.30
0.29
-0.27
0.11
0.17
CITA
0.47
0.90
-0.76
2.34
-0.14
0.02
0.01
DKFT
0.05
0.05
-1.67
1.80
0.00
0.01
0.01
INCO
0.20
0.24
-0.23
0.53
0.05
0.00
-0.01
TINS
0.44
0.77
-0.06
0.87
0.00
0.00
0.01
CTTH
0.87
6.75
0.70
1.32
-0.31
0.00
0.00
60 MITI
0.32
0.48
0.32
0.00
-0.12
0.02
0.03
ADRO
0.44
0.78
0.22
0.39
0.12
0.00
0.00
BYAN
0.82
4.45
0.81
0.01
-0.04
0.00
0.00
DEWA
0.40
0.66
0.18
0.37
0.01
0.01
0.02
DOID
0.90
0.01
0.85
0.44
-0.22
0.00
0.00
HRUM
0.10
0.11
-0.30
0.44
-0.13
-0.01
-0.01
ITMG
0.29
0.41
-0.21
0.71
0.11
0.02
0.03
KKGI
0.22
0.28
-0.21
0.55
0.14
-0.17
-0.26
PTBA
0.45
0.82
0.45
0.00
0.17
0.24
0.21
PTRO
0.58
1.39
0.58
0.01
-0.55
-0.03
-0.05
ANTM
0.40
0.66
0.26
0.22
-0.36
0.02
0.04
CITA
0.54
1.16
-0.60
2.45
-0.11
-0.04
-0.03
DKFT INCO
0.04 0.20
0.04 0.25
-1.60 -0.40
1.71 0.75
-0.01 0.04
0.04 0.00
0.03 0.01
TINS
0.42
0.73
-0.02
0.76
0.02
0.00
0.00
CTTH
0.52
1.10
0.41
0.24
0.03
0.01
0.01
MITI
0.55
1.24
0.55
0.00
-1.13
-0.54
-0.45
Tabel 17 Skor indikator pada variabel pertumbuhan dan kinerja fundamental dan kinerja pasar saham PTA
2011
PP
ROA
ROE
NPM
PER
RTN
HARGA
ADRO
0.53
-0.59
0.02
0.05
0.14
46.47675
-0.10
2097.73
BYAN
0.06
-0.64
0.07
0.17
0.20
70.21833
0.00
13633
DEWA
0.01
-0.70
0.02
0.02
0.11
12.95809
-0.17
61
DOID
0.01
-0.73
0.02
0.57
0.11
48.1329
-0.10
1168.693
HRUM
0.02
-0.66
0.11
0.13
0.25
48.86958
-0.05
6829.85
ITMG
0.10
-0.72
0.08
0.12
0.20
26.96734
-0.38
30119.09
KKGI
0.15
-0.62
0.14
0.21
0.22
42.7172
0.53
3500
PTBA
0.14
-0.71
0.08
0.11
0.33
48.60025
-0.21
16049.8
PTRO
0.16
-0.74
0.03
0.06
0.16
1.814241
-0.94
1834.58
ANTM
0.02
-0.77
0.03
0.03
0.17
43.18697
-0.23
1571.64
CITA
0.02
-0.67
0.02
0.02
0.05
33.3715
0.00
317
DKFT
1.43
999.00
0.11
0.94
0.47
0.359578
-0.89
22.89
INCO
0.11
-0.75
0.05
0.06
0.35
29.71623
-0.06
4433.51
TINS
0.03
-0.73
0.06
0.08
0.16
20.3708
-0.48
1435.49
CTTH
0.00
-0.77
0.03
0.07
0.16
5.108921
-0.01
73
MITI
0.12
-0.45
0.07
0.19
0.18
60.53832
-0.41
199.29
ADRO
0.07
1.34
0.05
0.12
0.15
19.55308
0.04
2171.37
BYAN
0.04
1.01
0.11
0.27
0.16
44.97354
-0.02
13374.25
DEWA
-0.01
1.13
0.01
0.01
0.02
59.94153
0.59
97
DOID
0.16
1.05
0.00
0.03
0.01
523.9527
-0.02
1147.53
HRUM
-0.04
0.97
0.22
0.29
0.25
28.4242
0.15
7822.16
ITMG
0.07
1.07
0.16
0.23
0.21
12.64624
0.01
30455.23
KKGI
0.35
1.64
0.26
0.45
0.22
23.24112
0.42
4983
61 PTBA
2012
0.09
1.21
0.15
0.23
0.32
24.27145
0.06
16987
PTRO
0.08
1.34
0.07
0.15
0.17
ANTM
-0.02
1.45
0.08
0.10
0.21
1.084767
0.49
2734.34
14.23934
-0.03
1530.44
CITA
0.28
1.31
0.06
0.11
0.08
10.03361
0.00
317
DKFT
1.51
6.12
0.30
0.99
0.48
0.049616
0.00
22.89
INCO
-0.02
0.22
TINS
0.07
1.15
0.05
0.07
0.32
26.43984
0.00
4453.23
0.11
0.16
0.14
10.16731
