PENGARUH STRESSOR LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN MELALUI JOB STRESS ( Studi Pada PT. Sindopex Perotama Sidoarjo ) Ari Suharto Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Brawijaya Email :
[email protected]
ABSTRAKSI Dalam suatu organisasi sering terjadi perubahan tuntutan terhadap hasil kerja serta perubahan dalam peraturan kerja yang menyebabkan tekanan-tekanan yang harus dihadapi individu dalam lingkungan kerja. Tekanan-tekanan itu disebut dengan stressor lingkungan kerja. Stressor lingkungan kerja yang sering dialami karyawan yaitu stressor lingkungan kerja fisik dan psikis. Seorang atasan yang tidak memperhatikan faktor penyebab stres akan dapat menyebabkan karyawanya mengalami stress sehingga akan berpengaruh pada kinerja karyawan tersebut. Penelitian ini membahas tentang faktor-faktor penyebab stress serta akibatnya terhadap kinerja karyawan melalui job stress. Kata kunci : stressor , job stress , faktor-faktor penyebab stress.
1
A. LATAR BELAKANG Karyawan sebagai sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan merupakan faktor penting dalam menentukan berhasil tidaknya suatu perusahaan. Sehingga pelaksanaan kerja karyawan sangat mempengaruhi tujuan organisasi secara keseluruhan. Betapapun baiknya sumber daya lain yang dimiliki oleh perusahaan jika tidak didukung oleh karyawan yang bekerja secara efektif dan efisien maka akan mencapai suatu kegagalan (Hasibuan, 2000:205). Dalam suatu organisasi sering terjadi perubahan tuntutan terhadap hasil kerja serta perubahan dalam peraturan kerja yang menyebabkan tekanan-tekanan yang harus dihadapi individu dalam lingkungan kerja. Tekanan yang timbul dan berlangsung terus menerus berpotensi menimbulkan kecemasan (Handoko, 2001:121). Dampak yang sangat merugikan dari adanya gangguan kecemasan yang sering dialami oleh masyarakat disebut stres. Ada beberapa faktor di tempat kerja yang bisa menyebabkan timbulnya stress bagi karyawan, faktor-faktor tersebut disebut stressor. Stressor di tempat kerja bisa berwujud fisik maupun psikis, yang semuanya bisa menimbulkan stres kerja bagi karyawan. Stres dapat menjadi pemacu semangat seseorang untuk bekerja, akan tetapi dalam kadar tertentu stres dapat pula menjadi pemicu timbulnya lesu kerja, penurunan kondisi fisik dan mental yang akhirnya dapat mempengaruhi semangat seorang karyawan dalam bekerja, yang akhirnya juga berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Dengan adanya stressor lingkungan kerja atau penyebab stres di lingkungan kerja yang apabila faktor tersebut diabaikan oleh pimpinan maka seseorang karyawan akan mengalami suatu gejala emosional yang disebut stres job stress (As’ad, 2001:60), seorang karyawan yang mengalami stress dalam bekerja akan mempengaruhi kinerja karyawan tersebut. Pengaturan ruang kerja, standar penerangan dan sistem sirkulasi udara merupakan contoh beberapa faktor penyebab stres yang apabila faktor – faktor tersebut tidak diperhatikan oleh pimpinan perusahaan akan menyebabkan karyawan mengalami gejala stres yang kemudian baik secara langsung ataupunn tidak langsung akan berdampak pada kinerja karyawan pada perusahaan. Hal ini merupakan latar belakang peneliti untuk mengadakan penilitian tentang hubungan stressor lingkungan kerja, job stress dan kinerja. B. RUMUSAN MASALAH 1. Apakah stressor lingkungan kerja berpengaruh terhadap job stress? 2. Apakah job stress berpengaruh terhadap kinerja karyawan?
