TESIS
PENGARUH INVESTMENT OPPORTUNITY SET DAN STRUKTUR MODAL TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN FARMASI DI BURSA EFEK INDONESIA
PUTU TERESTIANI DADRI
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI MANAJEMEN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2011
TESIS
PENGARUH INVESTMENT OPPORTUNITY SET DAN STRUKTUR MODAL TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN FARMASI DI BURSA EFEK INDONESIA
PUTU TERESTIANI DADRI NIM 0890661025
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI MANAJEMEN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2011
i
PENGARUH INVESTMENT OPPORTUNITY SET DAN STRUKTUR MODAL TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN FARMASI DI BURSA EFEK INDONESIA
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Manajemen Program Pascasarjana Universitas Udayana
PUTU TERESTIANI DADRI NIM 0890661025
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI MANAJEMEN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2011
ii
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 26 OKTOBER 2011
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Dr. Ida Bagus Anom Purbawangsa, SE.,MM NIP 19620922 198702 1 002
Dra. Nyoman Abundanti, MM NIP 19580829 198403 2 002
Mengetahui,
Ketua Program Studi Magister Manajemen Program Pascasarjana Universitas Udayana
Dr. Ida Bagus Anom Purbawangsa, SE.,MM NIP 19620922 198702 1 002
iii
Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana
Prof.Dr.dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K) NIP 19590215 198510 2 001
Tesis Ini Telah Diuji Pada Tanggal 18 Oktober 2011
Panitia Penguji Tesis, Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana, No.1194/H14.4/HK/2011, Tanggal 24 JUNI 2011
Ketua
: Dr. I.B. Anom Purbawangsa, SE.,MM
Sekretaris : Dra. Nyoman Abundanti, MM Anggota
: Prof. Dr. I.G. Bagus Wiksuana, SE, MS Dr. Luh Gede Sri Artini, SE, MSi Drs. Ida Bagus Badjra, MM
iv
PERNYATAAN ORISINALITAS TESIS
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, didalam naskah TESIS dengan judul : “PENGARUH INVESTMENT OPPORTUNITY SET DAN STRUKTUR MODAL TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN FARMASI DI BURSA EFEK INDONESIA “ Tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka. Apabila ternyata dalam naskah TESIS ini dapat dibuktikan terdapat unsurunsur PLAGIASI, saya bersedia TESIS ini digugurkan dan gelar akademik yang telah saya peroleh (MAGISTER MANAJEMEN) dibatalkan, serta diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (UU No. 20 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal 70)
Denpasar, 26 Oktober 2011 Mahasiswa,
Nama : Putu Terestiani Dadri NIM : 0890661025 PS : Magister Manajemen PSFEUNUD
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan rahmat-Nya, tesis ini dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. Ida Bagus Anom Purbawangsa, SE.,MM. Pembimbing Utama yang dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan, semangat, bimbingan dan saran selama penulis mengikuti program Magister Manajemen, khususnya dalam penyelesaian tesis ini. Terima kasih sebesarbearnya pula penulis sampaikan kepada Dra. Nyoman Abundanti, MM. sebagai Pembimbing Pendamping yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis. Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister di Universitas Udayana. Ucapan terima kasih ini juga ditujukan kepada Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana yang dijabat oleh Prof.Dr.dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K) atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa Program Magister pada Program Pascasarjana Universitas Udayana. Tidak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Wayan Ramantha, SE., MM., Ak., CPA sebagai Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Udayana atas ijin yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan program Magister. Pada kesempatan ini, penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Prof. Dr. Made Wardana, SE., MP sebagai Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Udayana dan kepada Dr. Ida Bagus Anom Purbawangsa, SE.,MM sebagai Ketua Program Studi Magister Program Pascasarjana Universitas Udayana. Ungkapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada para penguji tesis, yaitu Prof. Dr. I Gusti Bagus Wiksuana, SE., MSi ; Dr. Luh Gede Sri Artini, SE., MSi ; Drs. Ida Bagus Badjra, MM. yang telah memberikan masukan, saran, sanggahan, dan koreksi sehingga tesis ini dapat terwujud seperti ini. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus disertai penghargaan kepada seluruh guru-guru yang telah membimbing penulis, mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Juga penulis ucapkan terima kasih kepada Ayah dan Ibu tercinta yang telah mengasuh dan membesarkan penulis, memberikan dasar-dasar berpikir logik dan suasana demokratis sehingga tercipta lahan yang baik untuk berkembangnya kreativitas dan juga kepada alm. Adik tercinta. Akhirnya penulis sampaikan terima kasih kepada teman-teman angkatan XX dan sahabat-sahabat yang telah memberikan dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan tesis ini.
vi
Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini serta kepada penulis sekeluarga.
Denpasar, 26 Oktober 2011
Penulis
vii
ABSTRAK PENGARUH INVESTMENT OPPORTUNITY SET DAN STRUKTUR MODAL TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN FARMASI DI BURSA EFEK INDONESIA
Bursa saham merupakan salah satu pilihan investasi karena dari pergerakan harga saham yang terjadi seorang investor bisa memperoleh pendapatan atau return yang berupa capital gain (loss). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh investment opportunity set terhadap struktur modal, dan pengaruh investment opportunity set dan struktur modal secara parsial dan simultan terhadap return saham perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia selama periode 2006-2010. Penelitian ini menggunakan sampel sembilan perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan metode sensus. Data penelitian merupakan data sekunder diperoleh dari Indonesia Capital Market Directory tahun 2006-2010 dan www.idx.co.id. Penelitian ini menggunakan common factor analysis untuk membentuk proksi gabungan investment opportunity set. Pengujian hipotesis penelitian digunakan teknik analisis regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) investment opportunity set berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal, (2) investment opportunity set memiliki pengaruh positif signifikan terhadap return saham, (3) struktur modal memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap return saham, (3) investment opportunity set dan struktur modal berpengaruh signifikan terhadap return saham. Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk menambah proksi investment opportunity set yang lainnya, dan meneliti variabel yang mempengaruhi return saham.
Kata Kunci
: Investment Opportunity Set, Struktur Modal dan Return Saham.
viii
ABSTRACT THE EFFECTS OF INVESTMENT OPPORTUNITY SET AND CAPITAL STRUCTURE TO STOCK RETURN OF THE PHARMACEUTICAL COMPANIES IN THE INDONESIAN STOCK EXCHANGE
Stock market is the one of investment option due to stock price movement give an investor income or return of capital gain (loss). The purpose of this research was to analyze the influence of the investment opportunity set to capital structure, and the influence of the investment opportunity set and capital structure partially and simultaneous to stock return of the pharmaceutical company in the Indonesian Stock Exchange for the period of 2006-2010. The samples of this research consist of nine pharmaceutical companies listed in Indonesian Stock Exchange by using census method. The data of this research is secondary data taken from Indonesian Capital Market Directory from the year of 2006-2010 and www.idx.co.id. This research implementing as common factor analysis to form proxy combination of investment opportunity set. The data is analyzed by regression analysis technique. The results of this study shows that: (1) investment opportunity set has positive and significantly influence on capital structure, (2) investment opportunity set has positive and significantly influence on stock return, (3) capital structure has not significantly influence on stock return, (3) investment opportunity set and capital structure have positive and significantly influence on stock return. Recommended for further research is to add another investment opportunity set proxy, and investigate another variables that affect stock return.
Key word
: Investment Opportunity Set, Capital Structure, Stock Return
ix
DAFTAR ISI
Halaman SAMPUL DALAM……………………….……………..………….………. PRASYARAT GELAR …………………………………..………………… LEMBAR PENGESAHAN …………….…………………..………………. PENETAPAN PANITIA PENGUJI ………………………….………….… PERNYATAAN ORISINALITAS …………………………….…………... UCAPAN TERIMA KASIH ……………………………...………………... ABSTRAK …………………………………...………………….………….. ABSTRACT…………………………………...……………………..……... DAFTAR ISI ……………………………………………………………….. DAFTAR TABEL ……………………….……………………………….… DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………..... DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………….. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ………………………………….………………. 1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………. 1.3 Tujuan Penelitian ……….………………………..………….….. 1.4 Manfaat Penelitian……………………………………….…….... BAB II 2.1 2.1.1 2.1.2 2.1.3 2.1.4 2.1.5
KAJIAN PUSTAKA Landasan Teori ….……………………………………………... Return Saham Investment Opportunity Set (IOS)……………………………... Kebijakan Struktur Modal…………………………………….... Teori Struktur Modal.................................................................... Pengaruh Investment Opportunity Set Terhadap Struktur Modal…..……………………………………………................. 2.1.6 Pengaruh Investment Opportunity Set Terhadap Return Saham. 2.1.7 Pengaruh Struktur Modal Terhadap Return Saham……………
i ii iii iv v vi viii ix x xii xiii xiv 1 13 14 15 16 16 17 22 25 31 32 33
BAB III
KERANGKA BERPIKIR, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir……………………………………………… 35 3.2 Kerangka Konseptual………..………………………..…………. 37 3.3 Hipotesis Penelitian …………………………………….…..….. 38
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan dan Ruang Lingkup Penelitian ……………..…….. 4.1.1 Rancangan Penelitian…………………………………………….
x
39 39
4.1.2 4.2 4.2.1 4.2.2 4.3 4.3.1 4.3.2 4.3.3 4.4 4.4.1 4.4.2 4.4.3
Ruang Lingkup Penelitian……………………………………….. Variabel Penelitian………………………………………...…….. Identifikasi Variabel…………………………………………….. Definisi Operasional Variabel…………………………………... Prosedur Pengumpulan Data……………………………..……... Jenis dan Sumber Data………………………………………….. Populasi dan Sampel…………………………………………….. Metode Pengumpulan Data……………………………………... Metode Analisis Data………………………………..………….. Analisis Faktor…………………………………………………... Analisis Regresi…………………………………………………. Uji Persyaratan Regresi…………………………………………..
BAB V 5.1 5.1.1 5.1.2 5.1.3 5.1.3.1
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian……………………………………….…………. Deskripsi Variabel Penelitian……………………………...……. Hasil Analisis Faktor ………………………..….………........... Hasil Analisis Regresi …………………………………..……... Hasil Analisis Pengaruh Variabel Investment Opportunity Set Terhadap Struktur Modal Perusahaan Farmasi di Bursa Efek Indonesia………………………………………………………. Pengujian Hipotesis 1………………………………………….. Hasil Analisis Pengaruh Variabel Investment Opportunity Set dan Struktur Modal Terhadap Return Saham Perusahaan Farmasi di Bursa Efek Indonesia …….……………………….. Pengujian Hipotesis 2, 3, dan 4……………………………....... Pembahasan…………………………………………………...... Pengaruh Investment Opportunity Set Terhadap Struktur Modal……………………………………………...…………… Pengaruh Investment Opportunity Set Terhadap Return Saham Pengaruh Struktur Modal Terhadap Return Saham…………… Keterbatasan Penelitian………………………………………... Implikasi Penelitian……………………………………………...
5.1.3.2 5.1.3.3
5.1.3.4 5.2 5.2.1 5.2.2 5.2.3 5.2.4 5.3
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan…………………………………………………............ 6.2 Saran………………………………………………….…………. DAFTAR PUSTAKA …………………………………………... LAMPIRAN……………………………………………………..
xi
39 39 39 40 44 44 45 45 45 46 47 48 51 51 57 60
60 63
63 66 68 68 69 70 71 71 73 74 75 79
DAFTAR TABEL
No. 1.1 5.1 5.2 5.3 5.4
5.5
5.6 5.7 5.8 5.9
5.10 5.11 5.12 5.13
Tabel
Halaman
Data Rata-Rata Return Saham, Debt to Equity Ratio dan Total Assets Perusahaan Farmasi di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2010……. Statistik Deskriptif Market to Book Value of Assets Perusahaan Farmasi di Bursa Efek Indonesia Selama Periode 2006-2010………... Statistik Deskriptif Market to Book Value of Equity Perusahaan Farmasi di Bursa Efek Indonesia Selama Periode 2006-2010………... Statistik Deskriptif Earning per Share/ Price Perusahaan Farmasi di Bursa Efek Indonesia Selama Periode 2006-2010……………………. Statistik Deskriptif Capital Expenditure to Book Value of Assets Perusahaan Farmasi di Bursa Efek Indonesia Selama Periode 20062010…………………………………………………………………… Statistik Deskriptif Capital Expenditure to Market Value of Assets Perusahaan Farmasi di Bursa Efek Indonesia Selama Periode 20062010…………………………………………………………………… Statistik Deskriptif Debt to Equity Ratio Perusahaan Farmasi di Bursa Efek Indonesia Selama Periode 2006- 2010………………........ Statistik Deskriptif Return Saham Perusahaan Farmasi di Bursa Efek Indonesia Selama Periode 2006-2010……………………………….... Hasil Common Factor Analysis………………………………………. Statistik Deskriptif Nilai Factor Score Proksi Gabungan Variabel Investment Opportunity Set Perusahaan Farmasi di Bursa Efek Indonesia Selama Periode 2006-2010………………………………... Hasil Estimasi Model Regresi I………………………………………. Hasil Uji Heterokedastisitas I………………………………………… Hasil Estimasi Model Regresi II……………………………………... Hasil Uji Heterokedastisitas II………………………………………..
xii
11 52 53 54
54
55 56 57 58
59 62 62 64 65
DAFTAR GAMBAR
No. 3.1 5.1 5.2
Gambar
Halaman
Kerangka Konseptual ………………………..……..…..…………….. Grafik Normal P-Plot Model Regresi I……………………………….. Grafik Normal P-Plot Model Regresi II………………………………
xiii
38 61 64
DAFTAR LAMPIRAN
No. 1 2 3 4
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Lampiran
Halaman
Nama Perusahaan Sampel…………………………………………….. Harga Penutupan Saham (Closing Price) Perusahaan Farmasi di Bursa Efek Indonesia Pada Akhir Tahun 2005-2010….………….. Ikhtisar Keuangan Perusahaan Farmasi di Bursa Efek Indonesia Selama Periode 2005-2010………………………………………….... Variabel Investment Opportunity Set, Debt to Equity Ratio, dan Return Saham Perusahaan Farmasi di Bursa Efek Indonesia Selama Periode 2006-2010…………………………………………………… Statistik Deskriptif Variabel Penelitian………………………………. Output SPSS Analisis Faktor…………………………………………. Nilai Factor Score Investment Opportunity Set……………………... Statistik Deskriptif Factor Score Proksi Gabungan Variabel Investment Opportunity Set…………………………………………… Output SPSS Model Regresi I………………………………………... Ouput SPSS Uji Normalitas Model Regresi I………………………… Output SPSS Uji Heterokedastisitas Model Regresi I………………... Output SPSS Model Regresi II……………………………………... Ouput SPSS Uji Normalitas Model Regresi II……………………… Output SPSS Uji Heterokedastisitas Model Regresi II……………...