-0.03
1391.86
CTTH
0.10
1.07
0.05
0.13
0.16
7.89704
0.00
73
MITI
-0.04
0.52
0.10
0.25
0.17
45.92785
0.05
209.77
ADRO
0.09
0.65
0.07
0.16
0.13
12.58598
-0.10
1960.95
BYAN
0.19
0.45
0.12
0.33
0.15
52.90826
0.62
21646.79
DEWA
-0.18
0.46
0.00
0.00
0.00
434.8079
-0.01
96
DOID
0.14
0.57
0.00
-0.01
0.00
-565.96
-0.27
843.33
HRUM
0.22
0.71
0.31
0.42
0.26
14.10972
-0.12
6846.61
ITMG
0.16
0.70
0.24
0.41
0.22
6.956081
-0.03
29469.49
KKGI
0.13
0.60
0.38
0.57
0.22
17.39059
0.20
5992
PTBA
-0.02
0.51
0.22
0.31
0.30
15.27
-0.09
15418.2
PTRO
0.08
0.64
0.11
0.24
0.18
0.871838
0.38
3783.28
ANTM
-0.03
0.60
0.13
0.15
0.20
8.058138
-0.14
1318.35
CITA
0.02
0.57
0.08
0.16
0.07
6.734023
0.00
315.67
DKFT
0.21
1.20
0.45
1.00
0.39
0.084426
2.05
69.77
INCO
0.04
1.56
0.13
0.17
0.32
8.073879
-0.23
3444.4
TINS
0.02
0.41
0.13
0.19
0.13
6.976966
-0.15
1188.54
CTTH
-0.02
0.53
0.03
0.08
0.06
14.22559
0.08
79
MITI
-0.02
0.41
0.15
0.34
0.18
31.19911
0.03
216.33
ADRO
0.04
0.36
0.10
0.23
0.14
7.703609
-0.10
1762.19
BYAN
0.30
0.43
0.13
0.29
0.14
31.81829
-0.17
17880.7
DEWA
0.07
0.31
-0.06
-0.08
-0.08
-5.20908
-0.21
76
DOID
0.06
0.37
-0.01
-0.16
-0.02
-31.6193
-0.24
643.33
HRUM
0.11
0.43
0.38
0.50
0.24
9.062878
-0.13
5968.13
ITMG
0.05
0.44
0.35
0.51
0.23
4.291615
-0.07
27489.18
KKGI
0.07
0.36
0.46
0.69
0.21
13.47612
0.01
6067
PTBA
0.09
0.36
0.27
0.38
0.29
10.65138
-0.07
14275.3
PTRO
0.26
0.43
0.14
0.33
0.20
0.50551
-0.08
3496.61
ANTM
0.26
0.32
0.13
0.18
0.19
6.112668
-0.06
1237.48
CITA
-0.03
0.35
0.14
0.26
0.09
4.057373
0.00
315
DKFT
5.47
1.08
0.14
0.15
0.37
0.141778
1.07
144.62
INCO
-0.03
0.24
0.14
0.19
0.27
7.124287
-0.08
3171.4
TINS
-0.01
0.28
0.14
0.20
0.10
5.578376
-0.16
993.98
CTTH
0.01
0.36
0.00
0.01
0.01
98.0418
-0.08
73
MITI
-0.02
0.39
0.23
0.44
0.20
18.85754
-0.07
201.91
ADRO
0.01
-0.77
0.02
0.05
0.04
34.90976
0.00
1761.5
BYAN
0.52
-0.60
0.02
0.05
0.05
126.5472
-0.01
17618.71
DEWA
0.06
-0.73
-0.01
-0.01
-0.01
-50.7017
0.18
90
62 DOID
0.02
-0.74
0.01
0.12
0.13
46.61524
0.01
646.67
HRUM
0.18
-0.63
0.09
0.12
0.00
36.12731
0.15
6846.61
ITMG
0.08
-0.76
0.07
0.10
0.13
19.14362
0.02
27953.18
KKGI
0.06
-0.77
0.10
0.13
0.14
74.37904
0.22
7383
PTBA
0.08
-0.71
0.07
0.10
0.10
44.11597
0.17
16667.8
PTRO
0.12
-0.70
0.03
0.09
0.08
2.260093
0.20
4208.27
ANTM
0.02
-0.76
0.02
0.03
0.03
37.30377
0.12
1382.063
CITA
0.03
-0.77
0.02
0.04
0.04
24.50599
0.00
315
DKFT
0.06
-0.57
0.06
0.06
0.06
2.967319
0.44
208.03
INCO
-0.02
-0.84
0.00
0.00
0.00
696.1965
0.12
3556.33
TINS
-0.02
-0.75
0.03
0.04
0.05
25.51168
0.06
1052.99
CTTH
0.06
-0.82
0.00
-0.01
-0.01
-91.5601
-0.08
67
MITI
0.12
-0.80
0.03
0.05
0.04
167.9171
0.26
254.36
ADRO
0.19
