PENGARUH STRATEGI PELATIHAN DAN PENGETAHUAN LINGNKUNGAN TERHADAP PRODUKTIVITAS PETANI PALAWIJA DI KABUPATEN SIDRAP PROPINSI SULAWESI SELATAN (Eksperimen Pada Petani Kacang Hijau Di Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan) 2013 Nurdin
Abstract, The purpose of the research is to find out it the training strategy and the environmental knowledge has an effect on the green beans farmers productivity. The research was conducted in Sidrap Regency, South Sulawesi during the academic year 2013/2014. The research methodology is quasi experiment by means of factorial 2x2 Design. The analysis technigue employed are. (1) two-lane variant analysis and(2) Tukey test analysis. The number of samples is 80 green beans farmers by means of cluster ramdom sampling. The treatment variable is training strategy, whereas the response variable is the green beans farmers productivity. The measurement is conducted by means of environmental knowledge test in the cognitive domain. The findings of the research are (1) in general, the productivity of the famers who are provided training by means of demonstrasion is higher than the productivity of those who are provided traiing by means of extension, (2) within the group of farmers with high knowledge of the environment, the productivity of the farmers who are provided training by means of extension is higher than the productivity of those who are provided training by means of demonstrasion, (3) within the group of farmers with low knowledge of the environment, the productivity of the farmers who are provided training by means of demonsratition is higer than the productivity of those who are provided training by means of extension, and (4) there is an interaction between the training strategy and the environmental knowledge that affects the productivity of second crops (green beans) farmers. Keywords: Strategy Training Productivivity of Green Beans Farmers Abstrak, Penelitian ini bertujuan menemukan pengaruh dari strategi pelatihan dan pengetahuan lingkungan terhadap produktivitas para petani palawija. Penelitian tersebut dilaksanakan di Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan pada tahun akademik 2013/2014.Metode penelitaian yang digunakan adalah kuasi-eksperiment dengan desain factorial 2 x 2, teknik analisis data menggunakan, (1) analisa varian dua jalur,dan (2) analisis tes tukey. Sampel penelitian melibatkan 80 (delapan puluh) orang petani palawija yang diseleksi menggunakan cluster-random sampling. Variabel perlakuan adalah strategi pelatihan sedangkan variable responden adalah produktivitas para petani palawija. Pengukuran dilakukan menggunakan tes pengetahuan lingkungan dalam domain kognitif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) secara keseluruahan, petani yang menerima pelatihan bentuk demonstrasi menunjukkan produktivitas yang lebih tnggi dibandingkan mereka yang diberikan pelatihan bentuk ekstensi, (2) bagi kelompok petani yang memiliki pengetahuan linggkungan tinggi, petani yang menerima pelatihan bentuk ekstensi memiliki produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang diberikan pelatihan bentuk demonstrasi, (3) bagi kelompok petani yang memiliki pengetahuan lingkungan rendah, petani yang menerima pelatihan bentuk demonstrasi memiliki produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang diberikan pelatihan bentuk ekstensi, dan (4) terdapat pengaruh interaksi antara straegi pelatihan dan pengetahuan lingkungan terhadap produktivitas para petani palawija. Kata kunci : Strategi Pelatihan Produksivitas Petani Palawija
Pembangunan Indonesia adalah pembangunan manusia Indonesia yang didukung oleh pertumbuhan ekonomi. Pada saat ini pembangunan masih dititikberatkan pada sektor pertanian yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pangan didalam negeri. Pangan adalah salah satu kebutuhan mendasar selain pakaian, perumahan dan kesehatan. Indonesia merupakan salah satu Negara yang padat jumlah penduduknya yang membutuhkan pangan yang sangat besar. Kebutuhan ini meningkat setiap tahunnya sejalan dengan tingkat pertumbuhan yang masih cukup tinggi untuk angka kelahiran. Demikian juga halnya di desa Wonio Timoreng, Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan. Usaha pertanian pangan khususnya kacang hijau, di desa ini sangat tertinggal sehingga belum mampu menjadi sumber pendapatan. Sehingga hasil pertanian di desa ini belum mampu memperbaiki tingkat sosial ekonomi masyarakat. Selain itu, petani di desa ini juga menghadapi problem kemampuan; baik dalam aspek pengetahuan, sikap maupun keterampilan dalam melakukan kegiatan usaha taninya. Sehingga mereka juga belum dapat meningkatkan produktivitas daerah ini. Rendahnya produktivitas masyarakat tani diyakini bermuara dari kompleksitas yang dihadapi daerah ini; baik yang bersifat internal maupun bersifat eksternal. Faktor yang bersifat internal yaitu tingkat