ANALISA KEPEMILIKAN TERKONSENTRASI DAN ASIMETRI INFORMASI TERHADAP KONSERVATISME AKUNTANSI Ita Yuni Kartika Bambang Subroto Yeney Widya Prihatiningtyas Universitas Brawijaya, Jl.Mayjen Haryono 165 Malang, 65145 Surel :
[email protected] http://dx.doi.org/DOI: 10.18202/jamal.2015.12.6040
Jurnal Akuntansi Multiparadigma JAMAL Volume 6 Nomor 3 Halaman 341-511 Malang, Desember 2015 ISSN 2086-7603 e-ISSN 2089-5879
Tanggal Masuk: 27 November 2015 Tanggal Revisi: 1 Desember 2015 Tanggal Diterima: 31 Desember 2015
Abstrak: Analisa Kepemilikan Terkonsentrasi dan Asimetri Informasi Terhadap Konservatisma Akuntansi. Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh konsentrasi kepemilikan insider dan outsider yang menimbulkan asimetri informasi, pada pengaplikasian konservatisme akuntansi. Kepemilikan insider dan outsider diukur berdasarkan presentase kepemilikan, asimetri informasi diukur dari bid-ask spread, sedangkan konservatisme akuntansi diukur dengan menggunakan ukuran akrual. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan non keuangan yang terdaftar di BEI pada tahun 2012, serta menggunakan metode purpossive sampling diperoleh 99 perusahaan. Ditemukan bahwa kepemilikan outsider memengaruhi konservatisme akuntansi, sedangkan kepemilikan insider dan asimetri informasi tidak memengaruhi konservatisme akuntansi. Abstract: The Analyst of Ownership Concentration and Information Asymmetry to Accounting Conservatism. The study aims to analyse the effect of concentration of ownership between insider shareholders and outsider shareholders that would lead to information asymmetry, and their effect to accounting conservatism application. Insider shareholders and outsider shareholders were measured by using the percentage of ownership, information asymmetry was masured by using spread, and accounting conservatism was measured by using accrual measure. By analysing 99 non finance firms listed on Indonesia Stock Exchange in 2012, it was found that outsider shareholders of ownership concentration has a significant effect to accounting concervatism, but insider shareholders and information asymmetry have no significant effects to accounting concervatism. Kata kunci: Kepemilikan insider, kepemilikan outsider, asimetri informasi, konservatisma akuntansi.
Konservatisma akuntansi merupakan salah satu prinsip kualitatif dalam penyusunan pelaporan keuangan. Prinsip ini secara sederhana menekankan pada pemilihan metode pencatatan yang memiliki kemungkinan terkecil untuk menghasilkan penilaian terhadap aset dan pendapatan. Dampak dari pemilihan metode tersebut, akuntansi tidak mengungkapkan true value secara tepat tapi cenderung menetapkan angka laporan yang lebih rendah dari true value. Namun seiring perkembangan atas keseragaman penyajian laporan keuangan secara global untuk meningkatkan keinformasian dan komparasi dalam pelaporan keuangan, maka di tahun
2012 Indonesia telah memasuki penerapan IFRS. IFRS merupakan bentuk langkah atas tidak berlakunya prinsip konservatisma akuntansi lagi, karena telah diperkenankan untuk menggunakan prinsip fair value yang lebih menekankan pada relevansi. Dengan demikian, keberadaan prinsip konservatisma akuntansi menjadi kajian yang menarik di bawah Standar Pelaporan Keuangan International (IFRS). Konservatisma akuntansi secara modern menyatakan, bahwa prinsip ini membuat akuntan lebih mengenal tingkat yang wajar dalam kehati-hatian untuk mengakui transaksi berdasarkan ketidakpastian ekonomi
504
Kartika, Subroto, Prihatiningtyas, Analisa Kepemilikan Terkonsentrasi dan Asimetri Informasi ...