2
3. Apakah stressorlingkungan kerja berpengaruh secara langsung terhadap kinerja karyawan? 4. Apakah stressor lingkungan kerja berpengaruh secara tidak langsung terhadap kinerja melalui job stress? C. METODE PENELITIAN Penulisan artikel ilmiah ini merupakan hasil dari penelitian yang menggunakan jenis penelitian empiris. Penelitian ini menggunakan beberapa jenis dan sumber data yang diperoleh untuk mendukung penelitian ini diantaranya adalah : a. Data primer adalah data yang diperoleh secara empiris yang dilakukan dengan pengambilan data secara langsung dengan responden yang berjumlah 99 karyawan non pimpinan. b. Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung yang dapat memperkuat atau mendukung data primer. Yaitu data yang diperoleh melalui studi dokumen, termasuk data kepustakaan, atau data yang diperoleh dari data yang ada dalam keadaan siap dan erat kaitannya dengan penelitian. D. PEMBAHASAN 1. Pengertian Stress Berbagai bentuk kekuatiran dan masalah selalu dihadapi para karyawan. kita semua dari waktu ke waktu menjumpai kesulitan-kesulitan, masalah-masalah dan mengalami kesedihan emosional. Stress sering diartikan sebagai kelebihan tuntutan atas kemampuan individu dalam memenuhi kebutuhan (Sedarmayanti 2007:67). Masalah yang terdapat dalam lingkungan keluarga, kegiatan sosial, pekerjaan di kantor, kegiatan diwaktu senggang, maupun yang ada hubungannya dengan orang lain dapat menimbulkan beban yang berlebihan. Sebagai hasilnya, pada diri karyawan berkembang berbagai macam gejala stress yang dapat mengganggu pelaksanaan kerja mereka. Tekanan atasan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan mungkin menimbulkan stress kerja bagi seorang karyawan, namun merupakan tantangan bagi karyawan lain. a. Gejala-Gejala Job Stress Terdapat gejala-gejala stres kerja yang bisa dikenali. Gejala-gejala stres kerja bisa berasal dari gejala fisik, psikis, sosial fisiologis dan lain-lain. Robbins (2007), mengelompokkan gejala stres kerja ke dalam tiga aspek, yaitu:
3
1) Gejala fisiologikal
Sakit perut
Detak jantung meningkat dan sesak nafas
Tekanan darah meningkat
Sakit kepala
Serangan jantung Simptom-simptom pada fisiologikal memang tidak banyak ditampilkan, karena
menurut Robbins (2007) pada kenyataannya selain hal ini menjadi kontribusi terhadap kesukaran untuk mengukur stres kerja secara objektif. Hal yang lebih menarik lagi adalah simptom fisiologikal hanya mempunyai sedikit keterkaitan untuk mempelajari perilaku organisasi. Berikut ini ada dua kategori simptom dari stres kerja yang lebih penting yaitu: 2) Gejala psikologikal
Kecemasan
Ketegangan
Kebosanan
Ketidakpuasan dalam bekerja
Irritabilitas
Menunda-nunda Gejala-gejala psikis tersebut merupakan gejala yang paling sering dijumpai, dan
diprediksikan dari terjadinya ketidakpuasan kerja. Pegawai kadang-kadang sudah berusaha untuk mengurangi gejala yang timbul, namun menemui kegagalan sehingga menimbulkan keputusasaan yang seolah-olah terus dipelajari, yang biasanya disebut dengan learned helplessness yang dapat mengarah pada gejala depresi Bodner & Mikulineer (dalam Robbins, 2007) 3) Gejala Perilaku
Meningkatnya ketergantungan pada alkohol dan konsumsi rokok
Melakukan sabotase dalam pekerjaan
Makan yang berlebihan ataupun mengurangi makan yang tidak wajar sebagi perilaku menarik diri. 4
Tingkat absensi meningkat dan rerformansi kerja menurun
Gelisah dan mengalami gangguan tidur
Berbicara cepat.
