Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 8 (2014)
PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, KONTRAK HUTANG DAN KESEMPATAN TUMBUH PADA KONSERVATISME AKUNTANSI Cahya Agustin Wulansari
[email protected] Akhmad Riduwan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya
ABSTRACT The purpose of this research is to test the influence of ownership structure, debt contract, and growth opportunity in conservatism accounting. The samples are manufacturing companies which are listed in Indonesia Stock Exchange. The samples consist of 33 companies which have been selected by using purposive sampling. Multiple linear regression analysis is used as statistics method. The result of the research shows that (1) managerial ownership structure does not have any influence to the conservatism. It is possible since the management tends to focus on maximizing its utility in order to gain high bonus. (2) institutional ownership structure does not have any influence to the conservatism. It is assumed that institutional ownership is only expected on their investment that it has high return rate. (3) debt contract does not have any influence to the conservatism principle. It is possible since the difference of test year that is used in this research interprets the difference of economic condition and the presence of company’s opportunistic behavior. (4) the growth opportunity does not have any influence to the conservatism. This is caused by the growing company has got good corporate governance. Keywords:
managerial ownership structure, institutional ownership structure, debt contract, growth opportunity, and accounting conservatism
ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh struktur kepemilikan, kontrak hutang dan kesempatan tumbuh pada konservatisme akuntansi. Sampel penelitian ini adalah perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Adapun sampel yang digunakan terdiri dari 33 perusahaan dan dipilih secara purposive sampling. Metode statistik menggunakan Analisis Regresi Linear Berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Struktur kepemilikan manajerial tidak mempunyai pengaruh terhadap konservatisme. Hal ini dimungkinkan karena manajemen cenderung fokus untuk memaksimalkan utilitasnya demi mendapatkan bonus yang tinggi. (2) Struktur kepemilikan institusional tidak mempunyai pengaruh terhadap konservatisme. Hal ini diduga bahwa kepemilikan oleh institusional hanya berharap investasi yang mereka tanamkan didalam perusahaan mempunyai tingkat return yang tinggi. (3) Kontrak hutang tidak mempunyai pengaruh terhadap konservatisme. Hasil ini dimungkinkan karena perbedaan tahun pengujian yang digunakan dalam penelitian yang menginterpretasikan perbedaan kondisi ekonomi serta adanya perilaku oportunistik perusahaan. (4) Kesempatan tumbuh tidak mempunyai pengaruh terhadap konservatisme. Hal ini dikarenakan perusahaan yang bertumbuh telah memiliki tata kelola perusahaan yang baik. Kata kunci:
struktur kepemilikan manajerial, struktur kepemilikan institusional, kontrak hutang, kesempatan tumbuh dan konservatisme akutansi.
1
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 8 (2014)
PENDAHULUAN Laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan menggambarkan kinerja manajemen dalam mengelola sumber daya perusahaannya. Informasi yang disampaikan melalui laporan keuangan ini digunakan oleh pihak internal maupun pihak eksternal. Laporan keuangan tersebut harus memenuhi tujuan, aturan serta prinsip-prinsip akuntansi yang sesuai dengan standar yang berlaku umum agar dapat menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipertanggung jawabkan dan bermanfaat bagi setiap penggunanya. Dalam upaya untuk menyempurnakan laporan keuangan tersebut lahirlah konsep konservatisme. Konsep ini mengakui biaya dan rugi lebih cepat, mengakui pendapatan dan untung lebih lambat, menilai aset dengan nilai yang terendah dan kewajiban dengan nilai yang tertinggi. Standar Akuntansi Keuangan (SAK) memberikan kebebasan dalam memilih metode akuntansi yang digunakan dalam menyusun laporan keuangan. Kebebasan dalam memilih metode ini dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan laporan keuangan yang berbeda-beda pada setiap perusahaan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan perusahaan tersebut. Misalnya kebutuhan perusahaan untuk mengurangi risiko dari kondisi ekonomi yang tidak stabil, maka untuk mengurangi risiko tersebut biasanya perusahaan melakukan tindakan kehati-hatian dalam menyajikan laporan keuangan. Tindakan kehati-hatian tersebut diimplikasikan dengan mengakui biaya atau rugi yang mungkin akan terjadi, tetapi tidak segera mengakui pendapatan atau laba yang akan datang walaupun kemugkinan terjadinya besar. Pelaporan yang bersifat kehati-hatian tersebut seringkali disebut dengan konservatisme akuntansi. Konservatisme akuntansi cenderung terjadi karena adanya perilaku manajer dalam membuat keputusan. Keputusan untuk menggunakan metode konservatif atau tidak, akan ditentukan oleh beberapa faktor. Seperti yang diteliti oleh Lasdi (2008) yang menguji usulan dari Watts (2003) bahwa konservatisme akuntansi muncul dari insentif yang berkaitan dengan kontrak hutang (debt covenant hypothesis), serta beberapa faktor lain yang mempengaruhi konservatisme seperti disebutkan oleh Widya (2005: 138-157) antara lain adalah struktur kepemilikan dan growth. Struktur kepemilikan merupakan salah satu faktor intern perusahaan yang menentukan kemajuan perusahaan. Struktur kepemilikan perusahaan dapat dibagi menjadi dua yaitu struktur kepemilikan institusional dan struktur kepemilikan manajerial (Saptantinah, 2005). Strukturstruktur kepemilikan institusional merupakan saham dalam suatu perusahaan publik yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan besar lainnya, bank, institusi-institusi tertentu yang dapat mengontrol operasi atau kebijakan perusahaan. Sedangkan struktur kepemilikan manajerial adalah kepemilikan saham terbesar oleh manajemen perusahaan yang diukur dengan persentase jumlah saham yang dimiliki manajemen. Kepemilikan institusional umumnya bertindak sebagai pihak yang memonitor perusahaan. Kontrak utang (debt covenant) merupakan perjanjian untuk melindungi pemberi pinjaman dari tindakan-tindakan manajer terhadap kepentingan kreditor. Debt covenant hypothesis memprediksikan bahwa manajer ingin meningkatkan laba dan aset untuk mengurangi biaya kontrak utang ketika perusahaan memutuskan perjanjian utangnya. Growth opportunities merupakan kesempatan perusahaan untuk melakukan investasi pada hal-hal yang menguntungkan. Para kreditur mendesak agar laporan keuangan disusun berdasarkan prinsip konservatisme, karena untuk menetralisir perusahaan yang terlalu optimistis dalam melaporkan keuangannya (Sari dan Adhariani, 2009). Mayangsari dan Wilopo (2002) menyatakan bahwa konservatisme merupakan konsep akuntansi yang kontroversial dan membuktikan bahwa konservatisme akuntansi memiliki relevansi nilai, yang berarti akuntansi bermanfaat dalam memprediksi kondisi keuangan di masa mendatang. Watts (2003) sebagai pendukung konservatisme lainnya berpendapat bahwa konservatisme
2
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 8 (2014)