pendidikan yang rendah, pendapatan yang rendah, pertumbuhan penduduk yang tinggi, kamampuan modal yang rendah, ataupun terikat aturan/tradisi. Sedangkan yang bersifat eksternal adalah faktor jarak, pragmentasi lahan garapan dan kurangnya infrastruktur sarana yang bisa mengakses sumber inovasi. Keduanya menjadi faktor penyebab belum optimalnya pemanfaatan potensi yang ada. Kacang hijau (Vigna radiate L) berasal dari India. Tanamana ini kemudian menyebar ke Asia, seperti Filipina, Taiwan dan Indonesia. Selanjutnya berkembang ke berbagai daerah yaitu Aceh Nangroe Darussalam, Sumatera Utara, Jawa, Bali, Nusa Tenggara termasuk Sulawesi Selatan. Kacang hijau merupakan tanaman musiman, tumbuh di daerah dengan suhu rata-rata 280 – 300 C dan dengan ketinggian 500 – 2.000 m dari permukaan laut. Luas tanah sawah dan tanah kering di Desa
Wanio Timoreng adalah 882 Ha, berketinggian 500 m dari permukaan laut dan dengan tanah yang datar hampir 100% dari luas daerah. Adapun luas tanah sawah sendiri adalah 508 Ha (BPS, 2001 : 2). Pada tahun 1996 terjadi penurunan produktivitas petani palawija khususnya kacang hijau di luar Jawa sebesar 6,15 % dan pada tahun 1997 penurunan produktivitas petani palawija khususnya kacang hijau di luar Jawa sebesar 5,57 % (Anon, 1996). Khusus Sulawesi Selatan, penurunan kacang hijau terjadi pada tahun 1999, dimana produksinya hanya 31.574 ton (Anon, 1999, 15) dan pada tahun 2000 dengan luas lahan 40.735 Ha, produksinya hanya 45.700 ton (Anon, 2000 : 15) Pada tahun 2000 produksi kacang hijau diseluruh Indonesia adalah sebesar 172.101 ton (Anonim : 2003 :8). Sedangkan rata-rata tingkat konsumsi kacang hijau berdasarkan neraca bahan makanan adalah sebesar 1,28 kg/kapita/tahun, maka secara nasional kebutuhan kacang hijau di tahun mendatang akan meningkat yang diiringi dengan meningkatnya jumlah penduduk. Sedangkan di Daerah Kabupaten Sidrap khususnya di desa wanio Timoreng produktivitas kacang hijau tahun 1999 dengan luas lahan 371 Ha dengan produksi 315,39 Ton dan pada tahun 2000 dengan luas lahan 91 Ha dengan produksi 125,63 Ton Perumusan Masalah Faktor strategi pelatihan dan pengetahuan petani terhadap lingkungan serta pengaruhnya terhadap produktivitas petani di Kabupaten Sidrap, Provinsi Sulawesi Selatan. Selanjutnya masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: (a) Secara keseluruhan, apakah produktivitas petani yang mendapatkan pelatihan dengan demonstrasi lebih tinggi dari pada produktivitas petani yang mendapatkan pelatihan dengan penyuluhan; (b) Kelompok petani yang memiliki pengetahuan lingkungan tinggi, apakah produktivitas petani yang mendapatkan pelatihan dengan penyuluhan lebih tinggi dari pada produktivitas petani yang mendapatkan pelatihan dengan demonstrasi; (c) Kelompok petani yang memiliki pengetahuan lingkungan rendah, apakah produktivitas petani yang mendapatkan pelatihan dengan demonstrasi lebih tinggi dari pada produktivitas
petani yang mendapatkan pelatihan dengan penyuluhan; (d) Apakah terdapat interaksi antara strategi pelatihan dengan pengetahuan lingkungan terhadap produktivitas petani ? DESKRIPSI TEORITIS Produktivitas Petani Produktivitas petani dapat diartikan sebagai pengurangan biaya serta meningkatnya produk yang dihasilkan (Bradt, 1973:7). Sentono (1996:34-35) berpendapat produktivitas yaitu rasio antara keluaran (output) berupa barang/jasa dengan masukan (input) yang digunakan dalam proses produksi. Selanjutnya dikatakan bahwa produktivitas adalah kemampuan aktual dalam menghasilkan suatu produk dengan kemampuan standar yang telah ditentukan; dengan melihat adanya hasil yang diperoleh terhadap penggunaan sumber daya manusia maupun sumber daya alam. Berarti, makin tinggi rasio keluaran terhadap rasio masukan tersebut, maka makin tinggi pula produktivitasnya. Andrews (1988:133) berpendapat bahwa dua faktor yang sangat menentukan dalam produktivitas adalah pengalihan atau penetrapan teknologi dan motivasi. Produktivitas akan meningkat dengan pengalihan dan penetrapan pengetahuan baru tetapi disisi lain, Produktivitas lebih menitikberatkan pada faktor manusia dan sarana (motivasi), yang dilandasi oleh kesadaran dan kemauannya untuk menerima teknologi dalam arti luas, yang artinya teknologi tidak hanya dipandang hanya sebagai alat tetapi dapat berbentuk proses pengetahuan dan keterampilan. Di bidang pertanian, produktivitas dapat diartikan sebagai hasil panen/ha, jadi mencerminkan produktivitas lahan (Atmosoeprapto, 2000:1). Dari segi ekonomi, produktivitas yang rendah sering dikaitkan dengan ekonomi biaya tinggi (high cost economy). Selanjutnya, produktivitas dapat menyangkut aspek yang luas yaitu modal (termasuk lahan), biaya, tenaga kerja, energi, alat, dan teknologi. Produktivitas juga merupakan hasil dari efisiensi pengelolaan dan efektivitas pencapaian sasaran. Efektivitas dan efisiensi yang tinggi akan menghasilkan produktivitas yang tinggi.
