PENGARUH SHIFT KERJA TERHADAP KEMUNGKINAN TERJADINYA KELELAHAN PADA PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT PT. X LABUHAN BATU
TESIS
Oleh : KIMBERLY FEBRINA KODRAT 077010004/IKM
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009
Kimberly Febrina Kodrat : Pengaruh Shift Kerja Terhadap Kemungkinan Terjadinya Kelelahan Pada Pekerja Pabrik Kelapa Sawit Pt. X Labuhan Batu, 2009
2
PENGARUH SHIFT KERJA TERHADAP KEMUNGKINAN TERJADINYA KELELAHAN PADA PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT PT. X LABUHAN BATU
TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Magister Kesehatan dalam Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Kerja pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Oleh : KIMBERLY FEBRINA KODRAT 077010004/IKM
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009
3
: PENGARUH SHIFT KERJA TERHADAP KEMUNGKINAN TERJADINYA KELELAHAN PADA PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT PT. X LABUHAN BATU Nama Mahasiswa : KIMBERLY FEBRINA KODRAT Nomor Induk Mahasiswa : 077010004 Program Studi : Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Kesehatan Kerja Judul Tesis
Menyetujui, Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinulingga, M.Eng) Ketua
Ketua Program Studi,
(Dr. Drs. Surya Utama, MS)
(dr.Halinda Sari Lubis, M.KKK) Anggota
Dekan ,
(dr. Ria Masniari Lubis, MSi)
4
Tanggal lulus : 10 September 2009 Telah diuji Pada Tanggal : 10 September 2009
PANITIA PENGUJI TESIS Ketua
: Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinulingga, M.Eng
Anggota : 1. dr.Halinda Sari Lubis, M.K.K.K 2. Prof. Dr. Basuki Wirjosentono, MS 3. Dra. Lina Tarigan, Apt, MS
5
PERNYATAAN
PENGARUH SHIFT KERJA TERHADAP KEMUNGKINAN TERJADINYA KELELAHAN PADA PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT PT. X LABUHAN BATU
TESIS Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, 20 Agustus 2009
Kimberly Febrina Kodrat 077010004
6
ABSTRAK Berbagai resiko yang mempengaruhi kehidupan pekerja harus diantisipasi dengan cara penyesuaian antara pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja dengan pendekatan ergonomi. Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Pekerja yang bekerja pada malam hari (shift malam) cenderung mengalami stres yang kemudian sebagai fenomena klinis yang timbul adalah kelelahan. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan strategi kebijakan yang efektif untuk menekan penurunan pengaruh penerapan shift kerja terhadap resiko terjadinya kelelahan kerja. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional dengan metode penelitian survei analitik. Jumlah sample yang digunakan sebanyak 30 orang, yang bekerja pada shift pagi dan malam. Variabel yang diteliti yaitu : waktu kecepatan reaksi yang merupakan seberapa lelah tingkat kelelahan seseorang, tekanan darah, denyut nadi, stres fisik dan stres mental. Pengambilan data waktu reaksi pekerja dengan menggunakan alat Whole Body Reaction Tester, tekanan darah dengan menggunakan tensi meter, denyut nadi dengan rabaan jari. Sedangkan pengambilan data untuk stres fisik dan stres mental menggunakan kuesioner. Data yang diperoleh untuk variabel waktu reaksi, tekanan darah dan denyut nadi berbentuk data numerik diolah dengan menggunakan uji t test dan data yang diperoleh dari variabel stres fisik dan stres mental diolah dengan menggunakan uji chi kuadrat. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa rata-rata waktu reaksi pekerja shift pagi sebesar 0,97 detik dan shift malam sebesar 1,18 detik. Rata-rata tekanan darah sistol pekerja shift pagi sebesar119,22cmHg dan shift malam sebesar 127,61 cmHg. Ratarata tekanan darah diastol untuk shift pagi sebesar 77,44 cm Hg dan shift malam sebesar 82,16 cm Hg. Denyut nadi shift pagi rata-rata sebesar 73,93 dan shift malam sebesar 76,18. Berdasarkan hasil uji statistik terlihat bahwa ada pengaruh shift kerja malam yang signifikan terhadap kelelahan (p=0,000), artinya ada hubungan yang signifikan antara shift kerja dengan kelelahan dan stres (p=0,000). Oleh karena itu sebagai rekomendasi dari hasil penelitian ini dalam rangka untuk mengantisipasi penurunan kelelahan, perlu dilakukan dan perbaikan serta evaluasi tentang aturan shift kerja di perusahaan dan pekerja shift malam melakukan istirahat yang sebaik-baiknya setelah selesai bekerja. Kata Kunci : Shift Kerja, Kelelahan, Stres
7
ABSTRACT Some risks which influence the life of labours should be anticipated by the way of synchronizing among the labours, working processes and environments with ergonomic approaches. The fatigue is a mechanism process of body protection, so that the body will be prevented from the fatigue and recoverable after having a rest. The labours which work at night shift have a tendency to get the stress and next will be suffering from fatigue as the clinic phenomena. This research is purposed to formulate the effective strategy of policy for stressing the decrease of the influence of applying the work shift into the risk of fatigue. This is a cross sectional research with its research method is analytic survey. The sample which is used is 30 labours, working in morning and night shifts. The research variables are consist reaction time in the form of fatigue level, blood pressure, heart pulse, physical and mental stress of a people. The instruments or testers used to take data of labour’s reactive time are the Whole Body Reaction is for time, the tension meter is for blood tension, the fingers hand for heart pulse, and the questioner is for physical and mental stress. The data which are obtained for the variable of reactive time, blood pressure, and heart pulse are numerical and analysed by using t test, while the data which are obtained for the variable of physical and mental stress are not numerical and analysed by using chi square test. Based on the result that the total of averages of the reactive time for morning shift labours are 0,97 second, while for the night shift labours are 1.18 second. The total of averages of systole blood pressure for morning shift labours are 119.22 cm Hg, while for the night shift labours are 127.61cm Hg. The total of averages of diastole blood pressure for morning shift labours are 77.44 cm Hg, while for the night shift labours are 82.16 cm Hg. The total of averages of heart pulse for morning shift labours are 73.93, while for the night shift labours are 76.18. Based on the result of the statistical examination that there is a significant influence in to the fatigue (p=0,000), it means that there is a significant relation between working shift and fatigue caused of the stress (p=0,000). Therefore, as the recomendation of this research and in order to anticipate the decreasing of fatigue, it is important to do the improvement and the evaluation about the rules of work shift in a company, so that the night shift labours can work in the safe condition and take the rest well after working.
Key words: work shift, fatigue and stress.
8
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas tersusunya Tesis yang berjudul “Pengaruh Shift Kerja Terhadap Kemungkinan Terjadinya Kelelahan Pada Pekerja Pabrik Kelapa Sawit di PT. X Labuhan Batu “. Tesis ini dibuat dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan akademik Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan. Atas tersusunnya Tesis ini banyak pihak turut andil memberikan sumbangsih pemikiran di dalamnya, terutama kepada Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinulingga, M.Eng sebagai Pembimbing I, dr. Halinda Sari Lubis, MKKK sebagai Pembimbing II dan Prof. Dr. Basuki Wirjosentono, MS sebagai pembanding I serta Dra. Lina Tarigan, Apt, MS sebagai pembanding II. Begitu juga kepada pihak Manajemen PT X yang telah memberikan fasilitas kepada kami untuk melakukan penelitian. Demikian juga kepada Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat, dr. Ria Masniari Lubis, MSi dan Ketua Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat, Dr. Drs. Surya Utama, MS serta Dr.Drs.R.Kintoko Rochadi,MKM selaku Sekretaris Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara disampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga.. Secara khusus disampaikan terima kasih kepada suamiku tercinta Dr.Ir.Hasan Sitorus, MS dan kedua anakku Wasis Geraldo Sitorus dan Winda Virdya Sitorus atas motivasi dan dukungan selama masa studisampai selesainya pembuatan Tesis ini.
9
Demikian kepada teman - teman kuliah seangkatan tahun 2007 yang telah banyak memberikan dorongan dari mulai pembuatan proposal hingga selesainya studi di Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Teristimewa ucapan terima kasih disampaikan kepada Dr.Edison Tinambunan yang telah banyak memberikan bantuan dan dorongan moril kepada kami dalam menyelesaikan Tesis ini. Kami menyadari bahwa isi dari Tesis ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran membangun untuk penyempurnaan selanjutnya selalu diharapkan.
Medan, Agustus 2009 Penulis, Kimberly Febrina Kodrat
10
RIWAYAT HIDUP Kimberly Febrina Kodrat dilahirkan di Sabang pada tanggal 23 Februari 1968, anak keenam dari tujuh bersaudara dari pasangan almarhum Ayahanda Kok Pin Fie dan Ibunda Mak Nyuk Tjin. Telah menikah dengan Dr. Ir. Hasan Sitorus, MS dan telah dikarunia seorang anak laki-laki bernama Wasis Geraldo Sitorus dan seorang anak perempuan bernama Winda Virdya Sitorus. Sekarang menetap di Komplek Perumahan Universitas HKBP Nommensen Jalan Karya Rakyat No. 33 D Medan. Pendidikan dimulai dari SD Negeri No. 6 Sabang lulus tahun 1975, melanjutkan ke SMP Negeri Sabang dan lulus tahun 1978, lanjutkan ke SMA Katolik Budi Murni Medan lulus tahun 1981 dan kemudian melanjutkan ke Fakultas Teknologi Industri jurusan Teknik dan Manajemen Industri Medan lulus tahun 1987. Pada tahun 1989 melanjutkan ke Program Magister (S2) Program Studi Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Institut Pertanian Bogor lulus tahun 1992. Kemudian pada tahun 2002 lanjut ke jenjang strata S3 (Doktor) Program Studi Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor dan lulus tahun 2006. Pada saat ini bekerja sebagai praktisi di sebuah perusahaan yang bergerak dibidang jasa alat berat dan kontraktor serta industri kelapa sawit menangani dibidang Sistem Manajemen Mutu (ISO 9001 : 2008), Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3), OHSAS 18001 : 2007, Sistem Manajemen Lingkungan (ISO 14001), Roundtable Sustainable Palm Oil (RSPO) dan Human Resource Development.
11
DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK .................................................................................................... ABSTRACT .................................................................................................... KATA PENGANTAR …………………………………………………....... RIWAYAT HIDUP ....................................................................................... DAFTAR ISI …………………………………………………………….... DAFTAR TABEL ......................................................................................... DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
i ii iii v vi viii x xi
BAB 1 PENDAHULUAN ……………………………………………....... 1.1 Latar Belakang ……………………………………………….. 1.2 Permasalahan . . ………………................................................. 1.3 Tujuan Penelitian ……………………………………………... 1.4 Hipotesis ..................................................................................... 1.5 Manfaat Penelitian .....................................................................
1 1 6 6 7 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………..... 2.1 Shift Kerja …………………..................................................... 2.2 Circadian Ritme …………………………………………........ 2.3 Kelelahan Kerja ………………………………........................ 2.4 Stres Kerja ................................................................................ 2.5 Tekanan Darah dan Denyut Nadi ............................................. 2.6 Kecelakaan Kerja ..................................................................... 2.7 Produktivitas Kerja ................................................................... 2.8 Kapasitas Kerja ......................................................................... 2.9 Beban Kerja .............................................................................. 2.10 Kerangka Konsep Penelitian ....................................................
8 8 13 14 26 28 28 30 37 38 40
BAB 3 METODE PENELITIAN ……………………………………....... 3.1 Jenis Penelitian …………………………………….................. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ……………………………......... 3.3 Populasi dan Sampel Penelitian…………………...................... 3.4 Metode Pengumpulan Data ...................................................... 3.5 Variabel dan Definisi Operasional ........................................... 3.6 Metode Pengukuran .................................................................. 3.7 Metode Analisis Data ................................................................
42 42 42 43 44 51 53 54
12
Halaman BAB 4. HASIL PENELITIAN ................................................................... 4.1 Gambaran Umum Perusahaan ................................................... 4.2 Karakteristik Tenaga Kerja ........................................................ 4.3 Hasil Pengukuran ...................................................................... 4.4 Hasil Analisis Statistik ..............................................................
55 55 57 58 67
BAB 5 PEMBAHASAN .............................................................................. 5.1 Tenaga Kerja ............................................................................. 5.2 Pengaruh Shift Kerja Terhadap Kelelahan ................................ 5.3 Pengaruh Shift Kerja Terhadap Tekanan Darah dan Denyut Nadi ........................................................................ 5.4 Hubungan Shift Kerja dengan Stres Fisik .................................. 5.5 Hubungan Shift Kerja dengan Stres Mental .............................. 5.6 Hubungan Produktivitas Kerja dengan Kelelahan ....................
77 77 78
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 6.1 Kesimpulan ................................................................................ 6.2 Saran ..........................................................................................
93 93 93
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………...... LAMPIRAN .................................................................................................
94 97
79 83 85 87
13
DAFTAR TABEL No.
Judul
Halaman
2.1
Sistem Shift 2-2-3 …………………………………………………..
10
2.2
Sistem Shift 2-2-2 …………………………………………………..
11
2.3
Kategori Tekanan Darah Dewasa ......................................................
28
2.4
Kategori Beban Kerja Berdasarkan Metabolisme, Respirasi, Suhu Tubuh dan Denyut Jantung …………………………………………
40
3.1
Data Kecelakaan Kerja Pabrik Kelapa Sawit PT.X Labuhan Batu...
44
3.2
Hasil Uji Coba Kuesioner Uji Stress Fisk ………………………...
47
3.3
Hasil Uji Coba Kuesioner Uji Stress Mental …………………........
48
4.1
Karakteristik Responden Pabrik Kelapa Sawit PT.X Labuhan Batu.
57
4.2
Rerata Waktu Reaksi Responden Pabrik Kelapa Sawit PT. X Labuhan Batu .........................................................................
59
Rerata Tekanan Darah Sistol Responden Pabrik Kelapa Sawit PT. X Labuhan Batu ..........................................................................
61
Rerata Tekanan Darah Diastol Responden Pabrik Kelapa Sawit PT. X Labuhan Batu .......................................................................
63
Rerata Denyut Nadi Responden Pabrik Kelapa Sawit PT. X Labuhan Batu .........................................................................
65
Frekwensi Skor Stres Fisik Responden Pabrik Kelapa Sawit PT. X Labuhan Batu .........................................................................
66
Frekwensi Skor Stres Mental Responden Pabrik Kelapa Sawit PT. X Labuhan Batu ........................................................................
67
Paired Sample T-Test Waktu Reaksi Responden Pabrik Kelapa Sawit. PT. X Labuhan Batu...............................................................
69
4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8
viii
14
No.
Judul
Halaman
4.9
Paired Sample T-Test Tekanan Darah Sistol Responden Pabrik Kelapa Sawit PT. X Labuhan batu ………............................
71
4.10
Paired Sample T-Test Tekanan Darah Diastol Responden Pabrik Kelapa Sawit PT. X Labuhan batu ……................................
72
4.11
Paired Sample T-Test Denyut Nadi Responden Pabrik Kelapa Sawit PT. X Labuhan Batu ………………………………...
74
4.12
Distribusi Responden Berdasarkan Stres Fisik Pada Pabrik Kelapa Sawit PT. X Labuhan Batu ...................................................
74
Chi Kuadrat Hitung Stres Fisik Responden Pabrik Kelapa Sawit PT. X Labuhan Batu ………………………...........................
75
Distribusi Responden Berdasarkan Stres Mental Pada Pabrik Kelapa Sawit PT. X Labuhan Batu...................................................
75
Chi Kuadrat Hitung Stres Mental Responden Pabrik Kelapa Sawit PT. X Labuhan Batu ...............................................................
76
Frekwensi Jawaban Stres Fisik Responden Pabrik Kelapa Sawit PT. X Labuhan Batu ...............................................................
84
Frekwensi Jawaban Stres Mental Responden Pabrik Kelapa Sawit PT. X Labuhan Batu ................................................................
86
Produktifitas Responden Pabrik Kelapa Sawit PT. X Labuhan Batu ....................................................................................
88
4.13 4.14 4.15 5.1 5.2 5.3
15
DAFTAR GAMBAR No.
Judul
Halaman
2.1
Hubungan shift kerja dan pola aktivitas............................................
14
2.2
Pengelompokkan kelelahan ..............................................................
16
2.3
Hubungan antara performansi dengan gairah kerja ..........................
18
2.4
Penyebab Kelelahan,Cara Mengatasi dan Manajemen Resiko.........
23
2.5
Kerangka Konsep Penelitian ............................................................
41
3.1
Rancangan Penelitian ......................................................................
53
4.1
Flow Chart Proses Produksi CPO Pabrik Kelapa Sawit PT. X Labuhan Batu.........................................................................
56
Hubungan Waktu Reaksi dengan Shift Kerja Responden Pabrik Kelapa Sawit PT. X Labuhan Batu.......................................
78
Hubungan Tekanan Darah Sistol dengan Shift Kerja . Responden Pabrik Kelapa Sawit PT. X Labuhan Batu.....................
80
Hubungan Tekanan Darah Diastol dengan Shift Kerja Responden Pabrik Kelapa Sawit PT. X Labuhan Batu....................
82
Hubungan Denyut Nadi Dengan Shift Kerja Responden Pabrik Kelapa Sawit PT. X Labuhan Batu....................
83
Hubungan Temperatur dan Waktu Kerja .........................................
92
5.1 5.2 5.3 5.4 5.5
16
DAFTAR LAMPIRAN No.
Judul
Halaman
1.
Kuesioner Pengukuran Stres Fisik Responden Pabrik Kelapa Sawit PT. X Labuhan Batu ...................................................
97
2.
Kuesioner Pengukuran Stres Mental Responden Pabrik Kelapa Sawit PT. X Labuhan Batu ....................................................
98
3.
Tabulasi Pivot Kuesioner Pendahuluan .............................................
99
4.
Karakteristik Sampel Berdasarkan Stasiun Kerja ..............................
100
5.
Rekapitulasi Skor Uji Stres Fisik Responden Shift Pagi Pabrik Kelapa Sawit PT. X Labuhan Batu .........................................
101
Rekapitulasi Skor Uji Stres Fisik Responden Shift Malam Pabrik Kelapa Sawit PT. X Labuhan Batu .........................................
102
6. 7. 8.
Rekapitulasi Skor Uji Stres Mental Responden Shift Pagi Pabrik Kelapa Sawit PT. X Labuhan Batu .........................................
103
Rekapitulasi Skor Uji Stres Mental Responden Shift Malam Pabrik Kelapa Sawit PT. X Labuhan Batu .........................................
104
9. Uji t Waktu Reaksi Responden Pabrik Kelapa Sawit PT. X Labuhan Batu ......................................................................................
105
10. Uji t Tekanan Darah Sistol Responden Pabrik Kelapa Sawit PT. X Labuhan Batu .......................................................................... . 11. Uji t Tekanan Darah Diastol Responden Pabrik Kelapa Sawit. PT. X Labuhan Batu ................................................................
106 107
12. Uji t Denyut Nadi Responden Pabrik Kelapa Sawit PT. X Labuhan Batu ......................................................................................
108
13. Uji Chi Kuadrat Stres Fisik Responden Pabrik Kelapa Sawit. PT. X Labuhan Batu .................................................................
109
14. Uji Chi Kuadrat Stres Mental Responden Pabrik Kelapa Sawit PT. X Labuhan Batu ...........................................................................
110
17
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri yang merupakan manifestasi dari aplikasi teknologi di dalam pemanfaatan sains, cenderung merupakan suatu fenomena yang kehadirannya secara global sulit untuk dibendung seiring dengan meningkatnya tuntutan kebutuhan hidup sebagai wahana guna menanggapi kebutuhan akan materi. Kebutuhan hidup manusia pada akhir-akhir ini dirasakan semakin meningkat baik jumlah maupun jenis telah mengakibatkan terjadinya dorongan terhadap pengoperasian pabrik secara lebih efisien dan efektif dengan skala usaha lebih besar dalam waktu relatif singkat. Adanya tuntutan terhadap pengoperasian pabrik tersebut, mendesak terjadi perubahan struktur sistem keindustrian secara mendasar. Salah satu jenis industri yang mengalami pertumbuhan yang pesat dalam beberapa tahun terakhir ialah minyak kelapa sawit. Komoditas kelapa sawit menunjukkan peran yang signifikan bagi perekonomian Indonesia. Pada tahun 2006, luas lahan areal kelapa sawit telah mencapai 6,75 juta hektar menghasilkan minyak kelapa sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) sebesar 14,45 juta ton yang mana 10 juta ton di ekspor ke luar negeri dengan nilai ekspor sebesar $ 4,9 milyar dan 4,45 juta ton dipasarkan dalam negeri. Pencapaian ini memberi manfaat dalam peningkatan pandapatan masyarakat petani dan menyediakan kesempatan kerja bagi lebih dari 2,8 juta orang. Menurut Deperindag Sumutera Utara (2006), negara tujuan ekspor CPO terbesar dari Provinsi Sumatera Utara adalah India, Belanda, China, dan Singapura. 1
18
Produksi CPO di Provinsi Sumatera Utara pertahun sebesar 4 juta ton dengan luas kebun kelapa sawit sekitar 1,1 juta hektar atau nomor dua terluas setelah Provinsi Riau yaitu seluas 1,4 juta hektar. Seiiring dengan perkembangan industri minyak kelapa sawit yang menjanjikan dan nilai ekonomi yang diciptakan, maka dalam kegiatan proses produksinya berjalan selama 24 jam per hari secara terus menerus dengan mempekerjakan pekerja secara shift (pola waktu kerja). Shift kerja yang diterapkan perusahaan sebagai suatu pola waktu kerja memiliki dampak cukup besar terhadap kesehatan pekerja. Pekerjaan shift adalah pekerjaan yang mempunyai jadwal tertentu dan berlaku sangat bervariasi, biasanya 8 jam per shift. Silaban (1996) mengatakan bahwa 63% pekerja menderita kelelahan akibat pengaruh shift kerja yang dapat berakibat terjadi kecelakaan kerja. Menurut Phoon (1988), kelelahan bersifat subjektif akibat shift kerja, yaitu tidak dapat tidur siang, selera makan menurun, gangguan pencernaan, nyeri lambung. Menurut Grandjean (1993) sekitar 60-70% pekerja shift malam menderita gangguan tidur. Menurut Schultz (1982) shift kerja malam lebih berpengaruh negatif terhadap kondisi pekerja dibanding shift pagi, karena pola siklus hidup manusia pada malam hari umumnya digunakan untuk istirahat. Namun karena bekerja pada shift malam maka tubuh dipaksa untuk mengikutinya. Hal ini relatif cenderung mengakibatkan terjadinya kesalahan kerja, kecelakaan dan absentism. Josling (1998) mengatakan bahwa dampak shift kerja malam terutama gangguan irama tubuh yang menyebabkan penurunan kewaspadaan, gangguan fisiologis dan psikologis berupa kurang konsentrasi, nafsu makan menurun, penyakit jantung, tekanan darah, stress dan gangguan
19
gastrointestinal yang dapat meningkatkan resiko terjadi kecelakaan kerja. Fungsi tubuh manusia bervariasi dalam 24 jam, meningkat pada siang hari dan menurun pada malam hari. Hal ini mempengaruhi suhu tubuh, denyut jantung, tekanan darah, produksi adrenalin, stres mental dan fisik. Suma’mur (1993) menyatakan bahwa shift kerja malam perlu mendapat perhatian karena irama faal manusia (circadian ritme) terganggu, metabolisme tubuh tidak dapat beradaptasi, kelelahan, kurang tidur, alat pencernaan kurang berfungsi secara normal, timbul reaksi psikologis dan pengaruh yang kumulatif. Kelelahan adalah keluhan umum bagi pekerja shift akan menurunkan daya konsentrasi, motivasi, daya ingat dan reaksi mental sehingga rentan terhadap stres. Shift kerja dipandang sebagai tuntutan yang menekan individu, jika tidak dikelola dengan baik oleh perusahaan akan berdampak pada gangguan fisiologis dan perilaku pekerja dan pada akhirnya akan mengurangi produktivitas kerja. PT. X Labuhan Batu memberlakuan pola kerja 2 shift (12 jam pershift) dengan tujuan untuk efisiensi tenaga kerja dan upah serta memberikan upah lembur yang tinggi. Bagi seorang pekerja bekerja diatas 8 jam per hari selama seminggu terus menerus jika ditinjau dari segi keselamatan dan kesehatan kerja akan memberikan masalah terutama bagi pekerja yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan lama jam kerja yang dijalaninya (Grandjean, 1991). Dan jika hal ini terus berlangsung maka akan mengganggu faal tubuh dan kelelahan. Penyebab terjadi kelelahan antara lain : waktu kerja berlebihan, melakukan aktivitas monoton, beban kerja, lingkungan kerja, fasilitas kerja, keadaan gizi, keadaan kejiwaan, dan lainnya. Menurut UU No.13 Tentang Ketenagakerjaan pasal 77 Tahun 2003 bahwa waktu kerja bagi seorang
20
pekerja per shift adalah sebanyak 7 jam 1 hari dan 40 jam 1 minggu untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu atau 8 jam 1 hari dan 40 jam 1 minggu untuk 5 hari kerja dalam 1 minggu. Pengaturan waktu istirahat dalam UU No. 13 Tahun 2003 pasal 79 ayat 2 a yaitu istirahat antara jam kerja sekurang-kurangnya setengah jam setelah bekerja selama 4 jam terus menerus dan waktu istirahat tersebut tidak termasuk jam kerja. Dalam ayat 2 b pasal 79 dikatakan bahwa istirahat mingguan 1 hari untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu atau 2 hari untuk 5 hari kerja dalam 1 minggu. Pola jam kerja yang diterapkan di PT. X Labuhan Batu terdapat 2 macam, yaitu : 1). Sistem jam kerja non shift dan 2). Sistem kerja shift yang terdiri dari shift I (shift pagi) dan shift II (shift malam). Sistem non shift hanya diberlakukan pada bagian tertentu saja yaitu : maintenance, kantor, gudang, taman dan kolam limbah. Sedangkan pember-lakuan sistem shift pada bagian produksi, timbangan, sortasi dan laboratorium. Shift pagi (shift I) dimulai dari jam 7.00-19.00 dan shift malam (shift II) dimulai dari jam 19.00-7.00 untuk hari Senin-Sabtu pada saat bahan baku (tandan buah sawit mencukupi). Masing-masing shift dimulai dari hari Senin-Sabtu pekerja bekerja selama 12 jam. Khusus untuk hari Minggu jam kerja shift I dimulai dari jam 7.00-15.00, shift II dimulai dari jam 15.00-23.00 dan kembali shift I mulai dari jam 23.00-7.00. Kondisi ini berarti khusus pada hari Minggu pekerja shift I bekerja total 10 jam per hari diiringi istirahat 8 jam dan shift II bekerja selama 8 jam. Gambaran shift kerja yang diterapkan PT. X Labuhan Batu bahwa pekerja bekerja selama seminggu tanpa ada istirahat seharipun, yang berpotensi menyebabkan kelelahan. Akibat pemberlakuan jam kerja berlebih tersebut perusahaan memberikan upah lembur.