xiv
79 80 81
87 89 91 94 96 97 99 100 101 103 104
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Bursa saham merupakan salah satu pilihan investasi karena dari pergerakan harga saham yang terjadi seorang investor bisa memperoleh pendapatan atau return. Return tersebut berupa capital gain (loss) yaitu selisih dari harga investasi sekarang relatif dengan periode lalu atau selisih harga jual saham dengan harga beli saham. Selain memperoleh return berupa capital gain (loss) investor juga akan memperoleh return dalam bentuk dividen yang diterima setiap tahunnya. Keuntungan yang diperoleh investor dari transaksi dalam pasar modal tidak terlepas dari risiko-risiko yang mungkin dihadapi seperti tidak diterimanya dividen dan atau mengalami capital loss karena harga saham yang telah dibeli mengalami penurunan. Biasanya investor institusi cenderung berorientasi pada dividen dengan menanam saham dalam jangka panjang sedangkan investor individual lebih banyak berorientasi pada jangka pendek yaitu membeli pada saat harga rendah dan menjualnya pada saat harga tinggi untuk memperoleh keuntungan berupa capital gain. Pembagian dividen oleh emiten kepada investor ditentukan oleh kinerja keuangan dan kebijakan emiten itu sendiri sedangkan capital gain (loss) ditentukan pergerakan harga saham di pasar modal. Analisis investasi saham merupakan hal yang mendasar untuk diketahui investor karena tanpa adanya analisis yang baik dan rasional maka investor akan
1
2
mengalami kerugian. Analisis investasi saham dapat dibedakan menjadi dua pendekatan yaitu analisis teknikal dan analisis fundamental. Analisis teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham dengan mengamati perubahan harga saham tersebut di waktu yang lalu, analisis teknikal tidak memperhatikan faktor-faktor fundamental (Husnan, 2005:341), sedangkan analisis fundamental memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang dan menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham (Husnan, 2005:307). Faktor-faktor fundamental berupa
informasi yang berhubungan dengan kondisi perusahaan
yang umumnya ditunjukkan dalam laporan keuangan perusahaan, kebijakan dividen, kebijakan struktur modal, dan sebagainya. Keputusan membeli saham terjadi bila diperkirakan harga saham akan meningkat di masa depan dan keputusan menjual saham terjadi bila diperkirakan harga saham akan turun di masa yang akan datang. Hal ini berarti bahwa seorang investor harus memiliki kemampuan untuk memperkirakan harga saham di masa yang akan datang karena nilai return saham yang berupa capital gain (loss) yang dapat diperoleh oleh investor akan ditentukan oleh pergerakan harga saham. Ang (1997) menyatakan bahwa pergerakan harga saham dipengaruhi oleh variabelvariabel ekonomi makro dan variabel-variabel yang berasal dari internal perusahaan yang mencerminkan kinerja perusahaan Pertumbuhan perusahaan merupakan suatu harapan penting yang diinginkan oleh pihak internal perusahaan yaitu manajemen maupun eksternal perusahaan
3
seperti investor dan kreditur. Pertumbuhan diharapkan dapat memberikan aspek yang positif bagi perusahaan sehingga meningkatkan kesempatan berinvestasi di perusahaan tersebut. Bagi investor pertumbuhan perusahaan merupakan suatu prospek yang menguntungkan, karena investasi yang ditanamkan diharapkan akan memberikan return yang tinggi di masa yang akan datang. Menurut Smith dan Watts (1992), peluang pertumbuhan perusahaan terlihat pada kesempatan investasi yang diproksikan dengan berbagai macam nilai set kesempatan investasi (IOS: investment opportunity set). Puspitasari dan Kholifah (2007) juga menyatakan bahwa set kesempatan investasi (investment opportunity set) menunjukkan investasi perusahaan atau opsi pertumbuhan. Esensi pertumbuhan adalah adanya kesempatan investasi di masa datang yang dapat meningkatkan nilai perusahaan. Myers (1977) menggambarkan nilai suatu perusahaan sebagai sebuah kombinasi assets in place (aset yang dimiliki) dengan investment option (pilihan investasi di masa depan). Pilihan-pilihan investasi yang dilakukan perusahaan di masa depan tersebut kemudian dikenal dengan set kesempatan investasi, Kallapur dan Trombley (2001). Gaver dan Gaver (1993) menyatakan kesempatan investasi atau pilihanpilihan pertumbuhan (growth options) suatu perusahaan merupakan sesuatu yang melekat dan bersifat tidak dapat diobservasi (inherently unobservable), oleh karena itu investment opportunity set (IOS) memerlukan sebuah proksi. Nilai IOS dapat dihitung dengan kombinasi berbagai jenis proksi yang mengimplikasikan nilai aktiva di tempat yaitu berupa nilai buku aktiva maupun ekuitas dan nilai kesempatan untuk bertumbuh bagi suatu perusahaan di masa depan. Set
4
kesempatan investasi dari suatu perusahaan akan berpengaruh besar terhadap cara bagaimana perusahaan dinilai oleh manajer, pemilik, investor dan kreditur (Kallapur dan Trombley,2001). Menurut Kole dan Lehn (1991), nilai IOS bergantung pada pengeluaranpengeluaran yang ditetapkan manajemen di masa yang akan datang (future discretionary expenditure) yang pada saat ini merupakan pilihan-pilihan investasi yang diharapkan akan menghasilkan return yang lebih besar dari biaya modal (cost of equity) dan dapat menghasilkan keuntungan. Perusahaan dengan pertumbuhan yang baik akan dipertimbangkan oleh investor dalam berinvestasi yang disebabkan karena return saham yang diharapkan dapat diperoleh di masa mendatang oleh investor. Kaestner dan Liu (1998) menyatakan bahwa investment opportunity set yang ada bagi perusahaan merupakan faktor utama yang yang menentukan pergerakan harga saham. Penelitian yang berkaitan dengan pengaruh investment opportunity set terhadap return saham telah banyak dilakukan sebelumnya. Penelitian Gul, et al (2000) dan Fanani (2006) menemukan bahwa investment opportunity set (IOS) berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Penelitian Norpratiwi (2007) juga menunjukkan bahwa investment opportunity set (IOS) berpengaruh signifikan terhadap return saham. Berbeda dengan hasil penelitian Solechan (2009) menunjukkan IOS tidak berpengaruh terhadap return saham. Keputusan pendanaan merupakan salah satu hal penting yang harus diperhatikan dalam pencapaian tujuan perusahaan, karena berkaitan dengan pemilihan sumber dana, baik sumber dana dari dalam (internal/intensive finance)
5
maupun sumber dana dari luar (external financing). Sumber dana dari pihak internal diperoleh dari laba ditahan (retained earning) dan depresiasi, sedangkan sumber dari pihak luar diperoleh dari modal saham (equity) dan pinjaman atau hutang. Keputusan pendanaan harus dilakukan manajer secara efisien, dalam arti keputusan pendanaan yang mampu meminimalkan biaya modal yang harus ditanggung perusahaan. Biaya modal yang timbul dari keputusan pendanaan tersebut merupakan konsekuensi yang secara langsung timbul dari keputusan yang dilakukan manajer. Manajer menggunakan hutang (modal eksternal) maka biaya modal yang timbul adalah sebesar biaya bunga yang dibebankan oleh kreditur, sedangkan jika manajer menggunakan dana internal yang berasal dari laba ditahan akan timbul opportunity cost dari dana atau modal sendiri yang digunakan. Keputusan pendanaan yang dilakukan secara tidak cermat akan menimbulkan biaya tetap dalam bentuk biaya modal yang tinggi, yang selanjutnya dapat berakibat pada rendahnya profitabilitas perusahaan. Penentuan proporsi hutang dan modal dalam penggunaannya sebagai sumber dana perusahaan berkaitan erat dengan istilah struktur modal. Dalam usaha peningkatan nilai perusahaan, hal yang tidak bisa dipisahkan adalah bagaimana penentuan struktur modal yang dilakukan oleh manajemen dan para pemegang saham perusahaan. Struktur modal yang optimal adalah gabungan dari hutang dan ekuitas yang memaksimalkan harga saham perusahaan. Struktur modal diukur dengan menggunakan rasio debt to equity ratio (DER). Rasio ini merupakan rasio leverage yang mengukur kemampuan kinerja
6
perusahaan dalam memenuhi segala kewajiban finansialnya dengan melihat perbandingan antara total hutang dengan total ekuitasnya, hutang jangka pendek digunakan karena hutang jangka pendek bersifat permanen, selain itu struktur modal yang optimal merupakan gabungan dari hutang dan ekuitas. Debt to equity ratio (DER) dapat menunjukkan tingkat risiko suatu perusahaan, dimana semakin tinggi rasio DER maka semakin tinggi risiko suatu perusahaan karena pendanaan perusahaan dari unsur hutang lebih besar daripada modal sendiri (equity). Tingginya hutang menunjukkan semakin besar ketergantungan perusahaan terhadap pihak luar (kreditur), hal ini membawa dampak pada menurunnya harga saham di bursa sehingga return saham akan menurun. Balancing Theory menyebutkan bahwa keputusan untuk menambah hutang tidak hanya berdampak negatif, tetapi juga dapat berdampak positif karena perusahaan harus berupaya menyeimbangkan manfaat dengan biaya yang ditimbulkan akibat hutang (Wahyudi, 2003). Selama manfaat masih jauh lebih besar dari biaya hutang, maka hutang dapat ditambah. Akan tetapi jika yang terjadi sebaliknya maka hutang tidak boleh ditambah. Beberapa hasil penelitian yang meneliti mengenai pengaruh debt to equity ratio (DER) terhadap return saham menunjukkan hasil yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Hasil penelitian Natarsyah (2000) dan Ratnasari (2003) menunjukkan bahwa debt to equity ratio (DER) berpengaruh positif dan signifikan pada return saham. Berbeda dengan hasil penelitian Hendarsanto (2005), Liestyowati (2002), Nathaniel (2008), dan Suharli (2005) yang
7
menunjukkan bahwa rasio debt to equity ratio (DER) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap return saham. Adam dan Ghoyal (2000), menyatakan bahwa investment opportunity memainkan peran penting di dalam keuangan perusahaan dalam kaitannya dengan pencapaian tujuan perusahaan. Puspitasari dan Kholifah (2007) menyatakan kesempatan investasi yang dimiliki perusahaan akan mempengaruhi pembayaran dividen dan penentuan sumber dana yang akan digunakan untuk merealisasikan atau mendanai peluang investasinya, sehingga keputusan investasi, kebijakan hutang (financial leverage) dan kebijakan dividen (dividen payout ratio) perusahaan adalah saling terkait. Menurut Myers (1977), perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi akan cenderung untuk tidak menambah hutang karena masalah underinvestment dan asset-substitution. Perusahaan yang tingkat pertumbuhan rendah cenderung untuk meningkatkan hutangnya. Penelitian Smith & Watts (1992), Gaver & Gaver (1993) menunjukkan bahwa level IOS yang bervariasi antar perusahaan merupakan salah satu penentu perbedaan keputusan kebijakan pendanaan dan dividen antar perusahaan, yaitu perusahaan yang bertumbuh cenderung memiliki rasio hutang dalam struktur modal (leverage) dan pembagian dividen yang relatif lebih rendah dibandingkan perusahaan tidak bertumbuh. Herdinata (2009), menemukan kebijakan pendanaan
perusahaan yang
berpotensi tumbuh tinggi memiliki tingkat hutang yang tinggi, karena pada perusahaan yang berpotensi tumbuh tinggi diduga mempunyai kesempatan
8
investasi yang tinggi sehingga membutuhkan dana yang tinggi dimana tidak cukup jika hanya didanai dari internal perusahaan. Beberapa hasil penelitian yang meneliti mengenai pengaruh investment opportunity set terhadap debt to equity ratio menunjukkan hasil yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Pagalung (2002), Herdinata (2009), Fanani (2006) menunjukkan IOS memiliki pengaruh positif terhadap debt to equity ratio (DER). Berbeda dengan hasil penelitian Myers (1977), Sriwardany (2006), Puspitasari dan Kholifah (2007) yang menunjukkan IOS memiliki pengaruh negatif terhadap debt to equity ratio. Berbagai macam proksi set kesempatan investasi atau IOS yang telah digunakan oleh peneliti. Proksi IOS dalam penelitian Smith & Watts (1992) adalah rasio individual dan variabel instrumental IOS (VIIOS), yaitu: book to market value of asset, depreciation to firm value, research & development to firm value, variance of rate of return dan earning to price. Rasio-rasio tersebut memiliki koefisien yang signifikan dalam pengujian hubungan level IOS dengan kebijakan pendanaan dan dividen. Proksi IOS dalam penelitian Gaver & Gaver (1993) adalah Skor faktor (SKOR). Gaver dan Gaver (1993) menyatakan bahwa semua alternatif proksi IOS yaitu market to book of equity, market to book of asset, earnings per-share to price, research & development to total asset, variance of total return dan funds memiliki korelasi signifikan dengan faktor umum (common factor). IOS hasil analisis faktor dengan koefisien korelasi terkecil dimiliki oleh variance of total return.
9
Proksi IOS dalam penelitan Kallapur & Trombley (1999) dibagi menjadi tiga proksi, yaitu: (a)Proksi IOS berdasar harga, proksi-proksi ini meliputi: i). market value of equity plus book value of debt (V), ii). ratio of book to market value of asset (A/V), iii). ratio of book to market value of equity (BE/MVE), iv). ratio of book value of property, plant, and equipment to firm value (PPE/V) dan v). ratio of replacement value of assets to market value ( Tobin-q), vi) Ratio of depreciation expense to value (DEP/V), dan vii). earning price ratio; (b).Proksi IOS berdasar investasi, proksi ini mencakup : i) ratio R&D expense to firm value (R&D/V), ii). ratio of R&D expense to total assets (R&D/A), iii). ratio of R&D expense to sales (R&D/S), iv). ratio of capital addition to firm value (CAP/X), dan v). ratio of capital addition to asset book value (CAPX/A), (c).Proksi IOS berdasar varian, yaitu: i)VARRET (variance of total return), dan ii) market model beta. Hasil penelitian Kallapur dan Trombley (1999) dengan menggunakan proksi IOS tersebut menunjukkan bahwa hampir seluruh proksi IOS memiliki korelasi yang signifikan dengan realisasi pertumbuhan, kecualiEPS/Price. Fanani (2006) dalam penelitiannya menggunakan proksi IOS berbasis harga yaitu book to market value of assets (MBVA), tobin’s q (TOBIQ), earnings to price ratios (PER), ratio of depreciation to firm value (DFV), dan firm value to book value of PPE (VPPE, dan proksi IOS berbasis investasi yaitu: rasio of capital expenditure to book value of assets (CEBVA), rasio of capital expenditure to market of assets (CEMVA), dan Invesment to Net Sales Ratio (INS). Hasil penelitian ini
dengan menggunakan confirmatory factor analysis (CFA)
menunjukkan bahwa set kesempatan investasi berbasis harga (IOSp) dan set
10
kesempatan investasi berbasis investasi (IOSi) memberikan kontribusi terhadap set kesempatan investasi (IOS) yang ditunjukkan dengan nilai semua dimensi diatas nilai kritis. Proksi IOS yang dipilih dalam penelitian ini adalah proksi IOS yang digunakan oleh Smith dan Watts (1992), Gaver & Gaver (1992), Kallapur dan Trombley (1999), dan Fanani (2006), yang merupakan proksi IOS paling valid sebagai proksi pertumbuhan. Proksi IOS tersebut adalah yaitu: rasio market to book value of asset (MV/BVA), rasio market to book value equity (MV/BVE) dan rasio EPS/Price. Ketiga proksi IOS tersebut menurut Kallapur dan Trombley (1999) merupakan proksi IOS berdasar harga, tetapi dalam penelitian ini juga akan menggunakan proksi IOS berdasar investasi yang digunakan oleh Kallapur dan Trombley (1999), yaitu ratio of capital expenditures to book value of asset (CA/BVA) dan ratio of capital expenditures to market value of asset (CA/MVA). Clarkson (1996) menunjukkan bahwa industri farmasi merupakan salah satu industri yang paling menguntungkan. Keuntungan industri farmasi berada di peringkat keempat setelah industri software, perminyakan, dan makanan. Dibanding rata-rata industri, keuntungan perusahaan farmasi lebih besar yaitu 13,27% dibanding dengan rata-rata 10,19%. Mekanisme mendapat keuntungan ini dipengaruhi berbagai sifat khas industri farmasi yang tidak dijumpai di industri lain. Salah satu sifat tersebut adalah adanya hambatan untuk masuk ke industri farmasi, yang akan mempengaruhi harga obat. Hambatan untuk masuk ke industri farmasi dilakukan dalam berbagai bentuk: 1) regulasi obat; 2) hak paten; dan 3) sistem distribusi.
11
Industri farmasi di Indonesia merupakan salah satu industri yang berkembang cukup pesat dengan pasar yang terus berkembang dan merupakan pasar farmasi terbesar di kawasan ASEAN. Data Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), pertumbuhan industri farmasi Indonesia rata-rata mencapai 14,10% per tahun lebih tinggi dari angka pertumbuhan nasional yang hanya mencapai 5-6% per tahun. Pasar farmasi nasional tumbuh rata-rata sebesar 9,7% per tahun dalam lima tahun terakhir, total angka penjualan tahun 2005 sebesar Rp 22,8 triliun, menjadi Rp33,96 triliun pada 2009, dan mencapai Rp37,53 triliun pada akhir 2010. Dari total pencapaian tersebut, pasar obat ethical (obat yang diresepkan) masih menjadi kontributor utama yang bertumbuh menjadi Rp21,14 triliun dan pasar OTC (over the counter) yaitu obat yang dijual bebas mencapai Rp16,38 triliun. Berikut ini akan disajikan data mengenai rata-rata return saham, debt to equity ratio, dan total assets perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2010. Tabel 1.1 Data Rata-Rata Return Saham, Debt to Equity Ratio dan Total Assets Perusahaan Farmasi di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2010 Periode (tahun)
Return Saham (%) 15,34
Debt Equity Ratio (%) 712,42
Total Assets (jutaan Rp) 1.178.230
48,25
848,01
1.258.685
2008
-49,79
306,52
1.360.114
2009
131,69
150,30
1.542.099
2010
58,23
241,71
1.662.652
2006 2007
Sumber : Indonesian Capital Market Directory (ICMD) 2006– 2010 dan www.idx.co.id, data diolah
12
Berdasarkan Tabel 1.1, dapat terlihat pergerakan return saham perusahaan farmasi secara garis besar mengalami fluktuasi selama kurun waktu 2006 ‐ 2010. Return saham tersebut mengalami kenaikan tertinggi pada tahun 2009 sebesar 131,69% dan diperoleh return saham terendah pada tahun 2008 sebesar -49,79%. Meskipun pada akhir periode pengamatan return saham menurun, namun dalam perjalanan selama lima tahun tersebut terlihat adanya fluktuasi, dengan kata lain ada masa return saham perusahaan farmasi naik dan ada kalanya return saham perusahaan tersebut turun dari periode sebelumnya. Fluktuasi tersebut dipengaruhi oleh krisis global yang terjadi pada tahun 2008 yang menyebabkan harga saham turun, selain itu juga harga saham dipengaruhi oleh faktor fundamental perusahaan. Dilihat dari sisi debt to equity ratio (DER) mengalami pergerakan yang fluktuatif, dengan angka tertinggi 848,01% pada tahun 2007 hingga terendah 150,30% pada tahun 2009. Beberapa periode penelitian terdapat pergerakan debt to equity ratio (DER) yang searah dengan return saham, yaitu pada tahun 2007 dan 2008. Hal ini bertentangan dengan teori yang ada, dimana jika debt to equity ratio (DER) menurun, maka seharusnya return saham meningkat. Nilai assets perusahaan selama periode 2006-2010 mengalami peningkatan, dapat dikatakan bahwa perusahaan-perusahaan farmasi merupakan perusahaan yang sedang tumbuh, sehingga memerlukan sumber pendanaan yang cukup besar dalam memenuhi kebutuhan investasinya. Melihat research gap dan fenomena yang terjadi pada Tabel 1.1
pada
perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia maka perlu untuk mengadakan penelitian mengenai pengaruh investment opportunity set (IOS)
13
terhadap struktur modal perusahaan farmasi, dan pengaruh investment opportunity set (IOS) dan struktur modal terhadap return saham perusahaan farmasi, sebab salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan investasi pada pasar modal adalah tingkat keuntungan atau return. Para investor umumnya termotivasi untuk melakukan investasi pada suatu instrumen yang diminati dengan harapan memperoleh tingkat pengembalian atau return investasi yang sesuai. Penelitian ini menggunakan pendekatan fundamental untuk mengetahui pengaruh investment opportunity set dan struktur modal terhadap return saham. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Sriwardany (2006), perbedaan dari penelitian ini terletak pada proksi yang digunakan. Penelitian Sriwardany (2006) menggunakan variabel pertumbuhan perusahaan yang diproksikan dengan tobin-q, variabel struktur modal diproksikan dengan debt to asset ratio, dan perubahan harga saham diproksikan dengan cumulative abnormal return (CAR) sedangkan pada penelitian ini variabel investment opportunity set diproksikan dengan lima rasio yaitu market to book value of assets, market to book value of equity, earning to share /price ratio, capital expenditures to book value of assets, dan capital expenditures to market value of asset, untuk struktur modal menggunakan proksi debt to equity ratio dan menggunakan variabel return saham, selain itu penelitian ini menggunakan data perusahaan farmasi dan rentang waktu yang penelitian dari tahun 2006-2010. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
14
1) Apakah variabel investment opportunity set berpengaruh signifikan terhadap struktur modal perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia ? 2) Apakah variabel investment opportunity set berpengaruh signifikan terhadap return saham perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia? 3) Apakah variabel struktur modal berpengaruh signifikan terhadap return saham perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia? 4) Apakah variabel investment opportunity set dan struktur modal berpengaruh signifikan terhadap return saham perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia? 1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah, adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh investment opportunity set terhadap struktur modal perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia. 2) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh investment opportunity set terhadap return saham perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia. 3) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh struktur modal terhadap return saham perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia. 4) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh investment opportunity set dan struktur modal terhadap return saham perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia.
15
1.4 Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis 1) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris bagi para akademis mengenai pengaruh investment opportunity dan struktur modal terhadap return saham. 2) Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi, informasi, dan bukti empiris khususnya tentang pengaruh investment opportunity set dan struktur modal terhadap return saham. Manfaat Praktis 1) Penelitian ini bagi investor diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan investasi di pasar modal dengan melihat investment opportunity set dan struktur modal yang dapat digunakan untuk menganalisis return saham. 2) Penelitian ini bagi emiten diharapkan dapat menjadi acuan atau referensi bagi pihak perusahaan untuk meningkatkan kinerja perusahaannya dalam rangka untuk meningkatkan return saham perusahaan
16
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1
Landasan Teori
2.1.1
Return Saham
Menurut Jogiyanto (2000:107), return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa : 1) Return realisasi (realized return) merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja perusahaan. Return historis ini juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi (expected return) dan risiko di masa datang. 2) Return ekspektasi merupakan return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa yang akan datang. Return ekspektasi sifatnya belum terjadi. Beberapa pengukuran return realisasi yang banyak digunakan adalah return total (total return), return relatif (return relative), kumulatif return (return cumulative), dan return disesuaikan (adjusted return). Return total merupakan return keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu periode tertentu. Return total yang sering disebut dengan return saja terdiri atas capital gain (loss) dan yield. Capital gain atau capital loss merupakan selisih dari harga investasi sekarang relatif dengan harga periode lalu. Untuk saham, capital gain terjadi jika harga saham pada periode tertentu lebih tinggi dari periode sebelumnya. Sebaliknya jika harga saham pada periode tertentu lebih rendah dari periode sebelumnya maka
16
17
akan terjadi capital loss, sedangkan yield merupakan persentase penerimaan kas periodik terhadap harga investasi periode tertentu dari suatu investasi. Rumus return saham adalah sebagai berikut: Pt -Pt-1
Return = P t-1 2.1.2
………………………………………………………………(1)
Investment Opportunity Set (IOS) Myers (1977), menyatakan bahwa perusahaan adalah kombinasi antara
nilai aktiva riil (asset in place) dan opsi investasi masa depan. Opsi investasi masa depan ini kemudian dikenal sebagai set kesempatan investasi atau investment opportunity set (IOS). Opsi investasi merupakan suatu kesempatan untuk berkembang, namun seringkali perusahaan tidak selalu dapat melaksanakan semua kesempatan investasi di masa mendatang. Bagi perusahaan yang tidak dapat menggunakan kesempatan investasi tersebut akan mengalami suatu pengeluaran yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai kesempatan yang hilang. Nilai kesempatan investasi merupakan nilai sekarang dari pilihan-pilihan perusahaan untuk membuat investasi di masa mendatang. Gaver dan Gaver (1993), opsi investasi masa depan tidak semata-mata hanya ditunjukkan dengan adanya proyek-proyek yang didukung oleh kegiatan riset dan pengembangan saja, tetapi juga dengan kemampuan perusahaan yang lebih dalam mengeksploitasi kesempatan mengambil keuntungan dibandingkan dengan perusahaan lain yang setara dalam suatu kelompok industrinya. Kemampuan perusahaan yang lebih tinggi ini bersifat tidak dapat diobservasi (unobservable).