Sedangkan Hill (1995:7) menyatakan bahwa produktivitas dapat diukur dengan menghubungkan output (dalam bentuk barang yang dihasilkan) serta penggunaan input (dalam bentuk tenaga kerja, bahan dan sumber-sumber lainnya). Pendapat lain mengatakan bahwa produktivitas adalah jumlah produk yang dihasilkan perunit masukan yang diberikan (Robinson, 1996: 281) Mengenai petani, Gazali mengatakan bahwa manusia yang bertindak memelihara dan mengusahakan tumbuhan (1997:34). Manusia selalu berusah untuk memamfaatkan tanah dengan memelihara tumbuhan guna mendapatkan hasil yang baik.. Nyatalah bahwa manusia sebagai lingkungan biotik sangat berperanan terhadap penyebaran tumbuhan di alam, baik membatasi maupun memperluasnya. Menurut Wolf (1982:56) petani adalah penduduk yang secara eksistensi terlibat dalam bercocok tanaman dan membuat keputusan otonom tentang proses bercocok tanam. Selanjutnya dijelaskan petani adalah penduduk atau orang-orang yang secara defacto memiliki atau menguasai sebidang lahan pertanian serta mempunyai kekuasaan atas pengelolaan factorfaktor produksi pertanian (meliputi : tanah berikut faktor alam yang melingkupinya, tenaga kerja termasuk organisasi dan skill, modal dan peralatan) di atas lahannya tersebut secara mendiri (otonom) atau bersama-sama dengan pihak lain . Sedangkan Soecipto dalam Mardikanto petani adalah golongan masyarakat atau penduduk (orang-orang) yang hidupnya atau mata pencaharian pokoknya bergantung pada sektor pertanian, tanpa ada batasan minimum mengenai luas tanah yang di miliki dan atau dikuasainya. Petani menurut Mubyarto (1989:13) adalah anggota masyarakat pedesaan yang mempunyai ciri-ciri khusus yang berbeda dengan masyarakat kota berusaha untuk meningkatkan efisiensi produksi pertanian. Hermanto (1989:26), Pearsall, (2001: 665), Wolf (1985: 2) dan Mosher (1978: 34) mendefinisikan petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau seluruh kebutuhan kehidupannya dalam bidang pertanian. Dalam arti luas yang meliputi usaha tani pertanian, peternakan, perikanan, (termasuk penangkapan ikan) dan pemungutan hasil lautan. Ada enam peran yang dimiliki
petani, yaitu (i) petani sebagai pribadi, (ii) petani sebagai kepala atau anggota keluarga, (iii) petani sebagai guru, (iv) petani sebagai pengelola, (v) petani sebagai angggota sistem sosial, (vi) petani sebagai warga Negara. Para petani memiliki empat kapasitas penting untuk pembangunan pertanian yaitu : bekerja, belajar, berpikir kreatif dan bercita-cita. Kesanggupannya untuk bekerja dan belajar, setidak-tidaknya penguasaan keterampilan bercocok tanam yang telah diporaktekkan sebelumnya, yang memungkinkan ia jadi seorang jurutani dan pengelola sebuah usaha tani. Berdasarkan pembahasan diatas, maka yang dimaksud dengan produktivitas petani adalah ratio keluaran (out put) dengan masukan (in put) yang diperoleh seorang petani selama satu musim tanam per luas lahan. Strategi Pelatihan Strategi yaitu suatu rencana atau kebijakan yang akan dibentuk untuk memperoleh suatu tujuan pokok atau sasaran yang menyeluruh (Parsal, 2001: 1837). Pendapat lain mengatakan bahwa strategi yaitu petugas penyuluhan berusaha untuk memotivasi kliennya untuk melakukan hal-hal yang dia inginkan. Menurut Blokker strategi yakni pesan-pesan dasar diterapkan oleh penyuluh lebih mendekati kepentingan klien (Blokker, 1997: 54). Strategi di sini dapat dianalogikan dengan pemberian nasehat oleh penyuluh kepada kliennya (petani), petani menceritakan masalahnya penyuluh, kemudian menentukan penyelesaian masalah yaitu berbentuk petunjuk. Strategi diartikan sebagai langkah-langkah atau tindakan tertentu yang dilaksanakan demi tercapainya suatu tujuan atau sasaran yang ingin dikehendaki (Mardikanto, 1989: 1). Selanjutnya dijelaskan strategi yaitu langkahlangkah atau keputusan yang akan diambil demi tercapainya tujuan yang ditetapkan. Secara umum strategi mengandung makna rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus (Tarigan, 1993: 2). Strategi juga biasanya disebut sebagai kebijaksanaan dasar berperan sebagai penentu arah yang seyogyanya ditempuh dalam perjalanannya menuju tujuan akhir (Sondang, 1996: 212). Dalam pelaksanaannya bahwa