21
Status pekerja di PT. X Labuhan Batu terdiri dari : 1). Pekerja Tetap dan 2). Pekerja Harian Lepas. Bagi pekerja tetap maupun pekerja harian lepas diberikan upah lembur jika dalam satu hari bekerja di atas 7 jam untuk hari Senin - Minggu. Perbedaan status pekerja tetap dengan pekerja harian lepas adalah dari upah yang diperhitungkan, yang mana pekerja tetap mendapat upah secara bulanan, sedangkan pekerja harian lepas diperhitungkan secara harian. Demikian juga dalam hal perhitungan upah lembur per jam bagi pekerja tetap yaitu gaji pokok dibagi 30 hari dikali dengan 7 jam. Perhitungan upah lembur perjam bagi pekerja harian lepas adalah upah perhari dibagi 7 jam kerja. Selain upah, pihak manajemen memberikan tunjangan beras sebesar 30 kg bagi pekerja tetap maupun pekerja harian lepas yaitu jika telah bekerja selama 25 hari kerja, bantuan keringanan untuk biaya listrik sebesar Rp 18.000 per bulan dan fasilitas perumahan. Khusus bagi pekerja shift malam mendapat tambahan makanan mi instan, telur dan teh manis. Menurut UU No. 13 Tahun 2003, lembur hanya diperkenan dalam 1 hari selama 3 jam dan 1 minggu sebesar 12 jam. Perhitungan upah lembur bagi pekerja tetap yaitu : 1/173 x upah sebulan. Selain masalah pemberlakuan 2 shift kerja dengan waktu kerja berlebihan, juga ditemui fasilitas kerja yang tidak ergonomis pada bagian pengelasan seperti sikap kerja duduk membungkuk dan jongkok, menggunakan lantai sebagai meja kerja. Lingkungan kerja bagian pengolahan relatif tinggi tingkat kebisingannya, rendah tingkat pematuhan terhadap pemakaian alat pelindung diri. Kondisi yang tidak ergonomis tersebut dalam melakukan pekerjaan berpotensi terjadi kelelahan yang dapat berakibat
kecelakaan. Beberapa kecelakaan yang pernah terjadi : terkena
semburan steam mesin rebusan, terpeleset, jatuh dari atap pabrik dan tangga, dsbnya.
22
Untuk menghilangkan berbagai potensi yang dapat menimbulkan kelelahan pekerja yang merupakan reaksi psikologis akibat pola shift kerja dibutuhkan pengkajian yang lebih seksama, sehingga berbagai dampak negatif yang akan timbul sedini mungkin dapat dicegah. Dari hasil kajian diharapkan suatu rekomendasi bagi pekerja, pemerintah dan perusahaan khususnya dalam perbaikan shift kerja. 1.2 Permasalahan Berdasarkan penjelasan di atas, beberapa permasalahan yang akan dicari pemecahannya ialah : a. Gangguan-gangguan dominan apa yang sering muncul dari akibat pengaruh pemberlakuan shift pagi dan shift malam ? b. Apakah gangguan-gangguan akibat shift pagi dan malam dapat diminimumkan? c. Bagaimana merumuskan strategi yang hendak ditempuh dalam shift kerja? Untuk menjawab ketiga rumusan masalah tersebut, maka perlu dilakukan penelitian yang cermat sehingga diperoleh suatu rekomendasi. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Merumuskan strategi kebijakan yang efektif untuk menekan pengaruh penerapan shift kerja terhadap kemungkinan terjadinya kelelahan kerja. 1.3.2 Tujuan Khusus a. Mengukur besar pengaruh shift pagi dan malam terhadap kemungkinan terjadinya kelelahan. b. Mengidentifikasi pengaruh jam shift pagi dan malam yang berlebihan terhadap
23
kemungkinan terjadinya kelelahan pekerja. c. Melakukan seleksi terhadap kebutuhan yang paling sesuai dalam penanganan pengaruh shift kerja terhadap kemungkinan terjadinya kelelahan. 1.4 Hipotesis Penelitian Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah 1. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara Shift Pagi dan Shift Malam terhadap kelelahan 2. Ada perbedaan yang signifikan antara
Shift Pagi dan Shift Malam .terhadap
kelelahan. 1.5 Manfaat Penelitian a. Sebagai bahan masukan berguna bagi perusahaan menyusun kebijakan di dalam meningkatkan produktivitas dengan meminimumkan gangguan kerja karyawan. b. Memberikan masukan bagi Pemerintah sebagai tambahan literatur para peneliti bidang keselamatan dan kesehatan kerja untuk mengembangkan keilmuan. c. Memberikan pengetahuan bagi tenaga kerja tentang pengaruh jam kerja berlebih terhadap gangguan kerja dan menjadi peluang di dalam perlindungan terhadap kebijakan yang diambil oleh perusahaan. d. Memberikan pengalaman berharga bagi peneliti menerapkan ilmu pengetahuan.
24
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Shift Kerja Menurut Schermerhorn (2001), shift kerja adalah pembagian kerja yang dapat diartikan di mana satu pekerjaan dengan waktu penuh dipilah di antara dua orang atau lebih. Pembagian tugas seringkali melibatkan masing-masing orang bekerja setengah hari, tetapi dapat juga dilakukan pada pengaturan pembagian secara mingguan atau bulanan. Sedangkan menurut Riggio (1996) shift kerja adalah bentuk penjadwalan dimana kelompok kerja mempunyai alternatif untuk tetap bekerja dalam perpanjangan operasi yang terus menerus. Pada mulanya jadwal kerja sering disebut jadwal kerja tradisional dimulai pukul 08.00 atau 09.00 pagi sampai dengan 16.00 atau 17.00 sore, kemudian tidak ada lagi jadwal kerja lain pada hari itu. Shift kerja merupakan pola waktu kerja yang diberikan kepada pekerja untuk mengerjakan sesuatu dan biasa dibagi kepada kerja pagi, sore dan malam. Shift kerja terjadi bila dua atau lebih pekerja bekerja secara berurutan pada lokasi pekerjaan yang sama. Bagi seorang pekerja, shift kerja berarti berada pada lokasi kerja yang sama, teratur pada saat yang sama (shift kontinu) atau pada waktu yang berlainan (shift kerja rotasi). Shift kerja berbeda dengan hari kerja biasa, di mana pada hari kerja biasa pekerjaan dilakukan secara teratur pada waktu yang telah ditentukan sebelumnya, sedang shift kerja dapat dilakukan lebih dari satu kali untuk memenuhi jadwal 24 jam per hari. Biasa perusahaan yang berjalan secara kontinu menerapkan shift kerja dengan alasan kebutuhan sosial pelayanan (Eko, 2004). 8
25
2.1.1 Karakteristik dan Pembagian Shift Kerja Shift kerja mempunyai dua macam, yaitu shift berputar (rotation) dan shift tetap (permanent). Merancang perputaran shift memperhatikan : 1. Kekurangan istirahat atau tidur ditekan sekecil mungkin sehingga dapat meminimumkan kelelahan, 2. Sediakan waktu sebanyak mungkin untuk kehidupan keluarga/sosial. Menurut Knauth (1988) terdapat 5 faktor shift kerja : 1. Jenis shift (pagi, siang, malam) 2. Panjang waktu tiap shift, 3. Waktu dimulai dan berakhir satu shift, 4. Distribusi waktu istirahat, 5. Arah transisi shift. Coleman (1995) membagi shift kerja menjadi enam bentuk dasar : 1. Fixed Shifts (straight shift) Setiap karyawan sudah mempunyai jam kerja tetap dan tidak bisa diubah. 2. Rotating Shifts Karyawan secara bergiliran bekerja pada shift yang diatur 3. Oscilatting Shifts Satu kelompok karyawan mempunyai shift tetap dan kelompok sisa dirotasi. 4. Primary Shifts Setiap karyawan mempunyai shift tetap tetapi dapat dipindah sementara. 5. Staggered Shifts Shift tetap dengan nomor waktu mulai dan nomor karyawan 6. Mixed Shifts Gabungan beberapa shift untuk pekerja dalam bagian yang sama Monk dan Folkrad (1983) mengkategorikan tiga tipe sistem shift kerja, yaitu : 1. Sistem shift permanen.
26
Setiap individu bekerja hanya pada satu bagian dari 3 shift kerja setiap 8 jam 2. Sistem rotasi shift cepat. Tenaga kerja secara bergilir bekerja dengan periode rotasi kerja 2-3 hari. Sistem shift ini lebih banyak disukai karena dapat mengurangi kebosanan kerja, kerugiannya menyebabkan kinerja shift malam dan waktu tidur terganggu sehingga diperlukan 2-3 hari libur setelah kerja malam. Berdasarkan faktor sosial dan fisiologis diusulkan sistem rotasi shift cepat, yaitu sistem 2-2-2 dan 2-2-3 yang disebut sistem Metropolitan dan Continental pada tabel 2.1 dan 2.2. Sistem rotasi shift 2-2-2 yaitu : rotasi shift kerja pagi, siang dan malam dilaksanakan masing-masing 2 hari, dan pada akhir periode shift kerja malam diberi libur 2 hari dan kembali lagi ke siklus shift kerja semula. Sistem rotasi shift 2-2-3, yaitu : rotasi shift kerja di mana salah satu shift dilaksanakan 3 hari bergiliran setiap periode shift dan dua shift lainnya dilaksanakan masing-masing 2 hari. Pada akhir periode shift kerja diberi libur 2 hari Tabel 2.1 Sistem shift 2-2-3 (Rotasi Continental) Minggu 1
Minggu II
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu
Pagi Pagi Sore Sore Malam Malam Malam Pagi Pagi Sore Sore Sore
Minggu III
Minggu IV
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu
Malam Malam Pagi Pagi Pagi Sore Sore Malam Malam -
27
3. Sistem rotasi shift lambat, merupakan kombinasi antara sistem shift permanen dan sistem rotasi shift cepat. Rotasi shift kerja dapat berbentuk mingguan,
atau
bulanan. Sistem ini menyebabkan circadian rhythm terganggu pada shift malam Tabel 2.2 Sistem shift 2-2-2 (Rotasi Metropolitan) Minggu I
Minggu II
Minggu III
Minggu IV
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu
Pagi Pagi Sore Sore Malam Malam Pagi Pagi Sore Sore Malam Malam Pagi Pagi Sore Sore Malam Malam Pagi Pagi Sore Sore
Minggu V
Minggu VI
Minggu VII
Minggu VIII
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu
Malam Malam Pagi Pagi Sore Sore Malam Malam Pagi Pagi Sore Sore malam Malam Pagi Pagi Sore Sore Malam Malam -
Menurut Coleman (1995) terdapat empat jenis dampak shift, yaitu : 1. Job Performance Perubahan jadwal shift kerja yang terus menerus menyebabkan pekerja harus terus beradaptasi dengan perubahan tersebut. 2. Job Related Attitude
28
Karyawan yang bekerja pada shift malam sering menunjukkan sikap dan emosi 3. Personal Health Pekerjaan yang menggunakan sistem shift dapat mengganggu kesehatan secara fisik dan mental, karena situasi dan kondisi pada setiap shift berbeda. Pekerja harus menyesuaikan kondisi fisik setiap kali bekerja di shift yang berbeda. 4. Social and Domestic Factors Pembagian shift kerja dapat menyebabkan pekerja yang sudah berkeluarga atau pekerja wanita akan mengalami kesulitan dalam membagi waktu bersosialisasi, berkomunikasi dengan anggota keluarga lain dan melakukan aktivitas religius. Menurut International Labour Organization (1983) sistem shift kerja terbagi : 1. Sistem 3 shift 4 kelompok (4 x 8 hours continuous shift work), yaitu 3 kelompok shift bekerja setiap 8 jam dan 1 kelompok istirahat. Sistem ini digunakan bagi aktivitas terus menerus tanpa hari libur. Rotasi shift 2-3 hari. 2. Sistem 3 shift 3 kelompok (3 x 8 hours semi continuous shift work), yaitu 3 kelompok shift bekerja setiap 8 jam, pada akhir minggu libur. Rotasi shift 5 hari. Dalam mendisain shift kerja terdapat beberapa yang diperhatikan : 1. Setidaknya ada jarak 11 jam antara permulaan dua shift yang berurutan, 2. Tidak boleh bekerja lebih dari tujuh hari berturut-turut, 3. Adakan libur akhir pekan (minimal 1 hari), 4. Rotasi shift mengikuti matahari, 5. Jadwal sederhana dan mudah diingat. 2.1.2 Efek Shift Kerja Menurut Fish (2000) efek shift kerja yang dapat dirasakan tenaga kerja yaitu : 1. Efek fisiologis, berpengaruh terhadap :
29
a. Kualitas tidur perlu dijaga untuk menebus kurang tidur akibat kerja malam. b. Menurun kapasitas fisik kerja akibat timbulnya perasaan mengantuk dan lelah c. Menurunnya nafsu makan dan gangguan pencernaan 2. Efek Psikososial Efek ini menunjukkan problem lebih besar seperti gangguan kehidupan keluarga, hilangnya waktu luang, kecil kesempatan untuk berintegrasi dengan teman, dan mengganggu aktivitas kelompok dalam masyarakat.. Demikian pula adanya pandangan di suatu daerah yang tidak membenarkan pekerja wanita bekerja pada malam hari, mengakibatkan tersisih dari masyarakat. 3. Efek Kinerja Kinerja menurun selama kerja shift malam yang diakibatkan oleh efek fisiologis dan efek psikososial. Menurunnya kinerja dapat mengakibatkan kemampuan mental menurun berpengaruh terhadap perilaku kewaspadaan pekerjaan seperti kualitas kontrol dan pemantauan. 4. Efek Terhadap Kesehatan Efek shift kerja menyebabkan gangguan gastrointestinal berupa dyspepsia atau ulcus ventriculi dimana masalah ini kritis pada umur 40-45 tahun. Sistem shift kerja dapat menjadi masalah keseimbangan kadar gula dalam darah dengan insulin bagi penderita diabetes. 5. Efek Terhadap Keselamatan Kerja 2.2 Circadian Ritme (Irama tubuh) Jika tubuh bergerak selama 24 jam, akan mengalami fluktuasi dalam hal-hal tertentu seperti temperatur, kemampuan untuk bangun, aktifitas lambung, denyut
30
jantung, tekanan darah dan kadar hormon. Aktivitas tubuh ini dikenal sebagai circadian ritme. Pola aktivitas tubuh akan terganggu bila bekerja malam dan maksimum terjadi selama shift malam (Singleton, 1972). Fungsi fisiologis tubuh seperti denyut jantung, oksigen yang dikonsumsi, suhu tubuh, tekanan darah, produksi adrenalin, sekresi urine, kapasitas fisik dan mental secara nyata iramanya berubah dalam siklus 24 jam. Fungsi tubuh tidak dapat dicapai maksimum atau minimum pada waktu yang sama. Umumnya semua fungsi tubuh meningkat pada siang hari, mulai melemah pada sore hari dan menurun pada malam hari untuk pemulihan dan pembaharuan. Fenomena ini disebut irama kehidupan (circadian rhythm). Brown dan Wallace (1980) menyatakan bahwa shift kerja mempengaruhi circadian rhythm, hal ini dapat dilihat pada gambar 2.1. Aktivitas
Shift Pagi
Tidur/istirahat
Kerja
Malam
Kerja
Tidur/Istirahat
19.00
7.00
19.00
Gambar 2.1 Hubungan shift kerja dan pola aktivitas 2.3 Kelelahan Kerja Kelelahan (fatigue) berasal dari bahasa Latin (fatigare) berarti hilang lenyap (waste time). Secara psikologis, kelelahan yaitu keadaan mental dengan ciri menurunnya motivasi, ambang rangsang meninggi, menurunnya kecermatan dan kecepatan pemecahan persoalan.
31
Secara fisologis, kelelahan yaitu penurunan kekuatan otot yang disebabkan karena kehabisan tenaga dan peningkatan sisa-sisa metabolisme, misalnya asam laktat, karbon dioksida. Kelelahan diterapkan di berbagai macam kondisi meru-pakan suatu perasaan bagi setiap orang mempunyai arti tersendiri dan bersifat subjektif, tetapi semuanya berkenaan dengan pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan tubuh dalam bekerja disertai dengan penurunan efisiensi. Kelelahan terjadi karena beberapa hal : melakukan aktifitas monoton, beban kerja dan waktu kerja yang berlebihan, lingkungan kerja, fasilitas kerja, keadaan psikologis, dan keadaan gizi. Kelelahan secara umum ditandai dengan berkurangnya kemauan bekerja yang disebabkan oleh monotoni, intensitas lama kerja fisk, lingkungan dan sebab mental. Menurut Grandjean (1993), kelelahan kerja adalah suatu kondisi yang dihasilkan dengan stres sebelum mengakibatkan melemah fungsi kinerja, fungsi organ saling mempengaruhi fungsi kepribadian bersamaan dengan menurunnya kesiagaan kerja dan meningkat sensasi kete-gangan. Pengelompokan kelelahan dapat dilihat pada Gambar 2.2, terbagi 3 jenis : 1. Menurut proses terjadinya pada otot : kelelahan umum dan otot 2. Menurut terjadinya : akut dan kronis 3. Menurut penyebabnya : faktor nonfisik (psikososial) dan lingkungan fisik Kelelahan otot adalah tremor/perasaan nyeri pada otot berarti menurunnya kinerja sesudah mengalami tekanan tertentu ditandai dengan menurunnya kekuatan dan kelambanan gerak. Sedang kelelahan umum biasa ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja yang disebabkan oleh karena monoton, intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan lingkungan, sebab-sebab mental, kesehatan dan gizi
32
Kelelahan subjektif terjadi pada akhir jam kerja, apabila rata-rata beban kerja melebihi 30-48% tenaga aerobik maksimal(Astrand et all, 1977 dan Pulat, 1992). Kerja Statis Otot Lokal Kerja Dinamis
Kehabisan tenaga fisik Kelelahan
Akut
Overload Beban mental kerja Underload
Umum
Circadian
Primer Kronis
Kegelisahan Psychoneurotic
Sekunder
Depresi Organik
Post-viral Hypoglycaenic Penyakit jantung Efek Obat Dan lainnya
Gambar 2.2 Pengelompokan kelelahan Terdapat dua teori tentang kelelahan otot yaitu teori kimia dan teori syaraf pusat terjadinya kelelahan. Pada teori kimia secara umum menjelaskan bahwa terjadinya kelelahan adalah akibat berkurangnya cadangan energi dan sisa metabolisme meningkat sebagai penyebab efisiensi otot hilang, sedangkan perubahan arus listrik pada otot dan syaraf adalah penyebab sekunder. Pada teori syaraf pusat
33
menjelaskan bahwa perubahan kimia hanya merupakan penunjang proses. Perubahan kimia yang terjadi mengakibatkan dihantarkannya rangsangan syaraf melalui syaraf sensoris ke otak yang disadari sebagai kelelahan otot. Rangsangan ini menghambat pusat otak mengendalikan gerakan sehingga frekwensi potensial kegiatan pada sel syaraf menjadi berkurang. Berkurangnya frekwensi tersebut akan menurunkan kekuatan dan kecepatan kontraksi otot dan gerakan atas perintah kemauan menjadi lambat. Dengan demikian semakin lambat gerakan seseorang akan menunjukkan semakin lelah kondisi ototnya. Beberapa tipe kelelahan umum dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Lelah disebabkan oleh ketegangan fisik di semua organ visual (lelah visual). 2. Lelah karena ketegangan fisik di semua organ (lelah fisik umum). 3. Lelah disebabkan oleh kerja mental (lelah mental). 4. Lelah karena ketegangan lewat satu sisi dari fungsi psikomotor (lelah saraf). 5. Lelah disebabkan kerja monoton atau lingkungan kerja yang menjemukan. 6. Lelah disebabkan sejumlah faktor yang terus menerus (lelah kronis). Karakteristik utama yang umum dari kelelahan adalah pengurangan dalam kapasitas atau penurunan kerja. Efek sesudah kerja diliputi siklus harian tidur dan keterjagaan disebut nycthemeral atau kelelahan circadian. Kelelahan tubuh merupakan akibat dari perpanjangan kerja adalah konsekwensi kehabisan persediaan energi tubuh. Kelelahan ini akibat dari kebanyakan tugas pekerjaan sama dengan proses psikologis yang lebih halus, meskipun pengalaman subjektif menunjukkan kesamaan. Kelelahan mental dapat bersumber dari overload ataupun underload menghasilkan kebutuhan yang berlebihan yang tidak menarik
34
dan mudah. Kedua kondisi tersebut dapat meningkatkan stres akan tetapi jika diperpanjang akan mengurangi gairah kerja. Menurut Grandjean (1986) suatu permintaan pekerjaan yang seharusnya meningkatkan gairah kerja, kenyataan malah sebaliknya, seperti pada model U yang terbalik ( gambar 2.3). performansi
Gairah kerja Gambar 2.3 Hubungan antara performansi dengan gairah kerja Walau demikian penurunan performansi yang terjadi pada saat kelelahan biasanya pekerjaan yang khusus yang diperkirakan model U terbalik. Pada pekerjaan berulang, tanda pertama kelelahan merupakan peningkatan dalam rata-rata panjang waktu menyelesaikan suatu siklus aktivitas. Waktu siklus pendistribusian yang hati-hati sering menunjukkan kelambatan performansi sebagaimana tampak dalam pendistribusian proporsi yang lebih besar dari siklus lambat yang tidak normal (Murrel, 1969). Penjadwalan yang tidak teratur sama tampak dari celah kosong dalam performansi yang berhubungan dengan kehilangan perhatian disebut block (Bills, 1931). Kelelahan mental menunjukkan kegagalan yang meningkat proses normal dari perhatian yang selektif dimana input sensor menyimpang secara tetap menyerang sebelum capai sadar.