secara nyata (Wang 2009). Adapun salah satu faktor yang memengaruhi tingkat konservatisma akuntansi di setiap negara adalah karakteristik dari struktur kepemilikan. Indonesia merupakan negara yang banyak terdiri dari perusahaan dengan karakteristik kepemilikan terkonsentrasi (Claessens et al. 1999). Konflik utama pada kepemilikan terkonsentrasi adalah konflik antara pemegang saham mayoritas yang memiliki pengendalian yang besar dan pemegang saham luar yang minoritas (La Porta et al. 2000), bahkan di Malaysia berkembang menjadi konflik antara kepemilikan insider (pemegang saham mayoritas dan manajemen) dan kepemilikan outsider (Yunos 2011). Konservatisma akuntansi pada penelitian ini, dapat dijelaskan melalui prespektif teori keagenan. Hal ini disebabkan tingkat asimetri informasi antara manajer dan outside equity sangat berkaitan dengan tingkat konservatisma akuntansi pada perusahaan (LaFond dan Watts 2008). Permasalahan keagenan yang muncul dalam kondisi kepemilikan terkonsentrasi adalah keagenan tipe dua. Konflik kepentingan yang dapat diintepretasikan ketika manajer yang terpilih merupakan bagian dari pemilik saham mayoritas atau manajer merupakan pilihan yang sesuai kriteria bagi pemilik saham mayoritas, sehingga mempermudah dalam proses pengawasan operasional perusahaan melalui manajer terebut. Oleh karena itu, keputusan yang diambil oleh manajer akan selalu berpihak pada pemilik saham mayoritas. Implikasinya tidak menemui adanya kendala dalam akses informasi, sehingga antara manajer dan pemilik saham mayoritas sama-sama memiliki informasi yang lebih jelas dalam pengambilan keputusan dibandingkan pihak pemilik saham minoritas (Fuad 2012). Keberpihakan manajer dalam pengambilan keputusan pada pemilik saham mayoritas, mengindikasikan variasi informasi yang menurun pada perusahaan yang berkarakteristik kepemilikan terkonsentrasi. Terkait kepemilikan terkonsentrasi pada perusahaan yang mengaplikasikan prinsip konservatisma, terdapat 2 hal yang dapat dilakukan oleh manajer. Jika manajer berorientasi pada jangka panjang, maka manajer bersama dengan pemilik saham mayoritas berfungsi sebagai pengawas untuk meningkatkan proses pelaporan keuangan. Namun jika sebaliknya, manajer berperan sebagai pemicu dalam melakukan ekspropriasi terhadap pemegang saham minoritas.
505
Hal ini dapat digunakan sebagai indikator, ketika manajer dan pemegang saham mayoritas melakukan fungsi pengawasan yang baik, maka perusahaan terkonsentrasi mengunakan konservatisma sebagai kebijakan dalam proses pelaporan keuangan. Jika konservatisma akuntansi menjadi kebijakan perusahaan tersebut, maka informasi keuangan yang dihasilkan menjadi berkualitas karena tidak dibayangi oleh manipulasi keuangan yang menghasilkan overstatement. Adapun motivasi pada penelitian, berdasarkan hasil dari beberapa penelitian sebelumnya yang belum konsisten dan dikarenakan Indonesia mulai mengaplikasikan adopsi penuh IFRS di tahun 2012. Sesuai adopsi penuh IFRS, maka pengaplikasian fair value merupakan salah satu prinsip dalam penyusunan pelaporan akuntansi. Secara konsep peran prinsip konservatisma akuntansi berlawanan dengan prinsip fair value, maka melalui penelitian ini dapat mengetahui peran prinsip konservatisma akuntansi di tahun 2012 ini. Berdasarkan latar belakang yang telah dimukakan, maka penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris analisa kepemilikan insider, kepemilikan outsider dan asimetri informasi terhadap konservatisma akuntansi. METODE Populasi yang menjadi objek dalam penelitian ini meliputi seluruh perusahaan dalam kelompok non keuangan yang go public di Bursa Efek Indonesia pada periode tahun 2012. Periode penelitian tersebut dipilih karena pada tahun tersebut, Indonesia mulai mengadopsi penuh IFRS. Namun peneliti juga menggunakan data 2011 hanya untuk akun account receivable, inventories, prepaid expenses, account payable dan tax payable. Berdasarkan 5 akun tersebut digunakan untuk perhitungan konservatisma akuntansi dalam perhitungan Δ (delta), serta dari akun-akun tersebut telah dipastikan tidak terdapat perubahan dalam standar pengukurannya setelah membandingkan SAK 2009 dan SAK 2012. Sampel dipilih dengan menggunakan metoda purposive sampling berdasarkan kriteria-keriteria tertentu. Kriteria tersebut yaitu, (1) perusahaan termasuk perusahaan non keuangan yang mempublikasikan laporan keuangan dan tahunan 2012 secara lengkap, (2) menggunakan mata uang Rupiah, (3) laporan keuangan yang bersifat konservatif, (4) perusahaan berjenis kepemilikan terkonsentrasi, (4) me-