merupakan salah satu karakteristik yang sangat penting dalam mengurangi biaya agensi dan meningkatkan kualitas informasi laporan keuangan sehingga pada akhirnya akan meningkatkan nilai perusahaan dan harga sahamnya. Para pemegang saham mempunyai harapan agar manajemen bertindak atas kepentingan mereka. Untuk itu dibutuhkan pengawasan seperti pemeriksaan laporan keuangan serta pembatasan keputusan yang dapat diambil manajemen. Biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan pengawasan tersebut disebut sebagai biaya agensi. Hendriksen dan Van Breda (2000) menyatakan beberapa argumen yang mendukung dan menolak konservatisme. Argumen yang mendukung konsep konservatisme antara lain, konservatisme dari akuntan penting untuk mengimbangi optimisme berlebihan dari manajer dan pemilik, penilaian lebih saji laba lebih berbahaya daripada kurang saji laba (konsekuensi kebangkrutan lebih serius dari pada keuntungan), untuk mengurangi risiko (risiko membayar pajak, risiko diawasi pemerintah dan para analis sekuritas, risiko pembayaran dividen yang tinggi untuk investor). Argumen yang menolak salah satunya adalah tidak dapat diinterpretasikan dengan tepat dan bertentangan dengan tujuan pengungkapan semua informasi yang relevan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apakah struktur kepemilikan manajerial, struktur kepemilikan institusional, kontrak hutang dan kesempatan tumbuh berpengaruh pada konservatisme akuntansi. Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya dalam hal jangka waktu pengambilan sampel yang lebih panjang yaitu antara 2010-2012. Penambahan periode pengamatan dimaksudkan untuk mendapatkan data yang lebih banyak dan hasil penelitian ini mempunyai daya komparabilitas yang lebih baik. TINJAUAN TEORETIS DAN HIPOTESIS Definisi Konservatisme Akuntansi Definisi konservatime menurut Wibowo dalam Widya (2004: 709-724): “Konservatisme merupakan prinsip yang penting dalam pelaporan keuangan agar pengakuan dan pengukuran aset serta laba dilakukan dengan penuh kehati-hatian, karena aktivitas ekonomi dan bisnis dilingkupi oleh ketidakpastian”. Konservatisme biasanya juga didefinisikan sebagai reaksi kehati-hatian (prudent) terhadap ketidakpastian, yang ditujukan untuk melindungi hak-hak dan kepentingan pemegang saham (shareholders) dan pemberi pinjaman (debtholders) yang menentukan sebuah verifikasi standar yang lebih tinggi untuk mengakui goodnews daripada badnews (Lara et al., 2005). Dengan adanya prinsip kehati-hatian tersebut diharapkan dapat memberikan manfaat bagi setiap pengguna laporan keuangan. Selain itu, pengguna laporan keuangan dapat mengambil keputusan investasi atau pemberian kredit dengan tepat atas prediksi yang mereka lakukan dari laporan keuangan yang memuat ketidakpastian dan risiko perusahaan. Penjelasan lebih lanjut dikemukakan oleh Wolk et al. (2001) yang menyebutkan bahwa konservatisme sebagai preferensi terhadap metode-metode akuntansi yang menghasilkan nilai paling rendah untuk aset dan pendapatan, sementara nilai paling tinggi untuk utang dan biaya, atau menghasilkan nilai buku ekuitas yang paling rendah. Hal ini berakibat pada penundaan pengakuan aset dan pendapatan hingga aset atau pendapatan tersebut benarbenar telah diterima perusahaan walaupun kemungkinan adanya penerimaan aset sangat besar. Sebaliknya, pengakuan terhadap rugi atau biaya yang terjadi segera dilakukan. Karena adanya penundaan pengakuan untuk pendapatan dan aset tetapi pengakuan untuk rugi dan biaya segera dilakukan, konservatisme dapat menyebabkan understatement pada laba periode sekarang tetapi overstatement pada laba periode berikutnya. Adanya overstatement pada laba periode yang akan datang disebabkan oleh understatement pada
3
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 8 (2014)
periode sekarang (Sari dan Adhariani, 2009). Watts (2003a) menyatakan bahwa understatement aset bersih yang sistematik atau relatif permanen merupakan hallmark konservatisme akuntansi, sehingga dapat dikatakan bahwa konservatisme akuntansi menghasilkan laba yang berkualitas karena prinsip ini mencegah perusahaan melakukan tindakan membesar-besarkan laba dan membantu pengguna laporan keuangan dengan menyajikan laba dan aset yang tidak overstate. Konservatisme akuntansi menyatakan apabila ada beberapa alternatif akuntansi maka alternatif yang seharusnya dipilih adalah alternatif yang paling kecil kemungkinannya untuk melaporkan aset atau pendapatan yang lebih besar dari yang seharusnya (Almilia, 2005). Chariri dan Ghozali (2007) juga menyatakan demikian, bahwa apabila perusahaan memilih satu di antara dua teknik akuntansi yang ada, maka harus dipilih alternatif yang kurang menguntungkan bagi ekuitas pemegang saham. Apabila terdapat kondisi yang kemungkinan menimbulkan kerugian, maka harus segera diakui. Lebih lanjut, prinsip konservatisme sering dianggap sebagai prinsip yang pesimisme. Senada dengan beberapa penelitian yang telah dipaparkan, pesimisme mengharuskan beban harus segera diakui, tetapi pendapatan diakui setelah ada kepastian realisasi (recognition), sedangkan aset bersih cenderung dinilai di bawah harga pertukaran atau harga pasar sekarang dari harga perolehan (Hendriksen dan Van Breda, 2000). Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa konservatisme adalah berhatihati terhadap sesuatu yang tidak pasti dengan cara menunda mengakui laba dan mempercepat mengakui beban. Konservatisme mengakui biaya atau rugi yang mungkin terjadi, tetapi tidak segera mengakui laba yang akan datang walaupun kemungkinan terjadinya besar. Faktor-Faktor Pemilihan Konservatisme Beberapa asumsi yang didasarkan pada Standar Akuntansi Keuangan (SAK, 2002) tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pilihan perusahaan dalam akuntansi konservatif adalah sebagai berikut: a. Metode persediaan LIFO Metode LIFO (Last In First Out) merupakan metode penetapan harga pokok persediaan berdasarkan asumsi bahwa harga pokok terjual harus dibebankan ke pendapatan menurut biaya yang paling akhir terjadi. Dengan menggunakan LIFO, biaya unit yang dijual merupakan biaya pembelian paling akhir (Warren et al., 2005). Menurut Dewi (2003: 507-525) metode yang paling konservatif dalam penilaian persediaan adalah metode LIFO, sedangkan yang paling optimis adalah metode FIFO. b. Metode penyusutan Double Declining Balance Metode penyusutan double declining balance (metode saldo menurun) merupakan metode penyusutan yang jumlah pembebanan beban penyusutan aset semakin menurun selama taksiran umur aset tersebut. Metode ini menghasilkan beban yang semakin turun sepanjang estimasi umur aset (Warren et al., 2005). Jika periode penyusutan semakin pendek, maka semakin konservatif dan jika periode penyusutan semakin panjang, maka semakin optimis. c. Metode amortisasi saldo menurun Metode amortisasi saldo menurun merupakan alokasi pembebanan periodik dari biaya aset tak berwujud yang semakin menurun. Jika periode amortisasi semakin pendek, maka lebih konservatif dan jika periode amortisasi semakin panjang maka semakin optimis. Metode amortisasi ini lebih konservatif karena menghasilkan cost yang lebih tinggi sehingga laba menjadi kecil (Dewi, 2003: 507-525).