2. Sumber- Sumber Stres Lingkungan Kerja Ada 2 sumber-sumber stressor lingkungan kerja yaitu : 1. Stressor Lingkungan Kerja Fisik. 2. Stressor lingkungan Kerja Psikis. 3. Kinerja Karyawan Pegawai atau karyawan dalam organisasi formal mempunyai peranan penting dalam mencapai tujuan organisasi. Dengan demikian harus diusahakan agar pegawai dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik. Untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan kinerja yang baik dari bawahannya untuk melaksanakan tugas-tugas pekerjaannya. Menurut Mangkunegara (2006:9) istilah kinerja berasal dari Job Performance atau pengertian prestasi kerja (kinerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Ada beberapa syarat kriteria ukuran kinerja pegawai, yaitu kualitas, kuantitas, waktu yang dipakai, jabatan yang dipegang, absensi dan amanah dalam menjalankan pekerjaan. Kemudian kinerja dapat diukur melalui kualitas dan kualitas pekerjaan yang diselesaikan oleh individu, kelompok, atau organisasi. Dengan demikian, ukuran kinerja tersebut mencakup kualitas dan kuantitas dari hasil kerja itu sendiri. a. Kualitas Kerja Menunjukkan sejauh mana mutu seseorang pegawai dalam melaksanakan tugastugasnya meliputi, ketepatan, kelengkapan, kerapian. Dari pendapat diatas, jelas bahwa kualitas kerja dapat diukur melalui ketepatan, kelengkapan dan kerapian. Yang dimaksud dengan ketepatan adalah tepat dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan, artinya terdapat kesesuaian antara kegiatan dengan sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan. Yang dimaksud dengan kelengkapan adalah kelengkapan ketelitian, ketelitian dalam melaksanakan tugasnya. Yang dimaksud dengan kerapian dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya. b. Kuantitas Kerja Jumlah kerja yang dilaksanakan oleh seorang pegawai dalam menggunakan waktu kerja tertentu dan ketepatan dalam menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya. Dengan 5
demikian kuantitas kerja dapat dilihat dari jumlah kerja dan penggunaan waktu. Jumlah kerja adalah banyaknya tugas pekerjaan yang dapat dikerjakan. Penggunaan waktu adalah banyaknya waktu yang digunakan dalam menyelasaikan tugas pekerjaan. 4. Hasil Penelitian Pengaruh Stressor Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Melalui Job Stress a) Uji Validitas Uji validitas dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Uji validitas alat ukur penelitian ini menggunakan korelasi product moment pearson’s yaitu dengan cara mengkorelasikan tiap pertanyaan dengan skor total, kemudian hasil korelasi tersebut dibandingkan dengan angka kritis taraf signifikan 5% dan rtabel pada n = 99 sebesar 0,1975. Adapun hasil pengujian dapat dinyatakan pada tabel berikut : Tabel 4.8 Validitas Instrumen Penelitian No.
Item
Pearson
rtabel
Keterangan
Correlation 1.
No.
1
0,587
0,1975
Valid
2
0,629
0,1975
Valid
3
0,251
0,1975
Valid
4
0,237
0,1975
Valid
5
0,525
0,1975
Valid
6
0,587
0,1975
Valid
7
0,628
0,1975
Valid
Item
Pearson
rtabel
Keterangan
Correlation 2.