506
Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 6, Nomor 3, Desember 2015, Hlm. 504-511
miliki data harga bid dan harga ask. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder dapat berupa laporan keuangan auditan, profil perusahaan (company profile), sumber publikasi dari Indonesia Capital Market Directory (ICMD) tahun 2013. Penelitian ini menggunakan 3 variabel, dimana setiap variabel diukur dengan menggunakan proksi tertentu. Variabel independen terdiri dari kepemilikan terkonsentrasi dan asimetri informasi, serta variabel dependennya konservatisma akuntansi. Variabel itu diantaranya adalah konservatisma akuntansi (KA). Penelitian ini menggunakan metoda akrual sebagai proksi konservatisma akuntansi (KA) yang telah dikembangkan Givoly dan Hayn (2000). Jika diperoleh akrual negatif, maka laba digolongkan konservatif yang disebabkan laba bersih rendah dari cash flow yang diperoleh oleh perusahaan pada periode tertentu. Pengukuran ini dilakukan oleh Givoly dan Hayn (2000) dan Darsono (2012). Pengukuran konservatisma dioperasikan sebagai berikut: KAit = -NAit = TAit – OAit Dimana: KAit = Konservatisma perusahaan i periode t -NAit = Non operating accrual perusahaan i periode t TAit =Total accruals perusahaan i periode t, total accruals: net income + depreciations – cash flow from operations OAit = Operating accruals perusahaan i periode t, operating accruals: Δ accounts receivable + Δ inventories + Δ prepaid expenses – Δ accounts payable – Δ taxes payable Perhitungan operating accruals menggunakan data 2011 dan 2012, untuk mengetahui selisih dalam perhitungan Δ (delta). Namun telah dipastikan dalam akun-akun tersebut tidak terjadi perubahan dalam standar pengukurannya, setelah menbandingkan SAK 2009 dan SAK 2012. Untuk variabel bebas yang berikutnya adalah kepemilikan terkonsentrasi. Kepemilikan terkonsentrasi terdiri dari pemegang saham insider dan pemegang saham outsider. Pemegang saham insider (KINS) adalah pemegang saham yang dimiliki oleh manajer dan pemegang saham utama atau mayoritas (tidak kurang dari lima persen), sedangkan
pemegang saham outsider (KOUT) adalah pemegang saham secara individu atau masyarakat (kurang dari lima persen) yang independen dari perusahaan (Yunos 2011). a. Kepemilikan Insider (KINS) Σ kepemilikan saham oleh insider = x100% Σ saham yang beredar b. Kepemilikan Outsider (KOUT) Σ kepemilikan saham oleh outsider = x100% Σ saham yang beredar Untuk variabel bebas berikutnya adalah asimetri informasi (AI). Proksi asimetri informasi yang digunakan dalam penelitian diukur dengan menggunakan bid-ask spread. Venkatesh dan Chiang (1986) mendefinisikan bid-ask spread sebagai selish harga beli tertinggi dengan harga jual terendah saham trader. Beberapa pengujian empiris terhadap keterkaitan asimetri informasi dengan bid-ask spread antara lain dilakukan oleh Dwitayanti (2010); Venkatesh dan Chiang (1986). Penggunaan relative bid-ask spread yang dioperasikan sebagai berikut: SPREAD = (askj,t – bidj,t) / {(askj,t + bidj,t)/2} x 100 Dimana: SPREADj,t = Variabel independen sebagai proksi asimetri informasi Askj,t = Harga penawaran saham tertinggi perusahaan j pada tahun ke-t Bidj,t = Harga permintaan saham terendah perusahaan j pada tahun ke-t Analisa data dilakukan dengan statistik deskriptif, uji asumsi klasik (normalitas, heterokedastisitas, autokorelasi dan multikolinieritas) dan regresi linier berganda serta pengujian hipotesa (uji-F, koefisien determinasi dan uji-t). Adapun bentuk modal analisa regresi linier berganda adalah: KA = α + b1 KINS + b2 KOUT + b3 AI + e Dimana: KA = Konservatisma akuntansi KINS = Kepemilikan Insider KOUT = Kepemilikan Outsider AI = Asimetri Informasi e = Error α = Konstanta b1 – b2 = Koefisien Regresi HASIL
DAN
Kartika, Subroto, Prihatiningtyas, Analisa Kepemilikan Terkonsentrasi dan Asimetri Informasi ...