4
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 8 (2014)
d. Pengakuan biaya riset dan pengembangan sebagai cost Biaya riset dan pengembangan bukan merupakan aset tak berwujud, tetapi aktivitas riset dan pengembangan menghasilkan pengembangan sesuatu yang dipatenkan atau diperoleh hak ciptanya seperti produk, rumus maupun hasil sastra baru (Kieso, 2006). Menurut Dewi (2003) perusahaan memungkinkan memilih metode yang sesuai dengan keadaan perusahaan. e. Struktur Kepemilikan Kepemilikan merupakan salah satu faktor intern perusahaan yang menentukan kemajuan perusahaan. Pemilik atau biasa dikenal dengan sebutan pemegang saham merupakan penyedia dana yang dibutuhkan perusahaan. Tanpa pemegang saham perusahaan tidak dapat berdiri dan tidak dapat memiliki dana dalam membangun, memperluas, serta mengoperasikan usaha bisnisnya. f. Kepemilikan Institusional Suatu perusahaan dapat saja dimiliki oleh institusi yaitu lembaga yang memiliki kepentingan besar terhadap investasi yang dilakukan termasuk investasi saham. Institusi menyerahkan tanggung jawab kepada divisi tertentu untuk mengolah investasi pada perusahaan tersebut. Institusi hanya memantau secara profesional perkembangan investasinya dengan meningkatkan pengendalian terhadap tindakan manajemen sehingga potensi kecurangan dapat ditekan. Keberadaan institusi ini mampu menjadi alat monitoring yang efektif bagi perusahaan. Investor institusional perusahaan publik antara lain terdiri dari dana pensiun, perusahaan asuransi, perusahaan dana reksa, dan investment fund yang dibentuk perusahaan-perusahaan asuransi. g. Kepemilikan Manajerial Dibandingkan dengan investor institusional, jumlah pemegang saham oleh investor manajerial pada setiap perusahaan publik biasanya kecil. Investor manjerial biasanya terdiri dari pengelola perusahaan seperti Dewan Direksi dengan Dewan Komisaris. Karena jumlah kepemilikan saham yang kecil tersebut banyak investor manajerial tidak begitu memperdulikan hak mereka menghadiri rapat pemegang saham (RUPS), melakukan voting atau ikut memilih ketua dan anggota Board of Directors. h. Kontrak Hutang (Debt Covenant) Rasio leverage menggambarkan struktur modal perusahaan. Dimana struktur modal adalah merupakan perimbangan jumlah utang jangka pendek yang bersifat permanen, utang jangka panjang, saham preferen dan saham biasa (Sartono, 2001). Rasio leverage adalah rasio yang menunjukkan seberapa besar kebutuhan dana perusahaan dibelanjai dengan utang. Apabila perusahaan tidak mempunyai leverage atau leverage faktornya sama dengan nol artinya perusahaan dalam beroperasi sepenuhnya menggunakan modal sendiri atau tanpa menggunakan utang. Debt covenant hypothesis, menjelaskan bagaimana manajer menyikapi perjanjian utang. Manajer dalam menyikapi adanya pelanggaran atas perjanjian utang yang telah jatuh tempo, akan berupaya menghindarinya dengan memilih kebijakan akuntansi yang menguntungkan dirinya. Semakin cenderung suatu perusahaan melanggar perjanjian utang maka manajer akan cenderung memilih prosedur akuntansi yang dapat menstransfer laba periode mendatang ke periode berjalan, karena hal tersebut dapat mengurangi risiko default. i. Kesempatan Tumbuh (Growth Opportunities) Pertumbuhan merupakan elemen yang terjadi dalam siklus perusahaan. Ukuran pertumbuhan dalam perusahaan tergantung dari kegiatan perusahaan, dimana pertumbuhan dalam manajemen keuangan pada umumnya menunjukkan peningkatan ukuran skala perusahaan. Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah
5
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 8 (2014)
kesempatan tumbuh (growth opportunities). Growth Opportunities adalah kesempatan perusahaan untuk melakukan investasi pada hal-hal yang menguntungkan. Laporan Keuangan Menurut Kieso dan Weygandt (2006): “Laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi laporan keuangan terhadap pihak-pihak diluar korporasi. Laporan keuangan (financial statement) yang sering disajikan adalah (1) neraca, (2) laporan laba-rugi, (3) laporan arus kas, (4) laporan ekuitas atau pemegang saham”. Laporan keuangan adalah informasi keuangan yang disajikan dan disiapkan oleh manajemen dari suatu perusahaan kepada pihak internal dan eksternal, yang berisi seluruh kegiatan bisnis dari satu kesatuan usaha. Pengertian Laporan keuangan menurut Baridwan (2005): ”Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan suatu ringkasan dari suatu transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama satu tahun buku yang bersangkutan. Laporan keuangan ini di buat oleh manajemen dengan tujuan untuk mempertanggung jawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh para pemilik saham. Disamping itu laporan keuangan juga digunakan untuk memenuhi tujuan-tujuan lain yaitu sebagai laporan kepada pihak-pihak diluar perusahaan”. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan dibuat sebagai bagian dari proses pelaporan keuangan yang lengkap, dengan tujuan untuk mempertanggung jawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepada manajemen. Disamping itu laporan keuangan adalah laporan yang berisi informasi mengenai posisi keuangan, hasil usaha, perubahan posisi keuangan, kewajiban dan proyeksi laba yang disusun untuk memenuhi kebutuhan dari pengguna laporan keuangan. Menurut Keown et al. (2002) bentuk laporan keuangan yang biasanya digunakan oleh perusahaan adalah sebagai berikut: a. Neraca (Balance Sheet) Neraca adalah laporan yang menunjukkan keadaan keuangan suatu unit usaha pada tanggal tertentu. Neraca memberikan gambaran sesaat posisi keuangan perusahaan pada suatu waktu tertentu tentang aset, kewajiban dan ekuitas para pemilik perusahaan. b. Laporan laba Rugi (Income Statement) Laporan laba rugi adalah laporan yang menunjukkan pendapatan-pendapatan dan biayabiaya dari suatu unit usaha untuk suatu periode tertentu. Selisih antara pendapatan dan biaya merupakan laba yang diperoleh atau rugi yang di derita oleh perusahaan. c. Laporan Arus Kas (Cash Flow) Laporan ini menunjukkan penerimaan dan pengeluaran kas dalam aktivitas perusahaan selama periode tertentu dan diklasifikasikan menurut aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan. d. Laporan Perubahan Modal (Statement of Owners’s equity) Laporan perubahan modal adalah ikhtisar perubahan modal suatu perusahaan yang terjadi selama jangka waktu tertentu. e. Catatan Atas Laporan Keuangan (Notes to Financial Statement) Catatan atas laporan keuangan memberikan penjelasan mengenai gambaran umum perusahaan, ikhtisar kebijakan akuntansi, penjelas pos-pos laporan keuangan dan informasi penting lainnya. Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, dan laporan ekuitas harus berkaitan dengan informasi yang ada dalam catatan laporan keuangan.