1.11
0.04
0.09
0.07
14.11406
-0.14
1520.97
BYAN
0.01
0.97
0.03
0.07
0.05
48.29079
-0.47
9419.103
DEWA
0.16
1.17
-0.01
-0.01
-0.02
-36.2103
-0.29
64
DOID
0.06
1.11
-0.01
-0.11
-0.01
-36.5346
-0.34
430
HRUM
0.29
1.89
0.21
0.29
0.73
10.10064
-0.21
5392.35
ITMG
-0.11
1.08
0.16
0.24
0.00
9.103568
-0.06
26345.18
KKGI
-0.09
1.06
0.19
0.28
0.56
28.16223
-0.33
4917
PTBA
-0.10
0.92
0.14
0.20
0.00
19.76529
-0.19
13418.8
PTRO
0.12
1.19
0.04
0.13
0.06
1.415051
-0.08
3874.96
ANTM
0.00
0.82
0.03
0.05
0.07
21.25653
-0.23
1058.97
CITA
-0.06
0.68
0.03
0.06
0.07
18.06141
0.00
315
DKFT
0.01
0.39
0.09
0.11
0.79
1.683849
-0.08
191.2
INCO
-0.03
1.16
0.00
0.00
0.00
370.4988
-0.23
2727.21
TINS
0.00
0.90
0.05
0.08
0.17
13.21857
-0.16
884.33
CTTH
0.04
1.41
-0.01
-0.04
-0.02
-25.5384
-0.06
63
MITI
0.01
0.39
0.02
0.03
0.03
443.9808
0.48
377.6
ADRO
0.01
0.43
0.05
0.11
0.13
9.752719
-0.08
1400.05
BYAN
0.07
0.38
0.03
0.08
0.05
52.81827
0.28
12100
DEWA
-0.08
0.52
-0.02
-0.04
-0.04
-7.59248
-0.22
50
DOID
0.01
0.60
-0.03
-0.40
-0.06
-5.96648
-0.40
258.33
HRUM
0.07
0.43
0.27
0.37
0.18
6.94833
-0.04
5180.7
ITMG
0.07
0.48
0.23
0.39
0.21
6.48473
0.06
27884.99
KKGI
0.06
0.51
0.22
0.32
0.14
14.17458
-0.37
3092
PTBA
0.05
0.51
0.19
0.26
0.25
13.85783
-0.01
13246.5
PTRO
0.14
0.65
0.07
0.21
0.13
0.448322
-0.44
2158
ANTM
0.08
0.59
0.04
0.29
0.09
352.3882
-0.03
1027.25
CITA
0.06
0.49
0.06
0.10
0.06
10.10628
0.00
315
DKFT
0.01
0.70
0.13
0.15
0.38
4.935051
-0.15
162.92
INCO
0.01
0.63
0.01
0.02
0.04
66.28124
-0.06
2558
TINS
0.00
0.46
0.06
0.08
0.06
11.20464
-0.06
834.04
CTTH
0.02
0.61
-0.01
-0.04
-0.03
-26.6414
-0.03
61
63 MITI
2013
0.19
1.09
0.08
0.14
0.16
67.66035
-0.11
336.96
ADRO
-0.03
0.35
0.06
0.13
0.10
8.754654
-0.01
1390.35
BYAN
0.07
0.31
0.03
0.09
0.04
38.93557
-0.20
9667
DEWA
-0.52
0.34
-0.18
-0.15
-0.12
-2.05114
0.00
50
DOID
0.31
0.91
0.01
0.17
0.02
6.547091
-0.37
162.33
HRUM
-0.05
0.25
0.30
0.38
0.15
6.116084
-0.06
4853.18
ITMG
-0.08
0.37
0.29
0.43
0.18
5.993002
0.09
30368.24
KKGI
0.38
0.86
0.23
0.32
0.11
7.942445
-0.20
2483
PTBA
0.09
0.33
0.23
0.34
0.25
10.08148
-0.04
12764.3
PTRO
-0.02
0.34
0.09
0.26
0.13
0.195217
-0.42
1260
ANTM
0.17
0.46
0.15
0.23
0.29
3.211663
-0.02
1008.67
CITA
0.03
0.56
0.12
0.21
0.09
4.493096
0.00
315
DKFT
0.09
0.72
0.20
0.22
0.36
5.282535
0.78
289.77
INCO
0.01
0.39
0.03
0.04
0.07
26.2943
-0.07
2367
TINS
-0.05
0.30
0.07
0.09
0.06
9.91227
0.02
849.99
CTTH
0.07
0.56
0.01
0.04
0.02
24.53383
-0.10
55
MITI
-0.06
-0.37
0.15
0.23
0.43
39.7562
0.02
342.2
ADRO
-0.01
-0.80
0.01
0.01
0.06
84.90161
0.05
1464.72
BYAN
0.02
-0.77
0.01
0.02
0.04
148.7513
-0.14
8300
DEWA
0.93
-0.82
-0.01
-0.02
-0.09
-15.3985