PEMBAHASAN Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan non keuangan yang terdaftar di BEI (ICMD 2013). Berdasarkan metoda purposive sampiling, maka dari 334 perusahaan non keuangan menjadi 99 perusahaan yang menjadi sampel karena berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Selanjutnya data perusahaan tersebut dianalisa dengan menggunakan alat regresi linier berganda untuk mengetahui kekuatan hubungan antara variabelindependen terhadap variabel dependen. Hasil analisa deskriptif dan uji asumsi klasik. Analisa statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskriptif suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), deviasi standar, nilai maksimum dan nilai minimum dari masing-masing variabel penelitian. Hasil analisa deskriptif dari variabelvariabel menunjukkan bahwa nilai KA (konservatisma akuntansi) adalah antara Rp. -253.828 sampai dengan Rp. -2.134.756.000 dengan rata-rata Rp. -242.261.219 dan deviasi standar Rp. -395.525.765. Perhitungan KA (konservatisma akuntansi) merupakan hasil dari perhitungan nonoperating accruals, maka semakin tinggi nilai KA semakin tinggi tingkat konservatisma akuntansi yang dimiliki perusahaan. Nilai komposisi KINS (kepemilikan insider) antara 21,10% sampai dengan 96,31% dengan rata-rata 64,24% dan deviasi standar 17,37%. Tampak bahwa terdapat perusahaan yang mempunyai KINS (kepemilikan insider) 21%, hal ini dikarenakan didalam CALK telah diperoleh keterangan jika kepemilikan tersebut adalah kepemilikan mayoritas. Nilai komposisi KOUT (kepemilikan outsider) antara 0,91% sampai dengan 61,85% dengan rata-rata 23,02% dan deviasi standar 14,80%. Tampak bahwa terdapat perusahaan dengan kepemilikan oleh publik hingga mencapai 61%. Nilai AI (asimetri informasi) antara 9,30 sampai dengan 171,73 dengan rata-rata 65,42 dan deviasi standar 33,04. Pada pengujian asumsi klasik, uji normalitas dilakukan dengan menngunakan
507
uji Kolmogorov Sminrnov. Hasil dari uji Kolmogorov Sminrnov telah diperoleh taraf signinifikansi yaitu sebesar 0,316. Hal ini dikarenakan signifikansi lebih dari 0,005 (0,316 > 0,05), maka nilai residual tersebut adalah normal. Uji heterokedastisitas dilakukan dengan menggunakan uji Park. Uji park dilakukan dengan cara meregresikan antara variabel KINS, KOUT dan AI dengan logaritma residual. Nilai keofisien dari uji Park adalah 0,338 (KINS), 0,192 (KOUT) dan 0,139 (AI). Ketiga nilai variabel independen dengan logaritma dari kuadrat residual memiliki signifikansi dari 0,05, maka disimpulkan tidak terjadi masalah hetrokedastisitas pada model regresi. Uji autokorelasi yang digunakan adalah Durbin-Watson Test (DW-Test). Regresi yang bebas dari gangguan autokorelasi jika dU
Tabel 1. Hasil Uji Hubungan Variabel No
Agreements
Koefisien
t-stat
Sig
Keterangan
1
KINS
115,386
1,434
0,155
Ditolak
2
KOUT
265,236
2,812
0,006
Diterima
3
AI
-35,344
-1,204
0,232
Ditolak
508
Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 6, Nomor 3, Desember 2015, Hlm. 504-511
Berdasarkan koefisien determinasi (R2) pada tabel diatas, nilai adjusted R2 adalah 0,069 atau 6,9%, artinya kepemilikan insider (KINS), kepemilikan outsider (KOUT) dan asimetri informasi (AI) mempengaruhi konservatisma akuntansi (KA) hanya sebesar 6,9%. Sedangkan sisanya 93,1% (100%6,9% = 93,1%) dipengaruhi oleh variabel lain atau variabel yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Berdasarkan uji-t bahwa masing-masing variabel menggunakan tingkat signifikan < 0,05 , maka untuk variabel kepemilikan outsider mempunyai pengaruh terhadap konservatisma akuntansi. Hal ini dikarenakan tingak signifikan lebih kecil dari 0,05. Variabel kepemilikan insider dan asimetri informasi, memiliki tingkat signifikan lebih dari 0,05. Artinya kedua variabel tersebut tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap konservatisma akuntansi. Hasil pengujian hubungan kepemilikan insider terhadap konservatisma menunjukkan bahwa variabel kepemilikan insider tidak memengaruhi secara signifikan terhadap konservatisma akuntansi. Jika diperhatikan hubungan antara kepemilikan insider pada konservatisma akuntansi. Jika kepemilikan terkonsentrasi merupakan investasi yang besar di dalam perusahaan serta memiliki akses informasi private yang mudah ke manajer, sehingga mengurangi konflik keagenan tradisional antara manajer dan pemegang saham. Keuntungan pada kondisi ini, kepemilikan terkonsentrasi sebagai pemegang saham mayoritas dapat mempengaruhi kebijakan perusahaan. Hal ini dikarenakan manajemen merupakan bagian dari pemegang saham mayoritas. Pada kondisi kepemilikan terkonsentrasi terdapat masalah keagenan antara manajemen dan pemegang saham berkurang, namun muncul masalah keagenan lain yaitu antara pemegang saham insider (manajer dan pemegang saham mayoritas) dan pemegang saham outsider (Yunos 2011).Penelitian yang relevan dilakukan oleh Nekounam et al. (2012) yang berasumsi bahwa kerjasama antara blocker dan manajer adalah hal yang sangat berguna dan kerjasama ini mengurangi tugas untuk monitoring, sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan dan mempengaruhi persepsi pemegang saham lainnya tentang kualitas laba. Oleh karena itu, dalam penelitiannya ini disimpulkan bahwa dengan mempertimbangkan manfaat konservatisma
sebagai kriteria kualitas laba, maka hal ini akan membuat kepemilikan terkonsentrasi akan berhubungan negatif terhadap konservatisma. Berikutnya Yunos (2011), berpendapat bahwa kepemilikan saham oleh insider (manajemen dan pemegang saham mayoritas) akan menyebabkan kurangnya konservatisma karena tidak membutuhkan alat ini untuk mengedalikan dan memonitor bagi jalannya mekanisme manajemen perusahaan. Hal ini dikarenakan manajer yang merupakan pemilik, memiliki kepentingan yang sejalan dengan pemegang saham mayoritas dan sebagai konsekuensinya penggunaan konservatisma sebagai alat pengawasan menjadi menurun. Berbeda dengan pendapat Thai dan Kuntisook (2009), yang menyatakan adanya dampak keselarasan para pemegang saham mayoritas melalui kepemilikan keluarga kurang cenderung terlibat dalam perilaku oportunistik dalam melaporkan laba akuntansi, karena berpotensi merusak reputasi keluarga dan kekayaannya dalam jangka panjang kinerja perusahaan. Dengan demikian, pemegang saham mayoritas termotivasi untuk melaporkan laba yang berkualitas yaitu menggunakan pelaporan yang lebih konservatif. Pada penelitian ini prediksi yang pertama (H1) ditolak, karena tidak sesuai prediksinya bahwa ”kepemilikan insider memengaruhi terhadap konservatisma akuntansi”. Hasil studi empiris ini sesuai dengan Yunos et al. (2011), yang menyatakan bahwa kepemilikan saham oleh insider tidak memengaruhi terhadap konservatisma akuntansi. Hal ini dikarenakan pemegang saham insider selaku pengendali menggunakan kekuasannya untuk kepentingan pribadinya. Dampaknya pemegang saham insider menghindari konservatisma akuntansi, agar dapat menyembunyikan aktivitas pengambilalihan kekayaan dari pemegang saham outsider. Hasil penelitian ini telah memberi implikasi bahwa kepemilikan saham oleh insider pada perusahaan terkonsentrasi, mampu mengendalikan dan memonitor manajemen tanpa melibatkan konservatisma akuntansi dalam mengoperasionalkan sebuah perusahaan. Apabila dilihat dari manfaat konservatima akuntansi yang mampu membatasi oportunistik manajer terkait penyajian laba dan aktiva, menjadikan mekanisme konservatisma akuntansi kurang berfungsi tepat ketika dalam pengaplikasiannya ditentukan oleh pihak manajemen itu sendiri sebagai pengambil keputusan.
Kartika, Subroto, Prihatiningtyas, Analisa Kepemilikan Terkonsentrasi dan Asimetri Informasi ...