6
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 8 (2014)
Struktur Kepemilikan Pada perusahaan modern, kepemilikan perusahaan biasanya sangat menyebar. Kegiatan operasi perusahaan sehari-hari dijalankan oleh manajer yang biasanya tidak mempunyai saham kepemilikan yang besar. Struktur kepemilikan sangat penting dalam menentukan nilai perusahaan. Dua aspek yang perlu dipertimbangkan ialah (1) konsentrasi kepemilikan perusahaan oleh pihak luar (outsider ownership concentration) dan (2) kepemilikan perusahaan oleh manajer (manager ownership). Pemilik perusahaan dari pihak luar berbeda dengan manajer karena kecil kemungkinannya pemilik dari pihak luar terlibat dalam urusan bisnis perusahaan sehari-hari (Widya, 2004: 709-724). Dalam perspektif yang panjang, semakin rendah cost investor untuk mendeteksi kecurangan semakin tinggi probabilitas perusahaan untuk terdeteksi dan semakin tinggi cost yang diharapkan dimasa mendatang (net benefit) dari peningkatan laba (Qiang, 2003). Kontrak Hutang Leverage merupakan perbandingan utang jangka panjang terhadap total asset yang dimiliki perusahaan. Rasio tersebut digunakan untuk memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat resiko tak tertagihnya suatu utang. Watts dan Zimmermman (1986) menyatakan bahwa motif pemilihan suatu metode akuntansi tidak terlepas dari teori akuntansi positif, salah satunya adalah debt covenant hypotheses. Sehubungan dengan biaya renegoisasi kontrak utang, kontrak utang (debt covenant) akan memperbaiki angka akuntansi. Debt covenant hypoteses memprediksikan bahwa manajer ingin meningkatkan laba dan aset untuk mengurangi biaya kontrak hutang ketika perusahaan memutuskan perjanjian hutangnya. Kesempatan Tumbuh Pada perusahaan yang menggunakan prinsip konservatisme terdapat cadangan tersembunyi yang digunakan untuk investasi, sehingga perusahaan yang konservatif identik dengan perusahaan yang tumbuh (Mayangsari dan Wilopo, 2002: 685-708). Pertumbuhan ini akan direspon positif oleh investor sehingga nilai pasar perusahaan yang konservatif lebih besar dari nilai bukunya sehingga akan tercipta goodwill. Pasar akan menilai positif atas investasi yang dilakukan perusahaan karena dari investasi yang dilakukan saat ini diharapkan perusahaan akan mendapatkan kenaikan arus kas dimasa depan. Pasar menilai positif atas investasi yang dilakukan perusahaan, karena dari investasi yang dilakukan ini diharapkan perusahaan akan mendapatkan kenaikan arus kas. Feltham et al. (1995: 689-731) menyatakan bahwa akuntansi konservatif merupakan konsep yang sesuai karena konsep tersebut menunjukan pertumbuhan suatu perusahaan karena aset netto yang dilaporkan lebih rendah dari nilai pasar. Perumusan Hipotesis Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Konservatisme Menurut Alfiana (2006: 45-54) plan bonus hypothesis dalam possitive accounting theory menyatakan bahwa manajer akan bertindak seiring dengan bonus yang diberikan. Jika target laba perusahaan tercapai, maka bonus akan diberikan kepada manajemen perusahaan oleh pemilik atau pemegang saham perusahaan. Namun jika kepemilikan manajer lebih banyak dibanding para investor lain, maka manajemen cenderung melaporkan laba lebih konservatif. Karena rasa memiliki manajer terhadap perusahaan itu cukup besar, maka manajer lebih berkeinginan untuk mengembangkan dan memperbesar perusahaan daripada mementingkan bonus yang didapat jika memenuhi target laba. Dengan metode konservatif, maka akan terdapat cadangan tersembunyi yang cukup besar untuk meningkatkan jumlah
7
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 8 (2014)
investasi perusahaan. Aset diakui dengan nilai terendah, ini berarti nilai pasar lebih besar dari pada nilai buku. Hal tersebut dapat mengindikasikan bahwa pasar dan investor akan menilai positif akan hal ini. Dari hasil uraian diatas, maka dapat disimpulkan hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah: H1: Kepemilikan manajerial berpengaruh positif pada konservatisme akuntansi. Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Konservatisme Struktur kepemilikan institusional merupakan persentase jumlah saham yang dimiliki oleh pihak institusional dari seluruh jumlah saham perusahaan yang beredar. Widya (2004) menyatakan bahwa semakin besar jumlah kepemilikan saham yang dimiliki oleh investor eksternal publik, dapat mempengaruhi perusahaan untuk menggunakan konservatisme akuntansi. Lebih lanjut Boediono (2005: 172-194) menyatakan bahwa kepemilikan institusional memiliki kemampuan dalam mengendalikan pihak manajemen melalui proses monitoring secara efektif sehingga mengurangi tindakan manajemen untuk melakukan manajemen laba. Dari hasil uraian diatas, maka dapat disimpulkan hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah: H2: Kepemilikan institusional berpengaruh positif pada konservatisme akuntansi. Pengaruh Kontrak Hutang Terhadap Konservatisme Dalam kaitannya dengan kontrak utang, menurut Watts dan Zimmerman (1989) debt covenant merupakan salah satu teori akuntansi positif. Untuk mengidentifikasi debt covenant tersebut dapat menggunakan proksi dari tingkat rasio leverage. Rasio leverage dapat digunakan untuk menunjukan seberapa besar perusahaan dibiayai oleh utang dan perbandingannya dengan total asset yang dimiliki perusahaan. Semakin besar rasio leverage yang digunakan untuk mengukur debt convenant, semakin besar pula kemungkinan perusahaan akan menggunakan prosedur yang meningkatkan laba yang dilaporkan periode sekarang atau laporan keuangan disajikan cenderung tidak konservatif (optimis). Hal tersebut disebabkan semakin tinggi debt convenant perusahaan maka semakin dekat perusahaan pada batas yang dipersyaratkan