0.00
50
DOID
-0.02
-0.80
0.00
-0.04
-0.02
-40.3043
0.32
215
HRUM
0.02
-0.79
0.02
0.02
0.04
119.8747
0.00
4853.19
ITMG
0.02
-0.77
0.05
0.08
0.13
34.80972
-0.03
29353.88
KKGI
-0.01
-0.75
0.05
0.07
0.09
37.09541
0.03
2550
PTBA
0.05
-0.76
0.04
0.06
0.18
58.94091
0.00
12764.3
PTRO
0.02
-0.76
0.01
0.04
0.08
1.809525
0.43
1797
ANTM
0.01
-0.68
0.02
0.03
0.14
22.00138
0.06
1067.07
CITA
0.09
-0.71
0.07
0.12
0.21
6.716928
0.00
315
DKFT
0.09
-0.59
0.06
0.08
0.29
23.87468
0.48
429.98
INCO
-0.01
-0.73
0.01
0.02
0.12
62.05657
0.10
2608
TINS
0.02
-0.80
0.02
0.02
0.07
44.45687
0.07
907.86
CTTH
0.03
-0.64
0.01
0.04
0.06
18.49504
0.00
55
MITI
0.07
-0.34
0.05
0.08
0.24
113.2448
0.04
355.31
ADRO
0.00
1.13
0.02
0.04
0.07
20.32488
-0.33
976.48
BYAN
-0.02
0.92
0.01
0.02
0.02
161.1299
-0.07
7733
DEWA
-0.02
1.00
-0.02
-0.03
-0.06
-12.0479
0.00
50
DOID
0.02
1.03
0.01
0.07
0.02
17.30021
-0.22
167
HRUM
0.04
1.08
0.05
0.07
0.06
26.30322
-0.31
3365.89
ITMG
-0.06
0.94
0.09
0.13
0.11
17.07199
-0.16
24714.57
KKGI
0.11
0.33
0.09
0.15
0.15
12.75298
-0.28
1830
PTBA
-0.22
0.96
0.08
0.14
0.16
29.58009
-0.07
11905.6
PTRO
0.19
1.00
0.02
0.06
0.06
0.996662
-0.22
1410
ANTM
0.01
0.83
0.02
0.03
0.06
25.49683
-0.06
998.57
CITA
0.04
1.22
0.14
0.21
0.19
3.357778
0.00
315
64
2014
DKFT
-0.19
0.19
0.08
0.09
0.27
22.91066
0.03
442.86
INCO
0.01
0.96
0.02
0.03
0.09
42.11128
-0.05
2474.99
TINS
0.01
0.83
0.02
0.03
0.05
27.78767
-0.16
760.18
CTTH
0.09
1.00
0.02
0.06
0.05
18.32728
0.44
79
MITI
0.03
1.26
0.08
0.13
0.17
65.5003
-0.06
332.27
ADRO
0.00
0.54
0.03
0.06
0.08
10.7914
-0.16
818.04
BYAN
-0.01
0.36
-0.02
-0.05
-0.04
-62.8926
0.00
7766
DEWA
-0.03
0.47
-0.05
-0.07
-0.11
-4.34442
0.00
50
DOID
-0.03
0.56
-0.01
-0.08
-0.01
-8.81873
-0.41
99
HRUM
-0.13
0.43
0.09
0.11
0.07
12.74414
-0.19
2710.05
ITMG
0.05
0.50
0.12
0.18
0.11
9.943806
-0.13
21498.29
KKGI
-0.04
1.09
0.16
0.24
0.12
6.528673
-0.12
1610
PTBA
0.09
0.50
0.11
0.20
0.16
17.37544
-0.13
10344.4
PTRO
-0.02
0.49
0.03
0.08
0.06
0.526096
-0.19
1143
ANTM
0.05
0.44
0.02
0.03
0.04
55.86728
0.09
1084.27
CITA
0.19
0.64
0.17
0.26
0.17
2.280265
0.00
315
DKFT
0.18
0.42
0.17
0.19
0.46
7.262183
-0.22
343.79
INCO
-0.01
0.43
0.02
0.03
0.07
33.39504
-0.15
2106
TINS
0.05
0.39
0.02
0.03
0.04
30.26658
0.11
847.04
CTTH
0.09
0.56
0.01
0.05
0.03
18.24018
-0.15
67
MITI
-0.02
0.34
0.09
0.14
0.14
50.03887
-0.14
286.25
ADRO
0.01
0.35
0.03
0.07
0.07
11.02888
0.28
1047.62
BYAN
-0.17
0.35
-0.04
-0.12
-0.05
-39.2529
0.11
8617
DEWA
-0.10
0.26
-0.14
-0.23
-0.23
-1.59344
0.00
50
DOID
-0.03
0.29
-0.03
-0.43
-0.04
-1.61212
-0.23
76.67
HRUM
-0.03
0.26
0.10
0.13
0.06
12.0337
0.08
2924.63
ITMG
-0.07
0.33
0.17
0.24
0.11