strategi yang telah ditetapkan itu dapat dilaksanakan sebaik mungkin. Strategi adalah suatu pola dapat timbul dan dikenali untuk membangun sebuah rencana ( Quinn, 1991: 17). Lebih lanjut dijelaskan strategi adalah suatu konsep untuk mencari suatu perubahan maupun stabilitasnya dalam rencana yang telah tersusun dan pola-pola yang dibangun. Pendapat lain mengatakan bahwa strategi sebagai penentu tujuan dasar jangka panjang dan tujuan jangka pedek dari suatu perusahaan, serta adopsi bagian-bagian, tindakan dan alokasi sumber daya yang penting untuk melaksanakan tujuan (Hill, 1989:5). Dari gagasan tersebut strategi itu dapat melibatkan suatu proses perencanaan yang rasional. Strategi dapat diartikan penyusunan tujuantujuan yang berguna (Cuningham, 1999: 144). Lebih lanjut dijelaskan bahwa strategi adalah cara mengoperasikan pengetahuan yang baik. Untuk mencapai tujuan strategi pelaksanaannya lebih konkri, terencana dan spesifik. Horsley dalam Darlin menyatakan bahwa tujuan dari suatu strategi adalah untuk menuntut kegiatankegiatan dalam suatu cara yang konsisten, terkoordinasi dengan maksud-maksud tertentu (Dalin, 1998:133). Sedangkan Argegger dalam Dalin strategi sebagai suatu rencana yang menggambarkan interaksi antara orang dan lembaga (Dalin, 1998: 133). Mengenai Pelatihan, Asnawi mengatakan bahwa adanya proses pembelajaran dengan memberikan keterampilan tertentu yang berlangsung dalam waktu relatife singkat (Asnawi, 1999: 117). Lebih lanjut dijelaskan pelatihan diartikan sebagai proses belajar dan mengajar yang menggunakan prosedur sistematis dan terorganisir hingga para peserta mendapatkan pemahaman akan pengetahuan dan keterampilan teknis untuk tujuan-tujuan tertentu. Tujuan pelatihan yaitu supaya petani dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuannya dalam memecahkan masalahmasalah yang dihadapinya didalam menggarap usaha taninya. Pelatihan yang dilakukan itu diharapkan dapat menguasai keterampilanketerampilan tertentu dikaitkan dengan dunia kerja dan produktivitas (Tilaar, 2001: 16). Pendapat lain mengatakan bahwa pelatihan (training) bertujuan untuk memperbaiki penguasaan berbagai keterampilan dan teknik
pelaksanaan kerja tertentu untuk kebutuhan sekarang (Umar, 2003:165). Di dalam meningkatkan kemampuan para petani kegiatan latihan diselenggarakan dengan menggunakan empat teknik, (1) memperlihatkan (to show), (2) menjelaskan (to tell), (3) mengerjakan ( to do), dan (4) memeriksa (to check) (Sudjana, 1993: 13). Dengan menggunakan teknik tersebut diharapkan petani lebih banyak belajar, agar pelatihan berjalan efektif. Ada empat sasaran strategi pelatihan, (1) pelatihan sebagai peningkatan kesadaran, (2) pelatihan sebagai transfer keahlian, (3) pelatihan sebagai perencanaan dan (4) pelatihan sebagai faktor pendorong (Moser, 1993: 178-179). Sasarannya adalah untuk mendorong peserta dalam melakukan tugasnya. Suatu hal yang harus diperhatikan yaitu materi yang diberikan hendaknya bersifat khusus atau spesifik sesuai dengan kebutuhan petani, pada umumnya latihan yang berhasil adalah latihan yang mengikuti urutan yang logis, sebagai contoh materi pelatihan yang diberikan kepada petani dapat berupa persiapan lahan, pembenihan, penanaman, pemupukan, penyiangan, pengairan, pengendalian hama penyakit dan panen. Berdasarkan pembahasan di atas, yang dimaksud dengan strategi pelatihan adalah langkah-langkah yang dilaksanakan petugas penyuluh untuk memotivasi petani dalam melaksanakan proses pembelajaran secara sistematis untuk meningkatkan kemampuan dalam memcapai sasaran. Strategi pelatihan yang diterapkan yaitu strategi pelatihan demonstrasi dan penyuluhan. (a) Demonstrasi. Demonstrasi merupakan salah satu cara yang dilaksanakan untuk menunjukkan suatu cara atau membuktikan hasil usaha tani yang lebih baik, dapat juga dikatakan sebagai suatu percontohan (Suriatna, 1988: 47). Demosnstrasi menurut Van den Ban dan Hawkins, diartikan mendorong petani mencoba sendiri inovasi baru dapat ditunjukkan disertai kemungkinan pemecahan tanpa rincian teknis yang rumit (Hawkins, 1990: 148). Sebagai contoh hasil penerapan pupuk dalam usaha mengatasi kekurangan hara di dalam tanah dapat dengan jelas dapat ditunjukkan pada petani tanpa harus menjelaskan pada mereka proses biologis yang menyebabkannya.