18
Menurut Smith dan Watts (1992), investment opportunity set merupakan hasil dari pilihan-pilihan untuk membuat investasi di masa mendatang. Set kesempatan investasi menunjukkan kemampuan perusahaan memperoleh keuntungan dari prospek pertumbuhan. Prospek pertumbuhan merupakan suatu harapan yang diinginkan oleh pihak manajemen, investor, serta kreditur. Prospek perusahaan yang tumbuh bagi investor merupakan suatu hal yang menguntungkan, karena investasi yang ditanamkan diharapkan akan memberikan return yang tinggi. Perusahaan yang tumbuh akan direspon pasar dan peluang pertumbuhan terlihat pada peluang investasi yang diproksikan dengan berbagai macam kombinasi nilai investment opportunity set. Hasnawati (2005), menyatakan bahwa secara umum set kesempatan investasi merupakan hubungan antara pengeluaran saat ini maupun di masa mendatang dengan nilai atau return serta prospek sebagai hasil dari keputusan investasi untuk menciptakan nilai perusahaan. Norpratiwi (2007) menyatakan secara umum investment opportunity set menggambarkan tentang luasnya kesempatan atau peluang investasi bagi suatu perusahaan, namun sangat tergantung pada pilihan expenditure perusahaan untuk kepentingan di masa yang akan datang. Dengan demikian investment opportunity set merupakan kesempatan berinvestasi atau peluang investasi yang dimiliki oleh perusahaan dan memiliki pengaruh terhadap cara pandang manajer, pemilik, kreditur dan investor terhadap kemampuan profitabilitas serta prospek pertumbuhan perusahaan. Selain itu, investment opportunity set bersifat tidak dapat diobservasi, sehingga perlu dipilih suatu proksi yang dapat dihubungkan dengan variabel lain dalam perusahaan.
19
Proksi IOS dalam penelitian Kallapur & Trombley (2001) dibagi menjadi empat tipe proksi, yaitu: 1) Proksi berbasis harga (price-based proxies). Proksi ini berdasarkan pada perbedaan antara asset dan nilai perusahaan, oleh karena itu, proksi ini sangat tergantung pada harga saham. Perusahaan yang tumbuh akan memiliki nilai pasar relatif yang lebih tinggi dibandingkan dengan asset yang dimilikinya. Proksi berbasis pada harga dibentuk sebagai rasio yang berhubungan dengan pengukuran asset yang dimiliki dan nilai pasar perusahaan. 2) Proksi berbasis investasi (investment-based proxies). Proksi berbasis investasi menunjukkan tingkat aktivitas investasi yang tinggi secara positif berhubungan dengan IOS perusahaan. Kegiatan investasi ini diharapkan dapat memberikan peluang investasi berikutnya yang semakin besar pada perusahaan yang bersangkutan. Perusahaan dengan IOS yang tinggi juga akan mempunyai tingkat investasi yang sama tinggi, yang dikonversi menjadi aktiva yang dimiliki. Proksi berbasis investasi ini dibentuk dengan menggunakan rasio dengan membandingkan ukuran investasi pada ukuran aktiva yang dimiliki atau dengan hasil operasi yang dihasilkan dengan asset yang dimiliki. 3) Proksi berbasis ukuran-ukuran varian (variance measures). Proksi ini berdasarkan ide bahwa suatu pilihan akan menjadi lebih bernilai sebagai variabilitas dari return dengan mendasarkan pada peningkatan assets. 4) Proksi berbasis ukuran-ukuran gabungan (composite measures).
20
Proksi ini menyertakan berbagai wakil atau berdasarkan pada bukti lain mengenai IOS perusahaan. Alternatif proksi gabungan IOS dilakukan sebagai upaya untuk mengurangi measurement error yang ada pada proksi dengan rasio individual, sehingga akan menghasilkan pengukuran yang baik untuk IOS (Smith dan Watts, 1992). Berbagai alternatif proksi gabungan diantaranya adalah sebagai berikut: a.
Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas dilakukan terhadap rasio-rasio individual dengan mensubstitusikan setiap proksi satu per satu ke dalam model untuk mendapatkan satu proksi terbaik, kemudian membentuk variabel instrumental sebagai alternatif lain proksi set kesempatan investasi.
b.
Common factor analysis Common factor analysis digunakan untuk memperoleh factor score sebagai indeks umum set kesempatan investasi.
c.
Structural equation models Structural equation models dilakukan dengan menggabungkan proksiproksi individual pada masing-masing klasifikasi. Variabel-variabel terukur dari proksi set kesempatan investasi individual digabung menjadi satu variabel laten menggunakan structural equation models dengan pendekatan common factor analysis dengan membangun model berdasarkan teori yang mendasari variabel-variabel terukur itu ke dalam variabel latennya. Berdasarkan penelitian Gaver dan Gaver (1995), Jones dan Sharma (2001),
Fanani (2006) dan Norpratiwi (2007 proksi IOS diukur dengan menggunakan
21
proksi gabungan dari beberapa proksi tunggal IOS. Analisis yang digunakan adalah dengan menggunakan common factor analysis untuk memperoleh factor score yang akan digunakan sebagai representasi dari IOS. Penelitian ini menggunakan lima rasio yang berbasis harga dan investasi. Rasio berbasis harga yang digunakan adalah market to book value of asset (MV/BVA), market to book value of equity (MV/BVE) dan rasio earning to share/price (E/P), sedangkan rasio berbasis investasi yaitu rasio of capital expenditure to book value of asset (CA/BVA) dan rasio of capital expenditure to market value of assets (CA/MVA). Rasio MV/BVA mencerminkan peluang investasi yang dimiliki perusahaan, semakin tinggi rasio MV/BVA semakin besar asset perusahaan yang digunakan oleh perusahaan, maka akan semakin tinggi nilai IOS perusahaan. Rasio MV/BVE menggambarkan permodalan suatu perusahaan, semakin tinggi rasio MV/BVE maka perusahaan akan memiliki return saham yang tinggi. Rasio earning per share/price (E/P) merupakan ukuran IOS untuk menggambarkan earning power yang dimiliki perusahaan. Semakin besar tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan maka semakin menarik investasi pada perusahaan tersebut. Rasio CA/BVA menunjukkan jumlah aliran modal perusahaan yang digunakan untuk memperoleh aktiva tetapnya dan CA/MVA yang akan menunjukkan adanya investasi produktif yang tercermin dari peningkatan nilai pasar assets perusahaan. Berikut adalah proksi individual yang digunakan dalam penelitian :
22
1) Market Value to Book of Assets (MV/BVA), menunjukkan prospek pertumbuhan perusahaan yang dinyatakan dalam harga pasar. Pemilihan proksi mengacu pada penelitian Anugrah (2009) MV/BVA=Total
aktiva-Total ekuitas+(lembar saham beredar×closing price) x Total aset
100% ......... (2)
2) Market Value to Book of Equity (MV/BVE), menunjukkan peluang investasi perusahaan, apabila perusahaan dapat memanfaatkan modalnya dengan baik, maka semakin besar kemungkinan perusahaan tersebut untuk bertumbuh. Pemilihan proksi mengacu pada penelitian Anugrah (2009) MV/BVE=
jumlah lembar saham beredar x closing price Total Ekuitas
x 100%……...…………...(3)
3) Earning per Share /Price Ratio (E/P), menggambarkan seberapa besar earning power yang dimiliki perusahaan. Pemilihan proksi mengacu pada penelitian Anugrah (2009)
E⁄P =
Laba Per lembar saham closing price
x 100%
........................................................ …….(4)
4) Ratio of Capital Expenditure to Asset Book Value (CA/BVA), menunjukkan produktivitas investasi yang tercermin dari total assets perusahaan. Pemilihan proksi mengacu pada penelitian Anugrah (2009) CA/BVA=
Nilai buku aktivat -Nilai buku aktivat-1 Total Aktiva
x100% .................................. ……(5 )
5) Ratio of Capital Expenditure to Market Value of Assets (CA/MVA), menunjukkan perbandingan antara perubahan modal dengan harga pasar perusahaan. Pemilihan proksi mengacu pada penelitian Rokhayati (2005)
23
CA/MVA=
Nilai buku aktiva tetapt -Nilai buku aktiva tetapt-1 Total aktiva-total ekuitas +(jumlah saham beredar×closing price)
x 100%
.....(6)
2.1.3 Kebijakan Struktur Modal Modal dalam suatu bisnis merupakan salah satu sumber kekuatan untuk dapat melaksanakan aktivitasnya. Setiap perusahaan dalam melaksanakan kegiatannya selalu berupaya untuk menjaga keseimbangan finansialnya. Kebijakan struktur modal pada dasarnya dibangun dari hubungan antara keputusan dalam pemilihan sumber dana (financing decision) dengan jenis investasi yang harus dipilih oleh perusahaan (investment decision) agar sejalan dengan tujuan perusahaan yaitu memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham (maximize shareholders wealth) yang tercermin dari nilai perusahaan (value of firm) atau nilai pasar dari harga saham perusahaan (equity securities). Sumber pendanaan di dalam suatu perusahaan dibagi menjadi dua kategori yaitu pendanaan internal dan pendanaan eksternal. Pendanaan internal dapat diperoleh dari sumber laba ditahan dan depresiasi, sedangkan pendanaan eksternal dapat diperoleh dari pemilik yang merupakan komponen modal sendiri dan dana yang berasal dari para kreditur yang merupakan modal pinjaman atau hutang. Dana yang berasal dari hutang mempunyai biaya modal dalam bentuk biaya bunga. Dana yang berasal dari ekuitas mempunyai biaya modal berupa dividen. Perusahaan akan memilih sumber dana yang paling rendah biayanya di antara berbagai alternatif sumber dana yang tersedia. Proporsi atau bauran dari penggunaan modal sendiri dan hutang dalam memenuhi kebutuhan dana perusahaan disebut struktur modal perusahaan.
24
Ang (1997), setelah struktur modal ditentukan, maka perusahaan selanjutnya akan menggunakan dana yang diperoleh tersebut untuk operasional perusahaan. Aktivitas operasional perusahaan dikatakan menguntungkan jika return yang diperoleh dari hasil operasional tersebut lebih besar daripada biaya modal (cost of capital), dimana biaya modal ini merupakan rata-rata tertimbang dari biaya pendanaan (cost of funds) yang terdiri dari biaya (bunga) pinjaman dan biaya modal sendiri. Biaya modal sendiri terdiri dari dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham biasa dan dividen kepada pemegang saham preferen, sedangkan biaya pinjaman merupakan biaya bunga bersih (setelah dikurangi tarif pajak). Penggunaan besarnya proporsi hutang dalam struktur modal dapat diamati lewat rasio leverage. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya, dengan kata lain rasio leverage mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi semua hutang jangka pendek dan jangka panjangnya yang dapat diukur melalui debt ratio (DR) dan debt to equity ratio (DER). Debt ratio (DR) adalah proporsi antara kewajiban yang dimiliki dengan seluruh kekayaan yang dimiliki. Debt to equity ratio (DER) adalah perbandingan hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Debt to equity ratio (DER) dapat menunjukkan tingkat risiko suatu perusahaan, dimana semakin tinggi rasio DER maka semakin tinggi risiko suatu perusahaan karena pendanaan perusahaan dari unsur hutang lebih besar daripada modal sendiri (equity). Tingginya pendanaan dari unsur hutang membuat
25
perusahaan harus menanggung biaya atau beban modal yang besar, risiko yang ditanggung perusahaan juga meningkat apabila investasi yang dijalankan perusahaan tidak menghasilkan tingkat pengembalian yang optimal, oleh karena itu investor cenderung lebih tertarik pada tingkat DER tertentu yang besarnya kurang dari satu karena jika lebih dari satu menunjukkan risiko perusahaan yang semakin meningkat. Dalam penelitian ini, debt to equity ratio digunakan sebagai tolak ukur kebijakan struktur modal perusahaan. Rumus debt to equity ratio adalah sebagai berikut:
DER=
2.1.4
Total Debt Total Equity
x 100% …………………………………………………….(7)
Teori Struktur Modal
Struktur modal menurut Agus Sartono (2008:225) merupakan perimbangan jumlah hutang jangka pendek yang bersifat permanen, hutang jangka panjang, saham preferen dan saham biasa. Struktur modal yang optimal adalah gabungan dari hutang dan ekuitas yang memaksimalkan harga saham perusahaan. Myers (1984) menyatakan bahwa struktur modal merupakan suatu teka-teki yang belum bisa dijawab sebab tidak dapat diketahui bagaimana perusahaan memilih debt, equity atau campuran dari keduanya. Kebijakan pendanaan berkaitan dengan sumber dana, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar perusahaan. Sumber dana internal berasal dari dana yang terkumpul dari laba yang ditahan yang berasal dari kegiatan perusahaan dan depresiasi. Sumber dana eksternal berasal dari pemilik yang merupakan komponen modal sendiri dan dana
26
yang berasal dari para kreditur yang merupakan modal pinjaman atau hutang. Modal dalam suatu bisnis merupakan salah satu sumber kekuatan untuk dapat melaksanakan aktivitasnya. Menurut Husnan (2000:299), teori struktur modal menjelaskan apakah ada pengaruh perubahan struktur modal terhadap nilai perusahaan, seandainya keputusan investasi dan kebijakan dividen dipegang konstan dengan kata lain jika perusahaan mengganti sebagian modal sendiri dengan hutang atau sebaliknya apakah harga saham akan berubah. Tetapi kalau dengan merubah struktur modalnya ternyata nilai perusahaan berubah, maka akan diperoleh struktur modal yang terbaik. Struktur modal yang dapat memaksimumkan nilai perusahaan atau harga saham adalah struktur modal yang terbaik. Setiap keputusan pendanaan mengharuskan manajer keuangan untuk dapat mempertimbangkan manfaat dan biaya dari sumber-sumber dana yang akan dipilih karena masing-masing sumber dana mempunyai konsekuensi finansial yang berbeda. Kombinasi pemilihan struktur modal yang optimal (optimal capital structure) merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh perusahaan karena kombinasi pemilihan struktur modal tersebut akan mempengaruhi juga tingkat biaya modal yang dikeluarkan oleh perusahaan. Tingkat biaya modal adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk mendapatkan dana guna membiayai investasinya. Tingkat biaya modal rata-rata tertimbang hanya dapat dicapai apabila perusahaan telah menentukan struktur modalnya yang optimal. Struktur modal yang optimal suatu perusahaan harus berada pada keseimbangan antara risiko dan
27
pengembalian yang memaksimalkan harga saham (Brigham dan Houston, 2001:56). Menurut Home dan Wachowich (1998:459), struktur modal yang optimal bagi seluruh perusahaan dalam industri membutuhkan proporsi hutang yang lebih tinggi dari ekuitas. Berikut akan dijelaskan tentang beberapa konsep struktur modal yang dikemukakan oleh para ahli, antara lain pendekatan tradisional, pendekatan laba operasi, teori trade-off, agency theory dan pecking order theory. 1) Pendekatan Tradisional Menurut Husnan (2000:302), mereka yang menganut pendekatan tradisional berpendapat bahwa kondisi pasar modal yang sempurna dan tidak ada pajak, nilai perusahaan (atau biaya modal perusahaan) bisa dirubah dengan cara merubah struktur modalnya. Pendapat ini dominan sampai dengan awal tahun 1950-an. 2) Pendekatan Laba Operasi atau Net Operating Income (NOI) Sartono (2008:229), mengatakan bahwa pendekatan NOI ini mengasumsikan bahwa investor memiliki reaksi yang berbeda terhadap penggunaan hutang oleh perusahaan. Pendekatan ini melihat bahwa bagaimana biaya modal rata-rata tertimbang konstan berapapun tingkat hutang yang digunakan perusahaan. 3) Teori Trade-Off Teori trade-off dari struktur modal menunjukkan bahwa hutang bermanfaat bagi perusahaan karena bunga dapat dikurangkan dalam menghitung pajak (tax deductible), tetapi hutang juga menimbulkan biaya yang berhubungan dengan kebangkrutan yang aktual dan potensial. Struktur modal yang optimal berada pada keseimbangan antara manfaat pajak dari hutang dan biaya yang berkaitan dengan
28
kebangkrutan. Hal ini disebut juga dengan balance theory, dimana perusahaan berupaya mempertahankan struktur modal yang optimal dengan tujuan memaksimalkan nilai perusahaan. Trade off theory sebagai penyeimbang manfaat dan pengorbanan yang timbul sebagai akibat penggunaan hutang. Sejauh manfaat lebih besar, hutang akan ditambah. Tetapi apabila pengorbanan karena menggunakan hutang sudah lebih besar, maka hutang tidak boleh lagi ditambah (Husnan, 2000:324). Myers (1984) mengatakan bahwa secara garis besar dapat disimpulkan bahwa balance theory menganut pola keseimbangan antara keuntungan penggunaan dana dari hutang dengan tingkat bunga yang tinggi dan biaya kebangkrutan. 4) Pecking Order Theory Teori ini dikenalkan pertama kali oleh Donaldson pada tahun 1961 sedangkan penamaan pecking order theory dilakukan oleh Myers (1984) dalam Husnan (2000:324). Pada pecking order theory mengatakan bahwa perusahaan lebih cenderung memilih pendanaan yang berasal dari internal dari pada eksternal perusahaan. Penggunaan dana internal lebih didahulukan dibandingkan dengan penggunaan dana yang bersumber dari eksternal. Penggunaan sumber pendanaan eksternal oleh perusahaan dilakukan apabila sumber internal tidak mencukupi Pecking order theory menjelaskan mengapa perusahaan-perusahaan yang profitable umumnya meminjam dalam jumlah sedikit. Hal ini bukan disebabkan karena perusahaan tersebut mempunyai target debt ratio yang rendah, tapi karena perusahaan tersebut memerlukan external financing yang sedikit. Perusahaan yang kurang profitable akan cenderung mempunyai hutang yang lebih besar karena
29
dana internal tidak cukup dan hutang merupakan sumber eksternal yang lebih disukai (Husnan, 2000:325). Asimetri informasi, biaya transaksi dan biaya emisi merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi pendanaan berdasarkan pecking order theory, sehingga cenderung mendorong perilaku pecking order theory (Myers, 1984). Para manajer mengurangi berbagai biaya yang timbul dari pemilihan dana antara hutang atau ekuitas, dengan menerbitkan sekuritas yang berisiko paling kecil. Pecking order cenderung memilih pendanaan sesuai dengan urutan risiko Menurut Myers dan Majiluf (1984), Myers (1984), dan Brealy dan Myers (1991) dalam Husnan (2000:324-325) bahwa pecking order theory menyatakan beberapa hal antara lain : a. Perusahaan menyukai internal financing (pendanaan dari hasil operasi) b. Perusahaan mencoba menyesuaikan rasio pembagian dividen yang ditargetkan dengan berusaha menghindari perubahan pembayaran dividen secara drastis. c. Kebijakan dividen yang relatif segan untuk diubah, disertai untuk fluktuasi profitabilitas dan kesempatan investasi yang tidak bisa diduga, mengakibatkan bahwa dana hasil operasi kadang-kadang melebihi kebutuhan dana untuk investasi, meskipun dalam kesempatan lain mungkin kurang. d. Apabila pendanaan dari luar (external financing) diperlukan, maka perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling aman terlebih dahulu, yaitu dimulai dengan menerbitkan obligasi terlebih dahulu, kemudian diikuti dengan sekuritas berkarakteritik opsi (seperti obligasi konversi), kemudian bila masih belum mencukupi baru diterbitkan saham.