8
0,251
0,1975
Valid
9
0,629
0,1975
Valid
10
0,628
0,1975
Valid
11
0,219
0,1975
Valid
12
0,625
0,1975
Valid
13
0,583
0,1975
Valid
6
3
14
0,247
0,1970
Valid
17
0,596
0,1975
Valid
18
0,657
0,1975
Valid
19
0,605
0,1975
Valid
20
0,561
0,1975
Valid
21
0,667
0,1975
Valid
22
0,657
0,1975
Valid
Berdasarkan Tabel
4.8 dapat diketahui bahwa masing-masing indikator yang
digunakan mempunyai nilai Pearson Correlation yang lebih besar dari r tabel. Hal ini menunjukkan indikator-indikator yang digunakan dalam variabel penelitian ini layak atau valid digunakan sebagai pengumpul data. b) Uji Reliabilitas Uji reliabilitas digunakan untuk menguji kemampuan suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukurannya diulangi dua kali atau lebih. Pengujian keandalan alat ukur dalam penelitian ini menggunakan reliabilitas metode alpha (α) dengan metode Cronbach, suatu instrumen dikatakan reliabel apabila nilai alpha lebih besar dengan nilai r tabel. Tabel 4.9 Hasil Uji Reliabilitas Variabel
X
Variabel Z
Item
Nilai α
r tabel
1
0,859
0,1975
Reliabel
2
0,859
0,1975
Reliabel
3
0,859
0,1975
Reliabel
4
0,859
0,1975
Reliabel
5
0,859
0,1975
Reliabel
6
0,859
0,1975
Reliabel
7
0,859
0,1975
Reliabel
Item
Nilai α
r tabel
Keterangan
0,1975
Reliabel
0,1975
Reliabel
8 9
0,859
Keterangan
7
10
0,859
0,1975
Reliabel
11
0,859
0,1975
Reliabel
12
0,859
0,1975
Reliabel
13
0,859
0,1975
Reliabel
14
0,859
0,1975
Reliabel
0,859
Y
15
0,859
0,1975
Reliabel
16
0,859
0,1975
Reliabel
17
0,859
0,1975
Reliabel
18
0,859
0,1975
Reliabel
19
0,859
0,1975
Reliabel
20
0,859
0,1975
Reliabel
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa hasil perbandingan antara nilai α dengan r tabel semuanya memenuhi kriteria yaitu nilai α lebih besar dari r tabel. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa semua item pertanyaan dalam kuisioner dapat dipercaya (reliabel), sehingga kuisioner ini dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya. c) Uji Analisis Jalur (Path Analysis) Berdasarkan hasil analisis jalur diketahui besarnya pengaruh langsung dan tidak langsung serta pengaruh total faktor stressor lingkungan kerjatehadap kinerja pegawai (Y) sebagai variabel terikat melalui job stress kerja (Z) sebagai variabel perantara. Hasil analisis jalur dan pengujian hipotesis dijelaskan pada tabel 4.10 dan gambar 4.1 sebagai berikut: Stressor Lingkungan Kerja (X)
0,664
Job Stress (Z)
-0,512
Kinerja (Y)
-0,135 Gambar 4.1 Hasil Analisis Jalur Path
8
Tabel 4.12 Nilai Koefisien Jalur dan Pengujian Hipotesis Beta (β)
ρ-value
Keterangan
Z
0,664
0,000
Signifikan
-
Y
-0,512
0,000
Signifikan
X
-
Y
-0,135
0,214
Tidak Signifikan
X
Z
Y
-0,297
-
Pengaruh tidak
Variabel
Variabel
Variabel
Bebas
Intervening
Terikat
X
-
Z
langsung Keterangan : Signifikan pada α = 5%
a. H1 (Pengaruh Variabel Stressor Lingkungan Kerja (X) terhadap Job Stress(Z)) Berdasarkan tabel 4.12 dapat dilihat untuk pengujian variabel stressor lingkungan kerja terhadap job stress diperoleh nilai beta (β) sebesar 0,664 dengan ρ-value sebesar 0,000. Karena nilai ρ-value lebih kecil daripada α (0,000< 0,05) maka H0 ditolak. Dengan demikian ada pengaruh positif langsung signifikan stressor lingkungan kerja terhadap job stress. b. H2 (Pengaruh Variabel Job Stress (Z) terhadap Kinerja (Y)) Berdasarkan tabel 4.12 dapat dilihat untuk pengujian variabel job stressterhadap kinerja diperoleh nilai beta (β) sebesar -0,512 dengan ρ-value sebesar 0,000. Karena nilai ρvalue lebih kecil daripada α (0,000< 0,05) maka H0 ditolak. Dengan demikian ada pengaruh negatif langsung signifikan job stressterhadap kinerja. c. H3 (Pengaruh Variabel Stressor Lingkungan Kerja (X) terhadap Kinerja (Y)) Berdasarkan tabel 4.12 dapat dilihat untuk pengujian variabel stressor lingkungan kerja terhadap kinerja diperoleh nilai beta (β) sebesar -0,135 dengan ρ-value sebesar 0,214. Karena nilai ρ-value lebih besar daripada α (0,214> 0,05) maka H0 diterima.