Demonstrasi terdapat tiga bagian : (1) menunjukkan bagaimana cara melakukan suatu pekerjaan, (2) memberkan pembuktian yang tidak diragukan, dan (3) menunjukkan kepada kelompok tentang persoalan dan penyebabnya (Burry, 1999: 504). Di dalam pelaksanaan demonstrasi, maka seorang penyuluh lapangan yang ditunjukkan tata cara dalam melakukan tahap demi tahap, menjelaskan hal-hal yang harus dikerjakan setiap tahap yang harus dilalui dalam melakukan suatu jenis pekerjaan, petani melihat berlangsungnya demonstrasi mendengarkan penjelasan yang diberikan oleh penyuluh lapangan dan menyanyakan sesuatu yang belum jelas, masing-masing petani diminta untuk mengulangi demonstrasi yang telah diberikan atau mempraktekkannya sendiri. Demonstrasi yaitu salah satu cara yang dilaksanakan untuk menunjukkan atau memberikan percontohan suatu kegiatan, menjelaskan dengan menggunakan alat-alat tertentu serta pemecahannya. (b) Penyuluhan. Penyuluhan yaitu merupakan keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sesamanya memberikan pendapat sehingga bisa membuat keputusan yang benar (Hawkins, 1990: 25). Dalam penyuluhan itu, kita berusaha menolong orang dewasa di desa untuk memanfaatkan potensi yang dimilikinya secara optimal guna memenuhi kebutuhan diri dan keluarga. Penyuluhan pada hakekatnya yaitu pertongan yang diberikan kepada individu ketika ia sedang mengalami kesulitan-kesulitan dalam hidupnya (Simangunsong, 1989: 19). Arti penyuluhan menurut Kartasapoetra adalah suatu usaha atau upaya untuk mengubah perilaku petani, agar mereka mengetahui dan mempunyai kemauan serta mampu memecahkan masalahnya sendiri dalam usaha atau kegiatan-kegiatan meningkatkan hasil usahanya dan tingkat kehidupannya (Kartasapoetra, 1994: 3). Sedangkan penyuluhan pertanian menurut Sutrisna yaitu sebagai cara penyampaian materi penyuluhan melalui media komunikasi oleh penyuluh kepada petani agar bisa menggunakan cara baru (Suriatna, 1988: 3). Hapgood dalam Sutarni mengemukakan bahwa penyuluhan pertanian adalah merupakan usaha meingkatkan
produktivitas usaha tani, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, melalui suatu proses pendidikan luar sekolah (non formal education) bagi masyarakat pedesaan dari segala umur untuk meningkatkan keterampilannya guna menghadapi segala persoalan yang mereka hadapi (Sutarni, 1982: 8). Tujuan penyuluhan yaitu (1) perubahan perilaku berusaha tani yang lebih baik (better forming), (2) produktivitas kerja dan usaha tani yang lebih baik (better bussines), dan (3) pendapatan usaha tani yang lebih baik (better living ) (Hamundu, 1997: 10). Kegunaan penyuluhan adalah meningkatkan kemauan dan kemampuan para petani dalam cara berpikir dan cara kerja dalam melakukan usaha tani serta hidup yang lebih baik, untuk mencapai tujuan tersebut, maka kegiatan penyuluhan pertanian dilaksanakan dengan system kerja latihan. Adams berpendapat memberikan saran serta bantuan bagi para petani untuk membantu mengembangkan metode produksinya dan pemasaran dinamakan penyuluhan pertanian (Adams, 1988: 1) Selanjutnya penyuluhan adalah bagian dari usaha untuk mencapai suatu pembangunan soisal dan ekonomi yang seimbang dari daerah pedesaan. Hal ini penting karena berusaha untuk memelihara peningkatan kafasitas produksi. Ada dua elemen umum program penyuluhan pertanian yaitu: (1) pengetahuan yang diperluas, dan (2) orangorang yang dilayani. Salah satu upaya mengembangkan kelompok tani adalah melalui kegiatan penyuluhan. Penyuluhan termasuk ilmu terapan (applied science), penyuluhan diartikan sebagai system pendidikan di luar sekolah (non formal) yaitu suatu pendidikan yang terprogram dan jelas petugasnya, diperuntukkan bagi tua dan muda dengan belajar sambil mengerjakan, sehingga mau dan mampu berperan sesuai dengan kedudukannya serta mampu mengatasi masalah yang dihadapinya. Penyuluhan yaitu suatu usaha untuk memberikan saran informasi para petani di pedesaan untuk mengubah perilakunya agar bisa dan membiasakan menggunakan cara baru. Pengetahuan Lingkungan Pengetahuan diartikan sebagai ingatan
khusus dan ingatan umum mengenai berbagai metode dan proses atau ingatan tentang pola, struktur atau keadaan (Bloom, 1986: 201). Pendapat lain mengatakan bahwa pengetahuan adalah informasi yang digunakan dengan melalui pemikiran manusia yang memberikan arti serta tujuan (Jones, 2002: 8) Pengetahuan merupakan khazanah kekayaan mental yang secara langsung atau tak langsung turut memperkaya kehidupan kita (Suriasumantri, 1999: 104). Selanjutnya dijelaskan pengetahuan pada hakekatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu obyek tertentu termasuk didalamnya ilmu. Jadi ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui oleh manusia di samping berbagai pengetahuan lainnya seperti seni dan agama. Hume dalam Adian pengetahuan manusia terdiri atas pengetahuan berdasarkan relasi ide dan pengetahuan factual (Hume, 2002: 52). Pengetahuan berdasarkan relasi ide ditemukan pada pengetahuan geometri, aljabar, aritmatika. Kebenaran proposisi dalam pengetahuan tersebut tidak tergantung pada semesta luar melainkan sekedar operasi akal. Sedangkan pengetahuan factual harus didasarkan pada fakta. Menurut taxonomy pendidikan dari Bloom, dalam Klausmeier mempelajari kemampuankemampuan individu yakni mengembangkan kemampuan secara bergantian dari yang paling sederhana sampai dengan yang paling komplek yakni pengetahuan, pemahaman, penerapan, menganalisis, sintesis dan evaluasi. Pengaruh pengetahuan adalah kumulatif yakni individu mengembangkan keahlian atau memperoleh lebih banyak pengetahuan yang luas bahwa mereka pelajari kemampuan yang membangun satu sama lain. (Bloom, 1971: 34). Pengetahuan adalah suatu persatuan antara subyek dan obyek : dengan mengetahui subyek menjadi satu dengan obyek, dan obyek menjadi satu dengan subyek (Prnarka, 1987: 36). Pengetahuan bukan sekedar pertemuan antara subyek dan obyek, akan tetapi merupakan suatu persatuan. Selanjutnya dijelaskan sedikitnya ada dua dari analisa mengenai pengetahuan, yaitu: (1) bahwa pengetahuan itu adalah suatu sifat yang mengembangkan, menambahkan kesempurnaan. Dengan pengetahuan subyek yang tadinya tidak mengetahui menjadi