30
e. Dalam teori pecking order, tidak ada satu target debt to equity ratio, karena ada dua jenis modal sendiri, yaitu internal dan eksternal. Modal sendiri berasal dari dalam perusahaan lebih disukai daripada modal sendiri yang berasal dari luar perusahaan Ada dua alasan mengapa dana eksternal lebih disukai dalam bentuk hutang daripada modal sendiri. Pertama, adalah pertimbangan biaya emisi. Biaya emisi obligasi akan lebih murah dari biaya emisi saham baru, hal ini disebabkan karena penerbitan saham baru akan menurunkan harga saham lama. Kedua, manajer khawatir kalau penerbitan saham baru akan ditafsirkan sebagai kabar buruk oleh para pemodal dan membuat harga saham akan turun. Hal ini disebabkan antara lain oleh kemungkinan adanya asimetri informasi antara pihak manajer dengan pihak modal. 5) Agency Theory Teori biaya keagenan (agency cost) diawali dengan masalah keagenan (agency problem) yang terjadi di dalam suatu perusahaan. Teori ini dikemukakan oleh Michael C. Jensen dan William H. Meckling pada tahun 1976 (Home dan Wachowicz, 1998:482), manajemen perusahaan merupakan agen dari pemegang saham dan pemegang saham sebagai prinsipal atau pemilik perusahaan. Para pemegang saham berharap agen akan bertindak atas kepentingan mereka sehingga mendelegasikan wewenang kepada agen. Untuk dapat melakukan fungsinya dengan baik, manajemen harus diberikan insentif dan pengawasan yang memadai. Pengawasan dapat dilakukan melalui cara-cara seperti melakukan audit atas laporan keuangan dan membatasi kegiatan manajemen, membentuk struktur
31
organisasi yang dapat membatasi manajemen dalam mengambil keputusan. Kegiatan pengawasan tentu saja membutuhkan biaya yang disebut biaya keagenan. Menurut Home dan Wachowich (1998:482), biaya keagenan adalah biayabiaya yang berhubungan dengan pengawasan manajemen untuk meyakinkan bahwa manajemen bertindak konsisten sesuai dengan perjanjian kontraktual perusahaan dengan kreditur dan pemegang saham. Salah satu pendapat dalam teori agensi adalah siapapun yang menimbulkan biaya pengawasan, biaya yang timbul pasti merupakan tanggungan pemegang saham. Sebagai misal, pemegang obligasi mengantisipasi biaya pengawasan, membebankan bunga yang lebih tinggi. Semakin besar peluang timbulnya pengawasan, semakin tinggi tingkat bunga dan semakin rendah nilai perusahaan bagi pemegang saham. Biaya pengawasan berfungsi sebagai disinsentif dalam penerbitan obligasi, terutama dalam jumlah yang besar. Jumlah pengawasan yang diminta oleh pemegang obligasi akan meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah obligasi yang beredar. 2.1.5
Pengaruh Investment Opportunity Set Terhadap Struktur Modal
Menurut Myers (1977), perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi akan cenderung untuk memperkecil tingkat hutangnya, karena berkaitan dengan semakin tinggi hutang perusahaan, maka semakin tinggi kemungkinan perusahaan dinyatakan bangkrut oleh debtholders jika tidak mampu membayar hutang. Perusahaan yang memiliki hutang yang tinggi akan mengalami kesulitan dana sehingga proyek-proyek yang telah dimulai serta program-program penelitian
32
dan pengembangan mungkin akan dihentikan dan peluang investasi yang menguntungkan terpaksa dilepas. Jones dan Sharma (2001) mendukung hasil penelitian yang dilakukan Gaver dan Gaver (1993) yaitu hubungan antara set kesempatan investasi dan debt to equity ratio dan dividend yield adalah negatif yang berarti perusahaan yang memiliki set kesempatan investasi yang tinggi akan memiliki debt to equity ratio dan dividend yield yang rendah dengan menggunakan sampel perusahaan Australia. Kallapur dan Trombley (2001), semakin tinggi kesempatan investasi yang dimiliki perusahaan akan diikuti oleh penggunaan hutang yang lebih sedikit dalam struktur modalnya. Jaggi dan Gul (1999) menunjukkan terdapat hubungan yang positif signifikan antara kebijakan hutang perusahaan untuk perusahaan yang memiliki set kesempatan investasi yang rendah dan hubungan yang positif antara kebijakan hutang dan aliran kas bebas yang tinggi untuk perusahaaan yang memiliki set kesempatan investasi yang tinggi, lebih jelas pada perusahaan yang size-nya besar. Pagalung (2002) menunjukkan pengaruh yang positif dan signifikan antara kebijakan hutang dan IOS sehingga dapat dikatakan bahwa perusahaan dengan investasi tinggi akan mempunyai hutang yang tinggi dalam struktur modalnya. 2.1.6
Pengaruh Investment Opportunity Set Terhadap Return Saham
Perusahaan yang berkembang akan direfleksikan dari peningkatan harga saham perusahaan, sehingga perusahaan yang memiliki kesempatan investasi yang tinggi akan memiliki prospek ke depan yang cerah dan akan berpengaruh terhadap
33
harga saham perusahaan. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan MM bahwa perubahan harga saham lebih ditentukan oleh kemampuan untuk menghasilkan earning dan kesempatan investasi yang tinggi (Murhadi, 2006). Myers (1977) mendeskripsikan bahwa nilai pasar perusahaan saat ini merupakan kombinasi dari aset yang ada saat ini ditambah dengan kesempatan tumbuh di masa yang akan datang. Myers (1977) menyatakan bahwa semakin besar proporsi dari nilai perusahaan yang ditunjukkan dengan kesempatan investasi yang besar, maka semakin besar nilai ekuitas perusahaan. Kaestner dan Liu (1998) menyatakan bahwa investment opportunity set yang ada bagi perusahaan merupakan faktor utama yang yang menentukan pergerakan harga saham Murhadi (2006), menemukan set kesempatan investasi tidak memiliki pengaruh terhadap harga saham. Hal ini berarti ada atau tidaknya kesempatan investasi yang dimiliki oleh perusahaan tidak berdampak langsung pada perubahan harga saham. Norpratiwi (2007), variabel proksi investment opportunity set (IOS) memiliki korelasi yang signifikan terhadap return saham. Proksi IOS memberikan informasi kepada investor di pasar modal sehingga mampu meningkatkan return saham perusahaan. 2.1.7
Pengaruh Struktur Modal Terhadap Return Saham Tingkat debt to equity ratio (DER) yang tinggi menunjukkan komposisi
total hutang semakin besar apabila dibandingkan dengan total modal sendiri dalam kebijakan struktur modal perusahaan, sehingga hal ini akan berdampak
34
pada semakin besar pula beban perusahaan terhadap pihak eksternal (para kreditur). Penggunaan dana dari pihak luar akan dapat menimbulkan dua dampak, yaitu: dampak baik dengan meningkatkan kedisiplinan manajemen dalam pengelolaan dana, serta dampak buruk dengan munculnya biaya keagenan dan masalah asimetri informasi. Peningkatan beban terhadap kreditur akan menunjukkan sumber modal perusahaan sangat tergantung dari pihak ekternal, sehingga mengurangi minat investor dalam menanamkan dananya di perusahaan yang bersangkutan. Penurunan minat investor dalam menanamkan dananya ini akan berdampak pada penurunan harga saham perusahaan, sehingga return perusahaan juga semakin menurun. Natarsyah (2000), menunjukkan bahwa debt to equity mempunyai pengaruh yang positif terhadap harga saham. Maka semakin besar hutang, harga saham cenderung akan bergerak naik yang pada akhirnya akan meningkatkan return saham perusahaan. Ratnasari (2003) dan Muhammad (2006) juga menunjukkan bahwa faktor debt to equity ratio berpengaruh positif signifikan terhadap return saham. Sriwardany (2006), struktur modal mempunyai pengaruh negatif terhadap perubahan harga saham, yang memberi arti bahwa kebijakan struktur modal perusahaan lebih banyak menggunakan hutang maka akan terjadi penurunan harga saham. Suharli (2005) dan Nathaniel (2008), menemukan bahwa debt equity ratio tidak mempengaruhi return saham secara signifikan.
35
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Berpikir Landasan teori dan penelitian terdahulu yang telah disampaikan pada bab sebelumnya merupakan dasar penyusunan kerangka berpikir yang selanjutnya dibuat kerangka konseptual penelitian. Analisis investasi saham merupakan hal yang mendasar untuk diketahui para pemodal karena tanpa adanya analisis yang baik dan rasional maka para pemodal akan mengalami kerugian. Seorang investor harus memiliki kemampuan untuk memperkirakan harga saham di masa depan karena pendapatan yang berupa capital gain (loss) yang diperoleh investor ditentukan oleh pergerakan harga saham. Untuk itu para investor perlu mengetahui variabel apa saja yang mempengaruhi pergerakan harga saham agar keputusan investasi yang dilakukan dapat menghasilkan keuntungan yang maksimal. Analisis investasi saham dapat dibedakan menjadi dua pendekatan yaitu analisis teknikal dan analisis fundamental. Analisis teknikal memperkirakan harga saham dengan mengamati perubahan harga saham tersebut di waktu yang lalu sedangkan analisis fundamental memperkiran harga saham dengan mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental perusahaan yang berupa informasi yang berhubungan dengan kondisi perusahaan yang umumnya ditunjukkan dalam laporan keuangan perusahaan, kebijakan dividen, kebijakan struktur modal, dan sebagainya.
35
36
Pertumbuhan perusahaan merupakan suatu harapan penting yang diinginkan oleh pihak internal perusahaan yaitu manajemen maupun eksternal perusahaan seperti investor dan kreditur. Peluang pertumbuhan perusahaan tersebut terlihat pada kesempatan investasi yang diproksikan dengan berbagai macam nilai set kesempatan investasi (investment opportunity set). Berdasarkan penelitian Gaver dan Gaver (1995), Jones dan Sharma (2001), dan Norpratiwi (2007), proksi IOS diukur dengan menggunakan proksi gabungan dari beberapa proksi tunggal IOS. Proksi tunggal yang digunakan yaitu market to book value of asset (MV/BVA), market to book value of equity (MV/BVE), rasio earning to share/price (E/P), rasio of capital expenditure to book value of asset (CA/BVA) dan rasio of capital expenditure to market value of assets (CA/MVA). Analisis yang digunakan adalah dengan menggunakan common factor analysis untuk memperoleh factor score yang akan digunakan sebagai representasi dari IOS. Kebijakan struktur modal pada dasarnya dibangun dari hubungan antara keputusan dalam pemilihan sumber dana (financing decision) dengan jenis investasi yang harus dipilih oleh perusahaan (investment decision) agar sejalan dengan tujuan perusahaan yaitu memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham (maximize shareholders wealth) yang tercermin dari nilai perusahaan (value of firm) atau nilai pasar dari harga saham perusahaan (equity securities). Proporsi atau bauran dari penggunaan modal sendiri dan hutang dalam memenuhi kebutuhan dana perusahaan disebut struktur modal perusahaan.
37
Struktur modal dapat diukur dengan menggunakan rasio debt to equity ratio (DER). Debt to equity ratio (DER) dapat menunjukkan tingkat risiko suatu perusahaan, dimana semakin tinggi rasio DER maka semakin tinggi risiko suatu perusahaan karena pendanaan perusahaan dari unsur hutang lebih besar daripada modal sendiri (equity), hal ini membawa dampak pada menurunnya harga saham di bursa sehingga return saham akan menurun. Investment opportunity set dan struktur modal merupakan informasi dan bahan pertimbangan penting bagi investor untuk berinvestasi pada saham perusahaan. Hal ini dapat mempengaruhi pergerakan harga saham dan return saham dari perusahaan tersebut. Perusahaan yang memiliki kesempatan investasi (investment opportunity set) yang tinggi akan mempengaruhi penentuan sumber dana yang akan digunakan untuk merealisasikan atau mendanai peluang investasi perusahaan tersebut. Perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi akan cenderung tidak menambah hutang karena masalah underinvestment dimana para kreditur akan memperoleh klaim pertama terhadap aliran kas dari proyek investasi tersebut, apabila perusahaan memiliki tingkat hutang yang tinggi, maka dana yang dimiliki perusahaan akan digunakan untuk membayar kewajiban kepada kreditur sehingga peluang investasi yang menguntungkan terpaksa dilepaskan. 3.2 Kerangka Konseptual Kerangka konseptual penelitian disusun berdasarkan kerangka berpikir yang telah diuraikan sebelumnya. Gambar 3.1 menampilkan kerangka konseptual penelitian.
38
MV/BVA
MV/BVE
Investment Opportunity Set
E/P
CA/BVA
H2
H1
Struktur Modal (DER)
CA/MVA
H4
Return Saham
H3 Gambar 3.1 Kerangka Konseptual
3.3 Hipotesis Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, tinjauan teoritis dan kerangka konseptual maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut : 1) Investment opportunity set berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal. 2) Investment opportunity set berpengaruh positif signifikan terhadap return saham. 3) Struktur modal berpengaruh negatif signifikan terhadap return saham. 4) Investment opportunity set dan struktur modal berpengaruh signifikan terhadap return saham.
39
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan dan Ruang Lingkup Penelitian 4.1.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini dirancang sebagai penelitian eksplanatoris (explanatory research), yaitu menjelaskan bagaimana pengaruh investment opportunity set terhadap struktur modal, dan pengaruh investment opportunity set dan struktur modal terhadap return saham. 4.1.2 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan pada perusahaan farmasi yang terdaftar
di
Bursa Efek Indonesia, sedangkan objek penelitian ini adalah return saham perusahaan tersebut dalam periode tahun 2006-2010. 4.2 Variabel Penelitian 4.2.1 Identifikasi Variabel Identifikasi variabel perlu dilakukan untuk memberikan gambaran dan acuan dalam penelitian. Berdasarkan rumusan masalah dan hipotesis yang diajukan, variabel-variabel dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut: 1) Variabel Terikat Variabel terikat yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain. Pada penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah return saham pada perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2010.
39
40
2) Variabel Antara Variabel antara yaitu variabel yang bersifat hipotetikal dan secara teoritis dapat dipengaruhi atau mempengaruhi variabel lain. Pada penelitian ini yang menjadi variabel antara adalah struktur modal pada perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2010. 3) Variabel Bebas Variabel bebas yaitu variabel yang tidak dipengaruhi oleh variabel lain. Pada penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah investment opportunity set pada perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2010. 4.2.2 Definisi Operasional Variabel Variabel-variabel yang telah diidentifikasi dapat didefinisikan sebagai berikut: 1) Investment Opportunity Set Investment opportunity set (IOS) merupakan keputusan investasi dalam bentuk kombinasi aktiva yang dimiliki dan pilihan pertumbuhan pada masa yang akan datang. Variabel IOS diukur dengan lima proksi tunggal berbasis harga dan investasi yang selanjutnya akan direduksi dengan analisis faktor untuk memperoleh angka indeks yang dapat mewakili kelima proksi tersebut. Kelima proksi investment opportunity set dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut : a.
Market to Book Value of Assets (MV/BVA) Rasio market to book value of asset merupakan proksi IOS berdasarkan
41
harga. Proksi ini digunakan untuk mengukur prospek pertumbuhan perusahaan berdasarkan banyaknya asset yang digunakan dalam menjalankan usahanya. Bagi para investor, proksi ini menjadi bahan pertimbangan dalam penilaian kondisi perusahaan. Semakin tinggi MV/BVA semakin besar asset yang digunakan perusahaan dalam usahanya, maka semakin besar kemungkinan harga sahamnya akan meningkat, return saham pun meningkat. Pemilihan proksi ini mengacu pada Anugrah (2009). MV/BVA diukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut: MV/BVA
saham beredar×closing price) = Aset-Total ekuitas+(lembar x 100% ..…(1) Total aset
MV/BVA dinyatakan dalam satuan persentase, yang dihitung selama periode 2006-2010. b.
Market to Book Value of Equity (MV/BVE) Rasio market to book value of equity merupakan proksi berdasarkan harga.
Proksi ini menggambarkan permodalan suatu perusahaan. Rasio ini dapat diperoleh dengan mengalikan jumlah lembar saham beredar dengan harga penutupan saham terhadap total ekuitas. Bagi para investor yang akan melakukan pembelian saham perusahaan, penilaian terhadap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan dan mengelola modal merupakan suatu hal yang penting. Apabila suatu perusahaan dapat memanfaatkan modalnya dengan baik dalam menjalankan usaha, maka semakin besar kemungkinan harga saham perusahaan tersebut diperkirakan meningkat, return saham pun meningkat. Pemilihan proksi ini mengacu pada Anugrah (2009). MV/BVE diukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
42
MV/BVE=
jumlah lembar saham beredar x closing price x 100% ………………….(2) Total Ekuitas
MV/BVE dinyatakan dalam satuan persentase, yang dihitung selama periode 2006-2010. c. Earning per Share / Price Ratio (E/P) Rasio earning per share/ price ratio atau rasio laba per lembar saham terhadap harga pasar saham merupakan ukuran IOS untuk menggambarkan seberapa besar earning power yang dimiliki perusahaan. Semakin besar tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan maka semakin menarik investasi pada perusahaan tersebut. Hal ini akan berdampak positif terhadap return saham. Pemilihan proksi ini mengacu pada Anugrah (2009). E/P diukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut: E⁄ P =
Laba Per lembar saham x 100% ................................................................... (3) closing price
E/P dinyatakan dalam satuan persentase, yang dihitung selama periode 20062010. d.
Ratio of Capital Expenditure to Book Value Of Asset (CA/BVA) Rasio ini digunakan untuk melihat besarnya aliran tambahan modal saham
perusahaan.
Dengan
tambahan
modal
saham
ini
perusahaan
dapat
memanfaatkannya untuk tambahan investasi aktiva produktifnya. Semakin besar aliran tambahan modal saham, semakin besar kemampuan perusahaan untuk memanfaatkannya sebagai tambahan investasi. Dengan demikian akan mengakibatkan kenaikan harga saham pada perusahaan. Pemilihan proksi ini
43
mengacu pada Anugrah (2009). CA/BVA diukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut: CA/BVA=
Nilai buku aktivat -Nilai buku aktivat-1 Total Aktiva
x 100% ...........................................(4)
CA/BVA dinyatakan dalam satuan persentase, yang dihitung selama periode 2006-2010. e.
Ratio Capital Expenditure to Market Value of Assets (CA/MVA) Rasio ini digunakan untuk melihat besarnya aliran tambahan modal saham
perusahaan,
dengan
tambahan
modal
saham
ini
perusahaan
dapat
memanfaatkannya untuk tambahan investasi aktiva produktifnya. Para investor dapat melihat seberapa besar aliran modal tambahan suatu perusahaan dengan membagi capital expenditure dengan harga pasar perusahaan. Semakin besar aliran tambahan modal saham, semakin besar kemampuan perusahaan untuk memanfaatkannya sebagai tambahan investasi. Dengan demikian akan mengakibatkan kenaikan harga saham perusahaan. Pemilihan proksi ini mengacu pada Rokhayanti (2005). CA/MVA diukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut: CA/MVA=
Nilai buku aktiva tetapt -Nilai buku aktiva tetapt-1 Total aktiva-total ekuitas +(jumlah saham beredar×closing price)
x 100% ..(5)
CA/MVA dinyatakan dalam satuan persentase, yang dihitung selama periode 2006-2010. 2) Struktur Modal Proporsi antara penggunaan modal sendiri dan hutang dalam memenuhi kebutuhan perusahaan disebut dengan struktur modal perusahaan. Dalam
44
penelitian ini sebagai proksi dari struktur modal yaitu debt to equity ratio. Debt to equity ratio memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat risiko yang ditanggung perusahaan. Rasio ini diperoleh dengan membandingkan jumlah hutang dengan jumlah ekuitas. Debt to equity ratio dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Total Debt
DER= Total Equity x 100% .............................................................................(6) DER dinyatakan dalam satuan persentase, yang dihitung selama periode 20062010. 3) Return Saham Return Saham merupakan pendapatan yang diterima oleh para pemegang saham dalam bentuk capital gain (loss). Harga saham adalah harga penutupan saham per 31 Desember yang tercatat di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2006-2010. Return saham dihitung dengan rumus sebagai berikut: Pt -Pt-1
Return = P x100% t-1 (7)
.................................................................................
Return saham dinyatakan dalam satuan persentase, yang dihitung selama periode 2006-2010. 4.3 Prosedur Pengumpulan Data 4.3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: data sekunder. Data sekunder merupakan data yang tidak didapatkan secara
45
langsung oleh peneliti tetapi diperoleh dari data yang dimiliki oleh perusahaan, studi kepustakaan, literatur, jurnal penelitian terdahulu yang berhubungan dengan permasalahan yang sedang diteliti, dan data yang diperoleh melalu fasilitas internet. Data dalam penelitian ini diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory tahun 2006-2010 dan www.idx.co.id. 4.3.2 Populasi dan Sampel Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh perusahaan farmasi
yang tercatat di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2006-2010 sebanyak 9 (sembilan) perusahaan. Dalam penelitian ini semua perusahaan farmasi yang terdaftar dalam bursa Efek Indonesia diambil sebagai sampel, sehingga sampel ini disebut sebagai sampel jenuh atau sering disebut dengan menggunakan metode sensus. Menurut Sugiyono (2005:78), bahwa jika jumlah subyek kurang dari 30, maka lebih baik semua subjeknya diteliti, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. 4.3.3 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode observasi non perilaku yaitu pengumpulan data dengan cara mengamati, mencatat, serta mempelajari uraian-uraian dari jurnal, buku-buku serta dokumen-dokumen. Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan mengamati, mencatat, seta mempelajari karya ilmiah berupa jurnal, tesis, buku-buku, serta dokumen-dokumen berupa laporan keuangan perusaahaan yang diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory 20062010 dan www.idx.co.id.