dalam kontrak hutang. Semakin ketat batas yang dipersyaratkan dalam kontrak utang maka semakin besar kemungkinan terjadinya pelanggaran kontrak utang, dalam situasi tersebut manajer yang memilih metode akuntansi yang lebih optimis akan mengurangi kemungkinan perusahaan melanggar kontrak utangnya dan menghindari perusahaan dari biaya renegoisasi kontrak utang. Dari hasil uraian diatas, maka dapat disimpulkan hipotesis ketiga dalam penelitian ini adalah: H3: Kontrak Hutang berpengaruh negatif pada konservatisme akuntansi. Pengaruh Kesempatan Tumbuh Terhadap Konservatisme Menurut Mayangsari dan Wilopo (2002: 685-708) perusahaan yang menggunakan konservatisme akuntansi dalam laporan keuangannya, identik dengan perusahaan yang tumbuh. Hal tersebut dinyatakan karena terdapatnya cadangan tersembunyi pada perusahaan tersebut yang digunakan untuk investasi atau untuk memperbesar perusahaan. Dengan pertumbuhan ini investor dan calon investor akan merespon dengan baik karena adanya goodwill. Goodwill itu tercipta karena pada perusahaan yang menggunakan konservatisme akuntansi, nilai pasar lebih besar dari nilai bukunya. Feltham dan Ohlson (1995: 689-731) menyatakan bahwa akuntansi konservatif merupakan konsep yang sesuai karena konsep tersebut menunjukkan pertumbuhan suatu perusahaan karena aset netto
8
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 8 (2014)
yang dilaporkan lebih rendah dari nilai pasar. Dari hasil uraian diatas, maka dapat disimpulkan hipotesis keempat dalam penelitian ini adalah: H4: Kesempatan tumbuh berpengaruh positif pada konservatisme akuntansi. METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Penelitian Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2010-2012. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Teknik ini menggunakan pertimbangan tertentu untuk penentuan sampel. Populasi yang akan dijadikan sampel adalah populasi yang memenuhi kriteria-kriteria tertentu. Adapun kriteria yang dipakai dalam pengambilan sampel adalah sebagai berikut: 1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan melaporkan secara publik laporan keuangan dalam tahun fiskal per 31 Desember dari tahun 2010 s/d 2012. 2. Menyajikan laporan keuangan tidak dalam mata uang asing. 3. Tidak mempunyai leverage yang negatif. 4. Perusahaan yang menyajikan data harga penutupan saham. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel Terikat (Dependent Variable) Dependent variable yang digunakan dalam penelitian ini adalah konservatisme akuntansi. Konservatisme adalah sikap atau aliran dalam menghadapi ketidakpuasan untuk mengambil tindakan atau keputusan atas dasar munculan (outcome) yang terjelek dari kepastian tersebut. Sikap konservatif juga mengandung makna sikap hati-hati dalam menghadapi risiko dengan bersedia mengorbankan sesuatu untuk mengurangi atau menghilangkan risiko. Variabel konservatisme dalam penelitian ini menggunakan laba karena pengorbanan sesuatu untuk mengurangi atau menghilangkan risiko menggunakan laba agar tidak mengurangi aset perusahaan (Suwardjono, 2005). Rumus untuk menghitung earnings / accrual measure adalah: Cit= NIit- CFOit Dimana: Cit = Tingkat konservatisme NIit = Net income dikurangi depresiasi dan amortisasi CFOit = Cash Flow dari kegiatan operasi It = Perusahaan i pada periode t Variabel Bebas (Independent Variable) a. Kepemilikan Manajerial Struktur kepemilikan manajerial merupakan susunan dari jumlah saham yang dimiliki oleh pihak manajemen dalam suatu perusahaan. Managerial ownership adalah pemegang saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan. Jadi dalam struktur ini, manajer tidak hanya sebagai pengelola tetapi juga sebagai pemilik. Kepemilikan seorang manajer akan ikut menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan terhadap metode akuntansi yang diterapkan pada perusahaan yang mereka
9
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 8 (2014)
kelola (Gideon, 2005). Kepemilikan manajerial dalam penelitian ini diukur dengan persentase kepemilikan manajerial. Kepemilikan manajerial dinyatakan dalam rumus: MNGR =
Jumlah saham dimiliki manajer dan dewan direksi Total keseluruhan saham perusahaan
b.
Kepemilikan Institusional Struktur kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak manajemen melalui proses monitoring secara efektif sehingga dapat mengurangi manipulasi terhadap laba. Persentase saham tertentu yang dimiliki oleh institusi dapat mempengaruhi proses penyusunan laporan keuangan yang tidak menutup kemungkinan terdapat akrualisasi sesuai kepentingan pihak manajemen (Boediono, 2005). Kepemilikan institusional dalam penelitian ini diukur dengan persentase kepemilikan institusional. INST =
Jumlah lembar saham institusional +Saham blockholder Total keseluruhan saham perusahaan
c.
Kontrak Hutang Kontrak Hutang (Debt Covenent) merupakan perjanjian untuk melindungi pemberi pinjaman dari tindakan-tindakan manajer terhadap kepentingan kreditur, seperti pembagian dividen yang berlebihan, atau membiarkan ekuitas di bawah tingkat yang telah ditentukan. Debt covenant diproksi oleh tingkat leverage. Leverage merupakan perbandingan total utang terhadap total aset yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi leverage menunjukkan semakin tinggi probabilitas dari pelanggaran utang, sehingga semakin kuat insentif untuk menaikkan laba. Lasdi (2008) menyatakan bahwa pertimbangan reputasional secara efektif memeriksa kesediaan manajer untuk mengingkari komitmennya dengan terikat dalam pilihan akuntansi opportunistik yang bersifat ex post. Kontrak hutang dalam penelitian ini menggunakan proksi leverage yaitu variabel yang diukur dengan rumus: Leverage =
Total Hutang Total Aset
d.