Tabel 1. Desain Eksperimen Variabel Perlakuan
Pengetahuan Lingkungan (B)
Variabel Atribut
Strategi Pelatihan (A) Demontrasi Penyuluhan (A1) (A2)
Tinggi (B1)
A1B1
A2B1
Rendah (B2)
A1B2
A2B2
Interaksi
mengetahui, (2) bahwa pengetahuan manusia sifatnya terbatas, tidak sempurna, oleh arena itu tumbuh dan berkembang. Manusia tidak mengetahui secara total segala sesuatu. Mengenai lingkungan, menurut Darsono, Lingkungan adalah jumlah semua benda dan kondisi yang ada dalam ruang yang kita tempati yang mempengaruhi kehidupan kita. (Darsono, 1995: 14). Secara teoritis ruang itu tidak terbatas jumlahnya, namun secara praktis selalu memberi batas pada ruang lingkungan itu.. Menuru Undang-undang No. 4 tahun 1982, dalam Darsono tentang pokok-pokok pengelolaan lingkungan hidup menyebutkan lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, dan keadaan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Keberadaan lingkungan memiliki potensi dan menjadi daya dukung bagi aktivitas manusia. Lingkungan sosial dan lingkungan alam menjadi potensial yang dapat dijadikan sumber penghasilan, potensi lingkungan sosial budaya yaitu tradisi petani, mata pencaharian, pendidikan, jumlah penduduk, angkatan kerja (usia produktif), organisasi petani, sarana transportasi, dan pemasaran hasil produksi. Sedangkan potensi lingkungan alamiah yaitu kondisi geografis, air, keadaan tanah, iklim dan curah hujan (Rivai, 2001 : 212-213). Kedua jenis lingkungan tersebut merupakan potensi yang dapat menunjang peningkatan. Pengetahuan maupun keterampilan dan juga diharapkan terjadi perubahan perilaku dalam melakukan kegiatan usaha taninya bagi
AxB
peningkatan produktivitasnya dan peningkatan kualitas hidupnya. Lingkungan alam yaitu mencakup segala sesuatu yang berada di luar diri manusia yang kepentingannya tergantung dan ditentukan oleh manusia yang berpikir (Hadi, 2000 : 30). Dengan daya nalarnya, manusia mendayagunakan teknologi dalam mengelola alam. Tujuan meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang lingkungannya adalah untuk membantu petani mempergunakan sumber daya yang tersedia dengan baik (Hamundu, 1997 : 3). Lingkungan hidup ini perlu dikelola dengan baik dan sehat untuk mendukung kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya (Soerjani, 2001 : 1). Jadi pada dasarnya pendekatan yang ditempuh guna memahami lingkungan hidup adalah dengan perilaku, dan kehidupan manusia (termasuk nilai dan moral manusia) yang perlu disesuaikan agar tercapai suatu keserasian lingkungan hidup yang baik dan sehat. Lingkungan adalah tempat di mana kita semua hidup (Hadi, 2001 : 7). Pendapat lain mengatakan bahwa lingkungan adalah segala yang ada di sekitar kita seperti atmosfir, air, bumi, estetika, dan budaya (Bailey, 1978 : 1). Departemen Pendidikan dan Kebudayaan lingkungan yaitu mencakup segala sesuatu di sekitar kita yang terdiri dari faktor biotic dan abiotik serta dipengaruhi oleh budaya manusia (Anonim, 1995 : 15). Berdasarkan pembahasan di atas, maka yang dimaksud dengan pengetahuan lingkungan adalah segala informasi mengenai suatu obyek yang kita tempati seperti
Table 2. Ringkasan analisis varian dua jalur Sumber Varian
dk
JK
RJK
Fh
Antara Kolom (A) Antar Baris (B) Interaksi (A x B) Dalam Total
1 1 1 76 79
1,156 2,728 17,376 19,530 40,790
1,156 2,728 17,376 0,257 -
4,498** 10,614** 67,611** -
lingkungan sosial budaya dan lingkungan fisik alamiah meliputi : tanah, air, iklim, dan curah hujan sebagai faktor penentu system pertanian. Pengajuan Hipotesis Penelitian (a) Secara keseluruhan, produktivitas petani mendapatkan pelatihan dengan demonstrasi lebih tinggi daripada produktivitas petani yang mendapatkan pelatihan dengan penyuluhgan; (b) Kelompok petani yang memiliki pengetahuan lingkungan tinggi, produktivitas petani yang mendapatkan pelatihan dengan penyuluhan lebih tinggi daripada produktivitas petani yang mendapatkan pelatihan dengan demonstrasi; (c) Kelompok petani yang memiliki pengetahuan lingkungan rendah, produktivitas petani yang mendapatkan pelatihan dengan demontrasi lebih tinggi daripada produktivitas petani yang mendaptkan pelatihan dengan penyuluhan; (d) Terdapat interaksi antara srtategi pelatihan dengan pengetahuan lingkungan produktivitas petani palawija. Metodologi Penelitian Metode dan Disain Penelitian Penelitian ini dilaksanakan kepada petani palawija khusunya kacang hijau-di Desa Wanio Timoreng Kabupaten Sidrap, Provinsi Sulawesi Selatan selama enam bulan. Yaitu bulan Juni sampai dengan bulan Nopembrer 2013. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan disain factorial 2x2. varialbel terikatnya adalah produktivitas petani, sedangkan variable bebasnya yaitu : (1) strategi pelatihan, dan (2) pengetahuan lingkungan. (Table 1) Keterangan : A1B1 : Kelompok tani yang mendapatkan pelatihan demonstrasi yang memiliki pengetahuan lingkungan tinggi.