46
4.4 Metode Analisis Data Berdasarkan hipotesis dalam penelitian ini maka metode analisis data yang digunakan adalah
analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif adalah suatu
pengukuran yang digunakan dalam suatu penelitian yang dapat diuntungkan dengan jumlah satuan tertentu atau dinyatakan dengan angka-angka. Analisis ini meliputi pengolahan data, pengorganisasian data dan penemuan hasil. Pengujian data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan model regresi. Adapun pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut: 4.4.1
Analisis Faktor Analisis faktor digunakan untuk membentuk proksi gabungan dari kelima
proksi tunggal set kesempatan investasi. Analisis faktor yang digunakan adalah common factor analysis, yaitu untuk memperoleh nilai factor score sebagai indeks umum variabel set kesempatan investasi (Gaver dan Gaver, 1995). Layak tidaknya digunakan analisis faktor ini dapat dilihat dari besarnya nilai bivariate pearson correlation coefficient. Apabila sebagian besar dari variabel yang digunakan koefisien korelasinya tidak lebih tinggi dari 0,30 maka analisis faktor tidak layak digunakan. Tes lainnya yang dapat digunakan untuk mendeteksi korelasi antar variabel adalah measure of sampling adequacy (MSA). Nilai MSA yang berada di bawah angka 0,50 tergolong tidak dapat diterima. Jumlah faktor yang dapat digunakan lebih lanjut adalah faktor yang mempunyai nilai eigenvalues sama atau lebih dari satu karena dianggap telah mewakili nilai-nilai keseluruhan variabel. Apabila faktor yang terbentuk lebih dari satu maka nilai tersebut akan dijumlahkan menjadi satu indeks faktor saja. Indeks faktor yang
47
diperoleh selanjutnya akan digunakan sebagai nilai yang mewakili proksi tunggal set kesempatan investasi.
4.4.2
Analisis regresi Pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan menggunakan model
analisis regresi sederhana dan analisis linier berganda. Tujuan penggunaan teknik analisis regresi secara umum adalah untuk mengetahui pola hubungan (positif, negatif, atau tidak ada
hubungan) antara variabel bebas dengan terikat dan
menaksirkan nilai variabel terikat berdasarkan nilai variabel bebas yang telah diketahui. Analisis regresi sederhana bertujuan untuk menguji hubungan antara dua variabel, sedangkan regresi berganda (multiple regression) bertujuan untuk menguji hubungan antara beberapa variabel bebas dengan satu variabel terikat. Proses pengolahan data dalam analisis regresi linier berganda dilakukan dengan bantuan program SPSS (Statistic Program For Social Science) 13.0 for windows. Analisis regresi sederhana digunakan untuk menguji pengaruh variabel investment opportunity set (IOS) terhadap struktur modal (DER) pada perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia, sedangkan analisis regresi berganda digunakan untuk menguji pengaruh variabel investment opportunity set (IOS) dan struktur modal (DER) terhadap return saham pada perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia. Bentuk dari model persamaan regresi sederhana dan regresi berganda secara matematis adalah sebagai berikut: Y = α+β1X1+β2X2+e............................................................................. (8)
48
X2 = α+β1X1+e...................................................................................... (9) Dimana, Y
= return saham
α
= konstanta
X1
= investment opportunity set (IOS)
X2
= struktur modal (DER)
1 − 2 = koefisien regresi e
= kesalahan penganggu
4.4.3 Uji Persyaratan Regresi Penggunaan model regresi harus memenuhi asumsi-asumsi klasik agar model regresi dapat dijadikan alat estimasi yang tidak bias jika telah memenuhi syarat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator). Beberapa persyaratan yang perlu diuji yaitu: 1) Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya memiliki distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk melihat normalitas data dapat dilakukan dengan melihat histogram atau normal probabilitas plot. Persyaratan normalitas bisa dipenuhi jika residual berasal dari distribusi normal dan nilai-nilai sebaran data akan terletak disekitar garis lurus. 2) Uji Multikolinearitas
49
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antara satu variabel bebas dengan variabel bebas yang lain. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan cara, yaitu: a. Nilai R2 sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel bebas banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel terikat. b. Menganalisa matrik korelasi antar variabel bebas jika terdapat korelasi antar variabel bebas yang cukup tinggi (> 0,9) hal ini merupakan indikasi adanya multikolinearitas, tidak adanya korelasi yang tinggi antar variabel bebas tidak berarti bebas dari multikolinearitas. c. Dilihat dari nilai VIF (variance inflation factor) dan tolerance. Nilai cut off tolerance < 0.10 dan VIF>10 (berarti terdapat multikolinearitas) 3) Uji Heterokedastisitas Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dari model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual suatu pengamatan dengan pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas, dimana pada nilai variabel independen tertentu masing-masing kesalahan mempunyai nilai varian yang sama. Jika model yang diperoleh ternyata tidak memenuhi asumsi tersebut maka dalam model tersebut terjadi heterokedastisitas. Pada penelitian ini, uji heterokedastisitas dilakukan dengan uji glesjer. Dalam uji glesjer, model regresi yang digunakan dalam penelitian ini diregresikan untuk mendapatkan nilai residualnya, kemudian nilai residual tersebut diabsolutkan dan dilakukan regresi dengan semua variabel independennya. Bila terdapat variabel independen yang
50
berpengaruh secara signifikan terhadap residual absolut maka dalam model regresi tersebut terjadi heterokedastisitas 4) Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 atau sebelumnya. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual atau kesalahaan penggangguan tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data runtut waktu atau time series karena “gangguan”
pada
seorang
individu/kelompok
cenderung
mempengaruhi
“gangguan” pada individu/kelompok yang sama pada periode berikutnya. Pada data crosssection atau silang waktu, masalah autokorelasi relatif jarang terjadi karena “gangguan” pada observasi yang berbeda berasal dari individu/kelompok yang berbeda. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi, Ghosali (2001:57-74). Pada penelitian ini, uji autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji Durbin-Watson. Jika nilai Durbin-Watson terletak antara -2 sampai +2, maka tidak terjadi autokorelasi.
51
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1.
Hasil Penelitian
5.1.1 Deskripsi Variabel Penelitian Variabel penelitian ini terdiri dari investment opportunity set, struktur modal, dan return saham, dimana variabel investment opportunity set diukur dengan menggunakan proksi gabungan dari lima proksi tunggal yaitu market to book value of asset (MV/BVA), market o book value of equity (MV/BVE), earning per share/price (E/P), capital expenditure to book value of assets (CA/BVA), capital expenditure to market value of assets (CA/MVA. Berikut ini deskripsi dari masing-masing variabel tersebut: 1) Investment Opportunity Set (IOS) Investment opportunity set perusahaan farmasi diukur dari lima proksi tunggal yang berbasis harga dan investasi. Kelima proksi tersebut yaitu: a. Market to Book Value of Assets (MV/BVA) Proksi berbasis harga MV/BVA menunjukkan perbandingan nilai pasar assets perusahaan terhadap nilai bukunya. Tabel 5.1 berikut menunjukkan market to book value of assets perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia selama periode 2006-2010
51
52
Tabel 5.1 Statistik Deskriptif Market to Book Value of Assets Perusahaan Farmasi di Bursa Efek Indonesia Selama Periode 2006-2010 MV/BVA (%) Tahun N Minimum Maximum Mean Std. Deviation 2006 9 53,749 333,627 181,675 95,160 2007 9 75,196 370,577 205,789 90,918 2008 9 56,920 224,746 111,690 53,499 2009 9 58,969 431,316 187,773 130,110 2010 9 90,783 495,654 252,749 157,847 Sumber : Lampiran 5 Berdasarkan Tabel 5.1. dapat diketahui bahwa perusahaan farmasi selama periode 2006-2010 memiliki nilai rata-rata market to book value of assets tertinggi pada tahun 2010 yaitu 252,75%, ini berarti perusahaan farmasi mampu menciptakan prospek investasi yang menguntungkan. Selama periode 2006-2010, nilai assets perusahaan meningkat rata-rata dua kali dari nilai bukunya. Semakin besar MV/BVA menunjukkan adanya pertumbuhan size perusahaan serta mengindikasikan potensi pertumbuhan dan peluang investasi yang menguntungkan di masa mendatang. b. Market to Book Value of Equity (MV/BVE) Proksi berbasis harga MV/BVE menunjukkan perbandingan jumlah lembar saham beredar dengan harga penutupan saham terhadap total ekuitasnya. Tabel 5.2 berikut menunjukkan market to book value of equity perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia selama periode 2006-2010
53
Tabel 5.2 Statistik Deskriptif Market to Book Value of Equity Perusahaan Farmasi di Bursa Efek Indonesia Selama Periode 2006-2010 MV/BVE (%) Tahun N Minimum Maximum Mean Std. Deviation 2006 9 -2228,336 403,552 -48,838 827,343 2007 9 64,743 4302,390 695,220 1357,324 2008 9 38,629 446,281 146,870 131,515 2009 9 70,868 713,850 277,708 225,982 2010 9 79,656 1009,568 376,082 311,019 Sumber: Lampiran 5 Berdasarkan Tabel 5.2 dapat diketahui bahwa perusahaan farmasi selama periode 2006-2010 memiliki nilai rata-rata market to book value of equity tertinggi yaitu pada tahun 2007 yaitu 695,22%, namun pada tahun 2008 terjadi penurunan nilai ekuitas menjadi sebesar 146,87%, nilai pasar ekuitas menurun karena pada tahun 2008 terjadi krisis global yang menyebabkan harga saham menurun. Tahun 2008-2010 terjadi peningkatan peningkatan nilai pasar ekuitas saham yang cukup tinggi yaitu sebesar tiga kali dari nilai bukunya. c. Earning per Share/Price (E/P) Proksi berbasis harga E/P menunjukkan perbandingan laba per lembar saham terhadap harga pasar saham. Tabel 5.3 berikut menunjukkan earning per share/price perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia selama periode 2006-2010
54
Tabel 5.3 Statistik Deskriptif Earning per Share/Price Perusahaan Farmasi di Bursa Efek Indonesia Selama Periode 2006-2010 E/P (%) Tahun N Minimum Maximum Mean Std. Deviation 2006 9 -7,689 9,658 4,954 4,983 2007 9 1,951 8,267 5,236 2,400 2008 9 4,000 17,768 12,424 4,910 2009 9 1,205 10,959 7,540 2,724 2010 9 -6,571 13,043 5,048 5,059 Sumber: Lampiran 5 Berdasarkan Tabel 5.3 dapat diketahui bahwa selama periode 2006-2010 perusahaan farmasi memiliki nilai rata-rata earning per share/price tertinggi yaitu pada tahun 2008 yaitu 12,42%, namun selama periode 2008-2010 terjadi penurunan keuntungan perlembar saham terhadap harga saham. d.
Capital Expenditure to Book Value of Assets (CA/BVA) Tabel 5.4 berikut menunjukkan capital expenditure to book value of
assets perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia selama periode 2006-2010. Tabel 5.4 Statistik Deskriptif Capital Expenditure to Book Value of Assets Perusahaan Farmasi di Bursa Efek Indonesia Selama Periode 2006-2010 CA/BVA (%) Tahun N Minimum Maximum Mean Std. Deviation 2006 9 -0,886 7,154 1,606 2,750 2007 9 -1,090 4,402 1,345 1,946 2008 9 -3,089 5,327 1,304 2,184 2009 9 -2,635 2,792 0,341 1,698 2010 9 -2,217 118,315 13,615 39,301 Sumber: Lampiran 5 Berdasarkan Tabel 5.4, dapat dikatakan terjadi peningkatan investasi produktif secara rata-rata dari tahun 2006 sebesar 1,61% menjadi 13,62% pada
55
tahun 2010. Pada tahun 2009 terjadi penurunan nilai fixed assets perusahaan farmasi sehingga rata-rata capital expenditure to book value of assets menjadi yang terkecil yaitu 0,34%. Hal tersebut dapat terjadi karena investasi yang dijalankan belum memberikan return yang positif sehingga nilai assets menurun. e. Capital Expenditure to Market Value of Assets (CA/MVA) Tabel 5.5 berikut menunjukkan capital expenditure to market value of assets perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia selama periode 2006-2010. Tabel 5.5 Statistik Deskriptif Capital Expenditure to Market Value of Assets Perusahaan Farmasi di Bursa Efek Indonesia Selama Periode 2006-2010 CA/MVA (%) Tahun N Minimum Maximum Mean Std. Deviation 2006 9 -0,861 5,329 0,994 1,930 2007 9 -0,726 1,706 0,554 0,844 2008 9 -5,427 5,089 0,884 2,752 2009 9 -3,070 1,713 0,099 1,358 2010 9 -1,507 129,487 14,338 43,189 Sumber: Lampiran 5 Berdasarkan Tabel 5.5 menunjukkan bahwa pada tahun 2010 secara ratarata, terjadi peningkatan investasi yang produktif dengan nilai CA/MVA sebesar 14,34%. Penilaian investor terhadap peluang pertumbuhan perusahaan tercermin dari nilai CA/MVA. Semakin tinggi nilai CA/MVA menunjukkan bahwa perusahaan memiliki prospek menguntungkan di masa mendatang. 2) Struktur Modal Struktur modal perusahaan farmasi diukur dari besarnya debt to equity ratio (DER). DER menggambarkan perbandingan antara hutang dengan modal
56
perusahaan. Perusahaan yang memiliki DER yang tinggi akan menimbulkan risiko yang lebih besar, para pemodal akan menetapkan keuntungan yang lebih besar lagi terhadap setiap rupiah yang ditanam di perusahaan. Tabel 5.6 berikut menunjukkan debt to equity ratio perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia selama periode 2006-2010. Tabel 5.6 Statistik Deskriptif Debt to Equity Ratio Perusahaan Farmasi di Bursa Efek Indonesia Selama Periode 2006-2010 DER (%) Tahun N Minimum Maximum Mean Std. Deviation 2006 9 20,005 144,910 712,420 2283,213 2007 9 18,139 7146,470 848,013 2362,990 2008 9 12,023 2289,831 306,524 746,523 2009 9 21,061 948,693 150,289 301,682 2010 9 18,945 1828,052 241,707 595,974 Sumber: Lampiran 5 Berdasarkan Tabel 5.6 menunjukkan bahwa rata-rata DER selama periode 2006-2010 berfluktuasi. Nilai rata-rata DER tertinggi yaitu pada tahun 2007 sebesar 848,01%, ini berarti proporsi ekuitas dalam pendanaan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya sangat rendah. Semakin tinggi rasio DER maka semakin tinggi risiko yang dihadapi dan investor akan meminta tingkat keuntungan yang semakin tinggi. Disamping itu, kreditur lebih menyukai tingkat DER tertentu yang besarnya kurang dari satu karena jika lebih dari satu menunjukkan risiko perusahaan yang semakin meningkat. 3) Return Saham Return saham yang dibahas dalam penelitian ini adalah return yang berupa capital gain (loss), yang akan ditentukan oleh pergerakan harga saham di bursa
57
efek. Perkembangan return saham perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia selama periode 2006-2010 ditunjukkan pada Tabel 5.7. Tabel 5.7 Statistik Deskriptif Return Saham Perusahaan Farmasi di Bursa Efek Indonesia Selama Periode 2006-2010 Tahun
N
2006 9 2007 9 2008 9 2009 9 2010 9 Sumber: Lampiran 5
Return Saham (%) Minimum Maximum -84,071 101,333 -16,667 138,889 -75,610 -20,000 59,375 276,812 -24,837 249,606
Mean 15,340 48,253 -49,792 131,691 58,230
Std. Deviation 52,921 52,465 19,623 76,701 95,921
Berdasarkan Tabel 5.7, dapat diketahui bahwa sejak tahun 2006, rata-rata return saham perusahaan farmasi bernilai positif, namun pada tahun 2008 rata-rata return saham perusahaan farmasi bernilai negatif, karena pada tahun 2008 terjadi krisis global yang menyebabkan terjadinya penurunan harga saham. Pada tahun 2009, rata-rata retun saham perusahaan farmasi telah menjadi positif dan jauh lebih baik dari tahun sebelumnya (2006-2008) yaitu sebesar 131,69%. 5.1.2 Hasil Analisis Faktor Dalam penelitian ini common factor analysis digunakan untuk memperoleh factor score yang merupakan nilai indeks umum dari proksi tunggal yang membentuk variabel investment opportunity set (IOS). Nilai masing-masing rasio yang digunakan sebagai proksi IOS dihitung setiap tahun untuk setiap perusahaan sampel dan selanjutnya digunakan sebagai data input dalam proses analisis faktor. Berikut ini adalah rekapitulasi hasil perhitungan analisis faktor dengan bantuan program SPSS 13.0 yang ditampilkan pada Tabel 5.8
58
Tabel 5.8 Hasil Common Factor Analysis A. Bivariate pearson correlation coefficient Proksi tunggal IOS
MV/BVA
MV/BVE
E/P
CA/BVA CA/MVA
MV/BVA
1,000
0,607
-0,303
-0,021
-0,158
MV/BVE
0,607
1,000
-0,239
-0,072
-0,188
E/P
-0,303
-0,239
1,000
0,077
0,115
CA/BVA
-0,021
-0,072
0,077
1,000
0,975
CA/MVA -0,158 -0,188 B. Measure of sampling adequacy (MSA)
0,115
0,975
1,000
Proksi tunggal IOS
MV/BVA
E/P
CA/BVA CA/MVA
MV/BVA
0,458
MV/BVE
MV/BVE 0,628
E/P
0,782
CA/BVA
0,443
CA/MVA C. Eigenvalue
0,457
Faktor
1
2
3
4
5
Eigenvalue
2,159
1,619
0,819
0,388
0,015
Sumber: Lampiran 6 Berdasarkan hasil common factor analysis pada Tabel 5.8 di atas, dapat diketahui bahwa tidak semua nilai korelasi berada di atas angka 0,30, namun sebagian besar nilai korelasi berada di atas angka 0,30 sehingga analisis faktor dapat dilanjutkan. Korelasi yang disajikan adalah bivariate pearson correlation coefficient masing-masing sebesar 0,607, -0,303, -0,239, 0,077, 0,975. Nilai measure of sampling adequacy (MSA) di atas nilai 0,50 yaitu MV/BVE sebesar 0,628 dan E/P sebesar 0,782, sedangkan MV/BVA, CA/BVA, dan CA/MVA masing-masing memiliki MSA dibawah 0,5 yaitu masing-masing sebesar 0.458, 0.443, dan 0,457 sehingga variabel tersebut harus dikeluarkan
59
sebagai variabel dalam penelitian ini. Selanjutnya kriteria yang digunakan untuk menentukan jumlah faktor yang digunakan ditentukan dengan menggunakan nilai eigenvalue sama atau lebih besar dari 1. Pada Tabel 5.8 dapat dilihat terdapat dua faktor yang mempunyai nilai eigenvalue yang sama atau lebih besar dari 2, yaitu faktor 1 dan 2 (eigenvalue = 2,159 dan 1,619), namun hanya satu faktor yang bisa digunakan yaitu faktor 2 karena nilai MSA faktor 2 memenuhi syarat di atas 0,50. Ini berarti hanya ada satu faktor yang dibutuhkan untuk menjelaskan hubungan timbal balik antara proksi investment opportunity set. Faktor inilah yang merupakan faktor umum investment opportunity set, dimana nilai factor score yang diperoleh tersebut akan digunakan lebih lanjut dalam analisis regresi. Berikut ini statistik deskriptif nilai factor score proksi gabungan variabel yang disajikan pada Tabel 5.9. Tabel 5.9 Statistik Deskriptif Nilai Factor Score Proksi Gabungan Variabel Investment Opportunity Set Perusahaan Farmasi di Bursa Efek Indonesia Selama Periode 2006-2010 Tahun
N
2006 9 2007 9 2008 9 2009 9 2010 9 Sumber: Lampiran 8
Nilai Factor Score Investment Opportunity Set Minimum Maximum Mean Std. Deviation -1,240 4,164 0,608 1,700 -0,544 0,506 -0,078 0,331 -0,363 2,437 0,398 0,821 -1,408 -0,255 -0,833 0,434 -0,664 0,797 -0,094 0,491
Berdasarkan Tabel 5.9, dapat diketahui bahwa nilai factor score investment opportunity set berkisar diantara -1,408 sampai dengan 4,164. Nilai rata-rata factor score tertinggi terjadi di tahun 2006 sebesar 0,608. Nilai factor score yang tinggi mengindikasikan semakin besarnya kesempatan investasi perusahaan.