35
Kelelahan kronis merupakan kumulatif respon non spesifik terhadap perpanjangan stress. Menurut Grandjen (1988) gejala kondisi tertentu yang berhubungan penting dengan stress seperti sakit kepala, pusing, jantung berdebar, diare, gangguan lambung dan lainnya. Gangguan tidur merupakan gambaran dari kondisi tersebut dan menunjukkan gejala hyperarousal pada siang hari. Nixon (1982) mengatakan bahwa hyperarousal kronis berhubungan dengan kondisi kehabisan tenaga yang meningkat adalah gejala awal umum penyakit jantung. Kehabisan tenaga dan kehilangan kendali yang bersatu dalam kelelahan kronis bergabung kedalam indera yang peka tentang apatis, kehilangan ingatan, kegagalan yang mencirikan kondisi psychoneurotic (depresi), dan melancholia. Kelelahan diatur secara sentral oleh otak. Pada susunan syaraf pusat terda-pat sistem aktivasi (bersifat simpatis) dan inhibisi (bersifat para simpatis). Tanda-tanda kelelahan yang utama adalah hambatan terhadap fungsi-fungsi kesadaran otak dan perubahan pada organ-organ di luar kesadaran serta proses pemulihan menunjukkan : 1. Penurunan perhatian, 2. Pelambatan persepsi, 3.Lambat dan sukar berpikir, 4. Penurunan kemauan atau dorongan untuk bekerja, 5.Kurang efisiensi kegiatan-kegiatan fisik dan mental. Menurut Gilmer (1966) dan Cameron (1973), gejala kelelahan ditandai : 1. Menurun kesiagaan dan perhatian, 2. Penurunan dan hambatan persepsi, 3. Cara berpikir atau perbuatan anti sosial, 4. Tidak cocok dengan lingkungan, 5. Depresi, kurang tenaga, dan kehilangan inisiatif, 6. Gejala umum (sakit kepala, vertigo, gangguan fungsi paru dan jantung, kehilangan nafsu makan, gangguan pencernaan, kecemasan, perubahan tingkah laku, kegelisahan dan sukar tidur).
36
2.3.1 Proses Terjadi Kelelahan Kelelahan terjadi karena produk sisa terkumpul dalam otot dan peredaran darah, di mana produk ini dapat membatasi kelangsungan aktivitas otot. Makanan yang mengandung glikogen mengalir dalam tubuh melalui peredaran darah. Glikogen hanya dapat digunakan sebagai energi untuk keperluan otot saja dan tidak dapat dikembalikan sebagai glukosa ke dalam aliran darah. Tubuh manusia dapat menyimpan glikogen dalam jumlah terbatas. Setiap kontraksi dari otot selalu diikuti oleh oksidasi glukosa yang merubah glikogen menjadi tenaga dan asam laktat. Pada masa pemulihan asam laktat akan diubah kembali menjadi glikogen dengan adanya oksigen dari pernafasan, sehingga memungkinkan otot berfungsi kembali yang berarti keseimbangan kerja bisa dicapai dengan baik. Keadaan dan perasaan kelelahan adalah reaksi fungsional dari pusat kesadaran yaitu ceberi cortex yang dipengaruhi atas dua sistem saraf antagonis yaitu sistem penghambat (inhibisi) dan sistem penggerak (aktivasi). Sistem penghambat ini terdapat dalam thalamus dan bersifat menurunkan kemampuan manusia untuk bereaksi sedangkan sistem penggerak terdapat dalam formatio retikularis yang bersifat merangsang pusat vegetatif untuk konversi ergotropis dari peralatan tubuh kearah bereaksi. Keadaan seseorang pada suatu saat tergantung pada hasil kerja kedua sistem tersebut. Apabila sistem penggerak lebih kuat dari sistem penghambat maka dikatakan dalam keadaan segar untuk bekerja, sebaliknya jika sistem penghambat lebih kuat maka akan mengalami kelelahan. Agar seseorang berada dalam keseimbangan bekerja, kedua sistem tersebut harus stabil pada tubuh.
37
2.3.2 Penyebab Kelelahan Kerja Menurut Grandjean (1991) penyebab kelelahan bervariasi dan untuk mempertahankan kesehatan harus dilakukan efisensi proses penyegaran di luar tekanan. Penyegaran terjadi selama tidur malam, periode istirahat dan waktu berhenti kerja. Faktor penyebab kelelahan menurut Tarwaka (2004) : 1. Intensitas lama kerja fisik dan mental, 2. Lingkungan kerja, 3.Circadian rhythm, 4. Problem fisik, tanggung jawab, kekhawatiran konflik, 5. Kondisi kesehatan, 6. Nutrisi. Pada kerja otot statis, dengan pengerahan tenaga 50% dari kekuatan maksimum otot hanya dapat bekerja selama 1 menit, sedangkan pada pengerahan tenaga <20% kerja fisik dapat berlangsung cukup lama. Tetapi pengerahan tenaga otot statis sebesar 15-20% akan menyebabkan kelelahan dan nyeri jika pembebanan berlangsung sepanjang hari. Menurut Astrand dan Rodahl (1977) kerja dapat dipertahankan beberapa jam per hari tanpa gejala kelelahan jika tenaga yang dikerahkan tidak melebihi 8% dari maksimum tenaga otot. Suma’mur (1982) dan Grandjean (1993) mengatakan bahwa kerja otot statis merupakan kerja berat. Pada kondisi yang hampir sama, kerja otot statis mempunyai konsumsi energi lebih tinggi, denyut nadi meningkat dan diperlukan waktu istirahat lebih lama. Annis dan McConville (1996) mengatakan bahwa saat kebutuhan metabolisme dinamis dan aktivitas melampaui kapasitas energi yang dihasilkan oleh pekerja, maka kontraksi otot akan terpengaruh sehingga kelelahan seluruh badan terjadi. Penggunaan energi tidak melebihi 50% dari tenaga aerobic maksimum untuk kerja 1 jam, 40% untuk kerja 2 jam dan 33 % untuk kerja 8 jam terus menerus. Nilai tersebut didisain untuk mencegah kelelahan yang dapat meningkatkan resiko cedera otot skeletal pada pekerja. Untuk mengurangi
38
tingkat kelelahan di upayakan sikap kerja yang lebih dinamis. Hal ini bertujuan agar sirkulasi darah dan oksigen berjalan normal ke seluruh anggota tubuh. Faktor penyebab kelelahan kerja berkaitan dengan banyak hal yaitu : 1. Penyebab medis : flu, anemia, gangguan tidur, hepatitis, hypothyroidism, TBC. 2. Penyebab yang berkaitan dengan gaya hidup : kurang/ terlalu banyak tidur, alkohol minuman keras, diet yang buruk, kurang olahraga, gizi. 3. Penyebab yang berkaitan dengan tempat kerja : kerja shift, pelatihan tempat kerja yang buruk, stres kerja, workaholic, suhu ruang kerja, penyinaran,
kebisingan,
monotoni pekerjaan dan kebosanan, beban kerja. 4. Faktor psikologis : depresi, kecemasan dan stres, kesedihan. 2.3.3 Penanggulangan Kelelahan Kerja Penanggulangan kelelahan kerja dapat dilakukan melalui : 1. Lingkungan kerja yang nyaman bebas kebisingan dan pengaturan udara. 2. Waktu kerja diselingi istirahat pendek dan istirahat untuk makan 3. Kesehatan umum dijaga dan dimonitor 4. Pemberian gizi kerja sesuai dengan jenis pekerjaan dan beban kerja 5. Beban kerja berat tidak berlangsung terlalu lama. 6. Tempat tinggal diusahakan sedekat mungkin dengan tempat kerja 7. Pembinaan mental secara teratur dalam rangka stabilitas kerja dan kehidupan 8. Cuti dan liburan diselenggarakan sebaik-baiknya 9. Mengusahakan tenaga kerja bebas alkohol, narkoba dan obat berbahaya
39
2.3.4 Beberapa Langkah Mengatasi Kelelahan Kelelahan disebabkan oleh banyak faktor sangat kompleks saling terkait, perlu penanganan agar tidak kronis. Pada gambar 2.4 terdapat skematis faktor penyebab terjadi kelelahan, penyegaran dan cara menangani kelelahan agar tidak menimbulkan resiko yang lebih parah. PENYEBAB KELELAHAN
CARA MENGATASI
1. Aktivitas kerja fisik
1. Sesuai kapasitas kerja fisik
2. Aktivitas kerja mental
2. Sesuai kapasitas kerja mental
3. Stasiun kerja tidak ergonomis
3. Redisain stasiun kerja ergonomis
4. Sikap paksa
4. Sikap kerja almiah
5. Kerja statis
5. Kerja lebih dinamis
6. Kerja bersifat monotoni
6. Kerja lebih bervariasi
7. Lingkungan kerja ekstrim
7. Redisain lingkungan kerja
8. Psikologis
8. Reorganisasi kerja
9. Kebutuhan kalori kurang
9. Kebutuhan kalori seimbang
10 Waktu kerja istirahat tidak tepat RESIKO 1.Motivasi kerja turun 2. Performansi rendah
10.Istirahat setiap 2 jam kerja dengan sedikit kuda MANAJEMEN PENGENDALIAN 1. Tindakan preventif melalui pendekatan inovatif dan partisipatoris
3. Kualitas kerja rendah
2. Tindakan kuratif
4. Banyak terjadi kesalahan
3. Tindakan rehabilitatif
5. Stres akibat kerja
4. Jaminan masa tua
6. Penyakit akibat kerja 7.Cedera 8.Terjadi kecelakaan akibat kerja Gambar 2.4 Penyebab Kelelahan, Cara Mengatasi dan Manajemen Resiko
40
2.3.5 Pengukuran Kelelahan Sampai saat ini belum ada cara untuk mengukur kelelahan secara langsung. Pengukuran yang dilakukan peneliti sebelum hanya berupa indikator yang menunjukkan terjadinya kelelahan akibat kerja. Grandjean (1993) mengelompokkan metode pengukuran kelelahan dalam beberapa kelompok sebagai berikut : 1. Kualitas dan Kuantitas kerja yang dilakukan Kuantitas output digambarkan sebagai jumlah proses kerja (waktu yang digunakan setiap item) atau proses operasi yang dilakukan setiap unit waktu. Namun demikian banyak faktor harus dipertimbangkan seperti : target produk-si, faktor sosial dan perilaku psikologis. Sedangkan kualitas output (kerusakan dan penolakan produk) atau frekwensi kecelakaan dapat menggambarkan terjadinya kelelahan, tetapi faktor tersebut bukan merupakan causal factor. 2. Uji psikomotor (Psychomotor test) Pada metode ini melibatkan fungsi persepsi, interpretasi dan reaksi motor. Salah satu cara yang digunakan adalah dengan pengukuran waktu reaksi. Waktu reaksi adalah jangka waktu dari pemberian suatu rangsang sampai kepada suatu saat kesadaran atau dilaksanakan kegiatan. Uji waktu reaksi dapat digunakan nyala lampu, denting suara, sentuhan kulit atau goyangan badan. Terjadinya pemanjangan waktu reaksi merupakan petunjuk adanya pelambatan proses faal syaraf dan otot. Menurut Sanders et al (1987) waktu reaksi adalah waktu untuk membuat suatu respon yang spesifik saat satu stimuli terjadi. Waktu reaksi terpendek biasa antara 150 - 200 milidetik. Waktu reaksi tergantung dari stimuli yang dibuat, intensitas lamanya rangsang, dan umur subjek
41
3. Uji hilang kelipan (Flicker Fusion Test) Dalam kondisi lelah kemampuan melihat kelipan akan berkurang.Semakin lelah akan semakin panjang waktu yang diperlukan untuk jarak antara dua kelipan. Uji hilang kelipan untuk menunjukkan keadaan kewaspadaan pekerja. 4. Perasaan kelelahan (Subjective Feeling of Fatigue) Perasaan kelelahan (Subjective Self Rating Test) dari Industrial Fatigue Research Committee (IFRC) Jepang merupakan salah satu kuesioner meng-ukur tingkat kelelahan subjektif. Kuesioner berisi 30 daftar pertanyaan : A). Pertanyaan tentang pelemahan kegiatan terdapat 10 butir : 1.Perasaan berat di kepala, 2. Lelah seluruh badan, 3.Berat di kaki, 4.Menguap, 5. Pikir-an kacau, 6. Mengantuk, 7. beban di mata, 8.Gerakan canggung dan kaku, 9. Berdiri tidak stabil, 10. Ingin baring, B). Pertanyaan tentang pelemahan motivasi terdapat 10 butir : 1. Susah berpikir, 2.Lelah bicara, 3.Gugup, 4.Tidak konsentrasi, 5. Sulit memusatkan perhatian, 6.Mudah lupa, 7. Keper-cayaan diri kurang, 8. Merasa cemas, 9. Sulit mengontrol sikap, 10.Tidak tekun, C).Pertanyaan tentang gambaran kelelahan fisik terdapat 10 butir : 1. Sakit kepala, 2. Kaku bahu, 3.Nyeri punggung, 4. Sesak nafas, 5.Haus, 6.Serak,7.Pening,8.Spasme di kelopak mata, 9.Tremor,10.Merasa kurang sehat 5. Uji Mental Pada metode ini konsentrasi merupakan salah satu pendekatan yang digunakan untuk menguji ketelitian dan kecepatan menyelesaikan pekerjaan. Bourdon Wiersma test merupakan salah satu alat yang digunakan untuk menguji kecepatan, ketelitian dan konsentrasi. Hasil tes menunjukkan bahwa semakin lelah seseorang
42
maka tingkat kecepatan, ketelitian dan konsentrasi akan semakin rendah dan sebaliknya. Namun demikian Bourdon Wiersma lebih tepat untuk mengukur kelelahan akibat aktivitas yang lebih besifat mental. Sedangkan untuk menilai kelelahan seseorang dapat dilakukan pengukuran kelelahan secara tidak langsung baik secara objektif maupun subjektif. 2.4. Stres Kerja Sumber stres secara umum dibagi dua bagian, yaitu : 1. dari dalam diri seseorang (internal source) dan 2. dari luar diri seseorang (external source). Sarafino (1990), membedakan sumber-sumber stres menjadi tiga bagian : 1. Dalam diri seseorang stres akan muncul melalui kesakitan dan penilaian dari kekuatan motivasional yang melawan, bila seseorang mengalami konflik. Contoh : orang yang ingin melakukan sesuatu tetapi tidak mampu untuk mela-kukannya akan mengakibatkan konflik dalam dirinya. 2. Dalam keluarga 3. Dalam komunitas dan lingkungan. Interaksi subjek di luar lingkungan keluarga melengkapi sumber-sumber stres. Hans (1936) memperkenalkan suatu konsep stres disebut General Adaption Syndrom terdiri dari tiga fase diidentifikasi bila seseorang terpapar stres : 1. Reaksi tanda bahaya. Dalam keadaan bahaya timbul ketegangan atau ketakutan. Tubuh memobilisasi sumber yang ada untuk meningkatkan aktivitas sistem simpatis yang mengakibatkan peninggian sekresi katekolamin. Tubuh dipersiapkan secara psikofisiologis untuk bereaksi dengan stres tersebut, dan akan muncul reaksi emergensi dikenal dengan ”melarikan diri atau menyerang”.
43
2. Fase resistensi yaitu terjadi resistensi terhadap stres dan tubuh beradaptasi 3. Fase kelelahan, bila reaksi tanda bahaya datang terlalu kuat dan lama, kebutuh-an energi untuk beradaptasi menjadi habis sehingga timbul kelelahan. Menurut Schultz (1982) respon tubuh yang muncul akibat stres menimpaadalah hipotalamus. Hipotalamus memproduksi hormon cortic-trophic releasing factor (CFR), yang mengakibatkan terjadi perubahan biokimia dan neurohormon. Frochlich (1978) menyatakan, faktor kognisi dan emosi dapat mempenga-ruhi proses adaptasi terhadap stres. Menurut Mason (1975) setiap stimulus lingkungan mempunyai arti psikologi dapat mengaktivasi sistem hipotalamik pituitari adrenal. Stres dapat mempengaruhi sistem tubuh seperti sistem kardiovasculer, respiratorius, dan gastrointestinal, satu atau kedua sistem neuroendokrin, yaitu : 1. Sistem simpatetik adrenomedulari. Peningkatan aktivitas sistem ini dapat menyebabkan terjadinya peningkatan hormon katekolamin seperti norepinefrin dan epinefrin. Sistem ini dihubungkan dengan stres yang bersifat akut baik fisik atau psikologik. Taggart (1973) menyatakan, stres emosi dapat meningkatkan hormon disertai dengan peningkatan asam lambung menyebabkan dyspepsia. 2. Sistem pituitari adrenokortikal. Sistem ini dipengaruhi oleh stres yang kronik. Rangsangan terhadap sistem ini menyebabkan peningkatan kortikos teroid yang akhirnya meningkatkan tekanan darah. Menurut Sarafino (1990) stres kerja disebabkan : 1. Lingkungan fisik, 2.Pengawasan, 3.Hubungan interpersonal, 4. Pengakuan terhadap kemajuan kerja.
44
2.5. Tekanan darah dan Denyut Nadi Tekanan darah adalah tenaga aliran darah dalam arteri yang diukur dalam dua angka, yaitu sistole (tekanan jantung berkontraksi) dan diastole (tekanan jantung relaksasi). Tekanan darah tinggi jika angka di atas 140/90, tinggi normal 130-139/8589, normal 120-129/80-84 dan optimal jika dibawah 120/80. Menurut The Six of The JNC on PDE and T of High Blood Pressure (1997) tekanan darah dapat diklasifikasikan seperti pada table 2.3 : Tabel 2.3 Klasifikasi Tekanan Darah Dewasa Usia 18 Tahun ke atas Kategori Sistolik Diastolik Optimal < 120 dan < 80 Normal < 130 dan < 85 Normal tinggi 130-139 dan 85-89 Hipertensi : Derajat -1 140-159 atau 90-99 Derajat-2 160-179 atau 100-109 Derajat-3 > 180 atau .> 110 Hipertensi Terisolasi > 140 dan < 90
2.6 Kecelakaan Kerja Menurut UU No.1 Tahun 1970, kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan dapat menimbulkan kerugian baik korban manusia dan atau harta benda. Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan kerja pada perusahaan, di mana kecelakaan terjadi dikarenakan oleh pekerja itu sendiri atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. Kecelakaan kerja akan menimbulkan : kerusakan, kekacauan organisasi, kesedihan kelainan, cacat dan kematian. Kerugian kecelakaan dapat diukur dengan besa besar biaya yang dikeluarkan berupa biaya langsung dan tak langsung.
45
Biaya langsung adalah biaya pemberian pertolongan pertama pada kecelakaan, pengobatan, perawatan, biaya rumah sakit, biaya transport, gaji selama masa sakit, kompensasi cacat, biaya perbaikan alat-alat mesin dan atas kerusakan bahan. Biaya tak langsung meliputi segala sesuatu yang tak terlihat pada waktu atau beberapa waktu setelah kecelakaan kerja terjadi. Contoh : biaya berhentinya proses produksi oleh karena pekerja lain menolong peristiwa kecelakaan itu, biaya untuk mengganti posisi orang yang sedang menderita akibat kecelakaan dengan orang baru yang belum biasa bekerja di tempat itu dan lain-lain. Secara umum penyebab kecelakaan adalah : 1. tindakan perbuatan manu-sia yang tidak memenuhi keselamatan (unsafe human acts), 2. keadaan ling-kungan yang tidak aman (unsafe condition). Faktor manusia sangat dominan dalam kecelakaan kerja, seperti : perencana pabrik, kontraktor, pengusaha, para ahli, pembuat dan pemeliharaan mesin dan alat, pemimpin kelompok. Upaya untuk mencari sebab kecelakaann disebut analisa sebab kecelakaan, yang dilakukan dengan mengadakan penyelidikan terhadap peristiwa kecelakaan. Analisa ini tidak mudah karena sulit menentukan sebab kecelakaan. Kecelakaan harus secara jelas dan tepat diketahui, bagaimana dan mengapa terjadi. Kecelakaan diselidiki untuk : 1. menentukan siapa yang bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan, 2. mencegah terjadinya peristiwa serupa. Kecelakaan kerja dapat dicegah melalui : 1. Peraturan perundangan mewajibkan tentang kondisi kerja seperti : perencanaan, konstruksi, perawatan, pengawasan, pengujian dan cara kerja alat, tugas buruh/ pengusaha, latihan, supervisi medis, P3K dan pemeriksaan kesehatan.
46
2. Standarisasi. Penetapan standar resmi, misal mengenai konstruksi yang meme-nuhi syarat keselamatan, jenis peralatan industri tertentu, praktek-praktek keselamatan dan higene umum atau alat-alat perlindungan diri. 3. Pengawasan tentang dipatuhinya ketentuan perundangan yang diwajibkan 4. Penelitian teknik meliputi sifat dan ciri bahan berbahaya, pengujian alat pelindung diri, pencegahan peledakan gas atau penelahaan bahan dan dan disain untuk tambang, dan peralatan angkat lainnya. 5. Pendidikan dan kurikulum yang mendukung 6. Riset medis dan training, penggairahan, promosi kesehatan, dan asuransi 2.7 Produktivitas Kerja Pentingnya produktivitas bagi para manajer yaitu sebagai alat untuk memperbaiki profitabilitas. Bagi pekerja, produktivitas adalah alat untuk meningkatkan kompensasi prestasi kerja pekerja. Bagi pejabat pemerintah dan adminis-trator publik produktivitas akan menyeimbangkan budget dan kualitas pelayanan. Produktivitas ialah suatu ukuran kinerja seberapa baik sumberdaya produksi dimanfaatkan untuk mendapatkan hasil yang ingin dicapai oleh organisasi. Pengertian tersebut dapat dibagi atas dua bagian : a. Seperangkat hasil atau kinerja yang dicapai yaitu kemampuan mendapatkan hasil adalah ukuran tentang efektivitas pelaksanaan misi organisasi tanpa memperhatikan sisi input yang digunakan. b. Pemanfaatan sumber daya yaitu pemanfaatan sumber daya selalu terkait dengan pencapaian hasil. Sumber daya yang dimaksud dapat terseleksi dalam berbagai bentuk seperti kapasitas pabrik, tenaga kerja, material, energi, teknologi, supplies,
47
dan lain-lain. Berdasarkan kedua hal tersebut Mali (1978) menjelaskan hubungan antara produktivitas dengan efektivitas sebagai berikut : Output yang diperoleh Produktivitas
= Input yang dikonsumsi Kinerja yang dihasilkan =
Efektivitas =
Sumber daya yang digunakan
Efisiensi
Menurut EOEC, produktivitas dapat diukur berdasarkan masing-masing faktor input seperti tenaga kerja, material, capital, energi dan lain-lain. Berdasarkan hal ini, David mengemukakan tiga tipe dasar produktivitas :
1.Produktivitas Partial,
2.Produktivitas Total Faktor dan 3. Produktivitas Total. a. Produktivitas Parsial Produktivitas parsial ialah rasio antara output yang dihasilkan dan input yang digunakan. Produktivitas ini mengukur besar kontribusi satu unit input tertentu. terhadap output yang dihasilkan. Jumlah output dihasilkan 1. Produktivitas Tenaga Kerja = Jumlah tenaga kerja digunakan Jumlah output dihasilkan 2. Produktivitas Material
= Jumlah material digunakan Jumlah output dihasilkan
3. Produktivitas Kapital
= Nilai penyusutan kapital dioperasikan Jumlah output dihasilkan
4. Produktivitas Energi
= Jumlah energi digunakan
48
b. Produktivitas Total Faktor Produktivitas total faktor ialah rasio antara jumlah output yang dihasilkan dan jumlah seluruh tenaga kerja dan penyusutan modal (kapital) Jumlah net output dihasilkan Produktivitas Total Faktor = Jumlah input tenaga kerja + kapital c. Produktivitas Total Produktivitas total ialah rasio antara jumlah output dihasilkan dan jumlah keseluruhan input yang digunakan. Produktivitas ini mengukur berapa besar output dihasilkan untuk setiap unit input campuran menghasilkan output. Jumlah output yang dihasilkan Produktivitas Total = Jumlah seluruh input yang digunakan
2.7.1 Produktivitas Pada Berbagai Level Konsep produktivitas, hubungan ketergantungan dan pengaruhnya antar level organisasi (level nasional, level industri/sektoral, dan level perusahaan) perlu dipahami agar strategi perbaikan dan peningkatan dapat dilakukan lebih efektif. a. Produktivitas Level Nasional Menurut Rostas (1955), manfaat pengukuran produktivitas level nasional ialah estimasi produktivitas dapat digunakan untuk peramalan pendapatan nasional dan out put nasional pada berbagai ukuran tenaga kerja, pergeseran pekerjaan dan kebutuhan tenaga kerja. Produktivitas nasional adalah salah satu elemen dalam biaya tenaga kerja dapat digunakan dalam membandingkan daya saing dari berbagai industri pada situasi ekonomi nasional yang berbeda. Produktivitas merupakan suatu
49
faktor dalam distribusi produk industri menjadi bahan yang relevan untuk collective bargaining.