Dengan
demikian tidak terdapat pengaruh langsung signifikan stressor lingkungan kerja terhadap kinerja. d. H4 (Pengaruh tidak langsung variable Stressor Lingkungan Kerja(X) terhadap variable Kinerja (Y) melalui Job Stress (Z)) Berdasarkan tabel 4.12 dapat dilihat untuk pengujian variabel stressor lingkungan kerja terhadap kinerja melalui job stress diperoleh nilai total effect sebesar -0,297 nilai tersebut 9
merupakan nilai pengaruh tidak langsung variable stressor lingkungan kerja terhadap variable kinerja melalui variable job stress. Dengan demikian terdapat pengaruh negatif tidak langsung antara variable stressor lingkungan kerja terhadap kinerja melalui job stress.
d) Pembahasan Secara garis besar hasil penelitian menunjukkan bahwa 3 hipotesis yang diajukan dapat diterima. Hipotesis yang dimaksud adalah stressor lingkungan kerja berpengaruh terhadap job stress, job stress berpengaruh terhadap kinerja, dan stressor ingkungan kerja mempunyai pengaruh tidak langsung terhadap kinerja karyawan melalui job stress. Berikut pembahasan dari hipotesis tersebut. I.
Pengaruh Stressor Lingkungan Kerja Terhadap Job Stress Hipotesis pertama menyebutkan bahwa stressor lingkungan kerja berpengaruh
terhadap job stress. Hal ini dapat diketahui dari hasil yang diperoleh nilai beta (β) sebesar 0,664 dengan ρ-value sebesar 0,000. Karena nilai ρ-value lebih kecil daripada α (0,000< 0,05) maka H0 ditolak. Dengan demikian ada pengaruh signifikan positif dari stressor lingkungan kerja terhadap job stress, artinya semakin tinggi stressor lingkungan kerja akan mengakibatkan semakin tinggi tingkat job stress dari para karyawan. Stressor lingkungan kerja terbagi menjadi dua indikator, yaitu stressor lingkungan fisik dan stressor lingkungan psikis. a. Pengaruh stressor lingkungan fisik job stress Stressor lingkungan fisik memiliki indikator yang dapat mempengaruh job stressseorang karyawan, yaitu rancangan ruang kerja, rancangan pekerjaan, sistem penerangan, sistem sirkulasi udara, tingkat “Visual Privacy”. Sedangakan untuk mengukur job stress dapat diukur melalui sakit perut dalam bekerja, sakit kepala dalam bekerja, kebosanan dalam bekerja, ketegangan dalam bekerja, menunda-nunda pekerjaan, sering merokok dalam bekerja, sering absen dalam bekerja. Hal ini menunjukkan bahwa indikator pada variabel stressor lingkungan fisik dapat memberi efek menyebabkan job strees pada karyawanPT. Sindopex Perotama Sidoarjo. Apabila semua indikator stressor lingkungan kerja dapat diterima dengan baik oleh karyawan, maka seseorang karyawan tidak akan mengalami job stress. Sedangkan apabila lingkungan kerja yang kurang nyaman dalam kaitannya dengan keadaan seseorang yang melakukan pekerjaan, mereka akan merasakan keadaan tegang dan tidak menyenangkan yang dapat mempengaruhi job stress. b. Pengaruh stressor lingkungan psikis terhadap job stress 10
Stressor lingkungan fisik memiliki indikator yang dapat mempengaruh job stressseorang karyawan, yaitu pekerjaan yang berlebihan, sistem pengawasan yang buruk (Poor Quality of Supervision), frustasi,. Hal ini menunjukkan kebijakan yang diberikan perusahaan dan karyawan sering berbeda jauh. Perbedaan nilai yang terjadi antara perusahaan dengan karyawan membuat manusia harus mengatasinya. Pada umumnya perusahaan menuntut karyawan untuk bekerja keras dan bila perlu menawarkan tambahan waktu kerja (over time) untuk mencapai produktivitas yang lebih tinggi. Tetapi karyawan pada umumnya ingin menikmati hasil kerjanya tanpa harus melakukan pekerjaan di luar jam kerja. Sehingga karyawan yang tidak bisa menyesuaikan dengan pekerjaannya, akan mengalami job stress.