8.674792
0.09
23450.28
KKGI
-0.03
0.27
0.16
0.24
0.09
0.256934
0.52
2442
PTBA
0.03
0.38
0.16
0.25
0.17
12.22684
-0.01
10210.6
PTRO
-0.19
0.32
0.03
0.09
0.05
0.557125
0.11
1267
ANTM
0.03
0.28
0.02
0.03
0.04
25.47595
0.01
1095.36
CITA
0.42
0.48
0.18
0.33
0.17
1.914391
0.24
390
DKFT
0.00
0.48
0.21
0.23
0.39
5.930096
0.03
355.45
INCO
-0.01
0.28
0.02
0.02
0.04
48.65015
0.19
2508
TINS
0.20
0.50
0.07
0.11
0.09
9.870289
0.19
1010.17
CTTH
0.02
0.33
0.00
0.01
0.00
162.7289
-0.04
64
MITI
-0.02
0.37
0.14
0.20
0.16
35.23558
0.06
302.08
ADRO
0.02
-0.74
0.02
0.04
0.16
17.38293
-0.10
945.77
BYAN
-0.04
-0.79
0.00
0.00
-0.01
-1293.67
-0.01
8550
DEWA
0.00
-0.75
0.00
0.00
-0.02
-81.4569
0.00
50
DOID
-0.07
-0.79
0.01
0.14
0.08
5.173808
0.28
98.33
HRUM
0.00
-0.85
0.03
0.03
0.10
36.99844
-0.24
2218.9
ITMG
0.03
-0.77
0.07
0.10
0.19
18.69932
-0.10
21046.62
KKGI
0.04
-0.79
0.04
0.06
0.11
27.55669
-0.30
1715
65 PTBA
0.04
-0.72
0.04
PTRO
-0.02
-0.77
0.00
ANTM
-0.02
-0.80
-0.01
CITA
-0.15
-0.96
-0.04
DKFT
-0.22
-1.00
INCO
-0.01
TINS
-0.08
CTTH MITI
0.08
0.18
34.29946
-0.18
8367.64
0.01
0.03
5.100349
0.11
1408
-0.02
-0.12
-31.0854
-0.19
888.77
-0.06
-0.71
-26.6555
1.41
940
-0.02
-0.03
999.00
-69.4548
0.00
354.93
-0.77
0.01
0.01
0.08
104.558
0.00
2505
-0.79
0.01
0.02
0.08
53.63651
0.00
1013.303
0.04
-0.79
0.04
0.16
0.29
5.723059
0.08
69
0.05
-0.78
0.01
0.02
0.07
297.9797
-0.12
265.15
ADRO
0.00
1.00
0.02
0.05
0.10
10.904
-0.18
776.013
BYAN
-0.04
0.88
-0.01
-0.02
-0.02
-190.658
-0.09
7758
DEWA
0.02
1.12
-0.01
-0.01
-0.02
-36.29
0.00
50
DOID
-0.03
1.06
0.01
0.14
0.04
9.993784
0.86
182.67
HRUM
-0.01
1.05
0.04
0.05
0.08
23.16942
0.02
2260.23
ITMG
-0.05
0.92
0.11
0.16
0.15
13.10909
0.08
22758.53
KKGI
-0.03
0.90
0.06
0.08
0.09
18.8125
-0.04
1640
PTBA
0.00
1.08
0.10
0.15
0.18
18.17865
0.16
9746.5
PTRO
0.00
1.07
0.01
0.01
0.02
3.754222
-0.06
1322
ANTM
-0.03
0.73
-0.03
-0.05
-0.16
-14.4834
0.09
970.17
CITA
-0.03
0.00
-0.08
-0.13
-1.42
-13.2729
0.00
940
DKFT
0.00
999.00
-0.02
-0.02
999.00
-100.849
0.12
397
INCO
0.03
1.26
0.03
0.04
0.14
40.50402
0.47
3673
TINS
0.08
1.22
0.03
0.04
0.07
49.59743
0.33
1350.203
CTTH
0.02
1.02
0.02
0.09
0.08
11.07053
0.03
71
MITI
0.02
1.20
0.03
0.04
0.07
17.61902
-0.51
128.62
ADRO
0.09
0.48
0.03
0.07
0.09
12.74983
0.53
1188.27
BYAN
-0.03
0.46
-0.02
-0.06
-0.04
-68.4557
-0.11
6933
DEWA
-0.04
0.52
-0.01
-0.01
-0.02
-30.197
0.00
50
DOID
-0.04
0.51
0.02
0.18
0.04
7.72049
0.14
208
HRUM
-0.06
0.41
0.05
0.06
0.06
8.042915
-0.64
823.67
ITMG
0.05
0.54
0.12
0.17
0.11
11.37525
-0.01
22527.09
KKGI
-0.07
0.39
0.08
0.11
0.07
13.75304
-0.12
1442
PTBA
0.16
0.50
0.11
0.20
0.16
16.23994
0.22
11895.1
PTRO
-0.04