= 0.05 2,73 2,73 2,73 -
Ft
= 0.01 4,05 4,05 4,05
A2B1 : Kelompok tani yang mendapatkan pelatihan penyuluhan yang memiliki pengatahuan lingkungan tinggi A1B2 : Kelompok tani yeng mendapatkan paltihan demontrasi yang pmemiliki pengetahuan lingkungan rendah A2B2 : Kelompok tani yang nmendapatkan pelatihan penyuluhan yang memiliki pengetahuan lingkungan rendah. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah petani pemilik palawija di Desa Wanio Timoreng Kabupaten Sidrap, Provensi Sulawesi Selatan. Sampel penelitian ditetapkan sebanyak 80 petani individu dengan teknik pengambilan sample secara acak (simple random sampling). Pengujian Hipotesis Analisis Varian Dua jalur (Table 2) Keterangan : Fh : F hitung * : signifikan pada = 0,05 ** : signifikan pada = 0,01 (a) Perbedaan produktivitas petani kacang hijau antara petani yang diberi pelatihan demonstrasi dengan petani yang diberi pelatihan penyuluhan. Berdasarkan hasil analisis varians (ANAVA) pada taraf signifikansi = 0,05, diperoleh hasil Fh = 4,498 lebih besar dari Ft 2,73. Hal ini berarti bahwa H0 ditolak. Sebagai konsekuensiya maka H1 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan produktivitas petani kacang hijau yang signifikan antara petani yang diberi pelatoihan demonstrasi dengan petani yang
diberi pelatihan penyuluhan; (b) Terdapat interaksi antara strategi pelatihan dan pengetahuan lingkungan terdapat produktivitas petani kacang hijau Berdasarkan hasil analisis varians (ANAVA) pada taraf signifikansi = 0,05, diperoleh hasil Fh = 67,611 lebih besar dari Ft = 2,73. Hal ini berarti bahwa H0 ditolak. Sebagai keonsekuensinya maka H1 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat interaksi antara strategi pelatihan dan pengetahuan lingkungan produktivitas petani kacang hijau. Uji Turkey (a) Perbedaan produktivitas petani kacang hijau yang diberi metode demonstrasi dengan produktivitas petani kacang hijau yang diberi metode penyuluhan, bagi petani yang mempunyai pengetahuan lingkungan tinggi. Hasil analisis data dengan menggunakan uji Turkey antara petani yang diberi metode demonstrasi dengan produktivitas petani kacang hijau yang diberi metode penyuluhan, bagi petani yang mempunyai pengetahuan lingkungan tinmggi memberikan nilai Q hitung = 6,1023 yang lebih besar dari nilai Q table (0,05 ; 4 ; 76) = 3,73. Ini berarti bahwa H0 ditolak. Sebagai konsekeunsinya H1 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan terdapat perbedaan produktivitas petani kacang hijau yang diberi metode penyuluhan, bagi petani yang mempunyai pengetahuan lingkungan tinggi. Dilihat skor rata-ratanya dapat disimpulkan bahwa skor rata-rata produktivitas petani kacang hijau yang diberi metode demonstrasi = 7,0445 lebih rendah daripada skor rata-rata produktivitas petani kacang hijau yang diberi metode pelatihan = 7,7365, bagi petani yang mempunyai pengetahuan rendah lingkungan tinggi. Dengan demikian kelompok (A1B1) < kelompok (A2B1); (b) Perbedaan produktivitas petani kacang hijau yang diberi metode demonstrasi dengan produktivitas petani kacang hijau yang diberi metode penyuluhan, bagi petani yang mempunyai pengetahuan lingkungan rendah. Hasil analisis data dengan emnggunakan uji Turkey antara petani yang diberi metode demonstrasi dengan produktivitas petani kacang hijau yang diberi metode penyuluhan, bagi petani yang mempunyai pengetahuan
lingkungan rendah memberikan nilai Q hitung = 10,339 yang lebih besar dari nilai Q table (0,05 ; 4 ; 76) = 3,73. Ini berarti bahwa H0 ditolak. Sebagi konsekeunsinya H1 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan terdapat perbedaan produktivitas petani kacang hijau yang diberi metode penyuluhan, bagi petani yang mempunyai pengetahuan lingkungan rendah. Dilihat dari skor rata-ratanya dapat disimpulkan bahwa skor rata-rata produktivitas petani kacang hijau yang diberi metode demonstrasi = 8,3460 lebih tinggi dari pada penyuluhan = 7,1735, bagi petani yang mempunyai pengetahuan lingkungan rendah. Dengan demikian kelompok (A1B2) > kelompok (A2B2). Simpulan Berdasarkan hasil pengujian hpotesis, maka dikemukakan beberapa kesimpulan berikut: (a) Secara keseluruhan, produktivitas petani mendapatkan pelatihan dengan demonstrasi lebih tinggi daripada produktivitas petani yang mendapatkan pelatihan dengan penyuluhan; (b) Kelompok petani yang memiliki pengetahuan lingkungan tinggi, produktivitas petani yang mendapatkan pelatihan dengan penyuluhan lebih tinggi daripada produktivitas petani yang mendapatkan pelatihan dengan demonstrasi; (c) Kelompok petani yang