II.
Pengaruh Job Stress Terhadap Kinerja Hipotesis kedua menyebutkan bahwa terdapat pengaruh job stress terhadap kinerja
karyawan. Hal ini dapat diketahui dari hasil yang diperoleh nilai beta (β) sebesar -0,512 dengan ρ-value sebesar 0,000. Karena nilai ρ-value lebih kecil daripada α (0,000< 0,05) maka H0 ditolak. Dengan adanya nilai beta yang negatif maka hal ini menunjukkan ada pengaruh signifikasi negatif dari job stress terhadap kinerja karyawan artinya semakin tinggi tingkat job stress maka akan mengakibatkan semakin rendah kinerja para karyawan dan sebaliknya semakin rendah tingkat job stress maka akan mengakibatkan semakin tinggi tingkat kinerja karyawan. Berdasarkan hasil tersebut maka faktor job stress merupakan suatu faktor yang menentukan kinerja karyawan. Seorang karyawan yang memiliki tingkat stress kerja tinggi dalam bekerja akan mengalami 3 gejala yaitu gejala fisiologikal, psikologikal dan perilaku, hal ini akan membuat seseorang terganggu dari segi fisik, psikologi dan perilaku yang dimana akan membuat kinerja seorang karyawan tersebut menurun. Seorang pemimpin seharusnya mampu memotivasi bawahannya (karyawan) agar terhindar dari stres kerja. Motivasi yang diberikan oleh seorang pemimpin sangat diperlukan bagi para karyawan, karena sebagai bentuk rasa perhatian terhadap karyawannya yang dapat memicu dan menghindarkan karyawan tersebut dari rasa stress yang dialami pada saat bekerja III.
Pengaruh Stressor Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Hipotesis ketiga menyebutkan bahwa terdapat pengaruh langsung streesor lingkungan
kerja terhadap kinerja karyawan. Dari hasil yang diperoleh nilai beta (β) sebesar -0,135 dengan ρ-value sebesar 0,214. Karena nilai ρ-value lebih besar daripada α (0,214< 0,05) maka H0 diterima. Dengan adanya nilai ρ-value yang lebih besar dari α maka hal ini menunjukkan tidak ada pengaruh signifikasi langsung dari stressor lingkungan kerja terhadap 11
kinerja karyawan artinya stressor lingkungan kerja tidak memiliki pengaruh secara langsung terhadap kinerja melainkan stressor lingkungan kerja hanya memiliki pengaruh tidak langsung saja terhadap kinerja karyawan melalui job stress. Secara garis besar stressor lingkungan kerja yang berupa rancangan ruang kerja, sistem sirkulasi udara, sistem penerangan pada ruang kerja tidak memiliki pengaruh langsung yang cukup besar karena apabila faktor stressor tersebut tidak membuat seseorang karyawan menjadi stres maka kinerja karyawan tidak akan terganggu. IV.