0.57
0.01
0.02
0.01
1.138433
-0.65
467
ANTM
0.10
0.46
-0.02
-0.05
-0.10
-16.9314
0.03
1000.97
CITA
-0.03
0.00
-0.10
-0.17
-1.84
-10.2822
0.00
940
DKFT
-0.02
999.00
-0.02
-0.02
999.00
-114.852
0.00
397
INCO
0.02
0.60
0.05
0.07
0.17
22.9213
0.08
3985
TINS
0.09
0.59
0.04
0.07
0.08
29.87587
-0.03
1314.71
CTTH
0.05
0.58
0.04
0.15
0.08
6.200415
-0.03
69
MITI
1.24
0.66
0.11
0.15
0.38
6.025522
0.58
203
ADRO
-0.14
0.33
0.03
0.06
0.06
13.84014
-0.11
1052.47
BYAN
-0.18
0.26
-0.16
-0.74
-0.23
-9.08202
-0.02
6825
DEWA
-0.02
0.32
0.00
0.00
0.00
276.1255
0.00
50
66
2015
DOID
-0.03
0.32
0.02
0.17
0.03
7.948518
-0.05
198
HRUM
-0.01
0.29
0.01
0.01
0.01
128.3882
0.99
1640
ITMG
-0.08
0.31
0.15
0.22
0.10
6.991187
-0.27
16417.32
KKGI
0.01
0.28
0.08
0.11
0.06
11.03251
-0.19
1170
PTBA
0.05
0.35
0.14
0.23
0.15
12.94178
0.01
12019.6
PTRO
-0.02
0.31
0.00
0.01
0.01
2.32634
0.47
688.67
ANTM
-0.03
0.62
-0.04
-0.06
-0.08
-10.3819
-0.16
844.18
CITA
-0.07
0.00
-0.14
-0.23
-2.29
-8.23628
0.00
940
DKFT
-0.02
999.00
-0.04
-0.04
999.00
-48.4025
0.00
397
INCO
-0.02
0.34
0.07
0.10
0.17
11.04024
-0.36
2536.66
TINS
0.14
0.69
0.07
0.11
0.09
13.89842
-0.09
1190.5
CTTH
0.00
0.27
0.00
0.01
0.00
84.94257
0.01
70
MITI
-0.04
0.49
0.02
0.03
0.04
49.99272
-0.06
190.67
ADRO
-0.01
-0.79
0.01
0.02
0.08
38.18065
-0.11
940.92
BYAN
-0.06
-0.87
-0.02
-0.08
-0.18
-98.9542
0.11
7542
DEWA
0.01
-0.76
0.00
0.00
-0.01
-258.79
0.00
50
DOID
0.00
-0.80
-0.01
-0.13
-0.09
-8.54457
-0.28
143.33
HRUM
-0.08
-0.84
0.01
0.01
0.03
58.04486
-0.63
607.33
ITMG
-0.03
-0.78
0.03
0.04
0.09
33.68873
-0.09
14932.9
KKGI
-0.05
-0.78
0.02
0.02
0.05
54.09487
-0.13
1016.67
PTBA
0.03
-0.75
0.02
0.04
0.10
65.23655
-0.15
10213.6
PTRO
-0.01
-0.81
0.00
0.00
0.01
13.28843
0.22
843.33
ANTM
0.04
-0.70
-0.01
-0.02
-0.08
-32.6194
-0.03
821.78
CITA
-0.05
-1.00
-0.06
-0.11
999.00
-19.4219
0.00
940
DKFT
0.01
999.00
0.00
0.00
999.00
-503.745
0.00
397
INCO
0.00
-0.80
0.01
0.01
0.12
70.86662
-0.07
2368.33
TINS
-0.07
-0.82
0.00
0.00
-0.01
-395.8
-0.15
1014.67
CTTH
0.10
-0.78
0.00
0.02
0.03
63.59342
0.00
70
MITI
0.02
-0.81
-0.01
-0.02
-0.14
-45.3364
-0.19
155
ADRO
-0.03
0.97
0.02
0.04
0.09
16.35166
-0.14
806.73
BYAN
-0.03
1.16
-0.01
-0.05
-0.06
-154.875
0.07
8033
DEWA
0.01
0.99
-0.01
-0.01
-0.02
-30.1649
0.00
50
DOID
-0.04
1.18
-0.01
-0.12
-0.04
-4.98995
-0.43
81.33
HRUM
0.00
1.03
0.01
0.01
0.02
46.39226
0.33
805.67
ITMG
-0.02
0.93
0.05
0.07
0.07
17.57932
-0.20
11965.55
KKGI
0.03
0.82
0.03
0.04
0.06
20.90797
-0.11
905
PTBA
-0.01
0.99
0.05
0.09
0.12
24.19604
-0.13
8845.81
PTRO
-0.03
0.77
0.00
0.01
0.01
4.259121
-0.29
596
ANTM
-0.01
1.74
-0.02
-0.03
-0.05
-15.0674
-0.24
625.78
CITA