Produktivitas
merupakan
suatu
indeks
pertumbuhan
karena
perekonomian nasional akan memperlihatkan kemajuan jika mampu menghasil-kan lebih banyak output dari input semakin sedikit dan akan mempengaruhi upah. b. Produktivitas Level Industri (Sektoral) Produktivitas sektoral diukur dengan membagi GDP aktual dengan input masing-masing sektor dengan input tenaga kerja sektor bersangkutan. Manfaat pengukuran produktivitas sektoral ialah : 1. Indikator Ekonomi Pada setiap negara, pengukuran produktivitas sektoral berguna sebagai indika-tor ekonomi dalam melacak kinerja ekonomi. Karena produktivitas mengidentifikasi sektor unggul dan tidak unggul maka masalah potensial bisa diketahui. 2. Analisis Ketenaga Kerjaan Perubahan tingkat utilisasi ketenagakerjaan, projeksi ketenagakerjaan, pengembangan teknologi terkadap ketenagakerjaan pada pemekerjaan di sektor tertentu dapat dilakukan secara efektif apabila produktivitas sektoral telah diukur. 3. Analisis Kinerja Perusahaan Ukuran produktivitas dapat digunakan sebagai indikator dalam membandingkan kinerja suatu industri relatif terhadap kinerja industri lain. c. Produktivitas Antar Perusahaan Produktivitas antar perusahaan berkaitan dengan produktivitas perusahaan menurut kategori tertentu atau menurut skala usaha tertentu. Bernolak (1975) merumuskan beberapa manfaat pengukuran produktivitas :
50
1. Produktivitas yang tinggi menggambarkan profit yang tinggi. 2. Produktivitas tinggi umumnya diterjemahkan ke dalam pendapatan riil yang tinggi bagi karyawandan memberikan sosial benefit yang tinggi 3. Konsumen dapat menikmati harga beli yang lebih rendah Produktivitas kerja merupakan suatu hasil kerja dari seorang karyawan. Hasil kerja karyawan merupakan suatu proses bekerja dari seseorang dalam menghasilkan suatu barang atau jasa. Proses kerja karyawan merupakan kinerja karyawan. Produktivitas karyawan menurun dikarenakan kemungkinan adanya ketidak nyaman dalam bekerja, upah yang minim dan ketidak puasan. Kepuasan kerja yang bersifat individual tentang perasaan seseorang terhadap pekerjaannya. Menurut Luthans (1995) kepuasan kerja adalah ungkapan kepuasan karyawan tentang bagaimana pekerjaannya dapat memberikan manfaat bagi organisasi, berarti apa yang diperoleh dalam bekerja sudah memenuhi apa yang dianggap penting. Kepuasan kerja dianggap sebagai hasil pengalaman dalam hubungan dengan nilai sendiri seperti apa yang dikehendaki dari pekerjaannya. Menurut (Gibson, 2000), karakteristik mempengaruhi kepuasan kerja : a. Pekerjaan, sejauhmana kerja dianggap menarik dan memberikan kesempatan untuk belajar dan menerima tanggung jawab. b. Upah/gaji : jumlah yang diterima dan keadaan yang dirasakan dari terima upah c. Pengawasan kerja : kemampuan untuk membantu dan mendukung pekerjaan.
d. Kesempatan promosi yaitu keadaan kesempatan untuk maju. e. Rekan kerja yaitu sejauhmana rekan kerja bersahabat dan berkompeten.
51
Sumber daya manusia sebagai agent of change dalam proses pengembangan organisasi memerlukan keterampilan dan pengetahuan untuk produktivitas tinggi. Karyawan yang merupakan bagian dari organisasi perlu ditingkatkan produktivitasnya sebagai feed back dari perusahaan untuk tetap menjaga dan mengikat karyawan agar tetap bergabung dalam perusahaan tersebut. Produktivitas kerja adalah kinerja karyawan atau performance yang merupakan hasil suatu proses. Data tentang produktivitas kerja berupa performance appraisal, dikarenakan penilaian kerja merupakan faktor evaluasi peru-sahaan terhadap pekerja dan juga sebagai perwujudan peningkatan produktivitas. Dalam menilai performance appraisal sering mengalami kendala berupa penilaian kerja yang tidak sesuai dengan kinerja karyawan, pemberikan penilaian kerja sering mengikuti unsur subjektifitas, sehingga penilian kerja tinggi, namun kinerja dalam keseharian kerja cenderung rendah. Hal ini akan berdampak pada pengelolaan sumber daya manusia akan mengalami kesulitan dalam meningkatkan kinerja karyawan akan berdampak pada produktivitas kerja. Beberapa faktor yang dapat meningkatkan produktivitas kerja : gaji, lingkungan kerja, dan kesempatan berprestasi yang diharapkan mampu meningkatkan kemampuan dan keterampilan pekerja. Produktivitas kerja menurut Cascio (1998) adalah pengukuran output berupa barang atau jasa berhubungan dengan input yang berupa karyawan, modal, materi atau bahan baku dan peralatan. Produktivitas kerja adalah suatu ukuran hasil kerja atau kinerja seseorang dengan proses input sebagai masukan dan output sebagai keluaran merupakan indikator kinerja karyawan dalam menentukan bagaimana usaha
52
untuk mencapai produktivitas yang tinggi dalam suatu organisasi. Produktivitas kerja adalah performance appraisal yang merupakan suatu gambaran sistematis tentang individu atau kelompok yang berkaitan dengan kelebihan dan kekurangan dalam suatu pekerjaan sebagai bentuk evaluasi individu Faktor produktivitas kerja sangat tergantung pada time management, motivasi, kemampuan koordinasi sumber daya, kualitas kerja, level kesehatan yang dimiliki. 2.7.2 Strategi Produktivitas Kerja Melalui Tubuh yang Lebih Sehat dan Bugar 1. Konsumsikan Lebih Banyak Sayuran Dalam sayuran mengandung serat, vitamin, dan mineral alami. Serat membuat saluran pencernaan lebih sehat sehingga terhindar dari penum pukan racun akibat kotoran yang mengendap terlalu lama di dalam usus. Vitamin dan mineral sebagai zat protektif agar seluruh organ tubuh bekerja lebih baik. 2. Perhatikan Kualitas dan Kuantitas Istirahat Kuantitas istirahat standar per hari 7-8 jam sebaiknya diikuti kualitas tidur. 3. Berolahraga Hingga Berkeringat Berolahraga akan memperoleh kepuasan dan memicu relaksasi otot, tegang, memperlancar peredaran darah, pengiriman gizi makanan ke seluruh tubuh dan keotak melalui aliran darah lebih baik sehingga lebih mudah konsentrasi 2.7.3 Faktor-faktor Mempengaruhi Produktivitas Kerja Menurut Tarwaka (1991) terdapat 5 faktor mempengaruhi produktivitas kerja : 1. Motivasi : kekuatan pendorong kegiatan seseorang ke arah tujuan tertentu dan melibatkan segala kemampuan yang dimiliki untuk mencapainya.
53
2. Disiplin : sikap mental yang tercermin dalam tingkah laku perorangan, kelom- pok berupa kepatuhan terhadap peraturan, etika, norma dan kaidah. 3. Etos kerja : pandangan untuk menilai sejauh mana kita melakukan suatu pe-kerjaan dan berupaya mencapai hasil terbaik dalam setiap pekerjaan. 4. Ketrampilan teknis dan manajerial sangat menentukan tingkat produktivitas. 5. Pendidikan dikembangkan melalui jalur formal maupun informal. 2.8 Kapasitas Kerja Setiap individu mempunyai keterbatasan maksimum mengkonsumsi oksigen Semakin meningkat beban kerja, maka konsumsi oksigen akan meningkat secara proporsional sampai didapat kondisi maksimum. Beban kerja yang lebih tinggi tidak dapat dilaksanakan dalam kondisi aerobik, disebabkan oleh kandungan oksigen yang tidak mencukupi untuk suatu proses aerobik. Akibatnya manifestasi rasa lelah yang ditandai dengan meningkatnya kandungan asam laktat. Konsumsi oksigen diberi simbol VO2 dan diukur dalam satuan litr/menit. Dalam perancangan kerja diharapkan berada dibawah (VO2)max dari rata-rata populasi. Pada kenyataannya, kurang dari 50% (VO2)ma adalah nilai yang direko-mendasikan. Menurut Grandjean, 5,2 kcal/menit merupakan nilai yang direkomendasikan untuk suatu kondisi kerja berat yaitu kcal/menit dari energi kerja. Hal ini berdasarkan pada pekerja pria (diasumsi pekerja berat), dengan pengaturan energi kerja : 1. 20-30 tahun : dikalikan dengan 100% 2. 40
tahun : dikalikan dengan 96%
3. 50
tahun : dikalikan dengan 90%
54
4. 60
tahun : dikalikan dengan 80%
5. 65
tahun : dikailkan dengan 75%
Dengan catatan bahwa 5,2 kcal/menit = 5,2/4,8 = 1,08 lier per menit oksigen. Kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja merupakan tiga komponen utama dalam kesehatan kerja, dimana hubungan interaktif dan serasi antara ketiga komponen tersebut akan menghasilkan kesehatan yang baik dan optimal. 2.9 Beban Kerja Beban kerja meliputi beban kerja fisik dan mental. Akibat beban kerja yang terlalu berat atau kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat mengakibatkan seorang pekerja menderita gangguan atau penyakit akibat kerja. Kondisi lingkungan kerja (panas, bising, debu, zat-zat kimia) dapat merupakan beban tambahan terhadap pekerja. Beban-beban tambahan tersebut secara sendiri atau bersama dapat menimbulkan gangguan atau penyakit akibat kerja. Gangguan kesehatan pada pekerja dapat disebabkan oleh faktor yang berhubungan maupun yang tidak berhubungan dengan pekerjaan. Dengan demikian status kesehatan pekerja dipengaruhi tidak hanya oleh bahaya kesehatan di lingkungan kerja tetapi juga oleh faktor pelayanan kesehatan kerja, perilaku kerja serta faktor lainnya. Menurut Rodahl (1989), dan Manuaba (2000) hubungan antara beban kerja dan kapasitas kerja dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. 1. Beban Kerja Karena Faktor Eksternal Beban kerja eksternal adalah tugas itu sendiri, organisasi dan lingkungan kerja.
55
2. Beban Kerja Karena Faktor Internal Faktor internal beban kerja adalah faktor sebagai akibat adanya reaksi beban kerja eksternal, yang mana reaksi tubuh tersebut disebut strain. Berat ringan strain dapat dinilai : 1.secara objektif melalui perubahan reaksi psikologis dan perilaku, 2. secara subjektif melalui harapan, keinginan, dan kepuasan kerja. Secara ringkas faktor internal meliputi : a. Faktor somatis (jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, kondisi kesehatan, gizi). b. Faktor psikis (motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan, kepuasan). Menurut Astrand et al (1989) penilaian beban kerja fisik dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu metode penilaian langsung dan tidak langsung. Metode penilaian langsung yaitu mengukur energi yang dikeluarkan (energy expenditure) melalui asupan oksigen selama bekerja. Semakin berat beban kerja maka semakin banyak energi yang dikonsumsi. Meskipun metode dengan menggunakan asupan oksigen lebih akurat, namun hanya dapat mengukur waktu kerja yang singkat dan diperlukan peralatan yang mahal. Sedangkan metode pengukuran tidak langsung adalah dengan menghitung denyut nadi selama kerja. Menurut Christensen (1991) dan Grandjean (1993) pendekatan untuk mengetahui berat ringan beban kerja adalah dengan menghitung nadi kerja, konsumsi oksigen, kapasitas ventilasi paru dan suhu inti tubuh, pada batas tertentu mempunyai hubungan linier dengan konsumsi oksigen atau pekerjaan yang dilakukan. Konz (1996) mengemukakan bahwa denyut jantung adalah suatu alat estimasi laju metabolisme yang baik, kecuali dalam keadaan emosi dan vasodilatasi. Kategori berat ringan beban kerja didasarkan pada metabolisme, respirasi, suhu tubuh dan
56
denyut jantung menurut Christensen (1991) pada tabel 2.4. Berat ringan beban kerja dapat digunakan untuk menentukan berapa lama seorang dapat melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuan atau kapasitas kerja. Semakin berat beban kerja, maka semakin pendek waktu kerja seseorang bekerja tanpa kelelahan dan gangguan fisiologis yang berarti atau sebaliknya. Tabel 2.4 Kategori Beban Kerja Berdasarkan Metabolisme, Respirasi, Suhu Tubuh dan Denyut Jantung Kategori Beban Kerja Ringan Sedang Berat Sangat Berat Sangat Berat sekali
Konsumsi Oksigen 0,5-1,0 1,0-1,5 1,5-2,0 2,0-2,5 2,5-4,0
Ventilasi paru (l/min) 11-20 20-31 31-43 43-56 60-100
Suhu Rektal (0C) 37,5 37,5-38,0 38,0-38,5 38,5-39,0 >39,0
Denyut Jantung 75-100 100-125 125-150 150-175 >175
2.10 Kerangka Konsep Penelitian Shift kerja yang diterapkan oleh pihak manajemen PT X Labuhan Batu melalui suatu kebijakan yang berorientasi pada efisiensi, efektivitas dan produktivitas, pada gilirannya akan berpengaruh pada pekerja secara fisik dan mental dan akhirnya berdampak pada kelelahan. Sebagai konsekwensi dari penerapan 2 shift kerja, diduga tingkat kelelahan pekerja relatif tinggi. Dalam rangka melihat sejauh mana pengaruh shift kerja sebagai variabel bebas terhadap kelelahan sebagai variabel dependen , maka dibuat kerangka konsep penelitian dalam Gambar 2.5.
57
Variabel Confounding (pengganggu) Panjang Waktu tiap shift Sikap mental Aktivitas fisik Shift Kerja : - Pagi - Malam
Kelelahan
Variabel bebas (independent variable)
Rekomendasi
Variabel terikat (dependent variabel)
Gambar 2.5 Kerangka Konsep Penelitian
58
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian adalah penelitian survei analitik dengan pendekatan disain rancangan penelitian cross sectional. Rancangan cross sectional adalah penelitian yang memberikan uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin tanpa ada perlakuan (intervensi) terhadap objek yang diteliti. Dalam penelitian cross sectional dilaku-kan observasi atau pengukuran variabel pada satu saat tertentu dan mempelajari hubungan antara faktor resiko dengan efek, observasi atau pengukuran terhadap variabel bebas (faktor resiko) dan variabel tergantung (efek) dilakukan sekali dalam waktu yang bersamaan. Dari hasil pengukuran dapat diketahui jumlah subjek yang mengalami efek, baik pada kelompok subjek yang mempunyai faktor resiko, maupun pada kelompok tanpa faktor resiko. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive sampling (bertujuan), di mana PT. X merupakan salah satu badan usaha bergerak dibidang perkebunan dan industri pengolahan minyak kelapa sawit mentah (CPO) terletak di Kabupaten Labuhan Batu Provinsi Sumatera Utara. Lokasi yang dijadikan tempat pengambilan sampel terdiri dari tiga stasiun kerja: 1). Di Ketel uap pada pekerjaan pengisian bahan bakar, 2). Di Threser pada pekerjaan dorong lori, 3). Tempat penerimaan buah pada pekerjaan memasukkan Tandan Buah Segar ke loading ramp. 42
59
3.2.2 Waktu Penelitian Penelitian dimulai dari bulan September 2008 - Maret 2009 terdiri dari : studi pustaka, survei, menyiapkan proposal penelitian, uji kuesioner, kolokium, penelitian, analisis data, seminar hasil penelitian dan ujian komprehensif. 3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1 Populasi Penelitian (N) Populasi penelitian adalah seluruh pekerja shift PT X Labuhan Batu yang berjumlah 42 orang pershift. 3.3.2 Sampel Penelitian (n) Sampel penelitian ini adalah tenaga kerja yang bekerja di bagian Loading ramp (penerima buah sawit), Kamar Boiler dan Mesin Produksi. Kesemua sampel tersebut bekerja sebagai operator. Sampel penelitian adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi yang memenuhi kriteria pekerja shift pagi dan shift malam di Pabrik Kelapa Sawit PT. X. Sampel diambil secara acak dengan cara Simple Random Sampling dengan menggunakan teknik angka acak (random number). Penentuan besar sampel dapat dihitung dengan rumus Slovin :
n=
N 1 + Ne2
n=
42 1 + 42 (10 %) 2
= 30 orang
Keterangan : N : jumlah populasi n : jumlah sampel e : besar persentase kesalahan yang diizinkan
60
3.4 Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian terdiri dari 2 jenis yaitu : 1. Data sekunder Data ini diperoleh dari tinjauan literatur, hasil penelitian terdahulu, riwayat pekerjaan responden, pencatatan data informasi dari laporan perusahaan, yaitu : a. Data penggunaan alat pelindung diri yang disediakan oleh perusahaan untuk operator yakni : sepatu boot (safety shoes), safety helmet, sarung tangan (hand gloves), pelindung mata (eye protection), pakaian kerja (working cloth). b. Data kecelakaan kerja selama 2 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 3.1. Tabel 3.1 Data Kecelakaan Kerja PT. X Labuhan Batu No
Nama
Akibat
Kondisi Luka
Sumber
1
Mahmudin
2
Erikson Gultom
3
Alfonso Hutajulu Hendrianto Siagian Bina Pantun Nerwin Situmorang Victor Napitupulu Taman Andika Gomgom Siahaan
Cedera berat Cedera berat Cedera ringan Cedera berat Cedera ringan Mati
Putus jari tangan tengah dan manis Muka dan tangan Tersembur steam Kaki robek
Tertimpa Penutup besi Terkena steam rebusan Terpeleset di atas conveyor Tertimpa conveyor Terpeleset dari tangga Jatuh dari atap pabrik Jatuh dari atap incenerator Terkena katrol meleset Terkena Semburan
4 5 6 7 8 9
Cedera sedang Cedera berat Cedera berat
Kaki luka Tulang Kaki kiri patah Kepala robek Pendarahan Tangan, kaki dan pinggang terkilir Kepala bocor/ robek Muka, tangan kiri
Periode
Lokasi
Juni 2007 Desember 2007 Februari 2008 April 2008 Agustus 2008 September 2008 September 2008 September 2008 Oktober 2008
Man hole incenerator Stasiun Rebusan Mesin pressan Mesin breaker Stasiun Rebusan Loading Ramp Incenerator Mesin presan Stasiun Rebusan
2. Data primer diperoleh dengan melakukan : a. Pengukuran Dengan Menggunakan Alat 1. Pengukuran Waktu Reaksi (dalam satuan detik) terhadap responden shift dengan
61
menggunakan alat Whole Body Reaction Tester setiap 1 kali per 3 jam kerja selama satu shift kerja pada hari Senin, Rabu dan Jumat.. 2. Pengukuran Tekanan Darah dengan menggunakan alat tensi meter dan pengukuran denyut jantung dengan rabaan jari terhadap pekerja shift pada hari senin, rabu dan jumat. Data ini dimaksud untuk memperoleh gambaran gejala stres yang dianggap sebagai salah satu akibat dari kelelahan kerja. b. Pengukuran Dengan Menggunakan Kuesioner 1. Uji Validitas Pengukuran stres fisik dan stres mental dengan menggunakan kuesioner. Sebelum kuesioner ini digunakan, maka dilakukan uji validitas dan reliabilitas terlebih dahulu terhadap item pertanyaan yang ada dalam kuesioner yang disebut kuesioner uji coba. Uji Validitas digunakan untuk mengukur valid tidaknya suatu kuesioner. Pada kuesioner responden diminta untuk memberikan jawaban ya diberi (bobot 1) atau tidak diberi (bobot nol) atas sejumlah pertanyaan. Dari hasil pembobotan dilakukan distribusi skoring dengan kriteria sebagai berikut : a. Distribusi skoring untuk Uji Stres fisik : 1. Sehat
: skor 0
2. Stres fisik ringan : skor 1-8
3. Stres fisik sedang
: skor 9-16
4. Stres fisik berat
: skor 17-25
b. Distribusi skoring untuk Uji Stres Mental : 1. Sehat
: skor 0
2. Stres mental ringan : skor 1-6
3. Stres mental sedang : skor 7-12 4. Stres mental berat
: skor 13-17
Contoh kuesioner uji stres fisk dan mental dapat dilihat pada lampiran 1 dan 2
62
Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner tersebut mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Untuk mengukur validitas dilakukan dengan menghitung korelasi bivariat antara masingmasing skor indikator dengan total skor konstruk dengan program SPSS. 2. Uji Reliabilitas Uji Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel. Suatu kuesioner reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Pengukuran reliabilitas dilakukan dengan pengukuran sekali saja.Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika nilai croanbach Alfa>0,60. 3.4.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Uji Coba Stres Fisik Uji Validitas dan Reabilitas dilakukan dengan Uji Alfa Cronbach yaitu untuk melihat apakah semua item yang dipertanyakan dalam kuesioner sudah sesuai (valid) dan realibel. Jika terdapat item pertanyaan tidak valid dan realibel, maka pertanyaan tersebut dibuang. Hasil uji coba kuesioner Stres Fisik terdapat pada tabel 3.2 dan stres mental terdapat pada tabel 3.3 Uji Validitas dan Reabilitas dilakukan dengan menghitung korelasi skor penilaian seluruh responden pada setiap item dengan skor total seluruh item. Perhitungan dilakukan dengan memakai program software SPSS. Data dikatakan valid jika nilai Corrected Item Total Correlation lebih besar dari nilai kritis yang diperoleh dari tabel. Jumlah sampel yang diuji sebanyak (n=38). Derajat kebebasan = n-2 = 38 - 2 = 36 pada α = 5%., r tabel = 0,329. Jika nilai r setiap atribut > dari nilai r
63
tabel, maka atribut tersebut dikatakan valid, berarti responden dalam menilai kriteria variabel tidak mengalami bias dalam memahami isi kuesioner, sehingga persepsi terhadap kuesioner tidak berbeda Tabel 3.2 Hasil Uji Coba Kuesioner pada Uji Stres Fisik No Pernyataan Nilai r (korelasi) 1 Sering menderita sakit kepala sebelah (migraine) 0,429* 2 Sering merasa letih atau lelah 0,638* 3 Tidur gelisah 0,416* 4 Bila bangun mengalami kesulitan utk tidur kembali 0,330* 5 Sering menderita pembengkakan tenggorokan/sakit -0,016 6 Jarang berolahraga -0,330 7 Menggerinding gigi/melagakan gigi -0,235 8 Sering mengisap jempol -0,069 9 Konsumsi alkohol dan tembakau meningkat -0,069 10 Kadang-kadang menderita jantung berdebar-debar 0,322 11 Memperlihatkan tanda kesulitan tidur 0,343* 12 Sering merasa panas dingin atau flu 0,497* 13 Minum lebih dari 4 gelas teh atau kopi sehari 0,246 14 Tekanan darah meninggi -0,068 15 Sering menyadari ketegangan dalam diri 0,641 16 Anda gemuk -0,072 17 Mengisap rokok lebih drai 10 batang per hari 0,446* 18 Menderita nyeri dada 0,572* 19 Mengalami ketegangan secara rutin di bagian 0,334* 20 Mengalami diare pada waktu-waktu tertentu 0,683* 21 Menderita sakit kepala (pening) ringan ataupun 0,591* 22 Timbul bercak merah/gatal-gatal pada kulit -0,165 23 Sering minum pil tidur/penenang -0,165 24 Tangan sering berkeringat 0,043 25 Meminum obat menambah semangat/ingatan 0,556* Signifikan untuk taraf 5% angka kritik tabel (n= 36) = 0,329 r Total : angka realibilitas keseluruhan pernyataan pengukuran 2 (r.π)/ l + r. π r.π : angka korelasi belahan pertama dan kedua pernyataan yang
signifikan
: 0,442* (hasil perhitungan dan * signifikan untuk taraf 5% angka kritik tabel n =38 yaitu 0,329).