Kesempatan Tumbuh Kesempatan Tumbuh Growth opportunities yaitu kesempatan perusahaan untuk meningkatkan size-nya. Perusahaan yang konservatif identik dengan perusahaan yang bertumbuh karena terdapat cadangan tersembunyi yang digunakan untuk investasi. Pertumbuhan perusahaan dalam penelitian ini dilihat dari Growth Opportunity (kesempatan tumbuh) sesuai dan konsisten dengan penelitian. Suprianto (2006) yaitu IOS dengan proksi berbasis harga dari market to book value of equity. Dengan rumus: (Jumlah saham beredar x harga penutupan ) Market to book value of equity = Total ekuitas
Teknik Analisis Data Metode analisis yang digunakan adalah dengan metode statistik analisis regresi berganda. Analisis regresi berganda menguji pengaruh dua variabel atau lebih variabel
10
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 8 (2014)
independen dengan rasio dalam suatu persamaan linier. Persamaan yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah: CONACCi,t = α+ β1MNGRi,t+ β2INSTi,t+ β3LEVi,t+ β4GROWTHi,t + ε Keterangan: CONACCi,t
: Konservatisme dalam akuntansi diukur dengan earning accrual : Konstanta : Koefisien-koefisien regresi : Struktur kepemilikan manajerial perusahaan i pada periode t : Struktur kepemilikan institusional perusahaan i pada periode t : Leverage yang diproksikan dengan Total Debt per Total Asset perusahaan i pada periode t : Pertumbuhan perusahaan yang diproksikan dengan MBV adalah market to book value of equity perusahaan i pada periode t : Error
α β1, β2, β3, β4, β5 MNGRi,t INSTi,t LEVi,t GROWTHi,t ε
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Statistik Deskriptif Analisa awal yang dilakukan adalah statistik deskriptif. Dalam analisa ini diberikan gambaran data penelitian secara umum yang ditransformasikan dalam tabulasi data. Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai maksimum, nilai minimum, nilat rata-rata (mean), dan nilai deviasi standar yang dihasilkan dari variabel penelitian. Berdasarkan analisis statistik deskriptif dengan menggunakan program SPSS dapat diperoleh gambaran sampel pada tabel 1 berikut ini: Tabel 1 Statistik Deskriptif N Konservatisme Kepemilikan Manajerial (MNGR) Kepemilikan Institusional (INST) Kontrak Hutang (LEV) Kesempatan Tumbuh (GROWTH) Sumber: Output SPSS
Minimum
Maksimal
Rata-rata
33 33
-549,201 0,000
1054,98 0.2562
9,3412 5,2567
Std. Deviasi 237,49929 8,39325
33
0,000
0,1254
1,5773
3,78759
33
0,1447
1,1071
50,0033
25,63859
33
-1,17
7,30
1,6527
1,82763
Berdasarkan tabel 1 di atas, dapat dilihat bahwa persentase struktur kepemilikan manajerial yang paling tinggi adalah PT. Lionmesh Prima, Tbk tahun 2010 sebesar 25,62%. Sedangkan PT. Alakasa Industrindo, Tbk memiliki struktur kepemilikan manajerial terendah
11
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 8 (2014)
sebesar 0%. Sedangkan pada struktur kepemilikan institusional yang paling tinggi adalah PT. Sekar Laut, Tbk tahun 2010 sebesar 12,54%. Sedangkan PT. Alumindo, Tbk; PT. Eterindo Wahana, Tbk; PT. Kalbe Farma, Tbk; PT. Lion Metal Works, Tbk; PT. Ultrajaya milk & trading company, Tbk; PT. Lionmesh prima, Tbk; PT. Mulia Industrindo, Tbk; PT. Prima Alloy Steel Universal, Tbk dan PT Selamat Sempurna, Tbk memiliki struktur kepemilikan institusional terendah sebesar 0%. Persentase kontrak hutang yang paling tinggi adalah PT. Mulia Industrindo, Tbk tahun 2010 sebesar 110,71%. Sedangkan PT. Lion Metal Works, Tbk memiliki kontrak hutang terendah sebesar 14,47%. Dan persentase kesempatan tumbuh yang paling tinggi adalah PT. Kalbe Farma, Tbk tahun 2012 sebesar 7,30 kali, sedangkan PT. Mulia Industrindo, Tbk memiliki kesempatan tumbuh terendah sebesar -1,17 kali. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas Uji normalitas pada model regresi digunakan untuk menguji apakah nilai residual yang dihasilkan dari regresi terdistribusi secara normal atau tidak. Uji normalitas dapat dilakukan dengan uji One Sample Kolmogorov Sminorv. Residual berdistribusi normal jika nilai signifikansi lebih dari 0,05. Tabel 2 dibawah ini adalah uji Kolmogorov-Smirnov: Tabel 2 Hasil Uji Normalitas Residual Unstandardiz ed Residual N Normal Parameters Most Extreme Differences
a.b
Mean Std Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig (8-tailed)
33 .0000037 2.3154E+011 .214 .214 -.186 1.229 .097
Sumber: Output SPSS
Berdasarkan tabel 2 di atas, nilai signifikansi (asymp.Sig 2-tailed) sebesar 0,097. Karena signifikansi lebih dari 0,05 (0,097 > 0,05), maka nilai residual tersebut telah normal. 2.
Uji Multikolinieritas Toleransi mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi nilai toleransi yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/tolerance) dan menunjukkan adanya kolinieritas yang tinggi. Nilai cut off yang umum dipakai adalah nilai toleransi 0,10 atau sama dengan nilai VIF diatas 10. Setiap penelitian harus menentukan tingkat kolonieritas yang masih ditolerir. Adapun besaran VIF dari masing-masing variabel bebas, dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini:
12
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 8 (2014)
Tabel 3 Nilai VIF (Variance Inflation Factor) No 1 2 3 4
Variabel Bebas Kepemilikan manajerial (MNGR) Kepemilikan institusional (INST) Kontrak hutang (LEV) Kesempatan tumbuh(GROWTH)
Tolerance 0,823 0,885 0,637 0,662
VIF 1,215 1,129 1,571 1,510
Sumber: Output SPSS
Berdasarkan tabel 3 di atas, dapat diketahui bahwa nilai VIF keempat variabel lebih dari 10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah multikolinearitas pada model regresi. 3.
Uji Autokorelasi Autokorelasi adalah keadaan dimana pada model regresi ada korelasi antara residual pada periode t dengan residual pada periode sebelumnya (t-1). Model regresi yang baik adalah yang tidak terdapat masalah autokorelasi, dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini: Tabel 4 Hasil Uji Autokorelasi Model 1 Sumber: Output SPSS
R
R Square
0,223
0,050
Adjusted Square -0,086
R
Std. Error of Estimate 247,53188
Durbin-Watson 1,796
Berdasarkan tabel 4 di atas, dapat diketahui nilai Durbin-Watson sebesar 1,796. Karena nilai DW terletak antara 1,55 sampai 2,46 artinya tidak terjadi masalah autokorelasi pada model regresi. 4.
Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas dapat diidentifikasikan dengan cara menghitung koefisien korelasi Rank Spearman antara nilai residual dengan seluruh variabel bebas. Hasil dari uji Rank Spearman, dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini: Tabel 5 Korelasi Rank Spearman No
Variabel Bebas
Koefisien korelasi Rank Spearman 0,060 -0,327 0,341 -0,261
1 Kepemilikan manajerial (MNGR) 2 Kepemilikan institusional (INST) 3 Kontrak hutang (LEV) 4 Kesempatan tumbuh (GROWTH) Sumber: Output SPSS
Tingkat signifikansi 0,740 0,063 0,052 0,143
Pada tabel 5 di atas, dapat diketahui bahwa nilai korelai keempat variabel independen dengan residual memiliki nilai signifikansi lebih dari 0,05. Karena signifikansi lebih dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas pada model regresi.