60
5.1.3 Hasil Analisis Regresi Pengaruh variabel investment opportunity set (IOS) terhadap struktur modal (DER) perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia diuji dengan menggunakan teknik analisis regresi linier sederhana. Pengaruh variabel investment opportunity set (IOS) dan struktur modal (DER) baik secara parsial dan simultan terhadap return saham perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia diuji dengan menggunakan teknik analisis regresi linier berganda. Adapun pengolahan datanya dilakukan dengan bantuan program SPSS 13.0 for windows. 5.1.3.1. Hasil Analisis Pengaruh Variabel Investment Opportunity Set Terhadap Struktur Modal Perusahaan Farmasi Di Bursa Efek Indonesia 1). Uji Asumsi Klasik Regresi Linier Sederhana a. Uji Normalitas Model regresi memenuhi asumsi normalitas karena data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal seperti yang ditampilkan oleh Gambar 5.1
61
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: DER
Expected Cum Prob
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
Sumber : Lampiran 10 Gambar 5.1 Grafik Normal P-Plot Model Regresi I b. Uji Multikolinearitas Gejala multikolinearitas tidak terdapat dalam model regresi karena nilai VIF dari variabel IOS memiliki nilai di bawah 10 dan angka tolerance diatas 0,1. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.10 c. Uji Autokorelasi Model regresi tidak mengandung gejala autokorelasi karena angka Durbin-Watson berada diantara -2 sampai +2 yaitu sebesar 1,859 seperti yang ditampilkan pada Tabel 5.10
62
Tabel 5.10 Hasil Estimasi Model Regresi I Variabel Bebas
Koefisien Regresi
thitung
Konstanta IOS (X1) 0,935 R 0,935 R2 0,874 F hitung 298,833 Signifikansi F 0,000 Durbin Watson 1,859 Sumber : Lampiran 9 d. Uji Heterokedastisitas
-2,797 17,287
Sig. t 0,008 0,000
Partial Correlation
Collinearity Statistics Tolerance VIF
0,935
1,000
Tabel 5.11 Hasil Uji Heterokedastisitas I Unstandarized Standarized Variabel Coeffisients Coefficients t Bebas B Std. Error Beta Konstanta 437,736 60,653 7,217 IOS -0,060 0,074 -0,121 -0,801 Sumber : Lampiran 11
1,000
Sig. 0,000 0,427
Pada Tabel 5.11, dari uji heterokedastisitas dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas dalam penelitian ini. Hal ini dapat dilihat dari signifikansi hitung yang lebih besar dari tingkat signifikansi yang dipergunakan yaitu α = 5%. 2). Persamaan Model Regresi Berdasarkan hasil estimasi regresi linier sederhana seperti yang ditampilkan pada Tabel 5.10 maka persamaan model regresi linier sederhana adalah sebagai berikut: X2 = 0,935X1 ...................................................................................................(1) Tanda positif dari koefisien regresi variabel bebas (X1) menunjukkan arah pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat (kebijakan struktur modal
63
(DER)). Koefisien regresi X1 bertanda positif (+) yang berarti bahwa IOS memiliki pengaruh yang searah terhadap struktur modal (DER). 5.1.3.2. Pengujian Hipotesis 1 Pengujian hipotesis 1 bertujuan untuk
mengetahui apakah variabel
investment opportunity set (IOS) mempunyai pengaruh signifikan atau tidak terhadap struktur modal (DER) perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia. Tingkat signifikansi yang ditentukan dalam penelitian ini adalah 5%. Nilai F tabel dengan taraf nyata 5% (0,05) dan df = [(k-1) ; (n-k)] = [(2-1);(45-2)] = [1;43] adalah sebesar 4,06. Berdasarkan Tabel 5.10 diketahui bahwa nilai F sebesar 298,833 dan nilai signifikansi sebesar 0,000, karena nilai signifikansi lebih kecil dari 5% maka hipotesis diterima dan terdapat pengaruh yang siginifikan variabel IOS terhadap struktur modal (DER). Berdasarkan hasil regresi pada Tabel 5.10 juga menunjukkan nilai R2 sebesar 0,874 yang berarti bahwa 87,4% variasi struktur modal (DER) dipengaruhi IOS sedangkan sisanya dipengaruhi variabel lain yang tidak dijelaskan dalam model. 5.1.3.3. Hasil Analisis Pengaruh Variabel Investment Opportunity Set dan Struktur Modal Terhadap Return Saham Perusahaan Farmasi Di Bursa Efek Indonesia 1). Pengujian Asumsi Klasik Regresi Linier Berganda a. Uji Normalitas Model regresi memenuhi asumsi normalitas karena data menyebar di
64
sekitar garis dan mengikuti arah garis diagonal seperti yang ditampilkan oleh Gambar 5.2.
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: Return
Expected Cum Prob
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
Sumber : Lampiran 13 Gambar 5.2 Grafik Normal P-P Plot Model Regresi II b. Uji Multikolinearitas Tabel 5.12 Hasil Estimasi Model Regresi II
Variabel Bebas
Koefisien Regresi
Konstanta IOS (X1) 0,913 DER (X2) -0,684 R 0,365 R2 0,133 F hitung 3,233 Signifikansi F 0,049 Durbin- Watson 1,997 Sumber: Lampiran 12
thitung
Sig. t
1,067 2,254 -1,690
0,292 0,029 0,098
Partial Correlation 0,329 -0,252
Collinearity Statistics Tolerance VIF 0,126 0,126
Gejala multikolinearitas tidak terdapat dalam model regresi karena nilai VIF dari variabel IOS dan struktur modal (DER) memiliki nilai di bawah 10 dan
7,950 7,950
65
angka tolerance di atas 0,1. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.12. c. Uji Autokorelasi Model regresi tidak mengandung gejala autokorelasi karena angka DurbinWatson berada diantara -2 sampai +2 yaitu sebesar 1,997 seperti yang ditampilkan pada Tabel 5.12. d. Uji Heteroskedastisitas Tabel 5.13 Hasil Uji Heterokedastisitas II Unstandarized Coeffisients B Std. Error Konstanta 52,405 7,507 IOS 0,036 0,024 DER -0,015 0,012 Sumber : Lampiran 14 Variabel Bebas
Standarized Coefficients t Beta 6,981 0,635 1,500 -0,557 -1,315
Sig. 0,000 0,141 0,196
Pada Tabel 5.13, dari uji heterokedastisitas dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas dalam penelitian ini. Hal ini dapat dilihat dari signifikansi hitung yang lebih besar dari tingkat signifikansi yang dipergunakan yaitu α = 5%. 2). Persamaan Model Regresi Berdasarkan hasil estimasi regresi linier berganda seperti yang ditampilkan pada Tabel 5.12 maka persamaan model regresi linier berganda adalah sebagai berikut: Y= 0,913 X1 - 0,684 X2 ..................................................................................(2) Tanda positif dan negatif dari koefisien regresi tiap variabel bebas (X) menunjukkan arah pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel
66
terikat (Y). Koefisien regresi X1 bertanda positif (+) yang berarti IOS mempunyai pengaruh yang searah terhadap return saham (Y), sedangkan X2 bertanda negatif (-) yang berarti bahwa struktur modal (DER) mempunyai pengaruh yang berlawanan arah terhadap return saham (Y). 5.1.3.4.
Pengujian Hipotesis 2, 3, dan 4
Uji t dan uji F diperlukan untuk mengetahui signifikansi atau tidak pengaruh variabel investment opportunity set (IOS) dan struktur modal (DER) secara parsial maupun simultan terhadap variabel return saham perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia. 1) Pengujian hipotesis 2 Pengujian hipotesis 2 bertujuan untuk mengetahui apakah variabel investment opportunity set (IOS) berpengaruh terhadap variabel return saham perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia. Tingkat signifikansi yang ditentukan dalam penelitian ini adalah 5%. Nilai t tabel dengan taraf nyata 5% (0,05) dan df = n-k = 45-3 = 42 adalah sebesar 1,682. Tanda positif (+) dan tanda negatif (-) dari t hitung diabaikan karena uji bersifat 2 (dua) sisi. Berdasarkan Tabel 5.12 dapat diketahui bahwa nilai t sebesar 2,254 dan nilai signifikansi sebesar 0,029, karena t hitung > t tabel dan signifikansi t < α maka hipotesis diterima yang berarti variabel IOS berpengaruh signifikan terhadap return saham. Partial correlation IOS sebesar 0,329 yang ditampilkan pada Tabel 5.12 berarti bahwa variasi return saham yang ditentukan oleh variabel IOS adalah sebesar 32,9% dengan menganggap variabel lainnya konstan.
67
Pengaruh tidak langsung variabel investment opportunity set terhadap return saham melalui struktur modal dilihat dengan mengalikan standardized koefisien regresi investment opportunity set terhadap struktur modal dengan koefisien regresi struktur modal terhadap investment opportunity set. Berdasarkan tabel 5.10 standardized koefisien regresi investment opportunity set terhadap struktur modal yaitu sebesar 0,935 dan standardized koefisien regresi struktur modal terhadap investment opportunity set yaitu sebesar -0,684 dapat dilihat pada Tabel 5.12, sehingga pengaruh tidak langsung dari investment opportunity set terhadap return saham adalah sebesar -0,640. Koefisien hubungan langsung antara investment opportunity set terhadap return saham yaitu sebesar 0,913 lebih besar dari koefisien tidak langsung yaitu sebesar -0,640, maka hubungan yang sebenarnya adalah hubungan langsung. 2) Pengujian hipotesis 3 Pengujian hipotesis 3 bertujuan untuk mengetahui struktur modal (DER) berpengaruh terhadap variabel return saham perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia. Tingkat signifikansi yang ditentukan dalam penelitian ini adalah 5%. Nilai t tabel dengan taraf nyata 5% (0,05) dan df = n-k = 45-3 = 42 adalah sebesar 1,682. Tanda positif (+) dan tanda negatif (-) dari t hitung diabaikan karena uji bersifat 2 (dua) sisi. Berdasarkan Tabel 5.12 diketahui bahwa nilai t sebesar 1,690 dan nilai signifikansi sebesar 0,098, karena t hitung > t tabel dan signifikansi t > α maka hipotesis ditolak yang berarti bahwa struktur modal (DER) berpengaruh tidak siginifikan terhadap return saham perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia.
68
Partial correlation IOS sebesar -0,252 yang ditampilkan pada Tabel 5.12 berarti bahwa variasi return saham yang ditentukan oleh variabel struktur modal (DER) adalah sebesar 25,2% dengan menganggap variabel lainnya konstan. 3) Pengujian hipotesis 4 Pengujian hipotesis 4 bertujuan untuk mengetahui apakah variabel investment opportunity set (IOS) dan struktur modal (DER) berpengaruh terhadap variabel return saham perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia. Tingkat signifikansi yang ditentukan dalam penelitian ini adalah 5%. Nilai F tabel dengan taraf nyata 5% (0,05) dan df = [(k-1) ; (n-k)] = [(3-1);(45-2)] = [2;43] adalah sebesar 3,21. Berdasarkan Tabel 5.12 diketahui bahwa nilai F sebesar 3,233 dan nilai signifikansi sebesar 0,049, karena F hitung > F tabel dan nilai signifikansi F < α maka hipotesis diterima yang berarti bahwa variabel investment opportunity set (IOS) dan struktur modal (DER) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan hasil regresi pada Tabel 5.12 juga menunjukkan nilai R2 sebesar 0,133 yang berarti bahwa 13,3% variasi return saham dipengaruhi oleh variabel investment opportunity set (IOS) dan struktur modal (DER) sedangkan sisanya dipengaruhi variabel lain yang tidak dijelaskan dalam model. 5.2.
Pembahasan
5.2.1. Pengaruh Investment Opportunity Set Terhadap Struktur Modal Variabel investment opportunity set mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap struktur modal perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia selama periode 2006-2010 yang berarti semakin tinggi kesempatan investasi yang
69
dimiliki oleh perusahaan farmasi maka akan semakin besar pula dana eksternal khususnya hutang apabila laba ditahan tidak mencukupi. Sesuai dengan yang dinyatakan oleh Fama, et al (2000) yaitu hutang biasanya akan bertambah ketika investasi yang dilakukan melebihi laba ditahan dan hutang berkurang jika investasi kurang dari laba ditahan. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Pagalung (2002), menunjukkan pengaruh yang signifikan dan positif antara kebijakan hutang dan IOS sehingga dapat dikatakan bahwa perusahaan dengan investasi tinggi akan mempunyai hutang yang tinggi. Herdinata (2009), menemukan kebijakan pendanaan perusahaan yang berpotensi tumbuh tinggi memiliki tingkat hutang yang tinggi, karena pada perusahaan yang berpotensi tumbuh tinggi diduga mempunyai kesempatan investasi yang tinggi sehingga membutuhkan dana yang tinggi dimana tidak cukup jika hanya didanai dari internal perusahaan. 5.2.2. Pengaruh Investment Opportunity Set Terhadap Return Saham Variabel investment opportunity set mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap return saham perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia, yang berarti ada atau tidaknya kesempatan investasi berdampak langsung terhadap peningkatan return saham. Perusahaan yang memiliki kesempatan investasi yang tinggi, akan memiliki prospek ke depan yang cerah dan akan berpengaruh pada peningkatan harga saham, sehingga return saham perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia pun meningkat. Sebagaimana yang dikatakan oleh Kaestner dan
70
Liu (1998) bahwa investment opportunity set yang ada bagi perusahaan merupakan faktor utama yang menentukan pergerakan harga saham. Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Fanani (2006), Gul, et al (2000) yang menunjukkan bahwa IOS berpengaruh positif terhadap return saham dan bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Murhadi (2006) dan Solechan (2009) yang menunjukkan IOS tidak berpengaruh terhadap return saham. 5.2.3. Pengaruh Struktur Modal Terhadap Return Saham. Kondisi keuangan perusahaan yang baik memiliki DER maksimal 100% atau perbandingan total hutang dan total modal sebesar 1:1, sedangkan pada penelitian ini perusahaan farmasi memiliki nilai rata-rata DER di atas 100% yang dapat dilihat pada Tabel 5.6. Kontribusi variabel struktur modal dalam menentukan variasi return saham perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia tergolong sangat rendah sehingga variabel struktur modal mempunyai pengaruh tidak signifikan terhadap
return
saham perusahaan farmasi di Bursa Efek
Indonesia yang berarti adanya peningkatan hutang dalam struktur modal tidak berpengaruh terhadap return saham. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa informasi perubahan struktur modal yang bisa diperoleh dari laporan keuangan tidak berpengaruh pada keputusan atas harga saham di pasar modal Indonesia. Investor dalam menentukan keputusan berinvestasi pada saham-saham perusahaan farmasi tidak memandang penting penggunaan hutang maupun pengembalian bunga dan pokok hutang karena bagi investor, penilaian terhadap kemampuan perusahaan dalam
71
mendapatkan dan mengelola modal merupakan suatu hal yang penting. Apabila suatu perusahaan dapat memanfaatkan modal yang dimiliki dengan baik dalam menjalankan usahanya, maka akan semakin besar kemungkinan harga saham perusahaan tersebut diperkirakan meningkat. Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Hendarsanto (2005), Liestyowati (2002), Nathaniel (2008), Suharli (2005) menunjukkan bahwa rasio debt to equity ratio (DER) memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap return saham. 5.2.4. Keterbatasan Penelitian Berdasarkan
hasil pembahasan maka
dapat disampaikan beberapa
keterbatasan penelitian yaitu : 1)
Penelitian ini dengan dua variabel hanya mampu menjelaskan 13,3% dari return saham, sedangkan 86,7% dijelaskan oleh variabel lain sehingga masih banyak variabel yang berpengaruh namun tidak dimasukkan dalam model ini.
2)
Dalam penelitian ini terbatas pada saham yang masuk pada perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia tahun 2006-2010 sehingga masih banyak emiten yang belum masuk dalam penelitian ini.
3)
Return saham hanya memperhitungkan unsur capital gain (loss) dan tidak memasukkan unsur dividen karena tidak semua perusahaan farmasi yang membagikan dividen setiap tahunnya. Padahal investor tidak hanya berorientasi pada nilai capital gain (loss) tapi juga dividen.
5.3. Implikasi Penelitian Implikasi dari hasil penelitian adalah sebagai berikut :
72
1) Berdasarkan hasil perhitungan analisis regresi, variabel investment opportunity set memiliki pengaruh positif signifikan terhadap struktur modal, dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,935. Perusahaan yang memiliki kesempatan investasi yang tinggi menggunakan hutang untuk menjalankan opsi investasi yang menguntungkan sehingga peluang perusahaan semakin besar. 2) Berdasarkan hasil perhitungan analisis regresi, variabel yang memiliki pengaruh terhadap return saham hanya investment opportunity set (IOS), dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,913 yang menunjukkan bahwa investment opportunity set memiliki pengaruh positif signifikan. Tingginya investment opportunity set suatu perusahaan menunjukkan semakin tinggi pula perusahaan
memiliki
kesempatan
untuk
berkembang
sehingga
akan
berpengaruh terhadap harga saham. Harga saham perusahaan yang semakin meningkat di pasar akan berakibat pada meningkatnya return saham perusahaan. Bagi para investor, investment opportunity set sebuah perusahaan mutlak menjadi salah satu pertimbangan dalam penentuan stategi investasinya. Tingkat investment opportunity set perusahaan yang tinggi akan mampu menghasilkan tingkat return yang tinggi pula bagi investor, dengan memperhatikan informasi mengenai variabel investment opportunity set tersebut diharapkan investor mendapatkan return sesuai dengan yang diharapkan, disamping risiko yang dihadapi.
73
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
6.1. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan berikut ini: 1) Investment opportunity set berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia. Artinya perusahaan yang memiliki kesempatan investasi yang tinggi menggunakan hutang untuk menjalankan opsi investasi yang menguntungkan sehingga peluang perusahaan semakin besar. 2) Investment opportunity set
mempunyai pengaruh positif dan signifikan
terhadap return saham perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi kesempatan investasi yang dimiliki oleh perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia berdampak langsung terhadap naiknya return saham. Perusahaan yang memiliki kesempatan investasi yang tinggi, akan memiliki prospek ke depan yang cerah dan akan berpengaruh pada peningkatan harga saham, sehingga return saham perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia pun meningkat. 3) Struktur modal mempunyai pengaruh tidak signifikan terhadap return saham perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia. Hal ini berarti adanya peningkatan hutang yang dimiliki oleh perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia tidak berpengaruh terhadap return saham. Adanya informasi
73
74
perubahan struktur modal yang bisa diperoleh dari laporan keuangan tidak berpengaruh pada keputusan atas harga saham di pasar modal Indonesia. 4) Investment opportunity set dan struktur modal mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia. Variasi return saham 13,3 % ditentukan oleh variabel investment opportunity set dan struktur modal. 6.2. Saran Berdasarkan pembahasan dan simpulan dalam penelitian ini, maka dapat disampaikan saran sebagai berikut : 1)
Perusahaan farmasi lebih memperhatikan ketersediaan kesempatan investasi bagi perusahaan, karena temuan menunjukan bahwa set kesempatan investasi berpengaruh positif baik terhadap return saham dan struktur modal perusahaan.
2)
Model gabungan set kesempatan investasi (investment opportunity set) ini masih dapat dikembangkan dengan menambah proksi set kesempatan investasi yang lainnya.
3)
Bagi peneliti lebih lanjut disarankan untuk menambah variabel lain yang mempengaruhi return saham dalam melakukan analisis, hal ini disebabkan karena temuan penelitian menunjukan rendahnya variasi return saham yang berarti ada faktor lain yang mungkin masuk dalam penelitian ini.