memiliki pengetahuan rendah, peroduktivitas petani yang mendapatkan pelatihan dengan demonstrasi lebih tinggi daripada produktivitas petani yang mendapatkan pelatihan dengan penyuluhan; (d) Terdapat interaksi antara strategi pelatian dengan pengetahuan lingkungan terhadap produktivitas petani palawija (kacang hijau). Implikasi Berdasarkan kesimpulan penelitian ini, maka dikemukakan beberapa implikasi sebagai berikut: (a) Upayapenerapan metode demonstrasi. Hasil penelitain ini menunjukan bahwa metode demonstrasi memberikan hasil yang lebih baik daripada metode penyuluhan terhadap produktivitas petani kacang hijau bagi petani yang berpengetahuan rendah. Berkaitan dengan hal tersebut, maka upaya meningkatkan produktivitas petani kacang hijau dapat ditempuh dengan jalan metode demonstrasi
bagi petani kacang hijau yang berpengetahuan rendah. Hal ini memungkinkan terjadi, karena dalam menunjukkan nama alat dan bahan pertanian serta memperagakan cara bercocok tanam kepada petani yang memiliki pengetahuan yang rendah dapat dimengerti secara mendetail dan sangat berguna baginya. Akhirnya akan mempunyai sikap positif dan motovasi yang tinggi untuk dapat lebih mudah menerima respon tentang cara bercocok tanam dan dapat mengaplikasikasnnya benar, khususnya tanaman palawija dan nantinya memungkinkan akan memperoleh hasil yang optimal. Jadi dalam strategi pelatihan bagi petani kacang hijau, jika topic-topik materi pertanian dimungkinkan didemonstrasikan, maka diharapkan penyuluhan pertanian melakukan pembelajaran melalui metode demonstrasi bagi petani kacang hijau yang berpengetahuan rendah; (b) Upaya penerapan metode penyuluhan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode penyuoluhan memberikan hasil labih baik daripada demonstrasi terhadap produktivitas petani kacang hijau bagi petani yang berpengetahuan tinggi. Berkaitan dengan hal tersebut, maka upaya meningkatkan produktivitas petani kacang hijau dapat ditempuh dengan jalan menggunakan metode penyuluhan bagi petani kacang hjau yang berpengetahuan tinggi. Hal ini memungkinkan terjadi, karena pelatihan penyuluhan petani lebih dapat mengoptimalkan hasil produksinya. Jadi dalam strategi pelatihan bagi petani kacang hijau, jika topic-topik materi pertanian cukup melalui metode penyuluhan, sehingga diharapkan penyuluhan pertanian melakukan pembelajaran melalui metode penyuluhan bagi petani kacang hijau yang berpengetahuan tinggi. Saran Berdasarkan kesimpulan dan implikasi diatas, maka dikemukakan saran berikut ini: (a) Dalam strategi pelatihan pada petani kacang hijau yang berpengetahuan lingkungan tinggi, bagi penyuluhan pertanian yang akan menggunakan startegi pelatihan, disarankan dilakukan dengan menggunakan metode penyuluhan; (b) Dalam strategi pelatihan pada petani kacang hijau yang berpengetahuan lingkungan rendah, bagi penyuluhan pertanian
yang akan menggunakan strategi pelatihan, disarankan dilakukan dengan menggunakan metode strategi demonstrasi; (c) Jika menggunakan strategi pelatihan pada petabi kacang hijau tanpa memperhatikan tingkat pengetahuan lingkungan bagi petani kacang hijau, penyuluhan pertanian disarankan dilakukan dengan menggunakan metode demonstrasi. DAFTAR PUSTAKA Adams, M E, Agricultural Extension in Developing Countries, Singapore: Eglish Language Book Sociaty/Logman, 1988. Andrews, Colin, Mac Peranan Komunikasi Pembangunan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1988. Atmosoeprapto, Kisdarto, Produktivitas. Jakarta.: Alex Media Komputindo, 2000. Anonim, Survei Pertanian Produksi Tanaman Padi dan Palawija di Indonesia, Jakiarta : BPS, 2005. Band, A W. Van Den, Hawkins, H..S, Agriculturar Extension.United States: Logam Scientific of Tehnical, 1990. Bloom , S Benjamin, Taxonomy of Education Objectivities, New York: Longman, 1986. Bradat, A, Gordon, Productivity and profits. New York : Parker Publishing Company, Inc, 1973. Hill, Charles W L, Strategic Management. Washington: Hougton Mifflin Company, 1989. Ismail, Gazali, Ekologi Tumbuhan dan Tanaman Pertanian. Padang: Angkasa Raya (tampa tahun). Pearsall, Judi, The New Oxpord Dictionary of English, New York: Oxpord University, 2001. Sentono, Sujadi, Prawiro, Manajem Produksi, Jakarta: Bumi Aksara, 1998. Suriatna,Sumadi, Metode Penyuluhan Pertanian, Jakarta : Melton Putra,1987. Sumantri, Jujun, S, Filsafat Ilmu, Jakarta : Sinar Harapan, 1999. Tarigan, Hebry, Guntur, Strategi Pengajaran dan Pembelajaran Bahasa, Bandung : Angkasa Raya , 1993. Wolf, Eric, R, Petani Suatu Tinjauan Antropologis, Jakarta : Rajawali,1985.S