13
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 8 (2014)
Analisis Regresi Linier Berganda Adapun hasil pengolahan analisis regresi linier berganda dapat dilihat pada tabel 6 dibawah ini: Tabel 6 Hasil Uji Regresi Linier Berganda Model (Constant) Kepemilikan manajerial (MNGR) Kepemilikan institusional (INST) Kontrak hutang (LEV) Kesempatan tumbuh (GROWTH) Sumber: Output SPSS
Koefisien Regresi -17,747 -4,677 -4,501 1,128 1,447
Sig. 0,915 0,422 0,717 0,602 0,961
Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda yang ditunjukkan pada tabel 6 di atas, dengan menggunakan tingkat signifikansi sebesar 5%, maka diperoleh persamaan berikut: Persamaan Regresi: CONACC = -17,747 – 4,677 MNGR – 4,501 INST + 1,128 LEV + 1,447 GROWTH Pengujian Koefisien Determinasi (R2) Pengujian koefisien determinasi (R2) ini bertujuan untuk melihat kemampuan variabel independen dalam menjelaskan hubunganya terhadap variabel dependen, yang dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini: Tabel 7 Uji koefisien determinasi (R2) Model
R
1 0,223 Sumber: Output SPSS
R Square
Adjusted Square -0,086
0,050
R
Std. Error of the Estimate 247,53188
Berdasarkan tabel 7 di atas, dapat dilihat bahwa nilai R2 = 0,050 atau 5,0%, artinya kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kontrak hutang dan kesempatan tumbuh mempengaruhi konservatisme hanya sebesar 5%, sedangkan sisanya 95% (100%-5%) dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Pembahasan Uji Hipotesis Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Konservatisme Akuntansi Hasil pengujian regresi linier berganda menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi. Hal ini dapat dilihat dari uji koefisien regresi yang dihasilkan sebesar -4,677 dengan tingkat signifikansi kurang dari 5% (0,422 > 0,05), artinya tidak mempunyai pengaruh terhadap konservatisme. Hal ini dimungkinkan karena manajemen cenderung untuk memilih metode akuntansi yang dapat memaksimalkan utilitasnya demi mendapatkan bonus yang tinggi, dimana manajemen terfokus pada hal tersebut. Walaupun manajemen memiliki atau tidak memiliki kepemilikan saham pada perusahaan, mereka lebih memilih metode akuntansi yang memaksimalkan bonus. Sehingga kecil kemungkinan suatu perusahaan untuk menerapkan konservatisme akuntansi.
14
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 8 (2014)
Berarti hal ini tidak sejalan dengan teori dan hipotesis penelitian. Namun, hal ini sesuai dengan hasil penelitian Alfiana (2006) yang menyatakan bahwa manajer akan bertindak seiring dengan bonus yang di berikan. Jika target laba perusahaan tercapai, maka bonus akan diberikan kepada manajemen perusahaan oleh pemilik atau pemegang saham perusahaan. Dengan begitu pelaporan perusahaan akan kurang konservatif dikarenakan manajemen laba yang mungkin dilakukan manajemen perusahaan demi mendapatkan bonus. Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Konservatisme Akuntansi Hasil pengujian regresi linier berganda menunjukkan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi. Hal ini dapat dilihat dari uji koefisien regresi yang dihasilkan sebesar -4,501 dengan tingkat signifikansi kurang dari 5% (0,717 > 0,05), artinya tidak mempunyai pengaruh terhadap konservatisme. Hal ini diduga bahwa kepemilikan institusional tidak merasa memiliki perusahaan dan hanya berharap investasi yang mereka tanamkan di dalam perusahaan aman dan mempunyai tingkat return yang tinggi. Hal ini dikarenakan, apabila pihak institusional memiliki jumlah yang besar dalam kepemilikan suatu perusahaan, maka pihaknya dapat mendorong manajemen untuk menunjukkan perilaku dan kinerja yang lebih tinggi dengan ditandai bahwa laba yang dihasilkan tinggi. Dengan demikian mereka dapat berasumsi bahwa return yang akan mereka dapatkan akan tinggi pula dalam bentuk deviden dan capital gain. Sehingga prinsip konservatisme kurang begitu diperhatikan dalam penyusunan laporan keuangan. Hasil ini tidak didukung oleh penelitian Widya (2004) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh antara struktur kepemilikan institusional terhadap konservatisme akuntansi. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar jumlah kepemilikan saham yang dimiliki oleh investor eksternal publik dapat mempengaruhi perusahaan untuk menggunakan konservatisme akuntansi. Lebih lanjut Budiono (2005) menyatakan bahwa kepemilikan institusional memiliki kemampuan dalam mengendalikan pihak manajemen melalui proses monitoring secara efektif sehingga mengurangi tindakan manajemen untuk melakukan manajemen laba. Pengaruh Kontrak Hutang Terhadap Konservatisme Akuntansi Hasil pengujian regresi linier berganda menunjukkan bahwa kontrak hutang tidak berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi. Hal ini dapat dilihat dari uji koefisien regresi yang dihasilkan sebesar 1,128 dengan tingkat signifikansi kurang dari 5% (0,602 >0,05), artinya tidak mempunyai pengaruh terhadap konservatisme. Hasil ini dimungkinkan karena perbedaan tahun pengujian yang digunakan dalam penelitian yang menginterpretasikan perbedaan kondisi ekonomi yang terjadi pada tahun penelitian, serta adanya perilaku oportunistik perusahaan yang tidak bisa dilihat dalam waktu yang lama. Selain itu, diduga bahwa kreditur tidak terlalu mengawasi penyelenggaraan operasi dan akuntansi perusahaan sehingga memberikan keleluasaan/kelonggaran bagi manajer dalam perjanjian utangnya mengingat perusahaan tersebut merupakan perusahaan besar atau bisa dikatakan tidak mempunyai kesulitan keuangan yang berarti. Hasil ini didukung oleh penelitian Watts dan Zimmerman (1989) yang menyatakan bahwa rasio leverage dapat digunakan untuk menunjukkan seberapa besar perusahaan dibiayai oleh utang dan perbandingannya dengan total asset yang dimiliki perusahaan. Rasio leverage juga dapat menjadi suatu indikasi bagi pemberi pinjaman untuk tingkat keamanan pengembalian dana yang telah diberikan kepada perusahaan.