75
DAFTAR PUSTAKA
Adam,Tim, dan Goyal, Vidhan K. 1999. The Investment Opportunity Set and It’s Proxy Variables: Theory and Evidence, Finance Workshop Hongkong University of Science and Technology. Ang, R. 1997. Buku Pintar Pasar Modal Indonesia. Jakarta: Mediasoft. Anonim. 2006. Indonesian Capital Market Directory 2006. Jakarta: ECFIN. . 2007. Indonesian Capital Market Directory 2007. Jakarta: ECFIN. . 2008. Indonesian Capital Market Directory 2008. Jakarta: ECFIN. . 2009. Indonesian Capital Market Directory 2009. Jakarta: ECFIN. . 2010. Indonesian Capital Market Directory 2010. Jakarta: ECFIN. Anugrah, A.D. Putriani. 2009. Analisis Pengaruh Investment Opportunity Set terhadap Return Saham Perusahaan Sektor Manufaktur, Jurnal Universitas Gunadarma. Brigham, Eugene F., dan Houston, Joel. 2001. Manajemen Keuangan Buku II. Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga. Dewi, Nadia K. 2010. Meninjau Industri Farmasi Indonesia, (online). (www.bataviase.co.id). Fama, Eugene F., dan French, Kenneth R. 2000. Testing Tradeoff and Pecking Order Predictions About Dividend and Debt, Working Paper, University of Chicago.
Fanani, Zaenal. 2006. Manajemen Laba : Bukti dari Set Kesempatan Investasi, Utang, Kos Politis dan Konsentrasi Pasar Pada Pasar Yang Sedang Berkembang, Seminar Nasional Akuntansi 9 Padang. hal. 1-26. Gaver, J.J., dan Gaver, K.M. 1993. Additional Evidence on The Association Between The Investment Opportunity Set and Corporate Financing Dividend, and Compesation Policies, Journal of Accounting and Economic. pp. 125-160. . 1995. Compensation Policy and The Investment Opportunity Set, Financial Management 24. pp. 19-32. Ghozali, Imam. 2002. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
76
Gul, Leung, dan Srinindhi. 2000. The Effect of Investment Opportunity Set and Debt Level on Earnings-Returns Relationship and the Pricing of Discretionary Accruals, AAANZ Conference and Accounting Seminars at City University of Hong Kong, Chinese University of Hong Kong, Rutgers University and State University of New York. Hasnawati, Sri. 2005. Dampak Set Peluang Investasi terhadap Nilai Perusahaan Publik di Bursa Efek Jakarta, Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia. 9(2). hal. 153-162. Hendarsanto, Prastato. 2005. Analisis Pengaruh MVA, Debt to Equity, Trading Day, Trading Volume, dan ROA Terhadap Return Saham pada Perusahaan Real Estate dan Properti di Bursa Efek Jakarta (Periode 1999‐2003), Tesis, Program Pascasarjana Magister Manajemen Universitas Diponegoro tidak dipublikasikan. Herdinata, Christian. 2009. Kebijakan Pendanaan dan Dividen dengan Pendekatan Investment Opportunity Set, Jurnal Keuangan dan Perbankan Vol. 13. hal. 237-248. Home, James Van, dan Wachowicz.jr, John M. 1998. Prinsip- prinsip Manajemen Keuangan, Jakarta: Salemba Empat. Husnan, Suad. 2000. Manajemen Keuangan Teori dan Terapan (Keputusan Jangka Panjang), Buku I, Edisi keempat, Yogjakarta: BPFE. . 2005. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, Edisi keempat, Yogjakarta: UPP AMP YKPN. Jaggi, Bikki, dan Gul, F.D. 1999. An Analysis of Join Effects of Investment Opportunity Set, Free Cash Flow and Size on Corporate Debt Policy, Review of Quantitative Finance and Accounting 12. pp. 371-381. Jogiyanto. 2000. Teori portofolio dan Analisis Investasi, Yogyakarta: BPFE Jones, Stewart, dan Sharma, Rohit. 2001. The Association between The Investment Opportunity Set and Corporate Financing and Dividend Decisions: Some Australian Evidence, Mangerial Finance 27. pp. 48-71. Kaestner, R., dan F. Y. Liu, 1998, New Evidence on The Information Content of Dividend Announcement, The Quarterly Review of Economics and Finance, Vol. 38, [2]: 251-274. Kallapur, S., dan Trombley, M.K. 2001. The Investment Opportunity Set: Determinants, Consequences, and Measurement, Managerial Finance 27. pp. 3-15.
77
Kole, S.R., and Lehn, K.M. 1991. Deregulation and The Adaption of Governance Structure: The Case of The US Airline Industry, Journal Of Financial Economics 52. Liestyowati. 2002. Faktor yang Mempengaruhi Keuntungan Saham di Bursa Efek Jakarta: Analisis Periode Sebelum dan Selama Krisis, Jurnal Manajemen Indonesia Vol. 1- 2. Muhammad, Iman. 2006. Analisis Struktur Modal Terhadap Harga Saham Perusahaan Obat-Obatan Terbuka di Bursa Efek Jakarta (2001-2004), Tesis, Program Pascasarjana Magister Manajemen Universitas Terbuka tidak dipublikasikan. Murhadi, Werner.R. 2008. Studi kebijakan Deviden: Anteseden dan Dampaknya terhadap Harga Saham, Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan Vol.10. Myers, Stewart C. 1977. Determinant of Corporate Borrowing, Journal of Financial Economics 5. pp. 147-175. .1984. The Capital Structure Puzzle, Journal of Finance 39. pp. 575-591. Natarsyah, S. 2000. Analisis Pengaruh Beberapa Faktor Fundamental dan Resiko Sistematik terhadap Harga Saham. Kasus Industri Barang Konsumsi yang Go Publik di Pasar Modal Indonesia, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Vol. 15. hal. 294‐312 Nathaniel, Nicky. 2008. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Return Saham (Studi Pada Saham-Saham Real Estate And Property Di Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2006), Tesis, Program Pascasarjana Magister Manajemen Universitas Diponegoro tidak dipublikasikan. Norpratiwi, M.V. Agustina. 2007. Analisis Korelasi Investment Opportunity Set terhadap Return Saham (pada Saat Pelaporan Keuangan Perusahaan), Jurnal Akuntansi dan Manajemen XVII (1). hal. 9-22. Pagalung, Gagaring. (2002). Pengaruh Kombinasi Keunggulan dan Keterbatasan Perusahaan terhadap Set Kesempatan Investasi (IOS), Jurnal Riset Akuntansi Vol. 6. Hal. 249-263. Puspitasari, N., dan Kholifah, S. 2007. Kinerja Finansial dan Kesempatan Investasi Perusahaan Bertumbuh dan Tidak Bertumbuh pada Perusahaan Manufaktur Public di Bursa Efek Jakarta, The 1 st PPM Conference on Management Research “Manajemen di Era Globalisasi”, Sekolah Tinggi Manajemen PPM.
78
Qauliah, Asta. 2006. Siklus Hidup Produksi Obat: Susahnya Masuk Dalam Industri Farmasi. (online), (www.astaqauliah.com) Ratnasari. 2003. Analisis Pengaruh Faktor Fundamental, Volume perdagangan dan Nilai Kapitalisasi Pasar terhadap Return Saham di BEJ (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur dan Perbankan Tahun 1997-2001), Tesis, Program Pascasarjana Magister Manajemen Universitas Diponegoro tidak dipublikasikan. Rokhayanti, Isnaeni. 2005. Analisis Hubungan Investment Opportunity Set dengan Realisasi pertumbuhan serta Perbedaan Perusahaan yang Tumbuh dan Tidak Tumbuh terhadap Kebijakan Pendanaan dan Dividen di Bursa Efek Jakarta. SMART 1. hal. 41-60. Sarmono. 2009. Potret Industri (http://moko31.wordpress.com).
Farmasi
di
Indonesia.
(online),
Sartono.R.Agus. 2008. Manajemen Keuangan. Edisi Keempat, Yogyakarta: BPFE Smith, Jr. W Clifford, dan Watts, R. L. 1992. The Investment Opportunity Set and Corporate Financing, Dividend and Compensation Policies, Journal of Financing Economics Vol. 32. pp. 263-292. Solechan, Achmad. 2009. Pengaruh Manajemen Laba Dan Earning Terhadap Return Saham, Jurnal STMIK HIMSYA Semarang. hal: 1-18. Sriwardany. 2006. Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan terhadap Kebijaksanaan Struktur Modal dan Dampaknya terhadap Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur Go Public di Bursa Efek Jakarta (2000-2004), Tesis, Program Pascasarjana Magister Manajemen Universitas Sumatera Utara tidak dipublikasikan. Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan Kedelapan, Bandung: Penerbit CV. Alfabeta. Suharli, Michell. 2005. Studi Empiris terhadap Dua Faktor yang Mempengaruhi Return Saham pada Industri Food & Beverages di Bursa Efek Jakarta, Jurnal Akuntansi dan Keuangan. hal. 99-116. Wahyudi, Sugeng. 2003. Pengaruh Rasio Harga Nilai Buku dan Rasio Hutang Modal Sendiri terhadap Return. Media Ekonomi dan Bisnis. Vol. XV. No.2.
79
Lampiran 1 Nama Perusahaan Sampel
NO
Kode
Nama Perusahaan
1
SQBI
PT.Bristol-Myers Squibb Indonesia Tbk
2
DVLA
PT. Darya-Varia Laboratoria Tbk
3
INAF
PT. Indofarma Tbk
4
KLBF
PT. Kalbe Farma Tbk
5
KAEF
PT. Kimia Farma Tbk
6
MERK
PT. Merck Tbk
7
PYFA
PT. Pyrdam farma Tbk
8
SCPI
PT. Schering Plough Indonesia Tbk
9
TSPC
PT. Tempo Scan Pasific Tbk
Sumber : Indonesian Capital Market Directory, 2006-2010, www.idx.co.id
80
Lampiran 2
Harga Penutupan Saham (Closing Price) Perusahaan Farmasi Di Bursa Efek Indonesia Pada Akhir Tahun 2005- 2010 .
Harga Penutupan Saham Perusahaan Farmasi (Dalam Rupiah)
No
Nama perusahaaan
2005
2006
2007
2008
2009
2010
65.000
52.000
136.800
136.500
1
SQBI
2
DVLA
750
1.510
1.600
960
1.530
1.150
3
INAF
115
100
205
50
83
80
4
KLBF
990
1.190
1.260
400
1.300
3.250
5
KAEF
145
165
305
76
127
444
6
MERK
24.300 40.000
52.500
35.500
80.000
93.000
7
PYFA
8 9
39.000 55.500
45
50
81
50
110
127
SCPI
11.000
9.000
21.500
10.350
39.000
34.000
TSPC
5.650
900
750
400
730
1.710
Sumber : Indonesian Capital Market Directory, 2006-2010, www.idx.co.id
81
Lampiran 3
Ikhtisar Keuangan Perusahaan Farmasi Di Bursa Efek Indonesia Selama Periode 2005-2010
Ikhtisar Keuangan Perusahaan Farmasi Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005
Nama No Perusahaaan
Total Aktiva (Jutaan Rupiah)
Nilai Buku Aktiva Tetap (Jutaan Rupiah)
Hutang (Jutaan Rupiah)
Total Ekuitas (Jutaan Rupiah)
Laba (Rugi) Per Lembar Saham
Jumlah Saham Beredar (Lembar)
(Rupiah)
1
SQBI
165.002
47.782
63.777
101.245
884
7.972.000
2
DVLA
550.629
107.466
160.025
390.604
128
560.000.000
3
INAF
518.824
98.435
253.578
265.245
3
3.099.267.500
4
KLBF
4.633.339
859.111 1.822.023
2.333.172
5
KAEF
1.177.603
411.316
333.382
844.220
10
5.554.000.001
6
MERK
218.034
47.022
37.657
180.361
2.576
22.400.000
7
PYFA
76.551
58.544
13.080
63.471
2
535.080.000
8
SCPI
74.023
23.302
72.985
1.038
(240)
3.600.000
9
TSPC
2.345.760
592.773
472.473
1.793.257
66
4.500.000.000
Sumber : Indonesian Capital Market Directory, 2006
62 10.156.014.422
82
Lanjutan Lampiran 3
Ikhtisar Keuangan Perusahaan Farmasi Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006
Nama No Perusahaaan
Total Aktiva (Jutaan Rupiah)
Nilai Buku Aktiva Tetap (Jutaan Rupiah)
Hutang (Jutaan Rupiah)
Total Ekuitas (Jutaan Rupiah)
Laba (Rugi) Per Lembar Saham
Jumlah Saham Beredar (Lembar)
(Rupiah)
1
SQBI
207.136
56.060
76.542
130.594
4.517
7.972.000
2
DVLA
557.338
104.024
145.025
412.312
94
560.000.000
3
INAF
686.937
89.495
406.451
280.486
5
3.099.267.500
4
KLBF
4.624.619
1.024.372 1.080.566
2.994.817
5
KAEF
1.261.584
403.826
390.930
870.654
8
5.554.000.001
6
MERK
282.699
46.284
47.120
235.539
3.863
22.400.000
7
PYFA
83.127
59.526
17.927
65.201
3
535.080.000
8
SCPI
98.874
30.375
98.874
1.454
(692)
3.600.000
9
TSPC
2.479.251
615.316
447.319
1.942.441
61
4.500.000.000
Sumber : Indonesian Capital Market Directory, 2007
67 10.156.014.422
83
Lanjutan Lampiran 3
Ikhtisar Keuangan Perusahaan Farmasi Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007
Nama No Perusahaaan
Total Aktiva (Jutaan Rupiah)
Nilai Buku Aktiva Tetap (Jutaan Rupiah)
Hutang (Jutaan Rupiah)
Total Ekuitas (Jutaan Rupiah)
Laba (Rugi) Per Lembar Saham
Jumlah Saham Beredar (Lembar)
(Rupiah)
1
SQBI
227.422
66.070
68.720
158.702
5.368
7.972.000
2
DVLA
560.931
120.413
98.701
462.230
89
560.000.000
3
INAF
1.009.438
82.010
717.874
291.563
4
3.099.267.500
4
KLBF
5.138.213
5
KAEF
1.386.739
395.334
478.712
908.028
9
5.554.000.001
6
MERK
331.062
46.860
50.830
280.224
3.995
22.400.000
7
PYFA
95.157
59.728
28.213
66.944
3
535.080.000
8
SCPI
128.565
33.125
128.565
1.799
719
3.600.000
9
TSPC
2.773.135
628.075
558.369 2.115.644
62
4.500.000.000
1.204.148 1.121.539 3.386.862
Sumber : Indonesian Capital Market Directory, 2008
69 10.156.014.422
84
Lanjutan Lampiran 3
Ikhtisar Keuangan Perusahaan Farmasi Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008
Nama No Perusahaaan
Total Aktiva (Jutaan Rupiah)
Nilai Buku Aktiva Tetap (Jutaan Rupiah)
Hutang (Jutaan Rupiah)
Total Ekuitas (Jutaan Rupiah)
Laba (Rugi) Per Lembar Saham
Jumlah Saham Beredar (Lembar)
(Rupiah)
1
SQBI
294.725
70.106
80.180
214.545
4.216
7.972.000
2
DVLA
637.661
154.380
129.812
507.849
126
560.000.000
3
INAF
965.812
89.228
669.216
296.595
2
3.099.267.500
4
KLBF
5.703.832
5
KAEF
1.445.670
397.948
497.905
947.765
10
5.554.000.001
6
MERK
375.064
54.795
39.353
327.324
4.403
22.400.000
7
PYFA
98.665
56.680
29.402
69.259
4
535.080.000
8
SCPI
199.526
35.182
191.178
8.349
1.839
3.600.000
9
TSPC
2.967.057
665.063
655.932 2.235.688
71
4.500.000.000
1.327.347 1.359.297 3.622.399
Sumber : Indonesian Capital Market Directory, 2009
70 10.156.014.422
85
Lanjutan Lampiran 3
Ikhtisar Keuangan Perusahaan Farmasi Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009
No
Nama Perusahaaan
Total Aktiva (Jutaan Rupiah)
Nilai Buku Aktiva Tetap (Jutaan Rupiah)
Hutang (Jutaan Rupiah)
Total Ekuitas (Jutaan Rupiah)
Laba (Rugi) Per Lembar Saham
Jumlah Saham Beredar (Lembar)
(Rupiah)
1
SQBI
318.934
64.568
55.485
263.448
12.818
7.972.000
2
DVLA
783.613
152.893
228.692
462.230
129
560.000.000
3
INAF
728.035
100.991
429.313
298.720
1
3.099.267.500
4
KLBF
6.482.417
5
KAEF
1.562.625
402.062
567.310
995.315
11
6
MERK
433.971
66.911
79.787
354.184
6.549
7
PYFA
99.937
54.047
26.911
73.026
7
535.080.000
8
SCPI
206.257
35.871
186.589
19.668
2.997
3.600.000
9
TSPC
3.263.103
715.003
819.647 2.408.871
80
4.500.000.000
1.398.128 1.691.775 4.310.438
Sumber : Indonesian Capital Market Directory, 2010
91 10.156.014.422 5.554.000.001 22.400.000
86
Lanjutan Lampiran 3
Ikhtisar Keuangan Perusahaan Farmasi Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010
No
Nama Perusahaaan
Total Aktiva (Jutaan Rupiah)
Nilai Buku Aktiva Tetap (Jutaan Rupiah)
Hutang (Jutaan Rupiah)
Total Ekuitas (Jutaan Rupiah)
Laba (Rugi) Per Lembar Saham
Jumlah Saham Beredar (Lembar)
(Rupiah)
1
SQBI
320.023
74.886
50.972
269.051
9.105
7.972.000
2
DVLA
823.293
155.771
210.104
613.189
150
560.000.000
3
INAF
733.958
969.375
422.690
311.267
4
3.099.267.500
4
KLBF
7.032.497
5
KAEF
1.657.292
413.197
6
MERK
434.769
67.053
71.752
7
PYFA
100.587
52.827
8
SCPI
233.756
30.688
9
TSPC
3.627.690
730.549
Sumber : www.idx.co.id
1.605.066 1.260.580 5.373.784 543.257 1.114.029
137 10.156.014.422 25
5.554.000.001
363.017
5.303
22.400.000
23.362
77.226
8
535.080.000
221.633
12.124
(2.234)
3.600.000
961.507 2.666.180
93
4.500.000.000
87
Lampiran 4
Variabel Investment Opportunity Set, Debt to Equity Ratio, dan Return Saham Perusahaan Farmasi di Bursa Efek Indonesia Selama Periode 2006-2010
Variabel Investment Opportunity Set, Debt to Equity Ratio, dan Return Saham No
Thn
Nama Pers.