64
Maka nilai reliabilitas keseluruhan pernyataan adalah r total = 2 (0,447)/1 + 0,442 = 0,613. Karena nilai reliabilitas keseluruhan pernyataan pengukuran (0,613) yakni di atas angka r.π (0,442), maka secara keseluruhan kuesioner reliabel. 3.4.2 Hasil Uji Validitas Kuesioner Uji Coba Stres Mental Tabel 3.3 Hasil Uji Coba Kuesioner Uji Stres Mental Nilai r (korelasi) No Pernyataan 1 Sikap mental secara umum negatif 0,473* 2 Anda mudah bingung 0,512* 3 Menderita lemah mental 0,374* 4 Jarang membaca buku yang berhubungan 0,304 5 Tidak mengalami relaksasi intelektual 0,054 6 Jarang mengembangkan ide-ide baru 0,390* 7 Membuat pernyataan-pernyataan negatif 0,370* 8 Sukar berkonsentrasi 0,450* 9 Jarang membaca sesuatu yang lain selain surat 0,230 10 Tidak memiliki hoby apapun 0,321 11 Jarang mengungkapkan perasaan anda melalui 0,696* 12 Sering gagal mengatasi masalah-masalah 0,347 13 Pikiran sering kacau 0,128 14 Jarang menerapkan inovasi ke dalam 0,714* 15 Anda tidak mengetahui nama perwakilan 0,552* 16 Anda malas menghadiri seminar-seminar atau 0,332* 17 Sering menderita keterlupaan/pelupa 0,417* Signifikan untuk taraf 5% angka kritik tabel (n= 38) = 0,32 3.4.3 Hasil Uji Reliabilitas Terhadap Kuesioner Pengukuran Stres Mental r Total : angka realibilitas keseluruhan pernyataan pengukuran = 2 (r.π)/l + r. π r.π : angka korelasi belahan pertama dan kedua pernyataan yang signifikan : 0,447* (hasil perhitungan dan * signifikan untuk taraf 5% angka kritik tabel (n=38) yaitu 0,329). Maka nilai reliabilitas keseluruhan pernyataan : r total = 2 (0,447)/1 + 0,447 = 0,617.
65
Karena nilai reliabilitas keseluruhan pernyataan pengukuran (0,617) yakni di atas angka r.π (0,447), maka secara keseluruhan alat ukur (kuesioner) yang diguna kan cukup realible atau cukup dapat dipercaya (diandalkan). 3.4.4 Prinsip Kerja Alat Ukur Kelelahan Whole Body Reaction Tester Prinsip kerja alat Whole Body Reaction Tester Model YB-1000 adalah mengukur gerakan lambat, cepat dan reaksinya dengan mengukur waktu respon dari keseluruhan tubuh/tangan terhadap cahaya dan suara. Penghitung digital menggunakan elemen kristal osilasi dari 1 mili detik - 9,999 detik, kotak respon dan lapik. Waktu reaksi terhadap respon yaitu suatu pengukuran reaksi seluruh tubuh terhadap respon suara yang muncul dengan pengukuran waktu yang digunakan dan waktu hitung dalam reaksi meninggalkan lapik alat respon bila mendengar suara. a. Struktur Alat Whole Body Reaction Tester Terdiri Dari : 1. Unit utama : display dan menu pengukuran 2. Kotak respon : untuk mengukur waktu respons tangan 3. Lapik reaksi : untuk mengukur waktu reaksi seluruh tubuh 4. Stimulator : cahaya , suara dan warna 3 jenis (merah, hijau, kuning) 5. Kabel penghubung : unit utama untuk stimulasi dan kotak respons 1buah. b. Spesifikasi Alat 1. Unit Utama Batas pengukuran : 1/1, 1/10, 1/100, 1/1000 detik dengan 4 variabel. Pemilihan warna stimulasi : pemilihan untuk warna merah, biru dan kuning. Pemilihan suara stimulasi : pemilihan untuk 100 Hz, 500 Hz, 1 KHz.
66
Display : 4 digit LED, 7 bagian (merah). Dan penyetel “0” manual. Sumber daya energi : AC 100 V 50/60 Hz, 10 W. Ukuran : 38 cm (lebar) x 33 cm (kedalaman) x 17 cm (tinggi). 2. Belakang Panel Outlet untuk tombol respon : bila menghubungkan dengan waktu, unit waktu pengukuran dan bila dihubungkan dengan pengukuran per pulse. Tombol waktu/hitung pada depan panel perlu juga disesuaikan. Outlet stimulator : untuk dihubungkan dengan stimulator. Output data : terminal untuk printer digital. Sekering : 2 A tube gelas dan Kabel power dihubungkan ke AC 100 Volt. c. Pengukuran Waktu Reaksi Untuk Keseluruhan Tubuh 1. Hubungkan wayar lapik ke ”waktu” terminal tombol reaksi belakang unit. 2. Hubungkan stimulator dengan terminal (inlet) belakang unit dengan wayar. 3. Tentukan tahapan waktu di depan panel unit utama dengan wayar yang tersedia. 4. Pilih salah satu dari tombol pilihan ”stimulasi” dan tekan tombol 5. Tempatkan yang diuji berdiri pada lapik menghadap stimulator. 6. Tekan tombol mulai. Cahaya atau suara dapat dibuat dengan pemilihan dan jam akan bekerja secara simultan dan menunjukkan waktu. 7. Instruksikan ke subjek uji untuk meloncat secara vertikal di lapik reaksi segera mungkin bila ada tanda simultan. 8. Sesaat kaki subjek uji meninggalkan lapik reaksi, jam akan berhenti dan menunjukkan waktu berlalu. 9. Ulangi pengujian 3 kali dan catat angka rata-rata dalam menit dan detik.
67
d. Pengukuran Waktu Reaksi Sederhana 1. Hubungkan kotak respon ke tombol reaksi (waktu) belakang unit dengan wayar 2. Pilih 1/1000 detik untuk tahapan waktu dan putar warna merah tombol stimulasi Instruksikan subjek uji untuk menekan tombol merah kotak respon segera mungkin bila tanda stimulasi digunakan. 3. Dudukan subjek uji di depan kotak respons menghadap stimulator, tekan tombol mulai 3 ke 5 detik sesudah tanda ”mulai” ada. 4. Waktu berlalu (elapse time) adalah dimulai dari subjek uji menekan tombol mulai hingga subjek uji menekan tombol, reaksi pada tanda stimulasi. 5. Catat angka rata-rata pengujian 5-10 kali. e. Pengukuran Pemulihan Waktu Respon 1. Instruksikan subjek uji menekan tombol warna yang sama segera mungkin 2. Apabila subjek uji menekan tombol yang berbeda dari tanda stimulasi, jam tidak akan berhenti hingga subjek uji menekan tombol secara benar. 3.5 Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1. Variabel yang Diamati 1. Variabel Bebas (Independent Variable) : X Variabel Bebas (resiko) : variabel yang sengaja dipelajari pengaruhnya terhadap variabel tergantung. Yang termasuk variabel bebas dalam penelitian ini yaitu : pengaruh shift kerja pagi dan malam yang dilakukan pada responden. 2. Variabel Tergantung (Dependent Variable) : Y Variabel Tergantung (efek) : variabel yang menjadi fokus penelitian merupakan akibat dari variabel lain : kelelahan, stres, tekanan darah dan denyut nadi.
68
3.5.2 Definisi Operasional 1. Shift kerja adalah pola waktu kerja yang diterapkan pada pekerja khusus di bagian proses pengolahan di PT. X Labuhan Batu terdiri dari shift kerja pagi dan malam. 2. Shift Pagi adalah pola waktu kerja untuk pekerja dimulai dari jam 7.00 - 19.00 untuk hari Senin-Sabtu dan hari Minggu dimulai jam 7.00-15.00. 3. Shift Malam adalah pola waktu kerja untuk pekerja dimulai dari jam 19.00-07.00 untuk hari Senin-Sabtu dan hari minggu dimulai dari jam 15.00-23.00. 4. Stres adalah pengaruh yang ditimbulkan dari penerapan shift kerja (pagi dan malam) berupa keadaan stres yang dialami tenaga kerja yang dapat dilihat dari hasil pengujian yang dilakukan berupa Uji Stres Fisik dan Uji Stres Mental. 5. Pengukuran Stres Fisik dan Stres Mental : pengukuran yang dilakukan terhadap keluhan pekerja baik Stres Fisik maupun Stres Mental dengan kuesioner. 6. Pengukuran Waktu Reaksi dilakukan untuk melihat tingkat kelelahan yang dirasakan akibat aktivitas shift kerja dengan menggunakan stimuli suara. 7. Pengukuran Tekanan Darah : pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan Tensi Meter kategori sistolik (batas atas) dan diastolik (batas bawah) 8. Pengukuran Denyut Nadi : pengukuran yang dilakukan terhadap denyut nadi pekerja dengan menggunakan Rabaan Jari Tangan. Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-100 kali permentit. 9. Waktu reaksi : waktu untuk membuat suatu respon yang spesifik saat suatu stimuli terjadi. 10.Produktivitas tenaga kerja : rasio dari jumlah keluaran yang dihasilkan per total jam kerja (man hours). tenaga kerja
69
3.6. Metode Pengukuran Pelaksanaan penelitian dilakukan berdasarkan rancangan gambar 6, di mana masing-masing pengukuran dilakukan terhadap responden shift sebanyak 3 kali. Perlakuan terhadap responden untuk setiap shift kerja dilakukan pada kelompok yang sama dan bukan pada kelompok yang berbeda agar lebih mudah dalam melakukan pengamatan dan pengukuran serta menghindari terjadinya data yang bias. Dalam hal ini pengukuran dilakukan pada responden shift pagi dan malam pada orang yang sama, di mana kelompok A bekerja pada shift pagi minggu pertama, dan kelompok A bekerja pada shift malam minggu kedua. Shift Kerja
Shift Pagi
Shift Malam
Shift Pagi
Pengukuran dengan kuesioner selama 1 shift selama 3 hari
Pengukuran dengan alat setiap 3 jam selama 1 shift dalam 3 hari Alat Whole Body
Reaction Tester
Tensi Meter
Rabaan Jari
Waktu Reaksi
Tekanan darah
Denyut nadi
Uji Statitik Uji t
Uji Statistik Uji t
Uji Statistik Uji t
Shift Malam
Kuesioner Uji Stress Fisik Stres Fisik
Uji Statistik Uji chi kuadrat
Rekomendasi
Gambar 3.1 Rancangan Penelitian
Kuesioner Uji Stres Mental Stres Mental
Uji Statistik Uji Chi kuadrat
70
3.7 Metode Analisis Data Data Sekunder dan Primer yang telah dikumpulkan dalam penelitian dianalisis dengan menggunakan metode analisis statistik sebagai berikut : a. Hasil pengukuran waktu reaksi pekerja terhadap suara dari alat Whole Body Reaction Tester di analisis dengan menggunakan perhitungan statistik angka ratarata kuantitatif (nilai mean) dan estimasi interval rata-rata untuk mengetahui tingkat kelelahan dengan tingkat kepercayaan 95% atau α = 0,05. Data hasil uji tersebut dianalisis dengan menggunakan Uji t berpasangan karena datanya yakni data numerik. Uji t berpasangan ( t paired test) : t test Nilai rata-rata (nilai mean) :
d
=
Sd n
X =∑ i =1
Interval rata-rata sampel :
/
n
Xi n
X − Zα / 2 S / n < μ < X + Zα / 2 S n
n ⎛ ⎞ ⎜ Sd = ∑ ( Xi − X ⎟ Standar deviasi sampel : ⎜ n − 1 ⎟⎠ i =1 ⎝ b. Uji Stres Fisik dan Mental dilakukan dengan menggunakan Uji Chi square (data
(Oi − Ei ) 2 Ei i =1 c. Untuk melihat perbedaan dan pengaruh tekanan darah dan denyut nadi akibat shift kategorik/skala nominal) :
k
X2 =∑
kerja terhadap kelelahan dianalisis dengan Uji Statistik t-test.
71
BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan Pabrik Kelapa Sawit PT. X Labuhan Batu adalah salah satu perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri memproduksi minyak mentah kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO) dengan menggunakan bahan baku Tandan Buah Sawit (TBS) dimulai sejak tahun 1992 berada di Kecamatan Aek Kuo Kabupaten Labuhan Batu. Dalam kegiatan proses produksi, perusahaan menggunakan mesin otomatis dan manual. Perusahaan selain menghasilkan CPO, juga inti sawit dan cangkang yang mana sebagian cangkang nya dibakar untuk energi di Boiler dan sebagian dijual. Secara umum proses produksi CPO di PT. X Labuhan Batu terdiri dari beberapa bagian : penimbangan Tandan Buah Segar (TBS) kemudian dibawah ke Loading Ram selanjutnya dipindahkan ke lori melalui Transfer Troly dimasukkan kedalam mesin Sterilizer (perebusan). Setelah mengalami proses di Steriliser, dengan menggunakan Hoist Crane selanjutnya dimasukan kedalam Threshing yang menghasilkan brondolan. Selanjutnya dengan alat Digester dibawah ke alat Screw Press yang akan menghasilkan Crude Oil, Fiber dan Nut. Kemudian Crude Oil diolah melalui beberapa proses yaitu melalui Oil Vibro Screen dialirkan kedalam Crude Oil Tank lalu dialirkan lagi ke CST Vertical yang akan menghasilkan Oil dan Sludge, di mana Oil akan dialirkan ke Clean Tank yang selanjutnya dengan melalui beberapa proses lagi akan menjadi CPO. Kapasitas mesin produksi CPO rata-rata 60 ton/jam. Tahapan proses pembuatan Crude Palm Oil terdapat pada flowchart gambar 4.1. 55
72
Condensate
TBS
Loading Ramp
Penimbangan
Transfer Trolly
Lori
Striliser
Final Effluent
Hoist Crane ESTATE Threshing Fibre + Nut
Screw Press
Crud Oil
Nut
Fibre
Digester
Screw Press
Oil Vibro
Screen
Ripple Mill
brondolan
Crude Oil Tank
Clean tank
Boiler
Janjang kosong
CST Vertikal Oil
Sludge Sludge Tank
Shell
Oil Purifier
Kernell + shell LTDS
Claybath Vacum Dryer Kernel
Sludge vibro screen
Kernel Oil storage
Shell Kernel Silo
Kernel Bulk
Buffer Tank Sludge Centrifuge
Light Phase Heavy Phase
Gambar 4.1 Flow Chart Proses Produksi CPO dan Kernel
73
4.2 Karakteristik Tenaga Kerja Karakteristik tenaga kerja yang dibahas adalah karakteristik responden yang dijadikan sampel yang terdiri dari umur, tingkat pendidikan, masa kerja dan status perkawinan, dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Karakteristik Responden Pabrik Kelapa Sawit PT. X Labuhan Batu Jumlah Persentase No Karakteristik Tenaga Kerja (orang) (%) 1 Umur a. 20-30 tahun 10 33,3
2
3
4
b. 31-40 tahun
19
63,3
c. 41-50 tahun
1
3,3
Jumlah Pendidikan a. SD
30
100
-
-
b. SMP
5
13,2
c. SMA
25
86,8
Jumlah Masa Kerja a. 1-5 tahun
30
100
12
39,5
b. 6-10 tahun
13
47,4
c. 11-15 tahun
5
13,2
Jumlah Status Perkawinan a. Kawin
30
100
29
97,4
b. Tidak kawin
1
2,6
c. Cerai
-
-
Jumlah
30
100
74
4.3 Hasil Pengukuran 4.3.1 Waktu Reaksi Pengukuran Waktu Reaksi dilakukan dengan menggunakan alat Whole Body Reaction Tester terhadap 30 orang responden per shift pada setiap 3 jam yang dimulai dari jam 9.00, 12.00, 15.00 dan 18.00 untuk shift pagi dan untuk shift malam dimulai dari jam 21.00, 24.00, 3.00 dan 6.00 masing-masing selama 3 hari (Senin, Rabu dan Jumat). Rekapitulasi rata-rata hasil Pengukuran Waktu Reaksi tubuh responden Shift Pagi dan Malam dapat dilihat pada tabel 4.2. Untuk menentukan seberapa besar tingkat kelelahan responden akibat shift kerja pagi dan malam dilakukan perhitungan statistik dengan menggunakan angka rata-rata kuantitatif (nilai mean) dan estimasi interval rata-rata dengan tingkat kepercayaan 95% atau α = 0,05. Dari tabel 4.2 tampak bahwa rata-rata waktu reaksi shift pagi adalah 0,97 detik dengan standar deviasi 0,159 detik. Pada shift malam didapat rata-rata waktu reaksi adalah 1,18 detik dengan standar deviasi 0,176 detik. Nilai rata-rata perbedaan antara waktu reaksi shift pagi dan shift malam adalah sebesar 1,004 detik. Interval selang waktu reaksi shift pagi 0, 921 < µ <1.02 dan shift malam 1.126 < µ <1.234. Kelelahan yang dimaksud dalam penelitian ini dilihat dari waktu reaksi responden (operator) terhadap suara yang diberikan untuk meresponinya. Semakin lambat seorang responden (operator) merespon suara yang diberikan, maka dapat dikatakan bahwa operator tersebut mengalami kelelahan. Semakin lelah seseorang, maka angka kecepatan waktu reaksi (responnya) semakin besar.
75
Tabel 4.2 Rerata Waktu Reaksi Responden Pabrik Kelapa Sawit PT. X Labuhan Batu Responden Operator
Shift Pagi (detik)
Shift Malam (detik)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Total
1.34 1.09 1.12 1.00 1.07 0.92 0.83 0.87 0.82 0.87 1.21 1.07 0.84 1.13 0.94 0.76 1.20 1.14 0.96 1.13 1.06 0.69 0.73 0.84 0.95 0.95 0.94 0.89 0.74 0.88
1.52 1.41 1.22 1.15 1.63 1.09 0.98 1.03 1.02 1.09 1.36 1.46 1.04 1.30 1.10 0.97 1.33 1.22 1.16 0.88 1.21 1.25 0.99 1.04 1.23 1.29 1.14 1.08 1.21 1.02
28.98 0.97 0,159
35.42 1.18 0,176
0.921 < µ <1.02
1.126 < µ <1.234
X Sd Interval terhadap kelelahan α =0,05
d'
d'2
-0.18 -0.32 -0.10 -0.15 -0.57 -0.17 -0.15 -0.16 -0.20 -0.22 -0.15 -0.38 -0.20 -0.17 -0.16 -0.21
0.0324 0.1024 0.01 0.0225 0.3249 0.0289 0.0225 0.0256 0.04 0.0484 0.0225 0.1444 0.04 0.0289 0.0256 0.0441
-0.12
0.0144
-0.08 -0.20 0.25 -0.15 -0.56 -0.26 -0.20 -0.27 -0.34 -0.20 -0.19 -0.47 -0.14 -6,92
0.0064 0.04 0.0625 0.0225 0.3136 0.0676 0.04 0.0729 0.1156 0.04 0.0361 0.2209 0.0196 2,0352
-0.23
0.07
76
4.3.2 Tekanan Darah Sistolik Pengukuran Tekanan Darah Sistol dilakukan dengan menggunakan Tensi Meter terhadap 30 orang responden PT. X Labuhan Batu per shift pada setiap 3 jam yang dimulai dari jam 9.00, 12.00, 15.00 dan 18.00 untuk shift pagi dan untuk shift malam dimulai dari jam 21.00, 24.00, 3.00 dan 6.00 masing-masing selama 3 hari (Senin, Rabu dan Jumat). Rekapitulasi rata-rata hasil Pengukuran Tekanan Darah Sistol responden shift PT. X Labuhan Batu dapat dilihat pada tabel 4.3. Untuk menentukan seberapa besar tingkat kelelahan akibat Shift Pagi dan Malam dilakukan perhitungan statistik dengan menggunakan angka rata-rata kuantitatif (nilai mean) dan estimasi interval rata-rata dengan tingkat kepercayaan 95% atau α = 0,05. Hasil pengukuran Tekanan Darah (Sistol) yang dilakukan terhadap 30 orang responden Pabrik Kelapa Sawit PT. X Labuhan Batu memberikan gambaran bahwa baik pada shift I (pagi) dan shift II (malam) memiliki nilai rata-rata sedikit berbeda yaitu pada shift pagi (I) sebesar 119,22 mm Hg (Sd = 6,67) dan shift II (malam) sebesar 127,61 mm Hg (Sd =1,92). Interval selang Tekanan Darah Sistol terhadap kelelahan untuk shift pagi adalah 117,15 mm Hg < µ <121,29 mm Hg dan untuk shift malam sebesar 127,01 mm Hg <µ<128,20 mm Hg. Kondisi ini dapat dilihat pada tabel 4.3.
77
Tabel 4.3 Rerata Tekanan Darah Sistol Responden Pabrik Kelapa Sawit PT. X Labuhan Batu Operator
Shift Pagi (mm Hg)
Shift Malam (mm Hg)
d'
d'2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Total
116.25 114.58 125.42 113.33 106.67 127.50 120.00 124.17 128.33 116.25 114.58 125.42 113.33 106.67 127.50 120.00 124.17 128.33 116.25 114.58 125.42 113.33 106.67 127.5 120.00 120.83 124.17 116.25 114.58 124.58
127.92 126.67 129.17 125.83 124.58 129.17 126.67 127.08 130.42 127.50 127.08 128.33 126.25 123.33 129.58 125.42 130.00 130.00 128.75 128.33 130.00 128.33 125.00 131.25 125.42 128.75 127.08 125.83 127.92 126.67
-11.67 -12.09 -3.75 -12.50 -17.92 -1.67 -6.67 -2.92 -2.08 -11.25 -12.50 -2.92 -12.92 -16.67 -2.08 -5.42 -5.83 -1.67 -12.50 -13.75 -4.58 -15.00 -18.33 -3.75 -5.42 5 42 -7,92 7 92 -2,92 2 92 -9,58 9 58 -13.33 13 33 -2.08
136.11 146.01 14.06 156.25 321.01 321 01 2.78 44.44 8.51 4.34 126.56 156.25 8.51 166.84 277.78 4.34 29.34 34.03 2.78 156.25 189.06 21.01 225.00 336.11 14.06 29.34 62.67 8.51 91.84 177.78 4.34
X Sd
3576,66 119,22 6,67
3828,33 127,61 1,92
-200,02 6,67
2634,9 87,83
Interval terhadap Kelelahan α = 0,05
117,15 < µ <121,29
127,01 <µ<128,20
78
4.3.3 Tekanan Darah Diastol Pengukuran Tekanan Darah Diastol dilakukan dengan menggunakan Tensi Meter terhadap 30 orang responden per shift pada setiap 3 jam yang dimulai dari jam 9.00, 12.00, 15.00 dan 18.00 untuk shift pagi dan untuk shift malam dimulai dari jam 21.00, 24.00, 3.00 dan 6.00 masing-masing selama 3 hari (Senin, Rabu dan Jumat). Rekapitulasi rata-rata hasil Pengukuran Tekanan Darah Diastol responden shift dapat dilihat pada tabel 4.4. Untuk menentukan seberapa besar tingkat kelelahan akibat shift kerja pagi dan malam dilakukan perhitungan statistik dengan menggunakan angka rata-rata kuantitatif (nilai mean) dan estimasi interval rata-rata dengan tingkat kepercayaan 95% atau α = 0,05. Hasil pengukuran Tekanan Darah Diastol yang dilakukan terhadap 30 orang responden Pabrik Kelapa Sawit PT. X Labuhan Batu memberikan gambaran bahwa baik pada shift I (pagi) dan shift II (malam) memiliki nilai rata-rata sedikit berbeda yaitu pada shift pagi (I) sebesar 77,44 mm Hg (Sd = 3,69) dan shift II (malam) sebesar 82,16 mm Hg (Sd = 3,03). Interval selang Tekanan Darah Diastol terhadap kelelahan untuk shift pagi adalah sebesar 76,3 mm Hg < µ < 78,58 mm Hg dan untuk shift malam sebesar 81,22 < µ < 83,1 mm Hg. Kondisi ini dapat dilihat pada tabel 4.4.