Hasil pengujian hubungan kepemilikan outsider terhadap konservatisma akuntansi menunjukkan bahwa variabel kepemilikan outsider memengaruhi secara signifikan terhadap konservatisma akuntansi. Adanya pandangan bahwa kepemilikan outsider merupakan presentase saham yang dimiliki oleh publik dibandingkan dengan jumlah seluruh saham yang beredar. Keberadaan kepemilikan outsider pada perusahaan dengan berkarakteristik kepemilikan terkonsentrasi, menjadi posisi yang paling sulit dalam hal informasional. Menurut Givoly et al. (2010) adanya tuntutan dari investor terhadap manajemen dalam bentuk peraturan dan hukum lingkungan dimana perusahaan tersebut beroperasi, dapat menyebabkan pelaporan akuntansi dituntut untuk lebih berkualita. Oleh karena itu, kepemilikan saham outsider lebih menuntut pelaporan keuangan yang konservatif, guna membatasi oportunistik dari manajemennya. Menurut Yunos (2011), kepemilikan outsider selalu menuntut transparasi informasi untuk menyejajarkan informasi dengan kepemilikan insider. Fungsi konservatisma akuntansi dianggap menghasilkan informasi yang tidak transparan. Oleh karena itu, temuannya pemegang saham outsider menuntut transparasi atas informasi keuangan yang berkualitas untuk mengamankan investasinya dalam perusahaan yang didominasi oleh kepemilikan insider. Adapun hasil dari penelitian ini prediksi yang kedua (H2) diterima, karena sesuai dengan rumusan prediksinya “ kepemilikan outsider memengaruhi terhadap konservatisma akuntansi”. Hasil pengujian ini sesuai dengan Widya (2004) bahwa struktur kepemilikan memengaruhi secara signifikan terhadap konservatisma akuntansi. Hasil pengujian ini juga mendukung penelitian Yu (2012) terkait kepemilikan saham oleh outsider cenderung menuntut pelaporan keuangan yang konservatif. Oleh karena itu bagi kepemilikan saham oleh outsider, konservatisma merupakan alat untuk mengontrol aset perusahaan dalam memaksimalkan laba. Implikasinya bahwa pelaksanaan kebijakan konservatisma akuntansi membentuk veriabilitas asimetri untuk menghapus bias manajerial dan menghalangi oportunistik manajer terkait penyajian pelaporan laba dan aktiva. Konservatima akuntansi dapat digunakan sebagai alat governance yang berpotensi dan berguna bagi pemegang saham outsider untuk memonitor perilaku manajerial.
509
Hasil pengujian hubungan asimetri informasi terhadap konservatisma akuntansi menunjukkan bahwa variabel asimetri informasi tidak memengaruhi secara signifikan terhadap konservatisma akuntansi. Pada saat terdapat ketidaksamaan dalam memperoleh informasi antara pihak manajemen sebagai penyedia informasi, dengan para pemegang saham dan stakeholders sebagai pengguna informasi, maka terjadi asimetri informasi. Asimetri informasi dan perbedaan kepentingan menimbulkan fenomena pemilihan yang keliru (adverse selection) dan bahaya moral (moral hazard). Adanya asumsi bagi manajer, asimetri informasi akan memengaruhi harga saham di pasar. Hal ini juga dipaparkan oleh LaFond dan Watts (2008) bahwa perbedaan informasi yang ada di antara para investor dan manajer dapat menimbulkan dead weight lossed yang kemudian dapat menurunkan expected cash flow perusahaan, sehingga dapat meningkatkan equilibrium return saham perusahaan dan berdampak menurunkan harga saham. Penelitian yang relevan telah dilakukan oleh LaFond dan Watts (2008) yang menemukan bahwa asimetri informasi antara insider perusahaan dan outsider investor menghasilkan konservatisma dalam laporan keuangan. Hal in adanya pemahaman bahwa manajer cenderung mendapatkan insentif tinggi dengan melebih-lebihkan kinerja keuangan melalui penggunaan informasi pribadi untuk mentrasfer kekayaan dari pemegang saham untuk kepentingan dirinya sendiri. Pasar sebagai pihak eksternal mengakui akan tindakan manajer cenderung seperti ini. Implikasinya harga penawaran terhadap saham menjadi turun. Namun dengan adanya konservatisma, maka dapat mengurangi insentif manajer karena membatasi ruang gerak manajer dalam melakukan laporan keuangan overstatement. Studi relevan lainnya juga dilakukan Chi dan Wang (2008) yang menguji hubungan antara asimetri informasi dan konservatisma akuntansi. Bukti empirisnya merumuskan bahwa adanya asimetri informasi yang terjadi pada periode berjalan akan lebih mendorong meningkatnya konservatisma akuntansi pada periode berikutnya. Hal ini dikarenakan semakin besar asimetri informasi antara insider (saham mayoritas) dan uninformed (saham minoritas), maka semakin sedikit keuntungan dan semakin meningkat kerugian yang terefleksikan dalam arus kas perusahaan. Berdasarkan penjelasan diatas dapat dilihat
510
Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 6, Nomor 3, Desember 2015, Hlm. 504-511