MV/BVA (%)
MV/BVE (%)
1
2006 SQBI
250,55
338,80
2
2006 DVLA
177,74
3
2006 INAF
4
E/P (%)
CAPBVA (%)
CAPMVA (%)
DER (%)
RETURN (%)
8,14
4,00
1,60
58,61
42,31
205,09
6,23
-0,62
-0,35
35,17
101,33
102,92
110,50
5,00
-0,89
-0,86
144,91
-13,04
2006 KLBF
296,57
403,55
5,63
3,57
1,20
36,08
20,20
5
2006 KAEF
100,66
100,92
4,85
-0,59
-0,59
43,05
13,79
6
2006 MERK
333,63
380,40
9,66
-0,26
-0,08
20,01
64,61
7
2006 PYFA
53,75
41,03
6,00
1,18
2,20
27,49
11,11
8
2006 SCPI
134,24
-2228,34
-7,69
7,15
5,33
6800,14
-18,18
9
2006 TSPC
185,01
208,50
6,78
0,91
0,49
23,03
-84,07
10
2007 SQBI
258,07
326,51
8,26
4,40
1,71
43,30
17,12
11
2007 DVLA
251,49
193,84
5,56
2,92
1,16
21,35
5,96
12
2007 INAF
150,05
217,91
1,95
-1,09
-0,73
246,22
105,00
13
2007 KLBF
283,13
377,83
5,48
3,50
1,24
33,11
5,88
14
2007 KAEF
159,37
194,56
2,95
-0,61
-0,38
54,98
84,85
15
2007 MERK
370,58
419,66
7,61
0,17
0,05
18,14
31,25
16
2007 PYFA
75,20
64,74
3,70
0,21
0,28
42,14
62,00
17
2007 SCPI
158,80
4302,39
3,34
2,14
1,35
7146,47
138,89
18
2007 TSPC
145,41
159,53
8,27
0,46
0,32
26,39
-16,67
19
2008 SQBI
167,86
193,22
8,11
1,37
0,82
37,37
-20,00
20
2008 DVLA
104,67
105,86
13,13
5,33
5,09
25,56
-40,00
21
2008 INAF
72,70
52,25
4,00
1,39
1,91
225,63
-75,61
22
2008 KLBF
107,71
112,15
17,50
2,16
2,01
37,52
-68,25
23
2008 KAEF
70,80
50,00
13,16
0,18
0,26
58,98
-75,08
24
2008 MERK
224,75
242,94
12,40
2,12
0,94
12,02
-32,38
25
2008 PYFA
56,92
38,63
8,00
-3,09
-5,43
42,45
-38,27
26
2008 SCPI
114,49
446,28
17,77
1,03
0,90
2289,83
-51,86
27
2008 TSPC
85,32
80,51
17,75
1,25
1,46
29,34
-46,67
28
2009 SQBI
359,34
413,96
9,37
-1,74
-0,48
20,06
163,08
29
2009 DVLA
150,35
185,36
8,43
-0,19
-0,13
49,48
59,38
30
2009 INAF
58,97
86,11
1,20
1,62
1,71
143,72
66,00
Sumber : Indonesian Capital Market Directory, 2006-2010, www.idx.co.id, data diolah
88
Lanjutan Lampiran 4 Variabel Investment Opportunity Set, Debt to Equity Ratio, dan Return Saham No
Thn
Nama Pers.
MV/BVA
MV/BVE
E/P
CAPBVA
CAPMVA
DER
RETURN
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
31
2009 KLBF
237,18
306,30
7,00
1,09
0,46
39,25
225,00
32
2009 KAEF
81,44
70,87
8,66
0,26
0,32
57,00
67,11
33
2009 MERK
431,32
505,95
8,19
2,79
0,65
22,53
125,35
34
2009 PYFA
85,82
80,60
6,36
-2,63
-3,07
36,85
120,00
35
2009 SCPI
158,53
713,85
7,68
0,33
0,21
948,69
276,81
36
2009 TSPC
127,00
136,37
10,96
1,53
1,21
34,03
82,50
37
2010 SQBI
355,96
404,45
6,67
3,22
0,91
18,95
-0,22
38
2010 DVLA
103,74
105,02
13,04
0,35
0,34
34,26
-24,84
39
2010 INAF
168,29
79,66
5,00
118,32
129,49
135,80
-3,61
40
2010 KLBF
492,94
614,22
4,22
2,94
0,60
23,46
150,00
41
2010 KAEF
181,58
221,36
5,63
0,67
0,37
48,77
249,61
42
2010 MERK
495,65
573,86
5,70
0,03
0,01
19,77
16,25
43
2010 PYFA
90,78
88,00
6,30
-1,21
-1,34
30,25
15,45
44
2010 SCPI
147,18
1009,57
-6,57
-2,22
-1,51
1828,05
-12,82
45
2010 TSPC
238,62
288,62
5,44
0,43
0,18
36,06
134,25
Sumber : Indonesian Capital Market Directory, 2006-2010, www.idx.co.id, data diolah
89
Lampiran 5 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian Descriptive Statistics
MV/BVA 2006
N 9
Minimum 53.749
Maximum 333.627
Mean 181.67510
Std. Deviation 95.159781
MV/BVA 2007
9 9 9 9
75.196 56.920 58.969 90.783
370.577 224.746 431.316 495.654
205.78875 111.69037 187.77331 252.74882
90.917580 53.498757 130.109150 157.847116
MV/BVA 2008 MV/BVA 2009 MV/BVA 2010 Valid N (listwise)
9
Descriptive Statistics N MV/BVE 2006 MV/BVE 2007 MV/BVE 2008 MV/BVE 2009 MV/BVE 2010 Valid N (listwise)
9 9
Minimum -2228.336 64.743
Maximum 403.552 4302.390
Mean -48.83817 695.22023
Std. Deviation 827.342813 1357.323643
9
38.629
446.281
146.87041
131.514820
9 9
70.868 79.656
713.850 1009.568
277.70835 376.08293
225.982234 311.018623
9
Descriptive Statistics N E/P 2006 E/P 2007 E/P 2008 E/P 2009 E/P 2010 Valid N (listwise)
9 9
Minimum -7.689 1.951
Maximum 9.658 8.267
Mean 4.95434 5.23592
Std. Deviation 4.982655 2.399397
9
4.000
17.768
12.42350
4.910297
9 9
1.205 -6.571
10.959 13.043
7.54010 5.04769
2.723463 5.058807
9
Descriptive Statistics N CA/BVA 2006 CA/BVA 2007 CA/BVA 2008 CA/BVA 2009 CA/BVA 2010 Valid N (listwise)
9 9
Minimum -.886 -1.090
Maximum 7.154 4.402
Mean 1.60623 1.34505
Std. Deviation 2.750076 1.945949
9
-3.089
5.327
1.30357
2.185928
9 9
-2.635 -2.217
2.792 118.315
.34072 13.61494
1.698101 39.300749
9 Descriptive Statistics
90
CA/MVA 2006
N 9
Minimum -.861
Maximum 5.329
Mean .99358
Std. Deviation 1.929901
CA/MVA 2007
9 9 9 9
-.726 -5.427 -3.070 -1.507
1.706 5.089 1.713 129.487
.55392 .88390 .09786 14.33785
.843770 2.751636 1.358063 43.189000
CA/MVA 2008 CA/MVA 2009 CA/MVA 2010 Valid N (listwise)
9
Descriptive Statistics N DER 2006 DER 2007 DER 2008 DER 2009 DER 2010 Valid N (listwise)
9 9
Minimum 20.005 18.139
Maximum 144.910 7146.470
Mean 712.42012 848.01262
Std. Deviation 2283.213251 2362.990244
9
12.023
2289.831
306.52380
746.522712
9 9
21.061 18.945
948.693 1828.052
150.28873 241.70675
301.682223 595.974241
9
Descriptive Statistics N RETURN 2006 RETURN 2007 RETURN 2008 RETURN 2009 RETURN 2010 Valid N (listwise)
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
9 9 9 9
-84.071 -16.667 -75.610 59.375
101.333 138.889 -20.000 276.812
15.34002 48.25338 -49.79171 131.69121
52.921293 52.464692 19.622500 76.701106
9
-24.837
249.606
58.22962
95.920862
9
91
Lampiran 6
OUTPUT SPSS ANALISIS FAKTOR
Factor Analysis Correlation Matrixa Correlation
Sig. (1-tailed)
MVA/BVA MVE/BE E/P CA/BVA CA/MVA MVA/BVA MVE/BE E/P CA/BVA CA/MVA
MVA/BVA 1.000 .607 -.303 -.021 -.158
MVE/BE .607 1.000 -.239 -.072 -.188 .000
.000 .036 .451 .178
E/P -.303 -.239 1.000 .077 .115 .036 .080
.080 .337 .137
.327 .252
CA/BVA -.021 -.072 .077 1.000 .975 .451 .337 .327 .000
a. Determinant = .017
Inverse of Correlation Matrix MVA/BVA MVE/BE E/P CA/BVA CA/MVA
MVA/BVA 2.038 -.747 .299 -3.539 3.596
MVE/BE -.747 1.699 .099 -1.683 1.829
E/P .299 .099 1.113 -.236 .168
CA/BVA -3.539 -1.683 -.236 32.752 -32.766
KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. Bartlett's Test of Sphericity
Approx. Chi-Square df Sig.
.483 133.041 10 .000
CA/MVA 3.596 1.829 .168 -32.766 33.824
CA/MVA -.158 -.188 .115 .975 1.000 .178 .137 .252 .000
92
Anti-image Matrices Anti-image Covariance
MVA/BVA MVE/BE E/P CA/BVA CA/MVA MVA/BVA MVE/BE E/P CA/BVA CA/MVA
Anti-image Correlation
MVA/BVA .491 -.216 .132 -.053 .052 .458a -.402 .199 -.433 .433
MVE/BE -.216 .589 .052 -.030 .032 -.402 .628a .072 -.226 .241
E/P .132 .052 .898 -.006 .004 .199 .072 .782a -.039 .027
CA/BVA -.053 -.030 -.006 .031 -.030 -.433 -.226 -.039 .443a -.984
CA/MVA .052 .032 .004 -.030 .030 .433 .241 .027 -.984 .457a
a. Measures of Sampling Adequacy(MSA)
Communalities MVA/BVA MVE/BE E/P CA/BVA CA/MVA
Initial 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
Extraction .756 .705 .335 .993 .990
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Total Variance Explained Component 1 2 3 4 5
Total 2.159 1.619 .819 .388 .015
Initial Eigenvalues % of Variance Cumulative % 43.185 43.185 75.569 32.383 91.945 16.376 7.754 99.699 .301 100.000
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Extraction Sums of Squared Loadings % of Variance Cumulative % Total 2.159 43.185 43.185 1.619
32.383
75.569
Rotation Sums of Squared Loadings Total % of Variance Cumulative % 1.973 39.454 39.454 1.806 36.114 75.569
93
Component Matrixa
MVA/BVA MVE/BE E/P CA/BVA CA/MVA
Component 1 2 -.525 .693 -.549 .635 .392 -.426 .810 .581 .880 .465
Extraction Method: Principal Component Analysis. a. 2 components extracted. Reproduced Correlations Reproduced Correlation
Residual a
MVA/BVA MVE/BE E/P CA/BVA CA/MVA MVA/BVA MVE/BE E/P CA/BVA CA/MVA
MVA/BVA .756b .728 -.501 -.022 -.139 -.121 .198 .001 -.019
MVE/BE .728 .705b -.486 -.075 -.187 -.121 .247 .003 .000
E/P -.501 -.486 .335b .070 .146 .198 .247 .008 -.031
CA/BVA -.022 -.075 .070 .993b .982 .001 .003 .008
CA/MVA -.139 -.187 .146 .982 .990b -.019 .000 -.031 -.008
-.008
Extraction Method: Principal Component Analysis. a. Residuals are computed between observed and reproduced correlations. There are 3 (30.0%) nonredundant residuals with absolute values greater than 0.05. b. Reproduced communalities
Rotated Component Matrixa
MVA/BVA MVE/BE E/P CA/BVA CA/MVA
Component 1 2 -.017 .869 -.070 .836 .066 -.575 .996 -.006 .985 -.141
Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization. a. Rotation converged in 3 iterations.
Component Transformation Matrix Component 1 2
1 .809 .588
2 -.588 .809
Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.
94
Lampiran 7
NILAI FACTOR SCORE INVESTMENT OPPORTUNITY SET MV/BVA
MV/BVE
E/P
CAPBVA CAPMVA
2,506
3,388
0,081
0,040
0,016
0,504
1,777
2,051
0,062
-0,006
-0,003
-1,240
1,029
1,105
0,050
-0,009
-0,009
-0,006
2,966
4,036
0,056
0,036
0,012
0,371
1,007
1,009
0,048
-0,006
-0,006
-0,428
3,336
3,804
0,097
-0,003
-0,001
-0,077
0,537
0,410
0,060
0,012
0,022
-0,431
1,342
-22,283
-0,077
0,072
0,053
2,607
1,850
2,085
0,068
0,009
0,005
4,164
2,581
3,265
0,083
0,044
0,017
0,105
2,515
1,938
0,056
0,029
0,012
-0,059
1,500
2,179
0,020
-0,011
-0,007
-0,259
2,831
3,778
0,055
0,035
0,012
0,506
1,594
1,946
0,030
-0,006
-0,004
-0,259
3,706
4,197
0,076
0,002
0,000
0,271
0,752
0,647
0,037
0,002
0,003
-0,544
1,588
43,024
0,033
0,021
0,013
-0,390
1,454
1,595
0,083
0,005
0,003
-0,078
1,679
1,932
0,081
0,014
0,008
0,114
1,047
1,059
0,131
0,053
0,051
0,242
0,727
0,522
0,040
0,014
0,019
0,220
1,077
1,121
0,175
0,022
0,020
0,460
0,708
0,500
0,132
0,002
0,003
0,150
2,247
2,429
0,124
0,021
0,009
0,590
0,569
0,386
0,080
-0,031
-0,054
-0,266
FACTOR SCORE IOS
95
1,145
4,463
0,178
0,010
0,009
2,437
0,853
0,805
0,178
0,012
0,015
-0,363
3,593
4,140
0,094
-0,017
-0,005
-0,255
1,504
1,854
0,084
-0,002
-0,001
-0,932
0,590
0,861
0,012
0,016
0,017
-0,305
2,372
3,063
0,070
0,011
0,005
-1,293
0,814
0,709
0,087
0,003
0,003
-1,088
4,313
5,060
0,082
0,028
0,006
-0,398
0,858
0,806
0,064
-0,026
-0,031
-0,710
1,585
7,138
0,077
0,003
0,002
-1,106
1,270
1,364
0,110
0,015
0,012
-1,408
3,560
4,045
0,067
0,032
0,009
0,398
1,037
1,050
0,130
0,003
0,003
-0,347
1,683
0,797
0,050
1,183
1,295
-0,096
4,929
6,142
0,042
0,029
0,006
0,134
1,816
2,214
0,056
0,007
0,004
-0,661
4,957
5,739
0,057
0,0003
0,0001
0,797
0,908
0,880
0,063
-0,012
-0,013
-0,451
1,472
10,096
-0,066
-0,022
-0,015
0,042
2,386
2,886
0,054
0,004
0,002
-0,664
96
Lampiran 8
Statistik Deskriptif Factor Score Proksi Gabungan Variabel Investment Opportunity Set
Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
IOS 2006
9
-1.240
4.164
.60779
1.700401
IOS 2007
9
-.544
.506
-.07839
.330943
IOS 2008
9
-.363
2.437
.39761
.822880
IOS 2009
9
-1.408
-.255
-.83279
.434382
IOS 2010
9
-.664
.797
-.09422
.492668
Valid N (listwise)
9
97
Lampiran 9 OUTPUT SPSS MODEL REGRESI I
Regression Descriptive Statistics
Mean 121.9867 195.2844
DER IOS
Std. Deviation 1645.11760 800.09071
N 45 45
Correlations DER Pearson Correlation
DER IOS
Sig. (1-tailed) N
IOS
1.000 .935
.935 1.000
DER IOS
. .000
.000
DER IOS
45 45
. 45 45
Variables Entered/Removedb Variables Entered
Model 1
Variables Removed
IOS a
Method Enter
.
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: DER Model Summaryb Model
1
Change Statistics
R
.935 a a. b.
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
.874
.871
5.902230
Predictors: (Constant), IOS Dependent Variable: DER
R Square Change
F Change
.874
298.833
df2
df1 1
Sig. F Change 43
.000
DurbinWatson 1.859
98
ANOVAb df
Sum of Squares
Model Regression
1
a.
10410.251 1497.962 Residual 11908.212 Total Predictors: (Constant), IOS
Mean Square 10410.251
1 43 44
F
Sig.
298.833
.000 a
34.836
b. Dependent Variable: DER
a Coefficients
Standardized Coefficients Beta
Unstandardized Coefficients Std. Error B Model 1 a.
(Constant) IOS
-2.534 1.922
.906 .111
t-2.797 17.287
.935
.008 .000
Upper Bound Zero-order
Lower Bound -4.362 1.698
-.707 2.147
Partial .935
.935
Dependent Variable: DER
Coefficient Correlationsa Model 1
IOS Correlations
IOS
1.000
Covariances
IOS
.015
a. Dependent Variable: DER
Collinearity Diagnosticsa Variance Proportions
Eigenvalue
Condition Index
1
1.859
1.000
(Constant) .07
2
.141
3.631
.93
Model
Dimension
1
IOS .07 .93
a. Dependent Variable: DER Residuals Statistics(a)
Minimum
Maximum
Predicted Value
4565.4087
7973.6748
121.9867
1538.16971
45
Residual
2244.4914 6
1696.4755 9
.00000
583.47737
45
Std. Predicted Value
-3.047
5.105
.000
1.000
45
Std. Residual
-3.803
2.874
.000
.989
45
a Dependent Variable: DER
Mean
Collinearity Statistics
Correlations
95% Confidence Interval for B
Sig.
Std. Deviation
N
Part .935
Tolerance 1.000
VIF 1.000
99
Lampiran 10 Output SPSS Uji Normalitas Model Regresi I
Charts
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: DER 1.0
Expected Cum Prob
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
Observed Cum Prob
0.8
1.0
100
Lampiran 11 Output SPSS Uji Heterokedastisitas Model Regresi I
Coefficientsa Unstandardized Coefficients
Model
B 1
(Constant) IOS
4.377 -.060
Std. Error .607 .074
a. Dependent Variable: Abs Unst Residual
Standardized Coefficients Beta -.121
t
Sig.
7.217
.000
-.801
.427
101
Lampiran 12
OUTPUT SPSS MODEL REGRESI II
Regression Descriptive Statistics
Mean Return
Std. Deviation
N
27.0378
79.10372
45
IOS
195.2844
800.09071
45
DER
121.9867
1645.11760
45
Correlations IOS
Return Pearson Correlation
Return
1.000 .273 .169
IOS DER Sig. (1-tailed)
N
1
.169 .935 1.000
.
.035
.133
.035 .133
. .000
.000
Return
45
45
. 45
IOS
45 45
45 45
45 45
Variables Entered/Removed b Variables Entered
.273 1.000 .935
Return IOS DER
DER
Model
DER
Variables Removed
DER, IOSa
.
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Return
Method Enter
102
Model Summary b Change Statistics R Square
R Square Adjusted
the Estimate Std. Error of
R Square Change
F Change
.133 .092 .365a a. Predictors: (Constant), DER, IOS
.753713
.133
3.233
Model 1
R
df1
df2 2
Sig. F Change 42
DurbinWatson
.049
1.997
b. Dependent Variable: Return
ANOVAb Sum of Squares
Model 1
Regression Residual Total
F
Mean Square
df
3.673
2
1.837
23.860 27.533
42 44
.568
Sig. .049 a
3.233
a. Predictors: (Constant), DER, IOS b. Dependent Variable: Return
Coefficientsa Unstandardized Coefficients B Std. Error
Model
1
(Constant)
.134 IOS .090 -.033 DER a. Dependent Variable: Return
.126 .040 .019
Standardized Coefficients
Sig.
t
Beta -1.690 .913 -.684
.292 .029 .098
2.254
Correlations
95% Confidence Interval for B Lower Bound
Upper Bound
-.120 .009 -.072
Zero-order
.388 .171 .006
.273 .169
Collinearity Statistics
Partial
Part
.329 -.252
.324 -.243
1.067
Coefficient Correlationsa Model 1
Correlations
DER IOS
DER 1.000 -.935
IOS -.935 1.000
Covariances
DER IOS
.000 -.001
-.001 .002
a. Dependent Variable: Return
Collinearity Diagnosticsa Variance Proportions Model
Dimension
1
1 2 3
Eigenvalue
Condition Index
(Constant)
1.974 .964 .062
1.000 1.431 5.645
.02 .77 .21
a. Dependent Variable: Return Residuals Statistics(a)
IOS .03 .00 .97
DER .03 .01 .96
Tolerance
.126 .126
VIF
7.950 7.950
103
Minimum Predicted Value
Maximum
Mean
Std. Deviation
N
-27.4755
164.9479
27.0378
28.89262
45
130.43938
189.63210
.00000
73.63841
45
Std. Predicted Value
-1.887
4.773
.000
1.000
45
Std. Residual
-1.731
2.516
.000
.977
45
Residual
a Dependent Variable: Return
Lampiran 13 Output SPSS Uji Normalitas Model Regresi II
Charts
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: Return 1.0
Expected Cum Prob
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
Observed Cum Prob
0.8
1.0
104
Lampiran 14 Output SPSS Uji Heterokedastisitas Model Regresi II
Coefficientsa Unstandardized Coefficients B Std. Error
Model 1
(Constant) IOS DER
.524 .036 -.015
.075 .024 .012
a. Dependent Variable: Abs Unst Residual
Standardized Coefficients
t
Sig.
Beta .635 -.557
6.981 1.500 -1.315
.000 .141 .196