79
Tabel 4.4 Rerata Tekanan Darah Diastol Responden Pabrik Kelapa Sawit PT. X Labuhan Batu Responden Operator 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Total
Shift Pagi (mm Hg) 78.33 75.00 75.42 77.50 73.75 82.92 82.92 82.92 82.92 74.58 76.67 74.17 76.25 82.08 75.42 75.00 78.75 81.25 76.25 81.25 75.42 74.58 75.83 69.58 84.17 75.42 73.33 79.17 73.33 79.17
Shift Malam (mm Hg) 83.75 79.58 85.42 81.25 83.33 86.25 84.17 84.58 83.75 79.17 82.92 80.00 82.50 83.33 84.17 85.00 79.17 87.50 82.50 84.58 85.00 80.00 76.25 82.50 83.33 82.50 75.42 80.42 75.42 81.25
Sd
2323,35 77.44 3,69
2465,01 82.16 3,03
Interval terhadap Kelelahan α = 0,05
76,3 < µ < 78,58
81,22 < µ < 83,1
X
d'
d'2
-5.42 -4.58 -10.00 -3.75 -9.58 -3.33 -1.25 -1.67 -0.83 -4.58
29.34 21.01 100.00 14.06 91.84 11.11 1.56 2.78 0.69 21.01
-6.25
39.06
5 83 -5.83 -6.25 -1.25 -8.75 -10.00 -0.42 -6.25 -6.25 -3.33 -9.58 -5.42 -0.42 -12.92 0.83 -7.08 -2.08 -1.25 -2.08 -2.08 -141,65 - 4,72
34.03 39.06 1.56 76.56 100.00 0.17 39.06 39.06 11.11 91.84 29.34 0.17 166.84 0.69 50.17 4.34 1.56 4.34 4.34 1026,7 34,22
80
4.3.4 Denyut Nadi Pengukuran Denyut Nadi dilakukan dengan menggunakan rabaan jari tangan terhadap 30 orang responden pada setiap 3 jam dalam 1 shift yang dimulai dari jam 9.00, 12.00, 15.00 dan 18.00 untuk shift pagi dan untuk shift malam dimulai dari jam 21.00, 24.00, 3.00 dan 6.00 masing-masing selama 3 hari (Senin, Rabu dan Jumat). Pengukuran Denyut Nadi responden Pabrik Kelapa Sawit PT. X Labuhan Batu memberikan hasil bahwa pada shift pagi memiliki nilai rata-rata sebesar 73,93 kali (Sd = 2,15) dan pada shift malam nilai rata-ratanya sebesar 76,18 kali (Sd = 2,56). Interval selang Denyut Nadi terhadap kelelahan untuk shift pagi adalah sebesar 73,26 kali < µ < 74,60 kali dan untuk shift malam sebesar 75,38 kali < µ < 76,97 kali. Kondisi ini dapat dilihat pada tabel 4.5. Pada shift malam menunjukkan terjadinya peningkatan denyut nadi sebesar 2,28 (2,98%) dari shift pagi. Jantung merupakan alat yang sangat penting bagi pekerja. Alat tersebut merupakan pompa darah kepada otot, sehingga zat yang diperlukan dapat diberikan kepada dan zat-zat sampah dapat diambil dari otot. Jantung bekerja diluar kemampuan dan memiliki kemampuan secara khusus. Alat ini memompa darah arteri ke jaringan, termasuk otot, dan darah vena ke paru-paru. Suatu denyut jantung merupakan suatu volume denyutan (stroke volume) darah arteri.
81
Tabel 4.5 Rerata Denyut Nadi Responden Pabrik Kelapa Sawit PT. X LabuhanBatu Responden Operator
Shift Pagi (kali)
Shift Malam (kali)
d'
d'2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Total
75.67 75.50 74.25 77.67 72.75 74.33 73.33 72.83 73.75 72.00 73.75 72.17 74.08 74.08 73.42 75.58 71.17 71.92 72.75 72.83 73.67 73.75 77.08 71.42 81.75 72.58 73.00 73.00 75.83 72.25
76.50 77.50 72.42 79.00 74.58 78.50 74.08 75.08 73.83 74.33 78.67 73.67 75.17 77.92 75.00 77.67 72.83 78.75 74.08 79.58 75.00 78.17 80.08 79.50 81.58 76.17 73.42 73.42 72.42 76.67
-0.83 -2.00 1.83 -1.33 -1.83 -4.17 -0.75 -2.25 -0.08 -2.33 -4.92 -1.50 -1.08 -3.83 -1.58 -2.08 -1.67 -6.83 1 33 -1.33 -6.75 -1.33 -4.42 -3.00 -8.08 0.17 -3.58 -0.42 -0.42 3.42 -4.42
0.69 4.00 3.36 1.78 3.36 17.36 0.56 5.06 0.01 5.44 24.17 2.25 1 17 1.17
X Sd
2218,16 73.93 2,15
2285,59 76.18 2,56
Interval terhadap kelelahan α = 0,05
73,26 < µ < 74,60
75,38 < µ < 76,97
14.69 2.51 4.34 2.78 46.69 1.78 45.56 1.78 19.51 9.00 65.34 0.03 12.84 0.17 0.17 11.67 19.51
82
4.3.5 Stres Fisik Pengukuran Stres Fisik dilakukan dengan menggunakan Kuesioner terhadap 30 orang responden pada Pabrik Kelapa Sawit PT. X Labuhan Batu. Tujuan pengukuran adalah untuk melihat tingkat Stres Fisik yang dialami responden sesudah bekerja pada shift pagi dan malam. Secara keseluruhan tingkat Stres Fisk responden menunjukkan masih dalam tingkat ringan sampai sedang. Hal ini dapat dilihat dari hasil Skor Uji Stres Fisik baik shift pagi maupun malam diperoleh skor tertinggi 12 dari 25 pertanyaan yang diajukan. Akan tetapi untuk shift malam Skor Stres Fisik untuk shift malam cenderung lebih tinggi dibanding dengan shift pagi. Secara rinci terdapat pada Tabel 4.6. Tabel 4.6 Frekwensi Skor Stres Fisik Responden Pabrik Kelapa Sawit PT. X Labuhan Batu Skor Fisik 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Jumlah
Shift Pagi (I) Frekwensi % 0 0 1 3,3 0 0 1 3,3 1 3,3 2 6,66 2 6,66 3 10,0 4 13,33 4 13,33 5 16,67 7 23,33 30
100
Shift Malam (II) Frekwensi % 0 0 0 0 0 0 1 3,3 0 0 1 3,3 2 6,6 3 10,0 5 16,67 5 16,67 5 16,67 8 26,67 30
100
4.3.6 Stres Mental Pengukuran Stres Mental dilakukan dengan menggunakan kuesioner terhadap 30
83
orang responden bagian proses produksi pada Pabrik Kelapa Sawit PT. X Labuhan Batu. Tujuan pengukuran adalah untuk melihat tingkat Stres Mental yang dialami responden sesudah bekerja pada Shift Pagi dan Malam. Secara keseluruhan diperoleh bahwa tingkat Stres Mental responden menunjukkan masih dalam tingkat ringan. Hal ini dapat dilihat dari hasil skor Stres Mental yang diperoleh memiliki skor tertinggi 6 dari 17 pertanyaan yang diajukan untuk shift pagi maupun malam. Bahkan sebagian menunjukkan kondisi yang sehat karena memperoleh skor Stres Mental 0 (nol) 2 orang untuk shift pagi dan 1 orang untuk shift malam. dapat dilihat pada Tabel 4.7. Tabel 4.7 Frekwensi Skor Stres Mental Responden Pabrik Kelapa Sawit PT. X Labuhan Batu Skor Mental 0 1 2 3 4 5 6 Jumlah
Shift Pagi Frekwensi % 2 6,67 1 3,3 4 13,3 4 13,3 5 16,6 7 23,3 7 23,3 30 100
Shift Malam Frekwensi % 1 3,3 1 3,3 2 6,67 5 16,6 6 20,0 7 23,3 8 26,67 30 100
4.4 Hasil Analisis Statistik 4.4.1 Uji t – Berpasangan Waktu Reaksi Uji t berpasangan dilakukan untuk melihat perbedaan kelelahan antar Shift Pagi dan Shift Malam. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam Uji t adalah sebagai berikut : 1. Menentukan hipotesa Ho : ada perbedaan yang signifikan terhadapWaktu Reaksi Shift Pagi dan Malam
84
H1 : tidak ada perbedaan signifikan terhadap Waktu Reaksi Shift Pagi dan Malam. 2. Menentukan derajat kebebasan: df = n-1 = 30-1 = 29. 3. Menentukan tingkat kepentingan yang digunakan : α = 0,05. Jika peluang = (0,5 - α /2) = 0,5-0,05/2=0,4750 dan Z 5% 2 sisi = 1,966 t
tabel
2 sisi = 2,0273
Jika t hitung > t tabel maka H0 ditolak =
4. Melakukan perhitungan : d d
=
di n
- 6,92 = - 0,23 30
S2d = (n) (di2) – (di)2 n (n-1)
= (30)(2,0352) –(6,92)2 30 (29)
= 0,015 Sd = 0,122
t test =
d Sd /
n
= 0,23 = 0,122/ √30
10,45 = t hitung
T hitung > T tabel (2,0273) maka Ho ditolak 5. Menentukan keputusan akhir T
hitung
>t
tabel
(10,45>2,0273) : H0 ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa ada
perbedaan yang signifikan terhadap waktu kecepatan reaksi yang dihasilkan oleh pekerja operator antara Shift Pagi dan Malam. Berdasarkan Analisa Statistik dengan Uji t berpasangan terhadap data Waktu Reaksi responden yang diperoleh dari alat Whole Body Reaction Tester terlihat adanya perbedaan skor kelelahan yang signifikan.antara Shift Pagi dan Malam.
85
Hasil Uji Statistik didapatkan nilai t = -7,81 (nilai P = 0,0000 < P = 0,0005). Maka dapat disimpulkan ada pengaruh yang signifikan antar Shift Kerja Pagi dan Malam terhadap kelelahan tabel 4.8 dan (lampiran 9). Tabel 4.8 Paired Samples T-Test Waktu Reaksi Responden Pabrik Kelapa Sawit PT. X Labuhan Batu
Shift Kerja
Mean
I II
0,96 1,18
Paired Differences 95% Confidence Std Std Error Interval of the Deviation Mean Difference Lower Upper 0,159 0,029 -0,27 -0,158 0,176 0,032
t
df
Sig (2tailed)
-7,81
29 29
0,000
4.4.2 Uji t-Berpasangan Tekanan Darah Sistol Uji t berpasangan dilakukan untuk melihat perbedaan Tekanan Darah Sistol antar Shift Pagi dan Malam pada responden PT. X Labuhan Batu. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam Uji t sebagai berikut : 1. Menentukan hipotesa Ho : ada perbedaan yang signifikan terhadap tekanan darah sistol shift pagi dan malam H1 : tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap tekanan darah sistol shift pagi dan malam. 2. Menentukan derajat kebebasan: df = n-1 = 30-1 = 29. 3. Menentukan tingkat kepentingan yang digunakan : α = 0,05. Jika peluang P = (0,5 - α /2) = 0,5-0,05/2 = 0,4750 dan Z 5% untuk 2 sisi = 1,969 t
tabel
2 sisi = 2,0273
86
Jika t hitung > t tabel maka H0 ditolak =
di n
=
200,02 30
4. Melakukan perhitungan : d d
= 6,67
S2d = (n) (di2) – (di)2 n (n-1)
= (30)(2634,9) –(200,02)2 30 (29)
= 44,87 Sd = 6,7
t test =
d Sd /
n
= 6,67 6,7/ √30
=
5,47 = t hitung
T hitung > T tabel (2,0273) maka Ho ditolak 5. Menentukan keputusan akhir T
hitung
>t
tabel
(5,47>2,0273) : H0 ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa ada
perbedaan yang signifikan antar Tekanan Darah Sistol yang dihasilkan oleh responden Shift Pagi dan Malam. Hasil uji statititik perbedaan Tekanan Darah Sistol responden shift pagi dan malam dengan menggunakan T-Test 2 paired dapat dilihat pada tabel 4.9. (lampiran 10) menunjukkan bahwa Tekanan Darah Sistol responden shift pagi di Pabrik Kelapa Sawit PT. X Labuhan Batu (α = 0,05) terdapat perbedaan nilai rata-rata yang signifikan (ada pengaruh) untuk terjadinya kelelahan. Hal ini ditandai dengan nilai (t = - 8,514) dan
(p=0,000) atau p < 0,05, artinya bahwa peluang karena faktor
kebetulan terjadi 0 % (sangat kecil).
87
Tabel 4.9 Paired Samples T-Test Tekanan Darah Sistol Responden Pabrik Kelapa Sawit PT. X LabuhanBatu
Shift Kerja
Mean
I II
119,22 127,61
Paired Differences 95% Confidence Std t Interval of the Error Std Difference Deviation Mean Lower Upper 6,67 1,21 -10,40 -6,37 -8,51 1,92 0,35
df
Sig (2tailed)
29 29
0,000
4.4.3 Uji t-Berpasangan Tekanan Darah Diastol Uji t berpasangan dilakukan untuk melihat perbedaan Tekanan Darah Diastol responden PT. X Labuhan Batu pada Shift Pagi dan Malam. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam Uji t adalah sebagai berikut : 1. Menentukan hipotesa Ho : ada perbedaan signifikan Tekanan Darah Diastol Shift Pagi dan Malam H1 : tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap Tekanan Darah Diastol Shift Pagi dan Malam. 2. Menentukan derajat kebebasan: df = n-1 = 30-1 = 29. 3. Menentukan tingkat kepentingan yang digunakan : α = 0,05. Jika peluang P = (0,5 - α /2) = 0,5-0,05/2=0,4750 Z 5% untuk 2 sisi = 1,966 dan t tabel 2 sisi = 2,0273 4. Melakukan perhitungan : d
=
d = S2d
di n 141,65 30
= 4,72
= (n) (di2) – (di)2 n (n-1) = 21,78
= (38)(1026,7) –(141,65)2 30 (29)
88
Sd
= 4,67
t test =
d Sd /
n
= 4,72 = 4,67/ √30
5,55 = t hitung
T hitung > T tabel (2,0273) maka Ho ditolak 5. Menentukan keputusan akhir T hitung > t tabel (5,55>2,0273) : H0 ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan Tekanan Darah Diastol antar Shift Pagi dan Malam. Uji perbedaan dengan menggunakan t-test 2 paired terhadap Tekanan Darah Diastol dapat dilihat pada tabel 4.10 (lampiran 11) menunjukkan bahwa pada shift pagi terdapat perbedaan nilai rata-rata yang signifikan dengan shift malam untuk terjadinya kelelahan (t = -7,363) dan (p=0,000) atau p < 0,05. Tabel 4.10 Paired Samples T-Test Tekanan Darah Diastol Responden Pabrik Kelapa Sawit PT. X Labuhan Batu
Shift Kerja
Mean
I II
77,16 82,11
Paired Differences 95% Std t Std Confidence Error Deviation Mean Interval of the Difference Lower Upper 3,69 0,67 -6,03 -3,41 -7,36 3,03 0,55
df
Sig (2tailed)
29 29
0,00
4.4.4 Uji t-Berpasangan Denyut Nadi Uji t berpasangan dilakukan untuk melihat perbedaan denyut nadi pada Shift Pagi dan Malam. Hasil uji dengan menggunakan t-test 2 paired terhadap denyut nadi dapat dilihat pada tabel 4.11 (lampiran 12) menunjukkan bahwa
denyut nadi
responden di Pabrik Kelapa Sawit PT. X Labuhan Batu shift pagi terdapat perbedaan
89
nilai rata-rata yang signifikan (ada pengaruh) dengan shift malam ditandai dengan nilai (t = - 4,99) dan (p=0,000) atau p < 0,05. Adapun langkah-langkah Uji t yang dilakukan sebagai berikut : 1. Menentukan hipotesa Ho : ada perbedaan signifikan terhadap denyut nadi shift pagi dan malam. H1 : tidak ada perbedaan signifikan terhadap denyut nadi shift pagi dan malam. 2. Menentukan derajat kebebasan: df = n-1 = 30-1 = 29. 3. Menentukan tingkat kepentingan yang digunakan : α = 0,05. Jika peluang P = (0,5 - α /2) = 0,5-0,05/2=0,4750 Z 5% untuk 2 sisi = 1,966 dan t
tabel
2 sisi = 2,0273
Jika t hitung > t tabel maka H0 ditolak di n d = 86,33 = 2,27 30 S2d = (n) (di2) – (di)2 = (30)(397,69) –(86,33)2 n (n-1) 30 (29)
4. Melakukan perhitungan : d
=
= 5,45 Sd = 2,33
t test =
d Sd /
n
= 2,27 = 6,00 = t hitung 2,33/ √30
T hitung > T tabel (2,0273) maka Ho ditolak 5. Menentukan keputusan akhir T hitung > t tabel (6,00>2,0273) : H0 ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan terhadap Denyut Nadi shift pagi dan malam.
90
Tabel 4.11 Paired Samples T-Test Denyut Nadi Responden Pabrik Kelapa Sawit PT. X Labuhan Batu
Shift Kerja
Mean
I II
73,93 76,18
Paired Differences 95% Confidence Std Std Interval of the Error Deviation Mean Difference Lower Upper 2,15 0,39 -3,16 -1,32 2,56 0,46
t
df
Sig (2tailed)
-4,99
29 29
0,00
4.4.5 Uji Chi Square (Kai Kuadrat) Stres Fisik Uji Chi Square (Kuadrat) Stres Fisik dilakukan untuk melihat hubungan antara
Shift Kerja terhadap Stres Fisik dapat dilihat pada tabel 4.12 berikut : Tabel 4.12 Distribusi Responden Berdasarkan Stres Fisik Responden Pabrik Kelapa Sawit PT. X Labuhan Batu Stres Fisik
Shift Pagi Malam Total
Ya 267 310 577
Total Tidak 483 440 923
750 750 1500
Untuk mengetahui hubungan tersebut diuji hipotesa sebagai berikut : H0 : tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara shift kerja dengan stres fisik H1 : terdapat pengaruh yang signifikan antara shift kerja dengan stres fisik V = derajat kebebasan = (r-1)(c-1)= (2-1)(2-1)=1 Chi kuadrat tabel dengan α = 0,05 = 3,841. Wilayah kritis chi kuadrat hitung > chi kuadrat tabel 5,208 > 3,841 maka Ho ditolak Artinya terdapat hubungan yang signifikan antar Shift Kerja dengan Stres Fisik.
91
Tabel 4.13 Chi Kuadrat Hitung Stres Fisik Responden Pabrik Kelapa Sawit PT. X Labuhan Batu Sel B1 K1 B1 K2 B2 K1 B2 K2
Ei 288,5 461,5 288,5 461,5
Oi 267 483 310 440
(Oi-Ei)^2 462,25 462,25 462,25 462,25
Total
(Oi-Ei)^2/Ei 1.602 1.002 1.602 1.002 5,208
4.4.6 Uji Chi Square (Kai Kuadrat) Stres Mental Uji Chi Kuadrat Stres Mental dilakukan untuk melihat hubungan antara Shift kerja terhadap Stres mental dapat dilihat pada tabel 4.15 berikut : Tabel 4.14 Distribusi Responden Berdasarkan Stres Mental Pabrik Kelapa Sawit PT. X Labuhan Batu Shift Pagi Malam Total
Stres Mental Ya 143 113 256
Total Tidak 367 397 764
510 510 1200
Untuk mengetahui hubungan tersebut diuji hipotesa sebagai berikut : H0 : tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara shift kerja dengan stres fisik H1 : terdapat pengaruh yang signifikan antara shift kerja dengan stres fisik V = derajat kebebasan = (r-1)(c-1)= (2-1)(2-1)=1 Chi kuadrat tabel dengan α = 0,05 = 3,841. Wilayah kritis chi kuadrat hitung > chi kuadrat tabel 4,694 > 3,841 maka Ho ditolak, Artinya terdapat hubungan yang signifikan antar shift kerja dengan stres mental
92
Tabel 4.15 Chi Kuadrat Hitung Stres Mental Responden Pabrik Kelapa Sawit PT. X Labuhan Batu Sel B1 K1 B1 K2 B2 K1 B2 K2
Oi 143 367 113 397
Ei 128 382 128 382
Total
(Oi-Ei)^2 225 225 225 225
(Oi-Ei)^2/Ei 1.758 0.589 1.758 0.589
4.694
93
BAB 5 PEMBAHASAN 5.1 Tenaga Kerja Tingkat pendidikan responden pada Pabrik Kelapa Sawit PT. X Labuhan Batu memiliki tamatan SMA sebesar 86,8 % dan SMP sebesar 13,2 %. Hal ini sesuai dengan peraturan perusahaan PT. X untuk level operator harus memiliki pendidikan SMA sederajat. Alasan tersebut diperkuat karena pada bagian proses dibutuhkan tingkat ketahanan fisik yang diutamakan dari pada tingkat keahlian pekerjanya. Pekerja di Pabrik Kelapa Sawit PT. X Labuhan Batu rata-rata terdiri dari umur 20-30 tahun sebanyak 18 orang (47,4%), umur31-40 tahun sebanyak 19 orang (50%), umur 41-50 tahun sebanyak 1 orang (2,6%). Ditilik dari segi umur, rata-rata pekerja masih memiliki umur yang masih relatif produktif. Demikian juga dengan status perkawinan responden di PT. X terdiri dari 37 orang (97,4%) telah kawin dan hanya 1 orang (2,6%). yang belum kawin. Untuk menjalankan proses produksi dalam pabrik minyak kelapa sawit PT. X Labuhan Batu memiliki beberapa bagian lokasi kerja yang terdiri dari bagian loading
ramp sebanyak 8 orang (21,1%), ruang boiler sebanyak 6 orang (15,8%), mesin produksi sebanyak 24 orang (63,2%). PT. X Labuhan Batu yang telah beroperasi lebih kurang 18 tahun, terdiri dari karyawan yang memiliki masa kerja 1-5 tahun sebanyak 15 orang (39,5%), 6-10 tahun sebanyak 18 orang (47,4%), 11-15 tahun sebanyak 5 orang (13,2%).
77
94
5.2 Pengaruh Shift Kerja Terhadap Kelelahan Pelaksanaan shift kerja yang tidak baik menimbulkan kelelahan kerja yang harus dikendalikan sebaik mungkin mengingat kelelahan dapat menimbulkan kecelakaan kerja. Sebagian besar kecelakaan kerja ada kaitannya dengan kelelahan kerja, sehingga pengusaha harus mengupayakan pengendalian kelelahan kerja bersama pekerja secara berkesinambungan. Penyebab kelelahan kerja antara lain : pengaturan
shift yang terlalu panjang dan tidak tepat, intensitas dan durasi suatu pekerjaan dilaksanakan yang terlalu tinggi, disain pekerjaan tidak tepat, lingkungan kerja yang tidak nyaman, cara kerja yang tidak efektif (ergonomis), dan adanya stres. Lama shift tidak terlalu panjang dan penyiapan yang baik sebelum tugas malam dengan memperhatikan kondisi kerja, agar penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja menurun, tetapi kinerja tinggi. Secara grafik hubungan shift kerja dengan kelelahan dapat dilihat gambar 5.1
Grafik Waktu Reaksi 2 1.9 1.8 1.7 1.6 1.5 1.4
Waktu Reaksi
1.3 1.2 1.1 Shift Pagi Shift Malam
1 0.9 0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 1
3
5
7
9
11
13
15
17
19
21
23
25
27
29
31
33
35
37
Operator
Gambar 5.1 Hubungan Waktu Reaksi dengan Shift Kerja
95
5.3 Pengaruh Shift Kerja Terhadap Tekanan Darah dan Denyut Nadi Tekanan Darah adalah tenaga aliran darah dalam arteri yang diukur dalam 2 angka, yaitu Sistol (tekanan saat jantung berkontraksi) dan Diastol (tekanan saat jantung relaksasi). Tekanan Darah Tinggi jika angka di atas 140/90, tinggi normal 130-138/85-89, normal 120-129/80-84 dan optimal jika di bawah 120/80. Berdasarkan teori di atas, maka nilai rata-rata tekanan darah baik Sistol maupun Diastol pada Shift Pagi maupun Malam termasuk dalam kategori normal, sehingga diperkirakan tidak berdampak buruk terhadap terjadinya kelelahan dan stres Bila dilihat secara keseluruhan dari seluruh hasil pengukuran tekanan darah baik sistol maupun diastol memberikan gambaran bahwa pekerja yang bekerja pada shift malam memilki pengaruh terhadap terjadinya peningkatan tekanan darah yang lebih besar dibanding dengan shift pagi, yang merupakan indikasi terjadinya stres pada pekerja. Namun untuk membuktikan apakah ada pengaruh shift kerja terhadap tekanan darah, maka dilakukan analisis statistik uji t-test. Dari hasil pengujian dengan menggunakan Analisis Statistik Uji t terhadap Tekanan Darah Sistol dan Diastol. Menunjukkan bahwa pada shift pagi terdapat perbedaan nilai rata-rata (8,45) yang signifikan pada p= 0,000 dengan shift malam.. Pada shift malam, yang memilki waktu istirahat paling sedikit pada malam hari sehingga sebagai kompensasinya pekerja harus istirahat pada pagi dan siang hari yang tentunya akan mengganggu pola aktivitas tubuh, meskipun circadian ritmenya berbeda-beda. Menurut Folkard dan Monk (1979) dan McCormick dan Ilgen (1985), circadian ritme tiap individu berbeda dalam menyesuaikan kerja terutama pada shift
96
malam. Selain itu, pola aktivitas tubuh akan terganggu bila bekerja pada malam dan maksimum terjadi selama shift malam (Singleton, 1972). Secara grafis hubungan shift kerja dengan tekanan darah sistol terdapat pada gambar 5.2. Tekanan darah pada shift malam lebih tinggi dari shift pagi sebesar 8,45.