15
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 8 (2014)
Pengaruh Kesempatan tumbuh Terhadap Konservatisme Akuntansi Hasil pengujian regresi linier berganda menunjukkan bahwa kesempatan tumbuh tidak berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi. Hal ini dapat dilihat dari uji koefisien regresi yang dihasilkan sebesar 1,447 dengan tingkat signifikansi kurang dari 5 % (0,961 > 0,05), artinya tidak mempunyai pengaruh terhadap konservatisme. Hal ini dikarenakan perusahaan yang bertumbuh telah memiliki tata kelola perusahaan yang baik, sehingga kecil kemungkinan untuk menerapkan prinsip konservatisme dengan cara meminimalkan laba untuk memenuhi kebutuhan dana investasi yang diperlukan perusahaan dalam pertumbuhannya. Hasil ini tidak didukung oleh penelitian Mayangsari dan Wilopo (2002) yang menyatakan bahwa perusahaan yang menggunakan konservatisme akuntansi dalam laporan keuangannya, identik dengan perusahaan yang tumbuh. Hal ini dinyatakan karena terdapatnya cadangan tersembunyi pada perusahaan tersebut yang digunakan untuk investasi atau untuk memperbesar perusahaan. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi konservatisme akuntansi pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk tahun 2010-2012, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: a. Struktur kepemilikan manajerial tidak mempunyai pengaruh terhadap konservatisme. Hal ini dimungkinkan karena manajemen cenderung untuk memilih metode akuntansi yang dapat memaksimalkan utilitasnya demi mendapatkan bonus yang tinggi, dimana manajemen terfokus pada hal tersebut sehingga kecil kemungkinan perusahaan dalam menerapkan prinsip konservatisme. b. Struktur kepemilikan institusional tidak mempunyai pengaruh terhadap konservatisme. Hal ini diduga bahwa kepemilikan oleh institusional hanya berharap investasi yang mereka tanamkan di dalam perusahaan mempunyai tingkat return yang tinggi, sehingga prinsip konservatisme kurang begitu diperhatikan dalam penyusunan laporan keuangan. c. Kontrak hutang tidak mempunyai pengaruh terhadap konservatisme. Hasil ini dimungkinkan karena perbedaan tahun pengujian yang digunakan dalam penelitian yang menginterpretasikan perbedaan kondisi ekonomi serta adanya perilaku oportunistik perusahaan, sehingga kurang dalam menerapkan prinsip konservatisme. d. Kesempatan tumbuh tidak mempunyai pengaruh terhadap konservatisme. Hal ini dikarenakan perusahaan yang bertumbuh telah memiliki tata kelola perusahaan yang baik, sehingga kecil kemungkinan untuk menerapkan prinsip konservatisme dengan cara meminimalkan laba untuk memenuhi kebutuhan dana investasi yang diperlukan perusahaan dalam pertumbuhannya. Saran Berdasarkan hasil pembahasan dan simpulan yang telah diuraikan, maka saran yang dapat diajukan dari penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagi perusahaan, agar lebih cermat dan bijak dalam menghadapi segala permasalahan yang terjadi. Terutama yang berhubungan dengan penerapan praktik akuntansi yaitu salah satunya adalah konservatisme akuntansi dengan tidak melakukan penyimpangan yang berkenaan dengan ancaman ketentuan hukum yang berlaku.
16
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 8 (2014)
2. 3.
4.
Bagi Investor, agar dapat mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan konservatisme akuntansi dalam pengambilan keputusan untuk berinvestasi. Bagi peneliti lain yang ingin mengembangkan penelitian dengan pokok bahasan yang sama dengan penelitian ini, diharapkan untuk memperhatikan hasil penelitian ini dan mengembangkannya dengan landasan teori yang relevan. Bagi peneliti selanjutnya, hendaknya dapat mengembangkan analisisnya dengan menambah penggunaan sampel dan variabel, memperpanjang periode pengamatan sehingga dapat lebih menajamkan hasil penelitian. Penelitian ini juga diharapkan mampu menjadi tambahan literatur penelitian selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA Alfina, Y. 2006. “Creative Accounting: Ditinjau dari Teori Akuntansi Positif dan Teori Keagenan”. Mandiri. 9: 45-54. Almilia, L. S. 2005. Pengujian Size Hyphothesis dan Debt/Equity Hyphotesis yang Mempengaruhi Tingkat Konservatisme Laporan Keuangan dengan Tehnik Analisis Multinominal Logit. Jurnal Bisnis dan Akuntansi 7 (1): 1-9. Baridwan, Z. 2005. Intermediate Accounting. BPFE. Yogyakarta. Boediono, G. SB. 2005. Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan Analisis Jalur. Simposium Nasional Akuntansi VIII: 172-194. Chariri, A., dan I. Ghozali. 2007. Teori Akuntansi. Edisi Kedua BP UNDIP: Semarang. Dewi, A. A. A. R. 2003. Pengaruh Konservatisme Laporan Keuangan Terhadap Earning Response Coefficient. Simposium Nasional Akuntansi VI Surabaya: 507-525. Feltham, G., dan J. Ohlson. 1995. Valuation and Clean Surplus Accounting for Operating and Financial Activities. Contemporary Accounting Research. 11: 689-731. Gideon, S. B., dan Boediono. 2005. Kualiatas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan Analisis Jalur. Simposium Nasional Akuntansi VIII. Hendriksen, E. dan M. F. Van Breda. 2000. Accounting Theory. 5 th edition. Herman Wibowo (penterjemah). Interaksara. Jakarta. Keown, A., J. David., dan J. William Petty. 2002. “Dasar-Dasar Manajemen Keuangan”. Salemba Empat. Pearson Education Asia Ptc Ltd. Prentice-Hall. Jakarta. Kieso, E. D., dan J. J. Weygandt. 2006. Akuntansi Intermediate. Terjemahan oleh H. Wibowo. Binarupa Akasara. Jakarta. Lara, J. M. G., B. G. Osma dan F. Penalva. 2005. Accounting Conservatism and Corporate Governance, http://www.mbs.ac.uk/../Garcia Lara.pdf. Lasdi, L. 2008. Determinan Konservatisme Akuntansi. The 2nd National Conference UKWMS. Surabaya. Mayangsari, S., dan Wilopo. 2002. “Konservatisme Akuntansi. Value Relevance dan Discretonary Accruals: Implikasi Empiris Model Feltham Ohlson (1996)”. Simposium Nasional Akuntansi IV: 685-708. Qiang, X. 2003. The Economic Determinants of Self-Imposed Accounting Conservatism. Dissertation. State University of New York at Buffalo. Saptantinah, D. 2005. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Manajemen Laba di Seputar Right Issue. Jurnal Akuntansi. Sari, D., dan D. Adhariani. 2009. “Konservatisme Akuntansi dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya”. Makalah SNA XII.
17
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 8 (2014)
Sartono, A. 2001. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Edisi 4. BPFE. Yogyakarta. Suprianto, E. 2006. Pengaruh Moderasi Size Terhadap Hubungan Laba Konservatisme dengan Neraca Konservatisme. Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang. Suwardjono. 2005. Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Edisi Ketiga. BPFE. Yogyakarta. Warren, C. S., J. M. Reeve, dan P. E. Fess. 2005. Accounting. 12thed. Salemba Empat. Jakarta. Watts, R. L. 2003. “Conservatism in Accounting”. Working Paper. University of Rockhester. New York. _______. 2003a. Conservatism in accounting part I: explanations and implications. Journal of Accounting and Economics. Watts, R. L., dan J. L. Zimmerman. 1986. Possitive Accounting Theory. BadanPenerbit: Prentice Hall. New Jersey. ______. 1989. Positive Accounting Theory: A Ten Year Perspective. The Accounting Review 65 (1): 131-157. Widya. 2004. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pilihan Perusahaan Terhadap Akuntansi Konservatif”. Simposium Nasional Akuntansi VII. Denpasar: 709-724. _______. 2005. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pilihan Perusahaan Terhadap Akuntansi Konservatif”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia 8 (2): 138-157. Wolk, H. I., M. G. Tearney, dan J. L. Dodd. 2001. “Accounting Theory: A Conceptual and Institutional Approach.” Fifth Edition. Ohio: South-Western College Publishing. ●●●
18