bahwa semakin tinggi asimetri informasi antara insider (manajer dan pemegang saham mayoritas) dan outsider (pemegang saham minoritas) akan memicu tingginya tingkat konservatisma akuntansi. Adapun hasil penelitian pada prediksi yang ketiga (H3) ditolak, karena tidak sesuai dengan rumusan prediksinya “asimetri informasi memengaruhi terhadap konservatisma akuntansi”. Hasil pengujian ini sesuai dengan penelitian Dwitayanti (2010) yang menyatakan bahwa tingkat asimetri informasi tidak memengaruhi tingkat konservatisma akuntansi. Hal ini dikarenakan pada penelitiannya terjadi pelanggaran dua asumsi klasik yang tidak terpenuhi yaitu uji normalitas dan uji heterokedastisitas. Berdasarkan sudut pandang yang berbeda, dalam penelitian ini telah memenuhi uji asumsi klasik. Adapun pendapat dari penelitian ini bahwa mengindikasikan dampak wajib adopsi IFRS ditahun 2012 sesuai tahun data yang digunakan dalam penelitian ini. Sebagai salah satu dampak adopsi IFRS dalam perhitungan konservatisma akuntansi dalam penulisan ini , yaitu penggunaan atas laba komprehensif. Informasi ini diperoleh dari laporan laba rugi komprehensif. Salah satu contohnya pada akun surplus revaluasi, yang merupakan elemen nominal yang tercantum di laporan laba rugi komprehensif. Hal ini berdampak dari diperkenankannya atas penggunaan prinsip fair value, sehingga mampu mengurangi asimetri informasi terhadap perubahan aset tetap perusahaan. Aset tetap sangat memengaruhi dalam penilaian modal dalam penyusunan laporan keuangan perusahaan. Aset tetap pada kenyataannya memiliki masa pemakaian lebih dari satu tahun, tetapi harapannya aset tetap dapat memberikan masa manfaat dalam jangka waktu yang relatif lama. Namun, seiring waktu berjalan manfaat dari aset tetap cenderung semakin lama semakin menurun. Hal inilah yang menyebabkan timbulmya penyusutan (depreciation). Penerapan historical cost dianggap kurang mencerminkan keadaan nilai aset tetap yang sesungguhnya. Oleh karena itu diperlukan revaluasi terhadap aset tetap untuk penyajian nilai yang wajar. Nilai yang wajar dapat terpenuhi, pada saat prinsip fair value telah diperkenankan di era IFRS ini. Fair value menjadikan salah satu opsi (model revaluasi) selain nilai buku (Historical cost) dalam penentuan nilai aset. Perubahan ini telah memberikan efek atas
kewajaran penilaian aset tetap yang terefleksikan pada akun surplus revaluasi. Akun surplus revaluasi, merupakan hasil dari penilaian dari appraisal yang meningkatkan nilai harga tetap. Pada akun surpluss revaluasi tersebut, telah menginformasikan apabila terjadi perubahan harga aset tetap yang disebabkan adanya kenaikan nilai di pasar. Melalui proses inilah, nilai yang diinformasikan aset tetap tersebut menjadi informasi dengan nilai yang wajar. Hasilnya nilai aset tetap yang disajikan, mencerminkan kemampuan perusahaan sebenarnya. Hal ini sebagai salah satu bukti IFRS mampu menurunkan asimetri informasi bagi para investor. Adapun tujuan dari adopsi IFRS yaitu, untuk meningkatkan kualitas pelaporan keuangan, meningkatkan komparabilitas, mengurangi asimetri informasi dan biaya modal. Pada hakekatnya, standar setter selalu berusaha untuk mengurangi asimetri informasi antara perusahaan dan investor luar dengan menyajikan nilai yang lebih diverifikasi kedalam laporan keuangan, implikasinya tidak lagi memerlukan konservatisma akuntansi untuk menurunkan asimetri informasi. SIMPULAN Penelitian ini menguji kepemilikan terkonsentrasi yang diproksikan kepemilikan insider dan kepemilikan outsider, serta asimetri informasi terhadap konservatisma akuntansi. Perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia telah dipilih oleh peneliti sebagai objek studi. Hasil penelitian ini bahwa penggunaan prinsip konservatisma akuntansi dipengaruhi oleh kepemilikan saham oleh outsider telah terbukti, namun penelitian ini merumuskan jika prinsip konservatisma akuntansi tidak dipengaruhi oleh kepemilikan saham oleh insider dan asimetri informasi yang ada di dalam perusahaan dengan kepemilikan terkonsentrasi. Hal ini menunjukkan bahwa di Indonesia yang didominasi oleh perusahaan dengan struktur kepemilikan yang terkonsentrasi yang terdiri dari kepemilikan insider dan kepemilikan outsider, serta telah menerapkan IFRS secara penuh, namun hanya kepemilikan outsider yang cenderung menuntut perusahaan untuk menggunakan prinsip konservatisma akuntansi pada laporan keuangan. Penelitian ini konsisten dengan pandangan bahwa besarnya pemegang saham mampu menurunkan agency problem,
Kartika, Subroto, Prihatiningtyas, Analisa Kepemilikan Terkonsentrasi dan Asimetri Informasi ...