-0.05
999.00
-0.10
-0.17
999.00
-13.1019
0.00
940
DKFT
0.07
999.00
-0.01
-0.01
999.00
-194.53
0.00
397
INCO
-0.02
0.93
0.02
0.02
0.10
20.18028
-0.52
1126
TINS
0.03
1.37
0.00
0.00
0.00
1182.592
-0.21
797.26
CTTH
0.02
1.05
0.00
-0.01
-0.01
-152.865
0.03
72
67 MITI
0.00
1.48
-0.03
-0.05
-0.16
-12.7711
-0.18
127.33
ADRO
0.00
0.51
0.03
0.05
0.09
7.429461
-0.31
556.14
BYAN
-0.06
0.37
-0.03
-0.12
-0.09
-74.13
0.02
8158
DEWA
0.05
0.57
0.00
0.00
0.00
787.7795
0.00
50
DOID
0.01
0.57
-0.01
-0.05
-0.01
-8.18362
-0.22
63.33
HRUM
-0.06
0.35
0.00
0.00
0.01
115.4932
0.15
925
ITMG
0.05
0.46
0.06
0.09
0.07
9.141544
-0.26
8893.52
KKGI
-0.04
0.45
0.04
0.06
0.05
13.31353
-0.21
716.67
PTBA
0.06
0.61
0.09
0.16
0.14
8.050419
-0.37
5605.82
PTRO
-0.02
0.43
0.00
-0.01
-0.01
-2.02988
-0.41
352.33
ANTM
0.10
0.15
-0.04
-0.08
-0.11
-3.75754
-0.35
409.07
CITA
0.02
999.00
-0.17
-0.33
999.00
-7.09756
0.00
940
DKFT
0.01
999.00
0.00
0.00
999.00
-6529.54
0.00
397
INCO
0.00
0.50
0.02
0.03
0.08
18.92059
0.16
1308.67
TINS
-0.01
0.60
0.00
0.00
0.00
439.6533
-0.23
613.28
CTTH
0.08
0.46
-0.05
-0.41
-0.17
-3.22742
-0.15
61
MITI
0.13
0.41
-0.04
-0.07
-0.17
-8.467
-0.03
124
ADRO
-0.04
0.27
0.03
0.05
0.06
8.661381
-0.03
541.89
BYAN
-0.06
0.44
-0.09
-0.48
-0.18
-25.0086
0.00
8133
DEWA
-0.02
0.37
0.00
0.00
0.00
177.0277
0.00
50
DOID
-0.05
0.35
-0.01
-0.10
-0.01
-4.55226
-0.04
60.67
HRUM
0.00
0.22
-0.05
-0.06
-0.08
-7.91112
-0.20
736.6667
ITMG
-0.09
0.32
0.05
0.08
0.04
9.3493
-0.22
6919.98
KKGI
0.06
0.42
0.06
0.07
0.05
7.405382
-0.22
556.67
PTBA
0.05
0.31
0.12
0.22
0.15
5.936617
0.00
5589.78
PTRO
-0.03
0.26
-0.03
-0.07
-0.06
-0.18142
-0.14
302.53
ANTM
0.22
0.16
-0.05
-0.08
-0.14
-2.78638
-0.18
335.67
CITA
0.09
999.00
-0.12
-0.26
-2.45
-9.28615
0.00
940
DKFT
0.05
999.00
-0.02
-0.02
999.00
-68.5684
0.00
397
INCO
0.00
0.29
0.02
0.03
0.06
27.28815
0.40
1838
TINS
0.00
0.34
0.01
0.02
0.01
40.23331
-0.11
548.64
CTTH
0.37
0.60
0.00
0.01
0.01
35.35168
-0.08
56
MITI
-0.40
-0.72
-0.72
-1.62
-5.72
-0.88616
0.00
124
68 Lampiran 3 Daftar Istilah Average variance extracted Capital expenditure to book value of assets Capital expenditure to market value of assets Closing price Composite reliability Convergent validity Cronbach’s alpha Cross loading Debt to assets ratio Debt to equity ratio Delisting Discriminant validity Earning per share/price ratio Go public Inner model Investment opportunity set Loading factor Market to book value of assets Market to book value of equity Net profit margin Outer model Partial least square Price earning ratio Relisting Return on equity Return saham Return on asset Smelter Structural equation modeling Trade off Unidimensional validity