Tekanan Darah
Grafik Tekanan Darah Sistol 133 132 131 130 129 128 127 126 125 124 123 122 121 120 119 118 117 116 115 114 113 112 111 110 109 108 107 106 105 104 103 102 101 100
Shift Pagi Shift Malam
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Operator
Gambar 5.2 Hubungan Tekanan darah Sistol dengan Shift Kerja Secara umum semua fungsi tubuh meningkat pada siang hari, mulai melemah pada sore hari dan menurun pada malam hari untuk pemulihan dan pembaharuan. Kondisi melemahnya fungsi tubuh ini, ditambah dengan tuntutan tanggung jawab pekerjaan yang menumpuk dapat mengakibatkan kelelahan dan stres. Selain itu, kemungkinan adanya lingkungan fisik yang terlalu menekan, kurangnya kontrol yang dirasakan akibat melemahnya fungsi tubuh dan kurangnya hubungan inter personal skill pada shift malam dapat mengakibatkan stres. Kondisi yang paling mengkhawatirkan, bahwa stres bisa menyebabkan arteri jantung menyempit, menurunkan aliran darah dan suplai oksigen ke jantung. Stres
97
menyebabkan beban lebih berat di jantung dengan meningkatkan Denyut Jantung dan Tekanan Darah. Tekanan Darah tinggi merupakan faktor resiko mayor bagi terjadinya stroke, dan jika ini ditambah dengan ketegangan maka resikonya semakin meningkat. Hal ini dilaporkan para ilmuwan dari Swedia yang melakukan percobaan dengan mengukur kemmapuan pria hipertensi dalam menjaga ketenangan dengan tes yang penuh tekanan (stresful). Bagi yang tak tahan, resiko stroke yang bisa di alami meningkat hingga tiga kali lipat. Tidak seperti sebagian yang lebih tenang, perasaan frustasi semakin menambah buruk keadaan. Para ilmuwan berspekulasi bahwa ketidakmampuan untuk beradaptasi terhadap situasi stres atau sinyal stres bukan tidak mungkin juga menjadi faktor resiko independen untuk terjadinya stroke. Stres sebenarnya positif bagi manusia, asalkan dalam porsi sedang saja, karena bisa membangkitkan sistem kekebalan dan mengasah otak. Sedangkan stres berat dapat menyebabkan rentan penyakit. Stres dapat memicu penyakit maag, tekanan darah tinggi, asma dan migren. Hasil penelitian menunjukkan bahwa stres berat bisa memperburuk penyakit degeneratif kronis yaitu penyakit yang menyerang fungsi organ atau jaringan tubuh seperti penyakit rematik. Sementara stres yang tersembunyi akan lebih berbahaya bagi kesehatan karena pekerja tidak menyadari adanya masalah. Stres berlebihan bisa membuat tidak menyadari kehadiran stres itu sendiri.
98
Tekanan Darah
Grafik Tekanan Darah Diastol 90 89 88 87 86 85 84 83 82 81 80 79 78 77 76 75 74 73 72 71 70 69 68 67 66 65 64 63 62 61 60
Shift Pagi Shift Malam
1
3
5
7
9
11
13
15
17
19
21
23
25
27
29
31
33
35
37
Operator
Gambar 5.3 Hubungan Tekanan Darah Diastol dengan Shift Kerja Dari hasil Uji t diperoleh bahwa ada perbedaan signifikan antara shift pagi dan malam terhadap Denyut Nadi. Hubungan shift kerja dengan denyut nadi dapat dilihat pada gambar 5.4. Berdasarkan hasil pengukuran denyut nadi baik shift pagi maupun shift malam cenderung stabil. Akan tetapi jika dilihat dari segi antar shift, maka denyut nadi rata-rata pada shift malam menunjukkan angka yang lebih tinggi dari shift pagi.Hal ini disebabkan oleh circadyan rhythm manusia pada malam hari berbeda dengan pagi hari. Pada malam hari tubuh manusia saatnya untuk istirahat, namun dipakai untuk bekerja yang memaksa pengaturan sirkulasi dalam tubuh manusia untuk bekerja lebih, menyebabkan denyut nadi responden pada malam hari cendrung lebih tinggi. Kaitan denyut nadi lebih tinggi pada shift malam juga ada
99
hubungannya terhadap kelelahan yang mana juga pada shift malam tingkat kelelahan responden cendrung lebih tinggi. Grafik Denyut Nadi 90 89 88 87 86 85 84 83 Denyut Nadi
82 81 Shift Pagi Shift Malam
80 79 78 77 76 75 74 73 72 71 70 1
3
5
7
9
11
13
15
17
19
21
23
25
27
29
31
33
35
37
Operator
Gambar 5.4. Hubungan Denyut Nadi dengan Shift Kerja 5.4 Hubungan Shift Kerja dengan Stres Fisik Berdasarkan tabel 4.6, terlihat bahwa pada shift pagi sebagian besar pekerja memiliki skor fisik 12 sebanyak 7 orang (23,33%), selanjutnya skor 11 sebanyak 5 orang (16,67%), skor 10 dan 9 masing-masing 4 orang (13,33%), skor 8 sebanyak 3 orang (10,0%), skor 7 dan 6 masing-masing 2 orang (6,67%), skor 5 dan 4 masingmasing sebanyak 1 orang (3,3%), skor 2 sebanyak 1 orang (3,3%). Sedangkan pada
shift malam juga demikian skor yang paling besar terdapat pada skor 12 sebanyak 8 orang (26,67%), skor 11 terdapat 5 orang (16,67%), skor 10 dan 9 masing-masing sebanyak 5 orang (16,67%), skor 8 sebanyak 3 orang (10,0%), skor 7 sebanyak 2 orang (6,67%), skor 6 sebanyak 1 orang (3,3%), dan skor 4 hanya 1 orang. Jika
100
dibandingkan dari kedua shift, ternyata bahwa pada shift malam skor stres fisik yang diperoleh lebih tinggi dibanding dengan shift pagi yaitu mencapai skor 12 sebanyak 8 orang (26,67), menandakan memiliki skor stres fisik sedang. Tabel 5.1 Frekwensi Jawaban Stres Fisik Responden Pabrik Kelapa Sawit PT. X Labuhan Batu No 1
Jawaban Responden
Sering menderita sakit kepala sebelah (migraine) 2 Sering merasa letih atau lelah 3 Tidur gelisah 4 Jarang berolahraga 5 Konsumsi alkohol dan tembakau meningkat 6 Memperlihatkan tanda kesulitan tidur 7 Sering merasa panas dingin atau flu 8 Minum lebih dari 4 gelas teh atau kopi sehari 9 Bertubuh gemuk 10 Mengisap rokok lebih dari 10 batang perhari 11 Mengalami ketegangan secara rutin di belakang kepala atau leher. 12 Menderita sakit kepala (pening) ringan/berat 13 Timbul bercak merah/gatal pada kulit 14 Minum obat penambah semangat/ingatan
Shift Pagi F % 3 10
Shift Malam F % 6 20,0
19 11 9 4 6 3 20 8
63,33 36,67 30,0 13,33 20,0 10,0 66,67 26,67
28 16 12 8 16 2 27 18
93,33 53,33 40,0 26,67 53,33 6,67 90,0 60,0
10 2 3
33,3 6,67 10,0
19 15
63,33 50,0
Pada tabel 5.1, jika ditinjau dari 30 orang responden terhadap 25 pertanyaan yang diajukan hanya 14 jawaban yang dialami, baik shift pagi maupun malam. Pada
shift pagi sebagian besar memberikan jawaban sering menderita sakit kepala sebelah 3 orang (10,0%), sering merasa letih sebanyak 19 orang (63,33%), jarang berolah raga 11 orang (36,67%), memperlihatkan tanda kesulitan tidur 9 orang (30,0%), sering merasa panas dingin/flu 4 orang (13,33%), minum lebih dari 4 gelas teh/kopi sehari 6 orang (20,0%), bertubuh gemuk sebanyak 3 orang (10,0%), mengisap rokok lebih dari 10 batang perhari sebanyak 20 orang (66,67%), mengalami ketegangan
101
secara rutin di bagian belakang kepala 8 orang (26,67%), menderita sakit kepala (pening) ringan/berat 10 orang (33,3%), timbul bercak merah di kulit 2 orang (6,67%), meminum obat penambah semangat 3 orang (10,0%). Demikian pada shift malam sebagian dari 30 orang responden menjawab terhadap apa yang dialami/rasakan, maka dari 25 pertanyaan yang diajukan hanya 14 jawaban sebagian besar memberikan jawaban sering menderita sakit kepala sebelah (migrane) sebanyak 6 orang (20,0%), sering merasa letih atau lelah yaitu sebanyak 28 orang (93,3%), jarang berolah raga sebanyak 16 orang (53,3%), sering merasa panas dingin atau flu sebanyak 8 orang (26,67%, minum lebih dari 4 gelas teh atau kopi sehari sebanyak 16 orang (53,3%), bertubuh gemuk sebanyak 2 orang (6,67%), mengisap rokok lebih dari 10 batang perhari sebanyak 27 orang (90,0%), mengalami ketegangan secara rutin di bagian belakang kepala atau leher 18 orang (60,0%), kesulitan tidur 12 orang (40,0%), menderita sakit kepala ringan/berat sebanyak 19 orang (63,3%), timbul bercak merah/ gatal pada kulit sebanyak 1 orang (3,3%), minum obat penambah semangat 15 orang (50,0%). 5.5 Hubungan Shift Kerja dengan Stres Mental Pada Tabel 4.7 dari frekwensi Skor Stres mental dapat diketahui bahwa responden shift pagi yang memiliki skor mental nol sebanyak 2 orang (6,67%), skor 1 sebanyak 1 orang (3,3%), skor 2 sebanyak 4 orang (13,3%), skor 3 sebanyak 4 orang (13,3%), skor 4 sebanyak 5 orang (16,6%), skor 5 sebanyak 7 orang (23,3%), skor 6 sebanyak 7 orang (23,3%). Pada shift malam, yang memiliki skor mental nol sebanyak 1 orang (3,3%), skor 1 sebanyak 1 orang (3,3%), skor 2 sebanyak 2 orang
102
(6,67%), skor 3 sebanyak 5 orang (16,6%), skor 4 sebanyak 6 orang (13,3%), skor 5 sebanyak 7 orang (23,3%), skor 6 sebanyak 8 orang (26,67%). Rata-rata skor stres mental pada shift malam mengalami peningkatan dari skor stres mental shift pagi. Tabel 5.2 Frekwensi Jawaban Stres Mental Responden Pabrik Minyak Kelapa Sawit PT. X Medan No 1 2 3 4 5 6 7 8
Jawaban Responden Jarang membaca buku atau jurnal Jarang mengembangkan ide-ide baru Sukar berkonsentrasi Jarang membaca yang lain selain koran Pikiran sering kacau Jarang menerapkan inovasi kedalam pekerjaan Merasa malas untuk menghadiri seminar Sering menderita pelupa
Shift Pagi F % 17 56,67 6 20,0 2 6,67 15 50,0 1 3,3 4 13,3 3 10,0 0 0
Shift Malam
F 10 8 3 18 2 5 0 1
% 33,3 26,67 10,0 60,0 6,67 16,67 0 3,3
Pada tabel 5.2, bila dilihat dari jawaban responden terhadap 17 pertanyaan yang diajukan baik pada shift pagi dan malam, maka hanya 8 jawaban yang dialami. Untuk shift pagi, terdapat responden yang jarang membaca buku yang berhubungan dengan pekerjaannya sebanyak 17 orang (56,7%), jarang mengembangkan ide-ide baru sebanyak 6 orang (20,0%), sukar berkonsentrasi sebanyak 2 orang (6,67%), jarang membaca sesuatu yang lain selain koran sebanyak 15 orang (50,0%), pikiran sering kacau sebanyak 1 orang (3,3%), jarang menerapkan inovasi ke dalam pekerjaan sebanyak 4 orang (13,3%), dan merasa malas untuk menghadiri seminar/kursus membantu dalam pekerjaan sebanyak 3 orang (10,0%). Pada shift malam, responden yang jarang membaca buku yang berhubungan dengan pekerjaannya terdapat sebanyak 10 orang (33,3%), jarang mengembangkan ide-ide baru sebanyak 8 orang (26,67%), sukar berkonsentrasi sebanyak 3 orang
103
(10,0%), jarang membaca sesuatu yang lain selain surat kabar sebanyak 18 orang (60,0%), pikiran sering kacau sebanyak 2 orang (6,67%). Jarang menerapkan inovasi ke dalam pekerjaan sebanyak 5 orang (16,67%), dan sering merasa lupa dalam pekerjaan sebanyak 1 orang (3,3%). 5.6 Hubungan Produktivitas Kerja dengan Kelelahan Pada tabel 5.3 dapat dilhat hasil perhitungan produktifitas tenaga kerja PT. X Labuhan Batu, di mana baik Shift pagi maupun shift malam masing-masing terdiri dari 12 jam kerja per shift dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 42 orang per shift. Kapasitas terpasang mesin produksi Crude Palm Oil (CPO) sebesar 60 ton/jam. Produktivitas tenaga kerja mengandung pengertian ratio antara jumlah produk yang dihasilkan oleh tenaga kerja dengan peran serta tenaga kerja persatuan waktu. Pada dasarnya
produktivitas dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu beban kerja,
kapasitas kerja dan beban tambahan akibat lingkungan kerja. Beban kerja berhubungan dengan beban fisik, mental maupun sosial.yang mempengaruhi tenaga kerja. Kapasitas kerja berkaitan dengan kemampuan untuk menyelesaikan pekerjaan pada waktu tertentu. Sedangkan beban tambahan akibat lingkungan kerja meliputi faktor fisk, kimia, dan faktor tenaga kerja sendiri yang meliputi : biologi, fisiologis dan psikologis Apabila tingkat produktivitas seorang tenaga kerja terganggu yang disebabkan oleh faktor kelelahan fisik maupun psikis maka akibat yang ditimbulkannya akan dirasakan oleh perusahaan berupa penurunan produktivitas penurunan. Semakin tinggi tingkat kelelahan pekerja, maka makin rendah produktivitasnya.
104 Tabel 5.3. Produktivitas Pekerja Pabrik Kelapa Sawit PT. X Labuhan Batu Tahun 2007-2008 Bulan No Tahun 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Januari 2007 Febuari 2007 Maret 2007 April 2007 Mei 2007 Juni 2007 Juli 2007 Agustus 2007 September 2007 Oktober 2007 November 2007 Desember 2007 Rerata Januari 2008 Febuari 2008 Maret 2008 April 2008 Mei 2008 Juni 2008 Juli 2008 Agustus 2008 September 2008 Oktober 2008 November 2008 Desember 2008 Rerata
Shift Pagi Jumlah Produksi CPO (Ton) 8.749,361 8.676,602 10.859,75 9.736,177 12.040,72 11.401,89 11.406,42 12.976,97 9.592,64 10.612,64 8.527,426 9.196,06 1.0314,72 10.250,36 9.007,085 9.879,478 9.139,418 11.747,32 14.698,62 16.218,82 13.730,24 14.158,74 14.665,99 13.125,29 13.059,94 12.473,44
Jumlah Jam Kerja (Jam) 26.460 26.187 24.696 25.578 27.090 25.200 23.520 26.187 23.814 24.969 24.696 24.696 25.257,75 26.460 26.187 24.696 25.830 26.187 26.460 24.360 24.696 26.187 23.247 25.200 25.578 25.424
Shift Malam Produktivitas Jumlah Produksi Pekerja CPO (Ton/ Jam) (Ton) 0,331 7.158,568 0,331 6.817,33 0,440 8.192,444 0,381 9.354,366 0,444 11.114,51 0,452 10.316 0,485 10.741,97 0,496 11.930,84 0,403 8.748,927 0,425 7.075,094 0,345 8.193,017 0,372 7.225,476 0,409 8.905,712 0,387 8.731,786 0,344 6.794,818 0,400 8.761,047 0,354 8.470,251 0,449 10.735,59 0,556 11.362,76 0,666 11.270,71 0,556 11.696,13 0,541 12.158,62 0,631 12.333,25 0,521 11.592,77 0,511 10.642,31 0,493 10.379,17
Jumlah Jam Kerja (Jam) 26.460 26.187 24.696 25.578 27.090 25.200 23.520 26.187 23.814 24.969 24.696 24.696 25.257,75 26.460 26.187 24.696 25.830 26.187 26.460 24.360 24.696 26.187 23.247 25.200 25.578 25.424
Produktivitas Pekerja (Ton/ Jam) 0,271 0,260 0,332 0,366 0,410 0,409 0,457 0,456 0,367 0,283 0,332 0,293 0,353 0,330 0,259 0,355 0,328 0,410 0,429 0,463 0,474 0,464 0,531 0,460 0,416 0,410
105
Contoh Perhitungan Jumlah Jam Kerja/Bulan Untuk Shift Pagi/ Hari = (Jumlah Tenaga Kerja Shift Pagi) x (Jumlah Jam kerja/ hari) x (Jumlah Hari/ Bulan) = 42 orang x 21 jam x 30 hari = 26.460 jam orang/bulan Produktivitas Tenaga Kerja (ton/jam) = Jumlah Produksi CPO/Bulan (ton) ÷ Jumlah Jam Kerja/Bulan (Jam) = 8.749,361 ton ÷ 26.460 jam = 0, 331 ton/jam setiap pekerja Perhitungan produktivitas ini diasumsikan bahwa kualitas TBS yang di pasok untuk diproduksi baik shift pagi maupun shift malam setiap bulannya adalah sama, dan juga kapasitas mesin setiap bulannya juga sama sebesar 60 ton/jam. Dalam hal ini, untuk shift pagi terlihat produktivitasnya lebih besar dibandingkan dengan produktivitas shift malam. Panjang waktu kerja untuk shift pagi maupun shift malam sama-sama sebesar 12 jam per shift. Dari tabel 5.4, rata-rata produktivitas pekerja
shift pagi sebesar 0,493 ton/jam dan rata-rata produktivitas pekerja untuk shift malam sebesar 0,410 ton/jam. Perbedaan produktivitas ini disebabkan circadian ritme pekerja shift pagi berbeda dengan shift malam. Pola aktivitas tubuh akan terganggu bila bekerja malam dan maksimum terjadi selama shift malam. Kondisi pekerja dan circadian ritme bekerja pada shift malam berbeda dengan shift pagi. Hal ini disebabkan karena pola siklus hidup manusia pada malam hari umumnya digunakan untuk istirahat. Namun karena bekerja shift malam maka tubuh dipaksa untuk mengikutinya. Hal ini relatif cenderung mengakibatkan terjadinya kesalahan bekerja. Akibat dari ini pekerja akan mengalami kelelahan pada shift malam yang ditimbulkan disamping dipengarugi oleh faktor-faktor lain yang menimbulkan kelelahan seperti stress fisik akibat kekurangan tidur pada malam hari. Pada shift malam pekerja akan
106
mengalami kelelahan yang cukup besar, hal ini dikarenakan selain jam kerja yang sangat lama yaitu selama 12 jam juga diakibatkan oleh perbedaan kebiasaan tubuh (ritme tubuh) yang seharusnya beristirahat di malam hari dijadikan bekerja di malam hari akan menimbulkan stress fisik yang diakibatkan kekurangan tidur dimalam hari, sehingga dapat menambah faktor kelelahan yang diakibatkan oleh pekerja dan hal ini menurunkan produktivitas pekerja pada shift malam dan hasil perhitungannya dapat dilihat pada tabel 5.3 diatas. Pabrik Kelapa Sawit PT. X Labuhan Batu menerapkan sistem 2 shift dengan tujuan untuk mengoptimalkan utilisasi atau pemakaian alat dan mesin, serta agar produksi berjalan kontinu 24 jam. Perusahaan harus benar-benar memahami konsekwensi penerapan shift kerja, yang mana terdapat perbedaan kondisi kerja pada
shift pagi dan malam. Resiko kerjapun berbeda pada masing-masing shift tersebut. Pekerja yang bekerja pada shift malam tentu lebih mudah merasa lelah dan mengantuk, karena pekerja sudah terbiasa bekerja di shift pagi akan mempunyai pola kantuk dan tidur tertentu, yang tentu butuh penyesuaian jika harus berganti ke shift malam. Hal yang sama berlaku sebaliknya. Kelelahan ini dapat menyebabkan kesulitan konsentrasi dalam bekerja, meningkatkan resiko kesalahan (human error), berdampak kepada kualitas kerja dan kecepatan kerja, dan akhirnya kecelakaan kerja. Pengaturan shift kerja ini merupakan salah satu isu utama dalam Ergonomi. Beberapa dampak yang dapat timbul dengan adanya shift kerja antara lain : 1. Pola Tidur dan Kewaspadaan Pekerja yang bekerja pada shift malam terpaksa harus istirahat pada siang hari, ketika kondisi tubuhnya biasanya terbangun, dan begitu juga sebaliknya. Tidur
107
pada siang hari biasanya lebih pendek dibandingkan tidur malam (2-3 jam lebih pendek), dan tidur siang hari juga tidak mempunyai kualitas sebaik tidur malam karena pengaruh adanya cahaya matahari dan kebisingan. Dampak dari rendahnya kualitas dan kuantitas tidur ini dapat memicu kantuk dan tertidur di saat yang tidak tepat atau saat sedang bekerja. Ketika seseorang merasa mengantuk, maka ia akan dengan mudah kehilangan konsentrasi yang dapat menjadi penyebab kecelakaan kerja. Hal lain yang juga harus diwaspadai adalah dampak akumulasi kantuk atau kelelahan yang akan terasa sesudah beberapa hari. 2. Circadian Rhythm (Irama Tubuh) Masalah utama dari sisi faal tubuh terhadap penggunaan shift kerja adalah
circadian rhythm individu yang sulit dirubah. Temperatur tubuh mempunyai pola normal seperti pola sinusoidal sebagaimana terlihat pada gambar 5.5 maksimum sekitar pukul 4 sore dan inimum pada sekitar pukul 4 pagi. Pola yang sama juga diikuti oleh mekanisme internal tubuh yang lain, seperti jantung, pernafasan, hormon, pencernaan dan sebagainya. Seseorang yang berganti shift membutuhkan waktu penyesuaian agar pola sinusoidal berubah mengikuti irama kerja yang bersangkutan. Hali ni bisa jadi membutuhkan waktu tidak cukup seminggu. Namun pola tersebut tidak berubah total, sehingga tetap tidak mungkin melakukan adaptasi 100%. 3. Masalah Keluarga dan Sosial Aktivitas keluarga dan sosial biasanya dilakukan pada sore hari atau pada akhir pekan. Pekerja yang bekerja pada shift malam biasanya akan kehilangan waktuwaktu ini.