karena kepemilikan outsider merupakan kepentingan umum dalam memaksimalisasi laba dan cukup kontrol atas aset perusahaan (Fuad 2012). Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan tidak terlalu mempertimbangkan kepemilikan insider dan asimetri informasi dalam mengambil keputusan untuk menggunakan prinsip konservatisma akuntansi pada laporan keuangan atau tidak. Harapan untuk pengembangan penelitian ini: DAFTAR PUSTAKA Chi, W., danC. Wang. 2008. “Information Asymmetry and Accounting Conservatism: Evidence from Taiwan”. Diunduh tanggal 30 Maret 2013.
. Claessens, S., S. Djankov, J. Fan, dan L.H.P. Lang. 1999. “Who Control East Asian Corporations”. Journal of Finansial Economic, Vol. 58, hlm 81-112. Darsono, 2012. Dampak Konservatisma Terhadap Relavansi Nilai Informasi Akuntansi Di Indonesia. Disertasi tidak Dipublikasikan. Universitas Gadjah Mada. Dwitayanti, Y. 2010. Pengaruh Asimetri Informasi terhadap Konservatisme Akuntansi. Tesis tidak Dipublikasikan. Universitas Gadjah Mada. Fuad. 2012. “Dampak Konservatisme Akuntansi Dan Struktur Kepemilikan Terhadap Relevansi Informasi Akuntansi”. Jurnal Akuntansi & Auditing, Vol. 9, No. 1, hlm 43-45. Givoly, D., dan C. Hayn. 2000. “The Changing Time-Series Properties of Earnings, Cash Flows and Accruals: Has Financial Reporting Become More Conservative?”. Journal of Accounting and Economics, Vol. 29, hlm 287-320. Givoly, D., C.K Hayn, dan S.P. Katz. 2010. “Does Public Ownership of Equity Improve Earning Quality?”. The Accounting Review, Vol. 85, No.1, hlm 195-225. LaFond, R. dan R.L. Watts. 2008. “The information Role of Conservatism”. The
511
Accounting Review, Vol. 83, No. 2, hlm 447-478. La Porta, R., A. Shleifer, dan R.W. Vishny. 2000. “Investor Protection and Corporate Governance”. Journal of Financial Economics, Vol. 58, hlm 3-27. Neukounam, J., M.A. Sefiddashti, M. Goodarzi, dan J. Khademi. 2012. “Study of Relation Between Ownership Concentration and Accounting Conservatism”. Journal of Basic and Applied Scientific Research, Vol. 2, No. 8, hlm 7560-7565. Thai, K. Dan K. Kuntisook. 2009. Accounting Conservatism and Controlling Shareholder Characteristics: Empirical Evidence from Thailand. Diunduh tanggal 30 Maret 2014. < http://www.ssrn. com>. Venkatesh, P.C., dan R. Chiang. 1986. “Information Asymmetry and The Dealer’s Bid-Ask Spread: A Case Study of Earnings and Dividend Announcements”. The Journal of Finance, Vol. 41, No. 5, hlm 1089-1102. Wang, Z. R. 2009. Accounting Conservatism. Disertasi Dipublikasikan. University Victoria. Wydia. 2004. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pilihan Perusahaan Terhadap Akuntansi Konservatif. Prosiding Simposium Nasional Akuntansi VII Denpasar. Yu, K. 2012. “Block Ownership and Accounting Conservatism”. Journal Corporate Ownership & Control, Vol. 3, No.10, hlm 272-293. Yunos, R.M. 2011. The Effect of Ownership Concentration, Board of Directors, Audit Committee and Ethnicity on Concervative Accounting: Malaysian Evidence. Disertasi Dipublikasikan. University of Perth. Yunos, R.M., M. Smith, Z. Ismail, dan A.S. Ahmad. 2011. Inside Concentration Owners, Board of Directors and Accounting Conservatism. Diunduh 30 Desember 2012..