: nilai rata-rata varian yang diekstraksi : rasio belanja modal terhadap nilai buku aktiva : rasio belanja modal terhadap nilai pasar aktiva : harga penutupan suatu efek di bursa : koefisien reliabilitas komposit : validitas konvergen : koefisien alpha. : nilai muatan dalam suatu faktor yang lebih banyak : rasio hutang terhadap total aktiva : rasio hutang terhadap total ekuitas : penghapusan pencatatan di bursa : validitas diskriminan : rasio laba per lembar saham terhadap harga saham : penawaran umum : model struktural pada pemodelan persamaan struktural : set peluang investasi : korelasi antara indikator dengan konstruk : rasio nilai pasar terhadap nilai buku aktiva : rasio nilai pasar terhadap nilai buku ekuitas : margin laba bersih : model pengukuran pemodelan persamaan struktural : metode kuadrat terkecil parsial : rasio harga terhadap laba per saham : pencatatan kembali di bursa : tingkat pengembalian ekuitas pemilik : tingkat pengembalian saham : tingkat pengembalian aktiva : pabrik pengolahan dan pemurnian : pemodelan persamaan struktural : keseimbangan : validitas satu dimensi
69
RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Rizka Pratiwi dilahirkan di Bekasi pada tanggal 25 September 1993. Penulis merupakan anak kedua dari pasangan Bapak Kuryadi Wijaya dan Ibu Pudjiani serta memiliki seorang kakak bernama Rian Senja, S. Komp. Penulis menempuh pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri Sasana Wiyata I Kota Bogor (1999-2005), pendidikan menengah pertama di Sekolah Menengah Pertama Negeri 5 Kota Bogor (2005-2008) dan pendidikan menengah atas di Sekolah Menengah Atas Negeri 8 Kota Bogor (2008-2011). Penulis menyelesaikan pendidikan S1 pada tahun 2015 dan menempuh pendidikan pascasarjana (S2) di Program Studi Ilmu Manajemen IPB melalui fast track program atau sinergi S1-S2. Pada tahun 2011 penulis melanjutkan pendidikan sarjana (S1) di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri jalur Undangan. Selama menempuh program sarjana penulis aktif dalam organisasi di IPB diantaranya yaitu Badan Eksekutif Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama IPB, Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) IPB dan berbagai kepanitiaan program kerja lain yang diselenggarakan oleh Dewan Perwakilan Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (DPM KM) IPB, BEM KM IPB, BEM FEM IPB , serta Centre Of M@nagement. Penulis juga berpartisipasi pada kegiatan 10th Asian Business Research Conference di Bangkok, Thailand pada tahun 2014. Selain itu penulis juga merupakan asisten praktikum Manajemen Keuangan tahun 2014 - 2015.