108
4. Masalah Kesehatan Beberapa penelitian menyebutkan bahwa pekerja shift akan mempunyai masalah pencernaan seperti gangguan lambung dan konstipasi (sembelit) dan juga masalah penyakit jantung. Dengan adanya shift malam, para pekerja sering kali merasa lapar dan pergi ke toilet di saat yang ” tidak tepat” yang menyebabkan timbulnya gangguan pencernaan.
At work
At rest
99 98.8 98.6
Oral temperature for a person working morning shift
Temperature oF
98.4 98.2 98 97.8 97.6 97.4 97.2 97 96.8 4:00
8:00
12:00
16:00
20:00
0:00
4:00
Time of Day
Sumber: Herlander, 1992
Gambar 5.5 Hubungan jam dengan temperatur tubuh dalam circadian ritme
109
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Dari hasil pembahasan , maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Pekerja pada shift malam lebih tinggi tingkat kelelahan, tekanan darah sistol dan diastol, denyut nadi, stres fisik serta stres mental dibanding dengan tingkat kelelahan, tekanan darah sistol dan diastol, denyut nadi, stres fisik dan stres mental pekerja pada shift pagi. 2. Produktivitas pekerja shift pagi lebih tinggi dari pada shift malam, hal ini disebabkan circadian ritme meningkat pada siang hari dan menurun pada malam hari. 3. Untuk mengurangi tingkat kelelahan pekerja pihak perusahaan dapat melakukan beberapa hal seperti : a). memberikan perhatian dalam hal pemberian gizi yang seimbang terutama untuk shift malam, b). melakukan sistem rotasi cepat terutama untuk shift malam, c) mengatur jam shift kerja sesuai dengan jam kerja normal per shift sesuai UU No. 13 tahun 2003, d) melakukan perbaikan lingkungan kerja agar lebih kondusif dan nyaman dalam meningkatkan prestasi. 6.2 Saran 1.. Dalam mengurangi tingkat kelelahan pekerja, perlu ditata mekanisme kerja seperti pola gerakan tangan dan melakukan istirahat sebaiknya setelah selesai bekerja. 2. Pihak manajemen perusahaan perlu melakukan evaluasi yang terus menerus melalui job analysis, job description untuk memperoleh tingkat produktivitas dan kondusivitas yang tinggi serta memberikan rangsangan insentif. 93
110
DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik (BPS). Kota Medan. 2007. Medan. Chew, D.C.E. 1991. Productivity and Safety and Health. Third edition. ILO. Geneva. Christensen, E.H. 1991. Physiology of Work. Encyclopaedia of Occupational Health and Safety, Third (revised) edt. ILO.Geneva. Cooper, C.L. dan Payne, R. 1988. Causes, Coping and Consequences of Stress at Work, New York, Wiley. Dekker, D.K, Tepas,D.I dan Colligan, M.J. 1996. The Human Factors Aspects of Shift Work. New York. Djojodibroto, R.D. 1999. Kesehatan Kerja di Perusahaan, PT. Gramedia Jakarta Grandjean, E. 1993. Fitting The Task to The Man. 4th edition. London. . 1991. Fatique. Dalam : Parmeggiani, L. ed. Encyclopaedia of Occupational Health and Safety, third Edition. ILO, Geneva: 837-839. Helander, M. 1995. A Guide to the Ergonomics of Manufacturing, Taylor & Francis Great Britain.
International Labour Organization, Encyclopedia of Occupational Health and Safety. 1983. Vol II. International Labour Office, Geneva. Knauth. P. 1988. The Design of Shift Systems, International Journal of Industrial Ergonomics. Vol.3 Kountur, R. 2007. Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis. LPPM Seri Umum No. 12. Jakarta. Lanfranchi, J. (2001). Compensating Wage Differensials and Shift Work Levi, L (1991). Stress. Dalam : Parmeggiani, L.Edt. Encyclopedia of Occupational Health and Safety, ILO. Geneva. Manuaba, A. 2000. Ergonomi, Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Editor : Sritomo W dan Stefanus E.W. Proceeding Seminar Nasional Ergonomi. Penerbit Guna Wijaya. Surabaya. 94
111
McCormick,E.J and Ilgen. 1985. Industrial and Organization Psychology, Eight Edition. Prentice-Hall Englewood Cliffs, New Yersey. MDC Publishers, 2003. Ergonomic CheckPoints. Titik Semakan Ergonomi. MDC Publishers Sdn Bhd Malaysia. Pejabat Buruh Antarbangsa-Geneva. Monk,T. and Folkard S. 1983. Circadian Rhythm and Shift Work, John wiley Sons, New York. Nurmianto, E. 2004. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Penerbit Guna Widya. Edisis Kedua. Surabaya. Pheasant, S. 1991. Ergonomics, Work and Health. Mac Millan Academic and Profesional Ltd. London. Plog, B.A. 1995. Fundamentals of Industrial Hygiene. The National Safety Council. USA. Pulat, B.M.1992. Fundamental of Industrial Ergonomics, Prentice Hall, Englewood Cliffs. New Jersey. USA. Rodahl, K. 1989. The Physiology of Work. Taylor & Francis Ltd. Great Britain. Sanders, M.S and Mc Mormick, E.J. 1987. Human Factors in Engineering and Design, Sixth ed. Mc Graw-Hill Book Company. Sastroasmoro S, Sofyan Ismael. 2006. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis.Edisi Ke 2. CV. Sagung Seto. Jakarta. Schultz, D.P. Psychology and Industry Today, An Introduction to Industrial and Organizational Psychology, 1982. Third Edition, Macmillan Publishing Co. Inc., New York. Setyawati, L. 1996. Relation Between Feelings of Fatique, Reaction Time and Work Productivity. Journal of Human Ergonomy. 25 (1): 129-134 Singleton, W.T. 1972. Introduction to Ergonomics, WHO. Geneva. Sinclair, M.A. 1992. Subjective Assessment. Dalam : Wilson, J.R & Corlett, E.N. eds. Evaluation of Human Work ; A Practical Ergonomics Methodology, Taylor dan Francis Great Britain: 55-88. Suma’mur, P.K. 1982. Ergonomi Untuk Produktivitas Kerja. Yayasan Swabhawa Karya. Jakarta.
112
. 1984. Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja. Cetakan ke 4. Penerbit Gunung Agung. Jakarta. Tarwaka. 2004. Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Woodson, W.E.1986. Human Factors Design Handbook. M.cGraw-Hill Book.
113
Lampiran 1 Kuesioner Pengukuran Stres Fisik Responden Pabrik Kelapa Sawit PT X Labuhan Batu Nama Responden
:
Tempat/ Tanggal Lahir : Pengalaman kerja Shift :
Tahun
Shift Kerja : (1) Pagi, (2) Malam
Umur
:
Tahun
Status
: (1) Menikah, (2) Belum Menikah, (3) Cerai
Pendidikan
: (1) SMA, (2) SMP, (3) SD
Bagian
: (1) Loading, (2) Boiler, (3) Produksi Jawaban
No
Pernyataan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Sering menderita sakit kepala sebelah (migraine) Sering merasa letih atau lelah Tidur gelisah Bila bangun mengalami kesulitan utk tidur kembali Sering menderita pembengkakan tenggorokan/sakit menelan Jarang berolahraga Menggerinding gigi/melagakan gigi Sering mengisap jempol Konsumsi alkohol dan tembakau meningkat Kadang-kadang menderita jantung berdebar-debar Memperlihatkan tanda kesulitan tidur Sering merasa panas dingin atau flu Minum lebih dari 4 gelas teh atau kopi sehari Tekanan darah meninggi Sering menyadari ketegangan dalam diri Anda gemuk Mengisap rokok lebih drai 10 batang per hari Menderita nyeri dada Mengalami ketegangan secara rutin di bagian belakang/leher Mengalami diare pada waktu-waktu tertentu Menderita sakit kepala (pening) baik ringan atau berat Timbul bercak merah/gatal-gatal pada kulit Sering minum pil tidur/penenang Tangan sering berkeringat Meminum obat menambah semangat/ingatan
Ya (1)
Tidak (0)
114
Lampiran 2 Kuesioner Pengukuran Stres Mental Responden Pabrik Kelapa Sawit PT X Labuhan Batu Nama Responden
:
Tempat/ Tanggal Lahir : Pengalaman kerja Shift :
Tahun
Shift Kerja : (1) Pagi, (2) Malam
Umur
:
Tahun
Status
: (1) Menikah, (2) Belum Menikah, (3) Cerai
Pendidikan
: (1) SMA, (2) SMP, (3) SD
Bagian
: (1) Loading, (2) Boiler, (3) Produksi Jawaban
No
Pernyataan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Sikap mental secara umum negatif Anda mudah bingung Menderita lemah mental Jarang membaca buku yang berhubungan dengan pekerjaan Tidak mengalami relaksasi intelektual Jarang mengembangkan ide-ide baru Membuat pernyataan-pernyataan negatif tentang diri anda Sukar berkonsentrasi Jarang membaca sesuatu yang lain selain surat kabar Tidak memiliki hobi apapun Jarang mengungkapkan perasaan anda melalui musik, seni, Sering gagal mengatasi masalah-masalah Pikiran sering kacau Jarang menerapkan inovasi ke dalam pekerjaan anda Anda tidak mengetahui nama perwakilan pemerintahan Anda malas menghadiri seminar-seminar atau kursus yang Sering menderita keterlupaan/pelupa
Ya (1)
Tidak ( 0)
115
Lampiran 3 Tabulasi Pivot Kuesioner Pendahuluan Responden Pabrik Kelapa Sawit PT X Labuhan Batu Karakteristik A. Usia 1. 20-30 tahun 2. 31-40 tahun 3. 41-50 tahun B. Pengalaman 1. 1-5 tahun 2. 6-10 tahun 3. 11-15 tahun 4. 16-20 tahun C. Status 1. Menikah 2. Belum Menikah 3. Cerai D. Bagian : 1. Loading Ramp 2. Ruang Boiler 3. Mesin Produksi E. Pendidikan 1. PT 2. D3 3. SMA 4. SMP 5. SD F. Tanggapan terhadap Shift 1. Nyaman 2. Tidak Nyaman G. Tanggapan terhadap perubahan shift 1. Tidak setuju 2. Ragu-ragu 3. Setuju
Jumlah (orang)
Persentase (%)
116
Lampiran 4 Karakteristik Sampel Berdasarkan Stasiun Kerja dan Umur Pabrik Kelapa Sawit PT X Labuhan Batu Shift I (Pagi)
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
41 42 43 44
Nama Tumbur M Jona S Ediman Agus Kasdin T Romulus Pramono Sunyoto Luhut T Ahmad H Lambok L Pangihutan Sabar S Alexon S Dody L Ahmad S Erwin S Putra S Mulia S Jumonggur Lambas S Tardi S Suryadi Kristanto Sutarman Gokfis M Tarida G Parulian S Ramses S M.Rasit Ahmad S Herman S Edward Toni S Effendi B Suherman Jackson P Hanang J Yusuf Maniur P Suriadi A Suriadi B Erwin Parulian
Umur 40 34 36 27 31 29 34 35 40 32 32 34 34 33 29 28 31 28 31 36 32 33 35 36 37 32 34 36 31 32 28 34 37 32 32 32 31 29 32 34 33 30 30 29
Stasiun Kerja Ass Shift Mandor shift Mandor shift Loading Ramp Loading Ramp Loading Ramp Loading Ramp Loading Ramp Loading Ramp Rebusan Rebusan Presan Kapstan Kapstan Kapstan Kapstan Kapstan Sortir Kapstan Hosting Crane Hosting Crane Klarifikasi Pemurnian air Incenerator Presan Presan Klarifikasi Klarifikasi Kernel Kernel Kernel Kernel Kernel Boiler Boiler Boiler Boiler Boiler Kamar mesin Kamar mesin Rebusan Cooling water Cooling water Operator alat
Shift II (Malam) Nama P.Sianipar Romli Wandi G Robinson Usman Yasuri Hakim Ns Edy S Sularji Suparmo Darton Kuntoro Gomgom P.Sirait Alfonsus Saurtua MarulamS Erwinsyah Lingga S Bangun B Marudin Albiner Jhoni H Rahmat E Hendri N Misan Misriadi Rahmat H Indra Erikson S Hendra S Berlin S Suryaman M.Romli Noven Petrus Rahmat S Parluhutan Suriadi Asdin Restani Andy Indra Lamhot
Umur 42 34 36 31 30 38 34 35 31 29 30 34 37 42 39 38 39 31 32 33 34 30 30 29 35 29 32 30 30 32 30 29 34 35 32 30 34 35 37 35 32 32 40 41
Stasiun Kerja Ass shift Mandor shift Mandor shift Loading Ramp Loading Ramp Loading Ramp Loading Ramp Loading Ramp Loading Ramp Loading Ramp Rebusan Rebusan Rebusan Rebusan Kapstan Kapstan Kapstan Kapstan Hosting crane Hosting crane Produksi Pressan Pressan Pressan Klarifikasi Klarifikasi Kernel Kernel Kernel Kernel Kernel Kernel Boiler Boiler Boiler Kamar mesin Kamar mesin Kamar mesin Cooling water Kamar mesin Coolingwater Incenerator Cooling water Operator alat
117
Lampiran 5 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Rekapitulasi Skor Uji Stres Fisik Responden Shift Pagi Pabrik Kelapa Sawit PT. X Labuhan Batu Jawaban No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 1 1 1 1 1 2 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 5 1 1 1 1 6 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1 1 1 1 1 8 1 1 1 1 1 1 1 9 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1 1 1 1 1 1 1 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 1 1 1 1 1 1 13 1 1 1 1 1 1 1 14 1 1 1 1 1 1 1 1 15 1 1 1 1 1 1 1 16 1 1 1 1 1 1 1 1 17 1 1 1 1 1 1 1 18 1 1 1 1 1 1 1 19 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 1 1 1 1 1 1 1 1 1 21 1 1 1 1 1 1 1 1 22 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 23 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 24 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 25 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 26 1 1 1 1 1 1 1 1 1 27 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 29 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 30 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Total
Total 24 25
1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1
4 2 9 10 5 9 6 8 9 8 10 6 7 10 8 9 7 8 10 10 9 11 12 11 12 11 12 11 12 11
118
Lampiran 6 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Total
Rekapitulasi Skor Uji Stres Fisik Responden Shift Malam Pabrik Kelapa Sawit PT. X Labuhan Batu Jawaban 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Total 25 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
11 4 12 9 10 12 8 6 10 7 11 10 11 7 10 9 11 9 12 9 8 11 7 8 12 8 12 10 11 12
119
Lampiran 7 Rekapitulasi Skor Uji Stres Mental Shift Pagi Responden Pabrik Kelapa Sawit PT. X Labuhan Batu Jawaban 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 3 1 1 1 4 1 1 1 1 1 5 1 1 1 1 6 1 1 7 1 1 1 8 1 1 1 1 1 9 1 1 1 1 10 1 1 1 1 11 1 1 1 1 1 12 1 1 1 1 13 1 1 1 1 1 1 1 14 1 1 1 1 1 15 1 1 1 1 1 16 1 1 1 1 1 17 1 1 1 1 1 1 18 1 1 1 1 19 1 1 1 1 1 1 20 1 1 1 1 1 21 1 1 1 1 1 22 1 1 1 1 1 23 1 1 1 1 1 1 24 1 1 1 1 1 25 1 1 1 1 26 1 1 1 1 1 1 27 1 1 1 1 1 28 1 1 1 1 1 29 1 1 1 1 1 1 30 1 1 1 1 1 1 Total
No Responden
Total 5 3 3 5 4 2 3 5 4 4 5 4 7 5 5 5 6 4 6 5 5 5 6 5 4 6 5 5 6 6 143
120
Lampiran 8 Rekapitulasi Skor Uji Stres Mental Shift Malam Responden Pabrik Kelapa Sawit PT. X Labuhan Batu No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Total
Jawaban
1
2
3
4
1
5 1
1 1
1
1
1
1
1
1 1
1
1
1
1 1
8
1
1 1 1
1 1 1
1 1 1 1 1
1
1
1
1
1
1
1
12
1
1
1 1
1
1 1 1
1 1
1
1 1 1
1 1
1
1
1 1 1 1
1
1
1
1 1
1
17
1
1 1
16
1
1
1
1
15 1
1
1 1
1
14
1
1
1
13
1
1
1
1 1 1 1
11
1
1
1
Total 10
1
1
1 1
9 1
1
1 1
1
1
1
7
1
1
1
6
1 1 1
1
1 1 1 1
1 1
1
1 3 4 1 3 5 2 1 4 3 2 5 6 2 3 5 2 5 3 4 5 4 6 3 6 5 6 4 6 4
121 Lampiran 9 Statistik Uji Waktu Reaksi (T-Test) Responden Pabrik Kelapa Sawit PT. X Labuhan Batu
T-Test Paired Samples Statistics
Pair 1
Shift Pagi Shift Malam
Mean ,9660 1,1807
N 30 30
Std. Deviation ,15991 ,17634
Std. Error Mean ,02919 ,03220
Paired Samples Correlations Pair 1
Shift Pagi & Shift Malam
N 30
Correlation ,603
Sig. ,000
Paired Samples Test Paired Differences
Pair 1
Shift Pagi - Shift Malam
Mean -,21467
Std. Deviation ,15053
Std. Error Mean ,02748
95% Confidence Interval of the Difference Lower -,27088
Upper -,15846
t -7,811
df 29
Sig. (2-tailed) ,000
122
Lampiran 10 Statistik Uji Tekanan darah Sistol (T-Test) Responden Pabrik Kelapa Sawit PT. X Labuhan Batu
T-Test Paired Samples Statistics
Pair 1
Shift Pagi Shift Malam
Mean 119,2220 127,6110
N 30 30
Std. Deviation 6,67372 1,92060
Std. Error Mean 1,21845 ,35065
Paired Samples Correlations Pair 1
Shift Pagi & Shift Malam
N Correlation 30 ,745
Sig. ,000
Paired Samples Test Paired Differences
Pair 1
Shift Pagi - Shift Malam
Mean -8,38900
Std. Deviation 5,39651
Std. Error Mean ,98526
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper -10,40409 -6,37391
t -8,514
df 29
Sig. (2-tailed) ,000
123
Lampiran 11 Statistik Uji Tekanan darah Diastol (T-Test) Responden Pabrik Kelapa Sawit PT. X Labuhan Batu
T-Test Paired Samples Statistics
Pair 1
Shift Pagi Shift Malam
Mean 77,4450 82,1670
N 30 30
Std. Deviation 3,69039 3,03049
Std. Error Mean ,67377 ,55329
Paired Samples Correlations Pair 1
Shift Pagi & Shift Malam
N 30
Correlation ,468
Sig. ,000
Paired Samples Test Paired Differences
Pair 1
Shift Pagi - Shift Malam
Mean -4,72200
Std. Deviation 3,51244
Std. Error Mean ,64128
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper -6,03357 -3,41043
t -7,363
df 29
Sig. (2-tailed) ,000
124
Lampiran 12 Statistik Uji Denyut Nadi (T-Test) Responden Pabrik Kelapa Sawit PT. X Labuhan Batu
T-Test Paired Samples Statistics
Pair 1
Shift Pagi Shift Malam
N 30 30
Mean 73,9387 76,1863
Std. Deviation 2,15228 2,56473
Std. Error Mean ,39295 ,46825
Paired Samples Correlations Pair 1 Shift Pagi & Shift Malam
N Correlation 30 ,465
Sig. ,010
Paired Samples Test Paired Differences
Pair 1
Shift Pagi - Shift Malam
Mean -2,24767
Std. Deviation 2,46395
Std. Error Mean ,44985
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper -3,16772 -1,32761
t -4,996
df 29
Sig. (2-tailed) ,000
125
Lampiran 13 Statistik Uji Chi Kuadrat Stres Fisik Responden Pabrik Kelapa Sawit PT. X Labuhan Batu Crosstabs
Case Processing Summary Cases Missing
Valid N 1500
Shift Kerja * Stress Fisik
Shift Kerja
Pagi Malam
Percent 100,0%
Total
Percent ,0%
Shift Kerja * Stress Fisik Crosstabulation Stress Fisik Ya Tidak Count 267 483 Expected Count 288,5 461,5 Count Expected Count
Total
N 0
Count Expected Count
N 1500
Percent 100,0%
Total Ya 750 750,0
310
440
750
288,5
461,5
750,0
577
923
1500
577,0
923,0
1500,0
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Continuity Correction(a) Likelihood Ratio
Value 5,208(b) 4,968 5,211
df 1 1 1
Asymp. Sig. (2-sided) ,022
5,204
N of Valid Cases
1500
1
Exact Sig. (1-sided)
,026
,013
,026 ,022
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association
Exact Sig. (2-sided)
,023
a Computed only for a 2x2 table b 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 288,50.
126
Lampiran 14 Statistik Uji Chi Kuadrat Stres Mental Responden Pabrik Kelapa Sawit PT. X Labuhan Batu Crosstabs Case Processing Summary Cases Missing
Valid N 1020
Shift Kerja * Stress Mental
Percent 100,0%
N 0
Percent ,0%
Total N 1020
Percent 100,0%
Shift Kerja * Stress Mental Crosstabulation
Shift Kerja
Pagi
Stress Mental Ya Tidak 143 367
Count Expected Count
Malam
Count Expected Count
Total
Count Expected Count
Total Ya 510
128,0
382,0
510,0
113
397
510
128,0
382,0
510,0
256
764
1020
256,0
764,0
1020,0
Chi-Square Tests Pearson Chi-Square
Value 4,694(b)
df 1
Asymp. Sig. (2-sided) ,030
Continuity Correction(a)
4,386
1
,036
Likelihood Ratio
4,702
1
,030
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association
4,689
N of Valid Cases
1020
1
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
,036
,018
,030
a Computed only for a 2x2 table b 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 128,00.
Lampiran 15. Jadwal Penelitian No
Kegiatan Ok08
Literatur XXX Survei awal XXX Konsultasi XXX judul Konsultasi 4 pembimbing Persiapan 5 kolokium Kolokium 6 7 Pengumpulan data 8 Pengolahan data Konsultasi 9 pembimbing 10 Seminar hasil Ujian 11 komprehensif
Bulan Kegiatan Nov08 Des08 Jan09 Feb09 Maret09 April09
1 2 3
XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX
Kimberly Febrina Kodrat : Pengaruh Shift Kerja Terhadap Kemungkinan Terjadinya Kelelahan Pada Pekerja Pabrik Kelapa Sawit Pt. X Labuhan Batu, 2009
128
Lampiran 16. Perincian Biaya Penelitian I. Survei Awal 1. Transport ke lokasi pp: 1 x 2 x Rp 250.000 : 2. Akomodasi : 1 orang x 3 hari x Rp100.000 : 3. Makan : 1 x 2 x 3 x Rp 50.000 : II. Pembuatan Proposal 1. Kertas Hvs 1 rem : 2. Tinta printer : 3. Jilid Proposal : 4. Perbanyak literatur : III. Kolokium 1.Biaya snack : 2. Penggandaan proposal : 3. Jilid Proposal : IV. Pengumpulan Data 1. Sewa Alat 2 kali x Rp 1.000.000 : 2. Penggandaan kuesioner : 3. Tranport ke lokasi : 2 orang x Rp 250.000 : 4. Honor operator alat 2 kali x Rp 750.000 : 5. Akomodasi 2 orang x 2 kali x Rp 200.000 : V. Analisis Data 1. Biaya analisa statistik spss komputer : VI. Seminar Hasil Penelitian 1. Biaya snack 20 kotak : 20 x 10.000 2. Biaya penggandaan makalah : VII. Ujian Komprehensif 1. Biaya penggandaan draf tesis : 2. Biaya snack : VIII. Tesis 1. Cetak Lux Tesis dan Penggandaan : IX Wisuda 1. Daftar wisuda : Total
500.000 300.000 300.000 50.000 100.000 200.000 600.000 500.000 200.000 200.000 2.000.000 50.000 500.000 1.500.000 800.000 500.000 200.000 150.000 300.000 150.000 500.000 500.000 Rp 10.000.000
Kimberly Febrina Kodrat : Pengaruh Shift Kerja Terhadap Kemungkinan Terjadinya Kelelahan Pada Pekerja Pabrik Kelapa Sawit Pt. X Labuhan Batu, 2009