Pengaruh Stressor Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Melalui Job stress Berdasarkan perhitungan analisis jalur, diketahui hasil pengaruh tidak langsung
sebesar -0,297 yang diperoleh dari X1 → Z → Y (0,664) (-0,512) = -0,297. Sehingga terdapat pengaruh negatif tidak langsung dari variabel stressor lingkungan kerja terhadap kinerja melalui job stress. Stress kerja yang muncul dalam lingkungan kerja sangat mempengaruhi kinerja seorang karyawan. Semakin tinggi tingkat job stress maka akan semakin rendah tingkat kinerja karyawan dan juga sebaliknya. Dalam meningkatkan kinerja dalam diri seorang karyawan, maka karyawan tersebut harus memiliki suasana yang nyaman dalam bekerja. Dengan adanya stressor lingkungan kerja atau penyebab stres di lingkungan kerja menimbulkan pemicu bagi stres seorang karyawan, apabila karyawan merasa tidak nyaman terhadap faktor penyebab stres atau stressor lingkungan kerja seperti keadaan rancangan pekerjaan, sistem ventilasi udara dan sistem penerangan maka dapat dipastikan karyawan tersebut akan mengalami job stress sehingga akan mempengaruhi kinerja karyawan tersebut. Faktor stress kerja berasal dari lingkungan kerja yang dibedakan menjadi dua, yaitu stressor lingkungan kerja fisik dan stressor lingkungan psikis. Lingkungan kerja fisik merupakan lingkungan kerja yang dapat mempengaruhi kepuasan dan kenyamanan kerja karyawan. Sedangkan lingkungan kerja psikis lebih berhubungan dengan pekerjaan karyawan tersebut. Pekerjaan yang terlalu berlebihan dapat menyebabkan stres kerja seorang karyawan. Waktu yang mendesak yang diberikan dalam menyelesaikan pekerjaan juga dapat menimbulkan stress dalam bekerja. Stress yang muncul tersebut dapat mengganggu kinerja karyawan. Dengan adanya pengaruh tidak langsung ini, maka dalam meningkatkan kinerja karyawan, sikap stress pada bekerja sangat perlu diperhatikan untuk membentuk kinerja yang tinggi. Jika stres yang dimiliki karyawan rendah, maka kinerja yang dimiliki karyawan tersebut akan meningkat. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kinerja dalam bekerja, stress yang disebabkan oleh faktor lingkungan kerja harus diminimalisir agar tercipta kinerja yang tinggi dalam menyelesaikan tugasnya. E. PENUTUP 12
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan hasil pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka dalam penelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Stressor lingkungan kerja secara signifikan berpengaruh langsung terhadap job stress karyawan pada PT. Sindopex Perotama Sidoarjo. 2. Job stress secara signifikan berpengaruh langsung terhadap kinerja karyawan pada PT. Sindopex Perotama Sidoarjo. 3. Stressor lingkungan kerja tidak mempunyai pengaruh langsung terhadap kinerja karyawan pada PT. Sindopex Perotama Sidoarjo. 4. Stressor lngkungan kerja berpengaruh tidak langsung terhadap kinerja melalu job stress karyawan PT. Sindopex Perotama Sidoarjo. Saran Berdasarkan analisis hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan yang telah dikemukakan sebelumnya, terdapat beberapa saran yang akan menjadi implikasi bagi penelitian selanjutnya, antara lain : 1. PT. Sindopex Perotama Sidoarjo diharapkan lebih memberikan perhatian yang besar terhadap masalah stress kerja yang dialami oleh para karyawan, baik pada lingkungan fisik maupun lingkungan psikis terutama pada kondisi karyawan pada saat melakukan aktivitas pekerjaan yang berat. Perusahaan juga harus memperhatikan tata letak ruang kantor sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh karyawan, sehingga akan menghasilkan kinerja yang baik. 2. Pihak perusahaan diharapkan dapat menciptakan hubungan yang harmonis dengan para karyawan, sehingga para karyawan dapat termotivasi dalam bekerja, sehingga stress kerja dapat di hindarkan dan otomatis dapat mempengaruhi tingkat kinerja karyawan dalam mencapai tujuan perusahaan. 3. Penelitian ini dapat dilakukan untuk penelitian selanjutnya dengan menjadikan indikator dari stressor lingkungan kerja dan job stress sebagai variabel.
13
DAFTAR PUSTAKA As’ad, Moh.2001. Psikologi Industri. Yogyakarta: Liberty Handoko, T. Hani. 2001. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.Yogyakarta: BPFE Hasibuan, Malayu.S.P. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara Mangkunegara, Anwar Prabu. 2006. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia. Bandung: Refika Aditama Robbins, Stphen. 2007. Perilaku Organisasi. Jakarta: Prenhallindo. Sedarmayanti. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia, Reformasi Birokrasi dan Manajemen Karyawan Negeri Sipil. Bandung: PT. Refika Aditama
14